tugas akhir - Perpustakaan Universitas Mercu Buana

advertisement
TUGAS AKHIR
SISTEM PEMANAS CAIRAN DENGAN KENDALI
AT 89C51
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Kelulusan Pendidikan Strata Satu (S-1)
Program Studi Teknik Elektronika
Oleh :
FARDIANTO
( 01401 – 026)
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2007
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2007
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
SISTEM PEMANAS CAIRAN DENGAN KENDALI
AT 89C51
Nama
Nim
: FARDIANTO
: 01401 – 026
Disetujui dan disahkan Oleh :
Pembimbing
( Ir.Eko Ihsanto.M.Eng )
Kordinator Tugas Akhir
Ketua Jurusan Teknik Elektro
( Yudhi Gunardi.ST.MT )
( Ir.Budiyanto Husodo.M.Sc )
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Fardianto
Nim
: 01401 – 026
Fakultas
: Teknologi Industri
Jurusan
: Teknik Elektro
Peminatan
: Peminatan Elektronika
Universitas
: Mercu Buana
Menyatakan:
Bahwa Tugas Akhir dengan judul “SISTEM PEMANAS CAIRAN
DENGAN KENDALI AT 89C51“ ini saya buat dan saya selesaikan secara
mandiri dan bukan hasil saduran karya orang lain. Pembuatan Tugas akhir ini
hanya menggunakan Literatur dan Referensi yang ada. Jika terbukti tidak sesuai
dengan yang tersebut diatas, maka saya siap bersedia menerima sanksi yang
berlaku.
Jakarta, Agustus 2007
( FARDIANTO )
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
atas limpahan rahmat dan karunia Allah S.W.T serta
hidayahnyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan
judul “Sistem Pemanas Cairan Dengan Kendali AT 89C51” sebagai
persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik.
Selama dalam pembuatan dan penyusunan Tugas Akhir ini, penulis telah
banyak mendapatkan bantuan dan dukungan yang sangat berarti dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar – besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Budiyanto Husodo, M.Sc. Selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Universitas Mercu Buana.
2. Bapak Yudhi Gunardi, ST.MT. Selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro
Universitas Mercu Buana dan sekaligus sebagai Koordinator Tugas Akhir.
3. Bapak Ir. Eko Ihsanto, M.Eng. Seluku Pembimbing Tugas Akhir yang telah
banyak
membantu,
dan
meluangkan
waktunya
untuk
membimbing,
memberikan saran – saran dan memberikan pelajaran tentang bahasa
Assembler dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
ii
4. Bapak Ir. Jaja Kustija, M.Sc. Selaku Kepala Laboratorium Teknik Elektro
Universitas Mercu Buana dan sekaligus sebagai Pembimbing Akademik.
5. Segenap dosen Pengajar Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Elektro
Universitas Mercu Buana yang telah membekali penulis dengan memberikan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
6. Bapak Kadiman dan Ibu Siti Aminah Selaku Orang Tua penulis yang telah
banyak memberikan bantuan baik itu materi atau pun dukungan moril kepada
penulis selama dalam menempuh gelar Sarjana Teknik dan kepada Eni
Kusumawati serta Pujo Hastoro selaku Adik penulis yang telah memberikan
semangat dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7. Paman Sumitro dan Paman Kasiono yang telah memberikan semangat, saran
dan membantu dalam menyelesaikan pembuatan Tugas Akhir ini
8. Rekan – rekan seperjuangan Angkatan 2001 Andi, Sumantri Eko Prastowo,
Fitri Ramdhaniati, nanik Suprihatin, Zuqni Dhuha, Beny Sukarno, Irma
Suryani dan semua angkatan 2001 yang tidak dapat disebutkan satu – persatu,
teruskan perjuanganmu sampai meraih apa yang selama ini kamu inginkan dan
jangan pernah melupakan setiap detik kenangan yang pernah kamu rasakan
saat bersama – sama walaupun kita telah jauh satu dengan yang lainnya.
9. Tak kalah pentingnya tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Didi,
Anita, De Ari (thanx for your printer and flashdisk), Deni (my boyfriend), Ali,
Gibix, Trio dan Diat sebagai sahabat-sahabatku yang selalu membuat harihariku lebih berwarna.
iii
Penulis
menyadari
bahwa
laporan
Tugas
Akhir
ini
jauh
dari
kesempurnaan, baik berupa penyusunan maupun dalam penulisan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan
mengembangkan agar laporan Tugas Akhir ini menjadi lebih baik lagi dan lebih
dapat bermanfaat.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, Agustus 2007
Penulis
iv
ABSTRAK
Sekarang ini, banyak sekali perkembangan teknologi yang terjadi
diIndonesia, salah satunya adalah perkembangan teknologi dalam bidang
eleketronika.Banyak perangkat elektronika baik kontrol maupun mekaniknya
yang menggunakan sistem otomatis, ini disebabkan karena hampir setiap orang
menginginkan suatu kebutuhan yang seefisien mungkin serta masalah keamanan
dan keakurasian, maka dirancanglah sebuah sistem pemanas cairan dengan
kendali AT 89C51
Sistem pemanas cairan dengan kendali AT 89C51 adalah suatu alat yang
dirancang untuk memudahkan suatu pekerjaan yang menggunakan suatu alat
pemanas air, karena dengan alat ini dapat mengontrol tingkat suhu air yang berada
didalam alat pemanas air tersebut.
Dalam perangkat alat ini dilengkapi dengan suatu sensor suhu yang dapat
mengatur tingkat suhu yang berada didalam air dengan bantuan suatu perangkat
mikrokontroller AT89C51 dan sensor suhu LM 35 dan juga perangkat komputer
yang berfungsi sebagai alat untuk memonitoring suhu secara actual.
v
ABSTRACT
Nowadays, so many development of technology that happen in Indonesia, one
of them is development of technology in electronica. So many electronica’s tool
as control or mechanic that using automatically system because almost every
people want anything as possible as efficient also about security and precisian
problem, so that’s planned a liquid heater system with AT 89C51 control.
A liquid heater system with AT89C51 control is a tool that is planned to easier
a job that using a water heater, cause this tool has capability to control water’s
temperature in the water heater.
A tool has been completely with censor of temperature that capable to
maintain temperature in water with a set of microcontroller AT 89C51 helping
and LM 35 temperature censor and also a set of computer that is used as a tool for
monitoring of temperature with actual method.
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN……………………………………………………i
KATA PENGANTAR…………………………………………………….…ii
ABSTRAK……………………………………………………………………v
ABSTRACT…………………………………………………………….……vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………x
DAFTAR TABEL…………………………………….………………………xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN……………………………………….……1
1.1
Latar Belakang…………………………………………1
1.2
Tujuan Penulisan……………………………………….3
1.3
Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah……….……..3
1.4
Metode Penulisan……………………………...….…….4
1.5
Sistematika Penulisan………………………………..…5
TEORI DASAR……………………………...……………...…7
2.1
Microkontroller AT89C51…………………………...…7
2.1.1
Karakteristik Microkontroller AT89C51………………..8
2.1.2
Port – Port Microkontroller AT89C51…………………10
2.1.3
Special Function Register (SFR) ……………………....15
2.2
Timer/Counter………………………….…...…….…….19
vii
BAB III
2.3
Relay Board………………………………………….23
2.4
Water Pump …………………………………………25
2.5
Sensor LM 35………………………….…………….25
2.6
Analog to Digital Converter (ADC)………….….…..27
2.6.1
Converter Successive Approximation…………...…..30
2.6.2
Sigma-Delta/Dual Slope……………………….…….31
2.7
RS 232………………………………………….……33
2.8
Pemograman Borland Delphi………………….…….34
PERANCANGAN ALAT…………………………….……35
3.1
Prinsip Kerja Secara Hardware……………..….……35
3.1.1
Blok Diagram………………………………….….…35
3.2
Perancangan Secara Hardware
(Perangkat Keras) ………………………………..….38
3.2.1
Perancangan Sensor LM 35 Sebagai Pengontrol
Suhu dan ADC…………………………………........39
3.2.2
Perancangan Perancangan Mikrokontroller…….…...40
3.2.3
Rangkaian Driver RS - 232……………….…...….…44
3.3
Perancangan Software…………………………….…45
3.3.1
Bahasa Assembly mikrokontroller…………….….…45
3.3.1.1 Listing Program…………………………………...…45
3.3.1.2 Diagram Alir (Flow Chart) …………………….....…48
3.3.2
Bahasa Pemograman Borland Delphi……...…….......49
viii
3.3.2.1 listing Program………………………………………50
3.3.2.2 Diagram Alir (Flow Chart) …………………….……52
BAB IV
ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT………………….…53
4.1
Pengujian Saklar Dengan Kendali
Mikrokontroller…………………………………...…53
BAB V
4.2
Pengujian Sensor Suhu LM 35…………………...…55
4.3
Pengujian Keseluruhan…………………………...…57
KESIMPULAN……………………………………...…..…60
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………61
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………xiii
ix
DAFTAR GAMBAR
HAL
Gambar 2.1 Blok Diagram Mikrokontroller AT89C5
19
Gambar 2.2 Konfigurasi Pin AT89C51
10
Gambar 2.3 Timer/Counter 1 mode 0, counter 13 bit
20
Gambar 2.4 Timer/Counter 1 mode 1, counter 16 bit
20
Gambar 2.5 Timer/Counter 1 mode 2; 8 bit dengan isi ulang otomatis
21
Gambar 2.6 Susunan Bit Dalam Register TMOD
21
Gambar 2.7 Timer/Counter 1 mode 3, 2 counter 8 bit
23
Gambar 2.8 Rangkaian Relay Board
24
Gambar 2.9 Water Pump
25
Gambar 2.10 Bagian Dalam Dari LM 35
26
Gambar 2.11 fungsi Transfer Dari A/D Konverter 3 bit
28
Gambar 2.12 Rangkaian Converter Successive Approximation
30
Gambar 2.13 Rangkaian Converter Sigma-Delta
31
Gambar 2.14 Perbandingan Antar Converter
32
Gambar 2.15 IC MAX-232
33
Gambar 2.16 Contoh Aplikasi IC MAX-232
33
Gambar 3.1 Blok Diagram Rangkaian
36
Gambar 3.2 Rangkaian Sensor LM 35 dan ADC
39
Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller AT89C51
40
x
Gambar 3.4 Rangkaian Clock
42
Gambar 3.5 Rangkaian Reset
43
Gambar 3.6 Rangkaian Driver RS-232
44
Gambar 3.7 Flow Chart Alat Pemanas Air
48
Gambar 3.8 Flow Chart Pemograman Borland Delphi
52
Gambar 4.1 Pemilihan Suhu dan Grafik Suhu Air Dalam Tangki Pemanas
56
Gambar 4.2 Pemilihan Target Suhu Air (Derajat Celcius)
58
xi
DAFTAR TABEL
HAL
Tabel 2.1 Fungsi – fungsi Khusu Port 3
13
Tabel 2.2 Spesial Function Register
16
Tabel 2.3 Konversi ADC 8 bit
29
Tabel 4.1 Pengujian Saklar Dengan Kendali Mikrokontroller
54
Tabel 4.2 Pengujian Sensor Suhu LM 35
57
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Gambar Rangkaian Secara Keseluruhan
Lampiran 2
Data Sheet
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam
perjalanan
sejarah
perkembangan
Teknologi
diIndonesia,
khususnya perkembangan Teknologi dibidang Elektronika sudah sangat maju
dengan pesat. Banyak perangkat mekanik dan perangkat kontrolnya menggunakan
sistem otomatis, itu disebabkan karena perkembangan Sumber Daya Manusia
Yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia sudah maju dan juga pemikiran yang tidak
ingin tertinggal dengan Negara – Negara lain yang sudah maju dan berkembang
didalam bidang Teknologi khususnya dibidang Elektronika, selain itu juga
banyaknya keinginan dari masyarakat yang menginginkan suatu sistem otomatis
didalam rumah tangga, didalam melakukan suatu pekerjaannya sehari – hari,
selain keinginan masyarakat juga dalam bidang Industri yang menginginkan suatu
proses produksi yang stabil dan sangat efisien dalam melaksanakan suatu proses
produksi (Suatu Industri yang menggunakan alat pemanas air), karena apabila
dalam melaksanakan suatu proses produksi menggunakan tenaga manusia
(karyawan/karyawati) sangat banyak kendalanya diantaranya sering melakukan
kesalahan – kesalahan mendasar dalam suatu pekerjaannya (kelalaian manusia)
dan juga untuk menghindari dari kecelakaan dibidang industri yang terjadi pada
2
manusia (dalam hal ini sebagai pekerja/karyawan) yang sering memakan korban,
baik korban meninggal maupun korban dengan kondisi luka -luka, oleh sebab itu,
perlu dilakukan suatu cara untuk menekan serendah mungkin tingkat kecelakaan,
kesalahan yang sering terjadi didalam Rumah Tangga maupun didalam Industri.
Salah satu cara adalah dengan menggunakan perangkat otomatis baik mekanik
maupun kontrolnya.
Dalam sistem otomatis yang digunakan pada sistem pemanas cairan ini,
perangkat yang digunakan dan sistem mekanismenyapun sama dengan sistem
manual. Bedanya dalam sistem otomatis diperlukan beberapa perangkat tambahan
dan perangkat kontrol sebagai pengontrol dari sistem otomatis tersebut.
Pembuatan sistem pemanas cairan ini akan dibuat dengan seminim mungkin
dalam segi biaya, tetapi memiliki fungsi yang sangat penting dalam menekan
angka kecelakaan maupun kesalahan yang terjadi dalam melaksanakan suatu
pekerjaan dalam Rumah Tangga maupun proses produksi dalam suatu Industri.
Penggunaan sistem pemanas cairan ini tidak menutup kemungkinan dapat
terjadi kesalahan dan kecelakaan pada waktu melakukan suatu proses pekerjaan,
tetapi setidaknya penggunaan sistem pemanas cairan ini dapat menekan serendah
mungkin angka kecelakaan didalam suatu pekerjaan dalam Rumah Tangga dan
proses produksi Industri, karena sistem otomatis pasti lebih baik dari pada sistem
manual yang selama ini sudah ada, selain itu juga kesalahan yang mungkin terjadi
yang disebabkan oleh sistem otomatis lebih rendah, kemungkinan besar kesalahan
tersebut diakibatkan oleh
3
kerusakan pada perangkat mekaniknya bukan disebabkan dari perangkat
kontrolnya. Faktor kesalahan yang terjadi pada sistem otomatis dapat dihindari
dengan cara mengecek perangkat otomatisnya (mekanik) dengan rutin, berbeda
dengan faktor kesalahan yang diakibatkan oleh sistem manual, yang banyak tejadi
yang disebabkan oleh kelalaian/kesalahan manusia (Human Error).
I.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dan pembuatan dari alat ini adalah:
Untuk membuat miniatur sitem pemanas cairan yang cukup konsisten dan
cukup akurat
I.3. Ruang Lingkup dan Pembatasan Permasalahan
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis memberikan suatu batasan –
batasan tertentu seputar ruang lingkup penyusunan Tugas Akhir ini. Adapun
batasan – batasan permasalahannya adalah sebagai berikut:
1.
Pembatasan masalah pada keluaran dan cara kerja Mikrokontroller
AT89C51 yang dihubungkan dengan alat yang akan dirancang.
2.
Alat yang dibuat ini memudahkan kita didalam memanaskan air karena
alat ini dirancang sesuai dengan panas yang kita butuhkan dengan
bantuan Suatu perangkat PC (computer) sebagai display/tampilan suhu.
3.
Perancangan alat ini memiliki tahapan dalam pembuatan. Tahap pertama
yaitu pembuatan perangkat Keras ( hardware ) yaitu perancangan dengan
4
menggunakan mikrokontroller AT89C51, ADC (Analog Digital
Converter).
Sedangkan tahap kedua adalah perangkat lunak ( software ) yaitu pembuatan
suatu program dimana program tersebut yang akan difungsikan untuk
mengoperasikan perangkat keras dengan menggunakan bahasa assembler dan
program Delphi.
I.4. Metode Penulisan
Dalam perencanaan penulisan Tugas Akhir ini, metode penulisan
ditempuh dengan beberapa metode sebagai berikut:
1.
Interview/Wawancara,
penulis
melakukan
tanya
jawab
dengan
pembimbing maupun dengan instansi terkait yang berhubungan dengan
tugas akhir ini,
2.
Mempelajari, mencari dan melihat langsung literature/Referensi tentang
aplikasi dari mikrokontroller AT89C51, ADC, sensor LM 35 dan data
terkait yang berhubungan dengan tugas akhir ini.
3.
merencanakan perancangan Blok diagram dan gambar dari rangkaian
keseluruhan.
4.
Menganalisa dan menguji rangkaian dari alat yang akan dirancang.
5.
Menerapkan blok diagram kedalam suatu rangkaian
6.
Menyimpulkan keseluruhan hasil pengujian maupun analisa yang telah
diperoleh.
5
I.5. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang dari masalah, tujuan penelitian,
perumusan suatu masalah, batasan – batasan dari masalah, metode penulisan dan
sistematika dari penulisan Tugas Akhir.
BAB II. TEORI DASAR
Pada bab ini berisikan tentang teori dasar dari komponen atau perangkat
pendukung pendukkung lainnya ( Software dan Hardware ) yang mendung
pembuatan alat.
BAB III. PERANCANGAN ALAT
Pada bab ini berisikan tentang sistem perancangan alat, dimana perancangan
tersebut diantaranya perancangan perangkat keras (Hardware) dan perangkat
lunak (Software), dimulai dari perancangan gambar rangkaian, diagram alir
(Flowchart) dan mekaniknya secara keseluruhan, seperti perancangan sensor LM
35, perancangan ADC (Analog Digital Converter), Mikrokontroller AT89C51 dan
perancangan perangkat yang lain yang mendukung dari pembuatan alat ini.
BAB IV. ANALISA DAN PENGUJIAN
Pada bab ini berisikan tentang pengujian rangkaian – rangkaian yang ada pada
alat. Pengujian rangkaian dilakukan baik satu persatu maupun pengujian alat
keseluruhan.
6
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan
keseluruhan Tugas Akhir dan saran - saran yang fungsinya untuk membangun dan
mengembangkan karya Tugas Akhir ini.
7
BAB II
TEORI DASAR
Pada bab ini akan dibahas satu persatu tentang teori dasar dari setiap
komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan alat “Sistem Pemanas Cairan
Dengan kendali AT 89C51”.
2.1. Mikrokontroller AT89C51
Telah berkembang satu rangkaian mikroprosessor yang sudah dilengkapi
dengan memory, baik RAM (Random Acses Memory) maupun ROM (Read Only
Memory). AT89C51 adalah mikrokontroller yang dikeluarkan oleh Atmel pada
tahun 1994, yaitu sebuah perusahaan yang bergerak dalam produksi
semikonduktor. Dengan memadukan arsitektur perangkat keras keluarga
mikrokontroller MCS51 dan teknologi flash memory, maka AT89C51 terbentuk
sebagai sebuah mikrokontroller dengan fasilitas timer, port serial, 32 kaki I/O,
RAM dan Flash Memory untuk keperluan menyimpan program. Dengan teknologi
ini, sebuah desain elektronika akan semakin ringkas dan ekonomis karena
mikrokontroller ini sudah cukup mudah didapatkan dipasaran dengan harga yang
sangat ekonomis.
8
2.1.1. Karakteristik Mikrokontroller AT89C51
IC Mikrokontroller AT89C51 merupakan salah satu keturunan keluarga
MCS–51 Intel yang didesain berbeda dengan generasi - generasi sebelumnya
seperti 8051, 8031, 8052 yang masih membutuhkan memori eksternal untuk
menyimpan program, sedangkan AT89C51 didesain dengan 4K byte flash
PEROM (Programable and Erasable Read Only Memory), AT89C51 merupakan
memory dengan teknologi Nonvolatile Memory, isi memory tersebut dapat diisi
ulang ataupun dihapus berulang – ulang. Memory ini biasanya digunakan untuk
menyimpan intruksi (perintah) berstandar MCS-51 code sehingga memungkinkan
mikrokontroller ini untuk berkerja dalam Mode Single Chip Operation (mode
operasi keping tunggal) yang tidak memerlukan External Memory (memori luar)
untuk menyimpan source code tersebut.
IC Mikrokontroler AT89C51 ini oleh Atmel dimasukkan kedalam
kelompok Programmer Controller. Sebagai IC Mikrokontroller yang Compatible
dengan keluarga MCS – 51 ini, AT89C51 mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
Memiliki 128 Kbyte pada memory data (RAM) didalam chip.
Memiliki 8 bit CPU sebagai pusat pengendalian aplikasi.
Memiliki 4 Kbyte ROM didalam chip.
Memiliki 6 sumber interupsi dengan prioritas dan osilator berada
dalam chip.
Memiliki 3 tingkat penguncian memory program.
Memiliki 32 jalur port bit – directional.
9
Memiliki 2 buah Timer/Counter 16 bit.
Mampu memproses Boolean secara bit per bit.
Memiliki 64 Kbyte pada alamat program data (Eksternal).
Dibawah ini adalah Blok Diagram dari suatu Mikrokontroller AT89C51 :
Gambar2.1. Blok Diagram Mikrokontroller AT89C51
10
2.1.2. Port – Port IC Mikrokontroller AT89C51
IC Mikrokontroler AT89C51 mempunyai 40 buah kaki, dimana 32 buah
kaki diantaranya adalah kaki untuk keperluan port pararel, dalam satu port pararel
terdiri dari 8 buah kaki, dengan demikian 32 buah kaki tersebut membentuk
4 buah port pararel, yang masing – masing port pararel tersebut dikenal dengan
nama port 0, port 1, port 2 dan port 3.
Berikut ini adalah konfigurasi pin dari IC Mikrokontroller AT 89C51 :
Gambar 2.2. Konfigurasi Pin AT89C51
11
Perhatikan gambar diatas, dari masing – masing kaki Mikrokontroller
AT89C51 memiliki fungsi tersendiri diantaranya sebagai berikut:
1. PORT 0
Port 0 dalam Mikrokontroller AT89C51 terletak pada kaki 32 sampai dengan
39, fungsi port 0 adalah sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data
ataupun menerima oder byte pada saat Flash Programming.
Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink
kedelapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan
memberikan logika 1 port tersebut.
Pada fungsi low order multiflex address/data, port ini akan mempunyai
Internal Pull Up.
Pada saat Flash Programming diperlukan External Pull Up terutama pada saat
verifikasi program.
2. PORT 1
Port 1 dalam Mikrokontroller AT89C51 terletak pada kaki 1 sampai dengan 8
fungsi dari port 1 adalah sebagai I/O biasa atau menerima low order address
byte selama pada saat Flash Programming.
Port ini mempunyai Internal Pull Up dan berfungsi sebagai input dengan
memberikan logika 1.
Sebagai output port ini dapat memberikan output sink keempat buah input
TTL.
12
3. PORT 2
Port 2 dalam Mikrokontroller AT89C51 terletak pada kaki 21 sampai dengan
28, fungsi port 2 adalah sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat
mengakses memory secara 16 bit (Mov @Dptr).
Pada saat mengakses memory
secara 8 bit (Mov @Rn), port ini akan
mengeluarkan isi dari P2 Special Function Register.
Port ini mempunyai Internal Pull Up dan berfungsi sebagai input dengan
memberikan logika 1.
Sebagai output port ini dapat memberikan output sink keempat buah input
TTL.
4. PORT 3
Port 3 dalam Mikrokontroller AT89C51 terletak pada kaki 10 sampai dengan
17, fungsi dari port 3 adalah sebagai I/O biasa, port 3 mempunyai sifat yang
sama dengan port 1 ataupun port 2, sedangkan sebagai fungsi khusus, port –
port ini mempunyai fungsi – fungsi yang lain.
13
Tabel.2.1. Fungsi – fungsi Khusus Port 3
Pin Port
Fungsi
P3.0
RXD (Sebagai Port Serial Input)
P3.1
TXD (Sebagai Port Serial Output)
P3.2
INT0 (Sebagai Port External Interrupt 0)
P3.3
INT1 (Sebagai Port External Interrupt 1)
P3.4
T0 (Sebagai Port External Timer 0 Input)
P3.5
T1 (Sebagai Port External Timer 1 Input)
P3.6
WR (Sebagai Data Memory Write Strobe)
P3.7
RD (Sebagai Data Memory Read Strobe)
Fungsi – fungsi khusus diatas tersebut hanya dapat diaktifkan jika bit – bit
pengancing (Latch) port yang bersangkutan berisi ‘1’, selain itu kaki – kaki port
akan tetap terkirim ‘0’.
5. XTAL 1
XTAL 1 dalam Mikrokontroller AT89C51 terletak pada kaki 19, fungsi dari
XTAL 1 adalah sebagai Input Oscillator (Masukan Osilator).
6. XTAL 2
XTAL 2 dalam Mikrokontroller AT89C51 terletak pada kaki 18, fungsi dari
XTAL 2 adalah sebagai Output Oscillator (Keluaran Osilator).
14
7. GND
GND dalam Mikrokontroller AT89C51 terletak pada kaki 20, fungsi dari
GND adalah sebagai Ground/Pentanahan atau sebagai pengaman.
8. PSEN
PSEN atau Program Store Enable dalam Mikrokontroller AT89C51 terletak
pada kaki 29, fungsi pin ini pada saat mengeksekusi program yang terletak
pada memory External. PSEN akan aktif dua kali setiap cycle.
9. ALE/PROG
ALE/PROG atau Adress Lacth Enable dalam Mikrokontroller AT89C51
terletak pada kaki 30, fungsi dari ALE/PROG adalah sebagai address latch
Enable (ALE) yang me – Lacth low byte address pada saat mengakses
memory.
Sedangkan pada saat Flash Programming (PROG) berfungsi sebagai pulse
input untuk pada operasi normal ALE akan mengeluarkan sinyal clock sebesar
1/16 frekuwensi oscillator kecuali pada saat mengakses memory External,
sinyal clock pada pin ini dapat pula di-Disable dengan men-set bit 0 dari
Special Function Register dialamat 8EH
Ale hanya akan aktif pada saat mengakses memory External (MOVX &
MOVC).
15
10. EA/VPP
EA/VPP atau External Access Enable dalam Mikrokontroller AT89C51
terletak pada kaki 31, pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA
yaitu mikrokontroller akan menjalankan program yang ada pada memory
External setelah system di-riset.
Jika berkondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan program yang
ada pada memory Internal.
Pada saat Flash Programming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt (VP).
11. VCC
VCC dalam Mikrokontroller AT89C51 terletak pada kaki 40, fungsi dari VCC
adalah sebagai sumber tegangan (Power Supply).
12. RST
RST dalam Mikrokontroller AT89C51 terletak pada kaki 9, funsi dari RST
adalah sebagai riset, dimana riset ini akan aktif dengan memberikan input high
selama 2 cycle.
2.1.3 Special Function Register (SFR)
89C51 mempunyai Special Function Register (Register Fungsi Khusus),
dimana fungsi – fungsi tersebut terletak pada alamat 80H sampai dengan FFH.
Beberapa dari register ini pun dapat dialamati dengan pengalamatan bit sehingga
16
dapat dioperasikan seperti yang ada pada RAM yang lokasinya dapat dialamati
dengan pengalamatan bit..
Berikut ini adalah beberapa nama register yang memiliki fungsi tersendiri
dari register yang terdapat dalam Special Function Register.
Tabel 2.2. Special Function Register
NAMA
FUNGSI
ALAMAT
A
Accumulator
0E0 H
B
Aritmetik
0F0 H
PSW
Program Status Word
0D0 H
SP
Stack Pointer
81 H
DPTR
Data Pointer Register
DPL
Low Byte
82 H
DPH
High Byte
83 H
P0
Port 0
80 H
P1
Port 1
90 H
P2
Port 2
A0 H
P3
Port 3
0B0 H
IP
Interupt Priority
0B8 H
IEC
Interupt Enable Control
0A8 H
TMOD
Timer/Counter Mode Control
89 H
TCON
Timer/Counter Control
88 H
TH0
Timer 0 High Byte
8C H
TL0
Timer 0 Low Byte
AH
TH1
Timer 1 High Byte
8A H
TL1
Timer 1 Low Byte
8B H
SCON
Serial Port Control
98 H
SBUF
Serial Port Data Buffer
99 H
PCON
Power Control
87H
17
1. Accumulator ( Register A)
Adalah sebuah register yang terdapat pada alamat EOH yang digunakan
sebagai register penyimpan data sementara dalam program, dan memiliki
beberapa fungsi antara lain berpasangan dengan register B dalam operasi
matematik dan dapat digunakan untuk menulis atau membaca data yang
berada diluar memori.
2. Register B
Selain digunakan bersama dengan register A dalam operasi matematik,
register ini dapat juga digunakan sebagai register umum yang terdapat pada
alamat FOh. Register ini juga bersifat bit addressable.
3. Data Timer Register
Pasangan register (THO, TLO dan TH1, TL1) merupakan register penghitung
16 bit untuk timer 0 dan timer 1.
4. Program Status Word (PSW)
Berisi informasi dan status program yang berada pada alamat DOh.
5. Data Pointer Register (DPTR)
Berisi 16 bit jalur yang dimanipulasi sebagai register 16 bit (DPTR) atau 2
buah register 8 bit yang terpisah yaitu DPH (High Byte) dan DPL (Low Byte).
18
6. Control Register
Berisi informasi dari status bit untuk system interupsi timer/counter dan serial
seperti register IP (Interupt Priority), IEC (Interupt Enable Control) dan
PCON (Pewer Control).
7. Stak Pointer (SP)
Register SP atau Stack Pointer (Lokasi 81h) merupakan register dengan
panjang 8-bit, digunakan dalam proses simpan dan ambil dari/ke stack.
Nilainya akan dinaikkan sebelum data disimpan menggunakan intruksi PUSH
dan CALL.
8. Serial Data Buffer
SBUF atau Serial Data Buffer (lokasi 99H), sebenarnya terdiri dari dua
register yang terpisah, yaitu register penyangga pengirim (Transmit Buffer)
dan penyangga penerima (Received Buffer). Pada saat data disalin ke SBUF,
maka data sesungguhnya dikirim ke penyangga pengirim dan sekaligus
mengawali transmisi data serial. Sedangkan pada saat data disalin dari SBUF,
maka sebenarnya data tersebut berasal dari penyangga penerima.
9. Capture Register
Pasangan register (RCAP2H, RCAP2L) yang menempati lokasi CBH dan
CAH merupakan register capture untuk mode timer 2 capture.
19
2.2. Timer / Counter
AT89C51 mempunyai 2 unit register timer /counter 16 bit : Timer 0 dan
Timer 1. Keduanya dapat beroperasi sebagai timer atau counter. Pada fungsi
'timer', isi register ditambah satu setiap siklus mesin. Jadi, seperti menghitung
siklus mesin. Karena satu siklus mesin terdiri atas 12 periode osilator, maka
kecepatannya t = 1/12 frekuensi osilator. Pada fungsi 'counter', isi register
ditambah satu setiap terjadi transisi 1 ke 0 pada pin input eksternal yang
bersesuaian T0 atau T1. Untuk mengenali transisi 1 ke 0 ini dibutuhkan 2 siklus
mesin (24 periode osilator), maka input maksimum ialah 1/24 frekuensi osilator.
Tidak ada batasan untuk duty cycle sinyal input. timer 0 dan timer 1 mempunyai 4
mode operasi yang bisa dipilih. Fungsi timer dan counter dipilih dengan bit
kontrol C/T pada SFR TMOD. Kedua timer/counter ini mempunyai 4 mode
operasi yang dipilih dengan sepasang bit M1 dan M0
- Mode 0
Ttimer 0 dan timer 1 pada mode ini berfungsi sebagai counter 8 bit dengan
divided-by-32 prescaler. Operasi mode 0 pada timer 1, sehingga konfigurasi
register timer menjadi 13 bit. Ketika perhitungan berubah dari nilai maksimum
(semua bit = 1) menjadi 0 maka flag interupt timer TF1 akan aktif. Masuakan
akan dihitung oleh timer bila TR1=1 dan salah satu GATE=0 atau INT1=1. Bila
GATE di-set = 1 maka timer dikontrol oleh input eksternal INT1, dan dapat
digunakan untuk mengukur lebar pulsa. TR1 adalah bit kontrol pada SFR TCON,
sedangkan GATE ada pada TMOD. Men-set TR1 Register 13 bit terdiri atas 8 bit
20
TH1 dan 5 bit TL1. 3 bit TL1 bagian atas dapat diabaikan. Men-set TR1 tidak
menghapus isi register. Mode 0 untuk timer 0 sama seperti timer 1. Substitusi
TR1, TF1 dan INT1 dengan TR0, TF0, dan INT0. Ada 2 bit GATE yang berbeda,
yaitu TMOD.7/TMOD bit ke 7 untuk timer 1 dan TMOD.3/TMOD bit ke 3 untuk
timer 0.
Gambar 2.3. Timer/Counter 1 Mode 0 : Counter 13 Bit
- Mode 1
Mode 1 sama dengan mode 0, kecuali register timer berjalan dengan 16
bit. Jadi semua bit pada TH1/TL1 (timer 1) atau TH0/TL0 (timer 0) berfungsi.
Detak
Timer
TLx
(8 Bit)
THx
(8 Bit)
TFx
Gambar 2.4. Timer/Counter 1 Mode 1 : Counter 16 bit
21
- Mode 2
Pada mode ini register timer berfungsi sebagai counter 8 bit (TL1) dengan
isi ulang otomatis. Overflow dari TL1 tidak hanya men-set TF1, tetapi juga
mengisi-ulang TL1 dengan isi TH1, yang ditentukan dengan software. Proses isiulang ini tidak mengakibatkan isi TH1 berubah. Mode 2 untuk timer/counter 0
sama seperti timer/counter 1.
Gambar 2.5. Timer/Counter 1 Mode 2 : 8 Bit dengan isi ulang otomatis
(Auto Reload)
bit 7
GATE
bit6
C/~T
bit 5
M1
Timer 1
bit 4
M0
bit3
GATE
bit 2
C/~T
bit 1
M1
Timer 2
Gambar 2.6. Susunan bit dalam register TMOD.
bit 0
M0
22
Pada Gambar 2.6 menunjukkan susunan bit register TMOD pada timer 1 dan
timer 2 yang menentukan fungsi dan jenis kerja dari counter atau timer.
- Mode 3
Timer 1 pada Mode 3 tidak menghitung sama sekali, sama seperti men-set
TR1 = 0. Timer 0 pada mode 3 menjadikan TL0 dan TH0 sebagai 2 counter yang
terpisah. Cara kerja timer 1 pada mode 3. TL0 menggunakan bit kontrol timer 0
:C/T, GATE, TR0, INT0, dan TF0. TH0 berfungsi sebagai timer yang menghitung
siklus mesin dan mengambil alih kontrol TR1 dan TF1 dari timer 1. Jadi TH0
sekarang mengontrol interupt timer 1. Mode 3 ini digunakan untuk aplikasi yang
membutuhkan satu timer atau counter 8 bit tambahan. Dengan timer 0 pada Mode
3, AT89C51 seolah-olah mempunyai 3 unit timer /counter. Ketika timer 0 bekerja
pada mode 3, timer 1 dapat diaktifkan pada mode yang lain. Sebagai contoh timer
1 dapat digunakan sebagai baud rate generator atau aplikasi apapun yang tidak
memerlukan interupsi.
23
Gambar 2.7. Timer/Counter 1 Mode 3, 2 Counter 8 Bit
2.3. Relay Board
Relay Board adalah suatu komponen elektronika yang terdapat beberapa
relay. Relay tersebut memiliki masukan dan keluaran yaitu NO (Normally Open),
NC (Normally Clossed) dan Com (Common),dimana fungsi relay tersebut adalah
sebagai alat pengubah tegangan dari tegangan VDC menjadi tegangan VAC.
Apabila relay tersebut diberikan tegangan input VDC dari sumber catu daya,
maka switch/platina yang ada didalam relay tersebut akan bergerak dan akan
menghasilkan suatu keluaran tegangan output VAC.
Dalam perancangan alat ini relay board digunakan sebagai tegangan
input/masukan
untuk
dua
buah
water
pump(Pompa
Heater/Pemanas yang membutuhkan tegangan VAC.
Air)
dan
sebuah
24
25
2.4. Water Pump ( Pompa Air )
Water pump adalah suatu perangkat pendukung dari perancangan alat ini
sebagai valep (membuka dan menutup air), water pump itu sendiri berfungsi
sebagai alat penyedot air yang akan berkerja setelah diberikan suatu tegangan
input VAC.
Gambar.2.9. Water pump
2.5. Sensor LM 35
Sensor temperatur LM35 ini merupakan sensor yang presisi, mudah untuk
dikalibrasi, dan merupakan Integrated Circuit Temperature Sensor dimana output
yang dihasilkan dari sensor ini sudah merupakan tegangan yang dapat langsung
dihubungkan ke ADC ataupun lainnya untuk mendapatkan nilai yang kita
inginkan. Prinsip bekerjanya hanya berdasarkan output yang dihasilkan oleh dua
buah terminal dari Zener.
26
Gambar2.10. Bagian dalam dari LM35
Sensor ini memiliki tegangan breakdown yang sama dengan temperatur
absolut pada 10 mV / oC. Dengan kurang dari 1Ω Impedansi Dynamiknya alat ini
bekerja dengan range 400 μA sampai 5 mA. Sensor ini bekerja antara -40 oC
sampai 150 oC dan cukup murah serta banyak kita dapatkan di pasaran.
Dalam pemakaiannya sensor temperatur LM35 diletakkan dalam ruangan
untuk dapat langsung berinteraksi dengan kondisi suhu pada ruangan yang akan
dikontrol. Setiap perubahan suhu ruangan yang terjadi akan dideteksi secara
langsung oleh LM35 yang akan menyampaikan kondisi tersebut pada Analog to
Digital Converter (ADC) dan selanjutnya ADC akan mengolah data yang
didapatkan dari LM35 untuk menampilkan perubahan dalam setiap derajat
celciusnya.
27
Sensor suhu seri LM35 ini terdiri atas 4 penguat operasi yang masingmasing
berdiri
sendiri,mempunyai
penguatan
tinggi
dan
secara
intern
terkompensasi terhadap frekuensi. Ini dirancang untuk dioperasikan dari pencatu
daya tunggal dalam range tegangan yang lebar. Pemakaian arus yang kecil
tidaklah bergantung pada besar tegangan catu daya, penerapannya meliputi sensor
(transduser), blok-blok penguatan DC dan rangkaian Op-Amp konvensional yang
kini dapat dengan mudah dilengkapi pada sistem-sistem yang menerapkan pencatu
daya tunggal.
2.6. Analog to Digital Converter (ADC)
Pengubah data dari analog ke digital merupakan salah satu alat yang
berguna untuk mengkonversi data analog (berupa tegangan) ke dalam bentuk data
digital yaitu data biner. Konsep dasar dari komponen ini terbagi atas dua buah
proses yaitu pencacahan dan pengkodean. Pencacahan merupakan sebuah proses
untuk mentransformasikan sinyal analog ke dalam satu set kondisi output diskrit.
Pengkodean merupakan sebuah proses untuk menentukan suatu kalimat kode
digital menjadi beberapa kondisi-kondisi output.
Fungsi transfer nonlinear ialah suatu pencacah ideal dengan 8 buah kondisi
output, dengan kalimat-kalimat kondisi output yang telah ditentukan, biasa juga
disebut sebagai A/D Konverter 3 bit. 8 buah kondisi output ditentukan oleh urutan
dari kode biner 000 sampai 111. Dengan masukan analognya 0 sampai 10 V.
28
Gambar2.11. Fungsi Transfer dari A/D Konverter 3 bit.
Didalam suatu komponen ADC, resolusi merupakan hal yang paling
penting menentukan untuk mendapatkan data yang paling akurat. Resolusi dari
ADC ditentukan oleh jumlah bit output yang dikeluarkan oleh ADC tersebut.
Sebagai contoh untuk ADC 3 bit, seperti gambar diatas dengan ADC 8 bit
memiliki resolusi yang berbeda. Jika ADC memiliki resolusi sebesar 1/2n, maka
ADC 3 bit memiliki akurasi 1/8 atau 0,125% dari skala maksimum bila skala
maksimumnya 2,56 Volt maka resolusinya sebesar 320 mV untuk tiap kenaikan 1
angka desimal. Pada ADC 8 bit mempunyai tingkat resolusi sebesar 1/256 atau
0,0039% dari skala maksimum. Jadi bila skala maksimumnya 2,56 Volt maka
resolusinya sebesar 10 mV. Dengan kata lain kode biner 00000000 (0 desimal)
akan bernilai 0 V, kode 00000001 menjadi 10 mV, 00000010 menjadi 20 mV dan
29
seterusnya hingga 11111111 menjadi 2550 mV. Perhatikan contoh tabel konversi
untuk ADC 8 bit dengan tegangan referensinya 2560 mV.
Tabel 2.3. Konversi ADC 8 bit
Konversi ADC 8 bit
Bit
Volts
Output Value
Bit 7
1280
0
Bit 6
640
0
Bit 5
320
0
Bit 4
160
1
Bit 3
80
1
Bit 2
40
1
Bit 1
20
1
Bit 0
10
0
Dengan menjumlahkan tegangan yang pada tiap kode yang memiliki nilai
‘1’ dalam 00011110, maka kita akan mendapatkan :
160 + 80 + 40 + 20 = 300 mV
Jadi tegangan yang diwakilkan oleh kode biner tadi adalah 300 mV.
ADC juga membutuhkan waktu yang cukup cepat untuk melakukan proses
pencacahan dan pengkodean ini. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses
ini tergantung atas beberapa faktor diantaranya resolusi dari konverter, teknik
konversi dan kecepatan dari komponen-komponen yang bekerja di dalam
konverter tersebut. Kecepatan dari komponen-komponen yang bekerja didalam
konverter tersebut. Kecepatan konversi yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu
tergantung dari variasi waktu dari sinyal yang akan di konversi dan akurasi yang
diinginkan.
ADC terdiri dari bermacam-macam jenis kecepatan, interface yang
berbeda, dan juga berbagai macam derajat akurasi. Jenis-jenis ADC yang paling
umum digunakan diantaranya Flash ADC, Converter Successive Approximation,
dan Sigma-delta/Dual Slope. Yang digunakan dalam perancangan alat ini adalah
ADC jenis Converter Successive Approximation.
30
2.6.1
Converter Successive Approximation
Jenis ini menggunakan komparator dan logika pencacahan untuk
menghasilkan konversi yang diinginkan. Langkah pertama dalam konversi ini
adalah untuk melihat jika masukan lebih besar dari setengah tegangan referensi.
Jika benar, maka nilai MSB (Most Significant Bit) dari keluarannya menjadi ‘1’
(SET). Nilai ini kemudian dikurangi nilai masukan, dan hasilnya akan di cek
selama seperempat dari tegangan referensi. Proses ini akan berlangsung terus
hingga semua bit keluarannya telah menjadi ‘1’ semua atau ‘0’ semua. Jenis ini
banyak memakan clock cycle yang dikarenakan bit-bit yang dikeluarkan untuk
melakukan konversi.
D/A
CONVERTER
Succesive
Approximation
Register
Reference
Circuit
Clock
Output Data
Gambar 2.12. Rangkaian Converter Succesive Approximation.
31
2.6.2. Sigma-delta/Dual Slope
Jenis ini menggunakan DAC 1-bit, filterisasi, dan oversampling untuk
memperoleh konversi yang sangat akurat. Akurasi dari proses konversi ini
dikontrol oleh referensi masukan dan juga masukan clock rata-rata. Keuntungan
utama dari konverter ini yaitu memilik resolusi yang tinggi. Pada dua jenis
konverter yang sebelumnya banyak menggunakan resistor. Permasalahannya
adalah akurasi dari resistor-resistor tersebut akan langsung mempengaruhi akurasi
dari hasil konversi. Sedangkan konverter sigma-delta ini tidak menggunakan
rangkaian resistor tetapi mengumpulkan jumlah sampel yang ada ke dalam suatu
hasil. Kekurangan dari konverter ini adalah kecepatannya. Karena konverter
bekerja
dengan
menggunakan
pengambilan
kembali
data
masukan
(oversampling), maka konversi akan menggunakan banyak clock cycle.
Input
Reference
Circuit
Control Logic and
Counter
Clock
Output Data
Gambar 2.13. Rangkaian konverter sigma-delta
32
Digambar 2.14 ditunjukan batasan-batasan dari resolusi yang dimiliki oleh
sigma-delta, successive approximation, dan converter flash.
Gambar 2.14. Perbandingan antar konverter
Dari perbandingan diatas maka kita dapat menentukan pilihan yang terbaik
untuk digunakan di alat yang ingin dibuat. Dan jelas, jika ingin memilih ADC
dengan kecepatan tinggi maka akan dipilih flash ADC, tetapi jika kita lebih
memilih resolusi yang tinggi maka lebih baik untuk memilih Sigma-Delta. Pada
umumnya Successive Approximation ADC merupakan pilihan yang paling
banyak digunakan karena kecepatannya yang cukup dan resolusi yang juga cukup
baik.
33
2.7 RS-232
RS232 merupakan metode pengubahan level TTL/CMOS ke level RS232.
Contoh IC yang dapat digunakan adalah MAX-232 (lihat Gambar 2.16). IC ini
terdiri atas dua driver/receiver, yang berisi penyesuai tegangan ke level tegangan
EAI232 dari catu 5V. Setiap penerima mengubah masukan EIA232 ke level
TTL/CMOS 5V. Gambar 2.16 menunjukkan rangkaian aplikasi IC MAX-232.
Gambar 2.15. IC MAX-232
Gambar 2.16. Contoh aplikasi IC MAX-232
34
2.8 Pemograman Borland Delphi
Borland delphi atau biasa di sebut Delphi merupakan sarana aplikasi
visual. Bahasa pemograman yang digunakan adalah bahasa Pascal, Delphi
merupakan pengembangan dari Turbo Pascal. Turbo Pascal yang diluncurkan
pada tahun 1983 dirancang untuk sistem operasi DOS sedangkan Delphi
dirancang untuk beroperasi dibawah sistem operasi windows. Delphi merupakan
bahasa pemrograman yang menyediakan fasilitas untuk aplikasi dengan
antarmuka visual
35
BAB III
PERANCANGAN ALAT
Perancangan dalam tugas akhir ini terdiri dari beberapa komponen –
komponen yang akan dirangkaikan menjadi sebuah diagram blok yang
membentuk sebuah sistem yang akan di rancang, adapun perancangan alat
keseluruhan terdiri dari beberapa rangkaian utama yaitu : rangkaiaan sensor
temperature LM 35, rangkaiaan ADC 0804, rangkaiaan mikrokontroller, dan
rangkaian converter serial RS 232 serta didukung dengan perangkat lunak
(software) berupa pemograman bahasa assembly dan pemograman bahasa delphi
sebagai interface program
3.1. Prinsip Kerja Sistem Secara Hardware
3.1.1 Bok Diagram
Dalam
perancangan
suatu
alat
diagram
blok
berfungsi
untuk
mempermudah dalam memahami suatu rangkaiaan. Adapun sistem secara
keseluruhan, diagram blok dan hubungan tiap bagian dapat dilihata pada gambar
3.1 berikut
36
Tangki
Pengosongan
POMPA
PENGISIAN
HEATER /
PEMANAS
POMPA
PENGOSONGAN
RELAY BOARD
Tangki
Pemanas
ADC 0804
AT 89 C 51
PC
MAX RS
232
Gambar 3.1. Blok diagram rangkaiaan
Mikrokontroller
Sensor
Suhu
37
Keterangan blok diagram
1. Sensor : Dimana rangkaiaan ini berfungsi sebagai alat untuk merubah besaran
suhu menjadi besaran listrik
2. Rangkaian ADC : Rangkaian ini berfungsi untuk merubah data analog
menjadi data digital
3. Rangkaian Mikrokontroller : Rangkaian ini berfungsi untuk megolah dan
memproses data juga sebagai media penyimpan program assembly
4. Relay Board : Rangkaian ini berfungsi sebagai penggerak dari pompa air 1,
pompa air 2 dan heater, yang mana dalam rangkaian relay board ini berfungsi
untuk merubah tegangan DC menjadi tegangan AC.
5. Pompa Air Pengisian : Alat ini berfungsi sebagai alat untuk mengisi pada
boiler/tangki pemrosesan.
6. Pompa Air Pengosongan : Alat ini berfungsi sebagai alat untuk mengisi air
pada boiler/tangki hasil pemrosesan.
7. Heater/Pemanas : Alat ini berfungsi sebagai pemanas air yang ada pada
boiler/tangki pemrosesan.
8. Rangkaian RS 232: Rangkaian ini berfungsi sebagai rangkaian driver
komunikasi serial
9. Personal PC : mengolah dan memproses data yang diterima com serial dan di
tampilkan di layar monitor, juga berfungsi sebagai media penyimpan program
delphi
38
Pada perancangan sistem pemanas cairan dengan kendali AT89C51,
penulis menggunakan microkontroller AT89C51 sebagai pengendali utama yang
berfungsi sebagai penggerak 2 buah pompa air dan heater, selain itu juga
microkontroller sebagai penerima input masukan data suhu yang diinginkan oleh
user interface, dimana user interface tersebut menggunakan suatu perangkat
komputer dengan menggunakan bahasa Delphi yang berfungsi sebagai monitoring
dari data yang dikirim maupun diterima oleh sensor LM 35 yang dikendalikan
oleh Microkontroller AT89C51.
3.2. Perancangan Alat Secara Hardware (Perangkat Keras)
Dalam sistem perancangan alat secara hardware ini memiliki beberapa
tahapan. Adapun tahapan – tahapan dalam perancangannya adalah sebagai
berikut:
1. Perancangan Sensor LM 35 Sebagai Pengontrol Suhu dan ADC.
2. Perancangan Microkontroller AT89C51.
3. Perancangan Rangkaian Driver RS - 232.
39
3.2.1. Perancangan Sensor LM 35 Sebagai Pengontrol Suhu dan ADC.
U2
VS+ VOUT
2
R4
10K
GND
1
6
3
5
VCC
DB0
DB1
DB2
DB3
DB4
DB5
DB6
DB7
CS
RD
-IN
+IN
WR
INTR
9
8
+5V
R8
ADC0804
18
17
16
15
14
13
12
11
MIKROKONTROLER
Microkontroller
PORT 1.0 .. 1.7
Port 2.0..2.7
GND
1
2
7
GND
C3
150pF
CLKR
CLK
10
U3
19
4
VREF/2
R3 10K
20
3
LM35
4K7
2
R9
3
5K
Gambar 3.2 Rangkaiaan Sensor LM 35 dan ADC
Dalam rancangan alat ini menggunakan sensor suhu IC LM 35 yang
berfungsi merubah besaran suhu menjadi besaran listrik, IC LM 35 akan
mendeteksi setiap berubahan suhu yang terjadi dan secara langsung akan
menyampaikan kondisi tersebut kepada Analog Digital Converter (ADC) dan
selanjutnya ADC akan Mengolah data yang diterima dari IC LM 35 untuk
menampilkan perubahan dalam setiap derajat celciusnya. Input yang diterima
ADC dari IC LM 35 berupa data analog dan kemudiaan ADC akan mengolah data
tersebut sehingga output yang di hasilkan berupa data digital
Setiap perubahan temperatur sebesar 1°C, maka akan menghasilkan
keluaran 10 mV dan perubahan ini adalah linier. Keluaran yang dihasilkan oleh
LM 35 kemudian dimasukkan ke ADC ke pin +IN. Dengan output 1°C adalah
40
sama dengan 10 mV maka dengan dikalikan
255, maka didapat tegangan
referensinya adalah 2.55 V.
Proses yang terjadi di ADC adalah menggunakan prinsip Successive
Approximation ADC yaitu dengan cara membandingkan tegangan yang masuk
dengan DAC. DAC mendapatkan output dari Successive approximation register.
Dengan pendekatan yang dilakukan adalah dengan dimulai dari bit yang terbesar
atau MSB dengan bit 1, sampai mendapatkan biner yang sesuai dengan tegangan
yang masuk. Setelah mendapatkan tegangan yang sesuai dengan tegangan yang
masuk maka data biner tersebutlah yang keluar dari ADC yang kemudian
dikirimkan ke mikrokontroler.
3.2.2. Perancangan Mikrokontroller
Pompa Air
Pengisian
RELAY
BOARD
Heater
ADC
CONVERTER
MAX RS-232
PC
Pompa Air
Pengosongan
RESET
Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller AT 89C51
LM 35
41
Dalam rancangan alat ini digunakan mikrokontroller Tipe AT89C51,
mikrokontroller bertindak sebagai prosessor yang mengendalikan maupun
mengolah data serta sebagai media penyimpan bahasa assembly, hampir semua
sistem ini terkendali pada bagian ini sehingga bagian ini dapat dikatakan sebagai
pengendali utama dari sistem yang dirancang
Masukan yang temperature dari sensor suhu IC LM 35 keluarannya akan
menghasilkan tegangan analog yang masuk ke ADC dan kemudiaan keluaranya
akan dijadikan masukan ke mikrokontroller melalui port 2.0 …..2.7. Port ini
memang dapat digunakan sebagai masukan atau keluaran. Dalam sistem ini
digunakan sebagai port masukan.
Mikrokontroller akan memproses setiap
perubahan data yang diterima dari ADC dan menyimpanya pada memori internal
mikrokontroller, kemudian data yang telah di proses tersebut akan dikirim ke com
serial sebagai jembatan komunikasi antara mikrokontroller dan PC
Jalur yang menghubungkan mikrokontroler dengan converter RS-232
adalah melalui port serial input yaitu port 3.0 dan serial output adalah port 3.1.
Dari port inilah tempat dimana terjadinya komunikasi serial antara mikrokontroler
dan PC
Osilasi untuk clock di sini menggunakan kristal dengan frekuensi 11.059
MHz yang dihubungkan ke port XTAL1 (input) dan XTAL2 (output). Pemilihan
kristal ini sudah didasarkan pada perhitungan untuk mendapatkan komunikasi
serial baud rate 2400 bps.
42
Gambar 3.4 Rangkaiaan Clock
Tombol reset dihubungkan melalui pin RESET (pin9) C1 dan R1
merupakan rangkaian power On Reset yang akan mereset rangkaian catu daya
pertama kali dihidupkan. Hal ini penting untuk meyakinkan mikrokontroler akan
bekerja dari awal program. Keadaan reset diperoleh apabila pin RESET pada
mikrokontroler diberi logika tinggi dalam beberapa milidetik setelah catu daya
dihidupkan. Hal ini diberikan untuk memberikan waktu pada rangkaian osilator
agar mencapai keadaan stabil
Cara kerja rangkaiaan reset pada saat catu daya diaktifkan, maka Kapasitor
(C) sesuai dengan sifat kapasitor akan terhubung singkat pada saat itu Arus
mengalir dari VCC langsung ke kaki RST sehingga kaki tersebut berlogika 1 ,
kemudiaan kapasitor (C) terisi hingga teganggan Vc mencapai teganggan Vcc
sehingga tegangan pada pin RST akan menjadi 0 dan pin RST berlogika 0. jika
43
saklar di tekan, Reset bekerja secara manual aliran arus akan mengalir dari VCC
melewati Resistor (R) sehingga Pin RST akan berlogika 1 dan apabila saklar di
lepas maka aliran arus dari Vcc melewati Resistor (R) akan terputus sehingga
logika pada Pin RST menjadi 0
Gambar 3.5 Rangkaiaan Reset
44
3.2.3. Rangkaian Driver RS 232
Gambar 3.6 Rangkaian Driver RS 232
Dalam rancangan ini digunakan IC MAX 232 sebagai driver komunikasi
serial, rangkaiaan ini akan menerima data melalui port 3.1 mikrokontroller dan di
hubungkan ke Pin 11 IC MAX 232 data yang diterima akan diolah oleh IC Max
232 menjadi data serial yang outputnya pin 14 akan di hubungkan dengan pin 2
konektor DB 9. melalui rangkaiaan inilah yang menjadi jembatan komunikasi
serial antara hardware dan PC.
45
3.3. Perancangan Software
Setelah merancang bagiaan hardware maka langkah selanjutnya adalah
meranjang perangkat lunak atau software yang akan mendukung kerja dari
hardware, karena tanpa software hardware tidak akan bekerja, dengan demikiaan
software merupakan bagian penting dari sistem yang dirancang
Dalam sistem ini menggunakan 2 bahasa pemrograman yaitu bahasa
assembly untuk mikrokontroller dan bahasa pemrograman delphi yang di gunakan
sebagai interface antara Personal Computer dengan hardware
3.3.1. Bahasa Assembly Mikrokontroller
3.3.1.1. Listing Program
$MOD51
;fardianto 01401-026
;P2 atau ADC masih harus dicocokkan
heater
EQU
P1.0 ;active HIGH
inlet
EQU
P1.1
outlet
EQU
P1.2
suhu
EQU
P2
processflag EQU
20H.0
timetick
EQU
R7
slot
EQU
R6
targetsuhu EQU
R5
;************************************************
;1. isi tanki pemanas selama 10 detik
;2. panaskan air sampai suhu mencapai target
;3. kosongkan tangki selama 10 detik
;4. matikan sistem dan siap perintah lanjut
;************************************************
46
CSEG
LJMP
start
;alamat awal program
ORG
0BH
LJMP ISR_Timer0 ;interrupt vector
ORG
23H
LJMP ISR_Serial ;interrupt vector
ORG
30H
;************************************************
start: MOV
SCON,#50H
MOV
TMOD,#21H
MOV
PCON,#00H
MOV
TH1,#253
;baud rate 9600 bps
SETB
TR0 ;timer0 ON
SETB TR1
;timer1 ON
SETB ET0
;interrupt Timer0
SETB ES
;interrupt Serial
SETB
EA ;enable interrupt
CLR
processflag
MOV
P1,#0 ;OFF all actuator
MOV
slot,#0
;************************************************
;
program utama
;************************************************
cek_flag:
JNB
processflag,$
ACALL proses
CLR
processflag
SJMP cek_flag
;************************************************
;************************************************
proses:
SETB inlet
ACALL delay10s
CLR
inlet
SETB heater
cek_suhu:
MOV
A,targetsuhu
CLR
C
SUBB A,P2
;P2 atau ADC perlu dikalibrasi
JNC
cek_suhu
;jika targetsuhu belum tercapai
CLR
heater
SETB outlet
ACALL delay10s
CLR
outlet
RET
;************************************************
delay10s:
MOV
timetick,#0
CJNE timetick,#200,$
RET
;************************************************
47
send_suhu:
MOV
SBUF,P2
JNB
TI,$
CLR
TI
RET
;************************************************
ISR_serial:
PUSH ACC
PUSH PSW
JNB
RI,end_ISR_
CLR
RI
JB
processflag,end_ISR_
MOV
A,SBUF
CLR
C
SUBB A,#30H
MOV
DPTR,#kodesuhu
MOVC A,@A+DPTR
MOV
targetsuhu,A
SETB processflag
end_ISR_:
POP
PSW
POP
ACC
RETI
;************************************************
ISR_Timer0:
PUSH ACC
PUSH PSW
CLR
TR0
MOV
TH0,#HIGH -50000
MOV
TL0,#LOW -50000
CLR
TF0
SETB TR0
INC
timetick
INC
slot
CJNE slot,#4,end_ISR
MOV
slot,#0
ACALL send_suhu
end_isr:
POP
PSW
POP
ACC
RETI
;************************************************
kodesuhu:
DB 40,50,60,70,80
END
48
3.3.1.2. Diagram Alir (Flow Chart)
Mulai
On Pompa I 10 detik
Belum
Ya
Off Pompa I
Minta Suhu Dari User
Tidak
Suhu Target
40˚c - 80˚c
Ya
On Heater
Belum
Suhu
Aktual
=
Suhu Target
Sudah
Belum
Off Heater /
On Pompa II 10 Detik
Ya
Off Pompa II
Selesai
Gambar 3.7. Flow Chart Alat Pemanas Air
49
3.3.2. Bahasa Pemrograman Borland Delphi
Borland delphi digunakan untuk menampilkan
data masukan. Pada
program ini data serial yang dikirim oleh mikrokontroller
akan ditampilkan
berupa tampilan grafik. Yang pertama kali di rancang adalah tabel – tabel basis
data. Tabel – tabel ini dibuat dengan utilitas database desktop software bawaan
borland delphi. Tabel - tabel ini akan ditunjuk oleh alias pada BDE (borland
database engine).dengan BDE ini program menampilkan basis data dibuat
Form monitoring temperature tersusun oleh beberapa komponen edit,
label, chart, timer, speedbuton, shape dan c port. Komponen yang utama pada
form ini adalah komponen c port. C port adalah komponen data untuk menerima
dan menampilkan data serial dari RS 232. komponen ini dilengkapi dengan fitur
seting komunikasi serial seperti penggunaan port, baundrate, databits, stopbits
,farity dan flow kontrol. Penggunaannya sama dengan komponen lain, yaitu
dengan mengaktifkan komponen tersebut, kemudiaan menangani kejadiaan pada
events nya
50
3.3.2.1. Listing Program
unit unit_anto1;
interface
uses
Windows, Messages, SysUtils, Classes, Graphics, Controls, Forms,
Dialogs,
StdCtrls, ExtCtrls, CPort, CPortCtl, TeEngine, Series, TeeProcs,
Chart;
type
TForm1 = class(TForm)
ComPort1: TComPort;
Button_Settings: TButton;
OK_button: TButton;
ComboBox1: TComboBox;
Label1: TLabel;
Chart1: TChart;
Series1: TFastLineSeries;
Edit1: TEdit;
Label2: TLabel;
procedure Button_SettingsClick(Sender: TObject);
procedure OK_buttonClick(Sender: TObject);
procedure FormCreate(Sender: TObject);
procedure FormDestroy(Sender: TObject);
procedure ComPort1RxChar(Sender: TObject; Count: Integer);
private
{ Private declarations }
public
{ Public declarations }
end;
var
Form1: TForm1;
x : integer;
implementation
{$R *.DFM}
procedure TForm1.Button_SettingsClick(Sender: TObject);
begin
ComPort1.ShowSetupDialog;
end;
procedure TForm1.OK_buttonClick(Sender: TObject);
var
Str: String;
i : integer;
begin
i := combobox1.ItemIndex;
if i<0 then i:=0;
str := inttostr(i);
ComPort1.WriteStr(str);
51
end;
procedure TForm1.FormCreate(Sender: TObject);
begin
if not ComPort1.Connected then
ComPort1.open;
x := 0;
end;
procedure TForm1.FormDestroy(Sender: TObject);
begin
if ComPort1.Connected then
ComPort1.close;
end;
procedure TForm1.ComPort1RxChar(Sender: TObject; Count: Integer);
var
s
: char;
suhu : real;
begin
comport1.Read(s,count);
suhu:=ord(s);
series1.AddXY(x,suhu,'',clred);
x:=x+1;
if x >= 120 then
begin
x :=0;
series1.Clear;
end;
edit1.text:= floattostr(suhu);
end;
end.
52
Diagram Alir (Flow Chart)
Mulai
Open Port
Serial
Kirim Data Setting
Ke Microkontroller
Ambil Data Dari
Microkontroller
Cek Data
Selesai
Gambar 3.8. Flow Chart Pemrograman Borlan Delphi
53
53
BAB IV
ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT
4.1. Pengujian saklar dengan kendali mikrokontroller
Pengujian
saklar
dengan
kendali
mikrokontroller
pada
alat
ini
menggunakan Relay Board digunakan untuk pengendalian 2 buah pompa air dan
sebuah pemanas/heater, dimana masing -masing alat tersebut dikendalikan oleh
microkontroller dengan menggunakan operasi timer/waktu. Adapun waktu yang
digunakan dalam pengujian tersebut adalah, untuk pompa air I diberikan instruksi
untuk mengisi boiler/tangki pemanas selama 10 detik, setelah itu heater
diinstruksikan untuk memanaskan air selama 5 detik, setelah air dipanaskan oleh
heater pompa air II diinstruksikan untuk mengisi boiler/tangki hasil pemanasa
(hasil proses) selama 10 detik.
Dalam pengujian saklar dengan kendali mikrokontroller, hasil yang
dicapai oleh ketiga alat tersebut sangat baik, karena alat berkerja sesuai dengan
perintah/instruksi yang diberikan.
54
Dibawah ini adalah tabel dari pengujian saklar dengan kendali
mikrokontroller.
Tabel 4.1. Pengujian Saklar Dengan kendali Mikrokontroller
Nama Alat
Timer/Waktu
Keterangan
Pompa Air I
10 detik
Berkerja dengan baik
Pompa Air II
10 detik
Berkerja dengan baik
Heater/Pemanas
5 detik
Berkerja dengan baik
Berikut adalah listing program dari pengujian saklar dengan kendali
mikrokontroller.
$MOD51
;fardianto
heater EQU P1.0 ;active HIGH
inlet EQU P1.1
outlet EQU P1.2
suhu
EQU P2
Row1
EQU P3.6
Row2
EQU P3.1
Row3
EQU P3.2
Row4
EQU P3.4
C1
EQU P3.5
C2
EQU P3.7
C3
EQU P3.3
LCD
EQU P0
;1. isi tanki pemanas selama 10 detik
;2. panaskan air selama 5 detik
;3. kosongkan tangki selama 10 detik
;4. matikan sistem
DSEG
ORG
30H
loop: DS
1
CSEG
SJMP start
ORG
30H
55
start:
MOV
MOV
SETB
ACALL
CLR
SETB
ACALL
CLR
SETB
ACALL
CLR
SJMP
delay3s:
MOV
d50: ACALL
DJNZ
RET
delay10s:
MOV
d50ms:
DJNZ
RET
delay50ms:
CLR
MOV
MOV
CLR
SETB
JNB
RET
END
TMOD,#11H
P1,#0
inlet
delay10s
inlet
heater
delay3s
heater
outlet
delay10s
outlet
$
loop,#60
delay50ms
loop,d50
loop,#200
ACALL delay50ms
loop,d50ms
TR0
TH0,#HIGH -50000
TL0,#LOW -50000
TF0
TR0
TF0,$
4.2. Pengujian Sensor Suhu LM 35
Dalam pengujian sensor suhu LM35 ini dilakukan dengna cara berulang –
ulang yaitu pada saat boiler/tangki sudah terisi dengan air, rangkaian akan
berhenti sesaat. Menentukan target suhu yang diinginkan, misalnya target suhu
yang diinginkan adalah 50ْ C, lalu menekan tombol ok, maka alat akan berkerja
dan selama alat berkerja apabila kita mengingikan merubah target suhu/mengganti
target suhu,maka tidak akan bisa untuk merubahnya. Kita dapat merubahnya
setelah proses pemanasan air itu selesai.
56
Selama proses pemanaan air dilakukan LM 35. sensor LM 35 ini akan
mengirim data secara terus menerus kepada mikrokontroller, dan mikrokontroller
akan mengirimkan data suhu aktual kepada komputer (PC) melalui kabel RS-232.
Dalam pengiriman data aktual melalui kabel RS-232, pengiriman dilakukan
sebanyak 5 kali dalam waktu 1 detik. Dalam pengiriman data aktual kita dapat
melihatnya pada gambar grafik pemantauan pemanasan air seperti gambar
dibawah ini. Setelah suhu aktual tersebut telah mencapai suhu target maka
rangkaian akan berhenti secara otomatis.
Gambar 4.1. Pemilihan suhu dan grafik suhu air dalam tangki pemanas
57
Pengujian sensor suhu ini dilakukan dengan berulang dengan suhu target
yang berbeda – beda, seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini
Tabel 4.2. Pengujian sensor suhu LM 35
Target Suhu Air
40ْC
50ْC
60ْC
70ْC
80ْC
Suhu Aktual
40ْC
50ْC
60ْC
70ْC
80ْC
Keterangan
Berkerja dengan baik
Berkerja dengan baik
Berkerja dengan baik
Berkerja dengan baik
Berkerja dengan baik
4.3. Pengujian Keseluruhan
Dalam pengujian keseluruhan ini, pengujian dilakukan dengan seluruh
komponen rangkaian yang mendukung alat pemanas air ini, dari Mikrokontroller,
sensor suhu LM 35, rangkaian ADC, Relay Board dan yang lain. Ketika rangkaian
ini diberikan suatu sumber tegangan, maka seluruh rangkaian akan aktif.
Mikrokontroller sebagai pengendali utama akan menginstruksikan Water Pump I
(pompa air I) untuk berkerja. Pompa air ini brekerja karena diberikan tegangan
dari rangkaian Relay Board. Pompa air akan mengisi air pada tangki/boiler tempat
pemrosesan air selama 10 detik. Setelah pompa air berhenti, maka rangkaian akan
berhenti sesaat untuk meminta data dari user (user disini adalah target suhu) dari
PC yang terhubung oleh kabel RS-232 dari mikrokontroller ke PC.
58
Gambar 4.2. Pemilihan target suhu air (derajat Celcius)
Pemilihan suhu target hanya dapat dilakukan dengan cara memilih dengan
cara menekan tombol pilihan, pemilihan tidak dapat dilakukan dengan cara
mengetik/mengisi suhu target dengan angka. Setelah target suhu ditentukan,
kemudian menekan tombol ok, maka rangkaian akan berkerja kembali. Heater
akan berkerja untuk memanaskan air yang ada pada boiler/tangki.
Dalam pemanasan air, pemantauan suhu aktual dapat dilihat pada PC,
karena PC disini berfungsi sebagai monitoring dari proses pemanasan air.
Sedangkan data yang didapat, dikirim oleh mikrokontroller melalui kabel RS-232
yang diterima dari sensor suhu LM 35 dan ADC. Setelah suhu aktual mencapai
suhu target yang telah ditentukan, maka proses pemanasan akan berhenti.
setelah itu Water Pump II (pompa air II) yang telah diberikan tegangan
oleh rangkaian Relay Board akan berkerja untuk mengosongkan tangki pemanas
air untuk mengisi tangki hasil pemanasan air (finishing).
59
Setelah semua proses telah dilakukan secara bertahap (satu per satu), maka
rangkaian akan berhenti secara otomatis dan akan berkerja kembali apabila kita
menginginkan suatu pemrosesan lagi.
BAB V
KESIMPULAN
Setelah menyelesaikan tahap pembahasan, perancangan, pembuatan dan
pengujian terhadap system/alat pada perancangan Tugas Akhir ini, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan, bahwa:
1. Pada alat “Sistem Pemanas Cairan Dengan Kendali AT 89C51” ini ketiga
rangkaian aktuator dapat dikendalikan dan digerakkan dengan baik oleh
mikrokontroller.
2. Sensor suhu LM 35 dan rangkaian ADC (Analog Digital Converter) cukup
akurat dalam memonitor suhu normal maupun peningkatan suhu air yang
berada dalam boiler/tangki pemanas, yaitu dengan resolusi 1 derajat
celcius.
3. Pengiriman data suhu air dilakukan sebanyak 5 kali dalam waktu 1 detik.
4. Secara keseluruhan alat dapat berfungsi dengan baik.
60
61
DAFTAR PUSTAKA
1. Paulus Andi Nalwan, 2003. Panduan Praktis Teknis Antarmuka dan
Pemograman Mikrokontroller AT89C51. PT. Gramedia, Jakarta.
2. Malvino, Albert Paul, 1995. Prinsip – prinsip Elektronika, Edisi kedua.
Erlangga, Jakarta.
3. Malvino, barnawi – Tja, 1986.Aproksimasi Rangkaian Semikonduktor.
Erlangga, Jakarta.
Download