UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KONGESTIF YANG MENGALAMI ANSIETAS DI RUANG RAWAT GAYATRI RUMAH SAKIT MARDZOEKI MAHDI BOGOR KARYA ILMIAH AKHIR FERA RIYANI 0706270573 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2013 Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 iii Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Penyakit Jantung Kongestif dan Ansietas di Ruang Rawat Gayatri Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi Bogor” dalam rangka memenuhi tugas mata ajar Riset Keperawatan. Dalam proses penyusunan laporan penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang dimiliki peneliti. Namun, berkat bantuan dan bimbingan semua pihak maka laporan penelitian ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Yossie Susanti Eka Putri, S. Kp., M. N., selaku dosen pembimbing akademik yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing saya dalam penyusunan karya ilmiah ini; 2. Bapak Ketut Sudiatmika, M. Kep., Sp. Kep. Jiwa, selaku dosen pembimbing klinik yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan masukan terhadap karya ilmiah ini; 3. Ibu Dedeh Sukarsih, AMK, selaku kepala Ruangan Gayatri RSMM Bogor beserta staf; 4. Teman-teman mahasiswa Program Profesi 2013 yang telah memberikan dukungan; 5. Keluarga tercinta atas doa dan dukungan yang menjadi penyemangat terbesar bagi penulis; 6. Serta semua pihak yang tidak dapat kami uraikan satu persatu tanpa mengurangi rasa terima kasih peneliti. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan guna perbaikan penulis untuk penelitian di masa mendatang. Depok, 29 Juli 2013 Penulis iv Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia v Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Fera Riyani : Ilmu Keperawatan : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Penyakit Jantung Kongestif yang Mengalami Ansietas di Ruang Rawat Gayatri Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi Bogor . Gaya hidup masyarakat perkotaan serta meningkatnya angka harapan hidup menyebabkan masyarakat perkotaan rentan terhadap penyakit kronis, termasuk kegagalan jantung kongestif. Adanya masalah fisik ini dapat menyebabkan masalah psikososial, salah satunya ansietas. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan psikososial pada klien dengan penyakit gagal jantung kongestif yang mengalami ansietas. Metode yang digunakan yaitu studi kasus, dengan memberikan asuhan keperawatan terhadap satu orang klien dengan gagal jantung kongestif yang mengalami ansietas. Intervensi diberikan meliputi tarik nafas dalam, hypnosis lima jari, dan pemberian informasi terkait tindakan dan kondisi klien. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pemberian informasi tentang tindakan dan kondisi klien memberikan dampak yang lebih signifikan dalam menurunkan kecemasan dibandingkan tarik nafas dalam dan hypnosis lima jari. Studi kasus ini menekankan pentingnya pemberian informasi mengenai tindakan dan kondisi klien untuk menurunkan ansietas. Kata kunci : Ansietas, Gagal jantung kongestif, Lansia vi Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia ABSTRACT Name Study Program Title : Fera Riyani : Nursing science : Analysis of Urban Nursing Clinical Practice to Elderly with Congestive Heart Failure Experiencing Anxiety in Gayatri Ward Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi Bogor. The sedentary lifestyle of urban community and the increasing life expectancy causes the urban community vulnerable to chronic illness, including congestive heart failure. The presence of this physical illness may cause psychosocial problems, one of those is anxiety. The aim of this report is to describe the psychosocial aspect of nursing care to elderly patient with congestive heart failure experiencing anxiety. The method of this study is case study, by applying nursing care to an elderly patient with congestive heart failure experiencing anxiety. The interventions given are deep breathing relaxation, five fingers hypnosis and providing information about the intervention and current condition of the patient. The result shows that the information given to the patient give significant impact to reduce anxiety compared to deep breathing and five fingers hypnosis. This case study emphasizes the importance of information to reduce the level of anxiety. Key word: anxiety, congestive heart failure, elderly vii Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................. LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. ABSTRAK .................................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................... 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1.3 Tujuan ............................................................................................. 1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 1.4 Manfaat ........................................................................................... i ii iii iv v vi viii ix 1 1 3 4 4 4 4 BAB 2 .TINJAUAN KEPUSTAKAAN .................................................. 2.1 Gagal Jantung ................................................................................. 2.2 Dampak psikososial penyakit jantung ............................................ 2.3 Tindakan Keperawatan untuk Mengatasi Ansietas ......................... 5 5 7 12 BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ............................ 3.1. Pengkajian ..................................................................................... 3.2. Masalah Keperawatan ................................................................... 3.3. Diagnosa Keperawatan................................................................... 3.4. Implementasi ................................................................................. 3.5 Evaluasi ........................................................................................... 3.6 Rencana Tindak Lanjut ................................................................... 14 14 15 16 16 18 20 BAB 4. PEMBAHASAN .......................................................................... 4.1. Profil Lahan Praktek ..................................................................... 4.2. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait ............................................................ 4.3. Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait ........... 4.4. Alternatif Penyelesaian Masalah yang Dapat Dilakukan .............. 22 22 BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran 30 30 31 DAFTAR PUSTAKA 32 viii Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 23 27 28 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Pengkajian Lampiran 2. Rencana Keperawatan Lampiran 3. Catatan Perkembangan ix Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penulisan karya ilmiah, masalah, tujuan, serta manfaat penulisan karya ilmiah ini. 1.1. Latar Belakang Gaya hidup perkotaan yang sibuk menyebabkan masyarakat perkotaan melakukan hal yang serba praktis. Perubahan gaya hidup menjadi lebih maju ini tidak selamanya berdampak positif. Sebuah studi oleh Stewart et al (2008) pada populasi di Soweto, Afrika Selatan menggambarkan bahwa prevalensi kegagalan jantung meningkat seiring terjadinya perubahan gaya hidup dari gaya hidup pedesaan menjadi perkotaan. Gaya hidup yang dimaksud dalam konteks ini adalah kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan instan dan kurangnya aktivitas fisik. Selain perubahan gaya hidup, di daerah perkotaan juga terjadi peningkatan standar hidup dan kesehatan. Peningkatan standar kesehatan meliputi perawatan balita, vaksinasi, dan peningkatan pengobatan untuk penyakit menular yang menyebabkan penurunan angka penyakit menular, dan meningkatnya angka harapan hidup. Dampak dari peningkatan angka harapan hidup adalah meningkatnya prevalensi penyakit kronis (Swerissen, 2009). Swerissen juga menambahkan perilaku berisiko yang dilakukan oleh individu seperti merokok dan konsumsi alkohol juga membuat masyarakat lebih rentan terhadap penyakit kronis. Penelitian oleh Australian Institute of Health and Welfare (dalam Swerissen, 2009) mengenai penyakit kronis menyebutkan bahwa 80% beban penyakit diakibatkan oleh penyakit kronis. Penyakit kronis ini diantaranya adalah diabetes, penyakit kardiovaskuler, kanker, dan penyakit ginjal. Menurut Dumitru(2013) Penyakit jantung merupakan masalah di seluruh dunia. Berdasarkan data Federasi jantung dunia (dalam Anna, 2013), penyakit jantung bertanggung jawab atas 19% dari total kematian, atau berjumlah sebanyak 17,1 juta orang. Menurut American Heart Association (AHA) 1 Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 2 dalam Dumitru (2013) gagal jantung diderita oleh hampir 5,7 juta orang Amerika pada semua usia dan merupakan penyebab dari hospitalisasi lebih banyak dari segala jenis kanker. Tingkat hospitalisasi ulang selama 6 bulan setelah kepulangan pasien juga tinggi, yaitu 50%. Di Indonesia, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, penyakit tidak menular merupakan penyebab utama kematian pada usia 55 tahun ke atas. Prevalensinya penyakit jantung sendiri adalah 7,2% per tahun, atau mencapai 16,8 juta penduduk (Riskesdas 2007; Yayasan Jantung Indonesia dalam Anna, 2013). Dari hasil Riskesdas 2007, ditemukan bahwa sebanyak 16 provinsi memiliki prevalensi penyakit jantung di atas prevalensi nasional, salah satunya adalah provinsi Jawa Barat dengan prevalensi 8,2%. Dari data ruang Gayatri tahun 2013, sejak bulan Januari sampai Mei penyakit jantung selalu menempati posisi lima besar penyakit yang ada di ruangan. Rata-rata persentase penderita penyakit jantung di ruang gayatri adalah 10,41% dari seluruh pasien yang ada (Buku indikator mutu ruang gayatri bulan Januari-Mei, 2013). Salah satu dampak dari penyakit jantung adalah masalah psikososial. Dalam artikel “Proposed Subspecialty Combines Psychiatry, Cardiology” Deborah Brauser (2013) mengungkapkan perlunya subspesialisasi yang menggabungkan psikiatri dan kardiologi karena tingginya angka kasus psikososial pada penderita penyakit jantung. Dalam artikel yang sama, Halaris menyebutkan bahwa 40-60% pasien dengan penyakit jantung memiliki depresi klinis. Senada dengan Halaris, Yohannes, Wilgoss, Baldwin, dan Connoly (2009) juga mengungkapkan bahwa angka prevalensi depresi dan ansietas tinggi pada kasus penyakit jantung kronis, yaitu 1060% untuk depresi dan 11-45% untuk ansietas. Pada klien outpatient dengan penyakit jantung, prevalensi ansietas mencapai 18-45%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan prevalensi depresi dan ansietas pada populasi umum yang hanya 2-9%(York, Hassan, & Sheps 2008). Lebih spesifik lagi, studi oleh Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent (2011) menunjukkan UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 3 bahwa 38-70% individu dengan CHF mengalami ansietas dalam berbagai tingkatan. Lansia dengan CHF melaporkan tingkat ansietas yang diperkirakan 60% lebih tinggi dibandingkan individu tanpa gejala kardiovaskuler (Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent, 2011). Selain itu, penelitian oleh Yusuf et al. dalam Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent (2011) mengindikasikan bahwa morbiditas dan mortalitas ansietas hampir setara dengan efek karakteristik demografi seperti usia jenis kelamin dan etnis serta risiko akibat perilaku (merokok, alcohol, obesitas, diabetes, dyslipidemia dan hipertensi). Selain itu, dalam penelitian yang sama, dinyatakan bahwa bukti epidemiologi menunjukkan penanganan ansietas dan faktor psikososial lainnya dapat memperbaiki gejala kardiovaskuler dan menurunkan outcome yang buruk yang menguatkan hubungan antara risiko psikososial dan penyakit kardiovaskuler (Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent, 2011). . Di ruangan Gayatri tidak terdapat pendokumentasian terkait masalah psikososial yang dialami oleh klien. Kendati demikian, selama masa praktik mahasiswa di ruang Gayatri, mahasiswa menemukan kasus psikososial cukup banyak. Dari hasil pengkajian mahasiswa selama masa praktik (MeiJuni 2013), mahasiswa mendapatkan bahwa dari 92%seluruh pasien kelolaan mahasiswa mengalami ansietas. 5,4% lainnya mengalami ketidakberdayaan. 2,7% mengalami berduka. 2,7% sisanya mengalami gangguan citra tubuh. Dengan melihat tingginya angka prevalensi penyakit jantung dan tingginya masalah ansietas yang dialami oleh pasien yang dirawat di ruang Gayatri RSMM Bogor, serta besarnya pengaruh ansietas terhadap kesembuhan klien, mahasiswa memilih kasus penyakit jantung kongestif disertai ansietas untuk dilaporkan sebagai studi kasus dalam laporan praktik ini. 1.2. Rumusan Masalah Di rumah sakit, masalah fisik selalu menjadi focus utama pemberian asuhan keperawatan, namun aspek psikososial klien sering terabaikan. Padahal, UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 4 aspek psikososial dan fisik pada pasien dengan penyakit jantung sangat erat kaitannya dan dapat mempengaruhi prognosis pasien. 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan umum Menggambarkan efek asuhan keperawatan terhadap tingkat ansietas klien. 1.3.2. Tujuan khusus 1.3.2.1. Menggambarkan statistik kasus psikososial di ruang Gayatri RSMM 1.3.2.2. Menggambarkan proses pengkajian aspek psikososial pada klien dengan gagal jantung kongestif 1.3.2.3. Menggambarkan proses penegakan diagnosa psikososial pada klien dengan gagal jantung kongestif 1.3.2.4. Menggambarkan intervensi untuk diagnosa psikososial pada klien dengan gagal jantung kongestif yang mengalami ansietas 1.3.2.5. Menggambarkan hasil evaluasi intervensi aspek psikososial pada klien dengan gagal jantung kongestif yang mengalami ansietas 1.4. Manfaat 1.4.1. Masyarakat Memberikan informasi mengenai aspek psikososial pada klien dengan penyakit jantung. 1.4.2. Penelitian selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai dampak psikososial penyakit jantung. 1.4.3. Praktek keperawatan Diharapkan penelitian ini dapat menjadi landasan pemberian asuhan keperawatan yang holistik kepada klien dengan penyakit jantung. UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 BAB 2 STUDI KEPUSTAKAAN Dalam bab ini akan diuraikan teori dan konsep yang mendukung penelitian, serta teori-teori mengenai aspek psikososial pada klien dengan penyakit jantung. 2.1 Gagal Jantung Gaya hidup masyarakat perkotaan yang sibuk dan tingkat stress yang tinggi menyebabkan penduduk kota tersebut rentan terserang penyakit kronis dan degenerative. Pada masyarakat kota, terjadi perubahan gaya hidup menjadi lebih sering mengkonsumsi makanan instan dan rendahnya tingkat aktivitas fisik. Hal ini merupakan faktor penting yang menyebabkan individu rentan terhadap penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus (Stewart et al, 2008). Sebagai tambahan, angka hipertensi dan morbiditas penyakit kronis lebih tinggi di daerah perkotaan (Parr, Lindeboom, Khanam, & Perez Koehlmoos, 2011). Kegagalan jantung merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa jumlah darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrient jaringan (Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever 2010). Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung dan tumor di Indonesia lebih tinggi pada individu berjenis kelamin perempuan, sedangkan berdasarkan pekerjaan, angka penyakit jantung lebih tinggi terjadi pada ibu rumah tangga, petani/nelayan/buruh, dan orang yang tidak bekerja. Dumitru (2013) memaparkan bahwa wanita cenderung mengalami penyakit jantung pada usia lanjut, dan lebih berisiko untuk mengalami depresi akibat penyakit jantung dibandingkan pria. Risiko untuk mengalami gagal jantung meningkat seiring meningkatnya umur (Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever 2010). Prevalensi penyakit jantung yaitu 1-2% pada populasi lebih muda dari 55 tahun, dan 10% untuk kelompok usia lebih dari 75 tahun (Riskesdas 2007). Kozier, Erb, Berman, & Snyder (2004) menjelaskan bahwa penurunan 5 Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 6 kapasitas kerja jantung merupakan bagian dari proses penuaan. Jantung mengalami penurunan kecepatan dalam merespon peningkatan kebutuhan dan lebih lambat pula untuk kembali ke kondisi normal setelah aktivitas fisik. Ignatavicius & Workman (2010) menyatakan 75% kasus gagal jantung disebabkan oleh hipertensi sistemik. Mengkonsumsi obat NSAIDS dan thiazolidinediones yang digunakan untuk penderita diabetes juga dapat memicu terjadinya gagal jantung (Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever 2010). Sedikit berbeda dengan Ignatavicius & Workman, Dumitru (2013) menyatakan bahwa faktor presipitasi paling umum terjadinya dekompensasi pada penyakit jantung adalah perawatan yang inadekuat. Perawatan yang inadekuat yang dimaksud Dumitru meliputi pengobatan dengan intensitas yang kurang, tetap mengkonsumsi makanan bergaram, adanya penurunan aktivitas fisik, serta menurunnya konsumsi obat. Faktor presipitasi kedua kegagalan jantung menurut Dumitru yaitu hipertensi tidak terkontrol, diikuti oleh cardiac arrhythmia, terutama atrial fibrillation. Kegiatan fisik yang berat atau kelelahan seperti akibat perjalanan atau krisis emosional, merupakan presipitan relative umum untuk dekompensasi jantung. Dengan karakteristik masyarakat perkotaan yang cenderung mengkonsumsi makanan tinggi lemak, tingkat aktivitas rendah, serta meningkatnya usia harapan hidup menyebabkan masyarakat perkotaan rentan terhadap penyakit kronis termasuk kegagalan jantung. Pada klien dengan gagal jantung, mekanisme dasar fisiologis jantung seperti stroke volume, denyut jantung, curah jantung, dan kontraktilitas mengalami perubahan. Ketika curah jantung tidak cukup untuk memenuhi permintaan tubuh, terjadi mekanisme kompensasi yang pada awalnya mampu meningkatkan curah jantung namun pada akhirnya berbalik memperburuk fungsi pompa (Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever 2010). Memburuknya fungsi pompa terjadi karena mekanisme kompensasi meningkatkan konsumsi oksigen myocard menyebabkan UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 7 perburukan tanda dan gejala gagal jantung. Mekanisme kompensasi meliputi: stimulasi system saraf simpatik yaitu peningkatan denyut jantung, daya kontraksi dan vasokonstriksi arteri yang menyebabkan peningkatkan afterload (Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever 2010). Selain stimulasi saraf simpatis, mekanisme kompensasi juga terjadi melalui aktivasi renin angiotensin aldosterone system (RAAS) yang mengakibatkan retensi urin ketika aliran darah ke ginjal menurun. Angiotensin juga meningkatkan konstriksi arteri atau afterload. Respon neurohumoral lain yaitu dilepaskannya peptide natriuterik dari atrium yang mengalami overdistensi. Substansi ini meningkatkan vasodilatasi dan diuresis (Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever 2010). Di samping mekanisme di atas, otot jantung mengalami hipertropi. Kendati demikian, hipertropi menyebabkan remodeling ventrikel yaitu produksi sel myocard yang besar namun disfungsional dan mati lebih cepat sehingga pada akhirnya meningkatkan beban kerja sel myocard normal untuk menjaga curah jantung tetap adekuat. Dari keseluruhan proses ini, mekanisme kompensasi gagal jantung dapat dilihat sebagai siklus tanpa akhir karena mekanisme kompensasi untuk menyediakan suplai darah yang adekuat justru memaksa jantung bekerja lebih keras sehingga memperparah kegagalan jantung yang sudah terjadi (Ignatavicius & Workman, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever 2010). 2.2. Dampak Psikososial Penyakit Jantung Penyakit fisik terutama penyakit kronis membawa dampak psikososial pada individu. Varcarolis & Halter (2010) menyatakan bahwa masalah kesehatan merupakan pengalaman yang menimbulkan stress bagi hampir semua orang. Adanya masalah psikologis akibat penyakit fisik dapat memperberat kondisi fisik individu dibandingkan jika individu hanya mengalami masalah fisik saja (Varcarolis & Halter, 2010). Reaksi terhadap penyakit fisik ini dapat merupakan perasaan yang mengganggu individu, namun belum memenuhi UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 8 kriteria DSM-IV maupun ICD-10 untuk digolongkan sebagai gangguan jiwa (Gibson & Burch 2002). Brauser (2013) menungkapkan keterkaitan antara kondisi psikologis dengan fisik klien dan sebaliknya. Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan yang melihat klien secara utuh dari aspek biopsikososiospiritual, perawat harus selalu mempertimbangkan aspek psikososial klien meskipun bekerja pada ruangan umum. Salah satu respon psikologis klien terhadap penyakit fisik adalah ansietas (Dunn dalam Varcarolis & Halter 2010). Menurut NANDA (2012), ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Tinjauan pustaka oleh Manzoni, Pagnini, Castelnuovo, & Molinari (2008) memperlihatkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, prevalensi ansietas pada unit medical bedah cukup tinggi. Terlebih lagi pada klien dengan usia lanjut, ansietas muncul seiring dengan adanya penyakit fisik (Cohen, Himmelfarb & Murrel, Raj dalam Adams & Stutker, 2002). Adams & Stutker menambahkan penyakit fisik yang sering disertai oleh ansietas diantaranya angina, arteriosclerosis serebri, epilepsy, Parkinson’s disease, dan gangguan hormonal. Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa ansietas merupakan masalah psikososial yang harus diperhatikan pada unit perawatan umum, terlebih lagi pada ruang rawat lansia. Tingkatan ansietas yang dialami individu dipengaruhi oleh factor psikologis, social, beratnya kondisi medis, serta adanya penyakit komorbid (Cohen et al dalam Varcarolis & Halter 2010). Ekspektasi terhadap adanya hal yang membahayakan klien memicu respon ansietas (Adams & Stutker, 2002). Reich dalam Adams & Stutker (2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa klien yang baru saja terdiagnosa penyakit atau kecelakaan yang menyebabkan disablitas melaporkan tingkat ansietas yang lebih tinggi daripada klien yang sehat. Ansietas pada klien dengan penyakit fisik mengakibatkan peningkatan persepsi terhadap gejala fisik yang dialami yang UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 9 kemudian memperburuk episode ansietas (Katin & Rob Byrne dalam Varcarolis & Halter 2010). Adanya nyeri, disabilitas, hospitalisasi, adanya penurunan ekonomi atau ketakutan terhadap kematian dapat memperparah kondisi ansietas klien (Katon dalam Varcarolis & Halter 2010). Lam & Beaulieu (2004) memaparkan mengenai kebutuhan dasar klien yang harus dipenuhi pada klien yang mengalami hospitalisasi terutama klien dengan penyakit terminal. Kebutuhan tersebut diantaranya adalah merasa ada harapan bagi klien, merasa bahwa tenaga kesehatan peduli terhadap klien, mendapatkan penjelasan yang mudah dimengerti tentang kondisi klien. Andersson, Burman, & Skär (2011) menekankan pentingnya hubungan yang baik antara tenaga kesehatan dan klien untuk menurunkan ansietas dan ketakutan selama masa hospitalisasi. Dari penelitian ini juga didapat bahwa informasi meningkatkan rasa aman klien selama hospitalisasi dan berdampak pada peningkatan partisipasi dalam proses pengobatan. Gravis et al (2011) meneliti tentang pengaruh akses penuh kepada rekam medis terhadap ansietas, kualitas hidup, dan kepuasan klien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada klien yang baru didiagnosa kanker tidak menunjukkan peningkatan kecemasan setelah klien mengakses rekam medis miliknya, sebaliknya, akses ini meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan. Verbalisasi ansietas yang dirasakan efektif untuk mengurangi kadar ansietas. Perlu diperhatikan juga bahwa ansietas pada klien dengan penyakit fisik sering disertai oleh ketidakberdayaan (Varcarolis & Halter 2010). Pada tahun 2009, Perez-Carceles, Gironda, Osuna, Falcon, & Luna meneliti tentang informasi yang diterima oleh klien di unit gawat darurat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun 98,3% klien mengaku telah memahami diagnosis penyakitnya, hanya 37,7% yang berhasil menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan penyakitnya tersebut. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemberian informasi kepada klien berhubungan dengan peningkatan kepuasan di unit gawat darurat. UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 10 Untuk klien lansia, penjelasan mungkin perlu dilakukan berulang karena penurunan kognitif lansia.. Sebuah studi literature oleh Partridge, Martine, Harari, & Dhesi (2012) menyimpulkan bahwa pada klien lansia dengan delirium perlu dilakukan tindakan berulang, termasuk penjelasan terhadap klien dan keluarganya untuk mengurangi beban psikologis yang dialami oleh klien. Dari penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian informasi mengenai penyakit dan tindakan yang diberikan tidak meningkatkan ansietas klien, sebaliknya, pemberian informasi dapat menurunkan ansietas, meningkatkan rasa aman, meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan rumah sakit, serta meningkatkan partisipasi klien dalam proses pengobatan. Aspek psikososial merupakan masalah pada klien dengan masalah fisik terlebih lagi untuk klien dengan nyeri, Ferreira-Valente dalam Anderson (2011) menyebut ansietas dan nyeri sebagai suatu lingkaran yang tidak berujung pangkal karena nyeri yang dialami oleh klien menyebabkan ansietas, dan ansietas yang dialami oleh klien memperburuk persepsi klien tentang nyeri. Dumitru (2013) menyatakan bahwa ansietas merupakan salah satu gejala serebral yang diakibatkan oleh penyakit jantung. Gejala serebral ini terutama terjadi pada klien dengan usia lanjut. Dampak dari depresi dan ansietas berkaitan dengan tingkat mortalitas dan penggunaan pelayanan kesehatan dan karenanya mempengaruhi outcome pengobatan klien (Yohannes, Willgoss, Baldwin, dan Connoly, 2009). Dari penelitian ini, jelas terlihat pengaruh kondisi psikososial terhadap outcome klien sehingga dalam memberikan asuhan, perawat perlu mengkaji adanya masalah psikososial pada klien. Penelitian oleh Mojtabai(2011) menemukan bahwa terjadi peningkatan penyakit mental pada individu yang mengalami disabilitas akibat penyakit kronis yang dialaminya. Menurut Carod-Artal, sepertiga klien yang pernah mengalami stroke mengalami PSD. Pada penelitiannya mengenai prevalensi depresi pada klien pasca stroke, Carod-Artal memaparkan bahwa factor risiko UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 11 untuk berkembangnya depresi diantaranya usia lanjut, jenis kelamin perempuan, penurunan fungsi fisik, dan fungsi keluarga yang buruk. Penelitian oleh Eng et al (2011) di rumah sakit menunjukkan bahwa status perkawinan berpengaruh pada tingkat ansietas dan depresi pada klien dengan penyakit jantung. Klien yang tidak menikah memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dibandingkan klien yang sudah menikah. Dari kedua penelitian ini terlihat bahwa kondisi fisik dapat membawa dampak psikososial dan sebaliknya. Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent (2011) menekankan bahwa klien yang memiliki penyakit jantung disertai ansietas cenderung memiliki prognosis yang lebih buruk dibanding klien penyakit jantung tanpa disertai ansietas. Oleh karena itu, Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent (2011) mencoba menjelaskan hubungan antara ansietas dan penyakit kardiovaskuler. Dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa ansietas dan penyakit kardiovaskuler saling mempengaruhi melalui dua mekanisme, yaitu melalui mekanisme neurhormonal dan perilaku. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kegagalan jantung kongestif memicu beberapa respon simpatetik. Hal ini dianggap sebagai yang menghubungkan ansietas dan penyakit jantung. Bukti epidemiologis mengindikasikan bahwa emosi negative memiliki efek patofisiologis yang akhirnya dapat menyebabkan penyakit jantung coroner melalui kerusakan akibat aktivasi system neurohormonal yang terjadi terus menerus. Ditinjau dari segi perilaku, studi menunjukkan bahwa individu dengan ansietas rentan terhadap gaya hdup yang tidak sehat. Emosi yang negative dapat memperparah perkembangan penyakit dan menurunkan kemungkinan kesembuhan baik melalui efek fisiologis langsung maupun melalui berkurangnya kepatuhan terhadap regimen medis yang direkomendasikan. Pada pasien dengan CHF emosi negative berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat dan menjadi predictor kepatuhan terhadap diit dan olah raga. Riegel et al dalam Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent (2011) UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 12 menyatakan bahwa dampak ansietas pada penyakit jantung dapat berkaitan dengan buruknya perilaku self care. Ansietas mengganggu energi kognisi dan motivasi untuk terlibat dalam self care. Klien dengan ansietas tingkat tinggi memiliki kesulitan dalam melakukan perubahan gaya hidup, koping dengan tantangan yang ada dan menemui lebih banyak masalah selama rehabilitasi jantung. Pada klien dengan ansietas tinggi dengan hospitalisasi baru untuk eksaserbasi CHF akut, kepatuhan terhadap beberapa perilaku self care sangatlah buruk Olafiranye, Jean-Louis, Zizi, Nunes & Vincent (2011). Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa gaya hidup yang tidak sehat berhubungan dengan ansietas pada klien dengan penyakit jantung. Oleh karena itu, adanya masalah ansietas pada klien harus ditangani untuk memperbaiki outcome klien. 2.3 Tindakan Keperawatan untuk Mengatasi Ansietas Salah satu intervensi keperawatan generalis untuk mengatasi ansietas adalah dengan mengajarkan teknik relaksasi. Ferri (2011) membahas terapi farmakologis untuk mengatasi ansietas. Kendati demikian, Ferri menekankan bahwa manajemen utama ansietas bukanlah terapi farmakologis, melainkan intervensi perilaku. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lakkireddy(2013) tentang pengaruh Yoga terhadap beban aritmia, ansietas, depresi, dan kualitas hidup pada pasien dengan paroxysmal atrial fibrillation menunjukkan bahwa aktivitas yoga dapat mengurangi episode simtomatik atrial fibrillation dan meningkatkan parameter kualitas hidup klien. Kozier, Erb, Berman, & Snyder (2004) memaparkan tindakan umum yang dapat dilakukan untuk mengurangi ansietas. Tindakan tersebut yaitu menciptakan suasanya yang nyaman bagi klien; memahami persepsi klien mengenai hal yang memicu ansietas; mendukung verbalisasi klien tentang perasaannya; dan membantu klien mengidentifikasi situasi yang memperparah ansietas klien dan menentukan kemampuan klien untuk membuat keputusan. Hal ini didasarkan pada adanya kepercayaan memfasilitasi hubungan terapeutik. Kozier, Erb, Berman, & Snyder (2004) UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 13 menyatakan bahwa ansietas merupakan perasaan akibat adanya ancaman yang tidak jelas sehingga penting mengidentifikasi perspektif klien untuk mengurangi ansietas, dan mendukung verbalisasi perasaan, serta memfasilitasi identifikasi emosi tertentu. Manzoni, Pagnini, Castelnuovo, & Molinari (2008) melakukan tinjauan metaanalysis terhadap 27 penelitian mengenai dampak latihan relaksasi terhadap ansietas. Dari hasil tinjauan pustaka tersebut, disimpulkan bahwa dalam penelitian-penelitian yang diadakan dalam sepuluh tahun terakhir latihan relaksasi dapat menurunkan ansietas. Manzoni, Pagnini, Castelnuovo, & Molinari (2008) membahas bahwa efek dari relaksasi mampu melawan respon stress pada klien. Masih dalam tinjauan pustaka yang sama, Manzoni, Pagnini, Castelnuovo, & Molinari (2008) menganalisa terapi relaksasi yang dilakukan oleh Esch et al. dari hasil penelitian tersebut, terapi relaksasi direkomendasikan untuk klien dengan penyakit yang berhubungan dengan stress. Mahler, Selecky, & Harrod (2010) menyatakan hasil consensus dari American College of Chest Physicians (ACCP) bahwa tarik nafas dalam dan relaksasi merupakan hal yang dapat meringankan dyspneu. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa terapi relaksasi dapat digunakan kepada klien dengan penyakit fisik yang mengalami ansietas. Hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dan memberikan intervensi kepada lansia diantaranya adalah lansia mengalami penurunan fungsi pancaindra, salah satunya fungsi pendengaran. Pada fungsi pendengaran, lansia mungkin mengalami presbycusis. Lansia lebih dapat menerima suara dengan nada rendah dibanding suara bernada tinggi (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2004). Partridge, Martine, Harari, & Dhesi (2012) menekankan perlunya pengulangan saat berkomunikasi dengan lansia. Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk berkomunikasi dengan suara yang jelas, dengan bahasa yang singkat dan sederhana serta melakukan pengulangan. UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA Dalam bab ini, penulis akan memaparkan hasil pengkajian, masalah keperawatan yang berhasil diidentifikasi, implementasi yang dilakukan oleh penulis, evaluasi dari hasil tindakan tersebut, serta rencana tindak lanjut dari tindakan yang telah dilakukan. Data yang ditampilkan didapat dari hasil observasi, dan wawancara baik dengan klien maupun keluarga, serta tenaga kesehatan lainnya. 3.1. Pengkajian Klien adalah Ibu R, 73 tahun. Klien masuk ke rumah sakit dengan alasan sesak. Diagnose masuk klien adalah CHF, HHD, dan riwayat stroke. Klien merupakan ibu dari 7 anak. Klien tinggal bersama anak ketiga, menantu dan dua orang cucu. Keluhan fisik utama klien adalah sesak, hemiparese ekstremitas kiri. Klien telah memiliki hipertensi terkontrol sejak tiga bulan terakhir. Klien merupakan ibu rumah tangga dan suka makanan asin. Untuk makanan, keluarga mengaku klien baru melakukan pantangan makanan semenjak terdiagnosa hipertensi. Sebelumnya, klien mengkonsumsi makanan bergaram tinggi, makanan berlemak, serta makanan kemasan atau mengandung pengawet. Kendati demikian, klien mengaku menyukai sayur dan mengkonsumsi sayur setiap hari. Klien tinggal bersama dengan anak, menantu dan dua cucu. Kegiatan klien sehari-hari adalah memasak. Klien tidak melakukan pekerjaan rumah lainnya karena menantu klien yang melakukannya. Berdasarkan wawancara dengan klien dan keluarga, klien adalah orang yang jarang bercerita dan suka memendam masalah. Klien baru mau bercerita ketika sudah ditanya. Sumber stressor klien adalah suami klien sendiri. Klien menyatakan kesal kepada suaminya karena kasar. Daya dengar suami klien sudah berkurang sehingga bicaranya selalu keras dan terkesan 14 Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 15 kasar. Selain itu, menurut keluarga dan klien, suami klien banyak menuntut dan mengeluh sehingga klien merasa terbebani oleh suaminya. Berdasarkan keterangan keluarga, tiga hari sebelum klien masuk rumah sakit, menantu dan cucu yang tinggal serumah dengan klien pergi ke Jawa Tengah karena ada saudaranya yang meninggal. Anak klien hanya ada di rumah pada malam hari. Akibatnya, klien lebih sering berdua dengan suami klien. pada saat itulah klien merasakan sesak hingga akhirnya masuk rumah sakit. Selama dirawat, klien terus terlihat gelisah. Pada awal hospitalisasi, klien menyatakan optimis dan semangat akan sembuh meskipun sesak. Namun klien cenderung mengalami ansietas terkait pengobatan dan kondisi fisiknya. Tanda ansietas terlihat dari focus klien yang menyempit, melakukan gerakan tidak terarah, klien perlu pengarahan yang lebih untuk focus pada topik pembicaraan, serta terjadi pengulangan pernyataan. Selain klien, keluarga klien juga mengalami ansietas. Ansietas yang dialami keluarga lebih disebabkan karena merasa tidak tahu perkembangan klien. Keluarga selalu bertanya bagaimana keadaan klien, dan apakah obat yang diberikan sudah yang terbaik karena keluarga khawatir klien tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya klien dapat. 3.2. Masalah Keperawatan Masalah keperawatan psikososial utama yang ditemukan pada klien selama klien dirawat yaitu ansietas. Setelah dilakukan pengkajian menggunakan format pengkajian untuk masalah psikososial yang dikembangkan oleh mahasiswa residen FIK UI, didapatkan bahwa klien mengalami ansietas sedang. Pada akhir masa rawat juga muncul masalah keputusasaan. UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 16 3.3. Diagnosa Keperawatan Hasil pengkajian dan analisa data menunjukkan bahwa masalah psikososial utama pada klien adalah ansietas. 3.4. Implementasi Selama klien di rumah sakit (26 Mei 2013-10 Juni 2013) mahasiswa melakukan asuhan keperawatan psikososial di samping memberikan asuhan keperawatan fisik kepada klien. Hal pertama yang dilakukan mahasiswa adalah membina hubungan saling percaya dengan klien. Membina hubungan saling percaya dilakukan mahasiswa dengan cara mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, menginformasikan kepada klien bahwa mahasiswa merupakan perawat yang bertanggungjawab atas klien pada shift tersebut, dan memanggil klien dengan panggilan yang disukai klien. Selain dengan melakukan hal di atas mahasiswa juga selalu menjelaskan tujuan setiap interaksi mahasiswa dengan klien, baik itu untuk interaksi untuk mengatasi ansietas, maupun saat melakukan pengkajian fisik dan melakukan tindakan keperawatan lainnya. Untuk mengatasi ansietas yang dialami klien, mahasiswa bersama dengan keluarga dan klien mengidentifikasi ansietas dan membantu klien menguraikan perasaannya. Mahasiswa juga membantu klien mengenal penyebab ansietas klien dan akibat ansietas yang dialami oleh klien. Dari hasil diskusi ini, mahasiswa menyimpulkan bahwa penyebab utama ansietas klien adalah hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan klien mengenai kondisinya. Oleh karena itu, pemberian informasi dan pendidikan kesehatan terus dilakukan mahasiswa selama masa perawatan klien. Selain itu, mahasiswa juga melatih teknik relaksasi kepada klien dan keluarga. Teknik relaksasi yang diajarkan terdiri atas tarik nafas dalam, distraksi, dan hypnosis lima jari. Teknik nafas dalam dilakukan kepada UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 17 keluarga dan klien saat klien mengalami ansietas dan tidak sesak. Tujuan mahasiswa mengajarkan keluarga adalah agar keluarga mampu melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi ansietas pada dirinya sendiri. Selain itu, keluarga diharapkan mampu memandu klien untuk melakukan teknik nafas dalam saat klien pulang ke rumah. Mahasiswa juga mengajarkan teknik distraksi (berdoa dan mengungkapkan perasaan kepada keluarga) untuk menenangkan diri klien. mahasiswa menganjurkan klien untuk berdoa pada saat klien sesak, dan berbicara jika kondisi klien tidak sesak. Mahasiswa mendiskusikan koping yang digunakan klien untuk menghadapi masalah dan mendiskusikan kelebihan dan kekurangan koping yang digunakan oleh klien tersebut. Mahasiswa mencoba untuk mengajarkan teknik hypnosis lima jari namun tidak berhasil. Kondisi klien yang sesak menyulitkan mahasiswa untuk melakukan hipnosis lima jari sehingga mahasiswa melakukan identifikasi hal yang menyenangkan bagi klien tanpa melakukan hipnotis. Mahasiswa juga mendiskusikan aspek positif klien dan mendiskusikan hikmah hospitalisasi sehingga klien tidak terfokus kepada masalah fisik yang dialaminya, namun dapat melihat hal positif yang masih dimiliki klien dan dapat dilakukan klien saat ini. Selain menangani ansietas, mahasiswa juga mendiskusikan dengan keluarga tentang manajemen masalah klien dan keluarga sebagai persiapan klien untuk pulang. Seperti telah disebutkan sebelumnya, pemicu ansietas klien adalah hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan mengenai kondisi klien. Oleh karena itu, selama mahasiswa merawat klien, mahasiswa melakukan pendidikan kesehatan dan memberikan informasi terkait kondisi klien secara terus menerus. Topik pendidikan kesehatan yang diberikan oleh mahasiswa didasarkan pada kebutuhan actual klien. Pendidikan kesehatan yang diberikan diantaranya yaitu tentang pentingnya UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 18 oksigenasi, terapi farmakologis yang diterima klien, prosedur pemeriksaan x-ray, pembatasan aktivitas bagi klien, cara melakukan ROM, penyakit jantung kongestif, pola buang air besar, pentingnya asupan nutrisi adekuat (bekerja sama dengan instalasi gizi), mendiskusikan keuntungan dan kekurangan hospitalisasi saat klien menyatakan ingin pulang atas permintaan keluarga. Sebagai bagian dari persiapan pulang, mahasiswa juga mengajarkan manajemen ansietas dan rencana manajemen stress klien di rumah. Untuk manajemen ansietas, mahasiswa mengajarkan kepada keluarga cara memandu klien untuk tarik nafas dalam dan hypnosis lima jari untuk diajarkan kepada klien saat klien dalam kondisi tidak mengalami dyspneu namun mengalami ansietas. Selain itu, mahasiswa juga memotivasi keluarga untuk terus mempertahankan support keluarga terhadap klien yang sudah baik, yaitu memotivasi klien untuk bercerita atau berdoa saat keluarga mengidentifikasi klien sedang mengalami ansietas. 3.5 Evaluasi Dari hasil evaluasi mahasiswa, secara umum, teknik relaksasi berhasil pada kondisi tertentu. Sedangkan untuk pemberian informasi, umumnya berhasil untuk mengatasi ansietas akibat kurangnya pengetahuan. Untuk teknik relaksasi nafas dalam, karena kondisi klien pada umumnya sesak, mahasiswa melakukan intervensi relaksasi nafas dalam hanya saat klien gelisah dan sesak berkurang. Klien menyatakan merasa lebih tenang setelah dilakukan relaksasi nafas dalam. Klien mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan panduan mahasiswa dan keluarga saat kondisi status pernafasan klien baik (sesak berkurang), namun belum mampu melakukannya secara mandiri. Saat klien sesak, teknik nafas dalam tidak dapat dilakukan karena sulit bagi klien untuk mengendalikan pernafasannya dan akan menambah ketidaknyamanan klien. UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 19 Untuk teknik distraksi, klien mengaku selalu berdoa dalam hati dan percaya akan diberi kesembuhan. Klien juga terlihat berbincang dengan keluarga. Dari observasi mahasiswa, keluarga klien suportif dan tanggap terhadap kebutuhan psikologis klien. Namun terkadang klien justru terlalu banyak berbincang dengan keluarga dan ingin berbincang dengan mahasiswa meskipun kondisi klien sedang sesak dan perlu menghemat konsumsi oksigen. Untuk intervensi hypnosis lima jari, mahasiswa tidak berhasil melakukannya sehingga mahasiswa memodifikasi tindakan dengan melakukan identifikasi aspek positif bersama klien, hal yang patut disyukuri yang dimiliki oleh klien, mengingat orang-orang yang klien sayangi, serta menceritakan tempat yang indah menurut klien. Hasil diskusi manajemen stress klien di rumah adalah klien menyetujui untuk mengekspresikan perasaannya. Klien menyatakan bersedia mengungkapkan perasaan dan pendapatnya baik itu kepada anak maupun menantu klien saat klien di rumah. Keluarga menyatakan bersedia mendengarkan dan memperhatikan Ibu R. Selain itu, keluarga juga menyatakan akan menjadi penengah bagi ibu R dan suaminya dan membantu mengurus kebutuhan ayah mereka agar Bapak tidak menuntut Ibu R dan menjadi stressor Ibu R. Pendidikan kesehatan yang diberikan oleh mahasiswa berdampak cukup signifikan dalam menurunkan ansietas klien. Setiap kali interaksi, mahasiswa melakukan validasi dan eksplorasi perasaan klien. Setelah itu, mahasiswa memberikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan klien. dari hasil evaluasi, ekspresi klien lebih tenang setelah mendapatkan pendidikan kesehatan terkait kondisi actual klien. Hal ini terlihat dari menurunnya gerakan yang tidak bertujuan dan ekspresi klien yang lebih tenang, kontak mata yang lebih baik, serta pernyataan verbal dari klien yang menyatakan bahwa klien lebih tenang setelah mendapatkan UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 20 penjelasan tersebut. Pada kondisi tertentu terlihat penurunan frekuensi pernapasan, namun memang umumnya laju pernapasan klien cepat karena klien dalam kondisi dyspneu. Secara umum, dari seluruh intervensi untuk mengatasi ansietas yang dilakukan oleh mahasiswa, terlihat bahwa yang lebih signifikan untuk menurunkan ansietas pada klien adalah pemberian informasi atau pendidikan kesehatan. 3.6 Rencana Tindak Lanjut Rencana tindak lanjut bagi klien untuk mengatasi ansietas adalah dengan melakukan berdoa dan menenangkan diri dengan cara memikirkan hal yang menyenangkan bagi klien (teknik distraksi). Jika kondisi klien memungkinkan, tidak dalam keadaan sesak berat, klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam seperti yang telah diajarkan kepada klien baik secara mandiri maupun dipandu oleh keluarga. Selain itu, untuk mengurangi efek stress klien, klien juga diharapkan mampu menceritakan atau mengungkapkan perasaannya kepada anggota keluarga yang dipercaya. Rencana tindak lanjut bagi keluarga yaitu untuk mendengarkan keluhan klien, dan memperhatikan jika tanda ansietas muncul. Keluarga telah mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan mampu memandu klien dalam melakukan nafas dalam. Sepulangnya dari rumah sakit diharapkan keluarga dapat terus membantu klien untuk melakukan tarik nafas dalam ketika klien mengalami ansietas dan kondisi klien memungkinkan. Rencana tindak lanjut untuk perawat di ruangan adalah untuk tetap memberikan informasi yang dibutuhkan klien. Informasi yang diberikan yaitu informasi terkait tindakan yang dilakukan untuk klien serta kondisi actual klien. Mengingat ansietas klien disebabkan oleh kurangnya UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 21 pengetahuan, diharapkan perawat dapat terus memberikan pendidikan kesehatan baik kepada klien maupun keluarga. Selain itu, karena klien merupakan lansia, perawat juga perlu melakukan penjelasan atau evaluasi berulang terkait tingkat ansietas dan pemahaman klien terhadap penjelasan perawat. Untuk penjelasan mengenai kondisi medis, perawat diharapkan mampu terus menjadi advokat untuk memastikan bahwa klien mendapatkan penjelasan yang dibutuhkan. Melalui seluruh tindakan di atas yang dilakukan secara berkesinambungan, diharapkan dapat menurunkan ansietas klien. UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 BAB 4 PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai profil lahan praktek, analisis masalah dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus terkait, analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait, serta alternatif pemecahan yang dapat dilakukan. 4.1 Profil Lahan Praktek Praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan dilaksanakan di ruang rawat inap umum Gayatri RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor. RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor berlokasi di Jl. Dr. Semeru no 114 Bogor. Rumah sakit ini berstatus sebagai Badan Layanan Umum (BLU) milik pemerintah. Visi RSMM yaitu menjadi rumah sakit jiwa dengan memberikan pelayanan paripurna, komprehensif, bermutu dan berkeadilan, sedangkan misi RS adalah melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa dengan upaya promosi, pencegahan, pengobatan dan pemulihan; melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa yang didukung oleh pelayanan spesialistik lainnya; melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa dengan unggulan rehabilitasi dan ketergantungan NAPZA dan HIV/AIDS; mengembangkan pendidikan penelitian kesehatan secara professional; meningkatkan akses pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat. Ruang Gayatri sendiri berdiri pada tanggal 1 juni 2009, dengan pelayanan dikhususkan kepada pelayanan pasien geriatrik/pasien dengan usia diatas 60 tahun. Ruang Gayatri pada awalnya hanya memiliki kapasitas 7 tempat tidur. Namun, sejak tanggal 1 Oktober 2010, ada perubahan kebijakan, yaitu ruang Gayatri tidak hanya merawat pasien lansia, tapi berubah menjadi ruang parawatan umum untuk dewasa, dengan penambahan kapasitas sebanyak 9 tempat tidur. Dari 16 tempat tidur yang tersedia, 6 tempat tidur dialokasikan khusus untuk pasien 22 Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 23 dengan usia diatas 60 tahun dan 9 tempat tidur lainnya dapat dipakai untuk pasien dewasa dibawah usia 60 tahun. Kelas perawatan terdiri dari kelas 2 plus, kelas 2 biasa dan 1 ruang isolasi. Visi ruang gayatri adalah menjadikan ruangan yang mengutamakan pelayanan yang bermutu, memuaskan dan bersahabat. Visi ini diharapkan dapat dicapai melalui misi pemberian pelayanan yang professional dengan mengedepankan upaya preventif, kuratif dan patient safety; pelaksanaan pelayanan kesehatan yang didukung oleh pelayanan spesialistik lainnya. Di ruang Gayatri terdapat tujuh belas orang perawat. Satu orang perawat menjabat sebagai kepala ruangan, dua orang berperan sebagai ketua tim, dan empat belas orang lainnya merupakan perawat pelaksana. Selain itu, di ruang Gayatri terdapat satu orang dokter ruangan. Ruang gayatri juga dilengkapi oleh satu orang staf adminitrasi yang khusus mengurus kelengkapan admintrasi pasien. Selain itu, terdapat satu orang Pramu Husada (PH) dan dua orang yang bekerja membersihkan ruangan (cleaning service). Latar belakang pendidikan petugas di ruang Gayatri adalah satu orang S1 keperawatan, enam belas orang dengan pendidikan DIII Keperawatan, satu orang S1 Kedokteran, satu orang sarjana bisnis dan adminitrasi, serta 3 orang SMA/sederajat. 4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait Dari hasil pengkajian, klien tinggal di daerah perkotaan yaitu Bogor Selatan. Tinggal di perkotaan menurut Swerissen (2009) berarti penduduk tersebut memiliki angka harapan hidup yang tinggi dan akibatnya, berisiko untuk terkena penyakit kronis. Sebagai tambahan, angka hipertensi dan morbiditas penyakit kronis lebih tinggi di daerah perkotaan (Parr, Wietze, Lindeboom, Khanam, & Koehlmoos, 2011). Selain itu, klien tinggal di kota yang menurut Riskesdas 2007 prevalensi penyakit jantungnya berada di atas prevalensi rata-rata Indonesia. Fakta bahwa klien tinggal di daerah perkotaan merupakan data yang UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 24 menunjukkan bahwa klien tinggal di daerah yang memiliki angka harapan hidup yang tinggi sehingga meningkatkan vulnerabilitas klien terhadap penyakit kronis, termasuk penyakit jantung kongestif. Risiko terkena penyakit kronis juga dapat diperoleh dari data demografi. Klien berjenis kelamin perempuan, menurut hasil Riskesdas 2007 dan Dumitru (2013), jenis kelamin perempuan lebih berisiko terkena penyakit jantung dibanding laki-laki. Selain itu, klien juga berusia lanjut yang menyebabkan klien berisiko tinggi terhadap penyakit kronis, termasuk penyakit jantung (Dumitru 2013; Ignatavicius & Workman, 2010; McNaughton, Crawford, Ball & Jo Salmon, 2012; Riskesdas, 2007; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever 2010). Selain data demografi, faktor risiko juga dapat diidentifikasi dari perilaku atau gaya hidup klien. Ditinjau dari pola makan, klien mengkonsumsi makanan siap saji, dan aktivitas klien terbatas pada melakukan pekerjaan rumah tangga. Hal ini sesuai dengan penelitian stewart et al (2008) tentang perubahan gaya hidup perkotaan, dan penelitian Dumitru (2013) yang menyebutkan bahwa pola makan tinggi garam dan penurunan aktivitas fisik merupakan faktor presipitasi penyakit jantung. Sesuai dengan pernyataan Magarey, McKean & Daniels dalam McNaughton, Crawford, Ball & Jo Salmon, (2012) bahwa dewasa tua cenderung mengkonsumsi makanan yang tidak cukup mengandung serat dan memiliki kandungan nutrisi yang kurang dari yang direkomendasikan untuk mencegah penyakit kronis. Kegiatan klien sebagai ibu rumah tangga juga menempatkan klien pada risiko terkena penyakit jantung menurut riskesdas 2007. Hubungan antara pekerjaan dan kerentanan terkena penyakit kronis diduga berkaitan dengan kegiatan fisik yang dilakukan klien. menurut Armstrong, Bauman, & Davies dalam McNaughton, Crawford, Ball & Jo Salmon, (2012), individu yang berusia lebih tua cenderung lebih sedikit melakukan aktivitas fisik dan lebih pasif dibanding kelompok usia dewasa muda. Dari wawancara didapatkan bahwa kegiatan klien sebagai UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 25 ibu rumah tangga tidak mengharuskan klien untuk melakukan aktivitas yang tinggi. Kegiatan sehari-hari klien terbatas pada memasak karena seluruh pekerjaan rumah tangga lainnya telah ditangani oleh menantu klien. Klien mengaku kadang kala klien berjalan dengan jarak tempuh yang sedang ke rumah anak klien dengan frekuensi paling sering dua minggu sekali. Data ini sesuai dengan penelitan yang ada bahwa kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko terkena penyakit kronis. Klien diketahui mengalami hipertensi terkontrol sejak dua bulan terakhir. Hipertensi sendiri sudah merupakan faktor yang dapat menyebabkan kegagalan jantung (Ignatavicius & Workman, 2010). Klien tidak memiliki penyakit diabetes mellitus sehingga klien tidak mengkonsumsi obat antidiabetik, selain itu klien juga tidak mengkonsumsi obat anti inflamasi non steroid yang menurut Ignatavicius & Workman meningkatkan risiko terkena penyakit gagal jantung. Hal ini menunjukkan faktor risiko yang dimiliki klien untuk mengalami penyakit jantung adalah tempat tinggal, usia, gaya hidup, dan hipertensi. Klien masuk dengan diagnose gagal jantung kongestif dan atrial fibrillation. Menurut Dumitru (2013), atrial fibrillation merupakan faktor presipitasi kedua kegagalan jantung setelah perawatan yang inadekuat. Sebagai tambahan, klien juga mengalami stress emosional yaitu masalah klien dengan suaminya yang merupakan faktor presipitan untuk terjadinya penyakit jantung pada klien. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa klien memiliki faktor risiko terkena penyakit jantung kongestif. Faktor risiko penyakit jantung yang ada pada klien yaitu klien tinggal di daerah perkotaan dengan tingkat aktivitas rendah dan mengkonsumsi makanan tinggi garam, berjenis kelamin perempuan, berusia lanjut, mengalami hipertensi, stress emosional berkepanjangan, didiagnosa dengan fibrilasi atrium. Faktor demografi, fisik, dan psikososial yang disebutkan di atas menyebabkan klien lebih rentan untuk terkena penyakit jantung. UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 26 Diagnose penyakit fisik klien dan hospitalisasi merupakan stressor yang dapat menyebabkan ansietas pada klien (Varcarolis & Halter ,2010). Ditinjau dari data demografi, klien berusia lanjut, dan berjenis kelamin wanita. Hal ini merupakan faktor predictor terjadinya depresi pada penyakit jantung menurut Dumitru (2013). Status pernikahan klien adalah menikah, yang menurut Eng et al (2011) merupakan faktor yang meringankan risiko terjadinya masalah psikososial, namun suami klien adalah salah satu sumber stressor psikologis klien sehingga status pernikahan klien justru menjadi pemicu masalah psikososial klien. Klien memiliki riwayat stroke dan saat masuk ke rumah sakit, klien mengalami hemiparese sinistra. hal ini menyebabkan klien berisiko mengalami masalah psikososial akibat penyakit kronis yang meliputi CHF dan stroke (Mojtabai, 2011; Carod-Artal, 2010). Ansietas dapat muncul akibat adanya persepsi atau antisipasi terhadap ancaman (Adams & Stutker, 2002). Hal ini terlihat pada klien Ibu R. pada awal masa hospitalisasi klien menyatakan tidak khawatir mengenai kondisinya meskipun dalam keadaan sesak, karena berada di rumah sakit berarti sedang diobati. Klien kemudian merasa khawatir karena klien diberitahu akan dilakukan pemeriksaan x-ray dada namun pemeriksaan tidak kunjung dilakukan. Klien menyatakan khawatir penyebab pemeriksaan ditunda karena kondisi klien buruk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adams & Stutker (2001) bahwa ansietas dipicu oleh adanya persepsi bahaya yang mengancam diri klien. Ansietas Ibu R juga disebabkan oleh ketidaktahuan mengenai kondisi klien saat itu dan ketidaktahuan klien mengenai alasan penundaan pemeriksaan. Setelah mahasiswa menjelaskan alasan pemeriksaan belum dilakukan, klien menyatakan lebih tenang dan tidak khawatir lagi. Hal ini sesuai dengan penelitian Gravis et al (2011) yang menyebutkan bahwa pengetahuan tentang kondisi klien tidak meningkatkan ansietas. Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa klien merupakan individu yang rentan terhadap penyakit kronik dan masalah psikososial akibat penyakit UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 27 kronik. Ansietas klien terlihat dari tanda dan gejala yang dialami klien. Tanda yang terlihat dari klien diantaranya focus menyempit, melakukan gerakan tidak terarah, dan verbalisasi kecemasan. 4.3 Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Intervensi yang dilakukan mahasiswa yaitu teknik relaksasi yang terdiri atas teknik relaksasi nafas dalam, dan hypnosis lima jari. pemberian inervensi teknik relaksasi sesuai dengan konsesus American College of Chest Physicians (ACCP) yang dinyatakan oleh Mahler, Selecky, & Harrod (2010). Respon klien terhadap teknik nafas dalam cukup baik untuk mengatasi ansietas klien terlihat dari focus klien yang dapat diarahkan setelah teknik relaksasi nafas dalam, dan kondisi klien yang tidak lagi gelisah. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Manzoni, Pagnini, Castelnuovo, & Molinari (2008). Kendati demikian, tindakan tarik nafas dalam ini harus diikuti dengan tindakan untuk mengatasi hal yang menyebabkan ansietas klien. Teknik hypnosis lima jari yang mahasiswa coba lakukan pada klien tidak berhasil karena kondisi klien yang sesak sehingga sulit untuk klien berkonsentrasi dan mendapatkan efek hypnosis dari intervensi tersebut. Saat ditanya beberapa hal terkait hypnosis lima jari, seperti kejadian yang menyenangkan yang pernah dialami klien, klien juga mengaku lupa. Tidak berhasilnya teknik hypnosis lima jari ditambah oleh adanya penurunan fungsi pancaindra dan kognitif klien sehingga sulit bagi klien untuk berkonsentrasi (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2004). Sebagai alternatifnya, mahasiswa mengidentifikasi hal melakukan positif dan teknik distraksi membicarakan tempat dengan yang menyenangkan bagi klien. Pada klien, ansietas disebabkan oleh ketidaktahuan klien mengenai kondisinya sehingga klien relative lebih tenang setelah mahasiswa memberikan penjelasan mengenai apa yang dirasakan oleh klien (Lam & Beaulieu, 2004). Penjelasan yang dilakukan oleh mahasiswa dilakukan UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 28 secara berulang karena klien merupakan lansia dan cenderung menanyakan hal yang sama. Penjelasan berulang ini cukup efektif dalam mengurangi ansietas klien. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Partridge, Martin, Harari & Dhesi (2012) yang menyatakan bahwa tindakan berulang dapat menurunkan morbiditas distress psikologis. Selain berdampak bagi klien, pemberian informasi juga meningkatkan kepuasan klien (Perez-Carceles, Gironda, Osuna, Falcon, Luna, 2010). Hal ini dapat terlihat dari hasil survey kepuasan yang diisi oleh klien yang menyatakan bahwa klien puas dengan pelayanan rumah sakit. Dari pertanyaan yang dijawab oleh klien, klien menyatakan puas dengan penjelasan oleh petugas rumah sakit. Pemberian informasi yang jujur mengenai kondisi klien tidak meningkatkan ansietas klien (Gravis et al. 2011). Sebaliknya, pemberian informasi ini memungkinkan mahasiswa untuk menjalin hubungan yang baik antara klien dan mahasiswa. Dari hubungan ini tercipta rasa aman klien sehingga menurunkan ansietas klien selama di rumah sakit. Rasa aman yang dirasakan oleh klien diungkapkan secara verbal bahwa klien menyatakan merasa aman jika ada mahasiswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Andersson, Burman, & Skar (2011) yang menyatakan bahwa hubungan yang baik antara klien dan mahasiswa serta informasi yang diberikan dapat memberikan rasa aman. 4.4. Alternatif Penyelesaian Masalah yang Dapat Dilakukan Pada klien dengan gagal jantung atau yang mengalami dyspnea, teknik relaksasi sulit dilakukan. Baik itu teknik relaksasi nafas dalam, maupun hypnosis lima jari. Hipnosis lima jari tidak hanya sulit karena dyspnea yang dialami klien, namun disebabkan juga oleh penurunan daya konsentrasi klien yang telah berusia lanjut. Untuk teknik distraksi dengan mengobrol juga mengalami hambatan karena klien dengan dyspnea idealnya harus meminimalisasi konsumsi oksigen dan memaksimalkan fungsi pernafasan. Teknik distraksi yang masih dapat dilakukan oleh klien tanpa mengganggu klien adalah berdoa dalam hati. Hal lain yang dapat dilakukan oleh perawat adalah dengan mengatasi penyebab ansietas klien. UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 29 Ketika klien mengalami ansietas akibat nyeri, perawat harus mengatasi nyeri klien. Pada kasus ini, ansietas yang dialami klien disebabkan oleh kurangnya pengetahuan klien terhadap kondisi dan pengobatan yang dijalani klien sehingga intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat generalis adalah dengan pemberian informasi. Informasi yang diberikan meliputi kondisi klien saat dilakukan pemeriksaan, tindakan yang akan dilakukan terhadap klien, tujuan tindakan, efek samping tindakan, serta cara klien untuk bekerja sama atau cara untuk meminimalkan ketidaknyamanan yang akan dialami klien. UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 BAB 5 PENUTUP Bab ini menjelaskan kesimpulan dari karya ilmiah yang berkaitan dengan upaya menjawab tujuan penulisan karya ilmiah. Bab ini juga memaparkan saran atau rekomendasi untuk memperbaiki karya ilmiah selanjutnya. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penulisan karya ilmiah yang ditetapkan, yaitu menggambarkan efek asuhan keperawatan terhadap tingkat ansietas klien dengan gagal jantung kongestif, dapat disimpulkan bahwa: 5.1.1. 92% dari seluruh pasien kelolaan mahasiswa di ruang Gayatri RSMM mengalami ansietas. 5,4% lainnya mengalami ketidakberdayaan. 2,7% mengalami berduka. 2,7% sisanya mengalami gangguan citra tubuh. 5.1.2. Tinggal di daerah perkotaan, usia lanjut, berjenis kelamin perempuan, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, stress, rendahnya aktivitas fisik, dan pola makan yang tidak sehat merupakan faktor risiko terjadinya masalah kesehatan pada masalah perkotaan termasuk penyakit jantung. 5.1.3. Hal yang memicu ansietas yaitu adanya penyakit fisik, persepsi terhadap adanya ancaman, kurangnya informasi tentang kondisi kesehatan, serta adanya stressor psikososial. 5.1.4. Intervensi keperawatan untuk mengatasi ansietas diantaranya yaitu teknik relaksasi nafas dalam, distraksi, dan hypnosis lima jari. Kendati demikian, teknik relaksasi tersebut sulit dilakukan pada klien dengan gagal jantung kongestif dalam keadaan dyspnea. 5.1.5. Untuk menyelesaikan masalah ansietas, perawat perlu mengetahui penyebab ansietas klien. Jika penyebabnya merupakan kurangnya pengetahuan mengenai kondisi kesehatan klien, pemberian informasi mengenai kondisi klien serta intervensi yang akan diberikan kepada klien dapat menurunkan ansietas klien secara signifikan. 30 Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 31 5.1.6. Penjelasan berulang perlu dilakukan untuk berkomunikasi dengan klien usia lanjut. 5.2. Saran Dari kegiatan praktik klinik yang telah dilakukan oleh penulis, penulis merekomendasikan beberapa hal, yaitu: 5.2.1. Pelayanan Selama penulis melakukan praktik klinik, penulis menemukan bahwa perlu ada instrumen pengkajian aspek psikososial untuk klien dengan masalah fisik. Pada form pengkajian yang sudah ada, telah terdapat item pengkajian psikososial, namun dirasa kurang cukup untuk membantu perawat mengidentifikasi masalah psikososial yang muncul. Oleh karena itu, diharapkan pihak rumah sakit dapat mengembangkan form pengkajian aspek psikososial yang lebih komprehensif dan mengidentifikasi spesifik masalah yang dapat psikososial, membantu disamping perawat pengkajian psikososial yang sudah ada, Selain itu, penulis juga melihat perlu adanya pelatihan pemberian asuhan keperawatan psikososial untuk klien dengan masalah fisik. Hal ini disebabkan karena pendekatan yang digunakan pada klien dengan masalah fisik disertai masalah psikososial berbeda dengan pendekatan klien dengan psikosis. Usaha meningkatkan kemampuan pemberian asuhan keperawatan psikososial ini juga dapat dilakukan oleh ruangan melalui sharing session antara perawat ruangan yang telah mengikuti pelatihan kepada perawat ruangan lainnya. 5.2.2. Pendidikan Pendekatan untuk masalah psikososial pada klien dengan masalah fisik berbeda dengan klien dengan masalah psikotik. Oleh Karena itu, diharapkan ada pengajaran mengenai masalah psikososial pada klien dengan masalah fisik. 5.2.3. Penelitian Perlu adanya penelitian tentang efektivitas terapi generalis untuk mengatasi masalah ansietas selama masa hospitalisasi. UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Daftar Pustaka Adams H.E., & Sutker, P. B. (2002). Comprehensive handbook of psychopathology, 3rd ed. New York: Kluwer. Anderson, P. (2011). Pain coping strategies differ in depression, anxiety. Diakses pada 13 juni 2013 pukul 06:35 WIB dari http://www.medscape.com/viewarticle/751434?src=medscapeappandroid&ref=email Andersson, L., Burman, M., & Skär, L. (2011). Experiences of caretime during hospitalization in a medical ward: older patients’ perspective. Scandinavian journal of caring science 25, 646-652. DOI: 10.1111/j.1471- 6712.2011.00874.x. Diakses pada 15 Juni 2013 pukul 09:26 WIB dari http://content.ebscohost.com/pdf27_28/pdf/2011/BD4/01Dec11/67057648.p df?T=P&P=AN&K=21371071&S=R&D=mnh&EbscoContent=dGJyMNLe 80SeqLU4yOvsOLCmr0uepq9SsKm4SbaWxWXS&ContentCustomer=dGJ yMPGnrkqurrJJuePfgeyx44Dt6fIA Anna, L. K(ed). (2013). Pengidap jantung usia produktif naik. Diakses pada 17 Juni 2013 pukul 18:48 WIB dari http://health.kompas.com/read/2013/03/16/06305643/Pengidap.Jantung.Usi a.Produktif.Naik Brauser, D. (2013). Proposed subspecialty combines psychiatry, cardiology. Diakses pada 3 Juni 2013 pukul 10:02 WIB dari http://www.medscape.com/viewarticle/780867?src=medscapeappandroid&ref=email. Buku indikator mutu ruang gayatri RS. Marzoeki Mahdi bulan Januari-Mei. (2013). Bogor: Tidak diterbitkan. Carod-Artal, F. (2010). Post-stroke depression: can prediction help prevention?. Diakses pada 3 Juni 2013 http://www.medscape.com/viewarticle/ pukul WIB dari 727042?src=medscapeapp- android&ref=email. 32 09:04 Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 33 Departemen Kesehatan RI. (2008). Riset kesehatan dasar: Laporan nasional 2007. Diakses pada tanggal 11 Maret 2011 pukul 14:36 WIB dari http://avidpdf.com/ebook/riskesdas-2010-kanker-pdf.html. Dumitru, I. 2013. Heart failure: A presentation. Diakses pada 17 Juni 2013 pukul 23:03 WIB dari http://reference.medscape.com/article/163062?src=medscapeappandroid&ref=email Eng HS, Yean LC, Das S, Letchmi S, Yee KS, Bakar RA, Hung J, Choy CY. (2011). Anxiety and depression in patients with coronary heart disease a study in a tertiary hospital. Journal Iran J Med Sci. Sep;36(3):201-6. Diakses pada 14 Juni 2013 pukul 05:54 WIB dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/2335815/?i=21&from=anxiety%20 hospitalized&filter=loattrfree%20full%20text. Ferri, R. S. (2012). How can I treat a patient’s anxiety without benzodiazepines?. Diakses pada 14 juni 2013 pukul 06:40 WIB dari http://www.medscape.com/viewarticle/762477?src=medscapeappandroid&ref=email Gibson, R. L., & Burch, E. A. (). Emotional disorders and medical illness. Dalam Adams, H. E., & Sutker, P. B. (Ed).Comprehensive handbook of psychopathology, 3rd ed. (pp. 797-811). New York: Kluwer Academic Publishers. Gravis, G., Protiere, C., Eisinger, F., Boher, J., Tarpin, C., Coso, D., Cappiello, A., Camerlo, J., Genre, D., & Viens, P. (2011). Full access to medical records does not modify anxiety in cancer patients results of a randomized study. Cancer 117 (20), 4796–4804, DOI: 10.1002/cncr.26083. diakses pada 27 Juni 2013 pukul 12:38 WIB dari http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.26083/full. Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2004). Fundamentals of nursing: concepts, process and practice. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Lakkireddy, D., Atkins, D., Pillarisetti, J., Ryschon, K., Bommana, S., Drisko, J., Vanga, S., & Dawn, B. (2013). Effect of yoga on arrhythmia burden, anxiety, depression, and quality of life in paroxysmal atrial fibrillation. UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 34 Diakses pada 13 juni 2013 pukul 06:41 WIB dari http://www.medscape.com/viewarticle/780846?src=medscapeappandroid&ref=email. Lam, P., & Beaulieu, M. (2004). Experiences of family in neurological ICU: A “bedside phenomenon”. The journal of neuroscience nursing 36(3). diakses pada 20 Juni 2013 pukul 16:37 WIB http://www.medscape.com/viewarticle/481394?src=medscapeappandroid&ref=email. Mahler, D. A., Selecky, P. A., & Harrod, C. G. (2010). Management of dyspnea in patients with advanced lung or heart disease: Practical guidance from the American College of Chest Physicians Consensus Statement. Polskie archiwum medycyny wewnętrznej 2010; 120 (5). Diakses pada 27 Juni 2013 pukul 11:32 WIB dari http://content.ebscohost.com/pdf23_24/pdf/2010/50HE/01May10/52046072 .pdf?T=P&P=AN&K=20502400&S=R&D=mnh&EbscoContent=dGJyMN Le80SeqLU4yOvsOLCmr0uepq5Ss6a4SbWWxWXS&ContentCustomer=d GJyMPGnrkqurrJJuePfgeyx44Dt6fIA Manzoni, G. M., Pagnini, F., Castelnuovo, G., & Molinari, E. (2008). Relaxation training for anxiety: a ten-years systematic review with meta-analysis. Diakses pada 13 juni 2013 pukul 06:21 WIB dari http://www.medscape.com/viewarticle/575821?src=medscapeappandroid&ref=email Mojtabai, R. (2011). National trends in mental health disability, 1997-2009. Diakses pada 7 Juni 2013 pukul 05:51 WIB dari http://www.medscape.com/viewarticle/752319?src=medscapeappandroid&ref=email. McNaughton, S. A., Crawford, D., Ball, K., & Salmon, J. (2012). Understanding determinants of nutrition, physical activity and quality of life among older adults: the Wellbeing, Eating and Exercise for a Long Life (WELL) study. Health and Quality of Life Outcomes 2012, 10:109. Diakses pada 13 Juli 2013 pukul 12.32 WIB dari UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 35 http://ehis.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=318d62e7-7e2845d5-8e5c-67f09912c10e%40sessionmgr104&vid=2&hid=109 NANDA International. (2012). Diagnosis keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2012-2014. (Made Sumarwati & Nike Budhi Subekti, penerjemah). Jakarta: EGC. Olafiranye, O., Jean-Louis, G., Zizi, F., Nunes, J., & Vincent, M. T. (2011). Anxiety and cardiovascular risk: Review of epidemiological and clinical evidence. Mind & Brain, the journal of psychiatry 2(1). Diakses pada 13 Juli 2013 pukul 13.40 WIB dari http://ehis.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=7006c33d-5ec542e0-93d3-f5351d90ec4f%40sessionmgr111&vid=1&hid=109 Parr, J. D., Lindeboom, W., Khanam, M. A., & Perez Koehlmoos, T. L. (2011). Diagnosis of chronic conditions with modifiable lifestyle risk factors in selected urban and rural areas of Bangladesh and sociodemographic variability therein. BMC Health Services Research 2011, 11:309. Diakses pada 13 Juli 2013 pukul 12.26 WIB dari http://ehis.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=11b1d92e-f72f4259-8cd9-fc799d66806d%40sessionmgr110&vid=1&hid=109 Partridge, J., Martin, F., Harari, D., & Dhesi, J. (2012). The delirium experience: what is the effect on patients, relatives and staff and what can be done to modify this? . International Journal of Geriatric Psychiatry DOI: 10.1002/gps.3900. Diakses pada 27 Juni 2013 pukul 11:22 WIB dari http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/gps.3900/abstract. Perez-Carceles, M.D., Gironda J. L., Osuna, E., Falcon M., & Luna, A. (2009). Is the right to information fulfilled in an emergency department? Patients' perceptions of the care provided. Journal of evaluation in clinical practice 16(3), 456–463. DOI: 10.1111/j.1365-2753.2009.01142.x. Diakses pada 27 Juni 2013 pukul 11:32 WIB dari http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.13652753.2009.01142.x/abstract UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 36 Smeltzer, S., Bare, B., Hinkle, J., Cheever, K. (2008). Brunner & Suddarth’s tektbook of medical-surgical nursing. 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Stewart, S., Wilkinson, D., Hansen, C., Vaghela, V., Mvungi, R., McMurray, J., & Sliwa, K. (2008). Predominance of heart failure in the heart of Soweto study cohort: Emerging challenges for urban African communities. Circulation 118(23): 2360-7. Diakses pada 25 Juni 2013 pukul 22.30 WIB dari http://reference.medscape.com/medline/abstract/19029467. Stuart, G. W., & Laraia, M., T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8th ed. Missouri: Elsevier Mosby. Swerissen, H. (2009). Public health for an ageing society. Dalam Nay, R & Garrat, S (Ed.). Older people: Issues and innovations in care, 3rd ed (pp. 920). Chatswood: Elsevier. Varcarolis, E. M., & Halter, M. J. (2010). Foundations of psychiatric mental health nursing: A clinical approach 6th ed. Missouri: Saunders Elsevier. Wahyuningsih, M. (2011). Penyakit jantung makin mengancam masyarakat Indonesia Diakses pada 17 Juni 2013 pukul 18:50 WIB dari http://m.detik.com/health/read/2011/09/15/141453/1723153/763/penyakitjantung-makin-mengancam-masyarakat-indonesia Yohannes, A. M., Willgoss, T. G., Baldwin, R. C., & Connolly, M. J. (2009). Depression and anxiety in chronic heart failure and chronic obstructive pulmonary disease: prevalence, relevance, clinical implications and management principles. International Journal of Geriatric Psychiatry 25(12): 1209–1221, December 2010. DOI: 10.1002/gps.2463. diakses pada 14 Juni 2013 pukul 18:37 WIB dari http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/gps.2463/full York, K. M., Hassan, M., & Sheps, D. S. (2008). Psychobiology of depression/distress in congestive heart failure. Heart fail rev 14:35-50.DOI: 10.1007/s10741-008-9091-0. Diakses pada 14 Juni 2013 pukul 18:53 dari http://content.ebscohost.com/pdf9/pdf/2009/OG1/01Jan09/35867081.pdf?T =P&P=AN&K=18368481&S=R&D=mnh&EbscoContent=dGJyMMTo50S UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 37 ep7I4yOvsOLCmr0ueprVSs6a4S7OWxWXS&ContentCustomer=dGJyMP GnrkqurrJJuePfgeyx44Dt6fIA. UNIVERSITAS INDONESIA Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Lampiran 1 PENGKAJIAN 1. Identitas a. Nama : Ibu R b. Usia : 73 th c. Agama : Islam d. Pendidikan : SD e. Alamat : Gang Kosasih RT 06/07 kelurahan Cikatel Kecamatan Bogor Selatan f. Telepon :- g. Status pernikahan : Menikah h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga i. Suku/bangsa : Jawa j. Tanggal masuk : 26 Mei 2013 2. Riwayat penyakit masa lalu Hipertensi sejak 3 bulan yang lalu, terkontrol (melakukan pemeriksaan tiap minggu ke puskesmas) Riwayat stroke 2 bulan yang lalu, berobat jalan, pulih total. 3. Riwayat penyakit saat ini Sesak, nyeri dada sejak 2 hari yang lalu, bicara pelo, ekstremitas kiri lemah, batuk berdahak, muntah, mual 4. Riwayat penyakit keluarga dan genogram Klien menyatakan tidak mengetahui orang tua klien memiliki penyakit apa atau sebab meninggalnya. 5. Riwayat alergi obat/makanan Alergi disangkal 6. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum : sesak b. Tingkat kesadaran : compos mentis c. GCS : E4M6V5 d. Tanda vital : TD: 120/80; nadi 80x/menit; suhu 36oC; RR:20x/menit e. Kepala dan rambut : bersih, distribusi rambut tidak merata, kulit kepala berminyak f. Mata : simetris, tidak anemis, ikterik(-), edema(-) g. Hidung : deviasi septal(-); discharge (-); pernapasan cuping hidung (-) Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 h. Mulut : gigi tidak lengkap i. Telinga : simetris, discharge(-), j. Leher : distensi JVP (-), pembesaran nodus(-), kaku kuduk(-) k. Ekstremitas atas : simetris, sensasi tajam +/-; sensasi halus +/-; sensasi panas +/-; kekuatan otot 5555 0000 5555 5533 l. Thorax : vesikuler +/+; ronchii -/-; wheezing -/- m. Ekstremitas bawah : simetris, sensasi tajam +/-; sensasi halus +/-; sensasi panas +/-; edema -/-; varises +/+ kekuatan otot 5555 0000 5555 5533 n. Kulit : sawo matang, pallor (-), akrosianosis (-), turgor baik; pucat(-); ekimosis (-); ikterik (-); petechie(-); tekstur keriput o. Kuku : tidak ada kelainan, CRT <3detik p. Kondisi psikososial : merokok(-), gelisah (+), kooperatif (+), ansietas(+), koheren(+), q. Data spiritual : klien beragama islam, sebelum sakit, melaksanakan solat lima waktu, mengikuti kegiatan pengajian, mengaji di rumah. Selama dirawat klien menyatakan sering berdzikir dan berdoa, dari hasil observasi, terlihat tasbih di bed klien. r. Pola/kebiasaan sehari-hari: makan: 3xsehari, sayuran(+), makanan berlemak(+), makanan kemasan/siap saji/berpengawet(+), setelah tahu menderita hipertensi, mengurangi konsumsi garam dan sayuran hijau; pola BAB 1x/hari; BAB 2-3x/hari; tidur 8 jam/hari. 7. Pengkajian psikososial Terlampir 8. Masalah psikososial a. Faktor predisposisi: klien belum pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan adalah dijodohkan dengan orang yang tidak dicintai oleh klien yang saat ini menjadi suami klien. klien mengaku sampai saat ini masih menyesal karena suami klien adalah orang yang kasar. b. Konsep diri: Gambaran diri: klien menyukai seluruh bagian tubuhnya, bersyukur karena masih lengkap dan melakukan kegiatan Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Identitias diri: klien berjenis kelamin perempuan. Sebelum dirawat, klien adalah ibu rumah tangga. Klien puas dengan status sebagai ibu rumah tangga. Peran: peran klien dalam keluarga adalah sebagai seorang istri, ibu, mertua, dan nenek. Klien puas dengan peran klien sebagai ibu karena mampu membesarkan ke tujuh anaknya, Klien mengaku hubungan klien dengan menantu dan cucu klien juga baik sehingga klien merasa puas sebagai perannya sebagai mertua dan nenek. Peran yang membuat klien tidak puas adalah peran klien sebagai istri karena klien merasa suami tidak pernah menghargai klien. ditambah lagi dengan pernikahan klien yang didasari perjodohan membuat klien merasa pernikahan terkadang sebagai kewajiban. Ideal diri: harapan klien adalah untuk sembuh dan segera pulang dari rumah sakit agar bisa berkumpul kembali dengan cucu klien. harapan terhadap perannya sebagai seorang istri adalah ingin dihargai oleh suami, berharap suami bersikap lebih lembut kepada klien. Harga diri: hubungan klien dengan anak klien baik dan sering berkomunikasi. Hubungan antara anak-anak dan menantu klien juga baik. . Keluarga dank lien menyatakan klien sangat dekat dengan cucunya. Klien menyatakan sayang kepada cucu dan merasa disayangi oleh cucunya. Klien hanya merasa tidak dihargai oleh suami yang sering membuat klien marah. Klien merasa menyesal menikah dengan suaminya. c. Hubungan sosial Orang yang berarti bagi klien adalah anak dan menantu ke tiga yang tinggal serumah karena selalu ada untuk klien ketika klien butuh bantuan. Keluarga menyatakan klien sering mengikuti pengajian di masyarakat yang diadakan setiap minggu. d. Spiritual Klien beragama Islam, melaksanakan sholat lima waktu, mengaji, berzikir dan berdoa. e. Status mental Penampilan secara umum sesuai. Pembicaraan cepat, koheren, namun perlu difokuskan untuk membicarakan topic yang ditanyakan. Pembicaraan berulang. f. Aktivitas motoric: lesu(+), gelisah(+), agitasi(+), g. Alam perasaan: khawatir terhadap kondisi kesehatannya saat ini h. Afek: sesuai i. Interaksi selama wawancara: kooperatif, kontak mata(+), curiga (-), defensive(-) Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 j. Proses pikir: sirkumstansial(-), tangensial (-), kehilangan asosiasi(-) flight of idea(-), bloking (-) k. Isi piker: (-) l. Waham (-) m. Tingkat kesadaran: Compos mentis, GCS 15, orientasi waktu, tempat, manusia baik. Klien mampu menyatakan tempat klien berada dan rumah klien. mampu mengidentifikasi hari, mampu mengenal keluarga dan perawat. n. Memori: klien lansia sehingga klien terkadang mengalami gangguan memori o. Tingkat konsentrasi dan berhitung: kurang mampu berkonsentrasi, perlu pernyataan berulang. Klien mampu berhitung. p. Kemampuan penilaian: dapat mengambil keputusan dengan bantuan orang lain q. Daya tilik diri: klien menyadari saat ini sedang sakit dan dirawat. Menyatakan tidak sedih karena sedang diobati namun merasa cemas karena tidak tahu mau diapakan. r. Mekanisme koping: klien dikenal sebagai orang yang tertutup. Baru akan menceritakan masalah yang dimilikinya ketika sudah ditanya. Klien suka memendam masalahnya sendiri. Klien menyatakan jika ada masalah, sering bercanda dengan cucu dan kesalnya akan hilang. Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 PENGKAJIAN PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI ANSIETAS Nama : Ny. R No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. Umur : 73 tahun No.Reg.: 26 40 21 Pertanyaan Ruang : Gayatri Jawaban Ya Tidak Biologis Adanya perubahan situasi kesehatan yang mendadak atau kondisi fisik yang menyebabkan ancaman terhadap integritas diri (misalnya: ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadao kebutuhan dasar) Dalam enam bulan terakhir terpajan racun atau zat berbahaya Didiagnosis penyakit terminal atau kronis yang mengancam kematian atau ancaman integritas biologis seperti kondisi sekarat, serangan, prosedur invasif, dan penyakit Adanya riwayat anggota keluarga menderita gangguan jiwa atau anggota keluarga mudah mengalami kecemasan (herediter) Penyalahgunaan obat atau zat terlarang Menderita penyakit kronis atau terminal sehingga mengalami ancaman kematian Status nutrisi (terlalu kurus atau terlalu gemuk) Sindrom kromosom 13 terkait dengan gangguan panik, sakit kepala berat, dan hipertiroid Sensitivitas laktat Adanya lesi pada otak Kembar monozigot lima kali lipat lebih sering daripada dizigot Psikologis Pengalaman traumatis dalam enam bulan terakhir: perpisahan, kehilangan benda-benda yang dimiliki, atau bencana Gangguan konsep diri karena mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan sehingga menimbulkan perasaan frustasi Adanya ancaman terhadap konsep diri (identitas diri, harga diri, dan perubahan peran) Mengalami stres psikologis akibat tidak mampu mengontrol stimulus yang ada Hambatan dalam mengambil keputusan Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan orang lain Adanya batasan kontak sosial akibat perbedaan budaya maupu akibat proses pengobatan yang lama (di ICU, NGT, atau ETT) Ada pengalaman terlibat dalam masalah hukum atau pelanggaran norma Mengalami konflik yang tidak disadari mengenai tujuan pentingnya hidup yang berlangsung lama Mengalami konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang penting Motivasi: kurangnya penghargaan dari orang lain Self control rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika mengalami kegagalan maupun keberhasilan (terlalu sedih atau terlalu senang yang berlebihan) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah cemas Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi Sosial Budaya Krisis maturasi atau individu tidak mampu mencapai tugas perkembangan yang seharusnya Perpindahan di tempat tinggal atau tinggal di tempat baru Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V No. Pertanyaan 28. Perubahan yang mendadak status ekonomi, lingkungan, tempat tinggal, status peran dan fungsi peran, pola interaksi Kehilangan anggota keluarga (meninggal, perceraian) Berada di lingkungan yang berisiko kontaminasi dengan infeksi atau penularan penyakit Klien tidak mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru sehingga mengalami krisis situasi Pembatasan yang dilakukan oleh rumah sakit akibat hospitalisasi Usia: Pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas perkembangan yang seharusnya sehingga mudah mengalami kecemasan Jenis kelamin: Pelaksanaan peran individu sesuai dengan jenis kelamin yang tidak optimal akan mempermudah munculnya kecemasan Kurangnya pendapatan/penghasilan yang dapat mengancam pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari Mengalami perubahan status atau prestise Pengalaman berpisah dengan orang terdekat, misalnya karena perpisahan, kematian, tekanan budaya, perpindahan dan perpisahan sementara atau permanen Perubahan situasi sosial dan ekonomi akibat pensiun Tinggal di lingkungan yang terdapat bahaya keamanan maupun polutan lingkungan Kondisi klien yang tidak mempunyai pekerjaan, pengangguran, ada pekerjaan baru maupun promosi Peran sosial: Kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi di lingkungan sekitar dan kesulitan membina hubungan interpersonal dengan orang lain Agama dan keyakinan: kurang menjalankan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama dan kepercayaan atau ada nilai budaya dan norma yang mengharuskan melakukan pembatasan kontak sosial dengan orang lain (misalnya laki-laki dengan perempuan) 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Jawaban Ya Tidak V V V V V V V V V V V V V V V PENGKAJIAN ANSIETAS Nama : Ny. R No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. Umur : 73 tahun No.Reg.: 26 40 21 Pertanyaan Ruang : Gayatri Jawaban Ya Tidak Kognitif Mengungkapkan adanya atau menyadari adanya gejala fisiologis Konfusi atau bingung Blocking pikiran Penurunan lapang persepsi Kesulitan konsentrasi atau tidak dapat berkonsentrasi Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik Mudah lupa Gangguan perhatian Mengungkapkan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup Mengungkapkan keluhan karena perubahan pada kejadian hidup Mengatakan sulit mengambilkan keputusan Mengatakan sering mimpi buruk Mengatakan takut kehilangan kontrol Penurunan kemampuan untuk belajar Berfokus pada apa yang menjadi perhatian Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah Tidak mampu menerima rangsangan dari luar Afektif Perasaan tidak aman Gelisah dan merasa ketakutan Kesedihan yang mendalam sehingga mengalami frustasi Distres dan perasaan yang tidak adekuat Berfokus pada diri sendiri Peningkatan kewaspadaan Iritabilitas dan gugup Perasaan senang yang berlebihan Rasa nyeri yang dapat meningkatkan ketidakberdayaan Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten Merasa bingung dan menyesal Ragu dan tidak percaya diri Klien menjadi tidak sabar Marah yang berlebihan Merasa khawatir Cenderung menyalahkan orang lain Fisiologis Wajah tegang dan muka berkerut Tremor tangan dan anggota badan lain Peningkatan ketegangan otot Peningkatan keringat Suara bergetar dan kadang meninggi Gangguan pola tidur/insomnia Perasaan ingin pingsan Anoreksia Diare Eksitasi kardiovaskuler Mulut kering Wajah merah Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V No. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. Pertanyaan Jantung berdebar-debar Peningkatan refleks Peningkatan frekuensi pernapasan (hiperventilasi) Nadi dan tekanan darah meningkat Sering napas pendek Pupil melebar Vasokonstriksi supervisial Kedutan pada otot Nyeri abdomen Penurunan tekanan darah dan frekuensi nadi Diare dan vertigo Letih dan mual Kesemutan pada ekstremitas Gangguan tidur Sering berkemih Anyang-anyangan Dorongan berkemih (keinginan mendesak untuk berkemih) Perilaku Gerakan tersentak-sentak Penurunan produktivitas Gerakan yang irelevan Kontak mata buruk Agitasi dan mengintai Gelisah dan melihat hanya sepintas Tampak waspada melamun Tidak dapat tenang, misalnya gerakan kaki dan gerakan tangan Ketegangan fisik dan tremor Kurang koordinasi dalam gerakan dan tidak bertujuan Sosial Bicara berlebihan dan cepat Menarik diri dari hubungan interpersonal Kurang inisiatif Menghindari kontak sosial dengan orang lain Kadang menunjukkan sikap bermusuhan Total Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. Skor total 0 Skor total 1-19 Skor total 20-39 Skor total 40-59 Skor total 60-77 : Tidak mengalami ansietas : Ansietas ringan : Ansietas sedang : Ansietas berat : Panik Interpretasi: skor klien: 32, klien mengalami ansietas sedang Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Jawaban Ya Tidak V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V TERAPI FARMAKOLOGIS YANG DIBERIKAN Nama Obat Keterangan Oral Aspilet Agen antiplatelet Digoxin Antidisrithmic(agen inotropic) ISDN Nitrat, vasodilator, anti angina Vaclo Inhibitor agegasi platelet Amlodipine Calcium channel blocker (mendilatasi arteri korener utama dan sistemik) Piracetam GABA analog KSR Potassium klorida(elektrolit) Alprazolam Anxiolytic Trabesco Injeksi Furosemide Agen Diuretic Ranitidine Histamine 2 antagonist Ondansetron Antiemetic Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 ANALISA DATA Data Data Subjektif:klien menyatakan sesak, mudah Diagnosa Keperawatan Pola nafas inefektif lelah Data Objektif: RR 30x/menit (takipneu); hasil Roentgen thorax: cardiomegaly & TB paru duplex. Data Subjektif: menyatakan khawatir atas Ansietas kondisinya saat ini, bertanya mungkinkah bisa sembuh, tidur tidak nyenyak, ragu-ragu akan bisa sembuh kembali Data Objektif: perubahan status kesehatan, hemiparese sinistra, gelisah, gerakan kurang terarah, waspada, focus menyempit(berfokus pada diri sendiri), pengulangan pembicaraan Data subjektif: klien menyatakan sesak, lemah. Intoleransi aktivitas Data Objektif: takipneu RR 24x/menit, dx medis CHF hemiparese sinistra, kekuatan otot: 5555 0000 5555 5533 Data Subjektif:tidak nafsu makan, makan hanya Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari sekitar 3sendok makan kebutuhan tubuh Data Objektif: menghindari makan, tonus otot menurun, Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Rangkuman Tindakan per Diagnosa Diagnosa Keperawatan Pola nafas inefektif Tindakan 1. Mempertahankan oksigenasi 2. Memonitor pola nafas 3. Mempertahankan posisi semi fowler 4. Membatasi aktivitas Ansietas 1. Membina hubungan saling percaya 2. Menjelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan 3. Memberikan informasi yang dibutuhkan klien terkait kondisi klien 4. Meyakinkan klien bahwa klien aman 5. Mendiskusikan hal yang memicu ansietas 6. Mengidentifikasi hal yang dilakukan klien untuk mengurangi ansietas 7. Memandu melakukan teknik relaksasi nafas dalam jika kondisi tidak sesak berat 8. Melakukan teknik hypnosis lima jari 9. Mengajarkan teknik distraksi 10. Bekerja sama dengan keluarga untuk meminimalisasi ansietas Intoleransi aktivitas 1. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar klien 2. Membatasi aktivitas 3. Memantau kekuatan otot 4. Memberikan latihan ROM sesuai toleransi klien Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 1. Memotivasi intake adekuat 2. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya intake adekuat Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 (mandiri dan kolaborasi dengan instalasi gizi) 3. Mengevaluasi pola makan klien per hari 4. Berkolaborasi dengan instalasi gizi untuk menyediakan makanan yang dapat ditoleransi oleh klien Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ANSIETAS Rencana Tindakan keperawatan Diagnosa keperawatan Ansietas Tujuan Kriteria Evaluasi Rasional Intervensi TUK : Klien menunjukkan tanda- Bina hubungan saling percaya : Hubungan saling percaya merupakan 1. Klien dapat menjalin tanda percaya terhadap 1.1. Beri salam setiap interaksi dasar dari terjadinya komunikasi TUM : dan mempertahankan perawat 1.2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan teraupetik sehingga akan memfasilitasi Klien akan hubungan saling menunjukkan cara percaya perawat berkenalan Wajah cerah, tersenyum 1.3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien 1.4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap koping adaptif Mau berkenalan terhadap sterss Ada kontak mata Bersedia menceritakan dalam pengungkapan perasaan, emosi, dan harapan klien berinteraksi dengan klien 1.5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien perasaannya 1.6. Buat kontrak interaksi yang jelas 1.7. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien 1.8. Penuhi kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat Klien mengungkapkan Dengan mengenal ansietasnya, klien akan mengenal perasaan ansietas, penyebab 2.1. Jadilah pendengar yang hangat dan responsif lebih kooperatif terhadap tindakan ansietasnya ansietas, penyebab ansietas, 2.2. Beri waktu yang cukup pada klien untuk berespons keperawatan. dan perilaku akibat ansietas 2.3. Diskusikan tentang perasaan klien saat sedang Menyamakan persepsi bahwa ansietas menghadapi masalah atau tekanan 2.4. Beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya 2.5. Identifikasi situasi yang membuat klien ansietas 2.6. Bersama klien identifikasi penyebab ansietas Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 terjadi pada klien. 2.7. Bersama klien identifikasi perilaku akibat ansietas 2.8. Reinforcement positif 2.9. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya. 3. Klien mampu 3.1. Ajarkan klien teknik pengalihan pikiran. Klien dapat mendemonstrasikan cara 3.2. Dorong klien untuk menggunakan teknik napas dalam, menggunakan teknik mengatasi ansietas secara relaksasi otot progresif, dan hipnotis lima jari untuk akan membantu klien untuk mencari cara mengurangi ansietas positif menurunkan tingkat ansietas. yang adaptif dalam mengurangi atau secara positif 4. Didapatkannya cara lain yang sehat yang menghilangkan ansietasnya Klien dapat dukungan keluarga Keluarga mampu merawat 4.1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga. Dukungan keluarga, mendukung proses untuk menurunkan anggota keluarga dengan 4.2. Jelaskan proses tejadi, tanda gejala, penyebab ansietas perubahan perilaku ansietas klien, untuk ansietas. ansietas dengan latihan napas dalam dan pengalihan pikiran. pada anggota keluarga. 4.3. Ajarkan cara merawat anggota keluarga dengan latihan meningkatkan motivasi klien dalam menghilangkan ansietasnya, untuk napas dalam, relaksasi otot progresif dan hipnotis lima memberikan pengetahuan kepada jari. keluarga sehingga keluarga dapat 4.4. Diskusikan tanda-tanda anggota keluarga harus dirujuk. memahami cara yang tepat dalam 4.5. Beri reinforcement positif. menangani klien dan pentingnya perhatian keluarga, dan agar keluarga dapat merawat klien secara mandiri. Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Lampiran 3 Catatan Perkembangan Ibu R Tanggal Data dan diagnosa 28 Mei 2013 DS: klien menyatakan sesak Mengukur TTV S: Sesak berkurang berkurang, sudah BAB, Mengobservasi pusing perkurang, konsistensi keras, sudah kondisi umum makan sekitar 4 tidak pusing karena lega klien sendok makan, pegal Mengkaji pola O: kesadaran: CM; nafas Tekanan darah: Mempertahankan 110/80 mmHg; nadi oksigenasi 121 x/menit; suhu Memberikan 36,2oC; makan 4 mengapa belum di rontgen pendidikan sendok makan DO: makan RS dikonsumsi kesehatan Klien belum mampu sekitar 3 sendok makan, mengenai rencana melakukan teknik hemiparese sinistra, rontgen thoraks relaksasi nafas dalam Menganjurkan karena sesak RR 28x/menit 5555 5533 klien untuk tenang A: konstipasi teratasi Dx: pola nafas inefektif dan berdoa Pola nafas inefektif Mengajarkan Ansietas teratasi teknik nafas dalam sementara sudah BAB, makan Implementasi makanan dari RS sedikit, makan makanan dari luar mau, lemas, khawatir sembuh atau tidak, bertanya kekuatan otot 5555 0000 Intoleransi aktivitas Ansietas Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Memonitor oksigenasi Memonitor IVFD Memberikan posisi semi fowler Memberikan terapi ranitidine, ondansetron, furosemide Menjelaskan tujan terapi Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Evaluasi Intoleransi aktivitas Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan P: pertahankan oksigenasi Bantu ADL Motivasi intake nutrisi adekuat Monitor pola nafas EKG/hari farmakologis dan efeknya 29 Mei 2013 DS: sesak, pegal, batuk, Mengukur TTV S:klien menyatakan kaki dan tangan kaku, Mengobservasi kesal karena suami di DO: RR 28x/menit; O2 kondisi umum rumah suka teriak- 2L/menit; paru: vesikuler klien teriak suka jadi Mengkaji pola pikiran. Suami nafas maunya macem- Mempertahankan macem, galak. Takut oksigenasi sama suami. Sudah Mengajarkan mengalami ROM kepada klien penurunan dan keluarga kemampuan Mengeksplorasi pendengaran perasaan klien sehingga bicara keras sesuai toleransi dan kalau menutup klien pintu suka dibanting, Bersama keluarga Keluarga mendiskusikan menyatakan klien koping yang tertutup. Baru cerita digunakan klien jika sudah ditanya +/+; ronchii-/-; wheezing-/- Hemiparese sinistra Dx medis CHF Dx: pola nafas inefektif Hambatan mobilitas fisik Bersama keluarga mengidentifikasi support system yang dimiliki klien oleh keluarga. Support system: keluarga(menantu dan anak ke tiga yang tinggal serumah) O: kontak mata+, pembicaraan terarah, koheren, ekspresi sesuai. Tekanan darah: 120/70; N: 96x/menit; suhu:34,9oC; RR: Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 24x/menit; O2: 4l/menit. Auskultasi paru: vesikuler+/+, wheezing -/-, ronchii -/Keluarga mampu melakukan ROM pasif kepada klien dengan panduan perawat. Kondisi klien sesak, tidak dilakukan teknik nafas dalam Keluarga klien suportif, mengetahui masalah klien dan berkeinginan membantu klien A: pola nafas inefektif Intoleransi aktivitas Ansietas P: observasi kondisi umum dan tanda vital Pertahankan oksigenasi Latih ROM pasif sesuai toleransi klien Evaluasi ansietas 30 Mei 2013 DS: sesak berkurang, batuk, Mengukur TTV S:klien menyatakan klien menyatakan khawatir Mengobservasi pola BAB biasanya karena sudah 2hari belum kondisi umum 1x/hari, makan pagi BAB klien habis ¼ porsi, Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 DO: Tekanan darah: 114/86 Mengkaji pola menyatakan perutnya mmHg nafas masih tidak enak Mempertahankan kalau belum BAB; oksigenasi keluarga mengulangi Nadi: 111 x/menit irregular RR: 24 x/menit Suhu: 36,2oC Gerakan tidak terarah (+) Memberikan posisi penjelasan perawat fowler tentang pola BAB Mengevaluasi pola O: kesadaran CM BAB Tekanan darah: Memberikan 110/70 mmHg Ansietas pendidikan Nadi: 100x/menit intoleransi aktivitas kesehatan irregular mengenai faktor RR: 16 x/menit yang Suhu: 35,6oC mempengaruhi O2: L/menit BAB Keluarga mampu Mengajarkan klien memahami Focus menyempit(terbatas pada diri sendiri) Dx: pola nafas inefektif dan keluarga untuk penjelasan perawat melakukan teknik Klien mampu nafas dalam melakukan teknik Menganjurkan nafas dalam dengan klien untuk tenang panduan namun Mendampingi visite belum mampu melakukan dengan mandiri Keluarga mampu melakukan teknik nafas dalam Keluarga mampu memandu klien melakukan teknik nafas dalam A:intoleransi akivitas Ansietas Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 P: Pertahankan oksigenasi Evaluasi ansietas klien Ulangi latihan teknik relaksasi nafas dalam jika kondisi klien tidak sesak IVFD: RL 24 jam/kolf Hasil visite: Raber dengan dr. Zaenal Sp.S 31 Mei 2013 DS: sesak berkurang, batuk, Mengukur TTV S:klien menyatakan masih belum BAB, lemas Mengobservasi makan sedikit, DO: Tekanan darah: 97/70 kondisi umum kurang bergerak, jadi mmHg klien tidak apa-apa belum Mengkaji pola BAB, akan makan nafas buah lebih banyak Mempertahankan O: oksigenasi Tekanan darah: 90/70 Melakukan mmHg personal hygiene Nadi: 100 x/menit Mengevaluasi pola irregular BAB RR: 18 x/menit Mengulangi Suhu: 35oC penjelasan O2: 4 L/menit mengenai pola Kontak mata (+) Nadi: 94 x/menit irregular RR: 24 x/menit Suhu: 36,2oC Hemiparese sinistra Dx medis CHF Gerakan tidak terarah(+) Focus terhadap diri sendiri Dx: intoleransi aktivitas Ansietas BAB Mendiskusikan penyebab klien belum BAB Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Gerakan tidak terarah(-) A: intoleransi aktivitas Menganjurkan ansietas makan buah P: Bantu ADL Pertahankan oksigenasi Observasi Kondisi umum dan tanda vital 1 Juni 2013 DS: sesak, ingin pulang, Mengukur TTV S: keluarga dank lien DO: Tekanan darah: 97/54 Mengobservasi merasa kondisi sudah mmHg kondisi umum lebih baik, di rumah Nadi: 92 x/menit irregular klien ada keluarga yang Mengkaji pola merawat, akan nafas melakukan berobat Mempertahankan jalan, jika terjadi oksigenasi sesuatu, akan segera Mengevaluasi pola merujuk klien ke RS, BAB BAB(+) Menjelaskan Makan habis ½ porsi Risiko penurunan curah persyaratan dan Tubuh masih terasa jantung prosedur lemas dan kaku Hambatan mobilitas fisik pemulangan Klien menyatakan Mendiskusikan lebih nyaman setelah RR: 20 x/menit o Suhu: 36 C Dx medis CHF Hemiparese sinistra Orientasi baik Gerakan tidak terarah(-) Dx: dengan klien kelebihan dan kekurangan jika klien pulang Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam melakukan nafas dalam O: Tekanan darah: 90/50 mmHg Nadi: 88 x/menit irregular RR: 22x/menit Suhu: 34,9oC O2: 4 L/menit Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Kekuatan otot 5555 0000 5555 5533 RL 8 tetes per menit, Klien mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam A: hambatan mobilitas fisik P: Observasi kondisi umum dan tanda vital Pertahankan oksigenasi 3 Juni 2013 Klien pulang (pulang atas permintaan keluarga) DS: Mengukur TTV S: DO: Mengobservasi O: kondisi umum Tekanan darah: klien mmHg Mengkaji pola Nadi: x/menit nafas irregular Mempertahankan RR: x/menit oksigenasi Suhu: oC Dx: O2: L/menit A: P: 5 Mengukur TTV S: Mengobservasi O: kondisi umum Tekanan darah: klien mmHg Mengkaji pola Nadi: x/menit nafas irregular Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Mempertahankan RR: x/menit oksigenasi Suhu: oC O2: L/menit A: P: 6 Mengukur TTV S: Mengobservasi O: kondisi umum Tekanan darah: klien mmHg Mengkaji pola Nadi: x/menit nafas irregular Mempertahankan RR: x/menit oksigenasi Suhu: oC O2: L/menit A: P: 8 Mengukur TTV S: Mengobservasi O: kondisi umum Tekanan darah: klien mmHg Mengkaji pola Nadi: x/menit nafas irregular Mempertahankan RR: x/menit oksigenasi Suhu: oC O2: L/menit A: P: 9 Mengukur TTV S: Mengobservasi O: kondisi umum Tekanan darah: klien mmHg Mengkaji pola Nadi: x/menit nafas irregular Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013 Mempertahankan RR: x/menit oksigenasi Suhu: oC O2: L/menit A: P: Analisis praktik ..., Fera Riyani, FIK UI, 2013