majalah semi populer - Balittri

advertisement
ISSN 2085 - 1707
MAJALAH SEMI POPULER
Maj al ah S e mi Pop ul er
T a na m a n R e m p a h d a n
I nd us t r i d i t e r b i t k a n s e t i a p
b ul a n o l e h P us a t P e n e l i t i a n
d a n P e ng e m b a n g a n
T a na m a n P e r k e b u n a n
TREE
A l a m a t R e d a ks i :
J l . R a y a P a k u w o n K m. 2 , P a r u ng k u d a
S ukab u mi 43357
Telp. (0266) 7070941/533283
F a ks . ( 0 2 6 6 ) 6 5 4 2 0 8 7
E - ma i l : b a l i t t r i @ g m a i l . c o m
ht t p : / / b a l i t t r i . l i t b a ng . d e p t a n. g o . i d
TANAMAN REMPAH DAN INDUSTRI
Volume 1, Nomor 24, Desember 2010
LOKAKARYA UJI BUSS DAN PEMBAHASAN RANCANGAN JABATAN FUNGSIONAL
PEMERIKSA PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN (PVT)
Lokakarya uji BUSS dan Pembahasan Rancangan Jabatan Fungsional Pemeriksa PVT tahun 2010 diselenggarakan di Gedung Pertemuan Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TO-OT) Tawangmangu, Solo pada 3-5 November 2010. Kegiatan Lokakarya Uji BUSS merupakan kegiatan tahunan Pusat PVT dan merupakan
sarana pemaparan hasil simulasi uji BUSS dan identifikasi varietas contoh yang
telah dilakukan oleh para peneliti yang telah ditunjuk oleh Pusat PVT dari Balai,
Pusat Penelitian komoditas tanaman baik yang ada dibawah kementerian pertanian maupun di luar kementerian pertanian dalam rangka penyusunan Panduan
Pelaksanaan Uji BUSS (PPU). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka
Tanaman Industri mendapatkan mandat untuk menyusun PPU sebanyak 2
komoditas yaitu lada dan vanili. Penanggungjawab untuk komoditas lada adalah
Cici Tresniawati, SP sedangkan untuk vanili adalah Nur Ajijah, SP Msi. Berhubung Ibu Nur Ajijah berhalangan hadir maka untuk vanili diwakili oleh Ilham
Nur Ardhi Wicaksono, SP. Acara dibuka oleh Kapus PVT, Ir. Hindarwati, MSc.
dan Akhmad Saikhu, MSc.PH selaku perwakilan dari B2P2OT-TO. Dalam acara
pembukaan, Kapus PVT mengemukakan alasan pemilihan B2P2OT-TO
sebagai tempat lokakarya uji BUSS tahun ini. Lokakarya diadakan di
Tawangmangu karena ada kesamaan/kemiripan fungsi antara PVT dan
B2P2OT-TO yaitu sama-sama melindungi kekayaan hayati/plasma nutfah
Indonesia, walaupun ada bedanya, PVT melindungi kekayaan intelektual
sedangkan B2 P2OT-TO melindungi kekayaan hayati Indonesia secara fisik.
Diharapkan pula dengan penyelenggaraan acara lokakarya ini, para peserta
dapat lebih terbuka wawasannya mengenai kekayaan alam terutama tanaman
obat-obatan. Dalam sambutannya, Kapus PVT juga mengemukakan tentang
Undang-Undang Hortikultura yang sedang disusun. Dalam rancangan UU
tersebut, komersialisasi tanaman hortikultura tidak akan melalui mekanisme
pelepasan varietas lagi, tetapi cukup dengan pendaftaran dan perlindungan
varietas tanaman. Dengan adanya UU tersebut, jumlah pendaftaran dan
perlindungan varietas tanaman hortikultura dipastikan akan meningkat tajam
sehingga diharapkan para pemeriksa PVT dapat bekerja lebih akurat dan
profesional. Dengan adanya lokakarya uji BUSS diharapkan ada masukanmasukan mengenai metode untuk uji substansi dan adanya sharing
pengalaman dan permasalahan dalam pelaksanaan pemeriksaan substantif
dilapangan.
Uji BUSS merupakan salah satu amanat Undang-Undang No. 29
Tahun 2000. Panduan Pelaksanaan Uji BUSS (PPU) akan terus dikaji dan
disempurnakan salah satunya dengan merujuk pada hasil simulasi uji BUSS.
Hasil simulasi uji BUSS selanjutnya akan menjadi bahan/draft penyusunan dan
penyempurnaan PPU. Pada acara pembukaan tersebut, kepala pusat PVT juga
menyerahan sertifikat pendaftaran varietas tanaman durian varietas
Kumbokarno Kendal kepada Kepala Dinas Pertanian Kendal Jawa Tengah.
Penyerahan sertifikat pendaftaran ini sangat penting untuk mengetahui
kepemilikan suatu varietas. Pemaparan hasil simulasi uji BUSS dan identifikasi
varietas contoh dilakukan oleh 15 orang penyaji yang telah ditunjuk oleh Pusat
PVT. Spesies tanaman yang dipaparkan dalam lokakarya ini terdiri dari
tanaman sayuran (bawang merah dan jamur), hias (aglaonema), perkebunan
(tebu, kopi, karet, lada dan vanili), tanaman obat, rempah dan aromatika
(temulawak, stevia, nilam dan serai wangi), tanaman pangan (kedelai), tanaman
buah (durian dan pepaya). Hal-hal yang menjadi bahan diskusi dan
permasalahan dalam pemaparan hasil simulasi uji BUSS dan identifikasi
varietas antara lain adalah pemahaman penyaji materi / pelaksana simulasi uji
BUSS yang kurang terhadap dasar-dasar uji BUSS dimana belum dapat
membedakan antara pelaksanaan uji BUSS dengan pelepasan varietas
(karakteristik yang ditampilkan masih mengikuti karakteristik kuantitatif untuk
pelepasan varietas) dan ada yang belum mengetahui dasar-dasar pelaksanaan
uji BUSS karena tidak semua penyaji materi merupakan pemeriksa PVT;
penyaji belum dapat menyajikan materi simulasi uji BUSS secara lengkap
sehingga banyak karakteristik yang belum bisa diamati karena kendala umur
tanaman yang masih muda dilapangan, musim (terkait dengan pembungaan
dsb), tidak adanya peralatan yang lengkap di balai (RHS color chart, kamera
yang bagus dsb), belum bisa menampilkan foto sesuai standar uji BUSS;
penyaji belum bisa membuat standar/ pengelompokan untuk penilaian
karakteristik karena terbatasnya data-data hasil pengamatan; alasan pemilihan
varietas kandidat dan pembanding; penentuan karakteristik yang benar-benar
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
bersifat genetik dan tidak dipengaruhi lingkungan sebagai faktor pembeda/
penentu keunikan; manual cara pengamatan karakteristik serta pengambilan
sampel dan materi simulasi uji BUSS belum menampilkan poin keseragaman
serta kestabilan varietas kandidat.
Dalam diskusi ada
beberapa
masukan penting
yang diharapkan
dapat
menjadi
solusi yang tepat
untuk
pelaksanaan
Uji
BUSS,
diantaranya
perlunya seorang
pemeriksa
PVT
dan
penyusun
draft PPU untuk
Gambar : Lokakarya uji BUSS
memperluas
wawasan
dalam
mengenal karakter tanaman yang diuji BUSS dengan lebih banyak bertanya
kepada peneliti senior, membaca TG UPOV serta browsing internet sehingga
dapat dihasilkan draft PPU yang lebih baik; penting untuk melibatkan peneliti
tanaman senior (berpengalaman) dan ahli biologi taksonomi tumbuhan dalam
penyusunan dan pembahasan hasil simulasi uji BUSS dan draft PPU spesies
tanaman; balai-balai penelitian tanaman sebaiknya mulai melakukan identifikasi
varietas-varietas tanaman yang bisa menjadi varietas referensi, sehingga dapat
pelaksanaan uji BUSS dapat dilakukan lebih mudah dan akurat; tata cara
pengujian buss yang meliputi jarak tanam, jumlah tanaman per plot, jumlah
sampel pengamatan dan sumber materi tanaman harus dijelaskan dalam materi
simulasi uji buss; tata cara penamaan varietas harus sesuai syarat-syarat
penamaan yang ada dalam UU No. 29 Tahun 2000; karakter-karakter
tambahan yang berkaitan dengan kandungan kimia perlu dicantumkan dalam
hasil simulasi uji BUSS terutama untuk tanaman obat; khusus untuk tanaman
durian, penambahan karakter sangat penting untuk dilakukan karena Indonesia
merupakan pusat keragaman durian.
Pada pembahasan untuk komoditas vanili dan lada terdapat
beberapa masukan dari pembahas maupun audiens. Mengingat bunga vanili
mirip dengan anggrek, maka PPU nya dapat mengacu pada anggrek,
karakteristik yang diamati jangan dibatasi, karakter vegetatif supaya dapat
dilengkapi seperti karakter daun (meruncing dan runcing) dan polong,
percabangan pada bunga/inflorescence perlu untuk dicantumkan dan perlu
mengecek test guidelines (TG) negara lain seperti Madagaskar mengingat
negara tersebut adalah penghasil terbesar. Sementara untuk lada diharapkan
dapat mengamati Periode perkembangan bulir (perlu dijabarkan bulir kuning ke
merah) dan ada pengamatan berat 100 buah. (Ilham N.A. Wicaksono dan Cici
Tresniawati/Balittri)
Daftar Isi
Lokakarya Uji BUSS dan Pembahasan Rancangan Jabatan Fungsional Pemeriksa PVT
93
Metil Eugenol Tanaman Melaleuca bracteata sebagai
Atraktan Lalat Buah
94
Potensi Alga-Mikro sebagai Sumber Bahan Baku Industri
95
Moringa oleifera, Tanaman yang Kaya Manfaat dan Potensial untuk Aneka Industri
96
METIL EUGENOL TANAMAN Melaleuca bracteata SEBAGAI ATRAKTAN LALAT BUAH
Metil eugenol (C11H14O2)
yang mempunyai nama
sistematik 1,2-dimethoxy-4-prop-2-enylbenzene, biasa disebut juga
sebagai eugenyl methyl ether atau
methyl eugenol ether atau
allylveratrole atau veratrole methyl ether adalah merupakan senyawa yang banyak terkandung dalam minyak atsiri tanaman Melaleuca bracteata F. Muell. Tanaman dari famili Myrtaceae ini merupakan tanaman asli Australia yang sekarang telah menyebar di
Indonesia. Di Australia tanaman ini biasa disebut dengan nama
black ti-tree, river ti-tree atau black tea-tree, sedangkan di Indonesia dikenal dengan nama cemara hantu atau pohon wangi.
Sosok tanaman ini mirip pohon cemara atau pinus, dengan tinggi dapat mencapai 15 m, tetapi pada daerah kering hanya
dapat mencapai tinggi ± 3 m saja. Tanaman tahunan ini batangnya
berkayu dan bercabang banyak, berdaun tunggal berukuran panjang 10-28 mm, lebar 1,5-3 mm meruncing dan sangat sempit dengan warna hijau keputihan. Bunga majemuk tumbuh diketiak daun,
berwarna putih. Buah kotak berbentuk lonceng, diameter 6-7 mm,
berwarna putih kotor. Bijinya sangat kecil berbentuk bulat, berwarna
cokelat. Tanaman berakar tunggang dan dapat tumbuh pada dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 1.500 m dpl,
semakin tinggi tempat tumbuhnya akan semakin baik pertumbuhannya. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif
melalui biji yang sudah matang dan secara vegetatif melalui cangkok cabang primer atau sekunder.
Pohon cemara hantu cocok ditanam sebagai tanaman penghijauan, karena
dapat berfungsi sebagai
penahan erosi
pada
daerah sepanjang aliran
sungai, pinggir jalan dan
daerah perbukitan, maupun
sebagai tanaman
hias di pekarangan rumah.
Tanaman ini sudah mulai
dapat dipanen daunnya
setelah tanaman berumur
3 tahun dengan cara memangkas daun, dan seterusnya pemanenan dapat dilakukan setiap 6 – 12
bulan. Daun yang telah
dipanen kemudian dilayuTanaman dan daun Melaleuca bracteata
kan selama 18-20 jam
untuk mengurangi kadar
air dalam daun, selanjutnya daun disuling dalam ketel penyuling selama 6 jam. Dari hasil
penyulingan dapat dihasilkan minyak atsiri dengan rendemen ± 2%
yang mengandung metil eugenol sebanyak 84-86% dan zat lain
berupa linalol, eugenol, sineol, terpineol serta komponen mikro
lainnya yang berkisar 14-16%. Minyak atsiri ini selain dapat dijadikan sebagai bahan baku cairan atraktan (penarik/pemikat untuk
datang) hama lalat buah, juga dapat digunakan sebagai bahan
baku dalam industri parfum. Adapun untuk mendapatkan senyawa
metil eugenol murni, terhadap minyak atsiri tersebut harus dilakukan destilasi bertingkat, sehingga metil eugenol dapat dipisahkan
dari zat lainnya.
Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan hama utama
buah yang sangat merugikan, yang banyak menyerang buahbuahan dan sayuran seperti apel, mangga, jambu bji, jambu air,
belimbing, melon, nangka, mentimun, tomat, cabai merah, pare dan
sebagainya. Serangan lalat buah mengakibatkan menurunnya
kuantitas dan kualitas produk hortikultura. Kerugian kuantitatif
berupa berkurangnya produksi buah sebagai akibat rontoknya buah
yang terserang sewaktu masih muda ataupun buah yang rusak
serta busuk. Adapun kerugian kualitatif yaitu buah yang cacat
berupa bercak, berlubang dan berulat.
Di Indonesia lalat buah mempunyai inang lebih dari 26
jenis buah-buahan dan sayuran. Seekor lalat buah betina mampu
meletakkan telur pada buah sebanyak 1-10 butir dan dalam sehari
mampu meletakkan telur sampai 40 butir. Tiga hari kemudian telur
menetas dan larvanya (ulat) hidup di dalam buah menggerogoti
daging buah sehingga buah menjadi busuk. Disamping itu lalat
buah hidup bersimbiose mutualistis dengan suatu bakteri, sehingga
ketika lalat meletakkan telur pada buah akan disertai bakteri dan
94
selanjutnya diikuti oleh jamur yang akhirnya menyebabkan buah semakin
busuk. Larva lalat buah dapat hidup di dalam buah selama 12-16 hari,
kemudian menjadi pupa, dimana setelah 3 hari pupa dapat menjadi lalat
dewasa yang siap kawin dan bertelur. Di sepanjang hidupnya seekor lalat
buah betina mampu bertelur mencapai 800 butir.
Penggunaan insektisida sintetis dalam mengendalikan hama
lalat buah, dapat meninggalkan residu insektisida dan juga dapat membunuh serangga berguna seperti musuh alami hama dan serangga berguna lainnya. Karena itu, penggunaan atraktan dengan menggunakan
metil eugenol merupakan cara pengendalian yang ramah lingkungan,
dimana komoditas yang dilindungi maupun lingkungan tidak terkontaminasi. Selain itu atraktan tidak membunuh serangga bukan sasaran,
karena bersifat spesifik yaitu hanya menjebak hama lalat buah jantan.
Atraktan dapat mengendalikan hama lalat buah dalam 3 cara, yaitu : (1)
mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah; (2) menarik lalat buah
jantan untuk kemudian dibunuh dengan perangkap dan (3) mengacaukan
lalat buah dalam melakukan perkawinan, berkumpul ataupun tingkah laku
makan.
Metil eugenol merupakan food lure atau dibutuhkan oleh lalat
buah jantan untuk dikonsumsi, dimana di dalam tubuh lalat jantan metil
eugenol diproses menjadi zat pemikat seks (sex pheromone) yang akan
berguna dalam proses perkawinan. Dalam proses perkawinan tersebut,
lalat buah betina akan memilih lalat buah jantan yang telah mengkonsumsi metil eugenol, karena lalat buah jantan tersebut mampu mengeluarkan aroma yang berfungsi sebagai sex pheromone. Sex pheromone
bekerja sebagai penghubung antara individu jantan dan individu betina,
sehingga keduanya dapat menjalankan perilaku kawin. Oleh karena itu,
dengan berbagai cara lalat buah jantan akan berusaha keras untuk mendapatkan metil eugenol sebelum melakukan perkawinan. Secara alamiah, lalat buah jantan memperoleh metil eugenol dari berbagai jenis
tanaman, dengan cara menghisap bunga atau daun tanaman penghasil
metil eugenol. Adapun aroma wangi aktraktan metil eugenol untuk
menarik lalat buah jantan datang dapat menjangkau radius 20-100 m,
dan apabila dibantu dengan angin maka jangkauannya dapat mencapai
3 km.
Sesuai dengan fungsinya sebagai aktraktan, metil eugenol
hanya bersifat menarik lalat buah jantan tetapi tidak membunuhnya,
karenanya penggunaan metil eugenol harus dilengkapi dengan alat yang
dapat menjebak atau menangkap lalat buah jantan dan membunuhnya.
Dari sifat atraktan metil eugenol inilah pengendalian hama lalat buah
dapat dilakukan, dengan cara menekan populasi lalat jantan, yang berdampak pada menurunnya pula lalat buah betina yang dibuahi lalat buah
jantan dan diharapkan dengan seiring berjalannya waktu populasi lalat
buah yang menyerang buah-buahan maupun sayuran dapat menurun,
sehingga kualitas maupun kuantitas produk buah-buahan maupun sayuran tersebut dapat meningkat secara signifikan (Juniaty Towaha dan
Khaerati/BALITTRI).
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan
Penanggung Jawab
Dr. Ir. Agus Wahyudi
Penyunting Ahli
Ir.Yulius Ferry
Drs. M. Hadad E.A. (APU)
Ir. Bedy Sudjarmoko, MS
Ir. Dibyo Pranowo
Penyunting Pelaksana
Cici Tresniawati, SP
Nurya Yuniyati, SP
Ir. Juniaty Towaha
Sumber Dana: APBN 2010 DIPA BALITTRI
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
2
POTENSI ALGA-MIKRO SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU INDUSTRI BIODIESEL
Dunia kini sedang dihadapkan pada empat isu penting yaitu: 1)
krisis energi yang dipicu oleh semakin menipisnya cadangan minyak bumi
dunia, 2) pemanasan global yang dipicu oleh peningkatan konsentrasi gas
rumah kaca, terutama gas CO2, di atmosfir dan 3) kerusakan lingkungan
menghadapi kemerosotan sumberdaya bahan bakar cair di saat permintaan
terhadap energi semakin melonjak. Di sisi lain ketergantungan dunia terhadap
bahan bakar fosil telah menyebabkan pengayaan kandungan CO 2 di atmosfir
yang diyakini merupakan kontributor utama tehadap munculnya gejala pemanasan global (Campbell, 2008). Kondisi tersebut telah memicu upaya yang
luas dalam rangka mengekplorasi dan mengeksploitasi sumber-sumber bahan
bakar alternatif yang dapat diperbaharui dan bersifat ramah lingkungan. Salah
satu sumber bahan bakar alternatif yang memenuhi kriteria tersebut adalah
biomassa. Biomassa merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui dan
mampu memfiksasi CO2 dari atmosfir melalui proses fotosintesis. Pengembangan sumberdaya biomassa secara berkelanjutan akan mendorong terbentuknya kesetimbangan CO2 di atmosfir karena CO2 yang dilepaskan saat
pembakaran biomassa akan diserap kembali dalam proses fotosintesis
(Hossain et al., 2008).
Biodiesel (monoalkyl esters) merupakan salah satu bahan bakar
alternatif biomassa yang didapatkan melalui transesterifikasi minyak trigliserida dengan alkohol monohidrik (Hossain et al., 2008). Trigliserida merupakan suatu molekul kompleks yang digunakan oleh tanaman dan hewan
untuk menyimpan cadangan energi, atau dalam istilah sederhananya disebut
lemak. Reaksi tansesterifikasi biodiesel sangat sederhana, yaitu sebagai
berikut (Campbell, 2008):
Triglyceride + 3 Methanol
Catalyst
Glycerine + 3 Methyl Esters (Biodiesel)
Ketika digunakan sebagai bahan bakar, biodiesel mengeluarkan lebih sedikit
polutan seperti hidrokarbon, karbon monoksida dan partikel dibandingkan
dengan bahan bakar fosil yang biasa kita gunakan saat ini.
Produksi biodiesel dari tahun 2004 hingga 2008 meningkat hampir
empat kali lipat di Uni Eropa, yang merupakan produsen biodiesel terbesar
dunia, dari 1,9 juta metrik ton pada tahun 2004 menjadi 7,7 juta metrik ton
pada tahun 2008 (Gambar 1). Di Amerikas Serikat (AS), produksi biodiesel
juga mengalami lonjakan tajam dalam lima tahun terakhir, di mana produksi
pada tahun 2008 telah mencapai 2 juta metrik ton dibandingkan pada tahun
2004 yang hanya 0,08 juta metrik ton (Gambar 1). Negara-negara berkembang seperti Brazil juga tidak ketinggalan untuk turut memacu produksi biodiesel mereka. Produksi biodiesel di Brazil diperkirakan mencapai 0,96 juta ton
metrik ton pada tahun 2008, dan diramalkan akan mampu melampaui AS dan
UE pada tahun 2015. Oleh sebab itu, pasar global untuk biodiesel diramalkan
akan menunjukkan pertumbuhan eksponensial dalam satu dekade mendatang. Produksi biodiesel dunia diprediksi akan meningkat secara signifikan
dari 11,1 juta metrik ton pada tahun 2008 menjad kira-kira 121 juta metrik ton
pada tahun 2016 (Deng et al., 2008).
Gambar 1. Produksi biodiesel dunia dari tahun 2004 – 2008 (Deng
et al., 2008).
Biodiesel dapat dibuat dari beragam sumber minyak organik. Sumber yang biasa digunakan adalah minyak bekas restoran (minyak jelantah),
lemak hewan dan minyak bji-bijian. Penggunaan minyak bekas jelantah volumenya tidak besar sehingga hanya cocok untuk produsen biodiesel dalam
skala kecil dan independen. Produsen besar biasanya lebih memilih minyak
biji-bjian seperti minyak kedelai, rapeseed, sawit dan jagung sebagai bahan
baku biodiesel (Campbell, 2008). Meskipun demikian, pemanfaatan tanamantanaman penghasil minyak tinggi hingga saat ini belum mampu menghasilkan
biodiesel dalam jumlah yang mencukupi permintaan, bahkan memunculkan
efek kompetisi dengan kebutuhan bahan baku produksi pangan (D‟Elia et al.,
2010). Di samping itu, pesatnya pertumbuhan produksi biodiesel berbahan
dasar biji-bijian juga menimbulkan dampak kenaikan harga minyak sayur untuk
pangan (Deng et al., 2009).
Alga merupakan salahsatu sumber biodiesel terbaik. Pada kenyataannya alga memang merupakan penghasil tertinggi bahan baku biodiesel.
Alga dapat memproduksi minyak hingga 250 kali lipat dibandingakan kedelai
atau tujuh hingga 31 kali lipat dibandingkan kelapa sawit. Oleh karena itu tidak
berlebihan jika alga dinilai sebagai satu-satunya sumber minyak yang akan
mampu menggantikan bahan bakar otomotif yang berasal dari minyak bumi.
Alga yang terbaik sebagai penghasil biodiesel adalah dari kelompok algamikro. Alga-makro, seperti rumput laut, tidak digunakan secara luas dalam
produksi biodiesel mengingat kandungan minyaknya jauh lebih rendah, pertumbuhannya lebih lambat dan pemeliharaannya lebih sulit dibanding algamikro (Hossain et al., 2008). Produktivitas alga-mikro yang memiliki kandungan
minyak 70% dapat mencapai 121.104 kg/ha/tahun (Tabel 1). (Deng et al.,
2009).
Kelebihan alga-mikro dibanding tanaman penghasil biodiesel lainnya adalah: 1) efisiensi fotosintesis yang lebih tinggi; 2) produksi biomassa
lebih tinggi; 3) pertumbuhan lebih cepat; 4) dapat diproduksi pada lahan-lahan
yang tidak cocok untuk ditanami tanaman tingkat tinggi sehingga tidak berkompetisi dengan produksi pangan. Berdasarkan kelebihan-kelebihan tersebut,
saat ini menjadi satu-satunya alternatif sumber bahan baku biodiesel dalam
Oil yield
(L/ha /year)
Crop
Rapeseed
Oil palm
Corn
Soybean
Sunflower
Jatropha
Microalgae a
Microalgae b
Biodiesel Productivity
(Kg/ha/year)
1.190
5.950
172
562
952
1.892
58.700
136.900
862
4.747
152
446
946
656
51.927
121.104
skala luas [StatoilHydroAlger2008]
a
Algae contain 30% oil (/wt) in biomass.
b
Algae contain 70% oil (/wt) in biomass
Alga-makro atau rumput laut diklasifikasikan kedalam tiga kelompok
besar berdasarkan pigmentasinya, yaitu: i) rumput laut cokelat
(Phaeophyceae); ii) rumput laut merah (Rhodophyceae) dan iii) rumput laut
hijau (Chlorophyceae). Rumput laut terutama dimanfaatkan untuk memproduksi makanan dan ekstraksi hidrokoloid. Alga-mikro dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kelas terpenting alga-mikro terkait dengan kelimpahaannya, yaitu:
diatom (Bacillariophyceae), alga hijau (Chlorophyceae), dan alga keemasan
(Chrysophyceae). Cyanobacteria (alga biru-hijau) (Cyanophyceae) juga digolongkan sebagai alga-mikro, contohnya adalah Spirulina (Arthrospira platensis and A. maxima). Diatom merupakan jasad hidup dominan dalam kelompok
fitoplankton dan kemungkinan mewakili kelompok terbesar penghasil biomassa
di muka bumi. Diperkirakan terdapat lebih dari 100.000 spesies yang ada.
Dinding sel diatom mengandung silika terpolimerisasi dan seringkali mengakumulasi minyak dan chrysolaminarin. Alga hijau banyak ditemukan terutama
dalam lingkungan air tawar. Senyawa utama yang tersimpan dalam alga hijau
adalah pati, meskipun dapat pula menghasilkan minyak. Alga hijau air tawar
Haematococcus pluvialis memiliki nilai komersial sebagai sumber astaxanthin,
Chlorella vulgaris sebagai suplemen produk makanan dan spesies Dunaliella
sebagai sumber β-carotene. Alga keemasan serupa dengan diatom yaitu
memproduksi minyak dan karbohidrat. Sedangkan alga biru-hijau
(cyanobacteria) ditemukan pada beragam habitat dan seringkali dikenal sebagai penghasil racun yang dapat mencemari air (Carlsson et al., 2007).
Sebagaimana tumbuhan, alga membutuhkan tiga komponen utama
untuk tumbuh, yaitu sinar matahari, karbon-dioksida dan air. Fotosintesis
merupakan proses biokimia penting pada tumbuhan, alga dan beberapa jenis
bakteri untuk mengubah energi sinar matahari menjadi energi kimia. Sumber
alami alga dalam skala besar yang ada saat ini adalah perairan rawa dan
danau. Alga-mikro mengandung senyawa lipid dan asam lemak sebagai komponen membran, produk-produk tersimpan, metabolit dan sumber energi
(Wagner, 2007).
Pencarian strain alga-mikro yang memiliki kombinasi kandungan
minyak tinggi dan laju pertumbuhan yang cepat merupakan tahap awal dalam
produksi biodiesel. Di dunia lebih dari 50000 spesies alga-mikro yang keberadaannya tersebar luas tidak hanya pada lingkungan perairan tapi juga
daratan (Richmond, 2004). Sejumlah 4000 spesies diantaranya telah berhasil
diidentifikasi yang dapat dibagi kedalam beberapa kelompok termasuk di
dalamnya cyanobacteria (Cyanophyceae), alga hijau (Chlorophyceae), diatom
(Bacillariophyceae), alga kuning-hijau (Xanthophyceae), alga keemasan
(Chrysophyceae), alga merah (Rhodophyceae), alga cokelat (Phaeophyceae),
dinoflagellata (Dinophyceae) and „pico-plankton‟(Prasinophyceae and Eustigmatophyceae) (Hu et al., 2008). Diatoms and alga hijau keberadaannya relatif
melimpah (Khan et al., 2009). Alga-mikro yang paling sering ditemukan
(Botryococcus, Chlamydomonas, Chlorella, Dunaliella, Neochloris, dll.)
memiliki kandungan minyak antara 20 hingga 75% dari berat biomassa kering
(Table 2). Semuanya merupakan sumber potensial untuk produksi biodiesel
(Deng et al., 2009).(Dani/Balittri)
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
95
Moringa oleifera , TANAMAN YANG KAYA MANFAAT
DAN POTENSIAL UNTUK ANEKA INDUSTRI
Tanaman Moringa oleifera di masyarakat dikenal
dengan beberapa nama diantaranya yaitu sebagai Kelor
(Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Kerol (Buru); Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo); Keloro
(Bugis), Kawano (Sumba), Ongge (Bima); Hau fo (Timor).
Tanaman ini berasal dari Negara India dan berkembang sampai ke Samudera Pasifik, Amerika Latin, Afrika dan Asia
Tenggara. Tanaman ini ternyata banyak sekali gunanya,
semua bagian dari tanaman ini bermanfaat bagi manusia,
mulai dari bagian akar, kulit batang, daun sampai bunga dan
buah/bijinya. Tanaman kelor dapat tumbuh dalam kondisi
kekurangan air/kemarau panjang serta dapat tumbuh pada
lahan kritis maka dapat pula untuk tanaman konservasi.
Di Indonesia sejak dahulu banyak masyarakat yang
mempercayai kelor mengatasi ilmu hitam, Sebagian lainnya
memanfaatkannya sebagai sayuran, atau lalapan, namun
demikian kebanyakan menggunakannya untuk pengobatan
secara tradisional, diantaranya yaitu untuk obat rematik, encok, bengkak, memperlancar ASI, obat sakit kuning(lever),
obat cacingan, dan sebagainya.
Daun kelor juga dapat
untuk makanan ternak dan pupuk hijau. Masyarakat di
pedesaan biasa menanamnya di pekarangan sebagai pagar,
batas kebun, untuk merambatkan tanaman sirih, lada, atau
lainnya tetapi jarang yang mengebunkan secara luas.
Bangsa India sejak dahulu sudah mengetahui berbagai
macam penyakit yang dapat diobati dengan Moringa atau
kelor. Di India kelor digun akan sebagai obat anemia, anxiety, asma, bronchitis, katarak, kolera, conjunctivitis, batuk,
diare, infeksi
mata
dan
telinga,
demam, gangguan kelenjar,
sakit kepala,
tekanan darah tidak normal, radang
sendi, gangguan
pernafasan, kekurangan
cairan
Gambar 1, Daun kelor
sperma dan
tuberculosis.
Manfaat kelor untuk obat telah diketahui sejak dari
zaman nenek moyang dahulu kala. Konon disamping dapat
untuk mengurangi sakit kepala dan migraine, mengurangi
tekanan darah, mengurangi inflamasi dan nyeri rematik dan
anti maag, kelor juga bermanfaat sebagai antioksidan, antipenuaan dan anti tumor.
Ada apa dibalik khasiat kelor yang luar biasa untuk
berbagai pengobatan, beberapa ahli melaporkan hasil penelitiannya bahwa unsur nutrisi yang terkandung pada daun
kelor ternyata sangat lengkap dan alami. Kandungan nutrisi
daun kelor, yaitu: Vitamin A, Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin
B3, Vitamin C, Calcium, Chromium, Copper, Iron, Magnesium, Manganese, Potassium, Protein, Zinc, Isoleucine, Leu-
cine, Lysine, Methionine, Phenylalaine, Threonine, Tryptophan, Valine, Alanene, Arginine, Aspartic Acid, Cystine, Glutamic Acid, Glycine, Histidine, Serine, Proline, Tryrosine, dan
sebagainya.
Kandungan gizi yang terkandung pada Moringa ini sangat tinggi dan lengkap sehingga sangat bermanfaat untuk memperbaiki gizi, seperti pengalaman beberapa
Negara di benua Afrika, Moringa atau kelor ini mampu
mencegah kekurangan gizi serta menyelamatkan nyawa
anak-anak dan ibu-ibu hamil, Khasiat kelor tersebut dapat
diperoleh dengan cara mengkonsumsi daunnya yang dimasak sayur atau dapat pula sebagai lalapan, dan kini juga
telah tersedia dalam bentuk kapsul atau lainnya seperti dijadikan supplemen berupa kapsul multivitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Perbedaan cara mengkonsumsi dilaporkan berpengaruh pada zat
gizi yang terTabel 1. Perbandingan kandungan gizi daun
Moringa oleifera (kelor) yang dikonkandung
disumsi segar/lalapan dengan yang
dalamnya
Daun kelor dikonsumsi dengan cara
(Tabel 1)..
Zat
Gizi
Keterangan
Daun
kelor
segar/
lalapan
Daun kelor
dikeringkan
Ternyata dengan berat yang
sama kandungan gizi pada
Vit. A
4x
10 x
dari yang dikandkelor jauh lebih
ung wortel
Vit. C
7x
½x
dari yang terkandtinggi
dari
ung pada jeruk
buah,
sayur
Cal4x
17 x
Mineral
Calcium
dan
susu.
cium
dari susu
Pota3x
15 x
Mineral Potasium
Mengkonsumsi
sium
pada pisang
secara
traZat
¾x
25 x
Zat besi pada
besi
bayam
disionalpun
Pro2x
9x
Protein dari yokelor
berpetein
ghurt
luang
dapat
memperbaiki
kondisi gizi buruk yang masih ada di beberapa wilayah Indonesia. Bukan hanya memperbaiki gizi, kelor juga berpeluang untuk memperbaiki ekonomi masyarakat karena dari
bijinya dapat diperoleh minyak kelor yang nilai ekonominya
cukup tinggi dan diperlukan dalam industri obat-obatan dan
kosmetik. Barangkali di beberapa daerah yang diberitakan
sebagian masyarakatnya kekurangan gizi dapat dilakukan
dengan “gerakan menanam kelor untuk sayuran maupun
bahan aneka industri”. Untuk daerah yang kesulitan air bersih biji kelor dapat digunakan untuk menjernihkan air. Budidaya tanaman kelor tidaklah sulit, dan bahkan tanaman ini
dapat hidup dalam kondisi kemarau panjang. Perbanyakan
tanaman dapat dengan biji maupun stek batang. Dapat ditanam secara teratur jarak tanamnya dalam satu hamparan
lahan atau hanya sebagai pagar di pekarangan sebagaimana usahatani sayuran. Daunnya dapat di panen secara
periodik untuk sayuran segar atau dikeringkan untuk dijual
dengan dibuat menjadi tepung daun kelor, teh daun kelor
dan lain-lain, sedangkan dari bijinya dapat dijual atau
diproses dahulu menjadi minyak yang dapat digunakan sebagai bahan industri obat-obatan atau kosmetik, minyak
kerosin dan lainnya sehingga mendapat nilai tambah secara
ekonomi. (Dewi Listyati / BALITTRI)
“TREE” Spice and Industrial Crops Communication and Innovation memuat berita seputar tanaman rempah dan
tanaman industri (TRI) dari dalam dan luar negeri; prospek; inovasi teknologi yang dihasilkan; serta rubrik tanya
jawab mengenai tanaman TRI. Redaksi menerima pertanyaan-pertanyaan tentang TRI yang akan dijawab oleh para
peneliti Balittri. Pertanyaan dapat disampaikan melalui e-mail: [email protected]. “TREE” Spice and Industrial
Crops Communication and Innovation dapat diakses secara online ke alamat situs web http://
balittri.litbang.deptan.go.id.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
96
Download