BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah
atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan,
tunduk, patuh pada ajaran atau peraturan.
Tuntutan
akan
kepatuhan
terhadap
ketepatan
waktu
dalam
penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan publik di Indonesia
telah diatur dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal,
dan selanjutnya diatur dalam Peraturan BAPEPAM Nomor X.K.2,
Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan-peraturan
tersebut secara hukum mengisyaratkan adanya kepatuhan setiap perilaku
individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang terlibat di pasar
modal Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan
perusahaan tersebut secara tepat waktu kepada BAPEPAM. Hal tersebut
sesuai dengan teori kepatuhan.
Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu-ilmu sosial khusunya
dibidang psikologi dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya
proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang
individu. Menurut Tyler (dalam Saleh dan Susilowati, 2004) terdapat dua
7
8
perspektif dasar mengenai kepatuhan hukum yaitu instrumental dan
normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh
didorong oleh kepentingan
pribadi dan tanggapan-tanggapan terhadap
perubahan insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku.
Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai
moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka.
Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap
sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen
normatif melalui moralitas personal (normative commitment through
morality) berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai
keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi (normative
commitment through legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena otoritas
penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku
(Sudaryanti, 2008).
Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi
peraturan yang berlaku, sama halnya dengan perusahaan yang berusaha
untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, juga akan sangat
bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan.
9
B.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan proses dari pelaporan keuangan.
Pelaporan
keuangan
merupakan
wahana
bagi
perusahaan
untuk
mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomi
mengenai sumber daya yang dimiliki serta kinerja kepada pihak yang
mempunyai kepentingan atas informasi terebut (Saleh,2004).
Laporan keuangan adalah suatu penyajian yang terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (PSAK No.1 paragraf ke
7:2009). Laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK No.1 terdiri dari
dari komponen-komponen: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Menurut
PSAK No.1 paragraf 7:2009, tujuan dari laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan
arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Laporan keuangan harus berkualitas karena merupakan sarana media
komunikasi yang digunakan oleh manajemen dengan pihak luar perusahaan.
Oleh karena itu, laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitas
(PSAK:2009), yaitu:
10
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh
pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memenuhi
kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pengguna, dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini dan masa depan (predictive value), menegaskan atau
memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value),
juga harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum
mereka kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi
keputusan yang diambil (timeliness).
3. Keandalan
Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas
andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian
yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan.
11
4. Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan
antar
periode
untuk
mengidentifikasikan
kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna
juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan secara relatif.
C.
Audit
Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar
dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka perlu dilakukan audit atas
laporan keuangan. Menurut Arens, Elder & Beasley (2011:4) audit adalah
pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi yang
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independen.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyebutkan tujuan
audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Menurut Agus (2004:9), laporan keuangan merupakan tanggung
jawab manajemen yang perlu diaudit oleh KAP yang merupakan tanggung
jawab pihak ketiga yang independen, karena:
12
a. Jika tidak diaudit ada kemungkinan laporan keuangan tersebut
mengandung kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja.
b. Jika laporan keuangan yang sudah diaudit mendapat opini
Unqualified (wajar tanpa pengecualian) dari KAP, berarti
pengguna laporan keuangan bisa yakin bahwa laporan keuangan
tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi umum yang berlaku di Indonesia.
1. Jenis-jenis Audit
Menurut Arens, Elder & Beasley (2011:16), terdapat tiga jenis
audit yang dilaksanakan oleh akuntan publik, antara lain:
a. Audit Operasional
Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi efisiensi dan
efektivitas dari bagian-bagian prosedur dan metode kegiatan
operasional perusahaan. Dalam audit operasional, pelaksanaan review
tidak terbatas hanya pada akuntansi, tapi juga dapat mencakup evaluasi
atas struktur organisasi,
operasi komputer, metode produksi,
pemasaran, dan bagian-bagian lainnya yang sesuai dengan kualifikasi
auditor. Berbeda dengan jenis audit lainnya, kriteria yang ditetapkan
dalam pelaksanaan audit operasional cenderung tergolong sebagai
konsultasi manajemen. Hasil dari audit operasional biasanya berupa
pernyataan mengenai efektifitas dan efisiensi operasi atau sejumlah
rekomendasi
kepada
manajemen
untuk
meningkatkan kinerja operasional perusahaan.
memperbaiki
atau
13
b. Audit Ketaatan
Tujuan audit ketaatan adalah untuk menentukan apakah pihak yang
diaudit telah mengikuti prosedur, kebijakan, dan regulasi yang telah
ditetapkan oleh badan otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit
kepatuhan biasanya berupa pernyataan temuan atau tingkatan
kepatuhan dan dilaporkan kepada pihak tertentu dalam unit organisasi
yang diaudit.
c. Audit Laporan Keuangan
Tujuan audit laporan keuangan untuk menentukan apakah laporan
keuangan secara keseluruhan telah dilaporkan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Dalam menentukan tingkat kewajaran
penyajian laporan keuangan, auditor perlu melaksanakan uji yang tepat
untuk menentukan apakah terdapat error atau misstatement lainnya
yang bersifat material dalam laporan keuangan. Hasil dari audit
laporan keuangan berupa laporan audit yang berisi opini audit atas
laporan keuangan
2. Standar audit
Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam
menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar auditing telah
ditetapkan dan disajikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai
berikut:
14
a. Standar umum
Standar umum berhubungan dengan kualifikasi atau seorang
auditor dan kualitas pekerjaan seorang auditor, yaitu:
1. Audit harus dilaksanakan oleh sesorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi, dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
b. Standar pekerjaan lapangan
1. Pekerjaan
harus
direncanakan
sebaik-baiknya
dan
jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan diaudit.
15
c. Standar pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan
penerapan
prinsip
akuntansi
dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyakatan lain dalam laporan
auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu
asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan.
Pemenuhan standar audit oleh auditor berdampak pada lamanya
penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak pada peningkatan
kualitas hasil auditnya. Pelaksanaan audit yang semakin sesuai dengan
standar membutuhkan waktu semakin lama. Sebaliknya, semakin tidak
sesuai dengan standar pekerjaan audit, semakin pendek waktu yang
16
diperlukan. Kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi auditor
(Subekti dan Widiyanti,2004).
D.
Tinjauan Umum Ketepatwaktuan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) bahwa tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Scott (2003) yang dikutip oleh
Rachmawati (2008)
mendefinisikan
informasi
sebagai
bukti
yang
mempunyai potensi untuk mempengaruhi keputusan individual. Namun
demikian, informasi akan bermanfaat bagi penggunanya apabila informasi
tersebut tepat waktu. Tepat waktu berarti, informasi harus disampaikan
sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan
tersebut.
Ikatan Akuntan Indonesia (2009) mengungkapkan bahwa jika terdapat
penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang
dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Ketepatwaktuan penyampaian
laporan keuangan menjadi kendala bagi informasi yang relevan dan handal.
E.
Audit Delay
Audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit
yang diukur dari tanggal penutupan akhir tahun buku hingga tanggal
diterbitkannya laporan audit (Wiwik Utami,2006). Selanjutnya, menurut
Subekti dan Widiyanti (2004), audit delay adalah lamanya waktu
17
penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor yang diukur dari perbedaan
waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam
laporan keuangan.
Chamber dan Penman dalam Hilmi dan Ali (2008) mendifinisikan
sejauh mana keterlambatan pelaporan (lag) yaitu:
1. Keterlambatan audit (audit report lag) yaitu interval jumlah hari
antara tanggal keuangan
sampai tanggal
laporan auditor
ditandatangani.
2. Keterlambatan pelaporan (reporting/preliminary yaitu interval
jumlah hari antara tanggal laporan auditor ditandatangani sampai
tanggal pelaporan oleh Bursa Efek Indonesia.
3. Keterlambatan total (total lag) yaitu interval jumlah dari antara
tanggal periode laporan keuangan sampai tanggal laporan
dipublikasikan oleh bursa.
Rentang waktu (audit delay) yang dibutuhkan oleh auditor maksimal
90 hari dari tahun fiskal perusahaan. Hal ini berdasarkan peraturan
BAPEPAM-LK Nomor Kep-36/Kep/PM/2003 dan peraturan BEI Nomor
Kep-307/BEJ/07-2004. Dan dalam peraturan BAPEPAM dan LK Nomor
X.K.6, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP134/BL/2006 dinyatakan bahwa dalam hal penyampaian laporan tahunan
yang dimaksud melewati batas waktu penyampaian laporan keuangan
sebagaimana diatur dalam peraturan BAPEPAM LK Nomor Kep36/Kep/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan
18
berkala,
maka
hal
tersebut
diperhitungkan
sebagai
keterlambatan
penyampaian laporan keuangan.
Lamanya waktu penyelesaian audit ini mempengaruhi ketepatanwaktu
dan kerelevanan sebuah informasi yang dipublikasikan sehingga dapat
mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada
informasi yang dipublikasikan.
F.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay
1. Firm Size (Ukuran Perusahaan)
Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala dimana
dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara
antara lain dinyatakan dengan total aktiva, nilai pasar saham, dan
sebagainya. Dyer dan McHug (1975) yang dikutip Sistya Rachmawati
(2008), menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki
dorongan untuk mengurangi penundaan audit (audit delay) dan
penundaan laporan keuangan yang disebabkan oleh karena perusahaan
besar senantiasa diawasi secara ketat oleh investor, asosiasi perdagangan
dan agen regulator. Perusahaan yang memiliki sumber daya (asset) yang
besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf
akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem
pengendalian internal yang kuat, sehingga dapat mengurangi tingkat
kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan
auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. maka kecepatan
perusahaan menyampaikan laporan keuangannya semakin besar.
19
Disamping itu ukuran perusahaan juga memiliki alokasi dana yang lebih
besar untuk membayar biaya audit (audit fees), hal ini menyebabkan
perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar
cenderung memiliki Audit delay yang lebih pendek bila dibandingkan
dengan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih kecil.
Sedangkan menurut Boynton dan Kell (1996:52) yang dikutip
Wiwik Utami (2006) berpendapat bahwa audit delay akan semakin lama
apabila ukuran perusahaan yang akan diaudit semakin besar. Ini
berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil
dan semakin luasnya prosedur audit yang dilakukan.
2. Jenis Industri
Ashton et al (1987) yang dikutip Wiwik Utami (2006),
mengungkapkan bahwa perusahaan sektor keuangan mempunyai audit
delay lebih pendek daripada perusahaan industri lain. Hal ini disebabkan
karena industri keuangan tidak mempunyai saldo persediaan yang cukup
signifikan sehingga auditor tidak memerlukan waktu yang cukup lama
dalam menyelesaikan audit. Disamping itu aktiva yang dimiliki
mempunyai nilai moneter sehingga mudah pengukurannya dibandingkan
dengan aktiva yang berbentuk fisik, seperti persediaan, aktiva tetap, dan
aktiva berwujud.
Menurut Iskandar dan Trisnawati (2010), perbedaan karakteristik
industri menyebabkan perbedaan dalam rentang waktu penyelesaian
proses audit. Perusahaan sektor keuangan biasanya mengumumkan
20
laporan keuangannya lebih cepat karena hanya memiliki sedikit
inventory. Proporsi yang sedikit dari inventory menyebabkan auditor
dapat mengurangi atau menghilangkan bagian proses audit tersulit
dimana material errors sering terjadi.
3. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan penjualan adalah perubahan penjualan yang dapat
mencerminkan
kinerja
perusahaan.
Pertumbuhan
perusahaan
diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Semakin tinggi rasio
pertumbuhan penjualan, semakin baik penghasilan yang akan diperoleh
perusahaan untuk masa depan. Rasio ini mengukur seberapa baik
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya
maupun dalam kegiatan ekonominya secara keseluruhan (Weston dan
Copeland,1992) yang dikutip oleh Setyarno, Januarti dan Faisal (2006).
Pertumbuhan perusahaan yang positif mengindikasikan perusahaan akan
dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan usahanya.
Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun memberikan
peluang kepada perusahaan untuk memperoleh peningkatan laba. Hal ini
merupakan good news atas kinerja perusahaan, maka perusahaan akan
mempercepat penyampaian laporan keuangannya kepada publik.
G.
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi audit delay, adalah sebagai berikut:
21
1.
Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (2004)
Subekti dan Widiyanti melakukan penelitian audit delay pada
perusahaaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ pada tahun 2001.
Variabel independen yang digunakan adalah tingkat profitabilitas,
ukuran perusahaan, jenis industri perusahaan, jenis pendapat akuntan
publik, ukuran auditor-KAP. Variabel dependennya adalah audit
delay. Hipotesis diuji dengan analisis regresi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelima variabel tingkat profitabilitas, ukuran
perusahaan, jenis industri perusahaan, jenis pendapat akuntan publik,
ukuran auditor-KAP berpengaruh signifikan terhadap variabel audit
delay.
2.
Wiwik Utami (2006)
Penelitian dilakukan pada emiten di Bursa Efek Jakarta tahun
2000-2002. Variabel dependennya adalah audit delay. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis industri,
lamanya perusahaan menjadi klien KAP, jenis opini yang diberikan
auditor, laba/rugi perusahaan, rasio hutang terhadap ekuitas, ukuran
perusahaan dan reputasi auditor. Metode analisis yang digunakan
adalah regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial
ukuran perusahaan, jenis industri, reputasi auditor dan rasio hutang
terhadap ekuitas terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap audit
delay. Sedangkan secara simultan jenis industri, lamanya perusahaan
menjadi klien KAP, jenis opini yang diberikan auditor, laba/rugi
22
perusahaan, rasio hutang terhadap ekuitas, ukuran perusahaan dan
reputasi auditor berpengaruh terhadap audit delay. Menurut Utami,
jika audit delay panjang dan bahkan berdampak pada terlambatnya
publikasi laporan keuangan maka dapat diduga kemungkinan terbesar
penyebabnya adalah emiten mengalami rugi atau memperoleh opini
selain unqualified.
3.
Sistya Rachmawati (2008)
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia tahun 2003-2005. Penelitian ini menggunakan dua variabel
dependen yaitu audit delay dan timeliness. Variabel independen yang
digunakan adalah profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size
pengukuran log asset, dan ukuran KAP. Metode analisis menggunakan
regresi berganda. Hasil penelitian ini adalah (1) Size perusahaan dan
ukuran KAP mempengaruhi audit delay sedangkan profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap
audit delay. (2) Size perusahaan, solvabilitas, ukuran KAP
berpengaruh terhadap timeliness sedangkan profitabilitas, solvabilitas,
internal
auditor
tidak
berpengaruh
terhadap
timeliness.
(3)
Profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan, dan KAP
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan baik
terhadap audit delay dan timeliness.
23
4.
Andi Kartika (2009)
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan LQ 45 yang
terdaftar di BEJ pada tahun 2001-2005. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah audit delay. Variabel independen yang digunakan
adalah ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, opini auditor, tingkat
profitabilitas, dan reputasi auditor. Metode analisis yang digunakan
adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah ukuran
perusahaan dan laba/rugi operasi mempunyai pengaruh yang negatif
dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Opini dari auditor
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap audit delay
perusahaan. Profitabilitas dan reputasi auditor tidak mempunyai
pengaruh terhadap audit delay perusahaan.
5.
Meylisa Januar Iskandar dan Estralita Trisnawati (2010)
Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan yang terdaftar di
BEI tahun 2003-2009. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
audit delay. Variabel independen yang digunakan adalah total asset,
klasifikasi industri, laba/rugi tahun berjalan, opini audit, besarnya
KAP, dan debt proportion. Metode analisis yang digunakan adalah
regresi linier berganda. Hasil penelitian ini adalah klasifikasi industri,
laba/rugi tahun berjalan dan besarnya KAP berpengaruh terhadap
audit report lag. Total asset, opini audit dan debt proportion tidak
mempunyai pengaruh terhadap audit report lag.
24
6.
Novice Lianto dan Hartono Kusuma (2010)
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan consumer goods industry
dan perusahaan multifinance yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit report lag.
Variabel independen yang digunakan profitabilitas, solvabilitas,
ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan jenis industri. Metode
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil
penelitian ini adalah profitabilitas, solvabilitas, dan umur perusahaan
berpengaruh terhadap audit report lag. Ukuran perusahaan, dan jenis
industri tidak mempunyai pengaruh terhadap audit report lag.
7.
Moch.Sulthoni (2012)
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di BEI
tahun 2007-2008. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit
delay. Variabel independen yang digunakan adalah jenis industri,
kinerja keuangan, ukuran KAP, ukuran perusahaan, opini auditor, dan
rasio utang. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda.
Hasil penelitian ini adalah determinan yang mempengaruhi audit
delay adalah jenis industri, kinerja keuangan, dan ukuran KAP.
Sedangkan ukuran perusahaan, opini auditor, dan rasio utang tidak
berpengaruh terhadap audit delay. Penelitian ini juga meneliti
pengaruh audit delay terhadap reaksi investor. Hasilnya audit delay
berpengaruh terhadap reaksi investor baik yang diproksikan dengan
abnormal return dan trading volume activity.
25
8.
Rosmawati Endang Indriyanti dan Supriyati (2012)
Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan yang terdaftar di
BEI dan Bursa Efek Malaysia (Kuala Lumpur Stock Exchange)
selama periode 2009-2010. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah audit delay. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah
ukuran perusahaan, profitabilitas, laba/rugi perusahaan, dan Debt to
Equity Ratio. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda. Hasil penelitian ini adalah audit report lag di Indonesia dan
Malaysia secara simultan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan,
profitabilitas, laba/rugi perusahaan, dan Debt to Equity Ratio. Ukuran
perusahaan dan Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap audit report lag di Indonesia dan Malaysia.
9.
Andi Kartika (2012)
Penelitian ini dilakukan pada seluruh auditee sektor manufaktur
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009. Variabel
dependen dalam penelitin ini adalah opini audit going concern,
dimana kategori 1 untuk auditee yang menerima opini audit going
concern dan kategori 0 untuk auditee yang menerima opini audit non
going concern. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari kondisi keuangan perusahaan, kualitas audit, opini audit
pada tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan opinion
shopping. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik.
Hasil dari penelitian ini adalah variabel opini audit tahun sebelumnya
26
dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern. Untuk variabel kualitas audit,
kondisi keuangan, dan opinion shopping tidak berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern.
10.
Wiwik Kurniati (2012)
Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Variabel
dependen dalam penelitin ini adalah opini audit going concern,
dimana kategori 1 untuk auditee yang menerima opini audit going
concern dan kategori 0 untuk auditee yang menerima opini audit non
going concern. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, dan
reputasi KAP. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik.
Hasil dari penelitian ini adalah variabel prediksi kebangkrutan
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern. Untuk variabel pertumbuhan perusahaan, dan reputasi KAP
tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
H.
Kerangka
Pemikiran,
Pengembangan
Hipotesis,
dan
Model
Konseptual.
1. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis
a. Hubungan Firm Size (ukuran perusahaan) dengan audit delay
Hasil penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010), Utami (2006),
dan Hilmi dan Ali (2008) firm size tidak memiliki pengaruh
27
signifikan terhadap audit delay. Sedangkan, Subekti dan Widiyanti
(2004) dan Indriyanti dan Supriyati (2012), bahwa firm size yang
diukur dengan total asset berpengaruh negatif terhadap audit delay.
Perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan
audit delay dan penundaan laporan keuangan, karena perusahaan
besar senantiasa diawasi secara ketat oleh investor, asosiasi
perdagangan dan agen regulator serta memiliki sistem pengendalian
internal yang kuat, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor
dalam melakukan audit laporan keuangan.
Selanjutnya hasil penelitian Rachmawati (2008) bahwa variabel
firm size (ukuran perusahaan) yang diproksikan dengan total asset
berpengaruh terhadap audit delay, penelitian ini sejalan dengan
Boynton dan Kell (dalam Utami,2006) ukuran perusahaan dapat
berpengaruh positif terhadap audit delay, yang artinya audit delay
akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang akan diaudit
semakin besar. Ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah
sampel yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang
dilakukan.
Dari penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H1 : Firm Size berpengaruh terhadap audit delay.
28
b. Hubungan jenis Industri dengan audit delay
Ashton et al (1987) yang dikutip Wiwik Utami (2006),
mengungkapkan bahwa perusahaan sektor keuangan mempunyai
audit delay lebih pendek daripada perusahaan industri lain. Hal ini
disebabkan karena perusahaan sektor keuangan tidak mempunyai
saldo persediaan yang cukup signifikan sehingga audit yang
diperlukan tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Disamping itu
aktiva yang dimiliki mempunyai nilai moneter sehingga mudah
pengukurannya dibandingkan dengan aktiva yang berbentuk fisik,
seperti persediaan, aktiva tetap, dan aktiva berwujud. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Subekti dan
Widiyanti (2004) dan Iskandar dan Trisnawati (2010). sedangkan
penelitian yang dilakukan Utami (2006) dan Lianto dan Kusuma
(2010) bahwa jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Dari penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H2 : Jenis industri berpengaruh terhadap audit delay.
c. Hubungan pertumbuhan perusahaan dengan audit delay
Hasil
penelitian
Kartika
(2012)
pertumbuhan
penjualan
berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Pertumbuhan perusahaan diukur dengan pertumbuhan penjualan.
Pertumbuhan penjualan yang baik mengindikasikan kemampuan
perusahaan
dalam
mempertahankan
kelangsungan
usahanya.
29
Meningkatnya pertumbuhan penjualan, maka semakin besar peluang
perusahaan dalam memperoleh peningkatan laba. Hal ini adalah
good news atas kinerja perusahaan. Maka perusahaan akan
mempercepat
penyampaian
laporan
keuangannya.
Sedangkan
penelitian yang dilakukan Rahayu (2009) dan Kurniati (2012),
pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap opini audit going concern.
Dari penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H3 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap audit
delay.
d. Hubungan
firm
size,
jenis
industri
dan
pertumbuhan
perusahaan terhadap audit delay
Ketiga variabel firm size, jenis industri dan pertumbuhan
perusahaan mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
Perusahaan yang besar cenderung akan mengurangi penundaan
penyampaian laporan keuangan dikarenakan adanya pengawasan
investor, regulator dan sorotan masyarakat.
Sektor keuangan (financial) tidak memiliki saldo persediaan
yang cukup signifikan dan memiliki aktiva moneter yg lebih mudah
diukur sehingga audit yang diperlukan tidak membutuhkan waktu
yang cukup lama dibandingkan dengan sektor non keuangan (non
financial).
30
Penjualan yang semakin besar memberikan peluang kepada
perusahaan mendapatkan laba yang besar pula, maka perusahaan
akan mempercepat penyampaian laporan keuangan.
Dari penjelasan diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H4 : firm size, jenis industri dan pertumbuhan perusahaan secara
serentak berpengaruh terhadap audit delay.
2. Model Konseptual
Faktor-faktor yang mempegaruhi audit delay dalam penelitian ini
menggunakan tiga jenis variable yaitu firm size (ukuran perusahaan),
jenis industri, dan pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan kerangka
pemikiran dan pengembangan hipotesis di atas, dibuat model
konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Konseptual
X1: Firm size
H1
Y:Audit delay
X2: Jenis industri
H2
X3: Pertumbuhan
perusahaan
H3
H4
Download