76 BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Strategi Bisnis IV.1.1

advertisement
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1. Analisis Strategi Bisnis
IV.1.1. Analisis SWOT
Analisis ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi terlebih dahulu
faktor-faktor internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
oleh PT. Kalbe Farma, Tbk dan faktor-faktor eksternal yang melihat adanya
peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh PT. Kalbe Farma, Tbk dalam
menghadapi persaingan bisnis dengan para kompetitor dalam industri farmasi di
Indonesia. Selanjutnya, kita dapat merumuskan strategi-strategi yang tepat
dengan menggunakan diagram SWOT.
Hasil dari analisis diagram SWOT akan menggambarkan dan
memperlihatkan strategi-strategi yang tepat bagi PT. Kalbe Farma, Tbk dalam
mengatasi dan mengelola kelemahan serta ancaman yang datang dari pihak
eksternal perusahaan dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada
untuk mengambil keuntungan.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor internal perusahaan yang terdiri atas:
A. Kekuatan (Strengths)
•
Kalbe merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di Asia
Tenggara dan terakbar di kawasan ASEAN sejak tahun 2006 dengan
76
dominasi pangsa pasar obat sebesar 14% di Indonesia (sumber: IMS
Health 2010);
•
Kalbe telah memiliki brand yang kuat dan diakui untuk industri
farmasi di Indonesia;
•
Kalbe telah mengimplementasikan ISO 14001:2004 yang merupakan
standar internasional dalam sistem manajemen lingkungan pada
hampir semua fasilitas produksi;
•
Kalbe telah memperoleh standar sertifikasi internasional Good
Distribution Practice (GDP) atau Cara Distribusi Obat yang Baik,
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), dan Occupational Health
& Safety Advisor Service (OHSAS) atau Implementasi Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk bagian logistik
dengan diterimanya OHSAS 18001:2007 dan ISO 9001;
•
Memiliki kinerja keuangan yang cukup bagus, dimana terjadi
peningkatan yang cukup pesat dari tahun 2008-2010 terutama dari
segi penjualan dan laba bersih. Pada tahun 2009, jumlah penjualan
Kalbe meningkat sebesar 15,36% hingga menjadi sebesar Rp 9087,3
Milyar dan laba bersihnya juga meningkat sebesar 31,43% hingga
menjadi sebesar Rp 929,00 Milyar bila dibandingkan dengan tahun
2008. Sedangkan pada tahun 2010, jumlah penjualan Kalbe
meningkat sebesar 12,54% hingga menjadi sebesar Rp 10,23 Triliun
dan laba bersihnya juga mengalami peningkatan sebesar 38,46%
77
hingga menjadi sebesar Rp 1,29 triliun bila dibandingkan dengan
tahun 2009;
•
Memiliki SDM yang terdiri dari individu-individu yang memiliki
semangat entrepreneur dan berdedikasi tinggi terhadap Perseroan,
serta memiliki dorongan untuk selalu berkreasi dan menciptakan
inovasi-inovasi dalam proses produksi dengan mengacu kepada nilainilai perusahaan yaitu: ”Panca Sradha Kalbe” dan strategi
“Productivity-Innovation-Cash Flow” untuk menciptakan value
added bagi Perseroan;
•
Memiliki tim pengelola manajemen resiko yang membuat daftar Risk
Profile dan Risk Register yang menjadi dasar program-program
antisipatif untuk mengurangi resiko dan mengendalikan dampak
negatif bagi perusahaan;
•
Adanya pengelolaan rantai pasokan (Supply Chain Management)
secara terintegrasi dan end-to-end;
•
Strategi pemasaran Kalbe yang berfokus langsung kepada konsumen
(direct to customer) dengan membentuk Kalbe Ethical Customer
Care yang bertujuan untuk membangun komunitas peduli kesehatan,
menyelenggarakan program edukasi kesehatan, menangani keluhan
pasien dan keluarganya yang terkait dengan produk dan layanan dari
divisi obat resep Kalbe, dan menjalin hubungan dengan instansi
terkait untuk meningkatkan kepedulian masyarakat di bidang
kesehatan;
78
•
Untuk divisi nutrisi, Kalbe membentuk layanan Cat Centre yang
secara aktif melayani pertanyaan konsumen seputar produk, kegiatan
promosi, dan konsultasi dengan ahli nutrisi. Selain itu, Kalbe juga
memanfaatkan layanan pesan singkat melalui telepon seluler untuk
memberikan informasi dan tips kesehatan bagi konsumen, dan
menawarkan jasa pengantaran produk (Nutrition Home Delivery)
untuk meningkatkan pelayanan bagi pelanggan, yang membuat Kalbe
memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan para
kompetitornya;
•
Kalbe juga telah menerapkan pelayanan holistik kepada konsumen
yang meliputi: penyediaan produk obat, diagnostik, produk nutrisi
hingga suplemen untuk meningkatkan kualitas kesehatan, dan
pemberian konseling untuk para pasien;
•
Sejak 1 Oktober 2011, Kalbe mulai mengembangkan penjualan obat
online yang memberikan kemudahan bagi masyarakat yang ingin
membeli obat tanpa perlu keluar rumah;
•
Menggunakan teknologi yang mutakhir dalam proses produksi;
•
Perseroan telah melaksanakan tata kelola perusahaan sesuai dengan
kaidah GCG (Good Corporate Governance) untuk meningkatkan
kinerja perusahaan dan akuntabilitas kepada publik;
•
Kalbe
banyak
melakukan
kegiatan
CSR
(Corporate
Social
Responsibility) seperti: penyaluran bantuan bagi warga yang terkena
bencana, memberikan pelatihan gratis bagi para perawat dan pegawai
79
rumah sakit, serta penyelamatan lingkungan dan pemberdayaan
masyarakat
melalui
pemberian
pelatihan
keterampilan
dalam
memanfaatkan limbah menjadi barang bernilai jual;
•
Kalbe aktif dalam kegiatan riset dan pengembangan produk obat
secara mandiri,
yang terbukti dengan dikomersialisasikannya
TheraCim di Indonesia, Filipina, Kamboja, Jepang, Korea, dan
beberapa negara Eropa lainnya, serta dilakukannya riset atas sel
punca dan kanker yang dilakukan melalui Innogene Kalbiotech Pte,
Ltd dan SCI;
•
Kalbe terus mengembangkan portfolio bisnisnya dalam rangka
menciptakan layanan kesehatan terpadu dan menyeluruh dengan
mengandalkan kekuatan dari merk-merk dagang yang sudah ada, yang
memantapkan posisinya sebagai perusahaan produk kesehatan kelas
dunia.
B. Kelemahan (Weakness)
•
Banyaknya jumlah karyawan dan biaya pelatihan yang harus
dikeluarkan oleh Kalbe, yang berdampak pada banyaknya beban
usaha yang harus diakui;
•
Terdapat kecenderungan bahwa karyawan Kalbe adalah mereka yang
memiliki jenjang pendidikan SMA bila dibandingkan dengan S1;
80
Tabel IV.1. Tingkat Pendidikan Karyawan Kalbe Periode 20082010
SMA
S1
2008
43,4%
31%
2009
44%
31%
2010
39%
36%
Sumber: Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma, Tbk
•
Dalam divisi produk kesehatan, total penjualan Kalbe mengalami
penurunan sebesar 1,5% yang disebabkan karena tingkat penjualan
minuman energi yang belum stabil pada tahun 2010 akibat terjadinya
pergeseran permintaan pasar dari minuman energi ke minuman
isotonik;
•
Meningkatnya beban usaha yang disebabkan oleh adanya peningkatan
pada biaya penjualan yang berkaitan dengan kegiatan pemasaran dari
produk-produk baru Kalbe pada tahun 2010;
•
Adanya penurunan arus kas dari aktivitas operasi yang disebabkan
oleh kenaikan pembayaran untuk pemasok, karyawan, dan beban
operasional perusahaan pada tahun 2010;
•
Hampir seluruh atau sekitar 80% bahan baku Kalbe diimpor dari luar
negeri.
2. Faktor eksternal perusahaan yang terdiri atas:
C. Peluang (Opportunities)
81
•
Meningkatnya jumlah pendapatan dan kesejahteraan masyarakat,
yang akan berdampak pada semakin meningkatnya tingkat kebutuhan
atau konsumsi obat per kapita;
•
Kalbe banyak melakukan perjanjian kerja sama dengan perusahaanperusahaan dari negara lain seperti: Filipina, Perancis, Vietnam, dan
negara lainnya dalam rangka memperluas jaringan distribusi produk;
•
Diberlakukannya implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh
pemerintah menurut UU no 40 tahun 2004 yang akan diterapkan pada
tahun 2014, yang membuat produk obat generik Kalbe akan semakin
tinggi penjualannya;
•
Kalbe telah mendirikan Kalbe International Pte, Ltd yang berpusat di
Singapura pada tahun 2007 yang berperan sebagai perusahaan
pemasaran yang menangani seluruh transaksi perdagangan/ekspor
bisnis Kalbe dengan fokus utama pada negara tujuan daripada jenis
produk dan menempatkan tim yang kompeten di tiap negara;
•
Kalbe berencana untuk mengakuisisi sejumlah perusahaan farmasi
baik dari dalam maupun luar negeri sebagai langkah ekspansi
bisnisnya ke mancanegara.
D. Ancaman (Threats)
•
Persaingan bisnis yang ketat dalam industri farmasi dan juga ditandai
dengan banyaknya obat-obatan luar seperti: obat herbal dan ramuan
China yang masuk ke Indonesia;
82
•
Tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
•
Kenaikan harga bahan pangan yang berpotensi dalam meningkatkan
inflasi, yang secara langsung dapat menurunkan daya beli masyarakat
terhadap produk perusahaan;
•
Adanya peraturan perundangan pemerintah yang menetapkan
tambahan biaya distribusi sebesar 5%-20% terhadap obat generik
pada perusahaan farmasi tergantung dari area penjualannya;
•
Maraknya perdagangan obat palsu di Indonesia yang mengakibatkan
harga obat sulit dikontrol.
IV.1.2. Diagram SWOT
Setelah menentukan faktor-faktor internal dan eksternal di atas, maka kita
dapat merumuskan strategi-strategi yang tepat dengan menggunakan diagram
SWOT dengan tujuan agar PT. Kalbe Farma, Tbk dapat menciptakan keunggulan
kompetitif dalam menghadapi persaingan bisnis.
83
OPPORTUNITIES
STRENGTHS
WEAKNESS
-Tingkat konsumsi obat per
kapita di Indonesia masih rendah
yaitu: sebesar 2,5% bila
dibandingkan dengan Filipina
(3,2%), Malaysia (4,2%), dan
Vietnam (6%). Namun seiring
dengan meningkatnya jumlah
pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat Indonesia yang akan
berdampak pada meningkatnya
tingkat
kebutuhan/konsumsi
obat per kapita, maka Kalbe
diharapkan
untuk
dapat
menciptakan
produk-produk
obat baru yang lebih inovatif,
yang
disesuaikan
dengan
kebutuhan/konsumsi masyarakat
saat ini dengan harga yang
relatif
terjangkau
untuk
menciptakan layanan kesehatan
secara
menyeluruh,
serta
menambah pendapatan bagi
Kalbe.
-Melakukan
outsourching
terhadap tenaga kerja yang
kurang
diperlukan
dalam
perusahaan untuk menciptakan
efisiensi.
-Mempertahankan
jaringan
distribusi produk Kalbe yang
telah dilakukan di banyak kantor
cabang pada 10 negara seperti:
Singapura, Filipina, Malaysia,
Vietnam, Myanmar, Kamboja,
Srilanka,
Nigeria,
Afrika
Selatan, dan India. Selain itu,
Kalbe juga dapat menciptakan
produk-produk dengan varian
yang sedikit berbeda, yang
disesuaikan dengan tingkat
kebutuhan masyarakat pada
negara-negara yang berbeda
dengan tetap mengacu pada
konsep produk aslinya untuk
mempertahankan
sumber
pendapatan dari divisi Kalbe.
-Memproduksi lebih banyak lagi
obat generik seiring dengan akan
dikeluarkannya
implementasi
Sistem Jaminan Sosial Nasional
oleh pemerintah. Hal ini terlihat
dari usaha Kalbe yang telah
membuka pabrik baru obat
generik di Cikarang yang
berfungsi untuk memproduksi
obat-obat tablet generik dalam
-Mengingat bahwa hampir 40%
dari karyawan Kalbe berasal dari
mereka yang memiliki jenjang
pendidikan
SMA
bila
dibandingkan dengan S1, maka
perusahaan
hendaknya
memberikan pelatihan atau
training yang memadai untuk
mencapai kinerja yang maksimal
dan agar kegiatan produksi
berjalan dengan efektif, yang
nantinya dapat
memberikan
keuntungan bagi Kalbe.
-Mengurangi beban operasional
perusahaan
dan
biaya
pemasaran/iklan
yang
berlebihan, mengingat bahwa
Kalbe telah memiliki brand
yang kuat di Indonesia. Iklan
memang
perlu
dilakukan
terutama
untuk
peluncuran
produk baru perusahaan, namun
jangan terlalu berlebihan.
-Memilih pemasok yang sesuai
dan
menguntungkan
bagi
perusahaan, dimana pemasok
harus
dapat
memberikan
pasokan bahan baku dengan
kualitas yang tinggi dan harga
yang relatif, serta menjalin
hubungan baik dengan pemasok
perusahaan agar terjalin kerja
sama yang menguntungkan di
antara kedua belah pihak.
-Melakukan
pembaharuan
dengan minuman energi bubuk
yang
disesuaikan
dengan
permintaan pasar, dimana saat
ini permintaan pasar lebih
mengacu
kepada
minuman
isotonik. Hal ini terlihat dari
usaha
Kalbe
yang
telah
menciptakan
berbagai
varian/rasa yang berbeda dari
84
volume besar agar kegiatan
produksi menjadi lebih optimal.
produk minuman isotoniknya
yaitu: Fatigon Hydro.
-Memanfaatkan jaringan Kalbe
International Pte, Ltd untuk
memperluas pemasaran dan
pangsa pasar ekspor Kalbe, yang
akan berpengaruh pada jumlah
pendapatan dan laba yang
dihasilkan.
-Kalbe juga dapat membuka
klinik kesehatan terpadu dan
apotek bagi warga yang kurang
mampu
untuk
menunjang
kesehatan
mereka
dan
meningkatkan volume penjualan
obat generik, yang dapat
memberikan value added bagi
customer dan perusahaan.
-Dari
kegiatan
riset
dan
pengembangan
yang
ada,
diharapkan agar Kalbe dapat
menciptakan produk obat baru
yang disesuaikan dengan trentren masalah kesehatan serius
yang saat ini sedang dialami
oleh masyarakat seperti: HIV
Aids, dan lain sebagainya.
Seperti yang telah dilakukan
oleh Kalbe pada tahun 2008 dan
2009, dimana mereka telah
mengembangkan produk obat
terapi kanker dan tumor.
-Kalbe diharapkan untuk terus
melakukan kerja sama di bidang
riset dan pengembangan dengan
perusahaan-perusahaan farmasi
kelas dunia untuk membantu
mengatasi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia.
-Memperluas dan membuka
cabang pabrik Kalbe di luar
negeri untuk memperluas pangsa
pasar dan jaringan distribusi
seperti: negara Amerika, dll
untuk memperoleh keuntungan
yang lebih optimal lagi.
THREATS
-Menciptakan
produk-produk
baru yang lebih unik dan
inovatif
daripada
produk
-Melakukan efisiensi pada biaya
operasional, biaya pemasaran,
biaya pemasok, dan lain-lain
85
kompetitor, sehingga produk
Kalbe tetap laku di pasaran.
Contohnya: membuat produk
Kalbe dengan menggunakan
bahan-bahan herbal yang saat ini
lagi
trend
di
kalangan
masyarakat dengan berbagai
inovasi dan varian yang berbeda
dari produk-produk berbahan
herbal yang sebelumnya pernah
diproduksi oleh Kalbe seperti:
Bintangin, Remufit, JossFit, dan
Mensana.
untuk menghindari tingginya
harga jual produk perusahaan
yang akan berdampak pada tidak
lakunya produk di pasaran. Hal
ini dikarenakan kompetitor
dapat saja memberikan harga
produk yang relatif lebih murah
bila dibandingkan dengan harga
dari produk Kalbe. Oleh karena
itu, efisiensi sangat penting
dalam mendukung kegiatan
usaha Kalbe.
-Membangun pabrik di daerah
yang memiliki tingkat penjualan
obat generik paling banyak,
yang nantinya diharapkan dapat
meringankan biaya distribusi
sehingga harga obat generik
yang dijual tidak terlalu mahal.
-Membuat kode khusus terhadap
produk-produk keluaran Kalbe
untuk menghindari obat palsu
yang mengatasnamakan PT.
Kalbe Farma, Tbk.
-Dalam produksi diharapkan
lebih
banyak
untuk
memanfaatkan bahan baku yang
berasal
dari
dalam
negeri/mengurangi penggunaan
bahan baku impor untuk
menghindari
kerugian
dari
pembelian bahan baku impor
dengan harga yang tinggi.
IV.1.3. Analisis Porter
Analisis Porter dilakukan untuk melihat 5 faktor/kekuatan yang
menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri, dengan tujuan agar
perusahaan dapat menciptakan berbagai strategi bisnis agar tidak kalah saing
dengan para kompetitor yang bergerak dalam industri yang sama.
86
5 faktor/kekuatan yang menentukan intensitas persaingan untuk PT. Kalbe
Farma, Tbk yaitu:
1. Persaingan antar perusahaan yang ada dalam industri
Dengan berkembangnya bisnis dan teknologi di era globalisasi ini, maka
tingkat persaingan yang ada pun semakin tinggi, dimana masing-masing
perusahaan saling berlomba untuk memberikan sesuatu yang baru, unik, dan
menarik di mata konsumen untuk memenangkan persaingan, begitu juga
untuk industri farmasi. Setiap perusahaan farmasi terus berusaha untuk
melakukan inovasi pada produk mereka yang disesuaikan juga dengan trentren masalah kesehatan yang dihadapi saat ini.
Beberapa perusahaan farmasi yang bersaing dengan PT. Kalbe Farma,
Tbk yaitu: PT. Kimia Farma, Tbk, PT. Merck, Tbk, PT. Indofarma,
Tbk, PT. Tempo Scan Pacific, Tbk, PT. Darya Varia, Tbk, PT.
Pyridam Farma, Tbk, dan PT. Schering Plough Indonesia, Tbk yang
memiliki tinjauan usaha yang hampir sama dengan Kalbe, yang dapat
dilihat dari tingkat pertumbuhan penjualan (sales growth) yang tidak
berbeda jauh selama 5 tahun terakhir.
Tabel IV.2. Sales Growth of Pharmacy Companies Listed at BEI
Sales
Growth
Kalbe
Kimia
Merck
Indofarma
Tempo
Scan
Pacific
Darya
Varia
Pyridam
Farma
Schering
Plough
11,74%
9,72%
13,50%
8,91%
15,50%
11,45%
28,86%
14,42%
Sumber: Reuters
87
Dapat juga dilihat dari salah satu produk suplemen/multivitamin dari
beberapa perusahaan farmasi yang ada, dimana masing-masing
perusahaan memiliki produk suplemen/multivitamin yang memiliki
fungsi yang hampir sama yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.3. Produk Multivitamin dari 5 Perusahaan Farmasi di
BEI
Jenis
Kalbe
Farma
Kimia
Farma
Suplemen
Multivitamin
Cerebrofit,
Cerebrofort,
Fatigon,
Sakatonik,
dan XonCe.
Calcium
Lactate,
Vitamin
A, B1 dan
Complex,
Vitamin
C.
Darya
Varia
Tempo
Scan
Pacific
Indofarma
Natur-E,
Enervon C,
dan Vicee.
Zevit C,
Herbaviton,
dan
Hemaviton
Stamina
Plus.
Bio Vision
suplemen
untuk
kesehatan
mata.
Masing-masing perusahaan farmasi berusaha untuk melakukan
inovasi dan meluncurkan produk-produk baru sesuai dengan tren
masalah kesehatan yang dialami oleh masyarakat saat ini. Contohnya:
Kalbe memiliki produk TheraCim sebagai obat kanker yang diperoleh
melalui hasil riset dan pengembangan. Sedangkan, Kimia Farma di
tahun 2010 juga berencana untuk meluncurkan obat kanker baru.
Shering Plough Indonesia juga memiliki berbagai produk obat kanker
seperti: Intron dan Temodal, serta Merck dengan produk unggulannya
yaitu: Erbitux.
88
Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa tingkat persaingan antar perusahaan
dalam industri farmasi cukup tinggi. Oleh karena itu, Kalbe diharapkan agar
dapat menciptakan berbagai inovasi dan varian yang berbeda pada produknya
agar tidak kalah saing dengan para kompetitor.
2. Ancaman masuknya pemain baru
Ketika syarat bagi suatu perusahaan untuk memulai usaha di bidang
farmasi terlalu mudah untuk dipenuhi, maka persaingan bisnis dalam industri
farmasi akan semakin ketat dengan banyaknya perusahaan-perusahaan baru
yang mulai memasuki industri farmasi. Memang tidak mudah untuk
membentuk sebuah perusahaan baru khususnya yang bergerak dalam bidang
farmasi, karena perusahaan farmasi adalah perusahaan yang berproduksi
untuk menyediakan berbagai produk farmasi dan layanan kesehatan terhadap
masyarakat.
Menurut Undang-Undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan
bahwa kesehatan merupakan hak asasi bagi setiap manusia, yang mana dalam
perolehannya membutuhkan banyak sumber daya seperti: dana, tenaga
dokter, apoteker, sediaan farmasi dan kesehatan, teknologi dan fasilitas
pelayanan kesehatan, serta penjelasan seputar farmasi lainnya. Selain itu,
dengan diperketatnya syarat pendirian industri farmasi menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/Menkes/PER/XII/2010,
maka potensi masuknya pemain baru dalam industri farmasi adalah kecil.
89
Perusahaan baru yang ingin berkompetisi dalam industri farmasi harus telah
memenuhi persyaratan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI.
3. Ancaman adanya produk substitusi
Dapat atau tidak produk Kalbe digantikan oleh produk substitusi dari
perusahaan kompetitor tergantung pada 3 hal yaitu: kualitas, harga produk,
dan loyalitas konsumen.
Dari sisi minuman energi terlihat bahwa minuman energi Extra Joss
yang diproduksi oleh Kalbe dapat dikatakan kurang memiliki pangsa
pasar yang baik di tahun 2010, karena permintaan pasar cenderung
mengarah pada minuman isotonik seperti: Pocari Sweat dan Mizone.
Ini membuktikan bahwa jika Kalbe tidak dapat menyesuaikan
produknya dengan tren yang ada, maka produk Kalbe dapat dengan
mudah digantikan oleh produk substitusi dari perusahaan kompetitor.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengatasi keluhan
penyakit ringan dapat dengan mudah digantikan oleh produk
substitusi dari perusahaan kompetitor seperti: Promag keluaran Kalbe
dapat diganti dengan Mylanta keluaran Bayer (dalam kategori obat
maag), Mixagrip/Procold keluaran Kalbe dapat diganti dengan
Sanaflu keluaran Kimia Farma (dalam kategori obat flu), dan jenis
obat ringan lainnya. Hal ini tergantung dari loyalitas konsumen
terhadap produk perusahaan.
90
Dengan ditemukannya obat-obat herbal yang dapat digunakan untuk
mengobati
penyakit
kanker
akan
berdampak
pada
dapat
digantikannya obat kanker yang diproduksi oleh Kalbe, karena harga
obat herbal yang jauh lebih murah.
Melihat dari kondisi yang ada, dapat dikatakan bahwa ancaman Kalbe
terhadap adanya produk substitusi adalah cukup tinggi.
4. Adanya peningkatan kekuatan posisi tawar (bargaining power) pembeli
Kedudukan PT. Kalbe Farma, Tbk sebagai perusahaan yang bergerak
di industri farmasi yang berbeda dengan industri lainnya seperti
industri makanan dan minuman, dan lain-lain membuat daya tawar
pembeli terhadap produk perusahaan kecil. Hal ini karena umumnya
pembeli yang telah merasa nyaman dan cocok terhadap produk Kalbe,
khususnya produk obat-obatan cenderung sulit untuk berpindah ke
produk lain mengingat bahwa produk Kalbe telah memenuhi standar
dan mutu yang telah diakui, kecuali untuk jenis obat resep yang
diberikan oleh dokter kepada pasiennya. Hal ini juga terlihat dari
market capitalization dari perusahaan-perusahaan farmasi yang
terdaftar di BEI.
91
Tabel IV.4. Market Capitalization of Pharmacy Companies Listed
at BEI (Mil Rp)
Market
Capitalization
Kalbe
Kimia
Merck
Indofarma
Tempo
Scan
Pacific
Darya
Varia
Pyridam
Farma
Schering
Plough
36.053.848
2.943.620
3.315.200
635.349,81
11.925.000
1.400.000
100.595
151.200
Sumber: Reuters
Di samping itu, Menteri Kesehatan Republik Indonesia di dalam surat
Keputusan No 092 tahun 2012 telah menetapkan standar harga untuk
obat eceran dalam rangka menjamin ketersediaan dan pemerataan
harga obat untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
seluruh Indonesia. Dengan adanya keputusan ini, maka potensi
adanya tawar menawar pembeli adalah kecil, karena harga obat yang
dijual adalah harga standar dari pemerintah.
5. Adanya peningkatan kekuatan posisi tawar (bargaining power) pemasok
Sebagai salah satu perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara, PT.
Kalbe Farma, Tbk memiliki posisi tawar yang tinggi terhadap
pemasok perusahaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Pemasok
dituntut untuk memberikan kualitas, kuantitas, dan harga dari bahan
baku yang telah dipesan sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati di antara kedua belah pihak. Selain itu, harga bahan baku
92
farmasi yang berasal dari luar negeri sangat berfluktuatif tergantung
dari kurs uang yang digunakan oleh Kalbe saat melakukan transaksi.
Salah satu divisi distribusi terbesar Kalbe yang menyalurkan produkproduk Kalbe pada hampir 1 juta outlet di Indonesia adalah PT.
Enseval Megatrading, Tbk dan PT. Tri Sapta Jaya yang masih
merupakan anak perusahaan Kalbe, sehingga daya tawar Kalbe
terhadap divisi ini adalah rendah.
Berikut adalah ringkasan dari analisis Porter pada PT. Kalbe Farma, Tbk untuk
melihat intensitas persaingan yang ada dalam industri farmasi.
Tabel IV.5. Tingkat Kekuatan Persaingan untuk Industri Farmasi
Kekuatan
Tingkat Kekuatan
Low
Medium
Persaingan antar perusahaan yang ada dalam industri
Ancaman masuknya pemain baru
Ancaman adanya produk substitusi
Adanya peningkatan kekuatan posisi tawar pembeli
Adanya peningkatan kekuatan posisi tawar pemasok
High
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tingkat/kekuatan persaingan dalam
industri farmasi cukup tinggi, sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai dasar atau
pedoman bagi PT. Kalbe Farma, Tbk untuk menerapkan strategi-strategi bisnis
yang kompetitif dari para kompetitor.
93
IV.1.4. Analisis PESTLE
Analisis ini dilakukan oleh para analis untuk mengamati faktor-faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan industri farmasi secara
keseluruhan seperti: faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, hukum, dan
lingkungan.
1. Politik
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal
29 Mei 1989 tentang Upah Minimum, maka UMR untuk provinsi
DKI Jakarta dari tahun 2008-2010: UMR per 1 Januari 2008 adalah
Rp 972.604,00, UMR per 1 Januari 2009 adalah Rp 1.069.865,00, dan
UMR per 1 Januari 2010 adalah Rp 1.118.009,00. Dengan adanya
kebijakan UMR ini, maka akan melindungi hak pekerja khususnya
bagi pekerja Kalbe yang bertujuan agar mereka tidak menerima upah
di bawah upah minimal dan dapat meningkatkan kesejahteraan, yang
berpengaruh pada tingkat produktivitas yang akan dihasilkan bagi
perusahaan di masa depan.
Berdasarkan PMK No. 238/2008, perseroan terbuka dalam negeri di
Indonesia dapat memperoleh penurunan tarif pajak sebesar 5% lebih
rendah dari tarif tertinggi Pajak Penghasilan sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan, yang berdampak pada semakin meningkatnya
jumlah laba bersih Kalbe akibat dari penurunan tarif pajak yang
diperoleh.
94
Adanya
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.HK.03.01/Menkes/146/1/2010 yang menetapkan harga obat
generik untuk 453 jenis obat generik dan mengijinkan perusahaan
farmasi dan pedagang untuk menambahkan biaya distribusi sebesar
5%-20% tergantung dari area penjualannya.
Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.02.02/Menkes/068/1/2010
yang mewajibkan penggunaan obat generik pada fasilitas kesehatan
milik pemerintah yang akan berdampak pada semakin meningkatnya
tingkat kebutuhan/konsumsi atas obat generik. Menanggapi hal ini,
Kalbe telah mengantisipasinya, dimana sejak tahun 2010 Kalbe telah
mendirikan pabrik obat baru di Cikarang yang berfungsi untuk
memproduksi obat-obat tablet generik dalam volume besar agar
kegiatan produksi menjadi lebih optimal. Hingga akhir tahun 2010
tercatat bahwa Kalbe telah memproduksi sebanyak 249 jenis produk
generik bermerck, dan 41 jenis produk obat generik biasa.
2. Ekonomi
Sebagai perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara, Kalbe
memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar USD 3,6 Milyar pada tahun
2010.
Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian di tahun 2010
bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, membuat PT.
Kalbe Farma, Tbk juga diuntungkan dalam hal ini. Tingkat
95
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 yang tumbuh
sebesar 1,8% hingga menjadi sebesar 6,3% bila dibandingkan dengan
tahun 2009, turut berperan dalam meningkatkan volume penjualan
Kalbe yang hampir mencapai Rp 10,2 Triliun di tahun 2010.
Selain itu, industri farmasi juga diuntungkan oleh nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS yang stabil dan cenderung menguat, sehingga
membuat harga bahan baku obat menjadi lebih stabil dan berpengaruh
pada meningkatnya marjin laba kotor Kalbe.
3. Sosial
Sejak tahun 2006, Kalbe membentuk sebuah wadah yang bernama Kalbe
Berbagi yang berfokus pada 3 kegiatan yaitu:
-
Akademi Kalbe Berbagi yang dilaksanakan dalam bidang
pendidikan dengan menyelenggarakan “Ristek Kalbe Science
Award” atau RKSA pada tahun 2010, dengan tujuan untuk
memberikan penghargaan kepada para peneliti muda dan peneliti
terbaik, serta hasil penelitian yang terkait dalam bidang Life
Science dan teknologi untuk kepentingan kesehatan masyarakat.
-
Klinik Kalbe Berbagi yang digunakan untuk menyalurkan bantuan
posko kesehatan dan penyediaan obat-obatan untuk pengobatan
gratis kepada masyarakat yang kurang mampu termasuk jasa
konsultasi kesehatan, pemeriksaan dokter, pembagian paket
96
sembako, dan pemberian bantuan kepada korban bencana alam
untuk membantu meringankan beban mereka.
-
Sarana Kalbe Berbagi yang disalurkan dalam bentuk penyediaan
fasilitas kesehatan yang layak oleh Kalbe untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat yang sehat. Selain itu, Kalbe juga
membangun sarana sanitasi atau tempat penampungan air ke
masing-masing rumah penduduk sebagai salah satu bentuk
kepedulian Kalbe terhadap masyarakat sekitar.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan ini, maka dapat menciptakan value added
tersendiri bagi Kalbe.
4. Teknologi
Sejak tahun 2006, Kalbe telah mendirikan pusat riset atas sel punca
dan kanker dengan nama Stem Cell dan Cancer Institute (SCI) dan
Innogene Kalbiotech Pte. Ltd yang berada di Singapura yang telah
diakui secara nasional maupun internasional.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang farmasi, Kalbe banyak
melakukan kegiatan riset dan pengembangan baru pada produknya
untuk memberikan value added bagi para konsumen. Pada tahun
2008, total biaya riset dan pengembangan Kalbe adalah sebesar Rp
54.273.018.638 atau sekitar 0,7% dari penjualan bersih, dan pada
tahun 2009 total biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan
adalah sebesar Rp 78.760.865.163 atau sekitar 0,9%. Sedangkan
97
tahun 2010 jumlah biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan
adalah sebesar Rp 94.926.170.307 atau sekitar 1% dari penjualan
bersih. Hal ini terlihat bahwa dari tahun 2008-2010, total biaya riset
dan pengembangan Kalbe terus meningkat dengan harapan agar visi
dan misi PT. Kalbe Farma, Tbk dalam meningkatkan kesehatan untuk
kehidupan yang lebih baik lagi terwujud dengan adanya produkproduk baru dari kegiatan riset dan pengembangan yang telah
dilakukan, yang disesuaikan dengan tren masalah kesehatan saat ini.
Untuk meningkatkan value added bagi para konsumen, Kalbe
mengembangkan
tekonologi
penghantar obat
(Drug
Delivery
System/DDS) dan teknologi nanopartikel, serta teknologi dalam
pembuatan obat agar pengobatan menjadi lebih efektif.
Kalbe mengembangkan teknologi Near Infared dan Zero Emission
yang mensubsitusi solar dengan gas sebagai bahan bakar boiler,
dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas analisa dan
mengurangi penggunaan pelarut organik hingga 90%.
5. Hukum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/Menkes/PER/XII/2010, setiap industri farmasi harus memiliki
izin usaha dari menteri kesehatan untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat/bahan obat, serta wajib untuk memiliki izin dari
BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) sebelum produk dijual
98
di pasaran untuk menjamin bahwa produk tersebut telah layak untuk
dikonsumsi.
Setiap tahun Kalbe melakukan evaluasi sistem kompensasi yang
terdiri dari gaji, tunjangan, dan komponen lainnya kepada karyawan,
dewan komisaris, dan direksi untuk menjamin kesejahteraan
karyawan, yang akan berpengaruh juga pada tingkat produktivitas
yang akan dihasilkan bagi perusahaan.
6. Lingkungan
Kalbe telah mengimplementasikan ISO 14001:24 sebagai bentuk
kepedulian Kalbe terhadap lingkungan dalam menjalankan usahanya.
Pendirian Kalbe Green Data Center, dimana sejak tahun 2008 Kalbe
telah bekerja sama dengan IBM untuk mendirikan pusat data yang
ramah
energi
(Green
Data
Center)
yang
berdampak
pada
berkurangnya konsumsi listrik Data Center Kalbe sebanyak 20% dan
jumlah beban operasional perusahaan.
Pencegahan pencemaran lingkungan terhadap air, udara, limbah
bahan berbahaya dan beracun dengan membuat program 3R (Reduce,
Reuse, Recycle), program Teknologi Near Infared dan Zero Emission
yang telah mendapatkan izin dan dipantau oleh kementerian
lingkungan hidup.
99
IV.1.5. Shareholder Analysis
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan
dana adalah dengan melakukan Penawaran Umum Perdana (Initial Public
Offering/IPO). PT. Kalbe Farma, Tbk melakukan IPO pertama kali pada tanggal
30 Juli tahun 1991 dengan harga awal Rp 7.800,00 dan jumlah saham yang
beredar adalah sebanyak 20.000.000 lembar saham.
1. Dari data laporan tahunan 2010, dapat dilihat bahwa jumlah saham Kalbe yang
beredar adalah sebanyak 10.156.014.422 lembar saham dengan komposisi
kepemilikan yang terdiri atas pemodal asing dan pemodal nasional sebagai
berikut:
Tabel IV.6. Kepemilikan Pemodal Asing dan Pemodal Nasional Pada PT.
Kalbe Farma, Tbk Periode 2008-2010
2008
2009
2010
Pemodal Asing
33%
33%
37%
Pemodal Nasional
67%
67%
63%
Sumber: Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma, Tbk
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa persentase kepemilikan pemodal
nasional pada PT. Kalbe Farma, Tbk pada tahun 2010 mengalami penurunan
sebesar 4% yang diimbangi dengan naiknya kepemilikan pada pemodal asing.
Dengan adanya peningkatan kepemilikan saham dari pemodal asing ini dapat
memperkuat struktur permodalan industri farmasi di Indonesia, karena besarnya
100
dana yang dikeluarkan oleh pemodal asing dalam berinvestasi, yang tentunya
disesuaikan pula dengan nilai kurs mata uang mereka. Apalagi dalam proses
produksi, perusahaan farmasi membutuhkan biaya yang banyak terutama untuk
biaya modal pabrik dan penelitian.
Di sisi lain, dengan banyaknya pemodal asing yang berinvestasi di
Indonesia juga dapat berdampak negatif terutama bila kondisi perekonomian di
negara mereka mengalami krisis finansial yang berkepanjangan, sehingga
Indonesia bisa terkena dampaknya. Oleh karena itu, untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan maka pemerintah perlu untuk membatasi besarnya
persentase kepemilikan/investasi asing di Indonesia.
2. Dari total kepemilikan pemodal nasional sebesar 63% pada tahun 2010 (tabel
IV.7), dapat dilihat bahwa Perseroan Terbatas termasuk dalam pemegang saham
pengendali Kalbe yang memiliki saham perusahaan sebesar 57,11%, sedangkan
pemegang saham minoritas Kalbe adalah dewan komisaris, direksi, dan
karyawan yang hanya memiliki saham perusahaan sebesar 1,47%. Selebihnya
sisa saham PT. Kalbe Farma, Tbk sebesar 4,42% dimiliki oleh
koperasi,
yayasan, dana pensiun, asuransi, bank, lembaga keuangan, dan reksa dana.
Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya agency issues terkait dengan return
dan tingkat resiko yang diharapkan antara pihak manajemen dan pemegang
saham pengendali lainnya.
101
Tabel IV.7. Komposisi Kepemilikan Saham Kalbe (Per 31 Desember 2010)
Status Pemilik
Pemodal Nasional
Perorangan *
Koperasi
Yayasan
Dana Pensiun
Asuransi
Bank
Perseroan Terbatas **
Lembaga Keuangan
Reksa Dana
Total Pemodal Nasional
Pemodal Asing
Perorangan
Badan Usaha Asing
Total Pemodal Asing
Total Pemodal Nasional dan Asing
* termasuk Dewan Komisaris, Direksi, dan karyawan
Tahun 2010
(%)
1,4665
0,0324
0,0133
2,0186
0,4635
0,0058
57,1099
0,8066
0,6643
62,5808
0,0405
37,3787
37,4192
100,0000
** termasuk pemegang saham pengendali
Sumber: Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma, Tbk
Tabel IV.8. Pemegang Saham Kalbe ** (Per 31 Desember 2010)
Status Pemilik
PT. Gira Sole Prima
PT. Santa Seha Sanadi
PT. Lucasta Murni Cemerlang
PT. Diptanala Bahana
PT. Ladang Ira Panen
PT. Bina Arta Charisma
Publik
Trasury Stock
Total
Sumber: Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma, Tbk
Tahun 2010
(%)
10,17
9,62
9,47
9,49
9,22
8,67
43,36
100
3. Jika dilihat dari tabel IV.9., Return on Equity dan Dividen per Share Kalbe
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang dapat menimbulkan kegiuran
bagi para pemegang saham/investor untuk berinvestasi pada PT. Kalbe Farma,
102
Tbk. Semakin besar jumlah ROE dan dividen yang didapat oleh para pemegang
saham/investor, maka akan membuat mereka semakin tertarik untuk berinvestasi
pada perusahaan dengan tingkat resiko yang semakin besar pula.
Namun bila dibandingkan dengan perusahaan kompetitor, terlihat bahwa jumlah
Dividen per Share Kalbe ≤ , meskipun jumlah tingkat pengembalian ekuitasnya
lebih besar. Hal ini dapat disebabkan karena Kalbe menyisihkan sebagian besar
dana dari jumlah laba bersihnya ke dalam akun laba ditahan yang dapat
digunakan untuk perputaran usaha perusahaan di masa depan.
Tabel IV.9. ROE dan Dividen PT. Kalbe Farma, Tbk dan Perusahaan
Kompetitor Periode 2008-2010
Kalbe
Farma
ROE
DPS
2008
2009
2010
2008
2009
2010
20,17%
23,42%
26,57%
10,00
12,50
25,00
Tempo
Scan
Pacific
14,74%
15,50%
19,50%
60,00
40,07
65,00
Kimia
Farma
Darya
Varia
Indofarma
5,97%
6,43%
13,15%
3,21
2,49
-
14,60%
13,60%
18,55%
45,00
45,00
45,00
1,71%
0,71%
4,11%
-
IV.1.6. Mendelow Matrix Analysis
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
kepentingan
dan
kekuatan
yang
dimiliki
oleh
stakeholders
dalam
proses/pengembangan produk perusahaan.
Kalbe memiliki konsumen, pemasok lokal dan luar negeri,
SDM/tenaga kerja, dan penyalur/distributor produk perusahaan
seperti: PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk dan PT. Tri Sapta Jaya
103
sebagai key player stakeholders. Peran konsumen, pemasok, pekerja,
dan penyalur distribusi ini sangat penting bagi Kalbe dalam
mendukung proses produksi dan pendistribusian produk untuk
menunjang kelancaran usaha/bisnis Kalbe dalam bidang farmasi.
Sedangkan untuk kategori keep satisfied stakeholders adalah
termasuk pemerintah yang memiliki wewenang penuh untuk
membuat dan merevisi aturan-aturan baru
bagi perusahaan,
khususnya yang berkaitan dengan industri farmasi seperti: menteri
kesehatan, BPOM, dan menteri keuangan.
Penduduk lokal, kelompok lingkungan, dan media masa/cetak
termasuk dalam kategori keep informed stakeholders, karena media
masa/cetak memiliki kewajiban untuk memberikan informasiinformasi baru dan penting yang berhubungan dengan perusahaan,
termasuk informasi mengenai produk-produk baru perusahaan kepada
masyarakat/publik, yang akan berpengaruh secara tidak langsung
terhadap image perusahaan.
Pemegang saham minoritas perusahaan dan para analis yang ingin
melakukan penilaian bisnis terhadap PT. Kalbe Farma, Tbk termasuk
dalam kategori minimal effort stakeholders.
IV.1.7. Critical Success Factor (CSF) Analysis
Analisis CSF ini dilakukan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang
menjadi pendukung kesuksesan bisnis dari salah satu perusahaan farmasi terbesar
104
di Asia Tenggara yaitu: PT. Kalbe Farma, Tbk dan hal-hal lain yang perlu
ditingkatkan lagi oleh Kalbe yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
meningkatkan sinergi/kinerja bisnis di masa depan.
Faktor-faktor pendukung kesuksesan Kalbe tersebut adalah:
Kalbe memiliki visi dan misi untuk menjadikannya sebagai perusahaan
produk kesehatan Indonesia yang didukung oleh inovasi, merk yang kuat,
dan manajemen yang prima dalam rangka meningkatkan kesehatan untuk
kehidupan yang lebih baik. Hal ini diimplementasikan ke dalam bentuk
strategi-strategi bisnis seperti: strategi Productivity-Innovation-Cash
Flows (PIC), Conim (Continious Improvement), 5R, dan Lean
Manufacturing, yang didukung juga oleh SDM yang memiliki semangat
entrepreneur dan dorongan untuk selalu berkreasi dan menciptakan
inovasi-inovasi dalam proses produksi dengan mengacu kepada nilai-nilai
perusahaan.
Kalbe banyak melakukan akuisisi pada berbagai jenis perusahaan besar
farmasi Indonesia seperti: Bintang Toedjoe, Saka Farma, Sanghiang
Perkasa, Kalbe Morinaga, Innogene Kalbiotech, dan Kaego Igar Jaya,
yang semakin memantapkan posisi Kalbe di industri farmasi di Indonesia.
Kalbe aktif dalam berbagai kegiatan riset dan pengembangan yang
dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan mitra-mitra lokal dan
internasional untuk jangka menengah/panjang yang dilakukan oleh
Innogene Kalbiotech Pte, Ltd yang berpusat di Singapura dan Stem Cell
and Cancer Institute (SCI) yang telah mendapatkan pengakuan secara
105
nasional dan internasional untuk menciptakan produk-produk kesehatan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kalbe memiliki jaringan distribusi yang luas yang dijalankan oleh PT.
Enseval Megatrading, Tbk dan PT. Tri Sapta Jaya dalam menyalurkan
produk-produk perusahaan, baik produk prinsipal maupun produk nonafiliasi terkemuka ke lebih dari 1.000.000 outlet di seluruh Indonesia
yang memberikan kontribusi terbesar di tahun 2010 yaitu: sebesar 35,7%
dari penjualan bersih.
Hal-hal lain yang perlu ditingkatkan lagi oleh Kalbe adalah:
Lebih inovatif lagi/menciptakan varian yang berbeda pada produk
perusahaan agar tidak kalah saing dengan para kompetitor, yang mana
dapat kita lihat bahwa pada tahun 2010, total penjualan dari divisi
kesehatan Kalbe mengalami penurunan yang disebabkan karena tingkat
penjualan minuman energi yang belum stabil akibat terjadinya pergeseran
permintaan pasar dari minuman energi ke minuman isotonik.
Mengingat bahwa Kalbe bergerak dalam bidang farmasi, maka Kalbe
juga dituntut agar aktif dalam kegiatan riset dan pengembangan untuk
menciptakan produk-produk farmasi baru yang disesuaikan juga dengan
tren masalah kesehatan yang dihadapi saat ini, dengan kualitas yang
bagus dan harga yang terjangkau.
Mempertahankan strategi pemasaran Kalbe dengan jaringan distribusinya
yang luas.
106
IV.1.8. Good Corporate Governance (GCG) Analysis
Penerapan GCG sangat penting dalam pengelolaan perusahaan secara
profesional, transparan, dan efisien yang dapat menciptakan nilai tambah bagi
perusahaan, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Selain itu
dengan diterapkannya GCG, maka dapat meningkatkan daya saing perusahaan
terhadap para kompetitor dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan. Dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan, PT. Kalbe Farma, Tbk
mengacu pada 5 prinsip dasar GCG yaitu:
1. Transparansi
Kalbe telah menyediakan informasi dan membangun komunikasi dengan
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan secara akurat, tepat
waktu, jelas, dan konsisten. Hal ini terlihat dari informasi-informasi penting
yang dilampirkan oleh Kalbe dalam laporan tahunan (Annual Report) seperti:
-
Program-program GCG yang telah dilakukan oleh Kalbe pada
periode berjalan seperti: merevitalisasi nilai dasar Perseroan
dengan memperkenalkan Panca Sradha Kalbe kepada seluruh
karyawan, melaksanakan evaluasi terhadap komite-komite yang
berada di bawah dewan komisaris, melakukan penilaian dan
evaluasi atas pelaksanaan GCG di seluruh grup Kalbe, dan
melakukan penyesuaian atas kebijakan-kebijakan yang terkait
dengan implementasi tata kelola perusahaan yang baik.
-
Pelaksanaan RUPS yang diadakan pada tanggal 27 mei 2010 lalu
di
Gedung
Bintang
Toedjoe,
Pulomas,
Jakarta,
dan
107
mengumumkan berbagai keputusan penting dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
-
Kalbe juga memberitahukan tentang proses litigasi yang dihadapi
oleh perusahaan dan peristiwa setelah tanggal neraca (Event After
Reporting Period).
2. Akuntabilitas
Masing-masing pihak yang terlibat dalam grup Kalbe dituntut untuk bekerja
dan bertindak sesuai dengan hak, kewajiban, dan wewenang yang telah
ditetapkan oleh perusahaan agar pekerjaan menjadi lebih mudah dan efektif.
Hal ini terlihat dari adanya pembagian tugas dari pihak-pihak yang terlibat
dalam perusahaan seperti: dewan komisaris, direksi, komite audit dan
anggotanya, komite GCG, audit internal dan eksternal, manajemen resiko,
dan sekretaris perusahaan.
3. Tanggung jawab
-
Dalam menjalankan usaha, PT. Kalbe Farma, Tbk diwajibkan
untuk mematuhi Prosedur Operasional Standar dan aturan
perusahaan, serta ketentuan perundangan yang berlaku sehingga
tercipta usaha yang berkesinambungan.
-
Kalbe telah menjalankan usahanya dalam memproduksi obatobatan sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku, yang
terbukti dengan diterimanya sertifikasi-sertifikasi internasional
108
yaitu: ISO 9001, CPOB, GDP, OHSAS, ISO 14001:2004, ISO
18001:2007. Dengan adanya sertifikasi internasional ini, maka
akan membuat perusahaan semakin dipercaya oleh masyarakat.
-
Terlihat dari berbagai kegiatan CSR yang telah dilakukan oleh
Kalbe terhadap masyarakat sekitar dan lingkungan seperti:
menyalurkan bantuan posko kesehatan dan penyediaan obatobatan untuk pengobatan gratis kepada masyarakat yang kurang
mampu, pendirian Kalbe Green Data Center, dan lain-lain.
-
Kalbe juga telah menerbitkan laporan tahunan (Annual Report)
setiap tahun. Bahkan di tahun 2009, Kalbe memperoleh
penghargaan peringkat kedua Annual Report untuk kategori
Perusahaan Swasta Terbuka Non-Keuangan dari Bapepam-LK,
BEI, BI, Ditjen Pajak, BUMN, IAI, dan KNKG.
4. Independensi
Kalbe telah menjalankan usaha secara independen, dimana laporan keuangan
yang telah diterbitkan oleh perusahaan kepada publik telah diaudit oleh
seorang akuntan publik, dan komite audit yang ditunjuk pun telah memenuhi
kriteria independensi, keahlian, dan integritas yang berdasarkan pada
Peraturan Bapepam No.IX.1.5 dan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal No. Kep-29/PM/2004.
109
5. Kewajaran dan kesetaraan
Sebagai perusahaan terbuka, Kalbe membagikan dividen perusahaan setiap
tahun dari keuntungan yang didapat pada tahun fiskal setelah dikurangi
dengan kewajiban alokasi dana cadangan sesuai dengan peraturan yang
berlaku, rencana Perseroan, dan kondisi keuangan Perseroan dengan prinsip
kewajaran dan keadilan kepada para pemangku kepentingan.
IV.2. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan oleh para
analis/pihak-pihak yang berkepentingan untuk menilai kinerja keuangan suatu
perusahaan dari tahun ke tahun, yang dapat dijadikan sebagai acuan/pedoman
bagi investor, kreditor, dan pengguna lainnya untuk mengambil keputusan bisnis.
Analisis laporan keuangan yang dilakukan terhadap PT. Kalbe Farma,
Tbk adalah analisis horizontal dan vertikal, analisis rasio, analisis industri,
analisis akuntansi, dan analisis prediksi kebangkrutan/Z-score. Adapun data-data
yang digunakan oleh penulis dalam melakukan analisis ini adalah data-data yang
terdapat pada laporan neraca (Statement of Financial Statement), laporan laba
rugi (Statement of Comprehensif Income), laporan arus kas (Statement of Cash
Flow) dan catatan atas laporan keuangan (Notes to Financial Statement).
Penulis juga membatasi ruang lingkup/scope dan menggunakan beberapa
asumsi dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan PT. Kalbe Farma,
Tbk:
110
1. Penulis melakukan analisis terhadap laporan keuangan pada PT. Kalbe
Farma, Tbk hanya pada periode 2008-2010.
2. Penulis juga melakukan perhitungan untuk rasio rata-rata kompetitor dari 4
perusahaan farmasi lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
memiliki jumlah asset dan revenue yang setara dengan Kalbe untuk melihat
kinerja Kalbe bila dibandingkan dengan kompetitor. Seperti yang telah
dijelaskan pada bab 3 sebelumnya, perusahaan kompetitor Kalbe adalah PT.
Tempo Scan Pacific, Tbk, PT. Kimia Farma, Tbk, PT. Darya Varia, Tbk, dan
PT. Indofarma, Tbk.
3. Market Price PT. Kalbe Farma, Tbk dan perusahaan kompetitor diperoleh
dari website http://finance.yahoo.com.
4. Dividend per Share PT. Kalbe Farma, Tbk dan perusahaan kompetitor dapat
diperoleh dengan 3 cara yaitu: website http://finance.yahoo.com dan http://ebursa.com , laporan tahunan (Annual Report) perusahaan.
5. Dalam melakukan perhitungan, 1 tahun = 365 hari.
6. Piutang lain-lain dalam neraca tidak dimasukkan dalam perhitungan
perputaran piutang usaha, karena dianggap tidak berhubungan dengan operasi
perusahaan.
7. Tarif pajak perusahaan dihitung berdasarkan angka akuntansi yang tertera di
laporan keuangan dengan rumus:
Tax Rate =
111
IV.2.1. Analisis Horizontal
2007
2008
NERACA
Kas dan setara kas
100%
118,40%
Investasi jangka pendek
Piutang usaha
Persediaan bersih
Total aset tidak tetap
Total aset tetap
Total aset
Hutang usaha
Total kewajiban jangka pendek
Total kewajiban jangka panjang
Total kewajiban
Ekuitas
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
LABA RUGI
Penjualan bersih
Beban pokok penjualan
Laba kotor
Beban usaha
Laba usaha
Laba bersih
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Kalbe
2009
2010
Keterangan
139,98%
170,37%
Increase
70,95%
107,57%
112,55%
110,85%
111,43%
111,01%
93,08%
165,69%
29,63%
121,21%
106,95%
35,60%
138,45%
109,41%
125,05%
129,19%
126,16%
146,67%
208,60%
32,02%
150,87%
127,27%
3,02%
145,21%
108,67%
133,97%
144,77%
136,87%
148,72%
151,93%
31,07%
112,41%
158,67%
Decrease
Increase
Fluktuatif
Increase
Increase
Increase
Fluktuatif
Fluktuatif
Fluktuatif
Fluktuatif
Increase
112,45%
117,97%
107,10%
109,85%
101,18%
100,16%
129,73%
132,49%
127,04%
121,62%
138,65%
131,64%
145,99%
146,54%
145,47%
139,35%
158,58%
182,28%
Increase
Increase
Increase
Increase
Increase
Increase
Berikut ini adalah penjelasan dari analisis horizontal yang dilakukan terhadap
PT. Kalbe Farma, Tbk:
I.
Laporan Neraca
Dari tahun 2007-2010, dapat dilihat bahwa total aset Kalbe mengalami
peningkatan sebesar 36,87% yang disebabkan karena adanya peningkatan dan
penurunan yang terjadi pada jumlah akun atas aset tidak tetap dan tetap
perusahaan.
Pada aset tidak tetap, terjadi peningkatan pada:
1. Akun kas dan setara kas sebesar 70,37% dari tahun 2007-2010 yang berasal
dari:
112
- Penerimaan atas penjualan Kalbe kepada pelanggan yang meningkat tiap
tahun;
- Meningkatnya jumlah akun hutang bank pada tahun 2009 yang cukup
signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu: dari sebesar Rp 292
Milyar hingga menjadi sebesar Rp 2,4 Triliun;
- Adanya penjualan dari investasi jangka panjang Kalbe sebesar Rp 115
Milyar pada tahun 2010.
2. Jumlah persediaan Kalbe yang meningkat sebesar 12,55% pada tahun 2008,
yang disebabkan karena naiknya harga bahan baku dan melemahnya nilai
tukar rupiah terhadap USD.
3. Meningkatnya jumlah piutang usaha sebesar 145,21% dari tahun 2007-2010
yang diberikan oleh Kalbe kepada pelanggan, seiring dengan bertambahnya
jumlah penjualan Kalbe, dan adanya peningkatan pada jumlah aset tidak tetap
lainnya.
4. Selain itu, juga terjadi penurunan pada akun investasi jangka pendek Kalbe
sebesar 96,98% yang disebabkan karena kerugian atas penurunan nilai pasar
dari investasi jangka pendek pada tahun 2007-2010.
Pada aset tetap, terjadi peningkatan pada:
1. Jumlah akun aset tetap perusahaan seperti: bangunan dan prasarana, mesin
dan peralatan kesehatan, jumlah transportasi, dan aset tetap lainnya, yang
digunakan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan.
113
2. Aset tidak berwujud Kalbe berupa goodwill yang mengalami peningkatan
dari tahun 2008 ke tahun 2009 yaitu: sebesar 217,16% yang disebabkan dari
selisih lebih biaya perolehan saham di atas nilai buku aset bersih EPMT (PT.
Enseval Putera Megatrading, Tbk) sehubungan dengan akuisisi terhadap
25,45% pemilikan saham EPMT yang dilakukan oleh perusahaan selama
bulan Juli-Agustus 2009.
Total kewajiban Kalbe mengalami peningkatan sebesar 12,41% dari
tahun 2007-2010, namun berada dalam kondisi yang fluktuatif dimana:
1. Pada tahun 2007-2009 terjadi peningkatan yang sangat drastis pada jumlah
kewajiban jangka pendek Kalbe atas meningkatnya jumlah akun pinjaman
jangka pendek perusahaan sebesar 233,71% pada tahun 2008 dan sebesar
132,46% pada tahun 2009. Tahun 2010, Kalbe telah melunasi pinjaman
jangka pendeknya sehingga terjadi penurunan kewajiban di tahun tersebut
sebesar 92,48% yang menyebabkan berkurangnya total kewajiban jangka
pendek Kalbe.
2. Hutang pajak dan hutang usaha Kalbe juga mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dari tahun 2007-2009, dan hutang sewa guna usaha jangka
panjang Kalbe yang meningkat sebesar 113,07% pada tahun 2009.
Sebenarnya total kewajiban Kalbe dapat mengalami peningkatan lebih dari
12,41%, namun karena Kalbe pada tahun 2010 terus untuk melunasi kewajiban
sewa guna usaha/pembiayaan jangka pendek dan adanya penurunan dari
penerimaan hutang bank di tahun 2010, serta penurunan pada hutang sewa guna
114
usaha jangka panjang Kalbe sebesar 28,75% yang menyebabkan total kewajiban
Kalbe juga mengalami penurunan, sehingga hanya terjadi peningkatan sebesar
12,41% pada total kewajibannya.
Total ekuitas Kalbe mengalami peningkatan sebesar 58,67% karena
meningkatnya saldo laba terutama sejalan dengan pencapaian laba bersih Kalbe
di tahun tersebut.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk
memiliki kinerja yang baik dari tahun ke tahun. Meskipun total kewajiban Kalbe
meningkat, tetapi hal ini dapat diimbangi dengan kenaikan yang lebih besar dari
total asetnya yang berarti bahwa perusahaan efektif dalam menggunakan dana
yang berasal dari hutang untuk membiayai aset perusahaan dalam rangka
menghasilkan penjualan yang bertujuan untuk memperoleh laba. Dengan naiknya
jumlah laba perusahaan, maka total ekuitas pun akan meningkat.
II.
Laporan Laba Rugi
Hingga tahun 2010, Kalbe mencatat penjualan bersih sebesar Rp 10,2
Triliun yang mengalami peningkatan sebesar 46% dari tahun 2007, dimana 96%
dari total penjualan Kalbe diperoleh dari pasar dalam negeri dan 4% berasal dari
penjualan ekspor. Dari total penjualan Kalbe, divisi distribusi dan kemasan
memberikan kontribusi paling besar yaitu: sebesar 35,7% dari penjualan bersih,
diikuti pula oleh divisi obat resep sebesar 25,2%, divisi nutrisi sebesar 22,4%,
serta divisi produk dan kesehatan sebesar 16,6%. Dengan adanya peningkatan
115
yang terjadi pada jumlah penjualan bersih Kalbe yang disertai dengan naiknya
beban pokok penjualan Kalbe sebesar 46,5% akibat kenaikan harga bahan baku
di tahun 2008, namun laba usaha Kalbe tetap naik secara signifikan yaitu:
sebesar 58,58% yang disebabkan karena diimbangi dengan efisiensi dari beban
usahanya. Dalam hal ini, Kalbe efisien dalam memanfaatkan beban usahanya.
IV.2.2. Analisis Vertikal
NERACA
Kas dan setara kas
Persediaan bersih
Piutang usaha bersih
Total aset tidak tetap
Total aset tetap
Total kewajiban jangka
pendek
Total kewajiban jangka
panjang
Hak minoritas anak
perusahaan
Total kewajiban
Ekuitas
LABA RUGI
Penjualan bersih
Beban pokok penjualan
Laba kotor
Beban usaha
Laba usaha
Laba bersih
2007
2008
Kalbe
2009
2010
21,73%
27,77%
16,92%
73,18%
26,82%
14,69%
23,17%
28,16%
16,40%
73,07%
26,93%
21,92%
24,11%
24,09%
18,57%
72,53%
27,47%
24,28%
27,04%
22,05%
17,96%
71,63%
28,37%
16,30%
Increase
Fluktuatif
Fluktuatif
Decrease
Increase
Fluktuatif
7,13%
1,90%
1,81%
1,62%
Decrease
12,26%
12,66%
7,41%
5,66%
Fluktuatif
21,82%
65,92%
23,83%
63,51%
26,09%
66,49%
17,92%
76,41%
Fluktuatif
Fluktuatif
100,00%
49,30%
50,70%
34,58%
16,12%
10,07%
100,00%
51,71%
48,29%
33,78%
14,51%
8,97%
100,00%
50,35%
49,65%
32,42%
17,23%
10,22%
100,00%
49,48%
50,52%
33,01%
17,51%
12,58%
Fluktuatif
Fluktuatif
Fluktuatif
Fluktuatif
Fluktuatif
Keterangan
Berikut ini adalah penjelasan dari analisis vertikal yang dilakukan terhadap PT.
Kalbe Farma, Tbk:
116
I. Laporan Neraca
Untuk akun neraca, yang paling tinggi mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun adalah akun kas dan setara kas. Akun kas dan setara kas Kalbe terus
mengalami kenaikan yaitu: dari sebesar 21,73% dari total aset yang ada pada
tahun 2007 hingga menjadi sebesar 27,04% dari total aset yang ada pada tahun
2010. Namun, kenaikan dari akun kas dan setara kas ini tidak diikuti dengan
kenaikan pada total aset tidak tetap perusahaan, dimana total aset tidak tetap
Kalbe mengalami penurunan dari total aset yang ada yaitu: dari 73,18% dari total
aset yang ada pada tahun 2007 hingga menjadi sebesar 71,63% dari total aset
yang ada pada tahun 2010. Hal ini disebabkan karena jumlah piutang usaha dan
persediaan Kalbe yang bersifat fluktuatif, dimana Kalbe berusaha untuk
meminimalkan persediaan agar kegiatan produksi lebih efisien. Selain itu, total
aset tetap perusahaan juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu: dari
sebesar 26,82% dari total aset yang ada pada tahun 2007 hingga menjadi sebesar
28,37% dari total aset pada tahun 2010.
Untuk akun neraca, yang paling tinggi mengalami penurunan adalah
adalah total kewajiban jangka panjang Kalbe yaitu: dari sebesar 7,13% dari total
aset pada tahun 2007 hingga menjadi sebesar 1,62% dari total aset yang ada pada
tahun 2010. Hal ini disebabkan karena Kalbe telah melunasi hutang obligasi pada
tahun 2006 sebesar Rp 267 Milyar pada tahun 2007, sehingga tidak ada lagi
hutang obligasi Kalbe yang menyebabkan penurunan pada total kewajiban
jangka panjang Kalbe.
117
II. Laporan Laba Rugi
Untuk laporan laba rugi periode 2008-2010, persentase laba bersih dan
laba usaha terhadap penjualan bersih Kalbe mengalami peningkatan yang diikuti
dengan penurunan dari persentase beban pokok penjualan terhadap penjualan
bersih perusahaan. Sedangkan, persentase beban usaha terhadap penjualan bersih
bersifat fluktuatif yang disebabkan karena menurunnya biaya pemasaran Kalbe
atas penjualan bersih sebesar 0,91% pada tahun 2008 dan sebesar 1,5% pada
tahun 2009, dan komposisi biaya umum serta biaya riset dan pengembangan
yang relatif stabil. Namun pada tahun 2010, persentase beban usaha terhadap
penjualan bersih Kalbe mengalami kenaikan yang disebabkan karena adanya
peningkatan dari biaya pemasaran sebesar 0,56% atas produk-produk baru Kalbe.
IV.2.3. Analisis Rasio Keuangan
IV.2.3.1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aset tidak tetap perusahaan.
Analisis rasio ini dapat membantu kreditor jangka pendek, bankers, dan
pemegang saham lainnya untuk melihat apakah PT. Kalbe Farma, Tbk termasuk
likuid atau illikuid dalam melunasi kewajiban jangka pendek mereka secara tepat
waktu atau tidak, bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor.
1. Current Ratio
Current Ratio =
118
Gambar IV.1. Current Ratio
Current Ratio menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) bagi
kreditor jangka pendek, yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
melunasi seluruh kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aset tidak
tetapnya.
Pada tahun 2008, Current Ratio Kalbe adalah 3,33 : 1 yang berarti bahwa
setiap Rp 1,00 kewajiban jangka pendek Kalbe dapat dijamin dengan Rp 3,33
aset tidak tetap. Pada tahun 2009, Current Ratio Kalbe mengalami penurunan
sebesar 0,34x yang disebabkan oleh jumlah kewajiban jangka pendek Kalbe yang
mengalami peningkatan sebesar 25,89% atas naiknya akun pinjaman jangka
pendek perusahaan sebesar 132,46%, dimana sebagian besar peningkatan
pinjaman itu berasal dari PT. Bank CIMB Niaga, Tbk yang digunakan untuk
membiayai/memperkuat kebutuhan modal kerja perusahaan. Selain itu, akun
hutang usaha juga meningkat sebesar 57,58% bila dibandingkan dengan tahun
2008 atas pembelian bahan baku Kalbe kepada pemasok perusahaan, dan hutang
119
pajak Kalbe yang naik sebesar 53,56% pada tahun 2009. Peningkatan pada
jumlah kewajiban jangka pendek ini tidak sebanding dengan peningkatan pada
jumlah aset tidak tetap Kalbe yang hanya naik sebesar 12,81%, sehingga
menyebabkan jumlah Current Ratio Kalbe mengalami penurunan pada tahun
2009.
Pada tahun 2010, jumlah kewajiban jangka pendek Kalbe mengalami
penurunan sebesar 27,17% yang disebabkan oleh adanya pelunasan pada akun
pinjaman jangka pendek dan penurunan pada jumlah hutang pajak perusahaan
yang menyebabkan jumlah Current Ratio Kalbe kembali mengalami kenaikan.
Di sisi lain, dapat dilihat bahwa Current Asset Kalbe yang paling banyak/besar
berada pada 3 akun:
o Kas dan setara kas yang terus meningkat tiap tahun;
o Persediaan yang digunakan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan
penjualan. Dalam mengatur persediaan, Kalbe telah melakukan strategi
PIC (Productivity-Innovatian-CashFlows) agar kegiatan produksi lebih
efisien dalam mendukung jumlah penjualan Kalbe yang terus mengalami
peningkatan tiap tahun;
o Piutang usaha yang juga mengalami peningkatan akibat naiknya
penjualan Kalbe dari tahun 2008-2010.
Kondisi ini membuat Kalbe terlihat lebih likuid.
Current Ratio rata-rata kompetitor juga mengalami kondisi yang
fluktuatif seperti Kalbe, dimana pada tahun 2009 Current Ratio rata-rata
120
kompetitor mengalami penurunan sebesar 0,34x, dan pada tahun 2010 Current
Ratio rata-rata kompetitor mengalami kenaikan sebesar 0,26x. Bila dibandingkan
secara keseluruhan dari tahun 2008-2010, Current Ratio Kalbe ≥ daripada ratarata kompetitor yang menunjukkan bahwa Kalbe lebih likuid.
2. Acid Test Ratio
Acid Test Ratio =
Gambar IV.2. Acid Test Ratio
Rasio ini hampir sama dengan Current Ratio, tetapi tidak menggunakan
akun persediaan karena persediaan membutuhkan waktu yang lama untuk
diconvert ke dalam bentuk kas.
Pada tahun 2008, Acid Test Ratio Kalbe adalah 2,05 : 1 yang berarti
bahwa setiap Rp 1,00 kewajiban jangka pendek Kalbe dapat dijamin oleh Rp
2,05 aset tidak tetap. Jumlah Acid Tes Ratio ini mengalami penurunan di tahun
2009 yang disebabkan karena adanya peningkatan yang cukup besar pada jumlah
121
kewajiban jangka pendek Kalbe yang timbul atas kenaikan dari akun pinjaman
jangka pendek perusahaan, hutang usaha, dan hutang pajak yang tidak diimbangi
dengan kenaikan yang terjadi pada jumlah aset tidak tetap perusahaan, seperti
yang telah dibahas sebelumnya pada rasio lancar (Current Ratio). Meskipun
jumlah persediaan Kalbe di tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 2,79%,
namun hal ini tidak cukup membantu bagi Kalbe untuk meningkatkan Acid Test
Ratio, yang disebabkan oleh adanya peningkatan yang lebih besar pada jumlah
kewajiban jangka pendeknya. Selanjutnya pada tahun 2010, Kalbe telah melunasi
pinjaman jangka pendek perusahaan yang diikuti juga dengan penurunan pada
jumlah persediaan sebesar 0,68%, yang menyebabkan Acid Test Ratio Kalbe
kembali mengalami kenaikan hingga menjadi sebesar 3,04x.
Bila dilihat dari rata-rata kompetitor secara keseluruhan, Acid Test Ratio
Kalbe berada di atas rata-rata kompetitor pada tahun 2009-2010. Namun pada
tahun 2008, jumlah Acid Test Ratio Kalbe berada sedikit di bawah rata-rata
kompetitor, dimana Acid Test Ratio rata-rata kompetitor adalah sebesar 2,14x
dan Kalbe adalah
sebesar 2,05x. Hal ini disebabkan karena meningkatnya
jumlah persediaan Kalbe sebesar 12,55% pada tahun 2008 bila dibandingkan
dengan tahun 2007 yang menyebabkan jumlah Current Asset Kalbe menjadi
lebih kecil. Kenaikan persediaan Kalbe pada tahun 2008 ini disebabkan oleh
adanya kenaikan dari harga bahan baku persediaan dan sebagai pendukung
penjualan Kalbe. Selain itu, juga terjadi peningkatan pada jumlah akun hutang
lain-lain sebesar 102,28% dan akun pinjaman jangka pendek Kalbe sebesar
122
233,71% bila dibandingkan dengan tahun 2007, dimana peningkatan yang cukup
signifikan berasal dari akun pinjaman jangka pendek Kalbe dari PT. Bank
Central Asia, Tbk yang digunakan untuk membiayai modal kerja perusahaan,
yang membuat jumlah kewajiban jangka pendek Kalbe semakin meningkat, dan
menurunnya Acid Test Ratio Kalbe di tahun tersebut.
3. Account Receivable Turnover
Acc Receivable Turnover =
Gambar IV.3. A/R Turnover
Tingkat perputaran piutang pada PT. Kalbe Farma, Tbk menunjukkan
berapa kali waktu yang diperlukan dalam setahun bagi Kalbe dalam periode
penagihan piutang, dan semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin
baik bagi perusahaan, karena dana yang tertanam pada piutang perusahaan
adalah rendah. Dari tahun 2008-2010, tingkat perputaran piutang Kalbe terus
123
mengalami penurunan dan hal ini kurang efektif bagi Kalbe, walaupun tingkat
perputaran piutangnya masih berkisar 8 kali dalam setahun.
Pada tahun 2008, tingkat perputaran piutang Kalbe adalah sebanyak
8,68x yang berarti bahwa dalam setahun Kalbe dapat melakukan penagihan
piutang sebanyak 8,68x. Tahun 2009 dan 2010, tingkat perputaran piutang Kalbe
mengalami penurunan hingga menjadi sebanyak 8,44x dan 8,24x, yang
disebabkan karena adanya kenaikan pada jumlah penjualan Kalbe yang
berpengaruh juga pada pemberian jumlah piutang usaha oleh Kalbe kepada
pelanggannya. Namun, kenaikan pada jumlah pemberian piutang usaha ini tidak
sebanding dengan kenaikan yang terjadi pada jumlah penjualan Kalbe, yang
mana pada tahun 2009 jumlah kenaikan pada akun piutang usaha rata-rata Kalbe
adalah sebesar 18,53% dan jumlah kenaikan penjualannya adalah sebesar
15,36%. Sedangkan pada tahun 2010, terjadi kenaikan pada jumlah piutang
usaha rata-rata Kalbe sebesar 15,30% dan kenaikan pada jumlah penjualan
sebesar 12,54%. Hal inilah yang mengakibatkan tingkat perputaran piutang
Kalbe terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dalam hal ini, Kalbe
harus berhati-hati dalam memberikan piutang usahanya agar tidak terjadi
kerugian akibat tidak tertagihnya piutang tersebut.
Dari tahun 2008-2010, tingkat perputaran piutang pada rata-rata
kompetitor juga terus mengalami penurunan seperti yang dialami oleh Kalbe,
dimana pada tahun 2008 tingkat perputaran piutang rata-rata kompetitor adalah
sebanyak 7,40x. Pada tahun 2009 dan 2010, tingkat perputaran piutang rata-rata
124
kompetitor mengalami penurunan hingga menjadi sebanyak 7,38x dan 7,15x.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor secara keseluruhan, PT. Kalbe
Farma, Tbk masih tergolong baik dalam tingkat perputaran piutang, dimana
Kalbe mampu melakukan penagihan piutang sebanyak 8 kali dalam setahun bila
dibandingkan dengan rata-rata kompetitor yang hanya 7 kali dalam setahun.
4. Days’ Sales in Receivable
Day’s Sales in Receivables =
Gambar IV.4. Day’s Sales in Receivable
Rasio ini menggambarkan jumlah waktu/hari yang dibutuhkan oleh
perusahaan untuk mengconvert piutang usaha ke dalam bentuk kas. Semakin
pendek periodenya akan semakin baik, karena resiko akan tidak tertagihnya
piutang semakin kecil.
Dari tahun 2008-2010, peningkatan terus terjadi pada jumlah hari yang
dibutuhkan oleh Kalbe dalam mengumpulkan jumlah piutang usahanya, dimana
125
pada tahun 2008 Kalbe membutuhkan waktu selama 42 hari, tahun 2009 selama
43 hari, dan tahun 2010 selama 44 hari. Walaupun jumlah hari yang dibutuhkan
oleh Kalbe dalam mengconvert piutangnya ke dalam bentuk kas hanya
menambah waktu selama 1 hari, namun Kalbe tetap harus berhati-hati dan tepat
waktu dalam menagih piutang usahanya untuk menghindari kerugian akan tidak
tertagihnya piutang tersebut. Sebelumnya kita juga melihat bahwa tingkat
perputaran piutang Kalbe terus mengalami penurunan dari tahun 2008-2010,
yang disebabkan karena adanya kenaikan pada jumlah piutang usaha rata-rata
Kalbe yang tidak sebanding dengan kenaikan yang terjadi pada jumlah
penjualannya pada pada tahun 2009 dan 2010. Hal ini juga yang menyebabkan
jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe dalam mengumpulkan piutang usaha
juga bertambah selama 1 hari.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, PT. Kalbe Farma, Tbk
terlihat lebih bagus karena periode terkumpulnya piutang usaha lebih cepat
daripada rata-rata kompetitor yaitu: di bawah 60 hari pada periode 2008-2010.
Rata-rata kompetitor membutuhkan waktu yang lebih lama dari Kalbe dalam
mengumpulkan/mengconvert piutang usaha ke dalam bentuk kas, yang secara
signifikan dapat dilihat pada tahun 2008 rata-rata kompetitor membutuhkan
waktu selama 56 hari dalam mengumpulkan jumlah piutang usaha, dan
meningkat menjadi selama 58 hari pada tahun 2009, dan menjadi selama 62 hari
pada tahun 2010. Tingginya jumlah hari yang dibutuhkan oleh rata-rata
kompetitor dalam periode penagihan piutang usaha disebabkan oleh pengaruh
126
dari kinerja perusahaan kompetitor Kalbe yang memiliki periode penagihan
piutang yang lebih lama yang ikut mempengaruhi jumlah rata-rata kompetitor.
5. Inventory Turnover
Inventory Turnover =
Gambar IV.5. Inventory Turnover
Rasio ini menggambarkan seberapa cepat jumlah persediaan atau barang
dagangan perusahaan diganti dalam setahun. Tingkat perputaran persediaan yang
cepat menggambarkan bahwa kegiatan penjualan perusahaan berjalan dengan
cepat dan tidak terjadi penumpukan pada jumlah persediaan, sehingga akan
mengurangi biaya gudang dan kerugian akibat persediaan yang usang.
Dari tahun 2008-2010, tingkat perputaran persediaan Kalbe terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, tingkat perputaran persediaan Kalbe
adalah sebanyak 2,69x dalam setahun. Tahun 2009, terjadi peningkatan pada
127
tingkat perputaran persediaan Kalbe sebanyak 0,2x yang disebabkan oleh
kenaikan pada jumlah penjualan Kalbe yang berdampak juga pada meningkatnya
jumlah persediaan rata-rata sebesar 4,43%, yang diikuti juga dengan kenaikan
pada jumlah beban pokok penjualan Kalbe sebesar 12,32%. Pada tahun 2010,
tingkat perputaran persediaan Kalbe kembali mengalami peningkatan sebanyak
0,36x yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah penjualan Kalbe yang disertai
dengan meningkatnya jumlah beban pokok penjualan sebesar 10,60%. Sementara
jumlah persediaan rata-rata Kalbe pada tahun 2010 mengalami penurunan
sebesar 1,75%, yang disebabkan karena Kalbe melakukan pengelolaan rantai
pasokan secara terintegrasi dan end to end untuk menciptakan efisiensi.
Tingkat perputaran persediaan Kalbe yang terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun mencerminkan kinerja perusahaan yang cukup baik dalam
memanage jumlah persediaan untuk mendukung kegiatan penjualan. Namun,
usaha manajemen dalam menciptakan efisiensi terhadap jumlah persediaan ini
tidak diimbangi dengan turunnya jumlah beban pokok penjualan, yang terlihat
dari jumlah beban pokok penjualan Kalbe pada tahun 2009 yang mengalami
kenaikan ≥ daripada kenaikan dalam jumlah persediaannya. Begitu juga untuk
tahun 2010, dimana jumlah beban pokok penjualan Kalbe terus mengalami
kenaikan, sementara jumlah persediaan mengalami penurunan. Dari analisis
horizontal yang telah dilakukan, juga terlihat bahwa jumlah beban pokok
penjualan Kalbe terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menanggapi
hal ini, Kalbe harus dapat lebih efisien lagi dalam mengelola beban pokok
penjualan perusahaan misalnya: dengan mencari pemasok yang lebih
128
menguntungkan agar harga bahan baku tidak terlalu mahal dan melakukan
efisiensi atas pembayaran upah buruh, sehingga akan mengurangi jumlah beban
pokok penjualan perusahaan.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, tingkat perputaran
persediaan pada PT. Kalbe Farma, Tbk dapat dikatakan kurang baik karena
Kalbe hanya mampu melakukan perputaran persediaan sebanyak 3 kali dalam
setahun, sedangkan rata-rata kompetitor mampu untuk melakukan perputaran
persediaan lebih banyak dari Kalbe yaitu: sebanyak 5 kali dalam setahun.
6.
Day’s Sales in Inventory
Day’s Sales in Inventory =
Day's Sales in Inventory
140,00
120,00
100,00
80,00
KALBE
60,00
RATA-RATA
KOMPETITOR
40,00
20,00
0,00
KALBE
RATA-RATA
KOMPETITOR
2008
2009
2010
135,88
126,34
112,24
82,07
81,33
80,82
Gambar IV.6. Day’s Sales in Inventory
Rasio ini menggambarkan jumlah hari yang dibutuhkan oleh perusahaan
untuk menghabiskan jumlah persediaan melalui kegiatan penjualan/seberapa
129
lama waktu yang diperlukan untuk mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas.
Semakin cepat semakin baik.
Dari tahun 2008-2010, jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe dalam
mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas melalui kegiatan penjualan
semakin mengalami penurunan, dan ini berarti bahwa semakin cepat waktu yang
dimiliki oleh perusahaan dalam memperoleh kas melalui kegiatan penjualan
persediaan/produknya. Pada tahun 2008, jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe
dalam menghabiskan jumlah persediaan melalui kegiatan penjualan adalah
selama 135,88 hari. Tahun 2009 dan 2010, jumlah hari yang dibutuhkan oleh
Kalbe mengalami penurunan yang masing-masing selama 9,54 hari dan 14,1 hari
yang disebabkan oleh jumlah penjualan Kalbe yang terus meningkat dari tahun
ke tahun yang masing-masing sebesar 15,36% dan 12,54%. Hal ini juga terlihat
dari analisis Inventory Turnover sebelumnya, dimana tingkat perputaran
persediaan Kalbe mengalami peningkatan, yang berpengaruh juga pada
menurunnya jumlah Day’s Sales in Inventory.
Dilihat dari hasil rata-rata kompetitor, jumlah hari yang dibutuhkan untuk
mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas juga mengalami penurunan dari
tahun 2008-2010. Pada tahun 2008, jumlah hari yang dibutuhkan oleh rata-rata
kompetitor untuk mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas adalah selama
82,07 hari. Tahun 2009 dan 2010, jumlah harinya mengalami penurunan yang
masing-masing selama 0,74 hari dan 0,57 hari. Secara keseluruhan bila
dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, Day’s Sales in Inventory Kalbe
130
berada di bawah rata-rata kompetitor, karena rata-rata kompetitor hanya
membutuhkan waktu selama kurang lebih 80 hari dalam menghabiskan jumlah
persediaan/mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas, sedangkan Kalbe
membutuhkan waktu ≥ 100 hari. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah
penjualan Kalbe yang ≥ daripada perusahaan kompetitor, sehingga membutuhkan
waktu yang lebih lama dalam menghasilkan kas melalui kegiatan penjualan
persediaan.
7. Account Payable Turnover
Acc Payable Turnover =
Gambar IV.7. A/P Turnover
Gambar IV.7. A/P Turnover
Tingkat perputaran hutang usaha (A/P Turnover) menunjukkan seberapa
besar/cepat kemampuan perusahaan dalam membayar hutang usaha dalam
setahun. Rasio tingkat perputaran hutang usaha yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki kemampuan pembayaran hutang usaha yang cepat.
131
Pada tahun 2008, tingkat perputaran hutang usaha Kalbe adalah sebanyak
12,85x yang berarti bahwa Kalbe mampu untuk melakukan pembayaran hutang
usaha sebanyak 12,85x dalam setahun. Pada tahun 2009 dan 2010, tingkat
pembayaran hutang usaha Kalbe mengalami penurunan yang masing-masing
sebanyak 1,22x dan 1,19x dalam setahun, yang disebabkan karena peningkatan
yang terus terjadi pada jumlah hutang usaha Kalbe, yang mana pada tahun 2009
dan 2010 jumlah hutang usaha Kalbe terus mengalami peningkatan yang masingmasing sebesar 24,17% dan 23,21% dari pembelian bahan baku kepada pemasok
perusahaan yang diikuti pula dengan kenaikan yang lebih rendah pada jumlah
beban pokok penjualan perusahaan, sehingga mengakibatkan terjadinya
penurunan pada jumlah A/P Turnover Kalbe.
Selain itu dari analisis A/R Turnover sebelumnya juga terlihat bahwa
tingkat perputaran piutang usaha Kalbe terus mengalami penurunan dari tahun
2008-2010, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kemampuan Kalbe
dalam melunasi hutang usahanya karena semakin lama waktu yang diperlukan
untuk mengconvert jumlah piutang usaha ke dalam bentuk kas, yang nantinya
dana tersebut dapat digunakan untuk membayar hutang usaha Kalbe. Dalam hal
ini, Kalbe harus lebih berhati-hati dalam menggunakan hutang usahanya dan
membayar secara tepat waktu agar tidak terkena denda, mengingat bahwa tingkat
perputaran hutang usaha Kalbe yang terus mengalami penurunan dari tahun
2008-2010, serta menagih piutang usaha secara tepat waktu.
132
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, PT. Kalbe Farma, Tbk
memiliki tingkat perputaran hutang usaha yang sangat tinggi/berada di atas ratarata kompetitor, dimana tingkat perputaran hutang usaha rata-rata kompetitor
pada tahun 2008 adalah sebanyak 6,44x dalam setahun, sedangkan Kalbe adalah
sebanyak 12,85x dalam setahun. Tahun 2009 dan 2010, tingkat perputaran
hutang usaha rata-rata kompetitor adalah sebanyak 6,98x dan 6,51x dalam
setahun, sedangkan Kalbe mampu untuk melakukan pembayaran hutang usaha
sebanyak 11,63x dan 10,44x dalam setahun. Ini berarti bahwa PT. Kalbe Farma,
Tbk memiliki tingkat/kemampuan pembayaran hutang usaha yang lebih baik
dalam menjalankan operasi perusahaan daripada rata-rata kompetitor, meskipun
tiap tahun tingkat perputaran hutang usaha Kalbe terus mengalami penurunan.
8. Day’s Sales in Payable
Day’s Sales in Payable =
Gambar IV. 8. Day’s Sales in Payable
133
Rasio ini menggambarkan jumlah waktu/hari yang dibutuhkan oleh
perusahaan untuk melunasi hutang usahanya.
Jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe dalam melunasi seluruh hutang
usaha mengalami peningkatan dari tahun 2008-2010, yang berarti bahwa
semakin lama periode pembayaran hutang usaha Kalbe. Pada tahun 2008, Kalbe
membutuhkan waktu selama 28,40 hari untuk melunasi hutang usahanya kepada
para pemasok perusahaan. Tahun 2009 dan 2010, terjadi peningkatan pada
jumlah hari yang dibutuhkan untuk membayar hutang usaha Kalbe yaitu: selama
2,99 hari dan 3,58 hari, yang disebabkan karena jumlah hutang usaha Kalbe yang
terus meningkat pada tahun 2009 dan 2010 dari pembelian bahan baku
perusahaan kepada pemasok dalam rangka mendukung kegiatan penjualan yang
semakin meningkat tiap tahun. Dalam hal ini, Kalbe harus berhati-hati dalam
menggunakan hutang usahanya dan membayar dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan/secara tepat waktu agar tidak terkena denda.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, jumlah hari yang
dibutuhkan oleh Kalbe dalam melunasi hutang usahanya lebih cepat, meskipun
tiap tahun periode pembayaran hutang usaha Kalbe terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2008, jumlah hari yang dibutuhkan oleh rata-rata
kompetitor untuk melunasi hutang usaha adalah selama 63,50 hari, sedangkan
Kalbe adalah selama 28,40 hari. Tahun 2009 adalah selama 61,91 hari, dan Kalbe
hanya membutuhkan waktu selama 31,39 hari dalam melunasi hutang usahanya.
Hingga akhir tahun 2010, rata-rata kompetitor hanya mampu untuk melunasi
134
hutang usaha selama 64,17 hari dan Kalbe selama 34,97 hari. Kondisi ini
membuat Kalbe terlihat lebih likuid bila dibandingkan dengan rata-rata
kompetitor, karena dengan peningkatan yang terus terjadi pada jumlah hutang
usahanya, Kalbe masih mampu untuk membayar hutang usaha lebih cepat
daripada rata-rata kompetitor.
9. Cash Conversion Cycle
Cash Conversion Cycle =
Day’s Sales in Receivables + Day’s Sales in Inventory – Day’s Sales in Payable
Gambar IV.9. Cash Conversion Cycle
Cash Conversion Cycle merupakan suatu siklus operasi perusahaan yang
dimulai dari kegiatan pembelian bahan baku yang akan digunakan untuk
kegiatan produksi hingga menghasilkan barang jadi (finished goods) untuk dijual
kepada customer, hingga menghasilkan arus kas masuk bagi perusahaan.
Selanjutnya, dari arus kas masuk tersebut dapat digunakan kembali oleh
perusahaan untuk membeli bahan baku dalam menghasilkan penjualan pada
135
tahun selanjutnya, dan begitu pula seterusnya. Semakin cepat siklus arus kas
perusahaan maka akan semakin bagus, yang menunjukkan adanya perputaran
modal kerja yang baik.
Dari tahun 2008-2010, siklus arus kas Kalbe terus mengalami penurunan
yang berarti bahwa semakin cepat pemulihan atas jumlah arus kas masuk Kalbe
yang didapat dari kegiatan usahanya dalam setahun. Tahun 2008, jumlah hari
yang dibutuhkan oleh Kalbe dalam menghasilkan arus kas masuk adalah selama
149,52 hari. Tahun 2009 dan 2010, jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe
untuk menghasilkan arus kas masuk bagi perusahaan mengalami penurunan
selama 11,35 hari dan 16,61 hari. Kondisi ini mencerminkan adanya tingkat
perputaran modal kerja Kalbe yang cukup baik dalam kegiatan usahanya, karena
Kalbe dapat memanfaatkan hutang usahanya secara efektif dalam mendukung
kegiatan penjualan perusahaan melalui jumlah persediaan yang diikuti juga
dengan periode penagihan piutang Kalbe yang dapat dikatakan cukup baik
meskipun mengalami penurunan, sehingga berdampak pada semakin cepatnya
jumlah arus kas masuk perusahaan.
Dari tahun 2008-2010, siklus arus kas rata-rata kompetitor mengalami
peningkatan, dan kondisi ini kurang baik. Pada tahun 2008 jumlah waktu yang
dibutuhkan oleh rata-rata kompetitor dalam menghasilkan arus kas masuk adalah
selama 75,02 hari, sedangkan Kalbe selama 149,52 hari. Tahun 2009 dan 2010,
rata-rata kompetitor membutuhkan waktu yang masing-masing selama 77,35 hari
136
dan 78,96 hari dalam menghasilkan arus kas masuk. Sedangkan Kalbe pada
tahun 2009 dan 2010 membutuhkan waktu selama 138,17 hari dan 121,56 hari.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, siklus arus kas masuk Kalbe
berada jauh di bawah rata-rata kompetitor atau lebih lama dalam periode
pemulihan arus kasnya. Hal ini disebabkan karena jumlah penjualan Kalbe yang
lebih banyak daripada perusahaan kompetitor, yang berpengaruh juga pada
semakin lama waktu yang diperlukan oleh Kalbe untuk mengconvert jumlah
persediaan ke dalam bentuk kas melalui kegiatan penjualan. Dalam hal ini, tidak
berarti bahwa produk Kalbe tidak laku atau kegiatan penjualan perusahaan
berjalan dengan lama. Hanya saja Kalbe membutuhkan waktu yang lebih banyak
dalam menghabiskan jumlah persediaannya melalui kegiatan penjualan daripada
jumlah penjualan dari perusahaan kompetitor. Selain itu, juga diketahui bahwa
tingkat perputaran persediaan Kalbe terus mengalami penurunan dari tahun
2008-2010 yang semakin membuktikan bahwa penjualan persediaan Kalbe
berjalan dengan cepat.
IV.2.3.2. Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio)
Rasio ini digunakan utuk mengukur seberapa besar kegiatan operasi
perusahaan dibiayai oleh hutang. Semakin kecil jumlah rasio ini maka akan
semakin bagus. Selain itu, analisis rasio ini juga dapat digunakan untuk
membantu para kreditor, bankers, dan pemegang saham lainnya untuk melihat
apakah PT. Kalbe Farma, Tbk termasuk solvable atau insovable dalam melunasi
137
seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka
panjang, terutama saat perusahaan akan dilikuidasi.
1. Debt Ratio
Debt Ratio =
Gambar IV.10. Debt Ratio
Rasio ini menggambarkan seberapa besar dana/hutang yang diberikan
oleh kreditor untuk membiayai aset perusahaan atau seberapa besar persentase
kewajiban perusahaan bila dibandingkan dengan jumlah aset yang dimiliki. Rasio
hutang yang tinggi berarti bahwa perusahaan menggunakan hutang dalam jumlah
yang besar untuk kegiatan pendanaan.
Pada tahun 2008, Debt Ratio Kalbe adalah sebesar 23,83% yang berarti
bahwa kegiatan pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh kreditor hanya sebesar
23,83% dan sisanya sebesar 76,17% dibiayai oleh Kalbe. Tahun 2009, Debt
Ratio Kalbe mengalami peningkatan sebesar 2,26% yang disebabkan karena
138
meningkatnya jumlah kewajiban Kalbe sebesar 24,47% yang tidak sebanding
dengan peningkatan yang terjadi pada jumlah aset perusahaan yang hanya
sebesar 13,65%. Peningkatan terbesar dari total kewajiban Kalbe berasal dari
kewajiban jangka pendek perusahaan yang terdiri atas akun pinjaman jangka
pendek, hutang usaha, dan hutang pajak perusahaan. Sedangkan dari total aset
Kalbe, peningkatan terjadi pada jumlah akun aset tetap dan tidak berwujud yang
dapat digunakan untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan.
Pada tahun 2010, jumlah dana yang disediakan oleh kreditor untuk
membiayai aset perusahaan mengalami penurunan sebesar 8,17% hingga menjadi
sebesar 17,92%, yang disebabkan karena jumlah kewajiban Kalbe yang
mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu: sebesar 25,49% yang diikuti
dengan peningkatan pada jumlah aset Kalbe sebesar 8,49%. Penurunan jumlah
kewajiban ini lebih disebabkan karena pada tahun 2010, Kalbe telah melakukan
pelunasan atas jumlah pinjaman jangka pendeknya dan adanya penurunan pada
jumlah hutang pajak perusahaan. Dengan jumlah Debt Ratio sebesar 17,92%
pada tahun 2010, terlihat bahwa kinerja PT. Kalbe Farma, Tbk semakin
bagus/solvable, karena dana yang berasal dari kreditor yang digunakan untuk
kegiatan pendanaan perusahaan tergolong relatif < yaitu: hanya sebesar 17,92%
dan hampir seluruh kegiatan pendanaan perusahaan dibiayai oleh Kalbe, yang
sebagian besar dananya didapat dari kegiatan penjualan.
Kondisi fluktuatif juga terjadi pada Debt Ratio rata-rata kompetitor yang
dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, Debt Ratio rata-rata kompetitor mengalami
139
peningkatan hingga menjadi sebesar 37,39% dan Debt Ratio Kalbe juga
meningkat hingga menjadi sebesar 26,09% bila dibandingkan dengan tahun
2008. Pada tahun 2010, Debt Ratio rata-rata kompetitor dan Kalbe mengalami
penurunan hingga menjadi sebesar 35,42% dan sebesar 17,92%. Secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa Debt Ratio Kalbe jauh lebih baik daripada
rata-rata kompetitor, karena hampir seluruh kegiatan pendanaan perusahaan
dibiayai oleh Kalbe, yang berarti bahwa total aset yang dimiliki oleh Kalbe
melebihi daripada total kewajibannya.
2. Debt/Equity Ratio
Debt/Equity Ratio =
Gambar IV.11. Debt/Equity Ratio
Rasio ini hampir sama dengan Debt Ratio, tetapi untuk menghitung Debt
to Equity Ratio kita membandingkannya dengan total ekuitas perusahaan, yang
140
menggambarkan sejauh mana perusahaan menggunakan hutang untuk kegiatan
pendanaan bila dibandingkan dengan jumlah dana yang berasal dari pemegang
saham/investor. Semakin kecil rasio ini akan semakin baik bagi kreditor, karena
kegiatan pendanaan perusahaan lebih banyak berasal dari dana yang disediakan
oleh para pemegang saham/investor. Dan andaikata terjadi kerugian, maka
perusahaan masih dapat membayar hutang/pinjaman yang diberikan oleh kreditor
kepada perusahaan dari jumlah ekuitas yang ada.
Debt to Equity Ratio Kalbe berada pada kondisi yang fluktuatif dimana
pada tahun 2008, Debt to Equity Ratio Kalbe adalah sebesar 37,52% yang berarti
bahwa kegiatan pendanaan perusahaan yang berasal dari hutang adalah sebesar
37,52% dari jumlah ekuitas perusahaan. Pada tahun 2009, Debt to Equity Ratio
Kalbe mengalami peningkatan sebesar 1,72% yang disebabkan karena adanya
peningkatan yang cukup besar pada total kewajiban Kalbe yaitu: sebesar 24,47%
yang tidak diimbangi dengan peningkatan pada total ekuitas yang hanya sebesar
18,99%, sehingga mempengaruhi jumlah Debt to Equity Ratio Kalbe di tahun
tersebut. Tahun 2010, Kalbe berhasil melunasi beberapa kewajiban mereka yang
terlihat dari adanya penurunan dari jumlah kewajiban Kalbe sebesar 25,49%
yang diikuti dengan kenaikan pada jumlah ekuitas perusahaan sebesar 24,67%,
sehingga membuat Debt to Equity Ratio Kalbe mengalami penurunan hingga
mencapai sebesar 23,45%, dan ini adalah angka terendah dari tahun 2008-2010.
Dengan Debt to Equity Ratio sebesar 23,45% berarti bahwa kegiatan
pendanaan Kalbe yang berasal dari hutang hanya sebesar 23,45% dan sisanya
berasal dari ekuitas perusahaan. Kondisi ini sangat baik bagi perusahaan dan
141
menarik di mata kreditor maupun investor yang mengindikasikan bahwa PT.
Kalbe Farma, Tbk termasuk dalam kategori perusahaan yang solvable.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, kinerja Kalbe terlihat
sangat solvable. Hal ini disebabkan karena kegiatan pendanaan Kalbe yang
berasal dari hutang ≤ 50% dari jumlah ekuitas perusahaan, yang berarti juga
bahwa Kalbe masih mampu untuk melunasi seluruh kewajiban mereka apabila
terjadi kerugian. Sedangkan, Debt to Equity Ratio rata-rata kompetitor dari
periode 2008-2010 berkisar ≥ 50% dari jumlah ekuitas yang ada, yang berarti
bahwa sebagian besar kegiatan pendanaan dari perusahaan kompetitor berasal
dari hutang daripada ekuitasnya.
3. Time Interest Earned
Time Interest Earned =
Gambar IV.12. Time Interest Earned Ratio
142
Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk
membayar beban bunga dalam setahun dari jumlah EBIT (Earning Before
Interest and Tax Expense) yang diperoleh. Semakin tinggi rasio ini semakin
bagus, karena menunjukkan semakin cepat kemampuan perusahaan dalam
melunasi beban bunga pinjaman.
Dari tahun 2008-2010, kemampuan pembayaran Kalbe atas beban
bunganya mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang dapat dilihat pada
tahun 2008, Time Interest Earned Ratio Kalbe adalah sebanyak 21,63x yang
berarti bahwa Kalbe mampu untuk melakukan pembayaran beban bunga dari
jumlah EBIT (Earning Before Interest and Tax Expense) yang diperoleh
sebanyak 21,63x dalam setahun. Tahun 2009, Time Interest Earned Ratio Kalbe
mengalami kenaikan sebanyak 4,89x yang disebabkan karena jumlah EBIT
Kalbe mengalami peningkatan sebesar 25,90% yang diikuti dengan adanya
peningkatan dari beban bunga perusahaan yang hanya sebesar 2,70%. Sedangkan
pada tahun 2010, Time Interest Earned Ratio Kalbe mengalami peningkatan
sebanyak 57,94x, dan ini adalah peningkatan terbesar yang terjadi yang
disebabkan karena terjadinya penurunan yang sangat drastis pada jumlah beban
bunga Kalbe yaitu: sebesar 61,24% yang berasal dari beban bunga pinjaman
bank dan beban hutang obligasi, yang diikuti dengan kenaikan pada jumlah EBIT
Kalbe sebesar 23,43%, sehingga menyebabkan Time Interest Earned Ratio Kalbe
mengalami kenaikan yang sangat tinggi pada tahun 2010. Ini berarti bahwa
terdapat peningkatan kinerja yang sangat baik oleh Kalbe, yang terlihat dari
adanya peningkatan yang terjadi pada jumlah EBIT perusahaan dari tahun ke
143
tahun, yang diikuti pula dengan pembayaran beban bunga yang dilakukan secara
tepat waktu sehingga menyebabkan terjadinya penurunan yang sangat dratis pada
jumlah beban bunga Kalbe di tahun 2010.
Kondisi yang berbeda terjadi pada rata-rata kompetitor, yang mana dari
tahun 2008-2010, Time Interest Earned Ratio rata-rata kompetitor terus
mengalami penurunan. Pada tahun 2008, Time Interest Earned Ratio rata-rata
kompetitor adalah sebanyak 36,81x dan mengalami penurunan sebanyak 4,99x di
tahun 2009. Tahun 2010, jumlah ini mengalami penurunan kembali sebanyak
7,5x hingga menjadi sebanyak 24,32x. Ini adalah angka terendah dari Time
Interest Earned Ratio yang berarti bahwa rata-rata kompetitor hanya mampu
untuk melakukan pembayaran beban bunga sebanyak 24,32x dalam setahun.
Walaupun pada tahun 2008 dan 2009, Time Interest Earned Ratio Kalbe
berada di bawah rata-rata kompetitor yang disebabkan oleh tingginya Time
Interest Earned Ratio pada perusahaan kompetitor Kalbe, namun dengan adanya
peningkatan yang terjadi secara terus menerus dan dilihat dari kemampuan Kalbe
yang lebih tinggi dalam melunasi beban bunga di akhir tahun 2010, sudah cukup
membuktikan bahwa kinerja Kalbe lebih baik dalam melakukan pembayaran
beban bunga perusahaan dari jumlah EBIT yang diperoleh.
IV.2.3.3. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan/laba dari jumlah penjualan selama periode tertentu.
144
1. Gross Profit Margin
Gross Profit =
Gross Profit Margin
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
KALBE
20,00%
RATA-RATA
KOMPETITOR
10,00%
0,00%
2008
2009
2010
KALBE
48,29%
49,65%
50,52%
RATA-RATA KOMPETITOR
38,22%
38,41%
39,73%
Gambar IV.13. Gross Profit Margin
Rasio ini menunjukkan besarnya jumlah laba kotor yang diperoleh
perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin bagus,
karena dianggap bahwa perusahaan mampu untuk memperoleh laba yang tinggi
dengan memanfaatkan beban pokok penjualan secara efisien.
Dari tahun 2008-2010, Gross Profit Margin Kalbe terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2008, Gross Profit Margin Kalbe adalah sebesar
48,29% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 penjualan, perusahaan dapat
menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,48 dan jumlah yang tersisa untuk
menutupi biaya operasi adalah sebesar 51,71%. Dalam hal ini terlihat bahwa
biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar daripada tingkat
keuntungan yang diperoleh, yang disebabkan karena adanya peningkatan pada
145
jumlah beban pokok penjualan Kalbe sebagai akibat dari meningkatnya harga
bahan baku dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD pada tahun 2008.
Pada tahun 2009 dan 2010, Gross Profit Margin Kalbe mengalami
kenaikan yang masing-masing sebesar 1,36% dan 0,87% yang disebabkan oleh
kenaikan atas penjualan perusahaan tanpa diikuti dengan kenaikan yang tinggi
pula pada beban pokok penjualan Kalbe, sehingga mengakibatkan jumlah laba
kotor Kalbe semakin meningkat. Kenaikan beban pokok penjualan yang tidak
terlalu tinggi tersebut dihasilkan dari kombinasi penjualan produk, pengendalian
biaya produksi yang dicapai melalui penerapan lean manufacturing dalam proses
produksi, penurunan harga bahan baku obat resep dan produk susu, dan
menguatnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika. Dalam hal ini, Kalbe
berhasil dalam melakukan efisiensi dan perbaikan terhadap kinerjanya yang
mengakibatkan tingkat keuntungan Kalbe semakin meningkat setiap tahun.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, PT. Kalbe Farma, Tbk
memiliki Gross Profit Margin yang
daripada rata-rata kompetitor. Pada tahun
2008, rata-rata kompetitor memperoleh laba kotor sebesar Rp 0,38 dari setiap
penjualan, sedangkan Kalbe mampu memperoleh laba kotor sebesar Rp 0,48 dari
setiap penjualannya. Pada tahun 2009 dan 2010, rata-rata kompetitor mengalami
kenaikan pada Gross Profit Margin yang masing-masing sebesar 0,19% dan
1,32%. Walaupun jumlah laba kotor rata-rata kompetitor dan Kalbe sama-sama
mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan 2010, namun jumlah laba kotor
yang diperoleh Kalbe tetap
daripada rata-rata kompetitor, dimana pada akhir
146
tahun 2010, laba kotor yang diperoleh rata-rata kompetitor dari setiap penjualan
hanya sebesar Rp 0,40, sedangkan laba kotor yang diperoleh Kalbe adalah
sebesar Rp 0,51, yang menunjukkan bahwa kinerja Kalbe dalam menghasilkan
keuntungan lebih besar daripada rata-rata kompetitor.
2. Net Profit Margin
Net Profit Margin =
Gambar IV.14. Net Profit Margin
Rasio ini menggambarkan jumlah keuntungan/laba bersih yang diperoleh
perusahaan setelah dikurangi dengan pajak.
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa jumlah laba bersih Kalbe terus
mengalami kenaikan dari tahun 2008-2010. Pada tahun 2008, Net Profit Margin
Kalbe adalah sebesar 10,48% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 penjualan,
perusahaan dapat memperoleh laba bersih sebesar Rp 0,10. Tahun 2009 dan
147
2010, jumlah laba bersih Kalbe meningkat yang masing-masing sebesar 1,07%
dan 1,59%.
Peningkatan Net Profit Margin yang terjadi pada tahun 2008-2010 ini
disebabkan karena jumlah penjualan Kalbe yang terus meningkat setiap tahun,
yang diikuti dengan adanya efisiensi dari beban pokok penjualan dan beban
usaha. Selain itu, biaya pajak perusahaan juga mengalami penurunan dari 30%
pada tahun 2008 hingga menjadi sebesar 28% pada tahun 2009 dan sebesar 25%
pada tahun 2010, sehubungan dengan adanya peraturan perpajakan baru dari
pemerintah yang berdampak positif terhadap tingkat keuntungan/laba bersih
yang diperoleh Kalbe.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, Kalbe memiliki jumlah
keuntungan/laba bersih yang
daripada rata-rata kompetitor. Pada tahun 2008,
Net Profit Margin rata-rata kompetitor adalah sebesar 5,91% yang berarti bahwa
setiap Rp 1,00 penjualan, rata-rata kompetitor memperoleh laba bersih sebesar
Rp 0,06, sedangkan laba bersih yang diperoleh Kalbe dari setiap penjualannya
adalah sebesar Rp 0,10. Pada tahun 2009, jumlah laba bersih rata-rata kompetitor
mengalami penurunan sebesar 1,23% dan mengalami peningkatan kembali pada
tahun 2010 sebesar 2,1% hingga menjadi sebesar 6,78%, yang berarti bahwa
pada tahun 2010, rata-rata kompetitor mampu untuk memperoleh laba bersih
sebesar Rp 0,07 dari setiap penjualan. Sedangkan Kalbe mampu untuk
memperoleh tingkat keuntungan/laba bersih dari penjualan sebesar Rp 0,13 pada
tahun 2010.
148
3. Operating Income Margin
Operating Income Margin =
Gambar IV.15. Operating Income Margin
Rasio ini menunjukkan besarnya jumlah laba usaha yang diperoleh
perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin bagus.
Pada tahun 2008, laba usaha Kalbe adalah sebesar 14,51% yang berarti
bahwa setiap Rp 1,00 penjualan, Kalbe dapat memperoleh laba usaha sebesar Rp
0,15. Tahun 2009, laba usaha Kalbe meningkat sebesar 2,72% yang disebabkan
karena jumlah penjualan Kalbe yang meningkat dan disertai dengan adanya
efisiensi pada jumlah beban pokok penjualan dan beban usahanya. Pada tahun
2010, jumlah peningkatan yang terjadi pada laba usaha Kalbe tidaklah signifikan
yaitu: hanya sebesar 0,28%. Hal ini disebabkan beban usaha Kalbe yang
meningkat lebih besar yaitu: sebesar 14,58% bila dibandingkan dengan tahun
2009 akibat meningkatnya biaya penjualan Kalbe sebesar 14,95% yang berkaitan
dengan berbagai kegiatan pemasaran yang dilakukan sehubungan dengan
149
peluncuran produk-produk baru Kalbe di tahun 2010. Namun secara keseluruhan
dapat dikatakan bahwa kinerja Kalbe dalam memperoleh keuntungan cukup baik.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, Kalbe masih memperoleh
tingkat keuntungan atas laba usaha yang
daripada rata-rata kompetitor dari
tahun 2008-2010. Pada tahun 2008, jumlah laba usaha yang diperoleh rata-rata
kompetitor adalah sebesar 7,94% yang berarti bahwa dari setiap Rp 1,00
penjualan, rata-rata kompetitor memperoleh laba usaha sebesar Rp 0,08,
sedangkan Kalbe memperoleh laba usaha sebesar Rp 0,15 dari setiap
penjualannya. Tahun 2009, jumlah laba usaha rata-rata kompetitor mengalami
penurunan sebesar 0,03% dan meningkat lagi sebesar 1,15% hingga menjadi
sebesar 9,06% pada tahun 2010, yang berarti bahwa rata-rata kompetitor dapat
memperoleh laba usaha sebesar Rp 0,10 dari setiap penjualannya, dan di tahun
yang sama Kalbe mampu memperoleh laba usaha sebesar Rp 0,18.
4. Total Asset Turnover
Total Asset Turnover =
150
Gambar IV.16. Total Asset Turnover
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran total aset perusahaan
dalam mendukung kegiatan penjualan. Semakin tinggi tingkat rasio yang
dihasilkan, maka semakin efektif kinerja perusahaan.
Pada tahun 2008, tingkat perputaran total aset Kalbe adalah sebanyak
1,45x dalam setahun. Tahun 2009, tingkat perputaran total aset mengalami
kenaikan sebanyak 0,04x yang disebabkan karena total penjualan Kalbe yang
meningkat lebih tinggi yaitu: sebesar 15,36% daripada peningkatan pada total
aset rata-rata perusahaan yang hanya sebesar 12,40%. Pada tahun 2010, tingkat
perputaran total aset Kalbe kembali mengalami kenaikan sebanyak 0,02x yang
disebabkan karena total penjualan Kalbe yang meningkat sebesar 12,54% dan
diikuti juga dengan kenaikan pada total aset rata-rata perusahaan sebesar
10,90%.
Dari total aset perusahaan, yang paling banyak mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun adalah akun aset tetap Kalbe yang terdiri dari tanah, bangunan
151
dan prasarana, mesin dan peralatan kesehatan yang digunakan oleh Kalbe untuk
mendukung kegiatan penjualan perusahaan. Peningkatan yang terus terjadi pada
Total Asset Turnover Kalbe pada tahun 2008-2010 ini menunjukkan kinerja
Kalbe yang semakin efektif dalam menggunakan asetnya dalam mendukung
kegiatan penjualan perusahaan.
Bida dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, tingkat perputaran total
aset Kalbe ≥. Namun jika ditelusuri lebih lanjut, tingkat pertumbuhan pada Total
Asset Turnover rata-rata kompetitor tiap tahun mengalami kenaikan yang cukup
signifikan bila dibandingkan dengan Kalbe. Pada tahun 2008, tingkat perputaran
total aset rata-rata kompetitor adalah sebanyak 1,41x, dan Kalbe adalah sebanyak
1,45x dalam setahun. Pada tahun 2009, tingkat perputaran total aset rata-rata
kompetitor mengalami peningkatan sebanyak 0,06x, sedangkan di tahun tersebut
Kalbe hanya mengalami kenaikan pada tingkat perputaran total asetnya sebanyak
0,04x. Tahun 2010, tingkat perputaran total aset rata-rata kompetitor meningkat
sebanyak 0,04x, dan di tahun tersebut Kalbe hanya mengalami kenaikan pada
tingkat perputaran total asetnya sebanyak 0,02x.
Dengan tingkat pertumbuhan rata-rata kompetitor yang cukup signifikan
tersebut, membuat rata-rata kompetitor mampu untuk menyamai tingkat
perputaran total asetnya dengan Kalbe yaitu: sebanyak 1,51x dalam setahun.
Melihat kondisi ini, Kalbe harus dapat lebih efektif lagi dalam mengelola asetnya
untuk meningkatkan jumlah penjualan perusahaan agar tidak kalah saing dengan
para kompetitor.
152
5. Return on Assets
Return on Assets =
Gambar IV.17. Return on Assets
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efektif kemampuan
perusahaan dalam menggunakan aset untuk mendukung kegiatan penjualan
dalam rangka menghasilkan laba.
Tingkat pengembalian atas aset Kalbe mengalami peningkatan dari tahun
2008-2010. Pada tahun 2008, Return on Assets Kalbe adalah sebesar 15,23%
yang berarti bahwa kontribusi aset dalam menghasilkan laba adalah sebesar
15,23%. Tahun 2009, tingkat pengembalian atas aset Kalbe mengalami kenaikan
sebesar 2% yang disebabkan karena jumlah laba bersih Kalbe yang naik secara
signifikan yaitu: sebesar 31,43% yang diikuti dengan kenaikan dari total aset
rata-rata perusahaan sebesar 12,40%. Peningkatan ini terus terjadi hingga tahun
2010, dimana jumlah laba bersih Kalbe meningkat sebesar 38,46% yang diikuti
juga dengan kenaikan dari total aset rata-rata perusahaan sebesar 10,90% yang
153
membuat tingkat pengembalian atas aset Kalbe semakin meningkat di tahun
2010 hingga mencapai sebesar 19,89%. Dengan peningkatan yang terus terjadi
pada Return on Assets Kalbe dari tahun ke tahun menunjukkan semakin efektif
kemampuan perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba
melalui kegiatan penjualan.
Pada tahun 2008, Return on Assets rata-rata kompetitor adalah sebesar
6,91% yang berarti bahwa kontribusi aset dalam menghasilkan laba adalah
sebesar 6,91%. Tahun 2009, Return on Assets rata-rata kompetitor mengalami
penurunan sebesar 0,37% yang disebabkan karena rendahnya Return on Assets
dari perusahaan kompetitor Kalbe. Tahun 2010, Return on Assets rata-rata
kompetitor kembali mengalami peningkatan sebesar 3,04%. Bila dibandingkan
dengan rata-rata kompetitor secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa Return
on Assets PT. Kalbe Farma, Tbk jauh melebihi atau berada di atas rata-rata
kompetitor yang menunjukkan keefektifan Kalbe dalam memanfaatkan aset
perusahaan untuk menghasilkan laba melalui kegiatan penjualan sangat baik.
6. Return on Equity (ROE)
ROE =
154
Gambar IV.18. Return on Equity
Rasio ini menunjukkan besarnya tingkat pengembalian ekuitas yang akan
diterima oleh pemegang saham/investor saat berinvestasi dalam suatu
perusahaan, dan semakin tinggi tingkat ROE maka akan semakin bagus.
Pada tahun 2008-2010, tingkat pengembalian atas ekuitas Kalbe terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, Return on Equity Kalbe adalah
sebesar 15,23% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 dari ekuitas yang
diinvestasikan
dalam
perusahaan,
investor
dapat
memperoleh
tingkat
pengembalian atas ekuitas mereka sebesar Rp 0,15. Tahun 2009 dan 2010,
tingkat pengembalian atas ekuitas Kalbe mengalami kenaikan yang masingmasing sebesar 2% dan 2,6% yang disebabkan karena meningkatnya jumlah laba
bersih Kalbe yang diikuti dengan kenaikan pada jumlah ekuitas rata-rata, dimana
pada tahun 2009 jumlah laba bersih Kalbe meningkat sebesar 31,43% yang
diikuti dengan kenaikan dari jumlah ekuitas rata-rata sebesar 13,18%. Tahun
155
2010, jumlah laba bersih Kalbe meningkat sebesar 38,46% yang diikuti dengan
kenaikan pada jumlah ekuitas rata-rata sebesar 22,08%.
Peningkatan pada jumlah laba bersih Kalbe ini disebabkan karena
kenaikan yang terjadi pada jumlah penjualan Kalbe dari tahun ke tahun, yang
diikuti dengan adanya efisiensi pada beban pokok penjualan dan beban usaha
Kalbe, serta penurunan pada biaya pajak perusahaan dari tahun 2008-2010
sehubungan dengan adanya peraturan perpajakan baru dari pemerintah.
Sedangkan pada jumlah ekuitas Kalbe terjadi peningkatan pada akun agio saham
dan saldo laba ditahan. Ini membuktikan bahwa kinerja Kalbe semakin bagus
dalam hal pengembalian ekuitas kepada para investor dan dapat menjadi salah
satu aspek pertimbangan bagi investor dalam menginvestasikan ekuitasnya pada
PT. Kalbe Farma, Tbk.
Pada tahun 2008, tingkat pengembalian ekuitas rata-rata kompetitor
adalah sebesar 9,25% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 ekuitas yang
diinvestasikan, investor dapat memperoleh tingkat pengembalian atas ekuitas
mereka sebesar Rp 0,10. Tahun 2009, tingkat pengembalian ekuitas rata-rata
kompetitor mengalami penurunan sebesar 0,19% dan mengalami kenaikan lagi
sebesar 4,77% di tahun 2010. Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor,
tingkat pengembalian ekuitas pada PT. Kalbe Farma, Tbk
2008-2010, yang
membuat investor lebih tertarik untuk berinvestasi pada PT. Kalbe Farma, Tbk.
156
7. Return on Investment (ROI)
Return on Investment =
Gambar IV.19. Return on Investment
Rasio ini menunjukkan besarnya tingkat pengembalian atas investasi dari
debtholders dan equity investor yang memberikan dana untuk mendukung
kegiatan operasi perusahaan. Semakin tinggi angka rasio ini semakin baik,
karena dianggap bahwa perusahaan dapat mengelola dana yang berasal dari
debtholders dan equity investor secara efisien dan efektif dalam kegiatan operasi
perusahaan untuk memperoleh tingkat pengembalian/keuntungan yang tinggi.
Dari tahun 2008-2010, Return on Investment Kalbe mengalami
peningkatan secara terus menerus. Tahun 2008, tingkat pengembalian atas
investasi Kalbe adalah sebesar 23,03% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 dana
yang diinvestasikan dalam perusahaan, debtholders dan equity investor dapat
memperoleh tingkat pengembalian atas investasi mereka sebesar Rp 0,23. Tahun
157
2009 dan 2010, tingkat pengembalian atas investasi Kalbe mengalami
peningkatan yang masing-masing sebesar 3,64% dan 0,75% yang disebabkan
oleh meningkatnya jumlah laba bersih Kalbe, yang diikuti pula dengan
meningkatnya jumlah kewajiban jangka panjang dan ekuitas rata-rata Kalbe,
sehingga mengakibatkan tingkat pengembalian atas investasi Kalbe semakin
meningkat setiap tahun. Ini berarti bahwa Kalbe efektif dalam menggunakan
hutang/dana yang berasal dari debtholders dan equity investor dalam
menghasilkan penjualan untuk memperoleh laba.
Pada tahun 2008-2010, tingkat pengembalian atas investasi rata-rata
kompetitor berada dalam kondisi yang fluktuatif. Tahun 2008, tingkat
pengembalian atas investasi rata-rata kompetitor adalah sebesar 10,33% yang
berarti bahwa setiap Rp 1,00 dari investasi yang dilakukan di perusahaan,
debtholders dan equity investor dapat memperoleh tingkat pengembalian atas
investasinya sebesar Rp 0,10. Pada tahun 2009, tingkat pengembalian atas
investasi rata-rata kompetitor mengalami penurunan sebesar 0,87%. Tahun 2010,
tingkat pengembalian atas investasi rata-rata kompetitor meningkat sebesar
4,93%. Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, tingkat pengembalian
atas investasi Kalbe
daripada rata-rata kompetitor, yang berarti bahwa kinerja
Kalbe lebih baik dan efektif dalam memanfaatkan dana yang berasal dari
debtholders dan equity investor dalam mendukung kegiatan operasi perusahaan.
158
IV.2.3.4. Rasio Penilaian Pasar (Market Ratio)
Rasio ini menggambarkan besarnya jumlah keuntungan potensial yang
akan diperoleh dari suatu perusahaan atas investasi yang dilakukan oleh
investor/pemegang saham. Hal ini sangat penting bagi para investor/pemegang
saham untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan bisnis.
1. Earning Per Share
Earning per Share =
Gambar IV.20. Earning Per Share
Rasio ini menunjukkan besarnya tingkat keuntungan yang akan didapat
oleh investor dari perusahaan untuk tiap lembar saham yang dimiliki dari jumlah
laba bersih perusahaan setelah dikurangi dengan dividen.
Earning per Share Kalbe terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2008, Earning per Share Kalbe adalah sebesar Rp 72,46 yang
berarti bahwa setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor dalam
159
perusahaan, dapat memberikan keuntungan sebesar Rp 72,46. Tahun 2009,
Earning per Share Kalbe mengalami peningkatan sebesar Rp 24,54 hingga
menjadi sebesar Rp 97,00. Tahun 2010, Earning per Share Kalbe meningkat lagi
sebesar Rp 40,22 hingga menjadi sebesar Rp 137,22. Ini adalah jumlah terbesar
dari Earning per Share Kalbe pada periode 2008-2010.
Peningkatan yang terjadi pada Earning per Share ini disebabkan karena
tingginya kenaikan pada jumlah laba bersih Kalbe pada tahun 2009 dan 2010
yang masing-masing sebesar 31,43% dan 38,46%, yang diikuti pula dengan
dengan berkurangnya jumlah saham Kalbe yang beredar yang masing-masing
sebesar 1,83% dan 2,12%. Pengurangan yang terjadi pada jumlah saham Kalbe
yang beredar disebabkan oleh adanya kegiatan pembelian kembali saham yang
beredar perusahaan (buy back stock) sebanyak 2 kali yaitu:
•
Pembelian kembali saham yang beredar tahap pertama yang dimulai
dari tanggal 8 Februari 2007-7 Agustus 2008.
•
Pembelian kembali saham yang beredar tahap kedua yang dimulai
dari tanggal 17 September 2008-16 Maret 2010.
Semakin sedikit jumlah saham yang beredar yang disertai dengan kenaikan yang
tinggi pada jumlah laba bersih perusahaan, maka akan semakin menarik minat
investor untuk berinvestasi pada perusahaan, karena akan berdampak pada
semakin tingginya tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap lembar saham
yang dimiliki dalam perusahaan.
160
Bila dibandingkan dengan Earning per Share rata-rata kompetitor,
tingkat keuntungan yang diberikan oleh Kalbe atas per lembar sahamnya jauh
daripada rata-rata kompetitor. Walaupun tingkat keuntungan per lembar saham
rata-rata kompetitor terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun
sampai akhir tahun 2010, Earning per Share Kalbe tetap jauh ≥ daripada ratarata kompetitor, dimana Kalbe mampu memberikan keuntungan atas per lembar
saham sebesar Rp 137,22, sedangkan rata-rata kompetitor hanya mampu
memberikan tingkat keuntungan sebesar Rp 59,17 atau hanya setengah dari
tingkat keuntungan yang diberikan oleh Kalbe. Rendahnya Earning per Share
rata-rata kompetitor ini dipengaruhi oleh rendahnya rata-rata Earning per Share
pada perusahaan kompetitor Kalbe.
2.
Dividend Payout Ratio
DPR =
Gambar IV.21. Dividend Payout Ratio
161
Rasio ini menunjukkan besarnya jumlah dividen yang akan dibayarkan
oleh perusahaan kepada investor dari setiap laba per saham. Semakin besar
jumlah dividen yang dibayarkan, maka akan semakin menarik bagi para investor.
Dividend Payout Ratio Kalbe mengalami peningkatan dan penurunan dari
tahun 2008-2010. Pada tahun 2008, Dividend Payout Ratio Kalbe adalah sebesar
13,80% yang berarti bahwa Kalbe akan memberikan dividen sebesar 13,80% dari
setiap laba per lembar sahamnya kepada investor. Tahun 2009, jumlah Dividend
Payout Ratio mengalami penurunan sebesar 0,91% yang disebabkan karena
jumlah laba per saham Kalbe yang meningkat lebih besar bila dibandingkan
dengan kenaikan yang terjadi pada jumlah dividen per share-nya. Tahun 2010,
Dividend Payout Ratio Kalbe meningkat lagi sebesar 5,33% hingga menjadi
sebesar 18,22% seiring dengan meningkatnya jumlah dividen per share Kalbe,
yang diikuti pula dengan kenaikan pada jumlah laba per sahamnya. Kondisi ini
sangat baik bagi para investor.
Secara keseluruhan terlihat bahwa Dividend Payout Ratio Kalbe berada
di bawah atau ≤ daripada rata-rata kompetitor, walaupun tiap tahun Dividend
Payout Ratio rata-rata kompetitor terus mengalami penurunan. Pada tahun 2008,
Dividend Payout Ratio rata-rata kompetitor adalah sebesar 46,88% yang berarti
bahwa rata-rata kompetitor memberikan dividen sebesar 46,88% atau hampir
setengah dari setiap laba per sahamnya, sedangkan Kalbe hanya mampu
memberikan dividen atas laba per lembar saham sebesar 13,80%. Tahun 2009
dan 2010, Dividend Payout Ratio rata-rata kompetitor mengalami penurunan
162
yang masing-masing sebesar 11,38% dan 9,18%. Tingginya jumlah Dividend
Payout Ratio rata-rata kompetitor ini disebabkan karena tingginya jumlah
dividend per share yang diberikan oleh perusahaan kompetitor Kalbe.
Dapat disimpulkan bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk membagikan jumlah
dividen paling kecil bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, meskipun
jumlah keuntungan per lembar sahamnya ≥. Hal ini dapat disebabkan karena
Kalbe menyisihkan sebagian besar dana dari setiap keuntungan per sahamnya
yang akan digunakan untuk perputaran usaha perusahaan di masa depan.
3.
Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio =
Gambar IV.22. Price Earning Ratio
Rasio ini menunjukkan besarnya jumlah rupiah yang harus dibayarkan
oleh investor untuk memperoleh satu rupiah laba perusahaan. Semakin besar
Price Earning Ratio maka akan semakin bagus bagi para investor, yang
163
menunjukkan besarnya tingkat kenyamanan para investor dalam berinvestasi di
perusahaan karena kinerja perusahaan yang dapat dikatakan cukup baik.
Dari tahun 2008-2010, Price Earning Ratio Kalbe terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2008, Price Earning Ratio Kalbe adalah sebesar Rp
5,52 yang berarti bahwa investor harus membayar sebesar Rp 5,52 per saham
yang dimiliki oleh Kalbe untuk memperoleh Rp 1,00 laba perusahaan. Tahun
2009 dan 2010, Price Earning Ratio Kalbe mengalami peningkatan yang
masing-masing sebesar Rp 7,88 dan Rp 10,28. Price Earning Ratio tertinggi
Kalbe berada pada tahun 2010 yang disebabkan oleh adanya kenaikan yang
sangat tinggi pada harga pasar per saham perusahaan, yang diikuti pula dengan
naiknya jumlah laba per saham Kalbe di tahun tersebut. Kondisi ini sangat
menarik bagi para investor, yang mana dari analisis sebelumnya juga terlihat dari
jumlah ROE (Return on Equity) dan ROI (Return on Investment) Kalbe yang
cenderung naik dari tahun 2008-2010, yang semakin menunjukkan adanya
peningkatan terhadap kinerja Kalbe yang membuat investor semakin tertarik
untuk berinvestasi pada Kalbe dengan melihat prospek perusahaan di masa
depan.
Price Earning Ratio rata-rata kompetitor berada dalam kondisi yang
fluktuatif dimana pada tahun 2008, Price Earning Ratio rata-rata kompetitor
adalah sebesar Rp 14,72. Tahun 2009 terjadi peningkatan yang cukup tinggi pada
Price Earning Ratio rata-rata kompetitor yaitu: sebesar Rp 26,41. Namun pada
tahun 2010, Price Earning Ratio rata-rata kompetitor mengalami penurunan
164
sebesar Rp 27,76 hingga menjadi sebesar Rp 13,37. Price Earning Ratio rata-rata
kompetitor terendah berada pada tahun 2010, dan di tahun yang sama Price
Earning Ratio Kalbe adalah sebesar Rp 23,68.
Secara keseluruhan bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, Price
Earning Ratio Kalbe berada di bawah rata-rata kompetitor. Hal ini dapat
disebabkan karena jumlah dividen yang diberikan oleh Kalbe cukup kecil
sehingga membuat para investor kurang nyaman dalam berinvestasi pada Kalbe,
meskipun kinerja keuangannya lebih baik bila dibandingkan dengan rata-rata
kompetitor.
4. Dividend Yield
Dividend Yield =
Gambar IV.23. Dividend Yield
Rasio ini hampir sama dengan Dividend Payout Ratio, tetapi dalam
menghitung Dividend Yield kita melihat seberapa besar jumlah dividen yang
akan diberikan oleh perusahaan kepada investor dari perbandingan harga pasar
165
saham di bursa. Semakin tinggi dividend yield, maka akan semakin disukai oleh
para investor.
Dividend Yield Kalbe terus mengalami penurunan dari tahun 2008-2010
yang mana pada tahun 2008, Dividend Yield Kalbe adalah sebesar 2,50%. Tahun
2009 dan 2010, terjadi penurunan yang masing-masing sebesar 1,54% dan
0,19%. Hal ini disebabkan karena rendahnya jumlah dividen per share yang
diberikan oleh Kalbe, yang disertai dengan meningkatnya harga saham Kalbe di
bursa sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pada jumlah Dividend Yield
Kalbe dari tahun ke tahun. Rendahnya jumlah Dividend Yield ini cenderung
membuat investor kurang tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan.
Bila dibandingkan dengan hasil rata-rata kompetitor dari tahun 20082010, jumlah Dividend Yield Kalbe ≤ daripada rata-rata kompetitor, walaupun
tiap tahun jumlah Dividend Yield rata-rata kompetitor juga mengalami
penurunan. Hal ini dapat disebabkan karena Kalbe menyisihkan sebagian besar
dana dari jumlah laba bersihnya ke dalam saldo akun laba ditahan, yang nantinya
dana tersebut dapat digunakan untuk perputaran usaha perusahaan di masa
depan. Selanjutnya, sisa dari keuntungan/laba perusahaan pada periode berjalan
akan dibagikan oleh Kalbe dalam bentuk dividen kepada para investor/pemegang
saham.
166
IV.3. Analisis Akuntansi
Dari analisis akuntansi yang dilakukan, terdapat beberapa akun dalam
laporan keuangan PT. Kalbe Farma, Tbk dari tahun 2008-2010 yang menjadi
perhatian oleh penulis:
1. Jumlah saham yang beredar
PT. Kalbe Farma, Tbk termasuk pada salah satu perusahaan farmasi yang
menerbitkan jumlah saham terbanyak kepada publik. Namun dari tahun 20082010, dapat dilihat terjadinya penurunan secara terus menerus dari jumlah saham
Kalbe yang beredar. Pada tahun 2008, jumlah saham Kalbe yang beredar adalah
sebanyak 9.579.215.922 lembar saham. Tahun 2009 dan 2010, jumlah saham
Kalbe
yang beredar
mengalami
penurunan
hingga menjadi
sebanyak
9.373.524.422 lembar saham dan sebanyak 9.375.024.422 lembar saham di
Bursa Efek Indonesia.
Penurunan yang terjadi selama tiga pekan terakhir ini disebabkan karena
Kalbe telah melakukan pembelian kembali saham yang beredar perusahaan
(buyback stock) sebanyak 2 kali yang bertujuan untuk meningkatkan nilai bagi
para pemegang saham dengan menunjuk PT. Danareksa Sekuritas sebagai pihak
pelaksana atas transaksi pembelian saham. Adapun rinciannya adalah sebagai
berikut:
•
Pembelian kembali saham yang beredar tahap pertama yang dimulai
dari tanggal 8 Februari 2007-7 Agustus 2008.
•
Pembelian kembali saham yang beredar tahap kedua yang dimulai
dari tanggal 17 September 2008-16 Maret 2010.
167
Dan pada bulan Juni 2010 diketahui bahwa Kalbe melepas sebanyak 1.500.000
lembar saham yang telah dibeli kembali oleh Perseroan untuk meningkatkan
jumlah kepemilikan saham publik Perseroan hingga menjadi sebesar 40%,
sehingga Kalbe dapat memperoleh penurunan tarif Pajak Penghasilan sebesar 5%
sesuai dengan PP No. 81 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Keuangan No.
238/PMK.03/2008.
Hingga akhir tahun, diperoleh kesimpulan/hasil akhir dari banyaknya
jumlah saham yang telah dibeli kembali oleh Kalbe diantaranya: pada akhir
tahun 2008, jumlah saham yang berhasil diperoleh kembali oleh Kalbe adalah
sebanyak 576.798.500 lembar saham, tahun 2009 sebanyak 782.490.000 lembar
saham, dan tahun 2010 sebanyak 780.990.000 lembar saham. Hal ini dicatat
sebagai modal saham yang diperoleh kembali pada akun ekuitas dan berdampak
pada berkurangnya jumlah ekuitas Kalbe.
2. Persediaan dan penghapusan (write-off) atas persediaan
Jumlah persediaan pada PT. Kalbe Farma, Tbk terus mengalami
penurunan dari tahun 2008-2010, sedangkan jumlah penjualannya mengalami
peningkatan setiap tahun. Hal ini disebabkan karena Kalbe ingin berproduksi
dengan meminimalkan jumlah persediaan di gudang dan akibat adanya
penyisihan atas penurunan nilai persediaan usang perusahaan yang terpengaruh
juga oleh adanya penghapusan (write off) atas jumlah persediaan, yang
berdampak pada saldo akhir persediaan Kalbe pada periode berjalan.
168
Pada tahun 2008, Kalbe melakukan penghapusan persediaan sebesar Rp
18.507.467.536,00 dengan penyisihan persediaan usang pada periode berjalan
sebesar Rp 16.345.055.382,00. Tahun 2009, jumlah penghapusan (write off) atas
persediaan Kalbe mengalami peningkatan hingga menjadi sebesar Rp
21.661.467.275,00, sedangkan jumlah penyisihan persediaan usang Kalbe pada
periode
berjalan
mengalami
penurunan
hingga
menjadi
sebesar
Rp
5.962.901.096,00 bila dibandingkan dengan tahun 2008. Tahun 2010,
penghapusan (write off) atas persediaan Kalbe mengalami penurunan hingga
menjadi sebesar Rp 13.011.232.205,00, dan jumlah penyisihan persediaan usang
pada periode berjalan mengalami kenaikan hingga menjadi sebesar Rp
9.175.366.436,00 bila dibandingkan dengan tahun 2009.
Jika dilihat dari jumlah penyisihan persediaan usang, dapat disimpulkan
bahwa Kalbe memiliki tingkat antisipasi yang tinggi terhadap persediaan usang,
mengingat bahwa Kalbe bergerak dalam usaha farmasi dan bahan bakunya yang
mudah rusak, yang berpengaruh juga terhadap saldo akhir persediaan bersih.
Pada tahun 2008, saldo akhir persediaan bersih Kalbe adalah sebesar Rp
1.606.123.881.887,00. Tahun 2009, saldo akhir persediaan bersih Kalbe
mengalami penurunan hingga menjadi sebesar Rp 1.561.382.418.796,00, dan
tahun
2010
saldo
akhir
persediaan
Kalbe
adalah
sebesar
Rp
1.550.828.819.836,00.
169
3. Pajak
PT. Kalbe Farma, Tbk telah memanfaatkan kebijakan perpajakan tahun
2008 tentang adanya kebijakan Suncet Policy untuk Pajak Penghasilan Badan
pada tahun 2001, 2004, dan 2006 atas jumlah pajak kurang bayar perusahaan
sebesar Rp 629.639.600,00 yang terdiri dari Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)
tahun 2001, 2004, dan 2006 yang masing-masing berjumlah sebesar Rp
166.278.200,00, Rp 257.852.400,00, dan Rp 205.509.000,00. Jumlah atas pajak
kurang bayar perusahaan ini dibayarkan oleh Kalbe pada tahun 2008, yang
dibebankan pada operasi tahun berjalan dan dicatat sebagai penghasilan/beban
lain-lain pada akun rupa-rupa bersih yang akan mengurangi jumlah laba Kalbe di
tahun 2008. Di sisi lain, keuntungan dari kebijakan Suncet Policy ini adalah
meringankan perusahaan dari sanksi administrasi berupa bunga pajak akibat
kurang bayar.
IV.4. Analisis Z-score
Tahun
2008
2009
2010
Kalbe Farma
4,06
4,11
5,09
Analisis Z-score digunakan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan
perusahaan, apakah perusahaan akan going concern di masa depan atau tidak.
Analisis ini akan sangat membantu bagi para investor, kreditor, atau pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya dalam mengambil keputusan bisnis.
170
Berdasarkan pada perhitungan analisis Z-score yang dilakukan terhadap
PT. Kalbe Farma, Tbk, dapat disimpulkan bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk berada
dalam kategori perusahaan yang sehat (Healthy Company) dan berada di zona
aman (Safe Zone), dimana rata-rata Z-score-nya adalah > 2,90. Bahkan dari
tahun 2008-2010, terjadi peningkatan secara terus menerus dari hasil analisis Zscore yang menunjukkan bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki peningkatan
kinerja keuangan yang sangat bagus, yang terlihat juga dari analisis-analisis
keuangan yang telah dilakukan sebelumnya.
171
Download