universitas indonesia analisis praktik klinik keperawatan kesehatan

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
PENYAKIT JANTUNG KONGESTIF YANG MENGALAMI
ANSIETAS DI RUANG RAWAT GAYATRI RUMAH SAKIT
MARDZOEKI MAHDI BOGOR
KARYA ILMIAH AKHIR
FERA RIYANI
0706270573
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2013
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
iii
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
laporan penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Penyakit Jantung Kongestif dan Ansietas di Ruang Rawat Gayatri Rumah Sakit
Mardzoeki Mahdi Bogor” dalam rangka memenuhi tugas mata ajar Riset
Keperawatan.
Dalam proses penyusunan laporan penelitian ini, peneliti menyadari masih
banyak kekurangan yang dimiliki peneliti. Namun, berkat bantuan dan bimbingan
semua pihak maka laporan penelitian ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Yossie Susanti Eka Putri, S. Kp., M. N., selaku dosen pembimbing
akademik yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
membimbing saya dalam penyusunan karya ilmiah ini;
2. Bapak Ketut Sudiatmika, M. Kep., Sp. Kep. Jiwa, selaku dosen
pembimbing klinik yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
dalam memberikan masukan terhadap karya ilmiah ini;
3. Ibu Dedeh Sukarsih, AMK, selaku kepala Ruangan Gayatri RSMM Bogor
beserta staf;
4. Teman-teman mahasiswa Program Profesi 2013 yang telah memberikan
dukungan;
5. Keluarga tercinta atas doa dan dukungan yang menjadi penyemangat
terbesar bagi penulis;
6. Serta semua pihak
yang tidak dapat kami uraikan satu persatu tanpa
mengurangi rasa terima kasih peneliti.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak. Kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan guna perbaikan penulis untuk
penelitian di masa mendatang.
Depok, 29 Juli 2013
Penulis
iv
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
v
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Fera Riyani
: Ilmu Keperawatan
: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan pada Pasien Penyakit Jantung
Kongestif yang Mengalami Ansietas di Ruang Rawat
Gayatri Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi Bogor
.
Gaya hidup masyarakat perkotaan serta meningkatnya angka harapan hidup
menyebabkan masyarakat perkotaan rentan terhadap penyakit kronis, termasuk
kegagalan jantung kongestif. Adanya masalah fisik ini dapat menyebabkan
masalah psikososial, salah satunya ansietas. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan
untuk menggambarkan asuhan keperawatan psikososial pada klien dengan
penyakit gagal jantung kongestif yang mengalami ansietas. Metode yang
digunakan yaitu studi kasus, dengan memberikan asuhan keperawatan terhadap
satu orang klien dengan gagal jantung kongestif yang mengalami ansietas.
Intervensi diberikan meliputi tarik nafas dalam, hypnosis lima jari, dan pemberian
informasi terkait tindakan dan kondisi klien. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
pemberian informasi tentang tindakan dan kondisi klien memberikan dampak
yang lebih signifikan dalam menurunkan kecemasan dibandingkan tarik nafas
dalam dan hypnosis lima jari. Studi kasus ini menekankan pentingnya pemberian
informasi mengenai tindakan dan kondisi klien untuk menurunkan ansietas.
Kata kunci :
Ansietas, Gagal jantung kongestif, Lansia
vi
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Fera Riyani
: Nursing science
: Analysis of Urban Nursing Clinical Practice to Elderly
with Congestive Heart Failure Experiencing Anxiety in
Gayatri Ward Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi Bogor.
The sedentary lifestyle of urban community and the increasing life expectancy
causes the urban community vulnerable to chronic illness, including congestive
heart failure. The presence of this physical illness may cause psychosocial
problems, one of those is anxiety. The aim of this report is to describe the
psychosocial aspect of nursing care to elderly patient with congestive heart failure
experiencing anxiety. The method of this study is case study, by applying nursing
care to an elderly patient with congestive heart failure experiencing anxiety. The
interventions given are deep breathing relaxation, five fingers hypnosis and
providing information about the intervention and current condition of the patient.
The result shows that the information given to the patient give significant impact
to reduce anxiety compared to deep breathing and five fingers hypnosis. This case
study emphasizes the importance of information to reduce the level of anxiety.
Key word: anxiety, congestive heart failure, elderly
vii
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ..........................................
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................
ABSTRAK ..................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................
1.3 Tujuan .............................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum .....................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................
1.4 Manfaat ...........................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
1
1
3
4
4
4
4
BAB 2 .TINJAUAN KEPUSTAKAAN ..................................................
2.1 Gagal Jantung .................................................................................
2.2 Dampak psikososial penyakit jantung ............................................
2.3 Tindakan Keperawatan untuk Mengatasi Ansietas .........................
5
5
7
12
BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ............................
3.1. Pengkajian .....................................................................................
3.2. Masalah Keperawatan ...................................................................
3.3. Diagnosa Keperawatan...................................................................
3.4. Implementasi .................................................................................
3.5 Evaluasi ...........................................................................................
3.6 Rencana Tindak Lanjut ...................................................................
14
14
15
16
16
18
20
BAB 4. PEMBAHASAN ..........................................................................
4.1. Profil Lahan Praktek .....................................................................
4.2. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP
dan Konsep Kasus Terkait ............................................................
4.3. Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait ...........
4.4. Alternatif Penyelesaian Masalah yang Dapat Dilakukan ..............
22
22
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
30
30
31
DAFTAR PUSTAKA
32
viii
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
23
27
28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Pengkajian
Lampiran 2. Rencana Keperawatan
Lampiran 3. Catatan Perkembangan
ix
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penulisan karya ilmiah,
masalah, tujuan, serta manfaat penulisan karya ilmiah ini.
1.1. Latar Belakang
Gaya hidup perkotaan yang sibuk menyebabkan masyarakat perkotaan
melakukan hal yang serba praktis. Perubahan gaya hidup menjadi lebih
maju ini tidak selamanya berdampak positif. Sebuah studi oleh Stewart et al
(2008) pada populasi di Soweto, Afrika Selatan menggambarkan bahwa
prevalensi kegagalan jantung meningkat seiring terjadinya perubahan gaya
hidup dari gaya hidup pedesaan menjadi perkotaan. Gaya hidup yang
dimaksud dalam konteks ini adalah kecenderungan untuk mengkonsumsi
makanan instan dan kurangnya aktivitas fisik.
Selain perubahan gaya hidup, di daerah perkotaan juga terjadi peningkatan
standar hidup dan kesehatan. Peningkatan standar kesehatan meliputi
perawatan balita, vaksinasi, dan peningkatan pengobatan untuk penyakit
menular yang menyebabkan penurunan angka penyakit menular, dan
meningkatnya angka harapan hidup. Dampak dari peningkatan angka
harapan hidup adalah meningkatnya prevalensi penyakit kronis (Swerissen,
2009). Swerissen juga menambahkan perilaku berisiko yang dilakukan oleh
individu seperti merokok dan konsumsi alkohol juga membuat masyarakat
lebih rentan terhadap penyakit kronis.
Penelitian oleh Australian Institute of Health and Welfare (dalam Swerissen,
2009) mengenai penyakit kronis menyebutkan bahwa 80% beban penyakit
diakibatkan oleh penyakit kronis. Penyakit kronis ini diantaranya adalah
diabetes, penyakit kardiovaskuler, kanker, dan penyakit ginjal. Menurut
Dumitru(2013) Penyakit jantung merupakan masalah di seluruh dunia.
Berdasarkan data Federasi jantung dunia (dalam Anna, 2013), penyakit
jantung bertanggung jawab atas 19% dari total kematian, atau berjumlah
sebanyak 17,1 juta orang. Menurut American Heart Association (AHA)
1
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
2
dalam Dumitru (2013) gagal jantung diderita oleh hampir 5,7 juta orang
Amerika pada semua usia dan merupakan penyebab dari hospitalisasi lebih
banyak dari segala jenis kanker. Tingkat hospitalisasi ulang selama 6 bulan
setelah kepulangan pasien juga tinggi, yaitu 50%.
Di Indonesia, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2007, penyakit tidak menular merupakan penyebab utama kematian pada
usia 55 tahun ke atas. Prevalensinya penyakit jantung sendiri adalah 7,2%
per tahun, atau mencapai 16,8 juta penduduk (Riskesdas 2007; Yayasan
Jantung Indonesia dalam Anna, 2013). Dari hasil Riskesdas 2007,
ditemukan bahwa sebanyak 16 provinsi memiliki prevalensi penyakit
jantung di atas prevalensi nasional, salah satunya adalah provinsi Jawa Barat
dengan prevalensi 8,2%.
Dari data ruang Gayatri tahun 2013, sejak bulan Januari sampai Mei
penyakit jantung selalu menempati posisi lima besar penyakit yang ada di
ruangan. Rata-rata persentase penderita penyakit jantung di ruang gayatri
adalah 10,41% dari seluruh pasien yang ada (Buku indikator mutu ruang
gayatri bulan Januari-Mei, 2013).
Salah satu dampak dari penyakit jantung adalah masalah psikososial. Dalam
artikel “Proposed Subspecialty Combines Psychiatry, Cardiology” Deborah
Brauser
(2013)
mengungkapkan
perlunya
subspesialisasi
yang
menggabungkan psikiatri dan kardiologi karena tingginya angka kasus
psikososial pada penderita penyakit jantung. Dalam artikel yang sama,
Halaris menyebutkan bahwa 40-60% pasien dengan penyakit jantung
memiliki depresi klinis. Senada dengan Halaris, Yohannes, Wilgoss,
Baldwin, dan Connoly (2009) juga mengungkapkan bahwa angka prevalensi
depresi dan ansietas tinggi pada kasus penyakit jantung kronis, yaitu 1060% untuk depresi dan 11-45% untuk ansietas. Pada klien outpatient dengan
penyakit jantung, prevalensi ansietas mencapai 18-45%. Angka ini lebih
tinggi dibandingkan prevalensi depresi dan ansietas pada populasi umum
yang hanya 2-9%(York, Hassan, & Sheps 2008). Lebih spesifik lagi, studi
oleh Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent (2011) menunjukkan
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
3
bahwa 38-70% individu dengan CHF mengalami ansietas dalam berbagai
tingkatan. Lansia dengan CHF melaporkan tingkat ansietas yang
diperkirakan 60% lebih tinggi dibandingkan individu tanpa gejala
kardiovaskuler (Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent, 2011).
Selain itu, penelitian oleh Yusuf et al. dalam Olafiranye, Jean-Louis, Zizi,
Nunes & Vincent (2011) mengindikasikan bahwa morbiditas dan mortalitas
ansietas hampir setara dengan efek karakteristik demografi seperti usia jenis
kelamin dan etnis serta risiko akibat perilaku (merokok, alcohol, obesitas,
diabetes, dyslipidemia dan hipertensi). Selain itu, dalam penelitian yang
sama, dinyatakan bahwa bukti epidemiologi menunjukkan penanganan
ansietas dan faktor psikososial lainnya dapat memperbaiki gejala
kardiovaskuler dan menurunkan outcome yang buruk yang menguatkan
hubungan antara risiko psikososial dan penyakit kardiovaskuler (Olafiranye,
Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent, 2011). .
Di ruangan Gayatri tidak terdapat pendokumentasian terkait masalah
psikososial yang dialami oleh klien. Kendati demikian, selama masa praktik
mahasiswa di ruang Gayatri, mahasiswa menemukan kasus psikososial
cukup banyak. Dari hasil pengkajian mahasiswa selama masa praktik (MeiJuni 2013), mahasiswa mendapatkan bahwa dari 92%seluruh pasien
kelolaan mahasiswa mengalami ansietas.
5,4% lainnya mengalami
ketidakberdayaan. 2,7% mengalami berduka. 2,7% sisanya mengalami
gangguan citra tubuh.
Dengan melihat tingginya angka prevalensi penyakit jantung dan tingginya
masalah ansietas yang dialami oleh pasien yang dirawat di ruang Gayatri
RSMM Bogor, serta besarnya pengaruh ansietas terhadap kesembuhan
klien, mahasiswa memilih kasus penyakit jantung kongestif disertai ansietas
untuk dilaporkan sebagai studi kasus dalam laporan praktik ini.
1.2. Rumusan Masalah
Di rumah sakit, masalah fisik selalu menjadi focus utama pemberian asuhan
keperawatan, namun aspek psikososial klien sering terabaikan. Padahal,
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
4
aspek psikososial dan fisik pada pasien dengan penyakit jantung sangat erat
kaitannya dan dapat mempengaruhi prognosis pasien.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Menggambarkan efek asuhan keperawatan terhadap tingkat ansietas
klien.
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Menggambarkan statistik kasus psikososial di ruang Gayatri
RSMM
1.3.2.2. Menggambarkan proses pengkajian aspek psikososial pada
klien dengan gagal jantung kongestif
1.3.2.3. Menggambarkan proses penegakan diagnosa psikososial pada
klien dengan gagal jantung kongestif
1.3.2.4. Menggambarkan intervensi untuk diagnosa psikososial pada
klien dengan gagal jantung kongestif yang mengalami
ansietas
1.3.2.5. Menggambarkan hasil evaluasi intervensi aspek psikososial
pada klien dengan gagal jantung kongestif yang mengalami
ansietas
1.4. Manfaat
1.4.1. Masyarakat
Memberikan informasi mengenai aspek psikososial pada klien dengan
penyakit jantung.
1.4.2. Penelitian selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya
mengenai dampak psikososial penyakit jantung.
1.4.3. Praktek keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi landasan pemberian asuhan
keperawatan yang holistik kepada klien dengan penyakit jantung.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
BAB 2
STUDI KEPUSTAKAAN
Dalam bab ini akan diuraikan teori dan konsep yang mendukung penelitian, serta
teori-teori mengenai aspek psikososial pada klien dengan penyakit jantung.
2.1 Gagal Jantung
Gaya hidup masyarakat perkotaan yang sibuk dan tingkat stress yang tinggi
menyebabkan penduduk kota tersebut rentan terserang penyakit kronis dan
degenerative. Pada masyarakat kota, terjadi perubahan gaya hidup menjadi
lebih sering mengkonsumsi makanan instan dan rendahnya tingkat aktivitas
fisik. Hal ini merupakan faktor penting yang menyebabkan individu rentan
terhadap penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus (Stewart et al,
2008). Sebagai tambahan, angka hipertensi dan morbiditas penyakit kronis
lebih tinggi di daerah perkotaan (Parr, Lindeboom, Khanam, & Perez
Koehlmoos, 2011).
Kegagalan jantung merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa
jumlah darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrient
jaringan (Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever
2010). Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit
jantung dan tumor di Indonesia lebih tinggi pada individu berjenis kelamin
perempuan, sedangkan berdasarkan pekerjaan, angka penyakit jantung lebih
tinggi terjadi pada ibu rumah tangga, petani/nelayan/buruh, dan orang yang
tidak bekerja. Dumitru (2013) memaparkan bahwa wanita cenderung
mengalami penyakit jantung pada usia lanjut, dan lebih berisiko untuk
mengalami depresi akibat penyakit jantung dibandingkan pria.
Risiko untuk mengalami gagal jantung meningkat seiring meningkatnya umur
(Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever 2010).
Prevalensi penyakit jantung yaitu 1-2% pada populasi lebih muda dari 55
tahun, dan 10% untuk kelompok usia lebih dari 75 tahun (Riskesdas 2007).
Kozier, Erb, Berman, & Snyder (2004) menjelaskan bahwa penurunan
5
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
6
kapasitas kerja jantung merupakan bagian dari proses penuaan. Jantung
mengalami penurunan kecepatan dalam merespon peningkatan kebutuhan dan
lebih lambat pula untuk kembali ke kondisi normal setelah aktivitas fisik.
Ignatavicius & Workman (2010) menyatakan 75% kasus gagal jantung
disebabkan oleh hipertensi sistemik. Mengkonsumsi obat NSAIDS dan
thiazolidinediones yang digunakan untuk penderita diabetes juga dapat
memicu terjadinya gagal jantung (Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer,
Bare, Hinkle & Cheever 2010). Sedikit berbeda dengan Ignatavicius &
Workman, Dumitru (2013) menyatakan bahwa faktor presipitasi paling
umum terjadinya dekompensasi pada penyakit jantung adalah perawatan yang
inadekuat. Perawatan yang inadekuat yang dimaksud Dumitru meliputi
pengobatan dengan intensitas yang kurang, tetap mengkonsumsi makanan
bergaram, adanya penurunan aktivitas fisik, serta menurunnya konsumsi obat.
Faktor presipitasi kedua kegagalan jantung menurut Dumitru yaitu hipertensi
tidak terkontrol, diikuti oleh cardiac arrhythmia, terutama atrial fibrillation.
Kegiatan fisik yang berat atau kelelahan seperti akibat perjalanan atau krisis
emosional, merupakan presipitan relative umum untuk dekompensasi jantung.
Dengan karakteristik masyarakat perkotaan yang cenderung mengkonsumsi
makanan tinggi lemak, tingkat aktivitas rendah, serta meningkatnya usia
harapan hidup menyebabkan masyarakat perkotaan rentan terhadap penyakit
kronis termasuk kegagalan jantung.
Pada klien dengan gagal jantung, mekanisme dasar fisiologis jantung seperti
stroke volume, denyut jantung, curah jantung, dan kontraktilitas mengalami
perubahan. Ketika curah jantung tidak cukup untuk memenuhi permintaan
tubuh, terjadi mekanisme kompensasi yang pada awalnya mampu
meningkatkan curah jantung namun pada akhirnya berbalik memperburuk
fungsi pompa (Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle &
Cheever 2010). Memburuknya fungsi pompa terjadi karena mekanisme
kompensasi meningkatkan konsumsi oksigen myocard menyebabkan
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
7
perburukan tanda dan gejala gagal jantung. Mekanisme kompensasi meliputi:
stimulasi system saraf simpatik yaitu peningkatan denyut jantung, daya
kontraksi dan vasokonstriksi arteri yang menyebabkan peningkatkan afterload
(Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever 2010).
Selain stimulasi saraf simpatis, mekanisme kompensasi juga terjadi melalui
aktivasi renin angiotensin aldosterone system (RAAS) yang mengakibatkan
retensi urin ketika aliran darah ke ginjal menurun. Angiotensin juga
meningkatkan konstriksi arteri atau afterload. Respon neurohumoral lain
yaitu dilepaskannya peptide natriuterik dari atrium yang mengalami
overdistensi.
Substansi
ini
meningkatkan
vasodilatasi
dan
diuresis
(Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever 2010).
Di samping mekanisme di atas, otot jantung mengalami hipertropi. Kendati
demikian, hipertropi menyebabkan remodeling ventrikel yaitu produksi sel
myocard yang besar namun disfungsional dan mati lebih cepat sehingga pada
akhirnya meningkatkan beban kerja sel myocard normal untuk menjaga curah
jantung tetap adekuat. Dari keseluruhan proses ini, mekanisme kompensasi
gagal jantung dapat dilihat sebagai siklus tanpa akhir karena mekanisme
kompensasi untuk menyediakan suplai darah yang adekuat justru memaksa
jantung bekerja lebih keras sehingga memperparah kegagalan jantung yang
sudah terjadi (Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle &
Cheever 2010).
2.2. Dampak Psikososial Penyakit Jantung
Penyakit fisik terutama penyakit kronis membawa dampak psikososial pada
individu. Varcarolis & Halter (2010) menyatakan bahwa masalah kesehatan
merupakan pengalaman yang menimbulkan stress bagi hampir semua orang.
Adanya masalah psikologis akibat penyakit fisik dapat memperberat kondisi
fisik individu dibandingkan jika individu hanya mengalami masalah fisik saja
(Varcarolis & Halter, 2010). Reaksi terhadap penyakit fisik ini dapat
merupakan perasaan yang mengganggu individu, namun belum memenuhi
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
8
kriteria DSM-IV maupun ICD-10 untuk digolongkan sebagai gangguan jiwa
(Gibson & Burch 2002). Brauser (2013) menungkapkan keterkaitan antara
kondisi psikologis dengan fisik klien dan sebaliknya. Oleh karena itu, sebagai
tenaga
kesehatan
yang
melihat
klien
secara
utuh
dari
aspek
biopsikososiospiritual, perawat harus selalu mempertimbangkan aspek
psikososial klien meskipun bekerja pada ruangan umum.
Salah satu respon psikologis klien terhadap penyakit fisik adalah ansietas
(Dunn dalam Varcarolis & Halter 2010). Menurut NANDA (2012), ansietas
merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Tinjauan pustaka oleh Manzoni, Pagnini, Castelnuovo, & Molinari (2008)
memperlihatkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, prevalensi ansietas
pada unit medical bedah cukup tinggi. Terlebih lagi pada klien dengan usia
lanjut, ansietas muncul seiring dengan adanya penyakit fisik (Cohen,
Himmelfarb & Murrel, Raj dalam Adams & Stutker, 2002). Adams & Stutker
menambahkan penyakit fisik yang sering disertai oleh ansietas diantaranya
angina, arteriosclerosis serebri, epilepsy, Parkinson’s disease, dan gangguan
hormonal. Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa ansietas merupakan
masalah psikososial yang harus diperhatikan pada unit perawatan umum,
terlebih lagi pada ruang rawat lansia.
Tingkatan ansietas yang dialami individu dipengaruhi oleh factor psikologis,
social, beratnya kondisi medis, serta adanya penyakit komorbid (Cohen et al
dalam Varcarolis & Halter 2010). Ekspektasi terhadap adanya hal yang
membahayakan klien memicu respon ansietas (Adams & Stutker, 2002).
Reich dalam Adams & Stutker (2002) dalam penelitiannya menemukan
bahwa klien yang baru saja terdiagnosa penyakit atau kecelakaan yang
menyebabkan disablitas melaporkan tingkat ansietas yang lebih tinggi
daripada klien yang sehat. Ansietas pada klien dengan penyakit fisik
mengakibatkan peningkatan persepsi terhadap gejala fisik yang dialami yang
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
9
kemudian memperburuk episode ansietas (Katin & Rob Byrne dalam
Varcarolis & Halter 2010). Adanya nyeri, disabilitas, hospitalisasi, adanya
penurunan ekonomi atau ketakutan terhadap kematian dapat memperparah
kondisi ansietas klien (Katon dalam Varcarolis & Halter 2010).
Lam & Beaulieu (2004) memaparkan mengenai kebutuhan dasar klien yang
harus dipenuhi pada klien yang mengalami hospitalisasi terutama klien
dengan penyakit terminal. Kebutuhan tersebut diantaranya adalah merasa ada
harapan bagi klien, merasa bahwa tenaga kesehatan peduli terhadap klien,
mendapatkan penjelasan yang mudah dimengerti tentang kondisi klien.
Andersson, Burman, & Skär (2011) menekankan pentingnya hubungan yang
baik antara tenaga kesehatan dan klien untuk menurunkan ansietas dan
ketakutan selama masa hospitalisasi. Dari penelitian ini juga didapat bahwa
informasi meningkatkan rasa aman klien selama hospitalisasi dan berdampak
pada peningkatan partisipasi dalam proses pengobatan. Gravis et al (2011)
meneliti tentang pengaruh akses penuh kepada rekam medis terhadap
ansietas, kualitas hidup, dan kepuasan klien. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada klien yang baru didiagnosa kanker tidak menunjukkan
peningkatan kecemasan setelah klien mengakses rekam medis miliknya,
sebaliknya, akses ini meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan.
Verbalisasi ansietas yang dirasakan efektif untuk mengurangi kadar ansietas.
Perlu diperhatikan juga bahwa ansietas pada klien dengan penyakit fisik
sering disertai oleh ketidakberdayaan (Varcarolis & Halter 2010). Pada tahun
2009, Perez-Carceles, Gironda, Osuna, Falcon, & Luna meneliti tentang
informasi yang diterima oleh klien di unit gawat darurat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa meskipun 98,3% klien mengaku telah memahami
diagnosis penyakitnya, hanya 37,7% yang berhasil menjawab pertanyaan
yang berhubungan dengan penyakitnya tersebut. Selain itu, penelitian ini juga
menunjukkan bahwa pemberian informasi kepada klien berhubungan dengan
peningkatan kepuasan di unit gawat darurat.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
10
Untuk klien lansia, penjelasan mungkin perlu dilakukan berulang karena
penurunan kognitif lansia.. Sebuah studi literature oleh Partridge, Martine,
Harari, & Dhesi (2012) menyimpulkan bahwa pada klien lansia dengan
delirium perlu dilakukan tindakan berulang, termasuk penjelasan terhadap
klien dan keluarganya untuk mengurangi beban psikologis yang dialami oleh
klien. Dari penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian
informasi
mengenai
penyakit
dan
tindakan
yang
diberikan
tidak
meningkatkan ansietas klien, sebaliknya, pemberian informasi dapat
menurunkan ansietas, meningkatkan rasa aman, meningkatkan kepuasan klien
terhadap pelayanan rumah sakit, serta meningkatkan partisipasi klien dalam
proses pengobatan.
Aspek psikososial merupakan masalah pada klien dengan masalah fisik
terlebih lagi untuk klien dengan nyeri, Ferreira-Valente dalam Anderson
(2011) menyebut ansietas dan nyeri sebagai suatu lingkaran yang tidak
berujung pangkal karena nyeri yang dialami oleh klien menyebabkan
ansietas, dan ansietas yang dialami oleh klien memperburuk persepsi klien
tentang nyeri. Dumitru (2013) menyatakan bahwa ansietas merupakan salah
satu gejala serebral yang diakibatkan oleh penyakit jantung. Gejala serebral
ini terutama terjadi pada klien dengan usia lanjut. Dampak dari depresi dan
ansietas berkaitan dengan tingkat mortalitas dan penggunaan pelayanan
kesehatan dan karenanya mempengaruhi outcome pengobatan klien
(Yohannes, Willgoss, Baldwin, dan Connoly, 2009). Dari penelitian ini, jelas
terlihat pengaruh kondisi psikososial terhadap outcome klien sehingga dalam
memberikan asuhan, perawat perlu mengkaji adanya masalah psikososial
pada klien.
Penelitian oleh Mojtabai(2011) menemukan bahwa terjadi peningkatan
penyakit mental pada individu yang mengalami disabilitas akibat penyakit
kronis yang dialaminya. Menurut Carod-Artal, sepertiga klien yang pernah
mengalami stroke mengalami PSD. Pada penelitiannya mengenai prevalensi
depresi pada klien pasca stroke, Carod-Artal memaparkan bahwa factor risiko
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
11
untuk berkembangnya depresi diantaranya usia lanjut, jenis kelamin
perempuan, penurunan fungsi fisik, dan fungsi keluarga yang buruk.
Penelitian oleh Eng et al (2011) di rumah sakit menunjukkan bahwa status
perkawinan berpengaruh pada tingkat ansietas dan depresi pada klien dengan
penyakit jantung. Klien yang tidak menikah memiliki tingkat depresi yang
lebih tinggi dibandingkan klien yang sudah menikah. Dari kedua penelitian
ini terlihat bahwa kondisi fisik dapat membawa dampak psikososial dan
sebaliknya.
Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent (2011) menekankan bahwa
klien yang memiliki penyakit jantung disertai ansietas cenderung memiliki
prognosis yang lebih buruk dibanding klien penyakit jantung tanpa disertai
ansietas. Oleh karena itu, Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent
(2011) mencoba menjelaskan hubungan antara ansietas dan penyakit
kardiovaskuler. Dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa ansietas dan
penyakit kardiovaskuler saling mempengaruhi melalui dua mekanisme, yaitu
melalui mekanisme neurhormonal dan perilaku.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kegagalan jantung kongestif
memicu beberapa respon simpatetik. Hal ini dianggap sebagai yang
menghubungkan ansietas dan penyakit jantung. Bukti epidemiologis
mengindikasikan bahwa emosi negative memiliki efek patofisiologis yang
akhirnya dapat menyebabkan penyakit jantung coroner melalui kerusakan
akibat aktivasi system neurohormonal yang terjadi terus menerus.
Ditinjau dari segi perilaku, studi menunjukkan bahwa individu dengan
ansietas rentan terhadap gaya hdup yang tidak sehat. Emosi yang negative
dapat memperparah perkembangan penyakit dan menurunkan kemungkinan
kesembuhan baik melalui efek fisiologis langsung maupun melalui
berkurangnya kepatuhan terhadap regimen medis yang direkomendasikan.
Pada pasien dengan CHF emosi negative berhubungan dengan gaya hidup
yang tidak sehat dan menjadi predictor kepatuhan terhadap diit dan olah raga.
Riegel et al dalam Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent (2011)
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
12
menyatakan bahwa dampak ansietas pada penyakit jantung dapat berkaitan
dengan buruknya perilaku self care. Ansietas mengganggu energi kognisi dan
motivasi untuk terlibat dalam self care. Klien dengan ansietas tingkat tinggi
memiliki kesulitan dalam melakukan perubahan gaya hidup, koping dengan
tantangan yang ada dan menemui lebih banyak masalah selama rehabilitasi
jantung. Pada klien dengan ansietas tinggi dengan hospitalisasi baru untuk
eksaserbasi CHF akut, kepatuhan terhadap beberapa perilaku self care
sangatlah buruk Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent (2011). Dari
penelitian ini, disimpulkan bahwa gaya hidup yang tidak sehat berhubungan
dengan ansietas pada klien dengan penyakit jantung. Oleh karena itu, adanya
masalah ansietas pada klien harus ditangani untuk memperbaiki outcome
klien.
2.3 Tindakan Keperawatan untuk Mengatasi Ansietas
Salah satu intervensi keperawatan generalis untuk mengatasi ansietas adalah
dengan mengajarkan teknik relaksasi. Ferri (2011) membahas terapi
farmakologis untuk mengatasi ansietas. Kendati demikian, Ferri menekankan
bahwa manajemen utama ansietas bukanlah terapi farmakologis, melainkan
intervensi perilaku. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lakkireddy(2013)
tentang pengaruh Yoga terhadap beban aritmia, ansietas, depresi, dan kualitas
hidup pada pasien dengan paroxysmal atrial fibrillation menunjukkan bahwa
aktivitas yoga dapat mengurangi episode simtomatik atrial fibrillation dan
meningkatkan parameter kualitas hidup klien.
Kozier, Erb, Berman, & Snyder (2004) memaparkan tindakan umum yang
dapat dilakukan untuk mengurangi ansietas. Tindakan tersebut yaitu
menciptakan suasanya yang nyaman bagi klien; memahami persepsi klien
mengenai hal yang memicu ansietas; mendukung verbalisasi klien tentang
perasaannya;
dan
membantu
klien
mengidentifikasi
situasi
yang
memperparah ansietas klien dan menentukan kemampuan klien untuk
membuat keputusan. Hal ini didasarkan pada adanya kepercayaan
memfasilitasi hubungan terapeutik. Kozier, Erb, Berman, & Snyder (2004)
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
13
menyatakan bahwa ansietas merupakan perasaan akibat adanya ancaman
yang tidak jelas sehingga penting mengidentifikasi perspektif klien untuk
mengurangi
ansietas,
dan
mendukung
verbalisasi
perasaan,
serta
memfasilitasi identifikasi emosi tertentu.
Manzoni, Pagnini, Castelnuovo, & Molinari (2008) melakukan tinjauan metaanalysis terhadap 27 penelitian mengenai dampak latihan relaksasi terhadap
ansietas. Dari hasil tinjauan pustaka tersebut, disimpulkan bahwa dalam
penelitian-penelitian yang diadakan dalam sepuluh tahun terakhir latihan
relaksasi dapat menurunkan ansietas. Manzoni, Pagnini, Castelnuovo, &
Molinari (2008) membahas bahwa efek dari relaksasi mampu melawan
respon stress pada klien. Masih dalam tinjauan pustaka yang sama, Manzoni,
Pagnini, Castelnuovo, & Molinari (2008) menganalisa terapi relaksasi yang
dilakukan oleh Esch et al. dari hasil penelitian tersebut, terapi relaksasi
direkomendasikan untuk klien dengan penyakit yang berhubungan dengan
stress. Mahler, Selecky, & Harrod (2010) menyatakan hasil consensus dari
American College of Chest Physicians (ACCP) bahwa tarik nafas dalam dan
relaksasi merupakan hal yang dapat meringankan dyspneu. Berdasarkan hasil
penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa terapi relaksasi dapat digunakan
kepada klien dengan penyakit fisik yang mengalami ansietas.
Hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dan memberikan intervensi
kepada lansia diantaranya adalah lansia mengalami penurunan fungsi
pancaindra, salah satunya fungsi pendengaran. Pada fungsi pendengaran,
lansia mungkin mengalami presbycusis. Lansia lebih dapat menerima suara
dengan nada rendah dibanding suara bernada tinggi (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2004). Partridge, Martine, Harari, & Dhesi (2012) menekankan
perlunya pengulangan saat berkomunikasi dengan lansia. Oleh karena itu,
penting bagi perawat untuk berkomunikasi dengan suara yang jelas, dengan
bahasa yang singkat dan sederhana serta melakukan pengulangan.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Dalam bab ini, penulis akan memaparkan hasil pengkajian, masalah
keperawatan yang berhasil diidentifikasi, implementasi yang dilakukan oleh
penulis, evaluasi dari hasil tindakan tersebut, serta rencana tindak lanjut dari
tindakan yang telah dilakukan. Data yang ditampilkan didapat dari hasil
observasi, dan wawancara baik dengan klien maupun keluarga, serta tenaga
kesehatan lainnya.
3.1. Pengkajian
Klien adalah Ibu R, 73 tahun. Klien masuk ke rumah sakit dengan
alasan sesak. Diagnose masuk klien adalah CHF, HHD, dan riwayat
stroke. Klien merupakan ibu dari 7 anak. Klien tinggal bersama anak
ketiga, menantu dan dua orang cucu. Keluhan fisik utama klien adalah
sesak, hemiparese ekstremitas kiri. Klien telah memiliki hipertensi
terkontrol sejak tiga bulan terakhir. Klien merupakan ibu rumah tangga
dan suka makanan asin. Untuk makanan, keluarga mengaku klien baru
melakukan pantangan makanan semenjak terdiagnosa hipertensi.
Sebelumnya, klien mengkonsumsi makanan bergaram tinggi, makanan
berlemak, serta makanan kemasan atau mengandung pengawet. Kendati
demikian, klien mengaku menyukai sayur dan mengkonsumsi sayur
setiap hari.
Klien tinggal bersama dengan anak, menantu dan dua cucu. Kegiatan
klien sehari-hari adalah memasak. Klien tidak melakukan pekerjaan
rumah lainnya karena menantu klien yang melakukannya. Berdasarkan
wawancara dengan klien dan keluarga, klien adalah orang yang jarang
bercerita dan suka memendam masalah. Klien baru mau bercerita ketika
sudah ditanya. Sumber stressor klien adalah suami klien sendiri. Klien
menyatakan kesal kepada suaminya karena kasar. Daya dengar suami
klien sudah berkurang sehingga bicaranya selalu keras dan terkesan
14
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
15
kasar. Selain itu, menurut keluarga dan klien, suami klien banyak
menuntut dan mengeluh sehingga klien merasa terbebani oleh suaminya.
Berdasarkan keterangan keluarga, tiga hari sebelum klien masuk rumah
sakit, menantu dan cucu yang tinggal serumah dengan klien pergi ke
Jawa Tengah karena ada saudaranya yang meninggal. Anak klien hanya
ada di rumah pada malam hari. Akibatnya, klien lebih sering berdua
dengan suami klien. pada saat itulah klien merasakan sesak hingga
akhirnya masuk rumah sakit.
Selama dirawat, klien terus terlihat gelisah. Pada awal hospitalisasi, klien
menyatakan optimis dan semangat akan sembuh meskipun sesak. Namun
klien cenderung mengalami ansietas terkait pengobatan dan kondisi
fisiknya. Tanda ansietas terlihat dari focus klien yang menyempit,
melakukan gerakan tidak terarah, klien perlu pengarahan yang lebih
untuk focus pada topik pembicaraan, serta terjadi pengulangan
pernyataan.
Selain klien, keluarga klien juga mengalami ansietas. Ansietas yang
dialami
keluarga
lebih
disebabkan
karena
merasa
tidak
tahu
perkembangan klien. Keluarga selalu bertanya bagaimana keadaan klien,
dan apakah obat yang diberikan sudah yang terbaik karena keluarga
khawatir klien tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya klien
dapat.
3.2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan psikososial utama yang ditemukan pada klien
selama klien dirawat yaitu ansietas. Setelah dilakukan pengkajian
menggunakan format pengkajian untuk masalah psikososial yang
dikembangkan oleh mahasiswa residen FIK UI, didapatkan bahwa klien
mengalami ansietas sedang. Pada akhir masa rawat juga muncul masalah
keputusasaan.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
16
3.3. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian dan analisa data menunjukkan bahwa masalah
psikososial utama pada klien adalah ansietas.
3.4. Implementasi
Selama klien di rumah sakit (26 Mei 2013-10 Juni 2013) mahasiswa
melakukan asuhan keperawatan psikososial di samping memberikan
asuhan keperawatan fisik kepada klien. Hal pertama yang dilakukan
mahasiswa adalah membina hubungan saling percaya dengan klien.
Membina hubungan saling percaya dilakukan mahasiswa dengan cara
mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, menginformasikan
kepada
klien
bahwa
mahasiswa
merupakan
perawat
yang
bertanggungjawab atas klien pada shift tersebut, dan memanggil klien
dengan panggilan yang disukai klien. Selain dengan melakukan hal di
atas mahasiswa juga selalu menjelaskan tujuan setiap interaksi
mahasiswa dengan klien, baik itu untuk interaksi untuk mengatasi
ansietas, maupun
saat melakukan pengkajian fisik dan melakukan
tindakan keperawatan lainnya.
Untuk mengatasi ansietas yang dialami klien, mahasiswa bersama dengan
keluarga dan klien mengidentifikasi ansietas dan membantu klien
menguraikan perasaannya. Mahasiswa juga membantu klien mengenal
penyebab ansietas klien dan akibat ansietas yang dialami oleh klien. Dari
hasil diskusi ini, mahasiswa menyimpulkan bahwa penyebab utama
ansietas klien adalah hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan klien
mengenai kondisinya. Oleh karena itu, pemberian informasi dan
pendidikan kesehatan terus dilakukan mahasiswa selama masa perawatan
klien.
Selain itu, mahasiswa juga melatih teknik relaksasi kepada klien dan
keluarga. Teknik relaksasi yang diajarkan terdiri atas tarik nafas dalam,
distraksi, dan hypnosis lima jari. Teknik nafas dalam dilakukan kepada
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
17
keluarga dan klien saat klien mengalami ansietas dan tidak sesak. Tujuan
mahasiswa mengajarkan keluarga adalah agar keluarga mampu
melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi ansietas pada dirinya
sendiri. Selain itu, keluarga diharapkan mampu memandu klien untuk
melakukan teknik nafas dalam saat klien pulang ke rumah.
Mahasiswa
juga
mengajarkan
teknik
distraksi
(berdoa
dan
mengungkapkan perasaan kepada keluarga) untuk menenangkan diri
klien. mahasiswa menganjurkan klien untuk berdoa pada saat klien sesak,
dan berbicara jika kondisi klien tidak sesak. Mahasiswa mendiskusikan
koping yang digunakan klien untuk menghadapi masalah dan
mendiskusikan kelebihan dan kekurangan koping yang digunakan oleh
klien tersebut.
Mahasiswa mencoba untuk mengajarkan teknik hypnosis lima jari namun
tidak berhasil. Kondisi klien yang sesak menyulitkan mahasiswa untuk
melakukan hipnosis lima jari sehingga mahasiswa melakukan identifikasi
hal yang menyenangkan bagi klien tanpa melakukan hipnotis. Mahasiswa
juga mendiskusikan aspek positif klien dan mendiskusikan hikmah
hospitalisasi sehingga klien tidak terfokus kepada masalah fisik yang
dialaminya, namun dapat melihat hal positif yang masih dimiliki klien
dan dapat dilakukan klien saat ini. Selain menangani ansietas, mahasiswa
juga mendiskusikan dengan keluarga tentang manajemen masalah klien
dan keluarga sebagai persiapan klien untuk pulang.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, pemicu ansietas klien adalah
hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan mengenai kondisi klien. Oleh
karena itu, selama mahasiswa merawat klien, mahasiswa melakukan
pendidikan kesehatan dan memberikan informasi terkait kondisi klien
secara terus menerus. Topik pendidikan kesehatan yang diberikan oleh
mahasiswa didasarkan pada kebutuhan actual klien. Pendidikan
kesehatan yang diberikan diantaranya yaitu tentang pentingnya
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
18
oksigenasi,
terapi
farmakologis
yang
diterima
klien,
prosedur
pemeriksaan x-ray, pembatasan aktivitas bagi klien, cara melakukan
ROM, penyakit jantung kongestif, pola buang air besar, pentingnya
asupan
nutrisi
adekuat
(bekerja
sama
dengan
instalasi
gizi),
mendiskusikan keuntungan dan kekurangan hospitalisasi saat klien
menyatakan ingin pulang atas permintaan keluarga.
Sebagai bagian dari persiapan pulang, mahasiswa juga mengajarkan
manajemen ansietas dan rencana manajemen stress klien di rumah. Untuk
manajemen ansietas, mahasiswa mengajarkan kepada keluarga cara
memandu klien untuk tarik nafas dalam dan hypnosis lima jari untuk
diajarkan kepada klien saat klien dalam kondisi tidak mengalami dyspneu
namun mengalami ansietas. Selain itu, mahasiswa juga memotivasi
keluarga untuk terus mempertahankan support keluarga terhadap klien
yang sudah baik, yaitu memotivasi klien untuk bercerita atau berdoa saat
keluarga mengidentifikasi klien sedang mengalami ansietas.
3.5 Evaluasi
Dari hasil evaluasi mahasiswa, secara umum, teknik relaksasi berhasil
pada kondisi tertentu. Sedangkan untuk pemberian informasi, umumnya
berhasil untuk mengatasi ansietas akibat kurangnya pengetahuan.
Untuk teknik relaksasi nafas dalam, karena kondisi klien pada umumnya
sesak, mahasiswa melakukan intervensi relaksasi nafas dalam hanya saat
klien gelisah dan sesak berkurang. Klien menyatakan merasa lebih
tenang setelah dilakukan relaksasi nafas dalam. Klien mampu melakukan
teknik relaksasi nafas dalam dengan panduan mahasiswa dan keluarga
saat kondisi status pernafasan klien baik (sesak berkurang), namun belum
mampu melakukannya secara mandiri. Saat klien sesak, teknik nafas
dalam tidak dapat dilakukan karena sulit bagi klien untuk mengendalikan
pernafasannya dan akan menambah ketidaknyamanan klien.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
19
Untuk teknik distraksi, klien mengaku selalu berdoa dalam hati dan
percaya akan diberi kesembuhan. Klien juga terlihat berbincang dengan
keluarga. Dari observasi mahasiswa, keluarga klien suportif dan tanggap
terhadap kebutuhan psikologis klien. Namun terkadang klien justru
terlalu banyak berbincang dengan keluarga dan ingin berbincang dengan
mahasiswa meskipun kondisi klien sedang sesak dan perlu menghemat
konsumsi oksigen.
Untuk intervensi hypnosis lima jari, mahasiswa tidak berhasil
melakukannya sehingga mahasiswa memodifikasi tindakan dengan
melakukan identifikasi aspek positif bersama klien, hal yang patut
disyukuri yang dimiliki oleh klien, mengingat orang-orang yang klien
sayangi, serta menceritakan tempat yang indah menurut klien.
Hasil diskusi manajemen stress klien di rumah adalah klien menyetujui
untuk mengekspresikan perasaannya. Klien menyatakan bersedia
mengungkapkan perasaan dan pendapatnya baik itu kepada anak maupun
menantu klien saat klien di rumah. Keluarga menyatakan bersedia
mendengarkan dan memperhatikan Ibu R. Selain itu, keluarga juga
menyatakan akan menjadi penengah bagi ibu R dan suaminya dan
membantu mengurus kebutuhan ayah mereka agar Bapak tidak menuntut
Ibu R dan menjadi stressor Ibu R.
Pendidikan kesehatan yang diberikan oleh mahasiswa berdampak cukup
signifikan dalam menurunkan ansietas klien. Setiap kali interaksi,
mahasiswa melakukan validasi dan eksplorasi perasaan klien. Setelah itu,
mahasiswa memberikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan klien.
dari hasil evaluasi, ekspresi klien lebih tenang setelah mendapatkan
pendidikan kesehatan terkait kondisi actual klien. Hal ini terlihat dari
menurunnya gerakan yang tidak bertujuan dan ekspresi klien yang lebih
tenang, kontak mata yang lebih baik, serta pernyataan verbal dari klien
yang menyatakan bahwa klien lebih tenang setelah mendapatkan
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
20
penjelasan tersebut. Pada kondisi tertentu terlihat penurunan frekuensi
pernapasan, namun memang umumnya laju pernapasan klien cepat
karena klien dalam kondisi dyspneu.
Secara umum, dari seluruh intervensi untuk mengatasi ansietas yang
dilakukan oleh mahasiswa, terlihat bahwa yang lebih signifikan untuk
menurunkan ansietas pada klien adalah pemberian informasi atau
pendidikan kesehatan.
3.6 Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut bagi klien untuk mengatasi ansietas adalah dengan
melakukan berdoa dan menenangkan diri dengan cara memikirkan hal
yang menyenangkan bagi klien (teknik distraksi). Jika kondisi klien
memungkinkan, tidak dalam keadaan sesak berat, klien dapat melakukan
teknik relaksasi nafas dalam seperti yang telah diajarkan kepada klien
baik secara mandiri maupun dipandu oleh keluarga. Selain itu, untuk
mengurangi efek stress klien, klien juga diharapkan mampu menceritakan
atau mengungkapkan perasaannya kepada anggota keluarga yang
dipercaya.
Rencana tindak lanjut bagi keluarga yaitu untuk mendengarkan keluhan
klien, dan memperhatikan jika tanda ansietas muncul. Keluarga telah
mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan mampu memandu
klien dalam melakukan nafas dalam. Sepulangnya dari rumah sakit
diharapkan keluarga dapat terus membantu klien untuk melakukan tarik
nafas dalam ketika klien mengalami ansietas dan kondisi klien
memungkinkan.
Rencana tindak lanjut untuk perawat di ruangan adalah untuk tetap
memberikan informasi yang dibutuhkan klien. Informasi yang diberikan
yaitu informasi terkait tindakan yang dilakukan untuk klien serta kondisi
actual klien. Mengingat ansietas klien disebabkan oleh kurangnya
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
21
pengetahuan, diharapkan perawat dapat terus memberikan pendidikan
kesehatan baik kepada klien maupun keluarga. Selain itu, karena klien
merupakan lansia, perawat juga perlu melakukan penjelasan atau evaluasi
berulang terkait tingkat ansietas dan pemahaman klien terhadap
penjelasan perawat. Untuk penjelasan mengenai kondisi medis, perawat
diharapkan mampu terus menjadi advokat untuk memastikan bahwa klien
mendapatkan penjelasan yang dibutuhkan. Melalui seluruh tindakan di
atas yang dilakukan secara berkesinambungan, diharapkan dapat
menurunkan ansietas klien.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
BAB 4
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai profil lahan praktek, analisis masalah
dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus terkait, analisis salah satu
intervensi dengan konsep dan penelitian terkait, serta alternatif pemecahan
yang dapat dilakukan.
4.1 Profil Lahan Praktek
Praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan dilaksanakan
di ruang rawat inap umum Gayatri RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM)
Bogor. RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor berlokasi di Jl. Dr. Semeru no
114 Bogor. Rumah sakit ini berstatus sebagai Badan Layanan Umum
(BLU) milik pemerintah. Visi RSMM yaitu menjadi rumah sakit jiwa
dengan memberikan pelayanan paripurna, komprehensif, bermutu dan
berkeadilan, sedangkan misi RS adalah melaksanakan pelayanan
kesehatan jiwa dengan upaya promosi, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan; melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa yang didukung oleh
pelayanan spesialistik lainnya; melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa
dengan
unggulan
rehabilitasi
dan
ketergantungan
NAPZA
dan
HIV/AIDS; mengembangkan pendidikan penelitian kesehatan secara
professional; meningkatkan akses pelayanan kesehatan kepada seluruh
masyarakat.
Ruang Gayatri sendiri berdiri pada tanggal 1 juni 2009, dengan
pelayanan dikhususkan kepada pelayanan pasien geriatrik/pasien dengan
usia diatas 60 tahun. Ruang Gayatri pada awalnya hanya memiliki
kapasitas 7 tempat tidur. Namun, sejak tanggal 1 Oktober 2010, ada
perubahan kebijakan, yaitu ruang Gayatri tidak hanya merawat pasien
lansia, tapi berubah menjadi ruang parawatan umum untuk dewasa,
dengan penambahan kapasitas sebanyak 9 tempat tidur. Dari 16 tempat
tidur yang tersedia, 6 tempat tidur dialokasikan khusus untuk pasien
22
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
23
dengan usia diatas 60 tahun dan 9 tempat tidur lainnya dapat dipakai
untuk pasien dewasa dibawah usia 60 tahun. Kelas perawatan terdiri dari
kelas 2 plus, kelas 2 biasa dan 1 ruang isolasi. Visi ruang gayatri adalah
menjadikan ruangan yang mengutamakan pelayanan yang bermutu,
memuaskan dan bersahabat. Visi ini diharapkan dapat dicapai melalui
misi pemberian pelayanan yang professional dengan mengedepankan
upaya preventif, kuratif dan patient safety; pelaksanaan pelayanan
kesehatan yang didukung oleh pelayanan spesialistik lainnya.
Di ruang Gayatri terdapat tujuh belas orang perawat. Satu orang perawat
menjabat sebagai kepala ruangan, dua orang berperan sebagai ketua tim,
dan empat belas orang lainnya merupakan perawat pelaksana. Selain itu,
di ruang Gayatri terdapat satu orang dokter ruangan. Ruang gayatri juga
dilengkapi oleh satu orang staf adminitrasi yang khusus mengurus
kelengkapan admintrasi pasien. Selain itu, terdapat satu orang Pramu
Husada (PH)
dan dua orang yang bekerja membersihkan ruangan
(cleaning service). Latar belakang pendidikan petugas di ruang Gayatri
adalah satu orang S1 keperawatan, enam belas orang dengan pendidikan
DIII Keperawatan, satu orang S1 Kedokteran, satu orang sarjana bisnis
dan adminitrasi, serta 3 orang SMA/sederajat.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan
Konsep Kasus Terkait
Dari hasil pengkajian, klien tinggal di daerah perkotaan yaitu Bogor
Selatan.
Tinggal di perkotaan menurut Swerissen (2009) berarti
penduduk tersebut memiliki angka harapan hidup yang tinggi dan
akibatnya, berisiko untuk terkena penyakit kronis. Sebagai tambahan,
angka hipertensi dan morbiditas penyakit kronis lebih tinggi di daerah
perkotaan (Parr, Wietze, Lindeboom, Khanam, & Koehlmoos, 2011).
Selain itu, klien tinggal di kota yang menurut Riskesdas 2007 prevalensi
penyakit jantungnya berada di atas prevalensi rata-rata Indonesia. Fakta
bahwa klien tinggal di daerah perkotaan merupakan data yang
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
24
menunjukkan bahwa klien tinggal di daerah yang memiliki angka
harapan hidup yang tinggi sehingga meningkatkan vulnerabilitas klien
terhadap penyakit kronis, termasuk penyakit jantung kongestif.
Risiko terkena penyakit kronis juga dapat diperoleh dari data demografi.
Klien berjenis kelamin perempuan, menurut hasil Riskesdas 2007 dan
Dumitru (2013), jenis kelamin perempuan lebih berisiko terkena penyakit
jantung dibanding laki-laki. Selain itu, klien juga berusia lanjut yang
menyebabkan klien berisiko tinggi terhadap penyakit kronis, termasuk
penyakit jantung (Dumitru 2013; Ignatavicius & Workman, 2010;
McNaughton, Crawford, Ball & Jo Salmon, 2012; Riskesdas, 2007;
Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever 2010).
Selain data demografi, faktor risiko juga dapat diidentifikasi dari perilaku
atau gaya hidup klien. Ditinjau dari pola makan, klien mengkonsumsi
makanan siap saji, dan aktivitas klien terbatas pada melakukan pekerjaan
rumah tangga. Hal ini sesuai dengan penelitian stewart et al (2008)
tentang perubahan gaya hidup perkotaan, dan penelitian Dumitru (2013)
yang menyebutkan bahwa pola makan tinggi garam dan penurunan
aktivitas fisik merupakan faktor presipitasi penyakit jantung. Sesuai
dengan pernyataan Magarey, McKean & Daniels dalam McNaughton,
Crawford, Ball & Jo Salmon, (2012) bahwa dewasa tua cenderung
mengkonsumsi makanan yang tidak cukup mengandung serat dan
memiliki kandungan nutrisi yang kurang dari yang direkomendasikan
untuk mencegah penyakit kronis.
Kegiatan klien sebagai ibu rumah tangga juga menempatkan klien pada
risiko terkena penyakit jantung menurut riskesdas 2007. Hubungan antara
pekerjaan dan kerentanan terkena penyakit kronis diduga berkaitan
dengan kegiatan fisik yang dilakukan klien. menurut Armstrong,
Bauman, & Davies dalam McNaughton, Crawford, Ball & Jo Salmon,
(2012), individu yang berusia lebih tua cenderung lebih sedikit
melakukan aktivitas fisik dan lebih pasif dibanding kelompok usia
dewasa muda. Dari wawancara didapatkan bahwa kegiatan klien sebagai
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
25
ibu rumah tangga tidak mengharuskan klien untuk melakukan aktivitas
yang tinggi. Kegiatan sehari-hari klien terbatas pada memasak karena
seluruh pekerjaan rumah tangga lainnya telah ditangani oleh menantu
klien. Klien mengaku kadang kala klien berjalan dengan jarak tempuh
yang sedang ke rumah anak klien dengan frekuensi paling sering dua
minggu sekali. Data ini sesuai dengan penelitan yang ada bahwa
kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko terkena penyakit kronis.
Klien diketahui mengalami hipertensi terkontrol sejak dua bulan terakhir.
Hipertensi sendiri sudah merupakan faktor yang dapat menyebabkan
kegagalan jantung (Ignatavicius & Workman, 2010). Klien tidak
memiliki penyakit diabetes mellitus sehingga klien tidak mengkonsumsi
obat antidiabetik, selain itu klien juga tidak mengkonsumsi obat anti
inflamasi non steroid yang menurut Ignatavicius & Workman
meningkatkan
risiko
terkena
penyakit
gagal
jantung.
Hal
ini
menunjukkan faktor risiko yang dimiliki klien untuk mengalami penyakit
jantung adalah tempat tinggal, usia, gaya hidup, dan hipertensi. Klien
masuk dengan diagnose gagal jantung kongestif dan atrial fibrillation.
Menurut Dumitru (2013), atrial fibrillation merupakan faktor presipitasi
kedua kegagalan jantung setelah perawatan yang inadekuat. Sebagai
tambahan, klien juga mengalami stress emosional yaitu masalah klien
dengan suaminya yang merupakan faktor presipitan untuk terjadinya
penyakit jantung pada klien.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa klien memiliki faktor risiko
terkena penyakit jantung kongestif. Faktor risiko penyakit jantung yang
ada pada klien yaitu klien tinggal di daerah perkotaan dengan tingkat
aktivitas rendah dan mengkonsumsi makanan tinggi garam, berjenis
kelamin perempuan, berusia lanjut, mengalami hipertensi, stress
emosional berkepanjangan, didiagnosa dengan fibrilasi atrium. Faktor
demografi, fisik, dan psikososial yang disebutkan di atas menyebabkan
klien lebih rentan untuk terkena penyakit jantung.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
26
Diagnose penyakit fisik klien dan hospitalisasi merupakan stressor yang
dapat menyebabkan ansietas pada klien (Varcarolis & Halter ,2010).
Ditinjau dari data demografi, klien berusia lanjut, dan berjenis kelamin
wanita. Hal ini merupakan faktor predictor terjadinya depresi pada
penyakit jantung menurut Dumitru (2013).
Status pernikahan klien
adalah menikah, yang menurut Eng et al (2011) merupakan faktor yang
meringankan risiko terjadinya masalah psikososial, namun suami klien
adalah salah satu sumber stressor psikologis klien sehingga status
pernikahan klien justru menjadi pemicu masalah psikososial klien. Klien
memiliki riwayat stroke dan saat masuk ke rumah sakit, klien mengalami
hemiparese sinistra. hal ini menyebabkan klien berisiko mengalami
masalah psikososial akibat penyakit kronis yang meliputi CHF dan stroke
(Mojtabai, 2011; Carod-Artal, 2010).
Ansietas dapat muncul akibat adanya persepsi atau antisipasi terhadap
ancaman (Adams & Stutker, 2002). Hal ini terlihat pada klien Ibu R.
pada awal masa hospitalisasi klien menyatakan tidak khawatir mengenai
kondisinya meskipun dalam keadaan sesak, karena berada di rumah sakit
berarti sedang diobati. Klien kemudian merasa khawatir karena klien
diberitahu akan dilakukan pemeriksaan x-ray dada namun pemeriksaan
tidak kunjung dilakukan. Klien menyatakan khawatir penyebab
pemeriksaan ditunda karena kondisi klien buruk. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Adams & Stutker (2001) bahwa ansietas dipicu oleh adanya
persepsi bahaya yang mengancam diri klien. Ansietas Ibu R juga
disebabkan oleh ketidaktahuan mengenai kondisi klien saat itu dan
ketidaktahuan klien mengenai alasan penundaan pemeriksaan. Setelah
mahasiswa menjelaskan alasan pemeriksaan belum dilakukan, klien
menyatakan lebih tenang dan tidak khawatir lagi. Hal ini sesuai dengan
penelitian Gravis et al (2011) yang menyebutkan bahwa pengetahuan
tentang kondisi klien tidak meningkatkan ansietas.
Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa klien merupakan individu yang
rentan terhadap penyakit kronik dan masalah psikososial akibat penyakit
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
27
kronik. Ansietas klien terlihat dari tanda dan gejala yang dialami klien.
Tanda yang terlihat dari klien diantaranya focus menyempit, melakukan
gerakan tidak terarah, dan verbalisasi kecemasan.
4.3 Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Intervensi yang dilakukan mahasiswa yaitu teknik relaksasi yang terdiri
atas teknik relaksasi nafas dalam, dan hypnosis lima jari. pemberian
inervensi teknik relaksasi sesuai dengan konsesus American College of
Chest Physicians (ACCP) yang dinyatakan oleh Mahler, Selecky, &
Harrod (2010). Respon klien terhadap teknik nafas dalam cukup baik
untuk mengatasi ansietas klien terlihat dari focus klien yang dapat
diarahkan setelah teknik relaksasi nafas dalam, dan kondisi klien yang
tidak lagi gelisah.
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Manzoni,
Pagnini, Castelnuovo, & Molinari (2008). Kendati demikian, tindakan
tarik nafas dalam ini harus diikuti dengan tindakan untuk mengatasi hal
yang menyebabkan ansietas klien.
Teknik hypnosis lima jari yang mahasiswa coba lakukan pada klien tidak
berhasil karena kondisi klien yang sesak sehingga sulit untuk klien
berkonsentrasi dan mendapatkan efek hypnosis dari intervensi tersebut.
Saat ditanya beberapa hal terkait hypnosis lima jari, seperti kejadian yang
menyenangkan yang pernah dialami klien, klien juga mengaku lupa.
Tidak berhasilnya teknik hypnosis lima jari ditambah oleh adanya
penurunan fungsi pancaindra dan kognitif klien sehingga sulit bagi klien
untuk berkonsentrasi (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2004). Sebagai
alternatifnya,
mahasiswa
mengidentifikasi
hal
melakukan
positif
dan
teknik
distraksi
membicarakan
tempat
dengan
yang
menyenangkan bagi klien.
Pada klien, ansietas disebabkan oleh ketidaktahuan klien mengenai
kondisinya sehingga klien relative lebih tenang setelah mahasiswa
memberikan penjelasan mengenai apa yang dirasakan oleh klien (Lam &
Beaulieu, 2004). Penjelasan yang dilakukan oleh mahasiswa dilakukan
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
28
secara berulang karena klien merupakan lansia dan cenderung
menanyakan hal yang sama. Penjelasan berulang ini cukup efektif dalam
mengurangi ansietas klien. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh
Partridge, Martin, Harari & Dhesi (2012) yang menyatakan bahwa
tindakan berulang dapat menurunkan morbiditas distress psikologis.
Selain berdampak bagi klien, pemberian informasi juga meningkatkan
kepuasan klien (Perez-Carceles, Gironda, Osuna, Falcon, Luna, 2010).
Hal ini dapat terlihat dari hasil survey kepuasan yang diisi oleh klien yang
menyatakan bahwa klien puas dengan pelayanan rumah sakit. Dari
pertanyaan yang dijawab oleh klien, klien menyatakan puas dengan
penjelasan oleh petugas rumah sakit.
Pemberian informasi yang jujur
mengenai kondisi klien tidak meningkatkan ansietas klien (Gravis et al.
2011). Sebaliknya, pemberian informasi ini memungkinkan mahasiswa
untuk menjalin hubungan yang baik antara klien dan mahasiswa. Dari
hubungan ini tercipta rasa aman klien sehingga menurunkan ansietas klien
selama di rumah sakit. Rasa aman yang dirasakan oleh klien diungkapkan
secara verbal bahwa klien menyatakan merasa aman jika ada mahasiswa.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Andersson, Burman, & Skar (2011)
yang menyatakan bahwa hubungan yang baik antara klien dan mahasiswa
serta informasi yang diberikan dapat memberikan rasa aman.
4.4. Alternatif Penyelesaian Masalah yang Dapat Dilakukan
Pada klien dengan gagal jantung atau yang mengalami dyspnea, teknik
relaksasi sulit dilakukan. Baik itu teknik relaksasi nafas dalam, maupun
hypnosis lima jari. Hipnosis lima jari tidak hanya sulit karena dyspnea
yang dialami klien, namun disebabkan juga oleh penurunan daya
konsentrasi klien yang telah berusia lanjut. Untuk teknik distraksi dengan
mengobrol juga mengalami hambatan karena klien dengan dyspnea
idealnya harus meminimalisasi konsumsi oksigen dan memaksimalkan
fungsi pernafasan. Teknik distraksi yang masih dapat dilakukan oleh klien
tanpa mengganggu klien adalah berdoa dalam hati. Hal lain yang dapat
dilakukan oleh perawat adalah dengan mengatasi penyebab ansietas klien.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
29
Ketika klien mengalami ansietas akibat nyeri, perawat harus mengatasi
nyeri klien. Pada kasus ini, ansietas yang dialami klien disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan klien terhadap kondisi dan pengobatan yang
dijalani klien sehingga intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat
generalis adalah dengan pemberian informasi. Informasi yang diberikan
meliputi kondisi klien saat dilakukan pemeriksaan, tindakan yang akan
dilakukan terhadap klien, tujuan tindakan, efek samping tindakan, serta
cara klien untuk bekerja sama atau cara untuk meminimalkan
ketidaknyamanan yang akan dialami klien.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
BAB 5
PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan dari karya ilmiah yang berkaitan dengan upaya
menjawab tujuan penulisan karya ilmiah. Bab ini juga memaparkan saran atau
rekomendasi untuk memperbaiki karya ilmiah selanjutnya.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penulisan karya ilmiah yang ditetapkan, yaitu
menggambarkan efek asuhan keperawatan terhadap tingkat ansietas klien
dengan gagal jantung kongestif, dapat disimpulkan bahwa:
5.1.1. 92% dari seluruh pasien kelolaan mahasiswa di ruang Gayatri RSMM
mengalami ansietas.
5,4% lainnya mengalami ketidakberdayaan.
2,7% mengalami berduka. 2,7% sisanya mengalami gangguan citra
tubuh.
5.1.2. Tinggal di daerah perkotaan, usia lanjut, berjenis kelamin perempuan,
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, stress, rendahnya aktivitas fisik,
dan pola makan yang tidak sehat merupakan faktor risiko terjadinya
masalah kesehatan pada masalah perkotaan termasuk penyakit
jantung.
5.1.3. Hal yang memicu ansietas yaitu adanya penyakit fisik, persepsi
terhadap adanya ancaman, kurangnya informasi tentang kondisi
kesehatan, serta adanya stressor psikososial.
5.1.4. Intervensi keperawatan untuk mengatasi ansietas diantaranya yaitu
teknik relaksasi nafas dalam, distraksi, dan hypnosis lima jari.
Kendati demikian, teknik relaksasi tersebut sulit dilakukan pada klien
dengan gagal jantung kongestif dalam keadaan dyspnea.
5.1.5. Untuk menyelesaikan masalah ansietas, perawat perlu mengetahui
penyebab ansietas klien. Jika penyebabnya merupakan kurangnya
pengetahuan mengenai kondisi kesehatan klien, pemberian informasi
mengenai kondisi klien serta intervensi yang akan diberikan kepada
klien dapat menurunkan ansietas klien secara signifikan.
30
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
31
5.1.6. Penjelasan berulang perlu dilakukan untuk berkomunikasi dengan
klien usia lanjut.
5.2. Saran
Dari kegiatan praktik klinik yang telah dilakukan oleh penulis, penulis
merekomendasikan beberapa hal, yaitu:
5.2.1. Pelayanan
Selama penulis melakukan praktik klinik, penulis menemukan bahwa
perlu ada instrumen pengkajian aspek psikososial untuk klien dengan
masalah fisik. Pada form pengkajian yang sudah ada, telah terdapat
item pengkajian psikososial, namun dirasa kurang cukup untuk
membantu perawat mengidentifikasi masalah psikososial yang
muncul. Oleh karena itu, diharapkan pihak rumah sakit dapat
mengembangkan form pengkajian aspek psikososial yang lebih
komprehensif
dan
mengidentifikasi
spesifik
masalah
yang
dapat
psikososial,
membantu
disamping
perawat
pengkajian
psikososial yang sudah ada,
Selain itu, penulis juga melihat perlu adanya pelatihan pemberian
asuhan keperawatan psikososial untuk klien dengan masalah fisik. Hal
ini disebabkan karena pendekatan yang digunakan pada klien dengan
masalah fisik disertai masalah psikososial berbeda dengan pendekatan
klien dengan psikosis. Usaha meningkatkan kemampuan pemberian
asuhan keperawatan psikososial ini juga dapat dilakukan oleh ruangan
melalui sharing session antara perawat ruangan yang telah mengikuti
pelatihan kepada perawat ruangan lainnya.
5.2.2. Pendidikan
Pendekatan untuk masalah psikososial pada klien dengan masalah
fisik berbeda dengan klien dengan masalah psikotik. Oleh Karena itu,
diharapkan ada pengajaran mengenai masalah psikososial pada klien
dengan masalah fisik.
5.2.3. Penelitian
Perlu adanya penelitian tentang efektivitas terapi generalis untuk
mengatasi masalah ansietas selama masa hospitalisasi.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Daftar Pustaka
Adams H.E., & Sutker, P. B. (2002). Comprehensive handbook of
psychopathology, 3rd ed. New York: Kluwer.
Anderson, P. (2011). Pain coping strategies differ in depression, anxiety. Diakses
pada
13
juni
2013
pukul
06:35
WIB
dari
http://www.medscape.com/viewarticle/751434?src=medscapeappandroid&ref=email
Andersson, L., Burman, M., & Skär, L. (2011). Experiences of caretime during
hospitalization in a medical ward: older patients’ perspective. Scandinavian
journal
of
caring
science
25,
646-652.
DOI:
10.1111/j.1471-
6712.2011.00874.x. Diakses pada 15 Juni 2013 pukul 09:26 WIB dari
http://content.ebscohost.com/pdf27_28/pdf/2011/BD4/01Dec11/67057648.p
df?T=P&P=AN&K=21371071&S=R&D=mnh&EbscoContent=dGJyMNLe
80SeqLU4yOvsOLCmr0uepq9SsKm4SbaWxWXS&ContentCustomer=dGJ
yMPGnrkqurrJJuePfgeyx44Dt6fIA
Anna, L. K(ed). (2013). Pengidap jantung usia produktif naik. Diakses pada 17
Juni
2013
pukul
18:48
WIB
dari
http://health.kompas.com/read/2013/03/16/06305643/Pengidap.Jantung.Usi
a.Produktif.Naik
Brauser, D. (2013). Proposed subspecialty combines psychiatry, cardiology.
Diakses
pada
3
Juni
2013
pukul
10:02
WIB
dari
http://www.medscape.com/viewarticle/780867?src=medscapeappandroid&ref=email.
Buku indikator mutu ruang gayatri RS. Marzoeki Mahdi bulan Januari-Mei.
(2013). Bogor: Tidak diterbitkan.
Carod-Artal, F. (2010). Post-stroke depression: can prediction help prevention?.
Diakses
pada
3
Juni
2013
http://www.medscape.com/viewarticle/
pukul
WIB
dari
727042?src=medscapeapp-
android&ref=email.
32
09:04
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
33
Departemen Kesehatan RI. (2008). Riset kesehatan dasar: Laporan nasional
2007. Diakses pada tanggal 11 Maret 2011 pukul 14:36 WIB dari
http://avidpdf.com/ebook/riskesdas-2010-kanker-pdf.html.
Dumitru, I. 2013. Heart failure: A presentation. Diakses pada 17 Juni 2013 pukul
23:03
WIB
dari
http://reference.medscape.com/article/163062?src=medscapeappandroid&ref=email
Eng HS, Yean LC, Das S, Letchmi S, Yee KS, Bakar RA, Hung J, Choy CY.
(2011). Anxiety and depression in patients with coronary heart disease a
study in a tertiary hospital. Journal Iran J Med Sci. Sep;36(3):201-6.
Diakses
pada
14
Juni
2013
pukul
05:54
WIB
dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/2335815/?i=21&from=anxiety%20
hospitalized&filter=loattrfree%20full%20text.
Ferri, R. S. (2012). How can I treat a patient’s anxiety without benzodiazepines?.
Diakses
pada
14
juni
2013
pukul
06:40
WIB
dari
http://www.medscape.com/viewarticle/762477?src=medscapeappandroid&ref=email
Gibson, R. L., & Burch, E. A. (). Emotional disorders and medical illness.
Dalam Adams, H. E., & Sutker, P. B. (Ed).Comprehensive handbook of
psychopathology, 3rd ed. (pp. 797-811). New York: Kluwer Academic
Publishers.
Gravis, G., Protiere, C., Eisinger, F., Boher, J., Tarpin, C., Coso, D., Cappiello,
A., Camerlo, J., Genre, D., & Viens, P. (2011). Full access to medical
records does not modify anxiety in cancer patients results of a randomized
study. Cancer 117 (20), 4796–4804, DOI: 10.1002/cncr.26083. diakses
pada
27
Juni
2013
pukul
12:38
WIB
dari
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.26083/full.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2004). Fundamentals of nursing:
concepts, process and practice. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Lakkireddy, D., Atkins, D., Pillarisetti, J., Ryschon, K., Bommana, S., Drisko, J.,
Vanga, S., & Dawn, B. (2013). Effect of yoga on arrhythmia burden,
anxiety, depression, and quality of life in paroxysmal atrial fibrillation.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
34
Diakses
pada
13
juni
2013
pukul
06:41
WIB
dari
http://www.medscape.com/viewarticle/780846?src=medscapeappandroid&ref=email.
Lam, P., & Beaulieu, M. (2004). Experiences of family in neurological ICU: A
“bedside phenomenon”. The journal of neuroscience nursing 36(3). diakses
pada
20
Juni
2013
pukul
16:37
WIB
http://www.medscape.com/viewarticle/481394?src=medscapeappandroid&ref=email.
Mahler, D. A., Selecky, P. A., & Harrod, C. G. (2010). Management of dyspnea
in patients with advanced lung or heart disease: Practical guidance from the
American College of Chest Physicians Consensus Statement. Polskie
archiwum medycyny wewnętrznej 2010; 120 (5). Diakses pada 27 Juni 2013
pukul
11:32
WIB
dari
http://content.ebscohost.com/pdf23_24/pdf/2010/50HE/01May10/52046072
.pdf?T=P&P=AN&K=20502400&S=R&D=mnh&EbscoContent=dGJyMN
Le80SeqLU4yOvsOLCmr0uepq5Ss6a4SbWWxWXS&ContentCustomer=d
GJyMPGnrkqurrJJuePfgeyx44Dt6fIA
Manzoni, G. M., Pagnini, F., Castelnuovo, G., & Molinari, E. (2008). Relaxation
training for anxiety: a ten-years systematic review with meta-analysis.
Diakses
pada
13
juni
2013
pukul
06:21
WIB
dari
http://www.medscape.com/viewarticle/575821?src=medscapeappandroid&ref=email
Mojtabai, R. (2011). National trends in mental health disability, 1997-2009.
Diakses
pada
7
Juni
2013
pukul
05:51
WIB
dari
http://www.medscape.com/viewarticle/752319?src=medscapeappandroid&ref=email.
McNaughton, S. A., Crawford, D., Ball, K., & Salmon, J. (2012). Understanding
determinants of nutrition, physical activity and quality of life among older
adults: the Wellbeing, Eating and Exercise for a Long Life (WELL) study.
Health and Quality of Life Outcomes 2012, 10:109. Diakses pada 13 Juli
2013 pukul 12.32 WIB dari
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
35
http://ehis.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=318d62e7-7e2845d5-8e5c-67f09912c10e%40sessionmgr104&vid=2&hid=109
NANDA International. (2012). Diagnosis keperawatan: Definisi dan klasifikasi
2012-2014. (Made Sumarwati & Nike Budhi Subekti, penerjemah). Jakarta:
EGC.
Olafiranye, O., Jean-Louis, G., Zizi, F., Nunes, J., & Vincent, M. T. (2011).
Anxiety and cardiovascular risk: Review of epidemiological and clinical
evidence. Mind & Brain, the journal of psychiatry 2(1). Diakses pada 13
Juli 2013 pukul 13.40 WIB dari
http://ehis.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=7006c33d-5ec542e0-93d3-f5351d90ec4f%40sessionmgr111&vid=1&hid=109
Parr, J. D., Lindeboom, W., Khanam, M. A., & Perez Koehlmoos, T. L. (2011).
Diagnosis of chronic conditions with modifiable lifestyle risk factors in
selected urban and rural areas of Bangladesh and sociodemographic
variability therein. BMC Health Services Research 2011, 11:309. Diakses
pada 13 Juli 2013 pukul 12.26 WIB dari
http://ehis.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=11b1d92e-f72f4259-8cd9-fc799d66806d%40sessionmgr110&vid=1&hid=109
Partridge, J., Martin, F., Harari, D., & Dhesi, J. (2012). The delirium experience:
what is the effect on patients, relatives and staff and what can be done to
modify
this?
.
International
Journal
of
Geriatric
Psychiatry
DOI: 10.1002/gps.3900. Diakses pada 27 Juni 2013 pukul 11:22 WIB dari
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/gps.3900/abstract.
Perez-Carceles, M.D., Gironda J. L., Osuna, E., Falcon M., & Luna, A. (2009). Is
the right to information fulfilled in an emergency department? Patients'
perceptions of the care provided. Journal of evaluation in clinical practice
16(3), 456–463. DOI: 10.1111/j.1365-2753.2009.01142.x. Diakses pada 27
Juni
2013
pukul
11:32
WIB
dari
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.13652753.2009.01142.x/abstract
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
36
Smeltzer, S., Bare, B., Hinkle, J., Cheever, K. (2008). Brunner & Suddarth’s
tektbook of medical-surgical nursing. 11th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Stewart, S., Wilkinson, D., Hansen, C., Vaghela, V., Mvungi, R., McMurray, J., &
Sliwa, K. (2008). Predominance of heart failure in the heart of Soweto study
cohort: Emerging challenges for urban African communities. Circulation
118(23): 2360-7. Diakses pada 25 Juni 2013 pukul 22.30 WIB dari
http://reference.medscape.com/medline/abstract/19029467.
Stuart, G. W., & Laraia, M., T. (2005). Principles and practice of psychiatric
nursing, 8th ed. Missouri: Elsevier Mosby.
Swerissen, H. (2009). Public health for an ageing society. Dalam Nay, R &
Garrat, S (Ed.). Older people: Issues and innovations in care, 3rd ed (pp. 920). Chatswood: Elsevier.
Varcarolis, E. M., & Halter, M. J. (2010). Foundations of psychiatric mental
health nursing: A clinical approach 6th ed. Missouri: Saunders Elsevier.
Wahyuningsih, M. (2011). Penyakit jantung makin mengancam masyarakat
Indonesia
Diakses pada 17 Juni
2013 pukul
18:50
WIB dari
http://m.detik.com/health/read/2011/09/15/141453/1723153/763/penyakitjantung-makin-mengancam-masyarakat-indonesia
Yohannes, A. M., Willgoss, T. G., Baldwin, R. C., & Connolly, M. J.
(2009). Depression and anxiety in chronic heart failure and chronic
obstructive
pulmonary
disease:
prevalence,
relevance,
clinical
implications and management principles. International Journal of
Geriatric
Psychiatry
25(12):
1209–1221, December
2010.
DOI: 10.1002/gps.2463. diakses pada 14 Juni 2013 pukul 18:37 WIB
dari http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/gps.2463/full
York, K. M., Hassan, M., & Sheps, D. S. (2008). Psychobiology of
depression/distress in congestive heart failure. Heart fail rev 14:35-50.DOI:
10.1007/s10741-008-9091-0. Diakses pada 14 Juni 2013 pukul 18:53 dari
http://content.ebscohost.com/pdf9/pdf/2009/OG1/01Jan09/35867081.pdf?T
=P&P=AN&K=18368481&S=R&D=mnh&EbscoContent=dGJyMMTo50S
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
37
ep7I4yOvsOLCmr0ueprVSs6a4S7OWxWXS&ContentCustomer=dGJyMP
GnrkqurrJJuePfgeyx44Dt6fIA.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Lampiran 1
PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Nama
: Ibu R
b. Usia
: 73 th
c. Agama
: Islam
d. Pendidikan
: SD
e. Alamat
: Gang Kosasih RT 06/07 kelurahan Cikatel Kecamatan Bogor
Selatan
f. Telepon
:-
g. Status pernikahan
: Menikah
h. Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
i. Suku/bangsa
: Jawa
j. Tanggal masuk
: 26 Mei 2013
2. Riwayat penyakit masa lalu
Hipertensi sejak 3 bulan yang lalu, terkontrol (melakukan pemeriksaan tiap minggu ke
puskesmas)
Riwayat stroke 2 bulan yang lalu, berobat jalan, pulih total.
3. Riwayat penyakit saat ini
Sesak, nyeri dada sejak 2 hari yang lalu, bicara pelo, ekstremitas kiri lemah, batuk
berdahak, muntah, mual
4. Riwayat penyakit keluarga dan genogram
Klien menyatakan tidak mengetahui orang tua klien memiliki penyakit apa atau sebab
meninggalnya.
5. Riwayat alergi obat/makanan
Alergi disangkal
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
: sesak
b. Tingkat kesadaran : compos mentis
c. GCS
: E4M6V5
d. Tanda vital
: TD: 120/80; nadi 80x/menit; suhu 36oC; RR:20x/menit
e. Kepala dan rambut : bersih, distribusi rambut tidak merata, kulit kepala berminyak
f. Mata
: simetris, tidak anemis, ikterik(-), edema(-)
g. Hidung
: deviasi septal(-); discharge (-); pernapasan cuping hidung (-)
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
h. Mulut
: gigi tidak lengkap
i. Telinga
: simetris, discharge(-),
j. Leher
: distensi JVP (-), pembesaran nodus(-), kaku kuduk(-)
k. Ekstremitas atas
: simetris, sensasi tajam +/-; sensasi halus +/-; sensasi panas +/-;
kekuatan otot 5555 0000
5555 5533
l. Thorax
: vesikuler +/+; ronchii -/-; wheezing -/-
m. Ekstremitas bawah : simetris, sensasi tajam +/-; sensasi halus +/-; sensasi panas +/-;
edema -/-; varises +/+ kekuatan otot 5555 0000
5555 5533
n. Kulit
: sawo matang, pallor (-), akrosianosis (-), turgor baik; pucat(-);
ekimosis (-); ikterik (-); petechie(-); tekstur keriput
o. Kuku
: tidak ada kelainan, CRT <3detik
p. Kondisi psikososial : merokok(-), gelisah (+), kooperatif (+), ansietas(+), koheren(+),
q. Data spiritual
: klien beragama islam, sebelum sakit, melaksanakan solat lima
waktu, mengikuti kegiatan pengajian, mengaji di rumah. Selama
dirawat klien menyatakan sering berdzikir dan berdoa, dari hasil
observasi, terlihat tasbih di bed klien.
r. Pola/kebiasaan sehari-hari: makan: 3xsehari, sayuran(+), makanan berlemak(+),
makanan kemasan/siap saji/berpengawet(+), setelah tahu
menderita hipertensi, mengurangi konsumsi garam dan sayuran
hijau; pola BAB 1x/hari; BAB 2-3x/hari; tidur 8 jam/hari.
7. Pengkajian psikososial
Terlampir
8. Masalah psikososial
a. Faktor predisposisi: klien belum pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan adalah dijodohkan dengan orang yang
tidak dicintai oleh klien yang saat ini menjadi suami klien. klien mengaku sampai saat
ini masih menyesal karena suami klien adalah orang yang kasar.
b. Konsep diri:
 Gambaran diri: klien menyukai seluruh bagian tubuhnya, bersyukur karena masih
lengkap dan melakukan kegiatan
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
 Identitias diri: klien berjenis kelamin perempuan. Sebelum dirawat, klien adalah ibu
rumah tangga. Klien puas dengan status sebagai ibu rumah tangga.
 Peran: peran klien dalam keluarga adalah sebagai seorang istri, ibu, mertua, dan
nenek. Klien puas dengan peran klien sebagai ibu karena mampu membesarkan ke
tujuh anaknya, Klien mengaku hubungan klien dengan menantu dan cucu klien juga
baik sehingga klien merasa puas sebagai perannya sebagai mertua dan nenek. Peran
yang membuat klien tidak puas adalah peran klien sebagai istri karena klien merasa
suami tidak pernah menghargai klien. ditambah lagi dengan pernikahan klien yang
didasari perjodohan membuat klien merasa pernikahan terkadang sebagai kewajiban.
 Ideal diri: harapan klien adalah untuk sembuh dan segera pulang dari rumah sakit
agar bisa berkumpul kembali dengan cucu klien. harapan terhadap perannya sebagai
seorang istri adalah ingin dihargai oleh suami, berharap suami bersikap lebih lembut
kepada klien.
 Harga diri: hubungan klien dengan anak klien baik dan sering berkomunikasi.
Hubungan antara anak-anak dan menantu klien juga baik. . Keluarga dank lien
menyatakan klien sangat dekat dengan cucunya. Klien menyatakan sayang kepada
cucu dan merasa disayangi oleh cucunya. Klien hanya merasa tidak dihargai oleh
suami yang sering membuat klien marah. Klien merasa menyesal menikah dengan
suaminya.
c. Hubungan sosial
Orang yang berarti bagi klien adalah anak dan menantu ke tiga yang tinggal serumah
karena selalu ada untuk klien ketika klien butuh bantuan.
Keluarga menyatakan klien sering mengikuti pengajian di masyarakat yang diadakan
setiap minggu.
d. Spiritual
Klien beragama Islam, melaksanakan sholat lima waktu, mengaji, berzikir dan berdoa.
e. Status mental
Penampilan secara umum sesuai. Pembicaraan cepat, koheren, namun perlu difokuskan
untuk membicarakan topic yang ditanyakan. Pembicaraan berulang.
f. Aktivitas motoric: lesu(+), gelisah(+), agitasi(+),
g. Alam perasaan: khawatir terhadap kondisi kesehatannya saat ini
h. Afek: sesuai
i. Interaksi selama wawancara: kooperatif, kontak mata(+), curiga (-), defensive(-)
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
j. Proses pikir: sirkumstansial(-), tangensial (-), kehilangan asosiasi(-) flight of idea(-),
bloking (-)
k. Isi piker: (-)
l. Waham (-)
m. Tingkat kesadaran: Compos mentis, GCS 15, orientasi waktu, tempat, manusia baik.
Klien mampu menyatakan tempat klien berada dan rumah klien. mampu
mengidentifikasi hari, mampu mengenal keluarga dan perawat.
n. Memori: klien lansia sehingga klien terkadang mengalami gangguan memori
o. Tingkat konsentrasi dan berhitung: kurang mampu berkonsentrasi, perlu pernyataan
berulang. Klien mampu berhitung.
p. Kemampuan penilaian: dapat mengambil keputusan dengan bantuan orang lain
q. Daya tilik diri: klien menyadari saat ini sedang sakit dan dirawat. Menyatakan tidak
sedih karena sedang diobati namun merasa cemas karena tidak tahu mau diapakan.
r. Mekanisme koping: klien dikenal sebagai orang yang tertutup. Baru akan menceritakan
masalah yang dimilikinya ketika sudah ditanya. Klien suka memendam masalahnya
sendiri. Klien menyatakan jika ada masalah, sering bercanda dengan cucu dan kesalnya
akan hilang.
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
PENGKAJIAN PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI ANSIETAS
Nama : Ny. R
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Umur : 73 tahun
No.Reg.: 26 40 21
Pertanyaan
Ruang : Gayatri
Jawaban
Ya Tidak
Biologis
Adanya perubahan situasi kesehatan yang mendadak atau kondisi fisik
yang menyebabkan ancaman terhadap integritas diri (misalnya:
ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadao kebutuhan dasar)
Dalam enam bulan terakhir terpajan racun atau zat berbahaya
Didiagnosis penyakit terminal atau kronis yang mengancam kematian
atau ancaman integritas biologis seperti kondisi sekarat, serangan,
prosedur invasif, dan penyakit
Adanya riwayat anggota keluarga menderita gangguan jiwa atau anggota
keluarga mudah mengalami kecemasan (herediter)
Penyalahgunaan obat atau zat terlarang
Menderita penyakit kronis atau terminal sehingga mengalami ancaman
kematian
Status nutrisi (terlalu kurus atau terlalu gemuk)
Sindrom kromosom 13 terkait dengan gangguan panik, sakit kepala berat,
dan hipertiroid
Sensitivitas laktat
Adanya lesi pada otak
Kembar monozigot lima kali lipat lebih sering daripada dizigot
Psikologis
Pengalaman traumatis dalam enam bulan terakhir: perpisahan, kehilangan
benda-benda yang dimiliki, atau bencana
Gangguan konsep diri karena mengalami kegagalan dalam mencapai
tujuan sehingga menimbulkan perasaan frustasi
Adanya ancaman terhadap konsep diri (identitas diri, harga diri, dan
perubahan peran)
Mengalami stres psikologis akibat tidak mampu mengontrol stimulus
yang ada
Hambatan dalam mengambil keputusan
Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan orang
lain
Adanya batasan kontak sosial akibat perbedaan budaya maupu akibat
proses pengobatan yang lama (di ICU, NGT, atau ETT)
Ada pengalaman terlibat dalam masalah hukum atau pelanggaran norma
Mengalami konflik yang tidak disadari mengenai tujuan pentingnya hidup
yang berlangsung lama
Mengalami konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang penting
Motivasi: kurangnya penghargaan dari orang lain
Self control rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan maupun keberhasilan (terlalu sedih atau terlalu
senang yang berlebihan)
Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan
mudah cemas
Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi
Sosial Budaya
Krisis maturasi atau individu tidak mampu mencapai tugas perkembangan
yang seharusnya
Perpindahan di tempat tinggal atau tinggal di tempat baru
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
No.
Pertanyaan
28.
Perubahan yang mendadak status ekonomi, lingkungan, tempat tinggal,
status peran dan fungsi peran, pola interaksi
Kehilangan anggota keluarga (meninggal, perceraian)
Berada di lingkungan yang berisiko kontaminasi dengan infeksi atau
penularan penyakit
Klien tidak mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru
sehingga mengalami krisis situasi
Pembatasan yang dilakukan oleh rumah sakit akibat hospitalisasi
Usia: Pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas
perkembangan yang seharusnya sehingga mudah mengalami kecemasan
Jenis kelamin: Pelaksanaan peran individu sesuai dengan jenis kelamin
yang tidak optimal akan mempermudah munculnya kecemasan
Kurangnya pendapatan/penghasilan yang dapat mengancam pemenuhan
kebutuhan dasar sehari-hari
Mengalami perubahan status atau prestise
Pengalaman berpisah dengan orang terdekat, misalnya karena perpisahan,
kematian, tekanan budaya, perpindahan dan perpisahan sementara atau
permanen
Perubahan situasi sosial dan ekonomi akibat pensiun
Tinggal di lingkungan yang terdapat bahaya keamanan maupun polutan
lingkungan
Kondisi klien yang tidak mempunyai pekerjaan, pengangguran, ada
pekerjaan baru maupun promosi
Peran sosial: Kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi
di lingkungan sekitar dan kesulitan membina hubungan interpersonal
dengan orang lain
Agama dan keyakinan: kurang menjalankan kegiatan keagamaan sesuai
dengan agama dan kepercayaan atau ada nilai budaya dan norma yang
mengharuskan melakukan pembatasan kontak sosial dengan orang lain
(misalnya laki-laki dengan perempuan)
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Jawaban
Ya Tidak
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
PENGKAJIAN ANSIETAS
Nama : Ny. R
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
Umur : 73 tahun
No.Reg.: 26 40 21
Pertanyaan
Ruang : Gayatri
Jawaban
Ya Tidak
Kognitif
Mengungkapkan adanya atau menyadari adanya gejala fisiologis
Konfusi atau bingung
Blocking pikiran
Penurunan lapang persepsi
Kesulitan konsentrasi atau tidak dapat berkonsentrasi
Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
Mudah lupa
Gangguan perhatian
Mengungkapkan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
Mengungkapkan keluhan karena perubahan pada kejadian hidup
Mengatakan sulit mengambilkan keputusan
Mengatakan sering mimpi buruk
Mengatakan takut kehilangan kontrol
Penurunan kemampuan untuk belajar
Berfokus pada apa yang menjadi perhatian
Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
Tidak mampu menerima rangsangan dari luar
Afektif
Perasaan tidak aman
Gelisah dan merasa ketakutan
Kesedihan yang mendalam sehingga mengalami frustasi
Distres dan perasaan yang tidak adekuat
Berfokus pada diri sendiri
Peningkatan kewaspadaan
Iritabilitas dan gugup
Perasaan senang yang berlebihan
Rasa nyeri yang dapat meningkatkan ketidakberdayaan
Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten
Merasa bingung dan menyesal
Ragu dan tidak percaya diri
Klien menjadi tidak sabar
Marah yang berlebihan
Merasa khawatir
Cenderung menyalahkan orang lain
Fisiologis
Wajah tegang dan muka berkerut
Tremor tangan dan anggota badan lain
Peningkatan ketegangan otot
Peningkatan keringat
Suara bergetar dan kadang meninggi
Gangguan pola tidur/insomnia
Perasaan ingin pingsan
Anoreksia
Diare
Eksitasi kardiovaskuler
Mulut kering
Wajah merah
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
No.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
Pertanyaan
Jantung berdebar-debar
Peningkatan refleks
Peningkatan frekuensi pernapasan (hiperventilasi)
Nadi dan tekanan darah meningkat
Sering napas pendek
Pupil melebar
Vasokonstriksi supervisial
Kedutan pada otot
Nyeri abdomen
Penurunan tekanan darah dan frekuensi nadi
Diare dan vertigo
Letih dan mual
Kesemutan pada ekstremitas
Gangguan tidur
Sering berkemih
Anyang-anyangan
Dorongan berkemih (keinginan mendesak untuk berkemih)
Perilaku
Gerakan tersentak-sentak
Penurunan produktivitas
Gerakan yang irelevan
Kontak mata buruk
Agitasi dan mengintai
Gelisah dan melihat hanya sepintas
Tampak waspada
melamun
Tidak dapat tenang, misalnya gerakan kaki dan gerakan tangan
Ketegangan fisik dan tremor
Kurang koordinasi dalam gerakan dan tidak bertujuan
Sosial
Bicara berlebihan dan cepat
Menarik diri dari hubungan interpersonal
Kurang inisiatif
Menghindari kontak sosial dengan orang lain
Kadang menunjukkan sikap bermusuhan
Total
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
Skor total 0
Skor total 1-19
Skor total 20-39
Skor total 40-59
Skor total 60-77
: Tidak mengalami ansietas
: Ansietas ringan
: Ansietas sedang
: Ansietas berat
: Panik
Interpretasi: skor klien: 32, klien mengalami ansietas sedang
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Jawaban
Ya Tidak
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
TERAPI FARMAKOLOGIS YANG DIBERIKAN
Nama Obat
Keterangan
Oral
Aspilet
Agen antiplatelet
Digoxin
Antidisrithmic(agen inotropic)
ISDN
Nitrat, vasodilator, anti angina
Vaclo
Inhibitor agegasi platelet
Amlodipine
Calcium channel blocker (mendilatasi arteri korener utama
dan sistemik)
Piracetam
GABA analog
KSR
Potassium klorida(elektrolit)
Alprazolam
Anxiolytic
Trabesco
Injeksi
Furosemide
Agen Diuretic
Ranitidine
Histamine 2 antagonist
Ondansetron
Antiemetic
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
ANALISA DATA
Data
Data Subjektif:klien menyatakan sesak, mudah
Diagnosa Keperawatan
Pola nafas inefektif
lelah
Data Objektif: RR 30x/menit (takipneu); hasil
Roentgen thorax: cardiomegaly & TB paru
duplex.
Data Subjektif: menyatakan khawatir atas
Ansietas
kondisinya saat ini, bertanya mungkinkah bisa
sembuh, tidur tidak nyenyak, ragu-ragu akan
bisa sembuh kembali
Data Objektif: perubahan status kesehatan,
hemiparese sinistra, gelisah, gerakan kurang
terarah, waspada, focus menyempit(berfokus
pada diri sendiri), pengulangan pembicaraan
Data subjektif: klien menyatakan sesak, lemah.
Intoleransi aktivitas
Data Objektif: takipneu RR 24x/menit, dx medis
CHF hemiparese sinistra, kekuatan otot:
5555 0000
5555 5533
Data Subjektif:tidak nafsu makan, makan hanya
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
sekitar 3sendok makan
kebutuhan tubuh
Data Objektif: menghindari makan, tonus otot
menurun,
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Rangkuman Tindakan per Diagnosa
Diagnosa Keperawatan
Pola nafas inefektif
Tindakan
1. Mempertahankan oksigenasi
2. Memonitor pola nafas
3. Mempertahankan posisi semi fowler
4. Membatasi aktivitas
Ansietas
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menjelaskan setiap prosedur yang akan
dilakukan
3. Memberikan informasi yang dibutuhkan
klien terkait kondisi klien
4. Meyakinkan klien bahwa klien aman
5. Mendiskusikan hal yang memicu ansietas
6. Mengidentifikasi hal yang dilakukan
klien untuk mengurangi ansietas
7. Memandu melakukan teknik relaksasi
nafas dalam jika kondisi tidak sesak berat
8. Melakukan teknik hypnosis lima jari
9. Mengajarkan teknik distraksi
10. Bekerja sama dengan keluarga untuk
meminimalisasi ansietas
Intoleransi aktivitas
1. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar
klien
2. Membatasi aktivitas
3. Memantau kekuatan otot
4. Memberikan latihan ROM sesuai
toleransi klien
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
1. Memotivasi intake adekuat
2. Memberikan pendidikan kesehatan
mengenai pentingnya intake adekuat
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
(mandiri dan kolaborasi dengan instalasi
gizi)
3. Mengevaluasi pola makan klien per hari
4. Berkolaborasi dengan instalasi gizi untuk
menyediakan makanan yang dapat
ditoleransi oleh klien
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN ANSIETAS
Rencana Tindakan keperawatan
Diagnosa
keperawatan
Ansietas
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Rasional
Intervensi
TUK :
Klien menunjukkan tanda-
Bina hubungan saling percaya :
Hubungan saling percaya merupakan
1.
Klien dapat menjalin
tanda percaya terhadap
1.1. Beri salam setiap interaksi
dasar dari terjadinya komunikasi
TUM :
dan mempertahankan
perawat
1.2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
teraupetik sehingga akan memfasilitasi
Klien akan
hubungan saling

menunjukkan cara
percaya
perawat berkenalan
Wajah cerah,
tersenyum
1.3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
1.4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap
koping adaptif

Mau berkenalan
terhadap sterss

Ada kontak mata

Bersedia menceritakan
dalam pengungkapan perasaan, emosi,
dan harapan klien
berinteraksi dengan klien
1.5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi
klien
perasaannya
1.6. Buat kontrak interaksi yang jelas
1.7. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan
klien
1.8. Penuhi kebutuhan dasar klien
2.
Klien dapat
Klien mengungkapkan
Dengan mengenal ansietasnya, klien akan
mengenal
perasaan ansietas, penyebab
2.1. Jadilah pendengar yang hangat dan responsif
lebih kooperatif terhadap tindakan
ansietasnya
ansietas, penyebab ansietas,
2.2. Beri waktu yang cukup pada klien untuk berespons
keperawatan.
dan perilaku akibat ansietas
2.3. Diskusikan tentang perasaan klien saat sedang
Menyamakan persepsi bahwa ansietas
menghadapi masalah atau tekanan
2.4. Beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan
perasaannya
2.5. Identifikasi situasi yang membuat klien ansietas
2.6. Bersama klien identifikasi penyebab ansietas
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
terjadi pada klien.
2.7. Bersama klien identifikasi perilaku akibat ansietas
2.8. Reinforcement positif
2.9. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya.
3.
Klien mampu
3.1. Ajarkan klien teknik pengalihan pikiran.
Klien dapat
mendemonstrasikan cara
3.2. Dorong klien untuk menggunakan teknik napas dalam,
menggunakan teknik
mengatasi ansietas secara
relaksasi otot progresif, dan hipnotis lima jari untuk
akan membantu klien untuk mencari cara
mengurangi ansietas
positif
menurunkan tingkat ansietas.
yang adaptif dalam mengurangi atau
secara positif
4.
Didapatkannya cara lain yang sehat yang
menghilangkan ansietasnya
Klien dapat
dukungan keluarga
Keluarga mampu merawat
4.1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga.
Dukungan keluarga, mendukung proses
untuk menurunkan
anggota keluarga dengan
4.2. Jelaskan proses tejadi, tanda gejala, penyebab ansietas
perubahan perilaku ansietas klien, untuk
ansietas.
ansietas dengan latihan
napas dalam dan
pengalihan pikiran.
pada anggota keluarga.
4.3. Ajarkan cara merawat anggota keluarga dengan latihan
meningkatkan motivasi klien dalam
menghilangkan ansietasnya, untuk
napas dalam, relaksasi otot progresif dan hipnotis lima
memberikan pengetahuan kepada
jari.
keluarga sehingga keluarga dapat
4.4. Diskusikan tanda-tanda anggota keluarga harus dirujuk.
memahami cara yang tepat dalam
4.5. Beri reinforcement positif.
menangani klien dan pentingnya
perhatian keluarga, dan agar keluarga
dapat merawat klien secara mandiri.
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Catatan Perkembangan Ibu R
Tanggal
Data dan diagnosa
28 Mei 2013
DS: klien menyatakan sesak

Mengukur TTV
S: Sesak berkurang
berkurang, sudah BAB,

Mengobservasi
pusing perkurang,
konsistensi keras, sudah
kondisi umum
makan sekitar 4
tidak pusing karena lega
klien
sendok makan, pegal
Mengkaji pola
O: kesadaran: CM;
nafas
Tekanan darah:
Mempertahankan
110/80 mmHg; nadi
oksigenasi
121 x/menit; suhu
Memberikan
36,2oC; makan 4
mengapa belum di rontgen
pendidikan
sendok makan
DO: makan RS dikonsumsi
kesehatan
Klien belum mampu
sekitar 3 sendok makan,
mengenai rencana
melakukan teknik
hemiparese sinistra,
rontgen thoraks
relaksasi nafas dalam
Menganjurkan
karena sesak
RR 28x/menit 5555 5533
klien untuk tenang
A: konstipasi teratasi
Dx: pola nafas inefektif
dan berdoa
Pola nafas inefektif
Mengajarkan
Ansietas teratasi
teknik nafas dalam
sementara
sudah BAB, makan
Implementasi

makanan dari RS sedikit,
makan makanan dari luar

mau, lemas, khawatir
sembuh atau tidak, bertanya
kekuatan otot 5555 0000
Intoleransi aktivitas



Ansietas
Risiko ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Memonitor
oksigenasi

Memonitor IVFD

Memberikan
posisi semi fowler

Memberikan terapi
ranitidine,
ondansetron,
furosemide

Menjelaskan tujan
terapi
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Evaluasi
Intoleransi aktivitas
Risiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
P: pertahankan
oksigenasi
Bantu ADL
Motivasi intake
nutrisi adekuat
Monitor pola nafas
EKG/hari
farmakologis dan
efeknya
29 Mei 2013
DS: sesak, pegal, batuk,

Mengukur TTV
S:klien menyatakan
kaki dan tangan kaku,

Mengobservasi
kesal karena suami di
DO: RR 28x/menit; O2
kondisi umum
rumah suka teriak-
2L/menit; paru: vesikuler
klien
teriak suka jadi
Mengkaji pola
pikiran. Suami
nafas
maunya macem-
Mempertahankan
macem, galak. Takut
oksigenasi
sama suami. Sudah
Mengajarkan
mengalami
ROM kepada klien
penurunan
dan keluarga
kemampuan
Mengeksplorasi
pendengaran
perasaan klien
sehingga bicara keras
sesuai toleransi
dan kalau menutup
klien
pintu suka dibanting,
Bersama keluarga
Keluarga
mendiskusikan
menyatakan klien
koping yang
tertutup. Baru cerita
digunakan klien
jika sudah ditanya
+/+; ronchii-/-; wheezing-/-

Hemiparese sinistra
Dx medis CHF

Dx: pola nafas inefektif
Hambatan mobilitas fisik




Bersama keluarga
mengidentifikasi
support system
yang dimiliki klien
oleh keluarga.
Support system:
keluarga(menantu
dan anak ke tiga yang
tinggal serumah)
O: kontak mata+,
pembicaraan terarah,
koheren, ekspresi
sesuai. Tekanan
darah: 120/70; N:
96x/menit;
suhu:34,9oC; RR:
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
24x/menit; O2:
4l/menit. Auskultasi
paru: vesikuler+/+,
wheezing -/-, ronchii
-/Keluarga mampu
melakukan ROM
pasif kepada klien
dengan panduan
perawat.
Kondisi klien sesak,
tidak dilakukan
teknik nafas dalam
Keluarga klien
suportif, mengetahui
masalah klien dan
berkeinginan
membantu klien
A: pola nafas
inefektif
Intoleransi aktivitas
Ansietas
P: observasi kondisi
umum dan tanda vital
Pertahankan
oksigenasi
Latih ROM pasif
sesuai toleransi klien
Evaluasi ansietas
30 Mei 2013
DS: sesak berkurang, batuk,

Mengukur TTV
S:klien menyatakan
klien menyatakan khawatir

Mengobservasi
pola BAB biasanya
karena sudah 2hari belum
kondisi umum
1x/hari, makan pagi
BAB
klien
habis ¼ porsi,
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
DO: Tekanan darah: 114/86 
Mengkaji pola
menyatakan perutnya
mmHg
nafas
masih tidak enak
Mempertahankan
kalau belum BAB;
oksigenasi
keluarga mengulangi
Nadi: 111 x/menit irregular

RR: 24 x/menit
Suhu: 36,2oC

Gerakan tidak terarah (+)
Memberikan posisi penjelasan perawat
fowler
tentang pola BAB
Mengevaluasi pola
O: kesadaran CM
BAB
Tekanan darah:
Memberikan
110/70 mmHg
Ansietas
pendidikan
Nadi: 100x/menit
intoleransi aktivitas
kesehatan
irregular
mengenai faktor
RR: 16 x/menit
yang
Suhu: 35,6oC
mempengaruhi
O2: L/menit
BAB
Keluarga mampu
Mengajarkan klien
memahami
Focus menyempit(terbatas

pada diri sendiri)
Dx: pola nafas inefektif


dan keluarga untuk penjelasan perawat
melakukan teknik Klien mampu


nafas dalam
melakukan teknik
Menganjurkan
nafas dalam dengan
klien untuk tenang
panduan namun
Mendampingi
visite
belum mampu
melakukan dengan
mandiri
Keluarga mampu
melakukan teknik
nafas dalam
Keluarga mampu
memandu klien
melakukan teknik
nafas dalam
A:intoleransi akivitas
Ansietas
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
P:
Pertahankan
oksigenasi
Evaluasi ansietas
klien
Ulangi latihan teknik
relaksasi nafas dalam
jika kondisi klien
tidak sesak
IVFD: RL 24
jam/kolf
Hasil visite:
Raber dengan dr.
Zaenal Sp.S
31 Mei 2013
DS: sesak berkurang, batuk,

Mengukur TTV
S:klien menyatakan
masih belum BAB, lemas

Mengobservasi
makan sedikit,
DO: Tekanan darah: 97/70
kondisi umum
kurang bergerak, jadi
mmHg
klien
tidak apa-apa belum
Mengkaji pola
BAB, akan makan
nafas
buah lebih banyak
Mempertahankan
O:
oksigenasi
Tekanan darah: 90/70
Melakukan
mmHg
personal hygiene
Nadi: 100 x/menit
Mengevaluasi pola
irregular
BAB
RR: 18 x/menit
Mengulangi
Suhu: 35oC
penjelasan
O2: 4 L/menit
mengenai pola
Kontak mata (+)
Nadi: 94 x/menit irregular

RR: 24 x/menit
Suhu: 36,2oC

Hemiparese sinistra
Dx medis CHF

Gerakan tidak terarah(+)
Focus terhadap diri sendiri

Dx: intoleransi aktivitas
Ansietas

BAB

Mendiskusikan
penyebab klien
belum BAB
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Gerakan tidak
terarah(-)
A:
intoleransi aktivitas

Menganjurkan
ansietas
makan buah
P:
Bantu ADL
Pertahankan
oksigenasi
Observasi Kondisi
umum dan tanda vital
1 Juni 2013
DS: sesak, ingin pulang,

Mengukur TTV
S: keluarga dank lien
DO: Tekanan darah: 97/54

Mengobservasi
merasa kondisi sudah
mmHg
kondisi umum
lebih baik, di rumah
Nadi: 92 x/menit irregular
klien
ada keluarga yang
Mengkaji pola
merawat, akan
nafas
melakukan berobat
Mempertahankan
jalan, jika terjadi
oksigenasi
sesuatu, akan segera
Mengevaluasi pola
merujuk klien ke RS,
BAB
BAB(+)
Menjelaskan
Makan habis ½ porsi
Risiko penurunan curah
persyaratan dan
Tubuh masih terasa
jantung
prosedur
lemas dan kaku
Hambatan mobilitas fisik
pemulangan
Klien menyatakan
Mendiskusikan
lebih nyaman setelah
RR: 20 x/menit

o
Suhu: 36 C
Dx medis CHF

Hemiparese sinistra
Orientasi baik

Gerakan tidak terarah(-)
Dx:


dengan klien
kelebihan dan
kekurangan jika
klien pulang

Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
melakukan nafas
dalam
O:
Tekanan darah: 90/50
mmHg
Nadi: 88 x/menit
irregular
RR: 22x/menit
Suhu: 34,9oC
O2: 4 L/menit
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Kekuatan otot
5555 0000
5555 5533
RL 8 tetes per menit,
Klien mampu
melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
A: hambatan
mobilitas fisik
P:
Observasi kondisi
umum dan tanda vital
Pertahankan
oksigenasi
3 Juni 2013
Klien pulang (pulang atas
permintaan keluarga)
DS:

Mengukur TTV
S:
DO:

Mengobservasi
O:
kondisi umum
Tekanan darah:
klien
mmHg
Mengkaji pola
Nadi: x/menit
nafas
irregular
Mempertahankan
RR: x/menit
oksigenasi
Suhu: oC
Dx:


O2: L/menit
A:
P:
5

Mengukur TTV
S:

Mengobservasi
O:
kondisi umum
Tekanan darah:
klien
mmHg
Mengkaji pola
Nadi: x/menit
nafas
irregular

Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013

Mempertahankan
RR: x/menit
oksigenasi
Suhu: oC
O2: L/menit
A:
P:
6

Mengukur TTV
S:

Mengobservasi
O:
kondisi umum
Tekanan darah:
klien
mmHg
Mengkaji pola
Nadi: x/menit
nafas
irregular
Mempertahankan
RR: x/menit
oksigenasi
Suhu: oC


O2: L/menit
A:
P:
8

Mengukur TTV
S:

Mengobservasi
O:
kondisi umum
Tekanan darah:
klien
mmHg
Mengkaji pola
Nadi: x/menit
nafas
irregular
Mempertahankan
RR: x/menit
oksigenasi
Suhu: oC


O2: L/menit
A:
P:
9

Mengukur TTV
S:

Mengobservasi
O:
kondisi umum
Tekanan darah:
klien
mmHg
Mengkaji pola
Nadi: x/menit
nafas
irregular

Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013

Mempertahankan
RR: x/menit
oksigenasi
Suhu: oC
O2: L/menit
A:
P:
Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013
Download