BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Lingkungan Eksternal Perusahaan Kebutuhan terhadap produk makanan yang sehat merupakan masalah yang dirasakan oleh masyarakat dari berbagai belahan dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Kondisi pertanian Indonesia yang semakin tidak sehat dan tidak alami memberikan dampak yang buruk terhadap produk pertanian Indonesia. Ketergantungan pertanian Indonesia terhadap penggunaan pupuk dalam waktu yang lama memberi banyak dampak negatif terhadap kualitas lingkungan hidup khususnya terhadap biodiversitas, polusi air, dan kontaminasi rantai ekosistem. Fenomena ini menggambarkan bahwa pertanian Indonesia tidak memenuhi kriteria keberlanjutan baik secara teknologi, ekonomi, maupun ekologi. Data menunjukkan bahwa nilai impor pupuk Indonesia meningkat dari US$ 564,3 juta pada 2006 menjadi US$ 1,4 miliar pada 2010 (BPS, 2011). Nilai impor tersebut jauh lebih besar daripada nilai ekspor pupuk Indonesia. Data BPS mencatat pada periode Januari hingga September 2011 nilai ekspor pupuk mencapai US$ 351.48 juta. Ketergantungan pertanian Indonesia terhadap peningkatan penggunaan pupuk impor tersebut secara langsung juga memberikan dampak buruk terhadap kondisi kesuburan tanah pertanian Indonesia. 1 Buruknya produk pertanian Indonesia yang tidak alami dan tidak sehat tersebut mendorong meningkatnya kesadaran akan pentingnya kebutuhan produk makanan yang sehat. Semakin hari semakin banyak orang yang beralih pada gaya hidup mengonsumsi makanan organik. Tren tersebut menandakan bahwa masyarakat mulai menyadari pentingnya hidup sehat melalui makanan organik. Makanan organik adalah makanan yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan yang tumbuh secara alami tanpa melibatkan bahan-bahan buatan seperti pupuk, obat-obatan, sinar buatan, maupun bahan buatan manusia lainnya. Makanan organik berasal dari tumbuhan organik. Tumbuhan organik adalah bahan makanan organik yang berasal dari tanaman yang ditanam secara alami, berasal dari bibit alami, dan tumbuh secara alami tanpa penyinaran nonalami, pengobatan, pemupukan non organik, atau penambahan-penambahan lain. Makanan organik memiliki banyak kelebihan di antaranya lebih kaya nutrisi daripada makanan biasa. Tetapi saat ini ketersediaan makanan organik masih sulit untuk didapatkan secara bebas. Hal ini terlihat dari belum tersedianya makanan organik dalam jumlah yang banyak di pasar tradisional dan hanya tersedia di supermarket-supermarket tententu serta belum adanya informasi yang jelas yang menjamin kualitas produk-produk organik yang terdistribusi di supermarket-supermarket. Ketersediaan makanan organik di Indonesia masih berbanding terbalik dengan permintaan dari masyarakat yang sudah mulai sadar akan pentingnya makanan organik. Keterbatasan ketersediaan makanan sehat 2 yang berkualitas serta tren makanan organik di masa depan tersebut merupakan peluang bagi pelaku bisnis untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap ketersediaan makanan organik. Perdagangan makanan organik merupakan salah satu bentuk perdagangan di sektor industri makanan dan minuman. Industri makanan dan minuman di Indonesia merupakan jenis industri yang terus mengalami pertumbuhan. Komoditas makanan dan minuman adalah komoditas primer dalam jangka panjang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bisnis dalam sektor industri makanan dan minuman organik merupakan suatu peluang dan untuk dapat mengembangkan serta mengambil peluang bisnis makanan dan minuman organik tersebut diperlukan pemahaman mengenai kondisi lingkungan eksternal yang terkait dengan industri makanan dan minuman. 1.1.1. Kondisi Industri dan Perekonomian Perekonomian Indonesia terus mengalami peningkatan yang positif. Dalam laporan “Triwulanan Perkembangan Ekonomi Indonesia” edisi bulan Desember 2012, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,1 persen untuk tahun 2012, sedikit meningkat di tahun 2013 menjadi 6,3 persen. Proyeksi ini mengasumsikan konsumsi domestik dan pertumbuhan investasi masih bertahan kuat dengan membaiknya pertumbuhan mitra dagang utama Indonesia secara bertahap yang juga sedikit mendorong pemulihan ekspor. 3 Perkembangan ekonomi Indonesia yang positif tersebut merupakan faktor pendukung bagi pelaku bisnis dalam mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan II tahun 2012 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 menurun sebesar 4,27 persen terhadap triwulan I tahun 2012 (q-to-q). Pertumbuhan negatif ini terjadi karena produksi sektor pertanian dan sektor industri menurun, sedangkan sektor lainnya mengalami peningkatan. Sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar 36,97 persen hal ini dikarenakan produksi padi dan jagung menurun sangat signifikan akibat faktor musim masing-masing sebesar 48,41 persen dan 84,53 persen. Walaupun pertumbuhan q-to-q negatif, tetapi PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada triwulan II 2012 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 (y-on-y) mengalami peningkatan sebesar 5,23 persen. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan sektor jasa yang mencapai 17,18 persen (y-on-y) karena pencairan gaji ke-13 bagi PNS dan TNI/POLRI. Pertumbuhan secara kumulatif sampai dengan triwulan II 2012 terhadap kumulatif triwulan yang sama tahun sebelumnya (c-to-c) mencapai 5,79 persen. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang ditopang oleh sektor perdagangan tersebut juga didukung oleh peningkatan kondisi ekonomi konsumen. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan II-2012 meningkat dibanding triwulan sebelumnya 4 (109,71) didukung optimisme masyarakat yang meningkat pula. Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Triwulan II-2012 sebesar 109,85. Membaiknya kondisi ekonomi masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terutama didorong oleh peningkatan pendapatan konsumen, rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari dan meningkatnya konsumsi makanan dan bukan makanan. Perkiraan Ekonomi Konsumen Triwulan III-2012 akan mengalami kenaikan. Nilai ITK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Triwulan III-2012 diperkirakan sebesar 112,59. Tingkat optimisme konsumen semakin tinggi dibandingkan Triwulan II-2012 karena momen Lebaran. Seluruh sektor pembentuk PDRB memberi andil positif terhadap perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta, kecuali sektor industri pengolahan yang terkontraksi 7,86 persen. Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada triwulan II 2012 adalah sektor jasa sebesar 22,50 persen, kemudian diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,36 persen, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai peranan terkecil yaitu 0,68 persen. Selama tahun 2009 total nilai input produksi atau biaya antara untuk perusahaan industri besar dan sedang di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai Rp 3.666,85 milyar. Besarnya nilai output dalam periode yang sama mencapai Rp 5.634,29 milyar sehingga rasio nilai input 5 terhadap nilai total output (rasio biaya antara) mencapai 0, 65. Rasio biaya antara menunjukkan seberapa besar kebutuhan input antara dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan satu unit output. Semakin tinggi rasio biaya antara maka semakin kurang efisien produk tersebut diproduksi dan sebaliknya semakin rendah rasio biaya antara maka semakin efisien proses produksinya. Industri makanan dan minuman menjadi golongan industri yang memiliki nilai biaya input dan output yang terbesar. Selama tahun 2009, nilai input yang digunakan industri makanan dan minuman mencapai Rp 1.554,79 milyar dan mampu menghasilkan output dengan nilai Rp 1.824,63 milyar. Rasio biaya antara industri makanan dan minuman mencapai 0,85 dan menjadi rasio yang tertinggi dibandingkan dengan golongan industri lainnya. Output terbesar selanjutnya dihasilkan oleh perusahaan pada industri pakaian jadi dengan nilai output mencapai Rp 1.005,59 milyar dan nilai input sebesar Rp 514,16 milyar. 1.1.2. Kondisi Pasar Dalam rencana pengembangan bisnis yang akan dimulai pada tahun 2014, wilayah cakupan pasar yang menjadi target utama pemasaran POPAI adalah wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Cakupan jenis pasar yang menjadi target utama adalah jenis pasar konsumen dengan target utama konsumen dengan kelas sosial ekonomi menengah ke atas. Pemilihan tersebut didasarkan pada keberadaan penduduk Daerah 6 Istimewa Yogyakarta yang memiliki kelas sosial menengah ke atas. Penduduk dengan kelas sosial menengah ke atas tersebut akan lebih memperhatikan dan sadar pentingnya gaya hidup sehat melalui konsumsi makanan organik. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), indikator munculnya kelas sosial menengah ke atas terlihat dari meningkatnya pendapatan dan tingkat konsumsi. Pengeluaran atau konsumsi penduduk/ rumah tangga menjadi salah satu komponen permintaan terpenting yang menentukan aktivitas perekonomian di suatu wilayah. Pengeluaran rumah tangga juga menjadi salah satu indikator kesejahteraan, semakin meningkat pengeluaran penduduk secara rata-rata, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya. Pengeluaran penduduk/ rumah tangga dibagi menjadi dua kategori, pengeluaran makanan dan non makanan. Pergeseran dalam pola pengeluaran terjadi seiring dengan peningkatan pendapatan, artinya ketika pendapatan meningkat maka porsi pengeluaran untuk makanan dan non makanan akan semakin meningkat. Selama tahun 2011 pengeluaran perkapita penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat sebesar Rp 625.044. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 553.966, pengeluaran perkapita tahun 2011 meningkat sebesar 12,83 persen. Peningkatan ini didorong oleh peningkatan pengeluaran untuk kelompok makanan sebesar 13,25 persen dan kelompok non makanan sebesar 12,50 persen. Konsep pengeluaran dihitung dalam bentuk nominal atas dasar harga pasar yang berlaku, sehingga peningkatan dalam 7 pengeluaran perkapita selain disebabkan oleh peningkatan kuantitas juga dipengaruhi oleh kenaikan harga barang dan jasa kebutuhan rumah tangga (inflasi). Secara umum pengeluaran perkapita penduduk perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran penduduk pedesaan, sehingga tingkat kesejahteraan penduduk perkotaan secara rata-rata lebih baik dibanding penduduk perdesaan. Pada tahun 2011 pengeluaran perkapita penduduk perkotaan mencapai Rp 702.787 atau tumbuh 7,10 persen pada tahun 2012. Meskipun dari sisi nominal pengeluaran perkapita penduduk pedesaan tahun 2011 hanya sebesar Rp 472.165, namun dari sisi pertumbuhannya justru lebih tinggi yakni sebesar 27,64 persen. Tingginya pertumbuhan pengeluaran perkapita penduduk pedesaan didorong oleh peningkatan pengeluaran kelompok non makanan yang mampu tumbuh sebesar 42,40 persen terutama pengeluaran untuk pesta dan upacara. Penurunan kemiskinan yang disebabkan oleh kenaikan upah gaji juga merupakan indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat di DIY. Berdasarkan data BPS selama 2007- 2011 terdapat pola penurunan dalam indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan secara rata-rata di perkotaan dan pedesaan. Penurunan ini merupakan indikator berkurangnya kemiskinan. Meskipun demikian nilai kedua indeks sempat sedikit meningkat di tahun 2009 sebagai dampak memburuknya perekonomian dunia dan laju inflasi yang cukup tinggi selama periode tersebut. Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan di 8 suatu wilayah antara lain adalah kenaikan pendapatan atau upah, kesempatan kerja yang lebih luas dan pendapatan masyarakat yang semakin merata. Kenaikan upah buruh yang diindikasikan dengan upah minimum regional (UMR) pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan yakni 8,36 persen. Jika dibandingkan dengan laju inflasi yang sebesar 3,88 persen, kenaikan upah tersebut jauh lebih tinggi dengan asumsi bahwa penetapan UMR tersebut diikuti oleh sebagian besar perusahaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka rata-rata pendapatan penduduk meningkat cukup signifikan. Selain membaiknya kondisi ekonomi penduduk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta hal lain yang menggambarkan kondisi pasar atas bisnis makanan dan minuman organik adalah keadaan status gizi masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang masih belum dapat mencapai target, sehingga di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta masih ditemukan angka balita dengan kategori gizi buruk. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011, gambaran keadaan gizi masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010 adalah masih tingginya tingkat prevelansi balita kurang gizi sebesar 10.28%. Prevelansi balita kurang gizi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta masih berada di atas 10% yang berarti masih di atas nilai ambang batas universal masalah kesehatan masyarakat sedangkan prevelansi balita dengan status gizi buruk sebesar 0,68% menurun sebesar 0.7% dari tahun 2010. 9 12 10 8 6 2010 2011 4 2 0 Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Lebih Gambar 1.1. Keadaan Gizi Masyarakat DIY Tahun 2011 Sumber: Laporan Profil Kesehatan Provinsi DIY tahun 2011 Meskipun angka gizi kurang di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah jauh melampaui target nasional (presentase gizi kurang sebesar 15% di tahun 2015) namun penderita gizi buruk masih dijumpai di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Keadaan ini yang melatarbelakangi perlu adanya peningkatan situasi status gizi balita. Status gizi ditentukan oleh kualitas makanan yang dikonsumsi. Saat ini sangat sulit diperoleh makanan yang sehat dan mengandung nutrisi yang lengkap, oleh karena itu keadaan pasar ini dapat menjadi peluang bagi POPAI untuk menyediakan makanan dan minuman yang sehat dan kaya nutrisi bagi anak-anak usia dini. 10 1.1.3. Kondisi Pesaing Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri dengan tingkat persaingan yang sangat ketat, dimana di dalamnya terdapat ratusan produk dari berbagai perusahaan yang bersaing. Persaingan tersebut biasanya terjadi akibat perebutan pangsa pasar, loyalitas pelanggan, citra merek dan lainnya. Di Indonesia bisnis makanan dan minuman telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Kemajuan teknologi yang terjadi di Indonesia khususnya dalam bidang industri televisi dan media massa telah turut serta meningkatkan brand awareness bagi masyarakat akan hadirnya produkproduk baru yang biasanya didominasi oleh produk makanan dan minuman. Peluncuran berbagai macam produk baru secara besar-besaran oleh berbagai perusahaan ke pasar telah menjadikan dan mendorong pola persaingan menjadi semakin ketat sehingga mengharuskan perusahaan untuk menciptakan keunggulan tersendiri dan lebih memfokuskan strategi pemasaran. Produk organik merupakan salah satu tren produk yang mulai diminati untuk diproduksi serta didistribusikan oleh para pelaku bisnis. Di Yogyakarta, sudah mulai banyak pelaku bisnis yang memproduksi serta memasarkan produk organik. Atas dasar perencanaan lokasi operasional yang akan beroperasi di kawasan Taman Bermain Taman Pintar, Babarsari dan beberapa sekolah di area Yogyakarta, POPAI sebagai pelaku bisnis 11 produk makanan dan minuman organik memiliki beberapa kompetitor antara lain: 1. Penjual makanan dan minuman yang beroperasi di Taman Pintar. Penjual makanan dan minuman yang beroperasi di Taman Pintar adalah sebagai berikut. a. Empek-empek happy b. Olive c. Zu Bento d. Huahah e. Bakso tulang muda f. Chicago potato g. Sioku fresh h. Oneal tea i. Es cendol j. Chiko vegato k. Kentang ubi red buck l. Tong ji m. Nestle 2. Penjual makanan dan minuman yang beroperasi di area Babarsari Yogyakarta. Area Babarsari Yogyakarta merupakan area yang banyak dijadikan oleh para pelaku usaha dalam menawarkan produk barang dan jasa. Hal tersebut dikarenakan area Babarsari merupakan area yang 12 memiliki beberapa universitas besar di Yogyakarta, dimana universitas tersebut mendatangkan banyak pelajar dari dalam maupun luar kota sehingga kedatangan para pelajar tersebut mendorong kawasan area Babarsari berkembang menjadi area yang padat penduduk dan area yang dituju oleh para pelaku usaha. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, beberapa kompetitor penjual sejenis makanan dan minuman adalah sebagai berikut. a. Juice QT Juice QT merupakan salah satu usaha bisnis yang menjual minuman yang berbahan buah segar dan diolah dalam bentuk juice dan dikemas dalam bentuk kemasan gelas plastik. Juice QT dijual menggunakan stand sederhana. Berdasarkan observasi, terdapat dua stand Juice QT, yaitu stand di area Jl.Babarsari (depan hotel Sahid Raya Yogyakarta), dan stand Juice QT di area Jl.Seturan (depan STIE YKPN Yogyakarta). b. Juice Dee-Boo Juice Dee-Boo merupakan salah satu usaha bisnis yang memiliki kesamaan usaha dengan Juice QT. Juice Dee-Boo juga menjual minuman yang berbahan buah segar yang dikemas dalam bentuk gelas plastik. Stand Juice Dee-Boo ini berada di tikungan jl. Babarsari, tepatnya di area halaman Indomaret Babarsari. 13 c. Mamalis Bubble Milk Tea Mamalis Bubble Milk Tea merupakan salah satu usaha bisnis berbentuk stand yang menjual produk minuman yang berbahan dasar susu sapi, dan dikemas dalam bentuk kemasan gelas plastik. Mamalis Bubble Milk Tea terletak di kawasan Jl.Babarsari, tepatnya di area halaman toko Swalayan PETRACO. 3. Kantin Sekolah. Berdasarkan segmentasi POPAI yang menyasar target pasar anakanak sekolah maka kantin sekolah merupakan salah satu kompetitor POPAI karena kantin sekolah adalah tempat kewenangan oleh suatu sekolah untuk dapat usaha yang diberi menawarkan produk makanan dan minuman. 4. Katering sekolah yang dikelola wali murid. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh data bahwa beberapa sekolah memberikan kewenangan kepada para wali murid untuk mengelola katering bagi para siswa di suatu sekolah dalam upaya menyediakan produk makanan dan minuman bagi siswa di sekolah tersebut. 1.2. Lingkungan Internal Perusahaan Analisa lingkungan internal lebih menekankan pada kekuatan dan kelemahan perusahaan. Usaha penjualan makanan dan minuman organik ini akan diberi nama POPAI. Nama POPAI dipilih dengan tujuan untuk 14 memunculkan brand konsumen untuk produk makanan minuman organik POPAI. POPAI adalah salah satu tokoh kartun yang gemar akan sayuran. Dalam usaha ini, POPAI akan menawarkan inovasi olahan makanan dan minuman organik yang dikombinasikan dengan buah-buahan organik, sehingga dapat secara mudah dikonsumsi dan diperoleh oleh konsumen. Berikut varian produk yang akan ditawarkan kepada konsumen. 1. Susu Soya 2. Soya mix Fruit Juice 3. Organic Fruit Juice 4. Juice Apple Orchard 5. Makanan Sereal Organik Kekuatan dari POPAI ini adalah POPAI mampu memberikan produk organik yang berkualitas bagi konsumen, dan memberikan produk olahan organik tersebut kepada konsumen melalui saluran distribusi yang tepat. Kendala dari usaha POPAI ini adalah banyaknya pesaing yang menawarkan produk makanan dan minuman dengan harga yang murah dan masih adanya masyarakat yang belum memahami makanan organik, sehingga tantangan untuk usaha POPAI ini adalah bagaimana POPAI mampu memberikan produk organik dengan harga terjangkau dan mengedukasi konsumen untuk semakin menyadari pentingnya mengonsumsi produk organik. 15 1.2.1. Rencana Struktur Organisasi Perusahaan Rencana struktur organisasi POPAI adalah sebagai berikut. Gambar 1.2. Rencana Struktur Organisasi POPAI Pemilik POPAI adalah orang yang memiliki sepenuhnya usaha POPAI dan memiliki kewenangan penuh dalam mengelola POPAI. Dalam menjalankan usaha POPAI, pemilik akan dibantu oleh enam pegawai yang terdiri dari satu pengawas (supervisor), empat pegawai dan satu ahli gizi. 1.2.2. Cakupan Pasar Segmentasi pasar yang dijadikan target dalam penjualan POPAI adalah masyarakat balita dan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan usia remaja dewasa. Berdasarkan data kantor statistik kabupaten/ kota dalam laporan profil kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011, berikut jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta dengan usia balita dan remaja dewasa. 16 Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Kelompok Umur No Kelompok Umur (tahun) Jumlah (dalam ribuan) 1 0-4 tahun 253.242 2 5-9 tahun 252.241 3 10-14 tahun 258.183 4 15-19 tahun 276.856 5 20-24 tahun 279.559 6 25-29 tahun 283.491 Sumber: Laporan Profil Kesehatan Provinsi DIY tahun 2011 Dari data tersebut dapat diperoleh data total jumlah penduduk dengan kategori usia balita dan anak-anak (0-14th) sejumlah 763.666.000 jiwa, dan jumlah usia remaja dewasa (1529th) sejumlah 839.906.000 jiwa. Total dari keseluruhan penduduk dengan kategori usia balita sampai dewasa sejumlah 1.603.572.000 jiwa. 1.2.3. Kompetensi Inti Menurut Prahalad dan Hamel (1990) dalam “In The Core Competence of the Corporation”, dijelaskan bahwa perusahaan yang memiliki kompetensi inti adalah perusahaan yang dapat menggabungkan tiga hal sebagai berikut. 1. Memberikan keuntungan kepada konsumen 17 2. Memiliki value yang tidak dapat dengan mudah ditiru oleh kompetitor 3. Mampu memenuhi ekspektasi pasar secara luas Dalam bisnis penjualan makanan organik, pelayanan yang unggul dalam menyediakan produk yang unggul menjadi kompetensi utama. Kompetensi inti ini terkait strategi POPAI. dengan fokus POPAI adalah sebuah usaha yang memiliki perbedaan keunggulan dengan para pesaingnya. Dari segi produk, POPAI memiliki kualitas produk organik yang unggul dengan bahan yang bersertifikasi organik. Dari kompetensi inti yang terlihat dari keunggulan produk tersebut, maka strategi yang diputuskan adalah strategi bersaing melalui produk, peningkatan loyalitas konsumen dan menciptakan saluran distribusi yang tepat supaya produk dapat secara cepat dan efisien sampai kepada konsumen. 1.3. Rumusan Masalah Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan kepedulian terhadap lingkungan yang semakin tinggi, maka sebagian masyarakat sudah mulai menghindari mengkonsumsi produk makanan yang menggunakan pupuk sintesis dan produk makanan bebas pestisida kimia. Hal tersebut menimbulkan perubahan pola gaya hidup bagi konsumen kelas tertentu khususnya konsumen kelas sosial menengah 18 ke atas yang kemudian mengubah pola konsumsi makanan dari makanan yang dibudidayakan secara tidak organik ke makanan organik. Hal ini menyebabkan daya tarik dan popularitas makanan organik menjadi tren di kalangan kelas sosial menengah ke atas. Tren tersebut telah mendorong para pelaku bisnis untuk menangkap peluang bisnis makanan organik. POPAI merupakan salah satu pelaku bisnis yang telah menangkap peluang dan merencanakan bisnis dalam menjalankan usaha penjualan produk makanan dan minuman organik. Untuk dapat terus bersaing dengan para pelaku bisnis makanan dan minuman organik dalam jangka panjang diperlukan strategi untuk terus melakukan inovasi terhadap pengembangan bisnis makanan organik. Inovasi pengembangan bisnis yang akan dikembangkan dalam rencana bisnis POPAI adalah melalui pengembangan strategi inovasi produk dan membuka saluran distribusi yang tepat, melalui pembukaan stand POPAI di lokasi yang strategis, serta menjual produk POPAI di sekolah-sekolah sehingga konsumen dapat memperoleh produk makanan atau minuman organik yang berkualitas dengan lebih mudah, cepat dan praktis. Untuk melihat dan menilai apakah inovasi model rencana bisnis POPAI dapat dilakukan, maka fokus permasalahan dari perencanaan bisnis makanan minuman organik POPAI adalah menyusun dan menentukan rencana bisnis serta langkah-langkah yang diperlukan dalam rencana bisnis makanan dan minuman organik pada usaha POPAI. 19 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari perencanaan bisnis ini adalah sebagai berikut. 1. Merancang rencana bisnis POPAI. 2. Mengetahui kelayakan maupun potensi kendala dalam pengembangan bisnis ini, sehingga pada akhirnya dapat diambil keputusan mengenai keberlanjutan ide bisnis ini. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari perancangan bisnis ini adalah membantu pemilik bisnis dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan bisnis. 1.6. Sistematika Penulisan BAB I: Latar Belakang Bab ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang yaitu kondisi lingkungan eksternal dan kondisi internal yang menjadi faktor penunjang dalam perencanaan bisnis, rumusan masalah, tujuan studi dan manfaat dari dilakukannya studi perencanaan bisnis. BAB II: Kerangka Teori Bab ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan landasan teori yang dapat menjadi acuan dasar dalam perencanaan bisnis, teori mengenai strategi bersaing, perencanaan pemasaran, perencanaan operasional, perencanaan sumber daya manusia, dan perencanaan keuangan. 20 BAB III: Metode Riset Bab ini berisi metode riset yang digunakan, jenis data yang dibutuhkan, cara memperoleh data yang dibutuhkan, serta teknik yang akan digunakan untuk analisa data. BAB IV: Analisis, Strategi dan Rencana Bab ini berisikan sebagai langkah lanjutan dari bab sebelumnya yakni menentukan rencana dan strategi bisnis. Dalam bab ini akan digunakan kerangka secara fungsional yakni perencanaan bisnis yang dimulai dari pemaparan visi, misi perusahaan, kemudian perencanaan dari kegiatan pemasaran, perencanaan sumber daya manusia, operasional, keuangan dan strategi keluar dari bisnis. BAB V: Rencana Aksi Bab ini berisi mengenai rencana aksi berupa rencana kegiatan, penanggung jawab, ukuran kinerja dan waktu dari pelaksanaan rencana bisnis yang akan diterapkan sebagai panduan untuk setiap kegiatan. 21