BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian mengenai sumber energi baru dan terbarukan yang ramah lingkungan telah sangat berkembang pada akhir dekade ini. Salah satu sumber energi yang dimaksud adalah biodiesel. Secara umum, biodiesel merupakan bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari bahan terbarukan dan ramah lingkungan yang terdiri atas ester alkil dari asam-asam lemak. Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, hewani maupun minyak goreng bekas (Schuchardt et al., 1998). Menurut Zhang et al. (2003), biodiesel sebagai bahan bakar memiliki beberapa keunggulan, yaitu: biodiesel memiliki titik nyala yang lebih rendah dari petroleum diesel, menghasilkan emisi nitrogen, karbon monoksida dan hidrokarbon tak terbakar lebih rendah dari petroleum diesel, biodiesel mampu memberikan kinerja mesin sebaik bahan bakar berbahan dasar petroleum, tidak diperlukan modifikasi mesin untuk penggunaan biodiesel dan aroma hasil pembakaran biodiesel lebih dapat ditoleransi daripada petroleum diesel. Secara sederhana biodiesel dapat dihasilkan melalui reaksi transesterifikasi antara triasilgliserol (TGA) dan alkohol rantai pendek dengan keberadaan suatu katalis (Marchetti et al., 2005). Reaksi transesterifikasi membutuhkan katalis untuk mempercepat jalannya reaksi. Terdapat tiga jenis katalis yang dapat digunakan untuk membuat biodiesel, yaitu katalis asam, basa dan enzim. Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan dalam penggunaan katalis tersebut. Canakci dan van Gepen (2001) menjelaskan bahwa penggunaan katalis asam dalam produksi biodiesel memerlukan waktu reaksi yang lama, maka dari itu penggunaan katalis asam tidak diterapkan dalam skala industri. Sementara itu, menurut Mori et al. (2009) penggunaan katalis basa memerlukan proses tambahan seperti pemisahan gliserol dan alkohol, pemisahan katalis dari biodiesel dan proses dehidrasi dari biodiesel itu sendiri. Pendekatan yang mulai dilakukan industri untuk dapat meningkatkan produktifitas biodiesel adalah menggunakan enzim lipase sebagai katalis. Lukovic et al. (2011) menjelaskan bahwa terdapat keuntungan yang diperoleh dari 1 2 penggunaan enzim lipase sebagai katalis, yaitu dapat berlangsung pada kondisi reaksi yang lunak (mild reactions), tidak ada produksi limbah, kemurnian produk tinggi dan mampu mengubah hampir seluruh asam lemak bebas dalam minyak menjadi alkil ester sehingga meningkatkan produksi biodiesel dan mengurangi biaya pemurnian produk. Mori et al. (2009) juga menyatakan bahwa proses pembuatan biodiesel menggunakan enzim lipase akan jauh lebih mudah daripada menggunakan katalis basa dikarenakan biodiesel didapatkan langsung setelah proses filtrasi dalam reaksi esterifkasi. Falch (1991) menyatakan bahwa saat ini perkembangan ilmu bioteknologi yang makin pesat mampu menyediakan enzim hasil rekayasa genetik untuk digunakan dalam keperluan industri. Hal ini dapat meningkatkan kualitas produk dan menekan biaya produksi. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah metode kloning, yang mampu memindahkan gen dari satu organisme ke organisme lain dan dapat memodifikasi struktur gen tersebut, sehingga produksi dan kualitas enzim dapat ditingkatkan. Sampai saat ini telah banyak dilakukan studi mengenai kloning gen pengkode lipase yang bersumber dari mikroorganisme, khususnya bakteri. Walaupun keberadaan lipase di alam beragam, namun lipase yang berasal dari bakteri lebih sering digunakan karena biaya produksi yang rendah, stabilitas tinggi dan ketersediaannya melimpah dibanding sumber lipase lain seperti tanaman dan hewan (Patil et al., 2011). Beberapa contoh bakteri penghasil lipase yang telah berhasil dikloning adalah Bacilus subtilis (Rabbani et al., 2009) dan Candida albicans (Lan et al., 2011). Bakteri lain yang mampu memproduksi enzim lipase berasal dari genus Azospirillum. Nurosid et al. (2008) telah berhasil mengoptimasi kemampuan enzim lipase dari bakteri Azospirillum sp. JG3. Enzim lipase dari Azospirillum sp. JG3 memiliki aktivitas optimum pada waktu inkubasi selama 96 jam sebesar 0,266 U/menit dan stabil pada pH 6-9. Namun demikian, belakangan diketahui bahwa bakteri tersebut merupakan bakteri genus Alcaligenes. Hal tersebut telah dibuktikan oleh Ethica (2014) yang menyatakan bahwa urutan nukleotida (16S rRNA) bakteri tersebut memiliki kemiripan hingga 96% tehadap bakteri A. 3 faecalis dan A. aquatilis. Berdasarkan hal tersebut nama sesungguhnya dari bakteri yang telah diuji Nurosid et al. (2008) adalah Alcaligenes sp. JG3. Bakteri genus Alcaligenes merupakan bakteri Gram negatif, nonfermentatif dan dapat ditemukan dimana-mana seperti air laut, air tanah, gorong-gorong dan tanah (Tilton, 1981). Untuk dapat mengkloning gen pengkode lipase dari bakteri Alcaligenes sp. JG3 strain lokal demi keperluan peningkatan produksi dan kualitas biodiesel dalam negeri, terlebih dahulu perlu diketahui urutan atau sekuen DNA dari gen tersebut. Terdapat beberapa bakteri yang urutan gen pengkode lipasenya telah diketahui dan telah dipublikasikan di bank gen (gene bank). Kaneko et al. (2010) telah berhasil mengkarakterisasi keseluruhan gen dari bakteri Azospirillum sp. B510 dan mendapati bahwa gen pengkode lipase dari bakteri tersebut berada pada DNA plasmid dari bakteri tersebut. Plasmid merupakan DNA ekstra kromosom yang terdapat pada sebagian besar bakteri. Selain dari genus Azospirillum, terdapat bakteri dari genus Alcaligenes yang gen pengkode lipasenya telah dikarakterisasi secara utuh yaitu bakteri Alcaligenes faecalis subsp. faecalis NCIB 8687 (Phung et al., 2012). Berbeda dari bakteri Azospirillum sp. B510, pada bakteri ini gen pengkode lipasenya tidak terletak pada DNA plasmid, namun terletak pada DNA genomik. DNA genomik bertanggung jawab terhadap fungsi protein dan pewarisan sifat suatu makhluk hidup. Untuk mengetahui urutan gen pengkode lipase dari bakteri Alcaligenes sp. JG3 strain lokal maka perlu digunakan sebuah teknik khusus sebelum DNA dari bakteri tersebut disekuensing. Teknik tersebut adalah Polymerase Chain Reaction (PCR) yang berguna untuk mengamplifikasi gen pengkode dari enzim lipase sehingga urutan gen pengkode lipase dari bakteri Alcaligenes sp. JG3 strain lokal dapat diketahui. 4 I.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan, yaitu: 1. Mendesain primer yang akan digunakan dalam proses amplifikasi berdasarkan gen pengkode lipase dari bakteri Alcaligenes faecalis subsp. faecalis NCIB 8687. 2. Mengamplifikasi DNA genomik dan DNA plasmid bakteri Alcaligenes sp. JG3 dengan PCR untuk mengetahui urutan gen pengkode lipase dari Alcaligenes sp. JG3 strain lokal. 3. Melakukan analisis homologi gen pengkode lipase dari bakteri Alcaligenes sp. JG3 strain lokal hasil karakterisasi terhadap gen pengkode lipase dari bakteri Alcaligenes faecalis subsp. faecalis NCIB 8687. I.3 Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah urutan fragmen nukleotida dari gen pengkode lipase dari bakteri Alcaligenes sp. JG3 strain lokal. Urutan ini diharapkan dapat melengkapi pengetahuan mengenai urutan keseluruhan nukleotida dari gen pengkode lipase bakteri Alcaligenes sp. JG3 sehingga nantinya dapat digunakan dalam keperluan kloning gen lipase. Dengan dilakukannya kloning tersebut, kualitas dan kuantitas produksi enzim lipase dapat ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan kinerja industri, terutama dalam bidang sumber energi yaitu biodiesel.