Tinjauan Yuridis Kedudukan Hukum Polis Asuransi Jiwa Berbasis

advertisement
Tinjauan Yuridis Kedudukan Hukum Polis Asuransi Jiwa Berbasis
Investasi (Unit Link)
Erika Saraswati, Myra R. B. Setiawan, dan Wenny Setiawati
Program Kekhususan Hukum Tentang Hubungan Sesama Anggota Masyarakat, Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Depok, 16424
[email protected]
Abstrak
Skripsi ini membahas mengenai kedudukan hukum polis asuransi jiwa berbasis investasi (unit
link). Pada skripsi ini akan dibahas mengenai tiga hal. Pertama, pembahasan mengenai
landasan hukum penyelenggaraan produk asuransi jiwa unit link di Indonesia. Kedua,
pembahasan kesesuaian polis asuransi jiwa unit link dengan peraturan perundang-undangan
bidang asuransi dan pasar modal. Dan ketiga, pembahasan mengenai upaya pengawasan
terhadap produk asuransi jiwa unit link oleh Pemerintah Indonesia. Ketiga pembahasan
tersebut dilakukan berdasarkan objek penelitian berupa polis asuransi milik PT. AXA Mandiri
Financial Services. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan menggunakan
pendekatan peraturan perundang-undangan, pendekatan perbandingan, dan pendekatan studi
praktek. Penelitian ini menyimpulkan bahwa produk asuransi jiwa unit link memiliki landasan
hukum dalam penyelenggaraannya, yaitu Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan No. KEP-104/BL/2006. Selain itu, polis asuransi jiwa unit link PT. AXA
Mandiri Financial Services telah memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 246 KUHD dan Pasal 1
ayat (1) UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Berdasarkan peraturan pasar
modal yaitu UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta peraturan pelaksanaannya,
risiko kinerja Manajer Investasi bukan merupakan tanggung jawab Tertanggung, melainkan
tanggung jawab Manajer Investasi. Upaya pengawasan oleh Pemerintah dilakukan lewat
Peraturan Bapepam yang mengatur mengenai kewajiban-kewajiban berupa pemisahan laporan
keuangan oleh Perusahaan Asuransi, laporan kegiatan bulanan Manajer Investasi, dan laporan
perkembangan dana kepada Tertanggung/Pemegang Polis.
Kata kunci: polis asuransi, asuransi jiwa unit link.
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
Legal Analysis of the Legal Status of Investment-Based Life Insurance (Unit-Linked)
Agreement
Abstract
This thesis discusses the legal status of investment-based life insurance (unit-linked)
agreement. This thesis will discuss three things. First, a discussion of the legal basis of unitlinked life insurance products in Indonesia. Second, the discussion of the suitability of unitlinked life insurance policies with the current legislation regarding insurance and capital
markets. And third, a discussion of the Indonesian Government oversight towards the unitlinked insurance. All of those studies conducted by a research object through insurance policy
owned by PT. AXA Mandiri Financial Services. This research is a normative-juridical studies
through legislation approach, comparative approach, and the study of practice approach. This
study concluded that the unit-linked life insurance products have a legal basis in its
implementation, based on the Rules of the Chairman of the Capital Market Supervisory
Agency and Financial Institution No. KEP-104/BL/2006. In addition, PT. AXA Mandiri
Financial Services’ the unit-linked insurance policy has met the elements in Article 246 of the
Book of the Commercial Law and Article 1 paragraph (1) of Law no. 2 of 1992 on Insurance
Business. Based on the capital market regulation, Law. 8 of 1995 regarding Capital Markets
and its implementing regulations, the risk of Investment Manager performance is not the
responsibility of the Insured, but the responsibility of the Investment Manager. Surveillance
efforts by the Government through Bapepam Regulation governing the obligations of
separation of financial statements by the Insurance Company, the monthly activity report by
Investment Manager, and funds development report to the Insured / Policy Holder.
Keywords: insurance policy, unit-linked insurance
Pendahuluan
Asuransi telah menjadi suatu kegiatan usaha yang berkembang dengan pesat karena
dirasakan banyak memberikan manfaat bagi dunia usaha dan masyarakat. Manfaat yang paling
utama adalah berupa rasa nyaman karena aset yang dianggap berharga telah ditanggung atau
dijamin kerugiannya jika suatu risiko1 menimpanya. Selain itu, asuransi telah menjadi suatu
kebutuhan hidup yang penting, seiring dengan makin berkembangnya kebutuhan tersebut,
lembaga asuransi juga turut berkembang dengan makin beragamnya produk asuransi yang
ditawarkan. Keberagaman produk asuransi yang ditawarkan oleh suatu perusahaan asuransi
antara lain asuransi kesehatan, asuransi jiwa, serta produk unit link yang marak dalam
kehidupan masyarakat.
1
Risiko adalah suatu ketidakpastian di masa yang akan datang tentang kerugian. Dikutip dari Sri
Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, cet. 4, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), hal. 62.
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
Produk unit link sedang marak ditawarkan kepada masyarakat oleh beberapa
perusahaan asuransi. Produk ini menawarkan program proteksi bagi pemegangnya serta
alternatif investasi yang beragam, bukan hanya di perbankan akan tetapi bisa juga di pasar
modal melalui Manajer Investasi. Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya
mengelola portfolio (kumpulan efek yang dimiliki oleh orang perorangan, usaha bersama,
asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi) untuk para investor, kecuali perusahaan asuransi,
dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Maka, dengan kata lain pada produk unit link terdapat 2
(dua) manfaat yang diberikan kepada konsumen yaitu manfaat proteksi jiwa dan hasil
investasi.
Asuransi merupakan lembaga keuangan non-bank yang mempunyai peranan yang
besar dalam kehidupan perekonomian negara Indonesia. Asuransi jiwa bukan hanya
menguntungkan pihak-pihak yang saling mengadakan perjanjian asuransi saja, tetapi dalam
ruang lingkup yang lebih luas lagi, dapat pula menguntungkan kepentingan nasional, terutama
dalam hubungannya dengan penarikan dana yang berasal dari premi asuransi, yang amat
diperlukan dalam pembangunan yang sedang giat dilaksanakan oleh pemerintah pada waktu
ini, demi kemajuan Negara dan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya. 2
Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian. Perjanjian asuransi
melibatkan 2 (dua) pihak yaitu Penanggung dan Tertanggung. Tertanggung dapat
mengasuransikan dirinya sendiri atau mengasuransikan orang lain tersebut; misalnya orang tua
dapat mengasuransikan anaknya. Tertanggung yang wajib membayar premi berhak
mengajukan klaim adalah Tertanggung yang di dalam Polis disebut sebagai Pemegang Polis
(Policy Holder).3 Dalam produk Unit link, pihak-pihak yang terlibat dalam produk asuransi ini
adalah pihak perusahaan asuransi, tertanggung, pihak Manajer Investasi yang ditunjuk oleh
para pihaknya. Ketiga pihak ini mempunyai hubungan hukum berdasarkan perjanjian yang
mengikat para pihaknya. Perjanjian asuransi tersebut melibatkan perusahaan asuransi sebagai
penanggung dan tertanggungnya, serta perjanjian investasi antara perusahaan asuransi dengan
Manajer Investasi atas dana tertanggung.
Setiap perjanjian termasuk perjanjian asuransi harus memenuhi syarat sahnya
perjanjian sesuai ketentuan dalam pasal 1320 KUHPerdata yaitu kesepakatan, kecakapan,
2
Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2004), hal. 275.
Kornelius Simanjuntak, Myra R. B. Setiawan, dan Brian Amy Prastyo, Hukum Asuransi (Depok:
Djokosoetono Research Center, 2011), hal. 13.
3
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
adanya hal tertentu yang diperjanjikan dan adanya sebab yang halal. 4 Hal tersebut merupakan
syarat umum dalam suatu perjanjian asuransi. Selain itu, penting untuk diingat bahwa ada
beberapa aturan dalan berkontrak yang tidak diterapkan untuk semua perjanjian, melainkan
hanya untuk Perjanjian Asuransi. Sedemikian pentingnya aturan-aturan tersebut, sehingga jika
tidak terpenuhi dapat mengakibatkan suatu Perjanjian asuransi menjadi batal demi hukum.
Oleh karena kesignifikasiannya tersebutlah, maka aturan-aturan tersebut ditetapkan disini
sebagai syarat khusu dari suatu perjanjian asuransi. Syarat khusus tersebut adalah adanya
kepentingan finansial atas obyek yang dipertanggungkan (insurable interest) dan adanya itikad
paling baik (utmost good faith).5
Hukum asuransi di Indonesia berpedoman kepada Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD) dan Undang-undang No. 2 Tahun 1992 mengenai usaha perasuransian.
Apabila meninjau ketentuan UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (“UU
2/1992”) hanya mengenal istilah asuransi kerugian, asuransi jiwa, reasuransi, dan tidak
ditemukan istilah asuransi dengan unit link. Hal ini terdapat dalam pasal 1 angka 4 UU No. 2
Tahun 1992 yang berbunyi:
Perusahaan Perasuransian adalah Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi
Jiwa, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang
Reasuransi, Agen Asuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi dan Perusahaan
Konsultan Aktuaria.
Maka berdasarkan bunyi pasal tersebut, tidak ditemukan adanya istilah asuransi unit link
sebagai produk asuransi jiwa. Sementara itu semua kegiatan usaha perasuransian di Indonesia
mengacu kepada ketentuan Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
dan Peraturan Pelaksanaan lainnya dan pada saat UU No. 2 Tahun 1992 diundangkan, produk
asuransi jiwa unit link belum berkembang di Indonesia.
Faktanya, orientasi pelaksanaan investasi unit link memiliki perbedaan dengan
orientasi kebutuhan perlindungan asuransi. Investasi menghendaki keuntungan, sedangkan
asuransi menghendaki perlindungan. Dua hal ini agak sulit dilakukan secara bersamaan karena
secara teoritis keduanya memiliki konsep yang sama sekali berbeda satu sama lain, bahkan
bertentangan. Selain itu, dalam asuransi unit link dinyatakan bahwa risiko investasi ditanggung
oleh tertanggung dan bukan oleh penanggung layaknya konsep dasar asuransi.
4
5
Ibid., hal. 19.
Kornelius Simanjuntak, Myra R. B. Setiawan, dan Brian Amy Prastyo, Op. Cit., hal. 23.
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
Pelaksanaan produk asuransi unit link melibatkan adanya perjanjian asuransi antara
penanggung dan tertanggung. Melihat adanya unsur investasi dalam asuransi unit link, maka
ketentuan dalam polis asuransi unit link harus memberikan informasi yang jelas terhadap calon
tertanggung. Polis produk asuransi jiwa unit link adalah polis individu yang memberikan
proteksi asuransi jiwa dimana setiap saat nilainya bervariasi sesuai dengan nilai aset investasi
tersebut.6 Pada satu sisi, produk asuransi jiwa unit link dikeluarkan oleh perusahaan asuransi
jiwa yakni adanya penggunaan dana sebagai premi untuk perlindungan pertanggungan atas
risiko kematian atau cacat tubuh bagi tertanggung dan sebagian preminya sebagai dana untuk
tujuan investasi. Tetapi di sisi lain, produk ini juga menghimpun dana dari investasi
masyarakat. Hal mendasar yang membedakan produk asuransi konvensional lainnya yaitu
risiko investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab tertanggung atau pemegang polis dan
penanggung dibebaskan dari penggantian kerugian investasi dalam bentuk apapun. Sedangkan
untuk proteksi jiwa atau kesehatan tetap ditanggung oleh perusahaan asuransi jiwa tersebut.
Setiap polis asuransi harus sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 422/KMK.06/2003. Ketentuan dalam Pasal 8 Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 422/KMK.06/2003 harus dipenuhi oleh polis
asuransi jiwa unit link. Selain itu, polis asuransi unit link harus sesuai dengan prinsip
pertanggungan risiko dalam pedoman hukum usaha perasuransian di Indonesia, yaitu Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian. Pengaturan mengenai asuransi terdapat dalam definisi asuransi berdasarkan
Pasal 246 KUHD yang berbunyi sebagai berikut:7
Suatu perjanjian dimana seorang Penanggung mengikatkan dirinya kepada seorang
Tertanggung, dengan cara Tertanggung memberikan premi kepada seorang Penanggung dan
Penanggung memberikan penggantian kerugian yang diderita oleh Tertanggung akibat
peristiwa tak tentu.
Pasal 246 KUHD merupakan pasal yang memberikan definisi mengenai perjanjian asuransi.
Menurut pasal tersebut, asuransi adalah suatu perjanjian dimana penganggung dengan
menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskannya dari
kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang akan
dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti. Dari pasal tersebut dapat kita
6
Ketut Sendra, Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit link Proteksi sekaligus Investasi, (Jakarta:
Penerbit PPM, 2004), hal. 22.
7
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek Van Koophandel), diterjemahkan oleh R. Subekti
dan R. Tjitrosudibio, Jakarta: Pradnya Paramita, 2007. Pasal 246.
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
lihat pengertian lebih lanjut dari asuransi, khususnya mengenai unsur-unsur atau sifatsifatnya, walaupun diakui bahwa di antara sifat-sifat itu ada yang tidak dapat diterapkan pada
asuransi jiwa atau asuransi jumlah. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 1992
menyatakan mengenai pengertian asuransi sebagai berikut:8
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang perlu mendapat
perhatian berkenaan dengan syarat produk asuransi jiwa unit link dalam bisnis asuransi jiwa
ditinjau dari peraturan perundang-undangan tentang usaha perasuransian yang berlaku di
Indonesia. Maka, diperlukan adanya penelitian mengenai landasan hukum penyelenggaraan
produk asuransi jiwa unit link di Indonesia dan kesesuaian polis asuransi unit link terhadap
peraturan perundang-undangan dalam bidang usaha perasuransian di Indonesia. Dengan
maraknya produk asuransi baru yang ditawarkan oleh masyarakat, maka diperlukan pula
upaya pemerintah dalam memberikan pengawasan terhadap usaha perasuransian terutama
terhadap penyelenggaraan produk asuransi jiwa unit link. Berdasarkan penjelasan tersebut,
maka pokok permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Apakah pelaksanaan asuransi unit link di Indonesia memiliki landasan hukum dan
polis asuransi unit link sudah sesuai dengan ketentuan hukum mengenai usaha
perasuransian di Indonesia?
2. Bagaimanakah upaya pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap praktek
asuransi unit link di Indonesia?
Tinjauan Teoritis
Penting untuk menyamakan pemahaman akan istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini. Istilah-istilah tersebut antara lain:
8
Indonesia, Undang-Undang Usaha Perasuransian. UU No. 2 Tahun 1992. LN No. 13 Tahun 1992.
TLN No. 3467. Pasal 1 angka 1
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
1. Perjanjian Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan dirinya kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusaka atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita pihak tertanggung, yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan9
2. Penanggung adalah perusahaan asuransi yang beroperasi berdasarkan izin usaha dari
Pemerintah atau dibentuk oleh suatu Peraturan Perundang-undangan.10
3. Tertanggung adalah pribadi kodrati atau pribadi hukum.11
4. Obyek asuransi adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung
jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan
atau berkurang nilainya12
5. Perusahaan Perasuransian adalah Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi
Jiwa, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang
Reasuransi, Agen Asuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi dan Perusahaan
Konsultan Aktuaria13
Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode,
sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa
gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya, serta dilakukan pemeriksaan yang
mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan
atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan14.
Metode yang digunakan dalam penelitian dan pembahasan pokok permasalahan daam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode yuridis normatif. Bentuk penelitian yang
9
Indonesia, Undang-Undang Usaha Perasuransian. UU No. 2 Tahun 1992. LN No. 13 Tahun 1992.
TLN No. 3467. Pasal 1 angka 1
10
Kornelius Simanjuntak, Myra R. B. Setiawan, dan Brian Amy Prastyo, Hukum Asuransi, (Depok:
Djokosoetono Research Center, 2011), hal. 13.
11
Ibid., hal. 15
12
Indonesia, Undang-Undang Usaha Perasuransian. UU No. 2 Tahun 1992. LN No. 13 Tahun 1992.
TLN No. 3467. Pasal 1 angka 2
13
Indonesia, Undang-Undang Usaha Perasuransian. UU No. 2 Tahun 1992. LN No. 13 Tahun 1992.
TLN No. 3467. Pasal 1 angka 4
14
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, cet.14, (Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada, 2012), hal. 43.
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yang mana bertujuan untuk
memperluas pengetahuan peneliti mengenai teori-teori dasar yang berhubungan dengan
penelitian.15 Dengan metode ini diharapkan dapat mengungkapkan terutama mengenai
permasalahan-permasalahan secara deskriptif analitis tentang permasalahan-permasalahan
hukum yang terdapat dalam polis asuransi produk unit link terkait landasan hukum
pelaksanaan produk unit link di Indonesia dan kesesuaian polis asuransi unit link dengan
ketentuan hukum dalam bidang usaha perasuransian.
Tipologi Penelitian, penelitian yang dilakukan adalah mengenai tinjauan yuridis
pelaksanaan produk asuransi jiwa unit link di Indonesia, peneliti ingin menjelaskan dasar
hukum pelaksanaan produk unit link di Indonesia dan kesesuaian polis asuransi unit link
dengan ketentuan hukum dalam bidang usaha perasuransian. Oleh karena itu, tipe penelitian
yang digunakan pada permasalahan ini adalah deskriptif-analitis. 16
Untuk melengkapi hal tersebut, analisis terhadap pokok-pokok permasalahan dalam
skripsi ini penulis menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dengan mengadakan studi
kepustakaan. Penulis juga menggunakan data yang diperoleh langsung dari lapangan, yaitu
melakukan wawancara narasumber. Kemudian untuk macam bahan hukum yang
dipergunakan untuk menunjang penulisan penelitian ini adalah menggunakan bahan hukum
primer yaitu berupa peraturan perundang-undangan. Selain itu juga digunakan bahan hukum
sekunder untuk melengkapi bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder adalah bahanbahan yang memberikan informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan isi sumber primer serta
implementasinya, yaitu berupa literatur dan karya tulis ilmiah. Untuk melengkapi bahan
hukum sekunder juga digunakan bahan hukum tersier. Bahan hukum tersier adalah bahanbahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap sumber primer dan sumber
tersier. Bahan hukum tersier yang dipergunakan untuk penunjang penulisan penelitian ini
adalah berupa kamus, artikel-artikel hukum yang diperoleh dari majalah, jurnal hukum, dan
surat kabar harian ataupun yang diperoleh dari internet. 17.
Pada penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data yang berbentuk studi
kepustakaan18, terhadap bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan pelaksanaan usaha
perasuransian, lebih khususnya mengenai pelaksanaan asuransi jiwa unit link di Indonesia. Di
15
Ibid., hal.14.
Ibid., hal.10.
17
Ibid., hal.13
18
Ibid., hal.21
16
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif, yakni
usaha-usaha untuk memahami makna di balik tindakan atau kenyataan atau temuan-temuan
yang ada mengenai permasalahan pelaksanaan produk unit link di Indonesia terkait landasan
hukum dan kesesuaian polis asuransi jiwa unit link serta upaya pemerintah dalam melakukan
pengawasan terhadap produk asuransi unit link.
Bentuk hasil penelitian laporan yang nanti akan dihasilkan berdasarkan penelitian
tentang landasan hukum produk asuransi unit link di Indonesia dan kesesuaian hukum polis
asuransi unit link terhadap ketentuan hukum dalam bidang usaha perasuransia serta upaya
pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap praktek asuransi unit link, sesuai dengan
tipologi penelitiannya adalah laporan berbentuk deskriptif-analitis. Bahan penelitian yang
sudah terkumpul kemudian dianalisis sesuai dengan teori-teori yang peneliti peroleh dari
bahan penelitian serta peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penelitian.
Pembahasan
Setiap jenis usaha perasuransian harus menganut asas indemnitas yang tercermin
dalam Pasal 246 KUHD. Pasal tersebut menyatakan bahwa perjanjian asuransi bertujuan
untuk memberikan ganti kerugian kepada Tertanggung atas sejumlah kerugian yang diderita,
yang disebabkan oleh terjadinya risiko yang dijamin sebagaimana diatur dalam polis. Intinya,
besar ganti kerugian harus sama dengan besarnya kerugian yang diderita oleh Tertanggung,
tidak lebih kecil. Tetapi, hal ini berbeda dalam asuransi jiwa, dimana sebagaimana kita
ketahui bahwa di dalam asuransi jiwa tidak dapat dikatakan bahwa kematian seseorang itu
dapat diganti rugi sejumlah uang, sehingga ganti rugi itu sama jumlahnya atau nilainya
dengan kerugian yang diderita karena matinya seseorang. Dalam asuransi jiwa Tertanggung
setelah memperoleh “ganti rugi” mungkin atau dapat saja menjadi berada dalam kedudukan
finansial yang lebih baik dari kedudukan sebelumnya. Oleh karena itulah, dapat dikatakan
bahwa asuransi jiwa atau asuransi jumlah terutama yang diadakan seseorang atas jiwanya
sendiri dapat merupakan tabungan sekiranya pada akhir periode asuransi tersebut dia belum
meninggal dunia.
Asas-asas asuransi yang dimuat dalam KUHD harus diaplikasikan ke dalam peraturan
perundang-undangan sebagai bentuk perwujudan penegakan hukum yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Berbeda dengan KUHD yang lebih memfokuskan pada aspek-aspek
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
perjanjian asuransi, Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian lebih
fokus terhadap pembahasan mengenai pembinaan dan pengawasan usaha perasuransian.
Jika menganalisis bunyi Pasal 1 ayat (1) UU No. 2 Tahun 1992, maka pasal tersebut memiliki
unsur-unsur yang sama dengan bunyi Pasal 246 KUHD, yaitu:
a. Adanya unsur penggantian atas kerugian, kerusakan ataupun kehilangan tersebut
diakibatkan oleh peristiwa ataupun kejadian yang belum pasti yang mana penggantian
kerugian tersebut merupakan tanggung jawab dari pihak Penanggung.
b. Adanya kewajiban dari pihak Tertanggung untuk membayar premi kepada pihak
Penanggung.
Dari kedua unsur tersebut, penggantian kerugian merupakan unsur yang paling
esensial dan mutlak harus ada dalam setiap perjanjian asuransi. Unsur ini pulalah yang
membuat bisnis asuransi dapat berkembang dengan pesat. Dengan adanya unsur penggantian
kerugian ini, konsumen merasa telah memperoleh kepastian dan ketenangan apabila telah
membeli produk asuransi. Dalam bidang asuransi jiwa, istilah penggantian kerugian
umumnya lebih dikenal dengan istilah uang pertanggungan. Dimana uang pertanggungan
tersebut akan dibayarkan oleh pihak perusahaan asuransi selaku Penanggung kepada
Tertanggung atau ahli warisnya apabila risiko yang telah diperjanjikan didalam perjanjian
asuransi ternyata terjadi.
Berdasarkan polis asuransi jiwa unit link milik AXA Mandiri Financial Services,
maka dari segi penggantian kerugian telah terpenuhi seperti yang disyaratkan oleh pasal 246
KUHD maupun pasal 1 ayat (1) UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, yang
tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) butir 26 yaitu pada bagian interpretasi, istilah umum, dan
definisi yang memuat bahwa uang pertanggungan adalah sejumlah nilai uang yang tercantum
pada data polis. Sejumlah uang tersebut adalah hak Pemegang Polis atau penerima manfaat
sesuai dengan yang diperjanjikan.
Dari segi kewajiban Tertanggung membayar premi, dalam polis asuransi jiwa unit link
terdapat pasal mengenai premi dalam pasal 5. Salah satunya adalah pasal 5 ayat (1) yang
menyatakan bahwa premi harus dibayarkan oleh Pemegang Polis kepada Penanggung
sebelum atau pada tanggal jatuh tempo pembayaran premi, dengan cara yang telah ditentukan
oeh Penanggung. Pembayaran premi dianggap diterima apabila telah berhasil diuangkan
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
dalam rekening Penanggung. Berdasarkan bunyi pasal tersebut maka Tertanggung/Pemegang
Polis memiliki kewajiban untuk membayar premi sesuai jumlah yang telah ditentukan.
Sedangkan dari segi pertanggungan risiko, walaupun dinyatakan dalam polis bahwa
terkait risiko investasi ditanggung sendiri oleh Tertanggung/Pemegang Polis, hal ini tidak
menghilangkan kewajiban Penanggung untuk bertanggung jawab atas risiko proteksi bagi
Tertanggung karena di dalam polis masih mencantumkan pasal-pasal mengenai kewajiban
Penanggung kepada Tertanggung, hal ini tercermin dalam Pasal 8 yang mencantumkan
mengenai pembayaran maslahat, pemberitahuan klaim, dan dokumentasi klaim sebagai salah
satu tanggung jawab Penanggung.
Sedangkan dalam Pasal 1 Keputusan Ketua BAPEPAM-LK No. KEP-104/BL/2006
Tahun 2006 dijelaskan mengenai pengertian produk unit link, yaitu:
Produk unit link adalah produk asuransi jiwa yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Nilai manfaat yang dijanjikan ditentukan oleh kinerja subdana investasi yang
dibentuk untuk unit link tersebut;
b. Nilai manfaat yang diperoleh dari subdana investasi dinyatakan dalam unit; dan
c. Mengandung pertanggungan risiko kematian alami.
Berdasarkan hal tersebut, dari segi manfaat asuransi, maka unit link tidak berbeda dengan
proteksi yang diberikan jenis asuransi jiwa konvensional, yakni manfaat meninggal dunia dan
manfaat santunan kesehatan. Yang membedakan adalah bahwa dalam konteks produk
asuransi hibrida, unit link memberikan manfaat hasil investasi premi yang ditempatkan pada
dana investasi yang dinyatakan dalam unit, kinerja imbal hasilnya tergantung kepada kinerja
subdana investasi yang unit link yang dipilih nasabah sesuai dengan kondisi pasar modal.
Hal yang membedakan asuransi jiwa unit link dengan asuransi jiwa konvensional
adalah bahwa karena produk asuransi unit link bersifat hibrida (terdapat unsur investasi),
maka risiko investasi ditanggung oleh Tertanggung. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 3 ayat 4
Ketentuan Tambahan Polis Asuransi Jiwa dan Investasi “Mandiri Rencana Sejahtera dan
Mandiri Investasi Sejahtera” milik AXA Mandiri Financial Services, sebagai berikut:
Pemegang polis bertanggung jawab atas perubahan dalam nilai aset Dana Investasi dan Unit
yang berhubungan dengan risiko berikut ini yang dimengerti dan diterima oleh Pemegang
Polis:
1. Risiko Likuiditas;
2. Risiko Ekonomi dan Perubahan Politik;
3. Risiko kinerja Manajer Investasi.
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
Sebelumnya perlu diketahui bahwa dana investasi asuransi jiwa unit link berada pada
pasar modal. Pada investasi reksa dana, semua dana yang disetorkan investor akan
dialokasikan ke dalam portfolio investasi sesuai dengan jenis investasi reksa dana. Reksa dana
dikelola oleh Manajer Investasi yang melakukan Kontrak Investasi Kolektif (KIK) dengan
bank kustodian. Maka, terhadap pengelolaannya harus berdasarkan Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-552/BL/2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.
Hal yang patut dipertanyakan dalam keterangan yang dicantumkan dalam polis
asuransi jiwa unit link milik AXA Mandiri Financial Services adalah mengenai risiko kinerja
manajer investasi. Dalam polis tidak terdapat rincian lebih lanjut perihal jika terjadi suatu
kerugian yang disebabkan oleh perilaku kinerja Manajer Investasi dan bagaimana
pertanggungjawabannya. Hal ini dapat meresahkan Tertanggung/Pemegang Polis karena tidak
dapat meminta pertanggungjawaban Manajer Investasi secara jelas mengenai pengelolaan
terhadap dana investasi milik Tertanggung. Pernyataan dalam polis diatas tampak tidak sesuai
dengan bunyi pasal-pasal berikut ini:
1. Pasal 27 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(1) Manajer Investasi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas sebaik mungkin semata-mata untuk kepentingan Reksa Dana.
(2) Dalam hal Manajer Investasi tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Manajer Investasi tersebut wajib bertanggung jawab
atas segala kerugian yang timbul karena tindakannya.
2. Pasal 7 KEP-552/BL/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif yang menyatakan bahwa:
Manajer Investasi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan
tugas sebaik mungkin semata-mata untuk kepentingan Reksa Dana. Dalam hal
Manajer Investasi tidak melaksanakan kewajibannya, Manajer Investasi tersebut
wajib bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul karena tindakannya.
Berdasarkan pasal tersebut, seharusnya risiko investasi yang timbul karena disebabkan
oleh kinerja Manajer Investasi bukan merupakan tanggung jawab Tertanggung/Pemegang
Polis. Selanjutnya dinyatakan bahwa dengan adanya pencantuman dalam polis mengenai
pengenyampingan risiko kinerja Manajer Investasi menyebabkan Manajer Investasi bebas
dari segala tanggung jawabnya terhadap perilakunya dalam mengelola dana investasi unit
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
link. Terkait pelanggaran tersebut, diperlukan adanya sanksi yang dapat dikenakan kepada
Manajer Investasi terkait. Jika memang terbukti kerugian atas risiko investasi terjadi karena
tindakan Manajer Investasi, maka sebagai upaya penegakan hukum, terhadapnya berlaku
sanksi administratif yang terdapat dalam pasal-pasal sebagai berikut:
1. Pasal 102 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(1) Bapepam mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran Undang undang ini
dan atau peraturan pelaksanaannya yang dilakukan oleh setiap Pihak yang
memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a) peringatan tertulis;
b) denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c) pembatasan kegiatan usaha;
d) pembekuan kegiatan usaha;
e) pencabutan izin usaha;
f) pembatalan persetujuan; dan
g) pembatalan pendaftaran.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
2. Pasal 29 Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan
di Bidang Pasar Modal yang berbunyi:
Dalam hal Manajer Investasi untuk Reksa Dana berbentuk kontrak investasi kolektif
melakukan pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, peraturan pelaksanaannya, dan atau kontrak investasi kolektif,
Bapepam berwenang membekukan kegiatan usaha Reksa Dana, mengamankan
kekayaan, dan menunjuk Manajer Investasi lain untuk mengelola kekayaan Reksa
Dana, atau membubarkan Reksa Dana dimaksud.
Pemerintah memiliki peranan yang penting dalam melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan usaha perasuransian di Indonesia, hal ini sesuai dengan Pasal 10 UndangUndang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang menyebutkan bahwa pembinaan
dan pengawasan terhadap usaha perasuransian dilakukan oleh Menteri. Maka, Pemerintah
dalam hal ini Menteri Keuangan, bertugas untuk mengawasi prduk dan pemasaran unit link di
Indonesia, hal ini dipertegas melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 168/PMK.010/2010
dalam Pasal 2 yang menyatakan bahwa:
Pemeriksaan terhadap Perusahaan Perasuransian merupakan kewenangan dan dilakukan
oleh ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
Untuk pemeriksaan diatas dilakukan secara berkala hal ini dipertegas melalu Pasal 5 ayat (1)
yang menyatakan bahwa:
Pemeriksaan terhadap Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa, dan
Perusahaan Reasuransi dilakukan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
Walaupun faktanya pada saat ini tanggung jawab pengawasan terhadap lembaga keuangan
non-bank telah terdapat peralihan dari Bapepam-LK ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
seluruh peraturan yang dikeluarkan Bapepam-LK masih berlaku secara efektif sampai
sekarang, sampai adanya perubahan peraturan oleh OJK. Pemerintah lalu mewujudkan
ketentuan Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No. 168/PMK.010/2010 lewat dikeluarkannya
Peraturan Menteri Keuangan No. 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Hal ini juga sesuai dengan Pasal 11 PP No. 73 Tahun
1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian yang menyatakan bahwa Menteri (dalam
hal ini Menteri Keuangan) memiliki wewenang untuk mengatur mengenai besarnya tingkat
solvabilitas dan kekayaan Perusahaan Perasuransian terkait kesehatan keuangan Perusahaan
Perasuransian. PMK No. 53/PMK.010/2012 tersebut mengatur secara spesifik mengenai
adanya Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi dalam Bab IV, Pasal 29, yang
berbunyi sebagai berikut:
(1) Perusahaan Asuransi Jiwa yang memasarkan Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan
Investasi wajib memisahkan pencatatan dana investasi dan Liabilitas yang bersumber
dari Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi dengan aset dan Liabilitas yang
bersumber dari produk asuransi jiwa lainnya.
(2) Aset yang bersumber dari Produk Asuransi yang Dikaitkan Dengan Investasi tidak
diperhitungkan sebagai Aset Yang Diperkenankan.
Pasal tersebut merupakan upaya pemerintah dalam melakukan tindakan pengawasan terhadap
penyelenggaraan produk asuransi jiwa unit link. Ketentuan diatas merinci tentang bentuk dan
susunan laporan pencatatan dana investasi dan liabilitas yang bersumber dari produk asuransi
jiwa unit link dengan aset dan liabilitas yang bersumber dari produk asuransi jiwa lainnya.
Selanjutnya, diperlukan adanya laporan kegiatan Manajer Investasi terhadap
Bapepam. Terkait fungsi Manajer Investasi yang mengelola dana nasabah secara kolektif dan
individual, Bapepam mengeluarkan Keputusan Ketua Bapepam-LK No. KEP-283/BL/2012
tentang Laporan Kegiatan Bulanan Manajer Investasi sebagai bentuk pengawasan atas
kegiatan Manajer Investasi. Peraturan tersebut mewajibkan setiap Manajer Investasi yang
telah memperoleh izin Bapepam-LK untuk memberikan laporan kegiatan bulanan kepada
Bapepam-LK. Hal ini merupakan upaya pengawasan dari Bapepam untuk menjamin
pengelolaan dana nasabah yang bersifat kolektif dan bersifat individual sehingga diperlukan
laporan kegiatan bulanan untuk meningkatkan efektifitas dan kualitas kinerja Manajer
Investasi. Selain itu, hal ini juga untuk meminimalisir terjadinya risiko investasi di masa
depan.
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
Selain pertanggungjawaban dalam bentuk laporan kepada Bapepam, diperlukan juga
adanya bentuk laporan perkembangan dana terhadap Tertanggung/Pemegang Polis sebagai
cerminan atas keterbukaan informasi pada dana investasi yang ditanamkan. Hal ini sesuai
dengan bunyi Pasal 8 Keputusan Ketua Bapepam-LK No. KEP-104/BL/2006 yang
menyatakan bahwa perusahaan asuransi jiwa wajib melaporkan perkembangan dana hak
pemegang polis kepada pemegang polis yang bersangkutan sekurang-kurangnya sekali dalam
satu tahun dengan memuat sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut:
1. nilai dan harga unit subdana per tanggal valuasi untuk periode berjalan dan periode
lalu;
2. nilai dan harga unit subdana yang dibeli dalam periode berjalan;
3. nilai dan harga unit subdana yang dijual dalam periode berjalan;
4. rincian seluruh biaya yang dibebankan kepada pemegang polis antara lain terdiri
dari biaya akuisisi, biaya pengelolaan, biaya mortalita, dan biaya pertanggungan
tambahan;
5. Besar uang pertanggungan kematian pada akhir periode berjalan;
6. Nilai tunai netto pada akhir periode berjalan;
7. Saldo pinjaman polis, bila ada, pada akhir periode berjalan;
8. Hasil investasi bersih untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
terakhir, bila tersedia, untuk setiap subdana; dan
9. Rincian komposisi investasi untuk setiap subdana per tanggal laporan.
Pengawasan Pemerintah yang berbentuk kewajiban pelaporan dapat menjadi upaya
pengawasan yang efektif dalam mengawasi penyelenggaraan produk asuransi jiwa unit link di
Indonesia. Tetapi pada dasarnya, jika diteliti terdapat beberapa kekurangan, terutama
mengenai penundukan hukum terkait unsur investasi dalam unit link terhadap peraturan
dalam bidang pasar modal. Artinya, tidak terdapat peraturan hukum yang menyatakan bahwa
terhadap pengelolaan unit link dalam investasi reksa dana berlaku terhadapnya peraturan
pengelolaaan reksa dana berdasarkan hukum pasar modal. Seharusnya, jika memang
pengelolaan unit link dalam reksa dana sama dengan pengelolaan dalam reksa dana di pasar
modal maka diharapkan adanya ketentuan tertulis sebagai pedoman hukum pengelolaan unit
link dalam reksa dana sehingga unit link bisa memiliki ketentuan yang berkekuatan hukum
tetap dan mendapatkan perlakuan hukum yang sama dengan ketentuan hukum pasar modal
seperti, laporan kegiatan Manajer Investasi, sertifikasi dan izin untuk Manajer Investasi,
sanksi administratif, dan sebagainya.
Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa :
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
1. Dari perspektif legalitas, landasan hukum penyelenggaraan asuransi jiwa unit link di
Indonesia adalah Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan No. KEP-104/BL/2006 tentang Produk Unit Link. Dalam peraturan ini
dimuat mengenai pengertian produk unit link, besarnya uang pertanggungan, nama
dan strategi investasi produk unit link, nilai aset subdana, brosur pemasaran, ketentuan
informasi bagi publik tentang harga unit subdana, polis asuransi unit link, pelaporan
perkembangan dana, dan syarat menjadi agen pemasaran asuransi unit link. Sedangkan
perihal legalitas Perusahaan Asuransi dalam
melakukan kegiatan investasi diatur
dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi yang sebagaimana diubah lewat
Peraturan Menteri Keuangan No. 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang di dalamnya diatur mengenai
pembatasan penempatan dana investasi dalam produk asuransi yang dikaitkan dengan
investasi.
Produk asuransi jiwa unit link merupakan produk asuransi hibrida karena terdapat
unsur investasi sehingga produk asuransi jiwa unit link tidak diatur secara jelas dalam
Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Berdasarkan analisis
polis asuransi jiwa unit link terhadap Pasal 246 KUHD dan Pasal 1 ayat (1) UU No. 2
Tahun 1992, polis asuransi jiwa unit link telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat
dalam pasal tersebut, yaitu
a. unsur penggantian kerugian yang tercermin dalam pasal yang menyatakan
mengenai uang pertanggungan bahwa sejumlah uang tersebut adalah hak
Pemegang Polis atau penerima manfaat sesuai dengan yang diperjanjikan;
b. unsur kewajiban Tertanggung untuk membayar premi yang tercermin dalam
pasal yang menyatakan mengenai kewajiban Tertanggung untuk membayar
premi kepada Penanggung sebelum atau pada tanggal jatuh tempo pembayaran
premi, dengan cara yang telah ditentukan oleh Penanggung.
Berdasarkan segi manfaat asuransi yang terdapat dalam Pasal 1 Keputusan Ketua
BAPEPAM-LK No. KEP-104/BL/2006 Tahun 2006, maka asuransi jiwa unit link
tidak berbeda dengan proteksi yang diberikan jenis asuransi jiwa konvensional, yakni
manfaat meninggal dunia dan manfaat santunan kesehatan. Yang membedakan adalah
bahwa dalam konteks produk asuransi hibrida, unit link memberikan manfaat hasil
investasi premi yang ditempatkan pada dana investasi yang dinyatakan dalam unit,
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
kinerja imbal hasilnya tergantung kepada kinerja subdana investasi yang unit link
yang dipilih nasabah sesuai dengan kondisi pasar modal.
Terkait tanggung jawab Manajer Investasi, berdasarkan Pasal 27 UU No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal dan Pasal 7 Keputusan Ketua Bapepam-LK No. KEP552/BL/2010, seharusnya risiko investasi yang timbul karena disebabkan oleh kinerja
Manajer Investasi bukan merupakan tanggung jawab Tertanggung/Pemegang Polis.
Maka, jika terdapat pelanggaran peraturan perundang-undangan oleh Manajer
Investasi, terhadap Manajer Investasi dapat diberikan sanksi oleh Bapepam sesuai
dengan Pasal 29 Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal.
2. Pemerintah
memiliki
kewajiban
untuk
melakukan
pengawasan
terhadap
penyelenggaraan produk asuransi jiwa unit link, maka Pemerintah mengeluarkan
ketentuan hukum sebagai bentuk pengawasan lewat Peraturan Menteri Keuangan No.
53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi. Dalam Pasal 29 PMK No. 53/PMK.010/2012 diatur mengenai bentuk dan
susunan laporan pencatatan dana investasi dan liabilitas yang bersumber dari produk
asuransi jiwa unit link dengan aset dan liabilitas yang bersumber dari produk asuransi
jiwa lainnya. Selanjutnya, terkait fungsi Manajer Investasi yang mengelola dana
nasabah secara kolektif dan individual, Bapepam mengeluarkan Keputusan Ketua
Bapepam-LK No. KEP-283/BL/2012 tentang Laporan Kegiatan Bulanan Manajer
Investasi sebagai bentuk pengawasan atas kegiatan Manajer Investasi. Selain
pertanggungjawaban dalam bentuk laporan kepada Bapepam, diperlukan juga adanya
bentuk laporan perkembangan dana terhadap Tertanggung/Pemegang Polis sebagai
cerminan atas keterbukaan informasi pada dana investasi yang ditanamkan. Hal ini
sesuai dengan bunyi Pasal 8 Keputusan Ketua Bapepam-LK No. KEP-104/BL/2006
yang menyatakan bahwa perusahaan asuransi jiwa wajib melaporkan perkembangan
dana hak pemegang polis kepada pemegang polis yang bersangkutan sekurangkurangnya sekali dalam satu tahun.
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Undang-undang No. 2 Tahun 1992 mengenai Usaha Perasuransian tidak mengenal
produk asuransi jiwa yang berdimensi investasi yang dipasarkan oleh perusahaan jiwa
seperti produk asuransi unit link sehingga diperlukan adanya pengaturan mengenai
produk asuransi jiwa unit link dalam revisi UU Perasuransian yang sedang dibahas
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini agar dapat menyesuaikan dengan
hierarki peraturan perundang-undangan yang memiliki Undang-undang sebagai
pedoman hukum terbentuknya peraturan yang bersifat sebagai peraturan pelaksanaan
dari Undang-undang, contohnya peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan
terkait produk asuransi jiwa unit link.
2. Dana investasi unit link dijadikan berupa unit penyertaan dalam reksa dana kontrak
investasi kolektif, apabila sistem pengelolaan dana investasi unit link mendapatkan
perilaku pengelolaan yang sama dengan dana investasi pasar modal lainnya,
seharusnya terdapat ketentuan hukum yang secara khusus mengatur mengenai
pedoman pengelolaan dana investasi yang berasal dari unit link dalam kegiatan pasar
modal atau ketentuan hukum yang menyatakan penundukan hukum bahwa terhadap
unit link berlaku ketentuan hukum dalam pasar modal.
3. Perusahaan asuransi harus memberikan informasi yang jelas dalam memasarkan
produk asuransi jiwa unit link terkait dana investasi. Dalam hal risiko investasi,
diperlukan adanya informasi yang jelas mengenai jenis risiko investasi apa saja yang
menjadi tanggung jawab Tertanggung/Pemegang Polis sehingga apabila terdapat
risiko yang terjadi karena kesalahan pihak ketiga, Tertanggung/Pemegang Polis tidak
perlu bertanggung jawab atas hal tersebut. Hal ini agar terpenuhinya hak tertanggung/
pemegang polis sebagai konsumen sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) UU No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen mengenai hak konsumen atas informasi yang
benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.
Kepustakaan
Buku:
Hartono, Sri Rejeki. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Jakarta: Sinar Grafika, 2001.
Prakoso, Djoko. Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta,2004.
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
Sendra, Ketut. Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit link Proteksi sekaligus Investasi.
Jakarta: Penerbit PPM, 2004.
Simanjuntak, Kornelius, Myra R. B. Setiawan, dan Brian Amy Prastyo. Hukum Asuransi.
Depok: Djokosoetono Research Center, 2011.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada,
2012.
Peraturan Perundang-undangan:
Indonesia, Undang-Undang Usaha Perasuransian. UU No. 2 Tahun 1992. LN No. 13 Tahun
1992. TLN No. 3467.
________, Undang-undang Pasar Modal. UU No. 8 Tahun 1995. LN No. 64 Tahun 1995.
TLN No. 3608.
________, Peraturan Pemerintah Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar
Modal. PP No. 45 Tahun 1995. LN No. 86 Tahun 1995. TLN No. 3617.
Kementerian Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, PMK No.
53/PMK.010/2012.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Tentang Produk Unitlink, Kep. Ketua
Bapepam No. KEP-104/BL/2006.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Tentang Laporan Kegiatan Bulanan Manajer
Investasi, Kep. Ketua Bapepam No. KEP-283/BL/2012
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Tentang Pedoman Pengelolaan Reksa Dana
Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, Kep. Ketua Bapepam No. KEP-552/BL/2010.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek Van Koophandel), diterjemahkan oleh R.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, Jakarta: Pradnya Paramita, 2007.
Tinjauan yuridi..., Erika Saraswati, FH, 2014
Download