BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Sebagai Proses Pencetakan Makna Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali oleh semua orang, namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya secara memuaskan. Komunikasi memiliki variasi definisi yang tidak terhingga seperti; saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, gaya rambut kita, kritik sastra, dan masih banyak lagi. Hal ini adalah salah satu permasalahan yang dihadapi oleh para akademisi. 3 Komunikasi merupakan proses transmisi segala informasi atau pesan dan buah pikiran kepada komunikan, begitu pula sebaiknya. Komunikasi dapat dianggap berjalan lancar dalam suatu kelompok bila penggunaan elemen – elemen dalam proses transmisi tersebut sama, karena apabila elemen yang dipakai tidak sama dengan yang dipakai oleh komunikan, maka informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator akan sulit untuk diterima maknanya oleh komunikan. John Fikse dalam bukunya Culture and Communication Studies juga mencoba menjelaskan tentang studi komunikasi, ia mengajukan model yang disebut dengan ― Mazhab‖ utama dalam studi komunikasi. Pertama Fikse 3 John Fikse, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada,. 2012, hal1 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 menyebutkan Mazhab Proses, yang melihat komunikasi sebagai transmisi pesan, dan yang kedua, Fikse menyebutkan Mazhab Semiotika, yang melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna.4 John Fikse berusaha menjelaskan kedua mazhab tersebut, yaitu: Mazhab pertama melihat pada komunikasi sebagai transmisi pesan yaitu bagaimana pengirim dan penerima mengkostruksikan pesan (encode) dan menerjemahkannya (decode), dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ia melihat komunikasi sebagai suatu proses yang dengannya seorang pribadi mempengaruhi perilaku pribadi yang lain, mazhab ini cenderung bicara tentang kegagalan komunikasi dan ia melihat ke tahap-tahap dalam proses tersebut guna mengetahui dimana kegagalan tersebut terjadi. Mazhab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna berkenan dengan bagaimana pesan atau teks berinterkasi dengan orang -orang dalam rangka menghasilkan makna: yakni, ia berkenaan dengan peran teks dalam kebudayaan kita, ia menggunakan istilah-istilah seperti pertandaan (signification) dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai bukti yang penting dari kalangan komunikasi, hal ini mungkin akibat dari perbedaan budaya antara pengirim dan penerima. Bagi mazhab ini, studi tentang teks dan John Fikse, Culture and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komperhensif, Yogyakaarta; Jalasutra, 2007 hal xi 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 kebudayaan. Metode studi yang utama adalah semiotika (ilmu tentang tanda dan makna).5 Komunikasi pun adalah proses pemaknaan oleh penerima informasi atas informasi yang diberikan, sehingga komunikasi adalah proses pemaknaan tanpa henti. Dalam pemaknaan semua model makna memiliki bentuk yang secara luas mirip, masing-masing memperhatikan tiga unsur yang harus ada dalam ssetiap studi tentang makna, ketiga unsur itu adalah (1) tanda, (2) acuan tanda, (3) penggunaan tanda. Tanda itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsikan oleh indra kita: tanda mengacu pada sesuatu diluar tanda itu sendiri dan tergantung ada pengenalan oleh penggunanya sehingga bisa dissebut makna. 6 Tanda yang dipakai dalam komunikasi terkadang terdapat banyak perbedaan, karena banyak factor yang mempengaruhi perbedaan tersebut seperti misalnya kebudayaan yang terdapat di tempat tertentu. Kebudayaan yang dipakai oleh negaranya tertentu, nilai moral dalam kebudayaan tertentu, nilai-nilai yang dianut oleh agama tertentu, dan dll. Yang menjadikan penggunaan tanda dari seseorang dapat menjadi pemaknaan lain oleh penerima tanda tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh John Fikse : 5 6 Ibid. hal 8 Ibid. hal 61 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 ―saya berasumsi bahwa semua komunikasi melibatkan tanda (signs) dan code (codes). Tanda adalah artefak atau tindakan yang merujuk pada sesuatu yang lain diluar tanda itu sendiri: yakni tanda menandakan konstruk kode adalah system tanda-tanda diorganisasikan dan yang menentukan bagaimana tanda – tanda itu mungkin berhubungan satu sama lain‖. 7 Definisi yang diberikan John Fikse disini dapat dilihat bahwa komunikasi berkaitan erat dengaan tanda dank ode, dengan pemilihan tanda yang tepat mampu menciptakan kode yang tepat kepada penerima tanda tersebut. Sehingga terciptalah pemaknaan yang sama antara si pemberi pesan dengan si penerima pesan. Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain – lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka dan lain-lain. 8 Komunikasi adalah proses menyampaikan pesan atau informasi dengan tujuan mempengaruhi, menciptakan pemahaman, membujuk si penerima pesan untuk melakukan seperti si pemberi pesan harapkan, hal ini serupa dengan dunia promosi atau pemasaran. Melalui penggunaan simbolsimbol dan kode-kode yang tepat sesuai dengaan tujuan pesan film sehingga film tersebut akan mampu diinterpresentasikan oleh khalayak maknanya, 7 8 Ibid. hal 8 Ibid. hal 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 maka film dipahami dan dimaknai tujuannya, sehingga pesan dalam film mudah tersampaikan. Dalam pikiran Schutz, semua manusia didalam pikirannya membawa apa yang dinamakan stock of knowledge, baik stock of knowledge tentang barang-barang fisik, tentang sesama manusia, artefak dan koleksi-koleksi social maupun objek-objek budaya. Stock of knowledge yang mereka dapatkan melalui proses sosialisasi itu, meyediakan frame of reference atau orientasi yang mereka gunakan dalam mengintrepretasikan objek-objek dan peristiwaperistiwa yang mereka lakukan sehari-hari.9 Kegiatan komunikasi sendiri pada dasarnya dimaksudkan untuk membawa semua partisipan yang terlibat (dalam kegiatan komunikasi tersebut) untuk memiliki pemahaman yang sama tentag apa yang terjadi. Film dapat masuk kedalam masyarakat dan dapat diterima masyarakat Indonesia, dikarenakan film menyamakan Stock of knowledge (penyadaran diri pada tipifikasi-tipifikasi atau ― resep-resep‖ tindakan yang sudah ada dalam budaya mereka. Tipifikasi-tipifikasi ini menyediakan cara-cara untuk bertindak solusi-solusi masalah dan interpretasi tentang dunia social)10 dengan masyarakat Indonesia, dengan menggunakan film-film berhubungan dengan budaya-budaya yang ada di Indonesia, ataupun pola tingkah laku yang khas di Indonesi, maka mampu tercipta sebuah stock of knowledge yang sama dengan 9 Ratna Novianti, Jalan Tengah Memahami Iklan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002. Hal 49 Ibid. hal 50 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 komunikan. Seorang komunikator yang memiliki stock of knowledge yang sama dengan komunikan akan dianggap sedang menemukan sebuah kebenaran. Jika komunikator tidak mampu mempelajari stock of knowledge dari komunikan, maka kebenaran yang dikemukakan oleh komunikator akan dipertanyakan, dan komunikasi menjadi tidak efektif. 11 Dalam komunikasi pun terdapat media dalam mendukung proses komunikasi tersebut, yaitu media massa. Media massa merupakan media komunikasi yang menimbulkan keserempakan, yang berarti khalayak dalam jumlah yang relative sangat banyak, secara bersama-sama, dan pada saat yang sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut. 12 Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio dan televise (keduanya dikenal sebagai media elektronik), surat kabar dan majalah (keduanya dikenal sebagai media cetak), sseta media film. Film yang dijadikan sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. 13 Film merupakan bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.14 Film merupakan kekuatan untuk membatasi pola piker dan imajinasi audiens terhadap isu yang disodrokan di dalam film. Keputusan apa Ibid. hal 59 Uchjana Effendy, onong, Kamus Komunikasi, Bandung: Mandar Maju 29889, hal 217 13 Elvinaro Ardianto dan Lukiati K. Edinaya, Komunikasi Massa : Suatu Pengantar Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2004. hal 3 14 Ibid. hal 143 11 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 yang kita ambil, tindakan apakah yang akan kita lakukan, bagaimana apresiasi kita terhadap isu tertentu hanya terbatas dalam dimensi film tersebut melalui scene-scene yang ditampilkan dalam film. Menurut Kincaid dan Sehram yang dikutib oleh Sobur mengemukakan bahwa makna kadang—kadang berupa satuan jalinan asosiasi, pikran yang berkaitan serta perasaan yang melengkapi konsep yang diterapkan. 15 Upaya untuk memahami makna, sesungguhnya merupakan salah satu masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia. Konsep makna telah menarik perhatian disiplin komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi, dan linguistic. Itu sebabnya beberapa pakar komunikasi sering menyebut kata makna ketika mereka merumuskan definisi komunikasi Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss misalnya mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua atau lebih, sedangkan Judy C. Pearson dan Paul E. Nealson mengatakan komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna.16 Film sebagai media komunikasi visual yang penting maka diperlukan pengkajian yang lebih mendalam tentang film, dengan mengkaji tersebut diperlukan sebuah bidang studi yang meneliti tentang elemen-elemen tersebut, maka dipergunakanlah studi semiotika yang adalah bidang studi yang mempelajari pemaknaan dari ssuatu tanda atau lambang. Dipakai bidang studi 15 16 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Rosdakarya. 2006. Hal 244 Ibid. hal 255 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 semiotika, ini pula untuk dapat mengkaji keefektifitasan dan pemaknaan secara lebih mendalam dalam film terssebut. 2.2 Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan, dan hiburan. Hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan yang sangat luas, mengingat sifatnya yang terbuka, cakupan pemirsa yang tidak mengenal usia dan meliputi seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak – anak, remaja, hingga orang dewasa. Film merupakan salah satu bentuk dari komunikasi massa dimana film sebagai pesan yang disampaikan kepada khalayak sedangkan perusahaan produksi sebagai komunikator dan bioskop sebagai media atau channel. Luas jangkauan siaran dan cakupan pemirsanya bukan saja menjadikan film sebagai alat untuk mempengaruhi terhadap perkembangan pengetahuan dan tingkat penyerapan pesan – pesan yang disampaikan melalui media ini jauh lebih intensif jika dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. Film dapat dikatakan sebagai suatu penemuan tekbologi modern paling spektakuler yang melahirkan kemungkinan. 2.2.1 Definisi Film Pertama, dalam pengertian kimia fisik dan teknik, film berarti selaput halus. Pengertian ini dapat dicontohkan, misalnya pada selaput tipis cat atau http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 pada lapisan tipis yang biasa dipakai untuk melindungi benda – benda seperti dokumen (laminasi). Dalam fotografi dan sinematografi film berarti bahan yang dipakai untuk segala sesuatu yang berkaitan dengan foto. Kedua, film juga mempunyai pengertian paling umum, yaitu untuk menanamkan serangkaian gambar yang diambil dari obyek yang bergerak. Gambar obyek itu memperlihatka suatu serial gerakan atau momen yang berlangsung secara – terus – menerus, kemudian diproyeksikan ke dalam sebuah layar dengan memutarnya dalam kecepatan tertentu sehingga menghasilkan sebuah gambar hidup. Film atau gambar hidup merupakan gambar – gambar dalam farame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film itu bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang berkelanjutan. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah – satu media komunikasi massa audiovisual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, da bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan sistem lainnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 Film adalah gambaran bergerak yang direkam melalui pita video yang menghasilkan gambar sebagai sarana hiburan dan sebagai komunikasi massa untuk menyampaikan pesan terhaadap khalayak. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda – tanda itu termasuk bebagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharpkan. Paling penting dalam film adalah gambar dan suara 17. Film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita atau juga biasa disebut movie atau video. Film secara kolektif sering disebut ― Sinema‖. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk popular dari hiburan, dan juga bisnis, yang diperankan oleh tokoh – tokoh sesuai karakter direkam dari lensa (kamera) atau animasi18. Untuk meningkatkan kesan dan dampak dari film, suatu film diiringi suara yang dapat berupa dialog atau music sehingga dialog atau music merupakan alat bantu penguat ekspresi, di samping suara music, warna yang mempertinggi tingkat nilaikenyataan pada film sehingga unsure sungguh – sungguh terjadi sedangkan dialami oleh khalayak pada saat film diputar makin terpenuhi. Film juga dimasukkan ke dalam kelompok komunikasi massa. Selain mengandung aspek hiburan, juga membuat pesan eduktif. Namun aspek social 17 18 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakaarya. Bandung : 2009. Hal 128. Panca Javalasta, 5 Hari Mahir Bikin Film, Muntaz Media, 2011. Hal 1. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 kontrolnya tidak sekuat pada surat kabar atau majalah seta televisi yang memang menyiarkan berita berdasarkan fakta yang terjadi. Fakta di dalam film ditampilkan secara abstrak, di mana tema cerita bertitik tolak dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Bahkan dalam film, cerita dibuat secara imajinatif. Film sebagai alat komunikasi massa baru dimulai pada tahun 1901, ketika Ferdinand Zecca membuat film ― The Story Of Crime‖ di Prancis dan Edward S. Poter membuat film ― The Life Of An American Fireman‖ pada tahun 1992. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa film pada dasarnya merupakan serangkaian gambar yang diambil dari objek bergerak, yang kemudian menghasilkan serial peristiwa – peristiwa secara kontinyu dan berfungsi sebagai media komunikasi, media hiburan, pendidikan dan penerangan serta diiringi dengan unsure ekspresi penguat seperti music, dialog dan juga warna sehingga mampu membuat filmitu menjadi serealistis mungkin. Tema cerita dalam film biasa berangkat dari fenomena social dan budaya yang terjadi di tengah masyarakat Jepang dan jenis film yang peneliti angkat adalah Action. 2.2.2 Jenis-jenis Film Film dalam batasan sinematografi sepanjang sejarahnya memberikan keluasan tema bila dilihat dari isi dan sasaran tujuannya, jenis – jenis film antara lain : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 1. Film Dokumenter Dumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Laumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an19. Film documenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu, intinya film documenter tetap berpijak paada hal – hal senyata mungin. Meskipun film dokumentar sudah menjadi sebuah tred tersendiri dalam perfilman dan juga distasiun televisi ditayangkan documenter dan diikut sertakan dalam festival film seperti eagle award yang diadakan di Metro TV. 2. Film Cerita Pendek Film cerita pendek atau yang lebih sering disebut film pendek merupakan film yang berdurasi kurang dari 60 menit. Film pendek sering diadakan di festifal film di IKJ. Para sineas sering memproduksi film pendek sebagai batu loncatan agar dapat masuk ke industry perfilman. 3. Film Panjang Film panjang adalah cerita fiksi yang berdurasi lebih dari 60 menit. Umumnya berkisar antara 90 – 100 menit. Film yang diputar dibioskop umumnya masuk dalam kelompok ini. Beberapa film juga bahkan berdurasi 19 Ibid hal 2 – 4. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 lebih dari 120 menit, misalnya Dance With Wolves bahkan film India bisa mencapai 180 menit20. 2.3 Representasi Istilah representasi merupakan penggambaran (perwakilan) kelompok – kelompok dan institusi social. Penggambaran itu tidak hanya berkenan dengan tampilan fisik (appreance) dan deskripsi, melainkan juga terkait dengan makna atau nilai dibalik tampilan fisik, tampilan fisik representasi adalah sebuah jubah yang menyembunyikan bentuk makna sesungguhnya yang ada dibaliknya21. Representasi itu sendiri merujuk bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan , penggambaran yang tampil bisa jadi adalah penggambaran yang buruk dan cenderung memarjinalkan seseorang atau kelompok tertentu22. Chris Barker menyebutkan bahwa representasi adalah tentang bagaimana dunia dikonstruksikan dan disajikan kepada kita dan oleh kita. Sedangkan representasi cultural adalah makna yang memiliki sifat material, 20 Loc.cit. Ibid Hal 5. 22 Grame Burton, Membincangkan Televisi Teks Media, LKIS Pelang Aksara, Yogyakarta, 2001. Hal:114. 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 mereka tertanam dalam bunyi – bunyi, tulisan – tulisan, benda – benda, gambar – gambar, buku – buku, majalah – majalah dan program – program23 Representasi yang berkaitan dengan produksi simbolik yaitu pembuatan tanda – tanda dalam kode – kode dimana kita menciptakan makna – makna dengan mempelajari representasi24. Dari beberapa teori diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa representasi adalah suatu penggambaran makna yang berupa bunyi – bunyi, gambar – gambar, foto – foto dan sebagainya yang dikonstruksikan kepada kita dan oleh kita. 2.4 Budaya Kata kebudayaan berasal dari buth dalam bahasa sansekerta yang berarti akal, kemudia menjadi budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk) sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan adalah culture, berasal dari kata culere (bahasa Yunani) yang berarti mengerjakan tanah. Dengan mengerjakan tanah, ,manusia mulai hidup sebagai penghasil makanan (food producing). Hal ini berarti manusia berbudi daya. Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat yakni alam dan 23 24 Chris Barker, Cultural Studies dan Praktek, Bentang, Yogyakarta, 2005, Hal : 10 Loc.cit. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 zaman (kodrat dan masyarakat yang merupakan bukti kejayaan hidup dan penghidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada akhirnya bersifat tertib dan damai)25. Sementara menurut Malinowski menyebutkan kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas26. Budaya merupakan hasil dari olah piker manusia sehingga budaya disetiap daerah dan Negara berbeda – beda karena beberapa factor yang mempengaruhi seperti lingkungan, factor induk bangsa, dll. Kebudayaan merupakan pengalaman manusia, simbol dalam menginterpretasikan makna, seperangkat pengetahuan yang disampaikan secara turun menurun dan berlangsung di dalam kehidupan masyarakatnya sejalan dengan perkembangan zaman. Hal ini menunjukan bahwa kebudayaan merupakan sekumpulan sikap, nilai, keyakinan dan perilaku yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang, yang dikomunikasikan dari ssatu generasi ke generasi berikutnya melalui bahasa atau melalui media komunikasi. Sekumpulan perilaku ini mengalami proses sosialisasi yang sama dan mempunyai enkulturalisasi dengan cara – cara yang mirip. Dengan kata lain, 25 26 Suparto, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, Hal 31. Ibid Hal 31. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 setiap orang sebagai manusia yang berkebudayaan diatur oleh norma – norma yang berlaku dalam masyarakatnya (Gerrtz, 1973)27. 2.4.1 Bushido Bushido (tatacara ksatria) adalah sebuah kode etik keksatriaan golongan Samurai dalam feodalisme Jepang. Bushido berasal dari nilai-nilai moral samurai, paling sering menekankan beberapa kombinasi dari kesederhanaan, kesetiaan, penguasaan seni bela diri, dan kehormatan sampai mati28. 2.4.2 Shogun Shogun adalah istilah bahasa Jepang yang berarti jenderal. Dalam konteks sejarah Jepang, bila disebut pejabat shogun maka yang dimaksudkan adalah Sei-i Taishōgun yang berarti Panglima Tertinggi Pasukan Ekspedisi melawan Orang Biadab. Sei-i Taishōgun merupakan salah satu jabatan jenderal yang dibuat di luar sistem Taihō Ritsuryō. Jabatan Sei-i Taishōgun dihapus sejak Restorasi Meiji. Walaupun demikian, dalam bahasa Jepang, istilah shōgun yang berarti jenderal dalam kemiliteran tetap digunakan hingga sekarang. 27 28 Op.cit Hal 31. http://yuiword.com/2011/04/05/bushido-spirit/ http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Sejak zaman Nara hingga zaman Heian, jenderal yang dikirim untuk menaklukkan wilayah bagian timur Jepang disebut Sei-i Taishōgun, disingkat shogun. Jabatan yang lebih rendah dari Sei-i Taishōgun disebut Seiteki Taishōgun dan Seisei Taishōgun. Gelar Sei-i Taishōgun diberikan kepada panglima keshogunan (bakufu) sejak zaman Kamakura hingga zaman Edo. Shogun adalah juga pejabat Tōryō (kepala klan samurai) yang didapatkannya berdasarkan garis keturunan. Pejabat shogun diangkat dengan perintah kaisar, dan dalam praktiknya berperan sebagai kepala pemerintahan/penguasa Jepang. Negara asing mengganggap shogun sebagai "raja Jepang", namun secara resmi shogun diperintah dari istana kaisar, dan bukan penguasa yang sesungguhnya. Kekuasaan tertinggi tetap berada di tangan Kaisar Jepang29. 2.4.3 Samurai Asal muasal kaum samurai adalah pada wangsa (keluarga) Yamato, yang merupakan klan terkuat di Jepang hingga abad ketujuh Masehi. Istilah samurai, berasal dari kata kerja bahasa Jepang saburau yang berarti ’melayani’. Pada pada awalnya istilah mengacu kepada ― seseorang yang mengabdi kepada bangsawan‖. Yang dinamakan samurai hanya mereka yang 29 Smith II, Henry D. The Trouble with Terasaka: the forty-seventh rōnin dan the Chūshingura imagination. Japan Review, 2004, 16:3-65. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 lahir di keluarga terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga kekaisaran. Selanjutnya keluarga Yamato kesulitan mempertahankan sentralisasi negara dan mulai mendelegasikan tugas militer, administrasi, dan penarikan pajak pada mantan pesaing yang befungsi sebagai gubernur. Yamato dan kekaisaran makin melemah, sedangkan gubernur lokal makin kuat. Beberapa di antara mereka berevolusi menjadi daimyo atau penguasa feodal yang menguasai teritori tertentu dan independen dari pemerintahan pusat. Periode tersebut disebut masa Heian (749-1185) yaitu ketika Jepang terpisah dalam beberapa provinsi yang dipimpin oleh gubernur (daimyo) yang langsung didatangkan dari ibukota kekaisaran Heiankyo (Kyoto). Para daimyo umumnya adalah pangeran yang memiliki pasukan pengawal. Pengawal inilah yang dikenal sebagai samurai. Istilah lain yang mengacu kepada samurai yakni bushi yang berarti ―o rang yang dipersenjatai/kaum militer‖. Para daimyo makin mandiri dan secara perlahan meningkatkan anggota pasukan samurai mereka, dan menyiapkan klan keluarga masingmasing sebagai penguasa turun-temurun. Pada periode tersebut pasukan samurai yang mereka miliki berkembang menjadi kelompok ksatria profesional yang juga menjadi profesi turun-temurun. Pada awal abad ke 12 para gubernur provinsi (daimyo) yang lebih kuat dan kaya mulai bersaing untuk meraih kekuasaan. Pada tahun 1185 Minamoto no Yoritomo seorang panglima perang dari provinsi timur berhasil http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 mengalahkan daimyo lainnya dan secara resmi menunjuk dirinya sebagai shogun yang berarti diktator militer. Mulaiah berlaku sistem feodal dengan pemerintahan militer (Bakufu) atas provinsi-provinsi. Selanjutnya penguasa militer datang silih berganti. Namun, sejak saat itu, semua shogun, daimyo, beserta pasukan samurai mereka menjadi salah satu kelompok masyarakat yang paling hebat di Jepang dan mereka menguasai negara hingga 1867 (selama hampir 700 tahun). Seiring berjalannya waktu, semua anggota kelas penguasa, mulai dari shogun hingga ksatria yang paling rendah kastanya secara umum disebut sebagai samurai. Pada tahun 1400, jumlah anggota kelompok samurai di Jepang mencapai angka 10 persen dari seluruh populasi masyarakat. Karena tidak ada masa peperangan, para samurai mulai merambah ke berbagai aspek budaya. Para samurai menggabungkan latihan keras dalam seni perang dengan studi ilmu klasik China seperti sastra, puisi, kaligrafi, seni lukis, dan seni keramik. Semakin tinggi derajat samurai termasuk shogun, maka semakin penting pula pelajaran tersebut baginya. Keadaan aman tanpa perang berlangsung hingga 1467 sebelum akhirnya pemerintahan shogun melemah dan para daimyo mulai berusaha mengambil alih kekuasaan tertinggi. Periode berikutnya dikenal dengan periode Senoku –yang berarti periode perang- berlangsung selama 101 tahun. Pada masa itu serangkaian pertempuran dan peperangan hebat terjadi di kalangan daimyo untuk saling menguasai. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Selama periode perang tersebut keahlian luar biasa dalam seni olah pedang serta senjata lain menjadi sebuah keharusan bagi para samurai. Setiap shogun dan daimyo di seluruh jepang membentuk dojo atau sekolah beladiri yang dipimpin oleh para master atau pendekar pedang. Perang antar klan ini menimbulkan kekacauan dan kehancuran. Tak terhitung banyaknya warisan seni dan budaya yang dihancrkan seperti kuil, bangunan kuno, perpustakaan yang hancur dan hilang lenyap. Masa berikutnya Jepang berhasil disatukan sehingga mencapai masa perdamaian oleh tiga panglima perang yaitu: Oda Nobunaga (1534-1582), Toyotomi Hideyoshi (1536-1598), dan Tokugawa Ieyashu (1542-1616). Setelah satu abad lebih mengalami kekacauan, masa damai itu berdampak pada kemakmuran ekonomi dan perkembangan seni dan budaya yang terus meningkat. Arsitektur benteng menjadi marak, minat baru terhadap sastra dan puisi serta lukisan bermunculan. Upacara minum teh mencapai puncaknya, dunia keramik terus merambah bidang baru. Sedangkan ilmu bela diri pun terus berkembang. Pada masa pemerintahan Tokugawa diberlakukan kebijakan pengasingan nasional. Semua orang Jepang dilarang meninggalakan negara secara permanen dan menolak semua orang asing mengunjungi Jepang. Jepang benar-benar terisolasi dari dunia internasional. Kebijakan ini menjadi faktor paling penting dan menyebabkan panjangnya masa pemerintahan Tokugawa hingga mencapai 250 tahun. Pada masa Tokugawa, samurai menduduki posisi sekaligus memiliki hak-hak istimewa. Bersama dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 kelurga, samurai ini berjumlah sekitar 7-10% populasi nasional. Mereka diberi hak istimewa dan jaminan sosial yang lebih tinggi serta upah tetap yang turun temurun. Hal itu berdasarkan undang-undang yang ditetapkan Hideyoshi dan dilanjutkan oleh Tokugawa. Karena tidak terlibat perang, samurai pada masa Tokugawa menggunakan waktu luang mereka untuk mendapat derajat pendidikan yang tidak dikenal di masa dahulu. Selama periode ini, para samurai yang sudah mendalami berbagai disiplin ilmu lain di luar seni perang, secara kolektif mulai menuliskan ciri-ciri ideal seorang samurai yang dikenal dengan Bushido atau Jalan Ksatria. Inti bushido pada era Tokugawa adalah keyakinan bahwa samurai harus memiliki kesetiaan mutlak pada tuan/pimpinan mereka dan memiliki standar moral tinggi untuk semua tindakan dalam kehidupannya. Kode etik Bushido mengendalikan setiap aspek kehidupan para samurai. Petunjuk utama para samurai dalam hukum tersebut adalah mereka harus mengembangkan keahlian olah pedang dan berbagai senjata lain, berpakaian dan berperilaku secara khusus, dan mempersiapkan kematian yang bisa terjadi sewaktu-waktu ketika melayani tuannya. Bushido kemudian membentuk karakter dan perilaku masyarakat Jepang secara umum dengan cara tertentu, hingga mencapai tingkatan yang belum pernah diraih sebelumnya. Para Samurai mengajari anak-anak selama 250 tahun. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Kedatangan Laksamana Matthew Perry dengan armadanya dari Amerika di tahun 1853 yang memaksa Jepang membuka pintunya bagi perdagangan Amerika, mengakhiri masa isolasi masyarakat Jepang yang telah berlangsung selama 250 tahun. Saat itu Tokugawa sadar bahwa tidak bisa mempersatukan dan membangun Jepang hanya dengan pedang dan tradisi yang kaku, maka kekuasaan diserahkan kepada Meiji. Sistem feodal kuno dan kelas samurai dihapuskan secara resmi. Meiji memerintahkan para samurai untuk menyarungkan semua katananya dan diganti dengan pena, teknologi, undang-undang, dan ilmu pengetahuan. Saat itu dua juta Samurai dikembalikan ke masyarakat, mereka belajar bahkan pergi ke Amerika. Mereka juga menterjemahkan berbagai buku asing. Dengan semangat Bushido, mereka membangun Jepang. Bushido tetap menjadi pedoman masyarakat Jepang, mereka rela mati demi negara atau Kaisar. Pada masa perang dunia kedua, tentara Jepang menggunakan bushido sebagai wujud rela mati demi Kekaisaran dengan menjadi pasukan berani mati (kamikazee). Abad ke 20 ini Jepang mulai mengembangkan diri menjadi negara industri maju. Kemajuan Jepang tidak lepas dari latar belakang tertanamnya Bushido dalam diri Samurai. Samurai atau dalam bahasa Jepang disebut bushi atau buke adalah bangsawan militer abad pertengahan dan awal-modern Jepang. Menurut penerjemah William Scott Wilson: "Di Cina, karakter adalah kata yang berarti menunggu atau menemani seseorang di jajaran masyarakat, dan ini juga http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 sebenarnya dari istilah aslinya dalam bahasa Jepang, saburau. Di kedua negara tersebut istilah tersebut biasanya berarti "mereka yang melayani hadir dekat dengan kaum bangsawan," kemudian lafal tersebut berganti menjadisaburai. menurut Wilson, referensi awal untuk kata "samurai" muncul di Kokin Wakashū (905-914), kekaisaran pertama antologi puisi, selesai pada bagian pertama abad ke-10. Pada akhir abad ke-12, samurai menjadi hampir seluruhnya identik dengan Bushi, dan kata itu terkait erat dengan ksatria kelas menengah dan atas. Samurai mengikuti seperangkat aturan yang kemudian dikenal sebagai Bushido. walaupun samaurai masih kurang dari 10% dari populasi Jepang, ajaran mereka masih dapat ditemukan hingga hari ini baik dalam kehidupan sehari - hari maupun dalam seni bela diri modern Jepang. Istilah yang lebih tepat adalah bushi (orang bersenjata) yang digunakan semasa zaman Edo. Bagaimanapun, istilah samurai digunakan untuk prajurit elit dari kalangan bangsawan, dan bukan contohnya, ashigaru atau tentara berjalan kaki. Samurai yang tidak terikat dengan klan atau bekerja untuk majikan (daimyo) disebut ronin (orang ombak). Samurai yang bertugas di wilayahan disebut hanshi. Samurai harus sopan dan terpelajar, dan semasa Keshogunan Tokugawa berangsur-angsur kehilangan fungsi ketentaraan mereka. Pada akhir era Tokugawa, samurai secara umumnya adalah kakitangan umum bagi daimyo, dengan pedang mereka hanya untuk tujuan istiadat. Dengan reformasi Meiji pada akhir abad ke-19, samurai dihapuskan sebagai kelas http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 berbeda dan digantikan dengan tentara nasional menyerupai negara Barat. Bagaimanapun juga, sifat samurai yang ketat yang dikenal sebagai bushido masih tetap ada dalam masyarakat Jepang masa kini, sebagaimana aspek cara hidup mereka yang lain, Samurai Juga memiliki sifat dan karakter Gi (義 – Integritas), Yū (勇 – Keberanian), Jin (仁 – Kemurahan hati), Rei (礼 – Menghormati), Makoto atau (信 – Shin Tulus Dan Ikhlas), Meiyo (名誉 – Kehormatan), Chūgo (忠義 – Loyal) dan Tei (悌 – Rendah Hati).30 2.4.4 Ronin Ronin atau rōshi adalah sebutan untuk samurai yang kehilangan atau terpisah dari tuannya pada zaman feodal Jepang (1185-1868). Samurai menjadi kehilangan tuannya akibat hak atas wilayah kekuasaan sang tuan dicabut oleh pemerintah. Samurai yang tidak lagi memiliki tuan tidak bisa lagi disebut sebagai samurai, karena samurai adalah "pelayan" bagi sang tuan. Dalam budaya populer, ronin didramatisasi sebagai samurai tak bertuan, hidup tak terikat pada tuan atau daimyo dan mengabdikan hidup dengan mengembara mencari jalan samurai yang sejati. 30 Loc.cit. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 Di zaman Jepang kuno, ronin berarti orang yang terdaftar (memiliki koseki) sebagai penduduk di suatu tempat, tapi hidup mengembara di wilayah lain sehingga dikenal juga dengan sebutan furō (pengembara)31. 2.4.5 Seppuku Seppuku (potong perut) adalah suatu bentuk ritual bunuh diri yang dilakukan oleh samurai diJepang dengan cara merobek perut dan mengeluarkan usus untuk memulihkan nama baik setelah kegagalan saat melaksanakan tugas dan/atau kesalahan untuk kepentingan rakyat. Seppuku dulu hanya dilakukan oleh samurai. Istilahseppuku ditulis dengan dua buah aksara kanji, yaitu: kiru dan hara. Aksara kanji untuk kiru dapat juga dibaca sebagai setsu (ucapan Tionghoa) yang berarti potong, sementara aksara kanji untuk hara dapat juga dibaca sebagai fuku (ucapan Tionghoa) yang juga berarti perut. Seppuku adalah bagian dari kode kehormatan bushido, dan dilakukan secara sukarela oleh samurai yang menginginkan mati terhormat daripada tertangkap musuh (dan disiksa), atau sebagai bentuk hukuman mati untuk samurai yang telah melakukan pelanggaran serius, atau dilakukan berdasarkan perbuatan lain yang memalukan. Ritual memotong perut pada seppuku dilakukan di hadapan para saksi mata, samurai menusukkan sebuah pedang pendek, biasanya sebuahtantō ke arah perut, dan menggunakan 31 Ibid. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 pedang pendek tersebut untuk melakukan gerakan mengiris perut dari arah kiri ke kanan32. 2.5 Sejarah Keterkaitan Budaya Barat 2.5.1 Amerika – Jepang Perang antara jepang dan AS sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1930, yang saat itu perpecahan di china antara komunis dan nasionalis membuat China menjadi dua negara yang terpisah. Tahun 1931 Jepang menaklukkan manchuria dan enam tahun kemudian jepang memulai kampanye besar untuk menaklukkan seluruh Cina. Tahun 1940 pemerintah Jepang menandatangani perjanjian persekutuan dengan Nazi Jerman yang akan dikenal sebagai Poros Axis. beberapa bulan kemudian jepang berhasil menguasai seluruh indochina. Amerika mulai mengkhawatirkan tindakan jepang yang semakin Mendominasi asia, karena akan mengganggu basis sekutu mereka di Asia tenggara dan basis mereka sendiri di Philipina, AS berupaya menghentikan laju dominasi jepang namun terganjal oleh doktrin negara mereka yang Isolasionis, parlemen dan rakyat amerika tidak mengizinkan negara tersebut terjun ke dalam Perang karena rakyatnya tidak ingin menderita seperti negaranegara Eropa pasca PD I. akhirnya Amerika menggunakan penekanan ekonomi untuk menghentikan laju Jepang di Asia, Amerika memberi bantuan 32 Ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 keuangan dan persenjataan kepada Cina dan memutuskan hubungan dagang dengan jepang dengan cara mengembargo bahan dasar industri-industri seperti minyak, besi dan suku cadang. Jepang menganggap ini ancaman serius terhadap keamanan nasional mereka. Jepang pun tertarik pada wilayah Asia tenggara yang kaya akan minyak dan bahan mentah, namun mereka juga tahu Amerika tidak akan membiarkan jepang menguasai Asia dan negara lainnya. Disamping itu jepang terus berupaya berunding dengan Amerika untuk membatalkan embargo. Namun Amerika menolak kecuali jika jepang mau angkat kaki dari cina, perundingan terus berjalan alot karena masing-masing pihak tidak ada yang mau mengalah, bahkan amerika melanjutkan dengan membekukan asetaset Jepang di Amerika setelah melihat pergerakan Jepang yang terus menuju asia tenggara. Ditambah oleh aksi AD Jepang yang menyerang wilayah indochina tanpa seizin Tokyo, membuat jalannya diplomasi semakin alot. Sejak awal jepang sadar bahwa menyelesaikan masalah dengan diplomasi akan berakhir dengan jalan buntu dan opsi berperang dengan Amerika, cepat atau lambat tidak dapat terelakkan. Untuk memuluskan jalan mereka menguasai wilayah asia, Jepang berencana ― menetralkan‖ kekuatan Armada pasifik Amerika yang baru dipindah dari San Diego ke Pearl harbour. Jika armada ini dihancurkan, akan memuluskan usaha jepang dalam menguasai Asia, hal ini juga akan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 menurunkan moral Amerika dan bisa memaksa mereka melakukan perundingan lagi.33 2.5.2 Amerika – Inggris Amerika latin berasal dari kata ― Latin‖ pada Amerika Latin berarti ― Latium‖ merupakan rumpun bangsa Romawi termasuk rumpun bangsabangsa Portugis, Spanyol, Italia, Inggris serta bangsa-bangsa Eropa lainnya. Amerika Latin mendapat banyak pengaruh dari bangsa-bangsa Eropa, baik politik maupun kebudayaan.Sebagian besar negara-negara di Amerika Latin merupakan daerah kekuasaan Spanyol dan Portugis.Namun pada dasarnya Amerika Latin tidak hanya dipengaruhi politik dan kebudayaan Spanyol dan Portugis saja, tetapi juga oleh Inggris, Perancis, Belanda dan Amerika Serikat. Pada awalnya para penjelajah Eropa melakukan pelayaran dengan kepentingan pribadi maupun ditugaskan oleh pemerintahnya.Dan penjajahan bangsa Barat di Amerika Latin mempunyai persamaan yaitu menemukan daerah-daerah baru kemudian dikuasai dan dijadikan koloni. Perkembangan dunia pelayaran dan kebutuhan akan daerah baru baik untuk keperluan ekonomi maupun politik mendorong bangsa Eropa untuk mencari daerah kekuasaan. Khususnya Amerika Latin, merupakan daerah Sella, Amnon (October 1983). "Khalkhin-Gol: The Forgotten War". Journal of Contemporary History 18 (4): 651–87 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 yang kaya akan sumber daya alam terutama bahan tambang yang sangat menggiurkan bangsa Eropa. Dan untuk itu bangsa Eropa melakukan kolonialisasi terhadap Amerika Latin yaitu Portugis, Spanyol dan Inggris. Orang pertama yang tinggal di belahan bumi barat adalah keluarga band (Viking) dari pemburu dan pengumpul yang bermigrasi dari timur laut asia selama zaman es besar terakhir, yang berakhir sekitar 12.000 tahun yang lalu. Perjalanan dari Siberia ke alaska melintasi sebuah jembatan tanah terbentuk ketika glaciation menurunkan permukaan laut dan terkena lahan kering di Selat Bering. Para imigran'' pertama'' tidak sadar bahwa mereka sedang bermigrasi, tetapi hanya mengikuti kawanan hewan yang bergerak di depan mereka. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa penempatan penduduk serampangan benua Amerika berlanjut di gelombang berturut-turut selama ribuan tahun sampai gletser mencair dan air laut naik terendam jembatan darat. Sejarah menyebutkan bahwa ditemukan oleh Christopher Benua Amerika Columbus.Hal yang pertama kali telah menjadi pengetahuan umum semua anak manusia dibumi ini. Orang eropa pertama yang mendaratkan kaki ke Amerika utara adalah Kaum Norse (norwegia) yang berlayar ke Greenland dimana The Red Eric mendirikan sebuah pemukiman sekitar tahun 985. Penemuan benua amerika oleh Christofer Colombus dan dilanjutkan oleh Amerigo http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 Vespucci yang waktunya tepat dan melakukan pemetaan membuat orang Eropa berbondong-bondong datang ke Amerika. Alasan orang Eropa migrasi ke Amerika (khususnya orang-orang inggris) 1. Ekonomi, ditemukannya batu bara, mesin uap, minyak bumi dan teknologi lain. Revolusi industry mengubah sistem ekonomi yang dulunya peternakan menjadi pertanian sehingga membutuhkan lebih banyak lahan. 2. Politik, tidak setuju dengan pemerintah Ingris sehingga banyak yang mencari suaka ke tempat lain. 3. Agama, mencari tempat yang bisa menjalankan agama secara murni (Kristen puritan Namun berbagai literatur dan bukti-bukti fisik berupa prasasti, manuscript dan kabar berita lainnya menyebutkan lain, bukan Colombu penemu benua amerika. 70 tahun sebelum Columbus menjejakkan kaki di amerika, daratan yang disangkanya India, Laksamana Muslim dari China bernama Ceng Ho (Zheng He) telah mendarat di Amerika. Bahkan berabad sebelum Ceng Ho, pelaut-pelaut Muslim dari Spanyol dan Afrika Barat telah membuat kampung-kampung di Amerika dan berasimilasi secara damai dengan penduduk lokal di sana. Penemu Amerika bukanlah Columbus.Penemu Amerika adalah Umat Islam.Mereka menikah dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 penduduk lokal, orang-orang Indian, sehingga menjadi bagian dari localgenius Amerika. Datangnya bangsa Eropa ke Amerika di perkirakan tahun 1600M.Gelombang perpindahan ini berlangsung lebih dari 300 tahun.Kelompok yang paling banyak datang berasal dari Inggris.Wilayah pemukiman pertama Inggris di Amerika adalah pos perdagangan yang didirikan di James Town tahun 1607.Daerah virgina merupakan pusat perekenomian utama bagi penghasil tembakau. Tujuan bangsa Eropa masuk ke Amerika yaitu ada beberapa hal, yaitu: 1. Untuk memperoleh kesempatan ekonomi yang lebih baik. 2. Mencari kebebasan untuk berpolitik. 3. Mencari kebebasan untuk beragama. 4. Adanya factor renaissance dan reformasi. 5. Pengaruh adanya kemajuan teknologi. Diantara negara-negara Eropa yang selalu terlibat dalam persaingan memperebutkan daerah baru di Amerika adalah Inggris dan Perancis.Banyaknya pertentangan yang terjadi di Amerika tidak terlepas dari pertentangan politik yang terjadi di Eropa antara kedua negara tersebut.Pertentangan politik berubah menjadi peperangan yang dikenal dengan Perang Tujuh Tahun (1756-1763).Peperangan di Eropa terjadi pula http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 di daerah koloni, antara koloni Inggris dan koloni Perancis.Perang selama tujuh tahun tersebut dimenangkan oleh Inggris pada tahun 1763. 34 2.6 Propaganda 2.6.1 Pengertian Propaganda Meski praktek propaganda telah terjadi sejak pertama kali terbentuknya masyarakat social, kata propaganda baru muncul ketika gereja romawi mempergunakan sebaagai sarana untuk menyebarkan agama Khatolik. Pada abad-abad selanjutnya, peran propaganda bergeser ke sisi penerapan di dunia politik serta hubungan masyarakat dan bahkan manipulasi pendapat public, itulah sebabnya, dalam setiap peristiwa penting seperti politik pemilu, revolusi atau perang memberi dorongan kuat bagi pengembangan dan implementasi praktis di medan komunikasi.35 Menurut Lasswell propaganda bukan bom juga bukan roti, melainkan kata-kata, gambar, lagu-lagu,parade, dan banyak sarana lain yang tipikal untuk membuat propaganda. Propaganda semata-mata merupakan control opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti atau menyampaikan pendapat yang kongkret yang akurat melalui gambar-gambar, 34 H. W. Koch. Hitler's 'Programme' and the Genesis of Operation 'Barbarossa'. The Historical Journal, Vol. 26, No. 4 (Dec. 1983), pp. 891–920. 35 Mohammad Shoelhi, Propaganda Dalam Komunikasi International, Bandung: Sembiosa Rekatama Media, 2012, Hal 34. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 sebuah cerita, rumor dan bentuk informasi lainnya yang bisa digunakan dalam komunikasi social.36 2.6.2 Jenis Propaganda Menurut jenis kegiatannya propaganda dibagi lima jenis yaitu: A. Propaganda meliputi iklan, peragaan (display), pertunjukan (show), prestasi, pawai, pameran (expo). B. Propaganda politik mencakup penyebaran doktrin, penyebaran keyakinan politik tertentu. C. Propaganda perang, yang termasuk dalan jenis propaganda ini: warmongering atau propaganda yang menghembus-hembuskan semangat perang; defamatory atau propaganda yang merusak nama baik kepala Negara/pemerinthan; subversive yaitu propaganda yang bertujuan merusak atau mendorong kekuatan atau kewibawaan suatu Negara dari dalam agar negaara tersebut hancur; dan phychological warfare (psy-war/skyewar) atau perang urat saraf, yaitu propaganda yang menampilkn gertakan dan pengerahan kekuatan sebaagai bentuk ancaman agresi untuk menakut-nakuti pihak lawan. D. Propaganda budaya biasanya dilancarkan dalam bentuk kegiatan pameran seni budaya, pertunjukan film, pementasan seni/tari, 36 Ibid. Hal 36. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 pertukaran misi-misi kebudayaan, pegelaran temuan atau inovasi ilmu pengetahuan. E. Propaganda agama, meliputi penyebaaran keyakinan atau ajaran agama kerap juga dilakukan dalam bentuk khotbah dan ceramah akhar, pertemuan agama, pegelaran kegiatan keagamaan besarbesaran secara terbuka, tabligh akbaar, serta pementasan drama bernafaskan agama.37 2.6.3 Teknik Propaganda Terdapat tujuh teknik yang dapat digunakan untuk menyusun propaganda yaitu: A. Name Calling (Pertunjukan) Dalam tekniik ini propagandis memberikan label buruk kepada seseorang, lembaga atau gagasan dengan simbol emosional (negative) dalam propagandanya. B. Glittering Generality (kemilau generalitas) Kemilau generalitas merupakan kebalikan dari pemberi julukan buruk. Teknik kemilau generalitas menggunakan kata-kata yang memiliki kekuatan positif untuk membuat massa setuju, menerima dan mendukung tanpa memeriksa bukti-bukti. Contoh kata-kata yang biasanya digunakan dalam teknik ini antara lain; aktif, konstruktif, adil, jujur, tulus, ikhlas, terus-terang, 37 Ibid. Hal 44. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 peduli, percaya diri, manusiawi, inisiatif, berharga, pro (mendukung), produktif, visioner, sejati, tekun, ulet, benar, dsb. C. Transfer (pengalihan) Transfer (pengalihan) merupakan visualisasi konsep untuk mengalihkan karakter tertentu kepada suatu pihak. Sebaagai contoh, para politikus memajang foto diruang kerjanya. Foto itu menggambarkan saat ia sedang bersalaman dengan Presiden. Hal ini dimaksudkan untuk memindahkan wibawa yang memiliki Presiden ke dalam dirinya. D. Plain Folk (rakyat biasa) Teknik Plain Folk (rakyat biasa) merupakan salah satu teknik propaganda yang menggunakan pendekat untuk menunjukan bahwa sang propagandis rendah hati dan mempunyai empati dengan penduduk pada umumnya. Teknik ini mengenal motif tulus seseorang yang berkecimpung dalam kegiatan social kemasyarakatan atau ssosial politik. E. Cart Stacking (menimbang-nimbang kartu untuk digunakan) Teknik Cart Stcking adalah suatu teknik pemilihan dan pemanfaatan fakt atau kebohongan, ilustrasi, atau penyimpangan, serta pertanyaan logis atau tidak logis untuk memberikan kasus terbaik atau terburuk pada suaatu gaagasan, program, orang atau produk. F. Bandwagon (seruan mengikuti pihak mayoritas) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 Teknik Bandwagon berisi imbauan kepada khalayak untuk ikut bergabung ke dalam kelompoknya karenaa kelompoknya memiliki tujuan yang baik dan menyenangkan. G. Fear Arousing (membangkitkan kekuatan) Teknik Fear Arousing adalah cara propaganda untuk mendapatkan dukungan dari target massa dengan menimbulkan emosi negative, khususnya ketaakutan. Agar massa merasa takut dan bersedia mengikuti kehendaknya, propagandis menciptakan semaacam ―ha ntu‖.38 2.7 Teori Kritis Hall adalah ahli komunikasi yang mengkaji fenomena komunikasi berdasarkan pendekatan critical. Hal utama yang dinyatakannya adalah keraguannya atas kemamapuan para ahli komunikasi untuk menjawab fenomena pengaruh media. Ia menolak bahasan dalam penelitian yang menginterpretasikan segala bentuk symbol, bahasa, makna, dan arti, secara dangkal dan sederhana. Terpengaruh oleh teori Marx, Hall bertujuan untuk memberi kekuatan bagi orang-orang yang dimarginalisasikan, dan tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan kepentingan mereka. 38 Ibid. Hal 59-69. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 1. Media sebagai Ideological Tools yang Kuat Hall percaya fungsi media massa adalah untuk mempertahankan dominasi yang telah ada dan memiliki kekuatan. Ia curiga dan menentang karya empiris yang tidak mampu menganalisis ide-ide atau pemikiran apa saja yang terkandung di dalam media. Para peneliti noncritical menghadirkan karya mereka sebagai sains murni dan tidak mengandung suatu anggapan tertentu. Padahal setiap teori media, pada hakikatnya , mengandung isi dan maksud ideologis. Hall melihat dalam mainstream penelitian komunikasi massa di Amerika Serikat bahwa media menyajikan sebuah myth of democratic pluralism. Yaitu kepura-puraan bahwa masyarakat bersatu dalam common norms, kesempatan yang setara, penghormatan terhadap perbedaan, kesamaan hak bersuara, hak-hak individual, dan penegakan hukum. Hall menyatakan bahwa segala repetisi yang bersih yang disebut informasi, tidak mungkin melenyapkan karakter kotor, semiotic, semantic, dan discursive yang sifatnya fundamental media tersebut dalam dimensi budayanya. Hall memakai istilah articulate untuk menyatakan speaking out tentang penindasan dan linking─menghubungkan bahwa penaklukan yang dilakukan oleh media komunikasi dapat terjadi karena media bergerak di bidang di mana makna dibentuk. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 2. Membuat Makna Dalam bukunya Representation, Hall menyatakan bahwa fungsi utama dari wacana (discourse) adalah untuk membuat makna. Kebanyakan mahasiswa komunikasi setuju bahwa kata-kata tidak memiliki makna intrinsik, ― Words don’t mean; people mean‖. Namun Hall kembali bertanya, ― Where do people get their meanings?‖ ia menjawab bahwa orang belajar tentang makna signs melalui komunikasi dan budaya. Sepanjang sejarah, tidak semua orang memiliki suara yang setara dengan orang lain. Kenyataannya, ada pihak-pihak yang memiliki kekuatan yang lebih besar daripada orang lain sehingga memiliki pengaruh yang lebih besar pula pada orang lain. Pihakpihak yang memiliki power, secara ― sewenang-wenang‖, menetapkan suatu garis pemisah antara yang normal dan yang abnormal. Dan pembedaan ini telah menjadi sebuah discursive formation (bentuk yang saling berhubungan atau terus-menerus) serta berdampak pada kelompok yang dianggap berada di bawah pengaruh ini. 3. Kontrol Korporat terhadap Komunikasi Massa Hall berusaha mengalihkan studi komunikasi dari segala daerah pembagian dalam organisasi isi: pembangunan hubungan, pengaruh, efek media, gender dan komunikasi, dsb. Ia percaya bahwa kita harus mempelajari the unifying atmosphere di mana semua organisasi isi tadi terjadi dan dari mana semua itu berasal─yaitu budaya manusia. Ia juga menyatakan bahwa perlu mempelajari hubungan kekuatan dengan struktur sosial. Bagi Hall, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 melepaskan studi komunikasi dari konteks budaya di mana suatu fenomena berada dan mengabaikan realitas ketidaksetaraan ditribusi kekuatan dalam masyarakat, telah melemahkan bidang studi ini dan membuatnya semakin tidak relevan secara teoretis. Menurutnya, kaum superior membuat perbedaan dalam masyarakat dengan mengontrol sumber-sumber informasi yang berpengaruh agar begitu banyak cerita tentang kebenaran, tidak pernah bisa diungkapkan. Meskipun cerita-cerita itu diungkapkan, cara pengungkapan itu akan dibuat sedemikian rupa hingga tidak bertentangan dengan korporasi multinasional yang dominan. Isu utama dalam cultural studies bukan informasi apa-what yang dihadirkan, tetapi informasi siapa-whose itu. 4. Peran Media saat Perang Teluk Apa yang diberitakan media massa selama Perang Teluk, menurut Hall, adalah proses pembentukan wacana di mana pesan yang disampaikan disandikan (encoded) melalui media, kemudian diuraikan (decoded), diterima (internalized), dan dilakukan (acted) oleh khalayak. Sementara ide-ide atau wacana lainnya tidak pernah ditampilkan. Hall menyebut proses ini, hegemonic encoding. Segala yang diberitakan media adalah mengenai kehebatan senjata Amerika. Yang dilakukan media membentuk (frame) dalam masyarakat tentang making the war. Masyarakat lantas lupa pada morality tentang mencegah perang dan mempertahankan kedamaian karena media membentuk pola pikir masyarakat seolah tidak ada alternatif solusi selain perang. Hall http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 menyebut proses media ini sebagai ideological discourses of constraint (wacana-wacana ideologis pembatas). Efek praktisnya adalah membatasi range alternatif dan membuat pilihan lain itu adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan. 5. Khalayak yang Keras Kepala Hall menyebut kemungkinan the powerless dapat melawan dengan kebal terhadap ideologi dominan dan menerjemahkan pesan melaui cara yang lebih sesuai dengan kepentingan mereka. Ia menawarkan 3 pilihan decoding, yaitu: 1. Operating inside the dominant code. Media memproduksi pesan, khalayak mengkonsumsinya. Khalayak hendaknya membaca pesan serupa dengan bacaan yang lebih disukai (preferred reading). 2. Applying a negotiable code. Khalayak menerima ideologi inti secara umum, tetapi menentangnya pada aplikasi di kasus-kasus spesifik. 3. Substituting an oppositional code. Khalayak melihat melalui bias pembangunan dalam presentasi media dan menyusun usaha yang terorganisasi untuk mendemitologikan (tidak lagi mendewakan atau menyanjung) berita39..Hegemoni adalah proses dominasi, dimana sebuah ide menumbangkan atau membawahi ide lainnya – sebuah proses dimana satu kelompok dalam masyarakat menggunakan kepemimpinan untuk menguasai lainnya. Hegemoni dapat terjadi dalam berbagai cara dan berbagai keadaan; 39 Stuart Hall, Budaya, Media, Bahasa – Teks Utama Pencanangan Culturan Studies. 2011. Hal 265 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 intinya, hal ini terjadi ketika peristiwa atau teks diartikan dengan sebuah cara yang mengangkat ketertarikan dari satu kelompok terhadap yang lainnya. Hal ini dapat menjadi proses cerdik dalam memaksakan untuk memilih minat dari sebuah kelompok bawah menjadi kelompok yang mendukung semua ideology dominan.40 Eriyanto makin memperjelas wajah hegemoni sebagai bagian dari kekuatan dan dominasi kapitalis yang tidak hanya melalui dimensi material dari sarana ekonomi dan relasi produksi, dan kekuatan (force). Jika dimensidimensi lain menggunakan daya paksa untuk membuat orang banyak mengetahui dan mematuhi syarat-syarat suatu cara produksi atau nilai-nilai tertentu, maka hegemoni meliputi perluasan dan pelestarian ― kepatuhan katif‖ (secara suka rela) dari kelompok-kelompok yang didomonasi oleh kelas penguasa lewat penggunaan kepemimpinan intelektual, moral, dan politik. Hegemoni menekankan untuk mempertahankan, dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para korbannya, sehingga upaya itu berhasil mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka. Proses itu terjadi dan berlangsung melalui pengaruh budaya yang disebarkan secara sadar dan dapat meresap, serta berperan dalam menafsirkan pengalaman tentang kenyataan.41 40 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi : Theories of Human Communication. Salemba Humanika: Jakarta. 2009. Hal 467. 41 Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Lkis: Yogyakarta. 2008. Hal 103-104 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 2.8 Semiotika 2.8.1 Pengertian Semiotika Secara epistomologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani, semeion, yang berarti ― tanda‖. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi social yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain dan dalam batas – batas tertentu42. Secara terminologis, semiotic dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederatan luas objek – objek, peristiwa – peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest, mengartikan semiotic sebagai ilmu tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungan dengan kata lain, pengiriman dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakan43. Kajian mengenal tanda dan cara – cara tanda tersebut bekerja disebut semiotika atau semiologi44. Semiotika memiliki tiga wilayah kajian, yaitu : 1. Tanda itu sendiri. Wilayah ini meliputi kajian mengenai berbagai jenis tanda yang berbeda, cara – cara berbeda dari tanda – tanda didalam menghasilkan makna, dan cara tanda – tanda tersebut berhubungan dengan orang yang menggunakannya. Tanda adaah konstruksi manusia dan 42 Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu pengantar untuk Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2001, Hal : 95 43 Ibid. Hal : 95 - 96 44 John Fiske, Culturan and Communication Studies, Jala Sutra, Yogyakarta, 2004, Hal 60. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 hanya bisa dipahami di dalam kerangka penggunaan orang – orang yang menempatkan tanda – tanda tersebut. 2. Kode – kode atau system dimana tanda – tanda diorganisasikan. Kajian ini melengkapi bagaimana beragam kode telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya, untuk mengekspoitasi saluran – saluran komunikasi yang tersedia bagi pengiriman kode – kode tersebut, 3. Budaya tempat dimana kode – kode dan tanda – tanda beroperasi. Hal ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan dari kode – kode dan tanda – tanda untuk eksistensi dan bentuknya sendiri. Jadi focusnya semiotika adalah teks. Model proses linier memberi perhatian kepada teks tidak lebih seperti tahapan – tahapan yang lain di dalam proses komunikasi, memang beberapa di antaara model – model tersebut melewatinya begitu saja, hamper tanpa komentar apapun. Hal tersebut adalah salah satu perbedaan mendasar dari pendekatan proses dan pendekatan semiotik. 2.8.2 Semiotika Film Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisisi structural atau semiotika. Seperti di kemukakan Van Zoest yang dikutip oleh Sobur mengatakan film dibangun oleh tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk beberapa system tanda yang bekerja sama dengan baik untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkain gambar dalam film menciptakan imajinasi dan system penandaan. Karena itu meurut Van ZOest, bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tandatanda yang menggambarkan sesuatu. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai system tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara: kata yabg diucapkan (ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan music. 45 Seperti dikatakan oleh Van Zoest yang dikutip oleh Sobur bahwa film menuturkan ceritanya dengan cara khususnya sendiri, kekhususan film adalah mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera dan pertunjukannya dengan proyektor dan layar. Semiotika film untuk membuktikan hak keberadaannya yang dalam hal-hal penting menyimpang dari sintakmatis dan sematik teks dalam arti harfiah, harus memberikan perhatian khusus pada kekhususan tersebut.46 Semiotika berkaitan dengan komunikasi dan juga pemaknaan akan pesan yang didapat lewat proses berkomunikasi, salah satunya adalah media 45 46 Opcit, Alex Sobur, hal 182 Ibid, hal 130 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 54 massa. Seperti yang diungkapkan oleh Roland Barthes dalam salah satu perspektif semiologis (semiotika). ― system-sistem yang paling penting yaitu yang berasal dari semiology komunikasi massa, merupakan system-sistem yang kompleks yang di dalamnya melibatkan beberapa subtansi yang berbeda-beda”.47 Media massa sudah menjadi kebutuhan primer saat ini bagi masyarakat, masyarakat sudah tidak dapat dipisahkan dengan media massa, karena adanya sifat ketergantungan kepada media dimana kebutuhan akan teknologi sudah tidak dapat dipisahkan dari manusia dalam kehidupan sehariharinya. Salah satu media massa yaitu film, film juga berkaitan dengan lingkup semiotika, karena film merupakan proses pentransferan informasi dari para produser film kepada target audiensnya, dan dalam proses trasmisi informasi tersebut, film melibatkan tanda-tanda, kode-kode, dan makna yang dinantinya dapat diteliti secara lebih mendalam makna dari pesan-pesan yang disampaikan tersebut, dengan menggunakan metode semiotika. Penggunaan bidang studi semiotika dalam memahami film banyak faedahnya, selain menganalisis film dan isinya, juga untuk menganalisis apakah film yang dibuat telat tepat dan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan oleh scriptwriter. Penggunaan semiotika dalam menganalisis film adalah untuk mencari keefektivan film yang dibuat, sehingga tercipta 47 Roland Barthes, Setualang Semiologi, Yogyakarta; Pustaka Pelajar. 2007 hal 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 55 relasi (satu atau dua arah) yang tepat antara pengirim dan penerima pesan yang dimediasikan lewat film. Komunikasi semiotika dan kebudayaan dalam hal ini adalah hal-hal yang berkaitan, dimana budaya berkaitan erat dengan komunikasi dan juga symbol-simbol yang dipakai dalam budaya tersebut, yang akan mempengaruhi komunikasi yang berlangsung nantinya dan semiotikalah yang digunakan untuk mengkaji keterkaitan dalam komunikasi dan kebudayaan tersebut melalui simbol-simbol. 2.8.3 Semiotika Roland Barthes Pada tahun 1956, Roland Barthes yang membaca karya Saussure: Cours de Linguistique Generale melihat adanya kemungkinan menerapkan semiotika ke bidang-bidang lain. Ia mempunyai pandangan yang bertolak belakang dengan Saussure mengenai kedudukan linguistic sebagai bagian dari semiotika. Menurutnya, sebaliknya semiotika merupakan bagian dari lingustik karena tanda-tanda dalam bidang laing tersebut dapat dipandang sebagai bahasa yang mengungkapkan gagasan (artinya bermakna) merupakan unsur yang terbentuk dari penanda-penanda dan terdapat di dalam sebuah struktur. Barthes menggunakan konsep sintagmatik dan paragmatik untuk menjelaskan segala budaya, seperti system busana, menu makan, arsitektur, lukisan, film, iklan, dan karya sastre. Ia memandang semua itu sebagai suatu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 56 bahasa yang memiliki system relasi dan oposisi. Beberapa kreasi Barthes yang merupakan warisannya untuk dunia intelektual adalah: A. Konsep konotasi, yaitu konsep yang merupakan kunci semiotika dalam menganalisis budaya. B. Konsep mitos, yaitu konsep yang merupakan hasil penerapan konotasi dalam berbagai bidang dalam kehidupan sehari-hari. (1) (2) Signifier Signified (penanda) (pertanda) (3) Denotative Sign (tanda denotative) (4) (5) Connotative Signifier Connotative Signified (penanda konotatif) (pertanda konotatif) (6) Connotative Sign (tanda konotatif) Tabel 2.1 : Peta Tanda Roland Barthes Sumber : Alex Sobur. (2004). Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. Hal 69. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 57 First Order Reality Second Order Signs Culture Form Connotation Denotation Signifier Signified Content Myth Tabel 2.2 : Two Orders of Signification dari Barthes Sumber : Alex Sobur. (2004). Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. Hal 70. Teori semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980) dalam teorinya tersebut Roland Barthes mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan petanda, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 58 tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti (Yusita Kusumarini, 2006). Roland Barthes adalah penerus pemikiran Sausssure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk – bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan cultural penggunaannya, iteraksi anatara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan ― order of signification”. Mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman cultural dan personal). Disinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes, meskipun Barthes tetap menggunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. Barthes juga melihat aspek lain dari penanda yaitu ― mitos‖ yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk system sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna http://digilib.mercubuana.ac.id/ 59 konotasi kemudia berkembang menjadi makna denotasi, makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Mitos dari Barthes mempunyai makna yang berbeda dengan konsep mitos dalam arti umum48. Sebaliknya dari konsep mitos tradisional, mitos dari Barthes memaparkan fakta. Mitos adalah murni system ideografis. Hoed49 menguraikan perjalanan konotasi menjadi mitos dari Barthes. Bagi Barthes, mitos adalah bahasa : le mythe est une parole. Konsep parole yang diperluas oleh Barthes dapat terbentuk verbal (lisan dan tulisan) atau nonverbal: n`importe quelle matiere peut atre dote arbitrairement de signification, materi apapun dapat dimaknai secara arbitrer. Seperti kita ketahui, parola adalah realisasi dari language. Oleh karena itu, mitos pun dapat sangat bervariasi dan lahir di dalam lingkup kebudayaan massa. Mitos merupakan perkembangan dari konotasi. Konotasi yang menetap pada suatu komunitas berakhir menjadi mitos. Pemaknaan tersebut terbentuk oleh kekuatan mayoritas yang memberi konotasi tertentu kepada suatu hal secara tetap sehingga lama kelamaan menjadi mitos: makna yang membudaya. Barthes membuktikannya dengan melakukan pembongkaran (demotage semiologique). 48 Definisi menurut kamus KBBI : cerita suatu bangsa tentang dewa dan Pahlawan pada zaman dulu yang mengandung penafsiran tentang asal usul semesta alam, manusia dan bangsa itu sendiri. 49 Hoed, B.H. 2008. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok : Fakultas Ilmu Pengentahuan Budaya, Universitas Indonesia. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 60 Adapun ciri-ciri mitos Bartehs adalah sebagai berikut (Barthes, Mythologies,1957. Hal. 122-130) : A. Deformatif Barthes menerapkan unsur-unsur Saussure menjadi form (Signifier), concept (signified). Ia menambahkan signification inilah yang merupakan hasil dari hubungan yang mendistorsi makna kedua unsur tadi. Signification inilah yang menjadi mitos yang mendistorsi makna sehingga tidak lagi mengacu pada realita yang sebenarnya: The relation which unites the concept of the myth to its meaning is essentially a relation of deformation. Pada mitos, form, dan concept harus dinyatakan. Mitos tidak disembunyikan: mitos berfungsi mendistorsi, bukan untuk menghilangkan. Dengan demikian, form dikembangkan melalui konteks linear (pada bahasa) atau multidimensi (pada gambar). Distorsi hanya terjadi apabila makna mitos sudah berkembang di dalam form. B. Intensional Mitos merupakan salah satu jenis wacana yang dinyatakan secara intensional. Mitos berakar dari konsep historin. Pembacalah yang harus menemukan mitos tersebut. Contoh: Ketika ia berjalan-jalan di Spanyol, ia melihat kesamaan arsitektur rumah-rumah disana dan ia mengenali arsitektur sebagai produk etnik: gaya basque. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 61 C. Motivasi Bahasa bersifat arbiter, tetapi kearbiteran itu mempunyai batas, misalnya melalui afiksasi, terbentuklah kata-kata turunan: baca-membacadibaca-terbaca. Sebaliknya, makna mitos tidak arbitrer, selalu ada motivasi analogi. Penafsiran dapat menyeleksi motivasi dari beberapa kemungkinan motivasi. Mitos bermain atas analogi antara makna dan bentuk, Analogi ini bukan sesuatu yang dialami, tetapi bersifat historis. 2.8.4 Ideologi Dalam disiplin ilmu social, dikenal dua pengertian ideologi, yaitu ideologi secara fungsional dan ideologi secara structural. Menurut Thompson (2003:17) bahwa istilah ideologi, berdasarkan literature yang akurat akan menunjukan bahwa istilah tersebut dapat digunakan dalam dua cara yang sangat berbeda. Pertama istilah ideologi digunakan oleh beberapa kalangan sebagai sebuah deskriptif, yakni sebagai system berfikir, system kepercayaan praktek-praktek simbolik yang berhubungan dengan tindakan social dan politik. Dalam konteks ini, maka akan dimunculkan apa yang disebut dengan neutural conception (konsepsi netral) tentang ideologi. Kedua, istilah ideologi secara mendasar berhubungan dengan proses hubungan kekuasaan yang tidak sinemetris, berhubungan dengan proses pembenaran dominasi. Penggunaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 62 istilah yang demikian menunjukan apa yang disebut critiacal conception of ideology (konsep krisis ideologi)50. Jorge Larain (2002:61) yang dikutip oleh Sobur menyebutkan dua definisi ideologi yang bertolak belakang. Secara positif ideologi dipersepsikan sebagai pandangan dunia, yang menyatakan nilai-nilai kelompok social tertentu untuk membela dan menunjukan kepentingan-kepentingan mereka. Sedangan secara negative, ideologi dilihat sebagai suatu kesadaran palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan memutarbalikan pemahaman orang mengenai realitas sosial51. 50 51 Thompson. 2003. Hal 17 Jorge Larrain. 2002. Hal 62 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dengan cara