Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen
2.1.1
Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Manajemen yang tepat akan memudahkan
terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, masyarakat. Manajemen berasal dari kata to manage artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses diaturnya berdasarkan diurutnya berdasarkan
urutan
dari
fungsi-fungsi
manajemen
itu
(perencanaan,
pengarahan,
pengendalian). Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan. Adapun unsur-unsur manajemen terdiri dari men, money,
method, materials, machine, dan market (6M).
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, manajemen merupakan ‘’alat’’
dan ‘’wadah’’ (tempat) untuk mengatur 6M dan semua aktifitas proses perusahaan
dalam mencapai tujuanya. Walaupun manajemen hanya merupakan alat saja,
tetapi harus diatur sebaik-baiknya, karena jika manajemen ini tepat makan tujuan
optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari, dan semua potensi yang
dimiliki akan lebih bermamfaat. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian
manajemen, penulis mengutip beberapa definisi yang terdapat salah satu buku
sebagai berikut :
Menurut Terry (2003:2) menyatakan bahwa :
Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan tercapainya
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemamfaatan sumber
daya manusia dan sumber daya lainya’’.
9
10
Sedangkan pendapat Hasibuan (2007 : 1) :
‘’Manajemen
adalah
ilmu
dan
seni
yang
mengatur
proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainya secara
efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu’’.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah ilmu dan
seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu.
2.1.2 Bidang-Bidang Manajemen
Unsur-unsur manajemen (tools of management) yang terdiri dari man,
money, method, materials, machines, dan market (6M) telah berkembang menjadi
bidang manajemen yang mempelajari lebih mendalam perannya dalam mencapai
tujuan yang diinginkan.
Bidang-bidang manajemen dikenal diatas :
1. Manajemen Sumber Daya Manusia (unsure Man)
2. Manajemen Keuangan (unsure Money)
3. Manajemen Operasional (unsure Materials and Machines)
4. Manajemen Pemasaran (unsure Market)
5. Manajemen Stategik (unsure Methods)
2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi membutuhkan sumber
daya manusia dalam merealisasikan tujuanya, karena manusia merupakan faktor
aktif dan dominan dalam kegiatan maupun prilaku organisasi.
Sumber Daya Manusia merupakan komponen dari perusahaan yang
mempunyai arti yang sangat penting. Sumber Daya Manusia menjadi sumber
penentu dari perencanaan tujuan suatu perusahaan karena fungsinya sebagai inti
dari kegiatan perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia maka kegiatan
perusahaan tidak akan berjalan sebagaimana semestinya, tetapi apabila pelaku dan
11
pelaksana tersebut yaitu manusia. Untuk memperjelas pengertian dari manajemen
sumber daya manusia, berikut ini penulis mengutip beberapa definisi yang
dikemukan oleh beberapa ahli :
Menurut Hasibuan (2007 : 10) yaitu :
‘’Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peran tenaga kerja agar efektif dan efesien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.’’
Menurut Mangkunegara (2005 :2) yaitu :
‘’Manajemen
personalia
adalah
suatu
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
dan
pengawasan
terhadap
pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai
tujuan perusahaan’’.
Dari penjelasan diatas serta pendapat-pendapat para ahli tentang definisi
Manajemen Sumber Daya Manusia, penulis berusaha mencoba mengartikan
definisi Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai suatu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutus hubungan kerja yang
dimaksud untuk mencapai tujuan organisasi secara terpadu.
2.2.2 Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2007:21), mengungkapkan bahwa ruang lingkup
Manajemen Sumber Daya Manusia menjadi 2 fungsi pokok, kedua fungsi tersebut
adalah :
1. Fungsi Manajerial
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta
efesien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu
terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program
kepegawaian.
Program
kepegawaian
meliputi
pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang
12
baik akan membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat.
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan
dengan menetapkan pembagian kerja,hubungan kerja, integrasi, dan
koordinasi dalam bagian organisasi.
c. Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar mau
bekerjasama dan bekerja efektif dan efesien serta membantu tercapainya
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan dilakukan
pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakanya tugasnya
dengan baik.
d. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar
menaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan
rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan
tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karya
meliputi kehadiran, kedisiplinan, prilaku, kerjasama. Pelaksanaan
pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
2. Fungsi Operasional
a. Pengadaan (Procurement)
Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan
induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
b. Pengembangan (Development)
Pengembangan
adalah
peningkatan
keterampilan
teknis,
teoritis,
konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan
pekerja masa kini maupun masa depan.
13
c. Kompensasi (Compesation)
Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect),uang atau barang kepada perusahaan. Prinsip
kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan dapat memenuhi
kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah minimum
d. Pengintegrasian (integration)
Pengintegrasian adalah untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan
kebutuhan karyawan agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling
menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba karyawan dapat memenuhi
kebutuhan dari hasil pekerjaanya. Pengintegrasian merupakan hal yang
penting dalam MSDM, karena mempersatukan dua kepentingan yang
bertolak belakang.
e. Pemeliharaan (maintenance)
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan
kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau
bekerja sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan
program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagaian besar
karyawan serta berpedoman kepada internal dan ekternal konsistensi
f. Pemberhentian (separation)
Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu
perusahaa. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan perusahaan, kintrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab
lainya.
Dari uraian mengengenai fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia
di atas dapat disajikan suatu tahapan-tahapan yang saling berkaitan dan
menunjang satu sama lain.
14
2.3 Stres Kerja
2.3.1 Pengertian Stress
Salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam
kehidupan adalah stress yang harus diatasi. Tuntutan untuk dapat bekerja lebih
baik dan cepat, mengharuskan manusia bekerja berlebih guna memenuhi tuntutan
tersebut. Akibat dari tuntutan-tuntutan pekerjaan dan kebutuhan hidupnya,
manusia cenderung mengalami stress dalam kehidupan mereka.
Stres atau dengan kata lain orang menanfsirkan sebagai “tekanan batin”
merupakan suatu bentuk alamiah dan tanggapanya seseorang baik secara fisik
maupun mental terhadap suatu perubahan di dalam lingkunganya. Sress yang
berkaitan dengan pekerjaanya akan dapat menyebabkan ketidakpuasan, tetapi
stress juga tidak buruk, stress juga mempunyai nilai yang positif.
Para ahli mengatakan bahwa stress dapat timbul sebagai akibat tekanan
atau tegangan yang bersumber dari ketidak selarasan antara seseorang dengan
lingkunganya. Dengan perkataan lain, apabila sarana dan tuntutan tugas tidak
selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang, ia akan mengalami stress.
Biasanya stress semakin kuat apabila seseorang mengahadapi masalah yang
datangnya bertubi-tubi.
Menurut Braham dalam Handoyo (2001 :68), gejala stress dapat berupa
tanda-tanda berikut ini :
1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidak dapat tidur teratur, sakit kepala, sulit buang
air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal.
2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung, terlalu sensitif,gelisah dan
cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis.
3. Intelektual yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun,
sulit berkonsentrasi, suka melamun, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
4. Interpersonal, yaitu acuh, kurang percaya kepada orang lain, sering
mengingkari janji, suka mencari kesalahan orang lain, menutup diri, mudah
menyalahkan orang lain.
15
Cary Cooper dan Alison Straw (1995 : 8-15 ) mengemukakan gejala
stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini :
1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangan lembab,
merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang
tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tidak
berdaya, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, susah
konsentrasi, dan sebagainya.
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati yang berlebihan, menjadi lekas
panik, kurang percaya diri, penjengkel.
Berdasarkan definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa strss sering kali
timbul pada setiap orang, stress tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada
ketidak
mampuan
seseorang
untuk
berinteraksi
secara
positif
dengan
lingkunganya, baik dalam lingkungan pekerjaan maupun di luarnya. Artinya
karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif yang dapat
mengganggu pelaksanaan kerja mereka dan pengaruh prestasi kerjanya.
2.3.2 Pengertian Stres Kerja
Menurut Mangkunegara (2005: 28), ia mengatakan bahwa
“stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan
yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.”
Menurut Rivai (2009 :516) menyatakan bahwa
“Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan
adanya ketidak-seimbangan fisik yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir, dan kondisi seseorang karyawan, hingga terjadi stress”.
Menurut Fathoni (2006 :130) menyatakan bahwa
“Stres karyawan timbul akibat kepuasan kerja tidak terwujud dari
pekerjaanya.”
16
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa stress kerja
adalah suatu keadaan dimana seseorang berada di dalam kondisi pekerjaan yang
tidak sesuai dengan kemampuanya sehingga mengakibatkan tekanan.
2.3.3 Faktor-Faktor Penyebab Stress Kerja
Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang
menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya, pada diri karyawan berkembang
berbagai macam gejala stress yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan
mereka.
Orang-orang
yang
mengalami
stress
nervous
dan
merasakan
kekhawatiran kronis. Mereka sering menjadi mudah marah dan agresif, tidak
dapat rileks, atau akan menunjukan sikap yang kooperatif.
Stres kerja dalam lingkungan pekerjaan dapat terjadi karena berbagai hal,
baik yang berasal dalam lingkungan pekerjaan maupun yang berasal dari luar
lingkungan pekerjaan.
Menurut Robbins (2002:305) tingkat stress pada setiap orang akan
menimbulkan dampak yang berbeda. Sehingga ada beberapa faktor penentu yang
mempengaruhi tingkat stress seseorang. Faktor tersebut adalah :
1. Faktor Lingkungan
Ketidakpastian
ekonomi,
ketidakpastian
teknologi
yang
sangat
berpengaruh pada eksestensi karyawan dalam bekerja. Tingkat ekonomi
yang tidak menentu dapat menimbulkan perampingan pegawai dan PHK,
sedangkan ketidakpastian politik menimbulkan keadaan yang tidak stabil
bagi Negara, dan inovasi teknologi akan membuat keterampilan dan
pengalaman seseorang dalam waktu yang pendek sehingga menimbulkan
stress. Dengan kedua faktor lingkungan tersebut karyawan akan dengan
mudah mengalami stress
2. Faktor Organisasional
Beberapa hal yang dapat dikatagorikan sebagai penyebab stress yaitu
:Tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan antar pribadi, struktur organisasi,
kepemimpinan organisasi.
17
3. Faktor Individual
Berbagai hal di luar pekerjaanya yang menggangu terutama adalah
masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi dan kepribadian.
Menurut Davis dan Newstrom dalam Margianti, 2001 : 73), stress kerja
disebabkan :
1. Adanya tugas yang terlalu banyak.
Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab stres, akan menjadi
penyebab stres, akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak
sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang
tersedia bagi karyawan.
2. Supervisor yang kurang pandai
Seorang karyawan dalam menjalankan tugas sehari-harinya sekaligus
harus
mempertanggung
jawabkan
kepada
supervisor.Jika
seorang
supervisor pandai dan menguasai tugas bawahan, ia akan membimbing
dan memberi pengarahan atau instruksi secara baik dan benar.
3. Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan.
Karyawan biasanya mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas
kantor / perusahaan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan
dengan keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi
tertentu, Pihak atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu yang
terbatas akibatnya, karyawan dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas
dengan tepat waktu yang ditetapkan atasan
4. Kurang mendapat tanggung jawab yang memadai
Faktor ini berkaitan dengan hak dan kewajiban karyawan. Atasan sering
memberikan tugas kepada bawahanya tanpa diikuti kewenangan (hak)
yang memadai. Sehingga, jika harus mengambil keputusan harus
berkonsultasi, kadang menyerahkan sepenuhnya kepada atasan.
5. Ambiguitas peran
Agar
menghasilkan
performan
yang
baik,
karyawan
perlu
mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan
dan tanggung jawab dari pekerjaan mereka. Saat tidak ada kepastian
18
tentang definisi kerja dan apa yang diharapkan dari pekerjaannya akan
timbul ambiguitas peran.
6. Perbedaan nilai dengan perusahaan
Situasi ini biasanya terjadi pada karyawan atau manajer yang mempunyai
prinsip yang berkaitan dengan profesi yang digeluti maupun prinsip
kemanusiaan yang dijunjung tinggi (altruisme).
7. Frustrasi
Dalam
lingkungan
kerja,
perasaan
frustrasi
memang
bisa
disebabkan banyak faktor. Faktor yang diduga berkaitan dengan frustrasi
kerja adalah terhambatnya promosi, ketidakjelasan tugas dan wewenang
serta penilaian / evaluasi staf, ketidakpuasan gaji yang diterima.
8. Perubahan tipe pekerjaan
Situasi ini bisa timbul akibat mutasi yang tidak sesuai dengan keahlian dan
jenjang karir yang di lalui atau mutasi pada perusahaan lain, meskipun
dalam satu grup namun lokasinya dan status jabatan serta status
perusahaannya berada di bawah perusahaan pertama.
9. Konflik peran
Terdapat dua tipe umum konflik peran yaitu:
a. Konflik peran intersender, dimana pegawai berhadapan dengan
harapan organisasi terhadapnya yang tidak konsisten dan tidak sesuai
b. Konflik peran intrasender, konflik peran ini kebanyakan terjadi pada
karyawan atau manajer yang menduduki jabatan di dua struktur.
Akibatnya, jika masing-masing struktur memprioritaskan pekerjaan
yang tidak sama, akan berdampak pada karyawan atau manajer yang
berada pada posisi dibawahnya, terutama jika mereka harus memilih
salah satu alternative.
Menurut Dwiyanti (2001 :75) terdapat dua faktor penyebab atau dua
sumber munculnya stress atau stress kerja yaitu :
1. Faktor lingkungan kerja
Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik maupun hubungan
sosial di lingkungan pekerjaan
19
2. Faktor personal
Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman
pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana pribadi berada
dan mengembangkan diri. faktor kedua tidak secara langsung berhubungan
dengan kondisi pekerjaan, namun karena dampak yang ditimbulkan
pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber
atau penyebab munculnya stres.
Secara umum dikelompokkan sebagai berikut :
1. Tidak ada dukungan sosial
Artinya akan cenderung muncul pada para karyawan yang tidak mendapat
dukungan dari lingkungan sosial mereka hubungan sosial di sini bisa
berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga.
Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan
sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan) akan cenderung lebih mudah
terkena stres.
2. Tidak adanya kesempatan berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan
dikantor.
Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam
tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika
mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab
dan kewenangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika seorang karyawan
tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan Yang menyangkut dirinya.
3. Pelecehan seksual
Yakni
kontak
atau
komunikasi
yang
berhubungan
atau
dikonotasikan berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan
seksual ini bisa dimulai dari yang paling kasar seperti memegang bagian
badan yang sensitif, mengajak kencan dan semacamnya sampai yang
paling halus berupa rayuan, pujian bahkan senyuman yang tidak pada
konteksnya.
Dari
banyak
kasus
pelecehan
seksual
yang sering
menyebabkan stres kerja adalah perlakuan kasar atau kekerasan fisik dari
lawan jenis dan janji promosi jabatan namun tak kunjung terwujud.
20
4. Kondisi lingkungan kerja
Kondisi
lingkungan
kerja
fisik
ini
bisa
berupa
terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan
semacamnya.Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan
seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang
terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi
juga sirkulasi atau arus udara. Di samping itu, kebisingan juga akan
memberi munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada
kebisingan dibanding yang lain
5. Manajemen yang tidak sehat.Banyak orang yang stres dalam pekerjaan
ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni
seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain
(khususnya bawahan), terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa
sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi
kerja atasan selalu mencurigai bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian
yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa
menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres
6. Tipe kepribadian. Seseorang dengan kcpribadian tipe A cenderung
mengalami stres dibanding kepribadian tipe B. Bebcrapa ciri kepribadian
tipe
ini
adalah
sering
merasa
diburu-buru
dalam
menjalankan
pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan
pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang
diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam
situasi atau peristiwa yang non kompetitif. Dengan begitu, bagi pihak
perusahaan akan selalu mengalami dilema kctika mengambil pegawai
dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang
bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan
mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan/sakit jantung
7. Peristiwa / pengalaman pribadi
Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang menyakitkan,
kematian pasangan, perceraian, atau gagal sekolah, kehamilan tidak
21
diinginkan, peristiwa traumatis atau menghadapi masalah (pelanggaran)
hukum. Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stress paling tinggi
terjadi pada seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang
paling rendah disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal. Disamping itu,
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari, kesepian, perasaan
tidak aman, juga termasuk kategori ini.
2.3.4 Indikator-Indikator Stres
Situasi stress kerja menghasilkan reaksi emosional mulai dari kegembiraan
(jika pristiwa menuntut tetapi dapat ditangani) sampai emosi umum kecemasan,
kemarahan, kekecewaan, dan depresi. Jika situasi stress kerja terus terjadi, emosi
seorang karyawan mungkin berpindah-pindah diantara emosi-emosi tersebut,
tergantung pada keberhasilan dalam menyelesaikanya.
Robbins (2002:309) mengemukakan tiga katagori kemunculan stress kerja
yaitu :
a. Gejala fisiologis

Meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan

Meningkatkan tekanan darah

Menimbulkan sakit kepala

Menyebabkan serangan jantung
b. Gejala psikologis

Ketegangan

Kecemasan

Mudah marah

Kebosanan

Suka menunda-menunda pekerjaan
c. Gejala prilaku

Berkurangnya produktifitas

Absensi meningkat

Tingkat keluarnya karyawan

Kebiasaan makan
22

Meningkatkan merokok dan konsumsi alcohol

Bicara cepat

Gelisah dan gangguan tidur
Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulanya bahwa stress dapat
menimbulkan gejala-gejala yang muncul apabila mengalami stress pada
pekerjaan.
2.3.5 Dampak Stress Kerja Pada Perusahaan
Seiring didengar bahwa stress merupakan akibat negatif dari kehidupan
modern. Orang-orang merasa stress karena terlalu banyak pekerjaan, ketidak
pahaman terhadap pekerjaan, beban informasi yang terlalu berat atau karena
mengikuti perkembangan zaman. Kejadian-kejadian tersebut menimbulkan
distress, yakni derajat penyimpangan fisik, psikis dan prilaku fungsi kesehatan
Randal Scrululler dalam Rini, (2002:4) mengidentifikasi beberapa
pelaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti
ini, stress yang dihadapi oleh karyawan dengan penurunan prestasi karyawan,
peningkatan ketidak hadiran kerja.
Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja
terhadap perusahaan atau organisasi dapat berupa :
1. Terjadi kekacauan, hambatan dalam manajemen maupun operasional
kerja.
2. Mengganggu kenormalan aktifitas kerja
3. Menurunkan tingkat produktifitas
4. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.
Kerugian financial yang dialami perusahaan karena tidak seimbangnya
antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji,
tunjangan dan finansial lainya.
23
2.3.6 Dampak Stress Pada Karyawan
Selain berpengaruh pada perusahaan atau organisasi,stress berpengaruh
pula secara langsung pada karyawan. Munculnya stress baik yang disebabkan oleh
sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang tidak menyenangkan akan
memberikan akibat tertentu pada seseorang.
Biasanya pekerja atau karyawan yang stress akan menunjukkan perubahan
perilaku. Perubahan perilaku tcrjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi
stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stres (flight) atau
berdiam diri (freeze). Dalam kehidupan sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya
dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan bentuk stres. Perubahanperubahan ini di tempat kerja merupakan gejala-gejala individu yang mengalami
stres antara lain (Margiati, 2001:78-79) :
a. Bekerja melewati batas kemampuan.
b. Keterlambatan masuk kerja yang sering.
c. Ketidakhadiran pekerjaan.
d. Kesulitan membuat keputusan.
e. Kesalahan yang sembrono.
f. Kelalaian menyelesaikan pekerjaan.
g. Lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri.
h. Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
i. Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat.
j. Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah darah
tinggi, radang kulit, radang pernafasan.
Munculnya stress,baik yang disebabkan oleh sesuatu yang menyenangkan
atau sesuatu yang tidak menyenangkan akan mengakibatkan tertentu pada
seseorang. Menurut Sopiah (2008 : 91) bahwa dampak atau akibat dari stress bisa
dilihat pada tiga aspek yaitu :
1. Fisik
Akibat stress pada fisik mudah dikenali. Ada sejumlah penyakit yang
disinyalir karena orang tersebut mengalami stresss yang cukup tinggi dan
24
berkepanjangan, diantaranya adalah penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, sakit kepala gangguan tidur.
2. Psikis
Dampak stress pada aspek psikis bisa dikenali, diantaranya adalah ketidak
puasan kerja, depresi, keletihan, kemurungan dan kurang bersemangat.
3. Prilaku
Akibat stress dikenali dari prilaku,yakni prestasi rendah, naiknya tingkat
kecelakaan, salah dalam menggambil keputusan, tingkat absensi tinggi,
dan agresi di tempat kerja.
2.3.7 Strategi Manajemen Stress
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih dari pada sekedar
mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara efektif. Hampir sama
pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus
dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering
melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan,ini bukanlah cara
efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari
stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara
yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan
beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan.
Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu
merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan
penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan
tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari
ketidakmampuan
bekerja
dengan
baik
dalam
peranan
tertentu
karena
kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya
ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai
seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 2001:76).
Dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika
karyawannya mengalami stres yang ringan. Karena pada tingkat stres tertentu
25
akan memberikan akibat positif, hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan
tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau ringan yang
berkepanjangan akan membuat menurunnya prestasi karyawan.
Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi,
tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang
diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berpikir untuk memberikan tugas
yang menyertakan stres ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi
karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh karyawan.
Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua
pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
Dalam pendekatan individual seorang karyawan dapat berusaha sendiri
untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup
efektif yaitu: pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan
sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa.
Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga
mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres
yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai
strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat,
keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
Dari pendekatan organisasional dapat dilihat bahwa beberapa penyebab
stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya
dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh
karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk
mengatasi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan
tujuan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional dan
program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan
memperoleh pekerjaan sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk
tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat
serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
26
Mangkunegara (2005: 29-30) menyatakan bahwa mendeteksi penyebab
stres dan bentuk reaksinya, ada tiga pola dalam mengatasi stres tersebut yaitu:
a. Pola sehat,
adalah pola menghadapi stres yang terbaik, yaitu dengan
kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak
menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi sehat dan berkembang.
Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu
dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu
merasa ada sesuatu yang menekan meskipun sebenarnya tantangan dan
tekanan cukup banyak.
b. Pola harmonis, adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan
mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan
berbagai hambatan. Dalam pola ini, individu mampu mengendalikan
berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara
teratur. Ia pun selalu menghadapi tugas secara tepat, dan kalau perlu ia
mengerjakan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan memberikan
kepercayaan yang penuh. Dengan demikian akan terjadi keharmonisan dan
keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang diberikan.
Demikian juga terhadap keharmonisan antara dirinya dan lingkungan.
c. Pola patalogis, adalah pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai
gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan
menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki
kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat
menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan
berbagai masalah yang buruk.
Selanjutnya pada bagian kepegawaian dapat dan harus membantu pada
karyawan untuk mengatasi stress yang dihadapinya. Berbagai langkah yang dapat
diambil menurut Siagian (2005 : 303-303) meliputi antara lain :
1. Merumuskan kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan
menghadapi berbagai stres.
27
2. Menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan sehingga
mereka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan dan
dalam bentuk apa jika mereka menghadapi stres.
3. Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya
gejala-gejala stres di kalangan para bawahannya dan dapat mengambil
langkah-langkah tertentu sebelum stres itu berdampak negatif terhadap
prestasi kerja para bawahannya itu.
4. Melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber-sumber
stres.
5. Terus membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga mereka
benar-benar diikutsertakan untuk mengatasi stres yang dihadapinya.
6. Memantau terus-menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat
menjadi sumber stres dapat diidentifikasikan dan dihilangkan secara dini.
7. Menyempurnakan rancang bangun tugas dan tata ruang kerja sedemikian
rupa sehingga berbagai sumber stres yang berasal dari kondisi kerja.
8. Menyediakan jasa bantuan bagi para karyawan apabila mereka sempat
menghadapi stres.
Jelaslah bahwa meskipun stres dapat berperan positif dalam perilaku
seseorang dalam pekerjaannya, perlu selalu diwaspadai agar jenis, bentuk dan
intensitas stres itu berada pada tingkat yang dapat teratasi, baik oleh karyawan
secara mandiri maupun dengan bantuan organisasi, dalam hal ini terutama bagian
kepegawaian dan atasan langsung karyawan yang bersangkutan.
2.4
Prestasi Karyawan
2.4.1 Pengertian Prestasi Karyawan
Prestasi karyawan adalah hasil kerja yaitu kemampuan dan kecakapan
pekerjaan pekerjaan untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang dibebankan atau
ditugaskan kepadanya dengan pengetahuan dan keahlian oleh pekerja tersebut.
Prestasi karyawan merupakan sesuatu yang diharapkan oleh perusahaan dari
karyawan dalam pengembangan dan melancarkan setiap pekerjaan perusahaan,
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
28
Menurut Hariandja (2002) menyatakan bahwa :
“Prestasi karyawan atau unjuk kerja merupakan hasil kerja yang
dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditetapkan sesuai
dengan peranya dalam organisasi.”
Menurut Mangkunegara (2005) :
“Prestasi karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang tercapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab kepadanya.”
Menurut Hasibuan (2007):
“Prestasi karyawan merupakan penilaian yang meliputi penilaian
kesetiaan, kejujuran kepemimpinan, kerja sama, loyalitas, dediksi
dan partisipatif karyawan.”
Dengan melihat batasan masalah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi karyawan merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
karyawan dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.Prestasi
karyawan mencerminkan keberhasilan atau kegagalan dalam aktivitas-aktivitas
manajemen sumber daya manusia. Apabila prestasi karyawan buruk atau tidak
sesuai dengan yang diharapkan perusahaan, maka kemungkinan aktifitas-aktifitas
manajemen sumber daya manusia tersebut harus ditinjau ulang dengan melakukan
penilaian terhadap prestasi karyawan.
2.4.2 Tujuan Penilaian Prestasi Karyawan
Menutut Hasibuan (2007), tujuan dan gagasan penilaian prestasi
karyawan adalah sebagai berikut :
1. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk prestasi dan
penetapan besarnya balas jasa.
2. Untuk mengukur prestasi karyawan yaitu sejauh mana karyawan bisa
sukses dalam pekerjaanya
3. Sebagai dasar mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam
perusahaan.
29
4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan efektiktivan jadwal
kerja , metode kerja, strukur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja
dan peralatan kerja.
5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan lagi
karyawan di dalam organisasi.
6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja untuk mendapatkan
performance kerja yang baik.
7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan supaya
diketahui minat dan kebutuhan-kebutuhan bawahanya.
8. Sebagai alat untuk melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan masa
lalu dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.
9. Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan
10. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personel dan
dengan demikian bisa sebagai bahan pertimbangan agar diikut sertakan
dalam program pelatihan kerja tambahan.
11. Sebagai alat untuk memperbaiki atau menyumbangkan kecakapan
karyawan.
Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan
Hariandja (2002) berpendapat arti pentingnya penilaian prestasi karyawan secara
lebih dikemukakan sebagai berikut :
1. Perbaikan hasil kerja memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
mengambil tindakan-tindakan untuk meningkatkan prestasi melalui umpan
balik yang diberikan perusahaan.
2. Penyesuaian gaji dapat dipakai sebagai informasi untuk mengkompensasi
karyawan secara layak sehingga dapat memotivasi mereka.
3. Keputusan untuk penempatan yaitu dapat dilakukannya penempatan
karyawan sesuai dengan keahlianya.
4. Pelatihan dan pengembangan yaitu melalui penilaian akan diketahui
kelemahan-kelemahan dari karyawan sehingga dapat dilakukan program
pelatihan dan pengembangan yang lebih efektif.
30
5. Perencanaan
karir
yaitu
perusahaan
dapat
memberikan
bantuan
perencanaan karir bagi karyawan dan menyelaraskanya dengan pentingnya
organisasi.
6. Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses penempatan yaitu
hasil kerja yang tidak baik menunjukan adanya kelemahan dalam
penempatan sehingga dapat dilakukan dengan baik.
7. Dapat mengidentifikasi adanya kekurangan dalam desain pekerjaan yaitu
kekurangan prestasi akan menunjukan adanya dalam perencanaan jabatan.
8. Meningkatan adanya pengakuan kesempatan yang sama pada karyawan
yaitu dengan dilakukanya secara objektif berarti meningkatnya perlakuan
yang adil bagi karyawan.
2.4.3 Metode Penilaian Prestasi Kerja
Menurut Hasibuan (2007) secara garis besar metode penilaian prestasi
karyawan dikelompokan dalam dua kategori yaitu :
1. Metode tradisional
Metode ini merupakan metode tertua dan paling sederhana untuk menilai
prestasi karyawan, dan diterapkan secara tidak sistematis maupun dengan
sistematis. Metode ini dilakukan terhadap kinerja karyawan yang telah terjadi,
sehingga karyawan memperoleh umpan balik karyawan mengenai upaya
mereka di masa lalu. Umpan balik ini selanjutnya dapat mengarah pada
perbaikan-perbaikan prestasi karyawan. Adapun teknik-teknik penilaian dalam
metode ini sebagai berikut :
a. Rating Scale
Metode ini merupakan penilaian yang banyak digunakan oleh perusahaan,
dimana penilaian yang dilakukan oleh atasan atau supervisor untuk
mengukur karakteristik, misalnya mengenai inisiatif, ketergantungan,
kematangan, dan kontribusi terhadap tujuan kerjanya.
b. Emoloyee compration
Metode ini merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara seorang pekerja dengan pekerja lainya.
31
c. Check list
Metode ini dimaksudkan untuk mengurangi beban penelitian. Penilaian
memilih kaliamat atau kata-kata yang menggambarkan kinerja karyawan
dan karakteristik pegawai. Disini penialian tidak menilai karyawan, akan
tetapi hanya melaporkan penialian atas tinggah laku yang dilaporkan atau
yang dilakukan oleh bagian sumber daya manusia.
d. Freedom Essay
Dengan metode ini seorang penilai diharuskan membuat karangan yang
berkenaan dengan orang atau karyawan yang sedang menilai.
e. Critical Incident
Dengan metode ini penilaian harus mencatat semua kejadian
mengenai
tingkah laku bawaanya sehari-hari yang kemudian dimasukan ke dalam
buku catatan khusus yang terdiri dari berbagai macam kategori tingkah
laku bawahanya. Misalnya mengenai inisiatif, kerja sama, dan
keselamatan.
2. Metode Modern
Penilaian-penilaian yang berorientasi pada masa yang akan datang yang
memusatkan pada kemampuan kinerja yang terjadi masa yang akan datang
melalui penilaian potensi karyawan atau penetapan sasaran-sasaran kinerja
terjadi masa yang akan datang.
Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam metode ini adalah :
a. Assessment Centre
Metode ini dilakukan dengan pembentukan tim penilai khusus. Tim penilai
khusus ini bisa dari luar, dari dalam, atau kombinasi keduanya, dimana
pembentukan tim ini harus lebih baik sehingga penialaianya lebih objektif
dan indeks kinerja yang diperoleh sesuai dengan fakta dan kenyataan dari
setiap individu karyawan yang dinilai. Metode ini diharapkan akan
memberikan kepuasan yang lebih baik bagi karyawan dan penetapan
kebijakan yang paling tepat dari perusahaan.
32
b. Management by objektive (MBO)
Dengan metode ini karyawan langsung di ikutsertakan dalam perumusan
dan pemutusan persoalan dengan memperhatikan kemampuan bawahanya
dalam menentukan sasaranya masing-masing yang ditekankan pada
pencapaian sasaran perusahaan tersebut.
c. Human asset Accounting
Dalam metode ini, faktor pekerja dinilai sebagai individu model jangka
panjang, sehingga tenaga kerja dinilai dengan cara membandingkan
terhadap variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keberhasilan
perusahaan itu. Jika biaya untuk tenaga kerja meningkat mengakibatkan
laba perusahaan itu. Jika biaya untuk tenaga kerja meningkat pula, berarti
peningkatan tenaga kerja tersebut lebih berhasil.
2.4.4 Masalah-masalah dalam Penilaian Prestasi Karyawan
Dalam melakukan penilaian prestasi seorang karyawan dapat terjadi
kendala-kendala. Proses penialaian harus dilakukan secara objektif .Berikut ini
hal-hal yang dapat menjadi kendala dalam melakukan penilaian prestasi
karyawan.
Menurut Hasibuan (2007) :
1. Hallo effect
Hallo effect merupakan kesalahan yang dilakukan oleh penilai karena
umumnya penilai cenderung akan memberikan indeks kinerja baik bagi orang
yang dikenalnya dan demikian pula sebaliknya. Hallo effect mengakibatkan
indeks kinerja karyawan bersangkutan tidak memberikan gambaran nyata dari
karyawan itu.
a. Leniency
Kesalahan yang dilakukan penilaian karena cenderung meberikan nilai yang
terlalu tinggi terhadap karyawan yang dinilai itu.
b. Stricness
Kesalahan penilai cenderung untuk memberikan nilai rata-rata.
33
c. Central Tendency
Adalah penilai cenderung untuk memberikan nilai rata-rata.
d. Personal bias
Penilaian yang terjadi akibat adanya prasangka-prasangka sebelumnya baik
yang positif maupun yang negatif.
2.4.5 Syarat-Syarat Penilaian Prestasi Karyawan
Penetapan nilai (appraiser) menurut Hasibuan (2007), sangat sulit karena
harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
 Penilaian harus jujur, adil, objektif dan mempunyai pengetahuan mendalam
tentang unsur-unsur yang akan dimulai supaya penilaiannya sesuai dengan
realitas atau fakta-fakta yang ada.
 Penilai hendaknya mendasarkan penilaian atas benar atau salah, baik atau
buruk terhadap unsur-unsur yang dinilai sehingga hasil penilaian jujur, adil dan
objektif. Penilaian tidak boleh mendasarkan penilaianya atas dasar suka atau
tidak suka.
 Penilaian harus mengetahui secara jelas uraian pekerjaan dari setiap karyawan
yang akan dinilainya supaya hasil penilaianya dapat dipertanggung jawabkan
dengan baik.
 Penilaian harus mempunyai kewenangan formal, supaya mereka melaksanakan
tugasnya dengan baik.
 Penilaian harus beragam supaya penilaian jujur dan adil.
2.4.6 Indikator-Indikator Prestasi Karyawan
Dalam melakukan suatu penilaian prestasi karyawan diperlukan tolak ukur,
dan tolak ukur tersebut adalah standar. Sebuah standar dapat dianggap sebagai
pengukur yang ditetapkan, sesuatu yang harus diusahakan, sebuah model untuk
diperbandingkan, suatu alat akan membandingkan antara satu hal dengan hal lain.
Dengan penentuan standar untuk berbagai keperluan maka timbul yang disebut
”standarisasi”, yaitu penentuan dan pengguanaan sebagai ukuran, tipe dan gaya
tertentu berdasarkan suatu komposisi standar yang telah ditentukan.
34
Dalam penelitian penyelesaian pekerjaan, penilaian menggunakan standar
sebagai alat ukur yang dicapai dan perilaku yang dilakukan baik di dalam maupun
di luar pekerjaanya.
Indikator untuk mengukur prestasi karyawan secara individu ada lima
indikator, menurut Mangkunegara (2005 : 67) adalah faktor kemampuan
(ability) dan faktor motivasi (motivation) sebagai berikut :
1. Faktor Kemampuan
Kemampuan seorang karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge skill). Artinya jika karyawan memiliki IQ di
atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatanya
dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih
mudah mencapai kinerja yang diharpkan.
2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam menghadapi situasi
kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri karyawan yang
terarah untuk mencapai tujuan kerja, sedangkan sikap adalah kondisi mental
yang mendorong diri karyawan untuk berusaha mencapai prestasi secara
maksimal
2.5 Pengaruh Stress Kerja Terhadap Prestasi Karyawan
Stress tidak saja membawa dampak bagi individu itu sendiri, tetapi juga
membawa dampak pada kinerja karyawan. Stress kerja dapat dimamfaatkan
secara positif untuk meningkatkan
kinerja karyawan. Hubungan stress dan
prestasi karyawan yang paling dikenal hubungan U terbalik yang disampaikan
oleh Robbins (2002 :376),
Stress adalah suatu kondisi dinamik yang di dalamnya seorang individu
dengan sesuatu peluang, kendala (constrains) atau tuntutan (demans)
yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkan atau hasilnya
dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.
Stress pada tingkat rendah sampai sedang merangsang tubuh dan
meningkatkan kemampuan untuk bereaksi, pada saat itulah individu sering
35
melakukan tugasnya dengan baik, lebih insentif, atau lebih cepat. Tetapi terlalu
banyak stress menempatkan tuntutan yang tidak dapat dicapai atau kendala pada
saat seseorang, yang mengakibatkan prestasi lebih rendah.
Prestasi karyawan dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dicapai seorang
karyawan dalam pelaksanaan pekerjaanya yang di bebankan kepadanya. Prestasi
karyawan merupakan suatu hal yang di harapkan oleh perusahaan dari
karyawanya, dalam rangka mengembangkan dan melancarkan setiap aktivitas
perusahaan sehingga tujuan perusahaan yang telah di tetapkan dapat tercapai.
Dari pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa stress kerja dapat
mempengaruh prestasi karyawan. Apabila prestasi karyawan meningkat, maka
perusahaan akan mencapai tujuan atau hasil yang maksimal.
Download