BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Cengkeh 2.1.1 Morfologi Tanaman Cengkeh (Eugenia aromatic OK atau Syzigium aromaticum (L)) termasuk dalam family Myrtaceae. Tanaman ini berbentuk pohon, tingginya dapat mencapai 20-30 m, dan hidup tanaman cengkeh dapat berumur lebih dari 100 tahun (Najiyati, 1991). Tajuk tanaman cengkeh umumnya berbentuk kerucut, piramida, atau piramida ganda, dengan batang utama menjulang ke atas. Cabang-cabangnya amat banyak dan rapat, pertumbuhannya agak mendatar dengan ukuran yang relatif kecil jika dibandingkan batang utamanya. Daunnya kaku berwarna hijau atau hijau kemerahan, dan berbentuk elips dengan kedua ujing runcing(Jaelani,2009). Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dan tangkai pendek serta berdandan. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun (Hapsoh, 2011). Cengkeh memiliki empat jenis akar, yaitu akar tunggang, akar lateral, akar serabut, dan akar rambut. Akar tunggang dan akar lateral mempunyai ukuran yang relatif besar. Bedanya, akar tunggang tumbuh lurus ke bawah dan sedikit bercabang, sedang akar lateral tumbuh menyamping dan bercabang. Akar serabut Universitas Sumatera Utara berukuran kecil, sangat panjang, tumbuh menyamping dan ke bawah dengan jumlah yang sangat banyak. Akar serabut ini memiliki banyak akar rambut yang berukuran sangat kecil yang berfungsi sebagai penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah (Najiyati, 1991). 2.1.2 Sistematika Tanaman Menurut Hapsoh dan Hasanah (2011) klasifikasi tanaman cengkeh adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub-Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Marga : Eugenia Spesies : Eugenia aromatic ; Syzygium aromaticum L. 2.1.3 Budi daya Tanaman Tanaman cengkeh menghendaki lingkungan yang khusus agar tumbuh dan berproduksi dengan baik. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman cengkeh adalah iklim dan tanah. Iklim meliputi tinggi tempat dari permukaan laut, jumlah dan sifat hujan, dan pancaran sinar matahari (Najiyati, 1991). Iklim dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun sangat baik untuk tanaman cengkeh karena tanaman ini tidak tahan terhadap musim kemarau yang terlalu berkepanjangan. Curah hujan yang dikehendaki pada bulan kering berkisar Universitas Sumatera Utara antara 60-80 mm per bulan atau menghendaki bulan-bulan basah selama sembilan bulan dan bulan-bulan kering selama tiga bulan dengan curah hujan berkisar antara 2.000-4.000 mm per tahun. Tanaman cengkeh tumbuh dan berproduksi pada dataran rendah, sedangkan pada dataran tinggi tanaman cengkeh sangat lambat bahkan tidak akan berproduksi sama sekali (Lutony, 2002). Tanaman cengkeh tumbuh dan berproduksi pada dataran rendah, sedangkan pada dataran tinggi tanaman cengkeh sangat lambat bahkan tidak akan berproduksi sama sekali. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari langsung. Pada lahan Indonesia, cengkeh cocok ditanam di daerah dataran rendah dekat pantai maupun di pegunungan pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut (Hapsoh, 2011). 2.2 Minyak Atsiri 2.2.1 Defenisi Minyak Atsiri Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang. Pengertian atau defenisi minyak atsiri yang ditulis dalam Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap (Sastrohamidjojo, 2004). Dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemaran, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindung dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap. Universitas Sumatera Utara Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan berhubungan langsung dengan oksigen udara, ditutup rapat serta disimpan ditempat yang kering dan sejuk (Gunawan, 2010). Minyak atsiri pertama kali diisolasi pada tahun 1300 oleh Arnold de Villanova. Akan tetapi, produksi secara modern baru dilakukan oleh Lavoisier (Perancis) sekitar tahun 1760-1770 (Agusta, 2000). Kebanyakan minyak atsiri dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan selaput lendir. Apabila kulit terkontaminasi oleh minyak atsiri dalam waktu yang sama, kulit akan menjadi kemerahan serta meradang akhirnya akan melepuh (Agusta, 2000). 2.2.2 Sifat-sifat Minyak Atsiri Adapun sifat-sifat minyak atsiri diterangkan sebagai berikut : a. Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa. b. Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau minyak atsiri atau dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen penyusunnya. c. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya. d. Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa lain) mudah menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan bekas noda pada benda yang ditempel. Universitas Sumatera Utara e. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi tengik (rancid). f. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen, udara, sinar matahari (terutaman gelombang ultra violet) dan panas karena terdiri dari berbagai macam komponen senyawa. g. Indeks bias umumnya tinggi. h. Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisari dengan rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki atom C asimetrik. i. Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil. j. Sangat mudah larut dalam pelarut organik (Gunawan, 2010). 2.2.3Kandungan Kimia Minyak Atsiri Tidak satu pun minyak atsiri tersusun dari senyawa tunggal, tetapi merupakan campuran komponen yang terdiri dari tipe-tipe yang berbeda. Minyak atsiri sebagian besar terdiri dari senyawa terpena, yaitu suatu senyawa produk alami yang strukturnya dapat dibagi ke dalam satuan-satuan isoprene. Satuansatuan isoprene ini terbentuk dari asetat melalui jalur biosintesis asam mevalonat dan merupakan rantai cabang lima satuan atom karbon yang mengandung dua ikatan rangkap (Gunawan, 2010). Terpena yang paling sering terdapat sebagai komponen penyusun minyak atsiri adalah monoterpena. Monoterpena banyak ditemui dalam bentuk asiklik, monosiklis, serta bisiklis sebagai hidrokarbon dan keturunan yang teroksidasi Universitas Sumatera Utara seperti alcohol, aldehida, keton, fenol, oksida, dan ester. Terpena lain di bawah monoterpen yang berperan penting sebagai penyusun minyak atsiri adalah seskuiterpena dan diterpena (Gunawan, 2010). 2.3 Minyak Daun Cengkeh 2.3.1 Defenisi Minyak Daun Cengkeh Cengkeh merupakan salah satu komoditi pertanian yang tinggi nilai ekonominya. Komoditi ini banyak digunakan di bidang industri sebagai bahan pembuatan obat, dan di bidang farmasi sebagai bahan pembuatan minyak atsiri (Najiyati, 1991). Minyak atsiri dari tanaman cengkeh dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan sumbernya, yaitu minyak daun cengkeh (clove leave oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), minyak bunga cengkeh (clove bud oil). Minyak daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang cukup banyak dihasilkan di Indonesia dengan cara penyulingan. Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-kuningan, mempunyai rasa yang pedas, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan berubah menjadi cokelat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau akibat penyimpanan. Minyak cengkeh diperoleh dengan cara destilasi buah atau daun. Komponen kimia utama yang dikandungnya adalah eugenol. Negara produsen utama yaitu Indonesia, Madagaskar, Filipina (Agusta, 2000). Minyak daun cengkeh dapat dihasilkan dengan cara penyulingan dari daun tanaman cengkeh yang telah luruh. Umumnya penyulingan minyak daun cengkeh di Indonesia merupakan industri tradisional yang dikelola petani cengkeh. Para petani lebih suka menjual bunga cengkeh langsung ke pedagang daripada Universitas Sumatera Utara melakukan penyulingan bunga cengkeh. Kabupaten Batang Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu kluster minyak atsiri, dimana produk usaha meliputi; minyak cengkeh dan minyak nilam. Keanggotaan kluster ini tersebar di 7 kecamatan wilayah bagian selatan/dataran tinggi yaitu: kecamatan Wonotunggal, Bandar, Blado, Reban, Pecalungan, Bawang dan Tersono (Widayat, 2012). Minyak cengkeh Indonesia, terutama minyak yang berasal dari daun, tampil sebagai salah satu mata dagangan ekspor yang mampu menerobos ke berbagai pasar mancanegara. Negara tujuan ekspor ini antara lain Hongkong, Jepang, India, Prancis, Spanyol, dan Amerika Serikat. Dari beberapa Negara importir minyak daun cengkeh Indonesia tersebut, negara pembeli yang terbesar yaitu Amerika Serikat dan Hongkong (Lutony, 2002). 2.3.2 Kandungan Kimia Minyak Daun Cengkeh Komponen utama yang terkandung di dalam minyak cengkeh adalah terpena dan turunannya, sama dengan komponen yang terdapat dalam minyak atsiri lain. Terpena sangatlah penting dalam kegiatan industri. Komponen inibanyak digunakan dalam parfum, flavour, obat-obatan, cat plastik, dan lain sebagainya (Lutony, 2002). Jenis terpena yang penting dalam minyak cengkeh yaitu eugenol. Menurut Guenther (1990), terpena yang lainnya berupa eugenol asetat dan caryophylene. Ketiga senyawa terpena tersebut menjadi komponen utama penyusun minyak cengkeh dengan kadar total dapat mencapai 99% dari minyak atsiri yang dikandungnya (Lutony, 2002). Kadar eugenol dalam minyak atsiri daun cengkeh umumnya antara 70-90%. Kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam minyak bunga, daun dan tangkai Universitas Sumatera Utara bunga cengkeh masing-masing berkisar antara 15-25%, 1-4%, dan 5-7%. Rendamen minyaknya berkisar antara 2-12%, tergantung pada jenis dan keadaan bahan baku, penanganan bahan, serta cara dan kondisi penyulingan (Ruhnayat, 2004). 2.3.3 Kegunaan Minyak Daun Cengkeh Tanaman cengkeh sejak lama digunakan dalam industri makanan, minuman dan obat-obatan. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan diatas adalah bunga, tangkai bunga dan daun cengkeh . Orang India menggunakan cengkeh sebagai campuran bumbu khas India atau garam masala. Bunga cengkeh yang sudah kering dapat digunakan sebagai obat kolera dan menambah denyut jantung. Minyak cengkeh sering digunakan sebagai pengharum mulut, mengobati bisul, sakit gigi, memperkuat lendir usus dan lambung serta menambah jumlah sel darah putih (Oktavia, 2010). Minyak yang lebih murah berasal dari gagang cengkeh apalagi dari daun cengkeh ternyata dapat merupakan bahan mentah atau bahan asal untuk diisolasi eugenolnya yang dapat di ubah menjadi isoeugenol dan suatu zat vanillin yang bermutu tinggi (Guenther, 1990). . Minyak cengkeh dapat memperkuat saluran pernapasan dan membunuh parasit internal. Aromanya berkhasiat untuk menyehatkan dan memperkuat ingatan, membantu mengatasi kegelisahan mental, serta menciptakan perasaan berani dan perasaan untuk melindungi. Minyak cengkeh telah digunakan oleh rumah sakit di Eropa untuk mengobati infeksi gigi, virus hepatitis, bakteri, kolera, amuba disentri, infeksi jerawat, sinusitis, flu, hipertensi serta gangguan dan tidak berfungsinya kelenjar tiroid. Dalam ilmu pengobatan Cina disebutkan bahwa Universitas Sumatera Utara cengkeh adalah salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai aprodisiak (Agusta, 2000). 2.4 Mutu Cengkeh Mutu cengkeh dipengaruhi oleh berbagai faktor anatara lain lingkungan tumbuh, varietas, dan cara pengolahannya. Cengkeh yang bermutu baik nilai jualnya akan lebih mahal. Sebagai komoditas perdagangan, pada masa lalu cengkeh diatur tata niaga oleh pemerintah(Ruhnayat, 2004). Standar mutu cengkeh yang berlalu di Indonesia saat ini adalah SNI No. 01-3392-1994 yang dibuat oleh Dewan Standarisasi Nasional (DSN). Standar mutu cengkeh tersebut disusun berdasarkan hasil survei ke perkebunan rakyat dan swasta, pabrik rokok, wawancara dengan pihak-pihak yang berkecimpung dalam perdagangan cengkeh dan membandingkan dengan standar mutu cengkih dari American Spice Trade Association (ASTA) (Ruhnayat, 2004). Berikut adalah tabel mengenai parameter persyaratan minyak dari daun cengkeh yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN): Tabel 2.1Parameter Syarat Mutu Minyak Daun CengkehSNI 06-2387-2006 No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1 Keadaan 1.1 Warna kuning – coklat tua 1.2 Bau khas minyak cengkeh 0 0 2 Bobot jenis 20 C/20 C 1.025 - 1.049 3 Indeks bias (nD20) 1,528 - 1,535 Kelarutan dalam etanol 4 1 : 2 jernih 70% 5 Eugenol total %, v/v minimum 78 6 Beta caryophillene % maksimum 17 Produk lanjutan dari cengkeh antara lain minyak cengkeh. Minyak cengkeh ini diperoleh dengan cara menyuling daun, gagang, atau bunga cengkeh. Setiap jenis minyak cengkeh mempunyai standar mutu masing-masing. Standar Universitas Sumatera Utara mutu minyak cengkeh dari daun telah ditetapkan oleh DSN yang dituangkan dalam SNI No. 06-2387-1991. Sementara Indonesia belum menetapkan standar mutu minyak cengkeh darri bagian gagang dan bunga. Sebagai acuan standarisasi minyak gagang cengkeh digunakan standar dari EOA (Standard of Essencial Oil Association) No.178, sedangkan untuk minyak bunga cengkeh digunakan standar ISO (International Standard Organization) atau kesepakatan antara produsen dan konsumen (Ruhnayat, 2004). 2.4.1 Bobot Jenis Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume sama yang ditimbang di udara pada suhu yang sama. Bobot per milliliter suatu zat adalah bobot dalam g per ml zat cair pada suhu 20ºC yang ditimbang di udara. Bobot per ml zat cair g dihitung dengan membagi bobot zat cair dalam gram yang mengisi piknometer pada suhu 20ºC dengan kapasitas piknometer dalam ml, pada suhu 20ºC. Kapasitas piknometer ditetapkan dengan dasar bobot satu liter pada suhu 20ºC adalah 997, 18 g jika ditimbang di udara. Harga bobot per ml yang dinyatakan dalam Farmakope, penyimpangan udara boleh diabaikan (Depkes RI, 1995). 2.4.2 Eugenol Total Eugenol merupakan komponen yang sangat berguna bagi industri di Bidang makanan maupun obat-obatan. Kegunaan utama adalah sebagai penghambat perkembang biakan bakteri dan jamur (Widayat, 2012). Eugenol dapat digunakan untuk obat sakit gigi, bahan dasar penambal gigi, dan pestisida nabati. Eugenol yang diproses lebih lanjut akan menghasilkan isoeugenol yang digunakan untuk pembuatan parfum dan vanillin sintesis. Minyak Universitas Sumatera Utara cengkeh diguanakan juga untuk bahan baku pembuatan balsam cengkih dan obat kumur (Ruhnayat,2002). 2.4.3 Kelarutan dalam Etanol Kelarutan digunakan untuk menyatakan kelarutan zat kimia. Istilah kelarutan dalam pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20ºC, kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar, kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran mekanik seperti bagian kertas saring, serat dan butiran debu (Depkes RI, 1979). Karena banyak minyak atsiri larut dalam alkohol dan jarang yang larut dalam air, maka kelarutannya dapat dengan mudah diketahui dengan mengggunakan alkohol pada berbagai tingkat konsentrasi. Menentukan kelarutan minyak, tergantung juga pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak. Biasanya minyak yang kaya akan komponen oxygenated lebihmudah larut dalam alkohol daripada yang kaya akan terpen. Kelarutan minyak juga dapat berubah karena pengaruh umur,. Hal ini disebabkan karena proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehingga untuk melarutkannya diperlukan konsentrasi alkohol yang lebih tinggi (Guenther, 1987). Universitas Sumatera Utara