1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem padang lamun (seagrass) merupakan suatu habitat yang sering dijumpai antara pantai berpasir atau daerah mangrove dan terumbu karang. Padang lamun berada di daerah pasang surut pinggir daratan atau pulau karang dan terumbu karang yang ada di luar daerah pasang surut tersebut. Bahkan sering dijumpai padang lamun dan terumbu karang menjadi satu (Nienhuis et al. 1989). Hal tersebut memungkinkan adanya interaksi antara padang lamun dan terumbu karang. UNESCO (1983), telah diklasifikasikan hubungan antara faktor fisik, hara, dampak manusia, dan migrasi hewan. Sedangkan Nienhuis et al. (1989) menyebutkan adanya interaksi antara padang lamun dan terumbu karang dalam bentuk migrasi hewan yang akhirnya berujung pada tranfer hara di antara keduanya. Migrasi hewan tersebut membuktikan peran lamun cukup besar. Peran lamun secara umum telah diketahui antara lain sebagai produsen primer, ladang penggembalaan, tempat perlindungan, dan makanan bagi ikan dan invertebrata (Roblee & Zieman 1984; Hutomo 1985; Hutomo & Azkab 1987; Nienhuis et al. 1989). Berdasarkan berbagai penelitian, ikan yang berasosiasi dengan padang lamun didominasi oleh ikan terumbu karang. Hal tersebut berhubungan dengan kemampuan padang lamun menyediakan relung ekologik dan naungan bagi ikan (Hutomo 1985). Beberapa penelitian tentang struktur komunitas ikan di padang lamun telah dilakukan namun, penelitian komunitas ikan di padang lamun di Indonesia masih sedikit dilakukan, diantaranya oleh Hutomo & Martosewojo (1977) di pulau Burung Kepulauan Seribu; Hutomo (1985) di Teluk Banten; Peristiwady (1994a, 1994b) dan Ongkers (1990) di Teluk Ambon; Radjab et al. (1992) di perairan Passo, Teluk Baguala; Hutomo & Parino (1994) di Lombok. Pulau Pasi merupakan suatu wilayah perairan yang banyak ditumbuhi lamun, terumbu karang dan mangrove. Walaupun memiliki areal lamun yang luas dan padat namun penelitian tentang struktur komunitas ikan di areal lamun tersebut belum dilakukan. 2 Informasi struktur komunitas ikan di padang lamun penting sekali, tidak hanya untuk kepentingan ilmiah tetapi juga untuk dasar pengelolaan sumberdaya. Perencanaan dan pengelolaan yang baik sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi. Tidak mungkin suatu tindakan pengelolaan rasional dapat dirumuskan tanpa adanya data dan informasi yang memadai. Adanya informasi yang memadai, berbagai konsekuensi yang ditimbulkan oleh sejumlah alternatif dapat dikurangi. Dalam kaitannya dengan program pengelolaan perikanan di padang lamun perairan Pulau Pasi, maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data dasar sebagai masukan dalam penyusunan program ke depan. 1.2 Perumusan Masalah Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang hidup pada padang lamun terdiri atas berbagai penghuni tetap dan ada pula yang bersifat sebagai pengunjung. Hewan yang datang sebagai pengunjung biasanya untuk memijah atau mengasuh anaknya (seperti ikan). Selain itu, ada pula hewan yang datang mencari makan seperti sapi laut (dugong-dugong) dan penyu (turtle) yang makan lamun Syringodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii (Nontji 1987). Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator serta sebagai sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit atau detritus. Jenisjenis Polichaeta dan hewan-hewan Nekton juga banyak didapatkan pada daerah padang lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan-bahan organik sebagai substrat untuk alga, epifit, mikroflora dan fauna. Menurut Hutomo et al. (1988) ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Disamping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal. Keberadaan lamun pada suatu kondisi habitat tertentu, tidak terlepas dari ganguan atau ancaman-ancaman terhadap kelangsungan hidupnya baik berupa ancaman alami maupun ancaman dari aktivitas manusia. Perairan Pulau Pasi memiliki hamparan lamun yang sangat luas khususnya di bagian barat. Intensitas 3 aktivitas masyarakat yang tinggi di perairan ini sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup lamun itu sendiri. Besarnya pengaruh terhadap integritas sumberdaya, meskipun secara garis besar tidak diketahui, namun dapat dipandang di luar batas kesinambungan biologi. Selain itu kerusakan padang lamun oleh manusia diakibatkan pemarkiran perahu yang tidak terkontrol. Ancaman-ancaman alami terhadap ekosistem lamun berupa angin topan, siklon, gelombang pasang, kegiatan gunung berapi bawah laut, interaksi populasi dan komunitas (pemangsa dan persaingan), pergerakan sedimen dan kemungkinan hama dan penyakit dan vertebrata pemangsa lamun seperti sapi laut. Diantara hewan invertebrata, bulu babi adalah pemakan lamun yang utama. Jika terjadi ledakan populasi pemakan tersebut akan terjadi kerusakan berat. Gerakan pasir juga mempengaruhi sebaran lamun. Bila air menjadi keruh karena sedimen, lamun akan bergeser ke tempat yang lebih dalam yang tidak memungkinkan untuk dapat bertahan hidup. Selain beberapa ancaman tersebut, kondisi lingkungan juga mempengaruhi kelangsungan hidup suatu jenis lamun. Padang lamun juga sangat rentan terhadap perubahan ekosistem pesisir seperti kekeruhan yang menyebabkan lamun menjadi mati sehingga produktivitas perikanan menjadi berkurang. Dengan mempelajari sumberdaya ikan karang yang berasosiasi dengan padang lamun, maka fungsi padang lamun bagi ikan karang akan terlihat sehingga sebagai sumberdaya pesisir, ekosistem padang lamun memiliki multi fungsi untuk menunjang sistem kehidupan dan berperan penting dalam dinamika pesisir dan laut, terutama perikanan pantai sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem lamun merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem tersebut. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas lamun, kelimpahan jenis dan struktur komunitas ikan serta asosiasinya pada berbagai kondisi kepadatan padang lamun di perairan Pulau Pasi Kabupaten Kepulauan Selayar. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah tentang kondisi ekosistem lamun dan keberadaan ikan karang di perairan Pulau Pasi, Kabupaten Kepulauan Selayar dan sebagai bahan pertimbangan dan kajian 4 bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar dalam rangka pengelolaan Ekosistem lamun. 1.4 Kerangka Pemikiran Dari uraian di atas, ada beberapa masalah mengenai aktifitas makan harian ikan terumbu karang di padang lamun yang mungkin dapat didekati dengan mempelajari ekologinya, yaitu : 1. Bagaimana struktur komunitas padang lamun dengan kepadatan yang berbeda-beda. 2. Bagaimana struktur komunitas ikan karang pada berbagai kondisi kepadatan padang lamun. Perumusan masalah tersebut dapat digambarkan dalam bentuk alur permasalahan pada Gambar 1. Ancaman Alamiah: Siklon, topan, gelombang pasang, tsunami, vulkanik, perubahan iklim, dll EKOSISTEM TERUMBU KARANG Ancaman Manusia: Pengerukan, reklamasi, limbah industri, eutrofikasi, overfishing. KOMUNITAS IKAN TERUMBU KARANG Faktor Fisika & Kimia: Pasang Surut, Arus, Suhu, pH, Salinitas, Kekeruhan, Kecerahan, DO Migrasi Kelimpahan, keanekaragaman Jenis ? EKOSISTEM PADANG LAMUN : Distribusi, Kelimpahan, Keanekaragaman Jenis, Keseragaman Ikan Karang dan biota laut lainnya. Gambar 1 Alur permasalahan. Faktor Biologi Penutupan, Kerapatan dan Frekwensi lamun 5 1.5 Hipotesa Hipotesa dari penelitian ini adalah: 1. Padang lamun dengan komposisi jenis yang beragam diduga mengandung jenis maupun kelimpahan ikan yang tinggi. 2. Ada perbedaan nyata dari struktur komunitas ikan yang berasosiasi dengan lamun.