Laporan Praktikum Biokimia Hari/ tanggal Waktu PJP Asisten : Selasa/ 3 Desember 2013 : 13.00-14.40 WIB : Puspa Julistia Puspita, S. Si, M. Sc. : Resti Siti Muthmainah, S. Si. Lusianawati, S. Si. MINERAL Kelompok 7 Ayu Septra Wulandari Yaya Nugraha Diana Agustini Raharja J3L112029 J3L112089 J3L112168 PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 Pendahuluan Mineral merupakan unsur-unsur kimia yang dapat terkandung dalam jaringan tubuh (bahan anorganik). Unsur-unsur yang bukan merupakan bahan anorganik, yaitu karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen merupakan unsur utama penyusun bahan organik (Gilvery 1996). Mineral dapat diperoleh pisang (kalium), susu (kalsium), sayuran hijau (magnesium), dan sebagainya. Mineral juga terkandung dalam tulang makhluk hidup. Mineral memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral juga berperan sebagai katalis dan kofaktor aktifitas berbagai enzim dalam setiap tahap metabolisme (Darmono 1995). Mineral berdasarkan kegunaannya dalam aktifitas hidup dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu golongan esensial dan nonesensial (Winarno 1984). Mineral esensial merupakan sumber mineral yang diperoleh dari luar karena tubuh tidak mensintesis beberapa mineral yang diperlukan oleh tubuh. Apabila kekurangan mineral esensial dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis atau di sebut penyakit defisiensi mineral. Mineral ini biasanya terikat dengan protein, termasuk enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca), klorida (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), dan lain-lain. Mineral nonesensial merupakan sumber mineral yang diperoleh di dalam tubuh (Darmono 1995). Mineral berdasarkan jumlahnya terbagi menjadi makromineral, mikromineral, dan mineral renik (Suharjdo 1886). Makromineral merupakan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti kalsium, fosfor, magnesium, natrium, kalium, klorida, dan sulfur. Mikromineral merupakan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit seperti zat besi, seng, tembaga, dan fluorida. Mineral renik (trace elements) diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit seperti yodium, selenium, mangan, kromium, molibdenin, boron, dan kobalt (Poedjiadi 1994). Tujuan Percobaan dilakukan untuk mengidentifikasi komposisi mineral dalam tulang dengan uji-uji kualitatif, yaitu uji klorida, uji sulfat, uji kalsium, uji fosfat, uji magnesium, serta uji besi. Metode Bahan-bahan yang digunakan, yaitu filtrat abu tulang, NH4OH pekat, HCl 10%, akuades, kristal dinatrium hidrogen fosfat, asam asetat 10%, urea 10%, pereaksi ferosulfat khusus, kristal amonium klorida, larutan amonium tiosianat, HNO3 10%, AgNO3 2%, BaCl2, amonium oksalat 1%, pereaksi molibdat khusus, kristal amonium karbonat, NH4OH 10%, dan larutan kalium ferosianida. Alat-alat yang digunakan, yaitu penangas air dan alat-alat gelas. Filtrat abu tulang ditambahkan NH4OH pekat sampai menjadi basa. Filtrat yang telah basa akan mengubah kertas lakmus merah menjadi biru. Filtrat dan endapan dipisahkan dengan cara disaring, kemudian hasil filtrat digunakan untuk uji klorida dan uji sulfat. Endapan yang diperoleh dari penyaringan ditambahkan larutan asam asetat 10% yang digunakan untuk uji kalsium, uji fosfat, dan uji magnesium. Sisa endapan yang tidak larut dalam asam asetat 10% digunakan untuk uji besi. Uji klorida. Sebanyak 1 mL filtrat diasamkan dengan larutan HNO3 10%, kemudian ditambahkan larutan AgNO3 2%. Endapan putih yang terbentuk menunjukkan adanya klor. Uji sulfat. Sebanyak 1 mL diasamkan dengan larutan HCl 10%, kemudian ditambahkan larutan BaCl2. Endapan putih yang terbentuk menunjukkan adanya sulfat. Uji kalsium. Sebanyak 1 mL filtrat ditambahkan 1 mL amonium oksalat 1%. Endapan putih yang terbentuk menunjukkan adanya kalsium. Uji fosfat. Sebanyak 1 mL filtrat ditambahkan1 mL larutan urea 10% dan pereaksi molibdat khusus. Campuran dicampurkan dengan rata, kemudian sebanyak 1 mL larutan ferosulfat khusus ditambahkan ke dalam filtrat. Warna biru yang terbentuk pada larutan yang makin lama makin pekat menunjukkan adanya fosfat. Uji magnesium. Sebanyak 3 mL filtrat dipanaskan selama 3 menit dalam penangas air yang mendidih. Amonium karbonat dan amonium klorida ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam filtrat panas. Endapan yang terbentuk disaring. Filtrat yang diperoleh dari hasil penyaringan ditambahkan kristal dinatrium hidrogen fosfat dan larutan amonium hidroksida sampai basa. Endapan putih yang terbentuk menunjukkan adanya magnesium. Uji besi. Endapan yang tidak larut dalam asam asetat ditambahkan dengan larutan HCl 10% sebanyak 10 mL. Filtrat asam klorida dibagi menjadi dua. Salah satu filtrat ditambahkan dengan 1 mL amonium tiosianat. Warna merah yang terbentuk menunjukkan adanya besi I. Sebanyak 1 mL larutan kalium ferosianida ditambahkan ke dalam filtrat asam klorida lainnya. Warna biru atau hijau yang terbentuk menunjukkan adanya besi II. Hasil Berikut ini hasil yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan pada penentuan komposisi mineral dalam tulang. Tabel 1 Data hasil penentuan uji mineral Uji Hasil pengamatan Filtrat 1. Klorida + 2. Sulfat Endapan 1. Kalsium + 2. Fosfat + 3. Magnesium + 4. Besi I + 5. Besi II + Keterangan: + : mengandung - : tidak mengadung Perubahan warna Putih keruh Tetap tidak berwarna Endapan putih Hijau kebiruan seulas Putih keruh Merah muda seulas Hijau Gambar 1 Hasil penentuan komposisi mineral dengan uji sulfat (a), uji klorida (b), uji kalsium (c), uji magnesium(d), uji fosfat (e), uji besi I (f), dan uji besi II (g) Pembahasan Pembuatan abu tulang didasarkan pada metode gravimetri. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung suatu sampel dalam analisis gravimetri dapat dilakukan dengan metode pengendapan, metode penguapan, metode elektroanalisis, atau berbagai macam metode lainnya. Metode pengendapan dan penguapan merupakan metode yang terpenting. Metode pengendapan berdasarkan pemisahan endapan yang sukar larut dan komposisinya diketahui, sedangkan metode penguapan berdasarkan pemisahan senyawa yang mudah menguap (Khopkar 1990). Percobaan yang dilakukan menggunakan metode penguapan untuk menghasilkan abu tulang sapi. Pembakaran akan menghancurkan senyawasenyawa organik ke dalam bentuk gas yang mudah terbang. Mineral sebagai senyawa anorganik akan tertinggal di dalam bentuk abu yang dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Tulang terdiri dari air, bahan organik, dan bahan anorganik. Pemanasan tulang pada suhu 400°C akan menyebabkan air serta bahan organik menguap. Abu yang dihasilkan terdiri dari bahan anorganik yang digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Perendaman tulang dalam larutan asam atau pemanasan tulang dalam air akan menyebabkan terlarutnya bahan anorganik. Sisanya yang berbentuk matriks terdiri dari air dan bahan organik. Tulang yang digunakan pada percobaan ialah tulang sapi. Komposisi utama jaringan tulang jumlahnya bergantung pada spesies, umur, jenis kelamin, jenis tulang dan posisi dalam tulang. Komposisi tulang secara umum terdiri dari 55% material anorganik (mineral tulang), 30% organik dan 15% air. Tepung tulang mengandung klorida, kalsium, fosfat, magnesium, dan besi, sedangkan sulfat ditemukan dalam jumlah sangat kecil (Siswono 2001). Abu tulang dapat di sebut juga dengan garam anorganik ataupun mineral, karena abu tulang terdiri dari bahan anorganik yang berbentuk garam-garamnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan filtrat yang ibasakan oleh NH4OH sehingga terbentuk endapan dan juga filtrat. Perlakuan ini bertujuan memisahkan beberapa mineral dari filtrat membentuk endapan, sehingga mineral dapat diikat oleh senyawa lain. Filtrat yang dihasilkan diuji dengan uji klorida dan uji sulfat. Penambahan HNO3 pada uji klorida agar suasana larutan menjadi asam. Tujuannya untuk memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral mudah diikat oleh senyawa reaktif lain yang dapat bereaksi dengan mineral membentuk suatu endapan putih dalam larutan. Senyawa yang ditambahkan pada uji klorida ialah larutan AgNO3. Senyawa AgNO3 merupakan garam yang dapat bereaksi dengan sulfat, sehingga dapat membentuk endapan AgCl. Reaksi pembentukan endapan putih AgCl dapat dilihat pada gambar 2. Cl- + AgNO3 → AgCl (endapan putih) + NO3Gambar 2 Reaksi yang terjadi pada uji klorida (Svehla 1985) Hasil percobaan menunjukkan bahwa abu tulang sapi mengandung klorida sesuai dengan pernyataan Siswono (2001) bahwa tulang sapi mengandung klorida. Filtrat juga diuji dengan uji sulfat. Prinsip pengasaman sama dengan uji klorida. Pengasaman dilakukan dengan penambahan HCl dan ditambahkan BaCl 2, sehingga terbentuk endapan putih BaSO4 jika positif mengandung sulfat, dengan reaksi dapat dilihat pada gambar 3. SO42- + BaCl2 → BaSO4 (endapan putih) + 2ClGambar 3 Reaksi yang terjadi pada uji sulfat (Svehla 1985) Hasil percobaan menunjukkan bahwa tulang sapi tidak mengandung sulfat. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Siswono (2001) bahwa tulang sapi mengandung sulfat. Hasil yang negatif dapat disebabkan oleh sifat sulfat sebagai unsur makro sehingga tidak dapat dengan mudah diendapkan dan sulfat ditemukan dalam jumlah sangat kecil sehingga sulit diamati keberadaan sulfat dalam sampel. Endapan yang dihasilkan dari uji sebelumnya diuji dengan uji kalsium, fosfat, magnesium, dan besi. Endapan yang diuji ditambahkan dengan asam asetat untuk melarutkan kalsium, magnesium, dan fosfat, sedangkan endapan yang terbentuk dari sisa penambahan asam akan diuji dengan uji besi untuk mengetahui keberadaan unsur besi dalam tulang sapi. Uji kalsium dilakukan denan menambahkan amonium oksalat sehingga dapat membentuk endapan putih kalsium oksalat dengan reaksi dapat dilihat pada gambar 4. Ca2+ + (NH4)2C2O4 → CaC2O4 (endapan putih) + 2 NH4+ Gambar 4 Reaksi yang terjadi pada uji kalsium (Svehla 1985) Hasil percobaan menunjukkan bahwa abu tulang sapi mengandung kalsium sesuai dengan pernyataan Siswono (2001). Fosfat diuji dengan menambahkan urea sehingga dihasilkan urea yang terikan pada fosfat dengan cara memutus ikatan rangkap dengan atom O, kemudian mineral ini dapat bereaksi dengan larutan ferosulfat khusus membentuk persenyawaan berwarna biru atau hijau kebiruan karena senyawa ferosulfat reaktif dengan fosfat dan membentuk senyawa kompleks berwarna. Reaksi yang terjadi pada uji fosfat dapat dilihat pada gambar 5. PO43- + FeSO4 → Fe3(PO4)2 (biru) + SO42Gambar 5 Reaksi yang terjadi pada uji fosfat (Suharjdo 1886) Hasil percobaan menunjukkan bahwa abu tulang sapi mengandung fosfat sesuai dengan pernyataan Siswono (2001). Magnesium dalam reaksi biokimia berperan sebagai koenzim sehingga membantu reaksi dapat berlangsung (Poedjiadi 1994). Mineral ini pada percobaan diuji keberadaanya dengan pemanasan agar sampel teraktivasi dan mineral dapat sedikit melonggar ikatan senyawanya dengan senyawa lain dalam filtrat. Penambahan amonium karbonat dan amonium klorida dilakukan untuk membentuk endapan yang bukan magnesium yang dapat bereaksi sama seperti magnesium membentuk endapan ketika ditambahkan dinatrium hidrogen fosfat dan amonium hidroksida. Jika filtrat direaksikan dengan larutan dinatrium hidrogen fosfat maka akan terjadi endapan putih. Awalnya magnesium klorida tidak akan mengendap, karena amonium klorida berfungsi sebagai buffer. Konsentrasi ion hidroksida dari amonium hidroksida berdasarkan kerja aksi massa akan didesak kembali dengan bertambahnya konsentrasi ion amonium (Poedjiadi 1994). Reaski yang terjadi pada uji magnesium dapat dilihat pada gambar 6. Mg2+ + NaHPO4 → MgHPO4 (endapan putih) + 2 Na+ Gambar 6 Reaksi yang terjadi pada uji magnesium (Svehla 1985) Hasil percobaan menunjukkan bahwa abu tulang sapi mengandung magnesium sesuai dengan pernyataan Siswono (2001). Uji besi dilakukan dengan menambahkan asam klorida pada endapan yang tidak larut saat penambahan asam asetat. Uji besi yang pertama dengan amonium tiosianat dan uji besi yang kedua dengan kalium ferosianida. Besi akan membentuk senyawa berwarna dengan larutan amonium tiosianat (membentuk warna merah) dan beraksi dengan kalium ferosianida (membentuk warna biru atau hijau). Adanya warna merah, biru atau hijau menandakan adanya besi dan berdasarkan percobaan terbentuk warna merah muda seulas dan hijau. Perbedaan ion besi menyebabkan perbedaan reaksi yang terjadi, sehingga warna yang terjadi juga berbeda. Reaksi yang terjadi pada ion Fe2+ dapat dilihat pada gambar 7. Fe2+ + 6 NH4SCN → [Fe(SCN)6]3- (merah) + 6 NH4+ Gambar 7 Reaksi yang terjadi pada uji Fe2+ (Suharjdo 1886) Reaksi yang terjadi pada ion Fe3+ dapat dilihat pada gambar 8. 4 Fe+3 + 3 K4[Fe(CN)6] → Fe4[Fe2(CN)6)]3 (hijau) + 12 K+ Gambar 8 Reaksi yang terjadi pada ion Fe3+ (Suharjdo 1886) Hal ini menandakan bahwa abu tulang sapi mengandung besi sesuai dengan pernyataan Siswono (2001). Aplikasi pengujian mineral dalam dunia industri yaitu dalam penentuan jumlah dan jenis mineral yang digunakan untuk membuat pakan ternak agar ternak dapat tumbuh dengan baik, selain itu juga untuk penentuan jumlah dan jenis mineral yang digunakan dalam membuat produk makanan yang bergizi tinggi serta minuman seperti susu. Pengujian mineral terutama pada mineral Ag, Hg, dan Pb juga berguna untuk mengetahui kadar logam berat dalam makanan, seperti kerang dan telur asin. Manfaat mineral untuk tubuh cukup banyak. Berbagai jenis mineral yang ada memiliki fungsi masing-masing yang sangat penting untuk tubuh. Sebagian besar mineral membantu untuk menjaga metabolism, keseimbangan air dalam tubuh, serta menjaga kesehatan tulang. Beberapa manfaat mineral di antaranya boron bermanfaat untuk kesehatan tulang, menjaga fungsi otak, antipenuaan, mencegah kanker, mengobati penyakit alzheimer, dan nyeri otot. Kalsium menjaga kesehatan tulang, mencegah artritis, menjaga kesehatan gigi, berperan dalam penurunan berat badan, mencegah kanker usus besar, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi. Tembaga bermanfaat untuk fungsi otak, perawatan kulit, mncegah radang sendi, infeksi tenggorokan, kekurangan hemoglobin, kekebalan, dan penyakit jantung. Besi membantu pembentukan hemoglobin, menjaga metabolisme tubuh, membantu mengatasi anemia, dan menjaga fungsi otak. Magnesium bermanfaat untuk mencegah tekanan darah tinggi, serangan jantung, kram, diabetes, asma, menjaga kesehatan tulang, dan baik untuk masa kehamilan. Kalium mengatur tekanan darah, mencegah penyakit jantung, gangguan otot, gangguan ginjal, radang sendi, menjaga ketersediaan air dalam tubuh, dan sebagainya. Mineral berperan penting ketika asupannya dalam tubuh cukup. Kekurangan maupun kelebihan mineral tidak baik untuk kesehatan tubuh. Contohnya kekurangan kalsium dalam diet seseorang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi, riketsia pada anak-anak, dan dapat mengakibatkan osteoporosis pada orang dewasa. Kelebihan kalsium dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. Kelebihan kalsium tidak akan diserap tubuh sebagai simpanan, tapi akan dikeluarkan melalui urin sehingga membuat kerja ginjal menjadi semakin berat. Mineral lainnya yaitu selenium. Selenium diperlukan untuk sintesis salah satu dari enzim antioksidan. Penyakit keshan merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dan merusak otot jantung yang bisa dicegah dengan pemberian selenium tambahan. Kekurangan selenium dapat menyebabkan bayi prematur dan orang dewasa yang menerima makanan parenteral total tanpa tambahan selenium memiliki risiko terjadinya kerusakan jantung dan otot. Kelebihan Selenium dapat menimbulkan efek yang sangat berbahaya yang bisa diakibatkan karena mengkonsumsi tambahan selenium yang tidak diresepkan oleh dokter sebanyak 5-50 miligram/hari dengan gejalanya terdiri dari mual, muntah, rambut rontok, kuku rontok, ruam di kulit, serta kerusakan saraf. Simpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa komposisi mineral yang terdapat pada tulang, yaitu klorida, kalsium, fosfat, magnesium, fero (Fe2+) , dan feri (Fe3+). Daftar Pustaka Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press. Gilvery G. 1996. Biokimia: Suatu Pendekatan Fungsional. Surabaya: Universitas Airlangga Press. Ed. ke-3. Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Saptorahardjo A, penerjemah; Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Basic Concepts of Analytical Chemistry. Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press. Siswono. 2001. Mineral dalam kehidupan. Gizi.com. http//www.gizi.net. (2013 Des 9) Suharjdo. 1886. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta: UI Press. Svehla G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jilid ke-2. Setiono L, penerjemah; Jakarta: PT Kalman Media Pusaka. Terjemahan dari: Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. Ed. ke-5. Winarno FG. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.