bab ii tinjauan pustaka - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stres
2.1.1. Definisi
Stres dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan diri individu yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kemampuan yang dimiliki dengan
tuntutan yang ada.12 Dimana tuntutan akibat stres dapat menyebabkan ketegangan,
kecemasan, kebutuhan energi, usaha fisiologis dan psikologis.13
Stres merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dimana individu
berusaha untuk beradaptasi dan mengatur tekanan internal maupun eksternal.14
Stres adalah suatu pengalaman emosional negatif yang disertai perubahan
biokimia, fisiologi, dan perilaku yang dapat disertai suatu usaha untuk mengubah
kejadian stres tersebut.15
2.1.2. Klasifikasi
Stres terbagi menjadi dua golongan, didasarkan atas persepsi individu
terhadap stres yang dialaminya.12
2.1.2.1. Distress (stres negatif)
Distress merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan.
Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas,
ketakutan, khawatir, atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaaan
psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
2.1.2.2. Eustress (stres positif)
Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang
memuaskan. Fase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif
Universitas Sumatera Utara
yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental,
kewaspadaan,
kognisi,
dan
performansi
individu.
Eustress
juga
dapat
meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya seperti karya
seni.
2.1.3. Stresor
Kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi
stres.
12
Istilah stresor diperkenalkan pertama kali oleh Hans Selye. Situasi,
kejadian, atau objek apapun yang menimbulkan tuntutan dalam tubuh dan
penyebab reaksi psikologis ini disebut stresor.16 Stresor dapat berwujud atau
berbentuk fisik, seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan
sosial, seperti interaksi sosial. Pikiran ataupun perasaan individu sendiri yang
dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat
juga menjadi stressor.
Lazarus & Cohen16 mengklasifikasikan stresor ke dalam tiga kategori, yaitu:
1. Cataclysmic events
Fenomena besar atau tiba-tiba terjadi, kejadian-kejadian penting yang
mempengaruhi banyak orang, seperti bencana alam.
2. Personal stressors
Kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah
orang tertentu, seperti krisis keluarga.
3. Background stressors
Pertikaian atau permasalahan yang biasa terjadi setiap hari, seperti masalah
dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa jenis-jenis stresor psikologis 17 yaitu :
1. Tekanan (Pressure)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau
tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu. Secara umum, tekanan
mendorong individu untuk meningkatkan peforma, mengintensifkan usaha atau
mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu.
Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber
daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan
dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber
internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya. Tekanan internal
misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen personal.
Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peran yang harus
dijalani seseorang, atau juga dapat berupa kompetisi dalam kehidupan seharihari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan
pasangan hidup.
2. Frustrasi
Frustrasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu
mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil
yang diinginkan. Frustrasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap
situasi yang mengancam, seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan
maupun depresi.
3. Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung
terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun
motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu 17 :
a. Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu
diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang
Universitas Sumatera Utara
yang sulit menentukan keputusan diantara dua plihan karir yang sama-sama
diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati
alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan
cepat diselesaikan.
b. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada dua
pilihan yang sama-sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil
diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi disisi lain ia belum
mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti.
Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan
dan memerlukan lebih banyak
tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif
memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c. Approach-avoidance conflict, adalah situasi di mana individu merasa
tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang
atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti
merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat
membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok.
2.1.4. Manifestasi Klinis
Stres dapat menghasilkan berbagai respon. Berbagai peneliti telah
membuktikan bahwa respon-respon tersebut dapat berguna sebagai indikator
terjadinya stres pada individu, dan mengukur tingkat stres yang dialami individu.
Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek yaitu 17:
a. Respon fisiologis, dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak
jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.
b. Respon kognitif, dapat terlihat dari terganggunya proses kognitif individu,
seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang,
dan pikiran tidak wajar.
c. Respon emosi, dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin
dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
d. Respon tingkah laku, dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi
yang menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan.
Gejala–gejala lain yang dapat dilihat dari orang yang sedang mengalami
stres antara lain:
a. Cemas
b. Depresi
c. Makan berlebihan
d. Berpikiran Negatif
e. Tidur Berlebihan
f. Diare
g. Konstipasi atau sembelit
h. Kelelahan yang terus menerus
i. Sakit kepala
j. Kehilangan Nafsu Makan
k. Marah
l. Tegang
m. Mudah Tersinggung
n. Gatal-gatal
o. Alergi
p. Merokok
q. Nyeri persendian
r. Berdebar-debar
s. Sesak napas
Apabila seseorang mengalami satu atau lebih dari gejala-gejala di atas,
maka kemungkinan orang tersebut mengalami stres. Stres juga dapat dilihat dari
perubahan-perubahan yang terjadi pada anggota tubuh, diantaranya17:
a. Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan
warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut memutih)
terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.
Universitas Sumatera Utara
b. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas
karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami
kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c. Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d. Daya pikir
Kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi
pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala dan pusing.
e. Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak
serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan kulit
muka kedutan (tic facialis).
f. Mulut dan bibir terasa kering
Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia
sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan
mengalami spasme (muscle cramps) sehingga terasa seperti tercekik.
g. Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit
dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi
lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain daripada
itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya
eksim, urtikaria, gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat
(acne) berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki
berkeringat.
Universitas Sumatera Utara
h. Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya
nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran
pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas
terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-otot antar tulang
iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya.
Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga
dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan karena
otot-otot pada saluran nafas paruparu juga mengalami spasme.
i. Sistem Kardiovaskular
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu
faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah
melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan
nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di
bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin
dan kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau seluruh tubuh terasa panas
(subfebril) atau sebaliknya terasa dingin.
j. Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal
ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam
istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan
sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga
dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya
mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
k. Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga
terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air
kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita diabetes mellitus.
Universitas Sumatera Utara
l. Sistem Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang
(musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit seperti
ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada
tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila
menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini
sebagai keluhan “pegal-linu”.
m. Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres
adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa
mengakibatkan yang bersangkutan menderita diabetes melitus; gangguan
hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak
teratur disertai rasa sakit (dysmenorrhea).
2.1.5. Respon terhadap Stres
2.1.5.1. Aspek Fisiologis
Walter Canon memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh
terhadap suatu peristiwa yang mengancam. Ia menyebut reaksi tersebut sebagai
fight-or-flight response karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk
menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-flight
response menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat terhadap situasi yang
mengancam. Akan tetapi bila arousal yang tinggi terus menerus muncul dapat
membahayakan kesehatan individu.18
Selye mempelajari akibat yang diperoleh bila stresor terus - menerus muncul
yang dikenal dengan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri dari
rangkaian reaksi fisiologis terhadap stresor :
Universitas Sumatera Utara
1. Alarm Reaction
Tahapan pertama ini mirip dengan fight-or-flight response. Pada tahapan ini
arousal yang terjadi pada tubuh organisme berada di bawah normal yang untuk
selanjutnya meningkat diatas normal. Pada akhir tahapan ini, tubuh melindungi
organisme terhadap stresor. Tapi tubuh tidak dapat mempertahankan intesitas
arousal dari alarm reaction dalam waktu yang sangat lama.
2. Stage of Resistance
Arousal masih tinggi, tubuh masih terus bertahan untuk melawan dan
beradaptasi dengan stresor. Respon fisiologis menurun, tetapi masih tetap lebih
tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.
3. Stage of Exhaustion
Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat melemahkan sistem
kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh. Sehingga terjadi kelelahan pada
tubuh. Stresor yang terus terjadi akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan
fisiologis dan dapat menyebabkan kematian.
2.1.5.2. Aspek Psikologis
Reaksi psikologis terhadap stres dapat meliputi18 :
1. Kognisi
Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas kognitif. Stresor
berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada anak-anak. Kognisi
juga dapat berpengaruh dalam stres. Baum mengatakan bahwa individu yang
terus menerus memikirkan stresor dapat menimbulkan stres yang lebih parah
terhadap stresor.
2. Emosi
Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan keadaan
emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif dapat
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi stres dan pengalaman emosi. Reaksi emosional terhadap stres
yaitu rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih, dan marah.
3. Perilaku Sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat
berperilaku menjadi positif maupun negatif. Bencana alam dapat membuat
individu
berperilaku
lebih kooperatif, dalam situasi lain, individu dapat
mengembangkan sikap bermusuhan. Stres yang diikuti dengan marah
menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat
menimbulkan perilaku agresif. Stres juga dapat mempengaruhi perilaku
membantu pada individu.
2.2.
Nyeri Kepala Primer
2.2.1. Definisi
Nyeri kepala atau headache adalah rasa nyeri pada seluruh daerah kepala
dengan batas bawah dari dagu sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital
dan sebagian daerah tengkuk). Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak
jelas atau tidak terdapat adanya kelainan anatomi atau kelainan struktur. Nyeri
kepala primer yang utama berdasarkan The International Classification of
Headache Disorders edisi 3 tahun 2013 (ICHD-3) terdiri atas 19:

Nyeri Kepala Tipe Migren
Merupakan nyeri kepala akibat gangguan pembuluh darah yang biasanya
bersifat unilateral dan berdenyut. Seringkali disertai dengan keluhan mual,
muntah, fotofobia dan fonofobia.

Nyeri Kepala Tipe Tegang
Didefinisikan sebagai nyeri kepala berulang dengan jenis nyeri berupa rasa
tertekan atau diikat, dirasakan diseluruh kepala yang tidak dipicu oleh aktivitas
fisik dan gejala penyerta nya tidak menonjol.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Patofisiologi
Nyeri kepala dapat ditimbulkan oleh karena : 20,21,22
1. Inflamasi pada struktur bangunan peka nyeri
intrakranial
maupun
ekstrakranial, ditandai dengan pelepasan kaskade zat substansi dari
berbagai neuron di sekitar daerah injury, dimana makrofag melepaskan
sitokin yaitu interleukin IL-1, IL-6, tumor necrosis factor/TNF-g, dan nerve
growth factor/NGF, neuron yang rusak melepaskan adenosin trifosfat/ATP
dan proton, sel mast melepaskan histamin, prostaglandin, serotonin, dan
asam arakidonat yang memiliki kemampuan melakukan sensitisasi terminal
neuron. Terjadi pula proses upregulasi beberapa reseptor yaitu VR-1,
sensory specific sodium/SNS-1, SNS-2, dan peptida yaitu calcitonine gene
related protein/CGRP dan substansi P. Nyeri akibat inflamasi disebabkan
oleh sensitisasi sentral dan peningkatan input noxious perifer. Sebagai
penambah pencetus sensitisasi dari aferen primer, proses inflamasi
menghasilkan sinyal kimiawi yang memasuki darah dan menembus susunan
saraf pusat untuk menghasilkan IL-1a dan ekspresi cyclooxigenase/ COX di
susunan saraf pusat. Aktivitas COX merangsang produksi prostaglandin
(PGE2) di daerah injury dan setelah diinduksi di susunan saraf pusat. Hal ini
berkontribusi terhadap perkembangan nyeri inflamasi.
2. Inflamasi neurogenik steril selanjutnya akan mengakibatkan proses
vasodilatasi dan ekstravasasi plasma protein yang mengikuti pelepasan
peptida vasoaktif CGRP, substansi P, dan neurokinin/NKA dari nerve
ending.
3. Aktivasi mekanoreseptor pada ujung terminal saraf sensoris vaskuler untuk
melepaskan L-glutamat dan aktivasi termoreseptor.
4. Distensi atau dilatasi pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial.
5. Traksi pada arteri sirkulus Willisii, sinus venosus dan vena-vena yang
mensuplai sinus tersebut, dan arteri meningea media.
6. Pergeseran bangunan peka nyeri karena suatu desakan (massa, kista, oedema
perifokal, dan sebagainya).
Universitas Sumatera Utara
7. Peningkatan TIK yang terjadi melalui dua mekanisme dasar yaitu
bertambahnya volume otak dan adanya obstruksi CSS dan sistem vena.
8. Kontraksi kronik otot-otot kepala dan leher.
9. Tekanan langsung pada saraf-saraf yang mengandung serabut-serabut untuk
rasa nyeri di daerah kepala.
Semua penyebab nyeri kepala ini menyebabkan terjadinya sensitisasi sentral
di nosiseptor meningeal dan neuron ganglion trigeminale, sehingga muncul
persepsi nyeri kepala.21
Pemberian rangsang pada struktur peka nyeri yang terletak di tentorium
serebelli maupun di atasnya, akan timbul rasa nyeri menjalar pada daerah di depan
batas garis vertikal yang ditarik dari kedua telinga kiri dan kanan melewati puncak
kepala (frontotemporal dan parietal anterior). Rasa nyeri ini ditransmisi oleh nervus
trigeminus. Sedangkan rangsangan terhadap struktur peka nyeri di bawah tentorium
serebeli, yaitu pada fossa kranii posterior, radiks servikalis bagian atas dengan
cabang-cabang saraf perifernya akan menimbulkan nyeri di daerah belakang garis
tersebut di atas (oksipital, sub oksipital, servikal bagian atas). Nyeri ini ditransmisi
oleh nervus IX, X, dan saraf spinal C1, C2, C3. Kadang- kadang radiks servikalis
bagian atas dapat menjalarkan nyeri ke frontal dan mata ipsilateral melalui refleks
Trigeminoservikal. Refleks ini dapat dibuktikan dengan cara pemberian stimulasi
pada nervus supraorbital dan direkam dengan pemasangan elektrode pada otot
sternokleidomastoideus.
Input
eksteroseptif
dan
nosiseptif
refleks
Trigeminoservikal ditransmisikan melalui rute polisinaptik, termasuk nukleus
spinal trigeminal lalu mencapai motorneuron servikal. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan erat antara inti-inti trigeminus dengan radiks dorsalis segmen servikal
atas sehingga menunjukkan bahwa nyeri di daerah leher dapat dirasakan atau
diteruskan ke arah kepala atau sebaliknya. Refleks ini juga menunjukkan adanya
keterlibatan batang otak yaitu dengan munculnya rasa nyeri kepala, nausea dan
muntah. 21
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Diagnosa
2.2.3.1.Nyeri Kepala Tipe Migren
Untuk mendiagnosa migren, maka digunakan kriteria International
Headache Society yaitu jika seseorang mengalami 5 atau lebih serangan sakit
kepala tanpa aura (atau serangan dengan aura) yang sembuh dalam 4 sampai 72
jam tanpa pengobatan dan diikuti dengan gejala mual, muntah, atau sensitif
terhadap sinar dan suara.19
Kriteria diagnosis bagi migren tanpa aura dikemukakan oleh IHS sekurangkurangnya terdapat 5 serangan, diantaranya :
a. Nyeri kepala berlangsung 4-72 jam (bila tidak diobati atau pengobatan gagal)
b. Nyeri kepala sekurang-kurangnya memenuhi 2 kriteria:

Lokasi unilateral

Sifat berdenyut

Intensitas nyeri sedang atau berat

Agravasi (bertambah berat) atau mengganggu aktivitas.
c. Sewaktu nyeri nyeri kepala terdapat sekurang-kurangnya satu gejala :

Nausea dan/atau muntah

Fotofobia dan fonofobia
d. Tidak disebabkan gejala lain
Kriteria diagnosis bagi migren dengan aura dikemukakan oleh IHS
sekurangnya terdapat 2 serangan, diantaranya:
a. Aura terdiri dari satu gejala berikut (tanpa kelemahan motorik) :

Gejala visual: cahaya berkunang-kunang, bercak atau garis, atau
penglihatan hilang

Gejala sensoris: kebas atau rasa baal

Gejala gangguan bicara
b. Sekurangnya ada 2 gejala berikut:

Gejala visual homonim dan/atau gejala sensorik unilateral
Universitas Sumatera Utara

Sekurangnya 1 gejala aura yang muncul gradual ≥ 5 menit dan/atau
berbagai gejala aura muncul berurutan selama ≥ 5 menit

Tiap gejala berlangsung ≥ 5 menit, namun ≤ 60 menit
c. Nyeri kepala mulai sewaktu aura atau mengikuti aura dalam waktu 60 menit
d. Tidak disebabkan oleh gangguan lain
2.2.3.2.Nyeri Kepala Tipe Tegang
Nyeri Kepala Tipe Tegang harus memenuhi syarat yaitu sekurangkurangnya dua dari berikut ini :
a. Adanya sensasi tertekan/terjepit
b. Intensitas ringan ± sedang,
c. Lokasi bilateral
d. Tidak diperburuk aktivitas.
e. Tidak dijumpai mual muntah
f. Tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.
Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan - sedang, tumpul seperti ditekan atau
diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala,
oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress, insomnia,
kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan rasa tidak
nyaman pada bagian leher, rahang serta daerah temporomandibular.
2.2.4. Tatalaksana
Untuk migren, pasien akan merasa lebih nyaman berbaring di ruangan gelap
dan tidur. Analgesik sederhana seperti parasetamol atau aspirin diberikan dengan
kombinasi antiemetic. Episode yang tidak responsive dengan terapi di atas dapat
diberikan ergotamin, suatu vasokonstriktor poten atau sumatriptan, agonis reseptor
selektif 5-HT yang dapat diberikan subkutan, intranasal atau oral. Kedua obat
tersebut memiliki kelemahan. Alkaloid ergot dapat menimbulkan keracunan akut
dengan gejala muntah, nyeri dan kelemahan otot23
Universitas Sumatera Utara
Terapi untuk nyeri kepala tipe tegang biasanya tidak memuaskan. Beberapa
pasien mungkin merasa lebih baik jika diyakinkan tidak ada penyakit dasar, tetapi
hal ini kurang membantu jika pola pikir atau pola perilaku pasien tidak kooperatif.
Jika kemungkinan besar didasari oleh keadaan psikogenik, maka terapi trisiklik
atau komponen lain selama 3-6 bulan dapat membantu.24
2.3.
Kuisioner
2.3.1. ISMA (International Stress Management Association)
Kuisioner ini terdiri atas 25 butir pertanyaan dengan jawaban “Ya” dan
“Tidak”. Skor untuk masing-masing pertanyaan adalah 1 jika jawaban “Ya” dan 0
jika jawaban “Tidak”. Interpretasi dari hasil jumlah skor dari tiap pertanyaan
adalah 26 :

<4
:
Kecil kemungkinan subjek untuk menderita penyakit yang
berhubungan dengan stres

5 – 13
:
Besar kemungkinan subjek untuk mengalami stres yang
berhubungan dengan penyakit baik secara mental, fisik atau keduanya.

> 14
:
Sangat rentan terhadap stres dimana subjek menunjukkan
banyak sekali ciri atau karakteristik perilaku yang tidak sehat. Ini berarti bahwa
subjek lebih berpeluang untuk mengalami stres & penyakit terkait stres.
2.3.2. IHS Classification
Kuisioner ini diadaptasi dari HO K-H dan Ong BK-C dimana terdapat 13
pertanyaan. Interpretasi dari tiap jawaban adalah 25 :

Nyeri Kepala Tipe Tegang (Tension-Type Headache)
Subjek yang mengalami sepuluh atau lebih serangan dalam seumur hidup, yang
berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari tiap serangan dan disertai oleh
setidaknya dua dari empat karakteristik nyeri : lokasi bilateral, tidak berdenyut,
intensitas ringan sampai sedang, dan tidak terganggunya aktivitas rutin. Gejala
Universitas Sumatera Utara
mual dan muntah tidak terkait, tapi bisa mencakup baik fotofobia atau fotofobia
, tapi tidak keduanya.

Nyeri Kepala Tipe Migren
Sekurang-kurangnya terdapat lima atau lebih serangan dalam seumur hidup ,
dengan masing-masing serangan berlangsung 4-72 jam dan disertai oleh dua
dari empat karakteristik nyeri : lokasi unilateral , kualitas berdenyut , intensitas
sedang sampai berat , dan gangguan terhadap aktivitas rutin. Selain itu,
serangan harus disertai dengan setidaknya salah satu dari keluhan : mual atau
muntah, atau keduanya fotofobia dan fonofobia.
Universitas Sumatera Utara
Download