BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata Latin communicatus, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Komunikasi dalam kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu.1 Wilbur Schrarmm menyatakan2komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process), Scramm menguraikannya demikian: “Komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatus yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonness) dengan seseorang, yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap.“ Dari uraian Schramm tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (Commonnes), kesepahaman anatara sumber (Source) dengan penerima (audience –receiver). Sebuah komunikasi akan efektif apabila audience menerima pesan, pengertian, dan lain lain sama seperti yang dikehendaki oleh penyampai. 3 1 Effendy, Onong U. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007 hal 9 Suprapto Tommy. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: CAPS. 2011 hal 4 3 Ibid. 5 2 13 14 Pada dasarnya komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dimana memunculkan makna bersama sehingga apa yang dikehendaki komunikator dapat tersampaikan kepada komunikan dengan kesamaan makna. Pentingnya komunikasi memiliki kaitan yang cukup erat dengan keberhasilan kepemimpinan, sesuai dengan topik penelitian 2.1.2 Fungsi Komunikasi Pada dasarnya komunikasi memiliki berbagai fungsi yang dapat diterapkan dalam gaya kepemimpinan, seperti Komunikasi Social, Ekspresif, Ritual dan Instrumental sehingga adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih diantaranya dalam menerapkan fungsi tersebut. Para pakar komunikasi mengemukakan fungsi komunikasi diantaranya:4 A. Fungsi Pertama: Komunikasi Sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi social mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, serta terhindar dari tekanan dan ketegangan. B. Fungsi Kedua: Komunikasi Ekspresif Erat kaitanya dengan komunikasi social adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan sendirian atau kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatif bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan 4 Daryanto. Ilmu Komunikasi 1. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. 2011 hal 129 - 132 15 sejauh komunikasi tersebut instrument untuk menyampaikan perasaanperasaan (emosi) kita. Perasaan perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan pesan nonverbal maupun verbal. C. Fungsi Ketiga: Komunikasi Ritual Erat kaitanya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi yang biasanya dilakukan secara kolektif. Orang mengucapkan kata kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. D. Fungsi Keempat: Komunikasi Instrumental Komunikasi Instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan dan juga menghibur. Apabila diringkas ke semua fungsi tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi komunikasi erat kaitanya dengan apa yang harus diupayakan seorang pemimpin, dari fungsi social bagaimana komunikasi social bagi diri, fungsi ekspresif mengkomunikasikan perasaan perasaan baik formal maupun non verbal, fungsi ritual komunikasi yang bersifat simbolik dan fungsi instrumental erat kaitannya dengan komunikasi pimpinan. 2.1.3 Proses Komunikasi Proses komunikasi dapat diartikan sebagai pengiriman informasi atau pengiriman pesan dari pengirim pesan (komunikator) dan kepada penerima pesan ( komunikan). 16 Tujuan dari proses komunikasi tersebut adalah tercapainya saling pengertian (mutual understanding) anatara kedua belah pihak. Sebelum pesan pesan tersebut (decode) yang kemudian ditangkap oleh komunikan dan diberikan makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya (encode).5 Pada proses komunikasi dimana kepemimpinan memiliki kompetensi memperlancar proses komunikasi sehingga dalam penerapanya pemimpin dapat menjadi komunikator sehingga dapat mencapai tujuan. 2.2 Komunikasi Organisasi 2.2.1 Definsi Komunikasi Organisasi Organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harfiah berarti paduan dari bagian bagian yang satu sama lainya saling bergantung. Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu system yang mapan dari mereka yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan dan pembagian tugas. Hubungan antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjuannya yang terfokus kepada manusia manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Dimana pengertiannya komunikasi organisasi adalah pengirimian dan penerimaan berbagai pesan origanisasi didalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005) 6 5 Ruslan Rosady. Manajamen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012 hal 81 6 Khomsahrial Romli. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: PT. Grasindo. 2011 hal 1- 2 17 Organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama, dan komunikasi organisasi merupakan suatu pengertian proses komunikasi yang terjadi didalam organisasi baik formal maupun informal. Fakultas Ilmu Komunikasi merupakan suatu organisasi yang memiliki tujuan dalam misi dan visi yang akan di capai bersama baik pemimpin Dekan Fakultas dan anggotanya. 2.2.2 Fungsi Komunikasi Organisasi Menurut Conrad mengidentifikasi tiga komunikasi organisasi sebagai berikut: fungsi perintah, fungsi relasional, fungsi manajemen ambigu.7 1. Fungsi perintah berkenaan dengan anggota anggota organisasi mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima, menafsirkan, dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perinath adalah koordinasi dianatar sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi tersebut. 2. Fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolahkan anggota anggota menciptakan dan mempertahanakan bisnis produktif hubungan personal dengan anggota organisasi lain. 3. Fungsi manajemen ambigu berkenaan dengan pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu (misalnya : motivasi berganda). Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan (ambigu) yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainya untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang membutuhkan perolehan informasi bersama. 7 Ibid. 2 - 3 18 Dalam penerapanya pemimpin biasanya menerapkan fungsi Komunikasi Organisasi, sehingga dapat dijadikan tolak ukur bagaimana fungsi kepemimpinan berkomunikasi kepada anggotanya, menurut Conrad ada 3 fungsi Komunikasi Organisasi, yaitu Fungsi Perintah yang tujuanya adalah koordinasi, Fungsi Relasional yang tujuanya berhubungan, dan Fungsi Manajemen Ambigu yang tujuanya menjelaskan untuk kesamaan makna 2.3 Hubungan Masyarakat 2.3.1 Definisi Hubungan Masyarakat Menurut (British) Institute of Public Relations (IPR) (Jefkins, 2004: 9), Public Relations (PR) adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (goodwill) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. Sedangkan menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2004: 10), Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.8 Public Relations merupakan suatu profesi untuk menjembatani pola komunikasi baik dalam eksternal maupun internal organisasi. Public Relations juga merupakan fungsi management dalam membangun hubungan baik anatara organisasi dengan stakeholdernya. Public Relations juga berfungsi dalam menjaga reputasi, citra, dan nama baik perusahaan. Public Relations merupakan fungsi 8 Frank Jefkins. 2004. Public Relations. Jakarta: Erlangga, 2004 hal 9-10 19 mananjemen tertentu yang membantu membangun dan menjaga lini komunikasi, pemahaman bersama, penerimaan mutual dan kerja sama anatara organisasi dan publiknya 9 Pemimpin menjalankan fungsi sebagai Public Relations dalam membangun hubungan baik dengan para anggotanya dan stakeholder sekaligus mengkomunikasikan suatu informasi yang berkaitan dengan jalannya organisasi tersebut. Dalam hal ini pemimpin harus mengarahkan organisasi untuk menjadi iklim organisasi yang koondusif dengan gaya kepemimpinan yang tepat. 2.3.2 Fungsi Hubungan Masyarakat Public Relations sebagai fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.10 Cutlip dan Center mengatakan bahwa fungsi Public Relations meliputi hal hal sebagai berikut :11 1. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi. 2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada public dan menyalurkan opini public pada perusahaan. 3. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum. 9 Cutlip, Scoot M, Center, Allen H dan S Broom, Glen M. op.cit. hal 5 Cutlip, Scoot M, Center, Allen H dan S Broom, Glen M. op.cit. hal 6 11 Frida Kusumastuti. Dasar – dasar Humas. New York: PT Ghalia Indonesia & UMM Press. 2002 hal 23 – 24 10 20 4. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik, baik internal maupun eksternal. Dalam kesehariannya kepemimpinan menjalankan fungsi Public Relations dalam fungsi manajamen dalam membina hubungan antar khayalaknya, diantaranya membangun hubungan yang baik dengan cara membangun komunikasi timbal balik yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. 2.3.3 Peran Hubungan Masyrakat Ada 4 peran utama Public Relations yang mendeskripsikan sebagian besar praktik mereka yaitu: 12, 1. Technician communication Kebanyakan praktisi masuk ke bidang ini sebagai teknisi komunikasi. Deskripsi kerja dalam lowongan pekerjaan biasanya menyebutkan keahlian komunikasi dan jurnalistik, sebagai syarat. Praktisi yang melakukanm peran ini biasanya tidak hadir disaat manajemen mendefinisikan problem dan memilih solusi. Mereka baru bergabung untuk melakukan komunikasi dan mengimplementasikan program, terkadang tanpa mengetahui secara menyeluruh motivasi atau tujuan yang diharapkan. Meskipun mereka tidak hadir saat diskusi tentang kebijakan baru atau keputusan manajemen baru, merekalah yang diberi tugas untuk menjelaskannya kepada karyawan dan pers. Akan tetapi dalam peran 12 Scott M. Cutlip,Allen H. Center, Glen M.Broom. op.cit. hal 6 21 terbatas ini, para praktisi biasanya tidak berpartisipasi secara signifikan dakam pembuatan keputusan manajemen dan perencanaan strategis. 2. Expert Prescriber communication Ketika para praktisi mengambil peran sebagai pakar/ahli, orang lain akan menganggap mereka sebagai otoritas dalam persoalan PR dan solusinya. Manajemen puncak menyerahkan PR di tangan para ahli dan manajemen biasanya mengambil peran pasif saja. Praktisi yang beroperasi sebagai praktisi pakar bertugas mendefinisikan probelm, mengembangkan program, dan bertanggung jawab penuh atas implemetasinya 3. Communication facilitator Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi adalah sebagai pendengar yang peka dan broker (perantara) komunikasi. Fasilitator komunikasi bertindak sebagai perantara (liason), interpreter, dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka menjaga komunikasi dua arah dan memfasilitasi percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan dan menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah memberi informasi yang dibutuhkan oleh baik itu manajemen maupun publik untuk membuat keputuasan demi kepentingan bersama. Praktisi yang berperan sebagai fasilitator komunikasi ini bertindak sebagai sumber informasi dan agen kontak resmi antara organisasi dan publik. Mereka menengahi interaksi, menyusun agenda mendiagnosis dan memperbaiki kondisikondisi yang menganggu hubungan komunikasi di antara kedua belah pihak. Fasilitator komunikasi menempati peran di tengah-tengah dan berfungsi sebagai 22 penghubung antara organisasi dan publik. Mereka beroperasi dibawah asumsi bahwa komunikasi dua arah akan meningkatkan kualitas keputusan yang diambil oleh organisaasi dan public dalam hal kebijakan, prosedur, dan tindakan dalam kepentingan bersama. 4. Problem Solving Ketika praktisi melakukan peran ini, mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategies. Kolaborasi dan musyawarah dimulai dengan persoalan pertama dan kemudian sampai ke evaluasi program final. Praktisi pemecah masalah membantu manajer lain untuk dan organisasi untuk mengaplikasikan PR dalam proses manajemen bertahap yang juga dipakai untuk memecahkan problem organisasional lainnya. Dalam kepemimpinan memiliki kompetensi peranan Public Relations menjadi peran Expert Prescriber communication artinya pemimpin dalam menjalankan tugasnya mampu untuk menjadi pemecah masalah, fasilitator komunikasi atau pendengar yang baik, sampai pada kegiatan teknik komunikasi dengan professional. 2.4 Kepemimipinan 2.4.1 Pengertian Kepemimpinan Seorang pemimpin haruslah memiliki jiwa kepemimpinan yang memegang peranan yang penting karena pemimpin itulah yang menggerakan dan 23 mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Bawahan bisa saja tidak mengikuti apa yang diperintahkan pimpinan akan tetapi balik lagi bagaimana gaya kepemimpinan yang terapkan, haruslah efektif. Menurut Abdullah dapat dikatakan bahwa suskes tidaknya usaha organisasi, ditentukan oleh kualitas kepemimpinan.13 Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata “pimpin” lahirlah kata kerja “memimpin”yang artinya membimbing atau menuntun dan kata benda “pemimpin” yaitu orang yang berfungsi memimpin, atau orang yang membimbing, atau menuntun.14 Kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan seseorang untuk menggerakan orang lain dengan memimpin, membimbing, mempengaruhi orang lain, untuk melakukan sesuatu agar dicapai hasil yang diharapkan.15 Pemimpin merupakan seseorang yang menerapkan prinsip dan tekhnik motivasi, disiplin dan produktivitas jika bekerjasama dengan orang, tugas dan situasi agar dapat mencapai sasaran dan organisasi atau perusahaan. 16 Kepemimpinan pada dasarnya merupakan sebuah manajemen seseorang untuk menggerakan orang lain untuk mencapai tujuan. Dan pemimpin adalah orang yang menjalankan sikap kepemimpinan dalam mencapai tujuan dalam rangka menggerakan orang lain ketujuan tertentu. 13 Khomsahrial Romli. Op.cit. hal 97 Abdullah Masmuh. Komunikasi Organisasi : Dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. 2008 hal 245 15 Khomsahrial Romli. Loc.cit. hal 92 16 Husein Umar. Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia. 2009 hal 31 14 24 2.4.2 Fungsi Kepemimpinan Secara umum pemimpin merupakan puncak otoritas tugas yang memiliki wewenang yang sangat besar pada organisasi akan tetapi fungsi kepemimpinan tidak boleh dipakai seenaknya melainkan harus upaya aktif dalam mencapai tujuan. Fungsi pemimpin dalam organisasi menurut Terry (1960) dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu: 17 (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Penggerakaan, (4) Pengendalian. Studi dari Ohio State University, mengemukakan18 “dua orientasi utama pemimpin didalam menerapkan kepemimpinan, yaitu orientasi pada hubungan kemanusiaan dan orientasi pada struktur tugas.” Fungsi kepemimpinan pada dasarnya adalah perencanan, pengorganisasian, penggerak, dan pengendalian orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Sehingga dalam menjalankannya harus diperhatiakan mau dibawa kemanakah organisasi tersebut. Orientasi kepemimpinan pada dasarnya yaitu orientasi pada hubungan dengan anggota maupun stakeholdernya dan orientasi pada struktus tugas yang melihat hasil dan proses. 17 18 Khomsahrial Romli. Loc.cit. 97 Ibid. 97 25 2.4.3 Gaya Kepemimpinan Situasional Gaya kepemimpinan abad ke - 21, yaitu Kepemimpinan Situasional, yaitu gayakepemimpinan yang mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi dan keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melakukan tugas tugas organisasi secara efektif dan efisien. Kepemimpinan situasional menekankan bahwa keefektifan kepemimpinan seseorang bergantung pada pemilihan gaya epemimpinan yang tepat dalam menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan.19 Harsey dan Blanchard mengembangkan gaya kepemimpinan situasional efektif dengan memadukan tingkat kematangan jiwa bawahan dengan pola perilaku yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Ada 4 (empat) perilaku dasar kepemimpinan situasional, yaitu:20 1. Perilaku Direktif Perilaku direktif adalah perilaku yang diterapkan apabila pemimpin dihadapkan pada tugas yang rumit dan bawahan belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut, atau pemimpin berada di bawah tekanan waktu penyelesaian, maka pemimpin akan menjelaskan apa yang perlu dikerjakan. Perilaku ini ditandai dengan komunikasi satu arah dan pembatasan peran bawahan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata menjadi wewenang pemimpin, serta adanya pengawasan yang ketat oleh pemimpin. 19 Achmad Sanusi. Kepemimpinan Seakarang dan Masa Depan. Bandung.Prospect. 2009. hal 22 Miftah Thoha. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada 2012 hal 71 - 73 20 26 2. Perilaku Konsultatif Perilaku konsultatif adalah perilaku yang diterapkan ketika bawahan telah termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Dalam hal ini pemimpin hanya perlu memberi penjelasan yang lebih terperinci dan membantu bawahan untuk mengerti dengan meluangkan waktu membangun hubungan yang baik dengan mereka. Pada perilaku ini pemimpin masih memberikan instruksi yang cukup besar serta penetapan keputusan-keputusan dilakukan oleh pemimpin, namun dengan adanya komunikasi dua arah dan memberikan dukungan terhadap bawahan serta mau mendengar keluhan dan perasaan mereka, keputusan yang diambil tetap ada pada pemimpin. 3. Perilaku Partisipatif Perilaku partisipatif diterapkan apabila bawahan telah mengenal teknik- teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang dekat dengan pemimpin. Pemimpin meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan bawahan untuk lebih melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan. Pemimpin mendengarkan saran dan masukan dari bawahan mengenai peningkatan kerja. Keikutsertaan bawahan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan berdasarkan pemimpin yang berpendapat bahwa bawahan juga memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup luas untuk menyelesaikan tugas. 4. Perilaku Delegatif 27 Perilaku delegatif diterapkan apabila bawahan sepenuhnya paham dan efisien dalam kinerja tugas, sehingga pemimpin dapat melepaskan mereka untuk menjalankan tugasnya sendiri. Pengertian gaya kepemimpinan dipakai untuk sebagai tolok ukur melihat bagaimana gaya kepemimpinan dekanat seorang perempuan dalam Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, 2.4.4 Gaya Kepemimpinan Perempuan Pada tahun 1997 dalam Kanter mengemukakan bahwa perempuan yang memimpin meliputi:21 1. the Mother, dimana perempuan pemimpin dianggap sebagai ibu yang mengasuh anak-anak nya sehingga karyawan menjadi lebih simpatik karena mendengarkan dan menyelesaikan masalah dengan baik. 2. the Pet, perempuan pemimpin adalah favorit dan menjadi mascot karyawannya sehingga dianggap mampu menghibur dan bersenda gurau dengan karyawan. 3. the sexobject, perempuan pemimpin memotivasi kinerja karyawan untuk bekerja dengan lebih aktif, namun bukan berdasar pada perintah yang diberikan melainkan pada doronganyang berasal dari dalam diri. 21 Trias Setiawati. Kepemimpinan Perempuan Di Organisasi Pemerintah (Studi Kasus Kualitatif Tiga Lurah Di Kota Yogyakarta) Kanter (1997, Hlm 223-236). Diakses pada tanggal 1 Juli 2014 dari www.academia.edu/5307296/kepemimpinan_perempuan_studi_kasus_3_lurah_perempuan_di_k ota_yogyakarta 28 4. the Iron Maiden, perempuan pemimpin yang perkasa,menginginkan posisi yang setara dengan siapapun dan menunjukkan kompetensi dalam organisasi sehingga bekerja secara keras dan agresif. Sikap kepemimpinan perempuan ini merupakan landasan untuk menggambarkan gaya kepemimpinan yang terjadi pada topic penelitian Gaya Kepemimpinan Dekanat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana diantarnya pemimpin perempuan sebagai ibu dari anak anak dimana membentuk suatu suasana kekeluargaan saat berada di pekerjaan, pemimpin perempuan mampu menghibur pada ruang lingkup pekerjaan, pemimpin perempuan dapat membangkitkan semangat/ memotivator bawahanya untuk lebih baik lagi, pemimpin perempuan yang kuat dan mampu berkompetisi karena memiliki daya juang secara keras dan agresif. 2.5. Teori Nurture Membahas permasalahan jender berarti membahas permasalahan perempuan dan juga laki-laki dalam kehidupan masyarakat. Dalam pembahasan mengenai jender, termasuk kesetaraan dan keadilan jender dikenal adanya nurture (teori pemilahan antara laki-laki dan perempuan) juga berpengaruh terhadap keberadaan konsep perbedaan jender antara laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh factor lingkungan. Secara etimologi nurture berarti kegiatan perawatan/pemeliharaan, pelatihan,serta akumulasi dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi 29 kebiasaan dan cirri ciri yang nampak. Terminologi kajian gender memaknainya sebagai teori atau argumen yang menyatakan bahwa perbedaan sifat maskulin dan feminim bukan ditentukan oleh perbedaan biologis, melainkan konstruk sosial dan pengaruh faktor budaya. 22 Teori nurture (kebudayaan) merupakan bantahan terhadap teori nature, yang berpandangan bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang terjadi dalam masyarakat, tercipta melalui proses belajar dari lingkungan, hasil dari proses sosialisasi dan internalisasi pada semua sistem sosial yang ada dalam masyarakat.23 Adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan konstribusinya dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.24 Teori nurture beranggapan bahwa perempuan mampu untuk menjadi pemimpin karena factor konstruksi social yang terjadi, pengaruh pengalaman, pendidikan, kemauan, dan kemampuan menjadi factor utama seorang perempuan dapat berperan sebagai pemimpin. Teori narture digunakan dalam meneliti bagaimana proses subjek penelitian yaitu Dekanat Fakultas Ilmu Komunikasi menerapkan gaya kepemimpianan yang disesuaikan dengan focus penelitian yang 22 Moh. Khuzai. Problem Definisi Gender kajian atas konsep Nature dan Nurture diakses pada tanggal 1 Juli 2014 dari http://www.academia.edu/4761720/Problem_Definisi_Gender_Kajian_atas_Konsep_Nature_dan _Nurture 23 Kasiyan. Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan. Yogyakarta: Penerbit Ombak. 2008 hal 36 24 Ibid. hal 36 30 peneliti pakai dalam upaya menganalisa untuk menjawab dan mengambarkan penelitian. 2.6. Teori Feminisme Feminisme adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan hak dengan pria. Ditinjau secara etimologis, istilah feminisme berasal dari bahasa latin femmina yang berarti perempuan. Kata tersebut diadopsi dan digunakan oleh berbagai bahasa di dunia. Dalam bahasa Perancis, femme untuk menyebut perempuan. Feminitas dan maskulinitas dalam arti sosial dan psikologis harus dibedakan dengan istilah male (laki-laki) dan female (perempuan) dalam arti biologis.25 Saptari dan Holzer menyebutkan menyebutkan feminisme adalah kesadaran akan posisi perempuan yang rendah dalam masyarakat, dan keinginan untuk memperbaiki atau mengubah keadaan tersebut. Sehingga dapat dikatakan gerakan feminis itu mencoba untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang harmonis tanpa pengisapan dan diskriminasi, demokratis, dan bebas dari pengotakan berdasarkan kelas, kasta, dan jenis kelamin (sex).26 Aliran feminisme yang masuk dalam katagori penelitian yaitu Feminisme Liberal, Feminsime liberal berpandangan bahwa perempuan dapat menaikan posisi mereka dalam keluarga dan masyarakat melalui kombinasi inisiatif dan prestasi individual (misalnya pendidikan tinggi), diskusi rasional dengan kaum 25 Hastanti Widy Nugroho. Diskriminasi Gender (Potret perempuan dalam hegemoni laki-laki). Andi Offset: Yogyakarta. 2004. Hal 72 26 Shinta Kristanty. Representasi Perempuan Sebagai Wujud Feminisme Liberal dalam Film Erin Brockovich.Jurnal Digit al Universitas Budi Luhur. 2008. Hal. 54 31 laki-laki, khususnya suami yang dapat dikonsepsikan sebagai upaya memperbaiki peran gender mereka, mengalami, cara pengambilan keputusan sehubungan dengan pengasuhan anak yang akan memberikan kemungkinan bagi perempuan untuk mengejar karir dan mempertahankan hokum yang memberikan hak aborsi legal dan melindungi perempuan dalam diskriminasi sex. Dalam feminisme aliran liberal termasuk kedalam kandungan nilai-nilai feminsime bahwa seorang perempuan berhak merumuskan dirinya sendiri.27 27 Rosmarie Putnam Tong, Feminisme Thought: Pengantar Paling Komprehesif Kepada Arus Utama Pemikiran Feminisme, Jalsutra: Yogyakarta. 1998. Hal.15