MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar Psikologi PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) Dosen Pengajar : Imam Suprabowo, M.Pd.I Disusun Oleh : Lailatul Imtichanah (20120710002) Lutfi Abdul Aziz (20120710006) Baiq Silawati (20120710012) Komunikasi Konseling Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2013/2014 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji serta syukur selayaknyalah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena ke-Maha Murahan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar Psikologi. Dengan harapan bahwa penulis serta pembaca dapat sama-sama memperoleh pengetahuan yang cukup tentang beberapa peristiwa-peristiwa kejiwaan yang sering terjadi dalam diri manusia, yangmana dalam makalah ini kami membahas mengenai ingatan (memory), belajar, dan juga berpikir. Rasa terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada : 1. Kedua orang tua penulis yang hingga saat ini tak bosan-bosannya memberikan dukungan dalam berbagai bentuk. 2. Bapak Imam Suprabowo, atas setiap kesabaran beliau dalam mendidik penulis. 3. Teman-teman KKI 2012, yang bukan saja menjadi teman seperjuangan, kini menjelma menjadi keluarga. Demikianlah, pada akhirnya setiap ikhtiar ini akan kembali pada Allah. Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis menunggu kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan tulisan ini. Yogyakarta, Februari 2014 Penulis Page 2 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Daftar Isi Kata Pengantar ........................................................................................................................ 2 Daftar Isi ................................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 5 A. Ingatan (Memori) ........................................................................................................ 5 1. Definisi Ingatan ...................................................................................................... 5 2. Jenis-Jenis Ingatan .................................................................................................. 6 3. Proses Terjadinya Ingatan ....................................................................................... 7 4. Lupa ...................................................................................................................... 11 B. Belajar ........................................................................................................................ 18 1. Pengertian Belajar ................................................................................................ 18 2. Belajar sebagai Suatu Proses ................................................................................ 19 3. Belajar sebagai Suatu Sistem ................................................................................ 19 4. Beberapa Teori Belajar ........................................................................................ 20 5. Faktor Pendorong dan Penghambat Belajar ......................................................... 23 C. Berpikir ....................................................................................................................... 30 1. Definisi Berpikir .................................................................................................. 30 2. Proses Berpikir ..................................................................................................... 31 3. Cara Penarikan Kesimpulan ................................................................................. 35 4. Hambatan dalam Berpikir .................................................................................... 37 BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 38 Kesimpulan ....................................................................................................................... 38 Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 40 Page 3 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 BAB I PENDAHULUAN Sebagaimana kita ketahui, manusia merupakan makhluk yang berjiwa, dan adanya jiwa dalam diri manusia itu sendiri direfleksikan dalam bentuk perilaku, aktivitas manusia. Kemampuan kejiwaan manusia itu sendiri dibedakan atas tiga golongan besar, yaitu: a. Kognisi, yang berhubungan dengan pengenalan b. Emosi, yang berhubungan dengan perasaan c. Konasi, yang berhubungan dengan motif Pembagian kemampuan manusia menjadi tiga golongan besar ini yang sering dikenal sebagai pembagian yang trichotomis.1 Walaupun kemampuan jiwa manusia itu digolong-golongkan, namun yang harus selalu kita ingat yaitu bahwa jiwa manusia itu merupakan suatu kesatuan, suatu kebulatan, atau suatu totalitas. Hal ini berarti setiap bagian satu tidak akan terlepas dari bagian yang lain karena kesemuanya itu akan selalu saling berkaitan. Sedangkan kondisi kejiwaan manusia itu sendiri juga tidak akan terlepas dari kondisi lingkungannya. Hal itu dikarenakan manusia akan selalu menerima rangsang atau stimulus dari dalam dan dari luar individu. Dari luar individu disini yang dimaksud yaitu stimulus yang datang dari lingkungannya. Sebagaimana telah disebutkan diatas tadi, kemampuan jiwa manusia itu ada tiga, dan salah satunya kemampuan kognisi, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan pengenalan. Sedangkan untuk prosesnya antara lain yaitu yang berkaitan dengan ingatan, belajar, dan berpikir. Proses tersebut timbul sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organism, sehingga kemudian organism pun akan merespon stimulus yang mengenainya. Untuk lebih jelasnya akan kami kemukakan mengenai masing-masing proses kognisi tersebut secara lebih rinci.2 1 2 Prof. Dr. Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta:C.V Andi Offset.2005). hlm:97 Ibid Page 4 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 BAB II PEMBAHASAN A. INGATAN (MEMORI) 1. Definisi memory Adapun definisi memory dari berbagai sumber adalah sebgai berikut : Memory adalah kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat di gunakan lagi dimasa yang akan datang.3 Sedangkan di dalam bukunya prof. Dr bimo walgito mengatakan menurut para ahli memory ataupun ingatan dipandang sebagai hubungan antara pengalaman dan masa lampau. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dan masa lampau. Apa yang pernah dialami oleh manusia tidak seluruhnya hilang tapi disimpan dalam jiwanya dan apabila diperlukan maka dapat di keluarkan kembali dalam alam kesadaran. Tetapi inipun tidak berarti bahwa semua yang telah dialami itu akan tetap tinggal tapi ada kalanya ada halhal yang tidak dapat diingat kembali atau hal yang dilupakan.4 Memory (mengingat) adalah memproduksi segaala sesuatu yang telah disimpan dalam jiwa atas dasar akibat pencaman.5 Memory (mengingat) di definisikan sebagai pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa lampau.6 Memory adalah: proses dimana kita mengodekan, menyimpan dan menarik kembali informasi.7 Memory (ingatan) adalah: sebagai penyimpan informasi atau pengalaman seiring dengan berjalannya waktu.8 3 Drs. Irwanto, Drs.Hema Elia, Drs.Antonius Hadisoepadma, Dra.MJ. Retno priyani, Drs.Yohanes Bagus Wismanto, Cosmas Fernandes, SVD, MA. Psikologi Umum.(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.1991).Hlm: 142 4 Prof.Dr. Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum.Edisi ke-5. (Yogyakarta: Penerbit Andi. 2005). Hlm: 162 5 Dakir. Dasar-Dasar Psikologi. (Yogyakarta: Kaliwangi Offset. 1986). Hlm: 60 6 Drs .H.Ahmad Fauzi. Psikologi Umum. (Bandung: Pustaka Setia. 1997). Hlm: 50 7 Robert S.Feldman. Pengantar Psikologi (Understanding Psychology). ( Jakarta: Salemba Humanika. 2012). Hlm: 257 Page 5 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 2. Jenis memori Jenis memori ada tiga yaitu a. Memori sensoris Memori sensoris yaitu proses penyimpanan memori melalui jalur syarafsyaraf sensoris yang berlangsung dalam waktu yang amat pendek. Untuk menggambarkan memori sensoris ini cobalah matikan semua lampu di ruang belajar anda hidupkan satu lampu saja diatas meja belajar. Tutup mata anda sebentar dekatkan jari-jari tangan anda pada lampu di atas meja kemudian buka mata sejenak dan tutup lagi kedua mata anda. Pada saat itu akan terlintas bayangan jari-jari anda selama beberapa detik. Seperti itulah berlangsungnya memori sensoris. b. Memori jangka pendek Memori jangka pendek yaitu suatu peroses penyimpanan memori sementara. Disebut juga working memory, karena informasi yang di simpan hanya dipertahankan selama informasi itu masih dibutuhkan c. Memori jangka panjang Memori jangka panjang merupakan suatu proses penyimpanan informasi yang relatif permanen. Ingatan jangka panjang terbagi menjadi ingatan subtruktur ingatan eksplisit dan ingatan implisit. Ingatan eksplisit dapat di bagi lagi menjadi ingatann episodik dan semantik. Ingatan implisit terbagi atas ingatan prosedural ,pengondisian klasik dan priming. Ketiga jenis memori ini saling berhubungan dengan erat.informasi akan selalu ditetrima ke dalam memori sensoris kemudian sejumlah tertentu akan diteruskan ke dalam memori jangka pendek dan yang lain hilang. Dari memori jangka pendek ada 8 Laura A.King. The Science Of Psychology An Apreciiative View. (Jakarta: Salemba Humanika. 2012). Hlm: 396 Page 6 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 proses seleksi lagi untuk diteruskan ke memori jangka panjang yang tidak diteruskan juga akan dilupakan.9 3. Proses terjadinya ingatan Proses terjadinya ingatan meliputi tiga tahap antara lain:10 Memasukkan (learning) Menyimpan (retention) Mengeluarkan kembali (remembering) Istilah lain yang juga sering digunakan untuk memasukkan (encoding), menyimpan (storage) dan untuk menimbulkan kembali (rerieval). Ketiga tahap tersebut dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut:11 Encoding Memasukkan informasi kedalam ingatan Penyimpanan Menyimpan ingatan seiring berjalannya waktu Retrieval Mengambil informasi dari penyimpanan Semua bentuk informasi yang diterima melalui indera akan dirubah sedemikian rupa sehingga mudah diterima oleh otak untuk disimpan, hal inilah yang disebut dengan encoding. Sebagai contoh ketika seeseorang mendengarkan musik maka akan diproses nada yang ada untuk disimpam dalam ingatan. Atau mendengarkan ketika kuliah,menonton film,berbincang dengan teman dan lain-lain. Sebagian informasi akan masuk secara otomatis, akan tetapi encoding sebagian informasi membutuhkan usaha. Jadi, encoding merupakan sebuah proses mengubah sifat suatu informasi kedalam bentuk yang sesuai dengan sifat memori. Proses ini mempengaruhi lamanya memori akan disimpan Proses Encoding 9 Drs. Irwanto,dkk. Op.cit. hal 143-144 Prof.Dr. Bimo Walgito. Op.cit. hal 164 11 Laura A.King, Op.cit. hal 397 10 Page 7 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Adalah suatu proses mengubah sifat suatu informasi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat-sifat memori organisme. a. Encoding dalam memori sensoris Pada saat mata kita melihat sesuatu atau telinga mendengar sesuatu , informasi dari indra-indra itu akan diubah dalam bentuk implus-implus neural dan di hantar kebagian tertentu di otak. Proses ini berlangsung dalam waktu sepersekian detik.sinar yang mengenai retina diterima oleh reseptor yang ada kemudian sinar itu ditransformasi ke dalam implus-implus neural dan dikirim ke otak. b. Encoding dalam memori jangka pendek Informasi yang telah diterima oleh otak kemudia dikenai oleh suatu proses yang disebut control processes yaitu suatu proses yang mengatur laju dan mengalirnya informasi. Dan informasi yang di simpan dalam memori sensoris dianggap sebagai bahan mentah yang jumlahnya sangat banyak. Kemudian memori tersebut diseleksi menurut beberapa cara dalam control processes. c. Encoding dalam memori jangka panjang Setelah memulai dari memori sensoris kemudian melalui memori jangka pendek dan untuk masuk kedalam memori jangka panjang perlu dilakukan proses lain lagi yang disebut semantic atau imagery coding. Dalam proses ini arti dari informasi dianalisis lebih jauh lagi. Contohnya ; bila kita mendengar seseorang berkata” Chanyol dipukul Luhan sampai pingsan” maka kita tidak hanya mencoba mengerti arti masingmasing kata dalam kalimat tersebut tapi lebih-lebih kita berusaha mengerti apa yang terjadi sebenarnya dari keseluruhan kalimat tersebut. Oleh karena itu bila ia mendengar suatu kalimat lain yang unsur-unsur katanya sama seperti ” Luhan dipukul Chanyol sampai pingsan” kita tau bahwa yang terjadi berbeda dari yang pertama. Dan jika kita mengingat arti dari dalam keseluruhan kalimat itu maka kita melakukan semantic coding, tetapi jika kita membayangkan reaksi dari Page 8 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Chanyol ataupun Luhan dalam peristiwa itu maka kita melakukan imagery coding.12 Selain itu juga ada beberapa peroses yang mendukung terjadinya encoding ingatan yaitu sebagai berikut: a. Atensi Untuk memulai proses encoding ingatan atensi berperan penting dalam persepsi sebuah informasi. atensi bersifat selektip dan pokus pada aspek tertentu dan mengabaikan yang lain karena sumber daya otak terbatas. Divided atention (atensi terbagi) juga mempengaruhi encoding ingatan yakni dimana seseorang harus memperhatikan beberapa hal secara bersamaan. b. Tingkat pemerosesan Konsep tingkat pemerosesan (level of processing) bahwa pengodean terjadi pada sebuah rangkaian dari dangkal ke dalam dengan pemerosesan yang lebih dalam menghasilkan ingatan yang lebih baik. Model proses encoding adalah sebagai berikut: Kedalaman Pemrosesan Menganalisis fitur Garis sudut dan kontur pemrosesan dangkal fisik dan perseptual yang membentuk penampilan fisik sebuah objek seperti sebuah mobil Pemerosesan Rangsangan dikenali Sebuah objek dikenali menengah dan diberi label sebuah mobil Pemerosesan Menggunakan Asosiasi terhadap dalam karakteristik simbolik sebuah mobil diambil ,semantik dan pada pikiran seperti kita bermakna memikirkan perari yang mungkin dapat kita beli 12 Drs. Irwanto,dkk. Op.cit. hal 144-146 Page 9 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 atau kesenangan lain yang kita alami. c. Elaborasi Elaborasi yaitu keluasan pemerosesan pada setiap tingkat. dibandingkan dengan hanya mengingat definisi dan konsep ingatan akan lebih baik menyabutkan contoh-contoh bagaimana informasi masuk tersimpan dan mengingat kembali. Alasan mengapa elaborasi menghasilkan ingatan yang baik adalah karena kekhasan pada kode ingatan. Jadi jika kita berusaha mengingat dan mencari informasi tertentu, semakin khas pengalaman tersebut, semakin mudah kita menemukannya pada gudang mental kita. Proses pencarian akan lebih mudah jika kode ingatan bersifat unik (Hunt and Kelly 1996). Contohnya ketika Sehun mencari temannya di bandara yang ramai. Jika temannya memiliki tinggi 80 cm dan berambut merah maka Sehun akan lebih mudah menemukannya dibandingkan dengan teman yangmemiliki tinggi 165 dan berambut coklat. Demikian juga dengan kode ingatan yang khas akan lebih mudah dibedakan. Hal yang lebih penting adalah meskipun nilai kekhasan ini sangat jelas pada proses retrieval kembali, pembentukan ingatan khas terjadi pada proses encoding. Jadi ketika encoding menjadi lebih elaboratif, semakin banyak informasi yang disimpan semakin mungkin bahwa kode yang disimpan lebih khas sehingga lebih mudah dibedakan dari kode ingatan yang lain. Contohnya: jika Baekhyun bertemu dengan orang yang dia harap bisa menjadi temannya di masa yang akan datang, maka Baekhyun akan melakukan tugas yang lebih baik dalam mengingat namanya ketika pada awal Baekhyun mengodekan banyak informasi dirinya seperti penampilannya, pekerjaan dan sesuatu yang ia katakan. Baekhyun akan lebih mungkin mengingatnya di bandingkan dengan orang yang mengkodekannya dengan “pirang”. d. Imajinasi Page 10 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Salah satu cara yang paling baik untuk membuat ingatan khas adalah dengan menggunakan imajinasi mental (Murray, 2007 Quinn and Mc Connel, 2006). Imajinasi sangat berguna dalam encoding. Penelitian klasik oleh Allan paivio (1971,1986,2007) mendokumentasikan bagaimana imajinasi dapat meningkatkan ingatan. Paivio berpendapat bahwa ingatan disimpan dengan satu dari dua cara: sebagai kode perbal (kata atau label) dan kode gambar. Paivio berpendapat bahwa kede gambar yang sangat detail dan khas menghasilkan ingatan yang lebih baik. Hipotesis kode gandanya (dual code hypothesis) mengatakan bahwa ingatan terhadap gambar lebih baik dibandingkan dengan ingatan kata. Karena gambar setidaknya yang bisa di beri nama di simpan sebagai kode gambar dan kode verbal. Oleh karena itu kita memiliki dua bagian untuk mengambil kembali informasi.13 Proses penyimpanan informasi resensi atau storage Adalah suatu proses yang mengendapkan informasi yang diterima dalam suatu tempat tertentu. a. Penyimpanan informasi dalam memori sensoris Memori sensoris mempunyai kapasitas penyimpanan yang amat besar tapi informasi yang di simpan tersebut cepat sekali menghilang. Menurut penelitian informasi yang disimpan dalam memori sensoris akan mulai menghilang setelah sepersepuluh detik dan hilang sama sekali setelah satu detik b. Penyimpanan informasi dalam memori jangka pendek Kapasitas dalam memori jangka pendek sangat terbatas untuk menyimpan sejumlah informasi dalam jangka waktu tertentu. Kapasitas ini bisa dilihat dengan percobaan yang di sebut memory-span task. c. Penyimpanan informasi dalam memori jangka panjang Penyimpanan informasi pada tahap ini berlangsung secara permanen dan kapasitas memori jangka panjang juga amat besar. Ini memungkinkan 13 Laura A.King. Op.cit. hlm: 397-402 Page 11 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 penyimpanan informasi yang luar biasa banyaknya yang diperoleh organisme. Meskipun demikian memiri masih bekerja secara efisien yaitu dengan jalan mereorganisasi informasi yang diterima dari memori jangka pendek. Proses mengingat kembali (retieval) Merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam memori untuk digunakan kembali jika dibutuhkan. Hilgard, dkk menyebutkan bahwa ada tiga jenis proses mengingat yaitu: 1. Recall yaitu proses mengingat informasi yang dipelajari di masa lalu tanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme 2. Recognition yaitu proses mengingat informasi yang sudah dipelajari melalui suatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme. 3. Radintegrative proses mengingat dengan menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu konsep cerita yang cukup kompleks.14 Berikut ini ada beberapa cara mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah diketahui sebelumnya: 1. Rekoleksi yaitu menimbulkan kembali ingatan suatu peristiwa lengkap dengan segala detail dan hal-hal yang terjadi di sekitar peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Misalnya seorang peria mengingat peristiwa pertamakali ia pergi dengan seorang gadis. 2. Pembauran ingatan hampir sama dengan rekoleksi,tetapi ingatannya hanya timbul kalau ada hal yang merangsang ingatan itu misalnya dalam contoh di atas ingatan timbul setelah pria tersebut secara kebetulan berjumpa kembali dengan gadis yang bersangkutan. 3. Memanggil kembali ingatan yaitu mengingat kembali suatu hal, sama sekali terlepas dari hal-hal lain di masa lalu. Misalnya mengingat sajak yang diingat di sini hanya sajaknya saja, tetapi pada suatu saat apa saja yang dipelajari untuk pertamakalinya, tidak diperhatikan lagi. 14 Drs. Irwanto, dkk. Op.cit. Hlm: 146-154 Page 12 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 4. Rekognisi yaitu mengingat kembali suatu hal setelah menjumpai sebagian dari hal tersebut, misalnya ingat suatu lagu setelah mendengar sebagian dari nada lagu tersebut. 5. Mempelajari kembali, terjadi kalo kita mempelajari hal yang sama untuk kedua kalinya, banyak hal-hal yang akan diingat kembali sehingga waktu belajar akan menjadi lebih singkat.15 Adapun ingatan seseorang tergantung pada keadaan tubuh, umur, penyakit, kelelahan dan kebingungan dapat mempengaruhi daya ingat. Umur yang paling baik untuk daya ingatan mekanis (menghapal) adalah antara 10 tahun sampai dengan 15 tahun sedangkan setelah umur 50 tahun kekuatan daya ingat seseorang akan relatif berkurang.16 Berikut ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi ingatan: 1. Adanya kesan yang mendalam 2. Waktu yang belum lama 3. Perhatian yang kuat 4. Karena pengalaman pertama 5. Situasi-situasi yang berarti.17 4. Lupa Lupa merupakan suatu gejala dimana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Lupa dan ingatan dapat diiabaratkan seperti mata uang yang bermuka dua. Hubungan antara yang diingat dengan apa yang dilupakan merupakan perbandingan yang terbaik. Artinya, makin bayak yang diingat semakin sedikit yang dilupakan . begitu sebaliknya. Kemampuan ingatan manusia terbatas, jadi tidak semua yang disimpan dalam ingatan dapat ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran. Gangguan dari aspek fsikologis dapat mempengaruhi ingatan dan menyebabkan kelupaan seperti amnesia. Hal tersebut Karena fungsi fsiologis sangat berpengaruh pada pusat 15 Drs .H.Ahmad Fauzi. Op.cit. Hlm: 52 Dakir. Op.cit. Hlm: 66 17 Ibid hal 71 16 Page 13 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 kesadaran, yaitu otak. Dengan kurang berfungsinya aspek fsiologis menyebabkan kemampuan mengingat akan mengalami gangguan, misalnya pada manusia usia lanjut akan kemampuan mengingatnya kan menurun Karen afungsi fsiologis mengalami kemnduran. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi seberapa baik kita dapat mengambil kembali informasi dari ingatan jangka panjang a) Kegagalan encoding Kegagalan encoding terjadi ketika informasi tidak pernah masuk kedalan ingatan jangka panjang. Ketika seseorang mengatakan bahwa mereka melupakan sesuatu, mereka sebenarnya tidak melupakannya tetapi mereka tidak mengkodekan informasi tersebut. b) Kegagalan retrieval Kegagalan retrieval mencakup masalah terhadap informasi di penyimpanan, efek waktu, alasan pribadi untuk mengingat dan lupa, serta kondisi otak. Penyebab terjadinya kegagalan retrieval bahwa ketika orang lupa bukan karena ingatn yang hilang dari penyimpanannya, tetapi karena ada informasi lain yang menghambat cara mereka mengingat. Hal inilah yang disebut dengan teori gangguan. Ada dua macam teori gangguan yaitu gangguan proaktif dan retroaktif. Ganggguan proaktif terjadi ketika materi yang telah dipelajari lebih dahulu mempengaruhi mengingat materi yang dipelajari kemudian. Gangguan retroaktif terjadi ketika bahan yang baru dipelajari sesudahnya mengganggu retrieval informasi yang dipelajari sebelumnya. c) Kemerosotan dan kefanaan Teori kemerosotan menyatakan bahwa ketika sesuatu yang baru dipelajari ada zat saraf kimia yang membentuk jejak ingatan ,tetapi seiring dengan berlalunya waktu , jejak ini cenderung menghilang. Jadi berjalannya waktu selalu meningkatkan kemungkinan lupa. Page 14 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Ingatan sering mengabur seiring berjalannya waktu, tetapi kemerosotan atau kefanaan saja tidak bisa menjadikan proses lupa. Sebagai contoh dalam kondisi retrieval yang tepat ingatan yang sepertinya sudah terlupakan dapat diambil kembali. d) Fenomena diujung lidah Salah satu gangguan yag sering kita alami adalah fenomena diujung lidah (tip of the tongue – TOT). ini adalah jenis gangguan retrieval yang diusahakana terjadi ketika seseorang yakin mereka mengetahui sesuatu, tetapi tidak bisa menariknya dari ingatan. Orang dalam keadaan TOT biasanya dapat dengann sukses mengambil karakteristik dari sebuah kata seperti huruf pertamanya atau jumlah suku kata, tetapi tidak berhasil mengambil kembali kata tersebut . Dalam sebuah penelitian , ada dua cara untuk mengambil kembali informasi nama seseorang yang mereka pikir kenal dan dengan menitikberatkan profesi seseorang. TOT terjadi karena seseorang dapat mengambil kembali sebagian informasi ,tetapi tidak seluruhnya. e) Ingatan prosfektif (mengingat atau melupakan kapan melakukan sesuatu) Ingatn prosfektif adalah mengingat informasi tentang melakukan sesuatu dimas yang akan datang. Ingatan pprospektif termasuk waktu – kapan melakukan sesuatu – dan isi – apa yang harus diakukan. Pembedaan yang jelas dapat dialakukan antara ingatan prospektif yang berdasarkan waktu atau kegiatan. Ingatn prospektif berdasarkan waktu adalah intesi ketika melakukan prilaku tertentu setelah sejumlah waktu tertentu berlalu dalam ingatan prospektif berdasarkan kegiatan terlibat dengan kegiatan tertentu yang dipicu oleh kejadian atau isyarat eksternal. Isyarat yang ada pada ingatan prospektif berdasarkan kejadian menjadikannya lebih efektif dibandingkan dengan ingatan prospektif berdasarkan waktu. Beberapa kegagalan prospektif disebut dengan dengan kelinglungan. Kelinglungan sering melibatkan kesalahan antar atensi dan penyimpanan ingatan. kelinglungan menjadi masalah ketika kita memiliki waktu yang terlalu sedikit Page 15 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 atau terlalu terganggu untuk mengkodekan secara elaboratif sesuatu yang harus kita ingat. f) Amnesia Amnesia merupakan kelainan ingatan yang mempengaruhi penyimpanan ingatan baru tentang kajadian atau informasi. Amnesia terjadi dalam bentuk kehilangan ingatan dimasa lalu tetapi tidak pada kejadian yang baru. Hal ini disebut amnesia retrograde yang seringkali disebabkan oleh benturan fisik. Sedangkan amnesia anterograd adalah hilangnya informasi Karena bersifat tua yang terjadi sebelum kejadian., dan kemampuan memperoleh ingatan baru tidak terpengaruh . 18 Berikut ini ada beberapa teori tentang lupa yaitu: 1. Decay theory Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus dengan berlalunya waktu jika tidak pernah di ulang kembali. Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi disimpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace) jejak-jejak ini akan rusak atau menghilang jika tidak pernah dipakai lagi.meskipun demikiam banyak ahli sekarang menemukan bahwa lipa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi. 2. Teori interferensi Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan) akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu mengganggu proses mengingat informasi yang lain. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yan lama tetapi juga bisa terjadi sebaliknya. 3. Teori retrievel failure 18 Laura A.King. Op.cit. Hlm: 434-439 Page 16 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interfrensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensii. Kegagalan untuk mengingat kembaki lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai, dengan demikian bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat) maka informasi tersebut dapat ditelusuri dan diingat kembali. 4. Teori motivated forgetting Menurut teori ini kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang mennyakitkan atau tidak menyenamgkan ini ajkan cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran.teori ini didasarkan pada teori psikoanalisis yang dipelopori oleh sigmund freud, dari teori ini juga jelas beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan masih ada. 5. Lupa karena sebab-sebab fsiologis Para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan di sertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut dengan amnesia. Bila yang di lupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan beberapa waktu yang lalu yang bersangkutan dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru diterima maka ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses lupa dalam kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.19 6. Teori atropi Teori ini juga sering disebut teori disense atau teori disuse yaitu suatu teori mengenai kelupaan yang menitikberatkan pada lama interval. Menurut teori ini kelupaan terjadi karena jejak-jejak ingatan atau memory traces telah 19 Drs. Irwanto, dkk. Op.cit. hlm: 150-153 Page 17 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 lama tidak ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran. Karena yang disimpan telah lama tidak ditimbulkan maka memory trances makin lama makin mengendap hingga pada ahirnya orang akan mengalami kelupaan. Teori ini sebenarnya lebih bersumberpada aspek fsiologis yaitu apabila otot-otot telah lama tidak digunakan, maka otot-otot terrsebut tidak dapat di gunakan maka otot tesebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, yang ahirnya mengalami kelumpuhan, demikian pula halnya dengan ingatan. Exprimenn ebbinghaus dan borreas (woodworth,1951) lebih menunjukkan keadaan semacam ini.20 Berikut ini adalah sebab-sebab terjadinya lupa diantaranya adalah: a) Karena sakit keras sehingga otak kita terganggu b) Karena kesan yang diterima telah berlangsung dalam waktu yang lama. c) Karena kesan yang di terima tidak menarik perhatian lagi sehingga ingatan menjadi tidak setia. d) Karena masuknya tanggapan yang baru sehingga tanggapan yang lama menjadi terdesak (inhibisi retro aktif) e) Karena situasi tertentu.21 B. BELAJAR A. PENGERTIAN BELAJAR Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Sehingga sudah cukup banyak definisi mengenai belajar yang telah di kemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut : 1. Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. 2. Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang 20 21 Prof.Dr. Bimo Walgito. Op.cit. Hlm: 175 Dakir. Op.cit. hlm: 66 Page 18 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya. 3. Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. 4. Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang. B. BELAJAR SEBAGAI SUATU PROSES Dari bermacam-macam definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa pada umumnya para ahli melihat belajar itu sebagai suatu proses. Prosesnya sendiri tidak menampak, yang tampak adalah hasil dari proses. Karena belajar merupakan proses, maka dalam belajar adanya masukan, yaitu yang akan diproses dan adanya hasil dari proses tersebut. Belajar merupakan sesuatu yang terjadi dalam diri individu yang disebabkan karena latihan atau pengalaman, dan hal ini menimbulkan perubahan dalam prilaku. Ini berarti bahwa proses belajar merupakan intervening variable yang merupakan penghubung atau pengkait antara independent variable dengan dependent variable. Dengan demikian akan jelas bahwa proses belajar itu sendiri terdapat dalam diri individu yang belajar, yang kemudian menghasilkan perubahan individu. C. BELAJAR SEBAGAI SUATU SISTEM Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar. Masukan apabila dianalisis lebih lanjut, akan didapati beberapa jenis masukan, yaitu masukan mentah (raw Page 19 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 input), masukan instrumental (instrumental input) dan masukan lingkungan (environmental input). Semua ini berinteraksi dalam proses belajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar. Apabila salah satu faktor terganggu, maka proses akan terganggu dan hasilnya juga akan terganggu. Masing-masing faktor tersebut saling terkait satu dengan yang lain, karenanya belajar itu merupakan suatu sistem. Apabila masukan instrumental terganggu, maka prosesnya akan terganggu, hasil akan terganggu. Masukan mentah adalah individu atau organisme yang akan belajar. Misalnya siswa, mahasiswa, atau anak yang akan belajar. Masukan instrumental adalah masuakan yang berkaitan dengan alat-alat atau instrumental yang digunakan dalam proses belajar. Misalnya rumah, kamar, gedung, peraturn-peraturan. Peraturan merupakan masukan instrumental yang lunak, sedangkan kamar, rumah, gedung merupakan masukan instrumental keras. Masukan lingkungan merupakan masukan dari yang belajar, dapat merupakn masukan lingkungan fisik maupun non-fisik. Misalnya tempat belajar yang gaduh atau ramai merupakan hal yang kuruang menguntungkan proses belajar. Dalam masalah belajar pada umumnya yang menjadi persoalan ialah bertitik tolak dari hasil belajar. Apabila hasil belajar baik, maka pada umumnya tidak akan menimbulkan masalah. Tetapi sebaliknya apabila hasil belajar tidak memuaskan, persoalan akan segera timbul. Karena itu dalam belajar, pada umunya orang akan melihat terlebih dahulu atau sebagai titik tolaknya adalah hasil belajar. Setalah hasil belajar, orang akan melihat bagaimana prosesnya dan bagaimana masukannya. D. BEBERAPA TEORI BELAJAR Seperti telah dipaparkan di atas banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai belajar, sehingga dengan demikian banayak teori yang dikemukakakn mengenai belajar. Namun demikian teori-teori tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,yaitu teori yang berorientasi pada aliran behaviorisme dan aliran kognitif. 1. Teori belajar yang berorientasi pada aliran Behaviorisme. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Page 20 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984). Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. 2. Teori yang berorintasi pada aliran Kognitif. Secara umum terdapat tiga jenis teori belajar yang telah dikenal, yaitu teori belajar Behavioristik, Kognitif dan teori belajar Konstruktivistik. Namun pada pembahasan kali ini, akan disampaikan pembahasan mengenai teori belajar kognitif. Teori belajar ini tidak sama dengan teori belajar behavioristik. Page 21 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Teori kognitif lebih mementingkan sebuah proses belajar dari pada hasil dari belajar itu sendiri. Penganut aliran kognitif mengungkapkan bahwa belajar bukanlah sekedar melibatkan hubungan diantara respon dan stimulus. Berbeda dengan model belajar behavioristik yang mempelajari setiap proses belajar hanya menjadi hubungan stimulus-respon. Pada model belajar kognitif adalah suatu bentuk teori belajar yang sering disebut dengan model perseptual. Belajar kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh pendangan serta pemahamannya mengenai situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar mereka. Belajar adalah perubahan pandangan dan pemahaman yang tidak selalu bisa terlihat sebagai perilaku yang nampak. Teori belajar kognitif juga menekankan pada bagian-bagian atas situasi yang saling berkaitan dengan konteks situasi itu sendiri. Membagi-bagi atau memisahkan situasi atau materi pelajaran kedalam komponen-komponen yang lebih kecil serta mempelajarinya dengan cara terpisah bisa menyebabkan kehilangan arti. Pandangan akan teori ini bahwa belajar adalah suatu proses didalam yang melingkupi memory, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan yang lain. Belajar adalah kegiatan yang melibatkan kompleksnya proses berpikir. Belajar terjadi antara lain meliputi pengaturan stimulus yang didapat dan disesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah dipunyai dan terbentuk dalam pikiran seseorang atas dasar pemahaman dan pengalaman. Teori belajar kognitif menerangkan belajar dengan cara fokus pada perubahan proses jiwa dan struktur yang terjadi sebagai akibat dari usaha untuk memahami kehidupan. Teori kognitif yang dipakai untuk menerangkan tugas yang sederhana seperti mengingat nomor telepon dan kompleks dan memesahkan masalah yang tidak jelas. Ada empat prinsip dasar teori kognitif yaitu pembelajar aktif dalam usaha untuk memahami pengalaman, pemahaman bahwa murid meningkatkan tergantung pada apa yang sudah mereka ketahui, belajar membangun pengertian dari pada catatan, belajar merupakan perubahan dalam struktur jiwa seseorang. 3. Teori Belajar Albert Bandura Bandura mengajaukan suatu versi baru dalam Behaviorisme yang diberi nama a sociabehevioristic approach yang kemudian disebut sebagai a social Page 22 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 cognitive theory. Teori ini kurang ekstrime apabila dibandingkan dengan behaviorisme skinner. Hal ini terrefleksi pada pengaruh reinforcement dan intersnya pada factor kognitif (cognitive factor). Sekalipun bandura dapat menerima apa yang dikemukakan oleh Skinner, yaitu bahwa prilaku dapat berubah karena reinforcement, tetapi ia juga berpendapat bahwa perilaku dapat berubah tanpa adanya reinforcement secara langsung, yaitu melalui vicarious reinforcement, reinforcement dari pihak lain, yaitu dengan observasi dari orang lain dan konsekuensi dari perilakunya. Karena itu berkaitan dengan reinforcement Bandura berpendapat bahwa disamping adanya reinforcement eksternal, juga ada vicarious reinforcement. Di samping itu juga ada reinforcement internal atau self reinforcement. Penelitian Bandura dipusatkan pada observasi perilaku manusia dalm interaksi. System Bandura adalah kognitif. Menurut Bandura perilaku tidak otomatis dipicu oleh stimuli eksternal, tetapi juga dapat merupakan self-activated. Menurut Bandura perilaku dibentuk dan berubah melalui situasi social, melalui interaksi social dengan orang lain. Ia mengkritik Skinner yang percobaannya menggunakan tikus ataupun buru. Menurut Bandura psikologi tidak dapat mengharapakn hasil penelitian tanapa melibatkan manusia dalam interaksi social. Menurut Bandura pembentukan ataupun pengubahan perilaku dilakukan melalui atau dengan observasi, dengan model atau contoh. Teorinya dalam belajar disebut observational learning theory atau juga disebut social learning theory. Kalau dicermati Bandura itu merupakan penggabungan antara pandangan yang behavioristic dengan kognitif. Ia tidak menggunakan metode introspeksi. Schultz dan Schultz (1992) memasukkan Bandura dalam kelompok behaviorisme, sedangkan Hergenhahn dan Olson (1997) memasukkan Bandura dalam kelompok kognitif. Demikian juga halnya dengan Tolman. Dalam bukunya Schultz dan Schultz (1992) ia dimasukkan dalam kelompok behaviorsme sedangkan oleh Hergenhahn dan Olson (19997) dimasukkan dalam kognitif. E. FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT BELAJAR Faktor Pendorong Belajar Biasanya faktor pendorong siswa belajar ada dua hal yaitu : Page 23 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 1. Faktor internsik Yangmana faktor intern ini muncul dari dirinya sendiri berkat motivasi dirinya dengan berkeinginan untuk belajar tanpa ada suruhan atau motivasi dari orang lain, tetapi motivasi itu muncul sendiri dari diri pribadi sendiri. Sebabsebab faktor intern pendorong belajar ialah : Motivasi Minat Bakat Keinginan sendiri untuk lebih maju Dengan sebab-sebab itulah faktor pendorong belajar muncul dari faktor intern (dari dalam). Dengan faktor intern inilah siswa itu dalam belajarnya aman dan cepat mengerti, karena sifat berkeinginan belajar itu muncul dari diri sendiri tidak dari orang lain. 2. Faktor eksternsik Faktor ekstern ini ialah yang mana faktor pendorong siswa dalam belajar ini muncul dari bimbingan oang lain atau motivasi muncul dari orang lain, tidak dai diri sendiri. Yang mana faktor pendorong siwa ekstern ini muncul dari berbagai pihak yaitu : Keluarga Yang mana faktor keluarga yang banyak memberi motivasi kedalam diri anak tesebut selagi keluarga itu keluaga yang peduli kepada pendidikan dan segala macam nya terhadap anak. Lingkungan masyarakat Faktor lingkungan masyarakat ini juga bisa memberikan sifat yang buruk dan baik, tetapi kalau lingkungan masyarakat yang baik, bisa mempengaruhi faktor pendorong siswa iru untuk lebih giat lagi belajanya. Page 24 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Teman sebaya Teman sebaya bisa mempengaruhi siswa itu untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk dalam motivasi belajar, karena berkat teman di sekolah lah yang banyak mempengaruhi siswa untuk lebih baik dan buruk. Apabila seseoang mendapat teman sebaya yang baik, maka motivasi belajar anak itu akan lebih baik karena motivasi teman yang baik, begitu pula sebaliknya. Faktor Penghambat Belajar Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar anak dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebutlah yang mempengaruhi hasil belajar anak. Berikut akan diuraikan tentang kedua faktor penghambat belajar. 1. Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan biologis serta faktor psikologis. a. Faktor fisiologis dan biologis Masa peka merupakan masa mulai berfungsinya factor fisiologis pada tubuh manusia. Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi 2, yaitu: Keadaan tonus jasmani Keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap proses belajar. Sedangkan kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Keadaan fungsi jasmani atau fisiologis Page 25 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Anak yang memiliki kecacatan fisik (panca indera atau fisik) tidak akan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Meskipun juga ada anak yang memiliki kecacatan fisik namun nilai akademiknya memuaskan. Kecacatan yang diderita anak akan mempengaruhi psikologisnya, diantaranya: Sulit bergaul karena memiliki perasaan malu dan minder akan kekurangannya, Ada perasaan takut diejek teman, Merasa tidak sempurna dibandingkan dengan teman-teman lain. b. Faktor psikologis Faktor psikologis adalah faktor yang berasal dari keadaan psikologis anak yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses belajar anak adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat. Kecerdasan/ intelegensi siswa Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar anak, karena menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu untuk meraih sukses dalam belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain seperti orang tua, guru,dan sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya. Motivasi Motivasi adalah salah satu factor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi diartikan sebagai Page 26 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan perilaku seseorang. Minat Secara sederhana minat merupakan kecenderungan kegairahan yang tinggi atau besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi karena disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan. Sikap Sikap siswa dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembang kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajarinya bermanfaat bagi siswa. Bakat Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakuakan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Page 27 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Selain itu yang menjadi faktor psikologis lainnya adalah disiplin. Disiplin diri adalah kemampuan diri yang kuat untuk mempertahankan diri dari bermacam-macam gangguan dalam belajar. Misal, seorang anak akan tetap belajar walaupun ada acara televisi yang menarik. 2. Faktor Eksternal Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar anak. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi faktor lingkungan sosial dan non-sosial (Syah, 2003): a. Lingkungan sosial Lingkungan sosial anak dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar. Lingkungan sosial dibagi manjadi tiga, yaitu: Lingkungan sosial sekolah Pendidikan di sekolah bukan sekedar bertujuan untuk melatih siswa supaya “siap pakai” untuk kerja atau mampu meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya atau mencapai angka rapor, melainkan untuk membentuk peserta didik manjadi manusia sejati. Proses pembentukan manusia sejati sudah mulai sejak anak hidup dalam keluarga, kemudian dilanjutkan di sekolah, di masyarakat, di dunia kerja dan di lingkungan sekitar. Di sekolah, untuk membentuk manusia sejati ada salah satu harapan dari pendidik yaitu Self Regulated Learner (SRL). SLR adalah murid-murid yang memiliki kemampuan belajar tinggi dan disiplin sehingga mereka membuat belajar itu lebih mudah dan menyenangkan. Namun harapan itu tidak akan terwujud jika lingkungan sekolah seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas tidak mendukung. menghambat anak belajar di sekolah adalah: Metode mengajar Page 28 Faktor-faktor yang dapat PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Dalam mengajar guru memerlukan metode yang cocok. Metode ini dimaksudkan agar materi yang disampaikan oleh guru terasa menarik dan siswa mudah menyerapnya. o Kurikulum yang tepat o Penerapan disiplin o Hubungan siswa dengan guru maupun teman o Tugas rumah yang terlalu banyak o Sarana dan prasarana b. Lingkungan sosial masyarakat Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa juga mempengaruhi proses belajar anak. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan banyak teman sebaya di lingkungan yang tidak sekolah dapat menjadi faktor yang menimbulkan kesukaran belajar bagi siswa. Misalnya siswa tidak memiliki teman belajar dan diskusi maka akan merasa kesulitan saat akan meminjam buku atau alat belajar yang lain. c. Lingkungan keluarga Keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar. Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi proses belajar anak. Faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan permasalahan belajar anak adalah: o Pola asuh orang tua o Hubungan orang tua dan anak o Keadaan ekonomi keluarga o Keharmonisan keluarga o Kondisi rumah d. Teman sebaya Teman sebaya dapat mempengaruhi proses belajar anak, baik teman sebaya dalam lingkup sekolah maupun tempat tinggal atau masyarakat. Pada usia anak-anak dan remaja, jiwa yang dimiliki masih labil, emosional, Page 29 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 pemarah, dan juga rasa egois sangat besar. Biasanya tejadi kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh teman sebaya atau kawan bermain. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan atau bahkan persaingan yang menimbulkan sikap saling mengejek, mendorong, memukul bahkan kekerasan verbal. Kekerasan sebagai gangguan emosi pada dasarnya tidak hanya menyerang orang lain, tetapi juga menyerang diri sendiri. Persoalan kekerasan dilihat dari lapangan psikologi pendidikan mencoba mengarahkan pada lingkungan sekolahtempat anak belajar berinteraksi dengan teman sebaya. Teman sebaya yang seharusnya bisa untuk memperoleh informasi dan perbandingan tentang dunia sosisal, prinsip keadilan malalui konflik yang terjadi dengan teman, bisa untuk belajar tentang konsep gender juga dapat berpengaruh negatif bagi anak. Misalnya kebiasaan-kebiasaan buruk yang dimiliki kawan sebayanya akan mudah mempengaruhi diri anak. Kebiasaan buruk yang mudah ditiru biasanya dari ucapan atau tindakan. C. BERPIKIR 1. Definisi Sebelum kita membahas lebih jauh tentang sepeti apa dan bagaimana itu berpikir terlebih dahulu kita akan membahas apa sebenarnya definisi dari berpikir. Berikut ini beberapa definisi berfikir menurut beberapa ahli: a) Berfikir ialah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan antara pengetahuan-pengetahuan kita22; b) Berfikir adalah suatu aktivitas pribadi yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah hingga menemukan hubungan-hubungan dan menentukan sangkut pautnya23; c) Berpikir merupakan proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respon24; 22 Drs. Agus Sujanto. Psikologi Umum. (cet.XII:2004. Jakarta:Bumi Aksara). Hlm: 56 Dakir. Op.cit. Hlm:76 24 Prof. Dr. Bimo Walgito.Op.cit.hlm:195 23 Page 30 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 d) Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang dalam ingatan25. Dari beberapa definisi diatas, dapat kita simpulkan bahwa berfikir itu merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan akal dan pengetahuan-pengetahuan yang ia miliki. 2. Proses befikir Dalam suatu proses berpikir selalu menggunakan symbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala di lingkungan luar, maupun yang ada pada diri kita sendiri, dalam alam pikiran kita. Salah satu symbol yang biasa digunakan oleh manusia yaitu kata-kata. Makin banyak hal yang perlu diwakili dalam otak kita, makin banyak pula kosakata yang harus disimpan dalam otak kita26. Disamping kata-kata, bentuk-bentuk symbol yang digunakan manusia antara lain adalah angka-angka, symbol-simbol matematis, tanda-tanda lalu lintas, not music, mata uang, dan lain sebagainya. Makna simbol-simbol itu bisa dalam sekali dan tidak terbatas. Berbeda dari tanda yang penggunaannya terbatas pada situasi tertentu saja. Selanjutnya, sebelum kita membahas bagaimana proses berpikir itu berlangsung dalam diri seseorang, terlebih dahulu kita akan jelaskan mengenai jenisjenis proses berpikir. Proses berpikir dapat kita golongkan ke dalam 2 jenis, yaitu berpikir asosiatif dan berpikir terarah27. a. Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir dimana suatu ide merangsang timbulnya ide-ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif ini tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide itu timbul atau terasosiasi (terkaitkan) dengan ide sebelumnya secara spontan. Jenis berpikir ini disebut juga jenis berpikir divergen (menyebar) atau kreatif, umumnya para pencipta, penemu, penggagas, dan sebagainya dalam bidang ilmu, seni, pemasaran, dan lain sebagainya. 25 KBBI V1.1 Sarlito W. Sarwono. Pengantar Psikologi Umum.cet ke-5.(Jakarta:Raja Grafindo Persada.2013). hlm: 112 27 Ibid. hlm:109 26 Page 31 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Dalam berpikir asosiatif ini ada beberapa tingkatan, yaitu28: Persiapan (Preparation), yaitu tingkatan ketika seseorang itu memformulasikan masalah, dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dinilai berguna untuk memperoleh pemecahan yang baru. Ada kemungkinan apa yang dipikirkan itu tidak segera memperoleh pemecahannya, tetapi persoalan itu tidak akan hilang begitu saja, tapi masih terus berlangsung dalam diri individu yang bersangkutan. Hal ini menyangkut fase kedua yaitu fase inkubasi. Tingkat inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa seseorang, karena individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah. Tingkat pemecahan atau illuminasi, yaitu tingkat mendapatkan pemecahan masalah. Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah pemecahan yang diperolehpada tingkat illuminasi itu cocok atau tidak. Jika cocok, lalu akan meningkat pada tingkatan selanjutnya yaitu Tingkat revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan masalah yang diperolehnya. Kemudian, dalam berpikir asosiatif ini sendiri masih terbagi lagi ke dalam beberapa jenis, yaitu29: Aosiasi bebas. Satu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal apa saja tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makanan dapat merangsang timbulnya beberapa ide, misalnya tentang restoran, dapur, nasi, anak yatim yang belum sempat diberi makan, atau apa saja. Asosiasi terkontrol. Satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu saja. Misalnya ide tentang “membeli mobil”, akan merangsang ide-ide lain, misalnya tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya. Tetapi tidak 28 Prof.Dr.Bimo Wagito. Op.cit. hlm: 208-209 Sarlito W. Sarwono.Op.cit. hlm: 110 29 Page 32 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 merangsang tentang hal-hal lain di luar itu, seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua yang sering meminjam barang-barang puitang yang belum ditagih, dan lain sebagainya. Melamun. Mengkhayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas juga mengenai hal-hal yang tidak realistis. Misalnya, berkhayal jadi orang kaya, jadi Superman, atau jadi Putri Salju. Anak kecil sering kali belum dapat membedakan antara khayalan dan realitas sehingga kalau dia menceritakan, misalnya tentang sahabat yang ada dalam khayalannya kepada ibunya, ibu-ibu yang tidak paham akan jiwa anak sering kali memarahi anaknya dan menganggapnya sebagai pembohong. Di sisi lain, banyak temuan-temuan penting dalam ilmu pengetahuan yang dimulai dengan lamunan. Newton misalnya, menemukan teori tentang daya tarik bumi setelah ia melamun tentang mengapa buah apel bisa jatuh sehingga menimpa kepalanya. Mimpi. Ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu bangun tidur, tetapi kadang juga masih dapat diingat. Mimpi bisa berupa kilas balik peristiwa-peristiwa masa lalu, namun bisa juga berupa harapanharapan yang tak terpenuhi, atau bahkan tak bermakna sama sekali. Sigmund Freud, pakar psikoanalisis menilai mimpi sangat penting akrena berisi dorongan-dorongan dari alam bawah sadar yang tidak dimunculkan dalam kesadaran karena dilarang oleh “super-ego”. Freud suka menggali isi mimpi pasien-pasiennya untuk dianalisis dengan menggunakan teknik “analisis mimpi”. Berpikir artistic. Merupakan proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sanagt dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Hal ini sering dilakukan oleh para seniman dalam menciptakan karya-karya seninya. b. Berpikir terarah. Ini adalah jenis berpikir yang lain, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahan suatu persoalan. Jenis berpikir seperti ini disebut juga berpikir konvergen. Seorang montir misalnya, ketika ia sedang membetulkan kerusakan mesin, ia mengerahkan semua pengetahuannya tentang mesin itu, Page 33 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 ditambah lagi dengan membaca manual mesin itu, dan kalau perlu, dia akan mencari informasi lebih lanjut di internet tentang mesin tersebut. Semua informasi itu ditujukan pada satu titik, yaitu mencari dimana letak kesalahan mesin ini. Mengapa mesin ini tiba-tiba tidak mau bekerja? Kalau penyebabnya sudah ditemukan, maka montir itu tidak sulit lagi untuk memperbaikinya. Hal itulah yang disebut berpikir konvergen (memusat), yang biasanya diukur melalui tes-tes IQ (Intelligence Quotient)30. Sedangkan untuk proses atau tahapan dalam berpikir terarah yaitu sebagai berikut31: 1) Mengenal masalah Ketika kita menemukan suatu masalah, sebelum kita berusaha untuk memecahkan suatu persoalan, terlebih dahulu kita harus mengenali masalah tersebut. Kita harus mengetahui hal-hal apa saja yang kita butuhkan yang nantinya dapat membantu dalam proses pemecahan masalah tersebut. 2) Persiapan Setelah kita mengetahui suatu persoalan dan telah mengetahui seperti apa persoalan yang dihadapi, maka kemudian kita akan melakukan persiapanpersiapan berkenaan dengan pemecahan masalah tersebut. Dalam tahap ini, kita akan mengumpulkan semua data yang ada yang dibutuhkan dalam menyelesaikan persoalan itu. Selain itu, kita juga akan mengevaluasi hambatan-hambatan yang mungkin bisa terjadi. Dengan adanya konsepkonsep pemikiran mengenai masalah yang akan diselesaikan, maka kita akan memperoleh gambaran mengenai pola pemecahannya. Misalnya, ketika kita kita mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas pada mata kuliah tertentu. Kemudian kita mencoba menganalisis permasalahan dan berkesimpulan bahwa kita mungkin mempunyai 30 Ibid.hlm:111 Linda L. Davidoff. PSIKOLOGI Suatu Pengantar.Edisi ke-2. Jilid 1. Penerjemah Dra.Mari Juniati. (Jakarta:Erlangga.1988). hlm:381-385 31 Page 34 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 kebiasaan belajar yang kurang baik, kurangnya minat, dan lain sebagainya. Setiap kemungkinan ini akan mengarah pada strategi yang berbeda-beda. Keberhasilan dalam memecahkan masalah sangat tergantung pada bagaimana menganalisis permasalahan. 3) Pemecahan masalah Dari beberapa penelitian laboratories, menunjukkan bahwa dalam menghadapi persoalan kehidupan sehari-hari, orang akan menggunakan cara-cara yang sedikit antara satu dengan yang lainnya. Ada yang suka menyelesaikan sampai selesai satu persatu kemudian baru beralih pada persoalan berikutnya, sedangkan orang lain akan mencoba menyelesaikan beberapa persoalan sekaligus. Namun ada juga yang mengambil cara muamula memperhatikan sebuah persoalan, kemudian karena minat dan perhatiannya teralihkan, maka dia mengambil dulu persoalan yang lain lagi. Jelas bahwa cara yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula, tergantung pada masalahnya. 4) Evaluasi Setelah memecahkan persoalan, biasanya akan dilakukan semacam evaluasi (penilaian) untuk mengetahui apakah strategi pemecahan masalah yang digunakan itu sudah beanr atau belum. Besar kemungkinan bahwa pemecahan suatu persoalan tergantung pada persoalannya sendiri, pada orang yang akan memecahkan persoalan, dan pada jenis kepribadian dari orang tersebut. 3. Cara Penarikan Kesimpulan Ketika seseorang itu sedang berpikir, maka setelah berpikir dia tidak akan terlepas dari proses pembentukan atau penarikan kesimpulan. Dalam penarikan kesimpulan, kita dapat menempuh dengan bermacam-macam cara, yaitu32: a) Kesimpulan analogi (kesimpulan yang sama) 32 Drs. Agus Sujanto.Op.cit.hlm: 61-62 Page 35 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Yaitu, kesimpulan yang ditarik dengan jalan membandingkan situasi yang satu dengan situasi yang lain yang sama yang telah dialami sebelumnya. Dilihat dari jalannya berpikir, maka kesimpulan ini ditarik dari khusus ke khusus. Sebagai contoh: seorang anak melihat banyak kulit durian di tempat sampah di halaman rumahnya dan setelah ia masuk ke dalam rumah, ternyata pamannya yang berasal dari desa datang. Satu bulan kemudian, hal seperti itu terulang kembali, ia melihat banyak kulit durian di halaman rumahnya, dan ternyata pamannya datang lagi. Dari kejadian-kejadian itu kemudian si anak mengambil kesimpulan bahwa jika ia melihat banyak kulit durian di halaman rumahnya, ia mengambil kesimpulan bahwa pamannya datang. Kesimpulan ini ditarik karena adanya kesamaan atau adanya analog dari satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Namun, terkadang karena pengenalan terhadap suatu situasi itu kurang teliti, maka kesimpulan analog yang muncul juga kurang benar. Misalnya: seorang anak melihat ibunya tidur pada siang hari karena sedang sakit, kemudian pada lain hari anak itu melihat ayahnya tidur pada siang hari, sehingga anak itu mengambil kesimpulan bahwa ayahnya sedang sakit. b) Kesimpulan induksi Yaitu kesimpulan yang ditarik dari suatu peristiwa-peristiwa yang khsuus menuju ke peristiwa-peristiwa yang bersifat umum, atau dengan kata lain menarik kesimpulan dari khusus menuju umum. Misalnya, besi dipanasi mengembang; seng dipanasi mengembang. Berdasar pada beberapa peristiwa tersebut ditariklah kesimpulan yang umum, yaitu bahwa semua benda logam apabila dipanaskan akan mengembang. c) Kesimpulan deduksi Yaitu kesimpulan yang ditarik dari hal yang umum ke hal yang bersifat khusus. Biasanya penarikan kesimpulan dengan cara deduksi ini banyak digunakan dalam lapangan hukum. Page 36 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Salah satu bentuk penarikan kesimpulan secara deduktif ialah dengan silogisme. Penarikan kesimpulan dengan silogisme merupakan penarikan kesimpulan yang tidak langsung, artinya menggunakan perantara. Dalam silogisme, yang dijadikan perantaraan adalah term tengah. Pendapat yang satu dibandingkan dengan pendapat yang lain dengan perantaraan pendapat tengah atau term tengah. Misalnya: a- Manusia suatu saat pasti akan mati, b- Amat adalah manusia. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Amat suatu saat pasti akan mati. Dengan contoh ini, dapat dikemukakan bahwa dalam silogisme terdapat tiga pendapat, yaitu; 1pendapat pertama yang mengandung pengertian umum yang disebut premis mayor, 2- pendapat kedua yang mengandung pengertian khusus yang disebut premis minor, dan 3- pendapat ketiga yang merupakan kesimpulan. Oleh karena itu, dalam silogisme, apabila premisnya salah maka kesimpulannya juga akan salah. Silogisme yang tidak dapat memebrikan kesimpulan yang benar disebut silogisme semu. Kesalahan dalam silogisme dapat kesalahan formal, yaitu kesalahan dalam bentuknya, dalam segi urut-urutannya, dalam segi konstruksinya, serta kesalahan material, yaitu kesalahan mengenai isi atau materinya33. 4. Hambatan-Hambatan dalam Proses Berpikir Dalam proses berpikir tidak selalu berlangsung begitu mudah. Sering orang menghadapi hambatan-hambatan dalam proses berpikirnya. Sederhana atau tidaknya dalam memecahkan masalah bergantung pada masalah yang dihadapinya. Hambatanhambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat disebabkan antara lain karena (1) data yang kurang sempurna dan kurang valid, sehingga masih banyak data yang harus diperoleh, (2) data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir. 33 Ibid. Page 37 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 BAB III PENUTUP Dari sekian banyak penjelasan yang telah dipaparkan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa: 1. Ingatan adalah proses dimana kita mengodekan, menyimpan dan menarik kembali informasi baik berupa pengalaman maupun pengetahuan yang berkenaan dengan masa lampau. Belajar ialah proses atau aktivitas yang dilakukan oleh individu dalam rangka memperoleh informasi hingga akhirnya akan menimbulkan suatu perubahan. Sedangkan berpikir merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan akal dan pengetahuan-pengetahuan yang ia miliki. 2. Jenis-jenis Ingatan (memori) ada 3 yaitu: (1) Memori sensoris, (2) Memori jangka pendek, (3) Memori jangka panjang. 3. Proses terjadinya ingatan meliputi tiga tahap antara lain: Memasukkan (learning) Menyimpan (retention) Mengeluarkan kembali (remembering) 4. Proses berpikir terbagi ke dalam 2 jenis, yaitu : 1. Berpikir asosiatif dan 2. Berpikir terarah. 5. Lupa merupakan suatu gejala dimana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. 6. Beberapa teori tentang lupa : Decay theory Teori interferensi Teori retrievel failur Teori motivated forgetting Lupa karena sebab-sebab fsiologis Teori atropi 7. Teori-teori belajar : Page 38 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Teori belajar yang berorientasi pada aliran Behaviorisme Teori yang berorintasi pada aliran Kognitif Teori Belajar Albert Bandura 8. Sebab-sebab terjadinya lupa diantaranya adalah: Karena sakit keras sehingga otak kita terganggu Karena kesan yang diterima telah berlangsung dalam waktu yang lama. Karena kesan yang di terima tidak menarik perhatian lagi sehingga ingatan menjadi tidak setia. Karena masuknya tanggapan yang baru sehingga tanggapan yang lama menjadi terdesak (inhibisi retro aktif) Karena situasi tertentu. 9. Beberapa cara penarikan kesimpulan dalam setelah melalui proses berpikir : a. Kesimpulan analogi b. Kesimpulan induksi c. Kesimpulan deduksi 10. Faktor pendorong dan penghambat belajar : a. Factor internal : (1) factor fisiologis dan biologis: keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani atau fisiologis, dan (2) factor psikologis: Kecerdasan / intelegensi siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. b. Faktor eksternal : factor lingkungan 11. Hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat disebabkan antara lain karena: (1) data yang kurang sempurna dan kurang valid, dan (2) data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain Page 39 PERISTIWA-PERISTIWA KEJIWAAN (Ingatan, Belajar, Berpikir) 2014 Daftar Pustaka Dakir. 1986. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta: Kaliwangi Offset Davidoff, L.L. 1988. PSIKOLOGI Suatu Pengantar. Edisi ke-2. Jilid 1. Penerjemah: Dra.Mari Juniati. Jakarta: Erlangga Fauzi, Ahmad. 1997. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia Feldman, R.S. 2012. PENGANTAR PSIKOLOGI Understanding Psychology. Jakarta: Salemba Humanika Irwanto, dkk. 1991. Psikologi Umum. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama KBBI V1.1 King L.A. 2012. The Science of Psychology an Apreciiative View. Jakarta: Salemba Humanika Sarwono, S.W. 2013. Pengantar Psikologi Umum. cet ke-5. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sujanto, Agus. 2004. Psikologi Umum. cet. XII. Jakarta: Bumi Aksara Walgito, Bimo. 2005. Pengantar Psikologi Umum. Edisi ke-5. Yogyakarta: Penerbit Andi Page 40