NATAPRAJA Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015 Halaman 41-56 PEREMPUAN DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (WOMEN AND ITS ROLE ON SOCIAL WELFARE DEVELOPMENT) Ratih Probosiwi1 Abstract Women are seen as second class citizens. The role of women in development is often questionable as being unfit and incapable. This paper attempts to analyze the gender is not only limited to the role and activities of men and women, but also their relationship. It also examines women in development, the role, position, and also increase its role in development. This paper emphasizes the empowerment of women in development, especially the development of social welfare. Enterprises group considered suitable for women, although potentially reducing the self-power. This paper is literature review through search of data and information from books, scientific articles, journal, genderrelated laws, and policies that tie. It’s required gender mainstreaming policies and involved women in development. This policy will ensure that women are able to survive and carry out its social function properly. Keywords: Women, Discrimination, Development, and Gender Mainstreaming Abstrak Perempuan dipandang sebagai masyarakat kelas dua. Peran perempuan dalam pembangunan seringkali diragukan karena dianggap tidak layak dan tidak mampu. Tulisan ini mencoba menganalisis gender tidak hanya sebatas peran dan kegiatan antara laki-laki dan perempuan, tapi juga hubungan mereka. Selain itu juga mengkaji perempuan dalam pembangunan, peran, posisi, dan juga peningkatan perannya dalam pembangunan. Tulisan ini mengedepankan pemberdayaan perempuan dalam pembangunan, khususnya pembangunan kesejahteraan sosial. Usaha kelompok dinilai cocok bagi perempuan, walaupun berpotensi mengurangi daya diri. Tulisan ini merupakan kajian literatur melalui pencarian data dan informasi dari buku, karangan ilmiah, jurnal, dan peraturan perundangan terkait gender dan kebijakan yang mengikatnya. Diperlukan kebijakan yang mengarusutamakan gender dan melibatkan perempuan dalam pembangunan. Kebijakan ini akan memastikan perempuan mampu bertahan hidup dan menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. Kata Kunci: Perempuan, Diskriminasi, Pembangunan dan Pengarusutamaan Gender 1 Peneliti, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Yogyakarta, Kementerian Sosial RI. Email: [email protected] 41 NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015 memerintah secara efektif. Dalam konteks PENDAHULUAN Sejak sepuluh tahun belakangan ini, kata gender perbendaharaan telah disetiap itulah jika negara kita mau membangun memasuki yang maju setidaknya dan memperhatikan masalah secara khusus tulisan sekitar perubahan sosial dan yang berkaitan dengan kesetaraan gender pembangunan dunia ketiga. Demikian (World Bank, 2001). Pelaksanaan otonomi juga di Indonesia, hampir semua uraian daerah misalnya, peraturan daerah yang tentang berkaitan program diskusi pemerintahan pemberdayaan dengan perempuan muncul masyarakat maupun pembangunan di tanpa komunikasi dengan perempuan itu kalangan sendiri organisasi non-pemerintah dan berdampak negatif bagi diperbincangkan masalah gender. Istilah perempuan (Bambang S, 2004). Kebijakan gender digunakan untuk menjelaskan yang sedang hangat diperbincangkan yaitu antara laki-laki dan perempuan. Misalnya Perda bahwa perempuan itu lemah lembut, perempuan yang membonceng sepeda cantik, emosional atau keibuan. Sementara motor. Dengan dalih kesopanan dan nilai laki-laki dianggap sebagai orang yag kuat, agama rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifat itu komunikasi dengan pihak perempuan sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat sebagai objek kebijakan. Lembaga Studi dipertukarkan. Semua hal yang dapat dan dipertukarkan antara sifat laki-laki dan bahkan mengemukakan bahwa setidaknya perempuan, yang bisa berubah dari waktu ada 153 peraturan daerah (perda) yang ke waktu serta berbeda dari tempat yang diskriminatif kepada perempuan. Perda- satu ke tempat yang lainnya, maupun perda tersebut dianggap bertentangan berbeda dari suatu kelas ke kelas yang dengan HAM karena adanya pengekangan lain, itulah yang kemudian dikenal sebagai terhadap perempuan (Armandhanu & konsep gender. Istilah ini tentu berbeda Budiawati, 2013). larangan “mengangkang” kebijakan Advokasi dengan istilah seks yang merupakan ini Masyarakat Perempuan objek dibuat justru sasaran bagi tanpa (LSAM) dijadikan perbedaan jenis kelamin secara bologis sebagai yang tidak yang tidak dapat dipertukarkan. menguntungkan bagi kemajuan dirinya. World Bank menyebutkan bahwa Padahal jika kebijakan yang dibuat adalah kesetaraan gender merupakan persoalan kebijakan yang berwawasan gender maka pokok setiap pembangunan yang akan pelaksanaan program memperkuat kemampuan negara untuk menggunakan berkembang, mengurangi kemiskinan dan pertimbangan keseimbangan peran dan 42 indikator selalu atau Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . . manfaat bagi laki-laki maupun bahkan di lingkungan keluarga sekalipun. perempuan, sejak tahap perencanaan, Anak laki-laki dipandang lebih baik dan pelaksanaan, hingga membanggakan pemantauan dan dibandingkan anak evaluasi. Dengan pendekatan ini pula perempuan. Anak laki-laki lebih diberi setiap pelaksanaan program akan selalu kesempatan untuk menunjukkan bentuk kesetaraan, keadilan, mengenyam pendidikan demokratis dan transparasi yang dapat anak perempuan. Faktor sosial budaya meningkatkan masyarakat dan orang tua yang cenderung akuntabilitas kinerja pemerintahan. bersekolah dan dibandingkan menggunakan tenaga anak perempuan World Summit Social untuk membantu urusan rumah tangga Development di Copenhagen pada tahun sering berakibat pada rendahnya kinerja 1995 gender akademik bahkan putus sekolah. Adanya sebagai strategi untuk pembangunan sosial pemikiran bahwa menyekolahkan anak ekonomi dan perlindungan lingkungan. perempuan merupakan investasi yang sia- Pada tahun 1995, The Fourth World sia. Selain itu juga rendahnya pendidikan Conference Beijing, dan pengetahuan ibu tentang gizi dan mengungkap ulang pentingnya cara ini, kesehatan mempenharuhi pada tingkat dengan untuk kesehatan anak, tingginya anak kematian mengangkat on for kesetaraan Woman, melukiskan di agenda memperkuat status perempuan dan ibu dan bayi disamping sebabkan pula mengadopsi sebuah deklarasi dan oleh kemiskinan. landasan kerja yang membidik untuk Pemerintah harus mulai dengan mengatasi rintangan untuk mencapai membuat kesetaraan gender, dan menjamin mengarusutamakan gender dan pelibatan partisipasi aktif perempuan dalam segala peran perempuan dalam pembangunan. aspek kehidupan. Selama ini, tak dapat dipungkiri bahwa segenap Pemerintah dengan masyarakatnya, kebijakan yang dihadapkan peraturan perundangan yang ada di dengan area kritis terkait kesenjangan Indonesia mengalami bias gender. gender (Jurnal Perempuan, 2011) Meskipun pasal 27 UUD RI tahun 1945 Dalam meningkatkan kesetaraan menjamin kesamaan hak bagi seluruh gender dan peran perempuan dalam warganegara di hadapan hukum, baik laki- pembangunan, harus laki maupun perempuan, masih banyak menghadapi banyak sekali tantangan. dijumpai materi dan budaya hukum yang Masyarakat diskriminatif terhadap perempuan dan Indonesia cenderung memandang perempuan sebagai masyarakat kelas dua, tidak berkeadilan gender. 43 NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015 Dari bahwa uraian diatas, bagaimanapun diketahui zaman dapat menjadi titik tolak perumusan telah kebijakan berkembang; bagaimanapun peradaban kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. manusia telah meningkat; bagaimanapun ilmu dan pengetahuan telah mengalami PEMBAHASAN kemajuan yang pesat, peran perempuan WiD, WaD, dan GaD dalam masyarakat kita masih saja Selama dua dekade, yakni dianggap sebagai manusia kelas dua, (1970an-1980an) ada tiga pendekatan manusia setelah laki-laki, sang manusia terhadap studi perempuan. Yaitu, WiD pertama kekuasaan (Women in Development), WaD (Women sangat besar dalam kehidupan. Sehingga and Development), dan GaD (Gender and perlu Development) (Mosse, 1996). yang mempunyai diketahui perempuan dalam perkembangan mengenai peranan pembangunan gender dan WiD approach timbul pada awal dalam tahun 1970an dalam publikasi Easter pembangunan. Boserup METODE Tulisan ini Economics Development. menganalisis dampak Role in Boserup perubahan dari kajian masyarakat tradisional ke masyarakat literatur yang mencoba mengkaji literatur modern pada laki-laki dan perempuan. mengenai WiD approach sangat dipengaruhi oleh peranan merupakan Women’s tentang perempuan dalam pembangunan kesejahteraan sosial terkait pemikiran dengan isu kesenjangan gender yang tetap menganggap ada. Tulisan ini memberikan pemantapan perempuan lebih disebabkan karena faktor dan penegasan tentang peran perempuan individu itu sendiri seperti pendidikan dalam pembangunan. Melalui literatur dan rendah. penelitian yang ada, tulisan ini mencoba pendidikan yang lebih baik akan dapat untuk menganalisis gender tidak sebatas meningkatkan peran dan kegiatan antara laki-laki dan mengintegrasikannya perempuan. Tulisan ini bertujuan untuk pembangunan. memberikan kemudian digunakan gender dari masa ke masa, peranan Committee of perempuan dalam pembagian kerja, dan selanjutnya banyak disuarakan oleh kaum posisi perempuan dalam pembangunan feminist kesejahteraan social dan juga diharapkan Liberal gambar perkembangan 44 teori modernisasi, bahwa Oleh keterbelakangan karena posisi itu dalam Amerika yang dan proses WiD oleh Washington Feminist), melalui perempuan Pengertian liberal yang ini Women’s DC, dan (American memberikan Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . . perhatian pada perlunya perubahan- perempuan adalah karena mereka tidak perubahan legal dan administratif untuk menjamin agar perempuan berpartisipasi dalam pembangunan. dapat Dengan cepat WiD menjadi satu- berintegrasi dalam sistem pembangunan. satunya kebijakan yang berkaitan dengan Oleh karena itu, fokus WiD adalah para perempuan di hampir semua negara Dunia egaliter dan penetapan desain strategi Ketiga. Diskursus WiD dimulai ketika pembangunan yang dapat mengurangi pemerintah Amerika mengeluarkan ”The kerugian perempuan di sektor produktif Percy Amendment to the 1973 Foreign dan mengakhiri diskriminasi. (Boserup, Assistance 1997) perlunya perhatian terhadap perempuan WiD ini menjadi bagian dari dalam yang Act” mencantumkan pembangunan. Amandemen diskursus pembangunan dan merupakan tersebut kemudian mempengaruhi PBB pendekatan dominan bagi pemecahan pada persoalan Ketiga. memproklamirkan International Decade Gagasan WiD dianggap satu-satunya jalan of Women (1976-1985). Dan sejak itulah, guna nasib hampir serentak, pemerintah di negara berjuta-juta perempuan di Dunia Ketiga. Dunia Ketiga memasukkan agenda WiD Namun setelah kurang lebih sepuluh tahun dalam program pembangunan mereka. berjalan, mulai Departemen urusan peranan perempuan menyangsikannya dan mengajukan kritik pun menjadi mode di hampir semua mendasar terhadap konsep WiD. Kritik ini pemerintahan dipelopori oleh aliran feminisme. WiD senantiasa diajukan sebagai jawaban kaum dianggap sebagai bagian dari agenda Developmentalism Dunia Pertama untuk mendominasi Dunia feminis yang menganggap pembangunan Ketiga. Konsep WiD sendiri dianggap telah mengabaikan perempuan. perempuan memperbaiki Dunia status banyak dan orang tahun 1974 yang Dunia kemudian Ketiga. atas kritik WiD kaum membawa bias feminis liberal, kelas Pada saat WiD lahir, banyak orang menengah kulit putih, yang dianggap tidak telah menilai bahwa gagasan ini justru memiliki menjinakkan kepentingan pembebasan perempuan. Agenda adalah perempuan utama bagaimana program melibatkan dan Dunia mengerangkeng Ketiga WiD membebaskannya. kaum disimpulkan bahwa sesungguhnya WiD dan dapat perempuan dalam kegiatan pembangunan. merupakan Asumsinya, penyebab developmentalism untuk melanggenggkan keterbelakangan strategi Jadi, ketimbang diskursus dominasi dan penindasan perempuan di 45 NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015 Dunia Ketiga, melalui upaya penjinakan laki melainkan memperjuangkan martabat (cooptation) dan kekuatan perempuan. dan pengekangan (regulation) perempuan. Berarti pada WaD dasarnya menghindari upaya emansipasi. pertengahan Oleh karena itu, WiD diragukan mampu dipengaruhi oleh neo marxist feminist memacu proses transformasi. approach. Fokus utama dari pendekatan Transformasi dimaksud adalah penciptaan melihat pada 1970an dan yang semacam proses perempuan dalam proses pembangunan. secara Proses pembangunan sering menyebabkan yang adalah tahun timbul sosial hubungan ini approach hubungan fundamental merupakan sesuatu yang baru marginalisasi dan lebih baik. Yang dimaksud hubungan disebabkan disini adalah hubungan ekonomi yang ekonomi, dan politik yang tidak adil di eksploitatif tanpa masyarakat. Keterbelakangan perempuan eksploitasi, hubungan kultur hegemonik dianggap akibat adanya struktur yang perlu diubah menjadi struktur politik yang tidak adil tersebut. menuju struktur nonrepresif, dari struktur gender yang mendominasi struktur struktur marginalisasi, Ini sosial, yang mengakibakan kemiskinan, sesungguhnya yang membebaskan. Dengan banyak sekali terjadi dalam masyarakat demokratisasi menuju adanya perempuan. ke demikian perempuan Proses kaum pada merupakan dan negara yang menimpa kaum laki-laki alternatif dari proses transformasi sosial. dan perempuan, yang disebabkan oleh Jika memproses beberapa kejadian, misalnya penggusuran, persamaan kaum laki-laki dan perempuan, bencana alam, atau proses eksploitasi. maka transformasi gender merupakan Namun ada salah satu bentuk pemiskinan gerakan pembebasan perempuan dan laki- atas satu jenis kelamin tertentu, dalam hal laki dari sistem dan struktur yang tidak ini perempuan, disebabkan oleh gender. adil. transformasi Ada beberapa perbedaanjenis dan bentuk, gender merupakan upaya pembebasan dari tempat dan waktu serta mekanisme proses segala itu marginalisasi kaum perempuan karena struktural maupun personal, kelas, warna perbedaan gender tersebut. Dari segi kulit dan ekonomi internasional. Tujuan sumbernya bisa berasal dari kebijakan gerakan transformasi gender tidak sekadar pemerintah, keyakinan, tafsiran agma, memperbiki keyakinan tradisi dan kebiasaan atau WiD bertujuan Dengan demikian bentuk penindasan status baik perempuan yang indikatornya menggunakan norma laki- bhkan asumsi ilmu pengetahuan. 46 Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . . Banyak dalam studi rangka telah dilakukan membahas program untuk memandirikan dan membangun kekuatan internal perempuan. memiliki ketegangan pembangunan pemerintah yang menjadi Pendekatan sebab antara kebutuhan kesadaran feminis di kemiskinan kaum perempuan. ini kaum Misalnya, program swa-sembada pangan satu atau revolusi hijau (green revolution) integritas materialisme Marxisme dipihak secara ekonomis telah menyingkirkan lain, sehingga analisis patriarki perlu kaum ditambahkan dalam analisis mode of perempuan dari pekerjaannya sehingga memiskinkan mereka. Di Jawa pihak dan kebutuhan menjaga production. misalnya, program revolusi hijau dengan Mereka mengkritik asumsi umum, memperkenalkan jenis padi unggul yang hubungan antara partisipasi perempuan tumbuh lebih rendah, pendekatan panen dalam ekonomi memnag perlu, namun dengan sistem tebang menggunakan sabit, tidak selalu menaikkan status perempuan. tidak memungkinkan lagi penggunaan ani- Rendahnya tingkat partisipasi berkorelasi ani, padahal alat tersebut melekat dan dengan digunakan oleh perempuan. perempuan.Tetapi keterlibatan perempuan Akibatnya banyak perempuan justru kaum kaum rendahnya dianggap status menjerumuskan miskin di desa termarginalisasikan, yakni perempuan, karena mereka akan dijadikan semakin miskin dan tersingkir karena budak (virtual slaves). Bagi feminis tidak mendapatkan pekerjaan di sawah sosialis meningkatnya partisipasi ekonomi pada musim panen. Berarti revolusi hijau perempuan lebih berakibat pada peran dirancang antagonisme seksual ketimbang status. tanpa mempertimbangkan aspek gender. Gender Sedangkan GaD approach muncul berkaitan dengan konstruksi sosial terhadap perempuan . pada tahun 1980an dan pendekatan ini Masyarakat sangat dipengaruhi oleh socialist feminist perempuan sebagai kelompok masyarakat approach. Pendekatan ini dikenal sebagai lemah dan terbatas untuk melakukan upaya pemberdayaan perempuan. GaD pekerjaan-pekerjaan domestik atau rumah lebih melihat perempuan sebagai agen tangga. perubahan daripada objek yang pasif makhluk yang superior dan bertugas untuk dalam pembangunan. Oleh karena itu, urusan-urusan perempuan harus mampu mengorganisir pandangan tradisi patriarkhi, perempuan dirinya pembangunan. secara struktural berada di bawah laki- Pembangunan harus dilihat sebagai usaha laki, dan kondisi ini secara struktural dan dalam proses 47 sering Sedangkan non menganggap laki-laki domestik. sebagai Dalam NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015 kultural tidak menguntungkan kaum zaman ini, terjadi pembagian kerja perempuan. Untuk itu, para penganut GaD berdasarkan jenis kelamin. Dari sini menekankan kemudian perlunya pemberdayaan muncul perbedaan jenis dalam diri perempuan dan merubah pekerjaan luar (publik) dan pekerjaan konstruksi sosial di atas. dalam (domestik). Tersosialisasi oleh Pendekatan ini memahami tujuan lingkungan hidupnya, pembangunan bagi perempuan dalam perempuan cenderung pengertian kemandirian dan kekuatan mengelola makanan dan obat-obatan. Ini internal, lebih berbeda dengan laki-laki yang bekerja menekankan pada pembuatan undang- diluar dengan bebas. Lingkungan hidup undang yang berkenaan dengan kesamaan laki-laki antara laki-laki dan perempuan ketimbang berpindah-pindah. dan pemberdayaan untuk sedikit banyak perempuan berusaha itu mengubah sendiri maka hidup berkelompok, mensosialisasikan hidupnya Ketika manusia mulai mengenal dan peternakan, terjadi perubahan sistem mentransformasikan struktur yang sangat masyarakat ke arah patriarkhi. Masyarakat bertentangan dengan mereka. Pendekatan patriarkhi ini mempunyai mengakui perlunya pembuatan adalah masyarakat rujukan sistem yang yang undang-undang yang bersifat mendukung, berdasarkan pada kesepakatan laki-laki, berpendapat perkembangan dimana dalam masyarakat tersebut kondisi organisasi perempuan, yang mengarah perempuan sangat termarginalisasikan dan pada dipinggirkan melalui kerja-kerja domestik bahwa mobilisasi kesadaran dan politik, peningkatan pendidikan rakyat, (Nurlian & Daulay, 2008). Peminggiran merupakan syarat penting bagi perubahan perempuan dalam masyarakat patriarkhi sosial yang berkelanjutan. dilihat dari sisi pola pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan terwujud Gender dan Pembagian dengan sangat jelas, dimana laki-laki lebih Kerja banyak Perempuan Pada saat manusia masih berpikir mendominasi sedangkan perempuan sektor publik, pada sektor dengan sangat sederhana, mereka belajar domestik. Pekerjaan yang dilakukan oleh dari apa yang mereka lihat dalam hidup. perempuan sangat sedikit mendapatkan Mereka membutuhkan pembagian kerja penghargaan. Hal ini diakibatkan oleh untuk kelangsungan hidup, kemudian kontruksi dimulailah pembagian kerja atas dasar perempuan dan laki-laki. Pembagian yang biologis. Sejarah mencatat bahwa pada tidak seimbang ini banyak dirasakan oleh 48 sosial berdasarkan tubuh Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . . kaum perempuan hingga melahirkan walaupun beban kerja. Dengan demikian, kondisi dalam pelaksanaannya seringkali tetap terpinggirkan dan dibatasi. kaum perempuan banyak diintimidasi oleh Analisis gender tidak hanya sistem patriarkhi, sedangkan kaum laki- melihat perbedaan peran dan kegiatan laki lebih banyak menguasai pekerjaan antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga disektor publik. melihat relasi mereka. Dari relasi ini akan Pembagian kerja berdasarkan nampak status perempuan dan laki-laki. gender adalah semua konsep dan praktik Analisis ini tidak hanya menanyakan siapa pada masyarakat tertentu yang membagi dan bekerja apa, tetapi juga siapa yang peranan dan pekerjaan berdasarkan jenis mengambil keputusan apa, siapa yang kelamin. Pembagian kerja berdasarkan mendapatkan jenis kelamin dapat dibagi menjadi tiga menguasai sumber-sumber produksi, siapa jenis yaitu produksi, reproduksi, dan yang mengontrol kehidupan. Pembagian komunitas atau yang disebut juga tiga kerja gender dalah pola pembagian kerja peran gender (triple role) (Hungu, 2010). antara Kerja produksi yaitu semua pekerjaan disepakati bersama, serta didasari oleh yang berkaitan dengan produksi barang sikap yang saling memahami dan saling dan jasa untuk mendapatkan penghasilan. mengerti (Nurlian & Daulay, 2008). Jenis pekerjaan ini saat ini lebih terbuka, baik itu laki-laki Kerja pasangan suami siapa istri yang yang Pada tahun 2000, di Indonesia maupun tercatat sekitar 71 juta perempuan dan 69 reproduksi adalah juta laki-laki yang berada dalam usia berkaitan dengan kerja, pemeliharaan rumah angkatan kerja laki-laki secara konsisten tangga, ini lebih menunjuk dan lebih melebihi tingkat partisipasi angkatan kerja banyak perempuan. Pada tahun 2000 juga tercatat perempuan. untuk manfaat, pekerjaan yang perawatan dan dilakukan Sedangkan kerja oleh perempuan. tingkat partisipasi adalah baru 51 persen perempuan tetapi 84 kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas persen laki-laki berusia 15 tahun ke atas kemasyarakatan dalam yang berada dalam angkatan kerja, dengan pelaksanaannya dapat dilakukan oleh laki- perempuan mencakup 38 persen dari laki maupun perempuan. Dari ketiga jenis angkatan kerja keseluruhan. Secara tidak pekerjaan proporsional, tenaga kerja perempuan jauh tersebut, komunitas meskipun yang diketahui bahwa perempuan berada pada ketiga kotak lebih pekerjaan tersebut. Perempuan ternyata perekonomian informal daripada tenaga lebih bebas dalam memilih pekerjaan kerja laki-laki. Kira-kira 65% dari seluruh 49 banyak dijumpai dalam NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015 pekerja dalam perekonomian informal rendah adalah perempuan (ILO Jakarta, 2003). Pembangunan Manusia (IPM) di semua Partisipasi angkatan kerja menurut jenis kabupaten/kota. Hal ini dapat memberikan kelamin dijelaskan pada Tabel 1. gambaran bahwa persoalan kesenjangan Pengangguran juga masalah yang dihadapi perempuan. dibandingkan angka Indeks gender masih terjadi di semua wilayah. Perempuan IPG merupakan indeks pencapaian menghadapi kendala yang lebih besar kemampuan dasar pembangunan manusia daripada yang laki-laki pekerjaan. untuk Disamping menemukan itu, sama seperti IPM dengan tingkat memperhatikan ketimpangan gender. IPG pengangguran di kalangan perempuan digunakan untuk mengukur pencapaian pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi dalam relatif lebih besar daripada laki-laki. Data menggunakan indikator yang sama dengan dari ILO (2003) menunjukkan bahwa IPM, persentasi perempuan yang menganggur mengungkapkan ketimpangan antara laki- sebanyak 42,5% padahal 54% dari pekerja laki dan perempuan. dengan ijazah Diploma I, II, III, dan ijazah dimensi namun yang lebih sama diarahkan dan untuk Berdasarkan Human Development akademi dan 51% dari pekerja lulusan Report universitas menempati peringkat 91 dari 173 negara, yang menganggur adalah perempuan. Tahun 2002, IPG Indonesia sedangkan IPM berada di peringkat 110 Kesenjangan gender terjadi hingga dari 173 negara. Ini masih tertinggal sampai tingkat kabupaten/kota (BPS DKI dibanding Jakarta, misalnya Malaysia, Thailand, dan Filipina melalui 2013). Hal besaran ini ditunjukkan angka Indeks yang Pembangunan Gender (IPG) yang lebih negara lain masing-masing di ASEAN, berada pada peringkat 59, 70, dan 77 untuk IPM, dan 50 Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . . pada peringkat 54, 60, dan 63 untuk IPG. sosial ekonomi, keluarga fakir miskin, Untuk itu diperlukan kebijakan dan KAT, program yang dapat mengintegrasikan terlantar lebih banyak dipengaruhi faktor pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan sosial permasalahan perempuan dan laki-laki ke masyarakat antara lain nilai dan sikap dalam pelaksanaan, yang dianut oleh sebagian besar warga pemantauan, dan evaluasi pada seluruh masyarakat. Laki-laki masih dianggap kebijakan dan program pembangunan sebagai penopang ekonomi keluarga dan nasional, pengambil perencanaan, di samping meningkatkan kualitas hidup perempuan itu sendiri. maupun pemberdayaan budaya yang anak berkembang keputusan, di sedangkan perempuan sebagai ibu rumah tangga. Padahal jumlah perempuan sebagai kepala Perempuan dan rumah tangga juga menunjukkan angka Pembangunan yang tinggi. Perempuan sebagai pribadi Kesejahteraan Sosial Dalam berbagai kajian, ditemukan memiliki kesempatan yang sama untuk bahwa masalah kemiskinan tidak saja meningkatkan kapasitas terutama dalam mengenai masalah ketidakadilan sosial peningkatan kesejahteraan sosialnya. Dalam ekonomi, tetapi juga masalah kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Atas dasar kesenjangan itulah, perempuan isu kemiskinan kemudian rangka antara mengarusutamakan atau pembangunan pengentasan Dalam kemiskinan, program Kementerian perempuan laki-laki dan serta diperluas, tidak sekedar persoalan teknis ekonomi. meminimalisir untuk gender dalam kesejahteraan sosial, Sosial telah merintis berbagai usaha, antara lain: ditempatkan sebagai subjek sekaligus meningkatkan 1. Mengeluarkan Keputusan Menteri kemampuan, peranan, dan kedudukannya Sosial RI Nomor 36 tahun 1999 sebagai tentang objek dalam rangka penyangga penghidupan dan Pola Pendataan kehidupan keluarga serta berperan dalam Kesejahteraan berbagai usaha kesejahteraan sosial. berdasarkan jenis kelamin 2. Membentuk Kesenjangan yang terjadi antara Sosial focal terpilah point yang memfasilitasi dan laki-laki dan perempuan juga dipengaruhi berfungsi oleh faktor sosial budaya. Kesenjangan membantu partisipasi menurut jenis kelamin, baik gender dalam sektor dan menjadi program pemberdayaan perempuan rawan penanggungjawab kepentingan 51 pengarusutamaan bagi gender di NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015 unit/kementerian. Walaupun tidak bentuk diskriminasi terhadap perempuan; SK yang dikelyarkan, namun UU Nomor 23 tahun 2004 tentang langsung secara Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah penunjukan informal telah dilakukan Tangga; dan UU Nomor 21 tahun 2007 3. Mengeluarkan SK Menteri Sosial RI Nomor tentang Pemberantasan 07/PEGHUK/2002 Tindak Pidana Perdagangan Orang. Pemerintah juga tentang Pokja Pengarusutamaan membuat Gender Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU bidang Kesejahteraan Sosial Rancangan Undang-Undang KKG) yaitu salah satu RUU yang dibahas 4. Mengeluarkan SK Balatbangsos Kepala dalam Program Legislasi Nasional Nomor (Prolegnas) 2009-2014, yang diharapkan 01/PPJ/KSM/I/Tahun 2002 tentang mampu dibentuknya Tim Teknis Pokja mengenai penetapan dan penyelenggaraan Bidang Kesejahteraan Sosial Kesetaraan dan Keadilan Gender oleh 5. Melakukan analisis gender untuk Repeta 2003 pada Kiprah perempuan dalam kegiatan Potensi Kesejahteraan Sosial hukum Lembaga Negara di Indonesia. Program Pengembangan menjadi landasan pembangunan dan lebih mengacu kepada program yang sesuai dengan tuntutan Pengembangan Sistem Informasi pembangunan Masalah-masalah Sosial. program kerja organisasi yang harus Di diambil Indonesia, oleh kebijakan pemerintah mewujudkan kesetaraan dan yang tertuang dalam yang dikembangkan sesuai dengna komitmen untuk sutau organisasi di tingkat nasional, keadilan regional, maupun internasional yang gender telah ditetapkan melalui GBHN disusun untuk periode tertentu. Peranan 1999, UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang perempuan dalam pembangunan ditandai Program dengan Pembangunan Nasional partisipasi perempuan dalam (Propenas 2000-2004), dan dipertegas mengisi pembangunan di semua bidang dalam instruksi Presiden Nomor 9 tahun pembangunan. 2000 tentang Pengarustamaan Gender perempuan dalam pembangunan hanya (PUG). Disamping itu beberapa Undang terfokus Undang Lainnya mendukung kesejahteraan perempuan” saja (women’s kesetaraan gender, antara lain UU Nomor welfare concerns) karena bidang-bidang 7 Pengesahan yang dikembangkan terbatas dalam upaya Konvensi mengenai penghapusan segala meningkatkan kesejahteraan perempuan tahun juga 1984 tentang 52 Keberhasilan dalam kiprah “kepentingan Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . . dan akses mereka terhadap sumber dan kelompok ini bila direfleksikan dengan manfaat. Dengan demikian program yang baik dilakukan belum dinilai sebagai ”proses semangat dari dalam diri kita. Faktanya, pembangunan perempuan perempuan” atau isu maka dapat Indonesia membangkitkan dilihat sebagai pembangunan perempuan. Para ahli justru investasi tenaga pembangunan, sehingga cenderung konsep peran sertanya sangat diharapkan. Dengan “women’s empowerment” yaitu usaha demikian, perempuan Indonesia menjadi peningkatan kemampuan perempuan. lebih berat tanggung jawabnya dalam menggunakan Women’s empowerment terkadang disebut juga perempuan. sebagai melaksanakan pembangunan, yang semua pemberdayaan Pemberdayaan keputusannya hampir diambil oleh laki- perempuan laki. mengacu pada upaya aktualisasi potensi yang sudah perempuan perempuan. merupakan bagian dari pembangunan Pendekatan pemberdayaan yang berpusat sumber daya manusia, dan ditujukan pada centered untuk meningkatkan status, posisi, dam wawasan kondisi perempuan agar dapat mencapai pengelolaan sumber daya lokal yang kemajuan yang setara dengan laki-laki, menekankan pada teknologi pembelajaran serta sosial dan strategi perumusan program. berkualitas. Kemampuan merupakan manusia development) dimiliki Pemberdayaan (people melandasi perempuan perlu membangun generasi Pemberdayaan prioritas yang perempuan pembangunan, ditingkatkan melalui penguasaan ilmu meliputi kualitas hidup perempuan di pengetahuan dan teknologi, keterampilan bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan ketahanan mental dan spiritual agar dan politik yang selama ini masih rendah dapat memanfaatkan kesempatan berperan dan rentan diskriminasi serta eksploitasi. aktif di segala bidang termasuk dalam Perempuan pedesaan yang dekat dengan proses serta sumber pangan dan budaya, memegang di peran yang penting, yaitu potensinya besar masyarakat dan dunia internasional (Ayu, untuk mendapatkan alternatif, menggali 1997). nilai-nilai budaya yang dapat melestarikan pengambilan mampu menghadapi keputusan perubahan Pemberdayaan perempuan dimulai alam dan lingkungan hidup. Berbagai dari kesadaran pribadi perempuan itu kemacetan di dunia modern, memacu sendiri. Setiap manusia, tidak terkecuali kreativitas manusia untuk mendapatkan perempuan, diciptakan dengan kekuatan jalan keluar. Upaya dilakukan untuk pribadi. Kekuatan pribadi dan kekuatan menemukan alternatif dan potensi yang 53 NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015 selama ini tidak terpikirkan sama sekali. bebas, budaya konsumtif akan masuk juga Berbagai bentuk eksploitasi kekayaan sampai ke pedesaan, sebagai pembuka alam, jalan atas nama pembangunan, keberhasilan kepaitalisme. memberikan berbagai implikasi negatif. Kelompok perempuan pedesaan dapat Sementara keperempuanan memberikan berperan sebagai tameng, perisai, untuk kemungkinan menahan untuk pengembangan dari eksplorasi, berbagai supaya budaya dan alam cara, pedesaan tidak rusak oleh arus konsumtif. sehingga ideologi pembangunan tidak Peran ini sesuai dengan perempuan pada kontraproduktif dengan lingkungan alam zaman matriarkhat. Kelompok perempuan itu sendiri. Kebijakan dalam pelaksanaan pedesaan sasaran pembangunan perempuan meliputi menemukan kembali serta memelihara beberapa hal berikut. budaya yang ada di desa, yang berkaitan 1. Peningkatan kualitas perempuan sebagai sumber juga mempunyai tugas dengan pangan, obat-obatan serta menilai daya kehidupan. Cerita rakyat dan upacara pembangunan selamatan yang mendorong spiritualitas 2. Peningkatan perlindungan kualitas dan hidup di masyarakat, perlu digali kembali tenaga kerja dan dipelihara. Hanya melalui kelompok perempuan dan solidaritas dengan kelompok lain, 3. Peningkatan peran ganda gerakan perempuan untuk melaksanakan perempuan dalam keluarga dan pembangunan yang berkelanjutan, yang masyarakat lebih berwawasan lingkungan dan budaya 4. Pengembangan iklim sosial dan budaya yang dapat terlaksana. mendukung kemajuan perempuan 5. Pembinaan organisasi SIMPULAN kelembagaan perempuan dan Untuk mencapai target kesetaraan (Ayu, gender, kebijakan yang diambil harus 1997). berfokus pada mewujudkan persamaan Konsep pembangunan akses pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan, sangat cocok untuk dapat berwawasan gender bagi semua anak laki- dikembangkan laki perempuan. membuat dan Kaum kelompok dijalankan oleh perempuan dapat untuk dan kesempatan mengkaji perempuan, pendidikan pemberian gratis adalah langkah menurunkan tingkat buta huruf. informasi dunia yang datangnya sangat Penurunan cepat, khususnya dalam menghadapi pasar meliputi 54 tingkat penduduk buta huruf dewasa juga terutama Ratih Probosiwi - Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial . . . penduduk perempuan. Langkah ini dapat mengimplementasikan) kegiatan ke dalam ditempuh melalui pendidikan sekolah dan kelembagaan luar sekolah, pendidikan penyetaraan, berkreativitas serta pendidikan baca tulis fungsional bagi pengetahuan dan keteramilan usaha dalam penduduk memperbaiki dewasa. Peningkatan kelompok dan yaitu memiliki ekonomi inovasi keluarga. kemampuan lembaga pendidikan dalam Pengarusutamaan mengelola mempromosikan pembangunan, khususnya pembanguan pendidikan yang berwawasan gender juga kesejahteraan sosial akan memastikan penting dilakukan untuk penguatan faktor perempuan mampu bertahan hidup dan eksternal. melalui menjalankan fungsi sosialnya dengan peningkatan koordinasi, informasi, dan baik. Peningkatan kesejahteraan ekonomi edukasi dalam rangka pengarusutamaan akan pendidikan berwawasan gender. perempuan dalam kehidupan masyarakat atau dan Selain itu juga gender meningkatkan posisi dalam tawar Kelompok Usaha Bersama (Kube) sehingga fungsi sosial dan kesejahteraan Jaminan sosialnya Kesejahteraan Sosial terpenuhi. Segala bentuk berbasis gender dapat menjadi alternatif pelibatan dan pemberdayaan perempuan penyetaraan gender terutama pada sektor tetap harus mempertimbangkan kodrat perekonomian. Penguatan faktor ekonomi alami perempuan itu sendiri dan tidak perempuan akan meningkatkan posisi berarti tawar di keluarga dan masyarakat. Model Penyetaraan Pemberdayaan mengisi dan menghargai satu sama lain. Wanita Rawan Sosial bersaing dengan gender haruslah laki-laki. saling Ekonomi melalui Kelompok Sosial Usaha Ekonomi Produktif yang dikembangkan DAFTAR PUSTAKA oleh Alfian. (1986). Transformasi Sosial Budaya Dalam Pembangunan. Universitas Indonesia-Press : Jakarta Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Yogyakarta merupakan salah satu berwawasan kebijakan gender. Armandhanu, D., & Budiawati, A. D. (2013, January 9). ELSAM: Lebih dari Seratus Perda Diskriminatif pada Perempuan. Dipetik January 16, 2013, dari vivanews: http://nasional.news.viva.co.id/news/r ead/380865-elsam--lebih-dari-seratusperda-diskriminatif-pada-perempuan pembangunan Dengan sasaran perempuan yang rawan secara sosial ekonomi, program ini diharapkan mampu meningkatkan untuk memahami, memanfaatkan (dengan kemampuan setiap perempuan mengakses, bentuk indikator Ayu, M. R. (1997). Cahaya Rumah Kita. Bandung: Penerbit Mizan. dan peluang dapat 55 NATAPRAJA Vol. 3 No. 1, Mei 2015 Bambang S, E. (2004, January 12). Otonomi Daerah Masih Mengesampingkan Peran Perempuan. Dipetik August 26, 2005, dari Jurnal Perempuan: http://www.jurnalperempuan.com/yjp .jpo/?act=berita%7C-277%7CN Raya, NAD). Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2008 Volume II No 2, 76-82. Mosse, Julia Cleves. (1993). Gender dan Pembangunan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Murniati, A.Nunuk P.. (2004). Getar Gender. Indonesiatera : Magelang Boserup, E. (1997). Women's Role in Economic Development. London: Earthscan. Nurlian, & Daulay, H. (2008). Kesetaraan Gender dalam Pembagian Kerja pada Keluarga Petani Ladang (Studi Kasus Analisa Isu Gender pada Keluarga Petani Ladang di Desa Cot Rambong, Kecamatan Kuala, Kabupaten Nagan Raya, NAD). Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2008 Volume II No 2, 76-82. BPS DKI Jakarta. (2013, Januari 2). Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011. Berita Resmi Statistik . 2013, DKI Jakarta, Indonesia: BPS DKI Jakarta. Rahman, Anita. (1996). Kiprah Organisasi Islam dalam Pembangunan dalam Perempuan Indonesia: Dulu dan Kini. Gramedia : Jakarta Budiman, Arief. (2000). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Faqih, Mansour. (1996). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar : Yogyakarta Sumartono, T. (2005, August 15). Gender di Era Otonomi Daerah. Dipetik August 26, 2005, dari Teropong: www.pikiran-rakyat.com Hungu, F. T. (2010, August 16). Pembagian Kerja Berdasarkan Gender. Dipetik January 15, 2013, dari Genderpedia: genderpedia.blogspot.com/2010/08/pe mbagian-kerja-berdasarkangender.html ILO Susanto, Budi,dkk. (1993). Citra Wanita dan Kekuasaan (Jawa). Kanisius: Yogyakarta UNDP. (2004). Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia. Dipetik August 26, 2005, dari UNDP: www.undp.or.id/pubs/imdg2004/BI/I ndonesiaMDG_BI_Goal3.pdf+gender +dan+pembangunan&hl=id Jakarta. (2003). Strategi Pengarusutamaan Gender. Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional. Jurnal Perempuan. (2011, May 25). Millennium Development Goals dan Gender Mainstreaming. Dipetik December 13, 2012, dari Jurnal Perempuan: jurnalperempuan.com /2011/05/millennium-developmentgoals-dan-gender-mainstreaming/ World Bank. (2001). Engendering Development: Through Gender Equity in Rights, Resources, and Voice. Berlin: Oxford University Press. Nurlian, & Daulay, H. (2008). Kesetaraan Gender dalam Pembagian Kerja pada Keluarga Petani Ladang (Studi Kasus Analisa Isu Gender pada Keluarga Petani Ladang di Desa Cot Rambong, Kecamatan Kuala, Kabupaten Nagan ------------------------------------------------Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasiona 56