Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia Maret 2015 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan* Latar Belakang Industri minyak dan gas telah mengalami perubahan dramatis baik di pasar domestik maupun internasional. Di level internasional, industri ini mengalami lonjakan investasi ketika harga minyak mentah mulai meningkat pada tahun 2008 dan mencapai puncaknya sebesar USD 145/barel pada pertengahan tahun tersebut. Namun akibat perlambatan ekonomi global, harga kemudian mengalami penurunan hingga menjadi USD 40/barel pada akhir tahun itu. Harga minyak mentah kemudian secara bertahap mengalami kenaikan dan mencapai USD 105/barel pada pertengahan tahun 2014, sebelum akhirnya turun lagi ke level USD 44/barel pada Januari 2015. Di dalam negeri, penghapusan/perubahan subsidi BBM menjelang akhir tahun 2014 diharapkan tidak memberikan pengaruh yang besar kepada konsumen dalam jangka pendek karena harga minyak dunia yang masih rendah, namun dampaknya akan dirasakan ketika harga minyak meningkat. Semua faktor di atas sangat penting dari sudut pandang industri jasa perminyakan karena permintaan dalam industri ini berbanding lurus dengan tingkat investasi di sektor minyak dan gas yang sejalan dengan harga minyak. Dengan demikian, harga minyak yang lebih rendah saat ini diperkirakan akan berdampak buruk kepada investasi internasional dalam industri jasa perminyakan. Namun demikian, dalam kasus Indonesia, beberapa pengecualian bisa diharapkan, karena pemerintah telah mendorong investasi ladang minyak dengan memperkenalkan langkah-langkah seperti keringanan pajak melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK 70 tahun 2013). Kebijakan pemerintah secara aktif mempromosikan kegiatan eksplorasi dan pengeboran adalah karena menurunnya produksi minyak mentah - dalam satu dekade terakhir (saat ini di 798.000 bph) dikaitkan dengan konsentrasi produksi di ladang minyak tua. Industri minyak dan gas serta jasa pendukungnya dengan demikian akan menjadi dinamis. Dalam pengertian ICRA Indonesia, jasa perminyakan mencakup berbagai macam produk dan jasa yang digunakan dalam eksplorasi, ekstraksi, transportasi dan pengembangan minyak dan gas bumi, termasuk pembuatan peralatan yang digunakan oleh perusahaan penyedia jasa perminyakan. Perusahaan yang berkecimpung di sektor ini secara luas dapat dibagi menjadi empat kategori: Perusahaan pengeboran: Perusahaan yang bergerak dalam pengeboran - baik di bawah permukaan tanah (onshore) atau dasar laut (offshore) untuk mencapai cadangan minyak dan gas. Perusahaan jasa pengeboran: Perusahaan menyediakan layanan seismik seperti survei, menafsirkan dan memastikan cadangan geologi serta jasa terkait pengeboran lainnya seperti pengeboran terarah dan pembersihan lumpur; rekayasa onsite, jasa operasional & pemeliharaan, jasa penyediaan tenaga kerja; dan lain-lain. Transportasi dan logistik: Pengangkutan minyak/gas dari tempat penyimpanan ke kilang. Manufaktur peralatan ladang minyak: Menyediakan infrastruktur dan peralatan (seperti alatalat pengeboran dan produksi) yang diperlukan untuk eksplorasi minyak dan gas. ICRA Indonesia – Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan Industri jasa perminyakan global dan khususnya bisnis pengeboran memerlukan intensitas modal dan teknis yang tinggi. Pengeboran termasuk komponen yang besar dari biaya eksplorasi dan produksi. Jasa dan peralatan terkait lainnya memiliki posisi lebih rendah dalam rantai produksi karena intensitas teknis dan modal yang relatif rendah, meskipun kualitas jasa dan produk yang dibutuhkan dalam industri minyak dan gas umumnya dari tatanan yang lebih tinggi karena biaya kegagalan suatu peralatan adalah tinggi untuk perusahaan yang bergerak di sektor hulu. Selain itu, industri tersebut juga memiliki ciri musiman karena karena permintaan untuk jasa ini ditentukan oleh belanja modal sektor hulu yang sangat dipengaruhi oleh harga minyak & gas yang berlaku saat ini dan perkiraan di masa mendatang. Industri jasa perminyakan dalam negeri memiliki sejarah panjang. Indonesia telah menjadi pemain aktif di sektor minyak dan gas selama hampir 130 tahun setelah penemuan ladang minyak pertama di Sumatera pada tahun 1885. Selanjutnya sesuai dengan peraturan, mayoritas jasa perminyakan onshore dikerjakan oleh perusahaan dalam negeri. Akibatnya, industri jasa perminyakan dalam negeri telah berkembang, baik oleh perusahaan terintegrasi maupun non-terintegrasi yang menawarkan jasa di spektrum yang luas dari mata rantai hulu minyak dan gas. Selain itu, sejumlah pemain multinasional juga beroperasi melalui perusahaan mereka yang berdomisili di Indonesia. Dengan banyak pemain domestik maupun internasional, Indonesia memiliki kemampuan teknologi dan skala ekonomi yang memadai untuk memproduksi peralatan pengeboran lepas pantai/darat, seperti rig pengeboran, meskipun peralatan tersebut ada juga yang diimpor. Dengan eksplorasi pindah ke wilayah laut dalam, perusahaan-perusahaan Indonesia secara bertahap membangun/menguasai aset yang bisa dioperasikan di wilayah ini. Margin operasional perusahaan pemilik rig cenderung tinggi untuk segmen yang membutuhkan modal dan spesifikasi teknis yang tinggi seperti pengeboran, tetapi margin bersih bervariasi tergantung pada biaya modal terkait. Selain memiliki, perusahaan pengeboran juga dapat menyewa rig untuk mengurangi risiko keuangan yang terkait dengan kepemilikan aset. Para pemain ini memiliki margin operasional yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki rig, tetapi modal yang digunakan dalam bisnis tersebut lebih rendah sehingga mereka bisa memiliki margin keuntungan yang lebih tinggi atas modal yang digunakan. Di sisi lain, margin operasional untuk jasa perminyakan lainnya bervariasi tergantung pada intensitas teknis operasional dan seberapa pentingnya peralatan untuk proses eksplorasi dan produksi. Menurut pendapat ICRA Indonesia, kunci penentu profil risiko bisnis perusahaan jasa perminyakan adalah skala operasional dan keanekaragaman peralatan/produk /jasa yang ditawarkan, kecanggihan teknis produk/jasa, posisi pasar, keragaman geografis dan pelanggan, rekam jejak operasional dan tingkat pemanfaatan alat. Penilaian ICRA Indonesia juga mencakup posisi keuangan dan struktur biaya, kebijakan akuisisi aset, profil jatuh tempo utang, sistem manajemen risiko mata uang asing, kemampuan untuk menghasilkan arus kas untuk mendanai belanja modal dan paparan pendanaan diluar neraca. ICRA Indonesia juga menilai manajemen perusahaan dalam hal rencana pertumbuhan, pengelolaan risiko dan kebijakan keuangan. Penilaian Profil Risiko Bisnis Skala Operasional & Profil Armada Skala operasional perusahaan jasa perminyakan tergantung pada ukuran, profil dan usia armada rig. Untuk perusahaan manufaktur peralatan ladang minyak, skala usaha tergantung pada keragaman profil produk, skala ekonomi dan kemampuan untuk menjual produk di pasar internasional. Dengan armada yang besar dan basis aset yang beragam meliputi rig untuk darat, laut (laut dangkal/dalam), perusahaan mampu menyediakan jasa pengeboran di berbagai tipe geologis. Oleh karena itu, basis aset yang besar dalam kontrak pengeboran umumnya menyiratkan basis pendapatan, profitabilitas dan arus kas yang lebih besar dan berkelanjutan. Mengingat bahwa permintaan-penawaran dan ICRA Indonesia – Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan Halaman 2 dari 8 skenario harga untuk segmen yang berbeda dalam industri jasa perminyakan tidaklah berkorelasi sempurna, keragaman profil armada mengindikasikan posisi pasar yang lebih kompetitif karena keberadaannya di seluruh mata rantai pengeboran dan keahlian teknis di berbagai wilayah operasional. Profil produk/aset yang beragam juga mengimbangi kerentanan permintaan dan persaingan harga di segmen industri tertentu. Perusahaan jasa yang efektif melakukan diversifikasi profil produk mereka di keseluruhan siklus suatu sumur minyak dan gas pada umumnya mampu menunjukkan profil pendapatan dan operasional yang lebih stabil, yang umumnya meningkatkan margin keuntungan. Tarif harian juga tergantung pada umur aset dengan rig generasi baru dengan kemampuan teknis yang lebih baik mendapatkan keuntungan yang lebih dibandingkan rig lainnya. Rig baru juga umumnya mengalami kerusakan yang lebih sedikit, dan perusahaan yang memiliki rig umumnya tidak membukukan pendapatan apabila terjadi kerusakan. Namun demikian, karena rig baru memiliki tarif yang lebih tinggi, rig tua yang telah diperbaharui dan memiliki kemampuan teknis yang memadai tetap dapat beroperasi terutama di geografi yang lebih mudah. Keragaman basis aset juga positif dari sudut pandang kemampuan perusahaan untuk bersaing dalam hal struktur biaya dan mendapatkan pembiayaan untuk melaksanakan proyek-proyek yang membutuhkan modal. Kemampuan Teknis Kegiatan pengamatan dan pengeboran adalah bidang yang sangat teknis dan membutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang geologi, karakteristik cadangan minyak dan gas, interpretasi data, dan lain-lain. Pada tahap awal eksplorasi, survei seismik dua dan tiga dimensi dilakukan di wilayah yang luas dari blok untuk mengidentifikasi prospek, di mana pengeboran kemudian dilakukan. Selain kemampuan teknis tinggi diperlukan dalam melakukan survei seismik 2D dan 3D dan interpretasi data, aktivitas pengeboran memerlukan intensitas teknis yang sangat tinggi dan karenanya keahlian yang sama diperlukan untuk operasi rig. Ketika eksplorasi memasuki perairan yang lebih dalam, pengeboran menjadi lebih kompleks, mahal dan memakan waktu (mulai dari bulanan hingga tahunan dibandingkan dengan harian untuk pengeboran darat). Pengeboran lepas pantai memiliki risiko dan bahaya yang lebih besar (laut, cuaca, polusi) dan oleh karenanya lebih mahal. Perkembangan terkini dalam teknologi pengeboran telah menghasilkan teknik-teknik canggih seperti pengeboran terarah dan pengeboran horisontal yang membutuhkan keahlian khusus. Teknik ini juga digunakan untuk ekstraksi hidrokarbon non-konvensional (seperti coal bed methane). Kemampuan teknis suatu perusahaan umumnya tercermin dalam penawaran produk, rekam jejak operasional dan kemampuannya untuk menghasilkan margin operasional yang berkelanjutan. Pemain yang beroperasi dengan rig yang lebih canggih (terutama lepas pantai) mendapatkan tarif harian yang lebih tinggi dan margin keuntungan yang lebih baik. Sisi negatifnya, rig yang lebih canggih selalu membutuhkan pengeluaran operasional dan pemeliharaan yang lebih tinggi. Kemampuan teknis juga berarti memiliki tenaga teknis yang memenuhi syarat untuk kelancaran operasional peralatan. Posisi Pasar Posisi pasar suatu perusahaan ditentukan oleh segmen dalam mata rantai jasa perminyakan dan cakupan geografis yang dilayaninya. Keberadaan yang kuat di produk atau jasa tertentu atau dalam geografis tertentu dapat memberikan posisi bisnis yang sangat kompetitif. Penyedia jasa perminyakan Indonesia umumnya memiliki kekuatan yang terbatas dibandingkan dengan pemain internasional, terutama dalam cakupan geografis karena mereka beroperasi terutama di Indonesia khususnya bagian barat karena ladang minyak di bagian timur belum banyak dieksplorasi. Konsentrasi pelanggan yang tinggi: Sekitar 75% dari kegiatan eksplorasi dan produksi minyak terjadi di Indonesia bagian barat. Sebagian besar produksi dilakukan oleh kontraktor asing dengan kontrak bagi hasil (PSC). Produsen terbesar adalah Chevron Pacific dengan pangsa pasar 47% dalam hal produksi (per Januari 2013 - Laporan Price Waterhouse Coopers tentang Minyak dan Gas Bumi 2014). BUMN PT Pertamina (Persero) hanya memiliki pangsa pasar 18%. Secara keseluruhan ICRA Indonesia – Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan Halaman 3 dari 8 terdapat sekitar 9-10 produsen minyak. Tarif harian sewa rig oleh produsen ini berfluktuasi sejalan dengan tarif harian yang berlaku global dan oleh karenanya terpapar risiko musiman. Dengan hanya 9-10 produsen, konsentrasi pelanggan tinggi dan kompetisi meningkat sehingga pemilik rig bisa terkena risiko tingkat pemanfaatan armada yang rendah dan mengalami kesulitan keuangan, terutama dalam kondisi harga minyak mentah rendah seperti saat ini yang diperkirakan berdampak buruk terhadap kegiatan sektor hulu. Dalam kondisi ini, kemampuan perusahaan yang memiliki rig yang dapat beroperasi secara internasional akan dipandang menguntungkan. Tingkat proteksi dari regulasi: Minyak dan gas di Indonesia dikendalikan oleh pemerintah (lewat PSC) melalui satuan kerja khusus pelaksana kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi (SKK Migas) dan badan pengatur hilir minyak dan gas bumi (BPH Migas). Peraturan yang berlaku umumnya menguntungkan bagi pemain domestik dalam hal kegiatan ladang minyak onshore karena ditetapkan bahwa sebagian besar kegiatannya akan dilakukan oleh pemain domestik. Hal ini melindungi pemain dari kompetisi internasional, meskipun kompetisi domestik tetap tinggi. Namun demikian, ketentuan yang sama tidak berlaku bagi kegiatan lepas pantai, yang dapat dilakukan oleh pemain asing yang beroperasi melalui anak perusahaan. Secara keseluruhan, karena kerangka peraturan terus berubah untuk mengikuti perkembangan sektor minyak dan gas, para pemain dalam industri jasa perminyakan rentan terhadap lingkungan peraturan yang dinamis. Keragaman geografis: Keragaman geografis mengurangi kerentanan terhadap pendapatan dan keuntungan yang terjadi di wilayah tertentu. Kegiatan pengeboran di berbagai wilayah geografis didasarkan atas ketersediaan cadangan yang bisa dieksploitasi, kelayakan ekonomi, faktor peraturan dan lingkungan. Mayoritas produsen adalah pemain asing yang hadir di pasar internasional. Namun demikian, sebagian besar penyedia jasa perminyakan terkonsentrasi di wilayah Indonesia bagian barat, di mana mayoritas kegiatan produksi terjadi. Mengingat risiko regulasi yang relatif tinggi dan permintaan yang terkonsentrasi (bagian Barat Indonesia), keberadaan bisnis di luar Indonesia dapat mengurangi volatilitas pendapatan. Selanjutnya, cakupan geografis yang lebih luas juga positif bagi daya saing perusahaan. Selain itu, kehadiran di berbagai daerah menyebabkan perusahaan memiliki paparan yang beragam dari kondisi geologis yang berbeda dari perspektif pengeboran. Dari sudut pandang produsen peralatan ladang minyak, keragaman geografis yang lebih luas mennghadirkan pendapatan lebih stabil dan akses ke pasar yang lebih besar yang mengarah ke skala operasional yang lebih tinggi, meningkatkan skala ekonomi dan profitabilitas. Banyak dari jenis produk ini yang terkonsentrasi pada beberapa pemain global ternama yang menetapkan harga yang lebih tinggi atas produknya. Oleh karena itu, pemain domestik yang mampu menghasilkan produk-produk ini dengan biaya yang lebih rendah dapat memperoleh akses masuk ke pasar internasional. Tarif Harian & Utilisasi Industri pengeboran selalu bersifat padat modal. Rig untuk pengeboran berharga beberapa juta dolar (onshore) hingga beberapa ratus juta dolar (offshore). Intensitas modal yang tinggi dari bisnis ini pada kenyataannya merupakan risiko terbesar yang dihadapi oleh perusahaan pengeboran karena akuisisi aset memerlukan sejumlah besar dana pinjaman. Penggunaan rig pada harga harian yang rendah akan menyebabkan tekanan pada keuntungan dan likuiditas perusahaan. Di sisi lain, rendahnya penggunaan rig juga merupakan risiko yang signifikan. Dalam skala global telah ada kejadian di mana perusahaan mengakuisisi rig saat siklus harga minyak tinggi dengan investasi modal yang tinggi tetapi tidak mendapatkan kontrak rig untuk eksplorasi dan produksi (E & P) pada waktunya akhirnya menghadapi tekanan dalam arus kas dan profitabilitasnya. Profitabilitas perusahaan pengeboran tergantung pada tingkat utilisasi rig yang juga tergantung pada harga minyak mentah global dan permintaan rig. Selanjutnya, kinerja operasional rig juga memiliki posisi penting karena intensitas modal yang tinggi dari bisnis tersebut dan fakta tarif harian rig adalah ribuan dolar. Oleh karena itu, setiap hari di mana rig tidak memiliki kontrak merupakan opportunity cost yang signifikan. Filosofi Akuisisi/Sewa Aset Ada dua jenis model bisnis di industri pengeboran: (i) model kepemilikan aset, di mana operator memiliki dan mengoperasikan asset, dan (ii) model penyewaan, mirip dengan yang lazim di industri ICRA Indonesia – Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan Halaman 4 dari 8 perkapalan, dimana operator tidak memiliki aset pada buku, tetapi bertindak sebagai operator atau agen (operasi ditangani oleh salah satu dari pihak penyewa atau pemilik aset atau kombinasi dari keduanya). Meskipun kepemilikan rig memerlukan belanja modal yang besar, biaya hariannya rendah yang sebagian besar berupa biaya karyawan, biaya bahan bakar, biaya asuransi, dan lain-lain. Karena biaya harian yang rendah, margin operasional bisnis tersebut cukup tinggi. Untuk perusahaan pemilik aset, sebagian besar arus kas dari kontrak merupakan keuntungan operasional, dengan biaya utama adalah biaya terkait modal (seperti penyusutan dan bunga utang). Di sisi lain, dalam model penyewaan, operator mendapatkan bagian kecil dari keseluruhan kontrak setelah dikurangi biaya sewa rig yang dibayarkan kepada pemilik aset. Perusahaan penyewa rig mungkin memperoleh margin untuk mengelola kegiatan operasional harian, kerjasama dengan perusahaan E&P domestik, dan sebagainya. Meskipun mengarah ke profitabilitas yang lebih rendah dibandingkan model kepemilikan aset, model kedua ini memiliki intensitas modal dan risiko pendanann yang rendah dan keuntungan yang moderat tergantung pada selisih antara tarif penyewaan. Di sisi lain, model kepemilikan asset menghadirkan profitabilitas yang tinggi tetapi tingkat pengembalian mungkin lebih rendah karena intensitas modal dan risiko pendanaan yang tinggi terutama pada tahun-tahun awal. Namun, setelah hutang dilunasi, profitabilitas dan arus kas untuk perusahaan pemilik asset meningkat. ICRA Indonesia menilai filosofi manajemen perusahaan yang berkaitan dengan akuisisi aset dan karakteristik arus kas keluar terhadap pendapatan. Bagi perusahaan yang memiliki aset, arus kas keluar yang berkorelasi erat dengan profil pendapatan mereka untuk jangka waktu yang lama adalah positif. Untuk perusahaan yang beroperasi dengan menggunakan model penyewaan, kerjasama dengan pemain global terkemuka untuk akses ke beragam rig dipandang menguntungkan. Siklus Industri Permintaan untuk jasa perminyakan ditentukan oleh belanja modal sektor hulu yang dipengaruhi oleh harga minyak dan gas sekarang dan perkiraan di masa depan. Meskipun harga energi telah meningkat selama beberapa tahun terakhir yang menyebabkan peningkatan aktivitas E&P, penambahan kapasitas dalam industri juga agresif sehingga mengarah kepada siklus industri. Selain itu, aktivitas E&P di dunia yang bergeser ke area yang sulit seperti perbatasan dan perairan dalam (dibandingkan daratan atau perairan dangkal) menyebabkan pemain yang berfokus di daratan atau perairan dangkal menghadapi perubahan dalam dinamika permintaan. Akibatnya, kinerja industri rentan terhadap siklus permintaan, dengan berbagai produk dan jasa mengalami level siklus yang berbeda. Fluktuasi tarif harian merupakan fungsi dari tingkat permintaan-pasokan untuk rig pengeboran yang dipengaruhi oleh ketersediaan rig, utilisasi dan harga minyak/gas yang berlaku. Konsekuensinya, rig dikontrak selama periode tarif harian rendah yang lama menghasilkan tingkat keuntungan yang rendah untuk waktu yang lama pula. Kualitas Manajemen Semua peringkat utang selalu menggabungkan penilaian terhadap kualitas manajemen perusahaan serta kekuatan/kelemahan perusahaan akibat menjadi bagian dari kelompok bisnis tertentu. Hal penting lainnya adalah arus kas keluar untuk mendukung entitas lain dalam hal perusahaan adalah salah satu entitas kuat dalam kelompok. Biasanya, pembahasan rinci dilakukan dengan manajemen untuk memahami tujuan, rencana dan strategi bisnis serta pandangan tentang kinerja masa lalu, selain prospek industri yang bersangkutan. Beberapa poin lain yang dinilai adalah: Pengalaman promotor/manajemen dalam bidang usaha yang digeluti Komitmen promotor/manajemen terhadap bidang usaha yang digeluti Kebijakan promotor/manajemen dalam hal pengambilan dan pengendalian risiko Kebijakan dalam hal utang, risiko suku bunga dan mata uang Rencana perusahaan mengenai proyek-proyek baru, akuisisi atau ekspansi Kekuatan perusahaan lain dalam grup Kemampuan dan kemauan grup untuk mendukung perusahaan melalui langkah-langkah seperti penambahan modal, jika diperlukan. ICRA Indonesia – Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan Halaman 5 dari 8 Penilaian Profil Risiko Keuangan Tujuannya adalah untuk menentukan posisi keuangan perusahaan saat ini, profil risiko keuangan dan fleksibilitas keuangannya. Beberapa aspek yang dianalisis secara rinci dalam konteks ini adalah: Struktur biaya: Biaya operasional dan biaya modal merupakan sebagian besar biaya bagi penyedia jasa pengeboran untuk memenuhi kontrak kepada perusahaan sektor hulu. Biaya operasional terutama terdiri dari biaya teknisi dan tenaga kerja, perbaikan dan pemeliharaan, asuransi dan administrasi. Biaya modal terdiri dari bunga, depresiasi dan biaya penyewaan (dalam hal aset disewa dari pemain lain). Asuransi untuk kerusakan penting karena perusahaan bisa kehilangan pendapatan yang signifikan jika rig tidak beroperasi untuk jangka waktu yang lama. Selanjutnya, pengeluaran untuk docking (pemeliharaan skala besar) juga terjadi secara berkala (biasanya setiap 3-5 tahun). Biaya operasional dan pengeluaran untuk docking sebagian besar terkait dengan usia aset dan peraturan. Biaya modal dipengaruhi oleh biaya akuisisi, strategi pendanaan yang diterapkan untuk akuisisi armada dan umur sisa armada. Rig baru yang sepenuhnya didanai dari utang akan memerlukan biaya modal yang lebih tinggi. Operasional harian penyedia jasa pengeboran umumnya akan mencakup kedua jenis biaya yakni operasional dan modal, sedangkan hari dimana tidak beroperasi akan mencakup biaya tetap dan biaya modal. Semakin tinggi biaya rig, semakin rendah kemampuan bertahan dalam kondisi siklus penurunan tarif harian. Ukuran kunci untuk menilai risiko ini adalah dengan menghitung tarif harian efektif (EDR) tingkat rata-rata tertimbang tarif harian berdasarkan perkiraan jumlah jam operasional, nonoperasional, perpindahan dan kerusakan untuk masing-masing rig, dan membandingkannya dengan tariff hari ini dan perkiraan tariff harian untuk beberapa tahun ke depan berdasarkan permintaan dan pasokan untuk suatu kawasan. Semakin tinggi EDR akan semakin baik dari perspektif pemeringkatan. Keuntungan operasional dan imbal hasil: Analisis berfokus pada penentuan tren profitabilitas operasional berdasarkan model bisnis (penyewaan/pemilikan aset) dan membandingkannya dengan pesaing. Imbal hasil yang diperoleh perusahaan terhadap modal/aset yang digunakan sangat penting untuk kualitas kreditnya. Jika suatu perusahaan rig membayar lebih untuk akuisisi aset, imbal hasil akan tertekan kecuali terdapat sinergi dengan armada yang ada. Kemampuan untuk menghasilkan keuntungan di berbagai siklus ini juga penting untuk kekuatan kreditnya. Kebijakan keuangan untuk akuisisi aset: Pada umumnya, rig pengeboran didanai dengan utang yang tinggi mengingat kreditur merasa nyaman dengan strategi pendanaan yang dijamin dengan aset yang likuid. Namun demikian, dari sudut pandang pemeringkatan yang bertujuan untuk menilai ketepatan waktu pembayaran utang dibandingkan penyelesaian hutang oleh peminjam, hal tersebut bukanlah merupakan sumber kenyamanan utama karena akan ada jeda waktu (sebagian besar bersifat prosedural) dalam pengambilalihan kepemilikan dan penjualan atas aset tersebut. Oleh karena itu, tingkat utang yang lebih tinggi berarti profil risiko keuangan yang lebih tinggi, meskipun mungkin tidak bisa disamakan dengan perusahaan manufaktur (termasuk perusahaan manufaktur untuk jasa perminyakan). ICRA Indonesia menilai kebijakan keuangan manajemen berkaitan dengan struktur modal secara keseluruhan, menjaga saldo kas yang cukup untuk cadangan selama periode penurunan dan mempertahankan indikator kecukupan utang pada tingkatan tertentu (seperti Total utang/OPBDITA, OPBDITA/bunga dan DSCR) dan rasio pinjaman. Profil jatuh tempo pinjaman: Profil jatuh tempo hutang jangka panjang sebagian dapat mengimbangi risiko yang terkait dengan tingkat hutang yang tinggi, karena jangka waktu pengembalian untuk akuisisi rig bisa panjang. Dalam konteks ini, kemampuan perusahaan untuk mengakses pinjaman jangka panjang dari kreditur asing dinilai mengingat animo kreditur domestik untuk memberi pinjaman jangka panjang dalam mata uang asing terbatas. Selain itu, pinjaman dalam mata uang yang sama dengan sebagian besar pendapatan dapat memberikan biaya bunga yang kompetitif sehingga menurunkan biaya modal. Karena bisnis ICRA Indonesia – Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan Halaman 6 dari 8 jasa perminyakan bersifat global, akses terhadap pinjaman jangka panjang dengan bunga yang kompetitif dianggap sebagai kunci keunggulan kompetitif. Fleksibilitas keuangan: ICRA Indonesia juga menilai fleksibilitas keuangan yang dimiliki oleh perusahaan seperti kemampuan pembiayaan kembali, kepemilikan armada yang tidak terikat pinjaman, investasi yang likuid dan sebagainya yang secara parsial dapat mengimbangi profil risiko keuangan yang tinggi. Arus kas ditahan dalam berbagai siklus bisnis: Arus kas yang dihasilkan oleh perusahaan jasa perminyakan secara signifikan dipengaruhi oleh volatilitas tarif harian sehingga menghasilkan arus kas operasional yang berfluktulasi. Mengingat intensitas modal dalam industri tersebut, sebagian besar perusahaan memiliki kebutuhan dana yang signifikan untuk berinvestasi kembali dalam aset baru. Arus kas yang ditahan (RCF) yang dalam kondisi stabil dan kuat membantu likuiditas dan memberikan fleksibilitas untuk berinvestasi dalam rig baru. Selain itu, RCF yang positif merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk membayar hutang secara tepat waktu. Indikator kecukupan utang seperti RCF/Total Hutang dan RCF/bunga juga dianalisis untuk melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar utang dan cadangan yang tersedia untuk membayar bunga. Aspek lain yang dianalisis adalah sebagai berikut: Tren piutang: Mengingat konsentrasi pelanggan yang tinggi dalam industri jasa perminyakan dalam negeri, masalah arus kas kadang-kadang timbul karena keterlambatan pembayaran piutang dari pelanggan utama. Arus kas dalam satu kontrak terkadang terpengaruh oleh sengketa yang timbul dari kontrak lain, meskipun tidak selalu. ICRA Indonesia menganalisis tren piutang, kewajiban kontinjensi yang timbul dari perselisihan dengan pelanggan dan pemasok dan rekam jejak operasional untuk mengevaluasi risiko terhadap arus kas dan dampaknya terhadap pembayaran hutang. Intensitas modal kerja: Analisis yang dilakukan adalah mengevaluasi tren indikator modal kerja utama perusahaan seperti piutang, persediaan dan hutang usaha, dibandingkan dengan para pesaingnya. Risiko terkait mata uang asing: Risiko tersebut timbul jika sebagian besar biaya dan pendapatan perusahaan diperoleh dalam mata uang yang berbeda. Contoh dalam industri jasa perminyakan akan mencakup penerimaan pendapatan dalam dolar dan pembayaran utang dalam mata uang rupiah, menyebabkan pembayaran utang rentan terhadap apresiasi Rupiah yang berkelanjutan. Risiko mata uang asing juga bisa timbul dari kewajiban yang tidak dilindung nilai bagi perusahaan yang sebagian besar pendapatannya dalam mata uang lokal. Fokus di sini adalah menilai kebijakan lindung nilai perusahaan yang bersangkutan dalam konteks jangka waktu dan sifat kontrak dengan klien (jangka pendek/panjang, harga tetap/berubah). Kesenjangan jatuh tempo dan risiko terkait dengan suku bunga dan pembiayaan kembali: Ketergantungan besar atas pinjaman jangka pendek untuk mendanai investasi jangka panjang dapat memaparkan emiten kepada risiko pembiayaan kembali yang signifikan, terutama selama periode likuiditas ketat. Adanya cadangan yang memadai berupa aset yang likuid/fasilitas kredit bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dipandang positif. Demikian pula, sejauh mana perusahaan akan terkena dampak pergerakan suku bunga juga dievaluasi. Kualitas Akuntansi: Dalam hal ini, Kebijakan Akuntansi, Catatan atas Laporan Keuangan dan Pendapat Auditor dikaji. Setiap penyimpangan dari praktik akuntansi yang berlaku umum dicatat dan laporan keuangan perusahaan disesuaikan untuk mencerminkan dampak penyimpangan tersebut. ICRA Indonesia – Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan Halaman 7 dari 8 Kewajiban kontinjensi/Paparan di luar neraca: Paparan di luar neraca dalam industri pengeboran mungkin tinggi karena akuisisi rig kadang-kadang didanai melalui perusahaan asosiasi di luar negeri, yang mungkin memerlukan jaminan perusahaan dari entitas di Indonesia. Dalam hal ini, kemungkinan timbulnya kewajiban kontinjensi/paparan di luar neraca dan implikasi keuangannya dievaluasi. Kesimpulan Seperti dalam pemeringkatan sektor manufaktur, pemeringkatan perusahaan jasa perminyakan melibatkan penilaian profil risiko bisnis, risiko manajemen dan risiko keuangan. Faktor siklus sektor minyak dan gas membuat profil risiko bisnis sektor jasa perminyakan tinggi, meskipun bisa diimbangi sebagian atau hampir sepenuhnya dengan penerapan kebijakan bisnis yang hati-hati dan mitigasi risiko keuangan sebagaimana dibahas sebelumnya. Penentuan peringkat akhir didasarkan atas faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif, dengan penekanan pada kemampuan untuk menghasilkan arus kas dan membayar utangnya di masa depan. © Copyright, 2015, ICRA Indonesia. All Rights Reserved. Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya. *) Diadopsi, dimodifikasi dan diterjemahkan dari Rating Methodology for Oilfield Services Companies dari ICRA Limited ICRA Indonesia – Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan Halaman 8 dari 8