ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT GO PUBLIC DI INDONESIA (Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk) RESTY ISTIARTI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Go Public di Indonesia (Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Resty Istiarti NIM H34100055 ABSTRAK RESTY ISTIARTI. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Go Public di Indonesia (Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk). Dibimbing oleh JOKO PURWONO. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan kelapa sawit go public dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan kelapa sawit go public. Metode penelitian ini adalah menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis Economic Value Added (EVA). Berdasarkan analisis rasio keuangan, PT Astra Agro Lestari Tbk dan PT PP London Sumatera Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang terbaik. Sedangkan perusahaan lainnya memiliki kinerja keuangan yang buruk yang disebabkan tingginya utang dan buruknya penjualan perusahaan. Berdasarkan analisis Economic Value Added, kinerja keuangan perusahaan kelapa sawit go public selama tiga tahun periode pengamatan menunjukkan kinerja yang menurun dan negatif di tahun 2012. PT Sinar Mas Agro Resources dan Technology Tbk memiliki kinerja terbaik selama tiga tahun periode pengamatan. Kata kunci: EVA, kinerja keuangan, perusahaan kelapa sawit, rasio keuangan ABSTRACT RESTY ISTIARTI. Financial Performance Analysis of Go Public Palm-based Company in Indonesia (Case of PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk and PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk). Supervised by JOKO PURWONO. The purpose of this research is to evaluate financial performance of go public palm-based company and identify the factors which can influence financial performance of go public palm-based company. The research method is financial ratio analysis and Economic Value Added (EVA) Analysis. Based on financial ratio analysis, PT Astra Agro Lestari Tbk and PT PP London Sumatra Indonesia Tbk has the best financial performance. While the other companies, has poor financial performance because of its high debt levels and poor sales. Based on Economic Value Added analysis, palm-based company's financial performance in the three-year observation period is experiencing a negative trend in 2012. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk has the best performance in the three-year observation period. Keywords: EVA, financial performance, financial ratio, palm-based company ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT GO PUBLIC RESTY ISTIARTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Go Public di Indonesia (Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk) Nama : Resty Istiarti NIM : H34100055 Disetujui oleh Ir Joko Purwono, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus: PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah kinerja keuangan, dengan judul Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Go Public di Indonesia (Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Joko Purwono MS selaku dosen pembimbing. Serta kepada para staf Indonesian Capital Market Electronic Library (Camel) di Bursa Efek Indonesia yang telah banyak membantu pada pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2014 Resty Istiarti DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 5 KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Deskripsi Konseptual 6 6 Studi Relevan 15 Kerangka Berpikir 17 Kerangka Pemikiran Operasional 19 METODE PENELITIAN 21 Populasi dan Sampel 21 Lokasi dan Waktu Penelitian 21 Data dan Teknik Pengumpulan Data 21 Metode Pengolahan dan Analisis Data 23 HASIL DAN PEMBAHASAN 26 Profil Perusahaan 26 Kinerja Keuangan Perusahaan 30 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan 49 Implikasi Manajerial 50 SIMPULAN DAN SARAN 52 Simpulan 52 Saran 53 DAFTAR PUSTAKA 53 LAMPIRAN 55 RIWAYAT HIDUP 74 DAFTAR TABEL 1 Negara produsen utama minyak sawit dunia, 2005-2011 2 Luas areal perkebunan kelapa sawit seluruh Indonesia menurut status pengusahaannya Tahun 2007-2011 3 Perusahaan perkebunan kelapa sawit terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 4 Rata-rata harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit tahun 20102012 5 Rasio keuangan, standar penilaian dan tindak lanjut 6 Nilai EVA, indikasi dan tindak lanjut 7 Teknik pengumpulan data 8 Perkembangan nilai rasio solvabilitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR periode tahun 2010-2012 9 Perkembangan rasio aktivitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA dan PT SMAR periode tahun 2010-2012 10 Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR, Periode tahun 2010-2012 11 Perkembangan rasio profitabilitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR Periode Tahun 2010-2012 12 Perkembangan NOPAT, WACC, dan EVA PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR, 2010-2012 (dalam Jutaan Rupiah) 1 2 3 4 18 19 21 30 33 37 41 45 DAFTAR GAMBAR 1 Produksi beberapa minyak nabati (dalam ton/ha/tahun) 2 Sistem manajemen kinerja 3 Kerangka pemikiran operasional 4 Perkembangan Debt to Equity Ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata industri 5 Perkembangan Debt to Assets Ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri 6 Perkembangan rasio perputaran persediaan PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR, dan rata-rata Industri 7 Perkembangan Rasio Perputaran Aktiva Tetap PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan Rata-rata Industri 8 Perkembangan rasio perputaran total aktiva PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri 9 Perkembangan current ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri 10 Perkembangan quick ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri 11 Perkembangan cash ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri 12 Perkembangan Net Profit Margin PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri 2 7 20 31 32 33 35 36 37 39 40 41 13 Perkembangan Return on Investment PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri 14 Perkembangan Return On Equity PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri 15 Perkembangan nilai Economic Value Added PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri 16 Perkembangan nilai NOPAT PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri 17 Perkembangan biaya Modal PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri 18 Perkembangan nilai saham kelima perusahaan periode Januari 2010 hingga Desember 2012 42 44 46 46 47 48 DAFTAR LAMPIRAN Kuesioner Penelitian Perhitungan Rasio-rasio Keuangan Perhitungan EVA 55 61 64 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa Sawit merupakan salah satu komoditas sub sektor perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai penyedia bahan baku dan penyerap tenaga kerja, kelapa sawit juga merupakan penghasil devisa negara terbesar setelah minyak dan gas. Sejak tahun 2006, Indonesia telah menjadi negara produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia (BPS, 2013). Indonesia berhasil mengalahkan Malaysia di urutan kedua yang sebelumnya merupakan produsen terbesar. Tabel 1 Negara produsen utama minyak sawit dunia, 2005-2011 Negara Volume (000 Ton) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Indonesia 14 070 16 050 16 800 19 200 21 000 22 100 23 900 Malaysia 14 962 15 881 15 823 17 735 17 566 16 993 18 880 Thailand 680 860 1 020 1 300 1 310 1 380 1 830 Nigeria 800 815 835 830 870 885 900 Kolumbia 661 713 780 778 802 753 765 Ekuador 319 345 385 418 448 380 460 Lainnya 2 599 2 478 2 905 3 045 3 107 3 367 4 159 Jumlah 34 051 37 142 38 548 43 306 45 103 45 858 50 894 Sumber: Oil World Annual (2005-2011), Malaysia Palm Oil Board dalam BPS (2013) Selain peluang ekspor yang terbuka, pasar minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) dalam negeri masih cukup besar. Pasar potensial yang menyerap pemasaran CPO dan PKO adalah industri fraksinasi (seperti industri minyak goreng), lemak khusus (cocoa butter subtitute), margarine/shortening, oleochemical, dan sabun mandi. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak paling produktif dengan produksi minyak per ha paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Produksi minyak nabati dari beberapa jenis tanaman disajikan pada gambar 1 2 4.5 4 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.53 0.5 0.52 Canola Bunga Matahari Kedelai 0.38 0.5 0 Kelapa Sawit Kacang Tanah Gambar 1 Produksi beberapa minyak nabati (dalam ton/ha/tahun) Sumber: Pahan (2007) Selama dua puluh tahun terakhir, Industri kelapa sawit Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Luas areal perkebunan kelapa sawit pun terus meningkat selama periode 2007-2011. Luas areal dan produksi kelapa sawit sebagian besar dikuasai oleh perkebunan besar swasta (private estates). Pada tahun 2011 luas areal perkebunan sawit milik perkebunan besar swasta mencakup 51,2 persen dari keseluruhan luas areal perkebunan kelapa sawit seluruh Indonesia, yaitu sebesar 4.657.751 hektar. Tabel 2 Luas areal perkebunan kelapa sawit seluruh Indonesia menurut status pengusahaannya Tahun 2007-2011 Status Luas Areal (Ha) Pengusahaan 2007 2008 2009 2010 2 752 173 2 881 889 3 061 412 3 387 524 Perkebunan Rakyat Smallholders 685 087 626 666 651 216 658 492 Perkebunan Besar Negara Government Estates 3 416 656 3 825 142 4 236 761 4 503 078 Perkebunan Besar Swasta Private Estates 6 583 916 7 333 707 7 949 389 8 548 828 Jumlah Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 (diolah) 2011 3 752 480 692 065 4 657 751 9 102 296 Seiring dengan perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia, maka tumbuh pula perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit. 3 Menurut data BPS, jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit pada tahun 2012 adalah sebanyak 1571 perusahaan yang terdiri dari 160 perusahaan perkebunan negara dan 1411 perusahaan perkebunan swasta. Sebagian dari perusahaanperusahaan perkebunan swasta tersebut telah melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga tahun 2013, terdapat lima belas perusahaan yang bergerak di subsektor perkebunan kelapa sawit dan produk turunannya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tabel 3 Perusahaan perkebunan kelapa sawit terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 No. Kode Saham AALI ANJT BWPT DNSG GZCO JAWA LSIP MAGP Nama Emiten PT Astra Agro Lestari Tbk PT Austindo Nusantara Jaya Tbk PT BW Plantation Tbk PT Dharma Satya Nusantara Tbk PT Gozco Plantation Tbk PT Jaya Agra Wattie Tbk PT PP London Sumatera Indonesia Tbk PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk PALM PT Provident Agro Tbk 9. SGRO PT Sampoerna Agro Tbk 10. SIMP PT Salim Ivomas Pratama Tbk 11. SMAR PT Sinar Mas Agro Resources and 12. Technology Tbk SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk 13. TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 14. UNSP PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk 15. Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2013 (diolah) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tanggal IPO 9 Desember 1997 10 Mei 2013 27 Oktober 2009 14 Juni 2013 15 Mei 2008 30 Mei 2011 5 Juli 1996 16 Januari 2013 18 Oktober 2012 18 Juni 2007 9 Juni 2011 20 November 1992 12 Desember 2013 14 Februari 2000 6 Maret 1990 Perusahaan perkebunan kelapa sawit ini menunjukkan kinerja saham yang cukup baik. Bahkan saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun pada akhir tahun 2013 lalu, perusahaan-perusahaan kelapa sawit ini masih berada di zona aman (Amri, 2013). Sampai bulan Februari 2014, terdapat tiga perusahaan kelapa sawit yang termasuk di dalam jajaran indeks LQ45, yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk, PT BW Plantation Tbk, dan PT PP London Sumatera Indonesia Tbk. Indeks LQ45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi besar. Indeks LQ45 merupakan kelompok saham yang paling diminati dan menjadi fokus perhatian para investor karena memiliki prospek pertumbuhan dan kondisi keuangan yang baik. Hal tersebut menunjukkan minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan kelapa sawit cukup baik. Dalam menanamkan modalnya, investor perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan, prospek perusahaan di masa yang akan datang, serta kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan investor 4 adalah dengan melakukan evaluasi kinerja perusahaan, khususnya evaluasi terhadap kinerja keuangan perusahaan. Evaluasi kinerja keuangan juga perlu dilakukan perusahaan dalam mengambil keputusan strategis perusahaan. Dengan evaluasi kinerja keuangan, perusahaan dapat mengetahui keadaan perusahaan dan dapat mengambil keputusan tindak lanjut yang sesuai dengan keadaan dan permasalahan yang terjadi di perusahaan. Evaluasi kinerja perusahaan yang biasa dipakai adalah evaluasi kinerja keuangan berdasarkan atas laporan keuangan perusahaan. Hal ini menjadi pertimbangan yang sangat penting karena kondisi keuangan perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan. Para investor pun menaruh perhatian yang tinggi pada kondisi tersebut. Terdapat banyak macam alat analisis yang dapat dipergunakan dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan. Alat analisis yang sering dipergunakan adalah rasio keuangan. Namun dalam perkembangannya, analisis rasio keuangan sering dinilai kurang efektif dalam menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Sehingga dikembangkan alat analisis yang mampu menggambarkan kondisi perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Salah satu alat analisis yang dikembangkan tersebut adalah Economic Value Added (EVA). EVA mengukur kinerja berdasarkan nilai (value), sehingga nilai EVA dapat menjadi indikator penciptaan nilai suatu perusahaan. Perumusan Masalah Industri kelapa sawit adalah salah satu industri agribisnis yang sangat penting. Perkembangan industri ini di Indonesia pun cukup pesat pada dua puluh tahun terakhir. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan industri kelapa sawit adalah harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit. Harga dan permintaan akan minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit yang tinggi menjadi daya tarik investor untuk menanamkan modalnya. Tabel 4 Rata-rata harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit tahun 20102012 Komoditas Rata-rata Harga ($/m/t) 2010 2011 2012 Minyak Inti Sawit 1033,750 1647,917 1110,250 Minyak Kelapa Sawit 799,108 1125,417 999,3333 Sumber: World Bank, 2014 (Diolah) Berdasarkan data pada Tabel 4, terlihat bahwa harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit mengalami fluktuasi dan cenderung menurun di akhir periode. Hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan, khususnya bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum atau go public. Perkembangan usaha perusahaan go public sangat dipengaruhi oleh banyaknya jumlah saham yang terjual. Untuk dapat menjual sahamnya, perusahaan perlu menarik minat dan memperoleh kepercayaan investor. Saat 5 harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit mengalami peningkatan, investor menaruh minat yang tinggi terhadap perusahaan kelapa sawit. Sebaliknya, saat harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit menurun, investor tidak berani untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan. Dalam menghadapi krisis harga minyak inti sawit dan minyak kelapa sawit tersebut, investor perlu memperhatikan bagaimana kinerja keuangan perusahaan pada periode tersebut. Terdapat banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pengukuran kinerja keuangan, diantaranya seperti analisis rasio dan analisis EVA. Setelah dilakukan pengukuran kinerja keuangan, dapat dilakukan evaluasi kinerja keuangan yang akan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan. Hasil evaluasi tersebut juga dapat menggambarkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Pihak perusahaan pun perlu melakukan evaluasi kinerja keuangan ini demi mengetahui tindak lanjut yang harus diambil oleh perusahaan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja keuangannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan analisis rasio dan analisis EVA? 2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan kelapa sawit go public? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan kelapa sawit go public dengan analisis rasio dan analisis EVA 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan kelapa sawit go public Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan 2. Bagi penulis sebagai sarana pengembangan wawasan serta pengalaman dalam menganalisis permasalahan khususnya di bidang keuangan 3. Bagi kalangan akademis dapat dijadikan bahan penyusunan penelitian yang serupa dan lebih mendalam. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan data-data yang diperoleh, maka pengolahan data dan pembahasan, serta ruang lingkup penelitian dibatasi pada perhitungan rasio-rasio keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Sinar Mas 6 Agro Resources and Technology Tbk, dan PT Tunas Baru Lampung Tbk periode tahun 2010 hingga tahun 2012. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Deskripsi Konseptual Konsep Kinerja Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (a) sesuatu yang dicapai, (b) prestasi yang diperlihatkan, (c) Kemampuan kerja. Nawawi (2006), menjelaskan bahwa kinerja adalah kemampuan kerja dan hasil atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Pendapat lain menyebutkan bahwa kinerja adalah suatu tindakan yang terdiri atas beberapa unsur sebagai suatu proses (Muis, 2013). Rivai (2004) berpendapat bahwa suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan berupa hasil kerja konkret yang dapat diamati dan diukur. Sedangkan Simanjuntak (2011) menjelaskan bahwa kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja bukan hanya hasil dan prestasi yang dicapai dalam melakukan suatu pekerjaan, melainkan juga berupa suatu proses yang terdiri dari beberapa unsur, seperti motivasi dan kemampuan kerja, yang dapat diamati dan diukur. Nawawi (2006) menyebutkan indikator kinerja dalam melaksanakan pekerjaan di lingkungan sebuah organisasi atau perusahaan mencakup lima unsur sebagai berikut: a. Kuantitas hasil kerja yang dicapai b. Kualitas hasil kerja yang dicapai c. Jangka waktu mencapai hasil kerja tersebut d. Kehadiran dan kegiatan selama hadir di tempat kerja e. Kemampuan bekerjasama Konsep Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba atau profit. (Muis, 2013). Simanjuntak (2011) menjelaskan bahwa kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Kinerja perusahaan sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Jika kinerja perusahaan tinggi maka tujuan yang telah ditetapkan perusahaan akan tercapai, sebaliknya jika kinerja perusahaan rendah maka tujuan perusahaan akan sulit tercapai. Oleh karena itu lah diperlukan suatu manajemen yang mengatur kinerja perusahaan agar mampu meraih tujuan perusahaan. Konsep Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah proses berorientasi tujuan yang diarahkan untuk memastikan bahwa proses-proses keorganisasian ada pada tempatnya untuk memaksimalkan produktivitas para karyawan, tim dan akhirnya organisasi. (Mondy, 2008). Nawawi (2006) berpendapat bahwa Manajemen kinerja diartikan 7 sebagai suatu proses mengidentifikasi, mengukur atau menilai, mendorong, memperbaiki dan memberi penghargaan serta sanksi pada karyawan sesuai kondisi kinerja masing-masing. Manajemen kinerja juga dapat didefinisikan sebagai manajemen tentang bagaimana dikelola untuk memperoleh kesuksesan perusahaan dengan berfokus pada organisasi, manajemen, dan pekerja. (Muis, 2007). Sedangkan menurut Simanjuntak (2011), manajemen kinerja merupakan keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut. Armstrong (2004) mendefinisikan manajemen kinerja sebagai sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim, dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar dan persyaratan-persyaratan atribut/kompetensi terencana yang telah disepakati. Wibisono (2006) menjelaskan manajemen kinerja sebagai suatu sistem yang digambarkan secara diagramatis dalam gambar berikut: Pengukuran Kinerja Evaluasi Pengukuran Proses Perubahan Fundamental Diagnosis Perbaikan Hasil Proses Proses Perbaikan Berkelanjutan Tindak Lanjut Gambar 2 Sistem manajemen kinerja Sumber: Wibisono (2006) 1. Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja merupakan titik awal dalam manajemen kinerja. Sebelum dilakukan pengukuran kinerja dilakukan pengidentifikasian indikator kinerja serta pengujian terhadap reliabilitas dan validitas alat ukur kinerja yang akan digunakan. Hasil dari pengukuran kinerja hanya memberikan pandangan bahwa terdapat perbedaan kinerja yang dicapai saat ini dengan target yang diharapkan, tetapi tidak memberikan arahan mengapa perbedaan itu terjadi dan tidak memberikan cara penyelesaian perbedaan tersebut. 2. Evaluasi Hasil Pengukuran Evaluasi kinerja merupakan perbandingan antara hasil penilaian kinerja dengan rencana atau standar-standar yang telah disepakati. Pada setiap pengukuran kinerja harus ditetapkan standar pencapaian sebagai sarana kaji banding. Kaji banding ini dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Kaji banding internal dapat dilakukan terhadap kinerja terbaik dapat 8 dilakukan terhadap kinerja terbaik yang pernah dicapai, rata-rata kinerja masa lalu pada periode tertentu, standar teknis yang dipersyaratkan, dan kinerja tahun terakhir. Sedangkan kaji banding secara eksternal dapat dilakukan terhadap pesaing langsung, perusahaan lain yang dapat diperbandingkan, perusahaan terbaik pada sektor tersebut, dan pencapaian rata-rata industri sejenis. 3. Diagnosis Proses Perbaikan Diagnosis kinerja merupakan proses untuk mendapatkan sebab-sebab dari deviasi kinerja dan menemukan cara untuk mencapai kinerja yang ditargetkan. Analisis sebab-akibat ini diperlukan sebagai landasan dalam penerapan tindakan perbaikan pada kasus-kasus serupa pada periode berikutnya. 4. Tindak Lanjut Tahap selanjutnya merupakan tahap tindak lanjut terhadap perbaikan kinerja perusahaan. Terdapat dua aspek yang berbeda dalam tindakan perbaikan yang harus dilakukan, yaitu aspek teknis dan aspek strategis. Dalam aspek teknis, difokuskan pada perbaikan kinerja dalam jangka pendek. Sedangkan aspek strategis lebih berfokus pada pengambilan keputusan di level manajemen yang lebih tinggi dan untuk jangka panjang. Dengan memperhatikan pandangan para pakar di atas dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya manajemen kinerja adalah suatu proses pengelolaan organisasi demi mencapai kesuksesan perusahaan sesuai dengan kerangka tujuan, dan standar yang telah disepakati. Proses ini terdiri atas kegiatan identifikasi, pengukuran kinerja, evaluasi hasil pengukuran, diagnosis proses perbaikan, dan tindak lanjut yang dilakukan secara sistematis untuk memaksimalkan produktivitas perusahaan. Konsep Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja keuangan perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan penghasilan atau meraih keuntungan (laba) dan kemampuan dalam mengelola perusahaan secara efisien (Sawir, 2001). Barlian (2003) dalam Orniati (2009) menyebutkan bahwa kinerja keuangan perusahaan merupakan prospek atau masa depan, pertumbuhan dan potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan. Sedangkan Blocher (2007) menjelaskan bahwa kinerja keuangan perusahaan sebagai indikator seberapa baik perusahaan memuaskan pemilik dan pemegang saham, melalui pengukuran profitabilitas dan nilai saham. Fahmi (2011) berpendapat bahwa kinerja keuangan perusahaan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Informasi kinerja keuangan diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi, yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan dan untuk memprediksi kapasitas produksi dari sumber daya yang ada (Barlian, 2003 dalam Orniati, 2009). Berdasarkan Ujiyantho dan Pramuka (2007), kinerja keuangan dapat diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, kinerja keuangan perusahaan dapat didefinisikan sebagai sebuah indikator yang memberikan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dan memuaskan 9 stakeholder serta menunjukkan potensi perusahaan berdasarkan data fundamental perusahaan. Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan perusahaan. Menurut Jumingan (2006), prosedur analisis kinerja keuangan perusahaan meliputi beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Review Data Laporan 2. Menghitung 3. Membandingkan atau mengukur 4. Menginterpretasi 5. solusi Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur menggunakan beberapa teknik, diantaranya: 1. Analisis Horizontal. Analisis horizontal adalah sebuah teknik untuk mengevaluasi sekumpulan data laporan keuangan lebih dari satu periode akuntansi yang bertujuan untuk menentukan kenaikan atau penurunan yang telah terjadi dalam bentuk nominal atau persentase. (Wibowo dan Arief, 2009). Menurut Kasmir (2009), keunggulan dari analisis ini adalah dapat diketahui perubahan terhadap komponen laporan keuangan dari periode ke periode, serta akan memudahkan pengambilan keputusan. Kasmir (2009) juga menjelaskan bahwa perubahan dalam laporan keuangan untuk suatu periode dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya: a. Adanya perolehan atau pengurangan aktiva b. Berubahnya aktiva tetap ke aktiva lancar c. Perubahan laba rugi perusahaan d. Adanya penambahan atau pengurangan modal (saham) e. Perubahan lainnya 2. Analisis Vertikal Analisis vertikal yang sering disebut analisisi trend merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu untuk melihat perubahan yang dialami perusahaan dari periode ke periode (Kasmir, 2009). Prastowo dan Juliaty (2005) menjelaskan bahwa analisis trend berguna karena dua alasan, yaitu mengungkapkan perubahan yang terjadi selama kurun waktu tertentu, dan memberikan informasi tentang arah kemana perusahaan akan bergerak. 3. Analisis persentase per komponen Analisis persentase per komponen merupakan analisis yang dilakukan untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam suatu laporan keuangan, baik yang ada di neraca maupun laporan laba rugi (Kasmir, 2009). Analisis ini digunakan untuk mengetahui struktur modal, komposisi biaya terhadap penjualan, serta persentase investasi terhadap masing-masing aktiva atau total aktiva, 4. Analisis sumber dan penggunaan dana. Analisis sumber dan penggunaan dana merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dana perusahaan dan 10 penggunaan dana dalam suatu periode. Dari hasil analisis ini juga dapat diketahui jumlah modal kerja dan sebab-sebab berubahnya modal kerja perusahaan dalam suatu periode (Kasmir, 2009). 5. Analisis sumber dan penggunaan kas Analisis sumber dan penggunaan kas merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui sumber-sumber kas perusahaan dan penggunaan uang kas dalam suatu periode serta sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas dalam periode tertentu. (Kasmir, 2009). Analisis ini menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan aliran pergerakan kas. (Jumingan, 2006). 6. Analisis Rasio Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam suatu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi (Kasmir, 2009). Rasio keuangan membantu mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan. Menurut Keown (2004), penggunaan analisis rasio sebagai standar tolak ukur atas informasi yang akan dianalisis agar rasio dari dua perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan atau suatu perusahaan dengan batas-batas waktu yang berbeda. Analisis rasio dapat digunakan oleh investor dan kreditor dalam keputusan investasi atau penyaluran dana. Menurut Keown (2004), kelemahan analisis rasio antara lain: a. Sulit untuk mengidentifikasi kategori industri b. Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan perkiraan saja c. Perbedaan praktik akuntansi antar-perusahaan dapat menghasilkan perbedaan dalam penghitungan rasio d. Suatu industri kebanyakan tidak menyediakan suatu target nilai rasio yang diinginkan e. Banyak perusahaan mengalami perubahan dalam operasi mereka. Analisis rasio keuangan juga memiliki keunggulan. Menurut Harahap (1998) keunggulan rasio keuangan antara lain: a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan b. Pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain d. Sebagai bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score) e. Menstandardisasi size perusahaan f. Mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain g. Mudah melihat tren perusahaan dan prediksi di masa yang akan datang Terdapat beberapa jenis rasio keuangan, di antaranya yaitu rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio pertumbuhan dan rasio penilaian. a. Rasio likuiditas Menurut Keown (2001), likuiditas suatu usaha bisnis didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya yang sudah jatuh tempo. Likuiditas merupakan ukuran penting bagi para manajer, pemilik dana, dan investor karena semakin kecil likuiditas suatu perusahaan, akan semakin besar peluang ketidakmampuan perusahaan 11 untuk membayar utang ketika jatuh tempo pembayaran tiba. (Keown, 2004). Analisis ini menggambarkan hubungan di antara unsur dalam laporan keuangan. (Wibowo dan Arief, 2009). Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan: 1. Rasio lancar, merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. (Kasmir, 2009). Rasio ini diperoleh dengan membandingkan aktiva lancar terhadap utang lancar atau utang-utang lancar jangka pendek. (Keown, 2004). Semakin tinggi nilai rasio ini, maka kinerja keuangan perusahaan semakin baik. 2. Rasio sangat lancar, atau sering disebut juga rasio cepat, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa menghitung nilai persediaan karena persediaan membutuhkan waktu lama untuk diuangkan. (Kasmir, 2009). Rasio ini diukur dengan membandingkan aktiva lancar, kecuali persediaan, terhadap kewajiban lancarnya. (Keown, 2004) 3. Rasio kas, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utangutang jangka pendeknya. (Kasmir, 2009). 4. Rasio perputaran kas, digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. (Kasmir, 2009). 5. Inventory to net working capital, rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. (Kasmir, 2009). b. Rasio solvabilitas Rasio solvabilitas atau sering disebut rasio leverage merupakan ukuran penilaian kinerja perusahaan yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai dengan utang. Jenis-jenis rasio solvabilitas: 1. Debt to assets ratio, atau disebut juga debt ratio, merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. (Kasmir, 2009). Rasio ini menunjukkan berapa banyak hutang yang digunakan membiayai asetaset perusahaan. (Keown, 2004). 2. Debt to equity ratio, rasio yang digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dan modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. (Kasmir, 2009). 3. Long term debt to equity ratio, rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang. (Kasmir, 2009). 12 4. Times interest earned, rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga. (Kasmir, 2009) 5. Fixed charge coverage, rasio yang dilakukan saat perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa. (Kasmir, 2009) c. Rasio aktivitas Rasio Aktivitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengubah piutang usaha dan persediaan kas dalam suatu periode tertentu. (Keown, 2004). Menurut Prihadi (2010), rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan mendayagunakan aset. Jenis-jenis rasio aktivitas, antara lain: 1. Rasio perputaran piutang, rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. (Kasmir, 2009). Keown (2004) berpendapat bahwa rasio perputaran piutang menunjukkan seberapa cepat perusahaan menagih kreditnya, yang diukur oleh lamanya waktu piutang dagang ditagih selama tahun tersebut. Pendapat lain menyebutkan bahwa rasio perputaran piutang adalah kemampuan perusahaan dalam menangani penjualan kredit dan kebijakannya. (Prihadi, 2010). 2. Periode Penagihan Rata-rata, menandakan seberapa cepat perusahaan menagih kreditnya, yang diukur oleh rata-rata jumlah hari penagihan piutang dagang. (Keown, 2004). 3. Rasio perputaran persediaan, rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode. (Kasmir, 2009). Rasio ini menandakan likuiditas relatif persediaan. (Keown, 2004). Perusahaan perdagangan dan manufaktur sering menggunakan rasio ini. 4. Rasio perputaran modal kerja, rasio yang digunakan untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu dengan membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. (Kasmir, 2009). Menurut Prihadi (2010), semakin tinggi angka perputaran modal kerja, maka kinerja perusahaan akan semakin baik karena perusahaan yang beroperasi secara normal akan mempunyai jumlah aktiva lancar melebihi utang lancar sehingga modal kerja bersihnya positif. 5. Rasio perputaran aktiva tetap, rasio yang digunakan untuk mengukur apakah perusahaan telah menggunakan kapasitas aktiva tetapnya dengan sepenuhnya atau tidak dengan membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode. (Kasmir, 2009) 6. Rasio perputaran aktiva, rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. (Kasmir, 2009). Rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa baik dukungan seluruh aset untuk memperoleh penjualan. (Prihadi, 2010). 13 d. Rasio profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba. (Prihadi, 2010). Jenis-jenis rasio profitabilitas sebagai berikut: 1. Profit margin, rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. (Kasmir, 2009). Prihadi (2010), berpendapat bahwa profit margin ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam rangka memberikan return kepada pemegang saham. Menurut Keown (2001), profit margin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Jumlah unit produk yang dijual Rata-rata harga jual tiap unit produk Beban manufaktur atau beban perolehan produk perusahaan Kemampuan dalam mengawasi beban umum dan administrasi Kemampuan dalam mengawasi beban dalam memasarkan serta mendistribusikan produk perusahaan. Profit margin dapat dibedakan menjadi tiga jenis rasio, yaitu: a. Net Profit Margin b. Gross Profit Margin c. Operating Profit Margin 2. Return on Investment (ROI), merupakan rasio yang dapat digunakan sebagai indikator akan profitabilitas perusahaan, yaitu jumlah pendapatan bersih yang dihasilkan dari aset-aset perusahaan dengan menghubungkan pendapatan ke total aset-aset ditambah total aktiva. (Keown, 2004). Hansen dan Mowen (2001) menjelaskan bahwa ROI sebagai alat pengukur kinerja memiliki beberapa kelebihan, yaitu: a. Mendorong para manajer untuk lebih memperhatikan relasi antara penjualan, biaya-biaya, dan investasi, seperti yang seharusnya dilakukan oleh seorang manajer pusat investasi. b. Meningkatkan efisiensi biaya c. Mencegah kelebihan investasi di aktiva operasi Pemakaian ROI untuk mengevaluasi kinerja perusahaaan juga memiliki kekurangan, yaitu: a. Membuat manajer tidak ingin melakukan investasi pada proyekproyek yang akan mengurangi ROI divisi tetapi akan meningkatkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan b. Mendorong para manajer untuk fokus pada jangka pendek dengan mengorbankan jangka panjang. 3. Return on Equity (ROE), merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. (Kasmir, 2009). Menurut Prastowo (2011), ROE merupakan ukuran keberhasilan perusahaan menghasilkan laba yang bermanfaat bagi pemegang saham. ROE diperoleh dengan membagi laba bersih dengan ekuitas kepemilikan total yang ditunjukkan dalam neraca. (Longenecker, 2012) 4. Earning Per Share (EPS), merupakan bentuk pemberian keuntungan yang diberikan pada pemegang saham dari setiap lembar saham yang 14 dimiliki. (Fahmi, 2011). Nilai EPS diperoleh dari nilai EAT (Earning After Tax) dibagi jumlah saham yang beredar. e. Rasio pertumbuhan Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Yang dianalisis: pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih, pertumbuhan per saham, dan pertumbuhan dividen per saham. (Kasmir, 2009) f. Rasio penilaian Rasio Penilaian yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi, seperti rasio harga saham terhadap pendapatan dan rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku. (Kasmir, 2009). 7. Analisis Dupont Analisis Dupont merupakan pendekatan untuk mengevaluasi profitabilitas dan tingkat pengembalian ekuitas (Keown, 2004). Penggunaan analisis Dupont memungkinkan manajemen untuk melihat dengan lebih jelas apa yang mendorong tingkat pengembalian ekuitas dan apa hubungan antara margin laba bersih, perputaran aktiva, dan rasio utang. 8. Analisis laba kotor Analisis laba kotor merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke periode lain, serta sebab-sebab berubahnya laba kotor tersebut antara periode (Kasmir, 2009). Menurut Prastowo dan Juliaty (2005), analisis laba kotor bermanfaat untuk memberikan gambaran titik-titik kelemahan dari kinerja periode tersebut, sehingga manajemen akan mampu menguraikan tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan untuk mengoreksi situasi. 9. Analisis Break-even Point (BEP). Analisis Break-Even Point merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui pada kondisi berapa penjualan atas produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami kerugian. (Kasmir, 2009). Menurut Horngren (2006), BEP adalah jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi sama dengan nol. Analisis ini digunakan saat perusahaan akan mengeluarkan produk baru karena diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi. (Jumingan, 2006) Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung BEP, yaitu: a. Metode Persamaan b. Metode Marjin Kontribusi 10. Analisis Economic Value Added (EVA) EVA merupakan laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal tahunan. Jika EVA positif artinya perusahaan sedang menghasilkan kekayaan, sebaliknya jika EVA negatif artinya perusahaan sedang menghancurkan modal. (Hansen dan Mowen, 2001). EVA yang merupakan merek dagang yang didaftarkan Stern Steward & Company, mengukur perbedaan antara 15 pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal. (Young dan O’byrne, 2001). Perbedaan antara perhitungan EVA dengan perhitungan lainnya adalah adanya biaya modal. Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang diharapkan penyedia modal sebuah perusahaan jika mereka menginvestasikan modalnya pada kesempatan investasi lain yang memiliki risiko serupa. (Young dan O’byrne, 2001). Besarnya tingkat pengembalian yang dituntut investor atas modal yang diinvestasikan tergantung pada risiko perusahaan. Dengan asumsi bahwa investor tidak suka dengan risiko (risk averse), semakin tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi tingkat pengembalian (return) yang dituntut oleh investor. Menurut Hansen dan Mowen (2001) EVA memiliki kelebihan dibandingkan metode sebelumnya, yaitu EVA dapat mendorong perilaku positif dari setiap divisi perusahaan dalam hal yang tidak bisa dilakukan oleh pendekatan yang hanya menekankan laba operasi saja. Menurut Stewart dan Stern (1991) dalam Ningrum (2008), keunggulan EVA antara lain 1. konsep ini dapat berdiri sendiri tanpa perlu analisis perbandingan dengan perusahaan sejenis. 2. Konsep ini dapat menyajikan ukuran yang adil atau secara proporsional mempertimbangkan harapan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (Stakeholder satisfaction) dimana derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital) dari struktur modal yang ada, 3. Konsep EVA dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menerapkan sistem manajemen yang terintegrasi secara lengkap. Konsep ini sangat membantu dalam memberikan pertimbangan keputusan manajemen secara tepat, seperti penetapan tujuan, penganggaran modal, dan kompensasi insentif kepada karyawan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan suatu alat ukur untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dengan memperhitungkan nilai tambah ekonomis perusahaan berdasarkan biaya modalnya. Pengukuran kinerja dengan menggunakan EVA dinilai lebih unggul daripada menggunakan metode sebelumnya. EVA mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan kepada investor. Pendekatan EVA mampu menunjukkan kondisi sebenarnya dari kemampuan perusahaan dalam memberdayakan modalnya, karena biaya modal termasuk dan premi risiko ikut dihitung. Jadi bila nilai EVA semakin tinggi, artinya perusahaan telah menjalankan tugasnya dengan baik. Bagi investor, nilai EVA dibutuhkan untuk memudahkan dalam mengukur seberapa besar nilai tambah (value added) yang dihasilkan perusahaan dari kegiatan bisnis yang diinvestasikannya. Studi Relevan Kinerja keuangan perusahaan merupakan hal penting yang dipertimbangkan investor sebelum menanamkan modal di sebuah perusahaan. Banyak metode yang dapat dilakukan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan berdasarkan laporan keuangannya. Salah satu alat analisis yang digunakan adalah Economic Value 16 Added (EVA) seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Mubarok (2009). Tujuan penelitian Mubarok adalah (1) mengevaluasi kinerja saham otomotif yang tercatat dalam indeks kompas-100 di BEI dengan menggunakan metode EVA (2) memberikan referensi bagi investor dalam berinvestasi pada saham-saham otomotif. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan otomotif go public, antara lain PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) Hasil penelitian Mubarok (2009) menunjukkan bahwa berdasarkan analisis kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA, pada periode 2007-2008, dari dua perusahaan yang dianalisis, hanya PT MASA yang telah memiliki kinerja baik dan telah memenuhi harapan investor dan kreditur. Pada tahun 2008 PT MASA mengalami peningkatan kinerja keuangan dari tahun 2007 yang memiliki nilai EVA negatif meningkat menjadi positif pada tahun 2008. Sedangkan PT GJTL mengalami penurunan kinerja pada tahun 2008. Pada tahun 2007 perusahaan memiliki nilai EVA yang positif, akan tetapi pada akhir tahun nilai EVA menurun menjadi negatif, karena adanya kerugian yang cukup besar akibat dari krisis ekonomi global. Menurut Mubarok (2009) perusahaan yang memiliki kinerja kurang baik perlu melakukan strategi untuk meningkatkan kinerja perusahaannya. Strategi yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kinerjanya antara lain perusahaan harus bisa meningkatkan laba operasi tanpa menambah modal, mengurangi kegiatankegiatan yang tidak menambah nilai perusahaan (activity non value added) dan menambah kegiatan-kegiatan yang menambah nilai perusahaan (activity value added). Penelitian Febriandi (2011) pada PT Bank Jabar Banten bertujuan untuk menganalisis perkembangan kinerja keuangan Bank Jabar Banten sebelum dan setelah go public dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, Economic Value Added (EVA), dan Analisis Du Pont. Hasil Penelitian menunjukan bahwa tingkat kinerja keuangan Bank Jabar Banten sebelum go public cenderung lebih baik daripada setelah go public apabila dilihat dari rasio profitabilitasnya seperti ROE dan ROA. Sedangkan apabila dilihat pada nilai NPM perusahaan mengalami peningkatan setiap tahunnya sebelum maupun setelah go public. Tingkat kecukupan modal yang juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan nilai EVA, nilai perusahaan sebelum go public lebih baik dibandingkan dengan setelah go public. Febriandi (2011) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, diantaranya beban operasional dan beban non operasional perusahaan yang langsung berpengaruh terhadap tingkat laba bersih perusahaan. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi tingkat profitabilitas adalah beban bunga perusahaan yang berbentuk rupiah maupun valuta asing juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain faktor-faktor internal yang dapat dikendalikan oleh perusahaan, adapun faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan diantaranya tingkat inflasi, peran dari pemerintah, dan tingkat pertumbuhan perekonomian negara. Aryani (2011) mengemukakan berdasarkan analisis trend, persentase per komponen, analisis rasio, serta analisis Du Pont selama lima periode pengamatan (2006-2010) menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu biaya harga pokok penjualan dan total hutang perusahaan. Selain itu kurs mata uang asing juga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan 17 yang dalam kegiatan operasionalnya perusahaan banyak menggunakan kurs mata uang asing khususnya dollar. Hasil yang didapatkan dari penelitian Barus (2010) yang melakukan penelitian terhadap PT Astra Agro Lestari Tbk menunjukkan bahwa berdasarkan rasio ROA, pada periode 2006-2008 perusahaan memiliki nilai ROA yang terus meningkat dengan puncaknya pada tahun 2008. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang lebih besar dari peningkatan total aktiva yang samasama meningkat juga di periode yang sama sebagai dampak dari naiknya harga CPO di pasaran. Namun pada tahun 2009, ROA perusahaan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan laba bersih perusahaan menurun, namun asset perusahaan tetap naik, yang mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami penurunan kemampuan dalam menghasilkan keuntungan dari modal yang diinvestasikan dalam aset perusahaan. Penelitian Barus (2010) juga menunjukkan bahwa berdasarkan rasio ROE, NPM dan EVA, perusahaan juga mencatatkan hasil terbaiknya di tahun 2008. Berdasarkan perhitungan dan analisis EVA yang didapat menunjukkan perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah bagi investor dan bagi manajemen perusahaan itu sendiri. hal ini dikarenakan nilai laba bersih mengalami peningkatan meski biaya bunga turun dari periode sebelumnya, tetapi tidak diikuti oleh WACC sebagai komponen biaya modal yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan mengakibatkan penurunan COC yang pada akhirnya menghasilkan nilai EVA yang positif dan lebih besar dari tahun sebelumnya. Menurut Meliala (2011), nilai EVA dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan laba operasional dan meminimalkan biaya modal. Peningkatan pendapatan operasional akan diikuti dengan biaya modal yang rendah. Sehingga nilai NOPAT akan semakin tinggi dan COC semakin rendah, yang akan berimplikasi pada peningkatan nilai EVA. Selanjutnya, laba operasional yang tinggi akan meningkatkan permintaan saham di lantai pasar, yang berdampak pada kenaikan harga saham. Dari penelitian terdahulu yang dilakukan Mubarok (2009), Febriandi (2011), Aryani (2011), Barus (2010), dan Meliala (2011) memiliki persamaan dimana penelitian dilakukan untuk melihat kinerja keuangan perusahaan yang menjadi objek penelitian. Alat analisis yang digunakan penelitian terdahulu memiliki persamaan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan secara kuantitatif, seperti analisis rasio, analisis du pont, dan analisis EVA. Alat analisis tersebut dapat menggambarkan keadaan finansial sebuah perusahaan dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Hasil analisis tersebut dapat digunakan perusahaan untuk memutuskan tindak lanjut yang akan diambil demi perkembangan perusahaan. Kerangka Berpikir Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal penting dalam proses pengambilan keputusan perusahaan. Informasi yang diperoleh dari kinerja keuangan mampu menggambarkan kondisi perusahaan dalam menjalankan usahanya, sehingga keputusan yang diambil akan sesuai dengan kondisi perusahaan. Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan diperlukan data laporan keuangan berupa neraca keuangan dan laporan laba-rugi. Metode yang dapat 18 digunakan untuk menilai kinerja perusahaan antara lain analisis rasio keuangan dan analisis EVA. 1. Hubungan rasio-rasio keuangan terhadap standar penilaian dan tindak lanjutnya untuk peningkatan kinerja keuangan perusahaan Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio likuiditas. Rasio-rasio ini digunakan sebagai tolok ukur untuk melihat seberapa jauh perusahaan telah berhasil mencapai kinerja keuangan yang baik. Nilai rasio-rasio ini diinterpretasikan berdasarkan trend sebelumnya dan standar penilaian yang berlaku. Standar penilaian yang berlaku untuk rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio likuiditas adalah semakin besar nilai rasio maka kinerja perusahaan semakin baik. Sedangkan pada rasio solvabilitas berbanding terbalik dengan kinerja perusahaan, sehingga semakin kecil nilai rasio solvabilitas maka kinerja perusahaan dinilai semakin baik. Hubungan rasio-rasio keuangan dengan standar penilaian dan tindak lanjutnya dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 5 Rasio keuangan, standar penilaian dan tindak lanjut No Rasio Keuangan 1. Rasio Profitabilitas a. Net Profit Margin b. Return On Investment c. Return On Equity 2. Rasio Likuiditas a. Rasio Lancar b. Rasio Sangat Lancar c. Rasio Kas 3. 4. Rasio Aktivitas a. Rasio Perputaran total aktiva b. Rasio Perputaran Persediaan c. Rasio Perputaran aktiva tetap Rasio Solvabilitas a. Debt to Equity Ratio b. Debt to Assets Ratio Standar Penilaian > Rata-rata Industri > Rata-rata Industri > Rata-rata Industri Tindak Lanjut Mengurangi biaya-biaya perusahaan Meningkatkan perusahaan Meningkatkan modal perputaran efisiensi aktiva penggunaan > Rata-rata Industri > Rata-rata Industri Mengurangi hutang perusahaan atau meningkatkan aktiva lancar perusahaan Mengurangi hutang perusahaan atau meningkatkan aktiva lancar selain persediaan perusahaan > Rata-rata Mengurangi hutang perusahaan atau Industri meningkatkan kas perusahaan > Rata-rata Meningkatkan penjualan atau mengurangi Industri total aktiva > Rata-rata Meningkatkan penjualan atau mengurangi Industri jumlah persediaan yang menumpuk > Rata-rata Meningkatkan penjualan atau mengurangi Industri aktiva tetap < Rata-rata Mengurangi hutang perusahaan Industri < Rata-rata Mengurangi hutang perusahaan atau Industri meningkatkan total aktiva perusahaan 19 2. Hubungan nilai Economic Value Added terhadap tindak lanjut peningkatan kinerja keuangan perusahaan. EVA dapat bernilai positif (EVA > 0) maupun negatif (EVA < 0). EVA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan sedang berada dalam keadaan menguntungkan dan menghasilkan kekayaan. sebaliknya, EVA yang negatif merupakan indikator bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami kehancuran modalnya. Berdasarkan nilai EVA, kinerja keuangan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pengembalian atas modal yang ada, mengurangi biaya modal dan aktivitas yang mengurangi nilai. Tabel 6 Nilai EVA, indikasi dan tindak lanjut No. 1. Nilai EVA Positif (EVA>0) 2. Nol (EVA=0) 3. Negatif (EVA<0) Indikasi Perusahaan dalam keadaan menguntungkan Perusahaan dalam keadaan impas Tindak Lanjut Mempertahankan perusahaan keadaan Meningkatkan pengembalian atas modal yang ada, mengurangi biaya modal dan aktivitas yang mengurangi nilai Perusahaan Meningkatkan pengembalian dalam keadaan atas modal yang ada, menghancurkan mengurangi biaya modal dan modal aktivitas yang mengurangi nilai Kerangka Pemikiran Operasional Harga minyak sawit dunia mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan kelapa sawit, khususnya pada perusahaan kelapa sawit yang telah melakukan penawaran umum atau go public. Perkembangan usaha perusahaan yang telah go public ditentukan oleh berapa banyak sahamnya yang terjual kepada investor. Karena itulah perusahaan perlu menjaga kepercayaan investor kepada perusahaan. Saat harga minyak sawit dunia tinggi, investor akan semakin berminat untuk menanamkan modalnya pada perusahaan kelapa sawit. Sebaliknya, saat harga minyak sawit dunia menurun, investor tidak berani menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut karena investor tidak memiliki kepercayaan terhadap perusahaan. Dalam pasar modal, investor perlu melakukan pengukuran terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pengukuran terhadap kinerja keuangan merupakan hal utama untuk menilai seberapa baik kemampuannya untuk menghasilkan laba dan meningkatkan kekayaan perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan yang umumnya dilakukan adalah dengan rasio-rasio keuangan yang dinilai dari sudut pandang perusahaan tersebut. Rasio-rasio tersebut antara lain rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio likuiditas, dan rasio aktivitas. Rasio-rasio ini bisa diukur dengan berpedoman pada laporan neraca dan laba rugi perusahaan. Namun dalam hal ini, perlu diukur pula kinerjanya yang tidak hanya berdasarkan perusahaan namun juga para investor yang merupakan tujuan utama perusahaan dalam penciptaaan laba dan kesejahteraan. 20 Sehubungan dengan hal itu, diperlukan suatu konsep yang dapat mengukur seberapa besar kesejahteraan maupun kekayaan yang berhasil diciptakan perusahaan yang bersangkutan kepada investor atas modal yang telah diberikan, sehingga nilai kekayaan yang diciptakan sudah memberikan kepuasan bagi investornya. Konsep tersebut adalah Economic Value Added (EVA). Nilai EVA diperoleh dari selisih antara Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dengan Cost of Capital (COC) atau biaya modal. Setelah dilakukan pengukuran, dapat dilakukan evaluasi terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang digunakan. Bagi perusahaan, evaluasi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dan tindak lanjut untuk memperbaikinya. Alur kerangka operasional dapat terlihat pada gambar 3. Harga CPO Dunia Perusahaan Kelapa Sawit Go Public Pasar Modal Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Economic Value Added Biaya Modal Rasio Keuangan NOPAT Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas, solvabilitas Evaluasi Kinerja Keuangan Perusahaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Tindak Lanjut Perbaikan Kinerja Keuangan Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional Investor 21 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian ini merupakan penelitian yang berupa evaluasi kinerja keuangan suatu perusahaan. Penelitian ini memiliki populasi yaitu perusahaan perkebunan kelapa sawit go public di Indonesia, sedangkan sampel yang dipakai untuk studi kasus ini yaitu lima perusahaan kelapa sawit, yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia (LSIP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR). Pemilihan sampel dilakukan dengan convenience sampling. Convenience sampling adalah pengambilan sampel secara nonprobabilitas dengan pertimbangan kemudahan dan ketersediaan data perusahaan yang ada. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan April 2014. Lokasi penelitian ini terdiri dari beberapa instansi publik yang terkait dengan penelitian yaitu: Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia, Jalan Jenderal Soedirman Kav. 52-53 Jakarta. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan BEI merupakan lembaga resmi yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dalam bertransaksi antara investor dan emiten secara langsung atau melalui perantara. Data dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dan gambaran umum perusahaan kelapa sawit yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, data bulanan indeks harga saham masing-masing perusahaan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bulanan dari bulan Januari 2010 hingga Desember 2012, serta data tingkat Suku Bunga Indonesia (SBI) bulanan dari bulan Januari 2010 hingga Desember 2012. Selain itu digunakan pula data penunjang yang berupa literatur, buku, penelitian terdahulu, jurnal ilmiah, data Badan Pusat Statistik, dan media elektronik. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 7 Teknik pengumpulan data No Variabel 1. Likuiditas Indikator - Aktiva Lancar - Utang Lancar - Persediaan - Kas dan No Butir 1-4 Jumlah Satuan Teknik Analisis 4 Rupiah - Rumus Rasio Lancar - Rumus Rasio Sangat Lancar - Rumus Rasio Kas 22 2. Solvabilitas 3. Aktivitas 4. 5. Setara Kas - Total Aktiva - Total Utang - Ekuitas 5-7 3 Rupiah - Rumus Debt to Equity Ratio - Rumus Debt to Assets Ratio 8-11 4 Rupiah Profitabilitas - EAT - Penjualan - Total Aktiva - Ekuitas 12-15 4 Rupiah EVA 16-22 7 - Rupiah - Rumus Perputaran Persediaan - Rumus Perputaran Aktiva Tetap - Rumus Perputaran Total Aktiva - Rumus Net Profit Margin - Rumus Return on Investment - Rumus Return on Equity - Rumus Tingkat Pengembalian Saham Perusahaan - Rumus Tingkat Pengembalian pasar bulanan - Rumus Tingkat Pengembalian ratarata pasar yang diharapkan - Rumus risiko saham - Rumus Tingkat Bunga Bebas Risiko - Rumus Biaya Modal Sendiri - Rumus Biaya Utang - Rumus Weighted Average Cost of Capital - Rumus Net Operating Profit After Tax - Rumus Economic Value Added - Penjualan - Persediaan - Aktiva Tetap - Total Aktiva - Beban bunga - Utang Jangka Panjang - Pajak perusahaan - Laba bersih - Harga Saham perusahaan - IHSG - Tingkat Suku Bunga Indonesia dan Kuesioner 2 - Persen 23 Jumlah Pertanyaan 22 Metode Pengolahan dan Analisis Data Dalam Penelitian ini, data-data yang diolah berasal dari data sekunder. Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio keuangan dan analisis Economic Value Added (EVA). Analisis Rasio Keuangan a. Rasio likuiditas 1. Rasio lancar, Rasio ini diperoleh dengan membandingkan aktiva lancar terhadap utang lancar atau utang-utang lancar jangka pendek. (Keown, 2004). 2. Rasio sangat lancar, Rasio ini diukur dengan membandingkan aktiva lancar, kecuali persediaan, terhadap kewajiban lancarnya. (Keown, 2004) 3. Rasio kas, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. b. Rasio solvabilitas Jenis-jenis rasio solvabilitas: 1. Debt to assets ratio, Rasio ini menunjukkan berapa banyak hutang yang digunakan membiayai aset-aset perusahaan. (Keown, 2004) 2. Debt to equity ratio, rasio yang digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dan modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. (Kasmir, 2009) c. Rasio aktivitas 1. Rasio perputaran persediaan, rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode. (Kasmir, 2009). 2. Rasio perputaran aktiva tetap, diukur dengan membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode. 3. Rasio perputaran total aktiva, rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur 24 berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. (Kasmir, 2009). d. Rasio profitabilitas 1. Net Profit Margin, diperoleh dengan membandingkan antara laba bersih (EAT) dengan penjualan 2. Return on Investment (ROI), diperoleh dengan membandingkan pendapatan operasi terhadap total aktiva perusahaan. 3. Return on Equity (ROE), diperoleh dengan membagi laba bersih dengan ekuitas kepemilikan total yang ditunjukkan dalam neraca. (Longenecker, 2012). Analisis Economic Value Added (EVA) EVA merupakan alat analisis pengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menghitung laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal. Langkah-langkah dalam perhitungan EVA adalah sebagai berikut: 1. Menghitung tingkat pengembalian dari masing-masing saham yang didefinisikan sebagai rata-rata dari keuntungan modal yaitu selisih antara harga saham bulan ini dengan harga saham bulan sebelumnya. Rumusnya adalah: Keterangan: Rit = tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t Pit = harga saham perusahaan perlembar bulan ke-t Pit-1 = harga saham perusahaan perlembar bulan ke-t-1 2. Menghitung tingkat pengembalian pasar bulanan dan tingkat pengembalian rata-rata pasar. Rumusnya adalah: ∑ Keterangan: Rmt = tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t IHSGt-1= Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t-1 E(Rm) = tingkat pengembalian rata-rata pasar yang diharapkan dalam satu bulan N = jumlah pengamatan dalam satu tahun (N=12) 3. Menghitung risiko masing-masing saham yang ditunjukkan oleh beta usaha (β ). Beta dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 25 ∑ ∑ Keterangan: σ im = kovarian tingkat pengembalian saham i dengan tingkat pengembalian saham 2 σ m = varian tingkat pengembalian pasar 4. Menentukan tingkat bunga bebas risiko (Rf). Tingkat bunga bebas risiko adalah tingkat suku bunga investasi yang dapat diperoleh investor tanpa menanggung risiko. Tingkat bunga bebas risiko yang digunakan adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 5. Menghitung biaya modal sendiri. Rumusnya adalah: Keterangan: E(R) = harapan pengembalian Rf = tingkat pengembalian bebas risiko Rm = faktor risiko (beta) yang berlaku untuk perusahaan 6. Menghitung biaya utang. Rumusnya adalah: Keterangan: kd = beban bunga dibagi jumlah utang jangka panjang 1-t = faktor koreksi 7. Menghitung biaya atas modal dengan metode Weighted Average Cost of Capital/WACC. Rumusnya adalah: Keterangan: Kd = Biaya utang jangka panjang Ke = biaya pengembalian saham Wd = proporsi utang dalam struktur modal We = Proporsi saham dalam struktur modal T = tingkat pajak perusahaan 8. Perhitungan NOPAT (Net Operating Profit After Tax). Rumusnya adalah: Keterangan Beban bunga = biaya bunga yang harus dibayar oleh perusahaan 9. Perhitungan EVA. Rumusnya adalah: Keterangan: Biaya modal= WACC x modal yang diinvestasikan 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) PT Astra Agro Lestari Tbk awalnya merupakan unit bisnis perkebunan kelapa sawit milik PT Astra Internasional Tbk. Seiring dengan perkembangan unit bisnis ini, PT Astra Internasional Tbk akhirnya memutuskan untuk menjadikannya sebagai entitas bisnis yang baru dengan nama PT Suryaraya Cakrawala. Pada tahun 1989, PT Suryaraya Cakrawala diubah menjadi PT Astra Agro Niaga. Pada tahun 1997, PT Astra Agro Niaga menggabungkan usahanya dengan PT Suryaraya Bahtera dan berganti nama menjadi PT Astra Agro Lestari. Sebagai perusahaan yang semakin berkembang, pada 9 Desember 1997 PT Astra Agro Lestari mencatatkan sahamnya untuk pertama kali di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Dalam penawaran saham perdana, perseroan menawarkan 125.800.000 lembar saham kepada publik dengan harga Rp 1.550 per lembar saham. Visi dan Misi Perusahaan Visi : Menjadi perusahaan agrobisnis paling produktif dan paling inovatif di dunia. Misi : Menjadi panutan dan berkontribusi untuk pembangunan serta kesejahteraan bangsa. Struktur Organisasi Dewan Komisaris: Presiden Komisaris : Prijono Sugiarto Wakil Presiden Komisaris : Chiew Sin Cheok Komisaris : Gunawan Geniusahardja Komisaris : Simon Collier Dixon Komisaris Independen : Patrick Morris Alexander Komisaris Independen : H.S Dillon Komisaris Independen : Anugerah Pekerti Direksi Perusahaan: Presiden Direktur : Widya Wiryawan Direktur Keuangan dan Sekretariat Perusahaan (FCS) : Santosa Direktur Research and Plantation Development (RPD) : Bambang Palgoenadi Direktur Engineering, Mill Support and Quality Control (EMQ) : Juddy Arianto Direktur Environment and Social Responsibility (ESR) : Joko Supriyono Direktur Human Capital and General Affair (HCG) : Jamal Abdul Nasser PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) Sejarah PT PP London Sumatra Indonesia Tbk berawal pada tahun 1906 melalui inisiatif Harrisons & Crosfield Plc, perusahaan perkebunan dan 27 perdagangan yang berbasis di London. Perkebunan London-Sumatera, yang kemudian lebih dikenal dengan nama “Lonsum”, berkembang menjadi salah satu perusahaan perkebunan terkemuka di dunia, dengan lebih dari 100.000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, kakao, dan teh di empat pulau terbesar di Indonesia. di awal kemerdekaan Indonesia, Lonsum lebih memfokuskan usahanya pada tanaman karet, dan kemudian beralih ke kelapa sawit di era tahun 1980. Di tahun 1994, Harrison & Crosfeld menjual seluruh kepemilikan sahamnya di Lonsum kepada PT Pan London Sumatera Plantations (PPLS), yang kemudian mencatatkan Lonsum sebagai perusahaan publik melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1996. Kini Lonsum merupakan salah satu penghasil minyak sawit lestari terbesar di Indonesia, dengan produksi sekitar 195.000 ton minyak sawit lestari setiap tahunnya. Lingkup usaha telah berkembang meliputi pemuliaan tanaman, penanaman, pemanenan, pengolahan dan penjualan produk kelapa sawit, karet, kakao, dan teh. Perseroan memiliki fasilitas pengolahan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Lonsum juga dikenal sebagai produsen benih bibit kelapa sawit yang berkualitas. Visi dan Misi Perusahaan Visi : Menjadi Perusahaan Agribisnis terkemuka yang berkelanjutan dalam hal tanaman, biaya, lingkungan yang berbasis penelitian dan pengembangan Misi : Menambah nilai bagi “stakeholders” di bidang agribisnis Struktur Organisasi Dewan Komisaris: Presiden Komisaris : Franciscus Welirang Komisaris : Werianty Setiawan Komisaris : Hendra Widjaja Komisaris : Axton Salim Komisaris : Hans Ryan Aditio Komisaris Independen : Rachmat Soebiapradja Komisaris Independen : Tengku Alwin Aziz Komisaris Independen : Hans Kartikahadi Komisaris Independen : Eddy Sugito Dewan Direksi: Presiden Direktur : Benny Tjoeng Wakil Presiden Direktur I : Sonny Lianto Wakil Presiden Direktur II : Eddy Hariyanto Direktur : Tjhie Tje Fie Direktur : Paulus Maleonoto Direktur : Mark Julian Wakeford Direktur : Gunadi Direktur : Joefly Joesoef Bahroeny PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) PT Sampoerna Agro didirikan pada 1993 dengan nama PT Selapan Jaya untuk mengelola kebun kelapa sawit di Sumatera Selatan. Perseroan kemudian tercatat sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 2007. Saat ini area operasional Perseroan berlokasi di 28 Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Bersama 29 anak perusahaannya, perseroan saat ini memproduksi empat lini produk utama: produk kelapa sawit, produk inti sawit, kecambah serta produk non-sawit. Visi dan Misi Perusahaan Visi : Menjadi salah satu perusahaan terdepan yang bertanggungjawab di sektor agribisnis di Indonesia Misi : 1. Mengembangkan tim manajemen profesional yang berintegritas tinggi dan didukung oleh sumber daya manusia yang terampil dan termotivasi 2. Mencari dan mengembangkan peluang pertumbuhan yang menguntungkan di bisnis inti, dengan tetap menjaga pengeluaran biaya secara terkontrol. 3. Terus berusaha mencapai kesempurnaan melalui inovasi, penelitian, dan pengembangan 4. Ikut berpartisipadi salam peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar perkebunan 5. Menjaga dan mempromosikan standar lingkungan hidup yang baku dalam segala aspek pengembangan, produksi, dan pengolahan. Struktur Organisasi Dewan Komisaris: Komisaris Utama : Michael Sampoerna Komisaris : Hendra Prasetya Komisaris Independen : Phang Cheow Hock Komisaris Independen : Arief T. Suryowidjojo Dewan Direksi: Direktur Utama : Ekadharmajanto Kasih Wakil Direktur Utama : Marc Stephan Louis Louette Direktur Corporate Affairs : Achmad Hadi Fauzan Direktur Peneliti dan Pengembangan : Dwi Asmono Direktur Sumber daya Manusia : Hero Djajakusumah Direktur Keuangan : Budi Setiawan Halim Direktur Komersial : Lim King Hui PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) PT Tunas Baru Lampung didirikan pada tahun 1973. Perseroan telah berkembang menjadi salah satu produsen minyak goreng terbesar. Pada tanggal 14 Februari 2000 PT Tunas Baru Lampung melakukan pencatatan saham perdananya pada Bursa Efek Jakarta. Produk-produk perseroan antara lain minyak goreng nabati, stearine, minyak sawit, minyak inti sawit, dan produk lain seperti sabun cream dan sabun cuci dengan memanfaatkan asam lemak, sebagai produk sampingan hasil pengolahan CPO. Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku produksi minyak goreng, perusahaan memiliki perkebunan kelapa sawit sendiri dengan luas lahan lebih dari 50.000 hektar di Lampung, 30.000 hektar di Palembang, dan 20.000 hektar di Pontianak. Visi dan Misi Perusahaan 29 Visi : Menjadi produsen minyak goreng nabati dan turunannya yang terintegrasi penuh dengan biaya produksi yang rendah dan ramah lingkungan Misi : Kekuatan melalui integrasi Struktur Organisasi Dewan Komisaris: Presiden Komisaris : Santoso Winata Komisaris : Oey Albert Komisaris Independen : Richter Pane Dewan Direksi: Presiden Direktur : Widarto Wakil Presiden Direktur : Sudarmo Tasmin Direktur : Winoto Prajitno Direktur : Oey Alfred Direktur : Djunaidi Nur Direktur : Teow Soi Eng PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) PT Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) didirikan pada tahun 1962 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1992. Aktivitas utama perseroan dimulai dari penanaman dan pemanenan pohon kelapa sawit, pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PK), serta pemrosesan CPO menjadi produk industri dan konsumen seperti minyak goreng, margarin, dan shortening. Perseroan juga mendistribusikan, memasarkan dan mengekspor produk konsumen berbasis kelapa sawit. Visi dan Misi Perusahaan Visi : Menjadi perusahaan berbasis kelapa sawit terbesar yang terintegrasi dan paling menguntungkan Misi : 1. Melampaui standar kualitas tertinggi 2. Mempertahankan tingkat ketahanan dan integritas tertinggi 3. Memberdayakan masyarakat 4. Pencipta tren inovasi dan teknologi 5. Mencapai nilai maksimum bagi shareholders Struktur Organisasi Dewan Komisaris: Komisaris Utama : Franky Oesman Widjaja Wakil Komisaris Utama : Muktar Widjaja Wakil Komisaris Utama : Simon Lim Komisaris : Rachmad Gobel Komisaris : Rafael Buhay Concepcion, Jr Komisaris Independen : Prof. DR. Teddy Pawitra Komisaris Independen : DR. Susiyati B. Hirawan Komisaris Independen : Hj. Ryani Soedirman Dewan Direksi: Direktur Utama : Jo Daud Dharsono Wakil Direktur Utama : Budi Wijana Wakil Direktur Utama : Edy Saputra Suradja 30 Direktur Direktur Direktur : H. Uminto : Jimmy Pramono : DR. Ir. Gianto Widjaja Kinerja Keuangan Perusahaan Analisis Rasio-rasio Keuangan Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis solvabilitas yang ditunjukkan dengan debt to equity ratio dan debt to asset ratio. Analisis aktivitas yang ditunjukkan dengan rasio perputaran persediaan, rasio perputaran aktiva tetap dan rasio perputaran total aktiva, analisis likuiditas yang ditunjukkan dengan rasio lancar, rasio sangat lancar, dan rasio kas, serta analisis profitabilitas yang ditunjukkan dengan Net Profit Margin, Return to equity ratio, return to investment ratio, dan earning per share. A. Analisis Solvabilitas Analisis solvabilitas dilakukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya saat perusahaan dilikuidasi. Data yang dibutuhkan dalam analisis ini adalah total aktiva, total utang, dan ekuitas.. Penilaian tingkat solvabilitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR menggunakan debt to equity ratio dan debt to asset ratio. Perkembangan nilai rasio solvabilitas ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Perkembangan nilai rasio solvabilitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR periode tahun 2010-2012 Indikator DER No 2010 2011 2012 2010 2011 2012 AALI SGRO LSIP TBLA 0,185 0,332 0,221 1,952 0,211 0,365 0,163 1,641 0,326 0,055 0,203 1,954 0,152 0,249 0,181 0,661 0,174 0,267 0,14 0,621 0,246 0,355 0,168 0,661 5 SMAR 1,114 1,007 0,874 0,521 0,502 0,481 Rata-rata Industri 0,761 0,677 0,682 0,353 0,341 0,382 1 2 3 4 Emiten DAR Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio menunjukkan proporsi hutang yang dapat dijamin dengan modal sendiri. Perkembangan nilai DER kelima perusahaan menunjukkan tren yang berfluktuatif setiap tahunnya. Nilai rata-rata industri untuk rasio ini pada tahun 2010, 2011, dan 2012 adalah 0,761, 0,677, dan 0,682. Semakin kecil nilai rasio ini menunjukkan semakin tinggi kemampuan modal sendiri untuk menjamin kewajiban perusahaan. Perkembangan nilai Debt to Equity Ratio terlihat pada gambar 3 31 2.5 2 AALI 1.5 SGRO LSIP TBLA 1 SMAR Rata-rata Industri 0.5 0 1 2 3 Gambar 4 Perkembangan Debt to Equity Ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata industri Pada tahun 2010, terdapat tiga perusahaan yang memiliki nilai DER lebih kecil dari rata-rata industri, yaitu PT AALI sebesar 0,185, PT SGRO sebesar 0,332, dan PT LSIP sebesar 0,221. Sedangkan PT TBLA dan PT SMAR memiliki nilai DER yang lebih tinggi dari rata-rata industri, yaitu sebesar 1,952 dan 1,114. Pada tahun 2011, tingkat rasio memiliki tren yang menurun pada PT LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR. Nilai rasio PT LSIP turun menjadi 0,163, PT TBLA menjadi 1,641 dan PT SMAR menjadi 1,007. Hal berbeda terjadi pada PT AALI dan PT SGRO yang mengalami peningkatan nilai rasio yaitu menjadi 0,211 dan 0,365 tetapi nilai kedua perusahaan tersebut masih berada di bawah rata-rata industri. Sedangkan PT TBLA dan SMAR berada di atas rata-rata industri. Pada tahun 2012, tingkat rasio memiliki tren yang meningkat pada PT AALI, PT LSIP dan PT TBLA dan menurun pada PT SGRO dan PT SMAR. Nilai rasio PT AALI meningkat menjadi 0,326, PT LSIP menjadi 0,203, dan PT TBLA menjadi 1,954 sedangkan nilai rasio PT SGRO menurun menjadi 0,055 dan PT SMAR menjadi 0,874. Seperti pada tahun 2010 dan 2011, perusahaan yang memiliki nilai rasio lebih kecil daripada nilai rata-rata industri adalah PT AALI, PT LSIP dan PT SGRO. Sedangkan PT TBLA dan PT SMAR memiliki nilai rasio yang lebih tinggi daripada nilai rata-rata industri. Secara keseluruhan, perusahaan yang memiliki nilai rasio yang baik pada periode tahun 2010 hingga 2012 adalah PT AALI, PT SGRO dan PT LSIP. Sedangkan PT TBLA dan PT SMAR memiliki nilai rasio yang kurang baik. Hal tersebut menunjukkan kedua perusahaan tersebut belum memiliki kemampuan untuk menjamin kewajiban perusahaan dengan modal sendiri saat perusahaan dilikuidasi. Debt to Assets Ratio Nilai Debt to assets ratio menunjukkan banyaknya aktiva yang dibiayai dari pinjaman. Semakin kecil nilai rasio ini menunjukkan semakin baik tingkat 32 keamanan perusahaan karena struktur aktiva yang hanya sedikit dibiayai oleh pinjaman. Perkembangan nilai Debt to Assets Ratio kelima perusahaan dapat terlihat pada gambar 4. 0.7 0.6 0.5 AALI SGRO 0.4 LSIP TBLA 0.3 SMAR 0.2 Rata-rata Industri 0.1 0 2010 2011 2012 Gambar 5 Perkembangan Debt to Assets Ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri Pada tahun 2010, rata-rata nilai debt to assets ratio industri sebesar 0,353. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam industri memiliki jumlah aktiva yang dibiayai dengan utang sebesar 35,3 persen. Pada tahun 2011, rata-rata nilai debt to assets ratio industri menurun menjadi sebesar 0,343 yang berarti terdapat perbaikan pada tingkat keamanan perusahaan dalam industri. Namun pada tahun 2012, rata-rata nilai debt to assets ratio industri kembali meningkat menjadi 0,382. Dari kelima perusahaan yang diamati, hanya PT TBLA dan PT SMAR yang memiliki nilai debt to assets ratio lebih besar dari rata-rata industrinya. Hal tersebut disebabkan struktur aktiva perusahaan yang lebih banyak dibiayai oleh pinjaman daripada oleh modal sendiri. Sedangkan nilai ketiga perusahaan lainnya, selalu berada di bawah rata-rata industri yang berarti perusahaan tersebut telah memiliki tingkat keamanan yang baik. B. Analisis Aktivitas Analisis aktivitas dilakukan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Data yang digunakan adalah penjualan, persediaan, aktiva tetap dan total aktiva perusahaan. Perkembangan rasio aktivitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA dan PT SMAR adalah sebagai berikut: 33 Tabel 9 Perkembangan rasio aktivitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA dan PT SMAR periode tahun 2010-2012 Indikator Perputaran Persediaan No Emiten 2010 2011 2012 1 AALI 14,16 13,99 9,258 2 SGRO 10,21 9,411 8,193 3 LSIP 13,58 12,73 6,52 4 TBLA 6,179 7,631 5,863 5 SMAR 7,499 11,16 10,29 Rata-rata Industri Perputaran Aktiva Tetap 2010 2011 2012 1,312 1,291 1,087 1,151 1,196 0,9 0,882 1,109 0,849 1,461 1,58 1,322 3,248 4,673 3,092 10,33 10,98 8,025 1,611 1,97 Perputaran Total Aktiva 2010 2011 2012 1,006 1,056 0,931 0,804 0,921 0,722 0,646 0,69 0,558 0,808 0,879 0,732 1,624 2,152 1,694 1,45 0,978 1,14 0,927 Perputaran Persediaan Rasio perputaran persediaan kelima perusahaan pada tiga tahun pengamatan menunjukkan tren yang berfluktuatif. Rata-rata rasio perputaran persediaan industri pada tahun 2010 adalah sebesar 10,33. Artinya dalam satu periode perusahaan mampu menjual barang dagangannya sebanyak 10,33 kali, dan berarti juga bahwa dalam satu tahun, persediaan perusahaan disimpan dalam gudang selama kurang lebih 34,85 hari (360 hari/10,33). Dari kelima perusahaan yang diamati, hanya PT AALI, PT SGRO, dan PT LSIP yang memiliki nilai rasio lebih tinggi daripada rata-rata industri. PT AALI memiliki nilai rasio tertinggi, yaitu sebesar 14,16. Sedangkan PT TBLA dan PT SMAR memiliki nilai rasio lebih kecil daripada rata-rata industri, yaitu sebesar 6,179 dan 7,499. 16 14 12 AALI 10 SGRO LSIP 8 TBLA 6 SMAR 4 Rata-rata Industri 2 0 1 2 3 Gambar 6 Perkembangan rasio perputaran persediaan PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR, dan rata-rata Industri 34 Rata-rata rasio perputaran persediaan industri pada tahun 2011 meningkat menjadi sebesar 10,98. PT AALI, PT LSIP, dan PT SMAR memiliki nilai rasio perputaran persediaan lebih besar daripada rata-rata industri, yaitu sebesar 13,99, 12,73, dan 11,16. Sedangkan PT SGRO dan PT TBLA memiliki nilai rasio lebih kecil daripada rata-rata industri, yaitu sebesar 9,41 dan 7,63. Pada tahun 2012, rata-rata rasio perputaran persediaan industri mengalami penurunan menjadi sebesar 8,025. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan nilai rasio kelima perusahaan. PT SMAR memiliki nilai rasio tertinggi sebesar 10,29 disusul oleh PT AALI dan PT SGRO sebesar 9,258 dan 8,193. Sedangkan PT LSIP dan PT TBLA memiliki nilai rasio dibawah rata-rata industri yaitu sebesar 6,52 dan 5,86. Selama tiga tahun pengamatan, PT AALI selalu memiliki nilai perputaran persediaan yang lebih tinggi dari rata-rata industri. Sedangkan PT TBLA memiliki nilai rasio perputaran persediaan yang kurang baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu memanfaatkan persediaannya secara efisien. Jumlah persediaan perusahaan mendekati jumlah penjualannya sehingga menyebabkan nilai rasio perputaran persediaan perusahaan rendah. Perputaran Aktiva Tetap Rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam usaha memperoleh pendapatan penjualan. Pada tahun 2010, rata-rata perputaran aktiva tetap industri adalah sebesar 1,611. Artinya, setiap Rp. 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 1,611 pendapatan. Dari kelima perusahaan yang dianalisis, hanya PT SMAR yang memiliki nilai perputaran aktiva tetap lebih besar daripada rata-rata industri yaitu sebesar 3,248. Hal tersebut menunjukkan bahwa PT SMAR lebih unggul dalam penggunaan kapasitas aktiva tetapnya. Sedangkan keempat perusahaan lainnya belum mampu menggunakan kapasitas aktiva tetapnya secara sepenuhnya. Perkembangan nilai perputaran aktiva tetap kelima perusahaan dapat terlihat pada gambar 7. 35 5 4.5 4 AALI 3.5 SGRO 3 LSIP 2.5 TBLA 2 SMAR 1.5 Rata-rata industri 1 0.5 0 2010 2011 2012 Gambar 7 Perkembangan Rasio Perputaran Aktiva Tetap PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan Rata-rata Industri Pada tahun 2011, rata-rata perputaran aktiva tetap industri meningkat menjadi sebesar 1,97. Nilai perputaran aktiva tetap tertinggi dimiliki oleh PT SMAR, yaitu sebesar 4,367. Sedangkan PT TBLA, PT AALI, PT SGRO dan PT LSIP memiliki nilai rasio perputaran aktiva dibawah rata-rata industri yaitu sebesar 1,58, 1,291, 1,196, dan 1,109. Pada tahun 2012, rata-rata perputaran aktiva industri menurun menjadi sebesar 1,45. Nilai perputaran aktiva tetap tertinggi tetap dimiliki oleh PT SMAR yaitu sebesar 3,092. Sedangkan keempat perusahaan lainnya tetap berada di bawah rata-rata industri. Selama tiga tahun pengamatan, PT SMAR memiliki nilai rasio perputaran aktiva paling baik daripada keempat perusahaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh jumlah penjualan perusahaan sangat tinggi yang menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva tetap oleh perusahaan dengan baik. Sedangkan keempat perusahaan lainnya belum menggunakan aktiva tetap yang dimilikinya secara efisien. Jumlah penjualan perusahaan mendekati jumlah aktiva tetapnya. Perputaran Total Aktiva Perkembangan nilai rasio perputaran total aktiva PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR selama tiga periode pengamatan menunjukkan perubahan secara fluktuatif. Nilai rata-rata perputaran total aktiva industri pada tahun 2010 adalah 0,978. Nilai tersebut meningkat pada tahun 2011 menjadi sebesar 1,14. Namun pada tahun 2012, nilai rata-rata perputaran total aktiva industri kembali menurun menjadi sebesar 0,927. Perkembangan nilai perputaran total aktiva kelima perusahaan dapat terlihat pada gambar 8. 36 2.5 2 AALI 1.5 SGRO LSIP TBLA 1 SMAR Rata-rata industri 0.5 0 1 2 3 Gambar 8 Perkembangan rasio perputaran total aktiva PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri Berdasarkan tiga tahun pengamatan, hanya PT SMAR dan PT AALI yang memiliki nilai rasio perputaran total aktiva lebih besar daripada rata-rata industrinya. Hal ini menunjukkan PT SMAR dan PT AALI memiliki tingkat efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk menciptakan pendapatan dan memperoleh laba. Ketiga perusahaan lainnya, yaitu PT SGRO, LSIP dan TBLA memiliki nilai rasio perputaran total aktiva yang lebih kecil daripada rata-rata industrinya. PT LSIP memiliki nilai rasio paling kecil pada tiga tahun pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut belum mampu menghasilkan nilai pendapatan sesuai dengan total aktiva yang dimilikinya. C. Analisis Likuiditas Analisis likuiditas akan menunjukkan posisi keuangan jangka pendek perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Data yang digunakan adalah aktiva lancar, utang lancar, persediaan, serta kas dan setara kas. Perkembangan rasio likuiditas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA dan PT SMAR adalah sebagai berikut: 37 Tabel 10 Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR, Periode tahun 2010-2012 Current Ratio No Emiten 2010 2011 2012 1 AALI 1,932 1,265 0,685 2 SGRO 1,882 1,589 1,109 3 LSIP 2,393 4,833 3,273 4 TBLA 1,111 1,378 1,588 5 SMAR 1,519 1,87 2,1 Rata-rata Industri 1,767 2,187 1,751 Indikator Quick Ratio 2010 2011 2012 1,343 0,741 0,204 1,391 0,911 0,615 1,967 4,139 2,458 0,786 1,02 1,143 0,861 1,201 1,335 Cash Ratio 2010 2011 2012 1,169 0,571 0,088 1,148 0,708 0,309 1,867 3,885 2,27 0,165 0,398 0,376 0,071 0,114 0,338 1,27 1,603 1,151 0,884 1,135 0,676 Current Ratio Current ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban jangka pendeknya. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai rata-rata current ratio kelima perusahaan pada tahun 2010, 2011, dan 2012 mengalami tren yang berfluktuasi. Pada tahun 2010, nilai rata-rata current ratio industri sebesar 1,767. Pada tahun 2011, nilai rata-rata current ratio industri meningkat menjadi 2,187, tetapi pada tahun 2011 nilai rata-rata current ratio industri menurun menjadi 1,751. Perkembangan nilai current ratio kelima perusahaan dapat dilihat pada gambar 9 6 5 AALI 4 SGRO LSIP 3 TBLA SMAR 2 Rata-rata industri 1 0 2010 2011 2012 Gambar 9 Perkembangan current ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri Pada tahun 2010, PT AALI memiliki nilai current ratio sebesar 1,932. Nilai tersebut berada di atas rata-rata industri. Tetapi pada tahun 2011 dan 2012 nilai current ratio perusahaan mengalami penurunan dan berada di bawah rata- 38 rata industri yaitu sebesar 1,265 dan 0,685. Hal tersebut disebabkan pada tiga tahun pengamatan aktiva lancar perusahaan mengalami penurunan, sedangkan utang lancar perusahaan mengalami peningkatan. Pada tahun 2012, utang lancar perusahaan lebih rendah daripada aktiva lancar perusahaan. PT SGRO memiliki nilai current ratio sebesar 1,882 pada tahun 2010. Nilai tersebut berada di atas rata-rata industri. Namun pada tahun 2011 dan tahun 2012 nilai current ratio perusahaan berada di bawah rata-rata industri. Pada tahun 2011, nilai current ratio menurun menjadi 1,589. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan aktiva lancar tetapi utang lancar meningkat. Pada tahun 2012, nilai current ratio kembali menurun menjadi sebesar 1,109 yang disebabkan peningkatan aktiva lancar tetapi disertai peningkatan utang lancar yang mendekati nilai aktiva lancarnya. Selama periode tahun 2010 hingga tahun 2012, PT LSIP memiliki nilai current ratio tertinggi. Pada tahun 2010, nilai current ratio PT LSIP sebesar 2,393. Nilai tersebut meningkat drastis pada tahun 2011 menjadi sebesar 4,833. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan aktiva lancar yang disertai penurunan utang lancar. Pada tahun 2012, nilai current ratio perusahaan menurun menjadi sebesar 3,273 yang disebabkan peningkatan utang lancar yang lebih besar daripada peningkatan aktiva lancar. PT TBLA selalu memiliki nilai current ratio dibawah rata-rata industri selama tiga tahun pengamatan. Pada tahun 2010, current ratio PT TBLA sebesar 1,111. Nilai tersebut meningkat pada tahun 2011 dan 2012 yaitu menjadi sebesar 1,378 dan 1,588. Nilai current ratio PT TBLA yang rendah disebabkan nilai utang lancar yang mendekati nilai aktiva lancar. PT SMAR memiliki nilai tren current ratio yang meningkat dalam tiga tahun pengamatan. Pada tahun 2010, nilai current ratio perusahaan sebesar 1,519. Nilai ini berada dibawah rata-rata industri. Pada tahun 2011, nilai current ratio meningkat menjadi sebesar 1,87. Namun nilai tersebut masih berada di bawah rata-rata industrinya. Hal tersebut disebabkan jumlah aktiva lancar meningkat yang disertai peningkatan utang lancarnya. Pada tahun 2012, nilai current ratio meningkat menjadi sebesar 2,1. Nilai tersebut telah berada di atas rata-rata industrinya. Quick Ratio Quick ratio digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan nilai persediaan, karena persediaan dianggap aktiva lancar yang paling tidak likuid. Rata-rata nilai quick ratio industri mengalami tren yang berfluktuatif. Pada tahun 2010, rata-rata industri sebesar 1,27. Artinya setiap satu rupiah utang lancar dijamin oleh Rp. 1,27,- aktiva lancar tanpa memperhitungkan unsur persediaan. Pada tahun 2011, rata-rata nilai quick ratio industri mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,603. Namun pada tahun 2012, rata-rata nilai quick ratio industri mengalami penurunan hingga menjadi sebesar 1,151. Perkembangan nilai quick ratio kelima perusahaan dapat terlihat pada gambar 10. 39 4.5 4 3.5 AALI 3 SGRO 2.5 LSIP 2 TBLA 1.5 SMAR Rata-rata industri 1 0.5 0 2010 2011 2012 Gambar 10 Perkembangan quick ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri Selama tiga tahun pengamatan, PT LSIP memiliki nilai quick ratio yang paling baik. Hal tersebut disebabkan jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan jauh lebih kecil daripada aktiva yang likuid, sehingga perusahaan mampu menjamin utang lancarnya dengan aktiva yang paling likuid. Cash Ratio Cash ratio digunakan untuk melihat seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Rata-rata nilai cash ratio industri mengalami tren yang berfluktuatif pada tiga tahun pengamatan. Pada tahun 2010, perusahaan yang diamati, PT LSIP memiliki nilai cash ratio tertinggi yaitu sebesar 1,867 diikuti oleh PT AALI dan PT SGRO sebesar 1,169 dan 1,148. Sedangkan PT TBLA dan PT SMAR memiliki nilai cash ratio di bawah rata-rata industri, yaitu sebesar 0,165 dan 0,071. Hal ini menunjukkan kemampuan kedua perusahaan tersebut dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya kurang baik. Perkembangan nilai cash ratio kelima perusahaan dapat dilihat pada gambar 11. 40 4.5 4 3.5 AALI 3 SGRO 2.5 LSIP 2 TBLA 1.5 SMAR Rata-rata industri 1 0.5 0 2010 2011 2012 Gambar 11 Perkembangan cash ratio PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri Pada tahun 2011, rata-rata cash ratio industri meningkat menjadi sebesar 1,135. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan nilai ratio PT LSIP secara drastis menjadi sebesar 3,885. Akibatnya, keempat perusahaan lainnya berada di bawah rata-rata industri. Pada tahun 2012, rata-rata cash ratio industri kembali menurun menjadi sebesar 0,676. Dari kelima perusahaan yang diamati, hanya PT SMAR yang mengalami peningkatan nilai menjadi 0,338 meskipun tetap berada di bawah ratarata industri. Keempat perusahaan lainnya mengalami penurunan nilai rasio. Selama tiga tahun pengamatan, PT LSIP memiliki nilai cash ratio terbaik. Perusahaan memiliki kemampuan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan baik. Tidak seperti keempat perusahaan lainnya, PT LSIP memiliki jumlah utang lancar yang rendah namun dijamin oleh jumlah kas yang tinggi. D. Analisis Profitabilitas Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Analisis profitabilitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR dilakukan dengan menggunakan rasio Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE), dan Return on Investment (ROI). Data yang digunakan adalah EAT, penjualan, total aset dan ekuitas perusahaan. Secara ringkas perkembangan rasio profitabilitas sebagai berikut: 41 Tabel 11 Perkembangan rasio profitabilitas PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR Periode Tahun 2010-2012 Indikator ROI NPM No Emiten 1 AALI 2 SGRO 3 LSIP 4 TBLA 5 SMAR Rata-rata Industri ROE 2010 2011 2012 2010 2011 2012 0,228 0,198 0,288 0,084 0,062 0,229 0,159 0,186 0,068 0,132 0,245 0,161 0,251 0,099 0,121 0,198 0,28 0,297 0,262 0,081 0,212 0,22 0,013 0,149 0,227 0,291 0,179 0,047 0,2 0,262 0,139 0,101 0,241 0,243 0,216 0,232 0,175 0,363 0,113 0,056 0,212 0,113 0,267 0,064 0,078 2010 2011 2012 0,172 0,188 0,147 0,155 0,175 0,115 0,232 0,263 0,162 Net Profit Margin (NPM) Net profit margin menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan perusahaan. Selama tiga tahun pengamatan, nilai rasio ini menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Rata-rata nilai NPM industri pada tahun 2010, 2011 dan 2012 adalah sebesar 0,172, 0,188, dan 0,147. Perkembangan nilai Net Profit Margin kelima perusahaan dapat terlihat pada gambar 12. 0.4 0.35 0.3 AALI 0.25 SGRO LSIP 0.2 TBLA 0.15 SMAR 0.1 Rata-rata industri 0.05 0 2010 2011 2012 Gambar 12 Perkembangan Net Profit Margin PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri Pada tahun 2010, terdapat dua perusahaan yang memiliki nilai NPM lebih besar daripada rata-rata industri yaitu PT LSIP, PT AALI dan PT SGRO. PT LSIP memiliki nilai NPM tertinggi yaitu sebesar 0,288. PT AALI dan PT SGRO memiliki nilai NPM sebesar 0,228 dan 0,198. Sedangkan PT TBLA dan PT 42 SMAR memiliki nilai NPM kurang dari rata-rata industri, yaitu sebesar 0,084 dan 0,062. Pada tahun 2011, hanya PT LSIP dan PT AALI yang memiliki nilai NPM lebih besar daripada rata-rata industri yaitu sebesar 0,363 dan 0,232. Sedangkan nilai NPM PT SGRO, PT TBLA dan PT SMAR masih berada di bawah rata-rata industri yaitu sebesar 0,175, 0, 113 dan 0,056. Pada tahun 2012, PT LSIP dan PT AALI tetap memiliki nilai NPM lebih besar daripada rata-rata industri. Nilai NPM PT LSIP tertinggi yaitu sebesar 0,267 dan nilai NPM PT AALI sebesar 0,212. Sedangkan nilai NPM PT SGRO, PT SMAR, dan PT TBLA berada di bawah rata-rata industri yaitu sebesar 0,113, 0,078, dan 0,064. Selama tiga tahun pengamatan, PT LSIP memiliki nilai NPM tertinggi. Sedangkan PT SGRO, PT TBLA, PT SMAR memiliki nilai NPM di bawah ratarata industri. Hal tersebut disebabkan oleh EAT perusahaan yang rendah. Sedangkan pada PT SMAR, EAT perusahaan tinggi, namun tidak sebanding dengan penjualan perusahaan yang sangat tinggi. Return On Investment (ROI) Return On Investment kelima perusahaan yang diteliti pada periode tahun 2010 hingga tahun 2012 menunjukkan tren yang berfluktuatif. Nilai rasio rata-rata industri pada tahun 2010, 2011, dan 2012 adalah 0,155, 0,175, dan 0,115. Semakin tinggi nilai ROI menunjukkan semakin baik kemampuan perusahaan dalam mengelola aset yang dimiliki. Perkembangan nilai Return on Investmen kelima perusahaan dapat terlihat pada gambar 13 0.3 0.25 AALI 0.2 SGRO LSIP 0.15 TBLA 0.1 SMAR 0.05 Rata-rata industri 0 2010 2011 2012 Gambar 13 Perkembangan Return on Investment PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri PT AALI memiliki nilai ROI sebesar 0,229 pada tahun 2010. Arti nilai tersebut adalah dalam setiap satu rupiah aset yang dimiliki perusahaan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,229,- (dalam jutaan). Nilai tersebut adalah nilai ROI tertinggi pada tahun itu. Pada tahun 2011, nilai ROI PT AALI 43 mengalami peningkatan menjadi 0,245. Selanjutnya pada tahun 2012, nilai tersebut menurun menjadi 0,198 namun merupakan nilai ROI tertinggi pada tahun tersebut. PT SGRO mengalami tren nilai ROI yang menurun pada periode tahun 2010 hingga tahun 2012. Pada tahun 2010, PT SGRO memiliki nilai ROI sebesar 0,159. Nilai tersebut sedikit lebih tinggi daripada rata-rata industri yang sebesar 0,155. Pada tahun 2011, nilai ROI PT SGRO mengalami peningkatan menjadi 0,161 namun berada di bawah rata-rata industri. Selanjutnya pada tahun 2012, nilai ROI PT SGRO kembali menurun menjadi 0,081 dan berada di bawah ratarata industri. Pada tahun 2010, PT LSIP memiliki nilai ROI sebesar 0,186 dan meningkat drastis menjadi 0,251 pada tahun 2011. Nilai tersebut merupakan nilai ROI tertinggi pada tahun itu. Pada tahun 2012 nilai ROI PT LSIP mengalami penurunan menjadi 0,149 namun tetap berada di atas rata-rata industrinya. PT SMAR memiliki nilai ROI lebih rendah dari rata-rata industri pada tahun 2010, yaitu 0,132. Pada tahun 2011, nilai ROI perusahaan mengalami penurunan menjadi 0,121 dan masih berada di bawah rata-rata industri. Pada tahun 2012, nilai ROI perusahaan terus mengalami penurunan menjadi 0,101. PT TBLA memiliki nilai ROI terendah pada periode ini. Pada tahun 2010, PT TBLA memiliki nilai ROI sebesar 0,068. Nilai tersebut meningkat pada tahun 2011 menjadi 0,099 namun tetap merupakan nilai ROI terendah. Pada tahun 2012, nilai ROI perusahaan kembali menurun menjadi 0,047. Hal ini menunjukkan bahwa PT TBLA belum mampu mengelola aset yang dimiliki dengan baik. Return On Equity (ROE) Return On Equity bertujuan untuk menggambarkan seberapa besar kemampuan pendapatan bersih perusahaan yang dapat diperoleh para pemegang saham atas modal yang disetor. Dalam tiga tahun pengamatan, nilai rasio mengalami tren yang berfluktuasi. Rata-rata nilai rasio industri pada tahun 2010, 2011, 2012 yaitu 0,232, 0,263, dan 0,162. Perkembangan nilai Return on Equity kelima perusahaan dapat terlihat pada gambar 14. 44 0.35 0.3 0.25 AALI SGRO 0.2 LSIP 0.15 TBLA SMAR 0.1 Rata-rata industri 0.05 0 2010 2011 2012 Gambar 14 Perkembangan Return On Equity PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri Pada tahun 2010, nilai ROE tertinggi dimiliki oleh PT AALI yaitu sebesar 0,28, yang berarti dalam setiap Rp. 1,00,- modal sendiri yang ditanamkan, perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,28,-. Hanya PT AALI dan PT SMAR yang memiliki nilai ROE lebih besar daripada rata-rata industri yaitu sebesar 0,241. Sedangkan PT LSIP, PT SGRO dan PT TBLA memiliki nilai ROE kurang dari rata-rata industri, yaitu sebesar 0,227, 0,212, dan 0,2. Pada tahun 2011, PT AALI memiliki nilai ROE tertinggi, yaitu sebesar 0,297. Nilai tersebut meningkat dari tahun sebelumnya. PT LSIP memiliki nilai ROE sebesar 0,291 yang meningkat dari tahun sebelumnya dan lebih tinggi dari rata-rata industri. Sedangkan PT TBLA, PT SMAR, dan PT SGRO masih berada di bawah rata-rata industri yaitu sebesar 0,262, 0,243 dan 0,22. Pada tahun 2012, kelima perusahaan yang diamati mengalami tren nilai ROE yang menurun. PT AALI, PT SMAR dan PT LSIP memiliki nilai ROE lebih tinggi daripada rata-rata industri, yaitu sebesar 0,262, 0,216, dan 0,179. Sedangkan PT TBLA dan SGRO masih berada di bawah rata-rata industri, yaitu sebesar 0,139 dan 0,013. Selama tiga periode pengamatan, PT AALI memiliki nilai Return On Equity terbaik. Sedangkan PT SGRO dan PT TBLA memiliki kinerja yang kurang baik yang disebabkan oleh rendahnya laba bersih perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua perusahaan tersebut belum mampu menggunakan modal sendiri secara efisien. Analisis Economic Value Added (EVA) Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan dengan pendekatan Economic Value Added (EVA) pada periode tahun 2010 hingga 2012 (tabel 12) dari lima perusahaan yang dianalisis, hanya PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) yang memiliki nilai EVA selalu positif pada periode tersebut. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), 45 dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki nilai EVA yang fluktuatif dan negatif pada akhir periode. Sedangkan nilai EVA PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) hanya positif pada tahun 2010. Nilai EVA yang positif menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang baik dan mampu menciptakan nilai tambah atas penggunaan modal kepada para penyandang dana, sedangkan nilai EVA yang negatif berarti kinerja perusahaan yang buruk dan memusnahkan nilai yang seharusnya didapatkan para penyandang dana. Perusahaan yang mampu menghasilkan EVA yang positif berarti pihak manajemennya telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan. Penciptaan nilai ini dihasilkan dari perolehan keuntungan ekonomis atas biaya modal. Tabel 12 Perkembangan NOPAT, WACC, dan EVA PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, dan PT SMAR, 2010-2012 (dalam Jutaan Rupiah) No Emiten 1 AALI 2 SGRO 3 LSIP 4 TBLA 5 SMAR 2010 547.707 485.613 1.056.055 341.525 1.529.323 NOPAT 2011 2.504.371 575.396 1.705.386 512.757 2.079.384 2012 2.549.462 373.020 1.119.234 366.905 2.419.878 2010 418.709 131.372 59.269 153.787 734.534 Biaya Modal 2011 2012 1.246.324 10.053.654 837.375 4.467.794 664.315 10.478.571 289.296 2.224.604 568.599 377.083 2010 128.998 354.242 996.786 187.738 794.789 EVA 2011 1.258.047 (261.978) 1.041.071 223.461 1.510.785 2012 (7.504.192) (4.094.775) (9.359.337) (1.857.699) 2.042.795 Pada tahun 2010, kelima perusahaan yang dianalisis memiliki nilai EVA yang positif. Selanjutnya pada tahun 2011 hampir semua perusahaan mengalami peningkatan nilai EVA, hanya PT SGRO yang bernilai negatif. Tetapi pada tahun 2012, empat perusahaan, yaitu PT AALI, PT SGRO, PT LSIP dan PT TBLA mengalami penurunan nilai EVA yang sangat drastis. Keempat perusahaan tersebut memiliki nilai EVA yang negatif. Sedangkan nilai EVA PT SMAR tetap meningkat hingga mencapai angka 2.042.795 (dalam jutaan rupiah) pada tahun 2012. Perkembangan nilai EVA kelima perusahaan terlihat pada gambar 15. 46 4,000,000 2,000,000 AALI SGRO LSIP TBLA SMAR (2,000,000) (4,000,000) (6,000,000) (8,000,000) (10,000,000) 2010 2011 2012 Gambar 15 Perkembangan nilai Economic Value Added PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri Nilai EVA sangat dipengaruhi oleh Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan biaya modal. Jika nilai NOPAT meningkat, sedangkan biaya modal tetap maka nilai EVA akan meningkat, begitupun sebaliknya. Jika keduanya meningkat, maka pertambahan nilai EVA dapat dilihat dari seberapa besar pertambahan NOPAT dan biaya modal. Perkembangan nilai NOPAT kelima perusahaan terlihat pada gambar 16. 3,000,000 2,500,000 2,000,000 2010 1,500,000 2011 2012 1,000,000 500,000 AALI SGRO LSIP TBLA SMAR Gambar 16 Perkembangan nilai NOPAT PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri 47 NOPAT merupakan laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak perusahaan. Berdasarkan tiga tahun pengamatan, nilai NOPAT terendah dimiliki oeh PT TBLA pada tahun 2011, yaitu sebesar Rp. 341.525,(dalam jutaan rupiah). Hal ini disebabkan oleh laba bersih perusahaan yang rendah pada tahun tersebut. 12,000,000 10,000,000 8,000,000 2010 6,000,000 2011 2012 4,000,000 2,000,000 AALI SGRO LSIP TBLA SMAR Gambar 17 Perkembangan biaya Modal PT AALI, PT SGRO, PT LSIP, PT TBLA, PT SMAR dan rata-rata Industri Biaya modal diperoleh dari hasil perkalian Weighted Average Cost of Capital (WACC) dengan total struktur modal. WACC merupakan tingkat pengembalian minimum yang dibobot berdasarkan proporsi masing-masing instrumen pembiayaan dalam struktur permodalan perusahaan yang harus dihasilkan perusahaan untuk memenuhi ekspektasi kreditur dan pemegang saham. Total struktur modal diperoleh dari jumlah utang jangka panjang dan ekuitas. Biaya modal terendah dimiliki PT LSIP pada tahun 2010, yaitu sebesar Rp. 59. 269,- (dalam jutaan rupiah). Sedangkan biaya modal tertinggi juga dimiliki PT LSIP pada tahun 2012, yaitu sebesar Rp. 10.478.570,5 (dalam jutaan rupiah). Perbedaan biaya modal ini disebabkan oleh perbedaan WACC. Nilai WACC dipengaruhi nilai biaya utang saham (kd) dan biaya modal saham (ke). Pada tahun 2012, biaya utang saham perusahaan yang diamati kecuali PT SMAR, memiliki nilai yang lebih besar dari satu. Hal tersebut disebabkan oleh nilai beta atau risiko perusahaan yang tinggi. PT SMAR memiliki nilai kd lebih kecil dari satu selama periode pengamatan yang disebabkan oleh nilai beta yang negatif. Nilai beta yang tinggi menunjukkan adanya pergerakan return portofolio pasar yang berpengaruh besar terhadap return sekuritas perusahaan. Berdasarkan analisis tiga tahun pengamatan, terlihat bahwa PT SMAR memiliki nilai EVA yang paling baik. Hal tersebut menunjukkan perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik dalam memberikan nilai tambah ekonomis kepada para penyandang dana. Kinerja tersebut dipengaruhi oleh pergerakan nilai saham perusahaan yang cenderung meningkat dalam periode pengamatan 48 sehingga tingkat risiko atau nilai beta perusahaan relatif kecil. Tidak seperti keempat perusahaan lainnya yang memiliki nilai saham sangat berfluktuatif dan cenderung menurun yang mengakibatkan tingkat risiko perusahaan tinggi. Pergerakan nilai saham kelima perusahaan dapat terlihat dalam gambar 18. SGRO AALI 4000 30000 3000 20000 LSIP May-12 Sep-12 Sep-11 Jan-12 Jan-11 May-11 Jul-12 Jul-11 Jul-10 Jan-10 0 Jan-12 0 Jan-11 1000 Jan-10 10000 May-10 Sep-10 2000 SMAR Dec-12 Jul-12 Dec-12 Dec-12 Feb-12 Jul-12 Jul-12 Sep-11 Feb-12 Feb-12 Sep-11 Apr-11 Nov-10 Jun-10 Jan-10 0 Apr-11 5000 Nov-10 10000 Jun-10 8000 6000 4000 2000 0 Jan-10 15000 TBLA 800 600 400 200 Sep-11 Apr-11 Nov-10 Jun-10 Jan-10 0 Gambar 18 Perkembangan nilai saham kelima perusahaan periode Januari 2010 hingga Desember 2012 Hal yang berbeda terjadi pada PT SGRO. Berdasarkan analisis EVA, PT SGRO memiliki kinerja keuangan paling buruk pada tiga tahun pengamatan. Nilai EVA perusahaan hanya positif pada tahun 2010. Pada tahun 2011 dan tahun 2012, EVA perusahaan bernilai negatif. Hal tersebut disebabkan oleh nilai WACC yang meningkat sehingga menyebabkan biaya modal meningkat drastis, namun tidak setara dengan peningkatan NOPAT akibatnya nilai EVA perusahaan menurun dan bernilai negatif. 49 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan Dari hasil analisis kinerja keuangan dari tiga tahun periode pengamatan, diperoleh berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan analisis rasio keuangan, kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas, tingkat likuiditas, dan aktivitas perusahaan. Tingkat profitabilitas perusahaan terdiri dari Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE). Nilai rasio profitabilitas perusahaan sangat ditentukan oleh besarnya laba bersih perusahaan. Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat laba bersih perusahaan antara lain beban operasional dan beban non operasional perusahaan, seperti beban bunga perusahaan. Selain itu, tingkat penjualan perusahaan juga menentukan laba bersih dan profitabilitas perusahaan. Bagi perusahaan kelapa sawit, krisis harga CPO dunia mengakibatkan penjualan perusahaan menurun, namun tidak disertai oleh turunnya beban-beban perusahaan. Oleh karena itu laba bersih perusahaan pun menurun. Tingkat solvabilitas perusahaan terdiri dari Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Assets Ratio (DAR). Faktor yang mempengaruhi tingkat solvabilitas perusahaan antara lain total utang, total aktiva dan ekuitas perusahaan. Semakin tinggi total utang perusahaan, tanpa disertai peningkatan total aktiva maupun ekuitas perusahaan, maka semakin tinggi tingkat solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang kurang baik. Tingkat likuiditas perusahaan terdiri dari current ratio, quick ratio, dan cash ratio. Faktor yang mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan adalah banyaknya jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Aktiva lancar yang tersedia di perusahaan antara lain, kas dan setara kas, persediaan, piutang usaha dan persediaan. Tingginya jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan menunjukkan perusahaan memiliki tingkat keamanan yang baik karena mampu memenuhi setiap kewajiban jangka pendeknya dengan aktivanya yang paling lancar. Aktivitas perusahaan dinilai berdasarkan perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap, dan perputaran total aktiva. Rasio perputaran persediaan menggambarkan aktivitas jangka pendek perusahaan sedangkan rasio perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva menggambarkan aktivitas jangka panjang perusahaan. Faktor yang mempengaruhinya antara lain penjualan, persediaan, aktiva tetap, dan total aktiva. Peningkatan jumlah penjualan perusahaan dapat meningkatkan efektivitas aktivitas bisnis perusahaan. Berdasarkan analisis EVA, kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja keuangan antara lain harga CPO dunia, nilai Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) dan tingkat Suku Bunga Indonesia (SBI). Pada tahun 2012, harga minyak sawit dunia menurun, akibatnya hampir semua perusahaan yang diamati mengalami penurunan kinerja keuangan. Saat nilai IHSG dan SBI menurun akan mengakibatkan tingkat risiko perusahaan meningkat yang akan menyebabkan nilai EVA menurun. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi kinerja keuangan antara lain harga saham perusahaan, utang jangka panjang dan beban-beban 50 perusahaan, baik beban operasional maupun beban non operasional perusahaan. Harga saham perusahaan yang fluktuatif mempengaruhi tingkat risiko perusahaan yang nantinya akan mempengaruhi biaya modal dan nilai Economic Value Added perusahaan. Utang jangka panjang perusahaan yang terlalu tinggi juga dapat menurunkan NOPAT perusahaan. Sesuai dengan penelitian Febriandi (2011), beban operasional dan beban operasional mempengaruhi langsung terhadap tingkat laba bersih perusahaan. Saat beban-beban perusahaan meningkat, namun tidak diiringi oleh peningkatan pendapatan, akan menyebabkan laba bersih perusahaan menurun. Implikasi Manajerial Berdasarkan analisis rasio dan analisis EVA selama periode tahun 2010 hingga 2012, hal-hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperbaiki kinerja keuangannya, antara lain: 1. PT Astra Agro Lestari Tbk Berdasarkan analisis rasio keuangan, tingkat profitabilitas solvabilitas dan aktivitas perusahaan telah menunjukkan kinerja yang baik. Namun, tingkat likuiditas perusahaan belum cukup baik. Strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan antara lain dengan meningkatkan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk menjamin kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Jumlah kas dan setara kas perusahaan perlu ditingkatkan karena merupakan aktiva lancar yang paling likuid. Sehingga saat dilikuidasi, perusahaan mampu membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang tersedia. Berdasarkan analisis Economic Value Added, PT AALI telah memiliki kinerja keuangan yang baik pada tahun 2010 dan tahun 2011. Namun, pada tahun 2012, perusahaan menunjukkan kinerja keuangan yang kurang baik. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya biaya modal perusahaan secara drastis namun tidak diikuti oleh peningkatan NOPAT yang setara. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah turunnya harga minyak sawit dunia. Untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan dengan keadaan yang seperti itu, perusahaan harus mengurangi biaya modal. Perusahaan perlu mengurangi utang jangka panjang dan biaya-biaya operasionalnya. Sehingga biaya modal perusahaan akan menurun seiring dengan peningkatan NOPAT dan nilai EVA perusahaan dapat kembali positif. 2. PT Sampoerna Agro Tbk Berdasarkan analisis rasio keuangan, perusahaan menunjukkan kinerja keuangan yang kurang baik. Selama periode pengamatan, hanya tingkat solvabilitas perusahaan yang menunjukkan kinerja yang baik. Sedangkan tingkat profitabilitas, likuiditas dan aktivitas perusahaan tidak baik. Tingkat profitabilitas dan likuiditas perusahaan hanya baik pada awal periode. Strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan antara lain dengan meningkatkan penjualan perusahaan, meningkatkan aktiva lancar perusahaan, dan meningkatkan laba bersih perusahaan. PT SGRO memiliki jumlah penjualan yang paling rendah daripada keempat perusahaan lainnya. Perusahaan perlu melakukan 51 peningkatan produksi dan perbaikan strategi pemasaran sehingga penjualan perusahaan dapat meningkat. Perusahaan perlu meningkatkan aktiva lancar untuk menjamin kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Selain itu, perusahaan juga perlu meningkatkan laba bersihnya. Salah satu cara perusahaan meningkatkan laba bersih antara lain dengan menekan beban-beban operasional. Berdasarkan analisis Economic Value Added, kinerja keuangan PT SGRO hanya memiliki kinerja keuangan yang baik pada tahun 2010. Pada tahun 2011 dan tahun 2012 kinerja keuangan perusahaan menunjukkan nilai yang kurang baik. Hal tersebut disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang jauh lebih tinggi daripada NOPAT. Yang perlu dilakukan perusahaan untuk memperbaiki kinerjanya adalah dengan menekan biayabiaya operasional sehingga NOPAT dapat meningkat. 3. PT PP London Sumatera Indonesia Tbk Berdasarkan analisis rasio keuangan, perusahaan memiliki kinerja keuangan yang cukup baik. Tingkat profitabilitas, solvabilitas dan likuiditas yang baik. Hanya tingkat aktivitas perusahaan yang perlu diperbaiki. Strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperbaiki kinerja keuangannya antara lain dengan meningkatkan penjualan dan mengurangi persediaan perusahaan yang menumpuk. Berdasarkan analisis Economic Value Added, PT LSIP memiliki kinerja keuangan yang baik pada tahun 2010 dan 2011. Namun, pada tahun 2012 perusahaan menunjukkan kinerja yang kurang baik. Hal tersebut disebabkan oleh oleh meningkatnya biaya modal sebagai akibat dari meningkatnya WACC, namun NOPAT perusahaan menurun. Akibatnya nilai EVA perusahaan menjadi negatif. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kinerja keuangan, perusahaan perlu menekan biaya-biaya operasional dan mengurangi utang jangka panjang. 4. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk Berdasarkan analisis rasio keuangan, perusahaan memiliki kinerja keuangan yang kurang baik. Tingkat solvabilitas, profitabilitas dan likuiditas perusahaan dinilai kurang baik. Perusahaan perlu meninjau ulang kebijakan perkreditan yang dilakukannya. Aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang lebih banyak daripada oleh modal sendiri. Sehingga tingkat keamanan dan laba bersih perusahaan tidak maksimal. Untuk memperbaiki hal tersebut, perusahaan perlu mengurangi utang perusahaan, baik utang jangka panjang maupun utang jangka pendek. Berdasarkan analisis Economic Value Added, perusahaan memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Nilai EVA perusahaan selalu positif dalam tiga periode pengamatan. Pada tahun 2012, Perusahaan mampu mempertahankan EVA yang positif di saat perusahaan lain mengalami kehancuran modal akibat harga minyak sawit dunia yang menurun. Untuk selanjutnya perusahaan hanya perlu mempertahankan kinerja keuangan yang dimilikinya. 5. PT Tunas Baru Lampung Tbk Berdasarkan analisis rasio keuangan, perusahaan memiliki kinerja keuangan paling buruk. Tingkat solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, maupun likuiditas perusahaan menunjukkan nilai yang dibawah rata-rata 52 industrinya. Perusahaan memiliki nilai laba bersih yang paling rendah dibanding keempat perusahaan lainnya. Hal tersebut disebabkan penjualan perusahaan yang kurang baik disertai utang perusahaan yang tinggi. Untuk memperbaiki hal tersebut, perusahaan perlu meningkatkan penjualan dan menekan beban-beban operasional. Perusahaan dapat melakukan revitalisasi perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan produksi perusahaan namun tetap memperhatikan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Berdasarkan analisis Economic Value Added, perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik pada tahun 2010 dan tahun 2011. Namun pada tahun 2012, perusahaan memiliki nilai EVA yang negatif. Hal tersebut disebabkan biaya modal perusahaan yang meningkat, namun NOPAT menurun. Sehingga untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan diperlukan penekanan biaya-biaya operasional dengan mengurangi aktivitas yang akan mengurangi nilai. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Selama tiga tahun periode analisis, dapat diketahui bahwa perkembangan keuangan kelima perusahaan kelapa sawit, PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, mengalami fluktuasi kinerja keuangan dengan kecenderungan tren yang menurun pada akhir periode. Berdasarkan analisis rasio keuangan, PT Tunas Baru Lampung Tbk memiliki kinerja keuangan yang kurang baik. Hal tersebut disebabkan utang perusahaan yang terlalu tinggi dan tingkat penjualan yang kurang baik. Berdasarkan analisis Economic Value Added, PT Sampoerna Agro Tbk dinilai memiliki kinerja keuangan yang paling buruk karena nilai EVA perusahaan yang negatif pada pada tahun 2011 dan tahun 2012. 2. Berdasarkan analisis rasio keuangan, kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas, tingkat likuiditas, dan aktivitas perusahaan. Tingkat profitabilitas ditentukan oleh besarnya laba bersih perusahaan. Tingkat solvabilitas dipengaruhi total utang, total aktiva dan ekuitas perusahaan. Tingkat likuiditas dipengaruhi banyaknya jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Rasio aktivitas perusahaan dipengaruhi penjualan, persediaan, aktiva tetap, dan total aktiva. Berdasarkan analisis EVA, kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja keuangan antara lain harga CPO dunia, nilai Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) dan tingkat Suku Bunga Indonesia (SBI). Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi kinerja keuangan antara lain harga saham perusahaan, utang jangka panjang dan laba bersih perusahaan. 53 Saran 1. Bagi kelima perusahaan yang diamati, dalam menghadapi krisis harga minyak sawit dunia sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan biaya-biaya operasional dan kebijakan perkreditan yang dilakukannya. Perusahaan perlu memperbaiki nilai-nilai rasio-rasio keuangan agar dapat meningkatkan predikat baik di mata para investor. Dengan predikat baik, perusahaan akan memperoleh kepercayaan masyarakat untuk membeli saham perusahaannya. PT Tunas Baru Lampung Tbk yang memiliki kinerja keuangan paling buruk berdasarkan analisis rasio keuangan perlu memperbaiki nilai rasio-rasio keuangannya. PT Tunas Baru Lampung Tbk perlu meningkatkan penjualan dan menekan beban-beban operasional. Sedangkan berdasarkan analisis Economic Value Added, PT Sampoerna Agro Tbk yang memiliki kinerja keuangan paling buruk, perusahaan perlu memperbaiki nilai EVA sehingga nilai EVA perusahaan kembali positif. PT Sampoerna Agro Tbk perlu meningkatkan penjualan perusahaan, meningkatkan aktiva lancar perusahaan, dan meningkatkan laba bersih perusahaan. Selain itu perusahaan perlu menekan biaya-biaya operasional 2. Bagi investor, sebaiknya para investor yang tertarik untuk berinvestasi pada industri perkebunan kelapa sawit tidak hanya melihat pada rasio-rasio keuangan saja, namun juga memperhatikan penciptaan nilai oleh perusahaan berdasarkan nilai EVA. Investor juga perlu melihat keadaan perusahaan yang sejenisnya. Jika rasio keuangan perusahaan masih berada di atas rata-rata industri sejenisnya maka investor masih aman untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut DAFTAR PUSTAKA Armstrong M. 2004. Performance Management. Jogjakarta (ID): Tugu Amri A. 2013. Mereka yang Berkibar saat IHSG Rontok. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 16]. Tersedia pada: http://fokus.kontan.co.id/news/mereka-yangberkibar-saat-ihsg-rontok Aryani D. 2011. Kajian terhadap Kinerja Keuangan pada PT Goodyear Indonesia Tbk Berbasis Laporan Keuangan Periode 2006-2010. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Barus B. 2010. Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk 2006-2009. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [BEI] Bursa Efek Indonesia. 2013. IDX Quarterly Statistic 2012. Jakarta (ID): BEI Blocher E, Chen K, Cokins G, Lin T. 2007. Manajemen Biaya: Penekanan Strategis. Jakarta (ID): Salemba Empat. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. Jakarta (ID): BPS Fahmi I. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung (ID): Alfabeta Febriandi R. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Bank Jabar Banten (Persero) Tbk Periode 2008-2010. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor 54 Hansen D, Mowen M. 2001. Manajemen Biaya: Akuntansi dan Pengendalian Buku 2. Jakarta (ID): Salemba Empat Harahap S. 1998. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta (ID): PT Rajagrafindo Persada Horngren C, Datar S, Foster G. 2006 .Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial Jilid 1. Edisi 11. Jakarta (ID): Indeks Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Surakarta (ID): Bumi Aksara Kasmir. 2009. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): Kencana Keown A, Scott D, Martin J, Petty J. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): Salemba empat Keown A, Scott D, Martin J, Petty J. 2004. Manajemen Keuangan: Prinsip-prinsip dan Aplikasi. Jakarta (ID): Indeks Longenecker J, Palich L, Petty J, Hoy F. 2012. Small Business Management: Launching and Growing Entrepreneurial Ventures Sixteenth Edition. Cengage Meliala W. 2011. Analisis Kinerja Keuangan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dengan Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Mondy R. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 10 jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga Mubarok R. 2009. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode Economic Value Added (EVA) (Studi Kasus Perusahaan Otomotif Go Public). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Muis M. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia pada Kinerja Industri. Bogor (ID): Penerbit IPB Press Nawawi H. 2006. Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan Industri. Jogjakarta (ID):Gadjah Mada University Press Ningrum A. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Go Public dengan Metode Economic Value Added (EVA). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Orniati Y. 2009. Laporan Keuangan sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis Nomor 3 hal: 206-213 Pahan I. 2007. Panduan lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Bogor (ID): Penebar Swadaya Prastowo D, Juliaty R. 2005. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi. Edisi kedua. Jogjakarta (ID): UPPM STIM YKPN Prihadi T. 2010. Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PPM Rivai V. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik. Jakarta (ID): PT Rajagrafindo Persada Sawir A. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama Simanjuntak P. 2011. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ujiyantho M, Pramuka B. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Go Public Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi. Makassar. Hal: 1-26 Wibisono D. 2006. Manajemen Kinerja: Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta (ID): Erlangga Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta (ID); PT Raja Grafindo Persada 55 Wibowo dan Arief A. 2009. Akuntansi Keuangan Dasar. Edisi 2. Jakarta (ID): Grasindo Young S, O’byrne S. 2001. Eva dan Manajemen Berdasarkan Nilai: Panduan Praktis untuk Implementasi. Jakarta (ID): Salemba Empat LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kuesioner 1 KUESIONER PENELITIAN Kepada PT Bursa Efek Indonesia, Jalan Jenderal Soedirman Kav. 52-53 Jakarta Saya Resty Istiarti, Mahasiswa semester 8 Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT GO PUBLIC DI INDONESIA (Studi Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk)” guna penyelesaian tugas akhir untuk mendapatkan gelas sarjana ekonomi. Saya membutuhkan beberapa data mengenai laporan keuangan tiga perusahaan kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR). Data yang saya butuhkan telah disusun menjadi kuesioner ini. Informasi yang diterima dalam kuesioner ini hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Terima kasih atas bantuan dan kerja sama Bapak/Ibu/saudara. (Petunjuk: isilah pertanyaan berikut dalam satuan juta rupiah) i. Likuiditas Emiten No. Keterangan Tahun AALI SGRO LSIP SMAR TBLA 1. Aktiva Lancar 2010 2011 2012 2. Utang Lancar 2010 2011 2012 3. Persediaan 2010 2011 2012 4. Kas dan Setara kas 2010 2011 56 2012 ii. Solvabilitas No. Keterangan 5. Total Aktiva 6. Total Utang 7. Ekuitas iii. Aktivitas No. Keterangan 8. Penjualan 9. Persediaan 10. Aktiva Tetap 11. Total Aktiva iv. Profitabilitas No. Keterangan 12. EAT 13. Penjualan 14. Total Aktiva Emiten Tahun AALI SGRO LSIP SMAR TBLA 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 Emiten Tahun AALI SGRO LSIP SMAR TBLA 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 Emiten Tahun AALI SGRO LSIP SMAR TBLA 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 57 2011 2012 15. Ekuitas v. EVA No. Keterangan 1. Beban Bunga 2. Utang Jangka Panjang 3. Pajak 4. Laba Bersih 2010 2011 2012 Emiten Tahun AALI SGRO LSIP SMAR TBLA 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 5. Harga Saham Perusahaan Tahun Bulan 2010 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 2011 Januari Februari Maret Emiten AALI SGRO LSIP SMAR TBLA 58 April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 2012 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tahun Bulan IHSG 2010 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 2011 Januari Februari Maret April Mei 59 Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 2012 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Kuesioner 2 KUESIONER PENELITIAN Kepada PT Bank Indonesia, Jalan M.H Thamrin No 2 Jakarta Saya Resty Istiarti, Mahasiswa semester 8 Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT GO PUBLIC DI INDONESIA (Studi Kasus PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk)” guna penyelesaian tugas akhir untuk mendapatkan gelas sarjana ekonomi. Data yang saya butuhkan telah disusun menjadi kuesioner ini. Informasi yang diterima dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Terima kasih atas bantuan dan kerja sama Bapak/Ibu/saudara. (Petunjuk: isilah pertanyaan berikut dalam satuan persen) Berapakah tingkat Suku Bunga Indonesia (SBI) berjangka selama tiga tahun dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012? a. 2010 Januari : _____________________ Februari : _____________________ Maret : _____________________ April : _____________________ Mei : _____________________ 60 Juni Juli Agustus September Oktober November Desember b. 2011 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember c. 2012 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ : _____________________ :_____________________ Lampiran 2 Perhitungan Rasio-rasio Keuangan a. PT Astra Agro Lestari Tbk No Keterangan 1 Aktiva Lancar 2012 AALI 2011 2010 1.780.395 1.857.025 2.051.177 227.769 838.190 1.240.781 3 Persediaan 1.249.050 769.903 624.694 4 Aktiva tetap 10.639.425 8.347.470 6.740.622 5 Total Aktiva 12.419.820 10.204.495 8.791.799 6 Total Utang 3.054.409 1.778.337 1.334.542 7 Ekuitas 9.365.411 8.426.158 7.211.687 11.564.319 10.772.582 8.843.721 9 EAT 2.453.654 2.498.565 Rasio-rasio Keuangan Current ratio 0,68462512 1,26537492 Quick Ratio 0,20432103 0,74076381 Cash Ratio 0,08758527 0,5711418 DER 0,32613721 0,21104957 DAR 0,24593021 0,17426997 PS 9,25849165 13,9921289 NPM 0,21217453 0,23193743 ROI 0,19755954 0,24484945 ROE 0,26199106 0,29652482 PTA 0,93111808 1,05567027 PAT 1,08693083 1,29052060 b. PT PP London Sumatera Indonesia Tbk 2.016.780 2 Kas 8 Penjualan No Keterangan 2012 1,931697638 1,343391546 1,168506534 0,185052679 0,151793962 14,15688481 0,228046543 0,229393324 0,2796544 1,005905731 1,312003699 LSIP 2011 2010 1 Aktiva Lancar 2.593.816 2.567.657 1.487.257 2 Kas 3 Persediaan 1.799.137 645.954 2.063.982 368.244 1.160.688 264.473 4 Aktiva tetap 4.957.980 4.224.202 4.074.176 62 5 Total Aktiva 7.551.796 6.791.859 5.561.433 6 Total Utang 1.272.083 952.435 1.007.328 7 Ekuitas 6.279.713 5.839.424 4.554.105 8 Penjualan 4.211.578 4.686.457 3.592.568 9 EAT Rasio-rasio Keuangan Current ratio Quick Ratio Cash Ratio DER DAR PS NPM ROI ROE PTA PAT 1.122.575 1.701.513 1.033.329 3,273028283 2,457925858 2,270255981 0,202570245 0,168447744 6,519934856 0,266544986 0,148650069 0,17876215 0,557692236 0,849454415 4,832545368 4,13947934 3,884586864 0,163104272 0,140231857 12,72649928 0,363070226 0,250522427 0,291383705 0,690010938 1,109430136 2,392654036 1,96717788 1,867279715 0,221191211 0,181127418 13,58387435 0,287629629 0,185802652 0,226900566 0,645978833 0,881790085 c. PT Sampoerna Agro Tbk No Keterangan 2012 Tahun 2011 2010 1 Aktiva Lancar 819.067 782.630 868.210 2 Kas 228.071 348.688 529.550 3 Persediaan 364.500 333.911 226.434 4 Aktiva tetap 3.318.634 2.628.397 2.007.637 5 Total Aktiva 4.137.700 3.411.026 2.875.847 6 Total Utang 1.470.791 911.516 716.582 26.669.909 2.499.511 2.159.266 2.986.237 3.142.379 2.311.749 336.289 549.523 457.319 7 Ekuitas 8 Penjualan 9 EAT Rasio-rasio Keuangan Current ratio 1,108535103 1,589498273 1,882222493 63 Quick Ratio 0,615216415 0,911335559 Cash Ratio 0,308674763 0,708175354 DER 0,055147967 0,364677578 DAR 0,355461036 0,267226182 PS 8,192695896 9,410841396 NPM 0,112612956 0,174874715 ROI 0,081274365 0,161101841 ROE 0,012609303 0,21985207 PTA 0,721714164 0,921241474 PAT 0,899839312 1,195549686 d. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk No Keterangan Tahun 2012 2011 1,391328491 1,148028779 0,331863539 0,249172329 10,20936823 0,197823917 0,159020693 0,211793863 0,803849685 1,151477671 2010 1 Aktiva Lancar 7.345.444 7.943.544 6.237.108 2 Kas 1.183.482 486.225 292.971 3 Persediaan 2.674.693 2.839.141 2.702.534 4 Aktiva tetap 8.901.951 6.778.355 6.238.534 5 Total Aktiva 16.247.395 14.721.899 12.475.642 6 Total Utang 7.809.473 7.386.347 6.499.969 7 Ekuitas 8.939.395 7.335.552 5.833.323 27.526.306 31.676.219 20.265.425 2.152.309 1.785.737 1.260.495 2,09958191 1,335062156 0,338280082 0,873601961 0,480660007 10,29138896 0,078190986 0,132471021 0,240766741 1,694198116 3,092165526 1,869570221 1,201357964 0,114436551 1,006924496 0,501725151 11,15697283 0,056374689 0,121298006 0,24343594 2,151639473 4,673142525 1,518947057 0,86078849 0,071348362 1,114282374 0,521012786 7,498675317 0,062199288 0,101036484 0,21608524 1,62439937 3,248427435 8 Penjualan 9 EAT Rasio-rasio Keuangan Current ratio Quick Ratio Cash Ratio DER DAR PS NPM ROI ROE PTA PAT 64 e. PT Tunas Baru Lampung Tbk No Keterangan 2012 Tahun 2011 2010 1 Aktiva Lancar 2 Kas 3 Persediaan 2.318.104 548.332 649.179 1.883.106 544.094 488.998 1.631.470 242.981 477.585 4 Aktiva tetap 2.879.448 2.361.512 2.019.635 5 Total Aktiva 5.197.552 4.244.618 3.651.105 6 Total Utang 3.438.056 2.637.303 2.409.512 7 Ekuitas 1.759.496 1.607.315 1.234.180 8 Penjualan 9 EAT Rasio-rasio Keuangan Current ratio Quick Ratio Cash Ratio DER DAR PS NPM ROI ROE PTA PAT 3.805.931 243.767 3.731.749 421.127 2.951.114 246.663 1,588052462 1,143322498 0,375643191 1,954000464 0,661476018 5,862683482 0,064049243 0,046900348 0,138543651 0,732254531 1,321757156 1,378348052 1,020423729 0,398252092 1,640812784 0,621328704 7,63141976 0,112849766 0,099214346 0,262006514 0,87917193 1,580237153 1,11101987 0,785788056 0,165468516 1,952317724 0,659940577 6,179249929 0,083583076 0,0675585 0,199859897 0,808279648 1,461211263 Lampiran 3 Perhitungan EVA 1. Perhitungan Rm 2010 2011 2012 Bulan IHSG rm IHSG Rm IHSG Rm 2610,796 0,03016151 3409,167 -0,0794773 3941,693 0,03131901 Januari 2549,033 -0,0236568 3470,348 0,01794603 3985,21 0,01104018 Februari 2777,301 0,08955082 3678,674 0,06003029 4121,551 0,03421175 Maret 2971,252 0,06983435 3819,618 0,03831381 4180,732 0,01435891 April 2796,957 -0,0586605 3836,967 0,00454208 3832,824 -0,083217 Mei 2913,684 0,04173357 3888,569 0,01344864 3955,577 0,03202678 Juni 3069,28 0,05340181 4130,8 0,0622931 4142,337 0,04721435 Juli 3081,884 0,0041065 3841,731 -0,0699789 4060,331 -0,019797 Agustus 65 September Oktober November Desember Jumlah Rata-rata 3501,296 3635,324 3531,211 3703,512 37141,53 3095,128 0,13608948 3549,032 -0,0761894 4262,561 0,04980628 0,03827954 3790,847 0,06813548 4350,291 0,02058152 -0,0286393 3715,08 -0,0199868 4276,141 -0,0170448 0,04879374 3821,992 0,02877785 4316,687 0,00948191 0,40099483 44952,825 0,04785488 49425,935 0,12998182 0,03341624 3746,0688 0,00398791 4118,8279 0,01083182 2. Tingkat Suku Bunga Indonesia Tahun 2010-2012 BI Rate Bulan 2010 2011 2012 Januari 6,5 6,5 6 Februari 6,5 6,75 5,75 Maret 6,5 6,75 5,75 April 6,5 6,75 5,75 Mei 6,5 6,75 5,75 Juni 6,5 6,75 5,75 Juli 6,5 6,75 5,75 Agustus 6,5 6,75 5,75 September 6,5 6,75 5,75 Oktober 6,5 6,5 5,75 November 6,5 6 5,75 Desember 6,5 6 5,75 Jumlah 78 79 69,25 rata-rata 6,5 6,583333333 5,770833333 AALI 2010 Bulan P SGRO 2011 Ri P 2012 Ri P 2010 Ri P LSIP 2011 Ri P 2012 Ri P 2010 Ri P 2011 2012 Ri P Ri P Ri Januari 23850 0,048352 21700 -0,17176 20600 -0,05069124 2825 0,046296 2850 -0,9119 3150 0,058824 8500 0,017964 11800 -0,08171 2425 0,077778 Februari 24200 0,014675 21850 0,006912 22300 0,08252427 2725 -0,0354 2600 -0,08772 3475 0,103175 9000 0,058824 2150 -0,8178 2650 0,092784 Maret 24600 0,016529 22700 0,038902 23350 0,047085202 2625 -0,0367 3275 0,259615 3575 0,028777 9800 0,088889 2275 0,05814 2875 0,084906 April 22200 -0,09756 23150 0,019824 21400 -0,08351178 2700 0,028571 3375 0,030534 3275 -0,08392 9700 -0,0102 2450 0,076923 2925 0,017391 Mei 19850 -0,10586 23600 0,019438 20450 -0,04439252 2250 -0,16667 3450 0,022222 2750 -0,16031 8300 -0,14433 2425 -0,0102 2400 -0,17949 Juni 19350 -0,02519 23500 -0,00424 20050 -0,01955990 2275 0,011111 3450 0 2975 0,081818 8300 0 2325 -0,04124 2675 0,114583 Juli 19500 0,007752 23500 0 23000 0,14713217 2425 0,065934 3650 0,057971 3000 0,008403 8850 0,066265 2350 0,010753 2750 0,028037 Agustus 19650 0,007692 21500 -0,08511 22300 -0,03043478 2700 0,113402 3500 -0,0411 2650 -0,11667 9350 0,056497 2400 0,021277 2400 -0,12727 September 20700 0,053435 19300 -0,10233 21950 -0,01569507 2700 0 2900 -0,17143 2900 0,09434 9850 0,053476 2050 -0,14583 2450 0,020833 Oktober 24900 0,202899 21450 0,111399 20950 -0,04555809 3000 0,111111 3025 0,043103 2425 -0,16379 11700 0,187817 2200 0,073171 2325 -0,05102 November 24150 -0,03012 22400 0,044289 18000 -0,14081146 2950 -0,01667 3000 -0,00826 2250 -0,07216 11350 -0,02991 2375 0,079545 1870 -0,1957 Desember 26200 0,084886 21700 -0,03125 19100 0,061111111 3175 0,076271 2975 -0,00833 2450 0,088889 12850 0,132159 2250 -0,05263 2250 0,203209 269150 0,177493 266350 -0,15391 253450 -0,09280208 32350 0,197268 38050 -0,8153 34875 -0,13262 117550 0,477442 37050 -0,82961 29995 0,086042 22429,17 0,014791 22195,83 -0,01283 21120,83 -0,00773351 2695,833 0,016439 3170,833 -0,06794 2906,25 -0,01105 9795,833 0,039787 3087,5 -0,06913 2499,583 0,00717 Jumlah Rata-rata 3. Perhitungan Ri SMAR 2010 Bulan P TBLA 2011 Ri P 2012 Ri P 2010 Ri p 2011 Ri P 2012 Ri P Ri Januari 3050 0,196078 5100 0,02 5500 -0,14063 385 0,132353 420 0,02439 600 0,016949 Februari 3000 -0,01639 5050 -0,0098 5600 0,018182 385 0 395 -0,05952 590 -0,01667 Maret 3025 0,008333 5250 0,039604 6500 0,160714 440 0,142857 420 0,063291 630 0,067797 April 4025 0,330579 5400 0,028571 6200 -0,04615 430 -0,02273 470 0,119048 610 -0,03175 Mei 3100 -0,22981 7600 0,407407 7000 0,129032 345 -0,19767 570 0,212766 530 -0,13115 Juni 3500 0,129032 6700 -0,11842 6600 -0,05714 360 0,043478 580 0,017544 520 -0,01887 Juli 3300 -0,05714 7100 0,059701 6450 -0,02273 370 0,027778 750 0,293103 540 0,038462 Agustus 3600 0,090909 6000 -0,15493 6700 0,03876 370 0 660 -0,12 550 0,018519 September 5300 0,472222 6750 0,125 7000 0,044776 390 0,054054 570 -0,13636 510 -0,07273 Oktober 5200 -0,01887 6400 -0,05185 6800 -0,02857 420 0,076923 610 0,070175 510 0 November 4850 -0,06731 6650 0,039063 6800 0 415 -0,0119 640 0,04918 480 -0,05882 Desember 5000 0,030928 6400 -0,03759 6550 -0,03676 410 -0,01205 590 -0,07813 490 0,020833 Jumlah 46950 0,868556 74400 0,346746 77700 0,059479 4720 0,233089 6675 0,455486 6560 -0,16742 Rata-rata 3912,5 0,07238 6200 0,028896 6475 0,004957 393,3333 0,019424 556,25 0,037957 546,6667 -0,01395 68 4. Perhitungan Beta AALI 2010 2011 2012 Bulan Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Januari 0,03016 0,04835 0,00146 0,00091 -0,07948 -0,17176 0,01365 0,00632 0,03132 -0,05069 -0,0016 0,00098 februari -0,02366 0,01468 -0,00035 0,00056 0,01795 0,00691 0,00012 0,00032 0,01104 0,08252 0,00091 0,00012 Maret 0,08955 0,01653 0,00148 0,00802 0,06003 0,03890 0,00234 0,00360 0,03421 0,04709 0,00161 0,00117 April 0,06983 -0,09756 -0,00681 0,00488 0,03831 0,01982 0,00076 0,00147 0,01436 -0,08351 -0,0012 0,00021 Mei -0,05866 -0,10586 0,00621 0,00344 0,00454 0,01944 0,00009 0,00002 -0,08322 -0,04439 0,00369 0,00693 Juni 0,04173 -0,02519 -0,00105 0,00174 0,01345 -0,00424 -0,00006 0,00018 0,03203 -0,01956 -0,0006 0,00103 Juli 0,05340 0,00775 0,00041 0,00285 0,06229 0,00000 0,00000 0,00388 0,04721 0,14713 0,00695 0,00223 Agustus 0,00411 0,00769 0,00003 0,00002 -0,06998 -0,08511 0,00596 0,00490 -0,01980 -0,03043 0,00060 0,00039 September 0,13609 0,05344 0,00727 0,01852 -0,07619 -0,10233 0,00780 0,00580 0,04981 -0,01570 -0,0008 0,00248 Oktober 0,03828 0,20290 0,00777 0,00147 0,06814 0,11140 0,00759 0,00464 0,02058 -0,04556 -0,0009 0,00042 November -0,02864 -0,03012 0,00086 0,00082 -0,01999 0,04429 -0,00089 0,00040 -0,01704 -0,14081 0,00240 0,00029 Desember 0,04879 0,08489 0,00414 0,00238 0,02878 -0,03125 -0,00090 0,00083 0,00948 0,06111 0,00058 0,00009 Jumlah 0,40099 0,17749 0,02143 0,04560 0,04785 -0,15391 0,03646 0,03236 0,12998 -0,09280 0,01161 0,01634 Beta -0,09601931 1,169998349 0,940649547 SGRO 2010 2011 2012 Bulan Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Januari 0,03016 0,04630 0,00140 0,00091 -0,07948 -0,91190 0,07248 0,00632 0,03132 0,05882 0,00184 0,00098 69 februari -0,02366 -0,03540 0,00084 0,00056 0,01795 -0,08772 -0,00157 0,00032 0,01104 0,10317 0,00114 0,00012 Maret 0,08955 -0,03670 -0,00329 0,00802 0,06003 0,25962 0,01558 0,00360 0,03421 0,02878 0,00098 0,00117 April 0,06983 0,02857 0,00200 0,00488 0,03831 0,03053 0,00117 0,00147 0,01436 -0,08392 -0,0012 0,00021 Mei -0,05866 -0,16667 0,00978 0,00344 0,00454 0,02222 0,00010 0,00002 -0,0832 -0,16031 0,01334 0,00693 Juni 0,04173 0,01111 0,00046 0,00174 0,01345 0,00000 0,00000 0,00018 0,03203 0,08182 0,00262 0,00103 Juli 0,05340 0,06593 0,00352 0,00285 0,06229 0,05797 0,00361 0,00388 0,04721 0,00840 0,00040 0,00223 Agustus 0,00411 0,11340 0,00047 0,00002 -0,0699 -0,04110 0,00288 0,00490 -0,0198 -0,11667 0,00231 0,00039 September 0,13609 0,00000 0,00000 0,01852 -0,0762 -0,17143 0,01306 0,00580 0,04981 0,09434 0,00470 0,00248 Oktober 0,03828 0,11111 0,00425 0,00147 0,06814 0,04310 0,00294 0,00464 0,02058 -0,16379 -0,0034 0,00042 November -0,02864 -0,01667 0,00048 0,00082 -0,0199 -0,00826 0,00017 0,00040 -0,0170 -0,07216 0,00123 0,00029 Desember 0,04879 0,07627 0,00372 0,00238 0,02878 -0,00833 -0,00024 0,00083 0,00948 0,08889 0,00084 0,00009 Jumlah 0,40099 0,19727 0,02362 0,04560 0,04785 -0,81530 0,11017 0,03236 0,12998 -0,13262 0,02483 0,01634 -0,10581 Beta 3,773464 1,855263 LSIP 2010 2011 2012 Bulan Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Januari 0,03016 0,01796 0,00054 0,00091 -0,0795 -0,08171 0,00649 0,00632 0,03132 0,07778 0,00244 0,00098 februari -0,0237 0,05882 -0,00139 0,00056 0,01795 -0,81780 -0,01468 0,00032 0,01104 0,09278 0,00102 0,00012 Maret 0,08955 0,08889 0,00796 0,00802 0,06003 0,05814 0,00349 0,00360 0,03421 0,08491 0,00290 0,00117 April 0,06983 -0,01020 -0,00071 0,00488 0,03831 0,07692 0,00295 0,00147 0,01436 0,01739 0,00025 0,00021 Mei -0,0587 -0,14433 0,00847 0,00344 0,00454 -0,01020 -0,00005 0,00002 -0,0832 -0,17949 0,01494 0,00693 Juni 0,04173 0,00000 0,00000 0,00174 0,01345 -0,04124 -0,00055 0,00018 0,03203 0,11458 0,00367 0,00103 Juli 0,05340 0,06627 0,00354 0,00285 0,06229 0,01075 0,00067 0,00388 0,04721 0,02804 0,00132 0,00223 70 Agustus 0,00411 0,05650 0,00023 0,00002 -0,0699 0,02128 -0,00149 0,00490 -0,0198 -0,12727 0,00252 0,00039 September 0,13609 0,05348 0,00728 0,01852 -0,0762 -0,14583 0,01111 0,00580 0,04981 0,02083 0,00104 0,00248 Oktober 0,03828 0,18782 0,00719 0,00147 0,06814 0,07317 0,00499 0,00464 0,02058 -0,05102 -0,0010 0,00042 November -0,0286 -0,02991 0,00086 0,00082 -0,0199 0,07955 -0,00159 0,00040 -0,0170 -0,19570 0,00334 0,00029 Desember 0,04879 0,13216 0,00645 0,00238 0,02878 -0,05263 -0,00151 0,00083 0,00948 0,20321 0,00193 0,00009 Jumlah 0,40099 0,47744 0,04041 0,04560 0,04785 -0,82961 0,00983 0,03236 0,12998 0,08604 0,03431 0,01634 Beta -0,558941963 0,680181459 1,855992597 TBLA 2010 2011 2012 Bulan Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Januari 0,03016 0,13235 0,00399 0,00091 -0,0795 0,02439 -0,00194 0,00632 0,03132 0,01695 0,00053 0,00098 februari -0,0237 0,00000 0,00000 0,00056 0,01795 -0,05952 -0,00107 0,00032 0,01104 -0,01667 -0,0002 0,00012 Maret 0,08955 0,14286 0,01279 0,00802 0,06003 0,06329 0,00380 0,00360 0,03421 0,06780 0,00232 0,00117 April 0,06983 -0,02273 -0,00159 0,00488 0,03831 0,11905 0,00456 0,00147 0,01436 -0,03175 -0,0005 0,00021 Mei -0,0586 -0,19767 0,01160 0,00344 0,00454 0,21277 0,00097 0,00002 -0,0832 -0,13115 0,01091 0,00693 Juni 0,04173 0,04348 0,00181 0,00174 0,01345 0,01754 0,00024 0,00018 0,03203 -0,01887 -0,0006 0,00103 Juli 0,05340 0,02778 0,00148 0,00285 0,06229 0,29310 0,01826 0,00388 0,04721 0,03846 0,00182 0,00223 Agustus 0,00411 0,00000 0,00000 0,00002 -0,0699 -0,12000 0,00840 0,00490 -0,0198 0,01852 -0,0004 0,00039 September 0,13609 0,05405 0,00736 0,01852 -0,0762 -0,13636 0,01039 0,00580 0,04981 -0,07273 -0,0036 0,00248 Oktober 0,03828 0,07692 0,00294 0,00147 0,06814 0,07018 0,00478 0,00464 0,02058 0,00000 0,00000 0,00042 November -0,0286 -0,01190 0,00034 0,00082 -0,0199 0,04918 -0,00098 0,00040 -0,0170 -0,05882 0,00100 0,00029 Desember 0,04879 -0,01205 -0,00059 0,00238 0,02878 -0,07813 -0,00225 0,00083 0,00948 0,02083 0,00020 0,00009 Jumlah 0,40099 0,23309 0,04015 0,04560 0,04785 0,45549 0,04515 0,03236 0,12998 -0,16742 0,01155 0,01634 71 Beta 0,151517035 1,138249772 1,134554121 SMAR 2010 2011 2012 Bulan Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Rm (X) Ri (Y) X.Y X2 Januari 0,03016 0,19608 0,00591 0,00091 -0,0795 0,02000 -0,00159 0,00632 0,03132 -0,14063 -0,0044 0,00098 februari -0,0236 -0,01639 0,00039 0,00056 0,01795 -0,00980 -0,00018 0,00032 0,01104 0,01818 0,00020 0,00012 Maret 0,08955 0,00833 0,00075 0,00802 0,06003 0,03960 0,00238 0,00360 0,03421 0,16071 0,00550 0,00117 April 0,06983 0,33058 0,02309 0,00488 0,03831 0,02857 0,00109 0,00147 0,01436 -0,04615 -0,0007 0,00021 Mei -0,0587 -0,22981 0,01348 0,00344 0,00454 0,40741 0,00185 0,00002 -0,0832 0,12903 -0,0107 0,00693 Juni 0,04173 0,12903 0,00538 0,00174 0,01345 -0,11842 -0,00159 0,00018 0,03203 -0,05714 -0,0018 0,00103 Juli 0,05340 -0,05714 -0,00305 0,00285 0,06229 0,05970 0,00372 0,00388 0,04721 -0,02273 -0,0011 0,00223 Agustus 0,00411 0,09091 0,00037 0,00002 -0,0699 -0,15493 0,01084 0,00490 -0,0198 0,03876 -0,0008 0,00039 September 0,13609 0,47222 0,06426 0,01852 -0,0762 0,12500 -0,00952 0,00580 0,04981 0,04478 0,00223 0,00248 Oktober 0,03828 -0,01887 -0,00072 0,00147 0,06814 -0,05185 -0,00353 0,00464 0,02058 -0,02857 -0,0006 0,00042 November -0,0286 -0,06731 0,00193 0,00082 -0,0199 0,03906 -0,00078 0,00040 -0,0170 0,00000 0,00000 0,00029 Desember 0,04879 0,03093 0,00151 0,00238 0,02878 -0,03759 -0,00108 0,00083 0,00948 -0,03676 -0,0003 0,00009 Jumlah 0,40099 0,86856 0,11330 0,04560 0,04785 0,34675 0,00161 0,03236 0,12998 0,05948 -0,0125 0,01634 Beta 5. Biaya Modal -0,106892332 -0,153643278 -0,938205184 72 Keterangan Beban Bunga Hutang Jangka Panjang Suku Bunga Pajak Perusahaan Faktor Koreksi Kd 2010 8258 272690 0,030283472 0,290275435 0,709724565 0,021492924 AALI 2011 5806 310768 0,018682747 0,250340241 0,749659759 0,014005704 SGRO 2012 2010 2011 2012 29196 28293,97 26073,858 36730,765 453869 257712,765 419140,308 731918,147 0,064326931 0,10978878 0,062207947 0,050184252 0,285009219 0,274646932 0,259877734 0,264529186 0,714990781 0,725353068 0,740122266 0,735470814 0,045993163 0,079635628 0,046041487 0,036909053 2010 26313 385735 0,068215225 0,252176537 0,747823463 0,051012946 LSIP 2011 3873 421109 0,009197144 0,186078728 0,813921272 0,007485751 SMAR 2012 2010 2011 2012 2010 3695 268828 293647 267569 93389,017 479601 2393791 3115403 3809473 941069,081 0,007704321 0,112302202 0,094256505 0,070237799 0,099237154 0,186974112 0,23834767 0,251838942 0,253405156 0,235040914 0,813025888 0,76165233 0,748161058 0,746594844 0,764959086 0,006263812 0,085535234 0,070519047 0,052439179 0,075912362 TBLA 2011 91630 1271098 0,072087282 0,220042746 0,779957254 0,056224999 2012 123138 1978341 0,062243061 0,216478045 0,783521955 0,048768805 6. Perhitungan CAPM Keterangan Rf Rm Beta Ke 2010 0,065 0,033 -0,09601931 0,055590108 AALI 2011 0,06583333 0,003987907 1,169998349 0,147524062 2012 0,577083333 0,010831818 0,940649547 1,130105455 SGRO LSIP SMAR TBLA 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 0,065 0,06583333 0,577083333 0,065 0,06583333 0,577083333 0,065 0,06583333 0,577083333 0,065 0,06583333 0,577083333 0,033 0,003987907 0,010831818 0,033 0,003987907 0,010831818 0,033 0,003987907 0,010831818 0,033 0,003987907 0,010831818 -0,105813997 3,773463926 1,855263111 -0,558941963 0,680181459 1,855992597 -0,106892332 -0,153643278 -0,938205184 0,151517035 1,138249772 1,134554121 0,054630228 0,329301249 1,667820627 0,010223688 0,113324441 1,668249503 0,054524551 0,055105766 0,02549829 0,079848669 0,145307337 1,244104891 2010 7. Perhitungan WACC Keterangan Hutang Jk. Panjang Ekuitas Total Struktur Modal Wd We Kd Ke Tax WACC 2010 272690 7211687 7484377 0,036434562 0,963565438 0,021492924 0,055590108 0,290275435 0,054120481 AALI 2011 2012 2010 310768 453869 257712,765 2132247,402 8426158 9365411 8736926 9819280 2389960,167 0,03556949 0,046222228 0,107831406 0,96443051 0,953777772 0,892168594 0,079635628 0,014005704 0,045993163 0,054630228 0,147524062 1,130105455 0,274646932 0,250340241 0,285009219 0,142650169 1,079389466 0,054968142 SGRO 2011 419140,308 2499510,729 2918651,037 0,143607544 0,856392456 0,046041487 0,329301249 0,259877734 0,286904723 2012 731918,147 2666909,122 3398827,269 0,21534432 0,78465568 0,036909053 1,667820627 0,264529186 1,314510564 2010 385735 4554105 4939840 0,078086537 0,921913463 0,051012946 0,010223688 0,252176537 0,012404253 LSIP 2011 421109 5839424 6260533 0,067264081 0,932735919 0,007485751 0,113324441 0,186078728 0,106111604 2012 479601 6279713 6759314 0,070954094 0,929045906 0,006263812 1,668249503 0,186974112 1,550241715 2010 2393791 5833323 8227114 0,290963636 0,709036364 0,085535234 0,054524551 0,23834767 0,057615621 SMAR 2011 3115403 7335552 10450955 0,298097447 0,701902553 0,070519047 0,055105766 0,251838942 0,054406382 2012 3809473 8939395 12748868 0,298808726 0,701191274 0,052439179 0,02549829 0,253405156 0,029577785 2010 941069,081 1234180,494 2175249,575 0,432625797 0,567374203 0,075912362 0,079848669 0,235040914 0,070426591 TBLA 2011 1271098 1607315 2878413 0,44159681 0,55840319 0,056224999 0,145307337 0,220042746 0,100505468 2012 1978341 1759496 3737837 0,529274283 0,470725717 0,048768805 1,244104891 0,216478045 0,605856493 73 8. Perhitungan EVA Keterangan EBT Beban Bunga EBIT PAJAK NOPAT WACC total struktur modal Biaya Modal EVA 2010 2.964.040,00 8.258,00 2.972.298,00 860.388,00 2.111.910,00 0,1 AALI 2011 3.332.932,00 5.806,00 3.338.738,00 834.367,00 2.504.371,00 0,1 2012 3.524.893,00 29.196,00 3.554.089,00 1.004.627,00 2.549.462,00 1,1 2010 630.478,07 28.293,97 658.772,04 173.158,87 485.613,17 0,0549681 SGRO 2011 742.275,44 26.073,86 768.349,30 192.952,84 575.396,47 0,2869047 2012 457.243,12 36.730,77 493.973,89 120.954,15 373.019,74 1,3145106 2010 1.381.782,00 26.313,00 1.408.095,00 348.453,00 1.059.642,00 0,0124043 LSIP 2011 2.090.513,00 3.873,00 2.094.386,00 389.000,00 1.705.386,00 0,1061116 7.484.377,0 405.058,1 1.706.851,9 2012 1.372.083,00 3.695,00 1.375.778,00 256.544,00 1.119.234,00 1,5502417 2010 1.654.948,00 268.828,00 1.923.776,00 394.453,00 1.529.323,00 0,0576156 SMAR 2011 2.386.835,00 293.647,00 2.680.482,00 601.098,00 2.079.384,00 0,0544064 2012 2.882.834,00 267.569,00 3.150.403,00 730.525,00 2.419.878,00 0,0295778 2010 324.379,64 93.389,02 417.768,65 76.242,49 341.526,17 0,0704266 TBLA 2011 539.936,00 91.630,00 631.566,00 118.809,00 512.757,00 0,1005055 2012 311.117,00 123.138,00 434.255,00 67.350,00 366.905,00 0,6058565 8.736.926,0 9.819.280,0 2.389.960,2 2.918.651,0 3.398.827,3 4.939.840,0 1.246.324,0 1.258.047,0 10.598.827,4 (8.049.365,4) 131.371,7 354.241,5 837.374,8 (261.978,3) 4.467.794,3 (4.094.774,6) 61.275,0 998.367,0 6.260.533,0 6.759.314,0 8.227.114,0 10.450.955,0 12.748.868,0 2.175.249,6 2.878.413,0 3.737.837,0 664.315,2 1.041.070,8 10.478.570,5 (9.359.336,5) 474.010,3 1.055.312,7 568.598,6 1.510.785,4 377.083,3 2.042.794,7 153.195,4 188.330,8 289.296,2 223.460,8 2.264.592,8 (1.897.687,8) RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 13 Desember 1991. Penulis adalah putri ketiga dari empat bersaudara, anak dari pasangan bapak Basuki Rahardjo dan ibu Ida Nursanti. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2004 di SDI Al-Munawwarah Pamekasan. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan menengah pertama pada tahun 2007 di SMP Negeri 2 Pamekasan. Pendidikan menengah umum penulis selesaikan pada tahun 2010 di SMA Negeri 1 Pamekasan. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen angkatan 47. Saat duduk dibangku kuliah penulis pernah menjadi reporter di majalah Orange Magazine (OMG), majalah Fakultas Ekonomi dan Manajemen, pada tahun 2012 hingga tahun 2013.