BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendanaan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendanaan merupakan aktivitas yang penting dalam aktivitas perusahaan.
Berdasarkan Riyanto (1995) dalam Prayogo (2002), pada dasarnya pemenuhan
kebutuhan dana suatu perusahaan dapat disediakan dari sumber internal
perusahaan (internal financing), yaitu sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan
sendiri di dalam perusahaan, dan dari luar perusahaan (external financing), yaitu
sumber dana yang berasal dari tambahan penyertaan modal pemilik perusahaan
atau emisi saham baru, penjualan obligasi atau pemberian kredit dari Bank.
Keputusan pendanaan pada sebuah perusahaan akan berdampak pada
struktur modal perusahaan. Struktur modal perusahaan merupakan suatu hal yang
kompleks bila dipelajari. Teori yang umum digunakan untuk menganalisis
struktur modal adalah pecking order theory dan trade off theory. Pecking order
theory merupakan teori yang memiliki pengaruh yang besar dalam struktur modal.
Menurut Myer (1984) dalam Goyal dan Frank (2002), perusahaan lebih memilih
pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Ketika pendanaan eksternal
pada
akhirnya
dibutuhkan,
perusahaan
lebih memilih
hutang daripada
mengeluarkan saham baru. Berdasarkan teori tersebut, profitabilitas merupakan
faktor yang memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan.
Trade off theory menyatakan bahwa hutang sangat berguna karena bunga
hutang adalah pengurang pajak, tetapi hutang juga memiliki cost yang dapat
1
dihubungkan dengan kebangkrutan. Menurut trade off theory, struktur modal yang
optimal adalah struktur modal yang menyeimbangkan antara keuntungan dari
pengurangan pajak akibat adanya hutang dengan biaya yang diasosiasikan dengan
kebangkrutan (Brigham dan Ehrhardt, 2005). Berdasarkan Scott (1977) dan Stulz
dan Johnson (1985) dalam Serrasqueiro dan Rogao (2009) menggunakan trade off
theory untuk menganalisis faktor penentu struktur modal di perusahaan tebuka di
Portugal. Berdasarkan trade off theory maka ada dua faktor penentu dalam
struktur modal yaitu asset tangibility dan firm size.
Keberadaan
tangible
assets
dapat
meningkatkan
kemungkinan
perusahaan dalam berhutang yang secara signifikan mengurangi pemantauan dan
pengendalian biaya yang dikaitkan dengan hutang. Titman dan Wessels (1998)
dalam Serrasqueiro dan Rogao (2009) mengatakan bahwa firm size memiliki
pengaruh dalam hutang.
Pernyataan tersebut dikaitkan dengan fakta bahwa
perusahaan-perusahaan besar meningkatkan kapasitas hutang mereka untuk
mengikuti srategi diversifikasi area. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan kebangkrutan perusahaan.
Penelitian-penelitian lain menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal berbeda-beda pada tiap negara. Menurut Bancel
dan Mittoo (2004) yang melakukan penelitian di negara-negara di Benua Eropa,
fleksibilitas keuangan dan earnings per share merupakan faktor penting yang
mempengaruhi keputusan manajer di Eropa terkait dengan penentuan struktur
modal. Contoh lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Caglayan dan Sak
(2010) tentang struktur modal. Hasil penelitian di negara Turki menunjukkan
2
bahwa profitability memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap struktur modal
di negara tersebut.
Di Indonesia, beberapa penelitian juga sudah dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berpengaruh dalam struktur modal perusahaan. Sofyan (2012)
menemukan bahwa faktor-faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap stuktur modal perusahaan di sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) adalah profitabilitas dan company size. Di sektor otomotif,
Rosmaladewi (2012) menemukan bukti bahwa asset tangibility dan profitabilitas
berpengaruh secara siginifikan terhadap struktur modal sedangkan company size
tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Di sektor manufaktur, Nurrohim (2008)
menemukan bukti bahwa profitabilitas dan kontrol kepemilikan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal, sedangkan variabel fixed asset
ratio dan struktur aktiva tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
struktur modal di sektor tersebut.
Dari teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang telah dijelaskan
sebelumnya, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal berbedabeda tiap negara dan bahkan
perbedaan sektor pada negara yang sama pun
memiliki perbedaan faktor-faktor penentu struktur modal. Di Indonesia, sektor
yang memiliki keunikan dalam menentukan struktur modalnya adalah sektor
properti, real estate dan konstruksi sehingga sektor ini dipilih untuk dijadikan
objek penelitian. Sektor properti, real estate dan konstruksi mencakup bidang
usaha yang sangat luas, seperti perhotelan, perumahan, shopping mall, lapangan
golf, konstruksi bangunan dan lain sebagainya. Sektor properti, real estate dan
3
konstruksi merupakan industri yang sedang berkembang. Berdasarkan data dari
laporan tahunan Bank Indonesia tahun 2011, pertumbuhan ekonomi dari sisi
penawaran di sektor properti, real estate dan konstruksi pada tahun 2010
mencapai 8,7% dan pada tahun 2011 mencapai 9,2%. Nilai pertumbuhan tersebut
bisa dikatakan tinggi bila dibandingkan dengan sektor yang lainnya. Nilai
pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran pada sektor properti, real estate dan
konstruksi hanya berada dibawah sektor pengangkutan dan komunikasi.
Pertumbuhan sektor properti, real estate dan kontruksi memiliki
multiplier effect yakni dapat mendorong serangkaian aktivitas sektor ekonomi
yang lain. Seluruh kegiatan ekonomi baik dalam bidang jasa maupun barang pada
dasarnya akan selalu membutuhkan produk-produk dari sektor properti, real
estate dan konstruksi sebagai salah satu faktor produksinya. Sebagai contoh,
kegiatan jasa perbankan yang memberikan jasa keuangan juga masih memerlukan
adanya produk properti secara aktif sebagai tempat atau sarana untuk melakukan
transaksi. Demikian pula, kegiatan produksi atau perdagangan maupun
perkebunan/pertanian akan selalu membutuhkan produk properti sebagai sarana
kegiatannya. Dengan demikian, kebutuhan akan produk properti, real estate dan
konstruksi akan terus meningkat sejalan dengan perkembangan kegiatan ekonomi
(Bank Indonesia, 2005).
Mempelajari pengalaman di negara-negara lain termasuk di Indonesia
sendiri, perkembangan boom-bust sektor properti, real estate dan konstruksi akan
mempengaruhi stabilitas di sektor finansial yang pada akhirnya akan berimbas
pada stabilitas ekonomi makro (Bank Indonesia, 2005). Oleh karena itu sektor
4
properti, real estate dan konstruksi merupakan sektor yang cukup penting dalam
menunjang perekonomian Indonesia. Pentingnya sektor properti, real estate dan
konstruksi menjadi salah satu alasan pemilihan tersebut pada penelitian ini.
Berdasarkan Wuryandani dan kawan-kawan (2005), setelah terjadinya
krisis pada tahun 1998, bank menjadi semakin konservatif dalam memberikan
kredit kepada sektor properti, real estate dan konstruksi karena ketika krisis,
sektor tersebut menjadi salah satu penyebab jatuhnya perbankan di Indonesia
karena tidak mampu membayar kredit padahal jumlah kredit yang dikeluarkan
perbankan pada sektor tersebut. Hal tersebut menyebabkan perusahaanperusahaan di sektor properti, real estate dan konstruksi lebih banyak
menggunakan modal sendiri daripada hutang. Dalam survey yang dilakukan oleh
Wuryandani dan kawan-kawan (2005), pari sisi pembiayaan, peranan pembiayaan
sendiri (modal sendiri) dalam produksi produk-produk dalam sektor ini semakin
meningkat berkisar 60-80%, diikuti oleh pembiayaan melalui uang muka berkisar
20%. Sementara itu pembiayaan melalui perbankan dalam industri ini relatif
semakin berkurang hanya berkisar 20-30%. Pembiayaan lain seperti melalui
lembaga keuangan non bank relatif hampir tidak ada. Pembiayaan produksi
properti juga dilakukan melalui joint venture antara sesama pengembang. Pola
sistem pembiayaan ini dilakukan dengan melakukan penggabungan sumber dana
dengan sumber lain dalam bentuk fixed asset lainnya yang telah dimiliki. Sebagai
contoh, adanya kerjasama produksi properti oleh pengembang yang memiliki
lahan menganggur dengan pengembang lain yang memiliki sumber dana. Hasil
dari kegiatan produksi ini dibagi pada masing-masing pihak sesuai dengan
5
perjanjian awal. Dalam hal ini dapat terjadi penjualan maupun pemasaran suatu
lokasi properti yang sama dilakukan oleh dua pengembang yang berbeda.
Berdasarkan keterangan tersebut, profitability dapat dijadikan faktor penentu
dalam struktur modal yang akan diuji pada penelitian ini. Hal ini tentunya sesuai
dengan pecking order theory.
Di dalam sektor properti, real estate dan konstruksi, salah satu faktor
yang penting dalam menentukan struktur modal perusahaan adalah keberadaan
jaminan untuk melakukan kredit. Keberadaan aset yang dapat dijadikan jaminan
oleh perusahaan akan digunakan secara maksimal oleh perusahaan untuk
berhutang demi mengejar peluang bisnis yang ada. Jaminan yang ada di
perusahaan dapat dinilai (Cvijanovic, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh
Campello dan Hackbarth (2008) menunjukkan bahwa dalam sektor properti, real
estate dan konstruksi, peningkatan satu Dolar nilai jaminan akan meningkatkan 45
sen hutang perusahaan. Dari 45 sen hutang tersebut, 5 sen (11%) digunakan untuk
pembelianm kembali saham perusahaan yang ada di pasar, 19 sen (42%)
digunakan untuk membiayai investasi baru, 8 sen (195) untuk reseach and
development dan 13 sen (28%) untuk membayar dividen.
Jaminan yang ada dalam perusahaan dapat dilihat dari keberadaan
tangible assets. Penelitian yang telah dilakukan oleh Cvijanovic (2011)
membuktikan bahwa semakin besar tangible assets dalam suatu perusahaan akan
meningkatkan hutang perusahaan. Hasil tersebut menunjukkan fakta bahwa
tangible assets dapat digunakan untuk jaminan perusahaan kepada kreditor
sehingga membuat perusahaan dapat meningkatkan hutang.
Selain asset
6
tangibility, faktor ukuran perusahaan (firm size) juga dapat dijadikan acuan dalam
mementukan struktur modal di sektor tersebut. Asumsinya adalah ketika
perusahaan semakin besar maka jaminan yang dimiliki oleh perusahaan juga akan
semakin besar pula baik itu berupa mesin, tanah maupun bangunan.
Pada sektor tersebut, terdapat 45 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama lima tahun penuh dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Empat
puluh lima perusahaan tersebut memiliki ukuran perusahaan yang berbeda-beda.
Oleh karena itu selain faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada
perusahaan dengan firm size yang besar dengan perusahaan yang memiliki firm
size yang kecil diperkirakan memiliki perbedaan. Dalam penelitian kali ini,
perusahaan-perusahaan dibagi menjadi dua kategori firm size untuk dibandingkan
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modalnya.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian yang akan dilakukan
ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam perusahaan di
sektor properti, real estate dan konstruksi dan membandingkan faktor-faktor
tersebut antara perusahaan dengan ukuran yang besar dengan perusahaan dengan
ukuran kecil. Penentuan faktor-faktor tersebut dilakukan dengan melihat
karakteristik dari sektor properti, real estate, dan konstruksi. Masalah tersebut
penting untuk dipelajari untuk menjadi panduan para manajer keuangan dalam
menentukan struktur modal perusahaan khususnya di sektor properti, real estate
dan konstruksi.
7
1.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasatkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka pertanyaanpertanyaaan penelitian yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama antara asset tangibility,
frim size, dan profitability terhadap struktur modal perusahaan?
2. Apakah terdapat pengaruh antara asset tangibility terhadap struktur
modal perusahaan?
3. Apakah terdapat pengaruh antara firm size terhadap struktur modal
perusahaan?
4. Apakah terdapat pengaruh antara profitability terhadap struktur modal
perusahaan?
5. Apakah terdapat perbedaan pengaruh asset tangibility, firm size, dan
profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan dengan ukuran
besar dan perusahaan dengan ukuran kecil?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penelitian yang akan
dilakukan ini memiliki beberapa tujuan yaitu:
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan
pada sektor properti, real estate dan konstruksi.
2. Membandingkan pengaruh faktor-faktor penentu struktur modal pada
perusahaan besar dan perusahaan kecil di sektor properti, real estate dan
konstruksi
8
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat-manfaat penelitian yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Dapat dijadikan panduan untuk menentukan struktur modal yang paling
tepat untuk perusahaan.
2. Bagi Akademisi
Dapat dijadikan panduan dan referensi bagi akademisi yang akan
melakukan penelitian yang serupa agar dapat mengembangkan model
lain untuk memecahkan masalah yang serupa.
3. Bagi Pemerintah
Dapat
dijadikan
pedoman
untuk
menganilisis
struktur
modal
perusahaan-perusahaan di sektor properti, real estate dan konstruksi
sehingga pemerintah bisa mengembangkan kebijakan yang paling tepat
untuk mengembangkan sektor tersebut.
4. Bagi Kreditor
Dapat
dijadikan
panduan
untuk
membuat
kebijakan
dalam
mengembangkan jenis kredit tertentu di sektor properti, real estate dan
konstruksi.
9
1.6.Batasan Masalah
Penelitian
ini
mempelajari
perbandingan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi penentuan struktur modal pada perusahaan besar dan perusahaan
kecil di sektor properti, real estate dan konstruksi hanya pada tahun 2007 hingga
2011 saja. Perusahaan-perusahaan yang digunakan juga dibatasi yaitu perusahaanperusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2007
hingga tahun 2011 saja.
10
Download