BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Bauran Promosi Dalam mengkomunikasikan produknya ke konsumen, perusahaan dapat melakukannya melalui beberapa alat promosi yang dikenal dengan bauran promosi. Bauran promosi adalah seperangkat alat yang digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan produknya ke konsumen. Menurut J. Stanton yang dikutip oleh Basu Swastha (2009 : 238), bauran promosi adalah kombinasi starategi yang paling baik dari variabelvariabel periklanan, personal selling, dan alat promosi yang lain, yang kesemuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan. Sedangkan menurut Phillip Kotler (2010:642), tejemahan Hendra Teguh, Bauran promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Jadi berdasarkan pendapat para ahli diatas, bauran promosi merupakan kombinasi strategi dari unsur-unsur promosi yang diupayakan untuk memperkenalkan suatu gagasan mengenai produk untuk mencapai tujuan pemasarannya. Bauran promosi mengisyaratkan suatu teknik komunikasi dengan menggunakan berbagai bentuk promosi dari satu produk sama agar promosinya dapat maksimal dan hasilnya memuaskan. Menurut Kotler dan Keller (2012:479), mengemukakan bahwa bauran promosi terdiri dari tujuh bentuk utama, yaitu : periklanan, promosi penjualan, acara dan pengalaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung dan interaktif, pemasaran dari mulut ke mulut, dan penjualan perseorangan. Sedangkan menurut Morrisan (2010:17), bauran promosi mencakup empat elemen, yaitu : iklan, promosi penjualan, publikasi/humas, dan penjualan perseorangan. Namun dalam bauran promosi modern ditambahkan dua elemen lagi, yaitu pemasaran langsung dan pemasaran 1 2 interaktif. Selanjutnya menurut Fandy Tjiptono (2009:222), secara umum ada lima bentuk promosi yang memiliki fungsi yang sama tetapi bentukbentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya diantaranya adalah penjualan perseorangan, periklanan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung, promosi penjualan. Jadi dalam penjelasan tersebut diatas, dimensi variabel bauran promosi meliputi periklanan, promosi penjualan, acara dan pengalaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung dan interaktif, pemasaran dari mulut ke mulut, dan penjualan perseorangan. Jadi berdasarkan pada pendapat para ahli tersebut diatas yang menjadi dimensi dari variabel bauran promosi adalah terdiri atas promosi penjualan, periklanan, penjualan perseorangan, acara dan pengalaman. Dimensi variabel bauran promosi tersebut didasarkan atas perkembangan teori yang terbaru dan modern yang meliputi atas empat variabel bauran promosi. 2.1.2 Periklanan Periklanan merupakan sasaran perusahaan untuk mempengaruhi konsumen sebagai alat persaingan dengan perusahaan lain dalam usaha mendapatkan perhatian dan kesan dari pasar sasaran. Alat – alat promosi iklan antara lain : iklan media cetak, brosur, poster, billboard, internet, dan lain – lain. Menurut Kotler (2008: 244) iklan adalah segala bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Menurut Stanton yang dikutip oleh Bilson Simamora (2003:305), menyatakan bahwa: Iklan terdiri dari segala kegiatan yang dilibatkan dalam mempersentasikan sesuatu kepada audiens secara nonpersonal, dengan sponsor yang jelas dan biaya suatu pesan tentang produk atau organisasi. Sedangkan menurut Widiana (2010:90), periklanan adalah salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya.Iklan adalah bentuk promosi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun 3 sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian.” Jadi peneliti mengartikan bahwa periklanan adalah suatu bentuk promosi untuk memperkenalkan suatu produk kepada masyarakat yang dilakukan melalui berbagai media seperti koran, radio, televisi, billboard, spanduk, dan lain – lain. A. Tujuan dan Sasaran dari Periklanan Tujuan atau sasaran umum dari periklanan menurut Saladin (2009:129) dalam bukunya Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan, yaitu : 1. Untuk menyampaikan informasi a. Memberitahu pasar tentang politik b.Menganjurkan cara penggunaan baru untuk produk tertentu c. Menjelaskan cara kerja suatu produk d. Membangun citra perusahaan. 2. Untuk Membujuk a. Memilih merek tertentu b. Mengharuskan pembeli merek tertentu c. Mengubah persepsi konsumen tentang ciri – cirri merek tertentu d. Membujuk pelanggan untuk membeli. 3. Untuk Mengingatkan a.Mengingatkan konsumen bahwa produk itu mungkin akan sangat dibutuhkan dalam waktu dekat b. Mengingatkan konsumen dimana membeli produk itu c.Menjaga agar pelanggan selalu ingat akan produk atau merek itu. 4. Untuk Penetapan Berusaha untuk meyakinkan para pembeli bahwa ia mengambil pilihan yang tepat. 4 Tujuan atau sasaran khusus menurut Stanton yang dikutip oleh Saladin (2009:129-130) dalam bukunya Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan, yaitu: a. Menunjang penjualan perseorangan. b. Memperbaiki hubungan dengan dealer. c. Mencapai pejabat yang dapat dihubungi oleh tenaga penjual. d. Memasuki pasaran geografis baru atau menarik golongan pelanggan baru. e. Memperkenalkan produk baru. f. Meluaskan penjualan perusahaan. g. Membangun nama baik (goodwill) perusahaan dan memperbaiki reputasi. B. Langkah-Langkah Dalam Keputusan Periklanan Menurut Kotler dan Keller (2009:227) dalam mengembangkan program iklan, manajer-manajer pemasaran harus selalu mulai dengan mengidenfikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian mereka dapat mengambil kelima keputusan utama dalam mengembangkan program iklan yang dikenl dengan istilih “ Lima M “ Yaitu : 1. Menetapkan tujuan dan sasaran periklanan 2. Menetapkan anggaran periklanan 3. Menetapkan pesan yang akan disampaikan 4. Menetapkan media yang harus digunakan 5. Melakukan evaluasi terhadap hasil yang dicapai Denagan melakukan lima langkah tersebut diharapkan pelaksanaan periklanan dapat berjalan dengan baik C. Jenis – jenis Periklanan 5 Menurut Shimp (2009:319) terdapat enam jenis media periklanan secara umum yaitu : 1. Periklanan diluar rumah Adalah bentuk terutama dari periklanan,walaupun papan iklan adalah media utama pada jenis ini, tetapi ada berbagai bentuk lain dalam jenis ini ,seperti : iklan ditempat pemberhentian bus, tulisan di udara, dan lain-lain. 2. Surat kabar Berdasarkan sejarah, surat kabar pernah menjadi pimpinan dalam media periklanan, tetapi dengan berkembangnya teknologi televisi telah mengalahkan surat kabar yang menerima pendapatan yang paling penting dalam iklan. Iklan lokal adalah pendapatan utama dari surat kabar. Walaupun demikian, surat kabar telah membantu meningkatkan iklan secara nasional. 3. Majalah Dahulunya majalah dianggap sebagai media periklanan misal, akan tetapi saat ini majalah yang mengfokuskan pada satu hal makin bertambahnya banyak. Hal ini pula yang membuat pemasar tidak dapat mempengaruhi pembaca yang mempunyai pilihan dalam menentukan majalah yang akan digunakan. 4. Radio Hampir 100% dari semua rumus di Amerika Serikat radio sebagai media dalam mengiklankan produk perusahaan, bahkan ada yang memilih lebih dari dua, dan hampir semua kendaraan roda empat yang memiliki dan mendengarkan radio. Hal ini menunjukan radio sebagai media iklan yang berpotensi tinggi tetapi pada tahun-tahun terakhir ini sejalan pengiklan menghargai keuntungan dari media iklan. 5. Telivisi 6 Televisi dapat dikatakan sebagai barang wajib yang dimiliki lebih dari 98% rumah di Amerika Serikat talah memiliki televisi. Sebagai media iklan televisi memiliki keunikan tersedia yaitu penyajian yang personal serta demonstrative. 6. Media interaktif Media konvensional telah membantu pengiklan selama bertahuntahun, tetapi akhir-akhir ini terdapat usaha baru yang dilakukan oleh pengiklan dalam membuat media iklan yang lebih rendah usaha dan biaya yang dibutuhkannya, serta memiliki tingkat efektifitas yang lebih baik dari menangani konsumen dengan memberikan konsumen kontrol penuh untuk memilih manakah iklan yang disaksikan olehnya. 2.2 Media Iklan Televisi 7 Menurut Kotler (2008: 247) televisi diakui sebagai media iklan paling berpengaruh dan menjangkau spektrum konsumen. Iklan televisi berkembang dengan berbagai kategori disamping karena iklan televisi perlu kreativitas dan selalu menghasilkan produk-produk iklan baru, namun juga karena daya beli masyarakat terhadap sebuah iklan televisi yang selalu bervariasi karena tekanan ekonomi. Namun bila dibandingkan dengan media lain iklan televisi memiliki kategorisasi yang jauh berbeda karena sifat media yang juga berbeda (Bungin,2008:111). Kategori besar dari sebuah iklan televisi adalah berdasarkan sifat media ini, dimana iklan televisi dibangun dari kekuatan visualisasi objek dan kekuatan audio. Simbol-simbol yang di visualisasi lebih menonjol bila dibandingkan dengan simbol-simbol verbal. Umumnya iklan televisi menggunakan cerita-cerita pendek menyerupai karya film pendek. Waktu tayangan yang pendek, mengakibatkan iklan televisi berupaya keras meninggalkan kesan yang mendalam kepada pemirsa dalam waktu beberapa detik (Bungin2008: 111). Dari semua media komunikasi yang ada, televisi merupakan media yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi adalah sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual dan merupakan media paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. Unsur esensial dari kebudayaan televisi berupa penggunaan bahasa verbal dan visual, sekaligus dalam rangka menyampaikan sesuatu seperti pesan, informasi, pengajaran, ilmu dan hiburan. Kultur yang dibawa oleh televisi dengan sendirinya mulai tumbuh di masyarakat (Wibowo 2009:17). 2.2.1 Karakteristik Televisi 8 Menurut Sutisno dalam Nawiroh Vera (2010:79) ciri utama televisi adalah sifatnya yang audio visual, dimana stimulasi alat indera bukan hanya satu seperti dalam radio siaran, surat kabar dan majalah. Televisi dapat didengar sekaligus dapat dilihat. Secara lebih khusus karakteristik televisi adalah sebagai berikut : a. Memiliki jangkauan yang luas dan segera dapat menyentuh rangsang penglihatan dan pendengaran manusia. b. Dapat menghadirkan obyek yang sangat kecil atau besar, berbahaya, atau yang langka. c. Menyajikan pengalaman langsung pada penonton. d. Dapat dikatakam “meniadakan” perbedaan jarak dan waktu. e. Mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi dan proses yang baik f. Dengan mengkoordinasikan pemanfaatan berbagai media lain, seperti film, foto, gambar dengan baik. g. Dapat menyimpan berbagai data, informasi, dan serentak menyebarluaskannya dengan cepat ke berbagai tempat yang berjauhan. h. Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan. i. Media ini membangkitkan rasa intim. 2.2.2 Fungsi Televisi 9 Nawiroh Vera (2010:78) menjelaskan terdapat tiga fungsi utama dari media televisi, yaitu : a.Hiburan Fungsi hiburan untuk media elektronik ini menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi televisi yang lain. Individu ataupun masyarakat menganggap bahwa media televisi sebagai alat untuk relaksasi dan pelepasan lelah. b. Penyebaran informasi Televisi mempunyai fungsi sebagai media untuk menyebarkan informasi. Berbagai informasi bisa kita dapatkan dari televisi, mulai dari peristiwa penting yang terjadi di dunia, informasi tentang olahraga, lingkungan, sampai dengan pemerintahan. c.Pendidikan Televisi menjadi sarana pendidikan bagi khalayak. Penyebaran informasi yang berisikan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif untuk khalayak menjadikan televisi sebagai media pendidikan. Khalayak dapat belajar dari berbagai informasi yang diberikan oleh televisi. 2.2.3 Dimensi Iklan Televisi Menurut Rossiter dan Percy (2013:209) dimensi iklan televisi terdiri sebagai berikut : a. Kata-kata/suara Adalah kata-kata/suara yang terdengar, maksudnya adalah karakter dan penekanan suara didukung dengan gaya penyampaian dalam kata-kata yang terdengar, merupakan elemen iklan yang penting, karena mengandung arti emosional dan dapat menimbulkan pesanpesan dalam pikiran pemirsa. Penilaian heard and sound effect, merupakan persepsi pemirsa terhadap kata-kata aatu suara yang terdengar pada saat iklan ditayangkan di media elektronik (televisi atau radio). Heard and sound effect dapat berupa pesan yang 10 dikomunikasikan. Suara yang jelas, enak didengar, berisi pesan yang jujur, menghindari slogan-slogan yang tidak berarti akan mudah diingat oleh pemirsa dan sangat efektif membentuk brand awareness. b. Musik Musik adalah alunan lagu yang berirama, baik dari suara manusia maupun dari alat-alat. Musik dapat berupa jingle (bunyi-bunyian) atau musik latar belakang. Penilaian musik merupakan persepsi pemirsa terhadap irama atau lagu yang didengarkan pada saat iklan ditayangkan pada media elektronik (televisi atau radio). Nyanyian membuat kata-kata mudah diingat, karena iramanya. Musik dan lagu telah menjadi komponen penting dunia periklanan hampir sejak suara direkam pertama kali. Musik latar, jingle, lagu-lagu dan aransemen lagu klasik digunakan untuk menarik perhatian, menyalurkan pesan-pesan penjualan, menentukan tekanan emosional, dan mempengaruhi suasana hati pendengar. Musik membentuk berbagai fungsi komunikasi yang meliputi cara untuk menarik perhatian, menjadikan konsumen berada dalam perasaan positif, membuat konsumen lebih dapat menerima pesanpesan dalam iklan, dan bahkan mengkomunikasikan arti produk yang diiklankan. Fungsi lagu pada prinsipnya adalah pendukung komunikasi. Cara berkomunikasi dalam iklan televisi bisa secara audiovisual. Di sinilah lagu berperan, sebagai salah satu unsur penting dalam menyamapaikan pesan kepada audiens dan membangaun brand personality (kepribadian merek) suatu produk. Lagu itu sendiri juga bisa menjadi “bahasa visual”, karena bisa mgnggambarkan mood maupun feeling. Lagu yang dipakai dalam iklan, biasanya diaransemen ulang, dengan pertimbangan aransemen ulang ini tergantung lagu aslinya seperti apa, selanjutnya disesuaikan dengan tema komunikasi iklan. “Lagu terkenal dalam iklan dapat membantu menarik perhatian dan 11 mengembalikan ingatan, serta menjadikan merek mudah diingat” (Sutherland dan Sylvester, 2004:139). c. Kata- kata yang terlihat berbentuk tulisan Kata – kata tertulis yaitu yang dapat dibaca, diingat, dan akan melekat dalam ingatan pemirsa, sehingga mampu mendukung manfaat produk yang diiklankan. Penilaian words (kata-kata) merupakan persepsi pemirsa terhadap kata-kata atau tulisan yang ditampilkan pada saat iklan ditayangkan pada saat iklan ditayangkan di televisi, yang mampu mendukung manfaat produk. Tulisan kata-kata yang terlalu panjang dan tidak jelas, tidak akan mampu dibaca bahkan tidak akan mampu dipahami dengan baik oleh pemirsa. Hal tersebut menyebabkan iklan tidak efektif. Katakata yang ditulis hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan wajar, tetapi dapat mengungkapkan pesan, sehingga tidak terlalu memancing imajinasi pemirsa. Manusia atau pemirsa menghendaki gagasan yang wajar dan cerdas, sehingga mudah diingat dan menarik perhatian. d. Pesan Pesan adalah setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan maupun tertulis, yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain. Pesan menjadi inti dari setiap proses komunikasi yang terjalin dan pemberi informasi. Menyatakan bahwa dampak dari pesan tidak hanya tergantung pada apa yang dikatakan, tetapi juga bagaimana mengatakannya. Pesan apa pun dapat disajikan dalam gaya pengungkapan yang berbeda seperti: Potongan kehidupan, gaya hidup, fantasi,dll. e. Gambar Gambar dalam suatu tayangan iklan yang dilihat pemirsa atau masyarakat, yang meliputi objek figur, lokasi, dan latar belakang yang dipakai. Penilaian pictures (gambar) merupakan persepsi pemirsa terhadap gambar atau obyek yang ditampilkan pada saat 12 iklan ditayangkan, baik pada media cetak maupun media elektronik (televisi atau web iklan di internet). Televisi merupakan media audiovisual, yaitu media yang sanggup mengkomunikasikan kepada pemirsa suara dan gambar dari suatu pesan atau beberapa pesan pada saat bersamaan (pada detik yang sama). Kelebihan televisi tersebut hendaknya dimanfaatkan untuk menampilkan citra-citra produk dan jasa secara luar biasa, untuk menarik perhatian pemirsa yang sebelumnya tidak pernah terpikir dalam benak pemirsa. Gambar adegan tayangan iklan di televisi harus dibuat semenarik mungkin agar menimbuilkan kesan di hati pemirsa atau masayarakat. Gambar adegan tayangan iklan hendaknya mampu memberikan informasi pesan iklan dengan baik. f. Warna Warna adalah komposisi warna dan keserasian warna dari gambar dan tulisan, termasuk pengaturan cahaya yang terdapat dalam tayangan iklan. Penilaian color (warna) merupakan persepsi pemirsa terhadap warna-warna dari gambar atau obyek yang ditampilkan pada saat iklan ditayangkan di televisi atau media cetak lain. tidak hanya gambar partai memiliki warna dominan, tetapi suatu produk yang dipasarkan juga memiliki warna yang dominan. Warna dominan merupakan suatu indikasi untuk membedakan satu produk dengan produk yang lain. biasanya warna-warna yang ditayangkan mudah 24 diingat. Di samping warna dominan, tayangan iklan di televisi hendaknya juga dibuat kaya warna, dan perpaduan warna tayangan iklan harus serasi dengan background. g. Gerakan (Movements) Movements adalah adegan yang disajikan dalam tayangan iklan, yang digunakan dengan tujuan memperjelas maksud dari iklan tersebut, sesuai dengan suara dan irama atau lagu yang diperdengarkan. Penilaian movement (gerakan) merupakan persepsi pemirsa terhadap gerakan dari setiap 13 adegan yang ditampilkan pada saat iklan ditayangkan. Penilaian movement iklan hendaknya kaya gerakan yang mampu melahirkan semangat pada diri pemirsa, sesuai dengan musik yang disajikan atau sesuai degan suara (heard and sound effect) yang diperdengarkan. Sesuai dengan yang dikemukakan di muka, gerak irama yang cepat dengan banyak potongan dan aneka skenario memberi dampak gairah (semangat) yang besar, misalnya cocok untuk iklan restoran cepat saji, minuman kesehatan, multivitamin. Sebaliknya gerak irama yang lebih lamban mungkin lebih sesuai untuk produk alat-alat kecantikan, bahan - bahan masakan. Iklan televisi harus mengkomunikasikan perbedaan produk, manfaat produk, dan alasan konsumen untuk membeli. Itulah sebabnya, perbedaan konsep tersebut yang hendaknya dapat diwujudkan dalam gerakan yang ditampilkan pada iklan di televisi. h. Waktu penayangan 2.2.4 Televisi Efektif Menurut Sigit Santosa (2009:134) agar iklan di televisi efektif, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : a.Memaksimalkan Fungsi Gambar Televisi sebagai media visual harus memaksimalkan fungsi gambar. b. Key Visual Televisi memiliki gambar yang berpengaruh kuat kepada pemirsa atau penontonnya. Key visual biasanya juga digunakan dalam iklan yang lain, seperti iklan cetak dan billboard. c.Menarik perhatian Dalam lima detik pertama, iklan harus dapat menarik perhatian pemirsa. Jika tidak, pemirsa segera akan memindahkan channel atau saluran televisi d. Pesannya Fokus 14 Pesannya tidak bermacam-macam, bahkan bila waktu masih memungkinkan ulangi pesan itu dengan cara yang berbeda. e.Menampilkan Nama Produk Iklan televisi tidak dapat dikatakan hebat jika tidak menjual. Oleh karena itu apa yang kita jual harus disebutkan serta diakhiri dengan menampilkan nama, logo, dan, produk. f. Menampilkan Brand Ambassador Menggunakan seseorang dalam iklan dan mengaitkannya dengan produk, menjadikan suatu produk menjadi lebih baik. g. Memberikan Manfaat Akhiri iklan dengan cerita yang baik. Buatlah jadi bermanfaat bagi pemirsa yang melihat iklan tersebut. h. Pesan Ringkas dan Jelas Buatlah pesan yang ringkas dan jelas. Dekatilah konsumen seakan melakukan kontrak secara pribadi. i. Berkesinambungan Beriklan harus dilakukan secara konsisten dan terus menerus dalam satu periode tertentu. Jadi pesan harus dibangun secara berkesinambungan antara iklan yang satu dengan yang lain. Dalam memaparkan penelitian ini untuk lebih lengkapnya menggunakan lima indikator yang menceritakan Iklan Televisi, diantaranya yaitu: a. Kata-kata/suara b. Musik c. Kata- kata yang terlihat berbentuk tulisan d. pesan e. Gambar f. Warna g. Gerakan h. Waktu penayangan 15 2.3 Citra Merek Sebuah merek lebih dari sekedar produk. produk adalah suatu yang di produksi di pabrik, sedangkan merek suatu yang dibeli oleh konsumen merek mencermikan keseluruhan persepsi dan perasaan konsumen mengenai atribut dan kinerja produk, nama merek dan maknanya, perusahan yang diasosiasikan dengan merek yang bersangkutan. Konsumen biasanya tidak menjalin reaksi dengan barang atau jasa tertentu, namun sebaliknya membina hubungan yang kuat dengan merek tertentu.pendek kata mereka adalah satu asset terpenting perusahaan. Merek juga melaksanakan fungsi yang berharga bagi perusahaan. Pertama merek menyederhanaakan pananganan atau penelusuran produk. Merek menawarkan perlindungan hukum kepada perusahaan untuk fiktu- fitur atau aspek unik produk. Nama merek dilindungi melalui nama dagang terdaftar, proses manufaktur dapat dilindungi melalui hak paten; dan kemasan dapat dilindungi melalui hak cipta dan rancangan hak milik. Hak milik intelektual memastikan bahwa perusahaan dapat berinvestasi dengan aman dengan merek tersebut dan mendapatkan keuntungan dari sebuah aset yang berharga (kotler dan keller;2012:259) Sebuah merek bisa dikatakan sukses apabila pembeli atau pemakainya mempersepsikan adanya nilai tambah relevan, unik dan berkesinabungan yang memenuhi kebutuhannya secara paling memuaskan. Menurut Doyle yang mendefinisika merek sukses sebagai nama, simbol ,desain atau kombinasi diantara yang mengindentifikasi produk organisasi tertentu dengan keunggulan diferensial berkesinambungan. Kriteria di sini adalah (1) keunggulan diferensial yakni pelanggan memiliki alasan kuat untuk lebih menyukai merek bersangkutan di banding merek-merek pesaing, dan (2) langgeng atau berkesinambungan artinya keunggulan yang tidak mudah ditiru para pesaing, dimana perusahan menciptakan hambatan masuk misalanya 16 dengan jalan mengembangkan reputasai atau citra merek yang unik dan kokoh dalam kualitas layanan secara teoritis, pemilihan nama merek yang efektif harus memenuhi sejumlah kriteria, diantaranya mencerminkan manfaat dan kulitas produk (contohnya navigator, beautyrest, spray & wipe) mudah diucapkan, dikenal dan diingat (contohnya Son,Virgin, Kodak) bersifat unik misanya (pajero, prado) Mudah diterjemakan memungkinkan ke dalam perlindungan berbagi hukum bahasa dan lain registrasi serta merek (Tjiptono;2008:353). 2.3.1 Dimensi Citra Merek Aaker dikutip oleh Dewi (2011) membagi 3 variabel yang harus diperhatikan dalam membentuk sebuah citra merek yaitu: a. Pengenalan, tingkat dikenalnya sebuah merek (brand) oleh konsumen b. Reputasi,tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena lebih terbukti mempunyai track record yang baik. c. Daya tarik, semacam emotional relationship yang timbul antar sebuah merek dengan konsumenn 2.3.2 Katagori Merek Menurut kotler dan keller (2008:353) terdapat 4 kategori merek yaitu: a. Merek perusahan yaitu menggunakan nama perusahaan (baik perusahaan induk maupun anak perusahaan atau cabangnya) sebagai merek produk. b. Merek keluarga yaitu nama merek yang digunakan di lebih dari satu katagori produk, tetapi tidak harus selalu merupakan nama perusahaan pemiliknya. c. Merek individu yaitu merek yang dibatasi hanya untuk satu katagori produk,meskipun dapat digunakan untuk beberapa tipe produk berbeda dalam katagori yang sama. 17 d. Pengumuman yakni wahana untuk menandakan item secara spesifik atau tipe model atau versi/konvigurasi tertentu dari produk. Contoh yoghurt yoplaint menawarkan versi rasa. Menurut kotler dan keller (2008:355) merek bermanfaat bagi konsumen dan produsen.bagi produsen merek bermanfaat sebagai berikut: a. Saran identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan. b. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik c. Sinyal tikat kualitas bagi para pelangan yang puas sehingga mereka bisa dangan mudah memilih dan membelinya lagi lain waktu. d. Saran menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing. e. Sumber keunggulan kompetitif terutama perlindungan hukum. Kotler dan Amstrong (2006:237) membuat beberapa hal yang bisa di jadikan acuan dalam pemilihan nama merek yaitu: a. Nama merek harus mencerminkan tentang manfaat dan kulitas produk yang ditawarkan. b. Nama merek harus diucapkan,dikenal dan diingat. c. Nama merek harus berbeda. d. Nama merek harus mudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing e. Nama merek harus dapat didafarkan dan mempunyai kekuatan hukum Karakteristik dari jasa yang tidak dapat dilihat, tidak dapat di pisahkan merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. Citra merek adalah persepsi dan kepercayaan oleh konsumen sebagai gambaran dari asosiasi yang terdapat dalam memori konsumen. Membangun dan mempertahankan suatu citra yang kuat sangat penting artinya bagi suatu perusahaan jika ingin menarik konsumen dan mempertahankan. Menurut Kotler dan keller (2012:274) pengertian citra adalah cara masyarakat menganggap merek secara aktual.Agar citra dapat tertanam dalam pikiran konsumen, pemasar harus memperlihatkan identitas merek melalui saran. Komunikasi dan kontak merek yang tersedia. Citra merek 18 merupakan persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Citra dapat terbentuk melalui rangsangan yang datang dari luar sebagai suatu pesan yang menyentuh atau yang disebut informasi yang diterima seseorang. Citra merek adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Citra dipengaruhi oleh banyak faktor yang diluar kontrol perusahaan . Menurut Kotler dan Kaler (2012:276) citra yang efektif akan berpengaruh terhadap tiga hal yaitu : 1. Memantapkan karakter produk dan usulan nilai. 2. Menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak dia kacaukan dengan karakter pesaing. 3. Memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekedar citra mental. Berbicara masalah citra, akan tergambarkan dalam benak setiap orang suatu gambaran mengenai penilaian terhadap sesuatu yaitu seseorang, barang atau jasa, dll. Baik tidaknya gambaran tersebut tergantung dari pengalaman atau Informasi yang diperoleh. Jika yang di dengar adalah hal-hal baik mengenai suatu merek,maka positif lah pandangan kita mengenai merek tersebut,sebaliknya jika pengalaman atau informasi yang kita peroleh buruk,maka pandangan kita terhadap merek tersebut akan menjadi negatif. Citra merek dapat dilihat melalui pendapat,kesan, atau respon seseorang dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti apa yang akan ada dalam setiap pikiran individu mengenai suatu merek, bagaimana mereka memahaminya dan apa yang mreka sukai dari merek tersebut. Citra yang baik dari suatu merek merupakan suatu asset,karena citra mempunyai suatu dampak pada persepsi konsumen dari komunikasi dan operasi organisasi dalam berbagai hal. Keberhasilan membangun citra merek adalah tanggung jawab dari perusahaan,pemasar dan seluruh anggota menejemen perusahaan Kotler dan Kaler (2012:263-264) mengemukakan definisi citra merek yaitu “Perception and beliefs held by consumer.As reflected in the associations Held in consumer memory.” Maksud dari kalimat di atas adalah konsumen akan menganut persepsi dan kepercayaan sesuai dengan 19 pengalaman yang telah mereka rasakan dan terangkum di dalam ingatan mereka Menurut Fendy Tjiptono (2005;49) pengertian citra mrek adalah deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek Tertentu,sedangkan menurut Christina Whidya Utami (2006;213) citra merek adalah serangkaian asosiasi yang biasanya diorganisasikan di seputar beberapa Tema yang bermakna. Bisa dikatakan bahwa citra merek merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi bagaimana suatu perusahaan diterima dan di pahami oleh semua segmen market yang di jadikan target atau bahkan hanya oleh seseorang konsumen saja Dari definisi-definisi diatas, maka utuk penelitian ini penulis mengembangkan benang merah dari definisi-definisi tersebut di atas dimana citra merek itu sendiri merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi bagaimana suatu perusahaan diterima dan di pahami oleh semua segmen market yang di lambangkan oleh konsumen melalui kepercayaan, tingkah laku, daya tarik dan asosiasi terhadap perusahaan tersebut. Citra merek memegang peranan penting bagi perusahaan .Tujuan perusahaan adalah untuk menciptakan keputusan pembeli konsumen terhadap produk yang di hasilkannya, dan pemberian citra merek yang positif dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang baik dengan konsumen. Selain itu, hal ini bisa melemahkan efek negatif dari pesaing dan membuat perusahaan mampu untuk mencapai laba yang lebih tinggi (Pina;2011:8). Karenanya citra merek ini harus benar-benar dijaga dan terus dikembangkan agar memberikan manfaat yang lebih optimal dan tentu saja menguntungkan bagi perusahaan baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. 2.3.3 Atribut Citra Merek Membangun citra merek dibutukan atribut-atribut tertentu baik yang tangible maupun intangible. Keduanya krateristik tersebut saling mendukung dalam pembetukan citra merek. Banyak ahli yang berpendapat mengenai atribu-atribut apa yang membentuk citra merek. Martineau, yang di kutip dari 20 pina (2011;1),menyebutkan bahwa citra terdiri atas kulitas fungsional dan atribut psikologis. Sementara itu, Padgett dan Pina (2011:7) juga menyebutkan bahwa citra dari perusahaan jasa termasuk didalamnya adalah atribut,konsekwensi fungsional, dan arti simbolis dari lambing perusahaan. Pembentuk citra itu sendiri juga sangat tergantung dari komunikasi (pina;2011;8) Atribut-atribut citra mereka pun apabila tidak dikomunikasikan dengan baik maka konsumen pada khususnya dan masyrakat pada umunya tidak biasa mengetahui hal tersebut Komunikasi yang baik akan sangat mendukung pada keberhasilan pembentukan citra merek yang baik.Bayak sekali atribu-atribut yang bisa membentuk citra merek baik yang tangible maupun intangible. Abratt dan mofokeng yang di kutip dari Pina (2011;8) mengumumkan bahwa atributatribut yang mengarakan proses pembentukan citra merek adalah kulitas produk filosofi perusahaan,karyawan logo perusahaan, seragam karyawan, nama perusahan atau merek dan kualitas pelayanan dari karyawan.dalam penelitian ini tidak semua atribut perlu di teliti,atribut citra merek yang perlu diteliti dalam variable citra merek karena telah dibahas dalam variable lainnya. Dalam memaparkan penelitian ini untuk lebih lengkapnya menggunakan lima indikator yang mencirikan citra merek diantaranya yaitu : a.Pengenalan, tingkat dikenalnya sebuah merek (brand) oleh konsumen b. Reputasi,tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena lebih terbukti mempunyai track record yang baik. c. Daya tarik, semacam emotional relationship yang timbul antar sebuah merek dengan konsumenn 2.4 Loyalitas Perilaku setelah pembelian suatu produk ditentukan oleh kepuasan atau ketidakpuasan akan suatu produk sebagai akhir dari proses penjualan. Bagaimana perilaku pelanggan dalam melakukan pembelian kembali, 21 bagaimana sikap pelanggan dalam mengekspresikan produk yang dipakainya dan perilaku lain yang menggambarkan reaksi pelanggan atas produk yang telah dirasakannya. Setiap perusahaan pasti menginginkan konsumen yang loyal karena konsumen yang loyal akan memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Selain itu, konsumen yang loyal merupakan tujuan akhir dari setiap perusahaan. Menurut Kotler & Keller (2009) loyalitas adalah “Komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk atau jasa yang disukai di masa depan meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih.” Sedangkan menurut Tjiptono (2011:76) “Loyalitas adalah cerminan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, sedangkan perilaku ulang semata-mata menyangkut pembelian merek tertentu yang sama secara berulang kali (bisa dikarenakan merek yang tersedia, merek termurah dan sebagainya.” Dan menurut Menurut Tjiptono dan Chandra (2012) ”Loyalitas pelanggan kerap kali dikaitkan dengan perilaku pembelian ulang. Keduanya memang berhubungan, namun sesungguhnya berbeda. Dalam konteks merek, misalnya loyalitas mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, sedangkan perilaku pembelian ulang semata-mata menyangkut pembelian merek tertentu yang sama secara berulangkali (bisa dikarenakan memang karena satu-satunya merek yang tersedia, merek yang termurah dan sebagainya). Loyalitas pelanggan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, Loyalitas merek (brand loyality) dan loyalitas toko (store loyality). Loyalitas merek adalah sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu, sedangkan loyalitas toko juga ditunjukkan oleh perilaku konsisten tetapi perilaku konsistennya adalah dalam mengunjungi toko dimana di tempat tersebut pelanggan bisa membeli merek yang diinginkan (Sutisna, 2007:41). Menurut Mardalis, 2005:34 loyalitas dapat diukur berdasarkan: a. Urutan pilihan 22 Metode urutan pilihan atau disebut juga pola pembelian ulang ini banyak dipakai dalam penelitian dengan menggunakan panel-panel agenda harian pelanggan lainnya, dan lebih terkini lagi, data scanner supermarket. b. Proporsi pembelian Berbeda dengan urutan pilihan, cara ini menguji proporsi pembelian total sebuah kelompok produk tertentu. Data yang dianalisis berasal dari panel pelanggan. c. Preferensi Cara ini mengukur loyalitas dengan menggunakan komitmen psikologis atau pernyataan preferensi. Dalam hal ini, loyalitas dianggap sebagai “sikap yang positif” terhadap suatu produk tertentu, sering digambarkan dalam istilah niat untuk membeli. d. Komitmen Komitmen lebih terfokus pada komponen emosional atau perasaan. Komitmen terjadi dari keterkaitan pembelian yang merupakan akibat dari keterkaitan ego dengan kategori merek. Keterlibatan ego tersebut terjadi ketika sebuah produk sangat berkaitan dengan nilai-nilai penting, keperluan dan konsep diri pelanggan. 2.4.1 Dimensi Loyalitas Kesimpulan dari karakteristik konsumen loyal adalah sebagai berikut (Griffin, 2007:31): 1. Melakukan pembelian secara berulang-ulang 2. Membeli lini produk/jasa lainnya dari perusahaan 3. Mereferensikan produk/jasa tersebut kepada orang lain 4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing 2.4.2 Jenis Loyalitas 23 Jenis-jenis loyalitas pelanggan menurut Griffin (2002:22) terdiri dari empat jenis, yaitu: 1. Tidak ada kesetiaan Tingkat keterkaitan (attchment) dengan repeat patrionage yang rendah menujukkan absensinya suatu kesetiaan. Pada dasarnya suatu usaha harus menghindari kelompok tidak loyal ini untuk dijadikan target pasar karena mereka tidak akan pernah menjadi pelanggan yang setia. 2. Kesetiaan yang tidak aktif Suatu tingkat keterkaitan yang rendah dengan pembelian ulang yang tinggi angka mewujudkan suatu inertia loyalty. Dasar yang digunakan untuk pembelian produk atau jasa biasanya karena sudah terbiasa memakainya atau karena faktor kemudahan situasional. 3. Kesetiaan tersembunyi Suatu keterikatan yang relatif tinggi yang disertai dengan tingkat pembelian yang rendah menggambarkan laten loyalty dari pelanggan. Bagi pelanggan yang memiliki sikap laten loyalty pembelian ulang banyak dipengaruhi oleh faktor situasional daripada faktor sikapnya. 4. Kesetiaan premium Jenis kesetiaan yang terjadi bilamana suatu tingkat keterikatan yang tinggi berjalan selaras dengan aktivitas pembelian kembali. Kesetiaan jenis inilah yang sangat diharapkan dari setiap pelanggan dalam setiap usaha. Pada tingkat persentase yang tinggi, maka orang-orang akan bangga bilamana menemukan dan menggunakan produk atau jasa tersebut dan dengan senang hati membagi pengetahuan dari pengalaman mereka kepada teman atau keluarga mereka. Menurut Griffin (2007:11) loyalitas pelanggan dapat menghasilkan pula beberapa keuntungan bagi perusahaan, yaitu: 1. Mengurangi biaya pemasaran (biaya pengambilalihan pelanggan lebih tinggi dari pada mempertahankan pelanggan). 2. order) Mengurangi biaya transaksi (seperti negoisasi kontrak dan proses 24 3. Costumer turnover menjadi berkurang (lebih sedikit pelanggan hilang yang harus digantikan) 4. Keberhasilan cross-selling menjadi meningkat, menyebabkan pangsa pelanggan yang lebih besar 5. Pemberitahuan mulut ke mulut (word of mouth) menjadi lebih positif 6. Biaya kegagalan menjadi menurun (pengurangan pengerjaan ulang, klaim garansi, dsb) Selain itu, loyalitas mempunyai dampak pada profitabilitas lebih jauh dari sekedar penghematan biaya. Ketika pemakaian meningkat, maka meningkat pula margin labanya. Laba akan tumbuh dengan lancar jika pelanggan semakin setia pada perusahaan. Untuk mewujudkan loyalitas yang diinginkan, kita harus memahami proses yang harus dilalui seseorang menjadi pelanggan yang loyal. Proses ini melalui beberapa tahapan dimana dalam setiap prosesnya membutuhkan penekanan dan perhatian yang berbeda untuk masing-masing harapan. 2.4.3 Tahapan Loyalitas Menurut Griffin yang dikutip oleh Ratih Hurriyati (2008:140) membagi tahapan loyalitas pelanggan menjadi 7 tahapan, yaitu: 1. Suspect Sekelompok orang yang mungkin atau diyakini akan membeli produk/jasa yang dihasilkan. 2. Prospect Sekelompok orang yang tertarik atau membutuhkan perusahaan kita dan memiliki kemampuan membeli barang/jasa yang dihasilkan perusahaan, tetapi belum melakukan pembelian. 3. Disqualified prospect Prospek yang telah mengetahui keberadaan barang/jasa dari perusahaan anda, tetapi tidak mempunyai kebutuhan dan kemampuan membeli barang/jasa tersebut. 25 4. First time customers Orang yang telah melakukan satu kali pembelian barang/jasa yang perusahaan anda hasilkan, tetapi belum tentu loyal terhadap perusahaan. 5. Repeat customers Orang yang telah melakukan pembelian ulang (dua kali atau lebih) dari perusahaan anda dalam kesempatan berbeda. 6. Clients Orang yang membeli semua barang/jasa yang dihasilkan perusahaan anda secara teratur. Hubungan dengan jenis konsumen ini kuat dan berlangsung lama. 7. Advocates Klien yang secara aktif mendukung perusahaan anda, melakukan pembelian barang/jasa yang perusahaan anda hasilkan secara teratur dan merekomendasikannya pada orang lain. Gambar 2.1 Piramida Loyalitas 2.4.4 Proses Evolusi Tahapan Loyalitas Proses membutuhkan pelanggan yang loyal akan mengarahkan perusahaan melalui tahapan dengan strategi, metode dan tantangan khusus pada masingmasing prosesnya. Masing-masing tahap perkembangan bertujuan untuk menumbuhkan hubungan ke tahap perkembangan selanjutnya. Tujuan berinteraksi dengan prospek adalah untuk mengubah prospek menjadi pelanggan pertama kali, 26 pelanggan berulang menjadi klien dan klien menjadi penganjur. Setelah mencapai tujuan penganjur, tantangannya adalah untuk mempertahankannya. Kegagalan menumbuhkan pelanggan ke tahap selanjutnya akan berpengaruh terhadap penurunan laba, dan hilangnya referensi berharga yang dapat dimiliki perusahaan. Menurut Griffin yang dikutip oleh Hurriyati (2008:140) berikut ini adalah proses evaluasinya: 1. Suspect ke Qualified Prospect Untuk dapat mengidentifikasi qualified prospects di antara para suspect, perusahaan harus menjawab tiga hal berikut: a. Siapa sasaran perusahaan? Terdapat 10 langkah menyeleksi pasar yang paling menguntungkan perusahaan, yaitu: survey pasar keseluruhan, segmentasi pasar, analisa pasar, pelajari kondisi persaingan, menyusun peringkat pasar, lakukan analisa pasar yang mendalam untuk pasar peringkat atas, analisa alat pemasaran yang paling efektif, lakukan uji pasar, analisa hal-hal yang dapat dilakukan, dan terakhir adalah pilih pasar sasaran. b. Bagaimana memposisikan produk/jasa perusahaan? Setelah mengidentifikasikan pasar sasaran, langkah berikutnya adalah merancang dan mengkomunikasikan pesan untuk para prospek. Memposisikan produk/jasa dapat dilakukan melalui iklan yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pasar sasaran. Sebagian orang percaya iklan yang baik sanggup merubah persepsi orang mengenai sesuatu hal. c. Bagaimana menyaring prospek yang potensial? Prospek potensial adalah: 1. Mereka yang memiliki masalah yang dapat perusahaan selesaikan 2. Mereka yang memiliki keinginan untuk mengatasi masalahnya 3. Mereka yang mempunyai kemampuan dan keinginan untuk membeli produk/jasa tersebut 4. Mereka yang memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan pada saat tertentu 27 2. Qualified prospect ke first time buyers Seorang prospek atau calon pembeli membutuhkan seorang sales yang jujur dan dapat dipercaya yang mampu mengenali masalah yang dihadapi dan menawarkan pemecahan untuk masalah tersebut. Dibutuhkan waktu dan kesabaran untuk membangun kepercayaan tersebut, namun bila telah tumbuh, maka akan membawa keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Terdapat empat langkah yang perlu diperhatikan untuk mendorong prospek menjadi first time buyer, yaitu: a. Mendengarkan segala keluhan mereka b. Mengenali permasalahan mereka c. Menawarkan solusi bagi permasalahan mereka d. Belajar dari kegagalan masa lalu 3. First time buyer ke repeat customers Tidak sedikit dari first time buyer yang tidak kembali untuk melakukan pembelian yang kedua. Terdapat empat hal yang dapat membuat first time buyer tidak melakukan pembelian ulang, yaitu: a. Mengalami masalah di awal b. Tidak ada sistem pelayanan yang formal c. Hilangnya komunikasi dengan pengambilan keputusan d. Mudah untuk kembali pada perusahaan lama Setiap perusahaan menimbulkan konsekuensi bagi seorang pembeli dimana akan muncul perilaku pengevaluasian kembali setelah pembelian (post purchase evaluation). Setiap pembeli yang melakukan pembelian akan mempunyai harapan dan membandingkan apa yang diterima dengan apa yang diharapkan. First time buyer dapat dikatakan trier atau pencoba, dan persepsi mereka tentang kualitas dan tingkat kepuasan mereka akan mempengaruhi keputusan mereka untuk membeli kembali. Perasaan puas dari first time buyer memperbesar kemungkinan bahwa seseorang akan membeli kembali. Pembeli kedua menjadi penting sebab menunjukkan perubahan dari pembeli pertama. Pada pembeli kedua ini pembeli membuat keputusan pembelian mereka 28 berdasarkan perilaku membeli non acak atau non random, artinya pembeli melangkah ke proses pembelian ulang dengan menujukkan preferensi mengenai apa yang dibeli dan dari siapa membelinya. Preferensi ini paling tidak diperoleh dari pelanggan pembelian yang posotif. 4. Repeat customers ke loyal clients Selama sepuluh tahun belakang, perusahaan yang berupaya untuk meningkatkan posisi kepemimpinan mereka telah mencapai keberhasilan melalui pendalaman atas fokus bisnis melalui salah satu dari tiga strategi, yaitu: a. Kecanggihan operasional (operational exellence) Perusahaan mampu menyediakan produk yang handal dengan harga bersaing dan dengan kesulitan pembelian yang minimum. b. Kedekatan dengan konsumen (customer intimacy) Melakukan segmentasi dan menetapkan pasar sasaran dengan presisi yang tepat dan kemudian menyesesuaikan presisi tersebut dengan permintaan pasar. Dua faktor penting perusahaan adalah: pengetahuan tentang konsumen dan operasi yang fleksibel. Kombinasi ke dua faktor tersebut memungkinkan respon yang cepat terhadap keinginan konsumen dan permintaan khusus mereka. c. Kepemimpinan produk (product leadership) Menyediakan konsumen dengan produk/jasa terbaik yang menyebabkan produk atau jasa pesaing menjadi tidak terpakai (obsolette) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merumuskan strategi untuk mengubah repeat customer menjadi loyal clients adalah: a. Lindungi konsumen terbaik perushaan dari serangan pesaing b. Buatlah pembeli terbesar menjadi prioritas utama perusahaan c. Buatlah ikatan dengan pemasok agar perusahaan dapat memberikan nilai pelanggan yang lebih baik d. Buatlah program pembelian konsumen e. Buatlah hambatan bagi konsumen untuk meninggalkan perusahaan, yaitu hambatan fisik, hambatan psikologis, hambatan ekonomis f. Merekrut dan melatih karyawan untuk loyalitas 29 Dalam memaparkan penelitian ini untuk lebih lengkapnya menggunakan beberapa dimensi, diantaranya: 1. Melakukan pembelian secara berulang-ulang 2. Merekomendasikan produk/jasa tersebut kepada orang lain 3. Menolak produk yang ditawarkan pesaing Dalam menggunakan memaparkan lima penelitian indikator yang ini untuk mencirikan lebih lengkapnya loyalitas konsumen diantaranya yaitu : 1. Melakukan pembelian secara berulang-ulang 2. Membeli lini produk/jasa lainnya dari perusahaan 3. Mereferensikan produk/jasa tersebut kepada orang lain 4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing 30 2.5 Penelitian sebelumnya Penyusunan penelitian ini didukung dengan studi literature berkaitan diantaranya merupakan hasil studi penelitian dari jurnal internasional dan dari penelitian sebelumnya mengenai iklan dan citra merek terhadap loyalitas konsumen. Analisis terdahulu dipaparkan pada table berikut ini : Tabel 2.1 Contoh Penelitian sebelumnya No. 1 Peneliti Judul M. Rhendria D (2010) Citra Merek dan Kualitas Produk Dalam Keputusan Pembelian Yamaha Metode Deskriptif dan Verifikatif Deskriptif dan Verifikatif X1 = Kreasi Nilai X2 = Citra Merek X3 = Pembelian Konsumen Survey X1 = Citra Merek Y = Niat Beli Konsumen 2 Hirland Roshly M (2014) Kreasi Nilai dan Citra Merek Dalam Menentukan Pembelian Konsumen Alfamart 3 Moch.Rachmat.I.G (2013) Pengaruh Citra Merek Sepeda Motor Honda Terhadap Niat Beli Konsumen Anggita Ayu Kurnia Adha Citra Merek dan Kualitas Produk dalam Menentukan Keputusan Pembelian Konsumen Pada Cuanki Serayu 5 Wahyundini Daruningrum (2014) Pengaruh Sales Promotion Terhadap Volume Penjualan Pada PT.Citra Karya Pranata Rasio 6 Enny Supariyani dan M.Adi.N (2007) Analisi Direct Selling Cost Dalam Deskriptif dan 4 Variabel X1 = Citra Merek X2 = Kualitas Produk Y= Keputusan Pembelian Deskriptif dan Verifikatif X1 = Citra Merek X2 = Kualitas Produk Y= Keputusan Pembelian X1 = Pengaruh sales promotion Y = Volume Penjualan X1 = direcy selling cost Hasil & Kesimpulan Hasil penelitian ini secara simultan variabel kualitas produk dan citra merek mempengaruhi keputusan pembelian Pengaruh Kreasi nilai terhadap citra merek menunjukan pengaruh yang lemah tetapi pengaruh dari citra merek terhadap keputusan signifikan (kuat) Hasil penelitian citra merek Honda cukup baik dan responden pun memiliki minat beli yang cukup tinggi Pengaruh Citra Merek Berpengaruh terhadap kualitas produk dan kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Sales promotion mempengaruhi dengan memberikan informasi sehingga meningkatkan volume penjualan. Pengaruh hubungan antara biaya penjualan 31 Meningkatkan Volume Penjualan 7 8 9 10 11 Darma Manalu (2008) Analisis Pengaruh Produk Dan Promosi Terhadap Volume Penjualan Sepatu Pada Pengajuan sepatu Di Kecamatan Medan Denai Farida Indriani,SE,MM dan Dini Hendriarti, ST,MM (2009) Efektifitas Iklan Terhadap Citra Merek Maskapai Garuda Indonesia Khamdillah Kusuma Ardiyani Analisis Pengaruh Elemen Jingle Terhadap Efektivitas Iklan Coca-Cola Versi Cahaya Ramadhan Susi S Sihombing dan Helmi Situmorang Pengaruh Harga, Kemasan, Dan Iklan Terhadap Keputusan pembelian Minute Maid Pulpy Orange Raka Kurnia Wicaksono Pengaruh Citra Merek Terhadap Loyalitas Konsumen Coca Cola Verifikatif Deskriptif Kuantitatif Populasi dan Sampel Y = Volume Penjualan X1 = Produk X2 = Promosi Y = Volume Penjualan X1 = Efektifitas Iklan Y = Citra Merek langsung dan volume penjualan disimpulkan memiliki hubungan yang kuat dan negative. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kebijkan produk dan kebijakan promosi secara bersama sama terhadap volume penjualan. Hasil penelitian membuktikan bahwa semakin tinggi kreatifitas iklan maka semakin tinggi daya tari iklan. Eksplanatori X1 = Elemen Jingle Y= Efektivitas Iklan Hasilnya pengaruh jingle iklan coca-cola signifikan terhadap efektivitas iklannya. Asosiatif X1 = Harga X2 = Kemasan X3 = Iklan Y= Keputusan Pembelian Hasil penelitian berdasarkan uji F iklan secara bersama sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian X1 = Citra Merek Y= Loyalitas Konsumen Citra Merek mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Loyalitas konsumen, hal ini terjadi karena citra perusahaan dan citra produk dari Coca Cola yang merupakan citra yang terpercaya mengeluarkan minuman merek Coca Cola yang bisa dikonsumsi oleh semua kalangan dan mempunyai kemasan berkualitas, unik dan kuantitatif 32 mudah untuk dikenal. 12 F.Anita Herawati Pengaruh Program Green Advertising Terhadap Loyalitas Konsumen Survei X1= Advertising Y= Loyalitas 13 Dr.HJ.Syarifah Hudayah,SE.,M.si Brand Image Terhadap Loyalitas Pelanggan J.co Donuts& Coffe Di Plaza 14 Dyah Ayu Anisha Pradipta Pengaruh Citra Merek Terhadap Loyalitas Konsumen Populasi dan Sampel X1= Citra Merek Y= Loyalitas Fitri Miladiyati Al’azis 2010 Pengaru Brand Image (citra merek) Terhadap Loyalitas Konsumen Pengguna Ponsel Merek Nokia Kuantitatif X1= Brand Image Y= Loyalitas 15 Populasi dan Sampel X1= Brand Image Y= Loyalitas Ada pengaruh advertising terhadap loyalitas sedangkan kekuatan asosiasi merek disini terbukti berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap loyalitas pelanggan atau dapat dikatakan keunggulan asosiasi merek tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Pengaruh citra Merek terhadap citra yang lain signifikan dan loyalitas pun signifikan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa (1) brand image ponsel Nokia yang meliputi asosiasi merek, Tabel 2. 1 Daftar Penelitian Terdahulu 32 dukungan asosiasi merek, kekuatan asosiasi merek, dan keunikan asosiasi merek dalam kondisi baik dan loyalitas mahasiswa pengguna ponsel Sebagai referensi tambahan dalam penyusunan skripsi ini, penelitian mengambil delapan jurnal Internasional yang berhubungan dengan iklan televisi 33 dan citra merek terhadap loyalitas konsumen. Jurnal Internasional tersebut dipaparkan dalam table berikut ini : Tabel 2.2 Contoh Jurnal Internasional No 1. Peneliti Rudolph Setiaji H 2006 Judul Analisi Pengaruh Kredibilitas Endorser Dan Kreatifitas Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Merek Metode Kualitatif dan Kuantitatif. Variable X1= KredibilitasEndors er X2= Kreatifitas Iklan Y= Efektivitas Iklan Hasil&kesimpulan Dari penjelasan tersebut maka dapat digambarkan bahwa efektifitas iklan dilatar belakangi oleh dua faktor, yaitu: Kredibilitas endorser dan kreatifitas iklan berpengaruh signifikan. Stimulus Iklan Televisi Pocari Sweat Versi “YOTH SWEAT BEAUTIFUL” berpengaruh signifikan Terhadap Brand Awareness Pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Kalimalang 2. Lintang Kurniati Hemashinta 2012 Pengaruh Stimulus Iklan Televisi Pocari Sweat Versi “YOTH SWEAT BEAUTIFUL” Terhadap Brand Awareness Pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Kalimalang Penarikan Sampel dan Besaran sampel X1= Stimulus Iklan Televisi Y= Brand Awareness 3. Francisca Hanna Febrianti 2013 PERBANDINGAN IMPLEMENTASI ADVERTISING CAMPAIGN (Studi Dokumen tentang Perbandingan Implementasi Kampanye Coca Cola “Open Happiness” Versus Pepsi “Refresh Everything” Survei X1= Perbandingan Implementasi Kampanye Coca Cola “Open Y= Pepsi “Refresh Everything Keberhasilan Coca Cola menjadikan tema Open Happiness melekat pada produknya merupakan kesuksesan dalam mengelola setiap komponen dalam advertising campaign 4. Janita S. Meliala, S.E.,M.M. Amonggiri Argo Sembodo, S.E. 2012 Pengaruh Kualitas Produk Coca Cola Terhadap Loyalitas Pelanggan Di Tengah Isu Kesehatan (Studi kasus pada Konsumsen Coca Cola di Rancaekek Bandung) Deskriptif dan Verifikatif. X1= Kualitas Produk Coca Cola Y= Loyalitas Tanggapan konsumen tentang kualitas produk minuman ringan CocaCola dapat dikatakan cukup baik, dapat dilihat dari nilai rata-rata secara keseluruhan sebesar 3,21. Adapun nilai ratarata tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 3,62 yang terdapat pada pernyataan Coca-Cola merupakan minuman 34 5. Raka Kurnia Wicaksono 6. Michael Adiwijaya S. Pantja Djati 7. 8. yang menyegarkan, sedangkan nilai rata-rata terendah yang diperoleh adalah sebesar 2,66 yang terdapat pada pernyataan komposisi X1= Citra Merek Variabel Citra pembuat, Y= Loyalitas Citra Pemakai, dan Citra Konsumen Coca Produk dari Citra Merek Cola mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Loyalitas X1= Kemampuan Nilai rata-rata sikap Co-branding Ades responden kelompok dengan Coca – eksperimen tidak Cola sama dengan nilai Y= Meningkatkan rata - rata sikap Citra Produk responden kelompok AMDK-nya kontrol. Sehingga Ditinjau Dari dapat diambil Kinerja Atribut – keputusan untuk Atribut Produk menerima H1 dan menolak H0, yang berarti rata - rata sikap responden kelompok eksperimen, terhadap AMDK merek Ades adalah tidak identik dengan rata - rata sikap responden kelompok kontrol. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa co-branding antara Coca – Cola dan Ades memberikan pengaruh terhadap produk AMDK merek Ades. Pengaruh Citra Merek Terhadap Loyalitas Konsumen Coca Cola (Studi Pada Konsumen Coca Cola di Kota Malang) Analisa Kemampuan Co-branding Ades dengan Coca – Cola Dalam Meningkatkan Citra Produk AMDKnya Ditinjau Dari Kinerja Atribut – Atribut Produk (Studi Eksperimen Mahasiswa Jurusan Manajemen) Explanatory Research Sri Purwantini (2000) Sikap Masyarakat Terhadap Iklan Shampo Clear Dan Keterkaitannya Terhadap Loyalitas Merek di Kota Semarang Primer dan Skunder X1= Sikap Masyarakat Terhadap Iklan Shampo Clear Y= Loyalitas Merek Kuang-peng Hung (2011) Niat beli terhadap merek yang sudah Penelitian deskriptif X1= Merek Y= Niat beli Eksperimen dan metode Survey Sikap Masyarakat Terhadap Iklan Shampo Clear Dan Keterkaitannya Terhadap Loyalitas Merek di Kota Semarang Hasilnya cukup baik dan signfikan Metode temuan mendukung pengaruh 35 mewah koteks social terhadap niat pembelian untuk merek – merek mewah. Ada dukungan lemah untuk peranan presepsi. 2.6 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dimaksudnya untuk mengambarkan paradigma penelitian sebagai jawaban atas masalah penelitian. Dalam kerangka pemikiran tersebut terdapat dua variable independenn (iklan televisi dan citra merek) yang mempengaruhi variable dependen (loyalitas). Dalam peneliitian ingin melihat pengaruh iklan televisi dan citra merek terhadap konsumen penjualan pada Cocacola, sehingga adanya pengaruh iklan dan citra merek mendorong konsumen membeli pembelian ulang atau disebut dengan loyalitas konsumen terhadap produk sehingga dengan konsumen yang loyal akan produk sangat berpengaruh penting terhadap volume penjualan pada perusahaan. Berbicara tentang iklan yaitu untuk memperngaruhi konsumen terhadap citra merek produk perusahaan yang baik di benak konsumen sehingga konsumen melakukan keputusan pembelian sebuah produk. Di satu pihak, mengembangkan produk bermerek memerlukan biaya yang cukup besar khususnya untuk iklan, promosi, dan pengemasan. Namun konsumen dengan image yang positif terhadap suatu merek lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Kegunaan dari iklan, promosi, dan pengemsasan adalah untuk membangun citra positif terhadap merek. Sehingga dalam penelitian ini menjadi pengukur bahwa produk Coca-cola yang dibeli memiliki citra merek yang positif dengan melihat iklan-iklan televisi yang ada saat ini. Manfaat dari citra merek yang positif adalah perusahaa bisa mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra positif yang terbentuk terhadap merek produk lama. Hal ini yang harus di perhatikan oleh perusahaan adalah bagaimana meningkatkan citra merek yang positif. Pada dasarnyan periklanan mempengaruhi citra merek suatu produk dan bertujuan memperngaruhi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian terhadap produk atau jasa yang di keluarkan oleh suatu perusahaan dan membuat loyalitas konsumen akan produk. 36 Coca-cola memiliki citra merek yang mudah dikenal , mudah untuk diingat , dan mudah untuk di ucapkan , seringnya melihat iklan Coca-cola yang kreatif dan terus mengikuti jamanya dan bias menempatkan diri dimana saja memmbuat keingin tahuan konsumen terhadap merek minuman bersoda Coca-cola. Iklan dan citra merek merupakan salah satu yang saling berhubungan dengan adanya iklan yang menarik kreatif merupakan salah satu bauran pemasaran yang banyak sekali dipakai oleh perusahaan. Jika iklan yang dibuat sangat lah menarik dan kreatif dan menimbulkan citra merek suatu prodak yang positif di benak konsumen berati iklan yang disampaikan baik dan bisa dimengerti oleh konsumen. Seperti salah satu contoh iklan televisi yang pernah ditayangkan yaitu iklan Cocacola versi ”teman imut” dengan brand ambassador Asmirandah, ia diibaratkan Coca-cola yang imut, mungil, lucu, dan periang. Dalam tayangan iklan ini diperlihatkan Asmirandah mengeluarkan Coca-cola mini dari dalam kantong celananya, mungkin hal ini dimaksudkan agar pemirsa langsung menyadari bahwa memang ukuran Coca-cola yang baru ini sangat mini sehingga lebih flexible dibawa-bawa, saat dia ingin memberikan botol terakhir kepada teman pria di sampingnya ia sedikit meledek temannya dengan mengecohnya saat ingin mengambil Coca-cola tersebut sampai akhirnya si pria mendapatkan Coca-cola tersebut seraya berkata "ini lebih imut dari kamu.." kurang lebih seperti itu. Setelah beberapa minggu ditayangkan ternyata terjadi perubahan pada minggu keempat, adegan di mana Asmirandah "meledek" temannya digantikan dengan dirinya yang langsung melempar botol Coca-cola tersebut dan ditangkap oleh temannya sambil membalasnya dengan senyuman. Salah satu iklan di televisi ini ada salah satu iklan Coca-cola yang sangat di sukai oleh kosumen, dengan adanya iklan tersebut coca-cola membuat image yang positif. Seiring berkembangnya jaman Coca-cola pun semakin kreatif dalam menciptkan iklan dan membuat citra merek minuman bersoda yang positif dan bisa diterima oleh konsumen sampai saat ini sehingga mampu bersaing di pasaran dan betahan terus. Tidak di pungkiri bahwa iklanlah salah satu yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian. 37 Penelitian menyimpulkan loyalitas konsumen adalah perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang atau jasa suatu perusahaan..dalam penelitian ini yang menjadi pengukur keputusan pembeli produk minuman bersoda Coca-cola yaitu produk Coca-cola menjadi salah satu yang sesuai dbutuhkan konsumen, mempunyai daya tarik, konsumen percaya pada kualitas minuman bersoda Coca-cola dan konsumen merasa puas membeli produk Coca-cola tersebut. Loyalitas dipengaruhi oleh iklan televisi dan citra merek terhadap konsumen. Dengan terus melakukan iklan sehingga konsumen mengetahui informasi produk dengan itu membantu citra merek yang positif dan konsumen pun semakin nyakin terhadap keputusan pembelian yang dipilih akan produk minuman bersoda Cocacola sehingga konsumen loyal terhadap produk dan melakukan pembelian yang keduakalinya. Loyalitas konsumen sangat lah berpengaruh besar karena konsumen yang loyal berati konsumen yang percaya akan produk dan akan semakin meningkat volume penjualan perusahaan. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dirumuskan Kerangka dan Paradigma Penelitian yang dilihat pada gambar di bawah ini. 2.2 Gambar Paradigma Penelitian 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran Dari kesimpulan kerangka pemikiran dan penelitian sebelumnya di atas, maka dapat dinyatakan paradigma dalam penelitian ini sebagai berikut 38 1.8 Hipotesis 2.7 Hipotesis Hipotesis yang dijawab dalam penelitian ini mengacu pada kajian pustaka yang telah diuraian pada sub bab sebelumnya. Berdasarkan kajian pustaka, maka beberapa hipotesis yang di ajukan pada penelitian ini adalah : 1. Hipotesis Iklan televisi dan citra merek berpengaruh terhadap loyalitas konsumen pada produk PT Coca-Cola Distribution Indonesia - West Java Di Kecamatan Buah Batu 2. Sub Hipotesis a) Iklan televisi berpengaruh terhadap loyalitas konsumen pada produk PT Coca-Cola Distribution Indonesia - West Java Di Kecamatan Buah Batu b) Citra merek berpengaruh terhadap terhadap loyalitas konsumen pada produk PT Coca-Cola Distribution Indonesia - West Java Di Kecamatan Buah Batu 39