69 V. 5.1. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Liberalisasi Perdagangan terhadap Beban Utang Luar Negeri Indonesia, maka dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan permasalahan, yakni sebagai berikut. Liberalisasi perdagangan mempunyai pengaruh yang berhubungan negatif terhadap beban utang luar negeri Indonesia, artinya jika perdagangan semakin diliberalisasikan maka jumlah utang luar negeri Indonesia semakin berkurang karena ada kesempatan bagi para eksportir dalam negeri untuk meningkatkan kegiatan ekspornya sehingga menghasilkan devisa yang dapat digunakan untuk membayar utang luar negeri Indonesia. Hasil estimasi VECM dalam jangka pendek menunjukkan bahwa hanya terdapat satu variabel yang berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri Indonesia, yaitu variabel utang luar negeri (FD) lag pertama. Sedangkan variabel lain yaitu GDP lag pertama, RER lag pertama, TRADE lag pertama, dan LIBOR lag pertama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap utang luar negeri Indonesia dalam jangka pendek. Hasil estimasi model VECM pada persamaan jangka panjang menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang signifikan terhadap utang luar negeri Indonesia yaitu Gross Domestic Product (GDP) lag pertama, Real Exchange Rate (RER) lag pertama, dan trade openness (TRADE) lag pertama, sedangkan international interest rate (LIBOR) lag pertama tidak signifikan pada jangka panjang. Gross Domestic Product (GDP) lag pertama pada jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri Indonesia (FD) secara positif. Hasil estimasi ini sesuai dengan identitas (2.1) dan identitas (2.2), dimana GDP merupakan komponen dari konsumsi, pengeluaran pemerintah, pajak, investasi, tabungan, eskpor dan impor. Setiap kenaikan dari pengeluaran pemerintah (G) dan investasi (I), maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan GDP namun berdampak pada defisit anggaran pemerintah serta defisit tabungan dan investasi 70 yang tinggi dan menyebabkan utang luar negeri Indonesia juga meningkat sesuai dengan identitas (2.5). Real Exchange Rate (RER) lag pertama pada jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri Indonesia (FD) secara positif. Teori ekonomi menyatakan bahwa apabila terjadi depresiasi mata uang Rupiah terhadap Dollar AS maka akan berdampak pada peningkatan jumlah Rupiah yang harus dikeluarkan untuk membayar setiap Dolar utang luar negeri Indonesia. Hal ini menyebabkan jumlah utang luar negeri Indonesia semakin meningkat, begitu juga sebaliknya. Namun, fakta menunjukkan bahwa jumlah utang luar negeri Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya baik pada saat Rupiah terdepresiasi atau terapresiasi. Hal ini dikarenakan pemerintah lebih berorientasi pada defisit anggaran yang harus dibiayai oleh utang luar negeri, sehingga jumlah utang luar negeri Indonesia selalu meningkat. Trade openness (TRADE) lag pertama pada jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri Indonesia (FD) secara negatif Liberalisasi perdagangan mempunyai hubungan yang negatif terhadap beban utang luar negeri, yaitu apabila terjadi peningkatan liberalisasi perdagangan maka akan terjadi penurunan utang luar negeri Indonesia. Hal ini dikarenakan liberalisasi perdagangan akan meningkatkan kegiatan ekspor dan impor dimana suatu negara dapat dengan bebas melakukan kegiatan ekspor ke negara lain tanpa ada hambatan tarif maupun non tarif dan akan meningkatkan devisa suatu negara . Variabel international interest rate (LIBOR) lag pertama pada jangka panjang berpengaruh tidak signifikan terhadap utang luar negeri Indonesia (FD) secara negatif. Suku bunga internasional yang mengalami peningkatan menyebabkan Indonesia mengurangi jumlah utang luar negerinya. Hal ini disebabkan karena suku bunga yang tinggi akan membebankan pemerintah Indonesia atas modal yang dipinjam dari luar negeri yang harus dikembalikan dengan jumlah yang lebih tinggi seiring dengan peningkatan suku bunga, sehingga mengurangi keinginan pemerintah Indonesia untuk melakukan pinjaman dari luar negeri. Pengaruh guncangan yang diberikan kepada FD dari variabel TRADE dan variabel makroekonomi lain (GDP, RER, LIBOR) menunjukkan fakta bahwa 71 variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap utang luar negeri Indonesia (FD). Hasil estimasi IRF menunjukkan bahwa guncangan GDP akan memengaruhi fluktuasi utang luar negeri Indonesia (FD) hingga kisaran tahun ke39, guncangan variabel RER memengaruhi hingga tahun ke-29, LIBOR memengaruhi hingga tahun ke-17, dan guncangan TRADE memengaruhi FD hingga tahun ke-28 peramalan. Hasil analisis Variance Decomposition menunjukkan bahwa variabel utang luar negeri Indonesia (FD) sangat dipengaruhi oleh perubahan FD itu sendiri, dan perubahan variabel makroekonomi lain yang paling memengaruhi FD adalah perubahan GDP. Dan perubahan LIBOR, RER, dan TRADE mempunyai pengaruh yang relatif kecil terhadap variabel utang luar negeri Indonesia (FD). 5.2. Saran Pemerintah Indonesia sebaiknya menghentikan pinjaman luar negeri untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan diperlukan efisiensi pengeluaran untuk membiayai pembangunan, serta perlu ada optimalisasi pendapatan. Apabila utang luar negeri Indonesia sudah melewati titik batas (debt overhang), peningkatan utang luar negeri justru akan menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia (kurva laffer utang). Kementerian keuangan harus menetapkan batas maksimum pinjaman (BMP) utang luar negeri yaitu sebesar 6,1 miliar US$ per tahun. Kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah guna mengurangi ketergantungan terhadap utang luar negeri tersebut adalah dengan memanfaatkan liberalisasi perdagangan yaitu dengan melakukan kegiatan ekspor ke pasar internasional yang sudah bebas dari hambatan tarif maupun non tarif. Perdagangan yang semakin liberal mengharuskan barang dan jasa Indonesia dapat berdaya saing dengan barang impor baik dari segi harga maupun kualitas. Untuk meningkatkan ekspor, pemerintah harus melakukan depresiasi terhadap mata uang Rupiah supaya harga barang dalam negeri lebih murah dibanding harga internasional sehingga ekspor meningkat dan dapat menghasilkan devisa yang digunakan untuk membiayai pembangunan nasional maupun untuk membayar utang luar negeri Indonesia. 72 Pemerintah harus menjaga prinsip pengelolaan utang luar negeri yang baik dan pruden dengan menjaga rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto sebesar 22 persen. Pengelolaan utang harus mempertimbangkan berbagai variabel makro seperti tingkat bunga, nilai tukar dan GDP dan harus ada manajemen risiko dengan kebijakan makroprudensial lalu lintas modal yang diarahkan untuk mendukung kebijakan nilai tukar. Penerapan kembali batas posisi utang luar negeri (ULN) jangka pendek, merupakan instrumen makroprudensial yang juga terkait dengan pengelolaan arus modal. Pemerintah harus melakukan analisa risiko dan analisa biaya dari utang luar negeri tersebut dengan baik dan benar supaya utang tersebut dapat digunakan untuk kegiatan pembangunan dan infrastruktur yang produktif. Pemerintah juga diharapkan dapat merubah kebijakan pengelolaan utang lama, karena apabila tetap mengikuti ketentuan bunga yang berlaku maka Indonesia akan terus mengalami penurunan kapasitas fiskal yang disebabkan oleh beban bunga dan cicilan pokok utang luar negeri. Bagi penelitian selanjutnya penulis menyarankan untuk menambahkan variabel lain yang lebih relevan terkait dengan liberalisasi perdagangan dan utang luar negeri Indonesia seperti tarif ekspor dan impor setelah diberlakukannya liberalisasi perdagangan.