9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Mary Parker Follet Manajemen adalah “Management is the art of getting things down with and through other people”. Definisi ini memiliki dua makna yaitu: “Getting things down with other people” atau mencapai sesuatu “Bekerja bersama” orang lain dan “Getting things down through other people” atau mencapai sesuatu “Bekerja melalui” orang lain. (ULBER : 2011) 2.1.2 Fungsi Manajemen Fungsi manajemen menurut para ahli : Menurut Dalton E.M.C. Farland (1974) dalam “Management Principles” fungsi manajemen terbagi menjadi: - Perencanaan (Planning). - Pengorganisasian (Organizing). - Pengawasan (Controlling). Menurut George R. Ferry dalam “Principles of Management”, (terj. Winardi:2010), proses manajemen terbagi menjadi: - Perencanaan (Planning). - Pengorganisasian (Organizing). - Pengawasan (Controlling). - Pelaksanaan (Activating). Menurut H. Koontz dan O’Donnel (1972) dalam The Priciples of Management, proses dan fungsi managemen terbagi menjadi: - Perencanaan (Planning). - Pengorganisasian (Organizing). - Pengarahan (Directing). - Pengawasan (Controlling). 2.1.3 Bidang-bidang Manajemen Bidang – bidang manajemen adalah sebagai berikut: a. Manajemen Produksi Adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan manajerial seperti Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Penggerakkan (Actuaiting), dan Pengawasan (Controling), terhadap sistem-sistem produksi dengan tujuan agar produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. b. Manajemen Pemasaran Adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan penciptaan dan penyerahan barang atau jasa kepada konsumen atau masyarakat, agar dapat memperluas pasar bagi kemajuan suatu perusahaan ataupun industri. c. Manajemen Personalia / Manajemen Sumber Daya Manusia Adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, perorganisasian, pergerakkan dan pengawasan dalam hal pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian dan pemeliharaan terhadap sumber daya manusia secara terpadu untuk mencapai tujuan organisasi. 10 d. Manajemen Keuangan Adalah aktivitas dari fungsi manajemen untuk menyediakan segala kebutuhan finansial yang berkaitan dengan operasional perusahaan dan organisasi. e. Manajemen Administrasi/Akuntansi Adalah cara mengajukan informasi mengenai administrasi atau akuntansi sedemikian rupa sehingga dapat membantu manajemen dalam menentukan garis – garis kebijaksanaan dan operasional sehari-hari pada suatu usaha. (www.ekonomi-holic.com) 2.2 Manajemen Keuangan 2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha – usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efesien.(Sutrisno:2012) 2.2.2 Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno Fungsi manajemen keuangan terdiri dari: 1. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk – bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat 11 keuntungan di masa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan mengandung resiko atau ke tidak pastian. Resiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan maupun nilai perusahaan. 2. Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber – sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan perusahaannya. 3. Keputusan Dividen Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan : (1) besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (stock dividend), (4) pemecahan saham (stock split), serta (5) penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. 12 Secara skematis fungsi manajemen keuangan dapat digambarkan sebagai berikut: Aktiva Perusahaan: Modal Kerja Aktiva Tetap (2) (1) MANAJEMEN KEUANGAN (3) PASAR KEUANGAN (4a) Gambar 2.1 Manajer Keuangan sebagai penyalur dana Dari gambar diatas, terlihat manajer keuangan sebagai perantara dari pasar keuangan dan operasi perusahaan. Pasar keuangan sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan, ada yang bersifat formal dan informal. Pasar keuangan yang bersifat formal seperti bank, pasar modal, lembaga keuangan, bank perkreditan rakyat, maupun pegadaian. Sedangkan pasar keuangan yang bersifat informal misalnya rentenir, pengijon, baitul mal wattamwil, atau lembaga keuangan yang tidak mempunyai badan hukum. Pasar keuangan ada yang menyediakan sumber dana jangka pendek (pasar uang) dan sumber dana jangka panjang (pasar modal). Dari gambar tersebut bisa dijelaskan sebagi berikut: (1) Manajer Keuangan mencari sumber dana dari pasar keuangan (keputusan pendanaan) dengan komposisi yang menghasilkan biaya paling murah, baik sumber dana hutang maupun modal sendiri. (2) Setelah dana didapatkan, manajer keuangan menanamkannya ke dalam operasi perusahaan, yakni untuk membeli aktiva tetap atau menambah modal kerja (keputusan investasi) , agar didapatkan keuntungan yang optimal. (3) Dari investasi yang ditanamkan diharapkan akan didapatkan keuntungan yang lebih dari cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Dari 13 hasil keuntungan tersebut manajer keuangan akan memberikan kompensasi kepada pemilik dana di pasar keuangan. Sumber dana hutang akan diberikan kompensasi berupa bunga, sedangkan sumber dana modal sendiri akan diberikan dividen (4a). namun dari keuntungan tersebut tidak semuanya dibagikan, tetapi ada sebagian yang ditanamkan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan untuk mengembangkan perusahaan, ini merupakan kebijakan dividen (4b). 2.2.3 Tujuan Manajemen Keuangan Ada beberapa tujuan dari manajemen keuangan yaitu : a. Memaksimumkan nilai perusahaan b. Menjaga stabilitas finansial dalam keadaan yang selalu terkendali c. Memperkecil risiko perusahaan di masa sekarang dan yang akan datang. dari tiga tujuan ini yang paling utama adalah yang pertama yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Pemahaman memaksimumkan nilai perusahaan adalah bagaimana pihak manajemen perusahaan mampu memberikan nilai yang maksimum pada saat perusahaan tersebut masuk ke pasar. (fahmi:2013) 2.3 Perbankan 2.3.1 Pengertian Bank Sentral Bank Sentral (central bank) merupakan lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah di suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan serta 14 menjalankan fungsi sebagai lender of the last resort. Bank sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI), seperti yang termuat dalam pasal 4 ayat (2) Undangundang RI Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Pada dasarnya, Bank Sentral tidak dapat diartikan sebagai bank seperti pada bank umum, karena bank umum cenderung untuk berusaha menginvestasikan asetnya dengan tujuan memaksimumkan profit. Sedangkan, bank sentral sebagai bank milik pemerintah, adalah lembaga keuangan yang tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. (Martono:2013) 2.3.2 Pengertian Bank Beberapa pendapat tentang pengertian bank, yaitu: 1. Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayar sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral. (Prof G.M Veryn Stuart Dalam bukunya Bank Politic). 2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, pengertian bank telah mengalami evolusi, sesuai dengan perkembangan bank itu sendiri. Kedua, fungsi bank pada umumnya adalah (1) menerima berbagai bentuk 15 simpanan dari masyarakat; (2) memberikan kredit, baik bersumber dari dana yang diterima dari masyarakat maupun berdasarkan atas kemampuannya untuk menciptakan tenaga beli baru; (3) memberikan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. (Martono:2013) 2.3.4 Kegiatan Bank 1. Menghimpunan Dana dari Masyarakat (Funding) Menghimpun dan menyalurkan dana kembali pada masyarakat merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang dari kegiatan pokok tersebut. Pengertian menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat ini dilaksanakan oleh bank melalui berbagai strategi agar masyarakat tertarik dan mau menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan bank. Alternatif simpanan yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah simpanan dalam bentuk giro, tabungan, sertifikat deposito serta deposito berjangka dimana masing – masing jenis produk tersebut memiliki kelebihan dan keuntungan tersendiri. Kegiatan penghimpunan dana ini disebut funding. Strategi bank dalam menghimpunan dana adalah dengan memberikan rangsangan berupa imbalan yang menarik dan menguntungkan. Imbalan jasa tersebut dapat berupa perhitungan bunga bagi bank konvensional atau berdasarkan prinsip jual beli dan bagi hasil untuk Bank Syariah (bank islam). Rangsangan lainnya yang dapat diberikan berupa hadiah, pelayanan yang 16 menarik, atau balas jasa lainnya. Semakin menarik dan menguntungkan imbalan yang diberikan, semakin menambah minat masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. 2. Menyalurkan Dana ke Masyarakat (Lending) Menyalurkan dana berarti melemparkan kembali dana yang telah dihimpun melalui simpanan giro, tabungan dan deposito kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (lanable fund) bagi bank konvensional atau pembiayaan bagi bank syariah. Bagi bank konvensional dalam memberikan pinjaman disamping dikenakan bunga, juga dikenakan jasa pinjaman bagi penerima pinjaman (debitur) dalam bentuk biaya administrasi serta biaya provisi dan komisi. Sedangkan bagi Bank Syariah didasarkan pada jual beli dan bagi hasil. Tinggi rendahnya tingkat bunga pinjaman tergantung oleh tinggi rendahnya tingkat bunga simpanan. Semakin tinggi tingkat bunga simpanan, maka semakin tinggi pula tingkat bunga pinjaman dan sebaliknya. Disamping tingkat bunga simpanan, pengaruh tinggi rendahnya tingkat bunga pinjaman juga diperngaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan risiko kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya. Bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan utama diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang diberikan. Keuntungan dari selisih bunga ini di bank dikenal dengan istilah spread based. Jika suatu bank mengalami suatu kerugian dari selisih bunga, dimana tingkat bunga simpanan lebih besar dari 17 tingkat bunga kredit yang diberikan (lanable fund), maka terjadilah negative spread. 3. Memberikan Jasa – Jasa Bank Lainnya (services) Jasa – jasa bank lainnya merupakan jasa pendukung kegiatan bank. Jasa – jasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan penyimpanan dana dan penyaluran kredit. Produk jasa – jasa perbankan lainnya adalah sebagai berikut: 1) Jasa setoran sperti setoran telepon, listrik, air atau uang kuliah 2) Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji, pensiun atau hadiah 3) Jasa pengiriman uang (transfer) 4) Jasa penagihan (inkaso) 5) Jasa kliring (clearing) 6) Jasa penjualan mata uang asing (valuta asing) 7) Jasa penyimpanan dokumen (safe deposit box) 8) Jasa cek wisata (travellers cheque) 9) Jasa kartu kredit (bank card) 10) Jasa letter of credit (L/C) 11) Jasa bank garansi dan referensi bank Banyaknya produk jasa yang ditawarkan sangat tergantung pada kemampuan masing-masing bank. Semakin mampu bank tersebut, maka semakin banyak ragam produk yang ditawarkan. Kemampuan bank dapat dilihat dari segi permodalan, manajemen serta fasilitas sarana dan prasarana yang dimilikinya . 18 2.4 Laporan Keuangan 2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi, atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, dan laporan perubahan ekuitas pemilik . (Rivai:2012) 2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan 1. Memberikan informasi kas yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan perusahaan (termasuk bank) pada suatu saat tertentu. 2. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai hasil usaha perusahaan selama periode akuntansi tertentu. 3. Memberikan informasi yang dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk menilai atau menginterprestasikan kondisi dan potensi suatu perusahaan. 4. Memberikan informasi penting lainnya yang relevan dengan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan kebutuhan yang bersangkutan. 19 2.4.3 Syarat – syarat Laporan Keuangan 1. Relevan : Data yang diolah, ada kaitannya dengan transaksi. 2. Jelas dan dapat dipahami : Informasi yang di sajikan harus ditampilkan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh semua pembaca laporan keuangan. 3. Dapat diuji kebenarannya : Data dan informasi yang disajikan dapat dipergunakan oleh semua pihak. 4. Netral : Laporan keuangan yang disajikan dapat dipergunakan oleh semua pihak. 5. Tepat waktu : Laporan keuangan harus memiliki periode laporan. Waktu penyajiannya harus dinyatakan dengan jelas dan disajikan dalam batas waktu yang wajar. 6. Dapat dipertimbangkan : Laporan keuangan yang disajikan harus dapat diperbandingkan denghan periode-periode sebelumnya. 7. Lengkap : Data yang disajikan dalam informasi akuntansi, harus lengkap sehingga tidak memberikan informasi yang menyesatkan bagi para pemakai laporan keuangan. 2.4.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan 1. Bersifat historis, yaitu merupakan kejadian yang telah lewat. Oleh karena itu, laporan keuangan dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. 2. Bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. 20 3. Bersifat konservatif dalam meghadapi ketidakpastian dan lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih. 2.4.5 Jenis-jenis Laporan Keuangan Jenis laporan keuangan terdiri atas berikut ini. 1. Neraca Neraca bank adalah suatu laporan keuangan yang diterbitkan setiap hari kerja oleh satuan kerja akunting. Laporan tersebut menunjukkan posisi saldo serta mutasi-mutasi dari rekening-rekening subgroup yang dikelola oleh satuan kerja akunting yang bersangkutan. Aktiva bank pada umumnya terdiri dari alat-alat likuid, aktiva produktif, dan aktiva tidak produktif. Sisi pasiva menggambarkan kewajiban bank yang berupa klaim pihak ketiga atau pihak lainnya atas kekayaan bank yang dinyatakan dalam bentuk rekening giro, deposito berjangka tabungan, dan instrument kewajiban lainnya, serta ekuitas yang menggambarkan nilai buku pemilik saham bank. Dengan demikian, neraca memberikan gambaran harta kekayaan, utang, dan modal bank serta memperlihatkan gambaran tentang posisi keuangan suatu bank pada saat tertentu. 2. Perhitungan Laba-Rugi Laporan perhitungan laba rugi bank (profit and loss statement) adalah suatu laporan keuangan bank yang menggambarkan pendapatan dan biaya operasional dan nonoperasional bank serta keuntungan bersih bank untuk suatu periode tertentu. 21 Penyusunan perhitungan laba rugi bank dilakukan dengan menganut konsep konservatisme, yang menekankan bahwa pendapatan yang diperhitungkan adalah pendapatan yang benar-benar telah diterima secara efektif, seperti bunga atau pendapatan lain yang telah diterima oleh bank dari nasabah secara tunai atau atas beban giro nasabah yang saldonya masih mencukupi. Perlakuan terhadap biaya operasional dan nonoperasional dilakukan dengan menggunakkan prinsip accrual basis, yaitu biaya yang akan dibayar di masa yang akan datang sudah diperhitungkan sebagai komponen biaya yang dikeluarkan. 3. Laporan Komitmen dan Kontinjensi Disamping rekening-rekening efektif, dalam buku besar bank terdapat rekening-rekening yang sifatnya administratif. Rekening tersebut digunakan sebagai tempat mencatat transaksi-transaksi yang belum secara efektif mengakibatkan perubahan terhadap aktiva maupun kewajiban bank. Transaksi demikian merupakan transaksi komitmen dan transaksi kontinjensi. Dengan demikian, pos-pos administratif yang terjadi akibat peristiwa komitmen dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok “Tagihan Komitmen” dan kelompok “Kewajiban Komitmen”. Demikian pula pos-pos administrative yang timbul akibat peristiwa Kontinjensi, dikelompokkan menjadi kelompok “Tagihan Kontinjensi” dan kelompok “Kewajiban Kontinjensi”. 22 2.4.6 Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan 1. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat luas merupakan suatu jaminan terhadap uang yang disimpan di bank. Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang ada di laporan keuangan. Dengan adanya laporan keuangan, pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank bersangkutan. Selain itu dengan diumumkannya laporan keuangan secara luas, maka bonafiditas dari bank yang bersangkutan akan diketahui dengan mudah, sehingga bagi calon debitur akan dapat memilih bank mana yang akan mampu membiayai proyeknya. 2. Bagi Pemilik/Pemegang Saham Bagi pemegang saham sebagai pemilik, memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan untuk kemajuan perusahaan dalam menciptakan laba dan pengembangan usaha bank tersebut. Jika dianggap tidak memuaskan maka kemungkinan manajemen yang ada sekarang segera akan diganti dan sebaliknya. Penilaian pemegang saham akan lebih ditekankan pada kemampuan manajemen dalam mengembangkan modalnya untuk memperoleh laba yang rasional, dan kemampuan manajemen bank yang bersangkutan dalam mendukung perkembangan usahanya. 3. Bagi Pemerintah Bagi pemerintah, baik bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan dan kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter dan pengembangan sektor-sektor industri tertentu. 23 Mengingat kedudukannya mengherankan apablika yang Bank sangat Indonesia strategis merasa tersebut perlu tidaklah mengadakan pengawasan dan pembinaan yang intensif terhadap bank-bank pemerintah maupun bank – bank swasta. Bahkan jika perlu akan ikut campur tangan langsung apabila ada suatu bank mengalami berbagai kesulitan yang serius, dan sudah tentu hal ini pula cukup melegakan para penyimpan dananya. 4. Bagi Perpajakan Pihak pajak akan dapat lebih mudah menjalankan tugasnya dalam menetapkan besarnya pajak perseroan bagi bank yang bersangkutan, dengan mempelajari laporan keuangan yang telah diumumkan. Hal ini karena laba bank yang bersangkutan akan terlihat jelas dari laporan laba rugi. Selain dari itu dapat untuk mengukur kewajaran laba atau rugi yang diumumkan tersebut pihak pajak juga akan dapat menbandingkan dengan bank-bank lain yang sejenis. 5. Bagi Karyawan Karyawan berkepentingan untuk mengetahui kondisi keuangan bank, sehingga mereka juga merasa perlu mengharapkan peningkatan kesejahteraan apabila bank memperoleh keuntungan dan sebaliknya. Hal ini karena bank sebagai perusahaan jasa memang selayaknya kesejahteraan para karyawan harus mendapatkan perhatian yang lebih, mengingat para karyawan tersebut merupakan faktor produksinya yang utama. Di samping itu dengan mengetahui perkembangan keuangannya para karyawan juga berkepentingan terhadap penghasilan yang diterimanya tiap akhir tahun 24 apakah sudah sepadan dengan pengorbanan yang diberikan kepada bank di mana ia bekerja. 2.5 Kinerja Keuangan 2.5.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan atura-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General Acepted Accounting Principle), dan lainnya. (Fahmi:2011) 2.6 Analisis Laporan Keuangan 2.6.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisa Laporan Keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. (Sutarno:2012) 2.6.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Dari sudut lain tujuan Analisis Laporan Keuangan menurut Bernstein (1983) adalah sebagai berikut: 25 a. Screening Analisis dilakukan dengan melihat secara analisis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger. b. Forcasting Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. c. Diagnosis Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalahmasalah yang terjadi baik dalam manajemen operasi, keuangan atau masalah lain. d. Evaluation Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efesiensi dan lain-lain. e. Understanding Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Urutan – urutan dalam Menganalisis Laporan Keuangan adalah sebagai berikut: 1) Memahami Latar Belakang Data Keuangan Perusahaan Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis 26 merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalisis laporan keuangan perusahaan. 2) Memahami Kondisi-Kondisi Yang Berpengaruh Pada Perusahaan Selain latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisi-kondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai trend (kecenderungan) industry dimana perusahaan beroperasi; perubahan teknologi; perubahan selera konsumen; perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan per kapita, tingkat bunga, tingkat inflasi dan pajak; dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci. 3) Mempelajari Dan Mereview Laporan Keuangan Kedua langkah pertama akan memeberikan gambaran mengenai karakteristik (profil) perusahaan. Sebelum berbagai teknik analisis diaplikasikan, perlu dilakukan review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Apabila di pandang perlu, dapat menyusun kembali laporan keuangan perusahaan yang dianalisis. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. 4) Menganalisis Laporan Keuangan Setelah memahami profil perusahaandan mereview laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis 27 yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan menginterpretasikan hasil analisis tersebut (bila perlu) disertai dengan rekomendasi 2.7 Metode CAMEL Aplikasi analisis rasio keuangan pada lembaga keuangan perbankan sering disebut sebagai rasio CAMEL, secara konseptual penilaian tingkat kesehatan bank dapat di ilustrasikan pada Gambar 2.2 Berdasarkan ketentuan Undang – Undang RI No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei tahun 1993 yang mengatur tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia dengan Surat Edaran No. 23/21/BPPP tanggal 28 Februari tahun 1991. Kemuadian, tata cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut digantikan dengan tata cara penilaian berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Metode atau cara penialaian tingkat kesehatan bank tersebut dikenal sebagai metode CAMEL 28 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Analisis Tingkat Kesehatan Bank Laporan Keuangan Bank ANALISIS CAMEL Penilaian Permodalan Penilaian Manajemen Penilaian Kualitas Aktiva Penilaian Likuiditas Penilaian Earnings Produktif Capital Adequacy Ratio (CAR) Net Profit Margin (NPM)/ questionare Rasio aktiva Produktif yang Diklasifikasik an terhadap Total Aktiva Produktif ROA Raasio Efisiens i Rasio Likuidit as Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Dibentuk Bank terhadap Penyisihan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk oleh Bank Tingkat Kesehatan Bank : Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat Sumber : Bank Indonesia, 1997. Pada dasarnya tingkat kesehatan Bank dinilai dengan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor Permodalan, Kualitas Aset, Manajemen, Rentabilitas, Likuiditas, dan Sensitivitas terhdap Resiko Pasar (CAMELS). Untuk Kantor Cabang Bank Asing penilaian 29 LDR hanya dilakukan pada faktor Kualitas asset dan Manajemen. Hal-hal yang terkait dengan penilaian faktor CAMELS tersebut antara lain: Hasil penilaian ditetapkan dalam lima peringkat komposit (PK) yaitu: PK-1 = Sangat Baik, PK-2 = Baik, PK-3 = Cukup Baik, PK-4 = Kurang Baik, dan PK-5 = Tidak Baik PK-1 Tabel 2.1 Kriteria penetapan peringkat komposit Bank Umum Bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif dari kondisi perekonomian dan industri keuangan. PK-2 Bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan namun bank masih memiliki kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin. PK-3 Bank tergolong cukup baik namun terdapat bberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat komposit memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif. PK-4 Bank tergolong kurang baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan yang atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. PK-5 Bank tergolong tidak baik sangat sensitif terhadap pengaruh negatif perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. (Sumber: Kasmir : 2012) 30 Tabel 2.2 Faktor & Komponen Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Faktor yang Komponen Bobot dinilai Permodalan - Capital Adequency Ratio (20%) (Capital) - Debr to Equity Ratio (5%) Kualitas aktiva - Rasio aktiva produktif yg produktif (Asset) 25% 30% diklasifikasikan thd aktiva produktif (25%) - Cadangan penghapusan thd aktiva yg diklasifikasikan (5%) Manajemen - Manajemen modal (2,5%) (Management) - Manajemen aktiva (5%) - Manajemen umum (12,5%) - Manajemen rentabilitas (2,5%) - Manajemen likuiditas (2,5%) - Rasio laba sebelum pajak thd total Rentabilitas (Earnings) 25% 10% asset (5%) - Rasio beban operasional thd pendapatan operasional (5%) Likuiditas - (Liquidity) Rasio pinjaman thd dana pihak ketiga 10% (5%) - Rasio call money thd aktiva lancar (5%) (Sumber: Taswan : 2010) Penilaian tingkat kesehatan bank sesuai rasio CAMEL menurut Dendawijaya (2000) dan Muljono (1999) dapat dijabarkan sebagai berikut: 31 2.7.1 Penilaian Capital Fungsi penilaian capital adalah sebagai berikut: a. ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan. b. Alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang saham. c. Untuk memungkinkan manajemen bank bekerja dengan efesien sesuai dengan yang dikehendaki pemilik modal. Dalam menilai capital suatu bank dapat digunakan Capital Adequacy Rasio (CAR) dengan rumus: CAR = Modal x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh Bank for International Settlement (BIS). Nilai kredit dihitung sebagai berikut: untuk CAR = 0% atau negative, nilai kredit = 0, untuk setiap kenaikan 0,1% nilai kredit ditambah dengan 1 dengan nilai maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio kecukupan modal (CAR) adalah 25%. Rumus untuk menentukan nilai kredit dari rasio kecukupan modal adalah Nilai Kredit CAR = 1 + (Persentase CAR) x 1 0,1% 32 No. Tabel 2.3 Skala predikat kesehatan bank, rasio CAR dan nilai kredit untuk permodalan bank. Predikat Rasio CAR Nilai Kredit 1 Sehat 8,00% - 9,99% 81 – 100 2 Cukup sehat 7,90% - < 8,00% 66 - < 81 Setiap penurunan 0,1% Nilai kredit dikurangi 1 ditentukan dari pemenuhan dengan nilai minimum KPMM sebesar 7,9% (Sumber: Taswan : 2010) 2.7.2 Penilaian Kualitas Aktiva Produktif (KAP) a. Bad Debt Ratio (BDR) besarnya nilai bad debt ratio suatu bank dapat dihitung dengan rumus: BDR = Aktiva Produktif yang diklasifikasi x 100% Aktiva Produktif Aktiva produktif yang diklasifikasi dengan kriteria sebagai berikut: 1) 25% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus. 2) 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar. 3) 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan. 4) 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet. Aktiva produktif meliputi beberapa hal berikut: 1) Kredit yang diberikan bank dan telah dicairkan. 2) Surat-surat berharga (baik surat berharga pasar uang maupun surat berharga pasar modal). 33 3) Penyertaan saham. 4) Tagihan pada bank lain. Nilai kredit rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan dihitung sebagai berikut: 1) untuk BDR =15,5% atau lebih nilai kredit = 0. 2) Untuk setiap penurunan 0,15% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Bobot CAMEL untuk bad debt rasio adalah 25%. Rumus untuk menentukan nilai kredit dari rasio KAP (1) adalah: Nilai Kredit KAP(1) = (15,5% - Persentase KAP(1)) X 1 0,15% Tabel 2.4 Skala predikat rasio dan nilai kredit untuk KAP (1) bank No. Predikat Rasio Nilai Kredit 1 Sehat 2,35% - 0,5% 81 – 100 2 Cukup sehat 5,6% - < 3,37% 66 - < 81 3 Kurang sehat 7,85% - < 5,75% 51 - < 66 4 Tidak sehat 15,5% - < 7,85% 0 - < 51 (Sumber: Taswan : 2010) b. Cadangan Aktiva yang Diklasifikasikan Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia dalam surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/148/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, setiap bank umum wajib membentuk cadangan khusus yang ditujukan guna menampung 34 kemungkinan kerugian yang terjadi akibat penurunan kualitas aktiva produktif. Rumus yang digunakan adalah : Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Dibentuk Bank KAR (2) = x 100% Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk Bank Nilai kredit rasio penyisihan (cadangan) penghapusan aktiva produktif yang diklasifikasikan dihitung sebagai berikut. 1) Untuk rasio = 0 (tidak memiliki cadangan/penyisihan), nilai kredit = 0 2) Untuk setiap kenaikan sebesar 1%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Bobot CAMEL untuk penyisihan (cadangan) bagi AYPD (aktiva Produktif yang Diklasifikasikan) adalah 5%. Rumus untuk menentukan nilai kredit dari rasio KAP(2) adalah: Nilai Kredit KAP (2) = Presentase KAP (2)x 1 1% No Tabel 2.5 Skala predikat, rasio, dan nilai kredit untuk KAP (2) bank Predikat Rasio Nilai Kredit 1 Sehat 81% - 100% 81 – 100 2 Cukup Sehat 66% - < 81% 66 - < 81 3 Kurang Sehat 51% - < 66% 51 - < 66 4 Tidak Sehat 0% - < 51% 0 - < 51 (Sumber: Taswan : 2010) 35 2.7.3 Penilaian Manajemen Komponen penilaian faktor manajemen ada 2 , yaitu manajemen umum dan manajemen resiko. Jumlah pertanyaan bank devisa sebanyak 100, sedangkan bank bukan devisa sebanyak 85. Nilai kredit setiap pertanyaan/pernyataan bank devisa sebesar 0,25% ; sedangkan bank bukan devisa sebesar 0,294. Setiap pertanyaan berskala 0 – 4 dimana nilai 0 mencerminkan lemah ; nilai 1,2,3 mencerminkan kondisi antara ; serta nilai 4 mencerminkan nilai baik. Rumus untuk menentukan nilai kredit dari rasio manajemen adalah : a. Nilai Kredit untuk bank devisa : ( 100 x 0,25 ) x rata – rata skala penilaian. b. Nilai Kredit untuk bank bukan devisa : ( 85 x 0,294 ) x rata – rata penilaian. Tabel 2.6 Skala predikat dan nilai kredit untuk penilaian manajemen bank No Predikat Nilai Kredit 1 Sehat 81 – 100 2 Cukup Sehat 66 - < 81 3 Kurang Sehat 51 - < 66 4 Tidak Sehat 0 - <51 (Sumber: Taswan : 2010) 2.7.4 Penilaian Rentabilitas (Earnings) a. Return On Assets (ROA) Besarnya nilai return on assets dapat dihitung dengan rumus ini: ROA = Laba Sebelum Pajak π₯ 100% Total Aktiva 36 Nilai kredit dapat dihitung sebagai berikut: 1) Untuk rasio sebesar 0% atau lebih, nilai kredit = 0 2) Untuk setiap kenaikan 0,015%; nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Bobot CAMEL untuk return on assets adalah 5%. Rumus untuk menentukan nilai kredit dari rasio ROA adalah: Nilai Kredit ROA = πersentase ROA x 1 0,015% Tabel 2.7 Skala predikat, rasio, dan nilai kredit untuk ROA bank No Predikat Rasio Nilai Kredit 1 Sehat 1,22% - 1,5% 81 – 100 2 Cukup sehat 0,99% - < 1,22% 66 - < 81 3 Kurang sehat 0,77% - < 0,99% 51 - < 66 4 Tidak sehat 0% - < 0,77 % 0 - < 51 (Sumber: Taswan : 2010) b. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Besarnya nilai BOPO dapat dihitung dengan rumus berikut: π΅πππ = Biaya Operasional π₯ 100% Pendapatan Operasional 37 Kriteria nilai kredit BOPO dapat dihitung sebagai berikut: 1) Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0 2) Untuk setiap penurunan sebesar 0,08%; nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio BOPO adalah 5%. Rumus untuk menentukan nilai kredit dari rasio BOPO adalah: Nilai Kredit BOPO = [100% − (Persentase BOPO) π₯ 1 0,08% Tabel 2.8 Skala predikat, rasio, dan nilai kredit BOPO Rasio Nilai Kredit No Predikat 1 Sehat 93,52% - 92% 81 – 100 2 Cukup sehat 94,72% - < 93,53% 66 - < 81 3 Kurang sehat 95,92% - < 94,73% 51 - < 66 4 Tidak sehat 100% - < 95,92% 0 - < 51 (Sumber: Taswan : 2010) 2.7.5 Penilaian Likuiditas a. Loan to Deposit Ratio Besarnya nilai loan to deposit ratio dapat dihitung dengan rumus berikut: πΏπ·π = Jumlah Kredit yang Diberikan π₯ 100% Dana Pihak Ketiga + KLBI + Modal Inti 38 Jumlah kredit yang diberikan dalam rumus diatas adalah kredit yang diberikan bank yang sudah direalisisr/ditarik/dicairkan. Dana pihak ketiga meliputi simpanan masyarakat berupa giro, tabungan, dan berbagai jenis deposito, sedangkan KLBI adalah volume pemberian pinjaman (kredit) yang diberikan Bank Indonesia kepada bank yang bersangkutan. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia modal inti bank terdiri atas modal yang telah disetor pemilik bank, agio saham (terutama untuk bank yang telah go public) berbagai cadangan, laba ditahan (setelah diputuskan oleh rapat umum pemegang saham bank), serta laba tahun berjalan. Nilai kredit loan to deposit ratio dihitung sebagai berikut: 1) Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih, nilai kredit = 0. 2) Untuk setiap penurunan 1% mulai dari 115% diberi nilai kredit ditambah 4, nilai maksimum 100. Bobot CAMEL untuk LDR adalah 5%. Rumus untuk menentukan nilai kredit dari rasio LDR adalah sebagai berikut: Nilai Kredit LDR = [ 115% − (Persentase LDR) π₯ 4 1% Tabel 2.9 Skala predikat, rasio, dan nilai kredit untuk LDR bank No Predikat Rasio Nilai Kredit 1 Sehat ≤ 94,75% 81 – 100 2 Cukup sehat 94,76% - 98,5% 66 - < 81 3 Kurang sehat 98,51% - 102,25% 51 - < 66 4 Tidak sehat > 100% 0 - < 51 (Sumber: Taswan : 2010) 39 b. Rasio Nett Call Money terhadap Current Assets (Liquidity Ratio) Nett call money merupakan selisih absolut antara volume transaksi call money yang diberikan oleh suatu bank umum kepada bank lain dengan volume transaksi call money yang diterima oleh bank tersebut dari bank lain. Current assets bank terdiri atas kas, giro di Bank Indonesia, serta piutang jangka pendek lainnya yang dapat segera dicairkan bila diperlukan (alat-alat likuid). Rumus Liquidity Ratio (LR) adalah sebagai berikut: LR = Kewajiban Bersih πΆπππ πππππ¦ π₯ 100% Aktiva Lancar Nilai kredit dihitung sebagai berikut: 1) Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0 2) Untuk setiap penurunan sebesar 1%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Bobot CAMEL untuk LR adalah 5%, rumus untuk menentukan nilai kredit dari rasio LR adalah sebagai berikut: Nilai Kredit LR = [100% − (Persentase LR)π₯ 1 1% 40 No Tabel 2.10 Skala predikat, rasio, dan nilai kredit untuk LR bank: Predikat Rasio Nilai Kredit 1 Sehat 19% - 0% 81 -100 2 Cukup sehat 24% - 19,1% 66 - < 81 3 Kurang sehat 49% - 34,1% 51 - < 66 4 Tidak sehat 100% - 49% 0 - < 51 (Sumber: Taswan : 2010) Penjumlahan nilai CAMEL yang telah dikalikan dengan bobotnya masingmasing seperti diuraikan di atas, selanjutnya secara keseluruhan golongan predikat tingkat kesehatan bank dapat ditentukan sebagai berikut: Tabel 2.11 Nilai Kredit CAMEL Predikat No Nilai Kredit CAMEL 1 81 -100 Sehat 2 66 - < 81 Cukup sehat 3 51 - < 66 Kurang sehat 4 0 - < 51 Tidak sehat (Sumber: Taswan : 2010) 41