Nuhfil Hanani 1 II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK 2.1. Dasar Filsafat Mazhab Klasik Mazhab Klasik yang dipelopori oleh Adam Smith ( 1732-1790) yang tercermin dalam bukunya yang diterbitkan th. 1776 dengan judul An Inquary into the Nature and Causes of the Wealth of Nation, dianggap sebagai ibu dari kelahiran ilmu ekonomi. Prinsip utama dalam mazhab Klasik adalah kepentingan pribadi (self interest) dan individualisme ( laissez faire). Kepentingan pribadi merupakan kekuatan semangat pendorong pertumbuhan ekonomi dan kekuatan untuk mengatur kesejahteraannya sendiri. Berdasarkan prinsip tersebut para penganut mazhab Klasik percaya bahwa sistem ekonomi liberal atau sistem dimana setiap orang betul-betul bebas untuk melakukan kegiatan ekonomi apa saja bisa mencapai kesejahteraan masyarakat secara otomatis. Sistem ekonomi liberal, dimana campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi sangat kecil ( dapat dianggap tidak ada) , menurut mazhab Klasik dapat menjamin tercapainya : 1). Tingkat kegiatan ekonomi nasional optimal ( full employment level of activity). 2). Alokasi sumberdaya, baik sumberdaya alam maupun faktor-faktor produksi lainnya di dalam berbagai kegiatan ekonomi, secara efisien. Dengan demikian peranan pemerintah harus dibatasi seminimal mungkin, karena apa yang bisa dikerjakan oleh pemerintah bisa dikerjakan oleh swasta dengan lebih efisien. Pemerintah diharapkan hanya mengerjakan kegiatan yang betul-betul tidak dapat dilakukan oleh swasta secara efisien, seperti di bidang pertahanan, hukum, kepamongprajaan, dan sebagainya. Esensi teori ekonomi makro Klasik adalah bahwa : suatu perekonomian liberal (laissez faire) mempunyai kemampuan untuk menghasilkan tingkat kegiatan (GDP= Gross Domestic Product) yang full employment secara otomatis, yang juga dikenal sebagai self regulating (mengatur sendiri secara otomatis). Pada suatu waktu tertentu GDP mungkin saja berada di bawah atau di atas tingkat full employment, tetapi akan segera kembali ke tingkat full employment semula. Siapa yang mengatur sehingga tingkat full employment tersebut selalu dicapai ? Kaum Klasik mengatakan bahwa yang mengatur adalah “tangan pengendali yang tidak kentara” atau “ tangan gaib” ( the invisible hand). 2.2. Pasar Barang Seperti dinyatakan di muka, di pasar barang bertemu penawaran agregat dengan permintaan agregat Menurut kaum Klasik di pasar barang tidak mungkin akan kekurangan Nuhfil Hanani 2 produksi atau kelebihan produksi dalam jangka waktu lama, sehingga selalu terjadi pasar bersih ( clearing market) atau pasar dalam kondisi ekuilibrium. Jika pada suatu waktu terjadi kelebihan atau kekurangan produksi, maka mekanisme pasar akan secara otomatis mendorong kembali perekonomian tersebut pada kondisi di mana tingkat produksi total masyarakat ( penawaran agregat) akan memenuhi permintaan total masyarakat secara tepat ( full employment level of activity). Pendapat ini dilandasi adanya kepercayaan di kalangan kaum Klasik bahwa di dunia nyata ini : 1. Berlaku hukum Say ( Say’s Law) yang mengatakan bahwa “ setiap barang yang diproduksikan selalu ada yang membutuhkannya” ( “ supply creates its own demand”), dan 2. Harga-harga dari hampir semua barang-barang dan jasa-jasa adalah fleksibel, yaitu bisa dengan mudah berubah ( naik atau turun) sesuai dengan daya tarik-menarik antara permintaan dan penawaran. Logika hukum Say tersebut adalah sebagai berikut : Setiap proses produksi barang-barang atau jasa-jasa mempunyai dua akibat : (1) menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa sebagai hasil produksi, dan (2 ) memberikan penghasilan kepada pemilik faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi tersebut, yang jumlahnya senilai dengan nilai hasil produksi tersebut. Dengan demikian di dalam masyarakat selalu terdapat cukup penghasilan ( berarti daya beli , juga permintaan) untuk dibelanjakan pada hasil-hasil produksi. Kekurangan produksi akan suatu barang tertentu masih bisa terjadi, tetapi secara agregat ( total /keseluruhan) permintaan masyarakat akan hasil-hasil produksi selalu ada. Ini berarti bahwa secara umum tidak mungkin akan terjadi kelebihan produksi di dalam masyarakat. Apabila seandainya pada suatu waktu barang tertentu yang telah diproduksi tidak bisa terjual ( kelebihan produksi) maka melalui mekanisme harga ( harga bersifat fleksibel) harga barang tersebut akan turun, selanjutnya akan mengakibatkan barang tersebut lebih banyak diminta oleh konsumen ( sesuai hukum permintaan) sampai kelebihan barang tersebut habis terjual. Pada akhirnya perekonomian akan kembali pada posisi kseimbangan ( full employment). Demikian pula sebaliknya jika terjadi kekurangan produksi, melalui mekanisme harga, harga barang akan naik, selanjutnya harga naik akan mengakibatkan produksi meningkat sampai terpenuhinya permintaan, sehingga terjadi keseimbangan. Suatu perekonomian di luar posisi keseimbangan ini selalu hanya dalam keadaan sementara saja. Nuhfil Hanani 3 Ditinjau dari segi kebijakan ekonomi, berarti bahwa pemerintah tidak perlu melakukan campur tangan atau intervensi apapun. Kalau terjadi resesi atau depresi (GDP menurun dan terjadi pengangguran) kita cukup menunggu saja sampai perekonomian tersebut melakukan proses penyesuaian, dan keadaan keseimbangan pasti akan kembali terjadi. Dalam hal ini pemerintah bisa mempercepat proses penyesuaian dengan cara membuat sedemikian rupa sehingga harga-harga dapat turun- naik dengan fleksibel. Secara grafis posisi keseimbangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut ( Gb.2.1) P S (Supply) Excess supply P2 P0 P1 Excess Demand 0 Q2 Q0 D (Demand) Q1 Q Gb.2.1. Proses Terjadinya Posisi Keseimbangan Apabila terjadi excess supply, produsen akan menawarkan produknya dengan harga yang lebih murah agar produknya dapat terjual. Produsen akan menurunkan harga jualnya sampai pada harga keseimbangan. Demikian pula sebaliknya, jika terjadi excess demand, konsumen berani membeli produk dengan harga yang lebih tinggi. Mereka berani terus meningkatkan harga belinya sampai kebutuhannya terpenuhi, yaitu pada saat harga keseimbangan tercapai. 2.3. Pasar Tenaga Kerja Kaum klasik menganggap bahwa di pasar tenaga kerja, seperti halnya di pasar barang, apabila harga tenaga kerja ( upah) cukup fleksibel maka permintaan tenaga kerja selalu seimbang dengan penawaran tenaga kerja. Per definisi, tidak ada kemungkinan timbulnya pengangguran sukarela. Artinya pada tingkat upah riel yang berlaku di pasar tenaga kerja semua orang yang bersedia bekerja pada tingkat upah tersebut akan memperoleh Nuhfil Hanani 4 pekerjaan. Dengan demikian, mereka yang menganggur adalah mereka yang tidak bersedia bekerja pada tingkat upah yang berlaku. Jadi mereka ini adalah penganggur yang sukarela. Bagaimana proses terjadinya pengangguran sukarela tersebut, dapat ditunjukkan dalam Gb. 2.2. berikut. Rp. F S W1 W2 D1 D2 0 NU NF Orang Gb. 2.2. Proses Terjadinya Pengangguran Sukarela Sumbu vertikal menunjukkan tingkat upah riel, sumbu horizontal menunjukkan jumlah angkatan kerja di dalam suatu masyarakat. D1 adalah kurva permintaan tenaga kerja ( total tenaga kerja yang dibutuhkan oleh produsen-produsen dan pemerintah pada berbagai tingkat upah riel). S adalah kurva penawaran tenaga kerja, yang menunjukkan jumlah tenaga kerja yang bersedia bekerja pada berbagai tingkat upah riel. F ( kurva tegak) adalah kurva yang menunjukkan jumlah angkatan kerja. Pada posisi dimana seluruh angkatan kerja yang bersedia bekerja dapat bekerja maka perekonomian di suatu negara dikatakan pada posisi “ full employment”. Kalau pada suatu waktu produsen mengurangi produksinya ( karena misalnya barang-barangnya banyak yang belum laku), maka kurva permintaan tenaga kerjanya akan bergeser ke kiri menjadi, misalnya, D2. Tingkat upah yang berlaku turun dari W1 ke W2 dan jumlah orang yang bekerja turun dari NF ke NU. Menurut definisi (NF ke NU ) adalah jumlah orang yang tidak bekerja. Tetapi jumlah orang yang tidak bekerja ini bukan penganggur yang tidak sukarela. Mereka menganggur karena tidak mau bekerja dengan tingkat upah yang baru, yaitu W2. Jadi mereka adalah penganggur yang sukarela. Pengangguran sukarela itu berlangsung hanya sementara saja. Sejalan dengan proses penyesuaian dalam pasar barang, dimana jumlah barang akan berada pada posisi keseimbangan, maka kurva D2 akan kembali ke D1. Akibatnya posisi full employment Nuhfil Hanani 5 tercapai kembali, di mana semua angkatan kerja bisa bekerja pada tingkat upah riel yang lama, W1 (Boediono, 1994 : 20-21). 2.4. Pasar Uang Di pasar uang, permintaan akan uang bertemu dengan penawaran uang. Dalam bahasan ini penawaran uang atau jumlah uang yang beredar, ditentukan oleh Pemerintah dan Lembaga Keuangan tertentu untuk uang giral. Uang dapat terdiri dari uang kartal dan uang giral. Uang kartal adalah uang kertas dan logam yang dikeluarkan oleh pemerintah. Uang giral adalah deposito yang dapat diuangkan setiap waktu, biasanya dalam bentik cek. Kaum Klasik memiliki teori permintaan akan uang yang cukup terkenal, yaitu “ teori kuantitas”. Teori kuantitas mengatakan bahwa masyarakat memerlukan uang tunai untuk keperluan transaksi tukar-menukar ( misal : jual-beli barang dan jasa), bukan untuk tujuan lain. Menurut kaum Klasik karena uang tidak bisa menghasilkan apa-apa kecuali hanya untuk mempermudah transaksi, maka uang yang diminta oleh masyarakat hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk “membiayai” proses transaksi mereka. Jadi, semakin banyak transaksi yang dilakukan oleh masyarakat, semakain banyak pula uang tunai yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut. Volume transaksi di dalam masyarakat tergantung pada dua hal, yaitu : (1) volume barang /jasa yang diproduksi masyarakat ( yang diukur dengan GDP riel atau GDP pada harga konstan) dan (2) tingkat harga umum. Semakain besar GDP diharapkan semakin banyak transaksi yang dilakukan oleh masyarakat. Dan semakin tinggi harga umum semakin banyak uang tunai yang dibutuhkan untuk menutup setiap transaksi. Jadi, penawaran uang ( MS) ditentukan oleh kebijakan moneter. Oleh karenanya, variabel ini disebut variabel eksogen, yaitu variabel yang nilainya ditentukan oleh unsur diluar sistem persamaan.. Permintaan uang, MD = k PQ, di mana k = suatu konstanta; Q = GDP riel; P = harga umum. Dalam jangka pendek k tidak berubah. Q atau GDP riel ditentukan di pasar barang, dan tingat Q yang normal adalah Q pada tingkat full employment. Dengan demikian Q ditentukan di luar pasar uang, sehingga dapat dianggap sesuatu yang mendekati suatu konstanta ( ditentukan sebelumnya). Ini berarti bahwa penawaran uang tidak mempengaruhi tingkat output nasional. Mekanisme pasar akan menyamakan penawaran uang dengan permintaan uang. Sehingga dapat ditulis dalam persamaan : Nuhfil Hanani 6 MS = MD = k PQ Persamaan ini dapat ditafsirkan sebagai berikut : jika MD ditambah, misalnya, 10%, maka tinghat harga umum (P) akan naik 10% pula, karena k dan Q dianggap konstan. Dan jika uang yang beredar naik, misalnya, 10%, setiap triwulan, maka tingkat harga umum akan naik pula sebesar 10% setiap triwulan, dan kita mengatakan bahwa laju inflasi adalah 10% setiap triwulan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permintaan dan penawaran uang ini akan menentukan tingkat harga umum. 2.5. Pasar Luar Negeri Di pasar luar negeri, kaum klasik juga menganut pandangan bahwa dunia dapat secara otomatis mengoreksi ketidakseimbangan. Implikasi dari pandangan ini adalah bahwa suatu perekonomian nasional tidak perlu merepotkan diri untuk menyeimbangkan neraca perdagangan mereka dengan kebijakan-kebijakan khusus, asal saja pemerintah mau memakai salah satu dari sistem pembayaran luar negeri di bawah ini : 1) Sistem standar emas : yaitu sistem di mana uang dalam negeri ( misalnya rupiah) dijamin penuh dengan emas. Artinya setiap satuan uang tersebut ( misalnya, satu rupiah) selalu bisa ditukar dengan emas murni seberat x gram di Bank Sentral. 2) Standar kertas dan Kurs devisa yang fleksibel: yaitu sistem keuangan dalam negeri dapat menggunakan “standar kertas” atau menggunakan uang kertas yang tidak dijamin dengan emas, dan harus menganut sistem kurs devisa “mengambang”. Asalkan semua negara memakai sistem standar emas maka setiap perekonomian nasional akan mempunyai suatu sistem neraca perdagangan yang bisa mengoreksi ketidakseimbangan secara otomatis. Proses koreksi ini berlangsung sebagai berikut. Bila misalnya negara kita (dianggap menggunakan standar emas) mengalami defisit neraca perdagangan, maka cadangan emas Bank Sentral kita akan menurun karena negara kita harus membayar (mengirim emas) kepada negara-negara lain sejumlah defisit neraca perdagangan tersebut. Ini berarti bahwa jumlah uang yang beredar di dalam negeri (MS) juga terpaksa harus dikurangi karena rupiah dijamin dengan emas. Berkurang emas berarti juga berkurang rupiah. Akibat selanjutnya adalah turunnya harga barang-barang di dalam negeri (P turun). Hal ini sesuai dengan teori kuantitas. Akibat selanjutnya ekspor kita naik karena harga barang-barang dalam negeri kita lebih murah bagi orang-orang luar negeri, dan bersamaan dengan itu impor kita akan turun karena harga barang-barang luar negeri lebih mahal dari Nuhfil Hanani 7 barang-barang buatan dalam negeri. Ingat, bahwa harga di dalam negeri turun, harga di luar negeri cenderung naik karena bertambahnya emas yang beredar di luar negeri dari adanya pembayaran dengan emas dari negara kita. Proses ini dikenal dengan mekanisme Hume, yang pada akhirnya membawa neraca perdagangan kita kearah keseimbangan lagi. Jika kita menggunakan kurs devisa mengambang, proses penyeimbangan yang serupa dengan diatas akan terjadi. Anggap pada suatu waktu jumlah uang yang beredar di dalam negeri adalah tertentu, misalnya sebesar Y milyar rupiah. Kalau kita mengalami defisit neraca perdagangan, maka cadangan devisa kita menurun. Ini berarti bahwa devisa selanjutnya yang tersedia ( untuk impor) akan lebih kecil dibanding dengan permintaan akan devisa tersebut. Akibatnya “harga” mata uang asing ( yang dinyatakan dalam rupiah) naik, yang berarti kurs devisa kita akan berubah, misalnya dari Rp. 8000,- per dolar menjadi Rp. 9000,- per-dolar. Akibat selanjutnya impor kita akan turun karena barang-barang impor menjadi lebih mahal, dan ekspor kita akan naik karena ekportir dapat memperoleh rupiah yang lebih banyak untuk setiap dolar yang mereka terima dari luar negeri. Dengan demikian neraca perdagangan akan kembali seimbang, walaupun pada kurs devisa yang berbeda. Konsep-Konsep Penting Dalam Bab Ini ♦ Ideologi Laissez-Faire ♦ Liberalisme ♦ Kapitalisme ♦ Hukum Say ♦ Mekanisme otomatis menuju Full Employment ♦ The invisible hand ♦ Teori Kuantitas ♦ Sistem standar emas ♦ Sistem kurs devisa yang fleksibel ♦ Mekanisme Hume