HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III

advertisement
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III
DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI BPS SITI MUSLIKAH Am.Keb,
KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG
Ratri Wahyu Wardaningsih1) Chicik Nirmasari2) Yuliaji Siswanto3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email: UP2M@AKBIDNgudiwaluyo
ABSTRAK
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti
Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Pembimbing I : Chicik Nirmasari,
S.SiT., M.Kes, Pembimbing II: Yuliaji Siswanto, S.K.M., M.Kes (Epid).
Latar Belakang Upaya penanggulangan anemia telah banyak dilakukan, tetapi belum
menunjukkan penurunan yang berarti. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar ibu belum menyadari
pentingnya pencegahan anemia serta bahaya yang akan ditimbulkan. Salah satu penanganannya adalah
perlu melakukan analisis cermat perubahan perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu penilaian tiga
bentuk operasional perilaku berupa pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) yang ada di masyarakat. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil trimester III di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
Metode Penelitian : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini 37 orang, sedangkan sampel
diambil dengan menggunakan tehnik total poluasi yaitu sebanyak 37 orang. Analisis data menggunakan
uji chi square.
Kesimpulan, Saran : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada sebagian besar pengetahuan
responden tentang anemia di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang dalam kategori rendah, yaitu
sejumlah 18 responden (48,6 %) dan sebagian besar ibu hamil di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh
Semarang mengalami anemia yaitu sejumlah 20 orang (54,1 %). Berdasarkan uji Chi square didapatkan
nilai chi square sebesar 14,455 dan p-value 0,001 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPS Siti Muslikah
Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang dengan.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan motivasi dan meningkatkan pengetahuan dan
perilaku ibu hamil tentang pentingnya kebutuhan nutrisi selama kehamilan sehingga dapat menurunkan
angka kejadian anemia selama kehamilan
Kata kunci
Kepustakaan
: Pengetahuan, ibu hamil TM III, anemia
: 23 (2001-2010)
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
1
ABSTRACT
The several factors related to Low Birth Weight Babies (LBW) at Ambarawa Hospital in 2013.
Mentors I: Eti Salafas, S.SiT, Supervisor II: Moneca Diah L, S.SIT.
Background: Indonesian Infant Mortality Rate (IMR) is still very high at 34/1000 live births.
Death occurred at LBW neonates aged 0-6 days (78.5%) MDG's (Millennium Development Goals) by
2015 is to lower IMR to 23 per 1,000 live births. Some of the factors that influence birth weight include
maternal age, parity and maternal Hb. The purpose of this study was to determine the factors associated
with the incidence of LBW in Ambarawa General Hospital in 2013.
Research Methods: The study design used in this study was a analytic cross-sectional correlation
with the approach. The population in this study 499 people, while the sample taken using simple random
sampling technique that is as many as 83 people. Data analysis using chi square test.
Conclusion Discussion: The results of this study indicate that there is a significant relationship
between age of the respondent with the incidence of LBW in Ambarawa General Hospital in 2013 with a
value of p Value 0.023. At the educational level showed that there was a significant relationship with
maternal educational level incidence of LBW in Ambarawa General Hospital in 2013 with a value of p
Value 0.000 except that there was a significant relationship between maternal employment with LBW in
Ambarawa General Hospital in 2013 with a value of p Value 0.001. While the parity study showed that
there was no significant relationship with maternal parity LBW Ambarawa on General Hospital in 2013
with a value of 0.128 and p Value is no significant relationship between maternal anemia in the incidence
of LBW in Ambarawa General Hospital in 2013 with value p-value 0.000
The results are expected to be an input for the Hospital to further improve the quality and service
efforts for all infants and LBW for example in providing care to low birth weight should be even better
because of the extremely low birth weight needed attention and strict supervision..
Key words: Low Birth Weight Babies (LBW)
Bibliography: 23 (2001-2010)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sasaran Millenium Development Goals
(MDGs) yaitu Angka Kematian Ibu (AKI)
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH)
pada tahun 2015, penyebab langsung kematian
ibu diantaranya adalah perdarahan (28%),
eklampsia (24%), infeksi (11%), persalinan lama
(5%), dan abortus (5%). Kementrian Kesehatan
dalam menurunkan AKI melakukan upaya
percepatan dengan meluncurkan BOK, program
kesehatan Ibu dan Anak, dan P4K (Pudiastuti,
2011)
Semua angka kematian bayi dan anak hasil
SDKI 2012 lebih rendah dari hasil SDKI 2007.
Untuk periode lima tahun sebelum survei, angka
kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32
kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian
balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran
hidup (Kementrian Kesehatan, 2012). Angka
kematian ibu sepanjang tahun 2012 masih tinggi.
Sejak Januari hingga November 2012, kematian
ibu melahirkan mencapai 605 kasus. Angka itu
setara 100 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab
utamanya masih karena kegagalan persalinan dan
faktor non-kebidanan. Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Anung Sugihantono, Rabu
(26/12), di Kota Semarang, menyatakan, hingga
akhir tahun diperkirakan ada 650 kasus kematian
ibu di Jateng. Angka kematian ibu (AKI) 2011
tercatat 668 kasus (116 per 100.000 kelahiran
hidup) (Lusia, 2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan
risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan
melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu,
keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang
kurang baik menjelang kehamilan, kejadian
berbagai komplikasi pada kehamilan dan
kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal
dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
2
menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah
dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula.
Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak
mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu
yang
berkualitas,
terutama
pelayanan
kegawatdaruratan
tepat
waktu
yang
dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda
bahaya dan mengambil keputusan, terlambat
mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan.
Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak
terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan
salah satu dari kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua
pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda
pada saat melahirkan
(<20 tahun), terlalu
banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak
kelahiran/paritas (<2 tahun). Angka kematian ibu
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan
laporan dari kabupaten atau kota sebesar
116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada
tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran
hidup (Depkes Jateng, 2013).
Masalah yang dihadapi oleh pemerintah
Indonesia adalah tingginya prevalensi anemia ibu
hamil yaitu sebesar 50,9% dan sebagian besar
penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang
diperlukan untuk pembentukan hemoglobin,
sehingga anemia yang ditimbulkan disebut anemia
kekurangan besi . Keadaan kekurangan besi pada
ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir
sebelum waktunya, bayi baru lahir rendah
(BBLR), perdarahan setelah serta pada waktu
melahirkan dan pada anemia berat dapat
menimbulkan kematian ibu dan bayi. Pada anak
dapat mengalami gangguan pertumbuhan, tidak
dapat mencapai tinggi yang optimal dan anak
menjadi kurang cerdas (Soekirman, 2005).
Anemia adalah rendahya kadar hemoglobin
dalam darah. Rendahnya kadar hemoglobin atau
disingkat Hb ibu dapat dilihat apabila bagian
dalam kelopak mata terlihat berwarna anemis.
Pemeriksaan yang lebih teliti dapat dilakukan
terhadap contoh darah yang diambil dari ujung jari
dengan menggunakan alat seperti Hb meter dan
sebagainya. Kadar baku Hb dalam darah yang
digunakan untuk menentukan apakah seseorang
menderita anemia, terutama banyak sekali
ditemukan pada wanita hamil dan anak-anak pada
usia dibawah 3 tahun. Penyebab anemia dapat
bermacam-macam, akan tetapi yang paling banyak
ditemukan adalah akibat kekurangan zat besi
disamping kekurangan asam folat. Pencegahan
anemia akibat kekurangan zat besi dapat dilakukan
dengan jalan memberikan zat besi dalam bentuk
kapsul kepada wanita hamil terutama dalam masa
tiga bulan terakhir menjelang anak lahir
(Syahmien, 2007).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi
dengan Hb dibawah 11 gram persen pada trimester
I dan III atau kadar Hb kurang dari 10,5 gram
persen pada trimester II, Sedangkan untuk ibu
yang tidak hamil kadar Hb 12 gram persen.
Perbedaan nilai batas tersebut dengan ibu yang
tidak hamil karena hemodelusi terutama pada
trimester II (Saifuddin, 2006).
Ibu hamil dalam mengkonsumsi produk kaya
kandungan besi hindari mengkonsumsi makanan
yang mengandung fosfat dan oxalat phytate karena
akan menghambat penyerapan zat besi ke dalam
tubuh, sebaliknya iringi dengan pengkonsumsian
makanan kaya vitamin C agar penyerapan zat besi
oleh usus dapat berjalan optimal (Hellen, 2006).
Sebuah penelitian di Manado pada Oktober
2002 terhadap 30 ibu hamil menunjukkan adanya
hubungan positif antara status sosial ekonomi ibu
hamil dengan kadar serum ferritin darahnya (FKM
UI,
2013).
Adapun
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil antara lain umur ibu, pendidikan, paritas,
kepatuhan minum tablet Fe, pengetahuan dan
status gizi (Ansor, 2010).
Salah satu faktor masih tingginya angka
kejadian anemia, kurangnya pengetahuan disini
adalah ketidaktahuan akan tanda-tanda, gejala dan
dampak yang ditimbulkan oleh anemia akibatnya
kalaupun individu tersebut terkena anemia ia
tidak merasa dirinya “sakit“(Gillespie, 1998. Cit
Widiyanto, 2001). Akibat anemia bisa berbedabeda pada setiap tahap kehidupan. Pada anak,
anemia bisa menghambat pertumbuhan fisik dan
mentalnya. Pada masa remaja atau dewasa,
anemia bisa menurunkan kemampuan dan
konsentrasi serta gairah untuk beraktivitas.
Sementara pada wanita hamil, anemia
menyebabkan risiko perdarahan sebelum atau saat
melahirkan. (Muhammad, 2002). Anemia dalam
kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat
kehamilan, persalinan dan nifas (Manuaba, 2009).
Anemia menyebabkan jumlah oksigen yang
diikat dan dibawa hemoglobin berkurang,
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
3
sehingga tidak dapat memenuhi keperluan
jaringan. Beberapa organ dan proses memerlukan
oksigen dalam jumlah besar. Bila jumlah oksigen
yang dipasok berkurang maka kinerja organ yang
bersangkutan
akan
menurun,
sedangkan
kelancaran proses tertentu akan terganggu.
Anemia dapat menyebabkan perdarahan karena
efektif sel darah merah berkurang karena Hb
menurun, padahal fungsi Hb adalah mengikat
oksigen untuk di kirimkan ke organ-organ vital
seperti otak dan seluruh tubuh, dengan demikian
pengiriman oksigen pun menurun, hal ini
menyebabkan efek buruk begitu juga uterus. Otot
uterus tidak berkontraksi adekuat / atonia uteri
sehingga terjadi perdarahan post partum. Atonia
ini disebabkan karena pembuluh darah plasenta
berada di antara otot, seharusnya kontraksi dan
retraksi otot-otot uterus menekan pembuluhpembuluh darah yang terbuka, sehingga
lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah
tersumbat oleh bekuan darah (Wilson, 2002)..
Upaya penanggulangan anemia telah banyak
dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan
yang berarti. Hal ini dimungkinkan karena
sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya
pencegahan anemia serta bahaya yang akan
ditimbulkan. Salah satu penanganannya adalah
perlu melakukan analisis cermat perubahan
perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu
penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa
pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) yang ada di
masyarakat (BKKBN, 2005).
Pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan
khususnya anemia akan berpengaruh terhadap
perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program
pencegahan anemia dan sikap ibu
berupa
tanggapan untuk melakukan pencegahan anemia
(BKKBN (2005). Pengetahuan merupakan faktor
yang penting untuk terbentuknya sikap dan
perilaku seseorang, karena dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa sikap dan perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari
sikap dan perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Dengan
meningkatnya pengetahuan ibu hamil tentang
anemia diharapkan akan terjadi perubahan sikap
dan perilaku ke arah yang mendukung kesehatan
khususnya dalam pencegahan terjadinya anemia
pada ibu hamil.
Berdasarkan data tahun 2013 di BPS Siti
Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang pada bulan September – November
2013 sebanyak 40 ibu hamil trimester III yang
terdiri dari 30 (75%) ibu hamil yang anemia,
sedangkan 10 (25%) ibu hamil trimester III tidak
anemia. Hal tersebut menunjukkan tingginya
angka kejadian pada sebagian besar ibu hamil
yang berkunjung di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang pada
Bulan November 2013. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap 5 orang ibu hamil yang
berkunjung di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang pada
tanggal 17 November 2013 didapatkan data 4
orang ibu hamil, dengan Hb 8 gr%,9 gr5,7 gr%
dan 7 gr% dan mengatakan bahwa mereka
mengalami beberapa gejala seperti badan terasa
lemah, mudah cepat lelah, sering merasa pusing,
nafsu makan berkurang dan keluhan mual muntah
yang hebat pada saat hamil muda. Selain itu
keempat ibu hamil tersebut mengatakan bahwa
mereka tidak mau mengkonsumsi tablet Fe yang
diberikan oleh bidan karena adanya rasa mual saat
akan mengkonsumsi tablet Fe tersebut dan
beranggapan bahwa beberapa gejala seperti cepat
lelah, badan terasa lemah dan sering pusing
merupakan suatu gejala yang biasa terjadi pada sat
kehamilan khususnya pada saat hamil muda.
Mereka tidak mengetahui mengetahui bahwa hal
tersebut sangat membahayakan bagi kesehatan ibu
dan janin yang dikandungnya karena beberapa
gejala tersebut merupakan salah satu tanda dan
gejala terjadinya anemia pada kehamilan. Selain
beberapa tanda dan gejala anemia yang tidak
diketahui, keempat ibu hamil tersebut juga tidak
mengetahui tentang anemia itu sendiri dan
penyebab yang sering menimbulkan anemia pada
ibu hamil. Hal tersebut menunjukkan rendahnya
pengetahuan ibu hamil tentang anemia yang sering
menyertai pada kehamilan di BPS Siti Muslikah
Am.Keb sehingga menyebabkan kurangnya
perhatian dan penanganan serta pencegahan
terhadap anemia pada ibu hamil. Selain itu
berdasarkan hasil wawancara juga didapatkan 1
orang ibu hamil yang mengalami tanda dan gejala
anemia akan tetapi ibu tersebut mengetahui bahwa
ibu menderita anemia dan mengatakan
mengkonsumsi banyak nutrisi serta tablet Fe
sesuai anjuran yang diberikan oleh bidan di BPS
Siti Muslikah Am.Keb.
Mengingat begitu seriusnya akibat yang
sering timbul oleh adanya anemia selama
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
4
kehamilan dan dapat mengakibatkan dampak
buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang
dilahirkan oleh karena itu, berdasarkan fenomena
di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ini dengan judul: “Hubungan tingkat
pengetahuan ibu hamil trimester III dengan
kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.”
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan
adalah deskriptif korelasi yang bertujuan
untuk melihat hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat,yaitu hubungan antara
pengetahuan ibu hamil trimester III dengan
kejadian anemia. Pendekatan yang digunakan
pada penelitian ini yaitu pendekatan cross
sectional, yaitu jenis penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran atau
observasi data variabel dependen serta
independen hanya satu kali, pada satu saat
(Nursalam, 2003;h131).
2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua ibu hamil trimester III di BPS Siti
Muslikah Suruh Semarang, sejumlah 37 ibu
hamil pada bulan Mei-Juni 2014.
Tehnik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah sampling jenuh atau total
sampling yaitu teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi dijadikan sampel
(Sugiono, 2009). Besar sampel dalam
penelitian ini adalah sejumlah 37 ibu hamil
TM III di BPS Siti Muslikah Suruh Semarang.
HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
Hasil penelitian
a. Umur Responden
Tabel 4.1
Umur (Tahun)
< 20
20-35
>35
Total
Distribusi
Frekuensi
umur
responden di BPS Siti Muslikah,
Am.Keb, Suruh Semarang
Frekuensi
4
31
2
37
Persentase (%)
10,8
83,8
5,4
100.0
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui
bahwa dari 37 responden ibu hamil, sebagian besar
berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 31 responden
(83,8 %) dan hanya sebagian kecil responden yang
berumur > 35 tahun yaitu sejumlah 2 responden
(5,4 %).
b. Pendidikan Responden
Tabel 4.2 Distribusi
frekuensi
pendidikan responden di BPS
Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh
Semarang
endidikan
SD
SMP
SMA
PT
Total
Frekuensi
5
10
17
5
37
Persentase (%)
13,5
27,0
46,0
13,5
100.0
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui
bahwa dari 37 responden ibu hamil, sebagian besar
berpendidikan SMA, yaitu sejumlah 17 responden
(46,0 %). dan hanya sebagian kecil responden
mempunyai tingkat pendidikan SD dan Perguruan
Tinggi yaitu masing-masing sejumlah 5 responden
(13,5 %).
c. Pekerjaan
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pekerjaan
responden
di
BPS
Siti
Muslikah, Am.Keb, Suruh
Semarang
Pekerjaan
PNS
Swasta
Dagang
Tani/buruh
IRT
lainnya
Total
Frekuensi
2
6
1
13
12
3
37
Persentase (%)
5,4
16,3
2,7
35,1
32,4
8,1
100.0
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui
bahwa dari 37 responden ibu hamil, sebagian besar
responden bekerja sebagai buruh/tani, yaitu
sejumlah 13 responden (35,1 %) dan hanya
sebagian kecil responden yang bekerja sebagai
pedagang yaitu sejumlah 1 responden (2,7 %).
Analisa Univariat
a. Pengetahuan tentang anemia
Tabel 4.4 Distribusi
frekuensi
pengetahuan
responden
tentang anemia di BPS Siti
Muslikah, Am.Keb, Suruh
Semarang
Pengetahuan
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Frekuensi
18
7
12
37
Persentase (%)
48,6
18,9
32,5
100.0
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
5
Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui
bahwa sebagian besar pengetahuan responden
tentang anemia dalam kategori rendah, yaitu
sejumlah 18 responden (48,6 %) dan sebagian
kecil responden mempunyai pengetahuan dalam
kategori sedang yaitu sejumlah 7 responden (18,9
%), dengan rincian sebagai berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
PERNYATAAN
Anemia kehamilan adalah keadaan
dimana
ibu
hamil
mengalami
kekurangan darah
Ibu hamil dikatakan tidak mengalami
anemia, apabila cek darah dengan hasil
pemeriksaan menunjukkan kadar darah
kurang dari 11 gr%
Anemia
dapat
disebabkan
oleh
kurangnya nutrisi dan gizi ibu saat
kehamilan
Kurangnya mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat besi dapat
mengakibatkan anemia
Ibu hamil yang menderita TBC dapat
menyebabkan anemia pada ibu hamil
Cepat letih dan badan terasa lemah
merupakan salah satu tanda gejala
anemia
Kepala terasa pusing dan mata
berkunang-kunang merupakan salah satu
tanda gejala anemia
Apabila ibu hamil mengalami penurunan
nafsu makan maka merupakan tandatanda seorang ibu hamil menderita
anemia
Apabila ibu mengeluh sering kehilangan
konsentrasi dan terasa mau pingsan
maka hal tersebut merupakan tanda
gejala ibu menderita anemia
Mual dan muntah yang berlebih
merupakan tandan gejala penderita
anemia pada kehamilan
Jumlah anak sebelumnya tidak akan
mempengaruhi terjadinya anemia pada
ibu hamil
Kehamilan dengan usia kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun dapat
menyebabkan terjadinya anemia
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat
menyebabkan terjadinya anemia karena
kondisi ibu masih belum pulih dan
pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi belum
optimal
Anemia
pada
kehamilan
dapat
menyebabkan terjadinya bayi lahir
prematur
Anemia
pada
kehamilan
dapat
menyebabkan kejadian ketuban pecah
dini
Apabila ibu menderita anemia pada saat
hamil maka kemungkinan besar dapat
menyebabkan kelainan atau cacat pada
bayi yang dilahirkannya
Anemia dapat mengakibatkan lamanya
persalinan
Anemia dapat menyebabkan keguguran
Makan sayuran, buah-buahn dan kcangkacangan dapat mencegah terjadinya
anemia saat kehamilan
Makanan dan buah-buahan yang
mengandung vitamin C merupakan
sumber zat besi yang dapat mencegah
terjadinya anemia kehamilan
Mengkonsumsi daging dan ikan saat
hamil dapat mencegah terjadinya anemia
kehamilan
Minum 1 (satu) tablet tambah darah
34
Tahu
91,9 %
23
62,2 %
14
37,8 %
19
51,4 %
18
48,6 %
24
64,9 %
13
35,1 %
22
59,5 %
15
40,5 %
20
54,1 %
17
45,9 %
33
89,2 %
4
10,8 %
30
81,1 %
7
18,9 %
22
59,5
15
40,5 %
16
43,2 %
21
56,8 %
13
35,1 %
24
64,9 %
26
70,3 %
11
29,7 %
17
45,9 %
Tidak tahu
3
8,1 %
20
No
PERNYATAAN
setiap hari paling sedikit selama 90 hari
masa kehamilan merupakan tindakan
pencegahan terhadap anemia selama
kehamilan
62,2 %
14
37,8 %
22
59,5 %
15
40,5 %
9
24,3 %
28
75,7 %
23
62,2 %
14
37,8 %
24
24
64,9 %
64,9 %
13
13
35,1 %
35,1 %
30
81,1 %
7
18,9 %
28
75,7 %
9
24,3 %
21
56,8 %
16
43,2 %
Tidak tahu
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat 37,8 %
responden
tidak
mengetahui
mengetahui
pengertian anemia yaitu ibu hamil dikatakan tidak
mengalami anemia, apabila cek darah dengan hasil
pemeriksaan menunjukkan kadar darah kurang
dari 11 gr%. Sedangkan tentang penyebab anemia
sebagian besar responden (48,6 %) mempunyai
pengetahuan yang kurang tentang penyebab
anemia yaitu anemia dapat disebabkan oleh
kurangnya nutrisi dan gizi ibu saat kehamilan dan
sebanyak 40,5 % ibu hamil yang menderita TBC
dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil. Selain
itu 45,9 % responden juga tidak mengetahui tanda
dan gejala anemia adalah cepat letih dan badan
terasa lemah,sering kehilangan konsentrasi dan
terasa mau pingsan. Sebagian besar responden
(75,7 %) juga mempunyai pengetahuan yang
kurang tentang akibat yang dapat ditimbulkan oleh
anemia yaitu bahwa apabila ibu menderita anemia
pada saat hamil maka kemungkinan besar dapat
menyebabkan kelainan atau cacat pada bayi yang
dilahirkannya
b. Anemia
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi kejadian
anemia pada responden di BPS
Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh
Semarang
Pengetahuan
Anemia
Frekuensi
Persentase (%)
20
54,1
Tidak anemia
Total
17
37
45,9
100,0
54,1 %
23
Tahu
Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden mengalami
anemia yaitu sejumlah 20 orang (54,1 %)
Analisa Bivariat
Analisis bivariat pada bagian ini menyajikan
hasil analisis hubungan antara pengetahuan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester
III di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan
Suruh Kabupaten Semarang. Untuk menguji
hubungan ini digunakan uji Chi Square dimana
hasilnya disajikan berikut ini.
Tabel 4.6 Tabulasi silang hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil trimester
III di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
6
Kecamatan
Semarang
Pengetahuan
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
Kepatuhan
Tidak
anemia
%
f
%
83,3
3 16,7
42,9
4 57,1
16,7 10 83,3
54,1 17 45,9
Anemia
f
15
3
2
20
Suruh
Total
f
%
18 48,7
7 18,9
12 32,4
37 100,0
Kabupaten
Chi
Square
P-value
14,455
0,001
Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa
responden dengan pengetahuan rendah sebagian
besar mengalami anemia yaitu sejumlah 15 orang
(83,3 %), responden dengan pengetahuan sedang
sebagian besar tidak mengalami anemia yaitu
sejumlah 4 orang (57,4 %), dan responden dengan
pengetahuan tinggi sebagian besar tidak
mengalami anemia yaitu sejumlah 10 orang (83,3
%).
Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai Chi
Square sebesar 14,455 dengan p-value 0,001. Oleh
karena p-value = 0,001 < α (0,05), maka Ho
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester
III di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan
Suruh Kabupaten Semarang.
PEMBAHASAN
Analisa univariat
Pengetahuan ibu hamil TM III tentang anemia
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
sebagian besar pengetahuan responden tentang
anemia di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh
Semarang dalam kategori rendah, yaitu sejumlah
18 responden (48,6 %). Pengetahuan yang rendah
pada sebagian besar responden tersebut dapat
dilihat dari pengetahuan yang kurang tentang
tanda dan gejala anemia pada kehamilan.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian
responden menyatakan tidak tahu bahwa mual dan
muntah yang berlebih merupakan tandan gejala
penderita anemia pada kehamilan (56,8 %).
Berdasarkan hasil jawaban responden diketahui
bahwa sebagian besar responden (45,9 %),
menyatakan tidak tahu bahwa cepat letih dan
badan terasa lemah merupakan salah satu tanda
gejala anemia dan 43,5 % responden menyatakan
benar bahwa mual dan muntah yang berlebih
merupakan tanda gejala penderita anemia pada
kehamilan.
Menurut Hellen (2006), tanda dan gejala
anemia diantaranya adalah : letih, lemak, lesu,
loyo berkepanjangan merupakan gejala khas yang
menyertai anemia, mengeluh sering sakit kepala,
sulit berkonsentrasi, muka, kelopak mata tampak
pucat, telapak tangan tidak merah, nafas terasa
pendek, kehilangan selera makan
dan daya
kekebalan tubuh yang rendah sehingga muda
terserang penyakit.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian
didapatkan adanya kesenjangan dalam hal
pengetahuan responden terhadap tanda dan gejala
anemia yang sering menyertai pada masa
kehamilan yaitu cepat letih dan badan terasa lemah
bukanlah tanda dan gejala anemia pada kehamilan.
Sebagian responden beranggapan bahwa sering
letih dan badan terasa lemah karena hal tersebut
diakibatkan oleh berat badan ibu yang semakin
meningkat akibat janin yang dikandungnya. Berat
bdan yang semakin meningkat dan beban terhadap
janin yang dikandungnya menyebabkan seorang
ibu hamil menjadi cepat lelah dan terasa lemah
serta sering kehilangan konsentrasi. Selain itu juga
terdapat anggapan yang salah bahwa mual muntah
yang sering terjadi pada masa kehamilan
merupakan tanda dan gejala ibu mengalami
anemia padahal menurut teori yang ada
menunjukkan bahwa anemia pada kehamilan tidak
disertai mual muntah yang berkepanjangan saat
kehamilan.
Rendahnya
pengetahuan sebagian besar
responden tentang tanda gejala anemia pada masa
kehamilan menyebabkan sebagian besar responden
juga kurang memahami tentang pengaruh anemia
pada kehamilan dan dampak atau resiko anemia
pada kehamilan serta cara pencegahannya.
Rendahnya pengetahuan tentang pengaruh anemia
pada kehamilan tersebut dapat dilihat dari hasil
penelitian yang ditunjukkan dengan hasil jawaban
responden terhadap kuesioner yang diberikan oleh
peneliti. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
diketahui bahwa sebagian besar responden tidak
tahu bahwa apabila ibu menderita anemia pada
saat hamil maka kemungkinan besar dapat
menyebabkan kelainan atau cacat pada bayi yang
dilahirkannya (75,7 %). Hal tersebut menunjukkan
kurangnya pemahaman sebagian responden
tentang pengaruh atau resiko terjadinya anemia
pada masa kehamilan sehingga berpengaruh
terhadap rendahnya pengetahuan responden
tentang anemia.
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
7
Salah satu faktor masih tingginya angka
kejadian anemia, kurangnya pengetahuan disini
adalah ketidaktahuan akan tanda-tanda, gejala dan
dampak yang ditimbulkan oleh anemia akibatnya
kalaupun individu tersebut terkena anemia ia tidak
merasa dirinya “sakit“(Widiyanto, 2006). Akibat
anemia bisa berbeda-beda pada setiap tahap
kehidupan.
Pada wanita hamil,
anemia
menyebabkan risiko perdarahan sebelum atau saat
melahirkan. (Muhammad, 2002). Anemia dalam
kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat
kehamilan, persalinan dan nifas (Manuaba, 2009).
Upaya penanggulangan anemia telah banyak
dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan
yang berarti. Hal ini dimungkinkan karena
sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya
pencegahan anemia serta bahaya yang akan
ditimbulkan. Salah satu penanganannya adalah
perlu melakukan analisis cermat perubahan
perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu
penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa
pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) yang ada di
masyarakat (BKKBN, 2005).
Rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang
pencegahan anemia dapat dilihat dari hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian
besar responden (43,2 %) menyatakan salah
bahwa minum 1 (satu) tablet tambah darah setiap
hari paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan
merupakan tindakan pencegahan terhadap anemia
selama kehamilan.
Untuk mengatasi masalah anemia gizi besi
pada ibu hamil, pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan melalui program Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga (UPKG)
telah
mendistribusikan tablet besi dimana 1 tablet berisi
200 mg ferro sulfat dan 0,25 mg asam folat,
ditujukan pada semua ibu hamil yang
mengunjungi
Posyandu
dan
Puskesmas.
Pemberian tablet diutamakan pada kehamilan
trimester III dengan dosis 1 tablet per hari. Ferro
sulfat yang terdapat dalam tablet besi yang
dibagikan pada ibu hamil mengandung 30% unsur
besi. Setiap ibu hamil diharapkan meminum paling
sedikit 90 tablet. Dari 90 tablet tersebut
diperkirakan 84% ferro sulfat yang dapat
diabsorpsi oleh tubuh untuk mencukupi kebutuhan
zat besi perlu didapat dari makanan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan
diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
ibu hamil tentang anemia di BPS Siti Muslikah
Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang
tergolong dalam kategori rendah. Menurut
Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan
hasil dari tahu setelah orang melakukan
pengindraan terhadap sesuatu obyek tertentu.
Pengindraan dapat melalui panca indra manusia
yaitu indra pengelihatan, pendengaran, penciuman,
indra peraba dan perasa. Pengetahuan dapat
diperoleh dari pendidikan, pengalaman, media
massa
maupun
lingkungan.
Pengetahuan
diperlukan sebagai dorongan psikis dalam
menumbuhkan diri maupun dorongan sikap dan
perilaku sehari-hari sehingga dapat dikatakan
bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap
tindakan seseorang. Pengetahuan akan mendasari
seseorang dalam melakukan perubahan perilaku,
sehingga perilaku yang dilakukan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didadari
oleh pengetahuan. Pengetahuan dapat diartikan
tahu atau mengerti sesudah melihat (menyaksikan,
mengalami atau diajar) (Notoatmodjo, 2010).
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
Ismail (2010), yang menyatakan bahwa adanya
hubungan signifikan antara pengetahuan dan
anemia ibu hamil dengan pengetahuan rendah
tentang anemia, mempunyai risiko kurang lebih 10
kali lebih tinggi untuk terjadinya anemia daripada
ibu hamil dengan pengetahuan tinggi. Hal tersebut
dapat disimpulkan dari hasil bahwa anemia
sebagian besar diderita oleh responden dengan
pengetahuan tentang anemia yang rendah.
Penemuan ini juga mendukung berbagai hasil
penelitian antara lain dari Kapil dkk. (1991) dalam
Anggraeni (2010) mendapatkan hasil bahwa
peningkatan pengetahuan pada wanita pranikah
akan menurunkan kejadian anemia pada
kehamilannya kelak. Galloway dan Mc. Guire
pada tahun 1994 dalam Anggraeni (2010), juga
meneliti tentang faktor-faktor determinan risiko
anemia, mendapatkan hasil bahwa salah satu
faktor adalah perilaku termasuk pengetahuan ibu
hamil.
Berdasarkan penelitian juga diketahui bahwa
sebagian
besar
responden
mempunyai
pengetahuan yang tinggi tentang anemia yaitu
sebanyak 12 responden (32,4 %). Hal tersebut
dapat dilihat pertanyaan tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala anemia serta faktor
yang mempengaruhi anemia pada saat kehamilan
yang dapat dijawab dengan benar oleh sebagian
besar responden. Pengetahuan yang tinggi oleh
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
8
sebagian besar responden tersebut didukung oleh
adanya berbagai informasi yang diterimanya serta
pengalaman dari kehamilan yang lalu atau
pengalaman dari tetangga atau kerabat yang
pernah mengalami kehamilan dengan anemia.
Pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan
khususnya anemia akan berpengaruh terhadap
perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program
pencegahan anemia dan sikap ibu
berupa
tanggapan untuk melakukan pencegahan anemia
(BKKBN (2005). Pengetahuan merupakan faktor
yang penting untuk terbentuknya sikap dan
perilaku seseorang, karena dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa sikap dan perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari
sikap dan perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Dengan
meningkatnya pengetahuan ibu hamil tentang
anemia diharapkan akan terjadi perubahan sikap
dan perilaku ke arah yang mendukung kesehatan
khususnya dalam pencegahan terjadinya anemia
pada ibu hamil.
Upaya penanggulangan anemia telah banyak
dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan
yang berarti. Hal ini dimungkinkan karena
sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya
pencegahan anemia serta bahaya yang akan
ditimbulkan. Salah satu penanganannya adalah
perlu melakukan analisis cermat perubahan
perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu
penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa
pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) yang ada di
masyarakat (BKKBN, 2005).
Peran petugas kesehatan dalam pencegahan dan
penanggulangan anemia dalam kehamilan sangat
signifikan, dengan adanya petugas kesehatan
khususnya bidan di desa diharapkan masyarakat,
khususnya ibu hamil akan mudah dalam
mengakses informasi yang berhubungan dengan
kehamilannya terutama masalah anemia dalam
kehamilan. Diharapkan dengan adanya informasi
yang jelas dan lengkap tentang anemia maka
pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam
kehamilan akan meningkat dan kejadian anemia
dalam kehamilan dapat dicegah dan ditanggulangi
lebih dini.
Kejadian anemia
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
sebagian besar ibu hamil di BPS Siti Muslikah,
Am.Keb, Suruh Semarang mengalami anemia
yaitu sejumlah 20 orang (54,1 %). Hal tersebut
menunjukkan masih tingginya angka kejadian
anemia pada ibu hamil khususnya di BPS siti
Muslikah, Suruh, Semarang.
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi
dengan Hb dibawah 11 gram persen pada trimester
I dan III atau kadar Hb kurang dari 10,5 gram
persen pada trimester II, Sedangkan untuk ibu
yang tidak hamil kadar Hb 12 gram persen.
Perbedaan nilai batas tersebut dengan ibu yang
tidak hamil karena hemodelusi terutama pada
trimester II (Saifuddin, 2006). Hemoglobin ibu
sebelum hamil sekitar 11 gr% maka dengan
terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia
hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5
sampai 10 gr% (Manuaba, 2010).
Masalah yang dihadapi oleh
pemerintah
Indonesia adalah tingginya prevalensi anemia ibu
hamil yaitu sebesar 50,9% dan sebagian besar
penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang
diperlukan untuk pembentukan hemoglobin,
sehingga anemia yang ditimbulkan disebut anemia
kekurangan besi . Keadaan kekurangan besi pada
ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir
sebelum waktunya, bayi baru lahir rendah
(BBLR), perdarahan setelah serta pada waktu
melahirkan dan pada anemia berat dapat
menimbulkan kematian ibu dan bayi. Pada anak
dapat mengalami gangguan pertumbuhan, tidak
dapat mencapai tinggi yang optimal dan anak
menjadi kurang cerdas (Soekirman, 2005).
WHO melaporkan bahwa prevalensi anemia
kehamilan secara global 55% kejadian anemia
tertinggi pada trimester ketiga dibandingkan
dengan trimester pertama dan kedua kehamilan.
Kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20 dan
89% dengan menetapkan Hb 11 g% (g/dl)
sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di
Indonesia menunjukan nilai yang cukup tinggi.
Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemia
kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% trimester
II dan 24,8% pada trimester III. Anemia di dalam
kehamilan mempunyai resiko yang tinggi terhadap
kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR), kelahiran
preterm dan kematian janin (Manuaba, 2010).
Tingginya angka kejadian anemia di Indonesia
dan khususnya di BPS Siti Muslikah, Am.Keb,
Suruh Semarang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil antara lain umur
ibu, pendidikan, paritas, status ekonomi
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
9
(pekerjaan), kepatuhan minum tablet Fe,
pengetahuan dan status gizi (Ansor, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
masih terdapat responden yang berusia dibawah 20
tahun dan diatas 35 tahun yaitu sebanyak 6 orang
(16,2 %). Hal tersebut menunjukkan masih adanya
kelompok umur beresiko terhadap kehamilan yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia
pada kehamilan. Umur seorang ibu berkaitan
dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 –
35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan > 35
tahun dapat menyebabkan anemia karena pada
kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum
optimal emosinya cenderung labil, mentalnya
belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat
gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia >
35 tahun terkait dengan kemunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa di usia ini.
Menurut Herlina (2007), wanita yang berumur
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
mempunyai resiko yang tinggi untuk hamil.
Karena akan membahayakan kesehatan dan
keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko
mengalami perdarahan dan dapat menyebabkan
ibu mengalami anemia. Usia ibu dapat
mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin
rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar
hemoglobinnya.
Selain faktor umur ibu hamil tinggi kejadian
anemia di BPS Siti Muslikah, Suruh, Semarang
juga dipengaruhi oleh rendahnya tingkat
pendidikan sebagian responden. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa masih terdapat banyak
responden yang berpendidikan rendah yaitu
setingkat SMP (27,0) dan SD (13,5 %). Tingkat
pendidikan responden sangat berpengaruh
terhadap penyerapan informasi dan pemahaman
responden terhadap suatu penyakit serta informasi
yang didapatkannya.
Anemia gizi lebih sering terjadi pada kelompok
penduduk yang berpendidikan rendah. Kelompok
ini umumnya kurang memahami kaitan anemia
dengan faktor lainnya, kurang mempunyai akses
mengenai
informasi
anemia
dan
penanggulangannya, kurang dapat memilih bahan
makanan
yang bergizi khususnya
yang
mengandung zat besi relatif tinggi dan kurang
dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang
tersedia Pada beberapa pengamatan menunjukkan
bahwa kebanyakan anemia yang diderita
masyarakat adalah karena kekurangan zat besi
banyak dijumpai di daerah pedesaan dengan
malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan
persalinan dengan jarak yang berdekatan dan ibu
hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial
ekonomi rendah.
Menurut penelitian yang dilakukan Amiruddin
dkk (2007), faktor yang mempengaruhi status
anemia adalah umur, tingkat pendidikan rendah,
pekerja berat dan konsumsi tablet Fe < 90 butir,
sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan
menurut L. Tobing (2008) prevalensi anemia
tertinggi di jumpai pada wanita dengan tingkat
pendidikan SD dan SLTP (19,6%).
Selain faktor umur responden dan tingkat
pendidikan responden tingginya angka kejadian
anemia di BPS Siti Muslikah, Suruh, Semarang,
kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh jenis
pekerjaan responden. Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja
sebagai buruh/tani yaitu sejumlah 13 responden
(35,1 %).
Wanita hamil harus mengurangi semua
kegiatan yang melelahkan, tapi tidak boleh
digunakan sebagai alasan untuk menghindari
pekerjaan yang tidak disukainya. Selain itu wanita
hamil harus berhati-hati melakukan pekerjaan
yang cenderung lama dan melelahkan, karena
dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan
mengakibatkan gangguan sirkulasi serta oedema
tungkai karena kaki tergantung jika duduk terlalu
lama atau berdiri terlalu lama (Yunita, 2008). Hal
tersebut menunjukkan bahwa responden yang
bekerja sebagai buruh/tani cenderung untuk
bekerja keras karena tuntutan pekerjaan ataupun
guna
memenuhi
kebutuhan
keluarganya.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden
yang bekerja sebagai karyawan swasta diketahui
bahwa sebagian besar mengatakan mereka bekerja
berangkat dari pagi hari sampai sore hari serta
dalam bekerja selalu berdiri ataupun duduk terus
menerus. Sebagai buruh mereka dituntut untuk
memenuhi target pekerjaan sesuai dengan waktu
yang ditentukan oleh atasan mereka sehingga
menyebabkan sebagain besar ibu merasa sangat
kelelahan dan kurang waktu untuk istirahat serta
kurangnya akses informasi yang diterima karena
sebagian besar waktunya tersita untuk pekerjaan.
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
10
Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istirahat
dan tidur yang mendukung kesehatan sendiri,
maupun kesehatan bayinya. Kebiasaan tidur larut
malam dan pekerjaan-pekerjaan yang menguras
tenaga harus dipertimbangkan dan kalau mungkin
dikurangi hingga seminimal mungkin karena dapat
menimbulkan berbagai ketidaknyamanan selama
kehamilan yang dapat menimbulkan tanda dan
bahaya kehamilan. Selain itu sebagai buruh/tani
menyebabkan
kurangnya
perhatian
dan
pengetahuan responden terhadap asupan nutrisi
yang baik bagi kehamilannya. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya pekerjaan yang menyita
waktu responden sehingga sebagian besar
responden kurang memperhatikan asupan nutrisi
bagi kehamilannya.
Menurut Yunita (2008), selama kehamilan ibu
membutuhkan tambahan asupan makanan untuk
pertumbuhan janin dan pertahanan dirinya sendiri.
Sebagai tenaga kesehatan sebaiknya melakukan
upaya untuk mempromosikan tentang kebutuhan
nutrisi ibu hamil tersebut. Kebutuhan gizi ibu
hamil meningkat 15 % dibandingkan dengan
kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini
dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu dan janin.
Makanan dikonsumsi ibu hamil 40 % digunakan
untuk pertumbuhan janin dan sisanya (60 %)
digunakan untuk pertumbuhan ibunya. Hal
tersebut menunjukkan pentingnya asupan nutrisi
bagi kesehatan ibu dan janinnya saat kehamilan.
Dengan kurangnya tingkat pengetahuan responden
tentang asupan nutrisi yang adekuat bagi
kehamilannya akan mempengaruhi kesehatan ibu
maupun janinnya. Responden yang bekerja
sebagai buruh/tani sebagian besar kurang
memperhatikan asupan nutrisi bagi kehamilannya
dikarenakan kurangnya akses informasi yang
didapatkannya baik dari media elektronik maupun
media massa. Hal ini disebabkan karena beban
pekerjaan yang terlalu berat dan tuntutan
pekerjaan dari atasan yang harus segera
diselesaikan sehingga tidak ada waktu luang untuk
mendapatkan berbagai informasi tentang asupan
nutrisi bagi kehamilannya. Kurangnya informasi
tentang asupan nutrisi bisa mengakibatkan
kurangnya pengetahuan responden tentang nutrisi
yang baik bagi kehamilannya sehingga bisa
mengakibatkan berbagai komplikasi dan tanda
bahaya bagi kehamilan misalnya resiko terjadinya
anemia.
Upaya penanggulangan anemia telah banyak
dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan
yang berarti. Hal ini dimungkinkan karena
sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya
pencegahan anemia serta bahaya yang akan
ditimbulkan. Salah satu penanganannya adalah
perlu melakukan analisis cermat perubahan
perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu
penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa
pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) yang ada di
masyarakat (BKKBN, 2005).
Pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan
khususnya anemia akan berpengaruh terhadap
perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program
pencegahan anemia dan sikap ibu
berupa
tanggapan untuk melakukan pencegahan anemia
(BKKBN (2005). Pengetahuan merupakan faktor
yang penting untuk terbentuknya sikap dan
perilaku seseorang, karena dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa sikap dan perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari
sikap dan perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Dengan
meningkatnya pengetahuan ibu hamil tentang
anemia diharapkan akan terjadi perubahan sikap
dan perilaku ke arah yang mendukung kesehatan
khususnya dalam pencegahan terjadinya anemia
pada ibu hamil.
Analisa Bivariat
Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa
responden dengan pengetahuan rendah sebagian
besar mengalami anemia yaitu sejumlah 15 orang
(83,3 %), responden dengan pengetahuan sedang
sebagian besar tidak mengalami anemia yaitu
sejumlah 4 orang (57,4 %), dan responden dengan
pengetahuan tinggi sebagian besar tidak
mengalami anemia yaitu sejumlah 2 orang (16,7
%),
Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai Chi
Square sebesar 14,455 dengan p-value 0,001. Oleh
karena p-value = 0,001 < α (0,05), maka Ho
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester
III di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan
Suruh Kabupaten Semarang.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan
merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang
memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
11
hal, maka ia cenderung akan mengambil
keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan
masalah tersebut dibandingkan dengan mereka
yang
pengetahuannya rendah. Pengetahuan
tentang anemia pada kehamilan menyangkut
pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi
anemia pada ibu hamil diharapkan dapat
mencegah ibu hamil dari anemia.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil ada
hubungan antara pengetahuan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin rendah pengetahuan ibu hamil
khusus dengan anemia semakin tinggi resiko ibu
mengalami
anemia.
Rendahnya
tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang anemia
dipengaruhi oleh faktor pendidikan sebagian besar
ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar responden mempunyai
tingkat pendidikan SMP (27,0) dan SD (13,5 %).
Tingkat pengetahuan ibu hamil berhubungan
dengan tingkat pendidikannya. Pendidikan yang
rendah baik secara informal maupun formal
menyebabkan ibu kurang memahami kaitan
anemia dengan faktornya, kurang mempunyai
akses
mengenai
informasi
dan
penanggulangannya, kurang dapat memilih bahan
makanan yang bergizi, khususnya yang
mengandung zat gizi relatif tinggi dan kurang
dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang
tersedia demikian sebaliknya (Depkes, 2005).
Untuk menerima informasi yang dapat merubah
perilaku dan sikap gizi yang baik dibutuhkan
pengetahuan yang cukup, sehingga pada akhirnya
terjadinya anemia dapat dicegah atau dihindari.
Menurut penelitian Anik Suyanti (2006),
menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan
ibu hamil, semakin berkurang resiko ibu
mengalami anemia. Tingkat pengetahuan ibu
hamil dapat diperoleh dari pendidikan informal
atau formal. Tingkat pengetahuan ibu hamil akan
mempengaruhi perilaku gizi yang berdampak pada
pola kebiasaan makanan yang akhirnya dapat
menghindari terjadinya anemia. Tentunya semakin
baik pengetahuan ibu hamil dapat membentuk
perilaku gizi yang baik terutama dalam makanan
dengan gizi yang seimbang dan beranekaragam.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan beberapa
penelitian di antaranya hasil penelitian Lely
Ratnawati (2006) di wilayah kerja puskesmas
Mijen 1 kabupaten Demak yang melaporkan
anemia cenderung terjadi pada kelompok
penduduk dengan tingkat pendidikan rendah,
karena mereka pada umumnya kurang mempunyai
akses
informasi
tentang
anemia
dan
penanggulangannya, kurang memahami akibat
anemia, kurang dapat memilih bahan makanan
bergizi khususnya yang mengandung zat besi
tinggi, serta kurang dapat memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang tersedia.
Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan
antara pengetahuan ibu dengan resiko terjadinya
anemia pada wanita hamil. Selain tingkat
pendidikan yang rendah, pengetahuan yang rendah
pada keseluruhan responden yang mengalami
anemia juga dipengaruhi oleh faktor lainnya
diantaranya adalah faktor umur responden.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
sebagian besar responden berada dalam kelompok
umur 20-25 tahun yaitu sebanyak 31 responden
(83,8 %).
Menurut Triratnawati (2003) menyebutkan
bahwa dalam kurun reproduksi sehat atau dikenal
dengan usia tidak beresiko untuk kehamilan dan
persalinan adalah umur 20 sampai 35 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
sebagian besar responden berada dalam kelompok
tidak beresiko (83,8 %), tetapi dalam penelitian
didapatkan data bahwa ibu hamil yang berusia 2035 tahun masih mengalami anemia. Menurut
Herlina (2007), wanita yang berumur kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun mempunyai
resiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu
hamil maupun janinnya, berisiko mengalami
perdarahan dan dapat menyebabkan ibu
mengalami anemia. Usia ibu dapat mempengaruhi
timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu
hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya.
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui
bahwa
pada
responden
dengan
tingkat
pengetahuan tinggi sebagian besar (83,3 %) tidak
mengalami anemia. Tingkat pengetahuan yang
tinggi pada sebagian besar responden yang tidak
mengalami anemia tersebut menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap
kejadian anemia pada sebagian besar responden.
Pengetahuan merupakan faktor yang penting
untuk terbentuknya sikap dan perilaku seseorang,
karena dari pengalaman dan penelitian terbukti
bahwa sikap dan perilaku yang didasari
pengetahuan akan lebih langgeng dari sikap dan
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
12
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003). Dengan meningkatnya
pengetahuan ibu hamil tentang anemia diharapkan
akan terjadi perubahan sikap dan perilaku ke arah
yang mendukung kesehatan khususnya dalam
pencegahan terjadinya anemia pada ibu hamil.
Pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan
khususnya anemia akan berpengaruh terhadap
perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program
pencegahan anemia dan sikap ibu
berupa
tanggapan untuk melakukan pencegahan anemia
(BKKBN (2005).
Dengan tingkat pengetahuan yang baik, ibu
hamil dapat mengetahui bahan pangan yang dapat
membahayakan kehamilannya serta dapat memilih
hal-hal
yang dapat menunjang kualitas
kehamilannya terutama yang terkait dalam
mengkonsumsi obat-obat untuk kehamilan,
termasuk dengan obat tablet besi yang dibagikan
oleh petugas puskesmas yang ditujukan untuk
kesehatan selama selama kehamilan (Indreswari,
et al, 2008). Pengetahuan ibu hamil tentang
pengertian, penyebab, akibat, dan penanggulangan
anemia merupakan predisposisi ibu untuk
berperilaku sehat dalam hal menanggulangi
anemia pada diri sendiri (Silalahi, 2007).
kehamilan.Hendaknya
ibu
hamil
juga
memperhatikan kesehatan dirinya dengan makan
makanan yang bergizi dan mengkonsumsi
suplemen zat besi untuk menukupi kebutuhan zat
besi dalam tubuh serta ibu hamil diharapkan tidak
mengkonsumsi kopi,teh dansusu setelah makan
karena akan mempengaruhi penyerapan zat besi
dalam tubuh.Keluarga diharapkan mengingatkan
ibu hamil untuk selalu tablet penambah darah.
Bagi Tenaga Kesehatan : Diharapkan bagi
petugas atau pelaksana program tentang
pemeriksaankehamilan
khususnya
tentang
pemeriksaan kehamilan khususnya informasi
tentang anemia dalam
kehamilan lebih
ditingkatkan lagi dan memberikan konseling pada
ibu hamil.
Bagi Peneliti : Perlu adanya penelitian lebih
dalam lagi tentang karateristik ibu hamil yng
mengalami anemia tentang anemia kehamilan dan
diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
dampak yang terjadi jika ibu hamil mengalami
anemia.
Bagi Institusi pendidikan : Diharapkan
memperbanyak sumber-sumber atau literature
sehingga mempermudah menari teori-teori yang
berhubungan dengan penelitian yang d lakukan.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
Sebagian besar pengetahuan responden tentang
anemia di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh
Semarang dalam kategori rendah, yaitu sejumlah
18 responden (48,6 %) dan sebagian kecil
responden mempunyai pengetahuan dalam
kategori sedang yaitu sejumlah 7 responden (18,9
%).
Sebagian besar
ibu hamil di BPS Siti
Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang mengalami
anemia yaitu sejumlah 20 orang (54,1 %).
Ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil trimester III di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang dengan
nilai Chi Square sebesar 14,455 dan p-value 0,001.
Ahmadi, Abu. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Saran
Bagi masyarakat : Diharapkan masyarakat
khususnya ibu-ibu hamil trimester III agar lebih
meningkatkan pengetahuan tentang anemia dan
kesadaran diri akan pentingnya pemeriksaan
Alwi, Hasan,dkk. (2003). Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: balai Pustaka.
Amiruddin, R. (2007). Anemia Defisiensi Zat Besi
pada
Ibu
Hamil
di
Indonesia.
http://www.ridwanamiruddin.wordpress.com.
diakses tanggal 07 Desember 2011.
Anita. 2003. Kompliaksi Kehamilan. Dari
http://www.tabloid-nakita.com/
artikel.
php3?rubrik=kecil&edisi=04197
diakses
tanggal 07 Desember 2011.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta :
JKPKKR.
________.(2004). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
13
Cunningham, at.al (2005). William
Jakarta : EGC.
obstetri.
________.(2005).
Metodelogi
Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Danim, Sudarman 2004. Motivasi Kepemimpinan
dan Efektivitas Kelompok. Penerbit Rineka
Cipta.
Nursalam, Parini Siti. (2001). Pendekatan Praktis
Metodologi Riset Keperawatan, CV. Sagung
Seto, Jakarta.
Depkes RI. (2003). Standar
Kebidanan. Jakarta : Depkes.
________. (2003). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Surabaya : Salemba Medika.
Pelayanan
________.(2008). Presiden Pimpin Rapat
Terbatas
Bidang
Kesehatan.
Dari
http:///www.depkes.com. diakses senin, 03
Desember 2011.
Faizal, M (2003). Faktor Resiko Kejadian Anemia
pada Ibu Hamil. Dari : http :/// www.
Bppsdmk.com. diakses Senin, 14 Januari
2012.
Hidayat, Azis Alimul, (2005). Pusat keperawatan
& teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika.
Huliana, M. (2005). Panduan Menjalani
Kehamilan Sehat, Jakarta: Puspa Swara.
Liewellyn, Jones, Derek. (2002). Dasar-dasar
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates.
Manuaba. I.B.G (2007). Ilmu kebidanan, penyakit
kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta : EGC.
________. (2010). Buku Ajar Ginekologi untuk
Kebidanan. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk, (2005). Kapita selekta
kedokteran . Edisi 3, Jakarta : Media
Aesculapius.
Mochtar, R. (2005). Sinopsis obstetri, fisiologi,
obtetri patologi. Jilid I Jakarta : EGC
Prawiroharjo S. (2002). Buku Acuan Nasional
Pelaksanaan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. Jakarta.
_______ .(2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo.
Proverawati (2009). Buku ajar gizi untuk
kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Saifudin, A.B, (2002). Buku panduan praktis
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wasnidar, (2007). Buku Saku Anemia Pada Ibu
Hamil, Konsep dan Penatalaksanaan, Jakarta
: Trans Info Media.
Wijianto, H dan Suartika, W. (2008). Kajian
Anemia Gizi, Komsumsi Fablet Tambah
Darah (Tablet Fe) pada Ibu Hamil.
diakses
http://www.litbang.depkes.go.id.
tanggal 20-01-2012.
Wiknjosastro, H (2002). Ilmu kebidanan edisi 4.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Musbikin, I. (2005). Panduan Bagi Ibu Hamil dan
Melahirkan, Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Notoadmodjo
Soekidjo
(2002).
Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta,
Jakarta, Rineka Cipta.
__________. (2003), Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Jakarta,
Rineka Cipta.
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
14
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA
PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPS SITI MUSLIKAH, Am. Keb
KECAMATAM SURUH KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL
Disusun Oleh :
RATRI WAHYU WARDANINGSIH
NIM. 0111475
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN
2013/2014
Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb,
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
15
Download