BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Sebagai Proses

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Sebagai Proses Pencetakan Makna
Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali
oleh semua orang, namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya secara
memuaskan. Komunikasi memiliki variasi definisi yang tidak terhingga
seperti; saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, gaya
rambut kita, kritik sastra, dan masih banyak lagi. Hal ini adalah salah satu
permasalahan yang dihadapi oleh para akademisi.
3
Komunikasi merupakan proses transmisi segala informasi atau pesan
dan buah pikiran kepada komunikan, begitu pula sebaiknya. Komunikasi
dapat dianggap berjalan lancar dalam suatu kelompok bila penggunaan
elemen – elemen dalam proses transmisi tersebut sama, karena apabila elemen
yang dipakai tidak sama dengan yang dipakai oleh komunikan, maka
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator akan sulit untuk diterima
maknanya oleh komunikan.
John Fikse dalam bukunya Culture and Communication Studies juga
mencoba menjelaskan tentang studi komunikasi, ia mengajukan model yang
disebut dengan ―
Mazhab‖ utama dalam studi komunikasi. Pertama Fikse
3
John Fikse, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada,. 2012, hal1
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
menyebutkan Mazhab Proses, yang melihat komunikasi sebagai transmisi
pesan, dan yang kedua, Fikse menyebutkan Mazhab Semiotika, yang melihat
komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna.4
John Fikse berusaha menjelaskan kedua mazhab tersebut, yaitu:
Mazhab pertama melihat pada komunikasi sebagai transmisi pesan yaitu
bagaimana pengirim dan penerima mengkostruksikan pesan (encode) dan
menerjemahkannya (decode), dan bagaimana transmitter menggunakan
saluran dan media komunikasi. Ia melihat komunikasi sebagai suatu proses
yang dengannya seorang pribadi mempengaruhi perilaku pribadi yang lain,
mazhab ini cenderung bicara tentang kegagalan komunikasi dan ia melihat ke
tahap-tahap dalam proses tersebut guna mengetahui dimana kegagalan
tersebut terjadi.
Mazhab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran
makna berkenan dengan bagaimana pesan atau teks berinterkasi dengan orang
-orang dalam rangka menghasilkan makna: yakni, ia berkenaan dengan peran
teks dalam kebudayaan kita, ia menggunakan istilah-istilah seperti pertandaan
(signification) dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai bukti yang
penting dari kalangan komunikasi, hal ini mungkin akibat dari perbedaan
budaya antara pengirim dan penerima. Bagi mazhab ini, studi tentang teks dan
John Fikse, Culture and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komperhensif,
Yogyakaarta; Jalasutra, 2007 hal xi
4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
kebudayaan. Metode studi yang utama adalah semiotika (ilmu tentang tanda
dan makna).5
Komunikasi pun adalah proses pemaknaan oleh penerima informasi
atas informasi yang diberikan, sehingga komunikasi adalah proses pemaknaan
tanpa henti. Dalam pemaknaan semua model makna memiliki bentuk yang
secara luas mirip, masing-masing memperhatikan tiga unsur yang harus ada
dalam ssetiap studi tentang makna, ketiga unsur itu adalah (1) tanda, (2) acuan
tanda, (3) penggunaan tanda. Tanda itu sendiri merupakan sesuatu yang
bersifat fisik, bisa dipersepsikan oleh indra kita: tanda mengacu pada sesuatu
diluar tanda itu sendiri dan tergantung ada pengenalan oleh penggunanya
sehingga bisa dissebut makna. 6
Tanda yang dipakai dalam komunikasi terkadang terdapat banyak
perbedaan, karena banyak factor yang mempengaruhi perbedaan tersebut
seperti misalnya kebudayaan yang terdapat di tempat tertentu. Kebudayaan
yang dipakai oleh negaranya tertentu, nilai moral dalam kebudayaan tertentu,
nilai-nilai yang dianut oleh agama tertentu, dan dll. Yang menjadikan
penggunaan tanda dari seseorang dapat menjadi pemaknaan lain oleh
penerima tanda tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh John Fikse :
5
6
Ibid. hal 8
Ibid. hal 61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
―saya berasumsi bahwa semua komunikasi melibatkan tanda (signs)
dan code (codes). Tanda adalah artefak atau tindakan yang merujuk pada
sesuatu yang lain diluar tanda itu sendiri: yakni tanda menandakan konstruk
kode adalah system tanda-tanda diorganisasikan dan yang menentukan
bagaimana tanda – tanda itu mungkin berhubungan satu sama lain‖. 7
Definisi yang diberikan John Fikse disini dapat dilihat bahwa
komunikasi berkaitan erat dengaan tanda dank ode, dengan pemilihan tanda
yang tepat mampu menciptakan kode yang tepat kepada penerima tanda
tersebut. Sehingga terciptalah pemaknaan yang sama antara si pemberi pesan
dengan si penerima pesan.
Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner komunikasi adalah
suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain – lain
melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka
dan lain-lain. 8
Komunikasi adalah proses menyampaikan pesan atau informasi
dengan tujuan mempengaruhi, menciptakan pemahaman, membujuk si
penerima pesan untuk melakukan seperti si pemberi pesan harapkan, hal ini
serupa dengan dunia promosi atau pemasaran. Melalui penggunaan simbolsimbol dan kode-kode yang tepat sesuai dengaan tujuan pesan film sehingga
film tersebut akan mampu diinterpresentasikan oleh khalayak maknanya,
7
8
Ibid. hal 8
Ibid. hal 2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
maka film dipahami dan dimaknai tujuannya, sehingga pesan dalam film
mudah tersampaikan.
Dalam pikiran Schutz, semua manusia didalam pikirannya membawa
apa yang dinamakan stock of knowledge, baik stock of knowledge tentang
barang-barang fisik, tentang sesama manusia, artefak dan koleksi-koleksi
social maupun objek-objek budaya. Stock of knowledge yang mereka dapatkan
melalui proses sosialisasi itu, meyediakan frame of reference atau orientasi
yang mereka gunakan dalam mengintrepretasikan objek-objek dan peristiwaperistiwa yang mereka lakukan sehari-hari.9 Kegiatan komunikasi sendiri pada
dasarnya dimaksudkan untuk membawa semua partisipan yang terlibat (dalam
kegiatan komunikasi tersebut) untuk memiliki pemahaman yang sama tentag
apa yang terjadi.
Film dapat masuk kedalam masyarakat dan dapat diterima masyarakat
Indonesia, dikarenakan film menyamakan Stock of knowledge (penyadaran
diri pada tipifikasi-tipifikasi atau ―
resep-resep‖ tindakan yang sudah ada
dalam budaya mereka. Tipifikasi-tipifikasi ini menyediakan cara-cara untuk
bertindak solusi-solusi masalah dan interpretasi tentang dunia social)10 dengan
masyarakat Indonesia, dengan menggunakan film-film berhubungan dengan
budaya-budaya yang ada di Indonesia, ataupun pola tingkah laku yang khas di
Indonesi, maka mampu tercipta sebuah stock of knowledge yang sama dengan
9
Ratna Novianti, Jalan Tengah Memahami Iklan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002. Hal 49
Ibid. hal 50
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
komunikan. Seorang komunikator yang memiliki stock of knowledge yang
sama dengan komunikan akan dianggap sedang menemukan sebuah
kebenaran. Jika komunikator tidak mampu mempelajari stock of knowledge
dari komunikan, maka kebenaran yang dikemukakan oleh komunikator akan
dipertanyakan, dan komunikasi menjadi tidak efektif. 11
Dalam komunikasi pun terdapat media dalam mendukung proses
komunikasi tersebut, yaitu media massa. Media massa merupakan media
komunikasi yang menimbulkan keserempakan, yang berarti khalayak dalam
jumlah yang relative sangat banyak, secara bersama-sama, dan pada saat yang
sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut. 12
Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio dan
televise (keduanya dikenal sebagai media elektronik), surat kabar dan majalah
(keduanya dikenal sebagai media cetak), sseta media film. Film yang
dijadikan sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop.
13
Film
merupakan bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia.
Film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi
imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang
sempurna.14 Film merupakan kekuatan untuk membatasi pola piker dan
imajinasi audiens terhadap isu yang disodrokan di dalam film. Keputusan apa
Ibid. hal 59
Uchjana Effendy, onong, Kamus Komunikasi, Bandung: Mandar Maju 29889, hal 217
13
Elvinaro Ardianto dan Lukiati K. Edinaya, Komunikasi Massa : Suatu Pengantar Bandung: PT
Remaja RosdaKarya, 2004. hal 3
14
Ibid. hal 143
11
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
yang kita ambil, tindakan apakah yang akan kita lakukan, bagaimana apresiasi
kita terhadap isu tertentu hanya terbatas dalam dimensi film tersebut melalui
scene-scene yang ditampilkan dalam film.
Menurut Kincaid dan Sehram yang dikutib oleh Sobur mengemukakan
bahwa makna kadang—kadang berupa satuan jalinan asosiasi, pikran yang
berkaitan serta perasaan yang melengkapi konsep yang diterapkan.
15
Upaya
untuk memahami makna, sesungguhnya merupakan salah satu masalah
filsafat yang tertua dalam umur manusia. Konsep makna telah menarik
perhatian disiplin komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi, dan
linguistic. Itu sebabnya beberapa pakar komunikasi sering menyebut kata
makna ketika mereka merumuskan definisi komunikasi Stewart L Tubbs dan
Sylvia Moss misalnya mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
pembentukan makna diantara dua atau lebih, sedangkan Judy C. Pearson dan
Paul E. Nealson mengatakan komunikasi adalah proses memahami dan
berbagi makna.16
Film sebagai media komunikasi visual yang penting maka diperlukan
pengkajian yang lebih mendalam tentang film, dengan mengkaji tersebut
diperlukan sebuah bidang studi yang meneliti tentang elemen-elemen tersebut,
maka dipergunakanlah studi semiotika yang adalah bidang studi yang
mempelajari pemaknaan dari ssuatu tanda atau lambang. Dipakai bidang studi
15
16
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Rosdakarya. 2006. Hal 244
Ibid. hal 255
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
semiotika, ini pula untuk dapat mengkaji keefektifitasan dan pemaknaan
secara lebih mendalam dalam film terssebut.
2.2
Film
Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan
informasi, pendidikan, dan hiburan. Hiburan adalah salah satu media visual
auditif yang mempunyai jangkauan yang sangat luas, mengingat sifatnya yang
terbuka, cakupan pemirsa yang tidak mengenal usia dan meliputi seluruh
lapisan masyarakat mulai dari anak – anak, remaja, hingga orang dewasa.
Film merupakan salah satu bentuk dari komunikasi massa dimana film
sebagai pesan yang disampaikan kepada khalayak sedangkan perusahaan
produksi sebagai komunikator dan bioskop sebagai media atau channel.
Luas jangkauan siaran dan cakupan pemirsanya bukan saja
menjadikan film sebagai alat untuk mempengaruhi terhadap perkembangan
pengetahuan dan tingkat penyerapan pesan – pesan yang disampaikan melalui
media ini jauh lebih intensif jika dibandingkan dengan media komunikasi
lainnya. Film dapat dikatakan sebagai suatu penemuan tekbologi modern
paling spektakuler yang melahirkan kemungkinan.
2.2.1
Definisi Film
Pertama, dalam pengertian kimia fisik dan teknik, film berarti selaput
halus. Pengertian ini dapat dicontohkan, misalnya pada selaput tipis cat atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
pada lapisan tipis yang biasa dipakai untuk melindungi benda – benda seperti
dokumen (laminasi). Dalam fotografi dan sinematografi film berarti bahan
yang dipakai untuk segala sesuatu yang berkaitan dengan foto. Kedua, film
juga mempunyai pengertian paling umum, yaitu untuk menanamkan
serangkaian gambar yang diambil dari obyek yang bergerak. Gambar obyek
itu memperlihatka suatu serial gerakan atau momen yang berlangsung secara
– terus – menerus, kemudian diproyeksikan ke dalam sebuah layar dengan
memutarnya dalam kecepatan tertentu sehingga menghasilkan sebuah gambar
hidup.
Film atau gambar hidup merupakan gambar – gambar dalam farame
dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara
mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film itu bergerak
dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang berkelanjutan.
Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah – satu
media komunikasi massa audiovisual yang dibuat berdasarkan asas
sinematografi yang direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, da
bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan
ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan
atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan atau ditayangkan dengan sistem
proyeksi mekanik, elektronik, dan sistem lainnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Film adalah gambaran bergerak yang direkam melalui pita video yang
menghasilkan gambar sebagai sarana hiburan dan sebagai komunikasi massa
untuk menyampaikan pesan terhaadap khalayak.
Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda – tanda itu
termasuk bebagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya
mencapai efek yang diharpkan. Paling penting dalam film adalah gambar dan
suara 17.
Film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita
atau juga biasa disebut movie atau video. Film secara kolektif sering disebut
―
Sinema‖. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk popular dari hiburan, dan
juga bisnis, yang diperankan oleh tokoh – tokoh sesuai karakter direkam dari
lensa (kamera) atau animasi18.
Untuk meningkatkan kesan dan dampak dari film, suatu film diiringi
suara yang dapat berupa dialog atau music sehingga dialog atau music
merupakan alat bantu penguat ekspresi, di samping suara music, warna yang
mempertinggi tingkat nilaikenyataan pada film sehingga unsure sungguh –
sungguh terjadi sedangkan dialami oleh khalayak pada saat film diputar makin
terpenuhi.
Film juga dimasukkan ke dalam kelompok komunikasi massa. Selain
mengandung aspek hiburan, juga membuat pesan eduktif. Namun aspek social
17
18
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakaarya. Bandung : 2009. Hal 128.
Panca Javalasta, 5 Hari Mahir Bikin Film, Muntaz Media, 2011. Hal 1.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
kontrolnya tidak sekuat pada surat kabar atau majalah seta televisi yang
memang menyiarkan berita berdasarkan fakta yang terjadi. Fakta di dalam
film ditampilkan secara abstrak, di mana tema cerita bertitik tolak dari
fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Bahkan dalam film, cerita dibuat
secara imajinatif. Film sebagai alat komunikasi massa baru dimulai pada
tahun 1901, ketika Ferdinand Zecca membuat film ―
The Story Of Crime‖ di
Prancis dan Edward S. Poter membuat film ―
The Life Of An American
Fireman‖ pada tahun 1992.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa film pada dasarnya
merupakan serangkaian gambar yang diambil dari objek bergerak, yang
kemudian menghasilkan serial peristiwa – peristiwa secara kontinyu dan
berfungsi sebagai media komunikasi, media hiburan, pendidikan dan
penerangan serta diiringi dengan unsure ekspresi penguat seperti music,
dialog dan juga warna sehingga mampu membuat filmitu menjadi serealistis
mungkin. Tema cerita dalam film biasa berangkat dari fenomena social dan
budaya yang terjadi di tengah masyarakat Jepang dan jenis film yang peneliti
angkat adalah Action.
2.2.2
Jenis-jenis Film
Film dalam batasan sinematografi sepanjang sejarahnya memberikan
keluasan tema bila dilihat dari isi dan sasaran tujuannya, jenis – jenis film
antara lain :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
1.
Film Dokumenter
Dumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya
Laumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang
dibuat sekitar tahun 1890-an19.
Film documenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi,
pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu, intinya film
documenter tetap berpijak paada hal – hal senyata mungin.
Meskipun film dokumentar sudah menjadi sebuah tred tersendiri
dalam perfilman dan juga distasiun televisi ditayangkan documenter dan
diikut sertakan dalam festival film seperti eagle award yang diadakan di Metro
TV.
2.
Film Cerita Pendek
Film cerita pendek atau yang lebih sering disebut film pendek
merupakan film yang berdurasi kurang dari 60 menit. Film pendek sering
diadakan di festifal film di IKJ. Para sineas sering memproduksi film pendek
sebagai batu loncatan agar dapat masuk ke industry perfilman.
3.
Film Panjang
Film panjang adalah cerita fiksi yang berdurasi lebih dari 60 menit.
Umumnya berkisar antara 90 – 100 menit. Film yang diputar dibioskop
umumnya masuk dalam kelompok ini. Beberapa film juga bahkan berdurasi
19
Ibid hal 2 – 4.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
lebih dari 120 menit, misalnya Dance With Wolves bahkan film India bisa
mencapai 180 menit20.
2.3
Representasi
Istilah representasi merupakan penggambaran (perwakilan) kelompok
– kelompok dan institusi social. Penggambaran itu tidak hanya berkenan
dengan tampilan fisik (appreance) dan deskripsi, melainkan juga terkait
dengan makna atau nilai dibalik tampilan fisik, tampilan fisik representasi
adalah sebuah jubah yang menyembunyikan bentuk makna sesungguhnya
yang ada dibaliknya21.
Representasi itu sendiri merujuk bagaimana seseorang, satu kelompok,
gagasan
atau
pendapat
tertentu
ditampilkan
dalam
pemberitaan
,
penggambaran yang tampil bisa jadi adalah penggambaran yang buruk dan
cenderung memarjinalkan seseorang atau kelompok tertentu22.
Chris Barker menyebutkan bahwa representasi adalah tentang
bagaimana dunia dikonstruksikan dan disajikan kepada kita dan oleh kita.
Sedangkan representasi cultural adalah makna yang memiliki sifat material,
20
Loc.cit.
Ibid Hal 5.
22
Grame Burton, Membincangkan Televisi Teks Media, LKIS Pelang Aksara, Yogyakarta, 2001.
Hal:114.
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
mereka tertanam dalam bunyi – bunyi, tulisan – tulisan, benda – benda,
gambar – gambar, buku – buku, majalah – majalah dan program – program23
Representasi yang berkaitan dengan produksi simbolik yaitu
pembuatan tanda – tanda dalam kode – kode dimana kita menciptakan makna
– makna dengan mempelajari representasi24.
Dari beberapa teori diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
representasi adalah suatu penggambaran makna yang berupa bunyi – bunyi,
gambar – gambar, foto – foto dan sebagainya yang dikonstruksikan kepada
kita dan oleh kita.
2.4
Budaya
Kata kebudayaan berasal dari buth dalam bahasa sansekerta yang
berarti akal, kemudia menjadi budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk)
sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia.
Dalam bahasa inggris, kebudayaan adalah culture, berasal dari kata
culere (bahasa Yunani) yang berarti mengerjakan tanah. Dengan mengerjakan
tanah, ,manusia mulai hidup sebagai penghasil makanan (food producing).
Hal ini berarti manusia berbudi daya.
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia
adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat yakni alam dan
23
24
Chris Barker, Cultural Studies dan Praktek, Bentang, Yogyakarta, 2005, Hal : 10
Loc.cit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
zaman (kodrat dan masyarakat yang merupakan bukti kejayaan hidup dan
penghidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada
akhirnya bersifat tertib dan damai)25.
Sementara menurut Malinowski menyebutkan kebudayaan pada
prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat
kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas26.
Budaya merupakan hasil dari olah piker manusia sehingga budaya
disetiap daerah dan Negara berbeda – beda karena beberapa factor yang
mempengaruhi seperti lingkungan, factor induk bangsa, dll. Kebudayaan
merupakan pengalaman manusia, simbol dalam menginterpretasikan makna,
seperangkat pengetahuan yang disampaikan secara turun menurun dan
berlangsung
di
dalam
kehidupan
masyarakatnya
sejalan
dengan
perkembangan zaman. Hal ini menunjukan bahwa kebudayaan merupakan
sekumpulan sikap, nilai, keyakinan dan perilaku yang dimiliki bersama oleh
sekelompok orang, yang dikomunikasikan dari ssatu generasi ke generasi
berikutnya melalui bahasa atau melalui media komunikasi.
Sekumpulan perilaku ini mengalami proses sosialisasi yang sama dan
mempunyai enkulturalisasi dengan cara – cara yang mirip. Dengan kata lain,
25
26
Suparto, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, Hal 31.
Ibid Hal 31.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
setiap orang sebagai manusia yang berkebudayaan diatur oleh norma – norma
yang berlaku dalam masyarakatnya (Gerrtz, 1973)27.
2.4.1
Bushido
Bushido (tatacara ksatria) adalah sebuah kode etik keksatriaan
golongan Samurai dalam feodalisme Jepang. Bushido berasal dari nilai-nilai
moral samurai, paling sering menekankan beberapa kombinasi dari
kesederhanaan, kesetiaan, penguasaan seni bela diri, dan kehormatan sampai
mati28.
2.4.2
Shogun
Shogun adalah istilah bahasa Jepang yang berarti jenderal. Dalam
konteks sejarah Jepang, bila disebut pejabat shogun maka yang dimaksudkan
adalah Sei-i Taishōgun yang berarti Panglima Tertinggi Pasukan Ekspedisi
melawan Orang Biadab. Sei-i Taishōgun merupakan salah satu jabatan
jenderal yang dibuat di luar sistem Taihō Ritsuryō. Jabatan Sei-i Taishōgun
dihapus sejak Restorasi Meiji. Walaupun demikian, dalam bahasa Jepang,
istilah shōgun yang berarti jenderal dalam kemiliteran tetap digunakan hingga
sekarang.
27
28
Op.cit Hal 31.
http://yuiword.com/2011/04/05/bushido-spirit/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Sejak zaman Nara hingga zaman Heian, jenderal yang dikirim untuk
menaklukkan wilayah bagian timur Jepang disebut Sei-i Taishōgun, disingkat
shogun. Jabatan yang lebih rendah dari Sei-i Taishōgun disebut Seiteki
Taishōgun dan Seisei Taishōgun. Gelar Sei-i Taishōgun diberikan kepada
panglima keshogunan (bakufu) sejak zaman Kamakura hingga zaman Edo.
Shogun adalah juga pejabat Tōryō (kepala klan samurai) yang didapatkannya
berdasarkan garis keturunan.
Pejabat shogun diangkat dengan perintah kaisar, dan dalam praktiknya
berperan sebagai kepala pemerintahan/penguasa Jepang. Negara asing
mengganggap shogun sebagai "raja Jepang", namun secara resmi shogun
diperintah dari istana kaisar, dan bukan penguasa yang sesungguhnya.
Kekuasaan tertinggi tetap berada di tangan Kaisar Jepang29.
2.4.3
Samurai
Asal muasal kaum samurai adalah pada wangsa (keluarga) Yamato,
yang merupakan klan terkuat di Jepang hingga abad ketujuh Masehi. Istilah
samurai, berasal dari kata kerja bahasa Jepang saburau yang berarti
’melayani’. Pada pada awalnya istilah mengacu kepada ―
seseorang yang
mengabdi kepada bangsawan‖. Yang dinamakan samurai hanya mereka yang
29
Smith II, Henry D. The Trouble with Terasaka: the forty-seventh rōnin dan the Chūshingura
imagination. Japan Review, 2004, 16:3-65.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
lahir di keluarga terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga
kekaisaran.
Selanjutnya
keluarga
Yamato
kesulitan
mempertahankan
sentralisasi negara dan mulai mendelegasikan tugas militer, administrasi, dan
penarikan pajak pada mantan pesaing yang befungsi sebagai gubernur.
Yamato dan kekaisaran makin melemah, sedangkan gubernur lokal makin
kuat. Beberapa di antara mereka berevolusi menjadi daimyo atau penguasa
feodal yang menguasai teritori tertentu dan independen dari pemerintahan
pusat.
Periode tersebut disebut masa Heian (749-1185) yaitu ketika Jepang
terpisah dalam beberapa provinsi yang dipimpin oleh gubernur (daimyo) yang
langsung didatangkan dari ibukota kekaisaran Heiankyo (Kyoto). Para daimyo
umumnya adalah pangeran yang memiliki pasukan pengawal. Pengawal inilah
yang dikenal sebagai samurai. Istilah lain yang mengacu kepada samurai
yakni bushi yang berarti ―o
rang yang dipersenjatai/kaum militer‖.
Para daimyo makin mandiri dan secara perlahan meningkatkan
anggota pasukan samurai mereka, dan menyiapkan klan keluarga masingmasing sebagai penguasa turun-temurun. Pada periode tersebut pasukan
samurai yang mereka miliki berkembang menjadi kelompok ksatria
profesional yang juga menjadi profesi turun-temurun.
Pada awal abad ke 12 para gubernur provinsi (daimyo) yang lebih kuat
dan kaya mulai bersaing untuk meraih kekuasaan. Pada tahun 1185 Minamoto
no Yoritomo seorang panglima perang dari provinsi timur berhasil
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
mengalahkan daimyo lainnya dan secara resmi menunjuk dirinya sebagai
shogun yang berarti diktator militer. Mulaiah berlaku sistem feodal dengan
pemerintahan militer (Bakufu) atas provinsi-provinsi.
Selanjutnya penguasa militer datang silih berganti. Namun, sejak saat
itu, semua shogun, daimyo, beserta pasukan samurai mereka menjadi salah
satu kelompok masyarakat yang paling hebat di Jepang dan mereka
menguasai negara hingga 1867 (selama hampir 700 tahun). Seiring
berjalannya waktu, semua anggota kelas penguasa, mulai dari shogun hingga
ksatria yang paling rendah kastanya secara umum disebut sebagai samurai.
Pada tahun 1400, jumlah anggota kelompok samurai di Jepang
mencapai angka 10 persen dari seluruh populasi masyarakat. Karena tidak ada
masa peperangan, para samurai mulai merambah ke berbagai aspek budaya.
Para samurai menggabungkan latihan keras dalam seni perang dengan studi
ilmu klasik China seperti sastra, puisi, kaligrafi, seni lukis, dan seni keramik.
Semakin tinggi derajat samurai termasuk shogun, maka semakin penting pula
pelajaran tersebut baginya.
Keadaan aman tanpa perang berlangsung hingga 1467 sebelum
akhirnya pemerintahan shogun melemah dan para daimyo mulai berusaha
mengambil alih kekuasaan tertinggi. Periode berikutnya dikenal dengan
periode Senoku –yang berarti periode perang- berlangsung selama 101 tahun.
Pada masa itu serangkaian pertempuran dan peperangan hebat terjadi di
kalangan daimyo untuk saling menguasai.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Selama periode perang tersebut keahlian luar biasa dalam seni olah
pedang serta senjata lain menjadi sebuah keharusan bagi para samurai. Setiap
shogun dan daimyo di seluruh jepang membentuk dojo atau sekolah beladiri
yang dipimpin oleh para master atau pendekar pedang. Perang antar klan ini
menimbulkan kekacauan dan kehancuran. Tak terhitung banyaknya warisan
seni dan budaya yang dihancrkan seperti kuil, bangunan kuno, perpustakaan
yang hancur dan hilang lenyap. Masa berikutnya Jepang berhasil disatukan
sehingga mencapai masa perdamaian oleh tiga panglima perang yaitu: Oda
Nobunaga (1534-1582), Toyotomi Hideyoshi (1536-1598), dan Tokugawa
Ieyashu (1542-1616). Setelah satu abad lebih mengalami kekacauan, masa
damai itu berdampak pada kemakmuran ekonomi dan perkembangan seni dan
budaya yang terus meningkat. Arsitektur benteng menjadi marak, minat baru
terhadap sastra dan puisi serta lukisan bermunculan. Upacara minum teh
mencapai puncaknya, dunia keramik terus merambah bidang baru. Sedangkan
ilmu bela diri pun terus berkembang.
Pada
masa
pemerintahan
Tokugawa
diberlakukan
kebijakan
pengasingan nasional. Semua orang Jepang dilarang meninggalakan negara
secara permanen dan menolak semua orang asing mengunjungi Jepang.
Jepang benar-benar terisolasi dari dunia internasional. Kebijakan ini menjadi
faktor paling penting dan menyebabkan panjangnya masa pemerintahan
Tokugawa hingga mencapai 250 tahun. Pada masa Tokugawa, samurai
menduduki posisi sekaligus memiliki hak-hak istimewa. Bersama dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
kelurga, samurai ini berjumlah sekitar 7-10% populasi nasional. Mereka
diberi hak istimewa dan jaminan sosial yang lebih tinggi serta upah tetap yang
turun temurun. Hal itu berdasarkan undang-undang yang ditetapkan
Hideyoshi dan dilanjutkan oleh Tokugawa.
Karena tidak terlibat perang, samurai pada masa Tokugawa
menggunakan waktu luang mereka untuk mendapat derajat pendidikan yang
tidak dikenal di masa dahulu. Selama periode ini, para samurai yang sudah
mendalami berbagai disiplin ilmu lain di luar seni perang, secara kolektif
mulai menuliskan ciri-ciri ideal seorang samurai yang dikenal dengan
Bushido atau Jalan Ksatria.
Inti bushido pada era Tokugawa adalah keyakinan bahwa samurai
harus memiliki kesetiaan mutlak pada tuan/pimpinan mereka dan memiliki
standar
moral
tinggi
untuk
semua
tindakan
dalam
kehidupannya.
Kode etik Bushido mengendalikan setiap aspek kehidupan para samurai.
Petunjuk utama para samurai dalam hukum tersebut adalah mereka harus
mengembangkan keahlian olah pedang dan berbagai senjata lain, berpakaian
dan berperilaku secara khusus, dan mempersiapkan kematian yang bisa terjadi
sewaktu-waktu ketika melayani tuannya.
Bushido kemudian membentuk karakter dan perilaku masyarakat
Jepang secara umum dengan cara tertentu, hingga mencapai tingkatan yang
belum pernah diraih sebelumnya. Para Samurai mengajari anak-anak selama
250 tahun.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Kedatangan Laksamana Matthew Perry dengan armadanya dari
Amerika di tahun 1853 yang memaksa Jepang membuka pintunya bagi
perdagangan Amerika, mengakhiri masa isolasi masyarakat Jepang yang telah
berlangsung selama 250 tahun. Saat itu Tokugawa sadar bahwa tidak bisa
mempersatukan dan membangun Jepang hanya dengan pedang dan tradisi
yang kaku, maka kekuasaan diserahkan kepada Meiji. Sistem feodal kuno dan
kelas samurai dihapuskan secara resmi. Meiji memerintahkan para samurai
untuk menyarungkan semua katananya dan diganti dengan pena, teknologi,
undang-undang, dan ilmu pengetahuan. Saat itu dua juta Samurai
dikembalikan ke masyarakat, mereka belajar bahkan pergi ke Amerika.
Mereka juga menterjemahkan berbagai buku asing. Dengan semangat
Bushido, mereka membangun Jepang.
Bushido tetap menjadi pedoman masyarakat Jepang, mereka rela mati
demi negara atau Kaisar. Pada masa perang dunia kedua, tentara Jepang
menggunakan bushido sebagai wujud rela mati demi Kekaisaran dengan
menjadi pasukan berani mati (kamikazee). Abad ke 20 ini Jepang mulai
mengembangkan diri menjadi negara industri maju. Kemajuan Jepang tidak
lepas dari latar belakang tertanamnya Bushido dalam diri Samurai.
Samurai atau dalam bahasa Jepang disebut bushi atau buke adalah
bangsawan militer abad pertengahan dan awal-modern Jepang. Menurut
penerjemah William Scott Wilson: "Di Cina, karakter adalah kata yang berarti
menunggu atau menemani seseorang di jajaran masyarakat, dan ini juga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
sebenarnya dari istilah aslinya dalam bahasa Jepang, saburau. Di kedua negara
tersebut istilah tersebut biasanya berarti "mereka yang melayani hadir dekat
dengan kaum bangsawan," kemudian lafal tersebut berganti menjadisaburai.
menurut Wilson, referensi awal untuk kata "samurai" muncul di Kokin
Wakashū (905-914), kekaisaran pertama antologi puisi, selesai pada bagian
pertama abad ke-10. Pada akhir abad ke-12, samurai menjadi hampir
seluruhnya identik dengan Bushi, dan kata itu terkait erat dengan ksatria kelas
menengah dan atas. Samurai mengikuti seperangkat aturan yang kemudian
dikenal sebagai Bushido. walaupun samaurai masih kurang dari 10% dari
populasi Jepang, ajaran mereka masih dapat ditemukan hingga hari ini baik
dalam kehidupan sehari - hari maupun dalam seni bela diri modern Jepang.
Istilah yang lebih tepat adalah bushi (orang bersenjata) yang
digunakan semasa zaman Edo. Bagaimanapun, istilah samurai digunakan
untuk
prajurit
elit
dari
kalangan
bangsawan,
dan
bukan
contohnya, ashigaru atau tentara berjalan kaki. Samurai yang tidak terikat
dengan klan atau bekerja untuk majikan (daimyo) disebut ronin (orang
ombak). Samurai yang bertugas di wilayahan disebut hanshi.
Samurai harus sopan dan terpelajar, dan semasa Keshogunan
Tokugawa berangsur-angsur kehilangan fungsi ketentaraan mereka. Pada
akhir era Tokugawa, samurai secara umumnya adalah kakitangan umum bagi
daimyo, dengan pedang mereka hanya untuk tujuan istiadat. Dengan
reformasi Meiji pada akhir abad ke-19, samurai dihapuskan sebagai kelas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
berbeda dan digantikan dengan tentara nasional menyerupai negara Barat.
Bagaimanapun
juga,
sifat
samurai
yang
ketat
yang
dikenal
sebagai bushido masih tetap ada dalam masyarakat Jepang masa kini,
sebagaimana aspek cara hidup mereka yang lain, Samurai Juga memiliki sifat
dan karakter Gi (義 – Integritas), Yū (勇 – Keberanian), Jin (仁 – Kemurahan
hati), Rei (礼 – Menghormati), Makoto atau (信 – Shin Tulus Dan Ikhlas),
Meiyo (名誉 – Kehormatan), Chūgo (忠義 – Loyal) dan Tei (悌 – Rendah
Hati).30
2.4.4 Ronin
Ronin atau rōshi adalah sebutan untuk samurai yang kehilangan atau
terpisah dari tuannya pada zaman feodal Jepang (1185-1868). Samurai
menjadi kehilangan tuannya akibat hak atas wilayah kekuasaan sang tuan
dicabut oleh pemerintah. Samurai yang tidak lagi memiliki tuan tidak bisa lagi
disebut sebagai samurai, karena samurai adalah "pelayan" bagi sang tuan.
Dalam budaya populer, ronin didramatisasi sebagai samurai tak
bertuan, hidup tak terikat pada tuan atau daimyo dan mengabdikan hidup
dengan mengembara mencari jalan samurai yang sejati.
30
Loc.cit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Di zaman Jepang kuno, ronin berarti orang yang terdaftar
(memiliki koseki) sebagai penduduk di suatu tempat, tapi hidup mengembara
di wilayah lain sehingga dikenal juga dengan sebutan furō (pengembara)31.
2.4.5
Seppuku
Seppuku (potong perut) adalah suatu bentuk ritual bunuh diri yang
dilakukan
oleh samurai diJepang dengan
cara
merobek
perut
dan
mengeluarkan usus untuk memulihkan nama baik setelah kegagalan saat
melaksanakan tugas dan/atau kesalahan untuk kepentingan rakyat. Seppuku
dulu hanya dilakukan oleh samurai. Istilahseppuku ditulis dengan dua buah
aksara kanji, yaitu: kiru dan hara. Aksara kanji untuk kiru dapat juga dibaca
sebagai setsu (ucapan Tionghoa) yang berarti potong, sementara aksara kanji
untuk hara dapat juga dibaca sebagai fuku (ucapan Tionghoa) yang juga
berarti perut.
Seppuku adalah bagian dari kode kehormatan bushido, dan dilakukan
secara sukarela oleh samurai yang menginginkan mati terhormat daripada
tertangkap musuh (dan disiksa), atau sebagai bentuk hukuman mati untuk
samurai yang telah melakukan pelanggaran serius, atau dilakukan berdasarkan
perbuatan
lain
yang memalukan.
Ritual
memotong
perut
pada seppuku dilakukan di hadapan para saksi mata, samurai menusukkan
sebuah pedang pendek, biasanya sebuahtantō ke arah perut, dan menggunakan
31
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
pedang pendek tersebut untuk melakukan gerakan mengiris perut dari arah
kiri ke kanan32.
2.5
Sejarah Keterkaitan Budaya Barat
2.5.1
Amerika – Jepang
Perang antara jepang dan AS sebenarnya sudah dimulai sejak tahun
1930, yang saat itu perpecahan di china antara komunis dan nasionalis
membuat China menjadi dua negara yang terpisah. Tahun 1931 Jepang
menaklukkan manchuria dan enam tahun kemudian jepang memulai
kampanye besar untuk menaklukkan seluruh Cina. Tahun 1940 pemerintah
Jepang menandatangani perjanjian persekutuan dengan Nazi Jerman yang
akan dikenal sebagai Poros Axis. beberapa bulan kemudian jepang berhasil
menguasai seluruh indochina.
Amerika mulai mengkhawatirkan tindakan jepang yang semakin
Mendominasi asia, karena akan mengganggu basis sekutu mereka di Asia
tenggara dan basis mereka sendiri di Philipina, AS berupaya menghentikan
laju dominasi jepang namun terganjal oleh doktrin negara mereka yang
Isolasionis, parlemen dan rakyat amerika tidak mengizinkan negara tersebut
terjun ke dalam Perang karena rakyatnya tidak ingin menderita seperti negaranegara Eropa pasca PD I. akhirnya Amerika menggunakan penekanan
ekonomi untuk menghentikan laju Jepang di Asia, Amerika memberi bantuan
32
Ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
keuangan dan persenjataan kepada Cina dan memutuskan hubungan dagang
dengan jepang dengan cara mengembargo bahan dasar industri-industri seperti
minyak, besi dan suku cadang.
Jepang menganggap ini ancaman serius terhadap keamanan nasional
mereka. Jepang pun tertarik pada wilayah Asia tenggara yang kaya akan
minyak dan bahan mentah, namun mereka juga tahu Amerika tidak akan
membiarkan jepang menguasai Asia dan negara lainnya. Disamping itu jepang
terus
berupaya
berunding
dengan
Amerika
untuk
membatalkan
embargo. Namun Amerika menolak kecuali jika jepang mau angkat kaki dari
cina, perundingan terus berjalan alot karena masing-masing pihak tidak ada
yang mau mengalah, bahkan amerika melanjutkan dengan membekukan asetaset Jepang di Amerika setelah melihat pergerakan Jepang yang terus menuju
asia tenggara. Ditambah oleh aksi AD Jepang yang menyerang wilayah
indochina tanpa seizin Tokyo, membuat jalannya diplomasi semakin
alot. Sejak awal jepang sadar bahwa menyelesaikan masalah dengan
diplomasi akan berakhir dengan jalan buntu dan opsi berperang dengan
Amerika, cepat atau lambat tidak dapat terelakkan.
Untuk memuluskan jalan mereka menguasai wilayah asia, Jepang
berencana ―
menetralkan‖ kekuatan Armada pasifik Amerika yang baru
dipindah dari San Diego ke Pearl harbour. Jika armada ini dihancurkan, akan
memuluskan usaha jepang dalam menguasai Asia, hal ini juga akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
menurunkan moral Amerika dan bisa memaksa mereka melakukan
perundingan lagi.33
2.5.2
Amerika – Inggris
Amerika latin berasal dari kata ―
Latin‖ pada Amerika Latin berarti
―
Latium‖ merupakan rumpun bangsa Romawi termasuk rumpun bangsabangsa Portugis, Spanyol, Italia, Inggris serta bangsa-bangsa Eropa
lainnya. Amerika Latin mendapat banyak pengaruh dari bangsa-bangsa
Eropa, baik politik maupun kebudayaan.Sebagian besar negara-negara di
Amerika Latin merupakan daerah kekuasaan Spanyol dan Portugis.Namun
pada dasarnya Amerika Latin tidak hanya dipengaruhi politik dan
kebudayaan Spanyol dan Portugis saja, tetapi juga oleh Inggris, Perancis,
Belanda dan Amerika Serikat.
Pada awalnya para penjelajah Eropa melakukan pelayaran dengan
kepentingan
pribadi
maupun
ditugaskan
oleh
pemerintahnya.Dan
penjajahan bangsa Barat di Amerika Latin mempunyai persamaan yaitu
menemukan daerah-daerah baru kemudian dikuasai dan dijadikan koloni.
Perkembangan dunia pelayaran dan kebutuhan akan daerah baru baik untuk
keperluan ekonomi maupun politik mendorong bangsa Eropa untuk
mencari daerah kekuasaan. Khususnya Amerika Latin, merupakan daerah
Sella, Amnon (October 1983). "Khalkhin-Gol: The Forgotten War". Journal of Contemporary
History 18 (4): 651–87
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
yang kaya akan sumber daya alam terutama bahan tambang yang sangat
menggiurkan bangsa Eropa. Dan untuk itu bangsa Eropa melakukan
kolonialisasi terhadap Amerika Latin yaitu Portugis, Spanyol dan Inggris.
Orang pertama yang tinggal di belahan bumi barat adalah keluarga
band (Viking) dari pemburu dan pengumpul yang bermigrasi dari timur
laut asia selama zaman es besar terakhir, yang berakhir sekitar 12.000
tahun yang lalu. Perjalanan dari Siberia ke alaska melintasi sebuah
jembatan tanah terbentuk ketika glaciation menurunkan permukaan laut
dan terkena lahan kering di Selat Bering.
Para imigran'' pertama'' tidak sadar bahwa mereka sedang
bermigrasi, tetapi hanya mengikuti kawanan hewan yang bergerak di depan
mereka. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa penempatan penduduk
serampangan benua Amerika berlanjut di gelombang berturut-turut selama
ribuan tahun sampai gletser mencair dan air laut naik terendam jembatan
darat.
Sejarah menyebutkan bahwa
ditemukan
oleh
Christopher
Benua Amerika
Columbus.Hal
yang
pertama kali
telah
menjadi
pengetahuan umum semua anak manusia dibumi ini.
Orang eropa pertama yang mendaratkan kaki ke Amerika utara
adalah Kaum Norse (norwegia) yang berlayar ke Greenland dimana The
Red Eric mendirikan sebuah pemukiman sekitar tahun 985. Penemuan
benua amerika oleh Christofer Colombus dan dilanjutkan oleh Amerigo
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Vespucci yang waktunya tepat dan melakukan pemetaan membuat orang
Eropa berbondong-bondong datang ke Amerika.
Alasan orang Eropa migrasi ke Amerika (khususnya orang-orang
inggris)
1.
Ekonomi, ditemukannya batu bara, mesin uap, minyak bumi
dan teknologi lain. Revolusi industry mengubah sistem ekonomi yang
dulunya peternakan menjadi pertanian sehingga membutuhkan lebih
banyak lahan.
2.
Politik, tidak setuju dengan pemerintah Ingris sehingga banyak
yang mencari suaka ke tempat lain.
3.
Agama, mencari tempat yang bisa menjalankan agama secara
murni (Kristen puritan
Namun berbagai literatur dan bukti-bukti fisik berupa prasasti,
manuscript dan kabar berita lainnya menyebutkan lain, bukan Colombu
penemu benua amerika. 70 tahun sebelum Columbus menjejakkan kaki di
amerika, daratan yang disangkanya India, Laksamana Muslim dari China
bernama Ceng Ho (Zheng He) telah mendarat di Amerika. Bahkan berabad
sebelum Ceng Ho, pelaut-pelaut Muslim dari Spanyol dan Afrika Barat
telah membuat kampung-kampung di Amerika dan berasimilasi secara
damai dengan penduduk lokal di sana. Penemu Amerika bukanlah
Columbus.Penemu Amerika adalah Umat Islam.Mereka menikah dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
penduduk lokal, orang-orang Indian, sehingga menjadi bagian dari localgenius Amerika.
Datangnya bangsa Eropa ke Amerika di perkirakan tahun
1600M.Gelombang
perpindahan
ini
berlangsung
lebih
dari
300
tahun.Kelompok yang paling banyak datang berasal dari Inggris.Wilayah
pemukiman pertama Inggris di Amerika adalah pos perdagangan yang
didirikan di James Town tahun 1607.Daerah virgina merupakan pusat
perekenomian utama bagi penghasil tembakau.
Tujuan bangsa Eropa masuk ke Amerika yaitu ada beberapa hal,
yaitu:
1.
Untuk memperoleh kesempatan ekonomi yang lebih baik.
2. Mencari kebebasan untuk berpolitik.
3. Mencari kebebasan untuk beragama.
4.
Adanya factor renaissance dan reformasi.
5. Pengaruh adanya kemajuan teknologi.
Diantara negara-negara Eropa yang selalu terlibat dalam persaingan
memperebutkan
daerah
baru
di
Amerika
adalah
Inggris
dan
Perancis.Banyaknya pertentangan yang terjadi di Amerika tidak terlepas
dari pertentangan politik yang terjadi di Eropa antara kedua negara
tersebut.Pertentangan politik berubah menjadi peperangan yang dikenal
dengan Perang Tujuh Tahun (1756-1763).Peperangan di Eropa terjadi pula
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
di daerah koloni, antara koloni Inggris dan koloni Perancis.Perang selama
tujuh tahun tersebut dimenangkan oleh Inggris pada tahun 1763. 34
2.6
Propaganda
2.6.1
Pengertian Propaganda
Meski praktek
propaganda telah terjadi
sejak pertama kali
terbentuknya masyarakat social, kata propaganda baru muncul ketika gereja
romawi mempergunakan sebaagai sarana untuk menyebarkan agama
Khatolik. Pada abad-abad selanjutnya, peran propaganda bergeser ke sisi
penerapan di dunia politik serta hubungan masyarakat dan bahkan manipulasi
pendapat public, itulah sebabnya, dalam setiap peristiwa penting seperti
politik pemilu, revolusi atau perang memberi dorongan kuat bagi
pengembangan dan implementasi praktis di medan komunikasi.35
Menurut Lasswell propaganda bukan bom juga bukan roti, melainkan
kata-kata, gambar, lagu-lagu,parade, dan banyak sarana lain yang tipikal
untuk membuat propaganda. Propaganda semata-mata merupakan control
opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti atau
menyampaikan pendapat yang kongkret yang akurat melalui gambar-gambar,
34
H. W. Koch. Hitler's 'Programme' and the Genesis of Operation 'Barbarossa'. The Historical Journal,
Vol. 26, No. 4 (Dec. 1983), pp. 891–920.
35
Mohammad Shoelhi, Propaganda Dalam Komunikasi International, Bandung: Sembiosa Rekatama
Media, 2012, Hal 34.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
sebuah cerita, rumor dan bentuk informasi lainnya yang bisa digunakan dalam
komunikasi social.36
2.6.2
Jenis Propaganda
Menurut jenis kegiatannya propaganda dibagi lima jenis yaitu:
A. Propaganda meliputi iklan, peragaan (display), pertunjukan
(show), prestasi, pawai, pameran (expo).
B. Propaganda politik mencakup penyebaran doktrin, penyebaran
keyakinan politik tertentu.
C. Propaganda perang, yang termasuk dalan jenis propaganda ini:
warmongering atau propaganda yang menghembus-hembuskan
semangat perang; defamatory atau propaganda yang merusak nama
baik kepala Negara/pemerinthan; subversive yaitu propaganda
yang
bertujuan
merusak
atau
mendorong
kekuatan
atau
kewibawaan suatu Negara dari dalam agar negaara tersebut
hancur; dan phychological warfare (psy-war/skyewar) atau perang
urat saraf, yaitu propaganda yang menampilkn gertakan dan
pengerahan kekuatan sebaagai bentuk ancaman agresi untuk
menakut-nakuti pihak lawan.
D. Propaganda budaya biasanya dilancarkan dalam bentuk kegiatan
pameran seni budaya, pertunjukan film, pementasan seni/tari,
36
Ibid. Hal 36.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
pertukaran misi-misi kebudayaan, pegelaran temuan atau inovasi
ilmu pengetahuan.
E. Propaganda agama, meliputi penyebaaran keyakinan atau ajaran
agama kerap juga dilakukan dalam bentuk khotbah dan ceramah
akhar, pertemuan agama, pegelaran kegiatan keagamaan besarbesaran secara terbuka, tabligh akbaar, serta pementasan drama
bernafaskan agama.37
2.6.3
Teknik Propaganda
Terdapat tujuh teknik yang dapat digunakan untuk menyusun
propaganda yaitu:
A.
Name Calling (Pertunjukan)
Dalam tekniik ini propagandis memberikan label buruk kepada
seseorang, lembaga atau gagasan dengan simbol emosional (negative) dalam
propagandanya.
B.
Glittering Generality (kemilau generalitas)
Kemilau generalitas merupakan kebalikan dari pemberi julukan buruk.
Teknik kemilau generalitas menggunakan kata-kata yang memiliki kekuatan
positif untuk membuat massa setuju, menerima dan mendukung tanpa
memeriksa bukti-bukti. Contoh kata-kata yang biasanya digunakan dalam
teknik ini antara lain; aktif, konstruktif, adil, jujur, tulus, ikhlas, terus-terang,
37
Ibid. Hal 44.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
peduli, percaya diri, manusiawi, inisiatif, berharga, pro (mendukung),
produktif, visioner, sejati, tekun, ulet, benar, dsb.
C.
Transfer (pengalihan)
Transfer
(pengalihan)
merupakan
visualisasi
konsep
untuk
mengalihkan karakter tertentu kepada suatu pihak. Sebaagai contoh, para
politikus memajang foto diruang kerjanya. Foto itu menggambarkan saat ia
sedang
bersalaman
dengan
Presiden.
Hal
ini
dimaksudkan
untuk
memindahkan wibawa yang memiliki Presiden ke dalam dirinya.
D.
Plain Folk (rakyat biasa)
Teknik Plain Folk (rakyat biasa) merupakan salah satu teknik
propaganda yang menggunakan pendekat untuk menunjukan bahwa sang
propagandis rendah hati dan mempunyai empati dengan penduduk pada
umumnya. Teknik ini mengenal motif tulus seseorang yang berkecimpung
dalam kegiatan social kemasyarakatan atau ssosial politik.
E.
Cart Stacking (menimbang-nimbang kartu untuk digunakan)
Teknik Cart Stcking adalah suatu teknik pemilihan dan pemanfaatan
fakt atau kebohongan, ilustrasi, atau penyimpangan, serta pertanyaan logis
atau tidak logis untuk memberikan kasus terbaik atau terburuk pada suaatu
gaagasan, program, orang atau produk.
F.
Bandwagon (seruan mengikuti pihak mayoritas)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Teknik Bandwagon berisi imbauan kepada khalayak untuk ikut
bergabung ke dalam kelompoknya karenaa kelompoknya memiliki tujuan
yang baik dan menyenangkan.
G.
Fear Arousing (membangkitkan kekuatan)
Teknik Fear Arousing adalah cara propaganda untuk mendapatkan
dukungan dari target massa dengan menimbulkan emosi negative, khususnya
ketaakutan. Agar massa merasa takut dan bersedia mengikuti kehendaknya,
propagandis menciptakan semaacam ―ha
ntu‖.38
2.7
Teori Kritis
Hall adalah ahli komunikasi yang mengkaji fenomena komunikasi
berdasarkan pendekatan critical. Hal utama yang dinyatakannya adalah
keraguannya atas kemamapuan para ahli komunikasi untuk menjawab
fenomena pengaruh media. Ia menolak bahasan dalam penelitian yang
menginterpretasikan segala bentuk symbol, bahasa, makna, dan arti, secara
dangkal dan sederhana. Terpengaruh oleh teori Marx, Hall bertujuan untuk
memberi kekuatan bagi orang-orang yang dimarginalisasikan, dan tidak
memiliki kesempatan untuk menyuarakan kepentingan mereka.
38
Ibid. Hal 59-69.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
1.
Media sebagai Ideological Tools yang Kuat
Hall percaya fungsi media massa adalah untuk mempertahankan
dominasi yang telah ada dan memiliki kekuatan. Ia curiga dan menentang
karya empiris yang tidak mampu menganalisis ide-ide atau pemikiran apa saja
yang terkandung di dalam media. Para peneliti noncritical menghadirkan
karya mereka sebagai sains murni dan tidak mengandung suatu anggapan
tertentu. Padahal setiap teori media, pada hakikatnya , mengandung isi dan
maksud ideologis.
Hall melihat dalam mainstream penelitian komunikasi massa di
Amerika Serikat bahwa media menyajikan sebuah myth of democratic
pluralism. Yaitu kepura-puraan bahwa masyarakat bersatu dalam common
norms, kesempatan yang setara, penghormatan terhadap perbedaan, kesamaan
hak bersuara, hak-hak individual, dan penegakan hukum. Hall menyatakan
bahwa segala repetisi yang bersih yang disebut informasi, tidak mungkin
melenyapkan karakter kotor, semiotic, semantic, dan discursive yang sifatnya
fundamental media tersebut dalam dimensi budayanya.
Hall memakai istilah articulate untuk menyatakan speaking out tentang
penindasan dan linking─menghubungkan bahwa penaklukan yang dilakukan
oleh media komunikasi dapat terjadi karena media bergerak di bidang di mana
makna dibentuk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
2.
Membuat Makna
Dalam bukunya Representation, Hall menyatakan bahwa fungsi utama
dari wacana (discourse) adalah untuk membuat makna. Kebanyakan
mahasiswa komunikasi setuju bahwa kata-kata tidak memiliki makna
intrinsik, ―
Words don’t mean; people mean‖. Namun Hall kembali bertanya,
―
Where do people get their meanings?‖ ia menjawab bahwa orang belajar
tentang makna signs melalui komunikasi dan budaya. Sepanjang sejarah, tidak
semua orang memiliki suara yang setara dengan orang lain. Kenyataannya,
ada pihak-pihak yang memiliki kekuatan yang lebih besar daripada orang lain
sehingga memiliki pengaruh yang lebih besar pula pada orang lain. Pihakpihak yang memiliki power, secara ―
sewenang-wenang‖, menetapkan suatu
garis pemisah antara yang normal dan yang abnormal. Dan pembedaan ini
telah menjadi sebuah discursive formation (bentuk yang saling berhubungan
atau terus-menerus) serta berdampak pada kelompok yang dianggap berada di
bawah pengaruh ini.
3.
Kontrol Korporat terhadap Komunikasi Massa
Hall berusaha mengalihkan studi komunikasi dari segala daerah
pembagian dalam organisasi isi: pembangunan hubungan, pengaruh, efek
media, gender dan komunikasi, dsb. Ia percaya bahwa kita harus mempelajari
the unifying atmosphere di mana semua organisasi isi tadi terjadi dan dari
mana semua itu berasal─yaitu budaya manusia. Ia juga menyatakan bahwa
perlu mempelajari hubungan kekuatan dengan struktur sosial. Bagi Hall,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
melepaskan studi komunikasi dari konteks budaya di mana suatu fenomena
berada dan mengabaikan realitas ketidaksetaraan ditribusi kekuatan dalam
masyarakat, telah melemahkan bidang studi ini dan membuatnya semakin
tidak relevan secara teoretis. Menurutnya, kaum superior membuat perbedaan
dalam masyarakat dengan mengontrol sumber-sumber informasi yang
berpengaruh agar begitu banyak cerita tentang kebenaran, tidak pernah bisa
diungkapkan. Meskipun cerita-cerita itu diungkapkan, cara pengungkapan itu
akan dibuat sedemikian rupa hingga tidak bertentangan dengan korporasi
multinasional yang dominan. Isu utama dalam cultural studies bukan
informasi apa-what yang dihadirkan, tetapi informasi siapa-whose itu.
4.
Peran Media saat Perang Teluk
Apa yang diberitakan media massa selama Perang Teluk, menurut
Hall, adalah proses pembentukan wacana di mana pesan yang disampaikan
disandikan (encoded) melalui media, kemudian diuraikan (decoded), diterima
(internalized), dan dilakukan (acted) oleh khalayak. Sementara ide-ide atau
wacana lainnya tidak pernah ditampilkan. Hall menyebut proses ini,
hegemonic encoding.
Segala yang diberitakan media adalah mengenai kehebatan senjata
Amerika. Yang dilakukan media membentuk (frame) dalam masyarakat
tentang making the war. Masyarakat lantas lupa pada morality tentang
mencegah perang dan mempertahankan kedamaian karena media membentuk
pola pikir masyarakat seolah tidak ada alternatif solusi selain perang. Hall
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
menyebut proses media ini sebagai ideological discourses of constraint
(wacana-wacana ideologis pembatas). Efek praktisnya adalah membatasi
range alternatif dan membuat pilihan lain itu adalah sesuatu yang tidak bisa
dilakukan.
5.
Khalayak yang Keras Kepala
Hall menyebut kemungkinan the powerless dapat melawan dengan
kebal terhadap ideologi dominan dan menerjemahkan pesan melaui cara yang
lebih sesuai dengan kepentingan mereka. Ia menawarkan 3 pilihan decoding,
yaitu:
1. Operating inside the dominant code. Media memproduksi pesan,
khalayak mengkonsumsinya. Khalayak hendaknya membaca pesan serupa
dengan bacaan yang lebih disukai (preferred reading).
2. Applying a negotiable code. Khalayak menerima ideologi inti
secara umum, tetapi menentangnya pada aplikasi di kasus-kasus spesifik.
3. Substituting an oppositional code. Khalayak melihat melalui bias
pembangunan dalam presentasi media dan menyusun usaha yang terorganisasi
untuk mendemitologikan (tidak lagi mendewakan atau menyanjung)
berita39..Hegemoni
adalah
proses
dominasi,
dimana
sebuah
ide
menumbangkan atau membawahi ide lainnya – sebuah proses dimana satu
kelompok dalam masyarakat menggunakan kepemimpinan untuk menguasai
lainnya. Hegemoni dapat terjadi dalam berbagai cara dan berbagai keadaan;
39
Stuart Hall, Budaya, Media, Bahasa – Teks Utama Pencanangan Culturan Studies. 2011. Hal 265
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
intinya, hal ini terjadi ketika peristiwa atau teks diartikan dengan sebuah cara
yang mengangkat ketertarikan dari satu kelompok terhadap yang lainnya. Hal
ini dapat menjadi proses cerdik dalam memaksakan untuk memilih minat dari
sebuah kelompok bawah menjadi kelompok yang mendukung semua ideology
dominan.40
Eriyanto makin memperjelas wajah hegemoni sebagai bagian dari
kekuatan dan dominasi kapitalis yang tidak hanya melalui dimensi material
dari sarana ekonomi dan relasi produksi, dan kekuatan (force). Jika dimensidimensi lain menggunakan daya paksa untuk membuat orang banyak
mengetahui dan mematuhi syarat-syarat suatu cara produksi atau nilai-nilai
tertentu, maka hegemoni meliputi perluasan dan pelestarian ―
kepatuhan katif‖
(secara suka rela) dari kelompok-kelompok yang didomonasi oleh kelas
penguasa lewat penggunaan kepemimpinan intelektual, moral, dan politik.
Hegemoni menekankan untuk mempertahankan, dan mengembangkan diri
melalui kepatuhan para korbannya, sehingga upaya itu berhasil mempengaruhi
dan membentuk alam pikiran mereka. Proses itu terjadi dan berlangsung
melalui pengaruh budaya yang disebarkan secara sadar dan dapat meresap,
serta berperan dalam menafsirkan pengalaman tentang kenyataan.41
40
Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi : Theories of Human Communication.
Salemba Humanika: Jakarta. 2009. Hal 467.
41
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Lkis: Yogyakarta. 2008. Hal 103-104
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
2.8
Semiotika
2.8.1
Pengertian Semiotika
Secara epistomologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani,
semeion, yang berarti ―
tanda‖. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu
yang atas dasar konvensi social yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap
mewakili sesuatu yang lain dan dalam batas – batas tertentu42.
Secara terminologis, semiotic dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederatan luas objek – objek, peristiwa – peristiwa seluruh
kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest, mengartikan semiotic sebagai ilmu
tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungan
dengan kata lain, pengiriman dan penerimaannya oleh mereka yang
mempergunakan43.
Kajian mengenal tanda dan cara – cara tanda tersebut bekerja disebut
semiotika atau semiologi44. Semiotika memiliki tiga wilayah kajian, yaitu :
1.
Tanda itu sendiri. Wilayah ini meliputi kajian mengenai
berbagai jenis tanda yang berbeda, cara – cara berbeda dari tanda – tanda
didalam menghasilkan makna, dan cara tanda – tanda tersebut berhubungan
dengan orang yang menggunakannya. Tanda adaah konstruksi manusia dan
42
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu pengantar untuk Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis
Framing. Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2001, Hal : 95
43
Ibid. Hal : 95 - 96
44
John Fiske, Culturan and Communication Studies, Jala Sutra, Yogyakarta, 2004, Hal 60.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
hanya bisa dipahami di dalam kerangka penggunaan orang – orang yang
menempatkan tanda – tanda tersebut.
2.
Kode
–
kode
atau
system
dimana
tanda
–
tanda
diorganisasikan. Kajian ini melengkapi bagaimana beragam kode telah
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya, untuk
mengekspoitasi saluran – saluran komunikasi yang tersedia bagi pengiriman
kode – kode tersebut,
3.
Budaya tempat dimana kode – kode dan tanda – tanda
beroperasi. Hal ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan dari kode –
kode dan tanda – tanda untuk eksistensi dan bentuknya sendiri.
Jadi focusnya semiotika adalah teks. Model proses linier memberi
perhatian kepada teks tidak lebih seperti tahapan – tahapan yang lain di dalam
proses komunikasi, memang beberapa di antaara model – model tersebut
melewatinya begitu saja, hamper tanpa komentar apapun. Hal tersebut adalah
salah satu perbedaan mendasar dari pendekatan proses dan pendekatan
semiotik.
2.8.2
Semiotika Film
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisisi
structural atau semiotika. Seperti di kemukakan Van Zoest yang dikutip oleh
Sobur mengatakan film dibangun oleh tanda semata-mata. Tanda-tanda itu
termasuk beberapa system tanda yang bekerja sama dengan baik untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkain
gambar dalam film menciptakan imajinasi dan system penandaan. Karena itu
meurut Van ZOest, bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama
indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tandatanda yang menggambarkan sesuatu.
Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu
termasuk berbagai system tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya
mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah
gambar dan suara: kata yabg diucapkan (ditambah dengan suara-suara lain
yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan music. 45
Seperti dikatakan oleh Van Zoest yang dikutip oleh Sobur bahwa film
menuturkan ceritanya dengan cara khususnya sendiri, kekhususan film adalah
mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera dan pertunjukannya dengan
proyektor dan layar. Semiotika film untuk membuktikan hak keberadaannya
yang dalam hal-hal penting menyimpang dari sintakmatis dan sematik teks
dalam arti harfiah, harus memberikan perhatian khusus pada kekhususan
tersebut.46
Semiotika berkaitan dengan komunikasi dan juga pemaknaan akan
pesan yang didapat lewat proses berkomunikasi, salah satunya adalah media
45
46
Opcit, Alex Sobur, hal 182
Ibid, hal 130
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
massa. Seperti yang diungkapkan oleh Roland Barthes dalam salah satu
perspektif semiologis (semiotika).
―
system-sistem yang paling penting yaitu yang berasal dari semiology
komunikasi massa, merupakan system-sistem yang kompleks yang di
dalamnya melibatkan beberapa subtansi yang berbeda-beda”.47
Media massa sudah menjadi kebutuhan primer saat ini bagi
masyarakat, masyarakat sudah tidak dapat dipisahkan dengan media massa,
karena adanya sifat ketergantungan kepada media dimana kebutuhan akan
teknologi sudah tidak dapat dipisahkan dari manusia dalam kehidupan sehariharinya.
Salah satu media massa yaitu film, film juga berkaitan dengan lingkup
semiotika, karena film merupakan proses pentransferan informasi dari para
produser film kepada target audiensnya, dan dalam proses trasmisi informasi
tersebut, film melibatkan tanda-tanda, kode-kode, dan makna yang dinantinya
dapat diteliti secara lebih mendalam makna dari pesan-pesan yang
disampaikan tersebut, dengan menggunakan metode semiotika.
Penggunaan bidang studi semiotika dalam memahami film banyak
faedahnya, selain menganalisis film dan isinya, juga untuk menganalisis
apakah film yang dibuat telat tepat dan sesuai dengan pesan yang ingin
disampaikan oleh scriptwriter. Penggunaan semiotika dalam menganalisis
film adalah untuk mencari keefektivan film yang dibuat, sehingga tercipta
47
Roland Barthes, Setualang Semiologi, Yogyakarta; Pustaka Pelajar. 2007 hal 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
relasi (satu atau dua arah) yang tepat antara pengirim dan penerima pesan
yang dimediasikan lewat film.
Komunikasi semiotika dan kebudayaan dalam hal ini adalah hal-hal
yang berkaitan, dimana budaya berkaitan erat dengan komunikasi dan juga
symbol-simbol
yang
dipakai
dalam
budaya
tersebut,
yang
akan
mempengaruhi komunikasi yang berlangsung nantinya dan semiotikalah yang
digunakan untuk mengkaji keterkaitan dalam komunikasi dan kebudayaan
tersebut melalui simbol-simbol.
2.8.3
Semiotika Roland Barthes
Pada tahun 1956, Roland Barthes yang membaca karya Saussure:
Cours de Linguistique Generale melihat adanya kemungkinan menerapkan
semiotika ke bidang-bidang lain. Ia mempunyai pandangan yang bertolak
belakang dengan Saussure mengenai kedudukan linguistic sebagai bagian dari
semiotika. Menurutnya, sebaliknya semiotika merupakan bagian dari lingustik
karena tanda-tanda dalam bidang laing tersebut dapat dipandang sebagai
bahasa yang mengungkapkan gagasan (artinya bermakna) merupakan unsur
yang terbentuk dari penanda-penanda dan terdapat di dalam sebuah struktur.
Barthes menggunakan konsep sintagmatik dan paragmatik untuk
menjelaskan segala budaya, seperti system busana, menu makan, arsitektur,
lukisan, film, iklan, dan karya sastre. Ia memandang semua itu sebagai suatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
bahasa yang memiliki system relasi dan oposisi. Beberapa kreasi Barthes yang
merupakan warisannya untuk dunia intelektual adalah:
A.
Konsep konotasi, yaitu konsep yang merupakan kunci
semiotika dalam menganalisis budaya.
B.
Konsep mitos, yaitu konsep yang merupakan hasil penerapan
konotasi dalam berbagai bidang dalam kehidupan sehari-hari.
(1)
(2)
Signifier
Signified
(penanda)
(pertanda)
(3)
Denotative Sign
(tanda denotative)
(4)
(5)
Connotative Signifier
Connotative Signified
(penanda konotatif)
(pertanda konotatif)
(6)
Connotative Sign
(tanda konotatif)
Tabel 2.1 : Peta Tanda Roland Barthes
Sumber : Alex Sobur. (2004). Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya:
Bandung. Hal 69.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
First Order
Reality
Second Order
Signs
Culture
Form
Connotation
Denotation
Signifier
Signified
Content
Myth
Tabel 2.2 : Two Orders of Signification dari Barthes
Sumber : Alex Sobur. (2004). Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya:
Bandung. Hal 70.
Teori semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980)
dalam teorinya tersebut Roland Barthes mengembangkan semiotika menjadi
dua tingkatan petanda, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada
realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung dan petanda yang di
dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak
pasti (Yusita Kusumarini, 2006).
Roland Barthes adalah penerus pemikiran Sausssure. Saussure tertarik
pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk – bentuk kalimat
menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang
sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda
situasinya.
Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan
interaksi
antara
teks
dengan
pengalaman
personal
dan
cultural
penggunaannya, iteraksi anatara konvensi dalam teks dengan konvensi yang
dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal
dengan ―
order of signification”. Mencakup denotasi (makna sebenarnya
sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman cultural
dan personal). Disinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes, meskipun
Barthes tetap menggunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.
Barthes juga melihat aspek lain dari penanda yaitu ―
mitos‖ yang
menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat
kedua penandaan, jadi setelah terbentuk system sign-signifier-signified, tanda
tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua
dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
konotasi kemudia berkembang menjadi makna denotasi, makna denotasi
tersebut akan menjadi mitos.
Mitos dari Barthes mempunyai makna yang berbeda dengan konsep
mitos dalam arti umum48. Sebaliknya dari konsep mitos tradisional, mitos dari
Barthes memaparkan fakta. Mitos adalah murni system ideografis. Hoed49
menguraikan perjalanan konotasi menjadi mitos dari Barthes. Bagi Barthes,
mitos adalah bahasa : le mythe est une parole. Konsep parole yang diperluas
oleh Barthes dapat terbentuk verbal (lisan dan tulisan) atau nonverbal:
n`importe quelle matiere peut atre dote arbitrairement de signification, materi
apapun dapat dimaknai secara arbitrer. Seperti kita ketahui, parola adalah
realisasi dari language.
Oleh karena itu, mitos pun dapat sangat bervariasi dan lahir di dalam
lingkup kebudayaan massa. Mitos merupakan perkembangan dari konotasi.
Konotasi yang menetap pada suatu komunitas berakhir menjadi mitos.
Pemaknaan tersebut terbentuk oleh kekuatan mayoritas yang memberi
konotasi tertentu kepada suatu hal secara tetap sehingga lama kelamaan
menjadi mitos: makna yang membudaya. Barthes membuktikannya dengan
melakukan pembongkaran (demotage semiologique).
48
Definisi menurut kamus KBBI : cerita suatu bangsa tentang dewa dan Pahlawan pada zaman dulu
yang mengandung penafsiran tentang asal usul semesta alam, manusia dan bangsa itu sendiri.
49
Hoed, B.H. 2008. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok : Fakultas Ilmu Pengentahuan
Budaya, Universitas Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
Adapun ciri-ciri mitos Bartehs adalah sebagai berikut (Barthes,
Mythologies,1957. Hal. 122-130) :
A.
Deformatif
Barthes menerapkan unsur-unsur Saussure menjadi form (Signifier),
concept (signified). Ia menambahkan signification inilah yang merupakan
hasil dari hubungan yang mendistorsi makna kedua unsur tadi. Signification
inilah yang menjadi mitos yang mendistorsi makna sehingga tidak lagi
mengacu pada realita yang sebenarnya: The relation which unites the concept
of the myth to its meaning is essentially a relation of deformation. Pada mitos,
form, dan concept harus dinyatakan. Mitos tidak disembunyikan: mitos
berfungsi mendistorsi, bukan untuk menghilangkan. Dengan demikian, form
dikembangkan melalui konteks linear (pada bahasa) atau multidimensi (pada
gambar). Distorsi hanya terjadi apabila makna mitos sudah berkembang di
dalam form.
B.
Intensional
Mitos merupakan salah satu jenis wacana yang dinyatakan secara
intensional. Mitos berakar dari konsep historin. Pembacalah yang harus
menemukan mitos tersebut. Contoh: Ketika ia berjalan-jalan di Spanyol, ia
melihat kesamaan arsitektur rumah-rumah disana dan ia mengenali arsitektur
sebagai produk etnik: gaya basque.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
C.
Motivasi
Bahasa bersifat arbiter, tetapi kearbiteran itu mempunyai batas,
misalnya melalui afiksasi, terbentuklah kata-kata turunan: baca-membacadibaca-terbaca. Sebaliknya, makna mitos tidak arbitrer, selalu ada motivasi
analogi. Penafsiran dapat menyeleksi motivasi dari beberapa kemungkinan
motivasi. Mitos bermain atas analogi antara makna dan bentuk, Analogi ini
bukan sesuatu yang dialami, tetapi bersifat historis.
2.8.4
Ideologi
Dalam disiplin ilmu social, dikenal dua pengertian ideologi, yaitu
ideologi secara fungsional dan ideologi secara structural. Menurut Thompson
(2003:17) bahwa istilah ideologi, berdasarkan literature yang akurat akan
menunjukan bahwa istilah tersebut dapat digunakan dalam dua cara yang
sangat berbeda. Pertama istilah ideologi digunakan oleh beberapa kalangan
sebagai sebuah deskriptif, yakni sebagai system berfikir, system kepercayaan
praktek-praktek simbolik yang berhubungan dengan tindakan social dan
politik. Dalam konteks ini, maka akan dimunculkan apa yang disebut dengan
neutural conception (konsepsi netral) tentang ideologi. Kedua, istilah ideologi
secara mendasar berhubungan dengan proses hubungan kekuasaan yang tidak
sinemetris, berhubungan dengan proses pembenaran dominasi. Penggunaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
istilah yang demikian menunjukan apa yang disebut critiacal conception of
ideology (konsep krisis ideologi)50.
Jorge Larain (2002:61) yang dikutip oleh Sobur menyebutkan dua
definisi ideologi yang bertolak belakang. Secara positif ideologi dipersepsikan
sebagai pandangan dunia, yang menyatakan nilai-nilai kelompok social
tertentu untuk membela dan menunjukan kepentingan-kepentingan mereka.
Sedangan secara negative, ideologi dilihat sebagai suatu kesadaran palsu,
yaitu
suatu
kebutuhan
untuk
melakukan
penipuan
memutarbalikan pemahaman orang mengenai realitas sosial51.
50
51
Thompson. 2003. Hal 17
Jorge Larrain. 2002. Hal 62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan
cara
Download