Bahan Sermon Ambilan Minggu XIV Dob Trinitatis, 28 Agustus 2016 Teks : 1 Yohanes 3 : 18 - 24 Usul Doding : Haleluya No. 208:1-3 Topik Mingguan : Sibalosi parentah-Ni ampa sihorjahon Harosuh-Ni Marnahorah ============================================ Parlobeini Yohanes menulis tujuan daripada suratnya ini dalam 1 Yoh.5:13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal. Tantangan yang dihadapi Yohanes pada saat itu adalah ada banyak nabi-nabi palsu yang mengajarkan ajaran-ajaran yang palsu dan menyesatkan banyak orang dari kebenaran. Dari apa yang ditulis Rasul Yohanes di dalam surat ini, disebutkan bahwa nabi-nabi palsu itu berasal dari satu golongan yang disebut “gnostik”. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pengetahuan.”adapun sebagian dari ajaran orang “gnostik” ini adalah: 1) Unsur tubuh itu jahat dan roh itu baik. 2) Tubuh manusia yang dibuat unsur adalah jahat, dan Allah yang dari roh adalah baik. 3) Keselamatan diperoleh oleh pengetahuan istimewa, bukan iman dalam Kristus. 4) Kristus tidak datang sebagai manusia karena Allah yang paling baik tidak bisa mengenakan tubuh manusia yang paling jahat. Rasul Yohanes di dalam surat ini menekankan bahwa Yesus datang sebagai manusia. Kita bisa tahu bahwa kita mempunyai hidup yang kekal, dan hidup yang kekal itu datang oleh iman di dalam Yesus. Penjelasan Teks 1. Mengatasi Keraguan dengan Kasih terhadap sesama ( ayat 18 - 19) Kasih bagi anak-anak Allah bukanlah kata benda atau kata sifat, tetapi "kasih" adalah kata kerja. Hanya dengan menjalankan kasih yag disertai tindakan saja, maka kita boleh mendapat ketenangan bahwa kita mendapat jaminan dalam Kasih Allah. Perkataan Kristus di Mat.5:16 (Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.) mendasari untuk bagaimana sebenarnya 1 tindakan kasih anak-anak Allah seharusnya dilaksanakan dan bukan hanya diperagakan secara verbal/ucapan belaka. 2. Mengatasi keraguan dengan Kebesaran Allah.(ayat 20) Allah menghendaki domba gembalaannya mendapatkan "padang yang berumput hijau dan air yang tenang". Bukan hidup dengan kekuatiran dan ketidakpastian terhadap gembalanya (Bdk. Yoh. 10: 27 – 28). Tujuan Rasul Yohanes menulis surat ini adalah untuk menguatkan dan mengarahkan jemaat Kristus atas iman percaya mereka karena mereka dikacaukan oleh ajaran-ajaran palsu yang menyesatkan. Karena ada ajaran-ajaran yang menyatakan bahwa "keselamatan diperoleh dari pengetahuan istimewa", bahwa keselamatan kita akan terluput karena kesalahan masa lalu, dosa orangtua kita, dll dsb. Dan hal ini menyebabkan keraguan atas keyakinan para pengikut Kristus. Di sinilah Rasul Yohanes menguatkan dengan mengatakan, bahwa bila kita telah menerima Yesus sebagai Juruselamat kita, dan dengan saling mengasihi dalam perbuatan - maka walaupun ada keraguan dalam hati kita, tetapi Allah Maha Tahu tentang hati anak-anakNYA (Bdk. Roma 8:1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. 3. Mengatasi keraguan dengan Iman Percaya (ayat 21 – 24) Keragu-raguan kita dapat kita atasi dengan: - Iman Percaya terhadap kekuatan doa dengan hidup menuruti segala perintahNYA dan berbuat apa yang berkenan kepadaNYA (1Yoh.3:21-22) - Iman Percaya dalam Yesus Kristus Anak ALLAH dan menjalankan perintah mengasihi yang diberikan Yesus Kristus. (1Yoh.3:2 3)Iman Percaya bahwa Roh Kudus yang adalah Allah berdiam di dalam kita (1Yoh.3:24) = Bdk. Roma 8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. PENUTUP 1. Allah lebih mengenal kita dari pada kita mengenal diri sendiri (ay.20). Oleh karena itu sepatutnyalah kita menyerahkan segalanya bukan kepada penilaian hati melainkan pada belas kasihan Allah. Betapapun kuat dan hebatnya suara hati menuduh, kita dapat menghampiri Allah yang penuh belas kasihan dan pengampunan. Inilah dasar keberanian kita untuk menghampiri Allah dan memohon pada-Nya (ay.21). 2 2. Menuruti segala perintah-Nya dan melakukan yang berkenan pada-Nya (ay.22), merupakan bukti, bahwa kita memiliki relasi dengan Allah yang dilandasi dan diwarnai dengan dan oleh kasih (ay.23). Pdt. John Christian Saragih 3