BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif pesat dari tahun ke tahun. Keterkaitan dengan kondisi ekonomi global menjadi salah satu penyebab yang menjadikan industri penerbangan tumbuh dengan pesat serta menjadi bagian utama dari dunia bisnis. Kontribusi yang paling besar dari pesatnya pertumbuhan penumpang udara dunia berasal dari Asia. Di China, bandara di Beijing, Shanghai, Chengdu, dan Shenzhen memiliki total lebih dari 200 juta penumpang per tahunnya dan tumbuh signifikan pada tahun 2011.1 Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi di industri penerbangan. Indonesia merupakan negara Asia Tenggara dengan lebih dari 100.000 pulau adalah yang terbesar di dunia sebagai negara kepulauan. Kondisi geografis yang berbentuk kepulauan menyebabkan transportasi udara menjadi salah satu transportasi utama di negara ini. Fungsi transportasi udara sangat penting mengingat penerbangan domestik dapat mencapai seluruh kota di Indonesia, terutama ketika transportasi darat dan laut tidak dapat menjangkaunya. Selain itu, sejak tahun 2000, regulasi penerbangan di Indonesia tidak terlalu ketat, dan banyak perusahaan penerbangan baru di Indonesia. 1 Bambang Susantono, Transportasi & Investasi, Tantangan dan Perspektif Multidimensi, Buku Kompas, Jakarta, 2013, halaman 254. 1 Oleh karena itu, transportasi udara merupakan transportasi yang berkembang paling pesat di Indonesia dari tahun ke tahun dibandingkan dengan transportasi darat dan laut. Hal ini juga didukung dengan perkembangan jumlah penumpang penerbangan yang relatif meningkat setiap tahunnya. Dari tahun 2004 sampai tahun 2012, baik penerbangan domestik maupun internasional mengalami peningkatan yang relatif tinggi (gambar 1.1). Gambar 1.1 Jumlah Penumpang Transportasi Udara Indonesia, Tahun 2004-2012 90,000,000 80,000,000 70,000,000 60,000,000 Domestik 50,000,000 Internasional 40,000,000 Total 30,000,000 20,000,000 10,000,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Direktorat Angkutan Udara, diolah peneliti Berdasarkan gambar 1.1, dari tahun 2004 sampai tahun 2012, pertumbuhan penumpang transportasi udara memiliki trend yang meningkat. Meski demikian, pada tahun 2008, jumlah penumpang domestik mengalami penurunan, meski secara agregat, total jumlah penumpang transportasi udara pada tahun 2008 meningkat. Penurunan jumlah penumpang pada tahun 2008 kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor seperti krisis ekonomi yang 2 terjadi di Amerika dan Eropa, harga tiket serta harga bahan bakar yang tinggi, dan serangkaian kecelakaan pesawat yang terjadi pada tahun 2008. Tingginya jumlah penumpang penerbangan di Indonesia juga tercermin dari banyaknya maskapai penerbangan di Indonesia. Salah satu maskapai penerbangan yang juga merupakan pemain besar dalam industri penerbangan Indonesia adalah PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. Sejak awal tahun 2000 sampai dengan tahun 2005, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. merupakan pemimpin dalam industri penerbangan di Indonesia. Hal ini dikarenakan PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. merupakan maskapai penerbangan “plat merah”. Selain itu, maskapai-maskapai milik swasta yang merupakan pemain baru dalam industri penerbangan Indonesia belum terlalu berkembang. Namun penggunaan transportasi udara di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan akibat berkembangnya maskapai-maskapai lain serta munculnya maskapai berbiaya murah (low cost carrier atau LCC). Tahun 2006, persaingan dalam memperebutkan pangsa pasar domestik berjadwal dalam maskapai penerbangan di Indonesia mulai terlihat ketat. Salah satu pesaing kuat PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. ialah PT. Lion Mentari Airlines yang menggunakan blue ocean strategy. Maskapai swasta milik Rusdi Kirana ini mulai menunjukkan peningkatan persentase jumlah penumpang yang relatif tinggi untuk pangsa pasar penerbangan domestik berjadwal. Dengan peningkatan tersebut, persaingan antara keduanya mulai terlihat sekitar tahun 2006 dan 2007. Pada kedua tahun itu persaingan 3 pangsa pasar untuk penerbangan domestik berjadwal di Indonesia sangatlah ketat, dimana PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. hanya unggul tidak lebih dari 2,5 persen (gambar 1.2). Gambar 1.2 Pangsa Pasar Industri Penerbangan Domestik Berjadwal Indonesia, Tahun 2006-2012 45.00% 40.00% Persentase 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Garuda Indonesia 20.45% 18.82% 20.49% 19.17% 19.30% 22.76% 21.43% Lion Mentari Airlines 19.52% 16.69% 24.63% 30.54% 38.05% 41.48% 41.22% Wings 5.94% 6.00% 6.21% 2.90% 1.61% 3.32% 3.64% Air Asia 4.43% 4.51% 4.02% 3.32% 2.05% 2.17% 3.04% Mandala Airlines 4.94% 4.42% 9.22% 8.11% 4.54% 0.00% 0.18% Metro Batavia Air 11.67% 13.57% 12.76% 13.94% 13.08% 11.22% 9.76% Sriwijaya Air 9.23% 9.13% 11.42% 12.47% 13.55% 12.26% 11.34% Lainnya 9.51% 26.84% 11.23% 9.21% 7.40% 6.44% 8.85% Sumber: Direktorat Angkutan Udara, diolah peneliti Puncaknya, tahun 2008 PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. bukanlah leader dalam penerbangan domestik berjadwal. Sebab PT. Lion Mentari Airlines berhasil mengungguli PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. sebesar 4,14 persen untuk penerbangan domestik berjadwal. Dua tahun berikutnya, PT. Lion Mentari Airlines kembali mengungguli PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. Bahkan di tahun 2010 PT. Lion Mentari Airlines semakin menunjukkan 4 keberhasilan dengan menguasai pangsa pasar sebesar 39,66 persen sedangkan PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. hanya 19,30 persen atau dalam hal ini PT. Lion Mentari Airlines mengungguli PT. Garuda Indonesia sebesar 18,75 persen. Pertumbuhan jumlah penumpang domestik berjadwal PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. yang tidak sebesar pertumbuhan penumpang PT. Lion Mentari Airlines tidak terlepas dari perbedaan strategi market yang dilakukan oleh kedua maskapai tersebut. PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. merupakan maskapai penerbangan yang berorientasi pada pasar yang ada pada saat itu saja (red ocean strategy) dan tidak berusaha menciptakan pasar baru. Sedangkan PT. Lion Mentari Airlines menerapkan blue ocean strategy untuk menghadapi persaingan dan menciptakan pertumbuhan usaha yang tinggi, yaitu dengan menciptakan pasar baru atau yang belum pernah ada didalam industri penerbangan. Dalam hal ini, PT. Lion Mentari Airlines berfokus pada pangsa pasar domestik yang low cost carrier. Dengan menggunakan strategi tersebut, PT. Lion Mentari Airlines berhasil merebut pangsa pasar penerbangan domestik berjadwal dari PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah penumpang untuk penerbangan domestik berjadwal. Peningkatan jumlah penumpang PT. Lion Mentari Airlines relatif tergolong tinggi, sedangkan peningkatan jumlah penumpang untuk PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. relatif tidak terlalu besar (gambar 1.3). 5 Gambar 1.3 Perbandingan jumlah penumpang PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. dengan PT. Lion Mentari Airlines, Tahun 2008-2012 30,000,000 Jumlah Penumpang 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0 2008 2009 2010 2011 2012 Garuda Indonesia Airways 7,665,390 8,398,017 9,993,272 13,701,879 15,304,472 Lion Mentari Airlines 9,213,333 13,377,826 19,698,493 24,971,795 29,441,502 Sumber: Direktorat Angkutan Udara, diolah peneliti Faktor lainnya ialah adanya perbedaan harga tiket dan rute penerbangan. PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. merupakan premium airlines sehingga cenderung menawarkan tiket yang relatif mahal. Berbeda dengan PT. Lion Mentari Airlines yang mengutamakan low cost carrier dan berorientasi pada masyarakat kelas menengah bawah, harga tiket PT. Lion Mentari Airlines jauh lebih murah jika dibandingkan dengan tiket pesawat PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. Selain itu, untuk rute domestik, PT. Lion Mentari Airines memiliki rute penerbangan yang lebih banyak dibandingkan dengan PT. Garuda Indonesia. Atas dasar faktor-faktor tersebut, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. semakin menghadapi persaingan yang lebih ketat dalam industri 6 penerbangan di Indonesia, salah satunya untuk pangsa pasar penerbangan domestik berjadwal. Tidak hanya pangsa pasar domestik, untuk kategori penerbangan tujuan luar negeri, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. kembali memiliki pesaing potensial dan bukanlah leader dari pangsa pasar tersebut sejak tahun 2010. Pesaing potensial PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. untuk pangsa pasar penerbangan tujuan luar negeri adalah PT. Air Asia. Sama seperti PT. Lion Mentari Airlines, PT. Air Asia juga menerapkan konsep LCC untuk penerbangan tujuan luar negeri. Sejak tahun 2006, PT. Air Asia tidak terlihat menonjol dalam pangsa pasar tujuan luar negeri. Tetapi, tahun 2009, jumlah penumpang PT. Air Asia meningkat sampai dua kali lipat lebih dibanding tahun sebelumnya. Berbeda dengan PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. yang peningkatan jumlah penumpang tujuan luar negerinya tidak terlalu massive setiap tahunnya. Kembali perbedaan strategi dan faktor seperti harga yang menjadi penyebab terambilnya pangsa pasar yang sudah dikuasai oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. oleh pesaing-pesaing potensialnya. Perbedaan dalam kategori jumlah penumpang maskapai penerbangan tujuan luar negeri dapat ditunjukkan pada gambar 1.4. 7 Gambar 1.4 Jumlah Penumpang Maskapai Penerbangan Tujuan Luar Negeri, Tahun 2006-2012 80.00% 70.00% Persentase 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Garuda Indonesia Merpati Nusantara Lion Mentari Airlines Air Asia Metro Batavia Air Lainnya 2006 72.06% 3.32% 9.23% 6.14% 2.31% 6.94% 2007 67.98% 3.65% 9.50% 8.74% 2.09% 8.03% 2008 57.49% 2.94% 11.35% 22.61% 1.58% 4.03% 2009 44.34% 2.34% 7.67% 39.72% 1.22% 4.72% 2010 36.95% 1.81% 12.55% 41.09% 3.28% 4.31% 2011 38.03% 1.06% 11.80% 41.58% 3.59% 3.95% 2012 34.91% 0.76% 14.83% 39.59% 4.76% 3.14% Sumber: Direktorat Angkutan Udara, diolah peneliti Meskipun kehilangan pangsa pasar penerbangan domestik berjadwal serta penerbangan tujuan luar negeri, pendapatan serta laba bersih atau net income PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. masih tergolong stabil dan cenderung meningkat, meski terdapat juga penurunan pendapatan atau rugi untuk tahun tertentu. Hal ini terlihat dari data pendapatan dan laba bersih PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. sepanjang tahun 2006-2013 (tabel 1.1). 8 Tabel 1.1 Data Pendapatan dan Laba Bersih (Net Income) PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk., Tahun 2006-2012 (dalam juta Rupiah) Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 12.343.168 14.042.430 19.349.675 17.860.374 19.534.331 27.164.569 33.634.334 45.521.938 (197.077) 152.735 975.049 1.018.616 515.521 805.529 1.073.621 137.204 Pendapatan Usaha Laba (Rugi) Bersih Sumber: Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia, diolah peneliti Berdasarkan trend dari tahun 2006 sampai tahun 2013, pendapatan usaha serta laba (rugi) bersih atau net income PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. relatif meningkat setiap tahunnya. Penurunan serta kerugian yang didapat pun hanya tahun tertentu. Tahun 2009, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. mengalami penurunan pendapatan usaha sebesar Rp 1.489.301.000.000., yaitu dari Rp 19.349.675.000.000 di tahun 2008 menjadi Rp 17.860.374.000.000. Sedangkan kerugian didapat pada tahun 2005 ketika itu net income PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. minus Rp 197.077.000.000. Selebihnya, pendapatan usaha serta net income PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. relatif meningkat. Secara garis besar, dari aspek keuangan, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. tidak mengalami perubahan yang signifikan akibat terebutnya pangsa pasar penerbangan domestik berjadwal serta penerbangan tujuan luar negeri. Meski untuk saat ini PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. telah kehilangan posisinya sebagai leader dalam industri penerbangan Indonesia serta 9 sempat mengalami penurunan pendapatan perusahaan di tahun 2009, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. terus melakukan berbagai inovasi dan perubahan. Strategi yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. dalam menghadapi kuatnya persaingan dalam industri penerbangan yaitu dengan melakukan peremajaan pesawat, tampilan maskapai serta konsep pelayanan baru. Khusus untuk peremajaan pesawat, strategi ini merupakan investasi yang tergolong mengeluarkan biaya yang sangat besar. Sejak menjadi perusahaan go public pada 2011, PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. telah merencanakan berbagai pembelian pesawat. Salah satu pembelian pesawat Airbus yang relatif banyak oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. ialah pada tanggal 2 Agustus 2011. Ketika itu PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. dan Airbus menandatangani perjanjian untuk pembelian 25 pesawat Airbus tipe A320-200. Di tahun 2011 tersebut, harga dasar pesawat ketika PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. melakukan pembelian adalah USD 83.041.000. Total harga 25 pesawat Airbus A320-200 tersebut adalah USD 4.000.660.924. Investasi yang dilakukan PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. merupakan investasi yang relatif besar. Sehingga investasi besar pasti akan mendatangkan keuntungan yang besar disamping juga akan menimbulkan risiko yang besar, atau dalam hal ini high risk-high return. Inilah yang terlihat dari investasi yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. Pembelian Airbus tipe A320-200 yang bersifat jangka panjang ini pastinya memiliki perencanaan penganggaran modal atau capital budgeting yang sangat besar. Tetapi yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana investasi tersebut dapat 10 memberikan keuntungan seperti yang diharapkan oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. Perubahan variabel-variabel ekonomi seperti perubahan tingkat inflasi, suku bunga, dan kurs bisa mempengaruhi jalannya investasi. Selain itu, biaya besar yang dikeluarkan PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. untuk membeli Airbus tipe A320-200 pasti mendorong perusahaan untuk menekan biaya yang ada. Ditambah lagi dengan berapa lama tingkat pengembalian modal untuk investasi tersebut. Atas pertimbangan tersebut, peneliti mencoba melakukan penelitian mengenai studi kelayakan pembelian Airbus tipe A320-200 oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. di tahun 2011. 1.2.Rumusan Masalah Investasi Pembelian 25 unit Airbus tipe A320-200 di tahun 2011 yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. merupakan salah satu investasi terbesar yang pernah dilakukan dalam industri penerbangan Indonesia. Pembelian 25 unit Airbus tipe A320-200 oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. dilakukan atas dasar ekspansi perusahaan. Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini ialah apakah investasi pembelian Airbus tipe A320-200 yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. memberikan return on investment yang menguntungkan di masa depan atau tidak. 11 1.3.Batasan Masalah Penelitian ini akan membahas mengenai analisis keuangan dalam rangka menilai kelayakan pembelian 25 unit Airbus tipe A320-200 oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. di tahun 2011. Pembahasan mengenai kelayakan investasi proyek yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. dipilih untuk dapat mengetahui apakah strategi investasi tersebut layak dilakukan atau tidak. Penelitian ini juga membahas tentang kondisi makro dan industri PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. dalam industri penerbangan di Indonesia. 1.4.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kondisi makro dan industri PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. 2. Menganalisis kelayakan pembelian Airbus oleh PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. 12 1.5.Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi PT. Garuda Indonesia (PERSERO) Tbk. pada umumnya dan para manajer pada khususnya yang akan melakukan kegiatan investasi untuk mengembangkan perusahaannya. Penulis juga berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, terutama bagi dunia bisnis, serta bisa menjadi referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Penelitian yang dilakukan ini juga memberikan manfaat bagi penulis untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh. 1.6.Sistematika Penulisan Sistematika penulisan akan penulis sajikan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penelitian 2. Rumusan Penelitian 3. Batasan Penelitian 4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian 6. Sistematika Penulisan 13 Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis 1. Landasan Teori 2. Hasil Penelitian Terdahulu 3. Metodologi Penelitian 4. Alat Analisis Penilaian Investasi Bab III Hasil Analisis dan Pembahasan 1. Profil PT. Garuda Indonesia 2. Analisis Makro 3. Analisis Industri 4. Analisis Keuangan Bab IV Penutup 1. Kesimpulan 2. Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran 14