41 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran

advertisement
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1.
Gambaran Objek Penelitian
4.1.1. Profil Perusahaan Binus Center
Binus Center sudah berdiri sejak tanggal 1 Juli tahun 1991. Binus
Center bergerak di berbagai program pelatihan bersertifikasi, yang berbasis
kompetensi dan Teknologi Informasi & Komunikasi, yang didukung
kurikulum khusus yang selalu diperbaharui sesuai tuntutan dunia bisnis,
dunia pendidikan dan perkembangan teknologi paling mutakhir, serta metode
pembelajaran yang mudah diserap oleh berbagai kalangan, mulai dari pelajar/
mahasiswa Binus hingga masyarakat umum.
Gambar 4.1 Perkembangan Binus Center
Binus Center hadir 22 tahun lalu untuk mendukung visi misi Binus
Group dan Binus University dalam membina nusantara yang telah hadir lebih
dahulu. Visi Binus Center adalah “menjadi pusat pembelajaran berkelanjutan
yang menjadi panutan dalam pengembangan sumber daya manusia khususnya
di bidang teknologi informasi”.Sedangkan misi Binus Center adalah:
41
42
1. Menyelengarakan pembelajaran yang berkelanjutan (Continue
Education Program).
2. Menjaga keterkaitan dan relevansi materi pembelajaran dengan
kebutuhan dunia usaha.
3. Melakukan kerjasama dengan berbagai perusahaan Multinasional
dan
Internasional
dalam
rangka
pengakuan
sertifikasi
Internasional.
4. Melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi dalam hal materi
pembelajaran, tenaga pengajar maupun pengakuan lulusan, baik di
dalam maupun luar negeri.
5. Melakukan kerjasama dengan dunia usaha dalam penyebaran
lulusan sebagai tenaga kerja siap pakai.
Binus Center menjadi suatu organisasi yang menyadari kebutuhan
tenaga kerja tidak hanya dilihat dari kemampuan akademis saja, melainkan
harus dibekali oleh kemampuan non akademis. Oleh karena itu, Binus Center
memberikan pelatihan kepada para peserta berupa :
•
Peningkatan hard skills (pengetahuan, keterampilan dan keahlian
di bidang bahasa atau Teknologi Informasi dan Komunikasi).
•
Peningkatan soft skills agar peserta memiliki eto skerja yang baik
dan mampu beradaptasi / bersosialisasi dalam lingkungan
kerjanya.
•
Pengarahan par apeserta untuk mengerjakan berbagai studi kasus
sesuai
bidangnya
untuk
menambah
pengalaman
dalam
menghadapi kasus / masalah dalam lingkungan kerja nyata.
Didukung sarana dan lingkungan yang kondusif bagi pelaksanaan
pelatihan, hal – hal tersebut menghasilkan lulusan Binus Center yang siap
terap dan bermutu. Inilah alasan utama sehingga sertifikasi dari Binus Center
diakui oleh berbagai perusahaan berskala nasional dan internasional. Selain
itu, setiap peserta pelatihan di Binus Center tergabung dalam komunitas
Binusian yang memungkinkan terciptanya peluang kerja antar sesama
Binusian, dengan demikian para lulusan Binus Center dapat disalurkan
kesetiap perusahaan / institusi yang membutuhkan. Binus Center hadir di
berbagai kota di seluruh Indonesia sebagai tujuan untuk memantapkan
43
komitmen Binus Center untuk menjadi lembaga pelatihan, yang menjadi
panutan bagi masyarakat di seluruh Indonesia dan mendukung terciptanya
SDM Indonesia yang berkualitas (Sumber: http://www.Binuscenter.com).
4.1.2. Profil Program Binus Center
4.1.2.1. Program Pelatihan Teknologi dan Profesional
Binus Center sejak didirikan hingga sekarang menyediakan
progam pelatihan bersertifikasi yang bergerak dibidang IT (Teknologi
Informasi) dan dibidang non-IT seperti bahasa. Program pelatihan ini
dibuka untuk mahasiswa Binus dan juga untuk umum (non binusian).
Kelas pelatihan akan dibuka seriap 1 sampai 3 bulan, dan disesuaikan
dengan kebutuhan atau permintaan dari para peserta yang ingin
mendaftar. Setiap kelas yang dibuka memiliki kuota atau jumlah
peserta yang akan ikut kelas pelatihan yang biasanya terdiri dari 8- 12
peserta, tetapi bisa juga lebih dari jumlah kuota tergantung peminatan
kelas pelatihan. Program yang dibuka adalah Short Course, Special
Class, CPP, dan Autorizhed Training.
4.1.2.2. Binus Center Education Partner (BCEP)
Binus
Center
menyediakan
kerjasama
pendampingan
pengembangan Teknologi Informasi (TI) di berbagai sekolah dengan
nama Binus Center Education Partner (BCEP). BCEP sendiri
menyediakan implementasi kurikulum Teknologi Informasi atau
komputer di tingkat TK, SD, SMP, SMA dan SMK, pelatihan
penggunaan Teknologi Informasi untuk guru-guru dan stakeholder
sekolah dan membantu terciptanya infrastruktur Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) yang unggul bagi mitra sekolah.
4.1.2.3. In-House
Program In-House hampir sama dengan program Short Course
dan Special Class. Untuk perbedaannya adalah pada lokasi pelatihan
yang dapat dilakukan diluar Binus Center. Misalnya di kantor atau di
suatu perusahaan dengan tujuan untuk melatih karyawan.
44
4.1.3. Struktur Organisasi Binus Center
Gambar 4.2 Struktur Organisasi
4.1.4. Logo Binus Center
Gambar 4.3 Logo Binus Center
4.1.5. Profil Informan
Adapun beberapa informan dibawah ini yang penulis jadikan sebagai sumber
data adalah sebagai berikut:
1. Profil Informan I
Nama
: AM
Umur
: 23 Tahun
Jabatan
: Business Development & Insight.
45
Lama Kerja
: 5 Tahun
2. Profil Informan 2
Nama
: AH
Umur
: 24 Tahun
Jabatan
: PR Manager
Lama Kerja
: 4 Tahun
Pengalaman Kerja :
AH telah bekerja di Binus Center sejak tahun 2011. Dan awalnya
menjabat sebagai PR coordinator dan Language Program. Kemudian di
akhir tahun 2012 pindah jabatan menjadi marketing communication
section head. Pertengahan 2013 kembali pindah jabatan menjadi PR Head
sampai 2013 akhir sampai sekarang menjabat sebagai PR Manager.
3. Profil Informan 3
Nama
: LKW
Umur
: 40 Tahun
Jabatan
: Bussines Manager
Lama Kerja
: 10 Tahun
Pengalaman Kerja :
LKW sudah bekerja di Binus Center selama 10 tahun. LKW sebelumnya
menjabat sebagai Branch Manager,
kemudian menjadi Francise
Manager pada tahun 2005, lalu pindah jabatan menjadi Sales Manager,
kemudian kembali lagi menjadi Branch Manager selama 3 tahun dan
sempat menjadi FO Manager sebelum akhirnya menjabat sebagai
Bussines Manager.
4.2.
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di Binus Center
berkaitan dengan pertanyaan penelitian, hasil penelitian yang telah diteliti
berdasarkan teknik wawancara yang telah dilakukan penulis adalah sebagai berikut.
46
4.2.1. Komunikasi Nonverbal
komunikasi nonverbal berfokus pada pesan yang dikirim dari satu
orang kepada yang lain tanpa disertai oleh kata-kata, seperti pesan yang
dikirim melalu gerak tubuh, kualitas suara, dan waktu yang digunakan, ruang,
artefak, pakaian, dan bahkan aroma. Dimana dalam penelitian ini komunikasi
nonverbal yang akan dibahas adalah mengenai pengetahuan dan pentingnya
komunikasi nonverbal menurut karyawan Binus Center dalam kegiatan
formal perusahaan.
4.2.1.1. Pengetahuan Tentang Pentingnya Komunikasi Nonverbal
Penggunaan komunikasi oleh karyawaan di Binus Center
khususnya pada saat melakukan kegiatan formal perusahaan seperti rapat,
menjadi suatu hal yang diperhatikan. Komunikasi yang digunakan tentunya
tidak hanya komunikasi verbal atau komunikasi lisan, tetapi juga
komunikasi
nonverbal.
Dimana
komunikasi
nonverbal
merupakan
komunikasi yang menggunakan gerak tubuh atau bahasa tubuh. Namun
sering kali, komunikasi nonverbal tidak disadari penggunaannya oleh
karyawan saat memimpin rapat atau melakukan presentasi rapat, seperti
yang dikatakan oleh informan 2.
“Menyadari atau tidak itu bisa dikategorikan. Jika terlalu serius
dengan rapat dan topiknya menjadi tidak sadar.” (I2).
Penggunaan akan komunikasi nonverbal sering kali tidak disadari
oleh pemimpin rapat atau karyawan yang melakukan presentasi rapat
karena merasa bahwa saat rapat karyawan lebih fokus terhadap topik yang
sedang dibahas atau saat karyawan sedang menjelaskan suatu topik atau
masalah yang serius dan penting. Sehingga topik dianggap jauh lebih
penting dibandingkan penggunaan komunikasi nonverbal.
“Kalau saya menyadari. Ada beberapa orang yang memang
mengetahuinya, tapi biasanya digunakan ketika ada maksud dan
tujuan tertentu saja.” (I1).
Namun terkadang penggunaan komunikasi nonverbal disadari oleh
karyawan yang sedang memimpin atau melakukan presentasi rapat. Seperti
47
yang disampaikan oleh informan 1 bahwa karyawan menyadari penggunaan
komunikasi nonverbal dan merasa bahwa memang ada beberapa orang yang
mengatahui penggunaan komunikasi nonverbalnya saat memimpin dan
melakukan presentasi rapat. Informan 1 menggunakan komunikasi
nonverbal saat rapat ketika memiliki maksud dan tujuan tertentu saja.
Kesadaran komunikasi nonverbal juga berkaitan dengan pentingnya
penggunaan
komunikasi
nonverbal.
Komunikasi
nonverbal
sendiri
memberikan fungsi yang berbeda-beda tergantung bagaimana komunikasi
nonverbal digunakan. Sehingga komunikasi nonverbal dianggap penting
dalam kegiatan formal perusahaan.
“Kalau menurut saya penting, supaya lebih mempermudah maksud
dan tujuan yang kita maksud. Lebih menegaskan gitu. Jadi peserta
rapat juga bisa lebih jelas dan lebih fokus dengan yang
dibicarakan.” (I1).
“Dalam hal rapat penting. Karena itu mengekspresikan,
komunikasi nonverbal itu ekspresi atau bahasa tubuh untuk
menerapkan apa yang sedang dijelaskan atau dikomunikasikan
yah. “(I3).
Sehingga komunikasi nonverbal menjadi sangat penting dalam rapat
karena tidak hanya mempermudah maksud dan tujuan dari apa yang ingin
disampaikan seseorang saat rapat, tetapi juga dapat menegaskan apa yang
sedang dijelaskan sehingga peserta rapat yang mendengarkan pun dapat
lebih fokus pada hal yang dibicarakan saat rapat. Namun tidak hanya itu,
komunikasi nonverbal penting digunakan karena komunikasi nonverbal
dapat menyampaikan ekspresi dan bahasa tubuh karyawan untuk
menerapkan
dan
mengkomunikasikan
suatu
penjelasan.
Meskipun
terkadang penggunaan komunikasi nonverbal tidak disadari, tetapi masih
dianggap penting untuk digunakan karena komunikasi nonverbal dapat
membantu dan mempermudah karyawan saat sedang memimpin dan
melakukan presentasi rapat.
4.2.2. Teori Struktur Kumulatif
Dalam teori struktur kumulatif membahas mengenai makna yang
berkaitan dengan gerak tubuh dan ekspresi wajah ketimbang struktur
48
perilaku. Teori ini menjelaskan bahwa gerak tubuh memberikan makna pada
ungkapan verbal yang digunakan, jadi tindakan ini disengaja dan memiliki
makna tertentu. Sedangkan ekspresi wajah dapat berdiri sendiri dan dapat
diartikan tanpa bantuan pesan verbal. Sehingga hasil penelitian yang
berkaitan dengan teori ini adalah sebagai berikut.
4.2.2.1. Body Gesture (Gerak Tubuh) Karyawan Dalam Rapat
Body gesture atau gerak tubuh merupakan salah satu bentuk
dari komunikasi nonverbal dimana body gesture ini termasuk gerakan
tangan dan lengan, gerakan kaki, ekspresi wajah, tatapan mata dan
berkedip, dan sikap atau postur. Penggunaan body gesture sendiri
sudah menjadi suatu kebiasaan karena selalu dilakukan oleh setiap
orang. Sehingga tentunya dalam kegiatan formal perusahaan, body
gesture tentunya menjadi hal yang pasti digunakan.
Body gesture yang dilakukan oleh satu orang dengan yang
lainnya
tentunya
berbeda,
sehingga
terkadang
menimbulkan
kesalahpahaman. Namun biasanya body gesture yang digunakan oleh
karyawan di Binus Center saat rapat, dapat dimengerti oleh karyawan
yang lainnya.
”Untuk dalam satu tim atau di perusahaan ini sudah pasti
saya yakin iya. Karena memang kita disini sudah bekerja
saling mengenalnya sudah cukup lama sudah lebih dari 3
tahun. Jadi untuk tek toknya itu sudah dapat.” ( I2).
“Harusnya bisa dimengerti. Karena Kan bahasa tubuh yang
digunakan juga tidak rumit. Jadi pasti bisa dimengerti oleh
yang lain.”(I1).
Body gesture yang dilakukan oleh karyawan yang memimpin
dan melakukan presentasi saat rapat dapat dimengerti dan dipahami
oleh karyawan atau peserta rapat yang lain karena adanya faktor
pengenalan karakter satu sama lain yang sudah lama. Seperti yang
dikatakan oleh informan 1 bahwa pengenalan yang sudah lama yaitu
selama 3 tahun tentunya dapat menjadikan karyawan memiliki
keterhubungan atau klop dengan karyawan lain.
49
Selain faktor pengenalan yang sudah lama, body gesture yang
digunakan oleh karyawan juga dapat dipahami karena menggunakan
body gesture yang sederhana dan tidak rumit yang biasanya
digunakan sehari-hari. Sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh
karyawan yang lainnya.
Penggunaan akan body gesture di dalam kegiatan formal
perusahaan sering terjadi. Misalnya digunakan untuk menyatakan
kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu idea yang tidak hanya
dapat digunakan dengan komunikasi verbal atau lisan saja. Body
gesture
yang dilakukan
oleh karyawan dalam menunjukkan
kesetujuan biasanya adalah mengangguk dan jika setuju adalah
dengan diam.
“Kalau internal misalnya setuju menganggukan kepala saja.
Kalau tidak setuju biasanya diam dulu kemudian
mempertimbangkan.” ( I2).
Ketika tidak setuju, karyawan biasanya lebih banyak diam
dibandingkan mengutarakan ketidaksetujuannya. Body gesture diam
ini menggambarkan bahwa karyawan membutuhkan banyak waktu
untuk berpikir dan mempertimbangkan ide tersebut terlebih dahulu
sebelum mengambil keputusan. Kemudian setelah itu karyawan akan
melakukan komunikasi verbal atau menyampaikan kesetujuannya
dengan mengangguk.
Selain itu body gesture juga dapat digunakan untuk
mengembalikan fokus peserta rapat dengan melakukan gerak tubuh
seperti tangan.
“Palingan saya ketok whiteboard biar bisa fokus. Atau gak
kayak tadi tanyain satu-satu.” ( I2).
“Pertama sih pastinya saya minta audiensnya untuk fokus ke
materi yang sedang dibahas atau di presentasikan. Kalau
nonverbalnya palingan saya cuma ssstttt… sambil tangannya
diginiin (diletakan dimulut).” (I1).
“Kalau untuk nonverbalnya palingan saya ketuk-ketuk meja
yah. Biar bisa langsung melek.” (I3).
50
Gerakan tangan yang digunakan biasanya dengan meletakan
tangan atau jari kemulut dengan mengucapkan komunikasi verbal
seperti sssssttt… Kemudian dengan mengetuk meja atau whiteboard
dengan tujuan agar para peserta rapat dapat kembali fokus dan
berkonsentrasi pada rapat. Namun penggunaan gerakan tangan yang
dilakukan oleh karyawan untuk mengembalikan fokus peserta rapat
juga disetai dengan penggunaan komunikasi verbal. Seperti meminta
untuk diam dan menanyakan kepada peserta satu persatu, karena
komunikasi nonverbal sendiri tentunya tidak lepas dan harus diiringi
dengan komunikasi verbal yang sesuai sehingga menjadi lebih jelas
dan lebih menegaskan maksud dan tujuannya dari penggunanya.
Body gesture yang digunakan oleh karyawan dalam rapat
adalah menunjuk karyawan atau peserta rapat untuk memberikan
tugas. Biasanya karyawan yang memimpin atau melakukan presentasi
rapat menggunakan gerakan tangan untuk menunjuk.
“Kalau biasanya saya memanggil nama sambil menunjuk dan
kontak mata. Kalau cuma komunikasi nonverbal kurang ada
chemistry nanti. Tidak sopan kelihatannya.” (I1).
Namun penggunaan gerakan tangan tetap diiringi dengan
komunikasi verbal yaitu dengan memanggil nama. Karyawan merasa
bahwa dengan memanggil nama akan lebih menunjukkan kesopanan
daripada hanya menunjuk dengan menggunakan gerakan tangan saja.
Karena dengan memanggil nama akan memberikan chemistry dengan
karyawan lainnya yang tentunya dapat menunjukkan kredibiltas
seorang karyawan.
Body gesture lainnya yang ditunjukkan oleh karyawan saat
rapat adalah posisi ketika melakukan presentasi. Posisi yang dimaksud
adalah posisi duduk atau berdiri. Dimana tentunya seorang karyawan
yang melakukan presentasi biasanya akan memilih posisi yang
nyaman untuk membawakan presentasi atau rapatnya.
“Kalau audiensnya lebih dari satu prefer berdiri, karena
harus menjadi pusat perhatian dari yang lainnya, sehingga
dengan berdiri bisa menjadi pusat perhatian dan audiensnya
51
tetap fokus kesaya. Tapi kalau audiensnya cuma satu saya
lebih prefer duduk.” (I1).
“Lebih nyaman berdiri. Karena kalau ada orang yang bisa
membantu memutar slide jauh lebih bagus. Dan kalau berdiri
itu kita bisa melihat jarak pandang kita lebih luas. Tidak
hanya muka beberapa orang yang hanya kita spot.” ( I2).
Karyawan Binus Center umumnya lebih memilih untuk
melakukan presentasi dengan posisi berdiri saat kegiatan formal jika
audiensnya lebih dari satu, sedangkan jika audiensnya hanya satu
lebih memilih untuk presentasi dalam posisi duduk. Selain itu,
karyawan memilih berdiri karena ingin menjadi pusat perhatian
sehingga audiens dapat lebih fokus. Dengan posisi berdiri karyawan
juga dapat melihat jarak pandang yang lebih luas dan dapat melihat
seluruh karyawan dengan tujuan dapat melihat karyawan yang merasa
bosan dan tidak fokus.
4.2.2.2. Facial Communication (Ekspresi Wajah) Karyawan
Dalam Rapat
Facial communication atau ekspresi wajah menunjukkan
ekspresi dari pesan yang disampaikan oleh komunikator dimana
ekspresi wajah yang dapat ditunjukkan seperti ekspresi kebahagian,
keterkejutan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kemuakan /
penghinaan. Ekspresi wajah juga memberikan arti dan menegaskan
perasaan atau komunikasi yang disampaikan oleh seseorang. Dalam
melakukan presentasi dalam rapat tentunya seorang karyawan akan
menggunakan ekspresi wajahnya untuk mengekspresikan sesuatu
yang ingin disampaikan baik disadari maupun tanpa disadari.
“Kalau lagi senang biasanya saya tersenyum, terus kalau
lagi marah saya melotot atau membuang muka saja, dan
kalau lagi kecewa biasanya saya menundukkan kepala
melihat ke Tab. Kayak gitu sih biasanya.” (I1).
“Yah kalau seneng ketawa, jadi tersenyum lebar gitu, terus
manggut-manggut, atau memberikan applause atau tepuk
tangan. Itu kalau senang, kalau kecewa mungkin satu alis
52
naik keatas lebih tinggi dari alis yang lain. Kalau marah
lebih banyak diam dan datar.” ( I2).
Ekpresi yang ditunjukkan oleh setiap orang akan berbeda.
Seperti yang disampaikan oleh informan 1 bahwa ketika merasa
senang ekspresi wajah yang akan disampaikan adalah tersenyum,
ketika sedang marah ekspresi yang ditunjukan adalah dengan
membuang muka, sedangkan ketika merasa kecewa eskpresi yang
ditunjukan oleh karyawan adalah dengan menundukkan kepala dan
melihat ke objek yang lain. Sedangkan ekspresi yang ditunjukkan oleh
informan 2 ketika merasa senang adalah dengan tertawa dan
tersenyum lebar. Jika merasa kecewa ekspresi yang ditunjukkan
dengan menaikan alis dan ketika merasa marah ekspresinya hanya
datar.
Ekspresi yang ditunjukan oleh karyawan ketika marah saat
rapat tidak terlalu ditunjukan dan lebih datar dari eskpresi yang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa karyawan tidak ingin memperlihatkan
ekspresi wajahnya ketika marah dibandingkan dengan ekspresinya
yang lain. Ekspresi yang ditunjukan juga disertai dengan komunikasi
verbal karyawan.
4.2.3. Teori Equilibrium
Dalam teori equilibrium membahas mengenai kontak mata dan
sentuhan yang dilakukan oleh seseorang yang dipengaruhi oleh adanya
keintiman atau kedekatan hubungan seseorang dengan yang lain. Seseorang
yang telah memiliki kedekatan hubungan yang lebih lama, akan jauh lebih
mudah melakukan kontak mata dan sentuhan. Dalam penelitian ini, kontak
mata dan sentuhan yang dilakukan oleh karyawan dalam rapat adalah sebagai
berikut.
4.2.3.1. Eye Communication ( Komunikasi Mata) Karyawan
Dalam Rapat
Kontak mata dan sentuhan yang dilakukan memiliki maksud
dan tujuan tertentu. Dalam hal ini karyawan dalam sebuah rapat akan
53
melakukan kontak mata dan sentuhan. Seperti yang disampaikan oleh
informan 1 dan 2 bahwa kontak mata yang mereka lakukan adalah
sebagai berikut.
“Iyah. Kalau menatap itu saya secara merata ke semua
audiens. Ketika ada hal yang fokus ditanyakan atau
disampaikan, intensivitas menatapnya lebih sering. Dan
harus menjelaskan sesuatu yang lebih kompleks atau rumit.
Soalnya saya melihat tidak ada kondisi tidak untuk menatap
audiensnya.” (I1).
“30% natap mata orang tertentu 70% natap kesemuanya sih.
Jadi gak terlalu fokus sama satu orang tapi kita bisa lihat
secara keseluruhan, orang yang mendengarkan dan tidak
yah.” (I3).
Karyawan Binus Center saat dalam rapat biasanya melakukan
kontak mata secara merata ke seluruh audiensnya dengan tujuan agar
dapat melihat secara keseluruhan audiensnya dan melihat apakah
audiensnya mendengarkan atau fokus pada presentasi rapat.
Sedangkan karyawan melakukan kontak mata kepada orang tertentu
biasanya untuk menjelaskan sesuatu yang lebih kompleks dan rumit
sehingga harus lebih banyak melakukan kontak mata kepada audiens
tersebut.
Dalam rapat, kontak mata pastinya terjadi dan tidak dapat
dihindari. Kontak mata yang dilakukan oleh karyawan Binus Center
saat rapat pun menunjukan bahwa kontak mata pasti digunakan dan
intensitas menatap ditujukan tidak hanya beberapa audiens saja, tapi
seluruh audiens yang mengikuti rapat. Kontak mata yang digunakan
karyawan juga memiliki makna dan arti tertentu yang ingin
disampaikan dengan tujuan untuk mempertegas atau menjelaskan
suatu hal.
4.2.3.2. Touch
Communication
/
Phatic
Communication
(Komunikasi Sentuhan) Karyawan Dalam Rapat
Selain kontak mata, dalam teori equilibrium juga membahas
mengenai sentuhan. Dimana sentuhan yang dilakukan dalam rapat ini
jarang terjadi di dalam rapat karena kurang dibutuhkan. Biasanya
54
sentuhan hanya terjadi ketika karyawan melakukan jabat tangan
dengan karyawan yang lainnya sebelum memulai rapat. Namun dalam
kondisi internal, jabat tangan juga kurang dilakukan. Seperti yang
disampaikan oleh informan 3.
“Kalau internal yah gak jabatan tangan kan sudah saling
mengenal, udah sehari-hari ketemu di kantor jadi yah gak
perlu jabat tangan lagi kan. Palingan Cuma sapaan aja
sebelum mulai rapat kan. Kalau untuk eksternal pasti jabatan
tangan karena kan belum kenal.”(I3).
“Ya dan wajib kalau audiensnya itu eksternal yah. Tapi kalau
internal jarang atau tidak sama sekali. Karena sudah kenal
dengan audiensnya ini. Orang-orangnya juga orang-orang
kantor kita. Audiensnya bukan pihak eksternal jadi jabat
tangan tidak wajib sih.” (I1).
Jabat tangan dalam rapat internal dianggap karyawan kurang
perlu untuk dilakukan karena rapat internal diikuti oleh karyawan
kantor yang telah mereka kenal sebelumnya dan sudah sehari-hari
bertemu. Biasanya dalam rapat internal karyawan hanya melakukan
sapaan saja sebelum memulai rapat. Sedangkan untuk rapat eksternal,
jabat tangan biasanya dilakukan karena karyawan belum mengenal
dengan pihak yang mengikuti rapat sehingga perlu melakukan jabat
tangan.
4.2.4. Profesionalisme
Professional berkenaan dengan penguasaan kemampuan, kecakapan
atau kompetensi standar dan kinerja standar seseorang di dalam
pekerjaannya. Dimana tentunya profesionalisme sangat dibutuhkan oleh
setiap karyawan untuk menjadikan suatu perusahaan lebih baik lagi dan
tentunya menunjukan intergritas dan loyalitas seorang karyawan terhadap
profesi dan perusahaannya.
Komunikasi juga dapat dijadikan salah satu
standar dari profesionalisme seseorang. Baik itu komunikasi verbal maupun
komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh seorang karyawan dalam kegiatan
formal perusahaan seperti rapat. Karyawan juga menyadari bahwa
komunikasi nonverbal menjadi salah satu faktor yang menunjukan
profesionalisme karyawan. Seperti yang dikatakan oleh informan 1 dan 3
sebagai berikut.
55
“Menurut saya iyah. Karena kan bisa lihat orang yang komunikasi
verbalnya bagus otomatis dia punya penyampaian komunikasi
nonverbalnya juga bagus. Dibandingkan orang yang gak pernah
presentasi atau apa, dia kan kelihatan yah kakunya. Berbeda sama
orang yang udah biasa presentasi kan, komunikasi nonverbalnya juga
mengalir atau alami aja gitu. Jadi tidak terlihat dipaksakan atau kaku
gitu.” (I3).
“Menurut saya iyah. Karena kan komunikasi nonverbal dengan
komunikasi verbal harus selaras. Sehingga komunikasi yang
disampaikan oleh seseorang itu atau karyawan yang profesional itu
akan lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan user atau ehm
receivernya.” (I1).
Seorang
karyawan
yang
profesionalisme
ditunjukan
dengan
keselarasan dalam penggunaan dan penyampaian antara komunikasi verbal
dengan komunikasi nonverbal. Dimana menurut karyawan, jika seorang
karyawan dapat menggunakan komunikasi nonverbalnya dengan baik maka
komunikasi nonverbalnya juga akan baik. Hal ini tentunya berkaitan dengan
penggunaan komunikasi nonverbal khususnya body language di dalam rapat.
Komunikasi nonverbal yang baik menunjukan bahwa seorang karyawan
sudah berpengalaman memimpin atau melakukan presentasi saat rapat.
Sehingga komunikasi yang disampaikan oleh karyawan akan menjadi lebih
efektif dan sesuai dengan kebutuhan akan audiensnya.
Profesionalisme memiliki arti yang berbeda pengertian di pikiran
setiap orang. Karyawan yang memiliki profesionalisme menurut informan 1
dan 2 adalah sebagai berikut.
“Yang gaya komunikasinya disesuaikan dengan usernya atau
receivernya yah. Atau maksudnya gaya komunikasinya itu sesuai
dengan kondisi dan situasinya. Karena karyawan yang profesional
pasti tahu kapan menggunakan komunikasi nonverbal maupun
komunikasi verbal sesuai dengan situasinya. Tidak asal-asalan dan
yang seperti tadi saya bilang harus selaras.” (I1).
“Karyawan yang profesional menurut saya harus bisa tahu apa yang
akan dibahas saat meeting atau presentasi. Kemudian yang tahu
kapan karyawannya bosan, komunikasi baik ehm dan bisa membawa
diri.” ( I2).
56
Karyawan yang profesional menurut informan adalah karyawan yang
dapat menyesuaikan komunikasi yang akan digunakan kepada penerima atau
audiensnya. Selain itu tahu menggunakan komunikasi sesuai dengan kondisi
dan situasinya yang berarti tidak sembarangan. Tentunya karyawan yang
profesional juga harus mengetahui topik yang akan dibahas atau akan
dipresentasikan di dalam rapat sehingga tidak membuang-buang waktu.
Karyawan yang profesional juga harus mengetahui kapan peseta atau audiens
rapat merasa bosan dan ngantuk serta cara mengatasinya. Sehingga peserta
atau audiens rapat bisa kembali fokus. Pembawaan diri juga menunjukan
profesionalisme karyawan.
4.2.5. Hasil Observasi
Selain menggunakan metode wawancara dalam penelitian ini juga
menggunakan metode observasi partisipan yang terjun langsung ke lapangan
dengan mengikuti rapat yang diadakan oleh Binus Center. Rapat di Binus
Center cukup sering diadakan sehingga memiliki kesempatan untuk
melakukan observasi di beberapa tanggal diadakannya rapat seperti pada
tanggal 17, 21, dan 25 Maret 2014.
Dimana pada rapat yang diadakan tanggal 17 Maret 2014 diruang
meeting Head Office, dengan melakukan observasi yang khusus kepada
informan 3 (LKW) dan mencatat komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh
LKW. Selama observasi juga melakukan dokumentasi untuk dijadikan
perbandingan dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada LKW.
Saat rapat berlangsung, LKW menggunakan berbagai komunikasi
nonverbal dalam konteks body language. Seperti melakukan gerak tubuh,
gerak wajah dan kontak mata. LKW juga memilih untuk duduk saat rapat dan
terlihat lebih santai. Gerak tubuh yang dilakukan seperti menggerakan badan
ketika duduk di bangku dan menggunakan tangan untuk menjelaskan.
Gerakan wajah atau ekspresi wajah yang ditunjukan yaitu serius dan kontak
mata yang dilakukan adalah kepada seluruh peserta atau audiens rapat.
Suasana rapat nyaman dan santai namun peserta rapat tetap fokus dan serius
pada LKW serta pada topik yang dibahas. Rapat yang di bawakan oleh LKW.
Sedangkan pada rapat yang diadakan tanggal 21 Maret 2014 diruang
meeting Head Office, dengan melakukan observasi secara khusus kepada
57
informan 2 (AH) dan mencatat komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh
AH. Dimana obserbasi disertasi dengan dokumentasi foto dan video.
Pada saat rapat berlangsung, AH sebagai pemimpin rapat dan
presentasi memilih untuk berdiri dan terkadang duduk dimeja dekat papan
tulis. AH sering menggunakan komunikasi nonverbal dalam konteks body
language seperti gerak tubuh, gerak wajah, kontak mata dan juga sentuhan
dan AH membawakan presentasi dengan serius sehingga peserta dan audiens
rapat tetap fokus pada rapat. Gerak tubuh yang dilakukan dengan duduk
dimeja dan menggerakan tangan untuk menjelaskan serta menggunakan
tangan untuk menunjuk papan tulis. Gerakan wajah atau ekspresi wajah yang
dilakukan AH yaitu ekspresi wajah serius dan tersenyum. Kontak mata yang
dilakukan juga merata kepada semua peserta atau audiens saat rapat.
Sedangkan sentuhan yang dilakukan oleh AH terjadi pada saat ingin
memanggil dan memastikan sesuatu kepada salah satu karyawan.
Pada rapat yang diadakan pada tanggal 25 Maret 2014, peneliti secara
khusus melakukan observasi dengan informan 1 (AM) di ruang UK. Dimana
selama observasi kegiatan yang dilakukan adalah mencatat dan melakukan
dokumentasi pada setiap komunikasi nonverbal yang dilakukan AM. AM
memilih posisi berdiri saat rapat dan banyak menggunakan komunikasi
nonverbal dalam konteks body language seperti gerak tubuh, gerak wajah,
dan kontak mata yang sering dilakukan. Gerak tubuh yang dilakukan oleh
AM adalah bergerak dan berjalan saat melakukan presentasi serta bersandar
di dinding, menggunakan tangan untuk menunjuk dan menulis di papan tulis
serta untuk menjelaskan sesuaru. Gerak wajah atau ekspresi wajah yang
ditunjukan AM saat memimpin presentasi rapat adalah serius, tertawa,
tesenyum, dan terlihat berpikir. Kontak mata yang dilakukan oleh AM
ditujukan kepada seluruh peserta atau audiens rapat.
Selama observasi juga diteliti bagimana profesionalisme karyawan
yang memimpin dan melakukan observasi karyawan saat rapat. Sehingga
dapat membandingkan dengan jawaban dari informan mengenai karyawan
yang memiliki profesionalisme dan keterkaitan komunikasi nonverbal dengan
profesionalisme.
58
4.3. Pembahasan
4.3.1. Realisasi Profesionalisme Melalui Komunikasi Nonverbal Dalam
Kegiatan Formal
4.3.1.1. Pengetahuan Tentang Pentingnya Komunikasi Nonverbal
Dalam kegiatan rapat, tentunya komunikasi menjadi sangat
penting untuk digunakan oleh karyawan baik itu komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal. Namun komunikasi nonverbal yang merupakan
pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa tubuh kadang
secara sadar maupun tidak disadari penggunaannya oleh karyawan.
Ketidaksadaraan penggunaan akan komunikasi nonverbal ini terjadi
karena terkadang karyawan merasa bahwa komunikasi verbal dan topik
yang dibahas dalam suatu rapat lebih penting dan lebih terfokus pada
rapat. Meskipun begitu, karyawan tetap menganggap bahwa komunikasi
nonverbal sangat penting untuk digunakan oleh karyawan saat rapat.
Eksistensi atau keberadaan komunikasi nonverbal akan dapat
diamati saat melakukan tindak komunikasi secara verbal, maupun pada
saat bahasa verbal tidak digunakan. Atau dengan kata lain, komunikasi
nonverbal akan selalu muncul dalam setiap tindakan komunikasi, disadari
maupun
tidak
disadari.
Sehingga
setiap
orang
tentunya
dapat
mengirimkan atau menggunakan komunikasi nonverbal dalam setiap
komunikasi verbalnya. Bahkan tanpa adanya komunikasi verbal,
komunikasi nonverbal dapat berdiri sendiri. Atau dengan kata lain dapat
digunakan tanpa komunikasi verbal.
Selain itu penggunaan komunikasi nonverbal akan membantu
karyawan dalam suatu kegiatan formal perusahaan yaitu rapat, karena
dengan komunikasi nonverbal dapat membantu memperjelas komunikasi
verbal dan mengekspresikan atau menggambarkan apa yang disampaikan
oleh komunikasi verbal. Oleh karena itu komunikasi nonverbal tentunya
akan membantu merealisasikan atau menjelaskan secara visualisasi
komunikasi verbal yang ingin disampaikan oleh karyawan ketika sedang
melakukan presentasi rapat.
59
Dalam salah satu prinsip komunikasi nonverbal yaitu pesan
nonverbal dapat mempengaruhi menjelaskan bahwa pesan nonverbal
dapat mempengaruhi orang lain tidak hanya melalui apa yang dikatakan
tetapi juga melalui sinyal nonverbal. Berdasarkan penjelasan itu dapat
disimpulkan bahwa suatu komunikasi nonverbal yang digunakan oleh
seseorang atau dalam konteks penelitian ini adalah karyawan, dapat
mempengaruhi fokus dan pendapat seseorang terhadap apa yang
dikatakan oleh karyawan dalam suatu rapat. Sehingga penggunaan akan
komunikasi nonverbal ini tentunya menjadi sangat penting digunakan
oleh karyawan dalam kegiatan rapat.
Tentunya komunikasi nonverbal menjadi salah satu faktor yang
dapat merepresentasikan profesionalisme seseorang dimana pengetahuan
akan komunikasi nonverbal menunjukan bahwa seorang karyawan
mampu menggunakan komunikasi nonverbal adalah karyawan yang
mampu memiliki komunikasi verbal yang baik juga. Komunikasi
nonverbal akan membantu menjelaskan makna yang ingin disampaikan
karyawan melalui komunikasi verbal kepada audiens atau peserta rapat
sehingga membantu mempermudah pendengarnya untuk memahami. Hal
ini menjadi salah satu kompentensi profesionalisme karyawan dalam
memimpin rapat.
4.3.1.2. Profesionalisme
Karyawan
Dalam
Kegiatan
Formal
Perusahaan
Karyawan tentunya memiliki pandangan sendiri terhadap
profesionalisme kerja. Dimana profesionalisme sendiri berkenaan dengan
kemampuan, kecakapan dalam komunikasi dan pembawaan dirinya dalam
melakukan suatu kerja atau profesi. Profesionalisme sendiri menjadi salah
satu aspek yang sangat dibutuhkan dalam perusahaan saat ini, karena
dengan adanya profesionalisme karyawan tentunya kinerja dan loyalitas
karyawan terhadap perusahaan akan sangat baik.
Dalam penelitian, karyawan Binus Center menyadari dan
mengakui bahwa komunikasi nonverbal sendiri dapat dijadikan faktor
yang dapat merepresentasikan profesionalisme karyawan khususnya
60
dalam kegiatan formal perusahaan seperti rapat. Komunikasi nonverbal
yang dimaksud disini adalah penggunaan body languange karyawan yang
digunakan saat rapat.
Dengan adanya komunikasi nonverbal, selain untuk membantu
karyawan menjelaskan suatu komunikasi verbal, tetapi juga menunjukan
bahwa seorang karyawan memiliki pengalaman dan penguasaan yang
baik dalam memimpin dan melakukan presentasi rapat. Karyawan yang
memiliki profesionalisme tentunya mengetahui kapan menggunakan
komunikasi nonverbal yang sesuai dengan waktu dan kondisinya atau
mengetahui penggunaan komunikasi nonverbal yang baik untuk
audiensnya yang berbeda.
Selain itu karyawan yang profesional menurut karyawan Binus
Center adalah karyawan yang mampu menyesuaikan dan menggunakan
komunikasi nonverbal secara selaras dengan komunikasi verbalnya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa seorang karyawan yang memiliki
profesionalisme tentunya mampu menyesuaikan dan menyelaraskan
penggunaan komunikasi nonverbal dengan komunikasi verbal. Meskipun
komunikasi nonverbal tidak dapat lepas dengan komunikasi verbal.
Sebenarnya komunikasi nonverbal dapat berdiri sendiri dan memiliki
makna. Namun komunikasi nonverbal akan lebih baik dan lebih efektif
jika diiringi dengan komunikasi verbal sehingga tidak menyebabkan
kesalahpahaman makna yang diterima oleh orang lain. Sehingga
penggunaan komunikasi nonverbal yang disertai komunikasi verbal
tentunya akan sangat digunakan oleh seorang pemimpin rapat atau
presentasi rapat agar lebih efektif.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa karyawan yang memiliki
profesionalisme dapat mengetahui kapan harus menggunakan komunikasi
nonverbal sesuai dengan kebutuhan, waktu, dan kondisi. Selain itu juga
penggunaan komunikasi nonverbal harus selaras dengan komunikasi
verbal.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari dosen Universitas Bina
Nusantara jurusan Marketing Communication Bapak Dr. Muhammad
61
Aras, S. Pd., M.Si. bahwa profesionalisme itu berkaitan dengan
pekerjaan. Dimana orang-orang yang bekerja dalam suatu profesi tertentu
memiliki keahlian masing-masing. Sehingga dalam kegiatan atau
pekerjaan apapun yang dilakukan dengan profesionalisme tentunya akan
menghasilkan hasil yang baik. Selain itu seseorang yang memiliki ilmu
pengetahuan yang tinggi akan memperlihatkan gesture, gaya atau gerak
badan yang profesional. Artinya pengetahuan dan ilmu yang dimiliki oleh
seseorang melekat dan akan menunjukan profesionalisme.
4.3.2. Makna Komunikasi Nonverbal Karyawan Ditinjau dari Body
Language Dalam Konteks profesionalisme Kegiatan Formal
4.3.2.1. Body Gesture (Gerak Tubuh) Karyawan Dalam Rapat
Body gesture atau gerak tubuh memainkan peran yang penting di
dalam komunikasi nonverbal. Dimana body gesture dapat ditunjukan
dengan gerakan tubuh, termasuk gerakan tangan dan lengan, gerakan
kaki, ekspresi wajah, tatapan mata dan berkedip, dan sikap atau postur.
Body gesture sering kali dilakukan dan memiliki arti yang berbeda dalam
setiap penggunaanya. Body gesture sendiri dibagi menjadi lima yaitu
emblems, illustrator, affect display, regulators dan yang terakhir
adaptors.
Dari hasil penelitian berdasarkan wawancara dan observasi,
ditemukan bahwa karyawan yang sedang memimpin atau melakukan
presentasi rapat melakukan beberapa gerakan yang dapat di kategorikan
ke dalam lima bagian dari body gesture.
1. Emblems
Emblem merupakan gerak tangan yang memiliki
makna untuk mengantikan atau mensubsitusi suatu makna
dari kata. Gerak tangan yang dilakukan oleh karyawan
yang dikategorikan dalam emblems adalah sebagai berikut.
62
Gambar 4.4 Gerakan Emblem menunjuk 1
Gerakan tangan yang ditunjukan oleh informan pada
gambar 4.4 tersebut adalah untuk menunjuk seseorang sebagai
pengganti komunikasi verbal untuk memanggil atau menunjuk
karyawan dalam rapat. Dimana dalam kegiatan rapat tentunya
gerakan tubuh yang digunakan oleh karyawan saat ingin
menunjuk karyawan lain adalah dengan gerakan tangan.
Gambar 4.5 Gerakan Emblem menunjuk 2
63
Gambar 4.6 Gerakan Emblem menunjuk 3
Sedangkan pada gambar 4.5 dan gambar 4.6
informan melakukan gerakan tangan untuk menyampaikan
atau menunjuk sesuatu kepada karyawan yang lain. Namun
komunikasi nonverbal yang dilakukan ini diikuti dengan
komunikasi
verbal
atau
dengan
memanggil
nama
karyawan lain karena hal ini akan lebih menunjukkan
kesopanan dari pemimpin rapat. Hal ini menunjukan
bahwa komunikasi nonverbal selaras pengggunaanya
dengan komunikasi verbal yang dilakukan oleh karyawan.
Dimana keselarasan penggunaan merupakan salah satu
faktor profesionalisme yang dilakukan oleh karyawan
dalam kegiatan formal perusahaan.
2. Illustrator
Ilustrator biasanya berupa gerakan tangan dan
lengan yang menyertai pembicaraan atau fungsi untuk
aksen atau melengkapi apa yang dikatakan. Dimana
gerakan yang dilakukan oleh karyawan dalam rapat adalah
sebagai berikut:
64
Gambar 4.7 Gerakan tangan untuk mengilustrasi 1
Gambar 4.8 Gerakan tangan untuk Mmngilustrasi 2
Gerakan tangan yang dilakukan oleh karyawan
pada gambar 4.7 dan gambar 4.8 menunjukan gerakan
untuk mengilustrasikan sesuatu yang sedang dijelaskan
65
oleh karyawan saat rapat dengan tujuan untuk memperjelas
dan memberikan gambaran terhadap komunikasi nonverbal
tersebut sehingga dapat lebih mudah dipahami dan
dimengerti oleh karyawan yang mengikuti rapat.
Seperti yang telah dibahas dalam pembahasan akan
profesionalisme karyawan, hal ini menunjukan bahwa
komunikasi nonverbal khususnya body gesture yang
dilakukan
oleh
profesionalisme
karyawan
karyawan
adalah
yang
bentuk
ditujukan
dari
untuk
memberikan gambaran jelas sehingga membantu karyawan
yang hadir dalam rapat lebih mudah memahami maksud
yang disampaikan.
3. Affect Display
Affect display berkaitan dengan ekspresi wajah
yang ditunjukan oleh seseorang seperti ekspresi wajah
marah, takut, dan bahagia yang tidak dapat disembunyikan
dan memiliki makna. Seperti yang dilakukan oleh
karyawan saat memimpin atau melakukan presentasi saat
rapat.
Gambar 4.9 Affect Display senang
66
Berdasarkan gambar 4.9 dapat dilihat bahwa
karyawan melakukan affect display dengan menunjukan
ekspresi yang senang dalam menanggapi pernyataan yang
disampaikan oleh karyawan lainnya. Ekspresi yang
ditunjukan ini secara tidak disadari dilakukan oleh
karyawan ketika sedang memimpin rapat. Dimana ekspresi
wajah yang ditunjukan oleh karyawan ini menunjukan
bahwa seorang karyawan yang professional tetap bisa
menunjukan ekspresi wajah senangnya ketika rapat.
Sehingga membuat suasana rapat menjadi lebih nyaman
dan karyawan yang lain juga merasa lebih santai untuk
membahas topik rapat meskipun topik yang dibahas adalah
topik yang serius.
4. Regulators
Regulators
berkaitan
perilaku
dan
tindakan
seseorang yang mengatur langsung atau mengelola
percakapan. Dimana dalam regulator seseorang akan
melakukan gerakan ketika berbicara atau ketika orang lain
berbicara. Dalam hal ini, karyawan melakukan gerakan
yang menunjukan regulators dalam rapat adalah seperti
yang ditunjukan dalam gambar berikut.
Gambar 4.10 Regulators yang dilakukan karyawan
67
Gerakan yang dilakukan oleh karyawan yang
menunjukan regulator pada gambar 4.10 yaitu dengan
menggerakan badan dan menunjuk kearah whiteboard
untuk membuat peserta rapat memperhatikan sehingga
memperlihatkan bahwa informan 2 tersebut sedang
mengatur dan mengelola percakapannya dengan peserta
rapat.
5. Adaptors
Adaptors membahas mengenai tindakan kinesik
yang memenuhi kebutuhan fisiologis atau psikologis.
Dimana adaptors dibagi menjadi tiga yaitu self - adaptors,
alter - adaptors, dan object – adaptors. Dalam rapat,
adaptors yang dilakukan oleh karyawan dalam memimpin
dan melakukan presentasi rapat adalah sebagai berikut:
Gambar 4.11 Adaptors Yang Dilakukan Karyawan
Berdasarkan gambar 4.11 adaptors yang dilakukan
oleh karyawan dalam memimpin rapat adalah dengan
melakukan gerakan memegang spidol dan mengetuk-
68
ngetukkan ketangannya. Gerakan tersebut masuk kedalam
object – adaptors dimana gerakan yang dilakukan ini
biasanya menunjukan perasaan yang cenderung negatif.
Disini karyawan tidak menunjukan perasaan negatifnya
dengan komunikasi verbal melainkan dengan komunikasi
nonverbal.
Namun menurut dosen Universitas Bina Nusantara
jurusan Marketing Communication Bapak Dr. Muhammad
Aras, S. Pd., M.Si., menyatakan bahwa seorang karyawan
yang memiliki profesionalisme tentunya tidak perlu
melakukan hal tersebut. Karena hal ini menunjukan bahwa
karyawan kurang profesional. Seharusnya jika peserta atau
karyawan dalam rapat melakukan kesalahan atau karyawan
kurang setuju dengan pendapat yang lain, karyawan harus
memberitahukan kesalahan atau hal yang salah kepada
yang bersangkutan.
Gambar 4.12 Posisi tubuh berdiri
69
Selain itu body gesture yang dilakukan seperti posisi
berdiri yang dilakukan oleh karyawan pada gambar 4.12 saat
rapat menunjukan bahwa karyawan ingin menjadi pusat
perhatian sehingga semua karyawan yang mengikuti rapat
dapat fokus terhadap presentasi yang dibawakan. Karyawan
juga terlihat percaya diri namun santai dengan topik yang akan
dipresentasikan. Posisi kepala yang ditunjukan dalam gambar
4.8 tersebut juga menunjukan bahwa karyawan mencoba untuk
mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh karyawan
lain. Namun dalam posisi berdiri yang santai tapi tetap fokus
kepada pembicara.
Sedangkan ketika karyawan merasa setuju dengan
pendapat yang disampaikan oleh karyawan yang lain, maka
mereka akan melakukan gerakan kepala mengangguk yang
berarti menyatakan kesetujuan dan disertai dengan komunikasi
verbal.
Sedangkan
untuk
menyatakan
ketidaksetujuan
biasanya karyawan lebih banyak diam dan tidak melakukan
gerakan
apapun.
Hal
ini
dilakukan
karyawan
untuk
memikirkan pendapat yang disampaikan oleh karyawan yang
lain sehingga dapat mengambil kesimpulan dan keputusan.
Gambar 4.13 Gerakan mengetuk whiteboard
70
Selain itu ketika peserta rapat sedang ribut dan tidak
fokus pada rapat biasanya karyawan yang memimpin atau
melakukan presentasi rapat akan melakukan gerakan dengan
mengetuk whiteboard atau meja untuk membuat peserta rapat
menjadi fokus kembali pada rapat seperti yang ditunjukan
pada gambar 4.13. Ketika mengetuk whiteboard, karyawan
juga menyertakan komunikasi verbal untuk menekankan
komunikasi nonverbal yang dilakukannya.
Menurut dosen Universitas Bina Nusantara jurusan
Marketing Communication Bapak Dr. Muhammad Aras, S.
Pd., M.Si., mengetuk whiteboard atau meja tidak perlu
dilakukan. Tapi jika ketukannya kecil hal ini tidak masalah,
sedangkan jika ketukannya besar akan membuat peserta rapat
terkejut dan ini kurang menunjukan profesionalisme meskipun
tetap disertai dengan komunikasi verbal.
4.3.2.2. Facial Communication (Ekspresi Wajah) Karyawan Dalam
Rapat
Wajah mengungkapkan banyak hal tentang seseorang dan salah
satu masalah penting dalam membaca tubuh, wajah merupakan titik
terpenting dalam berinteraksi dengan seseorang baik dalam percakapan
atau pun secara nonverbal. Seringkali tanpa kita berbicara secara verbal,
wajah akan berbicara dengan mimik dan ekspresinya. Wajah dapat
sebagai sarana untuk mengungkapkan emosi dan perasaan seseorang juga
dalam mengatur interaksi dengn seseorang.
Dalam hal ini karyawan yang memimpin dan melakukan
presentasi wawancara pun tetap tidak menunjukan ekspresi wajah mereka.
Kecuali ekspresi wajah karyawan biasanya hanya ditunjukan dengan
diam. Karena seperti yang disampaikan oleh karyawan bahwa komunikasi
nonverbal dapat mengatur ekspresi wajah mereka saat sedang memimpin
dan melakukan presentasi rapat. Dimana karyawan berusaha untuk
mengatur ekspresi wajah marah mereka untuk tetap terlihat biasa dan
tidak terlalu ditunjukan.
71
Gambar 4.14 Ekspresi wajah tertawa karyawan
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara ketika senang karyawan
akan tersenyum dan tertawa, dan ketika kecewa karyawan akan
menudukan kepala atau menaikan alis. Hal ini juga didukung dengan
adanya hasil dari observasi pada gambar 4.14 yang menunjukan bahwa
karyawan melakukan ekspresi wajah saat memimpin dan melakukan
presentasi rapat. Dimana ekspresi wajah dalam buku Rahasia Bahasa
Tubuh yang ditulis oleh Dianata Eka Putra senang ini ditunjukan untuk
menyatakan bahwa karyawan adalah orang yang ramah sehingga dapat
menunjukan perasaan senang akan pendapat dan ungkapan yang
disampaikan oleh karyawan yang lain.
Menurut dosen Universitas Bina Nusantara jurusan Marketing
Communication Bapak Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M.Si., harus dapat
menunjukan ekspresinya karena hal ini terkait dengan pencitraan.
Karyawan juga dapat menunjukan ekspresi wajah marah namun
ditunjukan dengan sewajarnya sebagai seorang karyawan yang memiliki
profesionalisme. Sehingga karyawan Binus Center dianggap sudah
memiliki profesionalisme
72
4.3.2.3. Eye Communication ( Komunikasi Mata) Karyawan Dalam
Rapat
Komunikasi mata yang ditunjukan oleh karyawan dalam
komunikasi nonverbal menunjukan bahwa mereka melakukan kontak
mata kepada seluruh peserta rapat saat mereka memimpin atau melakukan
presentasi rapat. Karena karyawan menyatakan dalam wawancara bahwa
kontak mata pasti terjadi dalam setiap kegiatan rapat yang dilakukan dan
tidak ada waktu untuk tidak melakukan kontak mata. Namun karyawan
akan melakukan kontak mata yang lebih fokus kepada peserta rapat yang
bertanya atau membutuhkan penjelasan yang lebih detail. Hal ini
dilakukan agar karyawan yang menjelaskan dapat secara rinci dan lebih
detail menjelaskan kepada peserta yang bertanya tersebut.
Gambar 4.15 Eye Contact yang dilakukan karyawan
Dalam
hasil observasi juga
ditemukan bahwa
karyawan
melakukan kontak mata keseluruh peserta rapat dan melakukan kontak
mata yang fokus kepada karyawan yang bertanya seperti yang ditunjukan
pada gambar 4.15. Kontak mata yang dilakukan oleh karyawan ini juga
dilakukan untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan atau dirasakan
oleh peserta rapat. Sehingga karyawan mengetahui situasi dan kondisi
rapat saat itu. Seperti yang disampaikan dalam buku “Body Language
Your Success Mantra” kontak mata yang dilakukan karyawan
73
menunjukan bahwa karyawan berusaha untuk menarik dan mengontrol
peserta rapat untuk fokus pada pembicaraan dan topic yang dibahas.
Seperti yang disampaikan oleh karyawan bahwa seorang
karyawan yang memiliki profesionalisme harus tahu kapan menggunakan
komunikasi
nonverbal
dalam
kondisi
dan
situasinya.
Sehingga
penggunaan kontak mata ini menunjukan bahwa karyawan mengetahui
kapan menggunakan kontak mata kepada seluruh peserta rapat atau hanya
pada peserta rapat tertentu.
Hal ini juga diakui oleh dosen Universitas Bina Nusantara jurusan
Marketing Communication Bapak Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M.Si.,
bahwa kontak mata sangat perlu digunakan untuk menunjukan bahwa
karyawan memperhatikan pembicaraan. Sehingga hal ini tidak akan
menyinggung perasaan orang lain.
4.3.2.4. Touch Communication (Komunikasi Sentuhan) Karyawan
Dalam Rapat
Komunikasi sentuhan dalam kegiatan formal perusahaan seperti
rapat jarang sekali terjadi karena sentuhan kepada orang lain menurut
karyawan kurang dibutuhkan. Sentuhan sendiri dalam rapat dapat
ditunjukan dengan berjabat tangan. Dimana berjabat tangan tidak terjadi
di dalam rapat internal karena karyawan menyatakan bahwa karyawan
sudah mengenal peserta yang mengikuti rapat tersebut dan semua peserta
yang hadir juga sudah sering bertemu di kantor. Sehingga berjabat tangan
dianggap tidak perlu, hanya saja ketika awal memulai rapat karyawan
akan melakukan sapaan sebagai pembukaan rapat.
Berjabat tangan sendiri hanya terjadi ketika rapat eksternal. Hal
ini terjadi karena karyawan menyatakan bahwa belum mengenal dengan
pihak yang mengikuti rapat. Berjabat tangan dengan pihak eksternal juga
menunjukan kesopanan seorang karyawan. Oleh karena itu berjabat
tangan pasti akan dilakukan jika rapat dilakukan dengan pihak eksternal.
Bapak Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M.Si. telah memastikan
bahwa tidak masalah jika tidak terjadi jabat tangan di dalam rapat internal
74
karena hal ini terkait dengan budaya disini dan juga karyawan satu sama
lain sudah saling mengenal.
Gambar 4.16 Karyawan melakukan self touch
Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa sentuhan kepada
peserta rapat juga jarang sekali terjadi. Namun tanpa disadari karyawan
melakukan sentuhan yang hanya sekali dilakukan kepada peserta rapat
ketika ingin memanggil salah seorang peserta di dalam rapat untuk
melihat kearah whiteboard tersebut.
Sedangkan sentuhan yang dilakukan kepada diri sendiri atau
disebut self touch dimana karyawan sering kali melakukan sentuhan
misalnya menggaruk wajah, memegang dagu, menggosok hidung,
memegang rambut, menyetuh tangan sendiri dan memegang dagu seperti
yang ditunjukan pada gambar 4.16. Dimana makna dari sentuhan pada
diri sendiri ini menurut buku Rahasia Bahasa Tubuh yang ditulis oleh
Dianata Eka Putra adalah proses pengambilan keputusan yang belum
selesai atau sedang menunggu informasi pendukung untuk memutuskan
pendapatnya.
Download