8 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Full Day

advertisement
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian Full Day School
Full day school adalah sekolah yang menerapkan sistem sekolah
sepanjang hari. Aktifitas siswanya menjadi lebih banyak di sekolah dalam
kesehariannya. Sekolah harus lebih mempersiapkan segala yang dibutuhkan
full day school supaya dapat berjalan dengan baik. Full day school menjadi
alternatif solusi masyarakat di era globalisasi ini.
Oktamiati dan Putri (2013: 5) berpendapat bahwa kata full day berasal
dari bahasa Inggris. Full berarti penuh, sedangkan day berarti hari. Jadi, full
day school merupakan sekolah sepanjang hari, atau proses belajar mengajar
yang dilakukan mulai pukul 06.45 sampai 15.00 atau dengan kata lain
sekolah yang memberlakukan jam belajar mengajar mulai dari pagi hingga
sore hari. Salim (Oktamiati, dkk. 2013: 5) berpendapat bahwa kunci utama
dalam full day school adalah pengaturan jadwal mata pelajaran dan
pendalaman materi. Hal ini dapat dilihat dari makna dan pelaksanaan full
day school di atas. Basuki (Oktamiati, dkk. 2013: 5) juga menyimpulkan
bahwa full day school merupakan sekolah yang lebih menggali potensi anak
didik secara total dengan menitikberatkan pada situasi dan kondisi dimana
anak didik dapat mengikuti proses belajar dan bermain, dengan demikian
siswa tidak merasa terbebani dan tidak bosan berada di sekolah.
8
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
9
Soapatty dan Suyanto (2014: 720) berpendapat bahwa sekolah dengan
sistem
full
day
school
adalah
bentuk
satuan
pendidikan
yang
diselenggarakan berdasarkan kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional
dan ditambah dengan kurikulum Kementrian Agama. Full Day School dapat
dipahami sebagai suatu sistem atau program yang diterapkan oleh sekolah
kepada anak didik dimana seluruh aktivitas anak berada di sekolah. Dalam
penerapan full day school sebagian waktunya harus digunakan untuk
program-program pembelajaran yang suasananya bersifat informal, tidak
kaku, menyenangkan bagi siswa, yang tentunya sangat mengharapkan
kreativitas dan inovasi seorang Guru.
Setiyarini, Sutarno, dan Sunardi (2014: 238) berpendapat bahwa
penerapan full day school merupakan alternatif dari revolusi pendidikan
terhadap masalah-masalah yang ada dan terjadi pada siswa. Sebagai solusi
alternatif pelaksanaan full day school ditunjang dengan berbagai alasan yang
patut dipertimbangkan dalam pendidikan siswa. Seperti yang dikemukakan
Clark (dalam Setiyarini, dkk. 2014: 238) yaitu:
“The growing number of all-day programs is the result of a number of
factors, including the greater numbers of single-parent and dual
income families in the workforce who need all-day programming for
their young children, as well as the belief by some that all-day
programs better prepare children for school”.
“Dalam pertumbuhannya program sehari penuh diakibatkan oleh
beberapa faktor, di dalamnya banyak orang tua tunggal dan orang tua
yang keduanya bekerja yang membutuhkan program sehari penuh
untuk anak mereka, disamping ada sebagian yang percaya bahwa
program sehari penuh merupakan program sekolah yang dapat
mempersiapkan anak-anak lebih baik”.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
10
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa full
day school adalah sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran sehari
penuh dari pagi hingga sore dengan sebagian waktunya digunakan untuk
program pelajaran yang suasananya informal serta menyenangkan bagi
siswa. Sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan bebas sesuai
dengan bobot mata pelajaran. Guru dapat lebih berinovasi untuk
mengembangkan kegiatan pembelajaran di sekolah, khususnya penanaman
sikap kedisiplinan sertsa mengembangkan minat dan bakat siswa.
2. Karakteristik Full Day School
Sekolah yang menerapkan full day school pasti mempunyai
karakteristik tersendiri. Sekolah juga harus membangun komunikasi yang
baik kepada pihak-pihak yang terkait, seperti kementrian Agama,
lingkungan sekitar sekolah, orang tua atau wali murid, dan sebagainya.
Pembelajaran dengan full day school menjadi lebih fleksibel, menanamkan
nilai-nilai Agama, dan Guru sebagai fasilitator.
Karakteristik full day school menurut Nanda dan Mudzakkir (2013: 2)
bahwa sekolah full day school sebenarnya memiliki kurikulum inti yang
sama dengan sekolah pada umumnya. Namun mempunyai kurikulum lokal
seperti
leadership
(materi
pembelajaran
yang
berkenaan
dengan
kepemimpinan), green education merupakan kegiatan belajar yang berpusat
pada alam. Melalui alam siswa diharapkan dapat menggali pengetahuan
dengan baik tujuannya agar siswa lebih peka terhadap alam, selain itu juga
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
11
ada teknologi informatika, mengaji dan lain-lain. Hal tersebut membuat
siswa lebih matang dari segi materi akademik dan non akademik. Berbagai
strategi yang dikembangkan oleh sekolah full day school, siswa lebih
tenang, tidak terburu-buru dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan
memberikan
memberikan
pengalaman
yang
kesempatan
bervariasi.
untuk
Sedangkan
mengukur
dan
Guru
dapat
mengobservasi
perkembangan anak secara leluasa, dan terbinanya kualitas interaksi antara
figur Guru dan siswa secara lebih baik.
Nanda dan Mudzakkir (2013: 2) berpendapat bahwa internalisasi
(penanaman nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku) budaya
pendidikan Islam merupakan proses penghayatan secara inheren antara
nilai-nilai perekat budaya melalui pendidikan Islam, sehingga menjadi
kesadaran kolektif yang mengikat dan diwujudkan dalam aturan-aturan etika
dalam memberdayakan masyarakat. Transinternalisasi pada pokoknya
adalah memadukan perubahan-perubahan struktural dan usaha inovatif,
sehingga keterkaitan antara fungsi pendidikan dan masyarakat tetap
terpelihara. Menghadapi isu-isu yang berkembang dalam masyarakat oleh
fleksibilitas,
kepekaan
dan
komitmennya
terhadap
perkembangan
masyarakat, mewujudkan pendidikan Islam dalam membentuk peradaban
masyarakat.
Oktamiati dan Putri (2013: 5) berpendapat bahwa konsep full day
school banyak memiliki metode pembelajaran dimana proses belajar tidak
dilakukan didalam kelas secara terus menerus, akan tetapi siswa diberikan
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
12
kebebasan untuk memilih tempat belajar. Artinya siswa dapat belajar
dimana saja seperti di perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain. Sisi lain
dalam sistem full day school ini, banyak menggunakan metode pengajaran
dialogis emansipatoris yang mana konsep ini menawarkan pengajaran yang
memposisikan siswa sebagai subyek yang dominan dalam proses belajar
mengajar, Guru sebagai fasilitator dan memberikan stimulus bagi siswa
terhadap mata pelajaran untuk dibahas dan diperdalam oleh siswa dengan
sendirinya akan menumbuhkan budaya diskusi dan dialog, sehingga dengan
lamanya belajar siswa tidak menjadi jenuh (dalam Oktamiati dan Putri.
2013: 6).
Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa sistem full day
school membuat pembelajaran menjadi lebih fleksibel, edukasi, dan
menyenangkan. Siswa juga dapat lebih memanfaatkan waktunya dengan
kegiatan yang lebih positif dalam kesehariannya dan lebih bermanfaat. Full
day school di rancang dengan sebaik mungkin, kurikulum yang lebih
dipersiapkan, sarana dan prasarana, dan menjalin kerjasama yang baik
dengan pihak-pihak yang terkait.
3. Pelaksanaan Full Day School di Indonesia
Di Indonesia full day school sudah banyak diterapkan, namun belum
semua menggunakan atau melaksanakan full day school. Sebagian besar
aktifitas siswa berada di sekolah, makan, bermain, beribadah, dan lain
sebagainya dengan sekolah yang melaksanakan full day school.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
13
Basuki dan Buharrudin (dalam Oktamiati dan Putri. 2013: 6)
menyatakan pendapat yang sama tentang pelaksanaan full day school, yaitu
full day school merupakan program pendidikan yang seluruh aktivitas
berada di sekolah (sekolah sepanjang hari) dengan ciri integrated activity
dan integrated curiculum, artinya seluruh program dan aktivitas anak yang
ada di sekolah, mulai dari belajar, bermain, makan, dan beribadah dikemas
dalam suatu sistem pendidikan. Kurikulum yang sudah terencana dengan
baik, dijalankan oleh orang-orang yang berkompeten didalamnya maka
perjalanan proses pembelajaran yang dalam hal ini adalah siswa sebagai
subjek pembelajaran akan berjalan sesuai harapan. Konsep yang digunakan
dalam pelaksanaan sekolah full day adalah untuk pengembangan dan inovasi
sistem pembelajaran yang mengembangkan kreatifitas yang mencakup
integrasi dari kondisi tiga ranah, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa pelaksanaan full
day school di Indonesia dilakukan seluruh aktivitasnya di sekolah dengan
kurikulum yang sudah terencana baik dan dijalankan oleh orang-orang yang
berkompeten. Siswa diharapkan mampu belajar dengan baik dan
mengembangkan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Full day school
menjadi inovasi program pembelajaran yang terencana, kreatif, dan
diharapkan berjalan sesuai harapan.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
14
4. Keunggulan Full Day School
Pelaksanaan full day school memang membutuhkan banyak persiapan.
Semua konsep atau sistem pembelajaran pasti mempunyai keunggulan,
begitupun juga
full day school. Beberapa keunggulan full day school
diantaranya yaitu membantu orang tua dalam pengawasan kepada anaknya,
karena orang tua sibuk bekerja. Keunggulan full day school lainnya yaitu
menanamkan sikap Islami pada siswa, membentuk sikap kedisiplinan siswa,
dan lainnya.
Soapatty dan Suyanto (2014: 723), menyatakan bahwa berikut ini
beberapa alasan mengapa sekolah menerapkan sistem full day school:
a.
b.
c.
d.
Banyaknya aktifitas orang tua yang berakibat pada kurangnya
perhatian untuk anak terutama yang berhubungan dengan
akrtivitas anak-anak sepulang sekolah.
Kemajuan IPTEK yang begitu cepat, sehingga apabila tidak
dicermati, akan membawa dampak negatif, terutama darti
teknologi komunikasi.
Upaya untuk meningkatkan efisiensi waktu.
Perubahan sosial-budaya yang terjadi di masyarakat, dari
masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri. Perubahan
tersebut jelas berpengaruh pada pola pikir masyarakat.
Sehudin (dalam Setiyarini, dkk. 2014: 238) mengatakan bahwa garisgaris besar program full day school adalah sebagai berikut:
a. Membentuk sikap yang Islami
1) Pembentukkan sikap yang Islami.
a) Pengetahuan dasar tentang Iman, Islam, dan Ihsan,
b) Pengetahuan dasar tentang akhlak terpuji dan tercela,
c) Kecintaan kepada Allah dan Rosulnya,
d) Kebanggan kepada Islam dan semangat memperjuangkan.
2) Pembiasaan berbudaya Islam
a) Gemar beribadah,
b) Gemar belajar,
c) Disiplin,
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
15
d) Kreatif,
e) Mandiri,
f) Hidup bersih dan sehat,
g) Adab-adab Islam.
3) Penguasaan, pengetahuan dan keterampilan
a) Pengetahuan materi-materi pokok program pendidikan,
b) Mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari,
c) Mengetahui dan terampil baca dan tulis Al-Qur‟an,
d) Memahami secara sederhana isi kandungan amaliyah sehari-hari.
Basuki (dalam Oktamiati dan Putri. 2013: 5) mengatakan waktu
yang digunakan untuk program pembelajaran yang suasananya informal,
tidak kaku, menyenangkan untuk siswa dan membutuhkan kreatifitas dan
inovasi dari guru, dan Basuki menyimpulkan bahwa konsep full day
school banyak memiliki pembelajaran dimana proses belajar tidak
dilakukan di dalam kelas secara terus menerus, akan tetapi siswa diberikan
kebebasan
untuk
memilih
tempat
belajar,
seperti
perpustakaan,
laboratorium, dan lain-lain. Sulistyaningsih W. (2008: 63) berpendapat
bahwa sekolah full day school dirancang untuk memberi pengalaman yang
lebih luas pada anak.
Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
keunggulan full day school mampu membuat sekolah mengimbangi
perkembangan hidup di masyarakat dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, tuntutan kesibukan orang tua, dan program
yang bersifat fleksibel. Penerapan full day school membentuk sikap yang
Islami, memberi pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran full day
school bersifat fleksibel, edukatif, dan menyenangkan.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
16
5. Kekurangan Full Day School
Setiap pelaksanaan program pasti mempunyai keunggulan maupun
kekurangan, hal tersebut sangatlah wajar. Full day school juga mempunyai
kekurangan dalam pelaksanaannya. Kekurangan full day school tersebut
diantaranya yaitu cukup membuat siswa kelelahan, ada siswa yang merasa
bosan di sekolah, dan lain sebagainya.
Hasan (2006: 116) berpendapat bahwa program pembelajaran model
full day school tidak terlepas dari kelemahan dan kekurangan, misalnya;
pertama, sistem full day school acapkali menimbulkan rasa bosan pada
siswa. Sistem pembelajaran dengan pola full day school membutuhkan
kesiapan baik fisik, psikologis, maupun intelektual yang bagus. Jadwal
kegiatan pembelajaran yang padat dan penerapan sanksi yang konsisten,
dalam batas tertentu akan menyebabkan siswa menjadi jenuh. Namun
demikian, bagi mereka yang telah siap, hal tersebut bukan suatu masalah,
tetapi justeru akan mendatangkan keasyikan tersendiri. Oleh karenanya,
kejelian dan improvisasi pengelola dalam hal ini sangatlah dibutuhkan.
Keahlian dalam merancang full day school sehingga tidak membosankan
bahkan mengasyikkan sangatlah penting. Demikian juga kerjasama dengan
semua pihak, yakni pakar pendidikan, psikolog, dan expert-expert lainnya
sangat perlu digalakkan.
Kedua, sistem full day school memerlukan perhatian dan
kesungguhan manajemen bagi pengelola. Agar proses pembelajaran pada
lembaga pendidikan yang berpola full day school
berlangsung optimal,
sangat dibutuhkan perhatian dan curahan pemikiran terlebih dari
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
17
pengelolanya, bahkan pengorbanan baik fisik, psikologis, material, dan
lainnya. Mengelola full day school sangat membutuhkan kerapian
manajerial dan ketajaman sekaligus kepekaan konseptual, yakni bagaimana
agar pada satu sisi terdidik merasa enak belajar, berdisiplin, dan merasa
at home di tengah ketegasan dan keketatan sanksi dan kepadatan proses
edukasi. Tanpa hal demikian, full day school tidak akan mencapai hasil
optimal bahkan boleh jadi hanya sekedar rutinitas yang tanpa makna.
Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa kekurangan
full day school dikarenakan kurangnya persiapan dari pelaksana, misalnya
sarana dan prasana yang belum memadai, manajemen yang kurang baik,
dan lain sebagainya. Kekurangan-kekurangan yang sudah di uraikan,
sebaiknya perlu dipersiapkan segala aspeknya dahulu oleh pihak yang
terkait dan bekerjasama oleh para ahli sebelum melaksanakan program
full day school. Hal tersebut supaya pelaksanaan full day school
berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan mendapatkan hasil
yang maksimal.
6. Pendidikan Karakter
Karakter adalah ciri khusus yang dimiliki seseorang, sehingga ciri
tersebut membedakan dirinya dengan orang lain. Karakter merupakan
suatu hal yang sangat penting dan mendasar bagi manusia, terutama dalam
kehidupan bermasyarakat. Jika seseorang mempunyai karakter yang baik,
maka ia akan diterima oleh masyarakat atau lingkungan sekitarnya.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
18
Lickona (2013: viii) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah
pendidikan sepanjang hayat, sebagai proses perkembangan ke arah
manusia kaafah. Oleh karena itu, pendidikan karakter memerlukan
keteladanan dan sentuhan mulai sejak dini sampai dewasa. Pendidikan
karakter akan harus bersifat multilevel dan multi-channel karena tidak
mungkin dilaksanakan di sekolah. Pembentukkan karakter perlu
keteladanan, perilaku nyata dalam setting kehidupan otentik dan tidak bisa
dibangun secara instan. Sudaryanti (2012: 2) berpendapat bahwa efek
adanya pendidikan karakter pada anak usia dini akan menyebabkan anak
usia dini akan matang dalam mengolah emosinya. Oleh karena itu
pendidikan karakter harus menjadi sebuah gerakkan moral yang bersifat
holistik, melibatkan berbagai pihak dan jalur, dan berlangsung dalam
setting kehidupan alamiah.
Zuriah (2015: 17) menyatakan bahwa moral berasal dari bahasa
latin mos (jamak: mores) yang juga mengandung arti adat kebiasaan.
Bertens (dalam Zuriah. 2015: 17) mengartikan etika sebagai ilmu yang
mempelajar
adat
kebiasaan,
termasuk
didalamnya
moral
yang
mengandung nilai dan norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau
sekelompok orang bagi pengaturan tingkah lakunya. Di dalam Dictionary
of Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah
kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia (dalam Kaelan. 2004 : 87).
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
19
Kementerian
Pendidikan
Nasional
Badan
Penelilitian
dan
Pengembangan Pusat Kurikulum dan Pembukuan (2011: 5) menyatakan
bahwa
untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter
sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan Undangundang Dasar tahun 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat
ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah
satu program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara
implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, dimana pendidikan karakter
ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan
nasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.”
Terkait
dengan
upaya
mewujudkan
pendidikan
karakter
sebagaimana yang diamanatkan dalam RPJPN, sesungguhnya hal yang
dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional,
yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak serta
peradaban
bangsa
yang bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab” (Sumber: Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter).
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
20
Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa pendidikan
karakter adalah proses belajar sepanjang hayat yang dilakukan secara
berulang-ulang dan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter memerlukan keteladanan, nilai, dan sikap moral yang
baik. Waktu yang diperlukan dalam pembentukkan pendidikan karakter
tidak bisa di dapat dengan cepat.
7. Pengertian Sikap
Sikap merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang.
Sikap yang dilakukan seseorang juga dapat mencerminkan perasaan yang
sedang dirasakannya. Sikap yang baik sangat diperlukan untuk hidup
bermasyarakat.
Beberapa pengertian sikap (dalam Susanta. 2006: 94), diantaranya
yaitu:
a. Alport mendifinisikan sikap sebagai predisposisi yang depelajari
(learned predisposition) untuk berespon terhadap suatu obyek dalam
suasana meyenangkan atau tidak menyenangkan secara konsisten.
b. Scifman dan Kanuk memandang sikap dari segi perasaan, mereka
menyatakan sikap adalah ekspresi perasaan (inner feeling) yang
mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka
atau tidak suka dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu obyek.
Obyek dapat berupa merek, layanan, orang, perilaku dan lain-lain.
c. Peter dan Olson mendifinisikan sikap sebagai evaluasi konsep
secara menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang.
d. Para ahli psikologi sosial menganggap bahwa sikap terdiri dari
tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif.
Komponan kognitif adalah pengetahuan dan keyakinan seseorang
mengenai suatu obyek sikap, misalnya Anton yakin bahwa
makanan berlemak dapat menyebabkan stroke. Komponen afektif
berisikan perasaan seseorang terhadap obyek sikap, misalnya Anton
tidak suka makanan berlemak. Komponen konatif adalah
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
21
kecenderungan melakukan sesuatu terhadap oboyekan sikap,
misalnya Anton tidak akan membeli makanan berlemak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa sikap adalah
perlakuan atau perbuatan tertentu seseorang yang dilakukan secara
berulang-ulang di kehidupan bermasyarakat. Sikap dapat berupa sikap
positif maupun sikat negatif. Seseorang akan diterima di masyarakat jika
mempunyai sikap yang baik.
8. Pengertian Disiplin
Disiplin merupakan pengendalian diri dan kepatuhan terhadap
suatu peraturan. Seseorang perlu terus belajar untuk disiplin supaya
mempunyai kepribadian disiplin yang baik. Berkepribadian disiplin yang
baik akan memudahkan seseorang berkehidupan di masyarakat.
Unaradjan (2003: 20) berpendapat bahwa disipin merupakan hasil
pembinaan dan pendidikan yang melibatkan sejumlah pembina dengan
metode tertentu serta berlangsung dalam tempat dan waktu tertentu.
Hurlock (dalam Unaradjan. 2003: 13) berpendapat bahwa saat ini diakui
anak-anak perlu menampilkan perilaku disiplin bila mereka ingin bahagia
dan diterima di masyarakat. Melalui tindakan disiplin, mereka belajar
berperilaku menurut aturan-aturan yang ada dan diterima di masyarakat.
Pengertian disiplin (dalam Gusti. 2012: 3) menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata
tertib dan sebagainya). Kata disiplin berasal dari bahasa Latin “disciplina”
yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerokhanian serta
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
22
pengembangan tabiat. As. Munandar (dalam Gusti. 2012: 3) berpendapat
bahwa disiplin adalah bentuk ketaatan terhadap aturan, telah ditetapkan.
Sun Tzu (dalam Gusti. 2012: 3)
berpendapat bahwa segala macam
kebijaksanaan itu tidak mempunyai arti apabila tidak didukung dengan
disiplin para pelaksanaannya.
Pengertian disiplin menurut Ariesandi, Gordon, Daryanto dan
Darmiatun (dalam Scubania, dkk. 2014: 4), yaitu:
a. Ariesandi mengatakan bahwa, disiplin adalah proses melatih fikiran
dan karakter secara bertahap sehingga menjadi seorang yang memiliki
kontrol diri dan berguna bagi masyarakat. Orang tua yang memahami
hal ini menyadari betul bahwa proses pendisiplinan adalah proses yang
berjalan seiring dengan waktu dan pengulangan serta pematangan
kesadaran diri dari kedua pihak, yakni anak dan orangtua.
b. Pendapat senada dijelaskan oleh Gordon bahwa disiplin adalah sebuah
prilaku dan tata tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan,
atau prilaku yang diperoleh dari pelatihan seperti disiplin dalam kelas
atau disiplin sebuah tim sepak bola yang baik. Siswa dengan memiliki
prilaku baik dengan membiasakan diri patuh terhadap nasihat orang
tua dan juga gurunya akan menjadi siswa yang memiliki disiplin
tinggi.
c. Sementara itu Daryanto dan Darmiatun mengemukakan bahwa disiplin
adalah prilaku sosial yang bertanggungjawab dan fungsi kemandirian
yang optimal dalam suatu relasi sosial yang berkembang atas dasar
kemampuan mengelola atau mengendalikan, memotivasi dan
idependensi diri.
Emile Durkheim (dalam Lickona. 2013: 166) berpendapat bahwa
disiplin bukan merupakan suatu alat yang sederhana, serta ketenteraman di
dalam kelas, lebih merupakan sisi-sisi moralitas yang ada di dalam sebuah
kelas sebagai masyarakat kecil. Lickona (2013: 167) masalah kedisiplinan
adalah salah satu sumber yang membawa para Guru menuju tingkat stres
dan emosi yang tinggi. Bagaimanapun juga, disiplin bukan hanya sebuah
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
23
masalah, melainkan juga merupakan sebuah keuntungan, yaitu sebuah
kesempatan pendidikan moral. Seperti yang sudah diklaim oleh sosiolog,
Emile Durkheim, dalam penelitiannya, bahwa disiplin memberikan kode
moral yang membuat disiplin memungkinkan untuk diterapkan ke dalam
lingkungan kelas yang kecil menuju sebuah fungsi yang berguna.
Lickona (2013: 167-168) berpendapat bahwa tujuan utamanya dari
disiplin adalah kedisiplinan itu sendiri, yaitu sebuah jenis pengendalian
diri yang menggarisbawahi pemenuhan secara sukarela dengan hanya
peraturan dan hukum, yang menandai karakter kedewasaan, dan harapanharapan masyarakat yang beradab dari warga negaranya. Anak-anak di
subjekkan secara luas untuk menjadi disiplin berdasarkan komitmen
pengembangan
pengendalian
eksternal
(luar)
dan
menurunkan
pengembangan internal (dalam) menghasilkan kebiasaan (sifat) yang baik.
Disiplin di dalam kelas dengan jelas berdampak banyak hal:
bagaimana para siswa menggambarkan diri mereka sendiri; bagaimana
mereka saling memperlakukan satu sama lain; bagaimana mereka
bertindak terhadap Guru mereka; dan bukan untuk tingkat yang kecil,
bagaimana mereka berperilaku di luar kelas. Kebijakan disiplin Guru juga
berdampak dalam iklim di dalam kelas, perkembangan komunitas moral
kelas, dan hubungan antara pihak sekolah dan rumah. Untuk semua alasan
ini, perkembangan Guru akan rencana disiplin, dari dasar poin nilai-nilai
pendidikan, merupakan salah satu yang paling penting yang harus Guru
lakukan (dalam Lickona. 2013: 204).
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
24
Berdasarkan beberapa uraian di atas mengenai pengertian disiplin,
maka dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah serangkaian perilaku
seseorang yang menunjukkan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan,
tata tertib norma kehidupan yang berlaku karena didorong adanya
kesadaran dari dalam dirinya untuk melaksanakan tujuan belajar yang
diinginkan.
9. Pengertian Minat
Setiap orang pasti mempunyai minat. Minat merupakan rasa lebih
suka atau kesukaan terhadap sesuatu. Minat timbul dari dorongan dalam
diri seseorang karena ketertarikannya terhadap sesuatu, dan sampai
akhirnya menimbulkan rasa kepuasan. Minat yang tinggi dapat
berpengaruh terhadap aktivitas belajarnya.
Pintrich dan Schunk (dalam Mikarsa, dkk., 2007: 3.3) berpendapat
bahwa minat merupakan aspek penting motivasi yang mempengaruhi
perhatian, belajar, berpikir, dan berprestasi. Mikarsa, dkk. (2007: 3.5)
berpendapat bahwa minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang
atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif,
yang menyebabkan dipilihnya
suatu objek atau kegiatan, yang
menguntungkan, menyenangkan, dan lama-kelamaan akan mendatangkan
kepuasan dalam dirinya. Antika, dkk. (2013) berpendapat bahwa minat
adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan,
harapan,
pendirian,
prasangka,
rasa
takut
atau
kecenderungan-
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
25
kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan
tertentu. Slameto (dalam Halim. 2013: 2) berpendapat bahwa minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Halim. 2013: 2)
disebutkan minat adalah kecenderungan hati
yang tinggi
terhadap
sesuatu. Minat timbul dalam diri seseorang untuk memerhatikan,
menerima dan melakukan sesuatu tanpa ada yang menyuruh dan sesuatu
itu dinilai penting atau berguna bagi dirinya. Minat juga sangat
mempengaruhi hasil belajar seseorang.
Minat
yang
tinggi
dapat
menuntun anak untuk belajar lebih baik lagi (Subini, dalam Halim. 2013:
2). Minat merupakan suatu perangkat salah satu aspek psikis manusia
yang mendorong suatu kecenderungan fundamental untuk beriteraksi pada
suatu subyek yang ada dilingkungannya. Halim (2013: 3) juga
berpendapat bahwa minat anak pada sesuatu hal akan besar pengaruhnya
pada aktivitas belajar anak tersebut. Anak didik yang berminat pada suatu
kegiatan ekstrakurikuler, maka anak tersebut akan mempelajarinya dengan
sungguh- sungguh, karena ada daya tarik baginya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpilkan bahwa minat adalah
suatu dorongan dari dalam diri seseorang terhadap suatu hal yang di
percayainya berasal dari hati. Minat mempengaruhi keseharian seseorang
dalam belajar dan juga berinteraksi. Seseorang akan mempelajarinya
dengan sungguh-sungguh karena gaya tarik yang ada pada dirinya terhadap
suatu hal.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
26
10. Kegiatan dan Hal-hal yang Diminati Anak SD
Minat anak SD berbeda-beda, ada yang menyukai olahraga, seni,
permainan berkelompok, dan lain sebagainya. Semakin banyak pilihan
aktifitas yang tersedia, maka akan semakin bervariasi minat siswa.
Biasanya siswa lebih berminat pada kegiatan yang membuat senang,
menantang, dan berkelompok.
Mikarsa, dkk. (2007: 3.11) berpendapat bahwa dengan semakin
luasnya lingkungan anak SD, maka semakin bervariasi minat anak. Ada
berbagai kegiatan yang diminati anak, diantaranya berikut ini:
a. Kepemimpinan
Seorang anak yang dipilih sebagai pemimpin oleh kelompoknya,
biasanya bukan hanya karena disukai saja, tetapi juga karena ia
memiliki kualitas yang memang diharapkan oleh kelompoknya.
b. Bermain Konstruktif
Bermain konstruktif adalah kegiatan membuat sesuatu, misalnya
membuat bangunan dari balok-balok atau melukis. Pada beberapa
anak, kegiatan melukis semakin lama semakin kurang populer karena
anak lebih berminat pada hal-hal yang berkaitan dengan interaksi
kelompok.
c. Menjelajah
Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk memuaskan rasa ingin tahu.
Sebetulnya kegiatan ini sudah diminati pada beberapa anak sejak
kecil. Bedanya anak SD umumnya lebih menyukai pada hal-hal yang
ada di lingkungan sekitarnya, sedangkan anak-anak yang lebih kecil
umumnya bereksplorasi dengan benda mati, seperti mainannya.
d. Mengoleksi atau Mengumpulkan Sesuatu
Kegiatan ini berkembang sesuai dengan bertambahnya usia anak.
Anak akan mengumpulkan benda-benda yang menarik perhatiannya
dan kelompoknya. Benda-benda yang dikumpulkan semakin lama
semakin selektif, khususnya lebih pada hal-hal yang disukainya, yang
mungkin saja berbeda dengan teman-temannya.
e. Permainan atau Olahraga
Begitu menginjak usia SD, jenis permainan yang disukai anak
umumnya sudah tidak, seperti ketika mereka berada di masa balita.
Pada anak usia SD umumnya anak lebih menyukai permainan yang
penuh dengan tantangan, kompetitif, dan tertuju pada keterampilan
tertentu.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
27
f. Rekreasi
Kegiatan, seperti membaca buku atau komik, mendengar radio,
bahkan menonton televisi pun masih di gemari anak-anak usia SD.
Anak di ajak jalan-jalan ke tempat rekreasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan dan
hal-hal yang diminati anak SD berupa aktifitas dasar yang menyenangkan.
Anak-anak lebih senang pada kegiatan dan hal-hal yang melibatkan teman
sebaya atau bermainnya. Mereka dapat belajar sambil bermain dengan
kegiatan dan hal-hal yang dilakukannya.
11. Pengaruh Minat pada Tingkah Laku dan Sikap Seseorang
Siswa yang berminat terhadap suatu hal atau kegiatan, pasti dia akan
terus melakukannya berulang-ulang. Hal tersebut akan mempengaruhi
aktifitasnya sehari-hari. Semakin lama siswa akan semakin berkembang,
dan kebiasaan terhadap minatnya akan mempengaruhi sikap serta tingkah
lakunya.
Mikarsa, dkk. (2007: 3.7) berpendapat bahwa minat berperan penting
dalam kehidupan seseorang dan berpengaruh besar pada tingkah laku dan
sikap seseorang. Hurlock (dalam Mikarsa, dkk. 2007: 3.7) berpendapat
bahwa ada empat cara minat mempengaruhi perkembangan anak, yaitu
berikut ini:
a. Minat dapat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi
Jika anak mulai memikirkan tentang masa depan maka anak akan
mencoba menentukan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dan
dilakukan jika ia bertambah besar.
b. Minat dapat sebagai pendorong
Anak yang berminat pada suatu kegiatan akan lebih berusaha untuk
melakukan kegiatan dengan lebih baik daripada anak yang tidak
mempunyai minat pada kegiatan tersebut.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
28
c. Minat berpengaruh pada prestasi
Anak yang berminat pada suatu pelajaran, akan belajar dan berusaha
supaya mendapat nilai yang lebih baik. Minat dapat menimbulkan rasa
senang pada setiap kegiatan yang dipilih.
d. Minat yang berkembang pada masa kanak-kanak dapat menjadi minat
selamanya
Anak yang selalu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
minatnya, lama kelamaan akan timbul kebiasaan dan akan terus
bertahan menjadi minat selamanya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat
berpengaruh pada sikap dan tingkahlaku seseorang. Minat pada seseorang
dan kemudian dijalankannya akan membentuk suatu kebiasaan atau pola
yang dalam jangka pendek atau panjang akan menghasilkan sesuatu yang
diinginkannya.
12. Pengertian Bakat
Bakat merupakan kemampuan yang dimiliki dalam diri seseorang.
Kemampuan tersebut berbeda-beda. Jika kemampuan dalam diri seseorang
terus dilatih, maka akan semakin muncul dan bermanfaat kemampuannya.
Bakat juga mengantarkan seseorang mempunyai keterampilan tertentu.
Utami Munandar (dalam Mikarsa, dkk. 2007: 3.23) berpendapat
bahwa bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi
yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Sarwono
(dalam Mikarsa dkk., 2007: 3.23) berpendapat bahwa bakat adalah kondisi
di dalam diri seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan
khusus mencapai kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus.
Mikarsa, dkk. (2007: 3.23-3.24) berpendapat bahwa bakat merupakan
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
29
potensi yang ada dalam diri seseorang yang perlu dilatih dan
dikembangkan karena tanpa latihan dan pengembangan maka bakat yang
ada dalam diri seseorang tidak akan terwujud.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bakat adalah
kemampuan khusus yang dimiliki oleh manusia, diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa dari lahir dan dapat terwujud dengan baik jika dilatih serta
dikembangkan.
Seseorang
akan
mengalami
proses-proses
dalam
mengembangkan dan melatih bakat dasar yang dimilikinya.
13. Faktor-faktor yang Dapat Menentukan Sejauh Mana Bakat Anak
Dapat Terwujud
Siswa mempunyai bakat yang berbeda-beda. Bakat tersebut dapat
terwujud dengan lingkungan yang baik serta dorongan dari dalam diri
siswa. Bakat yang dilatih secara terus-menerus akan membuat siswa
merasa puas dan dapat berprestasi jika siswa aktif dengan bidang
bakatnya.
Mikarsa, dkk. (2007: 3.24-3.25) menjelaskan faktor-faktor yang
dapat menentukan sejauh mana bakat anak dapat terwujud diantaranya
adalah:
a. Faktor dalam Diri Anak
Bagaimana minat anak pada sesuatu, seberapa besar keinginan anak
untuk mewujudkan bakatnya dalam prestasi, misalnya anak yang
berbakat melukis mengikuti sesuatu kompetisi melukis di sekolah
karena ia ingin menjadi juara, seberapa besar keuletan anak
menghadapi tantangan, dan bagaimana motivasinya.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
30
b. Faktor Keadaan Lingkungan Anak
Seberapa jauh anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan
bakatnya, sarana dan prasana yang terdsedia, berapa besar dukungan
dan dorongan orang tua, bagaimana keadaan sosial ekonomi orang tua
maupun tempat tinggalnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bakat pada diri
anak dapat terwujud jika faktor dalam diri anak dan faktor keadaan
lingkungan anak berjalan baik secara berdampingan. Motivasi yang kuat
dan tinggi dalam diri anak akan sangat berpengaruh pada dirinya, ia akan
melakukan hal-hal yang baik untuk mewujudkannya dalam setiap proses.
Lingkungan anak juga berperan penting dalam anak mewujudkan bakatnya,
terutama lingkungan keluarga, karena dengan anak tumbuh dan
berkembang di lingkungan yang baik secara tidak langsung ia akan tumbuh
dan berkembang dengan proses yang baik. Sulistyaningsih, W. (2008: 1)
juga berpendapat bahwa secara teoritis, anak-anak akan berkembang
secara optimal apabila mendapat perhatian sepenuhnya dari orang tua yang
memahami psikologi perkembangan anak dan memiliki waktu yang
cukup.
14. Pengertian Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran.
Ekstrakurikuler bertujuan mengembangkan minat dan bakat siswa. Ada
nilai tersendiri terhadap ekstrakurikuler. Pendampingan juga biasanya
dilakukan oleh Guru pada ekstrakurikuler.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
31
Wiyani (Yanti, dkk. 2016: 965) berpendapat bahwa ekstrakurikuler
merupakan kegiatan pendidikan diluar jam pelajaran yang ditunjukkan
untuk membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh peserta didik atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Wiyani (Yanti, dkk. 2016:
965) juga berpendapat bahwa ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang
dilakukan dalam mengembangkan aspek-aspek tertentu dari apa yang
ditemukan pada kurikulum yang sedang dijalankan, termasuk yang
berhubungan dengan bagaimana penerapan sesungguhnya dari ilmu
pengetahuan yang dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan tuntutan
kebutuhan hidup mereka maupun lingkungan sekitarnya.
Halim (2013: 4) berpendapat bahwa kegiatan ekstrakurikuler
adalah kegiatan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Aji dan Sinaga
(2012: 49) berpendapat bahwa ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang
dilakukan di luar jam pelajaran dalam waktu-waktu tertentu dan diberi
nilai tersendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler
merupakan kegiatan diluar jam pelajaran yang difasilitasi oleh sekolah,
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
32
dengan beberapa atau berbagai macam jenis sesuai dengan kebutuhan
sesuai dengan minat dan bakat anak. Anak juga bisa menerapkan ilmu
pengetahuan yang dipelajarinya di kelas dalam berproses pada kegiatan
ekstrakurikuler yang dipilihnya.
15. Tujuan dan Fungsi Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler bertujuan mengembangkan segala potensi yang ada
dalam diri siswa. Ekstrakurikuler juga membuat siswa menjadi mandiri.
Ekstrakurikuler bisa berfungsi sebagai rekreasi atau hiburan, lebih
menanamkan rasa sosial, dan pengembangan diri serta sebagai persiapan
di masa yang akan datang.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler ayat
(2), (dalam Yanti, dkk. 2016: 965) yaitu kegiatan ekstrakurikuler
diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat,
minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan
kemandirian peserta
didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Aji dan Sinaga (2012: 51) kegiatan ekstrakurikuler
dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang
diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olahraga, kesenian, dan
kepramukaan yang diadakan di sekolah diluar jam biasa.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
33
Fungsi ekstrakurikuler menurut Halim (2013: 5) yaitu:
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai
dengan potensi, bakat, dan minat mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler yaitu untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta
didik.
c. Rekreatif, yaitu
fungsi
kegiatan
ekstrakurikuler
untuk
mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan
bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
ekstrakurikuler yaitu untuk mengembangkan minat, bakat, serta potensi
yang dimiliki siswa dan meenerapkan ilmu-ilmu yang di pelajarinya sesuai
dengan kebutuhan pada kegiatan yang dipilih atau dilakukannya.
Ekstrakurikuler juga memiliki fungsi untuk mengembangkan kreatifitas,
kemampuan bersosialisasi, bekal kemampuan untuk masa depan, dan
sebagai hiburan siswa.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan salah satu referensi untuk
menunjukkan bahwa topik penelitian ini menarik dijadikan sebagai penelitian,
namun tidak memiliki kesamaan pada penelitian yang sudah dilakukan,
sehingga dapat menambah pembahasan mengenai pelaksanaan full day school
dalam membentuk sikap kedisiplinan serta mengembangkan minat dan bakat
siswa kelas V SD Muhammadiyah Purwokerto, penelitian yang relevan
dilakukan oleh:
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
34
1.
Setiyarini, Sutarno, dan Sunardi (2014), tentang Penerapan Sistem
Pembelajaran “Fun & Full Day School” Untuk Meningkatkan
Religiusitas Peserta Didik Di SDIT Al Islam Kudus. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif. Sumber data diperoleh dari informan, tempat
dan peristiwa, dan dokumen. Penelitian ini menyimpulkan bahwa SDIT
Al Islam Kudus sudah berusaha merencanakan pembelajaran dengan
mengembangkan dan mengelola pembelajaran dalam sistem full day
school dengan baik.
2.
Soapatty (2014), tentang Pengaruh Sistem Sekolah Sehari Penuh (Full
Day School) Terhadap prestasi Akademik Siswa SMP Jati Agung
Sidoarjo. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisi statistik
inferensial. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sistem full day school
yang ada di SMP Jati Agung Sidoarjo sudah berjalan dengan cukup baik.
Dimana adanya pemenuhan sarana dan prasarana yang dapat menunjang
kegiatan belajar mengajar full day school, tuntutan Guru untuk lebih
kreatif dan dapat meningkat prestasi akademiknya.
3.
Thoidis, I & Chaniotakis, N. (2015), about All-Day-School in Crisis or a
Social Pedagogical Solution to the Crisis?. This type of research is
descriptive qualitative. This study concluded that in Greece, the future of
the all-day school depends on a number of factors, not the least of which
is a greater of awareness of the role of socio-pedagogy has played. There
is also a general need for a greater clarity as to the provisions essential
aims. Yet within the current economic crisis, and its consequences, there
are basic factors that inhibit the availability of solutions to the problems
of such provision. The educational requirements of all-day school are
associated with realistic costs and not with „cheap solutions‟ (Thoidis &
Chaniotakis, 2012). This applies both to the coverage of teaching staff
and to its needs for school equipment and buildings.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
35
(Tentang All-Day-School dalam Krisis atau Pendidikan Sosial. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Di Yunani, masa depan sekolah
sepanjang hari tergantung pada sejumlah faktor, tidak sedikit dari yang
lebih besar dari kesadaran akan peran sosial kemasyarakatan telah
dimainkan. Ada juga kebutuhan umum untuk kejelasan lebih besar
dengan ketentuan tujuan penting. Namun dalam krisis ekonomi saat ini,
dan konsekuensinya, ada faktor-faktor dasar yang menghambat
ketersediaan solusi untuk masalah ketentuan tersebut. Persyaratan
pendidikan semua-hari sekolah terkait dengan biaya yang realistis dan
tidak dengan 'solusi murah' (Thoidis & Chaniotakis, 2012). Hal ini
berlaku baik untuk cakupan staf pengajar dan kebutuhan untuk
perlengkapan sekolah dan bangunan (sarana prasarana)).
4.
Holm, L. (2014), about Parental perspectives on Danish full-day schools
for ethnicminority students. This type of research is descriptive
qualitative. This study concluded that From a general education-policy
perspective, the “new” full-day schools – with their “nondistribution
strategy” – seem to be an alternative to distribution strategy‟s basic
premise: that ethnic-minority students achieve better results at school if
the majority of students in a class are “ethnic Danes”. Furthermore, a
characteristic trait of full-day schools is that they are fundamentally
based on a categorisation of inhabitants in a particular residential area
rather than on a professional assessment of individual children‟s
academic needs.
(Tentang Pandangan Orang Tua di Sekolah Denmark Full Day Schools
untuk Siswa Beretnis Minoritas. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Dari pendidikan umum dalam perspektif kebijakan, "baru"
sekolah sehari penuh - dengan "strategi tanpa pembagian" mereka tampaknya menjadi alternatif untuk premis dasar strategi distribusi ini:
bahwa siswa etnis minoritas mencapai hasil yang lebih baik di sekolah
jika mayoritas siswa di kelas yang "etnis Danes". Selanjutnya, suatu sifat
karakteristik sekolah sehari penuh adalah bahwa mereka secara mendasar
didasarkan pada kategorisasi penduduk di daerah perumahan tertentu
bukan pada penilaian profesional kebutuhan akademik anak individu).
Penelitian yang relevan dari keempat penelitian ialah terletak pada
penerapan sistem full day school. Perbedaan dengan penelitian relevan ini
yaitu pada pembentukkan sikap kedisiplinan serta pengembangan minat dan
bakat siswa. Penelitian relevan tersebut belum mengkaji mengenai
pembentukkan sikap kedisiplinan serta mengembangkan minat dan bakat
siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pada pelaksanaan full day school.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
36
C. Kerangka Pikir
Peneliti meneliti bagaimana pelaksanaan program full day school di
SD Muhammadiyah Purwokerto dalam membentuk sikap kedisiplinan serta
mengembangkan minat dan bakat siswa. Pelaksanaan program full day school
di SD Muhammadiyah Purwokerto tersebut berkaitan dengan pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah dasar. Pendidikan karakter yang diteliti yaitu
sikap kedisiplinan siswa kelas V. Pengembangan minat dan bakat yaitu dengan
melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Kerangka pikir yang sudah
diuraikan dapat di rumuskan dengan skema gambar 2.1 sebagai berikut:
SD Muhammadiyah Purwokerto
Pelaksanaan Full Day School
Pengembangan Pendidikan
Karakter
Mengembangkan Minat dan
Bakat Siswa Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Kelas V
Membentuk Sikap
Kedisiplinan Siswa Kelas V
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Pelaksanaan Pelaksanaan Full Day School dalam
Membentuk Sikap Kedisiplinan serta Mengembangkan Minat dan
Bakat Siswa Kelas V di SD Muhammadiyah Purwokerto.
Pelaksanaan Full Day School…, Andri Bagas Saputro, FKIP, UMP, 2017
Download