Proposal Fix - IPB Repository

advertisement
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT GO PUBLIC DI INDONESIA
(Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT
PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung
Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk)
RESTY ISTIARTI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Keuangan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Go Public di Indonesia (Kasus
PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera
Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources
and Technology Tbk) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Resty Istiarti
NIM H34100055
ABSTRAK
RESTY ISTIARTI. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Kelapa
Sawit Go Public di Indonesia (Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna
Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung
Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk). Dibimbing oleh
JOKO PURWONO.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja keuangan
perusahaan kelapa sawit go public dan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan kelapa sawit go public. Metode
penelitian ini adalah menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis Economic
Value Added (EVA). Berdasarkan analisis rasio keuangan, PT Astra Agro Lestari
Tbk dan PT PP London Sumatera Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang
terbaik. Sedangkan perusahaan lainnya memiliki kinerja keuangan yang buruk
yang disebabkan tingginya utang dan buruknya penjualan perusahaan.
Berdasarkan analisis Economic Value Added, kinerja keuangan perusahaan kelapa
sawit go public selama tiga tahun periode pengamatan menunjukkan kinerja yang
menurun dan negatif di tahun 2012. PT Sinar Mas Agro Resources dan
Technology Tbk memiliki kinerja terbaik selama tiga tahun periode pengamatan.
Kata kunci: EVA, kinerja keuangan, perusahaan kelapa sawit, rasio keuangan
ABSTRACT
RESTY ISTIARTI. Financial Performance Analysis of Go Public Palm-based
Company in Indonesia (Case of PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro
Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk and
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk). Supervised by JOKO
PURWONO.
The purpose of this research is to evaluate financial performance of go
public palm-based company and identify the factors which can influence financial
performance of go public palm-based company. The research method is financial
ratio analysis and Economic Value Added (EVA) Analysis. Based on financial
ratio analysis, PT Astra Agro Lestari Tbk and PT PP London Sumatra Indonesia
Tbk has the best financial performance. While the other companies, has poor
financial performance because of its high debt levels and poor sales. Based on
Economic Value Added analysis, palm-based company's financial performance in
the three-year observation period is experiencing a negative trend in 2012. PT
Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk has the best performance in the
three-year observation period.
Keywords: EVA, financial performance, financial ratio, palm-based company
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT GO PUBLIC
RESTY ISTIARTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit
Go Public di Indonesia (Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT
Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT
Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and
Technology Tbk)
Nama
: Resty Istiarti
NIM
: H34100055
Disetujui oleh
Ir Joko Purwono, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
kinerja keuangan, dengan judul Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Perkebunan Kelapa Sawit Go Public di Indonesia (Kasus PT Astra Agro Lestari
Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas
Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Joko Purwono MS selaku
dosen pembimbing. Serta kepada para staf Indonesian Capital Market Electronic
Library (Camel) di Bursa Efek Indonesia yang telah banyak membantu pada
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Resty Istiarti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Deskripsi Konseptual
6
6
Studi Relevan
15
Kerangka Berpikir
17
Kerangka Pemikiran Operasional
19
METODE PENELITIAN
21
Populasi dan Sampel
21
Lokasi dan Waktu Penelitian
21
Data dan Teknik Pengumpulan Data
21
Metode Pengolahan dan Analisis Data
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
26
Profil Perusahaan
26
Kinerja Keuangan Perusahaan
30
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan
49
Implikasi Manajerial
50
SIMPULAN DAN SARAN
52
Simpulan
52
Saran
53
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
55
RIWAYAT HIDUP
74
DAFTAR TABEL
1 Negara produsen utama minyak sawit dunia, 2005-2011
2 Luas areal perkebunan kelapa sawit seluruh Indonesia menurut status
pengusahaannya Tahun 2007-2011
3 Perusahaan perkebunan kelapa sawit terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013
4 Rata-rata harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit tahun 20102012
5 Rasio keuangan, standar penilaian dan tindak lanjut
6 Nilai EVA, indikasi dan tindak lanjut
7 Teknik pengumpulan data
8 Perkembangan nilai rasio solvabilitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP,
PT TBLA, dan PT SMAR periode tahun 2010-2012
9 Perkembangan rasio aktivitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA dan PT SMAR periode tahun 2010-2012
10 Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP,
PT TBLA, dan PT SMAR, Periode tahun 2010-2012
11 Perkembangan rasio profitabilitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR Periode Tahun 2010-2012
12 Perkembangan NOPAT, WACC, dan EVA PT AALI, PT SGRO, PT
LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR, 2010-2012 (dalam Jutaan Rupiah)
1
2
3
4
18
19
21
30
33
37
41
45
DAFTAR GAMBAR
1 Produksi beberapa minyak nabati (dalam ton/ha/tahun)
2 Sistem manajemen kinerja
3 Kerangka pemikiran operasional
4 Perkembangan Debt to Equity Ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata industri
5 Perkembangan Debt to Assets Ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
6 Perkembangan rasio perputaran persediaan PT AALI, PT SGRO, PT
LSIP, PT TBLA, PT SMAR, dan rata-rata Industri
7 Perkembangan Rasio Perputaran Aktiva Tetap PT AALI, PT SGRO,
PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan Rata-rata Industri
8 Perkembangan rasio perputaran total aktiva PT AALI, PT SGRO, PT
LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
9 Perkembangan current ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA,
PT SMAR dan rata-rata Industri
10 Perkembangan quick ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA,
PT SMAR dan rata-rata Industri
11 Perkembangan cash ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA,
PT SMAR dan rata-rata Industri
12 Perkembangan Net Profit Margin PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
2
7
20
31
32
33
35
36
37
39
40
41
13 Perkembangan Return on Investment PT AALI, PT SGRO, PT LSIP,
PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
14 Perkembangan Return On Equity PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
15 Perkembangan nilai Economic Value Added PT AALI, PT SGRO, PT
LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
16 Perkembangan nilai NOPAT PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
17 Perkembangan biaya Modal PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
18 Perkembangan nilai saham kelima perusahaan periode Januari 2010
hingga Desember 2012
42
44
46
46
47
48
DAFTAR LAMPIRAN
Kuesioner Penelitian
Perhitungan Rasio-rasio Keuangan
Perhitungan EVA
55
61
64
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa Sawit merupakan salah satu komoditas sub sektor perkebunan yang
berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai penyedia bahan
baku dan penyerap tenaga kerja, kelapa sawit juga merupakan penghasil devisa
negara terbesar setelah minyak dan gas. Sejak tahun 2006, Indonesia telah
menjadi negara produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia (BPS,
2013). Indonesia berhasil mengalahkan Malaysia di urutan kedua yang
sebelumnya merupakan produsen terbesar.
Tabel 1 Negara produsen utama minyak sawit dunia, 2005-2011
Negara
Volume (000 Ton)
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Indonesia
14 070 16 050 16 800 19 200 21 000 22 100 23 900
Malaysia
14 962 15 881 15 823 17 735 17 566 16 993 18 880
Thailand
680
860
1 020
1 300
1 310
1 380
1 830
Nigeria
800
815
835
830
870
885
900
Kolumbia
661
713
780
778
802
753
765
Ekuador
319
345
385
418
448
380
460
Lainnya
2 599
2 478
2 905
3 045
3 107
3 367
4 159
Jumlah
34 051 37 142 38 548 43 306 45 103 45 858 50 894
Sumber: Oil World Annual (2005-2011), Malaysia Palm Oil Board dalam BPS
(2013)
Selain peluang ekspor yang terbuka, pasar minyak sawit (CPO) dan
minyak inti sawit (PKO) dalam negeri masih cukup besar. Pasar potensial yang
menyerap pemasaran CPO dan PKO adalah industri fraksinasi (seperti industri
minyak goreng), lemak khusus (cocoa butter subtitute), margarine/shortening,
oleochemical, dan sabun mandi. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil
minyak paling produktif dengan produksi minyak per ha paling tinggi dari seluruh
tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Produksi minyak nabati dari beberapa
jenis tanaman disajikan pada gambar 1
2
4.5
4
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.53
0.5
0.52
Canola
Bunga Matahari
Kedelai
0.38
0.5
0
Kelapa Sawit
Kacang Tanah
Gambar 1 Produksi beberapa minyak nabati (dalam ton/ha/tahun)
Sumber: Pahan (2007)
Selama dua puluh tahun terakhir, Industri kelapa sawit Indonesia mengalami
pertumbuhan yang signifikan. Luas areal perkebunan kelapa sawit pun terus
meningkat selama periode 2007-2011. Luas areal dan produksi kelapa sawit
sebagian besar dikuasai oleh perkebunan besar swasta (private estates). Pada
tahun 2011 luas areal perkebunan sawit milik perkebunan besar swasta mencakup
51,2 persen dari keseluruhan luas areal perkebunan kelapa sawit seluruh Indonesia,
yaitu sebesar 4.657.751 hektar.
Tabel 2 Luas areal perkebunan kelapa sawit seluruh Indonesia menurut status
pengusahaannya Tahun 2007-2011
Status
Luas Areal (Ha)
Pengusahaan
2007
2008
2009
2010
2 752 173 2 881 889 3 061 412 3 387 524
Perkebunan
Rakyat
Smallholders
685 087
626 666
651 216
658 492
Perkebunan
Besar Negara
Government
Estates
3 416 656 3 825 142 4 236 761 4 503 078
Perkebunan
Besar Swasta
Private Estates
6 583 916 7 333 707 7 949 389 8 548 828
Jumlah
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 (diolah)
2011
3 752 480
692 065
4 657 751
9 102 296
Seiring dengan perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia, maka
tumbuh pula perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit.
3
Menurut data BPS, jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit pada tahun 2012
adalah sebanyak 1571 perusahaan yang terdiri dari 160 perusahaan perkebunan
negara dan 1411 perusahaan perkebunan swasta. Sebagian dari perusahaanperusahaan perkebunan swasta tersebut telah melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga tahun 2013, terdapat lima belas
perusahaan yang bergerak di subsektor perkebunan kelapa sawit dan produk
turunannya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tabel 3 Perusahaan perkebunan kelapa sawit terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2013
No.
Kode
Saham
AALI
ANJT
BWPT
DNSG
GZCO
JAWA
LSIP
MAGP
Nama Emiten
PT Astra Agro Lestari Tbk
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk
PT BW Plantation Tbk
PT Dharma Satya Nusantara Tbk
PT Gozco Plantation Tbk
PT Jaya Agra Wattie Tbk
PT PP London Sumatera Indonesia Tbk
PT Multi Agro Gemilang Plantation
Tbk
PALM
PT Provident Agro Tbk
9.
SGRO
PT Sampoerna Agro Tbk
10.
SIMP
PT Salim Ivomas Pratama Tbk
11.
SMAR
PT Sinar Mas Agro Resources and
12.
Technology Tbk
SSMS
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk
13.
TBLA
PT Tunas Baru Lampung Tbk
14.
UNSP
PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk
15.
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2013 (diolah)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tanggal IPO
9 Desember 1997
10 Mei 2013
27 Oktober 2009
14 Juni 2013
15 Mei 2008
30 Mei 2011
5 Juli 1996
16 Januari 2013
18 Oktober 2012
18 Juni 2007
9 Juni 2011
20 November 1992
12 Desember 2013
14 Februari 2000
6 Maret 1990
Perusahaan perkebunan kelapa sawit ini menunjukkan kinerja saham yang
cukup baik. Bahkan saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun pada
akhir tahun 2013 lalu, perusahaan-perusahaan kelapa sawit ini masih berada di
zona aman (Amri, 2013). Sampai bulan Februari 2014, terdapat tiga perusahaan
kelapa sawit yang termasuk di dalam jajaran indeks LQ45, yaitu PT Astra Agro
Lestari Tbk, PT BW Plantation Tbk, dan PT PP London Sumatera Indonesia Tbk.
Indeks LQ45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan
memiliki nilai kapitalisasi besar. Indeks LQ45 merupakan kelompok saham yang
paling diminati dan menjadi fokus perhatian para investor karena memiliki
prospek pertumbuhan dan kondisi keuangan yang baik. Hal tersebut menunjukkan
minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan kelapa sawit cukup
baik.
Dalam menanamkan modalnya, investor perlu mempertimbangkan beberapa
faktor, seperti kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan, prospek
perusahaan di masa yang akan datang, serta kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan nilai perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan investor
4
adalah dengan melakukan evaluasi kinerja perusahaan, khususnya evaluasi
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Evaluasi kinerja keuangan juga perlu dilakukan perusahaan dalam
mengambil keputusan strategis perusahaan. Dengan evaluasi kinerja keuangan,
perusahaan dapat mengetahui keadaan perusahaan dan dapat mengambil
keputusan tindak lanjut yang sesuai dengan keadaan dan permasalahan yang
terjadi di perusahaan. Evaluasi kinerja perusahaan yang biasa dipakai adalah
evaluasi kinerja keuangan berdasarkan atas laporan keuangan perusahaan. Hal ini
menjadi pertimbangan yang sangat penting karena kondisi keuangan perusahaan
mencerminkan kemampuan perusahaan memberikan tingkat pengembalian yang
diharapkan. Para investor pun menaruh perhatian yang tinggi pada kondisi
tersebut.
Terdapat banyak macam alat analisis yang dapat dipergunakan dalam
mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan. Alat analisis yang sering
dipergunakan adalah rasio keuangan. Namun dalam perkembangannya, analisis
rasio keuangan sering dinilai kurang efektif dalam menggambarkan kondisi
perusahaan yang sebenarnya. Sehingga dikembangkan alat analisis yang mampu
menggambarkan kondisi perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan
menciptakan nilai bagi pemegang saham. Salah satu alat analisis yang
dikembangkan tersebut adalah Economic Value Added (EVA). EVA mengukur
kinerja berdasarkan nilai (value), sehingga nilai EVA dapat menjadi indikator
penciptaan nilai suatu perusahaan.
Perumusan Masalah
Industri kelapa sawit adalah salah satu industri agribisnis yang sangat
penting. Perkembangan industri ini di Indonesia pun cukup pesat pada dua puluh
tahun terakhir. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan industri
kelapa sawit adalah harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit. Harga dan
permintaan akan minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit yang tinggi menjadi
daya tarik investor untuk menanamkan modalnya.
Tabel 4 Rata-rata harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit tahun 20102012
Komoditas
Rata-rata Harga ($/m/t)
2010
2011
2012
Minyak Inti Sawit
1033,750
1647,917
1110,250
Minyak Kelapa Sawit
799,108
1125,417
999,3333
Sumber: World Bank, 2014 (Diolah)
Berdasarkan data pada Tabel 4, terlihat bahwa harga minyak inti sawit dan
minyak kelapa sawit mengalami fluktuasi dan cenderung menurun di akhir
periode. Hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan,
khususnya bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum atau go
public. Perkembangan usaha perusahaan go public sangat dipengaruhi oleh
banyaknya jumlah saham yang terjual. Untuk dapat menjual sahamnya,
perusahaan perlu menarik minat dan memperoleh kepercayaan investor. Saat
5
harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit mengalami peningkatan,
investor menaruh minat yang tinggi terhadap perusahaan kelapa sawit. Sebaliknya,
saat harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit menurun, investor tidak
berani untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan.
Dalam menghadapi krisis harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit
tersebut, investor perlu memperhatikan bagaimana kinerja keuangan perusahaan
pada periode tersebut. Terdapat banyak cara yang dapat dilakukan untuk
melakukan pengukuran kinerja keuangan, diantaranya seperti analisis rasio dan
analisis EVA. Setelah dilakukan pengukuran kinerja keuangan, dapat dilakukan
evaluasi kinerja keuangan yang akan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan.
Hasil evaluasi tersebut juga dapat menggambarkan faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Pihak perusahaan pun perlu
melakukan evaluasi kinerja keuangan ini demi mengetahui tindak lanjut yang
harus diambil oleh perusahaan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja
keuangannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan kelapa sawit yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan analisis rasio dan analisis
EVA?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan
kelapa sawit go public?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan kelapa sawit go public dengan
analisis rasio dan analisis EVA
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan kelapa sawit go public
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai
berikut:
1. Bagi perusahaan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan
2. Bagi penulis sebagai sarana pengembangan wawasan serta pengalaman
dalam menganalisis permasalahan khususnya di bidang keuangan
3. Bagi kalangan akademis dapat dijadikan bahan penyusunan penelitian
yang serupa dan lebih mendalam.
Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan data-data yang diperoleh, maka pengolahan data dan
pembahasan, serta ruang lingkup penelitian dibatasi pada perhitungan rasio-rasio
keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT Astra Agro Lestari Tbk, PT
Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Sinar Mas
6
Agro Resources and Technology Tbk, dan PT Tunas Baru Lampung Tbk periode
tahun 2010 hingga tahun 2012.
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Deskripsi Konseptual
Konsep Kinerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (a) sesuatu yang dicapai, (b)
prestasi yang diperlihatkan, (c) Kemampuan kerja. Nawawi (2006), menjelaskan
bahwa kinerja adalah kemampuan kerja dan hasil atau prestasi yang dicapai dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Pendapat lain menyebutkan bahwa kinerja adalah
suatu tindakan yang terdiri atas beberapa unsur sebagai suatu proses (Muis, 2013).
Rivai (2004) berpendapat bahwa suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan
berupa hasil kerja konkret yang dapat diamati dan diukur. Sedangkan Simanjuntak
(2011) menjelaskan bahwa kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atas
pelaksanaan tugas tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja
bukan hanya hasil dan prestasi yang dicapai dalam melakukan suatu pekerjaan,
melainkan juga berupa suatu proses yang terdiri dari beberapa unsur, seperti
motivasi dan kemampuan kerja, yang dapat diamati dan diukur.
Nawawi (2006) menyebutkan indikator kinerja dalam melaksanakan
pekerjaan di lingkungan sebuah organisasi atau perusahaan mencakup lima unsur
sebagai berikut:
a. Kuantitas hasil kerja yang dicapai
b. Kualitas hasil kerja yang dicapai
c. Jangka waktu mencapai hasil kerja tersebut
d. Kehadiran dan kegiatan selama hadir di tempat kerja
e. Kemampuan bekerjasama
Konsep Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memperoleh laba atau profit. (Muis, 2013). Simanjuntak (2011) menjelaskan
bahwa kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka
mewujudkan tujuan perusahaan. Kinerja perusahaan sangat menentukan
keberhasilan perusahaan. Jika kinerja perusahaan tinggi maka tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan akan tercapai, sebaliknya jika kinerja perusahaan rendah
maka tujuan perusahaan akan sulit tercapai. Oleh karena itu lah diperlukan suatu
manajemen yang mengatur kinerja perusahaan agar mampu meraih tujuan
perusahaan.
Konsep Manajemen Kinerja
Manajemen kinerja adalah proses berorientasi tujuan yang diarahkan untuk
memastikan bahwa proses-proses keorganisasian ada pada tempatnya untuk
memaksimalkan produktivitas para karyawan, tim dan akhirnya organisasi.
(Mondy, 2008). Nawawi (2006) berpendapat bahwa Manajemen kinerja diartikan
7
sebagai suatu proses mengidentifikasi, mengukur atau menilai, mendorong,
memperbaiki dan memberi penghargaan serta sanksi pada karyawan sesuai
kondisi kinerja masing-masing. Manajemen kinerja juga dapat didefinisikan
sebagai manajemen tentang bagaimana dikelola untuk memperoleh kesuksesan
perusahaan dengan berfokus pada organisasi, manajemen, dan pekerja. (Muis,
2007). Sedangkan menurut Simanjuntak (2011), manajemen kinerja merupakan
keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan,
termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan
tersebut. Armstrong (2004) mendefinisikan manajemen kinerja sebagai sarana
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim, dan individu dengan
cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar dan
persyaratan-persyaratan atribut/kompetensi terencana yang telah disepakati.
Wibisono (2006) menjelaskan manajemen kinerja sebagai suatu sistem
yang digambarkan secara diagramatis dalam gambar berikut:
Pengukuran Kinerja
Evaluasi
Pengukuran
Proses
Perubahan
Fundamental
Diagnosis
Perbaikan
Hasil
Proses
Proses
Perbaikan
Berkelanjutan
Tindak Lanjut
Gambar 2 Sistem manajemen kinerja
Sumber: Wibisono (2006)
1. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan titik awal dalam manajemen kinerja.
Sebelum dilakukan pengukuran kinerja dilakukan pengidentifikasian
indikator kinerja serta pengujian terhadap reliabilitas dan validitas alat ukur
kinerja yang akan digunakan. Hasil dari pengukuran kinerja hanya
memberikan pandangan bahwa terdapat perbedaan kinerja yang dicapai saat
ini dengan target yang diharapkan, tetapi tidak memberikan arahan mengapa
perbedaan itu terjadi dan tidak memberikan cara penyelesaian perbedaan
tersebut.
2. Evaluasi Hasil Pengukuran
Evaluasi kinerja merupakan perbandingan antara hasil penilaian kinerja
dengan rencana atau standar-standar yang telah disepakati. Pada setiap
pengukuran kinerja harus ditetapkan standar pencapaian sebagai sarana kaji
banding. Kaji banding ini dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
Kaji banding internal dapat dilakukan terhadap kinerja terbaik dapat
8
dilakukan terhadap kinerja terbaik yang pernah dicapai, rata-rata kinerja masa
lalu pada periode tertentu, standar teknis yang dipersyaratkan, dan kinerja
tahun terakhir. Sedangkan kaji banding secara eksternal dapat dilakukan
terhadap pesaing langsung, perusahaan lain yang dapat diperbandingkan,
perusahaan terbaik pada sektor tersebut, dan pencapaian rata-rata industri
sejenis.
3. Diagnosis Proses Perbaikan
Diagnosis kinerja merupakan proses untuk mendapatkan sebab-sebab
dari deviasi kinerja dan menemukan cara untuk mencapai kinerja yang
ditargetkan. Analisis sebab-akibat ini diperlukan sebagai landasan dalam
penerapan tindakan perbaikan pada kasus-kasus serupa pada periode
berikutnya.
4. Tindak Lanjut
Tahap selanjutnya merupakan tahap tindak lanjut terhadap perbaikan
kinerja perusahaan. Terdapat dua aspek yang berbeda dalam tindakan
perbaikan yang harus dilakukan, yaitu aspek teknis dan aspek strategis.
Dalam aspek teknis, difokuskan pada perbaikan kinerja dalam jangka pendek.
Sedangkan aspek strategis lebih berfokus pada pengambilan keputusan di
level manajemen yang lebih tinggi dan untuk jangka panjang.
Dengan memperhatikan pandangan para pakar di atas dapat dirumuskan
bahwa pada dasarnya manajemen kinerja adalah suatu proses pengelolaan
organisasi demi mencapai kesuksesan perusahaan sesuai dengan kerangka tujuan,
dan standar yang telah disepakati. Proses ini terdiri atas kegiatan identifikasi,
pengukuran kinerja, evaluasi hasil pengukuran, diagnosis proses perbaikan, dan
tindak lanjut yang dilakukan secara sistematis untuk memaksimalkan
produktivitas perusahaan.
Konsep Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan penghasilan atau meraih keuntungan (laba) dan kemampuan dalam
mengelola perusahaan secara efisien (Sawir, 2001). Barlian (2003) dalam Orniati
(2009) menyebutkan bahwa kinerja keuangan perusahaan merupakan prospek atau
masa depan, pertumbuhan dan potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan.
Sedangkan Blocher (2007) menjelaskan bahwa kinerja keuangan perusahaan
sebagai indikator seberapa baik perusahaan memuaskan pemilik dan pemegang
saham, melalui pengukuran profitabilitas dan nilai saham. Fahmi (2011)
berpendapat bahwa kinerja keuangan perusahaan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Informasi kinerja keuangan diperlukan untuk menilai perubahan potensial
sumber daya ekonomi, yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan dan
untuk memprediksi kapasitas produksi dari sumber daya yang ada (Barlian, 2003
dalam Orniati, 2009). Berdasarkan Ujiyantho dan Pramuka (2007), kinerja
keuangan dapat diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang
berasal dari laporan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut, kinerja keuangan perusahaan dapat
didefinisikan sebagai sebuah indikator yang memberikan gambaran mengenai
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dan memuaskan
9
stakeholder serta menunjukkan potensi perusahaan berdasarkan data fundamental
perusahaan.
Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan
Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis
terhadap keuangan perusahaan. Menurut Jumingan (2006), prosedur analisis
kinerja keuangan perusahaan meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Review Data Laporan
2. Menghitung
3. Membandingkan atau mengukur
4. Menginterpretasi
5. solusi
Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur menggunakan beberapa teknik,
diantaranya:
1. Analisis Horizontal.
Analisis horizontal adalah sebuah teknik untuk mengevaluasi
sekumpulan data laporan keuangan lebih dari satu periode akuntansi yang
bertujuan untuk menentukan kenaikan atau penurunan yang telah terjadi
dalam bentuk nominal atau persentase. (Wibowo dan Arief, 2009). Menurut
Kasmir (2009), keunggulan dari analisis ini adalah dapat diketahui perubahan
terhadap komponen laporan keuangan dari periode ke periode, serta akan
memudahkan pengambilan keputusan.
Kasmir (2009) juga menjelaskan bahwa perubahan dalam laporan
keuangan untuk suatu periode dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
misalnya:
a. Adanya perolehan atau pengurangan aktiva
b. Berubahnya aktiva tetap ke aktiva lancar
c. Perubahan laba rugi perusahaan
d. Adanya penambahan atau pengurangan modal (saham)
e. Perubahan lainnya
2. Analisis Vertikal
Analisis vertikal yang sering disebut analisisi trend merupakan analisis
laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu untuk
melihat perubahan yang dialami perusahaan dari periode ke periode (Kasmir,
2009). Prastowo dan Juliaty (2005) menjelaskan bahwa analisis trend berguna
karena dua alasan, yaitu mengungkapkan perubahan yang terjadi selama
kurun waktu tertentu, dan memberikan informasi tentang arah kemana
perusahaan akan bergerak.
3. Analisis persentase per komponen
Analisis persentase per komponen merupakan analisis yang dilakukan
untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam suatu laporan
keuangan, baik yang ada di neraca maupun laporan laba rugi (Kasmir, 2009).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui struktur modal, komposisi biaya
terhadap penjualan, serta persentase investasi terhadap masing-masing aktiva
atau total aktiva,
4. Analisis sumber dan penggunaan dana.
Analisis sumber dan penggunaan dana merupakan analisis yang
dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dana perusahaan dan
10
penggunaan dana dalam suatu periode. Dari hasil analisis ini juga dapat
diketahui jumlah modal kerja dan sebab-sebab berubahnya modal kerja
perusahaan dalam suatu periode (Kasmir, 2009).
5. Analisis sumber dan penggunaan kas
Analisis sumber dan penggunaan kas merupakan analisis yang
digunakan untuk mengetahui sumber-sumber kas perusahaan dan penggunaan
uang kas dalam suatu periode serta sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas
dalam periode tertentu. (Kasmir, 2009). Analisis ini menunjukkan perubahan
kas selama satu periode dan aliran pergerakan kas. (Jumingan, 2006).
6. Analisis Rasio
Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan pos-pos yang ada dalam suatu laporan keuangan atau pos-pos
antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi (Kasmir, 2009). Rasio
keuangan membantu mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan keuangan
perusahaan. Menurut Keown (2004), penggunaan analisis rasio sebagai
standar tolak ukur atas informasi yang akan dianalisis agar rasio dari dua
perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan atau suatu perusahaan dengan
batas-batas waktu yang berbeda. Analisis rasio dapat digunakan oleh investor
dan kreditor dalam keputusan investasi atau penyaluran dana.
Menurut Keown (2004), kelemahan analisis rasio antara lain:
a. Sulit untuk mengidentifikasi kategori industri
b. Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan perkiraan saja
c. Perbedaan praktik akuntansi antar-perusahaan dapat menghasilkan
perbedaan dalam penghitungan rasio
d. Suatu industri kebanyakan tidak menyediakan suatu target nilai rasio
yang diinginkan
e. Banyak perusahaan mengalami perubahan dalam operasi mereka.
Analisis rasio keuangan juga memiliki keunggulan. Menurut Harahap
(1998) keunggulan rasio keuangan antara lain:
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan
b. Pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain
d. Sebagai bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan
model prediksi (Z-score)
e. Menstandardisasi size perusahaan
f. Mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
g. Mudah melihat tren perusahaan dan prediksi di masa yang akan datang
Terdapat beberapa jenis rasio keuangan, di antaranya yaitu rasio
likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio
pertumbuhan dan rasio penilaian.
a. Rasio likuiditas
Menurut Keown (2001), likuiditas suatu usaha bisnis didefinisikan
sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya
yang sudah jatuh tempo. Likuiditas merupakan ukuran penting bagi para
manajer, pemilik dana, dan investor karena semakin kecil likuiditas suatu
perusahaan, akan semakin besar peluang ketidakmampuan perusahaan
11
untuk membayar utang ketika jatuh tempo pembayaran tiba. (Keown,
2004). Analisis ini menggambarkan hubungan di antara unsur dalam
laporan keuangan. (Wibowo dan Arief, 2009).
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan:
1. Rasio lancar, merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. (Kasmir,
2009). Rasio ini diperoleh dengan membandingkan aktiva lancar
terhadap utang lancar atau utang-utang lancar jangka pendek. (Keown,
2004). Semakin tinggi nilai rasio ini, maka kinerja keuangan
perusahaan semakin baik.
2. Rasio sangat lancar, atau sering disebut juga rasio cepat, yaitu rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau
membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa
menghitung nilai persediaan karena persediaan membutuhkan waktu
lama untuk diuangkan. (Kasmir, 2009). Rasio ini diukur dengan
membandingkan aktiva lancar, kecuali persediaan, terhadap kewajiban
lancarnya. (Keown, 2004)
3. Rasio kas, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Menunjukkan
kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utangutang jangka pendeknya. (Kasmir, 2009).
4. Rasio perputaran kas, digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan
kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan
dengan penjualan. (Kasmir, 2009).
5. Inventory to net working capital, rasio yang digunakan untuk
mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan. (Kasmir, 2009).
b. Rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas atau sering disebut rasio leverage merupakan
ukuran penilaian kinerja perusahaan yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai dengan utang.
Jenis-jenis rasio solvabilitas:
1. Debt to assets ratio, atau disebut juga debt ratio, merupakan rasio
utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva
perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. (Kasmir, 2009). Rasio ini
menunjukkan berapa banyak hutang yang digunakan membiayai asetaset perusahaan. (Keown, 2004).
2. Debt to equity ratio, rasio yang digunakan untuk mengetahui jumlah
dana yang disediakan kreditor dan modal sendiri yang dijadikan
jaminan utang. (Kasmir, 2009).
3. Long term debt to equity ratio, rasio antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri. Tujuannya untuk mengukur berapa bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka
panjang. (Kasmir, 2009).
12
4. Times interest earned, rasio untuk mencari jumlah kali perolehan
bunga yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
biaya bunga. (Kasmir, 2009)
5. Fixed charge coverage, rasio yang dilakukan saat perusahaan
memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan
kontrak sewa. (Kasmir, 2009)
c. Rasio aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk mengubah piutang usaha dan persediaan kas dalam
suatu periode tertentu. (Keown, 2004). Menurut Prihadi (2010), rasio
aktivitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
mendayagunakan aset. Jenis-jenis rasio aktivitas, antara lain:
1. Rasio perputaran piutang, rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali
dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.
(Kasmir, 2009). Keown (2004) berpendapat bahwa rasio perputaran
piutang menunjukkan seberapa cepat perusahaan menagih kreditnya,
yang diukur oleh lamanya waktu piutang dagang ditagih selama tahun
tersebut. Pendapat lain menyebutkan bahwa rasio perputaran piutang
adalah kemampuan perusahaan dalam menangani penjualan kredit dan
kebijakannya. (Prihadi, 2010).
2. Periode Penagihan Rata-rata, menandakan seberapa cepat perusahaan
menagih kreditnya, yang diukur oleh rata-rata jumlah hari penagihan
piutang dagang. (Keown, 2004).
3. Rasio perputaran persediaan, rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam suatu
periode. (Kasmir, 2009). Rasio ini menandakan likuiditas relatif
persediaan. (Keown, 2004). Perusahaan perdagangan dan manufaktur
sering menggunakan rasio ini.
4. Rasio perputaran modal kerja, rasio yang digunakan untuk mengukur
atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode
tertentu dengan membandingkan antara penjualan dengan modal kerja
atau dengan modal kerja rata-rata. (Kasmir, 2009). Menurut Prihadi
(2010), semakin tinggi angka perputaran modal kerja, maka kinerja
perusahaan akan semakin baik karena perusahaan yang beroperasi
secara normal akan mempunyai jumlah aktiva lancar melebihi utang
lancar sehingga modal kerja bersihnya positif.
5. Rasio perputaran aktiva tetap, rasio yang digunakan untuk mengukur
apakah perusahaan telah menggunakan kapasitas aktiva tetapnya
dengan sepenuhnya atau tidak dengan membandingkan antara
penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode. (Kasmir,
2009)
6. Rasio perputaran aktiva, rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur
berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
(Kasmir, 2009). Rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa
baik dukungan seluruh aset untuk memperoleh penjualan. (Prihadi,
2010).
13
d. Rasio profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba. (Prihadi,
2010). Jenis-jenis rasio profitabilitas sebagai berikut:
1. Profit margin, rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas
penjualan dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah
pajak dengan penjualan bersih. (Kasmir, 2009). Prihadi (2010),
berpendapat bahwa profit margin ratio adalah rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam rangka memberikan return kepada
pemegang saham. Menurut Keown (2001), profit margin dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
 Jumlah unit produk yang dijual
 Rata-rata harga jual tiap unit produk
 Beban manufaktur atau beban perolehan produk perusahaan
 Kemampuan dalam mengawasi beban umum dan administrasi
 Kemampuan dalam mengawasi beban dalam memasarkan
serta mendistribusikan produk perusahaan.
Profit margin dapat dibedakan menjadi tiga jenis rasio, yaitu:
a. Net Profit Margin
b. Gross Profit Margin
c. Operating Profit Margin
2. Return on Investment (ROI), merupakan rasio yang dapat digunakan
sebagai indikator akan profitabilitas perusahaan, yaitu jumlah
pendapatan bersih yang dihasilkan dari aset-aset perusahaan dengan
menghubungkan pendapatan ke total aset-aset ditambah total aktiva.
(Keown, 2004). Hansen dan Mowen (2001) menjelaskan bahwa ROI
sebagai alat pengukur kinerja memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a. Mendorong para manajer untuk lebih memperhatikan relasi antara
penjualan, biaya-biaya, dan investasi, seperti yang seharusnya
dilakukan oleh seorang manajer pusat investasi.
b. Meningkatkan efisiensi biaya
c. Mencegah kelebihan investasi di aktiva operasi
Pemakaian ROI untuk mengevaluasi kinerja perusahaaan juga
memiliki kekurangan, yaitu:
a. Membuat manajer tidak ingin melakukan investasi pada proyekproyek yang akan mengurangi ROI divisi tetapi akan
meningkatkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan
b. Mendorong para manajer untuk fokus pada jangka pendek dengan
mengorbankan jangka panjang.
3. Return on Equity (ROE), merupakan rasio untuk mengukur laba
bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan
efisiensi penggunaan modal sendiri. (Kasmir, 2009). Menurut
Prastowo (2011), ROE merupakan ukuran keberhasilan perusahaan
menghasilkan laba yang bermanfaat bagi pemegang saham. ROE
diperoleh dengan membagi laba bersih dengan ekuitas kepemilikan
total yang ditunjukkan dalam neraca. (Longenecker, 2012)
4. Earning Per Share (EPS), merupakan bentuk pemberian keuntungan
yang diberikan pada pemegang saham dari setiap lembar saham yang
14
dimiliki. (Fahmi, 2011). Nilai EPS diperoleh dari nilai EAT (Earning
After Tax) dibagi jumlah saham yang beredar.
e. Rasio pertumbuhan
Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah
pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Yang dianalisis:
pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih, pertumbuhan per
saham, dan pertumbuhan dividen per saham. (Kasmir, 2009)
f. Rasio penilaian
Rasio Penilaian yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan
manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi,
seperti rasio harga saham terhadap pendapatan dan rasio nilai pasar saham
terhadap nilai buku. (Kasmir, 2009).
7. Analisis Dupont
Analisis Dupont merupakan pendekatan untuk mengevaluasi
profitabilitas dan tingkat pengembalian ekuitas (Keown, 2004). Penggunaan
analisis Dupont memungkinkan manajemen untuk melihat dengan lebih jelas
apa yang mendorong tingkat pengembalian ekuitas dan apa hubungan antara
margin laba bersih, perputaran aktiva, dan rasio utang.
8. Analisis laba kotor
Analisis laba kotor merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke periode lain, serta sebab-sebab
berubahnya laba kotor tersebut antara periode (Kasmir, 2009). Menurut
Prastowo dan Juliaty (2005), analisis laba kotor bermanfaat untuk
memberikan gambaran titik-titik kelemahan dari kinerja periode tersebut,
sehingga manajemen akan mampu menguraikan tindakan-tindakan perbaikan
yang diperlukan untuk mengoreksi situasi.
9. Analisis Break-even Point (BEP).
Analisis Break-Even Point merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui pada kondisi berapa penjualan atas produk dilakukan dan
perusahaan tidak mengalami kerugian. (Kasmir, 2009). Menurut Horngren
(2006), BEP adalah jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba
operasi sama dengan nol. Analisis ini digunakan saat perusahaan akan
mengeluarkan produk baru karena diperlukan untuk mengetahui hubungan
antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya
lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi.
(Jumingan, 2006)
Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung BEP,
yaitu:
a. Metode Persamaan
b. Metode Marjin Kontribusi
10. Analisis Economic Value Added (EVA)
EVA merupakan laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal
tahunan. Jika EVA positif artinya perusahaan sedang menghasilkan kekayaan,
sebaliknya jika EVA negatif artinya perusahaan sedang menghancurkan
modal. (Hansen dan Mowen, 2001). EVA yang merupakan merek dagang
yang didaftarkan Stern Steward & Company, mengukur perbedaan antara
15
pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal. (Young dan O’byrne,
2001).
Perbedaan antara perhitungan EVA dengan perhitungan lainnya adalah
adanya biaya modal. Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang
diharapkan penyedia modal sebuah perusahaan jika mereka menginvestasikan
modalnya pada kesempatan investasi lain yang memiliki risiko serupa.
(Young dan O’byrne, 2001). Besarnya tingkat pengembalian yang dituntut
investor atas modal yang diinvestasikan tergantung pada risiko perusahaan.
Dengan asumsi bahwa investor tidak suka dengan risiko (risk averse),
semakin tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi tingkat pengembalian
(return) yang dituntut oleh investor.
Menurut Hansen dan Mowen (2001) EVA memiliki kelebihan
dibandingkan metode sebelumnya, yaitu EVA dapat mendorong perilaku
positif dari setiap divisi perusahaan dalam hal yang tidak bisa dilakukan oleh
pendekatan yang hanya menekankan laba operasi saja. Menurut Stewart dan
Stern (1991) dalam Ningrum (2008), keunggulan EVA antara lain
1.
konsep ini dapat berdiri sendiri tanpa perlu analisis perbandingan
dengan perusahaan sejenis.
2.
Konsep ini dapat menyajikan ukuran yang adil atau secara proporsional
mempertimbangkan harapan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan (Stakeholder satisfaction) dimana derajat keadilannya
dinyatakan dengan ukuran biaya modal rata-rata tertimbang (weighted
average cost of capital) dari struktur modal yang ada,
3.
Konsep EVA dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menerapkan
sistem manajemen yang terintegrasi secara lengkap. Konsep ini sangat
membantu dalam memberikan pertimbangan keputusan manajemen
secara tepat, seperti penetapan tujuan, penganggaran modal, dan
kompensasi insentif kepada karyawan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan
suatu alat ukur untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dengan
memperhitungkan nilai tambah ekonomis perusahaan berdasarkan biaya
modalnya. Pengukuran kinerja dengan menggunakan EVA dinilai lebih
unggul daripada menggunakan metode sebelumnya. EVA mengukur nilai
tambah yang dihasilkan perusahaan kepada investor. Pendekatan EVA
mampu menunjukkan kondisi sebenarnya dari kemampuan perusahaan dalam
memberdayakan modalnya, karena biaya modal termasuk dan premi risiko
ikut dihitung. Jadi bila nilai EVA semakin tinggi, artinya perusahaan telah
menjalankan tugasnya dengan baik. Bagi investor, nilai EVA dibutuhkan
untuk memudahkan dalam mengukur seberapa besar nilai tambah (value
added) yang dihasilkan perusahaan dari kegiatan bisnis yang
diinvestasikannya.
Studi Relevan
Kinerja keuangan perusahaan merupakan hal penting yang dipertimbangkan
investor sebelum menanamkan modal di sebuah perusahaan. Banyak metode yang
dapat dilakukan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan berdasarkan laporan
keuangannya. Salah satu alat analisis yang digunakan adalah Economic Value
16
Added (EVA) seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Mubarok (2009).
Tujuan penelitian Mubarok adalah (1) mengevaluasi kinerja saham otomotif yang
tercatat dalam indeks kompas-100 di BEI dengan menggunakan metode EVA (2)
memberikan referensi bagi investor dalam berinvestasi pada saham-saham
otomotif. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan otomotif go public, antara lain
PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA)
Hasil penelitian Mubarok (2009) menunjukkan bahwa berdasarkan analisis
kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA, pada periode 2007-2008,
dari dua perusahaan yang dianalisis, hanya PT MASA yang telah memiliki kinerja
baik dan telah memenuhi harapan investor dan kreditur. Pada tahun 2008 PT
MASA mengalami peningkatan kinerja keuangan dari tahun 2007 yang memiliki
nilai EVA negatif meningkat menjadi positif pada tahun 2008. Sedangkan PT
GJTL mengalami penurunan kinerja pada tahun 2008. Pada tahun 2007
perusahaan memiliki nilai EVA yang positif, akan tetapi pada akhir tahun nilai
EVA menurun menjadi negatif, karena adanya kerugian yang cukup besar akibat
dari krisis ekonomi global.
Menurut Mubarok (2009) perusahaan yang memiliki kinerja kurang baik
perlu melakukan strategi untuk meningkatkan kinerja perusahaannya. Strategi
yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kinerjanya antara lain perusahaan harus
bisa meningkatkan laba operasi tanpa menambah modal, mengurangi kegiatankegiatan yang tidak menambah nilai perusahaan (activity non value added) dan
menambah kegiatan-kegiatan yang menambah nilai perusahaan (activity value
added).
Penelitian Febriandi (2011) pada PT Bank Jabar Banten bertujuan untuk
menganalisis perkembangan kinerja keuangan Bank Jabar Banten sebelum dan
setelah go public dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, Economic Value Added
(EVA), dan Analisis Du Pont. Hasil Penelitian menunjukan bahwa tingkat kinerja
keuangan Bank Jabar Banten sebelum go public cenderung lebih baik daripada
setelah go public apabila dilihat dari rasio profitabilitasnya seperti ROE dan ROA.
Sedangkan apabila dilihat pada nilai NPM perusahaan mengalami peningkatan
setiap tahunnya sebelum maupun setelah go public. Tingkat kecukupan modal
yang juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan nilai EVA, nilai
perusahaan sebelum go public lebih baik dibandingkan dengan setelah go public.
Febriandi (2011) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan, diantaranya beban operasional dan beban non
operasional perusahaan yang langsung berpengaruh terhadap tingkat laba bersih
perusahaan. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi tingkat profitabilitas adalah
beban bunga perusahaan yang berbentuk rupiah maupun valuta asing juga
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain faktor-faktor internal yang dapat
dikendalikan oleh perusahaan, adapun faktor eksternal yang tidak dapat
dikendalikan diantaranya tingkat inflasi, peran dari pemerintah, dan tingkat
pertumbuhan perekonomian negara.
Aryani (2011) mengemukakan berdasarkan analisis trend, persentase per
komponen, analisis rasio, serta analisis Du Pont selama lima periode pengamatan
(2006-2010) menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu biaya harga pokok penjualan dan total hutang perusahaan.
Selain itu kurs mata uang asing juga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan
17
yang dalam kegiatan operasionalnya perusahaan banyak menggunakan kurs mata
uang asing khususnya dollar.
Hasil yang didapatkan dari penelitian Barus (2010) yang melakukan
penelitian terhadap PT Astra Agro Lestari Tbk menunjukkan bahwa berdasarkan
rasio ROA, pada periode 2006-2008 perusahaan memiliki nilai ROA yang terus
meningkat dengan puncaknya pada tahun 2008. Peningkatan ini disebabkan oleh
peningkatan laba bersih yang lebih besar dari peningkatan total aktiva yang samasama meningkat juga di periode yang sama sebagai dampak dari naiknya harga
CPO di pasaran. Namun pada tahun 2009, ROA perusahaan mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan laba bersih perusahaan menurun, namun asset
perusahaan tetap naik, yang mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami
penurunan kemampuan dalam menghasilkan keuntungan dari modal yang
diinvestasikan dalam aset perusahaan.
Penelitian Barus (2010) juga menunjukkan bahwa berdasarkan rasio ROE,
NPM dan EVA, perusahaan juga mencatatkan hasil terbaiknya di tahun 2008.
Berdasarkan perhitungan dan analisis EVA yang didapat menunjukkan
perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah bagi investor dan bagi
manajemen perusahaan itu sendiri. hal ini dikarenakan nilai laba bersih
mengalami peningkatan meski biaya bunga turun dari periode sebelumnya, tetapi
tidak diikuti oleh WACC sebagai komponen biaya modal yang mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya dan mengakibatkan penurunan COC yang pada
akhirnya menghasilkan nilai EVA yang positif dan lebih besar dari tahun
sebelumnya.
Menurut Meliala (2011), nilai EVA dapat ditingkatkan dengan cara
meningkatkan laba operasional dan meminimalkan biaya modal. Peningkatan
pendapatan operasional akan diikuti dengan biaya modal yang rendah. Sehingga
nilai NOPAT akan semakin tinggi dan COC semakin rendah, yang akan
berimplikasi pada peningkatan nilai EVA. Selanjutnya, laba operasional yang
tinggi akan meningkatkan permintaan saham di lantai pasar, yang berdampak pada
kenaikan harga saham.
Dari penelitian terdahulu yang dilakukan Mubarok (2009), Febriandi
(2011), Aryani (2011), Barus (2010), dan Meliala (2011) memiliki persamaan
dimana penelitian dilakukan untuk melihat kinerja keuangan perusahaan yang
menjadi objek penelitian. Alat analisis yang digunakan penelitian terdahulu
memiliki persamaan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan secara
kuantitatif, seperti analisis rasio, analisis du pont, dan analisis EVA. Alat analisis
tersebut dapat menggambarkan keadaan finansial sebuah perusahaan dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Hasil analisis tersebut dapat digunakan
perusahaan untuk memutuskan tindak lanjut yang akan diambil demi
perkembangan perusahaan.
Kerangka Berpikir
Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal penting dalam
proses pengambilan keputusan perusahaan. Informasi yang diperoleh dari kinerja
keuangan mampu menggambarkan kondisi perusahaan dalam menjalankan
usahanya, sehingga keputusan yang diambil akan sesuai dengan kondisi
perusahaan. Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan diperlukan data laporan
keuangan berupa neraca keuangan dan laporan laba-rugi. Metode yang dapat
18
digunakan untuk menilai kinerja perusahaan antara lain analisis rasio keuangan
dan analisis EVA.
1. Hubungan rasio-rasio keuangan terhadap standar penilaian dan tindak
lanjutnya untuk peningkatan kinerja keuangan perusahaan Rasio keuangan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas, rasio
solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio likuiditas. Rasio-rasio ini digunakan
sebagai tolok ukur untuk melihat seberapa jauh perusahaan telah berhasil
mencapai kinerja keuangan yang baik. Nilai rasio-rasio ini diinterpretasikan
berdasarkan trend sebelumnya dan standar penilaian yang berlaku. Standar
penilaian yang berlaku untuk rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio
likuiditas adalah semakin besar nilai rasio maka kinerja perusahaan semakin
baik. Sedangkan pada rasio solvabilitas berbanding terbalik dengan kinerja
perusahaan, sehingga semakin kecil nilai rasio solvabilitas maka kinerja
perusahaan dinilai semakin baik. Hubungan rasio-rasio keuangan dengan
standar penilaian dan tindak lanjutnya dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 5 Rasio keuangan, standar penilaian dan tindak lanjut
No
Rasio Keuangan
1.
Rasio Profitabilitas
a. Net Profit Margin
b. Return On
Investment
c. Return On Equity
2.
Rasio Likuiditas
a. Rasio Lancar
b.
Rasio Sangat
Lancar
c. Rasio Kas
3.
4.
Rasio Aktivitas
a. Rasio
Perputaran total
aktiva
b. Rasio
Perputaran
Persediaan
c. Rasio
Perputaran
aktiva tetap
Rasio Solvabilitas
a. Debt to Equity
Ratio
b. Debt to Assets
Ratio
Standar
Penilaian
> Rata-rata
Industri
> Rata-rata
Industri
> Rata-rata
Industri
Tindak Lanjut
Mengurangi biaya-biaya perusahaan
Meningkatkan
perusahaan
Meningkatkan
modal
perputaran
efisiensi
aktiva
penggunaan
> Rata-rata
Industri
> Rata-rata
Industri
Mengurangi hutang perusahaan atau
meningkatkan aktiva lancar perusahaan
Mengurangi hutang perusahaan atau
meningkatkan aktiva lancar selain
persediaan perusahaan
> Rata-rata Mengurangi hutang perusahaan atau
Industri
meningkatkan kas perusahaan
> Rata-rata Meningkatkan penjualan atau mengurangi
Industri
total aktiva
> Rata-rata Meningkatkan penjualan atau mengurangi
Industri
jumlah persediaan yang menumpuk
> Rata-rata Meningkatkan penjualan atau mengurangi
Industri
aktiva tetap
< Rata-rata Mengurangi hutang perusahaan
Industri
< Rata-rata Mengurangi hutang perusahaan atau
Industri
meningkatkan total aktiva perusahaan
19
2. Hubungan nilai Economic Value Added terhadap tindak lanjut peningkatan
kinerja keuangan perusahaan.
EVA dapat bernilai positif (EVA > 0) maupun negatif (EVA < 0). EVA
yang positif menunjukkan bahwa perusahaan sedang berada dalam keadaan
menguntungkan dan menghasilkan kekayaan. sebaliknya, EVA yang negatif
merupakan indikator bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami
kehancuran modalnya. Berdasarkan nilai EVA, kinerja keuangan dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan pengembalian atas modal yang ada,
mengurangi biaya modal dan aktivitas yang mengurangi nilai.
Tabel 6 Nilai EVA, indikasi dan tindak lanjut
No.
1.
Nilai EVA
Positif
(EVA>0)
2.
Nol (EVA=0)
3.
Negatif
(EVA<0)
Indikasi
Perusahaan
dalam keadaan
menguntungkan
Perusahaan
dalam keadaan
impas
Tindak Lanjut
Mempertahankan
perusahaan
keadaan
Meningkatkan
pengembalian
atas
modal
yang
ada,
mengurangi biaya modal dan
aktivitas yang mengurangi nilai
Perusahaan
Meningkatkan
pengembalian
dalam keadaan atas
modal
yang
ada,
menghancurkan
mengurangi biaya modal dan
modal
aktivitas yang mengurangi nilai
Kerangka Pemikiran Operasional
Harga minyak sawit dunia mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan
kelapa sawit, khususnya pada perusahaan kelapa sawit yang telah melakukan
penawaran umum atau go public. Perkembangan usaha perusahaan yang telah go
public ditentukan oleh berapa banyak sahamnya yang terjual kepada investor.
Karena itulah perusahaan perlu menjaga kepercayaan investor kepada perusahaan.
Saat harga minyak sawit dunia tinggi, investor akan semakin berminat untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan kelapa sawit. Sebaliknya, saat harga
minyak sawit dunia menurun, investor tidak berani menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut karena investor tidak memiliki kepercayaan terhadap
perusahaan.
Dalam pasar modal, investor perlu melakukan pengukuran terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Pengukuran terhadap kinerja keuangan merupakan
hal utama untuk menilai seberapa baik kemampuannya untuk menghasilkan laba
dan meningkatkan kekayaan perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan yang
umumnya dilakukan adalah dengan rasio-rasio keuangan yang dinilai dari sudut
pandang perusahaan tersebut. Rasio-rasio tersebut antara lain rasio profitabilitas,
rasio solvabilitas, rasio likuiditas, dan rasio aktivitas. Rasio-rasio ini bisa diukur
dengan berpedoman pada laporan neraca dan laba rugi perusahaan. Namun dalam
hal ini, perlu diukur pula kinerjanya yang tidak hanya berdasarkan perusahaan
namun juga para investor yang merupakan tujuan utama perusahaan dalam
penciptaaan laba dan kesejahteraan.
20
Sehubungan dengan hal itu, diperlukan suatu konsep yang dapat mengukur
seberapa besar kesejahteraan maupun kekayaan yang berhasil diciptakan
perusahaan yang bersangkutan kepada investor atas modal yang telah diberikan,
sehingga nilai kekayaan yang diciptakan sudah memberikan kepuasan bagi
investornya. Konsep tersebut adalah Economic Value Added (EVA). Nilai EVA
diperoleh dari selisih antara Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dengan
Cost of Capital (COC) atau biaya modal.
Setelah dilakukan pengukuran, dapat dilakukan evaluasi terhadap kinerja
keuangan perusahaan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan standar
yang digunakan. Bagi perusahaan, evaluasi tersebut dapat digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dan
tindak lanjut untuk memperbaikinya. Alur kerangka operasional dapat terlihat
pada gambar 3.
Harga CPO Dunia
Perusahaan Kelapa Sawit Go Public
Pasar Modal
Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan
Economic
Value Added
Biaya Modal
Rasio
Keuangan
NOPAT
Likuiditas, Profitabilitas,
Aktivitas, solvabilitas
Evaluasi Kinerja Keuangan
Perusahaan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Keuangan
Tindak Lanjut Perbaikan Kinerja
Keuangan
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional
Investor
21
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian yang berupa evaluasi kinerja keuangan
suatu perusahaan. Penelitian ini memiliki populasi yaitu perusahaan perkebunan
kelapa sawit go public di Indonesia, sedangkan sampel yang dipakai untuk studi
kasus ini yaitu lima perusahaan kelapa sawit, yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk
(AALI), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT Perusahaan Perkebunan London
Sumatera Indonesia (LSIP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Sinar
Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR). Pemilihan sampel dilakukan
dengan convenience sampling. Convenience sampling adalah pengambilan sampel
secara nonprobabilitas dengan pertimbangan kemudahan dan ketersediaan data
perusahaan yang ada.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan April
2014. Lokasi penelitian ini terdiri dari beberapa instansi publik yang terkait
dengan penelitian yaitu: Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia, Jalan Jenderal
Soedirman Kav. 52-53 Jakarta. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan BEI merupakan lembaga resmi yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dalam bertransaksi antara investor dan emiten secara
langsung atau melalui perantara.
Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini berupa laporan keuangan dan gambaran umum perusahaan kelapa sawit yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia, data bulanan indeks harga saham masing-masing
perusahaan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bulanan dari bulan Januari
2010 hingga Desember 2012, serta data tingkat Suku Bunga Indonesia (SBI)
bulanan dari bulan Januari 2010 hingga Desember 2012. Selain itu digunakan pula
data penunjang yang berupa literatur, buku, penelitian terdahulu, jurnal ilmiah,
data Badan Pusat Statistik, dan media elektronik. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 7 Teknik pengumpulan data
No Variabel
1.
Likuiditas
Indikator
- Aktiva
Lancar
- Utang
Lancar
- Persediaan
- Kas dan
No
Butir
1-4
Jumlah Satuan Teknik Analisis
4
Rupiah
- Rumus Rasio
Lancar
- Rumus Rasio
Sangat Lancar
- Rumus Rasio Kas
22
2.
Solvabilitas
3.
Aktivitas
4.
5.
Setara Kas
- Total Aktiva
- Total Utang
- Ekuitas
5-7
3
Rupiah
- Rumus Debt to
Equity Ratio
- Rumus Debt to
Assets Ratio
8-11
4
Rupiah
Profitabilitas - EAT
- Penjualan
- Total Aktiva
- Ekuitas
12-15
4
Rupiah
EVA
16-22
7
- Rupiah
- Rumus
Perputaran
Persediaan
- Rumus
Perputaran Aktiva
Tetap
- Rumus
Perputaran Total
Aktiva
- Rumus Net Profit
Margin
- Rumus Return on
Investment
- Rumus Return on
Equity
- Rumus Tingkat
Pengembalian
Saham Perusahaan
- Rumus Tingkat
Pengembalian
pasar bulanan
- Rumus Tingkat
Pengembalian ratarata pasar yang
diharapkan
- Rumus risiko
saham
- Rumus Tingkat
Bunga Bebas
Risiko
- Rumus Biaya
Modal Sendiri
- Rumus Biaya
Utang
- Rumus Weighted
Average Cost of
Capital
- Rumus Net
Operating Profit
After Tax
- Rumus Economic
Value Added
- Penjualan
- Persediaan
- Aktiva
Tetap
- Total Aktiva
- Beban
bunga
- Utang
Jangka
Panjang
- Pajak
perusahaan
- Laba bersih
- Harga
Saham
perusahaan
- IHSG
- Tingkat
Suku Bunga
Indonesia
dan
Kuesioner
2
- Persen
23
Jumlah Pertanyaan
22
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam Penelitian ini, data-data yang diolah berasal dari data sekunder. Alat
analisis yang digunakan adalah analisis rasio keuangan dan analisis Economic
Value Added (EVA).
Analisis Rasio Keuangan
a. Rasio likuiditas
1. Rasio lancar, Rasio ini diperoleh dengan membandingkan aktiva
lancar terhadap utang lancar atau utang-utang lancar jangka pendek.
(Keown, 2004).
2. Rasio sangat lancar, Rasio ini diukur dengan membandingkan aktiva
lancar, kecuali persediaan, terhadap kewajiban lancarnya. (Keown,
2004)
3. Rasio kas, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
b. Rasio solvabilitas
Jenis-jenis rasio solvabilitas:
1. Debt to assets ratio, Rasio ini menunjukkan berapa banyak hutang
yang digunakan membiayai aset-aset perusahaan. (Keown, 2004)
2. Debt to equity ratio, rasio yang digunakan untuk mengetahui jumlah
dana yang disediakan kreditor dan modal sendiri yang dijadikan
jaminan utang. (Kasmir, 2009)
c. Rasio aktivitas
1. Rasio perputaran persediaan, rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam suatu
periode. (Kasmir, 2009).
2. Rasio perputaran aktiva tetap, diukur dengan membandingkan antara
penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode.
3. Rasio perputaran total aktiva, rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur
24
berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
(Kasmir, 2009).
d. Rasio profitabilitas
1. Net Profit Margin, diperoleh dengan membandingkan antara laba
bersih (EAT) dengan penjualan
2. Return on Investment (ROI), diperoleh dengan membandingkan
pendapatan operasi terhadap total aktiva perusahaan.
3. Return on Equity (ROE), diperoleh dengan membagi laba bersih
dengan ekuitas kepemilikan total yang ditunjukkan dalam neraca.
(Longenecker, 2012).
Analisis Economic Value Added (EVA)
EVA merupakan alat analisis pengukur kinerja keuangan perusahaan dengan
menghitung laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal.
Langkah-langkah dalam perhitungan EVA adalah sebagai berikut:
1. Menghitung tingkat pengembalian dari masing-masing saham yang
didefinisikan sebagai rata-rata dari keuntungan modal yaitu selisih antara
harga saham bulan ini dengan harga saham bulan sebelumnya. Rumusnya
adalah:
Keterangan:
Rit
= tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t
Pit
= harga saham perusahaan perlembar bulan ke-t
Pit-1
= harga saham perusahaan perlembar bulan ke-t-1
2. Menghitung tingkat pengembalian pasar bulanan dan tingkat
pengembalian rata-rata pasar. Rumusnya adalah:
∑
Keterangan:
Rmt
= tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t
IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t
IHSGt-1= Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t-1
E(Rm) = tingkat pengembalian rata-rata pasar yang diharapkan
dalam satu bulan
N
= jumlah pengamatan dalam satu tahun (N=12)
3. Menghitung risiko masing-masing saham yang ditunjukkan oleh beta
usaha (β ). Beta dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
25
∑
∑
Keterangan:
σ im = kovarian tingkat pengembalian saham i dengan tingkat
pengembalian saham
2
σ m = varian tingkat pengembalian pasar
4. Menentukan tingkat bunga bebas risiko (Rf). Tingkat bunga bebas risiko
adalah tingkat suku bunga investasi yang dapat diperoleh investor tanpa
menanggung risiko. Tingkat bunga bebas risiko yang digunakan adalah
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
5. Menghitung biaya modal sendiri. Rumusnya adalah:
Keterangan:
E(R) = harapan pengembalian
Rf
= tingkat pengembalian bebas risiko
Rm
= faktor risiko (beta) yang berlaku untuk perusahaan
6. Menghitung biaya utang. Rumusnya adalah:
Keterangan:
kd
= beban bunga dibagi jumlah utang jangka panjang
1-t
= faktor koreksi
7. Menghitung biaya atas modal dengan metode Weighted Average Cost of
Capital/WACC. Rumusnya adalah:
Keterangan:
Kd
= Biaya utang jangka panjang
Ke
= biaya pengembalian saham
Wd
= proporsi utang dalam struktur modal
We
= Proporsi saham dalam struktur modal
T
= tingkat pajak perusahaan
8. Perhitungan NOPAT (Net Operating Profit After Tax). Rumusnya adalah:
Keterangan
Beban bunga = biaya bunga yang harus dibayar oleh perusahaan
9. Perhitungan EVA. Rumusnya adalah:
Keterangan:
Biaya modal= WACC x modal yang diinvestasikan
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Perusahaan
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
PT Astra Agro Lestari Tbk awalnya merupakan unit bisnis perkebunan
kelapa sawit milik PT Astra Internasional Tbk. Seiring dengan perkembangan unit
bisnis ini, PT Astra Internasional Tbk akhirnya memutuskan untuk menjadikannya
sebagai entitas bisnis yang baru dengan nama PT Suryaraya Cakrawala. Pada
tahun 1989, PT Suryaraya Cakrawala diubah menjadi PT Astra Agro Niaga. Pada
tahun 1997, PT Astra Agro Niaga menggabungkan usahanya dengan PT
Suryaraya Bahtera dan berganti nama menjadi PT Astra Agro Lestari.
Sebagai perusahaan yang semakin berkembang, pada 9 Desember 1997 PT
Astra Agro Lestari mencatatkan sahamnya untuk pertama kali di Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Dalam penawaran saham perdana, perseroan
menawarkan 125.800.000 lembar saham kepada publik dengan harga Rp 1.550
per lembar saham.
 Visi dan Misi Perusahaan
Visi :
Menjadi perusahaan agrobisnis paling produktif dan paling
inovatif di dunia.
Misi :
Menjadi panutan dan berkontribusi untuk pembangunan
serta kesejahteraan bangsa.
 Struktur Organisasi
Dewan Komisaris:
Presiden Komisaris
: Prijono Sugiarto
Wakil Presiden Komisaris
: Chiew Sin Cheok
Komisaris
: Gunawan Geniusahardja
Komisaris
: Simon Collier Dixon
Komisaris Independen
: Patrick Morris Alexander
Komisaris Independen
: H.S Dillon
Komisaris Independen
: Anugerah Pekerti
Direksi Perusahaan:
Presiden Direktur
: Widya Wiryawan
Direktur Keuangan dan Sekretariat
Perusahaan (FCS)
: Santosa
Direktur Research and Plantation
Development (RPD)
: Bambang Palgoenadi
Direktur Engineering, Mill Support and
Quality Control (EMQ)
: Juddy Arianto
Direktur
Environment
and
Social
Responsibility (ESR)
: Joko Supriyono
Direktur Human Capital and General
Affair (HCG)
: Jamal Abdul Nasser
PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP)
Sejarah PT PP London Sumatra Indonesia Tbk berawal pada tahun 1906
melalui inisiatif Harrisons & Crosfield Plc, perusahaan perkebunan dan
27
perdagangan yang berbasis di London. Perkebunan London-Sumatera, yang
kemudian lebih dikenal dengan nama “Lonsum”, berkembang menjadi salah satu
perusahaan perkebunan terkemuka di dunia, dengan lebih dari 100.000 hektar
perkebunan kelapa sawit, karet, kakao, dan teh di empat pulau terbesar di
Indonesia. di awal kemerdekaan Indonesia, Lonsum lebih memfokuskan usahanya
pada tanaman karet, dan kemudian beralih ke kelapa sawit di era tahun 1980.
Di tahun 1994, Harrison & Crosfeld menjual seluruh kepemilikan
sahamnya di Lonsum kepada PT Pan London Sumatera Plantations (PPLS), yang
kemudian mencatatkan Lonsum sebagai perusahaan publik melalui pencatatan
saham di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1996.
Kini Lonsum merupakan salah satu penghasil minyak sawit lestari terbesar
di Indonesia, dengan produksi sekitar 195.000 ton minyak sawit lestari setiap
tahunnya. Lingkup usaha telah berkembang meliputi pemuliaan tanaman,
penanaman, pemanenan, pengolahan dan penjualan produk kelapa sawit, karet,
kakao, dan teh. Perseroan memiliki fasilitas pengolahan di Sumatera, Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi. Lonsum juga dikenal sebagai produsen benih bibit
kelapa sawit yang berkualitas.
 Visi dan Misi Perusahaan
Visi :
Menjadi Perusahaan Agribisnis terkemuka yang
berkelanjutan dalam hal tanaman, biaya, lingkungan yang
berbasis penelitian dan pengembangan
Misi :
Menambah nilai bagi “stakeholders” di bidang agribisnis
 Struktur Organisasi
Dewan Komisaris:
Presiden Komisaris
: Franciscus Welirang
Komisaris
: Werianty Setiawan
Komisaris
: Hendra Widjaja
Komisaris
: Axton Salim
Komisaris
: Hans Ryan Aditio
Komisaris Independen
: Rachmat Soebiapradja
Komisaris Independen
: Tengku Alwin Aziz
Komisaris Independen
: Hans Kartikahadi
Komisaris Independen
: Eddy Sugito
Dewan Direksi:
Presiden Direktur
: Benny Tjoeng
Wakil Presiden Direktur I
: Sonny Lianto
Wakil Presiden Direktur II : Eddy Hariyanto
Direktur
: Tjhie Tje Fie
Direktur
: Paulus Maleonoto
Direktur
: Mark Julian Wakeford
Direktur
: Gunadi
Direktur
: Joefly Joesoef Bahroeny
PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO)
PT Sampoerna Agro didirikan pada 1993 dengan nama PT Selapan Jaya
untuk mengelola kebun kelapa sawit di Sumatera Selatan. Perseroan kemudian
tercatat sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya pada tahun 2007. Saat ini area operasional Perseroan berlokasi di
28
Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Bersama 29
anak perusahaannya, perseroan saat ini memproduksi empat lini produk utama:
produk kelapa sawit, produk inti sawit, kecambah serta produk non-sawit.
 Visi dan Misi Perusahaan
Visi :
Menjadi salah satu perusahaan terdepan yang
bertanggungjawab di sektor agribisnis di Indonesia
 Misi :
1. Mengembangkan tim manajemen profesional yang berintegritas tinggi
dan didukung oleh sumber daya manusia yang terampil dan
termotivasi
2. Mencari dan mengembangkan peluang pertumbuhan yang
menguntungkan di bisnis inti, dengan tetap menjaga pengeluaran biaya
secara terkontrol.
3. Terus berusaha mencapai kesempurnaan melalui inovasi, penelitian,
dan pengembangan
4. Ikut berpartisipadi salam peningkatan kualitas hidup masyarakat
sekitar perkebunan
5. Menjaga dan mempromosikan standar lingkungan hidup yang baku
dalam segala aspek pengembangan, produksi, dan pengolahan.
 Struktur Organisasi
Dewan Komisaris:
Komisaris Utama
: Michael Sampoerna
Komisaris
: Hendra Prasetya
Komisaris Independen
: Phang Cheow Hock
Komisaris Independen
: Arief T. Suryowidjojo
Dewan Direksi:
Direktur Utama
: Ekadharmajanto Kasih
Wakil Direktur Utama
: Marc Stephan Louis Louette
Direktur Corporate Affairs
: Achmad Hadi Fauzan
Direktur Peneliti dan Pengembangan : Dwi Asmono
Direktur Sumber daya Manusia
: Hero Djajakusumah
Direktur Keuangan
: Budi Setiawan Halim
Direktur Komersial
: Lim King Hui
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
PT Tunas Baru Lampung didirikan pada tahun 1973. Perseroan telah
berkembang menjadi salah satu produsen minyak goreng terbesar. Pada tanggal 14
Februari 2000 PT Tunas Baru Lampung melakukan pencatatan saham perdananya
pada Bursa Efek Jakarta. Produk-produk perseroan antara lain minyak goreng
nabati, stearine, minyak sawit, minyak inti sawit, dan produk lain seperti sabun
cream dan sabun cuci dengan memanfaatkan asam lemak, sebagai produk
sampingan hasil pengolahan CPO. Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku
produksi minyak goreng, perusahaan memiliki perkebunan kelapa sawit sendiri
dengan luas lahan lebih dari 50.000 hektar di Lampung, 30.000 hektar di
Palembang, dan 20.000 hektar di Pontianak.
 Visi dan Misi Perusahaan
29
Visi

:
Menjadi produsen minyak goreng nabati dan turunannya
yang terintegrasi penuh dengan biaya produksi yang
rendah dan ramah lingkungan
Misi :
Kekuatan melalui integrasi
Struktur Organisasi
Dewan Komisaris:
Presiden Komisaris
: Santoso Winata
Komisaris
: Oey Albert
Komisaris Independen
: Richter Pane
Dewan Direksi:
Presiden Direktur
: Widarto
Wakil Presiden Direktur
: Sudarmo Tasmin
Direktur
: Winoto Prajitno
Direktur
: Oey Alfred
Direktur
: Djunaidi Nur
Direktur
: Teow Soi Eng
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR)
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) didirikan pada
tahun 1962 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1992. Aktivitas
utama perseroan dimulai dari penanaman dan pemanenan pohon kelapa sawit,
pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit
(PK), serta pemrosesan CPO menjadi produk industri dan konsumen seperti
minyak goreng, margarin, dan shortening. Perseroan juga mendistribusikan,
memasarkan dan mengekspor produk konsumen berbasis kelapa sawit.
 Visi dan Misi Perusahaan
Visi :
Menjadi perusahaan berbasis kelapa sawit terbesar yang
terintegrasi dan paling menguntungkan
Misi :
1. Melampaui standar kualitas tertinggi
2. Mempertahankan tingkat ketahanan dan integritas tertinggi
3. Memberdayakan masyarakat
4. Pencipta tren inovasi dan teknologi
5. Mencapai nilai maksimum bagi shareholders
 Struktur Organisasi
Dewan Komisaris:
Komisaris Utama
: Franky Oesman Widjaja
Wakil Komisaris Utama
: Muktar Widjaja
Wakil Komisaris Utama
: Simon Lim
Komisaris
: Rachmad Gobel
Komisaris
: Rafael Buhay Concepcion, Jr
Komisaris Independen
: Prof. DR. Teddy Pawitra
Komisaris Independen
: DR. Susiyati B. Hirawan
Komisaris Independen
: Hj. Ryani Soedirman
Dewan Direksi:
Direktur Utama
: Jo Daud Dharsono
Wakil Direktur Utama
: Budi Wijana
Wakil Direktur Utama
: Edy Saputra Suradja
30
Direktur
Direktur
Direktur
: H. Uminto
: Jimmy Pramono
: DR. Ir. Gianto Widjaja
Kinerja Keuangan Perusahaan
Analisis Rasio-rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis solvabilitas yang ditunjukkan dengan debt to equity ratio dan debt to asset
ratio. Analisis aktivitas yang ditunjukkan dengan rasio perputaran persediaan,
rasio perputaran aktiva tetap dan rasio perputaran total aktiva, analisis likuiditas
yang ditunjukkan dengan rasio lancar, rasio sangat lancar, dan rasio kas, serta
analisis profitabilitas yang ditunjukkan dengan Net Profit Margin, Return to
equity ratio, return to investment ratio, dan earning per share.
A. Analisis Solvabilitas
Analisis solvabilitas dilakukan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya saat perusahaan dilikuidasi. Data yang dibutuhkan
dalam analisis ini adalah total aktiva, total utang, dan ekuitas..
Penilaian tingkat solvabilitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA,
dan PT SMAR menggunakan debt to equity ratio dan debt to asset ratio.
Perkembangan nilai rasio solvabilitas ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8 Perkembangan nilai rasio solvabilitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, dan PT SMAR periode tahun 2010-2012
Indikator
DER
No
2010
2011
2012
2010
2011
2012
AALI
SGRO
LSIP
TBLA
0,185
0,332
0,221
1,952
0,211
0,365
0,163
1,641
0,326
0,055
0,203
1,954
0,152
0,249
0,181
0,661
0,174
0,267
0,14
0,621
0,246
0,355
0,168
0,661
5 SMAR
1,114
1,007
0,874
0,521
0,502
0,481
Rata-rata Industri
0,761
0,677
0,682
0,353
0,341
0,382
1
2
3
4
Emiten
DAR
Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio menunjukkan proporsi hutang yang dapat dijamin
dengan modal sendiri. Perkembangan nilai DER kelima perusahaan menunjukkan
tren yang berfluktuatif setiap tahunnya. Nilai rata-rata industri untuk rasio ini pada
tahun 2010, 2011, dan 2012 adalah 0,761, 0,677, dan 0,682. Semakin kecil nilai
rasio ini menunjukkan semakin tinggi kemampuan modal sendiri untuk menjamin
kewajiban perusahaan. Perkembangan nilai Debt to Equity Ratio terlihat pada
gambar 3
31
2.5
2
AALI
1.5
SGRO
LSIP
TBLA
1
SMAR
Rata-rata Industri
0.5
0
1
2
3
Gambar 4 Perkembangan Debt to Equity Ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata industri
Pada tahun 2010, terdapat tiga perusahaan yang memiliki nilai DER lebih
kecil dari rata-rata industri, yaitu PT AALI sebesar 0,185, PT SGRO sebesar
0,332, dan PT LSIP sebesar 0,221. Sedangkan PT TBLA dan PT SMAR memiliki
nilai DER yang lebih tinggi dari rata-rata industri, yaitu sebesar 1,952 dan 1,114.
Pada tahun 2011, tingkat rasio memiliki tren yang menurun pada PT LSIP,
PT TBLA, dan PT SMAR. Nilai rasio PT LSIP turun menjadi 0,163, PT TBLA
menjadi 1,641 dan PT SMAR menjadi 1,007. Hal berbeda terjadi pada PT AALI
dan PT SGRO yang mengalami peningkatan nilai rasio yaitu menjadi 0,211 dan
0,365 tetapi nilai kedua perusahaan tersebut masih berada di bawah rata-rata
industri. Sedangkan PT TBLA dan SMAR berada di atas rata-rata industri.
Pada tahun 2012, tingkat rasio memiliki tren yang meningkat pada PT
AALI, PT LSIP dan PT TBLA dan menurun pada PT SGRO dan PT SMAR.
Nilai rasio PT AALI meningkat menjadi 0,326, PT LSIP menjadi 0,203, dan PT
TBLA menjadi 1,954 sedangkan nilai rasio PT SGRO menurun menjadi 0,055
dan PT SMAR menjadi 0,874. Seperti pada tahun 2010 dan 2011, perusahaan
yang memiliki nilai rasio lebih kecil daripada nilai rata-rata industri adalah PT
AALI, PT LSIP dan PT SGRO. Sedangkan PT TBLA dan PT SMAR memiliki
nilai rasio yang lebih tinggi daripada nilai rata-rata industri.
Secara keseluruhan, perusahaan yang memiliki nilai rasio yang baik pada
periode tahun 2010 hingga 2012 adalah PT AALI, PT SGRO dan PT LSIP.
Sedangkan PT TBLA dan PT SMAR memiliki nilai rasio yang kurang baik. Hal
tersebut menunjukkan kedua perusahaan tersebut belum memiliki kemampuan
untuk menjamin kewajiban perusahaan dengan modal sendiri saat perusahaan
dilikuidasi.
Debt to Assets Ratio
Nilai Debt to assets ratio menunjukkan banyaknya aktiva yang dibiayai
dari pinjaman. Semakin kecil nilai rasio ini menunjukkan semakin baik tingkat
32
keamanan perusahaan karena struktur aktiva yang hanya sedikit dibiayai oleh
pinjaman. Perkembangan nilai Debt to Assets Ratio kelima perusahaan dapat
terlihat pada gambar 4.
0.7
0.6
0.5
AALI
SGRO
0.4
LSIP
TBLA
0.3
SMAR
0.2
Rata-rata Industri
0.1
0
2010
2011
2012
Gambar 5 Perkembangan Debt to Assets Ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
Pada tahun 2010, rata-rata nilai debt to assets ratio industri sebesar 0,353.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam industri memiliki jumlah aktiva
yang dibiayai dengan utang sebesar 35,3 persen. Pada tahun 2011, rata-rata nilai
debt to assets ratio industri menurun menjadi sebesar 0,343 yang berarti terdapat
perbaikan pada tingkat keamanan perusahaan dalam industri. Namun pada tahun
2012, rata-rata nilai debt to assets ratio industri kembali meningkat menjadi 0,382.
Dari kelima perusahaan yang diamati, hanya PT TBLA dan PT SMAR
yang memiliki nilai debt to assets ratio lebih besar dari rata-rata industrinya. Hal
tersebut disebabkan struktur aktiva perusahaan yang lebih banyak dibiayai oleh
pinjaman daripada oleh modal sendiri. Sedangkan nilai ketiga perusahaan lainnya,
selalu berada di bawah rata-rata industri yang berarti perusahaan tersebut telah
memiliki tingkat keamanan yang baik.
B. Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas dilakukan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan
dalam mengelola sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan
operasional perusahaan. Data yang digunakan adalah penjualan, persediaan,
aktiva tetap dan total aktiva perusahaan. Perkembangan rasio aktivitas PT
AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA dan PT SMAR adalah sebagai berikut:
33
Tabel 9 Perkembangan rasio aktivitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA
dan PT SMAR periode tahun 2010-2012
Indikator
Perputaran
Persediaan
No Emiten 2010 2011 2012
1 AALI 14,16 13,99 9,258
2 SGRO 10,21 9,411 8,193
3 LSIP
13,58 12,73 6,52
4 TBLA 6,179 7,631 5,863
5 SMAR 7,499 11,16 10,29
Rata-rata
Industri
Perputaran Aktiva
Tetap
2010 2011 2012
1,312 1,291 1,087
1,151 1,196
0,9
0,882 1,109 0,849
1,461 1,58 1,322
3,248 4,673 3,092
10,33 10,98 8,025 1,611
1,97
Perputaran Total
Aktiva
2010 2011 2012
1,006 1,056 0,931
0,804 0,921 0,722
0,646 0,69 0,558
0,808 0,879 0,732
1,624 2,152 1,694
1,45 0,978
1,14 0,927
Perputaran Persediaan
Rasio perputaran persediaan kelima perusahaan pada tiga tahun
pengamatan menunjukkan tren yang berfluktuatif. Rata-rata rasio perputaran
persediaan industri pada tahun 2010 adalah sebesar 10,33. Artinya dalam satu
periode perusahaan mampu menjual barang dagangannya sebanyak 10,33 kali,
dan berarti juga bahwa dalam satu tahun, persediaan perusahaan disimpan dalam
gudang selama kurang lebih 34,85 hari (360 hari/10,33). Dari kelima perusahaan
yang diamati, hanya PT AALI, PT SGRO, dan PT LSIP yang memiliki nilai rasio
lebih tinggi daripada rata-rata industri. PT AALI memiliki nilai rasio tertinggi,
yaitu sebesar 14,16. Sedangkan PT TBLA dan PT SMAR memiliki nilai rasio
lebih kecil daripada rata-rata industri, yaitu sebesar 6,179 dan 7,499.
16
14
12
AALI
10
SGRO
LSIP
8
TBLA
6
SMAR
4
Rata-rata Industri
2
0
1
2
3
Gambar 6 Perkembangan rasio perputaran persediaan PT AALI, PT SGRO, PT
LSIP, PT TBLA, PT SMAR, dan rata-rata Industri
34
Rata-rata rasio perputaran persediaan industri pada tahun 2011 meningkat
menjadi sebesar 10,98. PT AALI, PT LSIP, dan PT SMAR memiliki nilai rasio
perputaran persediaan lebih besar daripada rata-rata industri, yaitu sebesar 13,99,
12,73, dan 11,16. Sedangkan PT SGRO dan PT TBLA memiliki nilai rasio lebih
kecil daripada rata-rata industri, yaitu sebesar 9,41 dan 7,63.
Pada tahun 2012, rata-rata rasio perputaran persediaan industri mengalami
penurunan menjadi sebesar 8,025. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan
nilai rasio kelima perusahaan. PT SMAR memiliki nilai rasio tertinggi sebesar
10,29 disusul oleh PT AALI dan PT SGRO sebesar 9,258 dan 8,193. Sedangkan
PT LSIP dan PT TBLA memiliki nilai rasio dibawah rata-rata industri yaitu
sebesar 6,52 dan 5,86.
Selama tiga tahun pengamatan, PT AALI selalu memiliki nilai perputaran
persediaan yang lebih tinggi dari rata-rata industri. Sedangkan PT TBLA memiliki
nilai rasio perputaran persediaan yang kurang baik. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan belum mampu memanfaatkan persediaannya secara efisien.
Jumlah persediaan perusahaan mendekati jumlah penjualannya sehingga
menyebabkan nilai rasio perputaran persediaan perusahaan rendah.
Perputaran Aktiva Tetap
Rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan
aktiva tetap dalam usaha memperoleh pendapatan penjualan. Pada tahun 2010,
rata-rata perputaran aktiva tetap industri adalah sebesar 1,611. Artinya, setiap Rp.
1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 1,611 pendapatan. Dari kelima
perusahaan yang dianalisis, hanya PT SMAR yang memiliki nilai perputaran
aktiva tetap lebih besar daripada rata-rata industri yaitu sebesar 3,248. Hal
tersebut menunjukkan bahwa PT SMAR lebih unggul dalam penggunaan
kapasitas aktiva tetapnya. Sedangkan keempat perusahaan lainnya belum mampu
menggunakan kapasitas aktiva tetapnya secara sepenuhnya. Perkembangan nilai
perputaran aktiva tetap kelima perusahaan dapat terlihat pada gambar 7.
35
5
4.5
4
AALI
3.5
SGRO
3
LSIP
2.5
TBLA
2
SMAR
1.5
Rata-rata industri
1
0.5
0
2010
2011
2012
Gambar 7 Perkembangan Rasio Perputaran Aktiva Tetap PT AALI, PT SGRO,
PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan Rata-rata Industri
Pada tahun 2011, rata-rata perputaran aktiva tetap industri meningkat
menjadi sebesar 1,97. Nilai perputaran aktiva tetap tertinggi dimiliki oleh PT
SMAR, yaitu sebesar 4,367. Sedangkan PT TBLA, PT AALI, PT SGRO dan PT
LSIP memiliki nilai rasio perputaran aktiva dibawah rata-rata industri yaitu
sebesar 1,58, 1,291, 1,196, dan 1,109.
Pada tahun 2012, rata-rata perputaran aktiva industri menurun menjadi
sebesar 1,45. Nilai perputaran aktiva tetap tertinggi tetap dimiliki oleh PT SMAR
yaitu sebesar 3,092. Sedangkan keempat perusahaan lainnya tetap berada di
bawah rata-rata industri.
Selama tiga tahun pengamatan, PT SMAR memiliki nilai rasio perputaran
aktiva paling baik daripada keempat perusahaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh
jumlah penjualan perusahaan sangat tinggi yang menunjukkan efisiensi
penggunaan aktiva tetap oleh perusahaan dengan baik. Sedangkan keempat
perusahaan lainnya belum menggunakan aktiva tetap yang dimilikinya secara
efisien. Jumlah penjualan perusahaan mendekati jumlah aktiva tetapnya.
Perputaran Total Aktiva
Perkembangan nilai rasio perputaran total aktiva PT AALI, PT SGRO, PT
LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR selama tiga periode pengamatan menunjukkan
perubahan secara fluktuatif. Nilai rata-rata perputaran total aktiva industri pada
tahun 2010 adalah 0,978. Nilai tersebut meningkat pada tahun 2011 menjadi
sebesar 1,14. Namun pada tahun 2012, nilai rata-rata perputaran total aktiva
industri kembali menurun menjadi sebesar 0,927. Perkembangan nilai perputaran
total aktiva kelima perusahaan dapat terlihat pada gambar 8.
36
2.5
2
AALI
1.5
SGRO
LSIP
TBLA
1
SMAR
Rata-rata industri
0.5
0
1
2
3
Gambar 8 Perkembangan rasio perputaran total aktiva PT AALI, PT SGRO, PT
LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
Berdasarkan tiga tahun pengamatan, hanya PT SMAR dan PT AALI yang
memiliki nilai rasio perputaran total aktiva lebih besar daripada rata-rata
industrinya. Hal ini menunjukkan PT SMAR dan PT AALI memiliki tingkat
efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk menciptakan
pendapatan dan memperoleh laba.
Ketiga perusahaan lainnya, yaitu PT SGRO, LSIP dan TBLA memiliki
nilai rasio perputaran total aktiva yang lebih kecil daripada rata-rata industrinya.
PT LSIP memiliki nilai rasio paling kecil pada tiga tahun pengamatan. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut belum mampu menghasilkan nilai
pendapatan sesuai dengan total aktiva yang dimilikinya.
C. Analisis Likuiditas
Analisis likuiditas akan menunjukkan posisi keuangan jangka pendek
perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Data yang digunakan adalah aktiva
lancar, utang lancar, persediaan, serta kas dan setara kas. Perkembangan rasio
likuiditas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA dan PT SMAR adalah
sebagai berikut:
37
Tabel 10 Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP,
PT TBLA, dan PT SMAR, Periode tahun 2010-2012
Current Ratio
No Emiten 2010 2011 2012
1 AALI 1,932 1,265 0,685
2 SGRO 1,882 1,589 1,109
3 LSIP
2,393 4,833 3,273
4 TBLA 1,111 1,378 1,588
5 SMAR 1,519 1,87
2,1
Rata-rata
Industri
1,767 2,187 1,751
Indikator
Quick Ratio
2010 2011 2012
1,343 0,741 0,204
1,391 0,911 0,615
1,967 4,139 2,458
0,786 1,02 1,143
0,861 1,201 1,335
Cash Ratio
2010 2011 2012
1,169 0,571 0,088
1,148 0,708 0,309
1,867 3,885 2,27
0,165 0,398 0,376
0,071 0,114 0,338
1,27 1,603 1,151 0,884 1,135 0,676
Current Ratio
Current ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar
semua kewajiban jangka pendeknya. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai rata-rata
current ratio kelima perusahaan pada tahun 2010, 2011, dan 2012 mengalami tren
yang berfluktuasi. Pada tahun 2010, nilai rata-rata current ratio industri sebesar
1,767. Pada tahun 2011, nilai rata-rata current ratio industri meningkat menjadi
2,187, tetapi pada tahun 2011 nilai rata-rata current ratio industri menurun
menjadi 1,751. Perkembangan nilai current ratio kelima perusahaan dapat dilihat
pada gambar 9
6
5
AALI
4
SGRO
LSIP
3
TBLA
SMAR
2
Rata-rata industri
1
0
2010
2011
2012
Gambar 9 Perkembangan current ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA,
PT SMAR dan rata-rata Industri
Pada tahun 2010, PT AALI memiliki nilai current ratio sebesar 1,932.
Nilai tersebut berada di atas rata-rata industri. Tetapi pada tahun 2011 dan 2012
nilai current ratio perusahaan mengalami penurunan dan berada di bawah rata-
38
rata industri yaitu sebesar 1,265 dan 0,685. Hal tersebut disebabkan pada tiga
tahun pengamatan aktiva lancar perusahaan mengalami penurunan, sedangkan
utang lancar perusahaan mengalami peningkatan. Pada tahun 2012, utang lancar
perusahaan lebih rendah daripada aktiva lancar perusahaan.
PT SGRO memiliki nilai current ratio sebesar 1,882 pada tahun 2010.
Nilai tersebut berada di atas rata-rata industri. Namun pada tahun 2011 dan tahun
2012 nilai current ratio perusahaan berada di bawah rata-rata industri. Pada tahun
2011, nilai current ratio menurun menjadi 1,589. Hal tersebut disebabkan oleh
penurunan aktiva lancar tetapi utang lancar meningkat. Pada tahun 2012, nilai
current ratio kembali menurun menjadi sebesar 1,109 yang disebabkan
peningkatan aktiva lancar tetapi disertai peningkatan utang lancar yang mendekati
nilai aktiva lancarnya.
Selama periode tahun 2010 hingga tahun 2012, PT LSIP memiliki nilai
current ratio tertinggi. Pada tahun 2010, nilai current ratio PT LSIP sebesar 2,393.
Nilai tersebut meningkat drastis pada tahun 2011 menjadi sebesar 4,833. Hal
tersebut disebabkan oleh peningkatan aktiva lancar yang disertai penurunan utang
lancar. Pada tahun 2012, nilai current ratio perusahaan menurun menjadi sebesar
3,273 yang disebabkan peningkatan utang lancar yang lebih besar daripada
peningkatan aktiva lancar.
PT TBLA selalu memiliki nilai current ratio dibawah rata-rata industri
selama tiga tahun pengamatan. Pada tahun 2010, current ratio PT TBLA sebesar
1,111. Nilai tersebut meningkat pada tahun 2011 dan 2012 yaitu menjadi sebesar
1,378 dan 1,588. Nilai current ratio PT TBLA yang rendah disebabkan nilai utang
lancar yang mendekati nilai aktiva lancar.
PT SMAR memiliki nilai tren current ratio yang meningkat dalam tiga
tahun pengamatan. Pada tahun 2010, nilai current ratio perusahaan sebesar 1,519.
Nilai ini berada dibawah rata-rata industri. Pada tahun 2011, nilai current ratio
meningkat menjadi sebesar 1,87. Namun nilai tersebut masih berada di bawah
rata-rata industrinya. Hal tersebut disebabkan jumlah aktiva lancar meningkat
yang disertai peningkatan utang lancarnya. Pada tahun 2012, nilai current ratio
meningkat menjadi sebesar 2,1. Nilai tersebut telah berada di atas rata-rata
industrinya.
Quick Ratio
Quick ratio digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan nilai persediaan,
karena persediaan dianggap aktiva lancar yang paling tidak likuid. Rata-rata nilai
quick ratio industri mengalami tren yang berfluktuatif. Pada tahun 2010, rata-rata
industri sebesar 1,27. Artinya setiap satu rupiah utang lancar dijamin oleh Rp.
1,27,- aktiva lancar tanpa memperhitungkan unsur persediaan. Pada tahun 2011,
rata-rata nilai quick ratio industri mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,603.
Namun pada tahun 2012, rata-rata nilai quick ratio industri mengalami penurunan
hingga menjadi sebesar 1,151. Perkembangan nilai quick ratio kelima perusahaan
dapat terlihat pada gambar 10.
39
4.5
4
3.5
AALI
3
SGRO
2.5
LSIP
2
TBLA
1.5
SMAR
Rata-rata industri
1
0.5
0
2010
2011
2012
Gambar 10 Perkembangan quick ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA,
PT SMAR dan rata-rata Industri
Selama tiga tahun pengamatan, PT LSIP memiliki nilai quick ratio yang
paling baik. Hal tersebut disebabkan jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan
jauh lebih kecil daripada aktiva yang likuid, sehingga perusahaan mampu
menjamin utang lancarnya dengan aktiva yang paling likuid.
Cash Ratio
Cash ratio digunakan untuk melihat seberapa besar uang kas yang tersedia
untuk membayar utang. Rata-rata nilai cash ratio industri mengalami tren yang
berfluktuatif pada tiga tahun pengamatan. Pada tahun 2010, perusahaan yang
diamati, PT LSIP memiliki nilai cash ratio tertinggi yaitu sebesar 1,867 diikuti
oleh PT AALI dan PT SGRO sebesar 1,169 dan 1,148. Sedangkan PT TBLA dan
PT SMAR memiliki nilai cash ratio di bawah rata-rata industri, yaitu sebesar
0,165 dan 0,071. Hal ini menunjukkan kemampuan kedua perusahaan tersebut
dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya kurang baik. Perkembangan nilai
cash ratio kelima perusahaan dapat dilihat pada gambar 11.
40
4.5
4
3.5
AALI
3
SGRO
2.5
LSIP
2
TBLA
1.5
SMAR
Rata-rata industri
1
0.5
0
2010
2011
2012
Gambar 11 Perkembangan cash ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA,
PT SMAR dan rata-rata Industri
Pada tahun 2011, rata-rata cash ratio industri meningkat menjadi sebesar
1,135. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan nilai ratio PT LSIP secara drastis
menjadi sebesar 3,885. Akibatnya, keempat perusahaan lainnya berada di bawah
rata-rata industri.
Pada tahun 2012, rata-rata cash ratio industri kembali menurun menjadi
sebesar 0,676. Dari kelima perusahaan yang diamati, hanya PT SMAR yang
mengalami peningkatan nilai menjadi 0,338 meskipun tetap berada di bawah ratarata industri. Keempat perusahaan lainnya mengalami penurunan nilai rasio.
Selama tiga tahun pengamatan, PT LSIP memiliki nilai cash ratio terbaik.
Perusahaan memiliki kemampuan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya
dengan baik. Tidak seperti keempat perusahaan lainnya, PT LSIP memiliki jumlah
utang lancar yang rendah namun dijamin oleh jumlah kas yang tinggi.
D. Analisis Profitabilitas
Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Analisis profitabilitas PT
AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR dilakukan dengan
menggunakan rasio Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE), dan
Return on Investment (ROI). Data yang digunakan adalah EAT, penjualan,
total aset dan ekuitas perusahaan. Secara ringkas perkembangan rasio
profitabilitas sebagai berikut:
41
Tabel 11 Perkembangan rasio profitabilitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR Periode Tahun 2010-2012
Indikator
ROI
NPM
No Emiten
1 AALI
2 SGRO
3 LSIP
4 TBLA
5 SMAR
Rata-rata
Industri
ROE
2010 2011 2012
2010
2011
2012
0,228
0,198
0,288
0,084
0,062
0,229
0,159
0,186
0,068
0,132
0,245
0,161
0,251
0,099
0,121
0,198 0,28 0,297 0,262
0,081 0,212 0,22 0,013
0,149 0,227 0,291 0,179
0,047
0,2 0,262 0,139
0,101 0,241 0,243 0,216
0,232
0,175
0,363
0,113
0,056
0,212
0,113
0,267
0,064
0,078
2010
2011
2012
0,172 0,188 0,147 0,155 0,175 0,115 0,232 0,263 0,162
Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh
dari setiap penjualan yang dilakukan perusahaan. Selama tiga tahun pengamatan,
nilai rasio ini menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Rata-rata nilai NPM industri
pada tahun 2010, 2011 dan 2012 adalah sebesar 0,172, 0,188, dan 0,147.
Perkembangan nilai Net Profit Margin kelima perusahaan dapat terlihat pada
gambar 12.
0.4
0.35
0.3
AALI
0.25
SGRO
LSIP
0.2
TBLA
0.15
SMAR
0.1
Rata-rata industri
0.05
0
2010
2011
2012
Gambar 12 Perkembangan Net Profit Margin PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
Pada tahun 2010, terdapat dua perusahaan yang memiliki nilai NPM lebih
besar daripada rata-rata industri yaitu PT LSIP, PT AALI dan PT SGRO. PT LSIP
memiliki nilai NPM tertinggi yaitu sebesar 0,288. PT AALI dan PT SGRO
memiliki nilai NPM sebesar 0,228 dan 0,198. Sedangkan PT TBLA dan PT
42
SMAR memiliki nilai NPM kurang dari rata-rata industri, yaitu sebesar 0,084 dan
0,062.
Pada tahun 2011, hanya PT LSIP dan PT AALI yang memiliki nilai NPM
lebih besar daripada rata-rata industri yaitu sebesar 0,363 dan 0,232. Sedangkan
nilai NPM PT SGRO, PT TBLA dan PT SMAR masih berada di bawah rata-rata
industri yaitu sebesar 0,175, 0, 113 dan 0,056.
Pada tahun 2012, PT LSIP dan PT AALI tetap memiliki nilai NPM lebih
besar daripada rata-rata industri. Nilai NPM PT LSIP tertinggi yaitu sebesar 0,267
dan nilai NPM PT AALI sebesar 0,212. Sedangkan nilai NPM PT SGRO, PT
SMAR, dan PT TBLA berada di bawah rata-rata industri yaitu sebesar 0,113,
0,078, dan 0,064.
Selama tiga tahun pengamatan, PT LSIP memiliki nilai NPM tertinggi.
Sedangkan PT SGRO, PT TBLA, PT SMAR memiliki nilai NPM di bawah ratarata industri. Hal tersebut disebabkan oleh EAT perusahaan yang rendah.
Sedangkan pada PT SMAR, EAT perusahaan tinggi, namun tidak sebanding
dengan penjualan perusahaan yang sangat tinggi.
Return On Investment (ROI)
Return On Investment kelima perusahaan yang diteliti pada periode tahun
2010 hingga tahun 2012 menunjukkan tren yang berfluktuatif. Nilai rasio rata-rata
industri pada tahun 2010, 2011, dan 2012 adalah 0,155, 0,175, dan 0,115.
Semakin tinggi nilai ROI menunjukkan semakin baik kemampuan perusahaan
dalam mengelola aset yang dimiliki. Perkembangan nilai Return on Investmen
kelima perusahaan dapat terlihat pada gambar 13
0.3
0.25
AALI
0.2
SGRO
LSIP
0.15
TBLA
0.1
SMAR
0.05
Rata-rata industri
0
2010
2011
2012
Gambar 13 Perkembangan Return on Investment PT AALI, PT SGRO, PT LSIP,
PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
PT AALI memiliki nilai ROI sebesar 0,229 pada tahun 2010. Arti nilai
tersebut adalah dalam setiap satu rupiah aset yang dimiliki perusahaan akan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,229,- (dalam jutaan). Nilai tersebut
adalah nilai ROI tertinggi pada tahun itu. Pada tahun 2011, nilai ROI PT AALI
43
mengalami peningkatan menjadi 0,245. Selanjutnya pada tahun 2012, nilai
tersebut menurun menjadi 0,198 namun merupakan nilai ROI tertinggi pada tahun
tersebut.
PT SGRO mengalami tren nilai ROI yang menurun pada periode tahun
2010 hingga tahun 2012. Pada tahun 2010, PT SGRO memiliki nilai ROI sebesar
0,159. Nilai tersebut sedikit lebih tinggi daripada rata-rata industri yang sebesar
0,155. Pada tahun 2011, nilai ROI PT SGRO mengalami peningkatan menjadi
0,161 namun berada di bawah rata-rata industri. Selanjutnya pada tahun 2012,
nilai ROI PT SGRO kembali menurun menjadi 0,081 dan berada di bawah ratarata industri.
Pada tahun 2010, PT LSIP memiliki nilai ROI sebesar 0,186 dan
meningkat drastis menjadi 0,251 pada tahun 2011. Nilai tersebut merupakan nilai
ROI tertinggi pada tahun itu. Pada tahun 2012 nilai ROI PT LSIP mengalami
penurunan menjadi 0,149 namun tetap berada di atas rata-rata industrinya.
PT SMAR memiliki nilai ROI lebih rendah dari rata-rata industri pada
tahun 2010, yaitu 0,132. Pada tahun 2011, nilai ROI perusahaan mengalami
penurunan menjadi 0,121 dan masih berada di bawah rata-rata industri. Pada
tahun 2012, nilai ROI perusahaan terus mengalami penurunan menjadi 0,101.
PT TBLA memiliki nilai ROI terendah pada periode ini. Pada tahun 2010,
PT TBLA memiliki nilai ROI sebesar 0,068. Nilai tersebut meningkat pada tahun
2011 menjadi 0,099 namun tetap merupakan nilai ROI terendah. Pada tahun 2012,
nilai ROI perusahaan kembali menurun menjadi 0,047. Hal ini menunjukkan
bahwa PT TBLA belum mampu mengelola aset yang dimiliki dengan baik.
Return On Equity (ROE)
Return On Equity bertujuan untuk menggambarkan seberapa besar
kemampuan pendapatan bersih perusahaan yang dapat diperoleh para pemegang
saham atas modal yang disetor. Dalam tiga tahun pengamatan, nilai rasio
mengalami tren yang berfluktuasi. Rata-rata nilai rasio industri pada tahun 2010,
2011, 2012 yaitu 0,232, 0,263, dan 0,162. Perkembangan nilai Return on Equity
kelima perusahaan dapat terlihat pada gambar 14.
44
0.35
0.3
0.25
AALI
SGRO
0.2
LSIP
0.15
TBLA
SMAR
0.1
Rata-rata industri
0.05
0
2010
2011
2012
Gambar 14 Perkembangan Return On Equity PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
Pada tahun 2010, nilai ROE tertinggi dimiliki oleh PT AALI yaitu sebesar
0,28, yang berarti dalam setiap Rp. 1,00,- modal sendiri yang ditanamkan,
perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,28,-. Hanya PT AALI dan PT
SMAR yang memiliki nilai ROE lebih besar daripada rata-rata industri yaitu
sebesar 0,241. Sedangkan PT LSIP, PT SGRO dan PT TBLA memiliki nilai ROE
kurang dari rata-rata industri, yaitu sebesar 0,227, 0,212, dan 0,2.
Pada tahun 2011, PT AALI memiliki nilai ROE tertinggi, yaitu sebesar
0,297. Nilai tersebut meningkat dari tahun sebelumnya. PT LSIP memiliki nilai
ROE sebesar 0,291 yang meningkat dari tahun sebelumnya dan lebih tinggi dari
rata-rata industri. Sedangkan PT TBLA, PT SMAR, dan PT SGRO masih berada
di bawah rata-rata industri yaitu sebesar 0,262, 0,243 dan 0,22.
Pada tahun 2012, kelima perusahaan yang diamati mengalami tren nilai
ROE yang menurun. PT AALI, PT SMAR dan PT LSIP memiliki nilai ROE lebih
tinggi daripada rata-rata industri, yaitu sebesar 0,262, 0,216, dan 0,179.
Sedangkan PT TBLA dan SGRO masih berada di bawah rata-rata industri, yaitu
sebesar 0,139 dan 0,013.
Selama tiga periode pengamatan, PT AALI memiliki nilai Return On
Equity terbaik. Sedangkan PT SGRO dan PT TBLA memiliki kinerja yang kurang
baik yang disebabkan oleh rendahnya laba bersih perusahaan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kedua perusahaan tersebut belum mampu menggunakan
modal sendiri secara efisien.
Analisis Economic Value Added (EVA)
Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan dengan pendekatan Economic
Value Added (EVA) pada periode tahun 2010 hingga 2012 (tabel 12) dari lima
perusahaan yang dianalisis, hanya PT Sinar Mas Agro Resources and Technology
Tbk (SMAR) yang memiliki nilai EVA selalu positif pada periode tersebut. PT
Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP),
45
dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki nilai EVA yang fluktuatif
dan negatif pada akhir periode. Sedangkan nilai EVA PT Sampoerna Agro Tbk
(SGRO) hanya positif pada tahun 2010.
Nilai EVA yang positif menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang
baik dan mampu menciptakan nilai tambah atas penggunaan modal kepada para
penyandang dana, sedangkan nilai EVA yang negatif berarti kinerja perusahaan
yang buruk dan memusnahkan nilai yang seharusnya didapatkan para penyandang
dana. Perusahaan yang mampu menghasilkan EVA yang positif berarti pihak
manajemennya telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan. Penciptaan nilai ini dihasilkan dari perolehan keuntungan ekonomis
atas biaya modal.
Tabel 12 Perkembangan NOPAT, WACC, dan EVA PT AALI, PT SGRO, PT
LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR, 2010-2012 (dalam Jutaan Rupiah)
No Emiten
1 AALI
2 SGRO
3 LSIP
4 TBLA
5 SMAR
2010
547.707
485.613
1.056.055
341.525
1.529.323
NOPAT
2011
2.504.371
575.396
1.705.386
512.757
2.079.384
2012
2.549.462
373.020
1.119.234
366.905
2.419.878
2010
418.709
131.372
59.269
153.787
734.534
Biaya Modal
2011
2012
1.246.324 10.053.654
837.375 4.467.794
664.315 10.478.571
289.296 2.224.604
568.599 377.083
2010
128.998
354.242
996.786
187.738
794.789
EVA
2011
1.258.047
(261.978)
1.041.071
223.461
1.510.785
2012
(7.504.192)
(4.094.775)
(9.359.337)
(1.857.699)
2.042.795
Pada tahun 2010, kelima perusahaan yang dianalisis memiliki nilai EVA
yang positif. Selanjutnya pada tahun 2011 hampir semua perusahaan mengalami
peningkatan nilai EVA, hanya PT SGRO yang bernilai negatif. Tetapi pada tahun
2012, empat perusahaan, yaitu PT AALI, PT SGRO, PT LSIP dan PT TBLA
mengalami penurunan nilai EVA yang sangat drastis. Keempat perusahaan
tersebut memiliki nilai EVA yang negatif. Sedangkan nilai EVA PT SMAR tetap
meningkat hingga mencapai angka 2.042.795 (dalam jutaan rupiah) pada tahun
2012. Perkembangan nilai EVA kelima perusahaan terlihat pada gambar 15.
46
4,000,000
2,000,000
AALI
SGRO
LSIP
TBLA
SMAR
(2,000,000)
(4,000,000)
(6,000,000)
(8,000,000)
(10,000,000)
2010
2011
2012
Gambar 15 Perkembangan nilai Economic Value Added PT AALI, PT SGRO, PT
LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
Nilai EVA sangat dipengaruhi oleh Net Operating Profit After Tax
(NOPAT) dan biaya modal. Jika nilai NOPAT meningkat, sedangkan biaya modal
tetap maka nilai EVA akan meningkat, begitupun sebaliknya. Jika keduanya
meningkat, maka pertambahan nilai EVA dapat dilihat dari seberapa besar
pertambahan NOPAT dan biaya modal. Perkembangan nilai NOPAT kelima
perusahaan terlihat pada gambar 16.
3,000,000
2,500,000
2,000,000
2010
1,500,000
2011
2012
1,000,000
500,000
AALI
SGRO
LSIP
TBLA
SMAR
Gambar 16 Perkembangan nilai NOPAT PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
47
NOPAT merupakan laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah
dikurangi pajak perusahaan. Berdasarkan tiga tahun pengamatan, nilai NOPAT
terendah dimiliki oeh PT TBLA pada tahun 2011, yaitu sebesar Rp. 341.525,(dalam jutaan rupiah). Hal ini disebabkan oleh laba bersih perusahaan yang
rendah pada tahun tersebut.
12,000,000
10,000,000
8,000,000
2010
6,000,000
2011
2012
4,000,000
2,000,000
AALI
SGRO
LSIP
TBLA
SMAR
Gambar 17 Perkembangan biaya Modal PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT
TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri
Biaya modal diperoleh dari hasil perkalian Weighted Average Cost of
Capital (WACC) dengan total struktur modal. WACC merupakan tingkat
pengembalian minimum yang dibobot berdasarkan proporsi masing-masing
instrumen pembiayaan dalam struktur permodalan perusahaan yang harus
dihasilkan perusahaan untuk memenuhi ekspektasi kreditur dan pemegang saham.
Total struktur modal diperoleh dari jumlah utang jangka panjang dan ekuitas.
Biaya modal terendah dimiliki PT LSIP pada tahun 2010, yaitu sebesar Rp. 59.
269,- (dalam jutaan rupiah). Sedangkan biaya modal tertinggi juga dimiliki PT
LSIP pada tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 10.478.570,5 (dalam jutaan rupiah).
Perbedaan biaya modal ini disebabkan oleh perbedaan WACC. Nilai WACC
dipengaruhi nilai biaya utang saham (kd) dan biaya modal saham (ke). Pada tahun
2012, biaya utang saham perusahaan yang diamati kecuali PT SMAR, memiliki
nilai yang lebih besar dari satu. Hal tersebut disebabkan oleh nilai beta atau risiko
perusahaan yang tinggi. PT SMAR memiliki nilai kd lebih kecil dari satu selama
periode pengamatan yang disebabkan oleh nilai beta yang negatif. Nilai beta yang
tinggi menunjukkan adanya pergerakan return portofolio pasar yang berpengaruh
besar terhadap return sekuritas perusahaan.
Berdasarkan analisis tiga tahun pengamatan, terlihat bahwa PT SMAR
memiliki nilai EVA yang paling baik. Hal tersebut menunjukkan perusahaan
memiliki kinerja keuangan yang baik dalam memberikan nilai tambah ekonomis
kepada para penyandang dana. Kinerja tersebut dipengaruhi oleh pergerakan nilai
saham perusahaan yang cenderung meningkat dalam periode pengamatan
48
sehingga tingkat risiko atau nilai beta perusahaan relatif kecil. Tidak seperti
keempat perusahaan lainnya yang memiliki nilai saham sangat berfluktuatif dan
cenderung menurun yang mengakibatkan tingkat risiko perusahaan tinggi.
Pergerakan nilai saham kelima perusahaan dapat terlihat dalam gambar 18.
SGRO
AALI
4000
30000
3000
20000
LSIP
May-12
Sep-12
Sep-11
Jan-12
Jan-11
May-11
Jul-12
Jul-11
Jul-10
Jan-10
0
Jan-12
0
Jan-11
1000
Jan-10
10000
May-10
Sep-10
2000
SMAR
Dec-12
Jul-12
Dec-12
Dec-12
Feb-12
Jul-12
Jul-12
Sep-11
Feb-12
Feb-12
Sep-11
Apr-11
Nov-10
Jun-10
Jan-10
0
Apr-11
5000
Nov-10
10000
Jun-10
8000
6000
4000
2000
0
Jan-10
15000
TBLA
800
600
400
200
Sep-11
Apr-11
Nov-10
Jun-10
Jan-10
0
Gambar 18 Perkembangan nilai saham kelima perusahaan periode Januari 2010
hingga Desember 2012
Hal yang berbeda terjadi pada PT SGRO. Berdasarkan analisis EVA, PT
SGRO memiliki kinerja keuangan paling buruk pada tiga tahun pengamatan. Nilai
EVA perusahaan hanya positif pada tahun 2010. Pada tahun 2011 dan tahun 2012,
EVA perusahaan bernilai negatif. Hal tersebut disebabkan oleh nilai WACC yang
meningkat sehingga menyebabkan biaya modal meningkat drastis, namun tidak
setara dengan peningkatan NOPAT akibatnya nilai EVA perusahaan menurun dan
bernilai negatif.
49
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan
Dari hasil analisis kinerja keuangan dari tiga tahun periode pengamatan,
diperoleh berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Berdasarkan analisis rasio keuangan, kinerja keuangan perusahaan
dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas, tingkat likuiditas, dan
aktivitas perusahaan.
Tingkat profitabilitas perusahaan terdiri dari Net Profit Margin (NPM),
Return On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE). Nilai rasio
profitabilitas perusahaan sangat ditentukan oleh besarnya laba bersih perusahaan.
Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat laba bersih perusahaan antara lain
beban operasional dan beban non operasional perusahaan, seperti beban bunga
perusahaan. Selain itu, tingkat penjualan perusahaan juga menentukan laba bersih
dan profitabilitas perusahaan. Bagi perusahaan kelapa sawit, krisis harga CPO
dunia mengakibatkan penjualan perusahaan menurun, namun tidak disertai oleh
turunnya beban-beban perusahaan. Oleh karena itu laba bersih perusahaan pun
menurun.
Tingkat solvabilitas perusahaan terdiri dari Debt to Equity Ratio (DER) dan
Debt to Assets Ratio (DAR). Faktor yang mempengaruhi tingkat solvabilitas
perusahaan antara lain total utang, total aktiva dan ekuitas perusahaan. Semakin
tinggi total utang perusahaan, tanpa disertai peningkatan total aktiva maupun
ekuitas perusahaan, maka semakin tinggi tingkat solvabilitas perusahaan. Tingkat
solvabilitas perusahaan yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang kurang
baik.
Tingkat likuiditas perusahaan terdiri dari current ratio, quick ratio, dan cash
ratio. Faktor yang mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan adalah banyaknya
jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Aktiva lancar yang tersedia di
perusahaan antara lain, kas dan setara kas, persediaan, piutang usaha dan
persediaan. Tingginya jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan
menunjukkan perusahaan memiliki tingkat keamanan yang baik karena mampu
memenuhi setiap kewajiban jangka pendeknya dengan aktivanya yang paling
lancar.
Aktivitas perusahaan dinilai berdasarkan perputaran persediaan, perputaran
aktiva tetap, dan perputaran total aktiva. Rasio perputaran persediaan
menggambarkan aktivitas jangka pendek perusahaan sedangkan rasio perputaran
aktiva tetap dan perputaran total aktiva menggambarkan aktivitas jangka panjang
perusahaan. Faktor yang mempengaruhinya antara lain penjualan, persediaan,
aktiva tetap, dan total aktiva. Peningkatan jumlah penjualan perusahaan dapat
meningkatkan efektivitas aktivitas bisnis perusahaan.
Berdasarkan analisis EVA, kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja
keuangan antara lain harga CPO dunia, nilai Indeks Saham Harga Gabungan
(IHSG) dan tingkat Suku Bunga Indonesia (SBI). Pada tahun 2012, harga minyak
sawit dunia menurun, akibatnya hampir semua perusahaan yang diamati
mengalami penurunan kinerja keuangan. Saat nilai IHSG dan SBI menurun akan
mengakibatkan tingkat risiko perusahaan meningkat yang akan menyebabkan nilai
EVA menurun. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi kinerja keuangan
antara lain harga saham perusahaan, utang jangka panjang dan beban-beban
50
perusahaan, baik beban operasional maupun beban non operasional perusahaan.
Harga saham perusahaan yang fluktuatif mempengaruhi tingkat risiko perusahaan
yang nantinya akan mempengaruhi biaya modal dan nilai Economic Value Added
perusahaan. Utang jangka panjang perusahaan yang terlalu tinggi juga dapat
menurunkan NOPAT perusahaan. Sesuai dengan penelitian Febriandi (2011),
beban operasional dan beban operasional mempengaruhi langsung terhadap
tingkat laba bersih perusahaan. Saat beban-beban perusahaan meningkat, namun
tidak diiringi oleh peningkatan pendapatan, akan menyebabkan laba bersih
perusahaan menurun.
Implikasi Manajerial
Berdasarkan analisis rasio dan analisis EVA selama periode tahun 2010
hingga 2012, hal-hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperbaiki kinerja
keuangannya, antara lain:
1. PT Astra Agro Lestari Tbk
Berdasarkan analisis rasio keuangan, tingkat profitabilitas
solvabilitas dan aktivitas perusahaan telah menunjukkan kinerja yang baik.
Namun, tingkat likuiditas perusahaan belum cukup baik. Strategi yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan antara
lain dengan meningkatkan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk
menjamin kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Jumlah kas dan setara
kas perusahaan perlu ditingkatkan karena merupakan aktiva lancar yang
paling likuid. Sehingga saat dilikuidasi, perusahaan mampu membayar
kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang tersedia.
Berdasarkan analisis Economic Value Added, PT AALI telah
memiliki kinerja keuangan yang baik pada tahun 2010 dan tahun 2011.
Namun, pada tahun 2012, perusahaan menunjukkan kinerja keuangan yang
kurang baik. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya biaya modal
perusahaan secara drastis namun tidak diikuti oleh peningkatan NOPAT
yang setara. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah turunnya
harga minyak sawit dunia. Untuk memperbaiki kinerja keuangan
perusahaan dengan keadaan yang seperti itu, perusahaan harus mengurangi
biaya modal. Perusahaan perlu mengurangi utang jangka panjang dan
biaya-biaya operasionalnya. Sehingga biaya modal perusahaan akan
menurun seiring dengan peningkatan NOPAT dan nilai EVA perusahaan
dapat kembali positif.
2. PT Sampoerna Agro Tbk
Berdasarkan analisis rasio keuangan, perusahaan menunjukkan
kinerja keuangan yang kurang baik. Selama periode pengamatan, hanya
tingkat solvabilitas perusahaan yang menunjukkan kinerja yang baik.
Sedangkan tingkat profitabilitas, likuiditas dan aktivitas perusahaan tidak
baik. Tingkat profitabilitas dan likuiditas perusahaan hanya baik pada awal
periode. Strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja
keuangan perusahaan antara lain dengan meningkatkan penjualan
perusahaan, meningkatkan aktiva lancar perusahaan, dan meningkatkan
laba bersih perusahaan. PT SGRO memiliki jumlah penjualan yang paling
rendah daripada keempat perusahaan lainnya. Perusahaan perlu melakukan
51
peningkatan produksi dan perbaikan strategi pemasaran sehingga
penjualan perusahaan dapat meningkat.
Perusahaan perlu meningkatkan aktiva lancar untuk menjamin
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Selain itu, perusahaan juga perlu
meningkatkan laba bersihnya. Salah satu cara perusahaan meningkatkan
laba bersih antara lain dengan menekan beban-beban operasional.
Berdasarkan analisis Economic Value Added, kinerja keuangan PT
SGRO hanya memiliki kinerja keuangan yang baik pada tahun 2010. Pada
tahun 2011 dan tahun 2012 kinerja keuangan perusahaan menunjukkan
nilai yang kurang baik. Hal tersebut disebabkan oleh biaya modal
perusahaan yang jauh lebih tinggi daripada NOPAT. Yang perlu dilakukan
perusahaan untuk memperbaiki kinerjanya adalah dengan menekan biayabiaya operasional sehingga NOPAT dapat meningkat.
3. PT PP London Sumatera Indonesia Tbk
Berdasarkan analisis rasio keuangan, perusahaan memiliki kinerja
keuangan yang cukup baik. Tingkat profitabilitas, solvabilitas dan
likuiditas yang baik. Hanya tingkat aktivitas perusahaan yang perlu
diperbaiki. Strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperbaiki
kinerja keuangannya antara lain dengan meningkatkan penjualan dan
mengurangi persediaan perusahaan yang menumpuk.
Berdasarkan analisis Economic Value Added, PT LSIP memiliki
kinerja keuangan yang baik pada tahun 2010 dan 2011. Namun, pada
tahun 2012 perusahaan menunjukkan kinerja yang kurang baik. Hal
tersebut disebabkan oleh oleh meningkatnya biaya modal sebagai akibat
dari meningkatnya WACC, namun NOPAT perusahaan menurun.
Akibatnya nilai EVA perusahaan menjadi negatif. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki kinerja keuangan, perusahaan perlu menekan biaya-biaya
operasional dan mengurangi utang jangka panjang.
4. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk
Berdasarkan analisis rasio keuangan, perusahaan memiliki kinerja
keuangan yang kurang baik. Tingkat solvabilitas, profitabilitas dan
likuiditas perusahaan dinilai kurang baik. Perusahaan perlu meninjau ulang
kebijakan perkreditan yang dilakukannya. Aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh utang lebih banyak daripada oleh modal sendiri. Sehingga
tingkat keamanan dan laba bersih perusahaan tidak maksimal. Untuk
memperbaiki hal tersebut, perusahaan perlu mengurangi utang perusahaan,
baik utang jangka panjang maupun utang jangka pendek.
Berdasarkan analisis Economic Value Added, perusahaan memiliki
kinerja keuangan yang paling baik. Nilai EVA perusahaan selalu positif
dalam tiga periode pengamatan. Pada tahun 2012, Perusahaan mampu
mempertahankan EVA yang positif di saat perusahaan lain mengalami
kehancuran modal akibat harga minyak sawit dunia yang menurun. Untuk
selanjutnya perusahaan hanya perlu mempertahankan kinerja keuangan
yang dimilikinya.
5. PT Tunas Baru Lampung Tbk
Berdasarkan analisis rasio keuangan, perusahaan memiliki kinerja
keuangan paling buruk. Tingkat solvabilitas, aktivitas, profitabilitas,
maupun likuiditas perusahaan menunjukkan nilai yang dibawah rata-rata
52
industrinya. Perusahaan memiliki nilai laba bersih yang paling rendah
dibanding keempat perusahaan lainnya. Hal tersebut disebabkan penjualan
perusahaan yang kurang baik disertai utang perusahaan yang tinggi. Untuk
memperbaiki hal tersebut, perusahaan perlu meningkatkan penjualan dan
menekan beban-beban operasional. Perusahaan dapat melakukan
revitalisasi perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan produksi
perusahaan namun tetap memperhatikan biaya-biaya yang dikeluarkan
perusahaan.
Berdasarkan analisis Economic Value Added, perusahaan memiliki
kinerja keuangan yang baik pada tahun 2010 dan tahun 2011. Namun pada
tahun 2012, perusahaan memiliki nilai EVA yang negatif. Hal tersebut
disebabkan biaya modal perusahaan yang meningkat, namun NOPAT
menurun. Sehingga untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan
diperlukan penekanan biaya-biaya operasional dengan mengurangi
aktivitas yang akan mengurangi nilai.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Selama tiga tahun periode analisis, dapat diketahui bahwa perkembangan
keuangan kelima perusahaan kelapa sawit, PT Astra Agro Lestari Tbk, PT
Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas
Baru Lampung dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk,
mengalami fluktuasi kinerja keuangan dengan kecenderungan tren yang
menurun pada akhir periode. Berdasarkan analisis rasio keuangan, PT Tunas
Baru Lampung Tbk memiliki kinerja keuangan yang kurang baik. Hal
tersebut disebabkan utang perusahaan yang terlalu tinggi dan tingkat
penjualan yang kurang baik. Berdasarkan analisis Economic Value Added, PT
Sampoerna Agro Tbk dinilai memiliki kinerja keuangan yang paling buruk
karena nilai EVA perusahaan yang negatif pada pada tahun 2011 dan tahun
2012.
2. Berdasarkan analisis rasio keuangan, kinerja keuangan perusahaan
dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas, tingkat likuiditas,
dan aktivitas perusahaan. Tingkat profitabilitas ditentukan oleh besarnya laba
bersih perusahaan. Tingkat solvabilitas dipengaruhi total utang, total aktiva
dan ekuitas perusahaan. Tingkat likuiditas dipengaruhi banyaknya jumlah
aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Rasio aktivitas perusahaan
dipengaruhi penjualan, persediaan, aktiva tetap, dan total aktiva. Berdasarkan
analisis EVA, kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja keuangan
antara lain harga CPO dunia, nilai Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG)
dan tingkat Suku Bunga Indonesia (SBI). Sedangkan faktor internal yang
mempengaruhi kinerja keuangan antara lain harga saham perusahaan, utang
jangka panjang dan laba bersih perusahaan.
53
Saran
1. Bagi kelima perusahaan yang diamati, dalam menghadapi krisis harga minyak
sawit dunia sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan biaya-biaya
operasional dan kebijakan perkreditan yang dilakukannya. Perusahaan perlu
memperbaiki nilai-nilai rasio-rasio keuangan agar dapat meningkatkan
predikat baik di mata para investor. Dengan predikat baik, perusahaan akan
memperoleh kepercayaan masyarakat untuk membeli saham perusahaannya.
PT Tunas Baru Lampung Tbk yang memiliki kinerja keuangan paling buruk
berdasarkan analisis rasio keuangan perlu memperbaiki nilai rasio-rasio
keuangannya. PT Tunas Baru Lampung Tbk perlu meningkatkan penjualan
dan menekan beban-beban operasional. Sedangkan berdasarkan analisis
Economic Value Added, PT Sampoerna Agro Tbk yang memiliki kinerja
keuangan paling buruk, perusahaan perlu memperbaiki nilai EVA sehingga
nilai EVA perusahaan kembali positif. PT Sampoerna Agro Tbk perlu
meningkatkan penjualan perusahaan, meningkatkan aktiva lancar perusahaan,
dan meningkatkan laba bersih perusahaan. Selain itu perusahaan perlu
menekan biaya-biaya operasional
2. Bagi investor, sebaiknya para investor yang tertarik untuk berinvestasi pada
industri perkebunan kelapa sawit tidak hanya melihat pada rasio-rasio
keuangan saja, namun juga memperhatikan penciptaan nilai oleh perusahaan
berdasarkan nilai EVA. Investor juga perlu melihat keadaan perusahaan yang
sejenisnya. Jika rasio keuangan perusahaan masih berada di atas rata-rata
industri sejenisnya maka investor masih aman untuk menanamkan modalnya
di perusahaan tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong M. 2004. Performance Management. Jogjakarta (ID): Tugu
Amri A. 2013. Mereka yang Berkibar saat IHSG Rontok. [Internet]. [diunduh
2014 Feb 16]. Tersedia pada: http://fokus.kontan.co.id/news/mereka-yangberkibar-saat-ihsg-rontok
Aryani D. 2011. Kajian terhadap Kinerja Keuangan pada PT Goodyear Indonesia
Tbk Berbasis Laporan Keuangan Periode 2006-2010. [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor
Barus B. 2010. Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk 2006-2009.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2013. IDX Quarterly Statistic 2012. Jakarta (ID):
BEI
Blocher E, Chen K, Cokins G, Lin T. 2007. Manajemen Biaya: Penekanan
Strategis. Jakarta (ID): Salemba Empat.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. Jakarta (ID):
BPS
Fahmi I. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung (ID): Alfabeta
Febriandi R. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Bank Jabar Banten (Persero) Tbk
Periode 2008-2010. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
54
Hansen D, Mowen M. 2001. Manajemen Biaya: Akuntansi dan Pengendalian
Buku 2. Jakarta (ID): Salemba Empat
Harahap S. 1998. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta (ID): PT
Rajagrafindo Persada
Horngren C, Datar S, Foster G. 2006 .Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial
Jilid 1. Edisi 11. Jakarta (ID): Indeks
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Surakarta (ID): Bumi Aksara
Kasmir. 2009. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): Kencana
Keown A, Scott D, Martin J, Petty J. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta (ID): Salemba empat
Keown A, Scott D, Martin J, Petty J. 2004. Manajemen Keuangan: Prinsip-prinsip
dan Aplikasi. Jakarta (ID): Indeks
Longenecker J, Palich L, Petty J, Hoy F. 2012. Small Business Management:
Launching and Growing Entrepreneurial Ventures Sixteenth Edition. Cengage
Meliala W. 2011. Analisis Kinerja Keuangan pada PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk dengan Metode Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Mondy R. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 10 jilid 1. Jakarta (ID):
Erlangga
Mubarok R. 2009. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode
Economic Value Added (EVA) (Studi Kasus Perusahaan Otomotif Go Public).
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Muis M. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia pada Kinerja Industri. Bogor
(ID): Penerbit IPB Press
Nawawi H. 2006. Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan
dan Industri. Jogjakarta (ID):Gadjah Mada University Press
Ningrum A. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Go
Public dengan Metode Economic Value Added (EVA). [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Orniati Y. 2009. Laporan Keuangan sebagai Alat untuk Menilai Kinerja
Keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis Nomor 3 hal: 206-213
Pahan I. 2007. Panduan lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Bogor (ID): Penebar Swadaya
Prastowo D, Juliaty R. 2005. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi.
Edisi kedua. Jogjakarta (ID): UPPM STIM YKPN
Prihadi T. 2010. Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PPM
Rivai V. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori
ke Praktik. Jakarta (ID): PT Rajagrafindo Persada
Sawir A. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama
Simanjuntak P. 2011. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta (ID): Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Ujiyantho M, Pramuka B. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen
Laba, dan Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Go Public Sektor
Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi. Makassar. Hal: 1-26
Wibisono D. 2006. Manajemen Kinerja: Konsep, Desain, dan Teknik
Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta (ID): Erlangga
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta (ID); PT Raja Grafindo Persada
55
Wibowo dan Arief A. 2009. Akuntansi Keuangan Dasar. Edisi 2. Jakarta (ID):
Grasindo
Young S, O’byrne S. 2001. Eva dan Manajemen Berdasarkan Nilai: Panduan
Praktis untuk Implementasi. Jakarta (ID): Salemba Empat
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Kuesioner 1
KUESIONER PENELITIAN
Kepada PT Bursa Efek Indonesia,
Jalan Jenderal Soedirman Kav. 52-53 Jakarta
Saya Resty Istiarti, Mahasiswa semester 8 Departemen Agribisnis Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan penelitian
dengan judul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT GO PUBLIC DI INDONESIA (Studi Kasus PT Astra Agro
Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia
Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and
Technology Tbk)” guna penyelesaian tugas akhir untuk mendapatkan gelas
sarjana ekonomi. Saya membutuhkan beberapa data mengenai laporan keuangan
tiga perusahaan kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT
Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT PP
London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA),
dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR). Data yang saya
butuhkan telah disusun menjadi kuesioner ini. Informasi yang diterima dalam
kuesioner ini hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Terima kasih atas
bantuan dan kerja sama Bapak/Ibu/saudara.
(Petunjuk: isilah pertanyaan berikut dalam satuan juta rupiah)
i.
Likuiditas
Emiten
No.
Keterangan
Tahun AALI SGRO LSIP SMAR TBLA
1.
Aktiva Lancar
2010
2011
2012
2.
Utang Lancar
2010
2011
2012
3.
Persediaan
2010
2011
2012
4.
Kas dan Setara kas
2010
2011
56
2012
ii.
Solvabilitas
No.
Keterangan
5.
Total Aktiva
6.
Total Utang
7.
Ekuitas
iii.
Aktivitas
No.
Keterangan
8.
Penjualan
9.
Persediaan
10.
Aktiva Tetap
11.
Total Aktiva
iv.
Profitabilitas
No.
Keterangan
12. EAT
13.
Penjualan
14.
Total Aktiva
Emiten
Tahun AALI SGRO LSIP SMAR TBLA
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
Emiten
Tahun AALI SGRO LSIP SMAR TBLA
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
Emiten
Tahun AALI SGRO LSIP SMAR TBLA
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
57
2011
2012
15.
Ekuitas
v.
EVA
No.
Keterangan
1.
Beban Bunga
2.
Utang Jangka
Panjang
3.
Pajak
4.
Laba Bersih
2010
2011
2012
Emiten
Tahun AALI SGRO LSIP SMAR TBLA
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
5. Harga Saham Perusahaan
Tahun
Bulan
2010 Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
2011 Januari
Februari
Maret
Emiten
AALI SGRO LSIP SMAR TBLA
58
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
2012 Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Tahun Bulan
IHSG
2010 Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
2011 Januari
Februari
Maret
April
Mei
59
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
2012 Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Kuesioner 2
KUESIONER PENELITIAN
Kepada PT Bank Indonesia,
Jalan M.H Thamrin No 2 Jakarta
Saya Resty Istiarti, Mahasiswa semester 8 Departemen Agribisnis Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan penelitian
dengan judul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT GO PUBLIC DI INDONESIA (Studi Kasus PT Astra Agro
Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia
Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and
Technology Tbk)” guna penyelesaian tugas akhir untuk mendapatkan gelas
sarjana ekonomi. Data yang saya butuhkan telah disusun menjadi kuesioner ini.
Informasi yang diterima dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan
untuk kepentingan akademis. Terima kasih atas bantuan dan kerja sama
Bapak/Ibu/saudara.
(Petunjuk: isilah pertanyaan berikut dalam satuan persen)
Berapakah tingkat Suku Bunga Indonesia (SBI) berjangka selama tiga tahun dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012?
a. 2010
Januari
: _____________________
Februari
: _____________________
Maret
: _____________________
April
: _____________________
Mei
: _____________________
60
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
b. 2011
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
c. 2012
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
: _____________________
:_____________________
Lampiran 2 Perhitungan Rasio-rasio Keuangan
a. PT Astra Agro Lestari Tbk
No
Keterangan
1 Aktiva Lancar
2012
AALI
2011
2010
1.780.395
1.857.025
2.051.177
227.769
838.190
1.240.781
3 Persediaan
1.249.050
769.903
624.694
4 Aktiva tetap
10.639.425
8.347.470
6.740.622
5 Total Aktiva
12.419.820
10.204.495
8.791.799
6 Total Utang
3.054.409
1.778.337
1.334.542
7 Ekuitas
9.365.411
8.426.158
7.211.687
11.564.319
10.772.582
8.843.721
9 EAT
2.453.654
2.498.565
Rasio-rasio
Keuangan
Current ratio
0,68462512 1,26537492
Quick Ratio
0,20432103 0,74076381
Cash Ratio
0,08758527 0,5711418
DER
0,32613721 0,21104957
DAR
0,24593021 0,17426997
PS
9,25849165 13,9921289
NPM
0,21217453 0,23193743
ROI
0,19755954 0,24484945
ROE
0,26199106 0,29652482
PTA
0,93111808 1,05567027
PAT
1,08693083 1,29052060
b. PT PP London Sumatera Indonesia Tbk
2.016.780
2 Kas
8 Penjualan
No Keterangan
2012
1,931697638
1,343391546
1,168506534
0,185052679
0,151793962
14,15688481
0,228046543
0,229393324
0,2796544
1,005905731
1,312003699
LSIP
2011
2010
1 Aktiva Lancar
2.593.816
2.567.657
1.487.257
2 Kas
3 Persediaan
1.799.137
645.954
2.063.982
368.244
1.160.688
264.473
4 Aktiva tetap
4.957.980
4.224.202
4.074.176
62
5 Total Aktiva
7.551.796
6.791.859
5.561.433
6 Total Utang
1.272.083
952.435
1.007.328
7 Ekuitas
6.279.713
5.839.424
4.554.105
8 Penjualan
4.211.578
4.686.457
3.592.568
9 EAT
Rasio-rasio
Keuangan
Current ratio
Quick Ratio
Cash Ratio
DER
DAR
PS
NPM
ROI
ROE
PTA
PAT
1.122.575
1.701.513
1.033.329
3,273028283
2,457925858
2,270255981
0,202570245
0,168447744
6,519934856
0,266544986
0,148650069
0,17876215
0,557692236
0,849454415
4,832545368
4,13947934
3,884586864
0,163104272
0,140231857
12,72649928
0,363070226
0,250522427
0,291383705
0,690010938
1,109430136
2,392654036
1,96717788
1,867279715
0,221191211
0,181127418
13,58387435
0,287629629
0,185802652
0,226900566
0,645978833
0,881790085
c. PT Sampoerna Agro Tbk
No Keterangan
2012
Tahun
2011
2010
1 Aktiva Lancar
819.067
782.630
868.210
2 Kas
228.071
348.688
529.550
3 Persediaan
364.500
333.911
226.434
4 Aktiva tetap
3.318.634
2.628.397
2.007.637
5 Total Aktiva
4.137.700
3.411.026
2.875.847
6 Total Utang
1.470.791
911.516
716.582
26.669.909
2.499.511
2.159.266
2.986.237
3.142.379
2.311.749
336.289
549.523
457.319
7 Ekuitas
8 Penjualan
9 EAT
Rasio-rasio
Keuangan
Current ratio
1,108535103 1,589498273 1,882222493
63
Quick Ratio
0,615216415 0,911335559
Cash Ratio
0,308674763 0,708175354
DER
0,055147967 0,364677578
DAR
0,355461036 0,267226182
PS
8,192695896 9,410841396
NPM
0,112612956 0,174874715
ROI
0,081274365 0,161101841
ROE
0,012609303 0,21985207
PTA
0,721714164 0,921241474
PAT
0,899839312 1,195549686
d. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk
No Keterangan
Tahun
2012
2011
1,391328491
1,148028779
0,331863539
0,249172329
10,20936823
0,197823917
0,159020693
0,211793863
0,803849685
1,151477671
2010
1 Aktiva Lancar
7.345.444
7.943.544
6.237.108
2 Kas
1.183.482
486.225
292.971
3 Persediaan
2.674.693
2.839.141
2.702.534
4 Aktiva tetap
8.901.951
6.778.355
6.238.534
5 Total Aktiva
16.247.395
14.721.899
12.475.642
6 Total Utang
7.809.473
7.386.347
6.499.969
7 Ekuitas
8.939.395
7.335.552
5.833.323
27.526.306
31.676.219
20.265.425
2.152.309
1.785.737
1.260.495
2,09958191
1,335062156
0,338280082
0,873601961
0,480660007
10,29138896
0,078190986
0,132471021
0,240766741
1,694198116
3,092165526
1,869570221
1,201357964
0,114436551
1,006924496
0,501725151
11,15697283
0,056374689
0,121298006
0,24343594
2,151639473
4,673142525
1,518947057
0,86078849
0,071348362
1,114282374
0,521012786
7,498675317
0,062199288
0,101036484
0,21608524
1,62439937
3,248427435
8 Penjualan
9 EAT
Rasio-rasio
Keuangan
Current ratio
Quick Ratio
Cash Ratio
DER
DAR
PS
NPM
ROI
ROE
PTA
PAT
64
e. PT Tunas Baru Lampung Tbk
No Keterangan
2012
Tahun
2011
2010
1 Aktiva Lancar
2 Kas
3 Persediaan
2.318.104
548.332
649.179
1.883.106
544.094
488.998
1.631.470
242.981
477.585
4 Aktiva tetap
2.879.448
2.361.512
2.019.635
5 Total Aktiva
5.197.552
4.244.618
3.651.105
6 Total Utang
3.438.056
2.637.303
2.409.512
7 Ekuitas
1.759.496
1.607.315
1.234.180
8 Penjualan
9 EAT
Rasio-rasio
Keuangan
Current ratio
Quick Ratio
Cash Ratio
DER
DAR
PS
NPM
ROI
ROE
PTA
PAT
3.805.931
243.767
3.731.749
421.127
2.951.114
246.663
1,588052462
1,143322498
0,375643191
1,954000464
0,661476018
5,862683482
0,064049243
0,046900348
0,138543651
0,732254531
1,321757156
1,378348052
1,020423729
0,398252092
1,640812784
0,621328704
7,63141976
0,112849766
0,099214346
0,262006514
0,87917193
1,580237153
1,11101987
0,785788056
0,165468516
1,952317724
0,659940577
6,179249929
0,083583076
0,0675585
0,199859897
0,808279648
1,461211263
Lampiran 3 Perhitungan EVA
1. Perhitungan Rm
2010
2011
2012
Bulan
IHSG
rm
IHSG
Rm
IHSG
Rm
2610,796 0,03016151 3409,167 -0,0794773 3941,693 0,03131901
Januari
2549,033 -0,0236568 3470,348 0,01794603
3985,21 0,01104018
Februari
2777,301 0,08955082 3678,674 0,06003029 4121,551 0,03421175
Maret
2971,252 0,06983435 3819,618 0,03831381 4180,732 0,01435891
April
2796,957 -0,0586605 3836,967 0,00454208 3832,824
-0,083217
Mei
2913,684 0,04173357 3888,569 0,01344864 3955,577 0,03202678
Juni
3069,28 0,05340181
4130,8 0,0622931 4142,337 0,04721435
Juli
3081,884 0,0041065 3841,731 -0,0699789 4060,331
-0,019797
Agustus
65
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Rata-rata
3501,296
3635,324
3531,211
3703,512
37141,53
3095,128
0,13608948 3549,032 -0,0761894 4262,561 0,04980628
0,03827954 3790,847 0,06813548 4350,291 0,02058152
-0,0286393
3715,08 -0,0199868 4276,141 -0,0170448
0,04879374 3821,992 0,02877785 4316,687 0,00948191
0,40099483 44952,825 0,04785488 49425,935 0,12998182
0,03341624 3746,0688 0,00398791 4118,8279 0,01083182
2. Tingkat Suku Bunga Indonesia Tahun 2010-2012
BI Rate
Bulan
2010
2011
2012
Januari
6,5
6,5
6
Februari
6,5
6,75
5,75
Maret
6,5
6,75
5,75
April
6,5
6,75
5,75
Mei
6,5
6,75
5,75
Juni
6,5
6,75
5,75
Juli
6,5
6,75
5,75
Agustus
6,5
6,75
5,75
September
6,5
6,75
5,75
Oktober
6,5
6,5
5,75
November
6,5
6
5,75
Desember
6,5
6
5,75
Jumlah
78
79
69,25
rata-rata
6,5 6,583333333 5,770833333
AALI
2010
Bulan
P
SGRO
2011
Ri
P
2012
Ri
P
2010
Ri
P
LSIP
2011
Ri
P
2012
Ri
P
2010
Ri
P
2011
2012
Ri
P
Ri
P
Ri
Januari
23850
0,048352
21700
-0,17176
20600
-0,05069124
2825
0,046296
2850
-0,9119
3150
0,058824
8500
0,017964
11800
-0,08171
2425
0,077778
Februari
24200
0,014675
21850
0,006912
22300
0,08252427
2725
-0,0354
2600
-0,08772
3475
0,103175
9000
0,058824
2150
-0,8178
2650
0,092784
Maret
24600
0,016529
22700
0,038902
23350
0,047085202
2625
-0,0367
3275
0,259615
3575
0,028777
9800
0,088889
2275
0,05814
2875
0,084906
April
22200
-0,09756
23150
0,019824
21400
-0,08351178
2700
0,028571
3375
0,030534
3275
-0,08392
9700
-0,0102
2450
0,076923
2925
0,017391
Mei
19850
-0,10586
23600
0,019438
20450
-0,04439252
2250
-0,16667
3450
0,022222
2750
-0,16031
8300
-0,14433
2425
-0,0102
2400
-0,17949
Juni
19350
-0,02519
23500
-0,00424
20050
-0,01955990
2275
0,011111
3450
0
2975
0,081818
8300
0
2325
-0,04124
2675
0,114583
Juli
19500
0,007752
23500
0
23000
0,14713217
2425
0,065934
3650
0,057971
3000
0,008403
8850
0,066265
2350
0,010753
2750
0,028037
Agustus
19650
0,007692
21500
-0,08511
22300
-0,03043478
2700
0,113402
3500
-0,0411
2650
-0,11667
9350
0,056497
2400
0,021277
2400
-0,12727
September
20700
0,053435
19300
-0,10233
21950
-0,01569507
2700
0
2900
-0,17143
2900
0,09434
9850
0,053476
2050
-0,14583
2450
0,020833
Oktober
24900
0,202899
21450
0,111399
20950
-0,04555809
3000
0,111111
3025
0,043103
2425
-0,16379
11700
0,187817
2200
0,073171
2325
-0,05102
November
24150
-0,03012
22400
0,044289
18000
-0,14081146
2950
-0,01667
3000
-0,00826
2250
-0,07216
11350
-0,02991
2375
0,079545
1870
-0,1957
Desember
26200
0,084886
21700
-0,03125
19100
0,061111111
3175
0,076271
2975
-0,00833
2450
0,088889
12850
0,132159
2250
-0,05263
2250
0,203209
269150
0,177493
266350
-0,15391
253450
-0,09280208
32350
0,197268
38050
-0,8153
34875
-0,13262
117550
0,477442
37050
-0,82961
29995
0,086042
22429,17
0,014791
22195,83
-0,01283
21120,83
-0,00773351
2695,833
0,016439
3170,833
-0,06794
2906,25
-0,01105
9795,833
0,039787
3087,5
-0,06913
2499,583
0,00717
Jumlah
Rata-rata
3. Perhitungan Ri
SMAR
2010
Bulan
P
TBLA
2011
Ri
P
2012
Ri
P
2010
Ri
p
2011
Ri
P
2012
Ri
P
Ri
Januari
3050
0,196078
5100
0,02
5500
-0,14063
385
0,132353
420
0,02439
600
0,016949
Februari
3000
-0,01639
5050
-0,0098
5600
0,018182
385
0
395
-0,05952
590
-0,01667
Maret
3025
0,008333
5250
0,039604
6500
0,160714
440
0,142857
420
0,063291
630
0,067797
April
4025
0,330579
5400
0,028571
6200
-0,04615
430
-0,02273
470
0,119048
610
-0,03175
Mei
3100
-0,22981
7600
0,407407
7000
0,129032
345
-0,19767
570
0,212766
530
-0,13115
Juni
3500
0,129032
6700
-0,11842
6600
-0,05714
360
0,043478
580
0,017544
520
-0,01887
Juli
3300
-0,05714
7100
0,059701
6450
-0,02273
370
0,027778
750
0,293103
540
0,038462
Agustus
3600
0,090909
6000
-0,15493
6700
0,03876
370
0
660
-0,12
550
0,018519
September
5300
0,472222
6750
0,125
7000
0,044776
390
0,054054
570
-0,13636
510
-0,07273
Oktober
5200
-0,01887
6400
-0,05185
6800
-0,02857
420
0,076923
610
0,070175
510
0
November
4850
-0,06731
6650
0,039063
6800
0
415
-0,0119
640
0,04918
480
-0,05882
Desember
5000
0,030928
6400
-0,03759
6550
-0,03676
410
-0,01205
590
-0,07813
490
0,020833
Jumlah
46950
0,868556
74400
0,346746
77700
0,059479
4720
0,233089
6675
0,455486
6560
-0,16742
Rata-rata
3912,5
0,07238
6200
0,028896
6475
0,004957
393,3333
0,019424
556,25
0,037957
546,6667
-0,01395
68
4. Perhitungan Beta
AALI
2010
2011
2012
Bulan
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Januari
0,03016
0,04835
0,00146
0,00091
-0,07948
-0,17176
0,01365
0,00632
0,03132
-0,05069
-0,0016
0,00098
februari
-0,02366
0,01468
-0,00035
0,00056
0,01795
0,00691
0,00012
0,00032
0,01104
0,08252
0,00091
0,00012
Maret
0,08955
0,01653
0,00148
0,00802
0,06003
0,03890
0,00234
0,00360
0,03421
0,04709
0,00161
0,00117
April
0,06983
-0,09756
-0,00681
0,00488
0,03831
0,01982
0,00076
0,00147
0,01436
-0,08351
-0,0012
0,00021
Mei
-0,05866
-0,10586
0,00621
0,00344
0,00454
0,01944
0,00009
0,00002
-0,08322
-0,04439
0,00369
0,00693
Juni
0,04173
-0,02519
-0,00105
0,00174
0,01345
-0,00424
-0,00006
0,00018
0,03203
-0,01956
-0,0006
0,00103
Juli
0,05340
0,00775
0,00041
0,00285
0,06229
0,00000
0,00000
0,00388
0,04721
0,14713
0,00695
0,00223
Agustus
0,00411
0,00769
0,00003
0,00002
-0,06998
-0,08511
0,00596
0,00490
-0,01980
-0,03043
0,00060
0,00039
September
0,13609
0,05344
0,00727
0,01852
-0,07619
-0,10233
0,00780
0,00580
0,04981
-0,01570
-0,0008
0,00248
Oktober
0,03828
0,20290
0,00777
0,00147
0,06814
0,11140
0,00759
0,00464
0,02058
-0,04556
-0,0009
0,00042
November
-0,02864
-0,03012
0,00086
0,00082
-0,01999
0,04429
-0,00089
0,00040
-0,01704
-0,14081
0,00240
0,00029
Desember
0,04879
0,08489
0,00414
0,00238
0,02878
-0,03125
-0,00090
0,00083
0,00948
0,06111
0,00058
0,00009
Jumlah
0,40099
0,17749
0,02143
0,04560
0,04785
-0,15391
0,03646
0,03236
0,12998
-0,09280
0,01161
0,01634
Beta
-0,09601931
1,169998349
0,940649547
SGRO
2010
2011
2012
Bulan
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Januari
0,03016
0,04630
0,00140
0,00091
-0,07948
-0,91190
0,07248
0,00632
0,03132
0,05882
0,00184
0,00098
69
februari
-0,02366
-0,03540
0,00084
0,00056
0,01795
-0,08772
-0,00157
0,00032
0,01104
0,10317
0,00114
0,00012
Maret
0,08955
-0,03670
-0,00329
0,00802
0,06003
0,25962
0,01558
0,00360
0,03421
0,02878
0,00098
0,00117
April
0,06983
0,02857
0,00200
0,00488
0,03831
0,03053
0,00117
0,00147
0,01436
-0,08392
-0,0012
0,00021
Mei
-0,05866
-0,16667
0,00978
0,00344
0,00454
0,02222
0,00010
0,00002
-0,0832
-0,16031
0,01334
0,00693
Juni
0,04173
0,01111
0,00046
0,00174
0,01345
0,00000
0,00000
0,00018
0,03203
0,08182
0,00262
0,00103
Juli
0,05340
0,06593
0,00352
0,00285
0,06229
0,05797
0,00361
0,00388
0,04721
0,00840
0,00040
0,00223
Agustus
0,00411
0,11340
0,00047
0,00002
-0,0699
-0,04110
0,00288
0,00490
-0,0198
-0,11667
0,00231
0,00039
September
0,13609
0,00000
0,00000
0,01852
-0,0762
-0,17143
0,01306
0,00580
0,04981
0,09434
0,00470
0,00248
Oktober
0,03828
0,11111
0,00425
0,00147
0,06814
0,04310
0,00294
0,00464
0,02058
-0,16379
-0,0034
0,00042
November
-0,02864
-0,01667
0,00048
0,00082
-0,0199
-0,00826
0,00017
0,00040
-0,0170
-0,07216
0,00123
0,00029
Desember
0,04879
0,07627
0,00372
0,00238
0,02878
-0,00833
-0,00024
0,00083
0,00948
0,08889
0,00084
0,00009
Jumlah
0,40099
0,19727
0,02362
0,04560
0,04785
-0,81530
0,11017
0,03236
0,12998
-0,13262
0,02483
0,01634
-0,10581
Beta
3,773464
1,855263
LSIP
2010
2011
2012
Bulan
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Januari
0,03016
0,01796
0,00054
0,00091
-0,0795
-0,08171
0,00649
0,00632
0,03132
0,07778
0,00244
0,00098
februari
-0,0237
0,05882
-0,00139
0,00056
0,01795
-0,81780
-0,01468
0,00032
0,01104
0,09278
0,00102
0,00012
Maret
0,08955
0,08889
0,00796
0,00802
0,06003
0,05814
0,00349
0,00360
0,03421
0,08491
0,00290
0,00117
April
0,06983
-0,01020
-0,00071
0,00488
0,03831
0,07692
0,00295
0,00147
0,01436
0,01739
0,00025
0,00021
Mei
-0,0587
-0,14433
0,00847
0,00344
0,00454
-0,01020
-0,00005
0,00002
-0,0832
-0,17949
0,01494
0,00693
Juni
0,04173
0,00000
0,00000
0,00174
0,01345
-0,04124
-0,00055
0,00018
0,03203
0,11458
0,00367
0,00103
Juli
0,05340
0,06627
0,00354
0,00285
0,06229
0,01075
0,00067
0,00388
0,04721
0,02804
0,00132
0,00223
70
Agustus
0,00411
0,05650
0,00023
0,00002
-0,0699
0,02128
-0,00149
0,00490
-0,0198
-0,12727
0,00252
0,00039
September
0,13609
0,05348
0,00728
0,01852
-0,0762
-0,14583
0,01111
0,00580
0,04981
0,02083
0,00104
0,00248
Oktober
0,03828
0,18782
0,00719
0,00147
0,06814
0,07317
0,00499
0,00464
0,02058
-0,05102
-0,0010
0,00042
November
-0,0286
-0,02991
0,00086
0,00082
-0,0199
0,07955
-0,00159
0,00040
-0,0170
-0,19570
0,00334
0,00029
Desember
0,04879
0,13216
0,00645
0,00238
0,02878
-0,05263
-0,00151
0,00083
0,00948
0,20321
0,00193
0,00009
Jumlah
0,40099
0,47744
0,04041
0,04560
0,04785
-0,82961
0,00983
0,03236
0,12998
0,08604
0,03431
0,01634
Beta
-0,558941963
0,680181459
1,855992597
TBLA
2010
2011
2012
Bulan
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Januari
0,03016
0,13235
0,00399
0,00091
-0,0795
0,02439
-0,00194
0,00632
0,03132
0,01695
0,00053
0,00098
februari
-0,0237
0,00000
0,00000
0,00056
0,01795
-0,05952
-0,00107
0,00032
0,01104
-0,01667
-0,0002
0,00012
Maret
0,08955
0,14286
0,01279
0,00802
0,06003
0,06329
0,00380
0,00360
0,03421
0,06780
0,00232
0,00117
April
0,06983
-0,02273
-0,00159
0,00488
0,03831
0,11905
0,00456
0,00147
0,01436
-0,03175
-0,0005
0,00021
Mei
-0,0586
-0,19767
0,01160
0,00344
0,00454
0,21277
0,00097
0,00002
-0,0832
-0,13115
0,01091
0,00693
Juni
0,04173
0,04348
0,00181
0,00174
0,01345
0,01754
0,00024
0,00018
0,03203
-0,01887
-0,0006
0,00103
Juli
0,05340
0,02778
0,00148
0,00285
0,06229
0,29310
0,01826
0,00388
0,04721
0,03846
0,00182
0,00223
Agustus
0,00411
0,00000
0,00000
0,00002
-0,0699
-0,12000
0,00840
0,00490
-0,0198
0,01852
-0,0004
0,00039
September
0,13609
0,05405
0,00736
0,01852
-0,0762
-0,13636
0,01039
0,00580
0,04981
-0,07273
-0,0036
0,00248
Oktober
0,03828
0,07692
0,00294
0,00147
0,06814
0,07018
0,00478
0,00464
0,02058
0,00000
0,00000
0,00042
November
-0,0286
-0,01190
0,00034
0,00082
-0,0199
0,04918
-0,00098
0,00040
-0,0170
-0,05882
0,00100
0,00029
Desember
0,04879
-0,01205
-0,00059
0,00238
0,02878
-0,07813
-0,00225
0,00083
0,00948
0,02083
0,00020
0,00009
Jumlah
0,40099
0,23309
0,04015
0,04560
0,04785
0,45549
0,04515
0,03236
0,12998
-0,16742
0,01155
0,01634
71
Beta
0,151517035
1,138249772
1,134554121
SMAR
2010
2011
2012
Bulan
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Rm (X)
Ri (Y)
X.Y
X2
Januari
0,03016
0,19608
0,00591
0,00091
-0,0795
0,02000
-0,00159
0,00632
0,03132
-0,14063
-0,0044
0,00098
februari
-0,0236
-0,01639
0,00039
0,00056
0,01795
-0,00980
-0,00018
0,00032
0,01104
0,01818
0,00020
0,00012
Maret
0,08955
0,00833
0,00075
0,00802
0,06003
0,03960
0,00238
0,00360
0,03421
0,16071
0,00550
0,00117
April
0,06983
0,33058
0,02309
0,00488
0,03831
0,02857
0,00109
0,00147
0,01436
-0,04615
-0,0007
0,00021
Mei
-0,0587
-0,22981
0,01348
0,00344
0,00454
0,40741
0,00185
0,00002
-0,0832
0,12903
-0,0107
0,00693
Juni
0,04173
0,12903
0,00538
0,00174
0,01345
-0,11842
-0,00159
0,00018
0,03203
-0,05714
-0,0018
0,00103
Juli
0,05340
-0,05714
-0,00305
0,00285
0,06229
0,05970
0,00372
0,00388
0,04721
-0,02273
-0,0011
0,00223
Agustus
0,00411
0,09091
0,00037
0,00002
-0,0699
-0,15493
0,01084
0,00490
-0,0198
0,03876
-0,0008
0,00039
September
0,13609
0,47222
0,06426
0,01852
-0,0762
0,12500
-0,00952
0,00580
0,04981
0,04478
0,00223
0,00248
Oktober
0,03828
-0,01887
-0,00072
0,00147
0,06814
-0,05185
-0,00353
0,00464
0,02058
-0,02857
-0,0006
0,00042
November
-0,0286
-0,06731
0,00193
0,00082
-0,0199
0,03906
-0,00078
0,00040
-0,0170
0,00000
0,00000
0,00029
Desember
0,04879
0,03093
0,00151
0,00238
0,02878
-0,03759
-0,00108
0,00083
0,00948
-0,03676
-0,0003
0,00009
Jumlah
0,40099
0,86856
0,11330
0,04560
0,04785
0,34675
0,00161
0,03236
0,12998
0,05948
-0,0125
0,01634
Beta
5. Biaya Modal
-0,106892332
-0,153643278
-0,938205184
72
Keterangan
Beban Bunga
Hutang Jangka Panjang
Suku Bunga
Pajak Perusahaan
Faktor Koreksi
Kd
2010
8258
272690
0,030283472
0,290275435
0,709724565
0,021492924
AALI
2011
5806
310768
0,018682747
0,250340241
0,749659759
0,014005704
SGRO
2012
2010
2011
2012
29196
28293,97
26073,858
36730,765
453869 257712,765 419140,308 731918,147
0,064326931 0,10978878 0,062207947 0,050184252
0,285009219 0,274646932 0,259877734 0,264529186
0,714990781 0,725353068 0,740122266 0,735470814
0,045993163 0,079635628 0,046041487 0,036909053
2010
26313
385735
0,068215225
0,252176537
0,747823463
0,051012946
LSIP
2011
3873
421109
0,009197144
0,186078728
0,813921272
0,007485751
SMAR
2012
2010
2011
2012
2010
3695
268828
293647
267569
93389,017
479601
2393791
3115403
3809473 941069,081
0,007704321 0,112302202 0,094256505 0,070237799 0,099237154
0,186974112 0,23834767 0,251838942 0,253405156 0,235040914
0,813025888 0,76165233 0,748161058 0,746594844 0,764959086
0,006263812 0,085535234 0,070519047 0,052439179 0,075912362
TBLA
2011
91630
1271098
0,072087282
0,220042746
0,779957254
0,056224999
2012
123138
1978341
0,062243061
0,216478045
0,783521955
0,048768805
6. Perhitungan CAPM
Keterangan
Rf
Rm
Beta
Ke
2010
0,065
0,033
-0,09601931
0,055590108
AALI
2011
0,06583333
0,003987907
1,169998349
0,147524062
2012
0,577083333
0,010831818
0,940649547
1,130105455
SGRO
LSIP
SMAR
TBLA
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
0,065 0,06583333 0,577083333
0,065 0,06583333 0,577083333
0,065
0,06583333 0,577083333
0,065 0,06583333 0,577083333
0,033 0,003987907 0,010831818
0,033 0,003987907 0,010831818
0,033 0,003987907 0,010831818
0,033 0,003987907 0,010831818
-0,105813997 3,773463926 1,855263111 -0,558941963 0,680181459 1,855992597 -0,106892332 -0,153643278 -0,938205184 0,151517035 1,138249772 1,134554121
0,054630228 0,329301249 1,667820627 0,010223688 0,113324441 1,668249503 0,054524551 0,055105766
0,02549829 0,079848669 0,145307337 1,244104891
2010
7. Perhitungan WACC
Keterangan
Hutang Jk. Panjang
Ekuitas
Total Struktur Modal
Wd
We
Kd
Ke
Tax
WACC
2010
272690
7211687
7484377
0,036434562
0,963565438
0,021492924
0,055590108
0,290275435
0,054120481
AALI
2011
2012
2010
310768
453869
257712,765
2132247,402
8426158
9365411
8736926
9819280
2389960,167
0,03556949
0,046222228 0,107831406
0,96443051
0,953777772 0,892168594
0,079635628
0,014005704 0,045993163
0,054630228
0,147524062 1,130105455
0,274646932
0,250340241 0,285009219
0,142650169 1,079389466 0,054968142
SGRO
2011
419140,308
2499510,729
2918651,037
0,143607544
0,856392456
0,046041487
0,329301249
0,259877734
0,286904723
2012
731918,147
2666909,122
3398827,269
0,21534432
0,78465568
0,036909053
1,667820627
0,264529186
1,314510564
2010
385735
4554105
4939840
0,078086537
0,921913463
0,051012946
0,010223688
0,252176537
0,012404253
LSIP
2011
421109
5839424
6260533
0,067264081
0,932735919
0,007485751
0,113324441
0,186078728
0,106111604
2012
479601
6279713
6759314
0,070954094
0,929045906
0,006263812
1,668249503
0,186974112
1,550241715
2010
2393791
5833323
8227114
0,290963636
0,709036364
0,085535234
0,054524551
0,23834767
0,057615621
SMAR
2011
3115403
7335552
10450955
0,298097447
0,701902553
0,070519047
0,055105766
0,251838942
0,054406382
2012
3809473
8939395
12748868
0,298808726
0,701191274
0,052439179
0,02549829
0,253405156
0,029577785
2010
941069,081
1234180,494
2175249,575
0,432625797
0,567374203
0,075912362
0,079848669
0,235040914
0,070426591
TBLA
2011
1271098
1607315
2878413
0,44159681
0,55840319
0,056224999
0,145307337
0,220042746
0,100505468
2012
1978341
1759496
3737837
0,529274283
0,470725717
0,048768805
1,244104891
0,216478045
0,605856493
73
8. Perhitungan EVA
Keterangan
EBT
Beban Bunga
EBIT
PAJAK
NOPAT
WACC
total struktur
modal
Biaya Modal
EVA
2010
2.964.040,00
8.258,00
2.972.298,00
860.388,00
2.111.910,00
0,1
AALI
2011
3.332.932,00
5.806,00
3.338.738,00
834.367,00
2.504.371,00
0,1
2012
3.524.893,00
29.196,00
3.554.089,00
1.004.627,00
2.549.462,00
1,1
2010
630.478,07
28.293,97
658.772,04
173.158,87
485.613,17
0,0549681
SGRO
2011
742.275,44
26.073,86
768.349,30
192.952,84
575.396,47
0,2869047
2012
457.243,12
36.730,77
493.973,89
120.954,15
373.019,74
1,3145106
2010
1.381.782,00
26.313,00
1.408.095,00
348.453,00
1.059.642,00
0,0124043
LSIP
2011
2.090.513,00
3.873,00
2.094.386,00
389.000,00
1.705.386,00
0,1061116
7.484.377,0
405.058,1
1.706.851,9
2012
1.372.083,00
3.695,00
1.375.778,00
256.544,00
1.119.234,00
1,5502417
2010
1.654.948,00
268.828,00
1.923.776,00
394.453,00
1.529.323,00
0,0576156
SMAR
2011
2.386.835,00
293.647,00
2.680.482,00
601.098,00
2.079.384,00
0,0544064
2012
2.882.834,00
267.569,00
3.150.403,00
730.525,00
2.419.878,00
0,0295778
2010
324.379,64
93.389,02
417.768,65
76.242,49
341.526,17
0,0704266
TBLA
2011
539.936,00
91.630,00
631.566,00
118.809,00
512.757,00
0,1005055
2012
311.117,00
123.138,00
434.255,00
67.350,00
366.905,00
0,6058565
8.736.926,0
9.819.280,0
2.389.960,2
2.918.651,0
3.398.827,3
4.939.840,0
1.246.324,0
1.258.047,0
10.598.827,4
(8.049.365,4)
131.371,7
354.241,5
837.374,8
(261.978,3)
4.467.794,3
(4.094.774,6)
61.275,0
998.367,0
6.260.533,0
6.759.314,0
8.227.114,0
10.450.955,0
12.748.868,0
2.175.249,6
2.878.413,0
3.737.837,0
664.315,2
1.041.070,8
10.478.570,5
(9.359.336,5)
474.010,3
1.055.312,7
568.598,6
1.510.785,4
377.083,3
2.042.794,7
153.195,4
188.330,8
289.296,2
223.460,8
2.264.592,8
(1.897.687,8)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 13 Desember 1991. Penulis
adalah putri ketiga dari empat bersaudara, anak dari pasangan bapak Basuki
Rahardjo dan ibu Ida Nursanti. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar
pada tahun 2004 di SDI Al-Munawwarah Pamekasan. Selanjutnya menyelesaikan
pendidikan menengah pertama pada tahun 2007 di SMP Negeri 2 Pamekasan.
Pendidikan menengah umum penulis selesaikan pada tahun 2010 di SMA Negeri
1 Pamekasan. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan
terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen angkatan 47. Saat duduk dibangku kuliah penulis pernah menjadi
reporter di majalah Orange Magazine (OMG), majalah Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, pada tahun 2012 hingga tahun 2013.
Download