UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIFITAS LATIHAN KEKUATAN OTOT TERHADAP KEMAMPUAN MOBILISASI KLIEN DENGAN FRAKTUR DI RUANG RAWAT ANGGREK TENGAH KANAN RSUP PERSAHABATAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N) NICKY ANELIA, S.Kep 0806334161 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN DEPOK JULI 2013 Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIFITAS LATIHAN KEKUATAN OTOT TERHADAP KEMAMPUAN MOBILISASI KLIEN DENGAN FRAKTUR DI RUANG RAWAT ANGGREK TENGAH KANAN RSUP PERSAHABATAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia NICKY ANELIA, S.Kep 0806334161 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN DEPOK JULI 2013 Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan Judul “Efektifitas Latihan Kekuatan Otot terhadap Kemampuan Mobilisasi Klien dengan Fraktur di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan” ini tepat pada waktunya. Penyelesaian dan penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Atas bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis mengucapakan terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D, selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2. Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed, selaku Ketua program studi S1 dan profesi Keperawatan. 3. Ibu Riri Maria, S.Kp., MN, selaku koordinator Karya Ilmiah Akhir Ners ini. 4. Ibu Tuti Herawati, S.Kp., MN selaku pembimbing dalam pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dan juga selaku pembimbing KKMP di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan. 5. Ibu Ns. Nuraini, S.Kep, selaku penguji dalam sidang Karya Ilmiah Akhir Ners dan pembimbing ruangan mata kuliah KKMP di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan yang telah memberikan masukan untuk pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. 6. Ibu Hening Pujasari S.Kp., M.Biomed., MANP selaku pembimbing akademis penulis. 7. Bapak/Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan yang telah banyak membantu penulis selama waktu perkuliahan. iv Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 8. Teristimewa kepada mama Desmeri dan papa Munawar yang tak pernah lelah mendoakan dan memberikan dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. 9. Kakak Silvi dan adik Ivan tercinta yang telah memberikan dorongan semangat, pengertian, dan doanya untuk penulis. 10. Rekan-rekan satu kelompok KKMP yang OMOESTA Herlia Yuliantini, Esti Giatrininggar, Fitri Mulyana, Mujiati Alifah, Puspa Utami dan Kak Monika Rini yang selalu saling menyemangati dan memberikan masukan selama proses KKMP dan dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. 11. Kakak-kakak perawat dan pegawai di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis selama menjalankan praktik KKMP. 12. Teman-teman profesi (angkatan 2008) yang seperjuangan yang selalu saling menyemangati dalam selama menjalani praktik profesi dan penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. 13. Sahabat-sahabat Hesperos Carney (Karin, Vina, Muthma, Randy, Iqbal, Irsyad, dan Edo) yang memberikan semangat dan nasehat kepada penulis dalam menjalani praktik profesi. 14. Keluarga Griya Aisha (Sonya, Ni Ofi, Kiki, Yesa, Ipi, Dina, Tia, Mega, dan teman-teman kosan lainnya) yang selalu memberikan semangat dalam menjalani masa-masa profesi dan penulisan Karya Ilmiah ini. 15. Junior di Fakultas Ilmu Keperawatan serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. v Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan beberapa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini kedepannya. Depok, Juli 2013 Penulis NICKY ANELIA, S.Kep vi Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 ABSTRAK Nama : Nicky Anelia, S.Kep Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Efektifitas Latihan Kekuatan Otot terhadap Kemampuan Mobilisasi Klien dengan Fraktur di Ruang Rawat Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan Fraktur merupakan salah satu kejadian cedera yang paling sering terjadi pada masyarakat perkotaan. Salah satu bentuk intervensi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik pada klien dengan fraktur adalah latihan kekuatan otot. Latihan kekuatan otot bertujuan untuk mencegah atropi otot, memelihara kekuatan otot sebelum operasi dan mempersiapkan ambulasi dini pasca operasi. Pada kasus fraktur di ruangan Anggrek Tenggah Kanan RSUP Persahabatan telah diterapkan penggunaaan latihan kekuatan otot dan dapat dilihat adanya perkembangan kemampuan mobilisasi klien. Rekomendasi dari tulisan ini adalah penggunaan latihan kekuatan otot dapat dijadikan sebagai latihan wajib yang diterapkan di rumah sakit untuk klien dengan masalah fraktur agar dapat meningkatkan kemampuan mobilisasi klien. Kata kunci 60 + xiv halaman Daftar Pustaka : asuhan keperawatan, fraktur, latihan kekuatan otot, mobilisasi, masyarakat perkotaan : 2 gambar ; 2 tabel : 29 (2002-2012) viii Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia ABSTRACT Name : Nicky Anelia, S.Kep Study Program: Nursing Science Title : Effectiveness muscle strength exercise for mobilization abilities client with fracture at Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan Fracture is one of the most common injury events occurred in urban communities. One form of intervention that can be provided to overcome barriers to physical mobility problems in clients with fracture is muscle strength exercise. Muscle strength exercise have function to prevent muscle atrophy, maintain muscle strength before surgery and preparing for early ambulation postoperative. From the case of fracture in the room Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan has implemented the use of muscle strength exercise and can be seen the development of the ability to mobilize the client. Recommendation of this paper is the use of muscle strength exercise can be applied as a mandatory practice in the hospital for a client with a fracture problems in order to improve the client's ability to mobilize. Key word : nursing care, fracture, muscle strength exercise, mobilitation, urban community xiv + 60 pages : 2 pictures + 2 tables Bibliography : 29 (2002-2012) ix Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii DAFTAR ISI................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 1.4 Manfaat Penulisan ................................................................... 1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................... 1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................ 1.4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan ................................ 1.4.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan .......................... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ............ 2.2 Konsep Fraktur Humerus ........................................................... 2.2.1 Definisi ............................................................................ 2.2.2 Etiologi ............................................................................ 2.2.3 Manifestasi Klinik .......................................................... 2.2.4 Jenis Fraktur .................................................................... 2.2.5 Tahap Penyembuhan Fraktur ......................................... 2.2.6 Komplikasi ...................................................................... 2.2.7 Prinsip Penatalaksanaan Fraktur ..................................... 2.3 Konsep Keperawatan Perioperatif & ORIF ................................ 2.3.1 Konsep Keperawatan Perioperatif .................................. 2.3.2 Open Reduction and Internal Fixation (ORIF)............... 2.4 Latihan Kekuatan Otot ................................................................ x Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 1 5 6 6 6 6 6 6 6 7 8 10 10 10 11 12 14 15 17 17 17 19 20 Universitas Indonesia BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN CLOSED FRAKTUR HUMERUS DEXTRA DI RUANG RAWAT ANGGREK TENGAH KANAN RSUP PERSAHABATAN 3.1 Asuhan Keperawatan Pre operatif............................................... 3.1.1 Pengkajian ....................................................................... 3.1.2 Analisa Data .................................................................... 3.1.3 Rencana Asuhan Keperawatan ....................................... 3.1.4 Catatan Perkembangan Keperawatan.............................. 3.2 Asuhan Keperawatan Inta operatif.............................................. 3.2.1 Pengkajian ....................................................................... 3.2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................... 3.2.3 Tindakan yang Dilakukan ............................................... 3.3 Asuhan Keperawatan Pasca operatif .......................................... 3.3.1 Catatan Perkembangan Keperawatan Pasca operatif ...... 3.3.2 Pertimbangan Rencana Pulang (Discharge Planning).... 24 24 34 36 37 41 41 42 42 43 43 45 BAB 4 ANALISIS SITUASI 4.1 Profil RSUP Persahabatan Jakarta ............................................. 47 4.2 Analisis Kasus dengan Konsep Keperawatan ............................ 48 4.3 Efektifitas Latihan Kekuatan Otot terhadap Kemampuan Mobilisasi .................................................................................... 53 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 56 5.2 Saran ........................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 3.2 Daftar Obat .................................................................................... 32 Analisis Data ................................................................................. 34 xii Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Universitas indonesia DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Jenis Fraktur Berdasarkan bentuk Patahan ................................. 14 Gambar 2.2 Isotonik Exercise (Aktif ROM) .................................................... 23 xiii Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Asuhan Keperawatan Ny. S Lampiran 2 Catatan Perkembangan Keperawatan Ny. S Lampiran 3 Discharge Planning Lampiran 4 Latihan Kekuatan Otot Pre Operasi Lampiran 5 Latihan Tangan Post ORIF Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup xiv Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan diperlukan untuk memberikan gambaran awal mengenai penulisan yang dilakukan. Adapun komponen yang akan diuraikan dalam bab ini meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, dan manfaat penulisan. Bab ini akan mempermudah penulis dalam melakukan penulisan secara sistematis. 1.1 Latar Belakang Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting, karena tingkat perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah kesehatan di perkotaan merupakan resultan dari berbagai faktor, antara lain tingginya jumlah penduduk yang kurang memiliki akses kesehatan karena kemisikinan, pengangguran yang dapat menimbulkan masalah ekonomi dan sosial, serta perubahan lingkungan akibat dari adanya arus urbanisasi. Kehidupan masyarakat yang semakin modern ini ditandai dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan ke arah perkembangan di bidang industri yang lebih maju terutama di daerah perkotaan. Tingkat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah perkotaan akan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Hal ini menyebabkan terjadinya arus urbanisasi dari desa ke kota sehingga meningkatkan jumlah penduduk di daerah perkotaan dan hal ini memicu semakin padatnya jumlah penduduk di wilayah perkotaan. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di wilayah perkotaan dapat dilihat dengan adanya industri-industri baru yang didukung dengan teknologi yang serba canggih. Hasil dari adanya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini adalah terjadinya peningkatan jumlah alat transportasi. Dengan adanya peningkatan jumlah alat transportasi menyebabkan terjadinya peningkatan kecelakaan lalu lintas. Selain peningkatan junlah alat transportasi, pertumbuhan penduduk yang cukup padat mengakibatkan timbulnya permasalahan lingkungan dan kesehatan. Meningkatnya jumlah penduduk 1 Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 2 membuat terjadinya mengakibatkan lahan peningkatan pembangunan di perkotaan wilayah rumah menjadi tinggal semakin yang sempit (www.thejakartapost.com, 2010). Semakin sempitnya lahan yang dapat dijadikan pemukiman penduduk di wilayah perkotaan membuat masyarakat cenderung untuk membuat rumah tinggal terdiri dari beberapa lantai (www.thejakartapost.com, 2010). Hal ini juga dapat menjadi salah satu pemicu terjadi kecelakaan di dalam rumah tangga, dimana masyarakat harus melakukan mobilisasi naik turun tangga untuk melakukan aktivitas dan mengakibatkan kejadian jatuh. Selain itu juga pembangunan gedung-gedung bertingkat menjadi semakin banyak dan hal ini dapat berdampak munculnya kecelakaan kerja. Kejadian kecelakaan biasanya akan mengakibatkan berbagai macam cedera, mulai dari cedera yang sifatnya ringan sampai dengan berat bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Berdasarkan pada laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Depkes RI tahun 2007 diketahui bahwa urutan penyebab cedera terbanyak adalah jatuh, kecelakaan transportasi darat dan terluka benda tajam/tumpul. Sedangkan untuk penyebab cedera yang lain bervariasi tetapi prevalensinya rata-rata kecil atau sedikit. Prevalensi kejadian cedera karena jatuh terjadi sekitar 58.0% dimana paling besar terdapat di Provinsi DKI Jakarta yang merupakan wilayah perkotaan (Riskesdas Depkes RI, 2007). Trauma yang terjadi pada kecelakaan memiliki banyak bentuk, tergantung dari organ apa yang dikenai. Fraktur (patah tulang) merupakan salah satu bentuk trauma yang paling sering terjadi akibat adanya kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja maupun kecelakaan dalam rumah tangga (Amrizal, 2007). Fraktur adalah terputusnya jaringan tulang karena stres akibat tahanan yang datang lebih besar dari daya tahan yang dimiliki oleh tulang (Black & Hawks, 2009). Menurut World Health Organization (WHO), kasus fraktur terjadi di dunia kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008 dengan angka prevalensi sebesar 2,7%. Sementara pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang mengalami Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 3 fraktur dengan angka prevalensi 4,2%. Tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi 3,5%. Terjadinya fraktur tersebut termasuk didalamnya insiden kecelakaan, cedera olahraga, bencana kebakaran, bencana alam dan lain sebagainya (Mardiono, 2010 dalam Novita, 2012). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh mengalami fraktur sebanyak 1,775 orang (3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur adalah sebanyak 1.770 orang (8,5%), da dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%) (Riskesdas Depkes RI, 2007). Survey Kesehatan Nasional mencatat bahwa kasus fraktur pada tahun 2008 menunjukkan prevalensi fraktur secara nasional sekitar 27,7% (Depkes, 2010). Dari semua jenis fraktur, fraktur ekstrimitas memiliki insiden yang cukup tinggi (Amrizal,2007). Dengan banyaknya kasus fraktur, peran Rumah Sakit juga sangat diperlukan untuk menangani kasus tersebut. Pasien dengan fraktur perlu mendapatkan pertolongan dan pelayanan kesehatan untuk meminimalkan resiko ataupun komplikasi lanjut dari fraktur. Menurut Handayani (1998 dalam Hariana, 2007) fraktur memerlukan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif. Asuhan terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar klien yang terganggu dan mencegah/mengurangi komplikasi terutama immobilisasi. Pendidikan kesehatan juga dapat diberikan untuk mencegah cedera lebih lanjut sehingga klien secara bertahap dapat mengoptimalkan fungsi bio-psikososiospiritualnya. Dalam tatanan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit ada dua cara penanganan fraktur, yaitu dengan pembedahan (operatif) atau tanpa pembedahan yang meliputi imobilisasi, reduksi dan rehabilitasi. Metode operatif dilakukan dengan reduksi terbuka. Reduksi merupakan prosedur yang sering dilakukan untuk Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 4 mengoreksi fraktur, salah satunya adalah dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal melalui proses operasi (Smeltzer & Bare, 2009). Open reduction and internal fixation (ORIF) merupakan salah satu jenis pembedahan yang biasanya dilakukan untuk kondisi fraktur yang tidak stabil dengan melakukan pemasangan plate, skrup ataupun kombinasi keduanya. Sebelum dilakukan operasi atau pembedahan perlu dilakukan latihan sebelum operasi. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan pasien melakukan ambulasi dini pasca operasi (Smeltzer & Bare, 2009). Disamping itu latihan sebelum operasi juga untuk meningkatkan atau menentukan hasil pasca operasi yang lebih baik, meminimalkan komplikasi, bahkan hari rawat menjadi lebih singkat, maka fungsi fisik sebelum operasi harus dioptimalkan (Valkenet, et al, 2010 dalam Eldawati, 2011). Salah satu cara yang dilakukan untuk mencapai fungsi fisik yang optimal sebelum operasi, adalah dengan memberikan intervensi berupa latihan pergerakan sendi (range of motion/ROM) sebelum operasi pada ekstremitas. Manfaat dari latihan ROM sebelum operasi adalah agar kekuatan otot tetap terjaga, sehingga atropi otot dapat dihindari, dan pasien akan lebih siap untuk melakukan ambulasi dini pasca operasi (Smeltzer & Bare, 2009). Selain itu, latihan pre operasi dapat menurunkan stres serta dapat meningkatkan motivasi dan gambaran diri, bahkan dapat memberikan keuntungan pada kesehatan fisik dan mental. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa latihan kekuatan otot sebelum operasi memberikan manfaat pasca operasi. Penelitian yang dilakukan oleh Wang (2002) tentang latihan/rehabilitasi preoperasi dan berlanjut hingga terapi fisik pada pasien Total Hip Arthoplasty (THA) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan fungsi mobilitas pada kelompok yang diberikan latihan kekuatan otot. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Gilbey et al (2003) juga mendapatkan hasil yang signifikan yaitu peningkatan kekuatan otot dan rentang gerak sendi pasca operasi pada klien yang diberikan latihan kekuatan otot (Eldawati, 2011). Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 5 Latihan pre operasi ini perlu dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan di rumah sakit. Rumah Sakit Persahabatan sebagai salah satu rumah sakit umum pusat pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada klien. Selain itu, Rumah Sakit Persahabatan juga merupakan rumah sakit rujukan nasional yang memiliki jumlah pasien melebihi rumah sakit lainnya. Data rumah sakit terutama ruang Bedah Kelas Anggrek Tengah Kanan menunjukkan bahwa kasus fraktur merupakan kasus dengan presentase terbanyak kedua yang ditangani di ruangan Bedah Kelas setelah kasus kanker setiap bulannya. Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah mengenai penerapan latihan kekuatan otot pada Ny. S dengan closed fraktur humerus dextra di RSUP Persahabatan. Hal ini didasarkan pada fakta, bahwa masih tingginya tingkat ketergantungan pasien dengan fraktur, ketidaksiapan pasien untuk segera melakukan ambulasi dini, karena kelemahan pada otot akibat immobilisasi yang lama, atau ketakutan pasien untuk melakukan pergerakkan setelah operasi, karena kurang pengetahuan tentang cara melakukan latihan sebelum operasi. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan hasil observasi penulis saat praktik dan juga diskusi dengan perawat ruanngan didapatkan data bahwa latihan kekuatan otot jarang dilakukan oleh perawat dan belum menjadi prioritas karena perawat masih berfokus pada persiapan pengosongan saluran pencernaan dan juga kelengkapan administrasi pasien sebelum operasi. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk mempelajari mengenai penerapan latihan kekuatan otot terhadap kemampuan mobilisasi sebagai bentuk asuhan keperawatan pada Ny. S yang mengalami closed fraktur humerus dextra di ruangan Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 6 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui asuhan keperawatan yang pada Ny. S dengan closed fraktur humerus proximal dextra di ruang rawat Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan. 1.3.2 Tujuan khusus 1.3.2.1 Menjelaskan hubungan konsep keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan dengan kejadian fraktur di wilayah perkotaan. 1.3.2.2 Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberika kepada klien dengan masalah fraktur, terutama asuhan keperawatan pada Ny. S dengan closed fraktur humerus proximal dextra di ruang rawat Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan. 1.3.2.3 Menganalisis tentang penerapan latihan kekuatan otot terhadap kemampuan mobilisasi pada klien dengan fraktur humerus dextra. 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Teoritis Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca terutama mengenai penerapan latihan kekuatan otot sebagai salah satu asuhan keperawatan preoperasi yang dapat diterapkan pada klien fraktur. 1.4.1 Manfaat Praktis 1.4.1.1 Institusi pendidikan Karya ilmiah ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam proses pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan, khususnya keperawatan medikal bedah dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 7 1.4.1.2 Pelayanan keperawatan Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar bagi pelayanan keperawatan dalam memberikan intervensi latihan kekuatan otot pada klien fraktur yang akan menjalani pembedahan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi atau mencegah komplikasi fraktur dan menghasilkan peningkatan pemulihan pasien sehingga meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan kajian kepustakaan yang melandasi penulisan karya ilmiah ini, sebagai bahan rujukan dalam melakukan bahasan meliputi konsep keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, konsep fraktur, keperawatan perioperatif dan Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) dan latihan kekuatan otot. 2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pembangunan Kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya. Keperawatan kesehatan masyarakat merupakan proses keperawatan yang digunakan untuk dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan rososialitatif. Perawatan kesehatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi-fungsi kehidupan yang sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki (Depkes, 1996). Pada tahun 2004, American Nurses Association (ANA) mendefinisikan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat (Makhfudli & Efendi, 2009). Keperawatan kesehatan masyarakat juga mencakup masyarakat perkotaan. Masyarakat perkotaan merupakan komunitas yang tinggal di daerah perkotaan dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di lingkungan kota. Jumlah masyarakat perkotaan bertambah setiap tahunnya dipengaruhi oleh jalur urbanisasi. 8 Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 9 Urban community sering disebut sebagai istilah di masyarakat perkotaan. Masyarakat perkotaan tentunya memiliki perbedaan dengan masyarakat yang lain. Mereka memiliki ciri dan karakter tersendiri yang membuat mereka memerlukan ruang lingkup area tersendiri dalam bidang keperawatan. Menurut Prof. Bintarto pengertian kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan adanya kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial dan ekonomi yang heterogen, dan materialistis (Depkes, 1996). Masyarakat urban adalah massa yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik. Perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat. Keperawatan masyarakat perkotaan memiliki 8 karakteristik dan merupakan hal yang penting dalam melakukan praktik (Allender, 2001) yaitu: a. Merupakan lahan keperawatan b. Merupakan kombinasi antara keperawatan publik dan keperawatan klinik c. Berfokus pada populasi d. Menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi kesehatan dan kesejahteraan diri e. Mempromosikan tanggung jawab klien dan self care f. Menggunakan pengesahan/pengukuran dan analisa g. Menggunakan prinsip teori organisasi h. Melibatkan kolaborasi interprofesional Menurut Depkes RI (2006), pelayanan keperawatan masyarakat perkotaan dapat diberikan langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan, yang terdiri dari: a. Unit pelayanan kesehatan yang mempunyai layanan rawat jalan dan rawat inap ( Rumah sakit, Puskesmas) Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 10 b. Rumah (Homecare), dalam hal ini perawat mempunyai tugas untuk meningkatkan fungsi keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit ataupun berisiko. c. Sekolah d. Unit kerja atau industri e. Puskesmas keliling f. Panti g. Pelayanan pada kelompok/komunitas. 2.2 Konsep Fraktur Humerus 2.2.1 Definisi Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan jaringan lunak disekitarnya (Brunner & Suddarth, 2009), sedangkan menurut Black & Hawks (2009) fraktur adalah terputusnya jaringan tulang karena stress akibat tahanan yang datang lebih besar dari daya tahan yang dimiliki oleh tulang. Fraktur adalah patah tulang, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price & Wilson, 2006). Berdasarkan ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur humerus adalah terputusnya kontinuitas tulang dan jaringan disekitar humerus, karena stres atau tahanan yang berlebihan pada tulang, yang mengakibatkan dislokasi sendi, kerusakan jaringan lunak, saraf dan pembuluh darah. 2.2.2 Etiologi Fraktur merupakan hasil dari terjadinya gerakan mekanis yang keras pada tulang. Kekuatan yang terjadi menyebabkan fraktur yang besarnya bervariasi tergantung pada bagian dan karakteristik tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh kekuatan langsung atau tidak langsung. Kekuatan langsung (direct force), diantaranya disebabkan oleh trauma baik kecelakaan lalu lintas ataupun terjatuh dari tempat ketinggian, serta kekuatan tidak langsung (indirect force) contohnya adalah penyakit metabolik seperti osteoporosis yang dapat menyebabkan fraktur patologis dan adanya keletihan (fatique) pada tulang akibat aktivitas yang berlebihan (Waher, Salmond & Pellino, 2002). Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 11 Menurut Rasjad (2007), etiologi dari fraktur adalah sebagai berikut: a. Fraktur traumatik, terjadi karena tiba-tiba. Trauma dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Trauma langsung merupakan trauma yang dapat menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah yang tertekan. Sedangkan trauma tidak langsung merupakan trauma yang dihantarkan ke tempat yang lebih jauh dari daerah yang tertekan. b. Fraktur patologis, terjadi karena adanya kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang seperti kista tulang, metastasis tulang dan tumor. 2.2.3 Manifestasi klinik Menurut Smeltzer & Bare (2002), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna. Nyeri biasanya akan terjadi terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. Setelah kejadian fraktur, bagianbagian ekstrimitas yang terkena tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur ini terutama pada lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat (Rasjad, 2007). Eldawati (2011) menjelaskan bahwa manifestasi klinik ini dapat dikaji dengan penggunakan metode look, feel dan move: a. Look, melihat adanya deformitas berupa penonjolan yang abnormal, bengkak, warna kulit merah, adanya ekimosis, angulasi,rotasi, dan pemendekan dengan membandingkan ukuran ekstremitas dengan yang sehat dan adanya perubahan warna pada ekstremitas seperti pucat atau sianosis. Perubahan warna ini, Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 12 kemungkinan bisa disebabkan oleh aliran darah ke bagian distal yang tidak lancar, karena adanya pembengkakan. b. Feel, adanya nyeri yang dirasakan oleh pasien atau spasme/ketegangan otot dan temperatur bagian sekitar yang terkena fraktur. c. Move, saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan krepitus dan terasa nyeri bila fraktur digerakkan, gangguan fungsi pergerakan, range of motion (ROM) terbatas, dan kekuatan otot berkurang. 2.2.4 Jenis Fraktur The Orthopedic Trauma Association (OTA), secara umum fraktur diklasifikasi berdasarkan lima hal, yaitu berdasarkan nama tulang yang terkena, lokasi fraktur, tipe fraktur dan hubungan dengan dunia luar, bentuk atau pola patahan, dan juga kerusakan lainnya seperti stabilitas (OTA, 2010). Adapun klasifikasi fraktur berdasarkan dengan nama tulang yang terkena contohnya adalah fraktur humerus, fraktur femur, fraktur radius/ulnaris dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan hubungan dengan dunia luar, fraktur dapat dibagi atas fraktur tertutup dan fraktur terbuka. a. Fraktur Tertutup (simple/close fracture) Fraktur tertutup adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, tetapi terjadi pergeseran tulang didalamnya. Pasien dengan fraktur tertutup harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin. Pasien diajarkan bagaimana cara mengontrol pembengkakan dan nyeri yaitu dengan meninggikan ekstremitas yang cedera, dan mulai melakukan latihan kekuatan otot yang dibutuhkan untuk pemindahan atau menggunakan alat bantu jalan (Smeltzer & Bare, 2009) b. Fraktur Terbuka (complicated/open fracture) Fraktur terbuka merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustilo – Anderson (Smeltzer & Bare, 2009) adalah: Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 13 1) Grade I : dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya, kerusakan jaringan lunak minimal, biasanya tipe fraktur simple transverse dan fraktur obliq pendek. 2) Grade II : luka lebih dari 1 cm panjangnya, tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, fraktur komunitif sedang dan ada kontaminasi. 3) Grade III : yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, kerusakan meliputi otot, kulit dan struktur neurovascular. 4) Grade III ini dibagi lagi kedalam : III A : fraktur grade III, tapi tidak membutuhkan kulit untuk penutup lukanya. III B : fraktur grade III, hilangnya jaringan lunak, sehingga tampak jaringan tulang, dan membutuhkan kulit untuk penutup (skin graft). III C : fraktur grade III, dengan kerusakan arteri yang harus diperbaiki, dan beresiko untuk dilakukannya amputasi. Fraktur juga dapat diklasifikasikan menurut bentuk dan pola patahannya (Smeltzer & Bare, 2009), yaitu: a. Fraktur transversal: Fraktur yang terjadi karena benturan langsung pada titik fraktur dengan bentuk patahan fraktur adalah lurus melintang pada batang tulang. Fraktur ini pada umumnya menjadi stabil kembali setelah direduksi. b. Fraktur oblik: Fraktur ini terjadi karena benturan tak langsung ketika suatu kekuatan pada jarak tertentu menyebabkan tulang patah pada bagian yang paling lemah. Fraktur ini berbentuk diagonal sepanjang tulang dan biasanya terjadi karena pemelintiran pada ekstremitas. c. Fraktur spiral: Fraktur spiral terjadi ketika sebuah anggota gerak terpuntir dengan kuat dan biasanya disertai dengan kerusakan pada jaringan lunak. Bentuk patahan dari fraktur spiral hampir sama dengan fraktur obilk, akan tetapi pada fraktur spiral patahannya mengelilingi tulang sehingga seolah-olah terpilin seperti spiral. d. Fraktur komunitiva: Fraktur komunitiva merupakan kondisi di mana tulang yang patah pecah menjdai dua bagian atau lebih. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 14 e. Fraktur kompresi: Fraktur yang terjadi ketika kedua tulang menumbuk (akibat tubrukan) tulang ketiga yang berada di antaranya, contoh fraktur jenis ini adalah tumbukan antara tulang belakang dengan tulang belakang lainnya. f. Fraktur greenstick: Fraktur di mana garis fraktur pada tulang tersebut hanya parsial (tidak lengkap) pada sisi konveks bagian tulang yang tertekuk, seperti ranting pohon yang lentur. Fraktur jenis ini hanya terjadi pada anak-anak.\ g. Fraktur patologik: Fraktur yang terjadi pada tulang yang sudah mengalami kelainan misalnya metastase tumor. Gambar 2.1 Jenis fraktur berdasarkan bentuk patahan 2.2.5 Tahap Penyembuhan Fraktur Black & Hawks (2009) menyebutkan bahwa tulang yang fraktur akan melewati beberapa tahap penyembuhan diantaranya : a. Fase Inflamasi, yaitu terjadi respons tubuh terhadap cedera yang ditandai oleh adanya perdarahan dan pembentukan hematoma pada tempat patah tulang.Ujung fragmen tulang mengalami divitalisasi karena terputusnya aliran darah, lalu terjadi pembengkakan dan nyeri, tahap inflamasi berlangsung beberapa hari. b. Fase Proliferasi, pada fase ini hematoma akan mengalami organisasi dengan membentuk benang-benang fibrin, membentuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast. Kemudian menghasilkan kolagen dan proteoglikan Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 15 sebagai matriks kolagen pada patahan tulang, terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid) berlangsung setelah hari ke lima. c. Fase Pembentukan Kalus, Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan.Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Waktu yang dibutuhkan agar fragmen tulang tergabung adalah 3-4 minggu. Pada fase ini, penting sekali dilakukannya pelurusan tulang secara tepat. d. Fase penulangan kalus/Ossifikasi, adalah pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Selama minggu ketiga sampai kesepuluh, kalus berubah menjadi tulang dan menyatukan patahan tulang dengan sempurna sehingga tahap ini sering disebut tahap penyatuan Pada patah tulang panjang orang dewasa normal,penulangan tersebut memerlukan waktu 3-4 bulan. e. Fase Remodeling/konsolidasi, merupakan tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Pada tahap ini osifikasi terus berlanjut dan jarak antara patahan tulang semakin hilang dan akhirnya menutup. Bersamaan dengan terbentuknya tulang sejati melalui osifikasi, terjadi remodeling kalus oleh aktivitas osteoblas dan osteoklas. Jaringan tulang berlebih akan direabsorpsi dari kalus. Jumlah dan jangka waktu remodeling tulang tergantung pada tekanan yang dialami tulang, beban tulang, dan usia penderita. Pasien dapat mulai untuk mengangkat beban pada tahap ini. 2.2.6 Komplikasi Komplikasi fraktur terbagi menjadi dua tahap yaitu komplikasi tahap awal dan komplikasi tahap lanjut. Adapun komlikasi tahap awal adalah sebagai berikut: a. Syok hipovolemik, Tulang merupakan organ yang sangat vaskuler sehingga kehilangan darah dalam jumlah besar dapat menyebabkan terjadinya syok hipovolemik dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak (Smeltzer & Bare, 2002). Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 16 b. Sindrom emboli lemak, hal ini dapat terjadi pada fraktur tulang panjang. Awitan gejalanya yang sangat cepat dapat terjadi dalam beberapa sampai satu minggu setelah cedera. Pada saat terjadi fraktur, globula lemakdapat masuk aliran darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepas akibat stres, globula lemak dalam aliran darah akan bergabung dengan trombosit untuk membentuk emboli yang dapat menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah kecil. Gejala yang muncul berupa hipoksia, takipnea, takikardia, dan pireksia (Smeltzer & Bare, 2002). c. Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari kebutuhan jaringan karena edema atau perdarahan. Pasien dapat mengeluh nyeri dalam, berdenyut dan tidak dapat diatasi dengan opioid. Palpasi pada otot akan terasa pembengkakan dan keras. Parestesia (mati rasa dan geli) timbul sebelum terjadi paralisis (Smeltzer & Bare, 2002) d. Komplikasi lainnya yang mungkin muncul seperti tromboemboli, infeksi, dan koagulopati intravaskuler diseminata (KID). Komplikasi tahap lanjut pada klien fraktur dapat berupa malunion,yaitu suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut, atau miring; delayed union , yaitu proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal; nonunion merupakan kegagalan fragmen tulang yang patah untuk menyatu kembali yang dapat terjadi karena reduksi yang tidak benar, imobilisasi yang kurang tepat, cedera jaringan lunak yang sangat berat, infeksi (Price & Wilson, 2006). Selain itu nekrosis avaskuler tulang juga dapat terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati. Pasien mengalami nyeri dan keterbatasan gerak. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 17 2.2.7 Prinsip penatalaksanaan fraktur Prinsip penanganan fraktur menurut Smeltzer & Bare (2002) dalam buku ajar keperawatan medikal bedah adalah sebagai berikut: 2.2.7.1 Closed reduction (reduksi tertutup) Dilakukan melalui manipulasi dan traksi manual untuk menggerakkan fragmen fraktur dan mempertahankan kesejajaran tulang. Closed reduction harus dilakukan sesegera mungkin setelah trauma guna mengurangi resiko hilangnya fungsi tulang, untuk mencegah/menghambat degenerasi sendi (traumatic arthritis) dan untuk meminimalkan efek kerusakan akibat trauma. 2.2.7.2 ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) Open reduction adalah salah satu metode reduksi pada fraktur selain closed reduction, melalui proses pembedahan. 2.2.7.3 External fixation (fiksasi eksternal), merupakan peralatan mekanik yang terdiri dari pin dan metal yang dimasukkan ke tulang dan disambungkan ke kerangka eksternal untuk menstabilkan fraktur selama proses penyembuhan. Cara ini digunakan jika penanganan fraktur lain sudah tidak bisa menangani fraktur. 2.2.7.4 Traksi, adalah sebuah aplikasi yang memberikan gaya tarik pada bagian tubuh untuk meminimalkan spasme otot, mengurangi, meluruskan dan mengimobilisasi fraktur, mengurangi deformitas. 2.3 Konsep Keperawatan Perioperatif dan Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) 2.3.1 Konsep Keperawatan Perioperatif Pasien yang mengalami disfungsi muskuloskeletal umumnya harus menjalani pembedahan untuk mengkoreksi masalahnya (Smeltzer & Bare, 2002). Operasi (perioperatif) merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh yang mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif), yang pada umumnya merupakan suatu peristiwa kompleks yang menegangkan bagi individu yang bersangkutan (Yenichrist, 2008). Keperawatan perioperatif Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 18 merupakan bentuk tindakan yang menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Menurut Long B.C (2001), pasien preoperasi akan mengalami reaksi emosional berupa kecemasan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan. Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat mempengaruhi respon fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih. Persiapan yang baik selama periode operasi membantu menurunkan resiko operasi dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Menurut Smeltzer & Bare (2009), latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain: a. Latihan Nafas Dalam Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum (Potter & Perry, 2005). b. Latihan Batuk Efektif Latihan batuk efektif sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anastesi general, karena klien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi tidak sadar. Hal ini akan membuat klien mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 19 c. Latihan Gerak Sendi Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri (Smeltzer & Bare, 2009). Setelah melewati fase praoperatif, klien kemudian akan menjalani prosedur pembedahan atau fase intraoperatif. Perawatan yang dilakukan pada intraoperatif ialah perawatan klien selama di ruang operasi. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan ialah ahli bedah, dokter dan perawat anestesi, perawat sirkulasi, perawat scrub, dan asisten. Secara umum fungsi perawat di dalam kamar operasi disebut sebagai perawat scrub (instrumentator) dan perawat sirkulasi. Perawat scrub berfungsi sebagai penyedia instrument bagi ahli bedah. Perawat sirkulasi berperan mengatur ruang operasi, melindungi keselamatan dan kebutuhan pasien dengan memantau aktivitas anggota tim bedah, memeriksa kondisi di dalam ruang operasi, dan membantu memposisikan pasien pada posisi yang tepat (Potter & Perry, 2005). Fase pascaoperatif dimulai saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut selama periode pascaoperatif, proses keperawatan diarahkan untuk menstabilkan fisiologi klien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi (Smeltzer & Bare, 2009; Potter & Perry, 2005). Peran perawat selama masa pascaoperatif berfokus pada peningkatan penyembuhan klien, memberikan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan program rehabilitasi. 2.3.2 Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) Prosedur pembedahan yang paling sering dilakukan untuk klien dengan masalah fraktur adalah reduksi terbuka (Open Reduction). Indikasi dilakukannya open reduction apabila metode closed reduction mengalami kegagalan, adanya kerusakan saraf dan sirkulasi atau pada trauma multipel, serta bila biaya Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 20 pengobatan dapat ditekan seminimal mungkin. Kontraindikasi dilakukannya open reduction bila terdapat infeksi, serpihan yang parah pada fragmen fraktur, dan adanya osteoporosis yang parah. Open reduction biasanya disertai dengan internal fixation yang bertujuan untuk menstabilisasi dan mengimobilisasi tulang sehingga dapat memungkinkan terjadinya proses pemulihan pada tulang yang mengalami fraktur. Internal fixation merupakan prosedur yang menggunakan alat-alat dari logam seperti pelat, sekrup, kawat, dan paku. Pemasangan alat-alat dari logam tersebut tergantung pada tipe fraktur, jenis reduksi yang dilakukan, dan area yang dipengaruhi oleh fraktur. Internal fixation dilakukan pada patah tulang tertutup yang tidak stabil, fraktur terbuka, dan fraktur yang disertai cedera jaringan lunak atau pada korban yang mengalami trauma multipel. Metode ORIF memiliki beberapa keuntungan diantaranya: ketelitian reposisi fragmen-fragmen tulang yang patah, kemungkinan untuk mobilisasi lebih cepat, kesempatan untuk mengobservasi pembuluh darah dan saraf yang berada di dekat fraktur, mencapai stabilisasi fiksasi yang cukup memadai, tidak perlu berulangkali menggunakan gips atau alat-alat stabilisasi lainnya, perawatan di rumah sakit dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus tanpa komplikasi. Namun perlu diperhatikan bahwa metode ORIF tidak mempercepat proses penyembuhan tulang (Helfet & Kloen, 2004). 2.4 Latihan Kekuatan Otot Latihan kekuatan otot adalah latihan penguatan penguatan/pengencangan otot gluteal dan kuadrisep serta latihan pergerakan sendi yang dilakukan sebelum tindakan operasi dengan tujuan untuk memelihara kekuatan otot yang diperlukan untuk berjalan (Smeltzer & Bare, 2002). Tujuan dari pengencangan otot gluteal dan kuadrisep ini adalah agar kekuatan otot yang diimobilisasi tetap terjaga. Range of Motion (ROM) adalah latihan gerak sendi untuk meningkatkan aliran darah perifer dan mencegah kekakuan otot / sendi. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 21 Perry, 2005). Menurut Suratun, dkk (2008) Range of motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya latihan kekuatan otot/Range of Motion adalah memperbaiki dan mencegah kekakuan otot, memelihara/meningkatkan fleksibilitas sendi, memelihara /meningkatkan pertumbuhan tulang dan mencegah kontraktur. Latihan gerak sendi dapat segera dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot dan ketahanan otot (endurance) sehingga memperlancar aliran darah serta suplai oksigen untuk jaringan sehingga akan mempercepat proses penyembuhan (Noviestari dkk, 2006). Ada beberapa jenis latihan kekuatan otot/latihan gerak sendi (Waher,Salmond & Pellino, 2002 dalam Eldwati, 2011) diantaranya: a. Aktif Asistif Range of Motion (AAROM) adalah kontraksi aktif dari otot dengan bantuan kekuatan ekternal seperti terapis, alat mekanik atau ekstremitas yang tidak sakit.AAROM meningkatkan fleksibilitas, kekuatan otot, meningkatkan koordinasi otot dan mengurangi ketegangan pada otot sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. b. Aktif Resistif ROM (ARROM) kontraksi aktif dari otot melawan tahanan yang diberikan, tahanan dari otot dapat diberikan dengan berat/beban, alat, tahanan manual atau berat badan.Tujuannya meningkatkan kekuatan otot dan stabilitas. c. Isometric Exercise adalah kontraksi aktif dari otot tanpa menggerakan persendian atau fungsi pergerakan. Isometrik exercise digunakan jika ROM persendian dibatasi karena injuri atau immobilisasi. d. Isotonic Exercise (Aktif ROM dan Pasif ROM) adalah kontraksi terjadi jika otot dan yang lainnya memendek (konsentrik) atau memanjang (ensentrik) melawan tahanan tertentu atau hasil dari pergerakan sendi.contoh isotonic exercise fleksi atau ekstensi ekstremitas, Isotonic exercise tetap menyebabkan ketegangan pada otot yang menimbulkan rasa nyeri pada otot. Cara melakukan Aktif ROM (Black, 2005) Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 22 1) Gerakan Kepala dan Leher : fleksi, lateral fleksi, ekstensi,hiperekstensi, rotasi. 2) Gerakan Bahu, sendi siku dan pergelangan tangan Bahu; fleksi, hiperekstensi, abduksi, adduksi, sirkumduksi, internal rotasi, elevasi. Siku; fleksi, ekstensi, pronasi, supinasi. Pergelangan tangan ; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi. Tangan dan jari tangan ; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi. 3) Gerakan tungkai bawah (sendi pinggul, lutut dan kaki) Sendi pinggul (hip) ; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, sirkumduksi, internal dan eksternal rotasi. Sendi lutut (knee) dan sendi kaki (ankle); fleksi, ekstensi, hiperekstensi. Jari kaki; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi. Ada beberapa prinsip pelaksanaan latihan kekuatan otot dan range of motion menurut Potter & Perry (2006), yaitu: a. Harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari b. Dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien. c. Dalam merencanakan program latihan kekuatan otot, perhatikan umur, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring. d. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan adalah ekstrimitas dan leher. e. Range of Motion dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit. f. Latihan dilakukan sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di lakukan. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 23 Gambar 2.2 Isotonik Exercise (Aktif ROM) Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN CLOSED FRAKTUR HUMERUS DEXTRA DI RUANG RAWAT ANGGREK TENGAH KANAN RSUP PERSAHABATAN Bab ini akan menguraikan asuhan keperawatan pada klien kelolaan utama sesuai dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan intervensi, implementasi, dan evaluasi. Bab ini juga akan memaparkan laporan intra operasi yang terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan, dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama klien menjalani prosedur operasi. 3.1 Asuhan Keperawatan Pre Operatif 3.1.1 Pengkajian 3.1.1.1 Informasi Umum Nama : Ny. S Umur : 41 tahun Tanggal Lahir : 19-02-1972 Jenis Kelamin : Perempuan Suku bangsa : Jawa Tanggal Masuk: 26 Mei 2013 Dari : IGD Pengkajian : 28 Mei 2013, pukul 19.30 WIB Informasi : Pasien, keluarga dan RM 3.1.1.2 Riwayat Keperawatan a. Keluhan utama Klien mengatakan jatuh dari tangga 8 jam sebelum masuk RS. Klien mengatakan posisi jatuh dengan kepala terbentur tiang tangga dan tubuh bagian kanan terbentur mengenai lantai dan menopang berat badan. Saat pengkajian klien mengeluh nyeri pada lengan kanan jika klien melakukan 24 Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 25 pergerakan. Klien juga mengeluh kepala kadang terasa pusing serta mual dan muntah semenjak sore hari. b. Riwayat kesehatan sebelumnya Klien mengatakan pernah dilakukan operasi kelenjar getah bening pada tahun 2010, klien mengatakan tidak memiliki riwayat masalah kesehatan lain seperti hipertensi, DM, jantung, paru dan lainnya. c. Riwayat kesehatan keluarga Klien dan keluarga mengatakan dalam keluarga tidak ada yang pernah mengalami fraktur dan masalah kesehatan lain seperti riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, paru dan lainnya. 3.1.1.3 Pengkajian fisik a. KU/ tingkat kesadaran : KU sedang/ kesadaran CM b. Tanda – tanda vital Tekanan Darah : 100/70 mmHg Nadi : 82 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 37,30 C c. Kepala Terdapat luka lecet pada frontal sinistra, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Respon pupil kanan dan kiri baik. Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan (kacamata). d. Hidung Tidak ada keluhan flu, tidak ada sumbatan, tidak ada gangguan penciuman, klien tidak memiliki riwayat sinusitis atau penyakit hidung lainnya. e. Telinga Tidak ada cairan abnormal yang keluar dari lubang telinga (discharge), tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada nyeri pada daerah telinga. Klien tidak menggunakan alat bantu dengar. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 26 f. Mulut Klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada bau mulut, tidak ada sariawan, kebiasaan membersihkan gigi dan mulut 2x/hari. g. Leher Tidk terlihat peningkatan JVP, tidak ada keluhan sakit menelan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid. h. Dada - Paru-paru: dada terlihat simetris, terlihat penggunaan otot bantu pernapasan ketika klien bernapas biasa, lapang kanan dan kiri dada klien sama, Auskultasi : bronkhial (+), bronkovesikuler (+), vesikuler (+), Rh -/-, Whezing -/-, mengi -/-. - Jantung: BJ1 dan BJ 2 normal , murmur (-) gallops (-) i. Abdomen Abdomen klien datar, BU (+) pada keempat kuadran, distensi tidak ada, tidak ada nyeri tekan j. Ektrimitas Akral teraba hangan. Hasil pemeriksaan status lokalis pada lengan kanan (Humerus dextra) menunjukkan: Look : edema (+) pada lengan kanan, deformitas (+), sianosis/pucat (-), ekimosis (-) Feel Move : nyeri tekan (+), tidak teraba hangat : nyeri (+) bila digerakkan, kemampuan ROM pada tangan kanan menurun 3.1.1.4 Pengkajian dengan Pendekatan Sistem Tubuh a. Aktivitas/ Istirahat Gejala Klien mengatakan saat ini bekerja sebagai perawat orang sakit (POS) untuk lansia. Aktivitas atau hobi yang dilakukan klien adalah menonton televisi. Klien mengatakan kebiasaan tidur pada malam hari sekitar pukul 21.00 atau 22.00 WIB dan bangun pada pukul 05.00 WIB untuk sholat subuh. Klien merasa segar saat bangun tidur pukul 05.00. Semenjak masuk RS klien lebih banyak menghabiskan Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 27 waktunya untuk tidur. Klien kadang-kadang merasa sulit tidur apabila timbul nyeri pada tangan kanannya. Klien mengatakan mempunya keterbatasan karena penyakit terutama karena fraktur di tangan kanannya sehingga aktifitas yang klien lakukan hanya di tempat tidur saja, klien sangat berhati-hati dalam melakukan pergerakan. Tanda Respon terhadap aktivitas yang teramati pada saat pengkajian terlihat bahwa klien berada pada tingkat kesadaran compos mentis, keadaan umum sedang, saat ini tirah baring di atas tempat tidur, kegiatan lebih banyak berbaring di tempat tidur dengan menaikkan bagian atas tempat tidur. Selain itu, tampak klien lebih banyak melakukan aktivitas di tempat tidur termasuk makan, minum, berhias. Mobilisasi klien masih terbatas, ia hanya mampu duduk kira-kira 15 menit. Jika terlalu lama, maka klien merasa pusing. Pengkajian terkait muskuloskeletal diperoleh data kekuatan otot: 43-- 5555 5555 5555 Massa dan tonus otot masih mampu menahan tahanan, tidak terdapat tremor, rentang gerak masih terbatas pada humerus dextra, ditemukan deformitas di sekitar fraktur. b. Sirkulasi Gejala Klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat hipertensi, masalah jantung. Tidak tampak adanya edema mata, flebitis, dan klaudikasi, namun terdapat edema pada tangan kanan. Klien juga mengatakan tidak mengalami kesemutan dan kebas pada ekstrimitas. Klien saat ini tidak mengalami demam. Klien mengatakan dalam sehari klien dapat BAK 6-7 kali dalam sehari, tidak ada perubahan frekuensi berkemih sejak sakit. Tanda Tanda – tanda vital klien, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 82 x/menit, RR 20 x/menit dan suhu 37,30 C. Hasil pemeriksaan fisik dada Paru-paru: dada terlihat simetris, terlihat penggunaan otot bantu pernapasan ketika klien bernapas biasa, Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 28 lapang kanan dan kiri dada klien sama, Auskultasi : bronkhial (+), bronkovesikuler (+), vesikuler (+), Rh -/-, Whezing -/-, mengi -/-. Jantung: BJ1 dan BJ 2 normal , murmur (-) gallops (-). Capillary Revil Time < 3”, tidak ada tanda homans. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, bibir tampak sedikit kering, dan tidak ada diaforesis. Turgor kulit klien normal, membran mukosa lembab dan terdapat edema pada lengan kanan di daerah sekitar fraktur. c. Integritas Ego Gejala Klien mengatakan saat ini yang menjadi pikiran adalah kondisi kesehatannya yang membuat aktivitasnya terbatas dan tidak bisa melakukan pekerjaan seperti biasa sehingga pendapatan dalam keluarga menjadi berkurang. Klien mengatakan untuk mengatasi beban pikiran yang dirasakan adalah dengan berdoa kepada Allah SWT. Terkait dengan masalah finansial, klien mengatakan saat ini beliau dan suami yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, untuk biaya kesehatan klien menggunakan jaminan Kartu Jakarta Sehat (KJS). Klien beragama islam dan masih rajin menjalankan sholat lima waktu. Tanda Status emosional klien saat pengkajian dilaksanakan adalah gelisah. Klien tidak terlihat cemas ketika diajak berkomunikasi maupun ketika dilakukan pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan, kooperatif dan kontak mata saat berinteraksi dengan perawat baik. Klien tampak khawatir mengenai penyembuhan fraktur yang dialaminya. d. Eliminasi Gejala Klien mngatakan memiliki pola BAB dengan frekuensi 1x/hari. Klien mengatakan konsistensi BAB terkadang padat dan berwarna kuning. Klien saat ini tidak diberikan obat laksatif. Pola BAK klien adalah 6-7 kali dalam satu hari. Saat ini BAK klien dilakukan dengan dibantu oleh keluarga ke kamar mandi. Klien mengatakan tidak ada keluhan nyeri ketika sedang BAK. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 29 Tanda Pengkajian fisik abdomen dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada inspeksi terlihat bahwa perut klien datar. Pada palpasi ditemukan bahwa perut klien teraba lembek terutama pada bagian kuadran kiri atas dan bawah. Auskultasi dilakukan pada semua kuadran, terdengar bising usus. Klien mengatakan tidak ada nyeri saat dilakukan palpasi pada abdomen. e. Makanan dan Cairan Tanda Klien mengatakan saat ini makan 3x sehari sesuai dengan jadwal makan di rumah sakit. Klien menyukai lauk ikan lele dan sayur bayam. Selama di rumah sakit klien mendapatkan diet biasa. Pola makan sebelum sakit 3 kali/hari ditambah dengan makanan selingan seperti biskuit, buah-buahan, gorengan, atau kue. Saat pengkajian klien mengatakan mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Klien mengatakan hanya mengkonsumsi makanan dari rumah sakit namun hanya habis 1/3 sampai ½ nya saja. Gigi klien masih lengkap dam ada sedikit caries. Gejala Klien tidak ada alergi makanan dan nyeri ulu hati. Klien melaporkan mual dan muntah. Masalah mangunyah/ menelan: tidak ada. Berat badan tidak mengalami penurunan namun klien tidak mengetahui berapa pasti BB sebelumnya dan BB sekarang dan TB juga tidak tahu. Turgor kulit elastic dan membran mukosa lembab. Bising usus aktif pada keempat kuadran f. Higiene Gejala Klien dan keluarga mengatakan sebelum sakit, aktivitas klien dilakukan secara mandiri termasuk melakukan perawatan diri seperti mandi dan berhias. Selama dirawat, kegaitan pemenuhan kebutuhan dasar dan perawatan diri serta berhias dibantu oleh keluarga dengan tingkat ketergantungan minimal care. Berdasarkan observasi saat pengkajian klien melakukan kegiatan kebersihan diridiatas tempat tidur dengan dibantu oleh suami. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 30 Tanda Penampilan umum klien tampak klien mempunyai rambut pendek, bersih, terdapat lesi pada area frontal sinistra akibat benturan saat klien jatuh dari tangga. Ketika berintraksi, tidak tercium bau badan maupun bau mulut atau bau pesing. Kondisi kulit klien bersih dan lembab. Klien mengatakan belum mandi sejak dirawat di RS. Kuku klien terlihat pendek dan bersih dengan lapisan kuku sedikit tebal. g. Neurosensori Gejala Klien mengatakan mengatakan pusing jika duduk terlalu lama. Karakteristik pusing/ sakit kepala yang dirasakan adalah seperti berdenyut. Klien tidak mengeluhkan adanya kebas pada kaki dan tangan. Klien mengatakan penglihatan dan pendengaran tidak ada masalah. Tanda Status mental/ tingkat kesadaran klien adalah compos mentis.Klien masih terorientasi waktu, tempat dan orang. Klien kooperatif ketika diajak berkomuniksi maupun ketika pemeriksaan fisik dilakukan. Memori jangka pendek dan panjang klien masih baik. Bicara klien jelas dan koheren. Genggaman tangan klien juga terasa kuat pada tangan kiri namun agak lemah di tangan kanan. h. Nyeri/ Ketidaknyamanan Gejala Klien mengatakan ada keluhan nyeri dengan skala 6 pada saat dilakukan palpasi pada lengan kanan. Klien juga mengatakan nyeri juga dirasakan saat klien berusaha melakukan mobilisasi. Nyeri yang dirasakan hilang timbul dan tidak menjalar. Nyeri juga disertai dengan pusing kepala yang dialami seperti berdenyut. Sakit kepala yang dialami terasa dengan skala 4 dan muncul jika klien terlalu lama duduk. Tanda Tanda umum yang terlihat ketika klien merasakan nyeri adalah klien tampak meringis dan menyentuh serta melindungi bagian yang sakit yaitu di daerah Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 31 lengan kanan. Klien melakukan teknik napas dalam untuk mengurangi nyeri yang dirasakan, selain istirahat sebagai salah satu alternatif yang dilakukan klien. i. Pernapasan Gejala Klien mengatakan tidak ada batuk, tidak ada sesak dada. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit paru. Tanda Pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien terutama untuk frekuensi pernapasan (respiration rate) diperoleh hasil bahwa RR klien adalah 20 kali/menit. Ketika klien bernapas, tidak terlihat adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan dan napas cuping hidung. Pemeriksaan dada juga dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada inspeksi terlihat bahwa dada klien simetris, tidak terlihat salah satu sisi dada lebih besar dari sisi yang lainnya. Palpasi dilakukan dengan meminta klien mengucapkan kata”tujuh-tujuh” bersamaan dengan pemeriksa meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lapang paru klien depan maupun belakang. Hasil palpasi diperoleh bahwa getaran yang diterima telapak tangan pada dada kiri dan kanan sadalah sama. Auskultasi dilakukan dengan mendengarkan suara pernapasan dengan menggnakan Stetoscope an diperoleh hasil bahwa bunyi bronkhial (+), bronkovesikuler (+), vesikuler (+), Rh -/-, Whezing -/-, mengi-/-. Tanda sianosis tidak terlihat. j. Keamanaan Gejala Klien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat alergi baik makanan, debu/ asap, maupun jenis obat-obatan. Klien terlihat lemas dan melakukan sebagian besar aktivitasnya ditempat tidur seperti makan, minum, kebersihan diri dan berhias. Klien mengatakan aktivitasnya terhambat dan kesulitan karena fraktur yang dialaminya. Tanda Pemeriksaan TTV khususnya suhu adalah 37,3 0C, tidak ada diaforesis. Klien terlihat masih lemas dan belum dapat beraktivitas berat termasuk berjalan dari Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 32 tempat tidur ke kamar mandi. Fraktur/ dislokasi: close fraktur humerus dextra. Klien dan keluarga diedukasi untuk mengurangi aktivitas berpindah tempat apabila tubuh masih lemas dan pusing, menganjurkan untuk istirahat, menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas di tempat tidur dan memotivasi keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar klien di tempat tidur. k. Interaksi Sosial Gejala Keluarga mengatakan bahwa klien merupakan termasuk orang yang supel dan mudah bergaul. Klien mengatakan bahwa klien dan keluarga tinggal di Ciracas Jakarta Timur. Semenjak klien di rumah sakit, klien mengatakan sering dibesuk oleh tetangga-tetangganya. Tanda Ketika pemeriksa melakukan kegiatan BHSP dan pengkajian, klien terlihat mampu berinteraksi dan kooperatif dengan baik meskipun dengan orang yang baru dikenalnya. Klien juga terlihat akrab dengan beberapa pasien yang berada dalam satu ruangan. Klien mampu mengawali perbincangan dengan orang lain seperti pasien yang ada dalam satu ruang dengan klien. l. Penyuluhan dan pembelajaran Bahasa dominan klien adalah bahasa indonesia. Klien mampu membaca dan menulis, tingkat pendidikan terakhir klien adalah SMA. Keyakinan klien tentang kesehatan/ yang dijalankan adalah berobat ke pelayanan kesehatan. Dalam keluarga klien tidak ada faktor risiko penurunan penyakit keturunan. Obat yang diresepkan adalah omeprazol 2 x 40 mg dan ketorolac 3 x 30 mg. Riwayat keluhan terakhir dari klien adalah mengeluh nyeri pada tangan kanan jika klien melakukan mobilisasi. Klien mengeluh mual dan muntah serta klien mengeluh pusing jika duduk terlalu lama. Harapan pasien terhadap perawatan saat ini adalah klien ingin sembuh dan dapat beraktifitas lagi seperti biasa. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 33 Tabel 3.1 Daftar obat klien Jenis Obat Injeksi Nama Obat Omeprazole Dosis 2 x 40 mg Indikasi Pengobatan jangka pendek pada tukak usus 12 jari, lambung dan esofagitis erosive Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg Penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai dengan berat sebelum dan setelah prosedur bedah. Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gr Antibiotic yang diberikan untuk infeksi yang disebabkan oleh pathogen yang sensitive pada ceftriaxon seperti infeksi tulang, sendi. IV Ringer Laktat 1500cc/24 jam Untuk mengatasi kehilangan cairan ekstraseluler akut. 3.1.1.5 Situasi Pasien Klien masuk IGD rumah sakit dengan Closed fraktur humerus dextra, diantarkan dari klinik. 8 jam SMRS klien mengalami jatuh dari tangga sehingga mengakibatkan fraktur pada humerus dan lesi pada kepala bagian frontalis sinistra. Klien mulai dirawat di Ruang bedah kelas anggrek tengah sejak tanggal 26 Mei 2013 pukul 00.30 WIB. Hasil pemeriksaan laboratorium klien pada tanggal 26 Mei 2013 adalah sebagai berikut: Hb : 12,4 g/dL Eritrosit : 4,08x106/µL Leukosit : 9,29 103 mm3 Ureum : 21 mg/dl Creatinin : 0,6 mg/dl* GDS : 83 mg/dl Natrium : 140 mmol/L Kalium : 3,4 mmol/L Clorida : 109 mmol/L Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 34 Sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan bahwa terjadi fraktur pada bagian humerus proximal dextra dengan bentuk obliq. 3.1.2 Analisa Data Setelah melakukan proses pengkajian, dilakukanlah proses analisis data untuk menegakkan diagnosa keperawatan prioritas pada Ny. S. Berikut menunjukkan hasil analisis data Ny. S didasarkan pada hasil pengkajian yang telah dilakukan sebelumnya. Tabel 3.2 Analisa data No. Data Masalah Keperawatan 1. Data Subyektif: Nyeri berhubungan Klien mengatakan nyeri pada tangan dengan spasme otot; edema, kanan jika klien melakukan dan cedera pada jaringan lunak; imobilisasi pergerakkan akut Klien mengatakan sakit kepala Data Obyektif: Ekspersi wajah tampak meringis kesakitan saat klien mencoba bergerak Klien tampak melindungi area yang sakit Skala Nyeri 6 pada lengan kanan, nyeri tidak menjalar dan hilang timbul Skala sakit kepala 4, hilang timbul dan terasa berdenyut Hasil radiologi menunjukkan bahwa klien mengalami closed fraktur humerus dextra 2. Data Subyektif: Hambatan mobilitas fisik Klien mengatakan ia kurang bergerak berhubungan dengan fraktur dan aktifitas banyak dilakukan di tempat tidur dan banyak dibantu. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 35 No. Data Masalah Keperawatan Data Obyektif: Terdapat closed fraktur humerus dextra Klien tampak kesulitan melakukan pergerakan ROM pda tangan kanan terbatas 3. Data Subyektif: Risiko Klien mengatakan mual dan muntah Klien mengatakan nafsu nutrisi: ketidakseimbangan kurang dari makan kebutuhan tubuh b.d mual, menurun muntah Data Obyektif: Klien tampak lemah Tampak makanan klien tidak habis dan sisa 2/3 porsi 4. Data Subyektif: Risiko defisit perawatan diri - Klien mengatakan belum mandi sejak b.d berada di RS Data Obyektif: ketidakmampuan melakukan perawatan diri, immobilisasi - Klien tidak pernah mandi sejak berada di RS - Klien tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri Dari tabel diatas ada empat diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan. Dari keempat diagnosa tersebut dilakukan pemilihan tiga diagnosa utama yang harus diselesaikan oleh perawat yaitu nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, edema, dan cedera pada jaringan lunak, imobilisasi; hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur; dan risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 36 3.1.3 Rencana Asuhan Keperawatan Hasil analisis data menunjukkan tiga diagnosa utama yang akan diselesaikan pada Ny. S yaitu nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, edema, dan cedera pada jaringan lunak, imobilisasi; hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur; dan risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah. Kemudian dilakukan penyusunan rencana keperawatan untuk menyelesaikan ketiga masalah tersebut. Adapun rencana intervensi untuk mengatasi masalah nyeri akut yang berhubungan dengan spasme otot; gerakan fragmen tulang, edema, dan cedera pada jaringan lunak, imobilisasi adalah mempertahankan imobilisasi bagian lengan yang sakit dengan armsling; meninggikan dan dukung ekstremitas yang terkena; menghindari penggunaan sprei/bantal plastik di bawah ekstrimitas yang cedera, mengevaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan karakteristik, lokasi, termasuk intensitasnya (skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri non verbal (perubahan tanda-tanda vital dan emosi/perilaku); membantu klien melakukan dan mengawasi rentang gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak cedera dan aktif asistif /pasif pada ekstrimitas yang cedera; mendorong menggunakan teknik manajemen nyeri (relaksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan terapeutik, distraksi). Selain itu juga disusun rencana kolaborasi yaitu membantu memberikan kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai keperluan, serta memberikan obat analgesik sesuai indikasi, pada Ny. S diberikan ketorolac 30 mg. Rencana intervensi yang disusun untuk diagnosa kedua yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur, immobilisasi adalah mengkaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi; mendorong partisipasi klien dalam melakukan aktivitas; membantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit; mendorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tak sakit; memberikan bebat pergelangan/armsling yang sesuai; menempatkan Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 37 dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin; membantu/mendorong perawatan diri/kebersihan; memberikan bantuan dalam melakukan mobilisasi; mengawasi tekanan darah dengan melakukan aktivitas serta memperhatikan keluhan pusing; membantu mengubah posisi klien secara periodik dan mendorong untuk latihan batuk/napas dalam. Kemudian rencana kolaborasi yang akan dilakukan adalah konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi spesialis mengenai latihan pasca fraktur. Untuk mengatasi risiko terjadinya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ditandai dengan mual, muntah serta penurunan nafsu makan, maka disusunlah rencana intervensi sebagai berikut, yaitu menimbang berat badab setiap hari atau sesuai indikasi; menentukan program diet dan pola makan pasien dan membandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien; mengauskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/ perut kembung, mual, muntah, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi; mengidentifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik dan kultur; melibatkan keluarga pada perencanaan makan ini; memantau pemeriksaan laboratorium sepertt gula darah, albumin; serta melakukan konsultasi dengan ahli diet untuk rencana diet klien. 3.1.4 Catatan Perkembangan Keperawatan Pada tanggal 29 Mei dilakukan intervensi pada Ny. S untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut, hambatan mobilisasi dan juga risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Intervensi yang dilakukan untuk masalah nyeri akut adalah mengkaji skala nyeri yang dirasakan oleh klien, mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri, menganjurkan klien mengambil posisi yang nyaman, menganjurkan klien untuk immobilisasi lengan yang sakit, meninggikan bagian ekstrimitas yang fraktur, menganjurkan klien untuk istirahat dan kolaborasi pemberian analgesik: ketorolac 30 mg. Setelah dilakukan intervensi tersebut Ny. S mengatakan masih nyeri pada lengan kanan saat berusaha melakukan mobilisasi dan juga sakit kepala. Keadaan umum Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 38 Ny. S tampak sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah: 100/70 mmHg, nadi: 80 x/menit, suhu: 37,1ºC, dan ekspresi klien tampak meringis saat terasa nyeri. Skala nyeri 6-7 (0-10) dengan nyeri terasa hilang timbul dan kadang terasa menjalar hingga ke bahu. Nyeri dirasakan berkurang jika klien istirahat di tempat tidur dan tidak melakukan mobilisasi. Klien tampak lebih rileks setelah melakukan relaksasi napas dalam. Untuk rencana keperawatan selanjutnya klien terus dimotivasi dalam penggunaan teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi nyeri, monitor tanda-tanda vital dan keluhan nyeri, anjurkan klien mengambil posisi yang nyaman dan istirahat serta immobilisasi bagian lengan yang sakit. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan penurunan nafsu makan adalah mengkaji kebiasaan makan dan makanan yang disukai dan tidak disukai Ny. S, kemudian mendorong klien untuk makan makanan yang disukai, medorong makan sedikit tapi sering serta berkolaborasi memberikan obat mual: ondancentron 40 mg dan kolaborasi penentuan program diet dan pola makan pasien. Setelah dilakukan intervensi klien mengatakan kadang-kadang masih mual dan sampai muntah serta tidak nafsu makan, klien juga mengatakan badan terasa lemas. Hasil observasi menunjukkan Ny. S tampak lemas dan tidak bersemangat, tampak makanan klien tidak dihabiskan, mual dan muntah masih ada. Perawat perlu memperhatikan asupan nutrisi klien lebih lanjut untuk mengantisipasi terjadinya ketidakseimbangan nutrisi. Selain yang dilakukan diatas, juga dilakukan implementasi untuk mengatasi masalah hambatan mobilitas yaitu mendorong Ny. S untuk immobilisasi tangan yang fraktur, mendorong partisipasi dalam melakukan aktivitas, memfasilitasi dan mengajarkan latihan rentang gerak aktif dan aktif asistif, membantu klien dalam melakukan mobilisasi, dan memfasilitasi dan mendorong klien dalam melakukan personal hygiene, serta mengkaji kekuatan otot klien. Respon Ny. S menunjukkan bahwa ia kesulitan untuk bergerak, ia mengatakan sakit saat berusaha untuk melakukan pergerakan dan pusing jika terlalu sering berubah posisi. Klien tampak menghabiskan waktu di tempat tidur dan tampak takut melakukan mobilisasi. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 39 klien mampu mengikuti instruksi perawat dalam melakukan latihan rentang pergerakan sendi. Kemudian pada tanggal 31 mei 2013 intervensi dilanjutkan untuk mengatasai masalah utama klien. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri akut adalah mengkaji skala nyeri yang dirasakan oleh klien; memotivasi penggunaan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri; memonitor tanda-tanda vital; mengajarkan teknik distraksi untuk mengurangi nyeri; menganjurkan klien untuk tetap mengimmobilisasi lengan yang fraktur; dan kolaborasi pemberian analgesik: ketorolac 30 mg. Hasil evaluasi menunjukkan klien mengatakan nyeri pada lengan kanan sudah berkurang, klien mengatakan sudah tidak mengalami sakit kepala, klien mengatakan sudah melakukan teknik relaksasi jika terasa nyeri. Keadaan umum Ny. S sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah: 90/60 mmHg, nadi: 76 x/menit, suhu 36,8ºC. Skala nyeri 3-4 (0-10) dengan nyeri terasa hilang timbul pada lengan kanan dan terasa hilang jika diberikan analgesik: ketorolac 30 mg, dan lengan kanan sudah diimmobilisasi dengan menggunakan armsling. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan penurunan nafsu makan adalah mendorong klien untuk makan makanan yang disukai mendorong klien untuk makan sedikit tapi sering, kolaborasi pemberian program diet dan pola makan pasien, serta menimbang BB klien. Evaluasi setelah dilakukan implementasi klien mengatakan mual sudah berkurang dan sudah tidak ada muntah, klien mengatakan nafsu makan sudah mulai membai, klien tampak lebih segar, dan tampak makanan klien dihabiskan 2/3 porsi. Hasil observasi menunjukkan mual masih ada namun sudah tidak muntah. Berat badan 46 kg. Rencana yang disusun berikutnya adalah memantau adanya mual dan muntah, memotivasi klien untuk makan sedikit tapi sering dan memberikan makanan yang disukai oleh klien. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 40 Mendorong partisipasi klien dalam melakukan aktivitas, mengkaji kekuatan otot klien, memfasilitasi dan mengajarkan latihan rentang gerak aktif dan aktif asistif pada ekstrimitas yang tidak cedera dilakukan untuk menyelesaikan masalah hambatan mobilitas fisik. Selain itu, klien juga difasilitasi untuk melakukan latihan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari tangan yang terkena fraktur, membantu klien dalam melakukan mobilisasi, memfasilitasi dan mendorong klien dalam melakukan personal hygiene. Respon klien menunjukkan klien mengatakan sudah mulai turun dari tempat tidur, klien mengatakan masih sakit saat berusaha untuk melakukan pergerakan, Klien tampak sudah mulai mampu melakukan pergerakan dan aktivitas dengan dibantu oleh perawat dan keluarga. Klien juga tampak mengikuti instruksi perawat dalam melakukan latihan rentang pergerakan sendi dan berusaha melakukan latihan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari. Kekuatan otot: 43-- 5555. 5555 5555 Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 2 hari terlihat perkembangan klien menjadi lebih baik. Nyeri yang dirasakan klien sudah mulai berkurang dan frekuensi juga semakin jarang. Selain itu, Ny. S juga sudah mulai melakukan mobilisasi dengan hati-hati dan dengan bantuan dari keluarga dan perawat. Mual dan muntah juga sudah tidak dirasakan lagi. Nafsu makan klien sudah mulai membaik. Pada tanggal 1 Juni 2013 intervensi dilanjutkan untuk masalah nyeri akut, yaitu memantau keluhan nyeri, memotivasi penggunaan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi untuk mengatasi nyeri, mendorong klien untuk mrngambil posisi yang nyaman dan meninggikan bagian yang sakit dan menganjurkan klien untuk istirahat serta kolaborasi pemberian analgesic: ketorolac 30 mg. Tampak klien sudah jarang mengeluh nyeri, klien tampak lebih rileks, ekspresi klien tampak tenang, tekanan darah 100/80 mmHg, nadi: 92 x/menit. Skala nyeri 3 (0-10) pada lengan kanan dan tidak menjalar. Nyeri hilag timbul dan terasa hilang jika diberikan analgesik serta berkurang dengan teknik distraksi. Nafsu makan klien pada tanggal 1 Juni 2013 sudah membaik, klien tampak sudah menghabiskan makanannya. Klien juga tidak lagi mengalami mual dan muntah. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 41 Klien tampak lebih segar dan bersemangat. Hal ini menunjukkan risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi. Sehingga diagnosa ini sudah teratasi dan tidak perlu dilakukan intervensi lanjutan. Intervensi untuk hambatan mobilitas fisik terus dilanjutkan sampai pada hari ketiga, tanggal 1 Juni 2013. Seelah dilakukan intervensi, klien mengatakan sudah melakukan mobilisasi duduk-jalan. Klien tampak mampu melakukan pergerakan dan aktivitas dengan dibantu oleh perawat dan keluarga , klien juga tampak mengikuti instruksi perawat dalam melakukan latihan rentang pergerakan sendi dan berusaha melakukan latihan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari. Kemampuan mobilisasi klien sudah mulai meningkat, klien sudah mampu melakukan personal hygiene secara mandi walaupun kadang masih dibantu oleh perawat. Tingkat kemandirian klien mulai meningkat. Selain itu juga klien juga dilatih untuk melakukan latihan isometric. Hal ini dilakukan karena Ny. S akan menjalani prosedur operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) pada hari senin, tanggal 03 Juni 2013 untuk membantu peregangan otot-otot klien. 3.2 Asuhan Keperawatan Intra Operatif Tanggal : 03 Juni 2013 Nama : Ny. S Diagnosa : Closed fraktur humerus proximal dextra Tindakan : Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) 3.2.1 Pengkajian Klien diantar dari ruang anggrek tengah kanan pada pukul 08.30 WIB. Sebelum dibawa ke kamar operasi, klien tampak lebih banyak diam dan sesekali bertanya tentang prosedur pembedahan. Sekitar pukul 09.00 WIB klien dibawa ke ruang operasi dan dipindahkan dari tempat tidur biasa ke meja operasi. Sesaat setelah dipindahkan, perawat memastikan posisi klien apakah sudah tepat dan aman. Kemudian dilakukan pengecekan izin operasi, mesin anastesi, suction dan obatobatan. Sebelum operasi dimulai klien terpasang IVFD dengan cairan asering 500cc, TD 112/89, Nadi: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt. Klien diberikan anestesi Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 42 umum melalui intravena yaitu Meperidim, fentanyl 25 mg pada pukul 09.10 WIB. Kemudian dilakukan intubasi untuk pemasangan ventilator. Posisi klien di meja operasi adalah supine dan lengan kanan lebih ditinggikan dibandingkan lengan kiri. Kemudian area lengan kanan didesinfeksi dan ditutup dengan doek steril. Klien dilakukan insisi deltopectoral dan diperdalam lapis demi lapis. Kemudian dokter bedah mengidentifikasi kondisi fraktur dan melakukan reposisi dan stabilisasi dengan menggunakan LPHP dengan menggunakan 7 locking screw. Setelah dipasang stabilisasi, dokter bedah melakukan tes stabilisasi dengan mengangkat lengan kanan yang dilakukan ORIF dan hasilnya stabil. Selama prosedur operasi berlangsung tampak adanya perdarahan biasa. Kemudian dilakukan pencucian luka operasi dan dilakukan penutupan luka. Kemudian luka ditutup lapis demi lapis hingga luka selesai dihecting. Tanda-tanda vital setelah selesai operasi adalah tekanan darah 96/67 mmHg, Nadi 99 x/menit dan napas 22 x/menit. Operasi selesai dilakukan pada pukul 11.45 WIB. 3.2.2 Diagnosa Keperawatan 3.2.2.1 Risiko cedera berhubungan dengan posisi operasi, pemakaian alat kesehatan dan tindakan invasif 3.2.2.2 Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan, tindakan pembedahan 3.2.3 Tindakan yang dilakukan a. Memotivasi klien untuk rileks sebelum prosedur operasi dimulai b. Memeriksa dan memastikan identitas klien c. Mengunci roda tempat tidur klien dan meja operasi sebelum memindahkan klien ke meja operasi d. Memastikan posisi klien sudah tepat di tengah meja operasi dan tidak rawan untuk jatuh e. Memantau pemakaian kain pada klien untuk menjaga suhu tubuh dan menutupi area yang tidak dilakukan pembedaham f. Memantau jumlah intake dan output selama pembedahan g. Memantau TTV dan tanda perdarahan Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 43 3.3 Asuhan Keperawatan Pasca Operatif 3.3.1 Catatan Perkembangan Keperawatan Pasca Operatif Setelah menjalani prosedur operasi, klien dibawa ke ruang recovery (pemulihan). Tanda-tanda vital klien tekanan darah 103/76 mmHg, nadi 97x/menit, dan RR 22 x/menit, keadaan umum masih lemah, kesadaran compos mentis. Kemudian klien kembali dibawa ke ruang rawat anggrek tengah kanan setelah menjalani proses operasi pada pukul 13.00 WIB. Saat kembali ke ruang rawat klien tampak masih lemah. Saat dilakukan pengkajian pasca operasi pukul 15.00 WIB klien mengatakan merasa lemah dan terasa berat ekstrimitas. Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi dengan skala 6-7 (0-10), nyeri terasa berdenyut-denyut dan hilang timbul. Klien tampak berhati-hati dalam melakukan pergerakan. Klien lebih banyak menghabiskan waktunya dengan istirahat dan tidur. Setelah Ny. S menjalani prosedur ORIF, maka dilakukan intervensi untuk mengatasi permasalahan yang muncul pasca operasi. Adapun masalah yang muncul pada Ny. S pasca operasi adalah nyeri akut dan hambatan mobilitas fisik. Untuk perencanaan tindakan keperawatan post operasi tidak jauh berbeda dengan tindakan keperawatan yang disusun sebelumnya sehingga perawat tidak perlu membuat rencana keperawatan lagi. Pada tanggal 3 Juni 2013 pukul 14.50 klien mengeluh nyeri pada luka post operasi dengan skala nyeri 6-7 (0-10) dan tampak klien meringis. Perawat melakukan intervensi keperawatan dengan memantau keluhan nyeri, memotivasi penggunaan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi untuk mengatasi nyeri, mendorong klien untuk mrngambil posisi yang nyaman dan meninggikan bagian yang sakit, menganjurkan klien untuk istirahat dan kolaborasi pemberian analgesic: ketorolac 30 mg. setelah dilakukan intervensi tampak ekspresi klien tampak menahan sakit, keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah: 90/60 mmHg, nadi: 88 x/menit. Klien tampak berhati-hati dalam melakukan mobilisasi. Klien mulai merasa nyeri berkurang setelah diberikan analgesic ketorolac 30 mg. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 44 Tangan kanan Ny. S yang dilakukan operasi masih dipertahankan untuk diimobilisasi. Perawat berusahan memfasilitasi klien melakukan latihan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari tangan post ORIF dan membantu klien dalam melakukan mobilisasi. Selain itu juga memfasilitasi dan mendorong klien dalam melakukan personal hygiene. Hasil evaluasi menunjukkan klien masih lemas dan sulit untuk bergerak, kaki masih terasa lemas, kaku dan berat. Ny. S tampak hanya tidur dan istirahat di tempat tidur. Tampak Ny. S dibantu oleh keluarga dalam melakukan Activity Daily Living. Intervensi untuk nyeri akut dan hambatan mobilitas fisik terus dilanjutkan selama klien dirawat di rumah sakit sampai tanggal 5 Juni 2013. Masalah nyeri akut yang dialami Ny. S selama dirawat terus dievaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi penurunan skala nyeri setelah klien diberikan intervensi keperawatan. Klien juga melakukan sesuai dengan yang dianjurkan oleh perawat. Klien melakukan teknik relaksasi secara mandiri untuk mengatasi nyeri yang dialaminya. Pada tanggal 5 Juni 2013 klien mengatakan nyeri sudah jarang timbul dan berkurang. Klien tampak tenang dan ekspresi klien tampak rileks, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 82 x/menit. Sedangkan untuk hambatan mobilitas fisik, klien juga mengalami perkembangan yang signifikan. Setelah dilakukan latihan range of motion (ROM) selama beberapa hari semenjak klien masuk sampai dengan pasca operasi, terjadi peningkatan kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi. Klien juga tampak rajin melakukan latihan sendiri. Evaluasi terakhir yang dilakukan pada tanggal 5 Juni 2013 menunjukkan klien sudah mulai melakukan mobilisasi jalan dan tampak sudah mampu melakukan aktivitas. Klien juga sudah mampu melakukan latihan tangan post ORIF pada jari dan pergelangan tangan. Klien juga menggunakan armsling pada lengan kanan untuk mempertahankan immobilisasi pada humerus dextra. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 45 Selain masalah nyeri akut dan hambatan mobilitas fisik yang muncul pasca operasi, ada masalah keperawatan lain yang dialami klien yaitu hipertermi pada tanggal 4 Juni 2013. Untuk mengatasi masalah hipertermi dilakukan tindakan keperawatan berupa memonitor TTV, mengkaji keluhan demam dan pusing, menganjurkan klien untuk banyak minum air putih, memberikan kompres hangat, membantu klien mengganti pakaian dan kolaborasi pemberian antipiretik: paracetamol 150 mg. Respon yang ditunjukkan setelah diberikan intervensi adalah demam klien mulai menurun dan klien tampak mulai membaik. Kemudian sebelum klien pulang juga dilakukan tindakan perawatan luka dan penggantian balutan serta memberikan klien pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka di rumah. 3.3.2 Pertimbangan Rencana Pulang (Discarge Planning) Sebelum klien pulang, maka klien diberikan beberapa pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan selama di rumah. Berikut adalah hal yang harus dilakukan selama di rumah: a. Kontrol ke poli bedah sesuai dengan waktu b. Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium dan vitamin D c. Menjaga kebersihan luka post operasi dan lindungi dari terkena air d. Melakukan latihan pergerakan ekstrimitas setelah operasi e. Menggunakan penyangga tangan (armsling dalam melakukan aktivitas sampai klien sembuh) f. Istirahat yang cukup selama di rumah g. Jangan melakukan aktivitas yang berat selama di rumah dan hindari membawa beban berat denga lengan yang cedera h. Tidak mengendari kendaraan sampai diizinkan oleh petugas kesehatan i. Lanjutkan minum obat sesuai dengan yang telah diresepkan Beberapa hal sangat perlu diperhatikan klien selama dirumah untuk mencegah kejadian jatuh. Adapun hal tersebut adalah tidak mengkonsumsi obat yang dapat menyebabkan kantuk pada saat akan melakukan aktivitas; memperhatikan kondisi lingkungan yang berisiko menyebabkan jatuh saat melakukan aktivitas. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 46 Pencegahan kejadian jatuh dan fraktur berulang di rumah yang dapat dilakukan klien adalah sebagai berikut (NPSA, 2007: NHS, 2009): o Memastikan dan meningkatkan pencahayaan (terang) o Menghindari berjalan di lantai yang licin, karpet yang mudah selip, kabel o Berhati-hati dalam menuruni tangga o Meminta bantuan jika kesulitan melakukan aktivitas Selain hal tersebut diatas, klien diharapkan kembali segera jika demam lebih dari 38,5ºC, terjadi nyeri yang sangat hebat pada bagian yang patah, ekstrimitas yang patah terasa dingin, pucat dan kaku, dan terjadi perdarahan pada luka bekas operasi. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 BAB 4 ANALISIS SITUASI Bab ini akan membahas tentang profil lahan praktik, analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan dan konsep kasus terkait, analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait. 4.1 Profil RSUP Persahabatan Jakarta Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan (RSUP Persahabatan) merupakan rumah sakit umum tipe A yang berlokasi di Jalan Persahabatan Raya No. 1Jakarta Timur dan secara administrative adalah rumah sakit vertical di bawah Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI. RSUP Persahabatan pertama kali di bangun pada tahun 1961 dan diresmikan tahun 1963 atas bantuan Pemerintah Rusia kepada Pemerintah Indonesia. Penyerahan secara resmi dilaksanakan pada tanggal 7 Npember 1963, yang kemudian dikenal sebagai hari jadi RSUP Persahabatan. Visi dari RSUP Persahabatan adalah menjadi rumah sakit terdepan dalam menyehatkan dengan unggulan keseharan respirasi kelas dunia. Sedangkan misinya adalah menyelenggarakan pelayanan keperawatan berorientasi padakebutuhan costumer care, memfasilitasi terlaksanya pelayanan keperawatan profesional dengan unggulan keperawatan respirasi, membina hubungan perawat klien terapeutik, koordinasi penyelenggaraan kegiatan pendidikan berkelanjutan secara formal dan informal di dalam negri maupun diluar negri khususnya dalam pencapaian visi RS, memfasilitasi pelaksanaan penelitian dalam bidang pelayanan asuhan keperawatan di RSP, dan menyelenggarakan pengembangan SDM Keperawatan melalui pelatihan in house training khususnya dalam bidang pelayanan unggulan maupun pelatihan diluar RSP agar SDM keperawatan mendapatkan pelatihan 20 jam sampai 40 jam setahun perorang. Motto dari RSUP Persahabatan adalah “Caring with Frienship (melayani secara bersahabat)”. Adapun nilai-nilai yang dianut adalah jujur, kompeten, kerjasama tim, layanan 47 Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 48 yang tulus dan loyal. RSUP Persahabatan juga merupakan rumah sakit pendidikan baik untuk pendidikan dokter, perawat, petugas laboratorium, rekam medis dan tenaga kesehatan lainnya. Ruang rawat Anggrek Tengah Kanan merupakan salah satu ruang rawat yang ada di RSUP Persahabatan dengan kekhususan bedah, yakni bedah umum, bedah digestif, bedah onkologi, bedah urologi, bedah ortopedi, serta bedah saraf. Ruang Anggrek tengah kanan ini merupakan ruang kelas III untuk pasien laki-laki dan perempuan. Ruangan tersebut memiliki 10 kamar dengan kapasitas 30 tempat tidur dan sebuah kamar isolasi dengan kapasitas dua buah tempat tidur. Ruang rawat dilengkapi dengan satu nurse station dan ruangan kepala ruangan, satu ruang tindakan dan penyimpanan alat, satu kamar ganti perawat, satu kamar dokter muda, satu ruang dapur, satu spoel hoek dan satu gudang serta kamar mandi untuk pasien Sebagai ruang rawat dengan kekhususan bedah, terdapat berbagai macam kasus yang ditangani. Salah satunya adalah kasus fraktur, yan merupakan kasus terbanyak kedua setelah kasus bedah onkologi. Selama praktik di ruang rawat Anggrek Tengah Kanan ini, hampir setiap hari mahasiswa menemukan klien dengan masalah fraktur. Adapun penyebab fraktur yang paling banyak terjadi adalah akibat dari kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan dalam rumah tangga. Selain itu, juga terdapat fraktur akibat adanya kecelakaan kerja dan juga fraktur patologis karena penyakit. 4.2 Analisis Kasus dengan Konsep Keperawatan Pada kasus Ny. S ditemukan fakta bahwa klien Ny. S (41 tahun) merupakan salah satu masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan yang mengalami kondisi kegawatan (emergency). Klien mengalami fraktur setelah terjadi kecelakaan dalam rumah tangga berupa jatuh dari tangga. Klien mengatakan bahwa klien jatuh pada malam hari sekitar pukul 18.30 ketika sedang melakukan pekerjaan rumah. Kondisi klien yang tidak hati-hati menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan pada klien. Klien jatuh dalam posisi miring ke kanan Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 49 dengan tangan kanan menahan berat tubuh. Akibat tekanan besar pada tangan kanan klien maka klien mengalami fraktur tertutup di area humerus dextra. Kejadian jatuh yang dialami oleh Ny. S ini merupakan salah satu masalah yang sering terjadi dan dapat menyebabkan cedera dalam hal ini adalah fraktur. DKI Jakarta sebagai kota dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia merupakan salah satu wilayah perkotaan yang rentan dengan terjadinya kecelakaan. Akibat dari peningkatan jumlah penduduk di wilayah Jakarta mengakibatkan terjadinya peningkatan pembangunan rumah tinggal, sedangkan lahan yang dapat dijadikan pemukiman sudah semakin jarang. Hal ini mendorong penduduk untuk cenderung membuat rumah bertingkat. Bangunan bertingkat merupakan salah satu faktor risiko yang dapat memicu terjadinya kecelakaan berupa kejadian jatuh. Hasil laporan RISKESDAS tahun 2007 menunjukkan bahwa angka kejadian jatuh merupakan penyebab cedera terbesar di wilayah Indonesia yaitu sekitar 58%. Selain itu, dilaporkan bahwa dari 45.987 peristiwa/kejadian jatuh mengalami fraktur sebanyak 1,775 orang (3,8%) (Riskesdas, 2007). Sesaat setelah kejadian jatuh, Ny. S dilarikan ke klinik terdekat untuk dilakukan pertolongan pertama, yaitu pemakaian armsling untuk fiksasi sementara posisi lengan klien. Klien mengatakan bahwa setelah jatuh, tangan klien membengkak dan terasa sangat nyeri. Setelah diberikan pertolongan pertama di klinik kesehatan, klien diantarkan ke RSUP Persahabatan untuk ditangani lebih lanjut. Sesampainya di RSUP Persahabatan klien dibawa ke IGD dan dilakukan pemeriksaan awal. Klien dilakukan rekognisi dengan dilakukan anamnesa mengenai kronologis terjadinya kecelakaan. Klien juga menjalani pemeriksaan fisik, pengkajian nyeri untuk menentukan kadar keparahan cedera klien. Selanjutnya klien juga menjalani pemeriksaan rontgen ekstrimitas untuk mengetahui letak dan jenis fraktur yang dialami klien. Berdasarkan hasil rontgen, klien mengalami fraktur pada area humerus proximal dextra. Tindakan pertolongan pertama yang telah dilakukan pada Ny. S ini merupakan tindakan yang sesuai dengan tahapan pertama dari empat tahapan dalam penanganan Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 50 fraktur, yaitu rekognisi menyangkut diagnosis dan penilaian fraktur, anamnesis, pemeriksaan klinis dan radiologis (Price & Wilson, 1995; Rasjad, 2007). Setelah dilakukan rekognisi dan mendapatkan penanganan awal di IGD, klien dibawa ke ruang perawatan bedah kelas (Anggrek Tengah Kanan) dan direncanakan akan menjalani operasi berupa Open Reduction and Internal Fixation (ORIF). Tindakan ORIF ini merupakan tahap penatalaksanaan fraktur berikutnya setelah rekognisi, yaitu reduksi dimana akan dilakukan reposisi fragmen-fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya (Sjamsuhidayat & Jong, 2005). Operasi dapat dilaksanakan jika alat berupa plate dan screw sudah tersedia. Selama masa menunggu operasi, masalah utama yang teramati dari klien ialah nyeri dan takut melakukan mobilisasi. Hasil observasi perawat menunjukkan Ny. S tampak hanya menghabiskan waktu di tempat tidur dan jarang melakukan perubahan posisi dan mobilisasi. Asumsi penulis terhadap kondisi ini adalah dikarenakan mungkin saja pada klien dengan fraktur memiliki pemikiran bahwa mereka tidak boleh melakukan pergerakan karena akan memperparah fraktur yang telah terjadi. Padahal seharusnya klien dengan masalah fraktur ini seharusnya terus melakukan mobilisasi atau pergerakan agar tidak terjadi kekakuan pada ekstrimitas dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari bisa terpenuhi sendiri serta dapat meminimalisir tingkat ketergantungan klien terhadap orang lain. Hal ini sesuai dengan teori yang dijabarkan dalam Brunner & Suddarth (2002) bahwa dengan mobilisasi dapat mempertahankan kekuatan ekstrimitas dan fungsinya serta mencapai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan secara maksimal. Sebelum klien dilakukan latihan kekuatan otot dan pergerakan sendi, klien menyatakan bahwa tangan sempat terasa kaku dan sulit digerakkan. Hal ini bisa jadi akibat dari kurangnya mobilisasi klien. Klien mengatakan bahwa ia takut melakukan mobilisasi karena akan menimbulkan nyeri dan takut fraktur semakin parah. Tampak klien dibantu oleh keluarga dan perawat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, klien mengatakan sudah tidak betah di rumah Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 51 sakit, ingin cepat pulang, dan terus menerus menanyakan kapan klien akan dioperasi. Klien mengatakan klien tidak bisa berada lama-lama di rumah sakit karena harus bekerja dan ada banyak hal lainnya yang perlu diurus. Dari kasus ini terlihat bahwa dampak dari kecelakaan antara lain menurunnya produktivitas seseorang dikarenakan harus menjalani perawatan di rumah sakit. Kerugian fisik akibat kecelakaan jelas terlihat karena sebagian aktivitas klien perlu dibantu akibat tangan kanannya yang masih belum bisa digerakkan karena sakit. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, seorang perawat harus mampu untuk meminimalisir/mencegah komplikasi yang mungkin akan terjadi selama klien dirawat. Hal ini sesuai konsep manajemen keperawatan untuk klien fraktur menurut Halstead (2004) dimana salah dua fokus dari prinsip manajemen perawatan fraktur adalah memaksimalkan kemampuan klien dan mencegah komplikasi. Rasa nyeri yang dialami pasien, membuat pasien takut untuk menggerakkan ekstremitas yang cedera, sehingga pasien cenderung untuk tetap berbaring lama, membiarkan tubuh tetap kaku (Smeltzer & Bare, 2009). Individu yang membatasi pergerakannya (immobilisasi), akan menyebabkan tidak stabilnya pergerakan sendi, terjadinya atropi otot dalam empat sampai enam hari (Waher, Salmond & Pellino, 2002). Oleh karena itu, agar tidak terjadi masalah kesehatan lain yang muncul akibat dari kemampuan mobilisasi klien yang menurun maka perlu dilakukan latihan berupa latihan kekuatan otot agar tidak muncul komplikasi lain. Salah satu asuhan keperawatan yang diberikan kepada Ny. S selama dirawat di ruang Anggrek Tengah Kanan adalah asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik. Dalam hal ini salah satu intervensi yang diberikan adalah berupa latihan kekuatan otot/latihan gerak sendi (Range of Motion) dan latihan isometrik. Latihan yang diberikan ini tidak hanya diberikan sebelum klien menjalani operasi, akan tetapi terus dilanjutkan hingga hari terakhir klien dirawat. Berdasarkan hasil observasi perawat, klien tampak mengalami kemajuan dalam melakukan mobilisasi dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Activity Daily Living). Awal klien dirawat di rumah sakit, tampak klien masih Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 52 takut dan tidak berani untuk melakukan mobilisasi. Selain itu, klien juga sempat mengeluh kaku pada kedua tangannya. Setelah diberikan intervensi berupa latihan kekuatan otot / rentang gerak sendi, klien sudah tidak lagi mengeluh mengalami kekakuan pada ekstrimitasnya. Latihan isometrik diberikan pada ekstrimitas klien yang diimobilisasi yaitu pada ekstrimitas atas sebelah kanan Ny. S yang mengalami fraktur humerus dextra. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Black & Hawks (2009) bahwa latihan isometrik merupakan kontraksi aktif dari otot tanpa menggerakan persendian atau fungsi pergerakan dan digunakan jika ROM persendian dibatasi karena injuri atau immobilisasi. Sedangkan untuk ektrimitas Ny. S yang tidak cedera diberikan latihan pergerakan sendi aktif dan pasif. Latihan ini dikenal juga dengan latihan isotonik dimana latihan yang dilakukan tetap menyebabkan ketegangan pada otot yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot. Selama memberikan dan mengajarkan latihan kekuatan otot ini, perawat berusaha untuk memberikan pemahaman kepada klien bahwa latihan yang dilakukan perlu untuk mempertahankan kekuatan otot, mencegah kekakuan otot dan mempertahankan sirkulasi ke bagian distal ektrimitas. Latihan yang diberikan ini dapat dilihat pada lampiran 4. Pada saat Ny. S akan menjalani prosedur operasi, klien tampak cemas dan banyak bertanya mengenai prosedur operasi yang akan dilakukan. Sebagai seorang tenaga keperawatan, mempunyai tanggung jawab untuk memberikan edukasi, membantu klien mengurangi kecemasan dan mengajarkan berbagai latihan sebelum operasi. Edukasi merupakan salah satu peran tenaga keperawatan yang sangat penting dan dilakukan sejak 1 atau 2 hari sebelum pembedahan, karena klien akan dapat mempelajarinya dengan baik (Potter & Perry, 2006). Edukasi yang diberikan kepada klien terkait dengan tujuan/alasan tindakan operasi, persiapan operasi baik fisik maupun penunjang, kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi, prosedur operasi, dan latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi. Adapun latihan yang diajarkan adalah berupa teknik relaksasi napas dalam, teknik batuk efektif, dan latihan gerak sendi.. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 53 Setelah prosedur operasi, perawat tetap harus terus memperhatikan perkembangan kondisi klien. Ny. S terus dimotivasi untuk mulai melakukan mobilisasi dini satu hari setelah operasi. Ny. S juga dianjurkan untuk mulai melakukan latihan gerak sendi untuk mencegah terjadinya kekakuan. Hampir pada semua jenis pembedahan termasuk pembedahan ortopedi, klien dianjurkan untuk segera meninggalkan tempat tidur 24-48 jam pasca bedah untuk melakukan mobilisasi (Kozier, 2010). Menurut Brunner & Suddarth (2002), mobilisasi dini menjadi faktor penentu dalam kemajuan perkembangan klien di rumah sakit (Smeltzer & Bare, 2002). Oleh karena itu, sangat penting untuk klien yang menjalani operasi agar segera melakukan mobilisasi dini pasca tindakan pembedahan. Pasca dilakukan pembedahan, prinsip penanganan fraktur yang ketiga dan keempat dilanjutkan, yaitu retensi dan rehabilitasi. Pada tahapan retensi, perawat bertugas untuk membantu klien mempertahankan fragmen-fragmen tulang selama masa penyembuhan (Price & Wilson, 1995; Sjamsuhidayat & Jong, 2005). Dalam tahapan ini perawat membantu klien untuk mempertahankan tangan kanan agar tetap immobilisasi dengan menggunakan armsling. Kemudian untuk tahapan rehabilitasi, perawat mengajarkan Ny. S untuk melakukan latihan tangan post ORIF serta memberikan edukasi tentang cara latihan yang dapat dilakukan saat klien dirumah. 4.3 Efektifitas Latihan Kekuatan Otot terhadap Kemampuan Mobilisasi Latihan kekuatan otot adalah latihan penguatan penguatan/pengencangan otot gluteal dan kuadrisep serta latihan pergerakan sendi yang dilakukan sebelum tindakan operasi dengan tujuan untuk memelihara kekuatan otot yang diperlukan untuk berjalan. Sebelum operasi, mobilisasi klien dapat terganggu karena adanya nyeri, pembengkakan dan imobilisasi bagian yang fraktur. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus membantu klien untuk melakukan mobilisasi dengan memberikan latihan kekuatan otot. Manfaat dari latihan otot sebelum operasi adalah kekuatan otot tetap terjaga, sehingga atropi otot dapat dihindari, dan pasien akan lebih siap, untuk melakukan ambulasi dini pasca operasi (Smeltzer & Bare, 2002). Program latihan sebelum operasi juga dipandang Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 54 sebagai program prehabilitasi dan program latihan setelah operasi merupakan salah satu program rehabilitasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Waher, Salmod & Pellino (2002), diketahui bahwa klien dengan masalah fraktur seringkali kemampuan mobilisasinya mengalami penurunan karena ketidakadekuatan informasi yang diterima oleh klien. Selain itu, beberapa klien yang pernah mengalami fraktur juga mengatakan bahwa saat melakukan mobilisasi dapat menimbulkan nyeri. Kondisi immoblisasi yang cukup lama, akan berdampak pada lama hari rawat/length of stay. Immobilisasi pada klien fraktur Menjawab kebutuhan akan pentingnya mempersiapkan otot sebelum operasi, maka, ada beberapa hasil penelitian yang memberikan hasil yang signifikan, diantaranya hasil penelitian Eldawati (2011) didapatkan hasil bahwa ada perbedaan rata – rata kemampuan ambulasi dini yang lebih baik pada kelompok yang diberikan latihan kekuatan otot dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan, dengan nilai p = 0.017. Menurut penelitian ini bahwa dengan dilakukannya latihan kekuatan otot preoperasi, maka ketahanan otot (endurance) pasien akan lebih terjaga. Dampak dari latihan kekuatan otot adalah meningkatkan kemampuan ambulasi dini pasien pasca operasi. Ambulasi dini merupakan komponen penting dalam perawatan pasca operasi fraktur karena jika pasien membatasi pergerakkannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi, pasien akan semakin sulit untuk mulai berjalan (Kozier, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sheps (2006), seorang profesor dari University of British Columbia mengatakan bahwa klien yang mengalami fraktur ekstrimitas atas yang melakukan mobilisasi dini baik berupa latihan gerak sendi maupun mobilisasi jalan mempunyai kecenderungan untuk beraktivitas normal lebih cepat dibandingkan dengan klien yang tidak melakukan mobilisasi dini. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka perawat yang berada ditatanan praktik, harus memikirkan kondisi yang dapat mempercepat kemampuan klien untuk melakukan mobilisasi dini pasca operasi, Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 55 dengan tidak tergantung pada bantuan orang lain. Salah satu cara yang harus dipertimbangkan diantaranya adalah dengan melakukan latihan kekuatan otot. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 BAB 5 PENUTUP Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran dari seluruh rangkaian penulisan yang telah dilakukan. Penulis menyimpulkan hasil pemaparan secara keseluruhan dan memberikan saran terkait hasil analisis. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu kesimpulan dan saran. 5.1 Simpulan 5.1.1 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan ke arah perkembangan di bidang industri yang lebih maju terutama di daerah perkotaan. Hasil dari adanya perkembangan dan kemajuan IPTEK ini salah satunya adalah terjadi peningkatan arus urbanisasi yang mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk di wilayah perkotaan. Lahan yang sempit di wilayah perkotaan mendorong masyarakat untuk membuat bangunan tempat tinggal yang bertingkat. Hal ini merupakan salah satu pemicu atau faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya kecelakaan dalam rumah tangga berupa kejadian jatuh. 5.1.2 Kecelakaan atau kejadian jatuh yang terjadi seringkali menyebabkan cedera, salah satunya adalah berupa fraktur (patah tulang). Seringkali klien yang mengalami fraktur memiliki ketakutan untuk melakukan mobilisasi akibat kurang pengetahuan ataupun karena takut merasa nyeri saat bergerak. Sehingga perawat memiliki tanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif agar dapat mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi. 5.1.3 Latihan kekuatan otot perlu dilakukan agar proses penyembuhan fraktur berlangsung baik dan tidak menimbulkan komplikasi. 56 Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia 57 5.2 Saran 5.2.1 Untuk Mahasiswa Mahasiswa keperawatan diharapkan menerapkan latihan kekuatan otot selama melakukan praktik di lapangan guna memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada klien dengan fraktur. 5.2.2 Untuk Institusi Pendidikan Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah referensi di perpustakaan mengenai latihan kekuatan otot agar menjadi sarana dan sumber bacaan bagi mahasiswa sehingga dapat menerapkannya langsung saat praktik di lapangan. 5.2.3 Untuk Pelayanan Keperawatam Pelayanan keperawatan kedepannya agar dapat menerapkan latihan kekuatan otot sebagai salah satu bentuk intervensi yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan mobilisasi klien dengan fraktur serta agar dapat meningkatkan kemampuan ambulasi dini klien pasca operasi. Universitas Indonesia Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 DAFTAR PUSTAKA Allender, J. A & Spradley, B. W. (2001). Community health nursing concepts and practice. Philadhelpia: Lippincott Black, M. J. & Hawks, H.J., (2009). Medical surgical nursing: clinical management for continuity of care, 8th ed. Philadephia: W.B. Saunders Company Boykin, R. E., Jawa, A., O'Brien, T., Higgins, L. D., & Warner, J. P. (2011). Variability in operative management of proximal humerus fractures. Shoulder & Elbow, 3(4), 197-201. Diunduh dari: http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=a9h&AN=702499 31&site=ehost-live pada 16 Juni 2013 pukul 15.18 WIB Darracq, M. A., Vinson, D. R., & Panacek, E. A. (2008). Preservation of active range of motion after acute elbow trauma predicts absence of elbow fracture. The American Journal of Emergency Medicine, 26(7), 779-82. Diunduh dari: http://dx.doi.org/10.1016/j.ajem.2007.11.005 pada tanggal 2 Juli 2013 pukul 13.45 WIB Departemen Kesehatan RI. (2008). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Departemen Kesehatan RI. (2006). Kesehatan kota Jakarta. Diunduh dari http://www.depkes.go.id pada tanggal 05 Juli 2013 Pukul 18.09 WIB Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (2005). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (Ed 3). Jakarta: EGC. Eldawati. (2011). Pengaruh latihan kekuatan otot pre operasi terhadap kemampuan ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur ekstrimitas di RSUP Fatmawati Jakarta. Tesis. UI: tidak dipublikasikan Gilbey, Lars E.O,jon.K, Inger Ekman, Christine.M (2003). Exercise improves early functional recovery after total hip arthroplasty, Clinical Orthopaedic and Related Research, 408, 193 – 200. Halstead, A. J. (2004). Orthopedic nursing: caring patients with musculoskeletal disorders. Western schools, Inc. Chapter 14; 147-150. http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/isometric+exercise http://www.orthoseek.com/articles/carpalts.html http://helid.digicollection.org/en/d/Jwho43e/7.2.1.1.html 58 Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 59 Kime, R., Hamaoka, T., Sako, T., Murakami, M., Homma, T., Katsumura, T., & Chance, B. (2003). Delayed reoxygenation after maximal isometric handgrip exercise in high oxidative capacity muscle. European Journal of Applied Physiology, 89(1), 34-41. Diunduh dari http://dx.doi.org/10.1007/s00421-002-0757-3. pada tanggal 9 Juli 2013, pukul 13.01 WIB Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2010). Fundamental of nursing, concept, process, and practice. 8th. California: Addison - Wesley NANDA International. 2009. Nursing diagnoses: definition and clasification 2009-2011. Dialihbahasakan oleh Sumarwati, Made dkk. Jakarta: EGC NHS. (2009). The Prevention of falls in the community hospital and intermediate care setting information pack. Diunduh darihttp://www.bhps.org.uk/falls/healthprofinfo.htm pada 11 Juli 2013. Noviestasri, dkk. (2006). Panduan praktikum keperawatan dasar I. Depok: Penerit FE UI Novita, Dian. (2012). Pengaruh terapi music terhadap nyeri post operasi Open Reduction and Internal Fixation di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung. Tesis UI: Tidak dipublikasikan. Potter, P.A & Perry, A. G (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan praktik. Alih bahasa: Komalasari, R., Evriyeni D., Novieastari, E. Hanny, A. Kurnianingsih, S. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC Price, A.S., & & Wilson, M. L. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC. Rasjad,Ch (2007). Pengantar ilmu bedah orthopedi. Ujung Pandang: Bintang Lamumpatue. Riskesdas. (2007). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Depkes RI tahun 2007. Diunduh dari www.depkes.go.id pada tanggal 9 Juni 2013 pukul 12.50 WIB. Sheps, Sameul. (2006). Early mobilitation of hand fractures in BC. Vancouver, Canada: University of British Columbia Smeltzer, S. & Bare,B.G (2002). Textbook of medical surgical nursing, 8th. Dialihbahasakan oleh dr. Andry Hartono dkk. Jakarta: EGC. Smeltzer, S. & Bare,B.G (2009). Textbook of medical surgical nursing, 9th, Philadelphia: Lippincot. Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 60 Wilkinson, Judith M. dan Ahern, Nancy R. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. (Ed 9). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC) Young-Hoo, K., Sohn, K., & Jun-Shik, K. (2005). Range of motion of standard and high-flexion posterior stabilized total knee prostheses: a prospective, randomized study. Journal of Bone and Joint Surgery, 87(7), 1470-5. Diunduh dari http://search.proquest.com/docview/205180225?accountid=17242. pada tanggal 2 Juli 2013 pukul 13.13 WIB Yenichrist. (2008). Konsep Dasar Operasi. Diunduh dari http://yenibeth.wordpress.com/2008/06/26/konsep-dasar-operasi/ pada 01 Juli 2013 pukul 12.08 WIB. Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 1 Lampiran 1 Rencana Asuhan Keperawatan Rencana asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Closed Fraktur Humerus Proximal Dextra No 1. Diagnosa Keperawatan Nyeri berhubungan dengan spasme otot; gerakan fragmen tulang, edema, dan cedera pada jaringan lunak; imobilisasi Tujuan/Sasaran TUM: Nyeri berkurang atau terkontrol TUK : 1. Klien menunjukkan ekspresi wajah tenang 2. Klien menunjukkan pengendalian nyeri 3. Klien mampu beraktifitas dan istirahat dengan tepat Intervensi Mandiri: Pertahankan imobilisasi bagian lengan yang sakit dengan armsling. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena. Hindari penggunaan sprei/bantal plastik di bawah ekstrimitas yang cedera Tinggikan penutup tempat tidur Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan karakteristik, lokasi, termasuk intensitasnya (skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri non verbal (perubahan Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Rasional Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang yang cedera. Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan menurunkan nyeri. Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi panas. Mempertahankan kehangatan tubuh tanpa ketidaknyamanan karena tekanan pada bagian yang sakit. Mempengaruhi pilihan keefektifan intervensi. Tingkat intensitas dapat mempengaruhi persepsi reaksi terhadap nyeri Lampiran 1 No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Sasaran Intervensi tanda-tanda vital dan emosi/perilaku). Jelaskan prosedur sebelum memulai. Lakukan dan awasi rentang gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak cedera dan aktif asistif /pasif pada ekstrimitas yang cedera. Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri (relaksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan terapeutik, distraksi). Identifikasi aktivitas terapeutik yang tepat untuk usia pasien, kemampuan fisik dan penampilan pribadi. Selidiki adanya keluhan Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Rasional Memungkinkan pasien siap secara mental untuk aktifitas juga berpartisipasi dalam mengontrol tingkat ketidaknyamanan. Mempertahankan kekuatan/mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera. Menfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol, dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin menetap untuk periode lebih lama. Dapat menandakan terjadinya komplikasi, contoh infeksi, iskemia jaringan, sindrom kompartemen. Menurunkan edema/ pembentukan Lampiran 1 No 2 Diagnosa Keperawatan Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur, immobilisasi Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional nyeri yang tidak biasa atau tidak hilang dengan analgesik. Kolaborasi: Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai keperluan. Berikan obat analgesik sesuai indikasi: ketorolac 30 mg hematoma, menurunkan sensasi nyeri. TUM: Mandiri Meningkatkan kemampuan Kaji derajat imobilitas yang mobilisasi sesuai dengan dihasilkan oleh tingkat maksimum klien cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien TUK: terhadap imobilisasi. Klien mampu: Dorong partisipasi pada Menunjukkan aktivitas peningkatan/ mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang Bantu dalam rentang gerak mungkin pasien/aktif pada Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Diberikan untuk menurunkan nyeri dan/atau spasme otot. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan. Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri, dan membantu menurunkan isolasi sosial. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, Lampiran 1 No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Sasaran Intervensi Mempertahankan posisi fungsional Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh Menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas Rasional ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tak sakit Berikan bebat pergelangan/armsling yang sesuai Tempatkan dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh: mandi, mencukur). Berikan/Bantu dalam mobilisasi Awasi tekanan darah dengan melakukan aktivitas. Perhatikan keluhan pusing. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan massa otot. Berguna dalam mempertahankan posisi fungsional ekstremitas, tangan/kaki, dan mencegah komplikasi Menurunkan risiko kontraktur fleksi panggul Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi, dan meningkatkan kesehatan diri langsung. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring (contoh: flebitis) dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ. Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus (kemiringan meja dengan peninggian secara bertahap sampai posisi tegak). Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/pernapasan (dekubitus, pneumonia) Lampiran 1 No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional batuk/napas dalam Kolaborasi 1. Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi spesialis 3 Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, penurunan nafsu makan TUM: Nutrisi adekuat Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi TUK: Tentukan program diet dan Klien makan sesuai pola makan pasien dan dengan kebutuhan bandingkan dengan makanan kalori dan gizinya yang dapat dihabiskan pasien Klien menunjukkan Auskultasi bising usus, catat tingkat energi yang adanya nyeri abdomen/ perut biasanya sebelum sakit kembung, mual, muntah, BB stabil/ bertambah pertahankan keadaan puasa kearah BB normal sesuai indikasi Tonus otot baik Identifikasi makanan yang Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Berguna dalam membuat aktivitas individual/program latihan. Pasien dapat memerlukan bantuan jangka panjang dengan gerakan, kekuatan, dan aktivitas yang mengandalkan berat badan, juga penggunaan alat, contoh walker, kruk, tongkat, meninggikan tempat duduk di toilet, tongkat pengambil/penggapai, khususnya alat makan. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik. Hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas/ fungsi lambung yang akan mempengaruhi pilihan intervensi. Jika makanan yang disukai pasien dapat Lampiran 1 No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Sasaran Intervensi disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik dan kultuer Libatkan keluarga pada perencanaan makan ini sesuai indikasi Observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan Pantau pemeriksaan lab, spt: gula darah, albumin Lakukan konsultasi dengan ahli diet Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Rasional dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang. Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberi informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien. Karena metabolisme KH mulai terjadi dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemi dapat terjadi Gula darah akan menurun perlahan dengan pergantian cairan dan terapi insulin terkontrol. Bermanfaat dalam penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Lampiran 2 Lampiran 2 Catatan Perkembangan Pre Operasi Catatan Perkembangan Ny. S tanggal 29 Mei 2013 Diagnosa Keperawatan Nyeri akut Data Subyektif: Klien mengatakan nyeri pada tangan kanan jika klien melakukan pergerakkan Klien mengatakan sakit kepala Data Obyektif: Ekspersi wajah tampak meringis kesakitan saat klien mencoba bergerak Klien tampak melindungi area yang sakit Skala Nyeri 6 pada lengan kanan, nyeri tidak menjalar dan hilang timbul Skala sakit kepala 4, gilang timbul dan terasa berdenyut Hasil radiologi menunjukkan bahwa klien mengalami closed fraktur humerus dextra Implementasi Mengkaji skala nyeri yang dirasakan oleh klien Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri Menganjurkan klien mengambil posisi yang nyaman Menganjurkan klien untuk immobilisasi lengan yang sakit Meninggikan bagian ekstrimitas yang fraktur Menganjurkan klien untuk istirahat Kolaborasi pemberian analgesik: ketorolac 30 mg Evaluasi (SOAP) S: Klien mengatakan nyeri pada lengan kanan saat klien berusaha melakukan mobilisasi Klien mengatakan sakit kepala O: Keadaan umum: sedang, kesadaran CM Tekanan Darah: 100/70 mmHg Nadi: 80 x/menit Suhu: 37,1ºC Skala nyeri 6-7 (0-10) dengan nyeri terasa hilang timbul dan kadang terasa menjalar hingga ke bahu. Nyeri dirasakan berkurang jika klien istirahat di tempat tidur dan tidak melakukan mobilisasi. Klien tampak lebih rileks setelah melakukan relaksasi napas dalam Ekspresi klien tampak meringis saat terasa nyeri A: masalah nyeri belum teratasi P: Motivasi penggunaan teknik relaksasi napas dalam Monitor tanda-tanda vital Monitor keluhan nyeri Anjurkan klien mengambil Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Diagnosa Keperawatan Implementasi Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur Data Subyektif: Klien mengatakan ia kurang bergerak dan aktifitas banyak dilakukan di tempat tidur dan banyak dibantu. Data Obyektif: Terdapat closed fraktur humerus dextra Klien tampak kesulitan melakukan pergerakan ROM pda tangan kanan terbatas Mendorong klien untuk immobilisasi tangan yang fraktur Mendorong partisipasi klien dalam melakukan aktivitas Memfasilitasi dan mengajarkan latihan rentang gerak aktif dan aktif asistif Membantu klien dalam melakukan mobilisasi Memfasilitasi dan mendorong klien dalam melakukan personal hygiene. Mengkaji kekuatan otot klien Evaluasi (SOAP) posisi yang nyaman Anjurkan klien untuk istirahat dan immobilisasi bagian lengan yang sakit S: Klien mengatakan kesulitan untuk bergerak Klien mengatakan sakit saat berusaha untuk melakukan pergerakan Klien mengatakan pusing jika terlalu sering berubah posisi O: Kekuatan otot: 43-- 5555 5555 5555 Klien tampak menghabiskan waktu di tempat tidur Klien tampak takut melakukan mobilisasi Klien tampak mengikuti instruksi perawat dalam melakukan latihan rentang pergerakan sendi A: masalah teratasi sebagian Klien hanya mampu melakukan kegiatan di tempat tidur dengan bantuan perawat dan keluarga, latigan rentang gerak minimal. P: Mendorong dan membantu klien melakukan aktivitas Membantu klien dalam melakukan mobilisasi Dorong dan fasilitasi klien melakukan latihan rentang pergerakan sendi Bantu klien dalam memenuhi ADL Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Diagnosa Keperawatan Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, dan penurunan nafsu makan Data Subyektif: Klien mengatakan mual dan muntah Klien mengatakan nafsu makan menurun Data Obyektif: Klien tampak lemah Tampak makanan klien tidak habis dan sisa 2/3 porsi Implementasi Mengkaji kebiasaan makan klien Mengkaji makanan yang disukai dan tidak disukai klien Mendorong klien untuk makan makanan yang disukai Mendorong klien untuk makan sedikit tapi sering Kolaborasi pemberian obat mual: ondancentron Kolaborasi penentuan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien Evaluasi (SOAP) S: Klien mengatakan kadangkadang masih mual dan sampai muntah Klien mengatakan tidak nafsu makan Klien mengatakan badan terasa lemas O: Klien tampak lemas dan tidak bersemangat Tampak makanan klien tidak dihabiskan Mual (+), muntah (+) A: masalah belum terjadi namun berisiko untuk terjadi jika tidak ditangani. P: Timbang berat badan klien Kaji status nutrisi klien Pantau adanya mual dan muntah Motivasi klien untuk makan sedikit tapi sering Berikan makanan yang disukai oleh klien Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Catatan Perkembangan Ny. S tanggal 31 Mei 2013 Diagnosa Keperawatan Nyeri akut Data Subyektif: Klien mengatakan nyeri pada tangan kanan jika klien melakukan pergerakkan Klien mengatakan sakit kepala Data Obyektif: Ekspersi wajah tampak meringis kesakitan saat klien mencoba bergerak Klien tampak melindungi area yang sakit Skala Nyeri 6 pada lengan kanan, nyeri tidak menjalar dan hilang timbul Hasil radiologi menunjukkan bahwa klien mengalami closed fraktur humerus dextra Implementasi Mengkaji skala nyeri yang dirasakan oleh klien Motivasi penggunaan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri Monitor tanda-tanda vital Mengajarkan teknik distraksi untuk mengurangi nyeri Menganjurkan klien untuk tetap mengimmobilisasi lengan yang fraktur Kolaborasi pemberian analgesik: ketorolac 30 mg Evaluasi (SOAP) S: Klien mengatakan nyeri pada lengan kanan sudah berkurang Klien mengatakan sudah tidak mengalami sakit kepala Klien mengatakan sudah melakukan teknik relaksasi jika terasa nyeri O: Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis Tekanan darah: 90/60 mmHg Nadi: 76 x/menit Suhu+ 36,8ºC Skala nyeri 3-4 (0-10) dengan nyeri terasa hilang timbul pada lengan kanan dan terasa hilang jika diberikan analgesik: ketorolac 30 mg. Lengan kanan sudah diimmobilisasi dengan menggunakan arm sling A: masalah nyeri teratasi sebagian. Nyeri yang dirasakan oleh klien hilang dengan analgesic dan berkurang dengan tarik napas dalam. P: Monitor keluhan nyeri Monitor tanda-tanda vital Motivasi penggunaan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi untuk mengurangi nyeri Kolaborasi pemberian analgesik: ketorolac 30 mg Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Diagnosa Keperawatan Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, dan penurunan nafsu makan Data Subyektif: Klien mengatakan mual dan muntah Klien mengatakan nafsu makan menurun Data Obyektif: Klien tampak lemah Tampak makanan klien tidak habis dan sisa 2/3 porsi Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur Data Subyektif: Klien mengatakan ia kurang bergerak dan aktifitas banyak dilakukan di tempat tidur dan banyak dibantu. Data Obyektif: Terdapat closed fraktur humerus dextra Klien tampak kesulitan melakukan Implementasi Mendorong klien untuk makan makanan yang disukai Mendorong klien untuk makan sedikit tapi sering Kolaborasi penentuan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien Menimbang BB klien Mendorong partisipasi klien dalam melakukan aktivitas Mengkaji kekuatan otot klien Memfasilitasi dan mengajarkan latihan rentang gerak aktif dan aktif asistif pada ekstrimitas yang tidak cedera Memfasilitasi klien melakukan latihan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari tangan yang terkena fraktur Membantu klien dalam Evaluasi (SOAP) S: Klien mengatakan mual sudah berkurang dan sudah tidak ada muntah Klien mengatakan nafsu makan sudah mulai membaik O: Klien tampak lebih segar Tampak makanan klien dihabiskan 2/3 porsi Mual (+), muntah (-) BB = 46 kg A: masalah belum terjadi namun berisiko untuk terjadi jika tidak ditangani. P: Pantau adanya mual dan muntah Motivasi klien untuk makan sedikit tapi sering Berikan makanan yang disukai oleh klien S: Klien mengatakan sudah mulai turun dari tempat tidur Klien mengatakan masih sakit saat berusaha untuk melakukan pergerakan O: Kekuatan otot: 43-- 5555 5555 5555 Klien tampak sudah mulai mampu melakukan pergerakan dan aktivitas dengan dibantu oleh perawat dan keluarga Klien tampak mengikuti instruksi perawat dalam melakukan latihan rentang Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Diagnosa Keperawatan pergerakan ROM pda tangan kanan terbatas Implementasi melakukan mobilisasi Memfasilitasi dan mendorong klien dalam melakukan personal hygiene. Evaluasi (SOAP) pergerakan sendi Klien tampak berusaha melakukan latihan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari. A: masalah teratasi sebagian, Latihan rentang gerak sudah mampu dilakukan dengan bantuan perawat pada ekstrimitas yang tidak cedera, dan klien sudah mampu melakukan latihan rentang gerak pada jari-jari dan pergelangan tangan yang fraktur P: Membantu klien dalam melakukan mobilisasi Dorong dan fasilitasi klien melakukan latihan rentang pergerakan sendi Bantu klien dalam memenuhi ADL dan personal hygiene Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Catatan Perkembangan Ny. S tanggal 01 Juni 2013 Diagnosa Keperawatan Nyeri akut Data Subyektif: Klien mengatakan nyeri pada tangan kanan jika klien melakukan pergerakkan Klien mengatakan sakit kepala Data Obyektif: Ekspersi wajah tampak meringis kesakitan saat klien mencoba bergerak Klien tampak melindungi area yang sakit Skala Nyeri 6 pada lengan kanan, nyeri tidak menjalar dan hilang timbul Hasil radiologi menunjukkan bahwa klien mengalami closed fraktur humerus dextra Implementasi Memantau keluhan nyeri Motivasi penggunaan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi untuk mengatasi nyeri Mendorong klien untuk mrngambil posisi yang nyaman dan meninggikan bagian yang sakit Menganjurkan klien untuk istirahat Kolaborasi pemberian analgesic: ketorolac 30 mg Evaluasi (SOAP) S: Klien mengatakan nyeri masih ada namun sudah berkurang dan jarang timbul Klien mengatakan mengurangi nyeri dengan berbincang-bincang dengan orang lain. O: Klien tampak lebih rileks Ekspresi klien tampak tenang Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis Tekanan darah: 100/80 mmHg Nadi: 92 x/menit Suhu 36,5ºC Skala nyeri 3 (0-10) pada lengan kanan dan tidak menjalar. Nyeri hilag timbul dan terasa hilang jika diberikan analgesic serta berkurang dengan teknik distraksi. Klien tampak berhati-hati dalam melakukan mobilisasi. A: masalah teratasi sebagian Nyeri yang dirasakan klien berkurang dengan teknik napas dalam dan distraksi. P: Pantau keluhan nyeri Pantau tanda-tanda vital, kesadaran dan keadaan umum Motivasi dan dorong penggunaan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi dalam mengatasi nyeri. Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Diagnosa Keperawatan Implementasi Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, dan penurunan nafsu makan Data Subyektif: Klien mengatakan mual dan muntah Klien mengatakan nafsu makan menurun Data Obyektif: Klien tampak lemah Tampak makanan klien tidak habis dan sisa 2/3 porsi Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur Data Subyektif: Klien mengatakan ia kurang bergerak dan aktifitas banyak dilakukan di tempat tidur dan banyak dibantu. Data Obyektif: Terdapat closed fraktur humerus dextra Klien tampak kesulitan melakukan pergerakan ROM pda tangan kanan terbatas Evaluasi (SOAP) Kolaboasi pemberian analgesic: ketorolac 30 mg jika nyeri. Mendorong klien untuk makan makanan yang disukai Mendorong klien untuk makan sedikit tapi sering Kolaborasi pemberian program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien S: Klien mengatakan mual dan muntah sudah tidak ada Klien mengatakan nafsu makan sudah baik dan kembali seperti biasanya O: Klien tampak lebih segar Tampak makanan klien habus Mual (-), muntah (-) BB = 46 kg A: masalah teratasi P: - Mendorong partisipasi klien dalam melakukan aktivitas Mengkaji kekuatan otot klien Memfasilitasi latihan rentang gerak aktif dan aktif asistif pada ekstrimitas yang tidak cedera Memfasilitasi klien melakukan latihan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari tangan yang terkena fraktur Membantu klien dalam melakukan mobilisasi Mengajarkan klien latihan isometrik Memfasilitasi dan S: Klien mengatakan sudah melakukan mobilisasi dudukjalan O: Kekuatan otot: 43-- 5555 5555 5555 Klien tampak mampu melakukan pergerakan dan aktivitas dengan dibantu oleh perawat dan keluarga Klien tampak mengikuti instruksi perawat dalam melakukan latihan rentang pergerakan sendi Klien tampak berusaha melakukan latihan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari. Klien melakukan latihan Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Diagnosa Keperawatan Implementasi mendorong klien dalam melakukan personal hygiene. Evaluasi (SOAP) isometric sesuai instruksi perawat A: masalah teratasi sebagian Klien mampu melakukan mobilisasi duduk jalan dengan bantuan. Latihan gerak sudah bisa dilakukan secara aktif pada ekstrimitas yang tidak cedera, dan latihan isometric pada lengan yang cedera dilakukan dengan bantuan perawat. P: Membantu klien dalam melakukan mobilisasi Dorong dan fasilitasi klien melakukan latihan rentang pergerakan sendi dan latihan isometrik Bantu klien dalam memenuhi ADL dan personal hygiene Dorong klien melakukan mobilisasi jalan Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Pasca Operasi Catatan Perkembangan Ny. S tanggal 03 Juni 2013 Diagnosa Keperawatan Nyeri akut Data Subyektif: Klien mengatakan nyeri pada luka operasi pada tangan kanan Data Obyektif: Ekspersi wajah tampak meringis kesakitan Klien tampak melindungi area yang sakit Skala Nyeri 6-7 (010) pada lengan kanan, nyeri tidak menjalar, terasa berdenyut dan hilang timbul Hasil radiologi menunjukkan bahwa klien mengalami closed fraktur humerus dextra post ORIF Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Implementasi Memantau keluhan nyeri Motivasi penggunaan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi untuk mengatasi nyeri Mendorong klien untuk mrngambil posisi yang nyaman dan meninggikan bagian yang sakit Menganjurkan klien untuk istirahat Kolaborasi pemberian analgesic: ketorolac 30 mg Mendorong klien untuk melakukan pergerakan Evaluasi (SOAP) S: Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi pada lengan kanan. O: Klien tampak meringis Ekspresi klien tampak menahan sakit Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis Tekanan darah: 90/60 mmHg Nadi: 88 x/menit Suhu 36,0 ºC Skala nyeri 6-7 (0-10) pada luka post operasi di lengan kanan dan tidak menjalar. Nyeri hilag timbul dan terasa berdenyut. Klien tampak berhati-hati dalam melakukan mobilisasi. A: masalah teratasi sebagian Nyeri yang dirasakan hilang dengan analgesic. P: Pantau keluhan nyeri Pantau tanda-tanda vital, kesadaran dan keadaan umum Motivasi dan dorong penggunaan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi dalam mengatasi nyeri. Kolaboasi pemberian analgesic: ketorolac 30 mg jika nyeri. S: Klien mengatakan masih Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Diagnosa Keperawatan fraktur Data Subyektif: Klien mengatakan masih lemas untuk melakukan pergerakan Klien mengatakan kaki masih terasa kaku dan berat Data Obyektif: Terdapat closed fraktur humerus dextra post ORIF Klien tampak kesulitan melakukan pergerakan ROM pda tangan kanan terbatas Implementasi sedikit demi sedikit Mengkaji kekuatan otot klien Memfasilitasi klien melakukan latihan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari tangan post ORIF Membantu klien dalam melakukan mobilisasi Memfasilitasi dan mendorong klien dalam melakukan personal hygiene. Evaluasi (SOAP) lemas dan sulit untuk bergerak Klien mengatakan kaki masih terasa lemas, kaku dan berat O: Kekuatan otot: 43-- 5555 5555 5555 Klien tampak hanya tidur dan istirahat di tempat tidur Klien tampak berusaha melakukan latihan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari. Klien tampak dibantu leh keluarga dalam melakukan ADL A: masalah teratasi sebagian Kemampuan mobilisasi klien pasca operasi masih minimal. Klien mulai melakukan latihan pergerakan sendi pada ekstrimitas bawah. P: Membantu klien dalam melakukan mobilisasi Dorong dan fasilitasi klien melakukan latihan rentang pergerakan sendi Bantu klien dalam memenuhi ADL dan personal hygiene Dorong klien melakukan mobilisasi duduk Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Catatan Perkembangan Ny. S tanggal 04 Juni 2013 Diagnosa Keperawatan Nyeri akut Data Subyektif: Klien mengatakan nyeri pada luka operasi pada tangan kanan Data Obyektif: Ekspersi wajah tampak meringis kesakitan Klien tampak melindungi area yang sakit Skala Nyeri 6-7 (010) pada lengan kanan, nyeri tidak menjalar, terasa berdenyut dan hilang timbul Hasil radiologi menunjukkan bahwa klien mengalami closed fraktur humerus dextra post ORIF Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Implementasi Memantau keluhan nyeri Observasi kondisi umum klien Motivasi penggunaan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi untuk mengatasi nyeri Mendorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dan meninggikan bagian yang sakit Mengajarkan latihan Evaluasi (SOAP) S: Klien mengatakan masih nyeri pada luka post operasi pada lengan kanan namun sudah berkurang. O: Klien tampak lebih tenang Ekspresi klien tampak lebih rileks Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis Tekanan darah: 90/70 mmHg Nadi: 72 x/menit Suhu 38,7 ºC Skala nyeri 3-4 (0-10) pada luka post operasi di lengan kanan dan tidak menjalar. Nyeri jarang muncul dan hilang dengan distraksi dan napas dalam Klien sudah mulai melakukan mobilisasi dudukjalan. A: masalah teratasi sebagian Nyari yang dirasakan klien berkurang dengan teknik distraksi dan napas dalam P: Pantau keluhan nyeri Pantau tanda-tanda vital, kesadaran dan keadaan umum Motivasi dan dorong penggunaan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi dalam mengatasi nyeri. S: Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Diagnosa Keperawatan fraktur Data Subyektif: Klien mengatakan masih lemas untuk melakukan pergerakan Data Obyektif: Terdapat closed fraktur humerus dextra post ORIF Klien tampak kesulitan melakukan pergerakan ROM pda tangan kanan terbatas Implementasi ekstrimitas post ORIF Mendorong klien untuk tidak menggunakan lengan kanan (post op) untuk beraktifitas/immobilisasi Mengkaji kekuatan otot Membantu klien menggunaka armsling Memotivasi klien melakukan mobilisasi jalan Memotivasi klien melakuka latihan rentang gerak aktif Evaluasi (SOAP) klien mengatakan sudah melakukan mobilisasi duduk dan kadang sudah mulai jalan. Klien mengatakan kadang terasa nyeri pada luka post op saat klien berusaha merubah posisi Klien mengatakan tangan kanan terasa kaku O: Latihan tangan post ORIF sudah mulai dilakukan pada jari dan pergelangan tangan. Klien tampak berhati-hati menggerakkan jari-jari dan pergelangan tangan kanan Klien menggunakan armsling pada lengan kanan untuk mempertahankan immobilisasi pada humerus dextra) Kekuatan otot: 43-- 5555 5555 5555 A: masalah teratasi sebagian Latihan RPS sudah mampu dilakukan klien secara mandiri. Klien sudah mampu mobilisasi duduk jalan dengan bantuan. Klien sudah diajarkan tentang latihan tangan post ORIF. P: Bantu klien dalam pemenuhan ADL Motivasi klien melakukan mobilisasi Motivasi klien melakukan latihan pergerakan post ORIF dan latihan rentang gerak Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Diagnosa Keperawatan Hipertermi Data subyektif: Klien mengatakan demam dan menggigil Data Objektif Suhu Suhu 38,7 ºC Tubuh klien teraba demam Implementasi Monitor TTV Kaji keluhan demam dan pusing Menganjurkan klien untuk banyak minum air putih Memberikan kompres hangat Membantu klien mengganti pakaian Kolabirasi pemberian antipiretik: paracetamol 150 mg Evaluasi (SOAP) S: Klien mengatakan lemas dan demam O: Suhu 37,6 ºC setelah diberikan kompres hangat dan antipiretik Demam mulai turun Klien tampak tertidur A: masalah teratasi P: Motivasi klien banyak minum dan istirahat Pantau adanya keluhan demam dan tanda-tanda vital Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Catatan Perkembangan Ny. S tanggal 05 Juni 2013 Diagnosa Keperawatan Nyeri akut Data Subyektif: Klien mengatakan nyeri pada luka operasi pada tangan kanan Data Obyektif: Ekspersi wajah tampak meringis kesakitan Klien tampak melindungi area yang sakit Skala Nyeri 6-7 (010) pada lengan kanan, nyeri tidak menjalar, terasa berdenyut dan hilang timbul Hasil radiologi menunjukkan bahwa klien mengalami closed fraktur humerus dextra post ORIF Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur Data Subyektif: Klien mengatakan masih lemas untuk melakukan pergerakan Data Obyektif: Terdapat closed fraktur humerus dextra post ORIF Implementasi Memantau keluhan nyeri Observasi kondisi umum klien Motivasi penggunaan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi untuk mengatasi nyeri Mendorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman Menganjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi jika mengalami nyeri di rumah Mengajarkan latihan ekstrimitas post ORIF Mendorong klien untuk tidak menggunakan lengan kanan (post op) untuk beraktifitas/immobilisasi Mengkaji kekuatan otot Membantu klien menggunaka armsling Memotivasi klien melakukan mobilisasi jalan Memotivasi klien Evaluasi (SOAP) S: Klien mengatakan nyeri sudah jarang timbul dan berkurang. O: Klien tampak tenang Ekspresi klien tampak rileks Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis Tekanan darah: 90/70 mmHg Nadi: 82 x/menit Suhu 36,4 ºC Skala nyeri 1-2 (0-10) pada luka post operasi di lengan kanan dan tidak menjalar. Nyeri jarang muncul dan hilang dengan distraksi dan napas dalam A: masalah teratasi Nyeri yang dirasakan klien minimal dan jarang muncul. Klien sudah mempu mengendalikan nyeri dengan teknik manajemen nyeri. P: tidak ada perencanaan tindakan keperawatan karena klien pulang S: klien mengatakan sudah melakukan mobilisasi duduk dan sudah mulai jalan. Klien mengatakan kadang terasa nyeri pada luka post op saat klien berusaha merubah posisi Klien mengatakan tangan kanan terasa kaku O: Latihan tangan post ORIF Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 2 Diagnosa Keperawatan Klien tampak kesulitan melakukan pergerakan ROM pda tangan kanan terbatas Risiko kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan luka post operasi Data subyektif: Data Objektif Tampak luka post operasi pada lengan kanan Implementasi melakukan latihan rentang gerak aktif di rumah Menganjurkan klien untuk tidak menggunakan lengan kanan dalam membawa beban Menganjurkan klien untuk tidak membawa kendaraan Menganjurkan klien untuk banyak mengkonsumsi kalsium dan vitamin D Discharge planning tentang modifikasi lingkungan klien agarb kejadian jatuh tidak terulang kembali Monitor TTV Mengkaji kondisi luka Melakukan perawatan dan penggantian balutan luka Memotivasi klien untuk memperhatikan kondisi luka Memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan luka dan menganjurkan untuk mengganti balutan luka di pelayanan kesehatan terdekat. Evaluasi (SOAP) sudah mulai dilakukan pada jari dan pergelangan tangan. Klien menggunakan armsling pada lengan kanan untuk mempertahankan immobilisasi pada humerus dextra) Klien sudah mulai melakukan mobilisasi jalan. Klien tampak sudah mampu melakukan aktivitas Kekuatan otot: 43-- 5555 5555 5555 A: masalah teratasi Kemampuan mobilisasi klien sudah mandiri. Tangan kanan masih diimmobilisasi dengan armsling dank lien telah diajarkan latihan yang dilakukan selama dirumah. P: Tidak ada perencanaan tindakan keperawatan karena klien pulang S: O: Luka post operasi bersih, tidak ada pus dan tanda-tanda infeksi, tidak ada rembes dan darah Ganti balutan (+) Klien tampak mendengarkan penjelasan perawat Klien tampak sedikit tegang saat dilakukan perawatan luka A: masalah teratasi P: Tidak ada perencanaan tindakan keperawatan karena klien pulang Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 PERAWATAN FRAKTUR ( PATAH TULANG) DI RUMAH Harus dilakukan Tidak boleh dilakukan Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium dan vitamin D Menjaga kebersihan luka dan lindungi dari terkena air Melakukan latihan pergerakan ekstrimitas setelah operasi (terlampir) Menggunakan penyangga tangan atau alat bantu berjalan dalam melakukan aktivitas sampai waktu yang telah ditentukan Jangan melakukan aktivitas yang berat dan hindari membawa beban pada bagian yang patah Tidak mengendarai kendaraan apapun sampai diizinkan oleh dokter Kembali jika.... Lanjutkan minum obat sesuai dengan yang diresepkan Demam lebih dari 38,5 C Nyeri yang sangat hebat pada bagian yang patah Kaki/tangan bagian yang patah terasa dingin, pucat dan kaku Terjadi perdarahan pada luka operasi Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DI RUMAH Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium dan vitamin D Menggunakan penyangga tangan dalam melakukan aktivitas sampai waktu yang telah ditentukan Jangan melakukan aktivitas yang berat dan hindari membawa beban pada bagian yang patah Tidak mengendarai kendaraan apapun sampai diizinkan oleh dokter Memperhatikan kondisi lingkungan yang berisiko menyebabkan jatuh saat melakukan aktivitas. Pencegahan kejadian jatuh dan fraktur berulang di rumah (NPSA, 2007: NHS, 2009): Tidak mengkonsumsi obat yang dapat menyebabkan kantuk pada saat akan melakukan aktivitas Memastikan dan meningkatkan pencahayaan (terang) Menghindari berjalan di lantai yang licin, karpet yang mudah selip, kabel Berhati-hati dalam menuruni tangga Meminta bantuan jika kesulitan melakukan aktivitas Sumber: NHS. (2009). The Prevention of Falls in the Community Hospital and Intermediate Care Setting Information Pack. Diunduh dari http://www.bhps.org.uk/falls/healthprofinfo.htm pada 11 Juli 2013. Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 LATIHAN KEKUATAN OTOT PRE OPERASI: LATIHAN ISOMETRIK PADA TANGAN YANG FRAKTUR Hal yang perlu diperhatikan: Diberikan semenjak sebelum prosedur operasi diberikan Penyangga tangan (Arm sling) harus dipakai untuk mempertahankan immobilisasi. Selama melakukan latihan, postur tubuh harus dalam keadaan tegap. Lakukan latihan 3 kali sehari Gambar Latihan Isometrik Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 LATIHAN KEKUATAN OTOT PRE OPERASI: LATIHAN ISOTONIK PADA EKSTRIMITAS YANG TIDAK CEDERA Tujuan: mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian , merangsang sirkulasi darah, Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur Gerakkan dagu ke leher Miringkan kepala ke arah masing-masing bahu Putar kepala dengan gerakan memutar Posisi kepala kembali dalam posisi tegak Tekuk siku sehingga lengan bawah menyentuh bahu Angkat lengan dari sisi ke atas kepala klien dan Angkat lengan ke atas kepala dengan telapak menghadap atas Gerakkan tangan menjauhi tubuh sejauh mungkin Rotasi bahu secara internal dan eksternal dengan melakukan fleksi siku dan menggerakkan lengan bawah sehingga telapak tangan menyentuh tempat tidur, kemudian gerakkan sebaliknya sehingga punggung tangan klien menyentuh tempat tidur Gerakkan bahu dengan gerakkan memutar penuh Gerakkan tangan menghadap sisi dalam lengan bawah Tekuk permukaaan punggung tangan ke belakang Pergelangan tangan menekuk menghadap ibu jari Pergelangan tangan menekuk menghadap kelingking Buat tinju dan buka jari-jari Lebarkan jari-jari bersama-sama Nicky Gerakkan jari kearah kelingking Efektivitas latihan..., Anelia, FIKibu UI, 2013 LATIHAN KEKUATAN OTOT PRE OPERASI: LATIHAN ISOTONIK PADA EKSTRIMITAS YANG TIDAK CEDERA Angkat kaki dan tekuk lutut menuju dada Gerakkan kaki menjauhi tubuh dan kembali mendekati tubuh Rotasi panggul secara internal dan eksternal dengan memutar kaki ke dalam dan keluar Tekuk pergelangan kaki ke atas dan bawah Tekuk jari-jari ke atas dan bawah Lebarkan jari kaki kemudian rapatkan Putar telapak kaki ke arah medial / tengah Putar telapak kaki ke arah lateral / samping Sumber gambar: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/isometric+exercise http://helid.digicollection.org/en/d/Jwho43e/7.2.1.1.html Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 LATIHAN EKSTRIMITAS POST ORIF TANGAN Hal yang perlu diperhatikan: Penyangga tangan (Arm sling) harus dipakai selama 3 minggu setelah operasi. Setelah 3 minggu, penyangga boleh dibuka saat malam hari jika sudah terasa nyaman. Selama melakukan latihan, postur tubuh harus dalam keadaan tegap. Lakukan latihan 3 kali sehari Langkah-langkah dalam melakukan latihan post orif: 1. Miringkan kepala ke arah salah satu bahu sampai terasa peregangan pada bagian bahu yang berlawanan. Tahan sampai 15-20 detik. Ulangi sampai 3 kali 2. Tekuk dan luruskan siku tangan secara bergantian hingga lengan bawah bersentuhan dengan bahu. Ulangi sebanyak 10 kali Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 3. Tekuk permukaan punggung tangan kebelakang kemudian luruskan kembali dan lanjutkan dengan menekuk kearah depan. ulangi sebanyak 10 kali LATIHAN EKSTRIMITAS POST ORIF TANGAN Langkah-langkah dalam melakukan latihan post orif: 4. Gerakkan tangan menghadap sisi kanan dalam lengan bawah dan kemudian balikkan menghadap ke arah atas, ulangi sebanyak 10 kali 5. Gerakkan ibu jari dari satu jari ke jari lain, ulangi sebanyak 5 kali 6. Buka dan tutup pergelangan tangan. Ulangi sebanyak 10 kali 7. Lakukan saat posisi duduk ataupun berdiri, tarik lengan atas ke arah sisi tubuh dengan siku mengarah keluar sisi tubuh. Ulangi sebanyak 10 kali. Hentikan bila terasa nyeri. 8. Lakukan saat posisi duduk ataupun berdiri bantu menggerakkan tangan yang patah (fraktur) dengan tangan yang sehat. Lakukan bila tidak terasa nyeri dan ulangi sebanyak 10 kali. Sumber: Babst, R., & Brunner, F. (2007). Plating in proximal humeral fractures. European Journal of Trauma and Emergency Surgery,33(4), 345-356. doi:http:// dx.doi.org/10.1007/s00068-007-7087-4 Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013 Lampiran 6 DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. Biodata Nama : Nicky Anelia Tempat/Tanggal Lahir : Batusangkar/24 Desember 1989 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Golongan Darah :A Alamat : Jl. Kecapi, No. 50A RT 001/03 Kelurahan Pondok Cina Kecamatan Beji Depok 16424 Jl. Lasykar Koto Gadis Lima Kaum Batusangkar Kabupaten Tanah Datar 27214 Telepon/HP : 085274225085 Email : [email protected] [email protected] II. Riwayat Pendidikan 1. TK Sejati Piliang Lima Kaum Batusangkar : 1995-1996 2. SDN 27 Dusun Tuo Lima Kaum Batusangkar : 1996-2002 3. MTsN Batusangkar : 2002-2005 4. MAN 2 Batusangkar : 2005-2008 5. S1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia : 2008-2012 6. Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia :2012 - 2013 Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013