Majalah kesehatan FKUB volume 1 nomer 2, Juni 2014 102

advertisement
Majalah kesehatan FKUB
volume 1 nomer 2, Juni 2014
Hubungan Pola Konsumsi Makanan Sumber Kalsium dan Magnesium dengan Kadar Kolesterol
Total Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Prima Wijayanti*, Hidayat Sujuti**, Kanthi Permaningtyas Tritisari*
ABSTRAK
Pasien diabetes mellitus (DM) di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 8.43 juta jiwa dan diperkirakan
mencapai 21.257 juta jiwa pada tahun 2030. Pada pasien DM terjadi peningkatan kadar kolesterol akibat
pemecahan energi yang berasal dari protein dan lemak. Beberapa penelitian menunjukkan kalsium dan
magnesium mempunyai kemampuan menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium dengan kadar kolesterol total
pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional dengan purposive
sampling (n = 53). Pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium diperoleh dengan menggunakan
semi quantitative food frequency questionnaire (SQFFQ). Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden
perempuan (62,3 %), usia responden 51-59 tahun (81,1 %), pendidikan perguruan tinggi (35,8 %), kebiasaan
olahraga (69,8 %), tidak memiliki kebiasaan merokok (92,8 %), tidak minum alkohol (100 %), pernah melakukan
konsultasi gizi (71,7 %), kolesterol normal (62,3 %). Hasil uji korelasi Pearson’s product moment didapatkan tidak
ada korelasi yang bermakna antara pola konsumsi makanan sumber kalsium dengan kadar kolesterol total (p =
0,705). Tidak ada korelasi yang bermakna antara pola konsumsi makanan sumber magnesium dengan kadar
kolesterol total (p = 0,233). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara pola konsumsi
makanan sumber kalsium dan magnesium dengan kadar kolesterol total pasien diabetes mellitus tipe 2.
Kata Kunci : Diabetes mellitus tipe 2, Kadar kolesterol total, Kalsium, Magnesium.
Correlation of Consuming Food Rich in Calcium and Magnesium with Total Cholesterol Levels
in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus at Internal Medicine Polyclinic,
Dr. Saiful Anwar Public Hospital
ABSTRACT
The number of patients with diabetes mellitus (DM) in Indonesia in 2000 is got to 8.43 million people and it is
estimated at 21.257 million in 2030. Increased cholesterol levels in patients with diabetes occurs due to energy
splitting up from protein and fat. Several studies have shown that calcium and magnesium have the ability to
decrease cholesterol levels in the blood. This study aimed to determine the correlation of consuming food rich in
calcium and magnesium with total cholesterol levels in patients with type 2 diabetes mellitus. The method of the
study use was cross sectional design with purposive sampling (n = 53). The results showed the characteristics of
female respondents (62.3 %), respondents age 51-59 years (81.1 %), higher education (35.8 %), exercise habits
(69.8 %), no smoking habit (92.8 %), no alcohol drinking (100 %), nutritional counseling experience (71.7 %), and
abnormal cholesterol (62.3 %). Pearson's product moment correlation test results was no significant correlation
between the consumption patterns of food rich in calcium with total cholesterol (p = 0.705). There is no significant
correlation between consuming food rich in magnesium with total cholesterol (p = 0.233). The conclusion of this
study is no relationship between consuming food rich in calcium and magnesium with total cholesterol levels in
patients with type 2 diabetes mellitus.
Keywords: Calcium, Diabetes mellitus type 2, Magnesium, Total cholesterol levels.
* Program Studi Ilmu Gizi, FKUB
** Lab Biokimia-Biomolekuler, FKUB
102
Majalah kesehatan FKUB
volume 1 nomer 2, Juni 2014
PENDAHULUAN
dipecah dari zat gizi lain seperti protein dan
lemak, akibatnya kolesterol yang terbentuk dari
pemecahan protein dan lemak akan tertimbun
di pembuluh darah yang dapat menyebabkan
atherosklerosis.
Prevalensi hiperkolesterolemia pada DM
tipe 2 adalah 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan
pada non-diabetes.7 Pada penelitian di RSSA
Malang pada tahun 2009 diperoleh hasil
bahwa jumlah pasien DM rawat jalan
menduduki urutan ke dua setelah hipertensi
sebesar 13.800 kasus.8 Sementara jumlah
pasien rawat inap diabetes melitus menduduki
urutan ke lima sebesar 989 kasus. Sepertiga
dari penderita DM di rumah sakit ini juga
terdiagnosa jantung koroner akibat komplikasi
DM yaitu masing-masing 4.651 kasus untuk
rawat jalan dan 330 kasus untuk pasien rawat
inap.
Sebuah studi penelitian yang dilakukan
oleh Denke (2009) menyimpulkan bahwa
makanan-makanan yang tinggi kalsium dapat
menurunkan total kolesterol dan LDL (serta
membantu meningkatkan HDL.9 Studi ini
diujikan langsung kepada 13 orang pria yang
memiliki masalah kolesterol dan tiap hari
mereka diberi asupan makanan tinggi kalsium
yang mengandung 800-1200 mg kalsium per
hari. Hasilnya dalam 10 hari menunjukkan
rata-rata subyek mengalami penurunan total
kolesterol sebanyak 13 mg/dl, penurunan LDL
sebanyak 18 mg/dl dan peningkatan HDL
sebanyak 2 mg/dl.10
Selain kalsium, mineral lain yang berfungsi
untuk menurunkan kadar kolesterol adalah
magnesium. Magnesium adalah mineral yang
sangat penting untuk kebanyakan proses
biologi yang terjadi di dalam tubuh. Magnesium
juga membantu tubuh mengoptimalkan
penyerapan kalsium. Suatu studi tentang
program jantung di Honolulu melaporkan
bahwa intake tinggi magnesium bisa
meningkatkan metabolisme kolesterol dan
mencegah aritmia jantung. Pada studi tersebut
dikatakan juga bahwa penduduk yang tinggal
di daerah yang kandungan magnesium dalam
airnya rendah memiliki risiko aritmia jantung
karena tingginya kolesterol darah.11
Belum ada penelitian sebelumnya
mengenai hubungan asupan kalsium dan
magnesium dengan kadar kolesterol pada
penderita DM. Berdasarkan latar belakang
Kematian karena penyakit tidak menular
(PTM) tampak mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun jika dibandingkan dengan
penyakit menular (PM) yang semakin menurun
jumlahnya. Hal ini ditunjukkan dari hasil survei
kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995,
dimana distribusi kematian akibat PM sebesar
44,2 % dan PTM sebesar 41,7%. Pada SKRT
2001, kematian akibat PM mengalami
penurunan menjadi 31,2 % sementara
kematian oleh PTM meningkat menjadi 49,9 %.
Menurut hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas) pada tahun 2007 distribusi
kematian karena PM menurun menjadi 28,1 %
sebaliknya kematian akibat PTM semakin
meningkat menjadi 59,5 %.1
Salah satu penyakit tidak menular yang
prevalensinya tinggi di Indonesia adalah
penyakit DM.2 Diperkirakan sekitar 171 juta
penduduk di seluruh dunia menderita DM pada
tahun 2000 dan akan menjadi dua kali lipat
pada tahun 2030. Di Indonesia, jumlah pasien
DM tahun 2000 mencapai 8.43 juta jiwa dan
diperkirakan mencapai 21.257 juta jiwa pada
tahun 2030.3 Saat ini prevalensi DM di
Indonesia menduduki urutan ke empat di dunia
setelah India, Cina dan Amerika Serikat.4
Provinsi Jawa Timur merupakan salah
satu dari 13 provinsi yang mempunyai
prevalensi DM di atas prevalensi nasional,
yaitu dilihat dari toleransi glukosa terganggu
(TGT) sebesar 11,6 % dan prevalensi DM
sebesar 6,8 %.1 Hasil survey di RS Saiful
Anwar Malang diketahui bahwa penyakit DM
tipe 2 termasuk dalam 10 penyakit terbesar
dan masih menjadi perhatian untuk diteliti di
Malang.5
Orang yang menderita DM mengalami
kelainan metabolisme tubuh, salah satunya
adalah gangguan metabolisme lipid, meliputi
peningkatan trigliserida plasma karena
peningkatan very low density lipoprotein
(VLDL) dan lipoprotein remnant, peningkatan
kadar low density lipoprotein (LDL) dan
penurunan high density lipoprotein (HDL).6
Peningkatan kadar kolesterol terjadi karena
pada pasien DM terjadi peningkatan gula
darah yang menyebabkan produksi insulin
yang dihasilkan tidak memadai untuk proses
produksi energi. Oleh karena itu, energi
103
Majalah kesehatan FKUB
volume 1 nomer 2, Juni 2014
tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan pola konsumsi
makanan sumber kalsium dan magnesium
dengan kadar kolesterol total pasien DM tipe 2
di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Dr. Saiful
Anwar Malang.
diambil dengan form SQ-FFQ. Asupan energi
dan zat gizi diambil dengan form 24 hour
recall. Data kolesterol total diambil melalui data
rekam medis pasien. Asupan energi dan zat
gizi, pola konsumsi makanan sumber kalsium
dan magnesium dianalisis dengan nutrisurvey.
Data karakteristik responden ditabulasikan dan
dianalisis secara deskriptif. Hubungan antara
pola konsumsi kalsium dan magnesium
terhadap kadar kolesterol total pasien diuji
statistik dengan uji korelasi Pearson product
moment.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
deskriptif analitik dengan desain penelitiannya
cross sectional study. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien diabetes
mellitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di
RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Teknik
pengambilan sampel secara purposive
sampling diperoleh sampel sebanyak 53
responden. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik
Penyakit Dalam RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
Data karakteristik responden yang diambil
adalah umur, jenis kelamin, pendidikan,
kebiasaan merokok, riwayat alkohol, olahraga,
dan riwayat konsultasi gizi. Pola konsumsi
makanan sumber kalsium dan magnesium
HASIL
Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diambil
dalam penelitian ini antara lain jenis kelamin,
umur responden, pendidikan, kebiasaan
merokok, kebiasaan alkohol, riwayat konsultasi
gizi, dan kebiasaan olahraga. Distribusi
karakteristik responden disajikan dalam Tabel
1.
Tabel 1. Karakteristik responden
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur responden
45-59 tahun
50-54 tahun
55-59 tahun
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi (PT)
Riwayat konsultasi gizi
Pernah
Tidak pernah
Kebiasaan olahraga
Ya
Tidak
Responden pada penelitian ini adalah
pasien DM tipe 2 laki-laki dan perempuan yang
melakukan pemeriksaan di Poliklinik Penyakit
Dalam RSU Dr.Saiful Anwar Malang.
Berdasarkan Tabel 1 dari 53 responden yang
diambil diperoleh hasil responden yang
terbanyak adalah responden perempuan yaitu
N
20
33
N
8
14
31
N
10
8
16
19
N
38
15
N
37
16
%
37,7
62,3
%
15,1
26,4
58,5
%
18,9
15,1
30,2
35,8
%
71,7
28,3
%
69,8
30,2
sebanyak 33 orang (62,3 %) dengan usia responden terbanyak 55-59 tahun yaitu
sebanyak 31 orang (58,5 %). Hasil responden
terbanyak memiliki pendidikan perguruan tinggi
sebanyak 19 orang (35,8 %) serta memiliki
kebiasaan olahraga sebanyak 37 orang (69,8
%). Berdasarkan data yang diambil diperoleh
104
Majalah kesehatan FKUB
volume 1 nomer 2, Juni 2014
hasil sebanyak 38 orang (71,7 %) pernah
melakukan konsultasi gizi di poli gizi.
Asupan Energi dan Zat Gizi
Data asupan energi, lemak dan
karbohidrat diperoleh melalui single 24 hour
recall. Distribusi asupan energi dan zat gizi
disajikan
dalam
Tabel
2.
Tabel 2. Asupan energi dan zat gizi
Energi
Lebih
Baik
Defisit Ringan
Defisit Sedang
Defisit Berat
Lemak
Lebih
Baik
Defisit Ringan
Defisit Sedang
Laki-laki
n
%
0
0
3
5,7
4
7,5
3
5,7
10
18,9
n
%
7
13,2
6
11,3
0
0
3
5,7
Perempuan
n
%
2
3,8
6
11,3
5
9,4
5
9,4
15
28,3
n
%
13
24,5
10
18,9
1
1,9
1
1,9
Defisit Berat
Karbohidrat
Lebih
Baik
Defisit Ringan
Defisit Sedang
Defisit Berat
4
n
0
1
4
0
15
7
n
2
1
5
1
23
7,5
%
0
1,9
7,5
0
28,3
Pada Tabel 2 disajikan data dari hasil 24 hour
recall asupan energi dan zat gizi dan diketahui
asupan energi responden baik laki-laki maupun
perempuan paling banyak dalam kategori
defisit berat yaitu masing-masing 18,9 % dan
28,3 %. Asupan lemak responden laki-laki dan
perempuan dalam kategori lebih masingmasing sebesar 13,2 % dan 24,5 %. Sementara asupan karbohidrat responden baik laki-laki
maupun perempuan paling banyak dalam
kategori defisit berat masing-masing sebesar
28,3 % dan 43,4 %.
Pada Tabel 3 diperoleh data pola
konsumsi makanan sumber kalsium responden
paling banyak dalam kategori kurang yaitu
sebanyak 37 responden (69,8 %) sedangkan
pola konsumsi makanan sumber magnesium
paling banyak responden dalam kategori cukup
sebanyak 48 responden (90,6 %). Hasil
analisis menggunakan uji korelasi Pearson’s
product moment pada variabel asupan kalsium
dan magnesium maka diperoleh nilai p = 0,000
(p < 0,05) dan r = 0,654, menunjukkan terdapat
korelasi yang bermakna antara pola konsumsi
makanan sumber kalsium dan magnesium
dengan korelasinya bersifat positif dan kuat.
Pola Konsumsi Makanan Sumber Kalsium
dan Magnesium
Tabel 3. Pola konsumsi makanan sumber
kalsium dan magnesium
Zat Gizi Mikro
Kalsium
Magnesium
13,2
%
3,8
1,9
9,4
1,9
43,4
Kategori Pola Konsumsi Makanan
Sumber Zat gizi
Kurang
Cukup
n
%
n
%
37
69,8
16
30,2
5
9,4
48
90,6
105
Kadar Kolesterol Total
Pada penelitian ini data kolesterol total
diperoleh dari data laboratorium yang terdapat
dalam rekam medis pasien. Distribusi kadar
kolesterol total disajikan dalam Tabel 4.
Majalah kesehatan FKUB
volume 1 nomer 2, Juni 2014
kolesterol tinggi banyak diderita oleh pasien
perempuan.12 Pada perempuan sebelum
menopause mempunyai kadar kolesterol lebih
rendah daripada pria dengan usia yang sama.
Namun setelah menopause kadar kolesterol
terutama LDL pada wanita cenderung
meningkat.13
Usia responden dalam penelitian ini
terbanyak adalah 55-59 tahun yaitu sebanyak
31 orang (58,5 %). Pada umur ≥ 40 tahun
seseorang berisiko 2,24 kali mengalami kadar
kolesterol total yang tinggi dibanding umur <
40 tahun.14 Pada usia yang semakin tua kadar
kolesterol total relatif lebih tinggi. Hal ini diperkirakan pada usia yang semakin tua maka
aktivitas reseptor LDL akan menurun. Sel
reseptor ini berfungsi sebagai hemostasis
pengatur peredaran kolesterol dalam darah
dan banyak terdapat dalam hati, kelenjar
gonad, dan kelenjar adrenal. Apabila sel
reseptor ini terganggu maka kolesterol akan
meningkat dalam sirkulasi darah.15
Dalam penelitian ini responden yang
paling banyak tidak menempuh perguruan
tinggi (PT) adalah sebesar 64,2% yaitu
memiliki pendidikan SD-SMA. Seseorang yang
mempunyai pendidikan tinggi biasanya
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dan
lebih mudah menerima informasi termasuk
informasi tentang penyakit DM. Dengan
adanya pengetahuan tersebut orang akan
memiliki
kesadaran
dalam
menjaga
kesehatannya.16
Selanjutnya,
pasien
yang
sudah
melakukan konseling gizi sebanyak 38 orang
(71,7 %). Konseling gizi diperlukan agar terjadi
perubahan perilaku menjadi gaya hidup sehat.
Konseling gizi berdampak besar dalam
tatalaksana hiperkolesterolemia. Konseling gizi
memberikan perubahan gaya hidup pada
pasien
hiperkolesterolemia,
khususnya
17
perubahan asupan zat gizi.
Tingkat
kepatuhan pasien DM dalam mengatur
perencanaan makanan, pengobatan, dan
latihan jasmani bergantung pada bagaimana
pasien memahami, menyadari, dan dapat
mengendalikan kondisi penyakitnya.18
Dalam penelitian ini sebanyak 37
responden (69,8 %) sudah melaksanakan
olahraga secara teratur. Latihan jasmani juga
dapat meningkatkan aktivitas enzim lipolisis
dan meningkatkan kadar HDL serta
Tabel 4. Kadar kolesterol total
Kadar Kolesterol Total*
Normal (<200 mg/dl)
Sedang (200-239 mg/dl)
Buruk (>240 mg/dl)
n
33
9
11
%
62,3
17
20,8
 NCEP ATP III
Pada Tabel 4 diperoleh data sebagian besar
kadar kolesterol total pasien dalam kategori
normal sebanyak 33 orang (62,3 %).
Hubungan Kadar Kolesterol Total dengan
Pola Konsumsi Makanan Sumber Kalsium
dan Asupan Magnesium
Sebelum dilakukan analisis bivariat,
dilakukan uji kenormalan data menggunakan
Kolmogorov-Smirnov, dan didapatkan hasil
semua variabel berdistribusi normal (p > 0,05)
yaitu pola konsumsi makanan sumber kalsium
dan magnesium serta kadar kolesterol total.
Selanjutnya untuk mengetahui hubungan
variabel dilakukan uji korelasi Pearson’s
product moment.
Hasil analisis menggunakan uji korelasi
Pearson’s product moment pada variabel pola
konsumsi makanan sumber kalsium dan kadar
kolesterol total maka didapatkan nilai p = 0,705
(p > 0,05) dan r = -0.053, menunjukkan tidak
terdapat korelasi yang bermakna antara pola
konsumsi makanan sumber kalsium dengan
kadar kolesterol total dimana korelasinya
bersifat negatif dengan kekuatan korelasi
sangat lemah.
Pada variabel pola konsumsi makanan
sumber magnesium dan kadar kolesterol total
maka didapatkan nilai p = 0,233 (p >0,05) dan
r = -1,67 menunjukkan tidak terdapat korelasi
yang bermakna antara pola konsumsi
makanan sumber magnesium dengan kadar
kolesterol total dan korelasinya bersifat negatif
serta sangat kuat.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Responden yang paling banyak menderita
kolesterol adalah berjenis kelamin perempuan
sebanyak 33 orang (62,3 %), dengan 22
diantaranya memiliki kolesterol yang tinggi (>
200 mg/dl). Penelitian pada penderita DM tipe
2 di RS Roemani Semarang menyatakan
bahwa proporsi pasien DM yang juga memiliki
106
Majalah kesehatan FKUB
volume 1 nomer 2, Juni 2014
menurunkan kadar trigliserida.19 Penderita
diabetes diperbolehkan melakukan latihan
jasmani jika glukosa darah kurang dari 250
mg/dl. Jika kadar glukosa > 250 mg/dl, pada
waktu latihan jasmani akan terjadi pemecahan
(pembakaran) lemak akibat pemakaian
glukosa oleh otot terganggu, hal ini
membahayakan
tubuh
dan
dapat
menyebabkan terjadinya koma-ketoasidosis.20
Hubungan Kalsium dan Magnesium
Dari data yang diperoleh pola konsumsi
makanan sumber kalsium responden paling
banyak dalam kategori kurang yaitu sebanyak
37 responden (69,8 %) sedangkan pola
konsumsi makanan sumber magnesium paling
banyak responden dalam kategori cukup
sebanyak 48 responden (90,6 %). Berdasarkan
hasil uji hubungan bivariat dengan
menggunakan uji Pearson’s product moment
didapatkan nilai p value 0,000 maka Ho ditolak
karena nilai P value < 0,05 berarti terdapat
korelasi yang bermakna antara pola konsumsi
makanan sumber kalsium dengan pola
konsumsi makanan sumber magnesium.
Mekanisme interaksi antara kalsium dan
magnesium belum banyak dibuktikan. Namun
beberapa penelitian menunjukkan bahwa
asupan kalsium yang tinggi tanpa peningkatan
magnesium
tidak akan berarti apaapa. Kedua mineral tersebut adalah mitra
sehingga keduanya akan berfungsi maksimal
jika dikonsumsi sesuai dosis.25 Mineral
resources international (MRI) menyatakan
magnesium yang tidak cukup dalam tubuh
akan menyebabkan kalsium tidak diserap
dengan baik serta dapat mempercepat
pengosongan simpanan kalsium dalam
tubuh.26 Kalsium yang digunakan sebagai
suplemen tidak dapat diserap tubuh tanpa
bantuan suplemen lain seperti magnesium,
boron, stronsium, dan silicon.27
Asupan Energi dan Zat Gizi
Asupan makanan berlebihan, terutama
yang berasal dari asupan energi dan sumber
karbohidrat, dapat menyebabkan penumpukan
lemak berlebih di jaringan adiposa abdominal
atau jaringan lemak perut. Selain itu, tanpa
atau disertai dengan aktifitas fisik yang rendah
juga akan menambah risiko penumpukan
lemak di jaringan adiposa abdominal.21
Asupan lemak responden laki-laki dan
perempuan yang memiliki kategori lebih
masing-masing sebesar 35 % dan 39,4 %.
Penelitian yang dilakukan Nastiti (2009),
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
indeks massa tubuh, asupan lemak, asupan
lemak jenuh, asupan lemak tidak jenuh,
asupan kolesterol, asupan serat dan aktivitas
fisik dengan kadar kolesterol darah.22
Penelitian yang dilakukan Astuti (2011), pada
pasien DM menyimpulkan bahwa frekuensi
konsumsi sumber lemak, asupan lemak total,
asupan lemak tak jenuh ganda dan asupan
serat berhubungan secara signifikan dengan
peningkatan kadar kolesterol total dan kadar
trigliserida.23 Pada penelitian ini sumber lemak
yang banyak dikonsumsi oleh responden
adalah telur ayam, daging ayam, kacang
tanah, santan, minyak goreng, dan susu.
Asupan karbohidrat responden baik lakilaki maupun perempuan paling banyak dalam
kategori defisit berat masing-masing sebesar
75 % dan 69,7 %. Konsumsi diet yang kaya
akan karbohidrat maupun lemak akan
menyebabkan peningkatan jumlah lemak yang
terdeposit pada jaringan adiposa terutama
yang berada di bawah kulit dan di rongga perut
Setiap jumlah lemak dan karbohidrat makanan
yang berlebihan dan tidak langsung digunakan
akan disimpan di jaringan adiposa dalam
bentuk trigliserida. Bila diperlukan, trigliserida
akan dihidrolisis menjadi asam lemak bebas
dan gliserol.24
Hubungan Kadar Kolesterol Total dengan
Pola Konsumsi Makanan Sumber Kalsium
dan Magnesium
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,3
% responden memiliki kadar kolesterol baik
dan 69,8 % memiliki pola konsumsi makanan
sumber kalsium kurang. Rata-rata intake
kalsium pada penelitian ini adalah 424 mg
yang menunjukkan rata-rata intake kalsium
responden masih jauh dari angka kecukupan
gizi yang dianjurkan untuk usia 45-59 tahun
yaitu sebesar 800 mg/hari.
Berdasarkan hasil uji hubungan bivariat
dengan menggunakan uji Pearson’s product
moment didapatkan nilai p value 0,705 maka
Ho diterima karena nilai P value > 0,05 berarti
tidak terdapat korelasi yang bermakna antara
kadar kolesterol total dengan pola konsumsi
makanan sumber kalsium. Penelitian yang
dilakukan pada tikus putih menunjukkan bahwa
107
Majalah kesehatan FKUB
volume 1 nomer 2, Juni 2014
pemberian diet tinggi kalsium pada tikus putih
tidak memberikan efek pada penurunan lemak
tubuh dan berat badan.28 Pemberian suplemen
kalsium selama 25 minggu pada wanita
dewasa dalam diet sehari-hari tidak memiliki
hubungan dengan lemak tubuh dan berat
badan.29
Namun sebuah penelitian menyatakan
asupan kalsium > 800 mg pada pria
menunjukkan peningkatan kolesterol HDL yang
dapat menurunkan risiko hiperkolesterolemia
pada pria.30 Didukung oleh penelitian yang
dilakukan di Rumah Sakit Diwaniya Kuba,
menunjukkan proporsi pasien dengan diabetes
mellitus tipe 2 yang mengalami hipokalsemia
sebesar 43 % secara signifikan menunjukkan
kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi.31
Penemuan ini secara konsisten menunjukkan
hasil yang sama dengan beberapa penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa
hipokalsemia berhubungan dengan masalah
sindrom metabolik dan diabetes mellitus tipe 2.
Diet rendah lemak-tinggi kalsium berpengaruh
lebih besar pada penurunan berat badan,
kolesterol total, LDL, dan trigliserida
dibandingkan dengan diet rendah lemak-tinggi
serat.32
Mekanisme kerja kalsium berhubungan
dengan peran kalsium intraseluler dalam
metabolisme
pada
jaringan
adiposit.
Peningkatan konsumsi kalsium dalam bahan
pangan akan menurunkan konsentrasi 1,25dehidroksi vitamin D (1,25 (OH2) D). Hasilnya
akan menyebabkan penurunan pengaturan
transfer kalsium ke adiposit dan pankreas.
Dalam adiposit penurunan konsentrasi kalsium
intraseluler akan menurunkan sintesa asam
lemak, penurunan proses lipogenesis
(pembentukan lemak), dan peningkatan
lipolisis (pemecahan lemak).33
Sumber makanan tinggi kalsium yang
banyak dikonsumsi oleh responden pada
penelitian ini terdiri dari jenis serealia yaitu
beras dan jagung dengan frekuensi 2-3
kali/sehari, lauk hewani seperti ayam, telur,
dan ikan laut ±1-2 kali/minggu, sedangkan lauk
nabati seperti tahu, tempe, kacang tanah,
kacang kedelai, dan kacang hijau 1-2 kali/hari.
Serta sayuran yang paling banyak dikonsumsi
adalah sayuran hijau seperti bayam, sawi,
wortel, dan buncis. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan sumber kalsium selain susu
juga penting untuk memenuhi kebutuhan
kalsium yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Sumber kalsium hewani seperti sarden,
ikan yang dimakan dengan tulang, termasuk
ikan kering merupakan sumber kalsium yang
baik. Sumber kalsium nabati seperti serealia,
kacang-kacangan, dan hasil olahan kacangkacangan seperti tempe dan tahu serta
sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang
baik pula. Tetapi perlu di wasapadai sumber
kalsium nabati juga mengandung zat
penghambat penyerapan kalsium seperti serat,
fitat, dan oksalat.34
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,3
% responden memiliki kadar kolesterol baik
dan 90,6 % memiliki pola konsumsi makanan
sumber magnesium cukup. Rata-rata intake
magnesium pada penelitian ini adalah 359 mg
yang menunjukkan rata-rata intake magnesium
responden sudah memenuhi dari angka
kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia 4559 tahun yaitu sebesar 300 mg/hari untuk lakilaki dan 270 mg/hari untuk perempuan.
Berdasarkan hasil uji hubungan bivariat
dengan menggunakan uji Pearson’s product
moment didapatkan nilai p value 0,233 maka
Ho diterima karena nilai p value > 0,05 berarti
tidak terdapat korelasi yang bermakna antara
kadar kolesterol total dengan pola konsumsi
makanan sumber magnesium. Sebuah
penelitian oleh Hanne et al (2001), menyimpulkan bahwa magnesium secara signifikan dapat
menurunkan kadar kolesterol darah dan
trigliserida pada hewan coba.35 Pemberian diet
berupa suplemen magnesium pada hewan
coba menunjukkan penurunan tumpukan
lemak pada dinding arteri. Adanya defisiensi
magnesium pada hewan coba menyebabkan
peningkatan secara signifikan kadar kolesterol
total pada hari ke 35 pada tikus putih yang
dibuat
memiliki
asupan
magnesium
36
defisiensi.
Sumber magnesium yang banyak
dikonsumsi banyak berasal dari jenis serealia
seperti beras dan jagung dengan frekuensi 2-3
kali/sehari, lauk hewani seperti ayam dan ikan
laut ±1-2 kali/minggu, lauk nabati seperti tahu,
tempe, kacang tanah, kacang kedelai, dan
kacang merah ± 1-2 kali/hari, serta sayuran
hijau seperti bayam, sawi, wortel, dan buncis.
Makanan tersebut termasuk makanan dengan
kandungan magnesium yang tinggi yang biasa
108
Majalah kesehatan FKUB
volume 1 nomer 2, Juni 2014
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Namun perlu diwaspadai zat yang dapat
menghambat penyerapan magnesium dalam
tubuh seperti asam fitat pada biji-bijian.
Konsumsi sodium berlebihan, soda, alkohol,
makanan yang digoreng, dan asam lemak
trans juga dapat menghilangkan kandungan
magnesium yang terkandung dalam makanan.37
Dalam penelitian ini responden yang
diambil banyak yang memiliki kolesterol dalam
kadar normal. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi normalnya kadar kolesterol
pada responden, antara lain responden selalu
diberikan obat penurun kolesterol pada saat
pemeriksaan. Sebanyak 44 orang (83,01 %)
responden pada penelitian ini menerima obat
penurun gula darah dan lipid seperti
simvastatin, metformin, gemfibrozil, dan
alupurinol. Selain itu, responden sudah
melakukan saran dokter dan ahli gizi untuk
meningkatkan aktivitas fisik agar dapat
menormalkan kadar kolesterolnya dengan
melakukan olahraga senam dan jalan santai 17 kali per minggu selama 15-60 menit.
Keterbatasan penelitian ini antara lain
desain penelitian yang digunakan adalah cross
sectional, data dependen dan independen
diambil dalam waktu yang sama sehingga tidak
bisa menggambarkan sebab akibat. Instrumen
data yang digunakan untuk menggali informasi
mengenai pola makan sumber kalsium dan
magnesium dengan menggunakan SQ-FFQ
(semi quantitative food frequency questionaire)
dan 24 hour recall yang mengandalkan daya
ingat responden. Sementara sebagian besar
reponden berusia 55-59 tahun sehingga dalam
pengambilan data memungkinkan untuk terjadi
bias mengenai sumber makanan tinggi kalsium
dan magnesium yang biasa dikonsumsi
responden dalam sehari-hari. Kemampuan
responden menjawab pertanyaan juga
tergantung pada motivasi responden untuk
memberikan informasi yang diperlukan. Pada
penelitian ini hanya mengamati
sumber
kalsium dan magnesium yang diperoleh dari
bahan makanan yang dikonsumsi tanpa
memperhatikan zat penghambat absorbsi dan
ekskresi kalsium dan magnesium seperti serat,
fitat, dan oksalat seperti pada biji-bijian,
bayam, daun papaya, daun kacang panjang,
dan brokoli. Selain itu, pada penelitian ini
masih ada variabel yang belum dikontrol yaitu
penggunaan obat-obatan penurun kolesterol
seperti simvastatin, metformin, gemfibrozil dan
alupurinol yang dapat mempengaruhi variabel
independen.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak
ada hubungan pola konsumsi makanan
sumber kalsium dan magnesium dengan kadar
kolesterol total pada pasien diabetes mellitus
tipe 2 di RSU Dr.Saiful Anwar Malang.
SARAN
1) Penelitian ini akan lebih bermakna jika
menggunakan desain cohort untuk melihat
hubungan sebab akibat. Serta perlu
adanya kontrol variabel yang berpengaruh
pada penelitian yang diambil agar kriteria
variabel lebih spesifik untuk meminimalkan
bias.
2) Wawancara untuk menggali pola konsumsi
makanan sumber kalsium dan magnesium
menggunakan SQ-FFQ dilakukan secara
mendalam dengan dengan waktu yang
sesuai dan menggunakan food model /
replika makanan jadi.
3) Selanjutnya perlu adanya penelitian untuk
mengetahui hubungan pola konsumsi
makanan sumber kalsium dan magnesium
dengan
kadar
kolesterol
darah
menggunakan sampel darah agar lebih
dapat menggambarkan keefektifan kalsium
dan
magnesium
pada penurunan
kolesterol.
DAFTAR PUSTAKA
1. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas).
Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2007.
2. Azwar A. Kecenderungan Masalah Gizi
dan Tantangan di Masa Datang. 2004
September 27. Pertemuan Advokasi
Program Kadarsi. Jakarta.
3. [WHO] World Health Organization.
National Diabetes Statistic. 2005. (online).
http://www.who.org.id. Ddiakses 30 Juli
2013.
4. [Depkes RI] Departemen Kesehatan RI.
Pasien Kencing Manis di Indonesia ke-4
109
Majalah kesehatan FKUB
volume 1 nomer 2, Juni 2014
Dunia.
2005.
(online)
http://www.depkes.co.id. Diakses 24
Februari 2013.
5. Anita C. Pengaruh Pemberian Susu
Kedelai terhadap Kadar Glukosa Darah
pada Diet Pasien DM Di RSUD Dr Saiful
Anwar Malang. Skripsi. Malang: Fakultas
Kedokteran UB. 2006.
6. Novitasari. Beberapa Faktor Dominan
yang Berhubungan dengan Kadar
Kolesterol Darah Penduduk di Kota
Semarang (Studi di Komplek Bina Marga
Semarang). Skripsi. Semarang: UNDIP.
2008.
7. Tucker LJ, Snelling MA, Adams TB. Development and Validation of a Stages of
Change Algorithm for Calcium Intake for
College Female Students. J Am Coll Nutr.
2002;21: 530-535.
8. Anggraini A. Cardiovaskular Disease pada
Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit
Saiful Anwar Malang. Malang: Fakultas
Kedokteran UB. 2010.
9. Denke M. Kalsium Bantu Turunkan Kadar
Kolesterol.
2002.
(online).
http://kliniksehati.com/kalsium-bantu
turunkan-kadar-kolesterol/Lovetopicana.
2009.http://lovetropicanaslim.wordpress.co
m/2009/04/22/kalsium-turunkankolesterol/. Diakses 22 feb 2013.
10. He K, Liu K, Daviglus ML, Morris SJ, Loria
CM, Van Horn L, Jacobs DR Jr, Savage
PJ. Magnesium Intake and Incidence of
Metabolic Syndrome Among Young
Adults. Circulation. 2006; 113(13):167582.
11. Handarsari. Asupan Serat dengan Kadar
Gula Darah, Kadar Kolesterol Total dan
Status Gizi Pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 Di Rumah Sakit Roemani Semarang. Skripsi. Semarang: Unimus. 2012.
12. Nilawati S, Krisnatuti D, Mahendra B,
Djing Oei Gin. Care Your Self Cholesterol.
Jakarta: Penebar Plus. 2008.
13. Milsa. Perbandingan Kadar Kolesterol Total
pada Masyarakat Semi Kota dan Desa di
Kabupaten Minahasa Selatan. Manado:
FKM Universitas Sam Ratulangi. 2013.
14. Heslet L. Kolesterol yang Perlu Anda
Ketahui. Jakarta: Kesaint Blanc. 1997.
15. Irawan D. Prevalensi dan Faktor Risiko
Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Daerah Urban Indonesia (Analisis Data
Sekunder Riskesdas 2007). Thesis. Jakarta: Universitas Indonesia. 2010.
16. Aurora RG, Aurika S, Noviyanti CH dkk.
Peran Konseling Berkelanjutan pada
Penanganan Pasien Hiperkolesterolemia.
J Indon Med Assoc. 2012; 62(5):194-201.
17. Soewondo. Pemantauan Pengendalian
Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI. 2001.
18. Rohman. Patogenesis dan Terapi
Sindroma Metabolik. J Kardiol Ind. 2007;
28:160-168.
19. Suhartono T. Naskah Lengkap PB
Persadia. Simposium Diabetes Melitus
untuk Dokter dan Diabetisi. Semarang :
Universitas Diponegoro. 2004. hlm 25-31.
20. Soegondo. Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus Terpadu. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
21. Nastiti K. Hubungan Indeks Massa Tubuh,
Asupan Makanan (Lemak, Kolesterol,
Serat), Aktivitas Fisik dengan Kadar
Kolesterol Darah Pada Siswi Smk Negeri
2 Semarang Tahun 2009 (asbstrak).
Skripsi. Semarang: UNDIP. 2009.
22. Astuti. Hubungan Kadar Gula Darah, Pola
Konsumsi Sumber Lemak dan Serat
dengan Kadar Trigliserida dan Kadar
Kolesterol pada Pasien Diabetes Melitus.
Semarang: FK UNDIP. 2011.
23. Baraas F. Mencegah Serangan Jantung
dengan Menekan Kolesterol. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 2003.
24. Haenni A, Margareta O, Hans L.
Atherogenic Lipid Fraction are Related to
Ionized Magnesium Status. Am J Clin
Nutr. 1998; 67:202–7.
25. [MRI] Mineral Resources International.
Magnesium, The Forgotten Mineral. USA
Roy Ut84067: 2004.
26. Mason, R. Lower Cholesterol Without
Drugs. Library of Congress Control: USA.
2012.
27. Malekzadeh,
Keshavarz,
F.Siassi,
M.Eshragian,
M.Kadhokdaee,
AR.
Dorosthy, M.Chamari. Dietary Calcium
Had No Reducing Effect on Body Fat and
Weight Gain in Sprague-dawley Rats.
Pakistan Journal Nutrition. 2007; 6:478484.
28. Shapses SA. Effect of calcium
supplementation on weight and fat loss in
110
Majalah kesehatan FKUB
volume 1 nomer 2, Juni 2014
women. J Clin Endocrinol Metabolism.
2004. 89:632–7
29. Pitaloka. Hubungan Asupan Kalsium
dengan Kadar Kolesterol Pria. (Abstrak).
2008.
30. Husein. Calcium and Diabetes Mellitus
Type 2 A Prospective Study Done on
People with Type 2 Diabetes in Diwaniya
Teaching Hospital. Kufa Med Journal.
2012.12(1).
31. Eftekhari et al. Effect of Two Isocaloric
Diets, Low Fat- High Calcium and Low
Fat- High Fiber on Weight Reduction, Lipid
Profile, and Blood Pressure. Iranian
Cardiovascular Research Journal. 2009;
3(4):204.
32. Onge S. Dietary Fats, Teas, Dairy, and
Nuts: Potential Functional Foods for
Weight
Control?.
Am
J
Clin
Nutr. 2005; 81:7–15.
33. Wirakusumah E. Jus Buah dan Sayuran.
Jakarta: Penebar Swadaya. 2007.
34. Hanne B. Ravn TL, Korsholm, Erling F.
Oral Magnesium Supplementation Induces
Favorable Antiatherogenic Changes in
ApoE-Deficient Mice. Arterioscler Thromb
Vasc Biol. 2001; 21:858-862.
35. Lerma A, Planells E, Aranda P, Llopis J.
Effect of Magnesium Deficiency on Fatty
Acid Composition of the Erythrocyte
Membrane
and
Plasma
Lipid
Concentration in Rats. Journal Nutritional
Biochemistry. 1995.
36. Perreta. Makanan untuk Otak. Jakarta:
Penebar Swadaya. 2010.
111
Download