Majalah kesehatan FKUB volume 1 nomer 2, Juni 2014 Hubungan Pola Konsumsi Makanan Sumber Kalsium dan Magnesium dengan Kadar Kolesterol Total Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Dr. Saiful Anwar Malang Prima Wijayanti*, Hidayat Sujuti**, Kanthi Permaningtyas Tritisari* ABSTRAK Pasien diabetes mellitus (DM) di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 8.43 juta jiwa dan diperkirakan mencapai 21.257 juta jiwa pada tahun 2030. Pada pasien DM terjadi peningkatan kadar kolesterol akibat pemecahan energi yang berasal dari protein dan lemak. Beberapa penelitian menunjukkan kalsium dan magnesium mempunyai kemampuan menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium dengan kadar kolesterol total pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional dengan purposive sampling (n = 53). Pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium diperoleh dengan menggunakan semi quantitative food frequency questionnaire (SQFFQ). Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden perempuan (62,3 %), usia responden 51-59 tahun (81,1 %), pendidikan perguruan tinggi (35,8 %), kebiasaan olahraga (69,8 %), tidak memiliki kebiasaan merokok (92,8 %), tidak minum alkohol (100 %), pernah melakukan konsultasi gizi (71,7 %), kolesterol normal (62,3 %). Hasil uji korelasi Pearson’s product moment didapatkan tidak ada korelasi yang bermakna antara pola konsumsi makanan sumber kalsium dengan kadar kolesterol total (p = 0,705). Tidak ada korelasi yang bermakna antara pola konsumsi makanan sumber magnesium dengan kadar kolesterol total (p = 0,233). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium dengan kadar kolesterol total pasien diabetes mellitus tipe 2. Kata Kunci : Diabetes mellitus tipe 2, Kadar kolesterol total, Kalsium, Magnesium. Correlation of Consuming Food Rich in Calcium and Magnesium with Total Cholesterol Levels in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus at Internal Medicine Polyclinic, Dr. Saiful Anwar Public Hospital ABSTRACT The number of patients with diabetes mellitus (DM) in Indonesia in 2000 is got to 8.43 million people and it is estimated at 21.257 million in 2030. Increased cholesterol levels in patients with diabetes occurs due to energy splitting up from protein and fat. Several studies have shown that calcium and magnesium have the ability to decrease cholesterol levels in the blood. This study aimed to determine the correlation of consuming food rich in calcium and magnesium with total cholesterol levels in patients with type 2 diabetes mellitus. The method of the study use was cross sectional design with purposive sampling (n = 53). The results showed the characteristics of female respondents (62.3 %), respondents age 51-59 years (81.1 %), higher education (35.8 %), exercise habits (69.8 %), no smoking habit (92.8 %), no alcohol drinking (100 %), nutritional counseling experience (71.7 %), and abnormal cholesterol (62.3 %). Pearson's product moment correlation test results was no significant correlation between the consumption patterns of food rich in calcium with total cholesterol (p = 0.705). There is no significant correlation between consuming food rich in magnesium with total cholesterol (p = 0.233). The conclusion of this study is no relationship between consuming food rich in calcium and magnesium with total cholesterol levels in patients with type 2 diabetes mellitus. Keywords: Calcium, Diabetes mellitus type 2, Magnesium, Total cholesterol levels. * Program Studi Ilmu Gizi, FKUB ** Lab Biokimia-Biomolekuler, FKUB 102 Majalah kesehatan FKUB volume 1 nomer 2, Juni 2014 PENDAHULUAN dipecah dari zat gizi lain seperti protein dan lemak, akibatnya kolesterol yang terbentuk dari pemecahan protein dan lemak akan tertimbun di pembuluh darah yang dapat menyebabkan atherosklerosis. Prevalensi hiperkolesterolemia pada DM tipe 2 adalah 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan pada non-diabetes.7 Pada penelitian di RSSA Malang pada tahun 2009 diperoleh hasil bahwa jumlah pasien DM rawat jalan menduduki urutan ke dua setelah hipertensi sebesar 13.800 kasus.8 Sementara jumlah pasien rawat inap diabetes melitus menduduki urutan ke lima sebesar 989 kasus. Sepertiga dari penderita DM di rumah sakit ini juga terdiagnosa jantung koroner akibat komplikasi DM yaitu masing-masing 4.651 kasus untuk rawat jalan dan 330 kasus untuk pasien rawat inap. Sebuah studi penelitian yang dilakukan oleh Denke (2009) menyimpulkan bahwa makanan-makanan yang tinggi kalsium dapat menurunkan total kolesterol dan LDL (serta membantu meningkatkan HDL.9 Studi ini diujikan langsung kepada 13 orang pria yang memiliki masalah kolesterol dan tiap hari mereka diberi asupan makanan tinggi kalsium yang mengandung 800-1200 mg kalsium per hari. Hasilnya dalam 10 hari menunjukkan rata-rata subyek mengalami penurunan total kolesterol sebanyak 13 mg/dl, penurunan LDL sebanyak 18 mg/dl dan peningkatan HDL sebanyak 2 mg/dl.10 Selain kalsium, mineral lain yang berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol adalah magnesium. Magnesium adalah mineral yang sangat penting untuk kebanyakan proses biologi yang terjadi di dalam tubuh. Magnesium juga membantu tubuh mengoptimalkan penyerapan kalsium. Suatu studi tentang program jantung di Honolulu melaporkan bahwa intake tinggi magnesium bisa meningkatkan metabolisme kolesterol dan mencegah aritmia jantung. Pada studi tersebut dikatakan juga bahwa penduduk yang tinggal di daerah yang kandungan magnesium dalam airnya rendah memiliki risiko aritmia jantung karena tingginya kolesterol darah.11 Belum ada penelitian sebelumnya mengenai hubungan asupan kalsium dan magnesium dengan kadar kolesterol pada penderita DM. Berdasarkan latar belakang Kematian karena penyakit tidak menular (PTM) tampak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun jika dibandingkan dengan penyakit menular (PM) yang semakin menurun jumlahnya. Hal ini ditunjukkan dari hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995, dimana distribusi kematian akibat PM sebesar 44,2 % dan PTM sebesar 41,7%. Pada SKRT 2001, kematian akibat PM mengalami penurunan menjadi 31,2 % sementara kematian oleh PTM meningkat menjadi 49,9 %. Menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 distribusi kematian karena PM menurun menjadi 28,1 % sebaliknya kematian akibat PTM semakin meningkat menjadi 59,5 %.1 Salah satu penyakit tidak menular yang prevalensinya tinggi di Indonesia adalah penyakit DM.2 Diperkirakan sekitar 171 juta penduduk di seluruh dunia menderita DM pada tahun 2000 dan akan menjadi dua kali lipat pada tahun 2030. Di Indonesia, jumlah pasien DM tahun 2000 mencapai 8.43 juta jiwa dan diperkirakan mencapai 21.257 juta jiwa pada tahun 2030.3 Saat ini prevalensi DM di Indonesia menduduki urutan ke empat di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.4 Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu dari 13 provinsi yang mempunyai prevalensi DM di atas prevalensi nasional, yaitu dilihat dari toleransi glukosa terganggu (TGT) sebesar 11,6 % dan prevalensi DM sebesar 6,8 %.1 Hasil survey di RS Saiful Anwar Malang diketahui bahwa penyakit DM tipe 2 termasuk dalam 10 penyakit terbesar dan masih menjadi perhatian untuk diteliti di Malang.5 Orang yang menderita DM mengalami kelainan metabolisme tubuh, salah satunya adalah gangguan metabolisme lipid, meliputi peningkatan trigliserida plasma karena peningkatan very low density lipoprotein (VLDL) dan lipoprotein remnant, peningkatan kadar low density lipoprotein (LDL) dan penurunan high density lipoprotein (HDL).6 Peningkatan kadar kolesterol terjadi karena pada pasien DM terjadi peningkatan gula darah yang menyebabkan produksi insulin yang dihasilkan tidak memadai untuk proses produksi energi. Oleh karena itu, energi 103 Majalah kesehatan FKUB volume 1 nomer 2, Juni 2014 tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium dengan kadar kolesterol total pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Dr. Saiful Anwar Malang. diambil dengan form SQ-FFQ. Asupan energi dan zat gizi diambil dengan form 24 hour recall. Data kolesterol total diambil melalui data rekam medis pasien. Asupan energi dan zat gizi, pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium dianalisis dengan nutrisurvey. Data karakteristik responden ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif. Hubungan antara pola konsumsi kalsium dan magnesium terhadap kadar kolesterol total pasien diuji statistik dengan uji korelasi Pearson product moment. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitik dengan desain penelitiannya cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien diabetes mellitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 53 responden. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Data karakteristik responden yang diambil adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, kebiasaan merokok, riwayat alkohol, olahraga, dan riwayat konsultasi gizi. Pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium HASIL Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diambil dalam penelitian ini antara lain jenis kelamin, umur responden, pendidikan, kebiasaan merokok, kebiasaan alkohol, riwayat konsultasi gizi, dan kebiasaan olahraga. Distribusi karakteristik responden disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik responden Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Umur responden 45-59 tahun 50-54 tahun 55-59 tahun Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi (PT) Riwayat konsultasi gizi Pernah Tidak pernah Kebiasaan olahraga Ya Tidak Responden pada penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 laki-laki dan perempuan yang melakukan pemeriksaan di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Dr.Saiful Anwar Malang. Berdasarkan Tabel 1 dari 53 responden yang diambil diperoleh hasil responden yang terbanyak adalah responden perempuan yaitu N 20 33 N 8 14 31 N 10 8 16 19 N 38 15 N 37 16 % 37,7 62,3 % 15,1 26,4 58,5 % 18,9 15,1 30,2 35,8 % 71,7 28,3 % 69,8 30,2 sebanyak 33 orang (62,3 %) dengan usia responden terbanyak 55-59 tahun yaitu sebanyak 31 orang (58,5 %). Hasil responden terbanyak memiliki pendidikan perguruan tinggi sebanyak 19 orang (35,8 %) serta memiliki kebiasaan olahraga sebanyak 37 orang (69,8 %). Berdasarkan data yang diambil diperoleh 104 Majalah kesehatan FKUB volume 1 nomer 2, Juni 2014 hasil sebanyak 38 orang (71,7 %) pernah melakukan konsultasi gizi di poli gizi. Asupan Energi dan Zat Gizi Data asupan energi, lemak dan karbohidrat diperoleh melalui single 24 hour recall. Distribusi asupan energi dan zat gizi disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Asupan energi dan zat gizi Energi Lebih Baik Defisit Ringan Defisit Sedang Defisit Berat Lemak Lebih Baik Defisit Ringan Defisit Sedang Laki-laki n % 0 0 3 5,7 4 7,5 3 5,7 10 18,9 n % 7 13,2 6 11,3 0 0 3 5,7 Perempuan n % 2 3,8 6 11,3 5 9,4 5 9,4 15 28,3 n % 13 24,5 10 18,9 1 1,9 1 1,9 Defisit Berat Karbohidrat Lebih Baik Defisit Ringan Defisit Sedang Defisit Berat 4 n 0 1 4 0 15 7 n 2 1 5 1 23 7,5 % 0 1,9 7,5 0 28,3 Pada Tabel 2 disajikan data dari hasil 24 hour recall asupan energi dan zat gizi dan diketahui asupan energi responden baik laki-laki maupun perempuan paling banyak dalam kategori defisit berat yaitu masing-masing 18,9 % dan 28,3 %. Asupan lemak responden laki-laki dan perempuan dalam kategori lebih masingmasing sebesar 13,2 % dan 24,5 %. Sementara asupan karbohidrat responden baik laki-laki maupun perempuan paling banyak dalam kategori defisit berat masing-masing sebesar 28,3 % dan 43,4 %. Pada Tabel 3 diperoleh data pola konsumsi makanan sumber kalsium responden paling banyak dalam kategori kurang yaitu sebanyak 37 responden (69,8 %) sedangkan pola konsumsi makanan sumber magnesium paling banyak responden dalam kategori cukup sebanyak 48 responden (90,6 %). Hasil analisis menggunakan uji korelasi Pearson’s product moment pada variabel asupan kalsium dan magnesium maka diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) dan r = 0,654, menunjukkan terdapat korelasi yang bermakna antara pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium dengan korelasinya bersifat positif dan kuat. Pola Konsumsi Makanan Sumber Kalsium dan Magnesium Tabel 3. Pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium Zat Gizi Mikro Kalsium Magnesium 13,2 % 3,8 1,9 9,4 1,9 43,4 Kategori Pola Konsumsi Makanan Sumber Zat gizi Kurang Cukup n % n % 37 69,8 16 30,2 5 9,4 48 90,6 105 Kadar Kolesterol Total Pada penelitian ini data kolesterol total diperoleh dari data laboratorium yang terdapat dalam rekam medis pasien. Distribusi kadar kolesterol total disajikan dalam Tabel 4. Majalah kesehatan FKUB volume 1 nomer 2, Juni 2014 kolesterol tinggi banyak diderita oleh pasien perempuan.12 Pada perempuan sebelum menopause mempunyai kadar kolesterol lebih rendah daripada pria dengan usia yang sama. Namun setelah menopause kadar kolesterol terutama LDL pada wanita cenderung meningkat.13 Usia responden dalam penelitian ini terbanyak adalah 55-59 tahun yaitu sebanyak 31 orang (58,5 %). Pada umur ≥ 40 tahun seseorang berisiko 2,24 kali mengalami kadar kolesterol total yang tinggi dibanding umur < 40 tahun.14 Pada usia yang semakin tua kadar kolesterol total relatif lebih tinggi. Hal ini diperkirakan pada usia yang semakin tua maka aktivitas reseptor LDL akan menurun. Sel reseptor ini berfungsi sebagai hemostasis pengatur peredaran kolesterol dalam darah dan banyak terdapat dalam hati, kelenjar gonad, dan kelenjar adrenal. Apabila sel reseptor ini terganggu maka kolesterol akan meningkat dalam sirkulasi darah.15 Dalam penelitian ini responden yang paling banyak tidak menempuh perguruan tinggi (PT) adalah sebesar 64,2% yaitu memiliki pendidikan SD-SMA. Seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi biasanya mempunyai pengetahuan yang lebih baik dan lebih mudah menerima informasi termasuk informasi tentang penyakit DM. Dengan adanya pengetahuan tersebut orang akan memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya.16 Selanjutnya, pasien yang sudah melakukan konseling gizi sebanyak 38 orang (71,7 %). Konseling gizi diperlukan agar terjadi perubahan perilaku menjadi gaya hidup sehat. Konseling gizi berdampak besar dalam tatalaksana hiperkolesterolemia. Konseling gizi memberikan perubahan gaya hidup pada pasien hiperkolesterolemia, khususnya 17 perubahan asupan zat gizi. Tingkat kepatuhan pasien DM dalam mengatur perencanaan makanan, pengobatan, dan latihan jasmani bergantung pada bagaimana pasien memahami, menyadari, dan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya.18 Dalam penelitian ini sebanyak 37 responden (69,8 %) sudah melaksanakan olahraga secara teratur. Latihan jasmani juga dapat meningkatkan aktivitas enzim lipolisis dan meningkatkan kadar HDL serta Tabel 4. Kadar kolesterol total Kadar Kolesterol Total* Normal (<200 mg/dl) Sedang (200-239 mg/dl) Buruk (>240 mg/dl) n 33 9 11 % 62,3 17 20,8 NCEP ATP III Pada Tabel 4 diperoleh data sebagian besar kadar kolesterol total pasien dalam kategori normal sebanyak 33 orang (62,3 %). Hubungan Kadar Kolesterol Total dengan Pola Konsumsi Makanan Sumber Kalsium dan Asupan Magnesium Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan uji kenormalan data menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dan didapatkan hasil semua variabel berdistribusi normal (p > 0,05) yaitu pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium serta kadar kolesterol total. Selanjutnya untuk mengetahui hubungan variabel dilakukan uji korelasi Pearson’s product moment. Hasil analisis menggunakan uji korelasi Pearson’s product moment pada variabel pola konsumsi makanan sumber kalsium dan kadar kolesterol total maka didapatkan nilai p = 0,705 (p > 0,05) dan r = -0.053, menunjukkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara pola konsumsi makanan sumber kalsium dengan kadar kolesterol total dimana korelasinya bersifat negatif dengan kekuatan korelasi sangat lemah. Pada variabel pola konsumsi makanan sumber magnesium dan kadar kolesterol total maka didapatkan nilai p = 0,233 (p >0,05) dan r = -1,67 menunjukkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara pola konsumsi makanan sumber magnesium dengan kadar kolesterol total dan korelasinya bersifat negatif serta sangat kuat. PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden yang paling banyak menderita kolesterol adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 33 orang (62,3 %), dengan 22 diantaranya memiliki kolesterol yang tinggi (> 200 mg/dl). Penelitian pada penderita DM tipe 2 di RS Roemani Semarang menyatakan bahwa proporsi pasien DM yang juga memiliki 106 Majalah kesehatan FKUB volume 1 nomer 2, Juni 2014 menurunkan kadar trigliserida.19 Penderita diabetes diperbolehkan melakukan latihan jasmani jika glukosa darah kurang dari 250 mg/dl. Jika kadar glukosa > 250 mg/dl, pada waktu latihan jasmani akan terjadi pemecahan (pembakaran) lemak akibat pemakaian glukosa oleh otot terganggu, hal ini membahayakan tubuh dan dapat menyebabkan terjadinya koma-ketoasidosis.20 Hubungan Kalsium dan Magnesium Dari data yang diperoleh pola konsumsi makanan sumber kalsium responden paling banyak dalam kategori kurang yaitu sebanyak 37 responden (69,8 %) sedangkan pola konsumsi makanan sumber magnesium paling banyak responden dalam kategori cukup sebanyak 48 responden (90,6 %). Berdasarkan hasil uji hubungan bivariat dengan menggunakan uji Pearson’s product moment didapatkan nilai p value 0,000 maka Ho ditolak karena nilai P value < 0,05 berarti terdapat korelasi yang bermakna antara pola konsumsi makanan sumber kalsium dengan pola konsumsi makanan sumber magnesium. Mekanisme interaksi antara kalsium dan magnesium belum banyak dibuktikan. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa asupan kalsium yang tinggi tanpa peningkatan magnesium tidak akan berarti apaapa. Kedua mineral tersebut adalah mitra sehingga keduanya akan berfungsi maksimal jika dikonsumsi sesuai dosis.25 Mineral resources international (MRI) menyatakan magnesium yang tidak cukup dalam tubuh akan menyebabkan kalsium tidak diserap dengan baik serta dapat mempercepat pengosongan simpanan kalsium dalam tubuh.26 Kalsium yang digunakan sebagai suplemen tidak dapat diserap tubuh tanpa bantuan suplemen lain seperti magnesium, boron, stronsium, dan silicon.27 Asupan Energi dan Zat Gizi Asupan makanan berlebihan, terutama yang berasal dari asupan energi dan sumber karbohidrat, dapat menyebabkan penumpukan lemak berlebih di jaringan adiposa abdominal atau jaringan lemak perut. Selain itu, tanpa atau disertai dengan aktifitas fisik yang rendah juga akan menambah risiko penumpukan lemak di jaringan adiposa abdominal.21 Asupan lemak responden laki-laki dan perempuan yang memiliki kategori lebih masing-masing sebesar 35 % dan 39,4 %. Penelitian yang dilakukan Nastiti (2009), menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh, asupan lemak, asupan lemak jenuh, asupan lemak tidak jenuh, asupan kolesterol, asupan serat dan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah.22 Penelitian yang dilakukan Astuti (2011), pada pasien DM menyimpulkan bahwa frekuensi konsumsi sumber lemak, asupan lemak total, asupan lemak tak jenuh ganda dan asupan serat berhubungan secara signifikan dengan peningkatan kadar kolesterol total dan kadar trigliserida.23 Pada penelitian ini sumber lemak yang banyak dikonsumsi oleh responden adalah telur ayam, daging ayam, kacang tanah, santan, minyak goreng, dan susu. Asupan karbohidrat responden baik lakilaki maupun perempuan paling banyak dalam kategori defisit berat masing-masing sebesar 75 % dan 69,7 %. Konsumsi diet yang kaya akan karbohidrat maupun lemak akan menyebabkan peningkatan jumlah lemak yang terdeposit pada jaringan adiposa terutama yang berada di bawah kulit dan di rongga perut Setiap jumlah lemak dan karbohidrat makanan yang berlebihan dan tidak langsung digunakan akan disimpan di jaringan adiposa dalam bentuk trigliserida. Bila diperlukan, trigliserida akan dihidrolisis menjadi asam lemak bebas dan gliserol.24 Hubungan Kadar Kolesterol Total dengan Pola Konsumsi Makanan Sumber Kalsium dan Magnesium Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,3 % responden memiliki kadar kolesterol baik dan 69,8 % memiliki pola konsumsi makanan sumber kalsium kurang. Rata-rata intake kalsium pada penelitian ini adalah 424 mg yang menunjukkan rata-rata intake kalsium responden masih jauh dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia 45-59 tahun yaitu sebesar 800 mg/hari. Berdasarkan hasil uji hubungan bivariat dengan menggunakan uji Pearson’s product moment didapatkan nilai p value 0,705 maka Ho diterima karena nilai P value > 0,05 berarti tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kadar kolesterol total dengan pola konsumsi makanan sumber kalsium. Penelitian yang dilakukan pada tikus putih menunjukkan bahwa 107 Majalah kesehatan FKUB volume 1 nomer 2, Juni 2014 pemberian diet tinggi kalsium pada tikus putih tidak memberikan efek pada penurunan lemak tubuh dan berat badan.28 Pemberian suplemen kalsium selama 25 minggu pada wanita dewasa dalam diet sehari-hari tidak memiliki hubungan dengan lemak tubuh dan berat badan.29 Namun sebuah penelitian menyatakan asupan kalsium > 800 mg pada pria menunjukkan peningkatan kolesterol HDL yang dapat menurunkan risiko hiperkolesterolemia pada pria.30 Didukung oleh penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Diwaniya Kuba, menunjukkan proporsi pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami hipokalsemia sebesar 43 % secara signifikan menunjukkan kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi.31 Penemuan ini secara konsisten menunjukkan hasil yang sama dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa hipokalsemia berhubungan dengan masalah sindrom metabolik dan diabetes mellitus tipe 2. Diet rendah lemak-tinggi kalsium berpengaruh lebih besar pada penurunan berat badan, kolesterol total, LDL, dan trigliserida dibandingkan dengan diet rendah lemak-tinggi serat.32 Mekanisme kerja kalsium berhubungan dengan peran kalsium intraseluler dalam metabolisme pada jaringan adiposit. Peningkatan konsumsi kalsium dalam bahan pangan akan menurunkan konsentrasi 1,25dehidroksi vitamin D (1,25 (OH2) D). Hasilnya akan menyebabkan penurunan pengaturan transfer kalsium ke adiposit dan pankreas. Dalam adiposit penurunan konsentrasi kalsium intraseluler akan menurunkan sintesa asam lemak, penurunan proses lipogenesis (pembentukan lemak), dan peningkatan lipolisis (pemecahan lemak).33 Sumber makanan tinggi kalsium yang banyak dikonsumsi oleh responden pada penelitian ini terdiri dari jenis serealia yaitu beras dan jagung dengan frekuensi 2-3 kali/sehari, lauk hewani seperti ayam, telur, dan ikan laut ±1-2 kali/minggu, sedangkan lauk nabati seperti tahu, tempe, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau 1-2 kali/hari. Serta sayuran yang paling banyak dikonsumsi adalah sayuran hijau seperti bayam, sawi, wortel, dan buncis. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan sumber kalsium selain susu juga penting untuk memenuhi kebutuhan kalsium yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Sumber kalsium hewani seperti sarden, ikan yang dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Sumber kalsium nabati seperti serealia, kacang-kacangan, dan hasil olahan kacangkacangan seperti tempe dan tahu serta sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik pula. Tetapi perlu di wasapadai sumber kalsium nabati juga mengandung zat penghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat, dan oksalat.34 Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,3 % responden memiliki kadar kolesterol baik dan 90,6 % memiliki pola konsumsi makanan sumber magnesium cukup. Rata-rata intake magnesium pada penelitian ini adalah 359 mg yang menunjukkan rata-rata intake magnesium responden sudah memenuhi dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia 4559 tahun yaitu sebesar 300 mg/hari untuk lakilaki dan 270 mg/hari untuk perempuan. Berdasarkan hasil uji hubungan bivariat dengan menggunakan uji Pearson’s product moment didapatkan nilai p value 0,233 maka Ho diterima karena nilai p value > 0,05 berarti tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kadar kolesterol total dengan pola konsumsi makanan sumber magnesium. Sebuah penelitian oleh Hanne et al (2001), menyimpulkan bahwa magnesium secara signifikan dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan trigliserida pada hewan coba.35 Pemberian diet berupa suplemen magnesium pada hewan coba menunjukkan penurunan tumpukan lemak pada dinding arteri. Adanya defisiensi magnesium pada hewan coba menyebabkan peningkatan secara signifikan kadar kolesterol total pada hari ke 35 pada tikus putih yang dibuat memiliki asupan magnesium 36 defisiensi. Sumber magnesium yang banyak dikonsumsi banyak berasal dari jenis serealia seperti beras dan jagung dengan frekuensi 2-3 kali/sehari, lauk hewani seperti ayam dan ikan laut ±1-2 kali/minggu, lauk nabati seperti tahu, tempe, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang merah ± 1-2 kali/hari, serta sayuran hijau seperti bayam, sawi, wortel, dan buncis. Makanan tersebut termasuk makanan dengan kandungan magnesium yang tinggi yang biasa 108 Majalah kesehatan FKUB volume 1 nomer 2, Juni 2014 dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Namun perlu diwaspadai zat yang dapat menghambat penyerapan magnesium dalam tubuh seperti asam fitat pada biji-bijian. Konsumsi sodium berlebihan, soda, alkohol, makanan yang digoreng, dan asam lemak trans juga dapat menghilangkan kandungan magnesium yang terkandung dalam makanan.37 Dalam penelitian ini responden yang diambil banyak yang memiliki kolesterol dalam kadar normal. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi normalnya kadar kolesterol pada responden, antara lain responden selalu diberikan obat penurun kolesterol pada saat pemeriksaan. Sebanyak 44 orang (83,01 %) responden pada penelitian ini menerima obat penurun gula darah dan lipid seperti simvastatin, metformin, gemfibrozil, dan alupurinol. Selain itu, responden sudah melakukan saran dokter dan ahli gizi untuk meningkatkan aktivitas fisik agar dapat menormalkan kadar kolesterolnya dengan melakukan olahraga senam dan jalan santai 17 kali per minggu selama 15-60 menit. Keterbatasan penelitian ini antara lain desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, data dependen dan independen diambil dalam waktu yang sama sehingga tidak bisa menggambarkan sebab akibat. Instrumen data yang digunakan untuk menggali informasi mengenai pola makan sumber kalsium dan magnesium dengan menggunakan SQ-FFQ (semi quantitative food frequency questionaire) dan 24 hour recall yang mengandalkan daya ingat responden. Sementara sebagian besar reponden berusia 55-59 tahun sehingga dalam pengambilan data memungkinkan untuk terjadi bias mengenai sumber makanan tinggi kalsium dan magnesium yang biasa dikonsumsi responden dalam sehari-hari. Kemampuan responden menjawab pertanyaan juga tergantung pada motivasi responden untuk memberikan informasi yang diperlukan. Pada penelitian ini hanya mengamati sumber kalsium dan magnesium yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi tanpa memperhatikan zat penghambat absorbsi dan ekskresi kalsium dan magnesium seperti serat, fitat, dan oksalat seperti pada biji-bijian, bayam, daun papaya, daun kacang panjang, dan brokoli. Selain itu, pada penelitian ini masih ada variabel yang belum dikontrol yaitu penggunaan obat-obatan penurun kolesterol seperti simvastatin, metformin, gemfibrozil dan alupurinol yang dapat mempengaruhi variabel independen. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium dengan kadar kolesterol total pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSU Dr.Saiful Anwar Malang. SARAN 1) Penelitian ini akan lebih bermakna jika menggunakan desain cohort untuk melihat hubungan sebab akibat. Serta perlu adanya kontrol variabel yang berpengaruh pada penelitian yang diambil agar kriteria variabel lebih spesifik untuk meminimalkan bias. 2) Wawancara untuk menggali pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium menggunakan SQ-FFQ dilakukan secara mendalam dengan dengan waktu yang sesuai dan menggunakan food model / replika makanan jadi. 3) Selanjutnya perlu adanya penelitian untuk mengetahui hubungan pola konsumsi makanan sumber kalsium dan magnesium dengan kadar kolesterol darah menggunakan sampel darah agar lebih dapat menggambarkan keefektifan kalsium dan magnesium pada penurunan kolesterol. DAFTAR PUSTAKA 1. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2007. 2. Azwar A. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang. 2004 September 27. Pertemuan Advokasi Program Kadarsi. Jakarta. 3. [WHO] World Health Organization. National Diabetes Statistic. 2005. (online). http://www.who.org.id. Ddiakses 30 Juli 2013. 4. [Depkes RI] Departemen Kesehatan RI. Pasien Kencing Manis di Indonesia ke-4 109 Majalah kesehatan FKUB volume 1 nomer 2, Juni 2014 Dunia. 2005. (online) http://www.depkes.co.id. Diakses 24 Februari 2013. 5. Anita C. Pengaruh Pemberian Susu Kedelai terhadap Kadar Glukosa Darah pada Diet Pasien DM Di RSUD Dr Saiful Anwar Malang. Skripsi. Malang: Fakultas Kedokteran UB. 2006. 6. Novitasari. Beberapa Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Kadar Kolesterol Darah Penduduk di Kota Semarang (Studi di Komplek Bina Marga Semarang). Skripsi. Semarang: UNDIP. 2008. 7. Tucker LJ, Snelling MA, Adams TB. Development and Validation of a Stages of Change Algorithm for Calcium Intake for College Female Students. J Am Coll Nutr. 2002;21: 530-535. 8. Anggraini A. Cardiovaskular Disease pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Malang: Fakultas Kedokteran UB. 2010. 9. Denke M. Kalsium Bantu Turunkan Kadar Kolesterol. 2002. (online). http://kliniksehati.com/kalsium-bantu turunkan-kadar-kolesterol/Lovetopicana. 2009.http://lovetropicanaslim.wordpress.co m/2009/04/22/kalsium-turunkankolesterol/. Diakses 22 feb 2013. 10. He K, Liu K, Daviglus ML, Morris SJ, Loria CM, Van Horn L, Jacobs DR Jr, Savage PJ. Magnesium Intake and Incidence of Metabolic Syndrome Among Young Adults. Circulation. 2006; 113(13):167582. 11. Handarsari. Asupan Serat dengan Kadar Gula Darah, Kadar Kolesterol Total dan Status Gizi Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Roemani Semarang. Skripsi. Semarang: Unimus. 2012. 12. Nilawati S, Krisnatuti D, Mahendra B, Djing Oei Gin. Care Your Self Cholesterol. Jakarta: Penebar Plus. 2008. 13. Milsa. Perbandingan Kadar Kolesterol Total pada Masyarakat Semi Kota dan Desa di Kabupaten Minahasa Selatan. Manado: FKM Universitas Sam Ratulangi. 2013. 14. Heslet L. Kolesterol yang Perlu Anda Ketahui. Jakarta: Kesaint Blanc. 1997. 15. Irawan D. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis. Jakarta: Universitas Indonesia. 2010. 16. Aurora RG, Aurika S, Noviyanti CH dkk. Peran Konseling Berkelanjutan pada Penanganan Pasien Hiperkolesterolemia. J Indon Med Assoc. 2012; 62(5):194-201. 17. Soewondo. Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI. 2001. 18. Rohman. Patogenesis dan Terapi Sindroma Metabolik. J Kardiol Ind. 2007; 28:160-168. 19. Suhartono T. Naskah Lengkap PB Persadia. Simposium Diabetes Melitus untuk Dokter dan Diabetisi. Semarang : Universitas Diponegoro. 2004. hlm 25-31. 20. Soegondo. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. 21. Nastiti K. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Asupan Makanan (Lemak, Kolesterol, Serat), Aktivitas Fisik dengan Kadar Kolesterol Darah Pada Siswi Smk Negeri 2 Semarang Tahun 2009 (asbstrak). Skripsi. Semarang: UNDIP. 2009. 22. Astuti. Hubungan Kadar Gula Darah, Pola Konsumsi Sumber Lemak dan Serat dengan Kadar Trigliserida dan Kadar Kolesterol pada Pasien Diabetes Melitus. Semarang: FK UNDIP. 2011. 23. Baraas F. Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan Kolesterol. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2003. 24. Haenni A, Margareta O, Hans L. Atherogenic Lipid Fraction are Related to Ionized Magnesium Status. Am J Clin Nutr. 1998; 67:202–7. 25. [MRI] Mineral Resources International. Magnesium, The Forgotten Mineral. USA Roy Ut84067: 2004. 26. Mason, R. Lower Cholesterol Without Drugs. Library of Congress Control: USA. 2012. 27. Malekzadeh, Keshavarz, F.Siassi, M.Eshragian, M.Kadhokdaee, AR. Dorosthy, M.Chamari. Dietary Calcium Had No Reducing Effect on Body Fat and Weight Gain in Sprague-dawley Rats. Pakistan Journal Nutrition. 2007; 6:478484. 28. Shapses SA. Effect of calcium supplementation on weight and fat loss in 110 Majalah kesehatan FKUB volume 1 nomer 2, Juni 2014 women. J Clin Endocrinol Metabolism. 2004. 89:632–7 29. Pitaloka. Hubungan Asupan Kalsium dengan Kadar Kolesterol Pria. (Abstrak). 2008. 30. Husein. Calcium and Diabetes Mellitus Type 2 A Prospective Study Done on People with Type 2 Diabetes in Diwaniya Teaching Hospital. Kufa Med Journal. 2012.12(1). 31. Eftekhari et al. Effect of Two Isocaloric Diets, Low Fat- High Calcium and Low Fat- High Fiber on Weight Reduction, Lipid Profile, and Blood Pressure. Iranian Cardiovascular Research Journal. 2009; 3(4):204. 32. Onge S. Dietary Fats, Teas, Dairy, and Nuts: Potential Functional Foods for Weight Control?. Am J Clin Nutr. 2005; 81:7–15. 33. Wirakusumah E. Jus Buah dan Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya. 2007. 34. Hanne B. Ravn TL, Korsholm, Erling F. Oral Magnesium Supplementation Induces Favorable Antiatherogenic Changes in ApoE-Deficient Mice. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 2001; 21:858-862. 35. Lerma A, Planells E, Aranda P, Llopis J. Effect of Magnesium Deficiency on Fatty Acid Composition of the Erythrocyte Membrane and Plasma Lipid Concentration in Rats. Journal Nutritional Biochemistry. 1995. 36. Perreta. Makanan untuk Otak. Jakarta: Penebar Swadaya. 2010. 111