Ananta Budhi Danurdara & Nanum Dyah Rahmatika, Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 PENGARUHEXPERIENTAL MARKETING TERHADAP LOYALITAS TAMU D I GREEN FOREST RESORT KABUPATEN BANDUNG BARAT Ananta Budhi Danurdara Nanum Dyah Rahmatika Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Jalan Dr. Setiabudhi No.186 Bandung Jawa Barat Abstrak: Green Forest Resort merupakan perusahan jasa yang menyediakan sarana menginap dengan mengangkat tema “Kembali ke Alam” dimana para tamu dapat menikmati pemandangan pegunungan di sekelilingnya serta seluruh cottage berbahan dasar kayu alam. Keindahan arsitektur dan fasilitas ekslusif bernuansa natural tetapi modern tersaji dalam konsep yang konsisten untuk kepuasan tamu. Hal ini dilakukan pihak Green Forest Resort untuk menciptakan pengalaman positif melalui strategi experiental marketing terhadap seluruh atribut hotel diharapkan dapat menciptakan loyalitas tamu Green Forest Resort. Temuan penelitian menunjukan bahwa analisis experiental marketing melalui dimensi sense, feel, think, act, dan relate mempunyai pengaruh terhadap loyalitas tamu sebesar 0,590. Sedangkan hasil perhitungan koefisien determinasi yang digunakan untuk mengetahui kontribusi penerapan experiental marketing hubungannya dengan loyalitas tamu dalam bentuk persentase diperoleh nilai KD = 3,481 (34,81%). Hal ini memberikan arti bahwa variabel X (exeperiental marketing) memberikan pengaruh terhadap variable Y (loyalitas tamu) sebesar 34,81%. Dan sisanya 65,19% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang diabaikan penulis. Hasil ini juga membuktikan bahwa tidak sepenuhnya apa yang dikatakan oleh teori mengenai experiental marketing diterapkan di Green Forest Resort. Kata-kata kunci: experiental marketing, sense, feel, think, loyalitas tamu Abstract: “Green Forest Resort” is a service company that provides the means to stay with the theme of " Back to Nature " where guests can enjoy views of the surrounding mountains and around the cottage made from natural wood . Architectural beauty and exclusive facilities but modern natural nuances presented in a consistent concept for guest satisfaction . This is done in the Green Forest Resort to create positive experiences through experiential marketing strategy for all attributes of the hotel is expected to create guest loyalty Green Forest Resort . The research findings show that the analysis of experiential marketing through dimensional sense, feel , think, act , and relate have an influence on guest loyalty of 0.590 . While the results of the calculation of the coefficient of determination is used to determine the contribution of the application of experiential marketing to do with loyalty in the form of a percentage of the value obtained KD = 3.481 ( 34.81 %). This gives the sense that the variable X ( experiental marketing ) to give effect to variable Y ( guest loyalty ) of 34.81 % , and the remaining 65.19 % influenced by other factors are neglected writer . This result also proves that is not entirely what was said by the theory of experiential marketing is applied in Green Forest Resort. Keywords: experiental marketing, sense, feel, think, guest loyalty 1 Ananta Budhi Danurdara & Nanum Dyah Rahmatika, Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 tamunya serta memiliki diferensiasi produk dan jasa. PENDAHULUAN Bisnis Industri pariwisata terus berkembang di Indonesia dan dapat menjadi salah satu penghasil devisa bagi negara dan mengembangkan suatu wilayah. Pertumbuhan positif dari bisnis pariwisata tersebut member peluang bagi para pebisnis tetapi akan berdampak timbulnya persaingan ketat diantara pengelola bisnis pariwisata. Kota Bandung masih menjadi destinasi wisata unggulan khususnya di Jawa Barat. Adapun tujuan wisatawan mengunjungi kota Bandung menurut Kadisparbud Kota Bandung Herry M. Djauhari (news.detik.com, diakses 7 Maret2013), “Bandung menjadi primadona bagi pelancong. Aneka objek wisata menjadi daya tarik wisnus dan wisman. Sasaran wisatawan selama ini menyambangi lokasi wisata kuliner, fesyen, belanja, rekreasi keluarga, dan wisata alam”. Loyalitas pelanggan di Green Forest Resort ternyata belum cukup baik. Berdasarkan guest history di Green Forest menunjukan bahwa repeater guest yang menginap di Green Forest hanya sebagian kecil saja yaitu sebesar 40% dari keseluruhantamu yang datang. Experiental Marketing adalah sebuah pendekatan baru untuk memberikan informasi mengenai produk dan merek, bagaimana cara menarik pelanggan dengan menggunakan modelmodel psikologis dalam mengalisis perilaku konsumen melalui panca indera (sense), perasaan (feel), proses berpikir kreatif (think), keterlibatan dalam aktitifitas fisik (act) dan hubungan dengan kultur atau referensi tertentu (relate) (Schmitt, 1999). Kesan dan pengalaman yang unik dan berbeda akan terciptanya hubungan jangka panjang antara perusahaan dengan pelanggan dan mempertahankan loyalitas pelanggan karena akan jauh lebih murah daripada menarik pelanggan baru. Bandung Barat sangat cocok dijadikan tempat untuk berlibur dari rutinitas sehari-hari karena beriklim sejuk dan letaknya berada di dataran tinggi serta dikeliling oleh pegunungan sehingga menyebabkan banyaknya hotel Resort. Yang menyebabkan persaingan di antara Resort sejenis karena wisatawan dihadapkan pada beberapa alternatif serta dikhawatirkan berdampak pada sulitnya mempertahankan pelanggan setia karena para pesaing berusaha menawarkan produk dan jasa yang lebih baik. Loyalitas akan mempengaruhi pencapaian laba di masa depan. Hal ini dikarenakan pelangganya puas dan loyal akan siap membayar dengan harga yang premium, kemudian biaya promosi jauh leih efektif dan mereka akan menjadi penyebar promosi word of mouth yang baik. Experience adalah suatu kejadian yang terjadi apabila badan usaha dengan sengaja menggunakan jasa sebagai prasarana dan produk (goods) menjadi penyangga untuk dapat menarik hati atau minat konsumen dan menstimulasi emosinya. Green Forest merupakan Resort yang sedang berkembang terletak di Cihideung Kabupaten Bandung Barat. Green Forest mengangkat konsep Back To Nature dengan arsitektur kamar hotel yang natural serta pemandangan alam yang masih asri dan indah. Pihak manajemen Green Forest menyadari akan pentingnya menciptakan pengalaman khusus di benak para 201 BARISTA, Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 Schmitt (1999:260) menyatakan: “Experinces are profate events that occur in response to some stimulation (as provided by marketing effort before and after purchase). Experience involve the entire living being”. Menurut Schmitt (1999:32) : “Experiental marketing is how to get customers to sense, feel, think, act, and relate to your company and brands”. Sedangkan Buchari Alma (2009:266) mendefinisikan bahwa Experiental marketing merupakan cara bagaimana memberikan pengalaman emosional yang unik, positif, dan mengesankan kepada konsumen. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan experiental marketing bukan hanya membuat produk dan jasa yang ditawarkan menarik perhatian konsumen akan tetapi harus dapat menciptakan pengalaman dan menyentuh hati dan emosi konsumen sehingga akan berdampak pada peningkatan penjualan. METODE Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif sehingga diperoleh deskripsi mengenai 1) experiental marketing tamu Green Forest Resort, 2) loyalitas tamu Green Forest. Selanjutnya penelitian verifikatif menurut Sugiyono (2008:14) digunakan untukk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, diketahui pengaruh experiental marketing terhadap loyalitas tamu. Populasi dalam penelitian ini adalah tamu Green Forest Resort yang pernah menginap di Green Forest Resort, dan digunakan teknik Purposive Sampling karena variabel yang diteliti mengenai experiental marketing dan loyalitas tamu dimana kriteria responden adalah tamu yang pernah menginap lebih dari dua kali, maka teknik sampling ini dianggap paling tepat. HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti melakukan pengumpulan data berupa data primer yaitu observasi di kawasan Green Forest dan wawancara dengan Manajer Green Forest dan menyebarkan kuesioner pada tamu yang pernah menginap lebih dari dua kali, maupun data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), bukubuku yang berkaitan dengan penelitian, jurnal, laporan penelitian sejenis dan sejumlah artikel dari internet. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman karena untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk Ordinal. Strategi dalam menciptakan pengalaman unik bagi pelanggan dapat dilakukan dengan menggunakan Strategi Experience Mosuled (SEMs) yang terdiri dari lima dimensi yaitu melalui panca indera (sense), pengalaman afektif (feel), pengalaman kognitif (think), pengalaman gaya hidup (act), dan pengalaman hubungan dengan kelompok tertentu (relate). Sebagai dasar pengukuran experiental marketing, digunakan Experience Providers (ExPros), yaitu implementasi taktis yang siap dilakukan pemasar untuk menciptakan lima dimensi pada experiental marketing, yaitu sense, feel, think, act dan relate. Komponen ini mencakup komunikasi, identitas visual dan verbal, kehadiran produk, co-branding, lingkungan spasial, media elektronik, dan orang. Experiental Marketing dapat dimanfaatkan secara efektif jika diterapkan pada situasi tertentu. Menurut Schmitt (1999:34) manfaat experiental marketing antara lain : Ananta Budhi Danurdara & Nanum Dyah Rahmatika, Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 a. Untuk membangkitkan kembali merek yang sedang menurun b. Untuk membedakan satu produk dengan produk pesaing c. Untuk menciptakan citra (image) dan identitas sebuah perusahaan d. Untuk mempromosikan inovasi e. Untuk membujuk percobaan, pembelian dan loyalitas konsumen. first buyer diduga karena belum optimalnya penerapan experiental marketing pada produk dan jasa yang ditawarkan Green Forest. Selanjutnya, hasil penghitungan statistik deskriptif variabel experiental marketing (X) adalah 2,93 dari skala 5 (lima) pada indikator tingkat kesesuaian aromatherapy di sekitar area hotel, sedangkan nilai maksimum sebesar 4,47 pada indikator tingkat keindahan arsitektur bangunan hotel dan didapatkan rata-rata sebesar 3,9148 atau mencapai criteria experiental marketingsebesar 78,29%. Statistik deskriptif variabel loyalitas tamu (Y) adalah 2,83 pada indikator tamu sering menggunakan fasilitas lain di Green Forest dan tamu sering merekomendasikan tentang Green Forest kepada orang lain, sedangkan nilai maksimum sebesar 3,80 pada indikator tamu akan mengajak orang lain untuk menginap di Green Forest dan tamu tidak akan tertarik dengan produk lain sejenis Green Forest serta didapatkan rata-rata sebesar 3,3660 atau mencapai kinerja loyalitas tamu sebesar 67,32%. Menurut Sutisna (2004:41) loyalitas konsumen dapat didefinisikan sebagai “sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu”. Loyalitas konsumen didefinisikan Oliver sebagai komitmen yang tinggi untuk membeli kembali suatu produk atau jasa yang disukai di masa mendatang, disamping pengaruh situasi dan usaha pemasar dalam merubah perilaku. Dengan kata lain konsumen akan setia untuk melakukan pembelian ulang secara terus-menerus. Mereka yang dikategorikan sebagai konsumen yang setia adalah mereka yang sangat puas dengan produk tertentu sehingga mereka mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal. Selanjutnya pada tahap berikutnya konsumen yang loyal tersebut akan memperluas kesetiaan mereka dengan produk-produk lain buatan produsen yang sama yang pada akhirnya alan membentuk mereka sebagai konsumen yang setia kepada produsen tertentu untuk seterusnya. Nilai korelasi antara experiental marketing (X) terhadap loyalitas tamu (Y) di Green Forest hasilnya adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara kedua variabel. Nilai besaran korelasi tersebut diperoleh sebesar 0,590. Nilai ini termasuk dalam kategori ada hubungan yang sedang berdasarkan yang dikemukakan Sugiyono (2004). Experiental marketing dapat digunakan dalam beberapa situasi, salah satunya berkaitan dengan loyalitas konsumen jika kinerja atau hasil yang dirasakannya sesuai dengan harapan konsumen. Hasil koefisien determinasi diperoleh berdasarkan perhitungan : KD = 0,59² x 100% = 3,481 = 34,81%. Hal ini berarti bahwa variabel X (experiental marketing) memberikan pemgaruh terhadap variabel Y (loyalitas tamu) sebesar 34,81%. Dan sisanya 65,19% dipengaruhi oleh factor-faktor lain yang diabaikan penulis. Hasil ini juga membuktikan bahwa tidak sepenuhnya apa yang dikatakan oleh teori mengenai Mengacu pada pemaparan di atas, banyaknya keluhan dari tamu dan guest history yang menunjukkan bahwa repeater guest jumlahnya belum mengalami peningkatan dibandingkan 203 BARISTA, Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 experiental marketing Green Forest Resort. diterapkan di SIMPULAN Merujuk pada hasil penelitian, peneliti mnyimpulkan bahwa (1) Penerapan experiental marketing oleh Green Forest Resort Bandung Barat selama ini telah cukup baik pada aspek sense terutama pada keindahan arsitektur bangunan hotel yaitu memiliki konsep natural tetapi modern sehingga menjadikan daya tarik tersendiri bagi para tamu, (2) Di dalam aspek sense juga terdapat tanggapan yang kurang baik dari para tamu yaitu kesesuaian aromatherapy yang masih tidak sesuai dengan harapan tamu. Hal ini dikarenakan hanya sedikit area yang menggunakan wewangian aromatherapy di Green Forest Resort. Selanjutnya tanggapan terendah berada pada aspek feel dan act. Untuk aspek feel, atmosfir di area hotel ternyata belum membuat tamu merasa nyaman. Hal ini disebabkan kebersihan yang tidak terpantau dengan baik yaitu masih banyaknya sampah di area hotel sehingga tidak selaras dengan keindahan di Green Forest Resort. Selanjutnya untuk aspek act, tanggapan terendah diperoleh pada indikator tingkat keingintahuan tamu akan fasilitas selain kamar di Green Forest belum mampu meningkatkan ketertartarikan tamu. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang menariknya promosi dari fasilitas tersebut, (3) Loyalitas tamu di Green Forest sudah cukup baik terlihat dari indikator penilaian mengenai loyalitas konsumen yang sering menginap, akan menginformasikan, merekomendasikan mengenai Green Forest kepada orang lain. Akan tetapi frekuensi penggunaan produk dan jasa selain kamar di Green Forest masih kurang. Semakin loyal seorang tamu maka semakin tinggi ekspektasi yang diharapkan, Menurut Kotler dalam tingkatan produk bahwa tingkatan tertinggi dalam produk atau jasa adalah potential product dimana konsumen bukan hanya membedakan antara produk yang ditawarkan oleh badan usaha dengan produk yang ditawarkan oleh pesaing (augmented) tetapi adanya perubahan bentuk atau transformasi dan inovasi yang dialami saat oleh suatu produk atau jasa dimasa datang, dan (4) Apabila terjadi peningkatan pelayanan terhadap produk dan jasa melalui experiental marketing terutama dalam meningkatkan indikator yang mendapat tanggapan kurang baik dari tamu maka dapat memperkuat loyalitas tamu hingga ke tahapan client. DAFTAR PUSTAKA Alma, B. (2011) Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta Andreani, F. (2007). Jurnal Manajemen Pemasaran Experiental Marketing (Sebuah Pendekatan Pemasaran), Universitas Petra Griffin, J (2005). Customer Loyalty: Menumbuhkan & Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan (Edisi Revisi), Jakarta: Erlangga Kotler, P. (2000) Marketing Management, Millenium Edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Kotler, P & G Armstrong Kusmayadi & Endar, S.(2000). Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Marconi, J. (2002). Beyond Branding, Chicago: Probus Publishing Company Narimawati, U.(2008). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi, Bandung: Agung Media Oliver, R. L. (1997). Satisfaction: A Behavioral Perspective on the Ananta Budhi Danurdara & Nanum Dyah Rahmatika, Volume 1, Nomor 2, Desember 2014 Consumer, New York: Irwin/McGraw-Hill Pine II, J, B. & Gilmore, J, H. (1999). The Experience Economy: Work is a Theatre and Every Business is a Stage: goods and services are no longer enough, United States of America Rutherford, D.G. & O’Fallon, M J. (…). Hotel Management and Operations: 4th edition, School of Hospitality Business Management, Washington State University Schmitt, B. (1999). Experiental Marketing: How to Get Customers to Sense, Feel, Think, Act, and Relate to Your Company and Brands, New York: The Free Press Simonson, A. & Schmitt, B. (1997). Marketing Aesthetics: The Strategic Management of Brands, Identity, and Image, New York: The Free Press. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta Sutisna. (2004) Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Bandung: Rosda Karya Thamrin, A. & Tantri, F. (2012). Manajemen Pemasaran, Depok: PT. Rajagrafindo Persada ______,.(2013) www.greenforestresort.com (2504-2013) ______.(2009) Teori Pemasaran Perhotelan (Hotel Marketing), http://jurnalsdm.blogspot.com/200 9/07/teori-pemasaran-perhotelanhotel.html (25-5-2013) UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada redaksi jurnal Barista atas pemuatan artikel hasil penelitian ini. 205