HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI BPS SITI MUSLIKAH Am.Keb, KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG Ratri Wahyu Wardaningsih1) Chicik Nirmasari2) Yuliaji Siswanto3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email: UP2M@AKBIDNgudiwaluyo ABSTRAK Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Pembimbing I : Chicik Nirmasari, S.SiT., M.Kes, Pembimbing II: Yuliaji Siswanto, S.K.M., M.Kes (Epid). Latar Belakang Upaya penanggulangan anemia telah banyak dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan yang berarti. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya pencegahan anemia serta bahaya yang akan ditimbulkan. Salah satu penanganannya adalah perlu melakukan analisis cermat perubahan perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) yang ada di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Metode Penelitian : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini 37 orang, sedangkan sampel diambil dengan menggunakan tehnik total poluasi yaitu sebanyak 37 orang. Analisis data menggunakan uji chi square. Kesimpulan, Saran : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada sebagian besar pengetahuan responden tentang anemia di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang dalam kategori rendah, yaitu sejumlah 18 responden (48,6 %) dan sebagian besar ibu hamil di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang mengalami anemia yaitu sejumlah 20 orang (54,1 %). Berdasarkan uji Chi square didapatkan nilai chi square sebesar 14,455 dan p-value 0,001 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang dengan. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan motivasi dan meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu hamil tentang pentingnya kebutuhan nutrisi selama kehamilan sehingga dapat menurunkan angka kejadian anemia selama kehamilan Kata kunci Kepustakaan : Pengetahuan, ibu hamil TM III, anemia : 23 (2001-2010) Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 1 ABSTRACT The several factors related to Low Birth Weight Babies (LBW) at Ambarawa Hospital in 2013. Mentors I: Eti Salafas, S.SiT, Supervisor II: Moneca Diah L, S.SIT. Background: Indonesian Infant Mortality Rate (IMR) is still very high at 34/1000 live births. Death occurred at LBW neonates aged 0-6 days (78.5%) MDG's (Millennium Development Goals) by 2015 is to lower IMR to 23 per 1,000 live births. Some of the factors that influence birth weight include maternal age, parity and maternal Hb. The purpose of this study was to determine the factors associated with the incidence of LBW in Ambarawa General Hospital in 2013. Research Methods: The study design used in this study was a analytic cross-sectional correlation with the approach. The population in this study 499 people, while the sample taken using simple random sampling technique that is as many as 83 people. Data analysis using chi square test. Conclusion Discussion: The results of this study indicate that there is a significant relationship between age of the respondent with the incidence of LBW in Ambarawa General Hospital in 2013 with a value of p Value 0.023. At the educational level showed that there was a significant relationship with maternal educational level incidence of LBW in Ambarawa General Hospital in 2013 with a value of p Value 0.000 except that there was a significant relationship between maternal employment with LBW in Ambarawa General Hospital in 2013 with a value of p Value 0.001. While the parity study showed that there was no significant relationship with maternal parity LBW Ambarawa on General Hospital in 2013 with a value of 0.128 and p Value is no significant relationship between maternal anemia in the incidence of LBW in Ambarawa General Hospital in 2013 with value p-value 0.000 The results are expected to be an input for the Hospital to further improve the quality and service efforts for all infants and LBW for example in providing care to low birth weight should be even better because of the extremely low birth weight needed attention and strict supervision.. Key words: Low Birth Weight Babies (LBW) Bibliography: 23 (2001-2010) PENDAHULUAN Latar Belakang Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2015, penyebab langsung kematian ibu diantaranya adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), persalinan lama (5%), dan abortus (5%). Kementrian Kesehatan dalam menurunkan AKI melakukan upaya percepatan dengan meluncurkan BOK, program kesehatan Ibu dan Anak, dan P4K (Pudiastuti, 2011) Semua angka kematian bayi dan anak hasil SDKI 2012 lebih rendah dari hasil SDKI 2007. Untuk periode lima tahun sebelum survei, angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan, 2012). Angka kematian ibu sepanjang tahun 2012 masih tinggi. Sejak Januari hingga November 2012, kematian ibu melahirkan mencapai 605 kasus. Angka itu setara 100 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utamanya masih karena kegagalan persalinan dan faktor non-kebidanan. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Anung Sugihantono, Rabu (26/12), di Kota Semarang, menyatakan, hingga akhir tahun diperkirakan ada 650 kasus kematian ibu di Jateng. Angka kematian ibu (AKI) 2011 tercatat 668 kasus (116 per 100.000 kelahiran hidup) (Lusia, 2012). Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 2 menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula. Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten atau kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup (Depkes Jateng, 2013). Masalah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah tingginya prevalensi anemia ibu hamil yaitu sebesar 50,9% dan sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga anemia yang ditimbulkan disebut anemia kekurangan besi . Keadaan kekurangan besi pada ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, bayi baru lahir rendah (BBLR), perdarahan setelah serta pada waktu melahirkan dan pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi. Pada anak dapat mengalami gangguan pertumbuhan, tidak dapat mencapai tinggi yang optimal dan anak menjadi kurang cerdas (Soekirman, 2005). Anemia adalah rendahya kadar hemoglobin dalam darah. Rendahnya kadar hemoglobin atau disingkat Hb ibu dapat dilihat apabila bagian dalam kelopak mata terlihat berwarna anemis. Pemeriksaan yang lebih teliti dapat dilakukan terhadap contoh darah yang diambil dari ujung jari dengan menggunakan alat seperti Hb meter dan sebagainya. Kadar baku Hb dalam darah yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang menderita anemia, terutama banyak sekali ditemukan pada wanita hamil dan anak-anak pada usia dibawah 3 tahun. Penyebab anemia dapat bermacam-macam, akan tetapi yang paling banyak ditemukan adalah akibat kekurangan zat besi disamping kekurangan asam folat. Pencegahan anemia akibat kekurangan zat besi dapat dilakukan dengan jalan memberikan zat besi dalam bentuk kapsul kepada wanita hamil terutama dalam masa tiga bulan terakhir menjelang anak lahir (Syahmien, 2007). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan Hb dibawah 11 gram persen pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang dari 10,5 gram persen pada trimester II, Sedangkan untuk ibu yang tidak hamil kadar Hb 12 gram persen. Perbedaan nilai batas tersebut dengan ibu yang tidak hamil karena hemodelusi terutama pada trimester II (Saifuddin, 2006). Ibu hamil dalam mengkonsumsi produk kaya kandungan besi hindari mengkonsumsi makanan yang mengandung fosfat dan oxalat phytate karena akan menghambat penyerapan zat besi ke dalam tubuh, sebaliknya iringi dengan pengkonsumsian makanan kaya vitamin C agar penyerapan zat besi oleh usus dapat berjalan optimal (Hellen, 2006). Sebuah penelitian di Manado pada Oktober 2002 terhadap 30 ibu hamil menunjukkan adanya hubungan positif antara status sosial ekonomi ibu hamil dengan kadar serum ferritin darahnya (FKM UI, 2013). Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil antara lain umur ibu, pendidikan, paritas, kepatuhan minum tablet Fe, pengetahuan dan status gizi (Ansor, 2010). Salah satu faktor masih tingginya angka kejadian anemia, kurangnya pengetahuan disini adalah ketidaktahuan akan tanda-tanda, gejala dan dampak yang ditimbulkan oleh anemia akibatnya kalaupun individu tersebut terkena anemia ia tidak merasa dirinya “sakit“(Gillespie, 1998. Cit Widiyanto, 2001). Akibat anemia bisa berbedabeda pada setiap tahap kehidupan. Pada anak, anemia bisa menghambat pertumbuhan fisik dan mentalnya. Pada masa remaja atau dewasa, anemia bisa menurunkan kemampuan dan konsentrasi serta gairah untuk beraktivitas. Sementara pada wanita hamil, anemia menyebabkan risiko perdarahan sebelum atau saat melahirkan. (Muhammad, 2002). Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas (Manuaba, 2009). Anemia menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dan dibawa hemoglobin berkurang, Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 3 sehingga tidak dapat memenuhi keperluan jaringan. Beberapa organ dan proses memerlukan oksigen dalam jumlah besar. Bila jumlah oksigen yang dipasok berkurang maka kinerja organ yang bersangkutan akan menurun, sedangkan kelancaran proses tertentu akan terganggu. Anemia dapat menyebabkan perdarahan karena efektif sel darah merah berkurang karena Hb menurun, padahal fungsi Hb adalah mengikat oksigen untuk di kirimkan ke organ-organ vital seperti otak dan seluruh tubuh, dengan demikian pengiriman oksigen pun menurun, hal ini menyebabkan efek buruk begitu juga uterus. Otot uterus tidak berkontraksi adekuat / atonia uteri sehingga terjadi perdarahan post partum. Atonia ini disebabkan karena pembuluh darah plasenta berada di antara otot, seharusnya kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menekan pembuluhpembuluh darah yang terbuka, sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah (Wilson, 2002).. Upaya penanggulangan anemia telah banyak dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan yang berarti. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya pencegahan anemia serta bahaya yang akan ditimbulkan. Salah satu penanganannya adalah perlu melakukan analisis cermat perubahan perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) yang ada di masyarakat (BKKBN, 2005). Pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya anemia akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program pencegahan anemia dan sikap ibu berupa tanggapan untuk melakukan pencegahan anemia (BKKBN (2005). Pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya sikap dan perilaku seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa sikap dan perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari sikap dan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Dengan meningkatnya pengetahuan ibu hamil tentang anemia diharapkan akan terjadi perubahan sikap dan perilaku ke arah yang mendukung kesehatan khususnya dalam pencegahan terjadinya anemia pada ibu hamil. Berdasarkan data tahun 2013 di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang pada bulan September – November 2013 sebanyak 40 ibu hamil trimester III yang terdiri dari 30 (75%) ibu hamil yang anemia, sedangkan 10 (25%) ibu hamil trimester III tidak anemia. Hal tersebut menunjukkan tingginya angka kejadian pada sebagian besar ibu hamil yang berkunjung di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang pada Bulan November 2013. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 orang ibu hamil yang berkunjung di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang pada tanggal 17 November 2013 didapatkan data 4 orang ibu hamil, dengan Hb 8 gr%,9 gr5,7 gr% dan 7 gr% dan mengatakan bahwa mereka mengalami beberapa gejala seperti badan terasa lemah, mudah cepat lelah, sering merasa pusing, nafsu makan berkurang dan keluhan mual muntah yang hebat pada saat hamil muda. Selain itu keempat ibu hamil tersebut mengatakan bahwa mereka tidak mau mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan oleh bidan karena adanya rasa mual saat akan mengkonsumsi tablet Fe tersebut dan beranggapan bahwa beberapa gejala seperti cepat lelah, badan terasa lemah dan sering pusing merupakan suatu gejala yang biasa terjadi pada sat kehamilan khususnya pada saat hamil muda. Mereka tidak mengetahui mengetahui bahwa hal tersebut sangat membahayakan bagi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya karena beberapa gejala tersebut merupakan salah satu tanda dan gejala terjadinya anemia pada kehamilan. Selain beberapa tanda dan gejala anemia yang tidak diketahui, keempat ibu hamil tersebut juga tidak mengetahui tentang anemia itu sendiri dan penyebab yang sering menimbulkan anemia pada ibu hamil. Hal tersebut menunjukkan rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang anemia yang sering menyertai pada kehamilan di BPS Siti Muslikah Am.Keb sehingga menyebabkan kurangnya perhatian dan penanganan serta pencegahan terhadap anemia pada ibu hamil. Selain itu berdasarkan hasil wawancara juga didapatkan 1 orang ibu hamil yang mengalami tanda dan gejala anemia akan tetapi ibu tersebut mengetahui bahwa ibu menderita anemia dan mengatakan mengkonsumsi banyak nutrisi serta tablet Fe sesuai anjuran yang diberikan oleh bidan di BPS Siti Muslikah Am.Keb. Mengingat begitu seriusnya akibat yang sering timbul oleh adanya anemia selama Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 4 kehamilan dan dapat mengakibatkan dampak buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan oleh karena itu, berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul: “Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.” METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian 1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat,yaitu hubungan antara pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pendekatan cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel dependen serta independen hanya satu kali, pada satu saat (Nursalam, 2003;h131). 2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III di BPS Siti Muslikah Suruh Semarang, sejumlah 37 ibu hamil pada bulan Mei-Juni 2014. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh atau total sampling yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiono, 2009). Besar sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah 37 ibu hamil TM III di BPS Siti Muslikah Suruh Semarang. HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN Hasil penelitian a. Umur Responden Tabel 4.1 Umur (Tahun) < 20 20-35 >35 Total Distribusi Frekuensi umur responden di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang Frekuensi 4 31 2 37 Persentase (%) 10,8 83,8 5,4 100.0 Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa dari 37 responden ibu hamil, sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 31 responden (83,8 %) dan hanya sebagian kecil responden yang berumur > 35 tahun yaitu sejumlah 2 responden (5,4 %). b. Pendidikan Responden Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pendidikan responden di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang endidikan SD SMP SMA PT Total Frekuensi 5 10 17 5 37 Persentase (%) 13,5 27,0 46,0 13,5 100.0 Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa dari 37 responden ibu hamil, sebagian besar berpendidikan SMA, yaitu sejumlah 17 responden (46,0 %). dan hanya sebagian kecil responden mempunyai tingkat pendidikan SD dan Perguruan Tinggi yaitu masing-masing sejumlah 5 responden (13,5 %). c. Pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pekerjaan responden di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang Pekerjaan PNS Swasta Dagang Tani/buruh IRT lainnya Total Frekuensi 2 6 1 13 12 3 37 Persentase (%) 5,4 16,3 2,7 35,1 32,4 8,1 100.0 Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa dari 37 responden ibu hamil, sebagian besar responden bekerja sebagai buruh/tani, yaitu sejumlah 13 responden (35,1 %) dan hanya sebagian kecil responden yang bekerja sebagai pedagang yaitu sejumlah 1 responden (2,7 %). Analisa Univariat a. Pengetahuan tentang anemia Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang anemia di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi Total Frekuensi 18 7 12 37 Persentase (%) 48,6 18,9 32,5 100.0 Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 5 Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang anemia dalam kategori rendah, yaitu sejumlah 18 responden (48,6 %) dan sebagian kecil responden mempunyai pengetahuan dalam kategori sedang yaitu sejumlah 7 responden (18,9 %), dengan rincian sebagai berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 PERNYATAAN Anemia kehamilan adalah keadaan dimana ibu hamil mengalami kekurangan darah Ibu hamil dikatakan tidak mengalami anemia, apabila cek darah dengan hasil pemeriksaan menunjukkan kadar darah kurang dari 11 gr% Anemia dapat disebabkan oleh kurangnya nutrisi dan gizi ibu saat kehamilan Kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dapat mengakibatkan anemia Ibu hamil yang menderita TBC dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil Cepat letih dan badan terasa lemah merupakan salah satu tanda gejala anemia Kepala terasa pusing dan mata berkunang-kunang merupakan salah satu tanda gejala anemia Apabila ibu hamil mengalami penurunan nafsu makan maka merupakan tandatanda seorang ibu hamil menderita anemia Apabila ibu mengeluh sering kehilangan konsentrasi dan terasa mau pingsan maka hal tersebut merupakan tanda gejala ibu menderita anemia Mual dan muntah yang berlebih merupakan tandan gejala penderita anemia pada kehamilan Jumlah anak sebelumnya tidak akan mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil Kehamilan dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan terjadinya anemia Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia karena kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi belum optimal Anemia pada kehamilan dapat menyebabkan terjadinya bayi lahir prematur Anemia pada kehamilan dapat menyebabkan kejadian ketuban pecah dini Apabila ibu menderita anemia pada saat hamil maka kemungkinan besar dapat menyebabkan kelainan atau cacat pada bayi yang dilahirkannya Anemia dapat mengakibatkan lamanya persalinan Anemia dapat menyebabkan keguguran Makan sayuran, buah-buahn dan kcangkacangan dapat mencegah terjadinya anemia saat kehamilan Makanan dan buah-buahan yang mengandung vitamin C merupakan sumber zat besi yang dapat mencegah terjadinya anemia kehamilan Mengkonsumsi daging dan ikan saat hamil dapat mencegah terjadinya anemia kehamilan Minum 1 (satu) tablet tambah darah 34 Tahu 91,9 % 23 62,2 % 14 37,8 % 19 51,4 % 18 48,6 % 24 64,9 % 13 35,1 % 22 59,5 % 15 40,5 % 20 54,1 % 17 45,9 % 33 89,2 % 4 10,8 % 30 81,1 % 7 18,9 % 22 59,5 15 40,5 % 16 43,2 % 21 56,8 % 13 35,1 % 24 64,9 % 26 70,3 % 11 29,7 % 17 45,9 % Tidak tahu 3 8,1 % 20 No PERNYATAAN setiap hari paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan merupakan tindakan pencegahan terhadap anemia selama kehamilan 62,2 % 14 37,8 % 22 59,5 % 15 40,5 % 9 24,3 % 28 75,7 % 23 62,2 % 14 37,8 % 24 24 64,9 % 64,9 % 13 13 35,1 % 35,1 % 30 81,1 % 7 18,9 % 28 75,7 % 9 24,3 % 21 56,8 % 16 43,2 % Tidak tahu Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat 37,8 % responden tidak mengetahui mengetahui pengertian anemia yaitu ibu hamil dikatakan tidak mengalami anemia, apabila cek darah dengan hasil pemeriksaan menunjukkan kadar darah kurang dari 11 gr%. Sedangkan tentang penyebab anemia sebagian besar responden (48,6 %) mempunyai pengetahuan yang kurang tentang penyebab anemia yaitu anemia dapat disebabkan oleh kurangnya nutrisi dan gizi ibu saat kehamilan dan sebanyak 40,5 % ibu hamil yang menderita TBC dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil. Selain itu 45,9 % responden juga tidak mengetahui tanda dan gejala anemia adalah cepat letih dan badan terasa lemah,sering kehilangan konsentrasi dan terasa mau pingsan. Sebagian besar responden (75,7 %) juga mempunyai pengetahuan yang kurang tentang akibat yang dapat ditimbulkan oleh anemia yaitu bahwa apabila ibu menderita anemia pada saat hamil maka kemungkinan besar dapat menyebabkan kelainan atau cacat pada bayi yang dilahirkannya b. Anemia Tabel 4.5 Distribusi frekuensi kejadian anemia pada responden di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang Pengetahuan Anemia Frekuensi Persentase (%) 20 54,1 Tidak anemia Total 17 37 45,9 100,0 54,1 % 23 Tahu Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami anemia yaitu sejumlah 20 orang (54,1 %) Analisa Bivariat Analisis bivariat pada bagian ini menyajikan hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Untuk menguji hubungan ini digunakan uji Chi Square dimana hasilnya disajikan berikut ini. Tabel 4.6 Tabulasi silang hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 6 Kecamatan Semarang Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi Jumlah Kepatuhan Tidak anemia % f % 83,3 3 16,7 42,9 4 57,1 16,7 10 83,3 54,1 17 45,9 Anemia f 15 3 2 20 Suruh Total f % 18 48,7 7 18,9 12 32,4 37 100,0 Kabupaten Chi Square P-value 14,455 0,001 Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa responden dengan pengetahuan rendah sebagian besar mengalami anemia yaitu sejumlah 15 orang (83,3 %), responden dengan pengetahuan sedang sebagian besar tidak mengalami anemia yaitu sejumlah 4 orang (57,4 %), dan responden dengan pengetahuan tinggi sebagian besar tidak mengalami anemia yaitu sejumlah 10 orang (83,3 %). Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai Chi Square sebesar 14,455 dengan p-value 0,001. Oleh karena p-value = 0,001 < α (0,05), maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN Analisa univariat Pengetahuan ibu hamil TM III tentang anemia Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang anemia di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang dalam kategori rendah, yaitu sejumlah 18 responden (48,6 %). Pengetahuan yang rendah pada sebagian besar responden tersebut dapat dilihat dari pengetahuan yang kurang tentang tanda dan gejala anemia pada kehamilan. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian responden menyatakan tidak tahu bahwa mual dan muntah yang berlebih merupakan tandan gejala penderita anemia pada kehamilan (56,8 %). Berdasarkan hasil jawaban responden diketahui bahwa sebagian besar responden (45,9 %), menyatakan tidak tahu bahwa cepat letih dan badan terasa lemah merupakan salah satu tanda gejala anemia dan 43,5 % responden menyatakan benar bahwa mual dan muntah yang berlebih merupakan tanda gejala penderita anemia pada kehamilan. Menurut Hellen (2006), tanda dan gejala anemia diantaranya adalah : letih, lemak, lesu, loyo berkepanjangan merupakan gejala khas yang menyertai anemia, mengeluh sering sakit kepala, sulit berkonsentrasi, muka, kelopak mata tampak pucat, telapak tangan tidak merah, nafas terasa pendek, kehilangan selera makan dan daya kekebalan tubuh yang rendah sehingga muda terserang penyakit. Berdasarkan teori dan hasil penelitian didapatkan adanya kesenjangan dalam hal pengetahuan responden terhadap tanda dan gejala anemia yang sering menyertai pada masa kehamilan yaitu cepat letih dan badan terasa lemah bukanlah tanda dan gejala anemia pada kehamilan. Sebagian responden beranggapan bahwa sering letih dan badan terasa lemah karena hal tersebut diakibatkan oleh berat badan ibu yang semakin meningkat akibat janin yang dikandungnya. Berat bdan yang semakin meningkat dan beban terhadap janin yang dikandungnya menyebabkan seorang ibu hamil menjadi cepat lelah dan terasa lemah serta sering kehilangan konsentrasi. Selain itu juga terdapat anggapan yang salah bahwa mual muntah yang sering terjadi pada masa kehamilan merupakan tanda dan gejala ibu mengalami anemia padahal menurut teori yang ada menunjukkan bahwa anemia pada kehamilan tidak disertai mual muntah yang berkepanjangan saat kehamilan. Rendahnya pengetahuan sebagian besar responden tentang tanda gejala anemia pada masa kehamilan menyebabkan sebagian besar responden juga kurang memahami tentang pengaruh anemia pada kehamilan dan dampak atau resiko anemia pada kehamilan serta cara pencegahannya. Rendahnya pengetahuan tentang pengaruh anemia pada kehamilan tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang ditunjukkan dengan hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa sebagian besar responden tidak tahu bahwa apabila ibu menderita anemia pada saat hamil maka kemungkinan besar dapat menyebabkan kelainan atau cacat pada bayi yang dilahirkannya (75,7 %). Hal tersebut menunjukkan kurangnya pemahaman sebagian responden tentang pengaruh atau resiko terjadinya anemia pada masa kehamilan sehingga berpengaruh terhadap rendahnya pengetahuan responden tentang anemia. Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 7 Salah satu faktor masih tingginya angka kejadian anemia, kurangnya pengetahuan disini adalah ketidaktahuan akan tanda-tanda, gejala dan dampak yang ditimbulkan oleh anemia akibatnya kalaupun individu tersebut terkena anemia ia tidak merasa dirinya “sakit“(Widiyanto, 2006). Akibat anemia bisa berbeda-beda pada setiap tahap kehidupan. Pada wanita hamil, anemia menyebabkan risiko perdarahan sebelum atau saat melahirkan. (Muhammad, 2002). Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas (Manuaba, 2009). Upaya penanggulangan anemia telah banyak dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan yang berarti. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya pencegahan anemia serta bahaya yang akan ditimbulkan. Salah satu penanganannya adalah perlu melakukan analisis cermat perubahan perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) yang ada di masyarakat (BKKBN, 2005). Rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan anemia dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden (43,2 %) menyatakan salah bahwa minum 1 (satu) tablet tambah darah setiap hari paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan merupakan tindakan pencegahan terhadap anemia selama kehamilan. Untuk mengatasi masalah anemia gizi besi pada ibu hamil, pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan melalui program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPKG) telah mendistribusikan tablet besi dimana 1 tablet berisi 200 mg ferro sulfat dan 0,25 mg asam folat, ditujukan pada semua ibu hamil yang mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Pemberian tablet diutamakan pada kehamilan trimester III dengan dosis 1 tablet per hari. Ferro sulfat yang terdapat dalam tablet besi yang dibagikan pada ibu hamil mengandung 30% unsur besi. Setiap ibu hamil diharapkan meminum paling sedikit 90 tablet. Dari 90 tablet tersebut diperkirakan 84% ferro sulfat yang dapat diabsorpsi oleh tubuh untuk mencukupi kebutuhan zat besi perlu didapat dari makanan. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tergolong dalam kategori rendah. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan pengindraan terhadap sesuatu obyek tertentu. Pengindraan dapat melalui panca indra manusia yaitu indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, indra peraba dan perasa. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan, pengalaman, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan diri maupun dorongan sikap dan perilaku sehari-hari sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang. Pengetahuan akan mendasari seseorang dalam melakukan perubahan perilaku, sehingga perilaku yang dilakukan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didadari oleh pengetahuan. Pengetahuan dapat diartikan tahu atau mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami atau diajar) (Notoatmodjo, 2010). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Ismail (2010), yang menyatakan bahwa adanya hubungan signifikan antara pengetahuan dan anemia ibu hamil dengan pengetahuan rendah tentang anemia, mempunyai risiko kurang lebih 10 kali lebih tinggi untuk terjadinya anemia daripada ibu hamil dengan pengetahuan tinggi. Hal tersebut dapat disimpulkan dari hasil bahwa anemia sebagian besar diderita oleh responden dengan pengetahuan tentang anemia yang rendah. Penemuan ini juga mendukung berbagai hasil penelitian antara lain dari Kapil dkk. (1991) dalam Anggraeni (2010) mendapatkan hasil bahwa peningkatan pengetahuan pada wanita pranikah akan menurunkan kejadian anemia pada kehamilannya kelak. Galloway dan Mc. Guire pada tahun 1994 dalam Anggraeni (2010), juga meneliti tentang faktor-faktor determinan risiko anemia, mendapatkan hasil bahwa salah satu faktor adalah perilaku termasuk pengetahuan ibu hamil. Berdasarkan penelitian juga diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang anemia yaitu sebanyak 12 responden (32,4 %). Hal tersebut dapat dilihat pertanyaan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala anemia serta faktor yang mempengaruhi anemia pada saat kehamilan yang dapat dijawab dengan benar oleh sebagian besar responden. Pengetahuan yang tinggi oleh Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 8 sebagian besar responden tersebut didukung oleh adanya berbagai informasi yang diterimanya serta pengalaman dari kehamilan yang lalu atau pengalaman dari tetangga atau kerabat yang pernah mengalami kehamilan dengan anemia. Pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya anemia akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program pencegahan anemia dan sikap ibu berupa tanggapan untuk melakukan pencegahan anemia (BKKBN (2005). Pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya sikap dan perilaku seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa sikap dan perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari sikap dan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Dengan meningkatnya pengetahuan ibu hamil tentang anemia diharapkan akan terjadi perubahan sikap dan perilaku ke arah yang mendukung kesehatan khususnya dalam pencegahan terjadinya anemia pada ibu hamil. Upaya penanggulangan anemia telah banyak dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan yang berarti. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya pencegahan anemia serta bahaya yang akan ditimbulkan. Salah satu penanganannya adalah perlu melakukan analisis cermat perubahan perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) yang ada di masyarakat (BKKBN, 2005). Peran petugas kesehatan dalam pencegahan dan penanggulangan anemia dalam kehamilan sangat signifikan, dengan adanya petugas kesehatan khususnya bidan di desa diharapkan masyarakat, khususnya ibu hamil akan mudah dalam mengakses informasi yang berhubungan dengan kehamilannya terutama masalah anemia dalam kehamilan. Diharapkan dengan adanya informasi yang jelas dan lengkap tentang anemia maka pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan akan meningkat dan kejadian anemia dalam kehamilan dapat dicegah dan ditanggulangi lebih dini. Kejadian anemia Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang mengalami anemia yaitu sejumlah 20 orang (54,1 %). Hal tersebut menunjukkan masih tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil khususnya di BPS siti Muslikah, Suruh, Semarang. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan Hb dibawah 11 gram persen pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang dari 10,5 gram persen pada trimester II, Sedangkan untuk ibu yang tidak hamil kadar Hb 12 gram persen. Perbedaan nilai batas tersebut dengan ibu yang tidak hamil karena hemodelusi terutama pada trimester II (Saifuddin, 2006). Hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr% (Manuaba, 2010). Masalah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah tingginya prevalensi anemia ibu hamil yaitu sebesar 50,9% dan sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga anemia yang ditimbulkan disebut anemia kekurangan besi . Keadaan kekurangan besi pada ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, bayi baru lahir rendah (BBLR), perdarahan setelah serta pada waktu melahirkan dan pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi. Pada anak dapat mengalami gangguan pertumbuhan, tidak dapat mencapai tinggi yang optimal dan anak menjadi kurang cerdas (Soekirman, 2005). WHO melaporkan bahwa prevalensi anemia kehamilan secara global 55% kejadian anemia tertinggi pada trimester ketiga dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan. Kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20 dan 89% dengan menetapkan Hb 11 g% (g/dl) sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukan nilai yang cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% trimester II dan 24,8% pada trimester III. Anemia di dalam kehamilan mempunyai resiko yang tinggi terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR), kelahiran preterm dan kematian janin (Manuaba, 2010). Tingginya angka kejadian anemia di Indonesia dan khususnya di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil antara lain umur ibu, pendidikan, paritas, status ekonomi Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 9 (pekerjaan), kepatuhan minum tablet Fe, pengetahuan dan status gizi (Ansor, 2010). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masih terdapat responden yang berusia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun yaitu sebanyak 6 orang (16,2 %). Hal tersebut menunjukkan masih adanya kelompok umur beresiko terhadap kehamilan yang merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia pada kehamilan. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan > 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini. Menurut Herlina (2007), wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun mempunyai resiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami perdarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia. Usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Selain faktor umur ibu hamil tinggi kejadian anemia di BPS Siti Muslikah, Suruh, Semarang juga dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan sebagian responden. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masih terdapat banyak responden yang berpendidikan rendah yaitu setingkat SMP (27,0) dan SD (13,5 %). Tingkat pendidikan responden sangat berpengaruh terhadap penyerapan informasi dan pemahaman responden terhadap suatu penyakit serta informasi yang didapatkannya. Anemia gizi lebih sering terjadi pada kelompok penduduk yang berpendidikan rendah. Kelompok ini umumnya kurang memahami kaitan anemia dengan faktor lainnya, kurang mempunyai akses mengenai informasi anemia dan penanggulangannya, kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi khususnya yang mengandung zat besi relatif tinggi dan kurang dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan zat besi banyak dijumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah. Menurut penelitian yang dilakukan Amiruddin dkk (2007), faktor yang mempengaruhi status anemia adalah umur, tingkat pendidikan rendah, pekerja berat dan konsumsi tablet Fe < 90 butir, sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan menurut L. Tobing (2008) prevalensi anemia tertinggi di jumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan SD dan SLTP (19,6%). Selain faktor umur responden dan tingkat pendidikan responden tingginya angka kejadian anemia di BPS Siti Muslikah, Suruh, Semarang, kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh jenis pekerjaan responden. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai buruh/tani yaitu sejumlah 13 responden (35,1 %). Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan, tapi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghindari pekerjaan yang tidak disukainya. Selain itu wanita hamil harus berhati-hati melakukan pekerjaan yang cenderung lama dan melelahkan, karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan gangguan sirkulasi serta oedema tungkai karena kaki tergantung jika duduk terlalu lama atau berdiri terlalu lama (Yunita, 2008). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang bekerja sebagai buruh/tani cenderung untuk bekerja keras karena tuntutan pekerjaan ataupun guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden yang bekerja sebagai karyawan swasta diketahui bahwa sebagian besar mengatakan mereka bekerja berangkat dari pagi hari sampai sore hari serta dalam bekerja selalu berdiri ataupun duduk terus menerus. Sebagai buruh mereka dituntut untuk memenuhi target pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh atasan mereka sehingga menyebabkan sebagain besar ibu merasa sangat kelelahan dan kurang waktu untuk istirahat serta kurangnya akses informasi yang diterima karena sebagian besar waktunya tersita untuk pekerjaan. Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 10 Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang mendukung kesehatan sendiri, maupun kesehatan bayinya. Kebiasaan tidur larut malam dan pekerjaan-pekerjaan yang menguras tenaga harus dipertimbangkan dan kalau mungkin dikurangi hingga seminimal mungkin karena dapat menimbulkan berbagai ketidaknyamanan selama kehamilan yang dapat menimbulkan tanda dan bahaya kehamilan. Selain itu sebagai buruh/tani menyebabkan kurangnya perhatian dan pengetahuan responden terhadap asupan nutrisi yang baik bagi kehamilannya. Hal tersebut dikarenakan banyaknya pekerjaan yang menyita waktu responden sehingga sebagian besar responden kurang memperhatikan asupan nutrisi bagi kehamilannya. Menurut Yunita (2008), selama kehamilan ibu membutuhkan tambahan asupan makanan untuk pertumbuhan janin dan pertahanan dirinya sendiri. Sebagai tenaga kesehatan sebaiknya melakukan upaya untuk mempromosikan tentang kebutuhan nutrisi ibu hamil tersebut. Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat 15 % dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu dan janin. Makanan dikonsumsi ibu hamil 40 % digunakan untuk pertumbuhan janin dan sisanya (60 %) digunakan untuk pertumbuhan ibunya. Hal tersebut menunjukkan pentingnya asupan nutrisi bagi kesehatan ibu dan janinnya saat kehamilan. Dengan kurangnya tingkat pengetahuan responden tentang asupan nutrisi yang adekuat bagi kehamilannya akan mempengaruhi kesehatan ibu maupun janinnya. Responden yang bekerja sebagai buruh/tani sebagian besar kurang memperhatikan asupan nutrisi bagi kehamilannya dikarenakan kurangnya akses informasi yang didapatkannya baik dari media elektronik maupun media massa. Hal ini disebabkan karena beban pekerjaan yang terlalu berat dan tuntutan pekerjaan dari atasan yang harus segera diselesaikan sehingga tidak ada waktu luang untuk mendapatkan berbagai informasi tentang asupan nutrisi bagi kehamilannya. Kurangnya informasi tentang asupan nutrisi bisa mengakibatkan kurangnya pengetahuan responden tentang nutrisi yang baik bagi kehamilannya sehingga bisa mengakibatkan berbagai komplikasi dan tanda bahaya bagi kehamilan misalnya resiko terjadinya anemia. Upaya penanggulangan anemia telah banyak dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan yang berarti. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya pencegahan anemia serta bahaya yang akan ditimbulkan. Salah satu penanganannya adalah perlu melakukan analisis cermat perubahan perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) yang ada di masyarakat (BKKBN, 2005). Pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya anemia akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program pencegahan anemia dan sikap ibu berupa tanggapan untuk melakukan pencegahan anemia (BKKBN (2005). Pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya sikap dan perilaku seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa sikap dan perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari sikap dan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Dengan meningkatnya pengetahuan ibu hamil tentang anemia diharapkan akan terjadi perubahan sikap dan perilaku ke arah yang mendukung kesehatan khususnya dalam pencegahan terjadinya anemia pada ibu hamil. Analisa Bivariat Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa responden dengan pengetahuan rendah sebagian besar mengalami anemia yaitu sejumlah 15 orang (83,3 %), responden dengan pengetahuan sedang sebagian besar tidak mengalami anemia yaitu sejumlah 4 orang (57,4 %), dan responden dengan pengetahuan tinggi sebagian besar tidak mengalami anemia yaitu sejumlah 2 orang (16,7 %), Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai Chi Square sebesar 14,455 dengan p-value 0,001. Oleh karena p-value = 0,001 < α (0,05), maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 11 hal, maka ia cenderung akan mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan dengan mereka yang pengetahuannya rendah. Pengetahuan tentang anemia pada kehamilan menyangkut pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari anemia. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah pengetahuan ibu hamil khusus dengan anemia semakin tinggi resiko ibu mengalami anemia. Rendahnya tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dipengaruhi oleh faktor pendidikan sebagian besar ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan SMP (27,0) dan SD (13,5 %). Tingkat pengetahuan ibu hamil berhubungan dengan tingkat pendidikannya. Pendidikan yang rendah baik secara informal maupun formal menyebabkan ibu kurang memahami kaitan anemia dengan faktornya, kurang mempunyai akses mengenai informasi dan penanggulangannya, kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi, khususnya yang mengandung zat gizi relatif tinggi dan kurang dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia demikian sebaliknya (Depkes, 2005). Untuk menerima informasi yang dapat merubah perilaku dan sikap gizi yang baik dibutuhkan pengetahuan yang cukup, sehingga pada akhirnya terjadinya anemia dapat dicegah atau dihindari. Menurut penelitian Anik Suyanti (2006), menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu hamil, semakin berkurang resiko ibu mengalami anemia. Tingkat pengetahuan ibu hamil dapat diperoleh dari pendidikan informal atau formal. Tingkat pengetahuan ibu hamil akan mempengaruhi perilaku gizi yang berdampak pada pola kebiasaan makanan yang akhirnya dapat menghindari terjadinya anemia. Tentunya semakin baik pengetahuan ibu hamil dapat membentuk perilaku gizi yang baik terutama dalam makanan dengan gizi yang seimbang dan beranekaragam. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan beberapa penelitian di antaranya hasil penelitian Lely Ratnawati (2006) di wilayah kerja puskesmas Mijen 1 kabupaten Demak yang melaporkan anemia cenderung terjadi pada kelompok penduduk dengan tingkat pendidikan rendah, karena mereka pada umumnya kurang mempunyai akses informasi tentang anemia dan penanggulangannya, kurang memahami akibat anemia, kurang dapat memilih bahan makanan bergizi khususnya yang mengandung zat besi tinggi, serta kurang dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan resiko terjadinya anemia pada wanita hamil. Selain tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan yang rendah pada keseluruhan responden yang mengalami anemia juga dipengaruhi oleh faktor lainnya diantaranya adalah faktor umur responden. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden berada dalam kelompok umur 20-25 tahun yaitu sebanyak 31 responden (83,8 %). Menurut Triratnawati (2003) menyebutkan bahwa dalam kurun reproduksi sehat atau dikenal dengan usia tidak beresiko untuk kehamilan dan persalinan adalah umur 20 sampai 35 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden berada dalam kelompok tidak beresiko (83,8 %), tetapi dalam penelitian didapatkan data bahwa ibu hamil yang berusia 2035 tahun masih mengalami anemia. Menurut Herlina (2007), wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun mempunyai resiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami perdarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia. Usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa pada responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sebagian besar (83,3 %) tidak mengalami anemia. Tingkat pengetahuan yang tinggi pada sebagian besar responden yang tidak mengalami anemia tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia pada sebagian besar responden. Pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya sikap dan perilaku seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa sikap dan perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari sikap dan Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 12 perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Dengan meningkatnya pengetahuan ibu hamil tentang anemia diharapkan akan terjadi perubahan sikap dan perilaku ke arah yang mendukung kesehatan khususnya dalam pencegahan terjadinya anemia pada ibu hamil. Pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya anemia akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program pencegahan anemia dan sikap ibu berupa tanggapan untuk melakukan pencegahan anemia (BKKBN (2005). Dengan tingkat pengetahuan yang baik, ibu hamil dapat mengetahui bahan pangan yang dapat membahayakan kehamilannya serta dapat memilih hal-hal yang dapat menunjang kualitas kehamilannya terutama yang terkait dalam mengkonsumsi obat-obat untuk kehamilan, termasuk dengan obat tablet besi yang dibagikan oleh petugas puskesmas yang ditujukan untuk kesehatan selama selama kehamilan (Indreswari, et al, 2008). Pengetahuan ibu hamil tentang pengertian, penyebab, akibat, dan penanggulangan anemia merupakan predisposisi ibu untuk berperilaku sehat dalam hal menanggulangi anemia pada diri sendiri (Silalahi, 2007). kehamilan.Hendaknya ibu hamil juga memperhatikan kesehatan dirinya dengan makan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi suplemen zat besi untuk menukupi kebutuhan zat besi dalam tubuh serta ibu hamil diharapkan tidak mengkonsumsi kopi,teh dansusu setelah makan karena akan mempengaruhi penyerapan zat besi dalam tubuh.Keluarga diharapkan mengingatkan ibu hamil untuk selalu tablet penambah darah. Bagi Tenaga Kesehatan : Diharapkan bagi petugas atau pelaksana program tentang pemeriksaankehamilan khususnya tentang pemeriksaan kehamilan khususnya informasi tentang anemia dalam kehamilan lebih ditingkatkan lagi dan memberikan konseling pada ibu hamil. Bagi Peneliti : Perlu adanya penelitian lebih dalam lagi tentang karateristik ibu hamil yng mengalami anemia tentang anemia kehamilan dan diharapkan dapat menambah wawasan mengenai dampak yang terjadi jika ibu hamil mengalami anemia. Bagi Institusi pendidikan : Diharapkan memperbanyak sumber-sumber atau literature sehingga mempermudah menari teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang d lakukan. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Kesimpulan Sebagian besar pengetahuan responden tentang anemia di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang dalam kategori rendah, yaitu sejumlah 18 responden (48,6 %) dan sebagian kecil responden mempunyai pengetahuan dalam kategori sedang yaitu sejumlah 7 responden (18,9 %). Sebagian besar ibu hamil di BPS Siti Muslikah, Am.Keb, Suruh Semarang mengalami anemia yaitu sejumlah 20 orang (54,1 %). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang dengan nilai Chi Square sebesar 14,455 dan p-value 0,001. Ahmadi, Abu. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Saran Bagi masyarakat : Diharapkan masyarakat khususnya ibu-ibu hamil trimester III agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang anemia dan kesadaran diri akan pentingnya pemeriksaan Alwi, Hasan,dkk. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: balai Pustaka. Amiruddin, R. (2007). Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil di Indonesia. http://www.ridwanamiruddin.wordpress.com. diakses tanggal 07 Desember 2011. Anita. 2003. Kompliaksi Kehamilan. Dari http://www.tabloid-nakita.com/ artikel. php3?rubrik=kecil&edisi=04197 diakses tanggal 07 Desember 2011. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : JKPKKR. ________.(2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 13 Cunningham, at.al (2005). William Jakarta : EGC. obstetri. ________.(2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Danim, Sudarman 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Penerbit Rineka Cipta. Nursalam, Parini Siti. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, CV. Sagung Seto, Jakarta. Depkes RI. (2003). Standar Kebidanan. Jakarta : Depkes. ________. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya : Salemba Medika. Pelayanan ________.(2008). Presiden Pimpin Rapat Terbatas Bidang Kesehatan. Dari http:///www.depkes.com. diakses senin, 03 Desember 2011. Faizal, M (2003). Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Dari : http :/// www. Bppsdmk.com. diakses Senin, 14 Januari 2012. Hidayat, Azis Alimul, (2005). Pusat keperawatan & teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Huliana, M. (2005). Panduan Menjalani Kehamilan Sehat, Jakarta: Puspa Swara. Liewellyn, Jones, Derek. (2002). Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates. Manuaba. I.B.G (2007). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC. ________. (2010). Buku Ajar Ginekologi untuk Kebidanan. Jakarta: EGC. Mansjoer, Arif, dkk, (2005). Kapita selekta kedokteran . Edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius. Mochtar, R. (2005). Sinopsis obstetri, fisiologi, obtetri patologi. Jilid I Jakarta : EGC Prawiroharjo S. (2002). Buku Acuan Nasional Pelaksanaan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. _______ .(2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Proverawati (2009). Buku ajar gizi untuk kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. Saifudin, A.B, (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wasnidar, (2007). Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan Penatalaksanaan, Jakarta : Trans Info Media. Wijianto, H dan Suartika, W. (2008). Kajian Anemia Gizi, Komsumsi Fablet Tambah Darah (Tablet Fe) pada Ibu Hamil. diakses http://www.litbang.depkes.go.id. tanggal 20-01-2012. Wiknjosastro, H (2002). Ilmu kebidanan edisi 4. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Musbikin, I. (2005). Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan, Yogyakarta: Mitra Pustaka. Notoadmodjo Soekidjo (2002). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta, Jakarta, Rineka Cipta. __________. (2003), Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Jakarta, Rineka Cipta. Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 14 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPS SITI MUSLIKAH, Am. Keb KECAMATAM SURUH KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Disusun Oleh : RATRI WAHYU WARDANINGSIH NIM. 0111475 AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2013/2014 Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di BPS Siti Muslikah Am.Keb, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 15