pengaruh capital adequacy ratio, debt to equity ratio, rasio biaya

advertisement
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, DEBT TO EQUITY
RATIO, RASIO BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN
OPERASIONAL, DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP
KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SWASTA NASIONAL
YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh:
SOCHIB
STIE WIDYA GAMA LUMAJANG
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
This study has the objective to test empirically the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR),
Debt to Equity Ratio, Ratio of Operating Expenses to Operating Income (ROA), and Loan to
Deposit Ratio (LDR) to the Financial Performance National Private Banks that Go Public in
Indonesia stock exchange. Researchers used 13 samples of the banking industry listed in
Indonesia Stock Exchange 2005-2009 period obtained by purposive sampling in order to obtain
65 observations. The hypothesis was tested using regression analysis which can be used for
predicting the condition a few years after knowing the magnitude of the influence of the
independent variables. Analysis of data to test regreasi and influence of independent variables
on the dependent variable using SPSS. The results obtained in this study that the Capital
Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio and Loan to Deposit Ratio (LDR) has no effect on
the financial performance. While BOPO significant impact on the bank financial performance
proxied Cash Flow Return on Assets (ROA). Expected results of this study can contribute in the
development of Science in Accounting, in particular aspects of the factors that affect the
financial performance of banks are proxied by Cash Flow Return on Assets.
Keywords: CAR, DER, ROA, LDR and CFROA
PENDAHULUAN
Kinerja
(Performance)
merupakan
ukuran seberapa efektif dan efisienkah
seorang manajer mampu mencapai tujuan
yang telah direncanakan. Karenanya tindakan
yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan
selalu diukur berdasarkan pada perbandingan
berbagai
standar.
Kinerja
perusahaan
merupakan
manifestasi
dari
kinerja
manajemen sehingga laba dapat pula
diinterpretasi sebagai pengukur keefektifan
dan keefisienan manajemen dalam mengelola
sumber daya yang dipercayakan kepadanya
(Suwardjono, 2005).
Kinerja keuangan digunakan untuk
mengukur kemajuan suatu entitas yang
menunjukkan kemampuan mendayagunakan
aset yang dimiliki sehingga memberikan nilai
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
1
Sochib, Pengaruh Capital Adequacy Ratio...
tambah bagi perusahaan berupa pendapatan.
Kinerja keuangan menilai profitabilitas dan
likuiditas dan menyediakan informasi
berharga untuk para pemangku kepentingan
dalam rangka mengevaluasi kinerja keuangan
masa lalu dan posisi saat ini dari suatu
perusahaan. Sedangkan penilaian kinerja
manajemen perusahaan
bertujuan untuk
mengetahui
efektivitas
operasional
perusahaan selama periode waktu tertentu.
Pengukuran kinerja perusahaan dilakukan
dengan menggunakan suatu metode atau
pendekatan hasil yang relevan.
Seperti halnya industri perbankan, kinerja
sangat diperlukan sekali dalam upaya untuk
mengukur aktivitas yang telah dilakukannya
selama kurun waktu tertentu. Dibidang
permodalan, penilaian dilakukan terhadap
rasio permodalan yang lazim digunakan untuk
mengukur kesehatan bank yaitu Capital
Adequacy Ratio (CAR) yang didasarkan pada
rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang
menurut Resiko (ATMR), sebagaimana diatur
dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum.
Likuiditas
bagi
perbankan
juga
mempunyai
peranan
penting
dalam
pengelolaan kinerja perbankan karena
menyangkut pemecahan antara
reserve
requirement yang ditetapkan Bank Sentral,
penarikan dana oleh deposan dan debitur serta
pembayaran kewajiban jatuh tempo. Salah
satu ukuran untuk menghitung Likuiditas
Bank yaitu menggunakan Loan to Deposit
Ratio (LDR) yang ditetapkan sesuai dengan
Peraturan BI Nomor 5/15/PBI/2013. Secara
umum bahwa dapat dikatakan Bank termasuk
likuid bilamana manajermen bank mampu
membayar
semua
kewajiban
jangka
pendeknya sewaktu-waktu kepada deposan,
dan mampu memenuhi semua pencairan
fasilitas kredit yang harus dipenuhi, dan
semua biaya operasionalnya.
Cash Flows atau arus kas dalam sistim
pelaporan keuangan mempunyai nilai lebih
untuk menjamin kinerja perusahaan dimasa
mendatang. Cash flow tersebut menunjukan
hasil operasi yang dananya telah diterima
tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan
beban-beban yang bersifat tunai dan benarbenar sudah dikeluarkan oleh perusahaan.
Cash Flow Return On Assets (CFROA)
2
merupakan salah satu pengukuran kinerja
keuangan perusahaan yang menunjukan
kemampuan
aktiva
perusahaan
untuk
menghasilkan laba operasi. CFROA lebih
memfokuskan pada pengukuran kinerja
perusahaan saat ini (Samani, 2008).
Kinerja keuangan merefleksikan kinerja
fundamental perusahaan. Kinerja keuangan
diukur dengan data fundamental perusahaan,
yaitu data yang berasal dari laporan keuangan.
Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan Cash Flow Return on
Assets (CFROA). CFROA dihitung dari laba
sebelum bunga dan pajak ditambah Depresiasi
dibagi dengan Total Aset. CFROA = EBIT +
Depresiasi dibagi Aset. Dengan dasar seperti
itulah judul penelitian ini Pengaruh Capital
Adequacy Ratio (CAR), Deposit to Equity
Ratio (DER), Rasio Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasiona(BOPO), dan
Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap
Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta
Nasional Go Public di BEI 2005-2009.
Memperhatikan beberapa hasil penelitian
terdahulu yang tidak konsisten maka
penelitian ini dilakukan ingin menguji
pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Loan to Deposit Ratio (LDR), Rasio Biaya
Operasional Pendapatan Operasional dan Debt
to Equity Ratio (DER) terhadap Kinerja
Keuangan Bank Swasta Nasional yang Go
Public di BEI periode 2005-2009.
Pertanyaan
penelitian
(research
questions) dalam penelitian ini sebagai berikut
: Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR),
Debt to Equity Ratio (DER), rasio Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO),
Loan to Deposit Ratio (LDR), berpengaruh
terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum
Swasta Nasional yang Go Public periode
2005-2009 ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut
diatas, dapatlah dikemukakan beberapa tujuan
dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:
Untuk membuktikan secara empiris pengaruh
Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to
Equity Ratio (DER), Rasio Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to
Deposit Ratio (LDR) terhadap Kinerja
Keuangan ?
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
Sochib, Pengaruh Capital Adequacy Ratio...
KERANGKA
TEORITIS
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Performance atau kinerja merupakan
suatu pola tindakan yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan yang diukur dengan
mendasarkan pada suatu perbandingan dengan
berbagai standar. Penilaian kinerja perusahaan
bertujuan untuk mengetahui efektivitas
operasional perusahaan. Pengukuran kinerja
perusahaan
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan suatu metode atau pendekatan.
Informasi yang digunakan dalam
mengukur kinerja ada dua yaitu kinerja
keuangan dan kinerja non keuangn. Adapun
informasi yang digunakan dalam mengukur
kinerja keuangan adalah informasi keuangan
(financial information), yaitu informasi
akuntansi keuangan dan informasi akuntansi
manajemen seperti laba sebelum pajak,
tingkat
pengembalian
investasi,
dan
sebagainya. Sedangkan non keuangan adalah
informasi yang disajikan tidak dalam satuan
uang (non financial information).
Seperti halnya kinerja suatu bank
merupakan ukuran keberhasilan bank yang
mencerminkan kemampuan manajemen bank
dalam mengelola usahanya. Penilaian kinerja
merupakan penilaian yang dilakukan secara
sistematis, mandiri dan objektif dengan
berorientasi pada masa depan, atas kebijakan
atau keputusan manajemen dalam mengelola
sumber daya dan dana yang dipercayakan
kepadanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan pelaksanaan fungsi manajemen
yang lebih baik. Suwardjono (2005:458)
mengemukakan
kinerja
perusahaan
merupakan
manifestasi
dari
kinerja
manajemen sehingga laba dapat pula
diinterpretasi sbagai pengukur keefektifan dan
keefisienan manajemen dalam mengelola
sumberdaya yang dipercayakan kepadanya.
Kinerja suatu entitas dapat diukur dengan
menganalisis dan mengevaluasi laporan
keuangan. Pengukuran laba sebagai indikator
kinerja perusahaan menjadi fokus utama dari
pelaporan keuangan modern. Salah satu teknik
analisis laporan keuangan yang lazim
dilakukan yakni analisis rasio keuangan yang
memberikan informasi sederhana tentang
hubungan antara pos satu dengan pos lainnya
sehingga memudahkan menilai kinerja dan
kesehatan perusahaan perbankan.
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Fungsi modal dalam industri perbankan
sangat penting karena selain digunakan untuk
kepentingan ekspansi dan operasional, juga
untuk memenuhi likuiditas. Dalam hal ini
Bank wajib memenuhi ketentuan Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang
berlaku untuk peningkatan modal atau disebut
Capital Adequacy Ratio (CAR). Secara teknis,
analisis tentang permodalan disebut capital
adequacy analysis yang mempunyai tujuan
untuk mengetahui apakah permodalan bank
yang ada telah mencukupi untuk mendukung
kegiatan operasional bank secara efisien.
Jumlah kebutuhan modal suatu bank dari
waktu kewaktu selalu berfluktuasi dan
meningkat mengikuti perkembangan aset
produktif bank tersebut dan kebutuhan
penutupan risiko yang terjadi. Capital
Adequacy Ratio adalah suatu rasio yang
menunjukkan
sampai
sejauh
mana
kemampuan permodalan suatu bank untuk
mampu menyerap risiko kegagalan kredit
yang mungkin terjadi sehingga semakin tinggi
angka rasio ini, maka menunjukkan bank
tersebut semakin sehat begitu juga dengan
sebaliknya.
Sementara menurut Peraturan Bank
Indonesia, CAR (Capital Adequancy Ratio)
adalah rasio yang memperlihatkan seberapa
besar jumlah seluruh aktiva bank yang
mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari modal sendiri disamping memperoleh
dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia,
modal bank terdiri atas modal inti dan modal
pelengkap sedangkan ATMR dihitung
berdasarkan nilai masing-masing pos aset
produktif pada neraca dikalikan bobot
risikonya masing-masing. Semakin tinggi
CAR semakin baik kondisi sebuah bank.
Ketentuan Bank for International Settlements
(BIS) yang sejalan dengan deregulasi Pakfeb
1991, Bank Indonesia mewajibkan setiap bank
umum mewajibkan CAR minimum bagi
bank-bank umum di Indonesia adalah 8%
(Dendawijaya, 2006).
H1:
Pengaruh Capital Adecuacy Ratio
terhadap Kinerja Keuangan yang diproksi
dengan Cash Flow Return on Assets
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
3
Sochib, Pengaruh Capital Adequacy Ratio...
Debt to Equity Ratio (DER)
Struktur
finansial
mencerminkan
perimbangan dalam arti absolut maupun
relatif antara keseluruhan modal asing (
jangka pendek maupun jangka panjang)
dengan jumlah modal sendiri (Bambang,
1983). Dalam hubungannya dengan struktur
finansial bahwa pedoman atau aturan struktur
finansial konservatif vertikal memberikan
perimbangan yang harus dipertahankan oleh
perusahaan mengenai besarnya modal asing
dengan modal sendiri.
Anggaran pembelanjaan yang sehat itu
pertama harus dibangun atas dasar modal
sendiri, sehingga aturan struktur finansial
menetapkan besarnya modal asing dalam
kondisi bagaimanapun tidak boleh melebihi
modal sendiri. Koefisien kewajiban yang
merupakan perbandingan antara jumlah modal
asing dengan modal sendiri tidak boleh
melebihi 1 : 1. Sedangkan struktur finansial
konservatif horisontal memberikan batas
perimbangan antara besarnya modal sendiri
dengan aset tetap. Keseluruhan aset tetap
harus sepenuhnya dibelanjai dengan modal
sendiri, yakni modal yang tetap tertanam
dalam perusahaan (Bambang, 1983)
H2: Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap
Kinerja Keuangan yang diproksi dengan Cash
Flow Return on Assets
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio BOPO ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Bank Indonesia, efisiensi
operasi diukur dengan membandingkan total
biaya operasi dengan total pendapatan operasi
atau disebut dengan BOPO. Rasio Biaya
Operasi terhadap Pendapatan Operasional
sering disebut rasio efisiensi yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional.
Rasio
yang
semakin
meningkat
mencerminkan kurangnya kemampuan bank
dalam menekan biaya operasional atau bisa
dikatakan bahwa manajemen bank kurang
efisien dalam mengendalikan biaya yang
sifatnya controlable.
4
H3: Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan
Operasional terhadap Kinerja Keuangan yang
diproksi dengan Cash Flow Return on Assets
Loan To Deposit Ratio (LDR)
Loan to deposit ratio merupakan rasio
yang dipergunakan untuk melihat likuiditas
perusahaan. Rasio ini mengukur komposisi
jumlah kredit yang diberikan dibandingkan
dengan jumlah dana pihak ketiga yang
dihimpun bank. LDR menyatakan seberapa
jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan oleh
deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
LDR dapat pula digunakan menilai
strategi manajemen bank. Manajemen bank
yang konservatif biasanya memiliki LDR
relatif rendah, sebaliknya jika LDR melebihi
batas toleransi dikatakan manajemen bank
sangat ekspansif/agresif. Semakin tinggi rasio
tersebut memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan, disebabkan jumlah dana yang
diperlukan untuk membiayai kredit menjadi
semakin besar. Rasio ini juga sebagai
indikator kerawanan dan kemampuan dari
suatu bank. Batas aman dari LDR suatu bank
adalah sekitar 80% dengan batas toleransi
berkisar antara 85% dan 100% (Dendawijaya,
2006).
H4: Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap
Kinerja Keuangan yang diproksi dengan Cash
Flow Return on Assets
METODE PENELITIAN
Jenis dan Obyek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
kausalitas yakni penelitian yang ingin mencari
penjelasan dalam bentuk sebab akibat (cause
effect) antar beberapa konsep atau beberapa
variabel. Penelitian ini diarahkan untuk
menggambarkan adanya hubungan sebab
akibat antara beberapa situasi yang
digambarkan dalam variabel, dan atas dasar
itu ditarik kesimpulan umum
(Augusty
Ferdinand, 2006). Obyek penelitian ini adalah
perusahaan perbankan umum swasta nasional
yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun
2005-2009.
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
Sochib, Pengaruh Capital Adequacy Ratio...
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang diperoleh melalui media
perantara atau diperoleh dari luar perusahaan.
Jenis data yang digunakan berupa laporan
tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Data yang
diperlukan dalam penelitian ini antara lain :
Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity
Ratio, Rasio Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Rasional, Loan to Deposit Ratio.
Data tersebut diperoleh dari website
www.idx.co.id, tahun 2005-2009 dan berbagai
sumber media lain.
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi
penelitian
ini
adalah
perusahaan-perusahaan di bidang perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),
dengan periode pengamatan penelitian
dilakukan mulai tahun 2005-2009. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini ditarik
dengan metode pengambilan sampel yakni
purposive sampling dimana pengambilan
sampel dilakukan berdasarkan kriteria sebagai
berikut :
a. Perusahaan perbankan swasta nasional
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
menerbitkan laporan tahunan untuk
periode 2005-2009.
b. Memiliki data yang lengkap mengenai
Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity
Ratio, BOPO dan Loan to Deposit Ratio.
c. Tidak mengalami kerugian dalam periode
penelitian
Model Penelitian
Penelitian pengaruh variabel yang
diamati menggunakan regresi berganda atau
pola pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen dengan model
penelitian sebagai berikut :
Gambar 1 MODEL PENELITIAN
Sumber : Model Penelitian diolah
Teknik Analisis Data
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian
digunakan untuk memberikan informasi
mengenai
karakteristik
variabel-variabel
penelitian. Dalam penelitian ini variabelnya
terdiri atas Variabel independen dan variabel
dependen yaitu, Capital Adequacy Ratio, Debt
to Equity Ratio, Rasio Biaya Operasional
Pendapatan Operasional, Loan to Deposit
Ratio dan Cash Flow Return on Assets.
Deskripsi
masing-masing
variabel
tersebut disajikan dalam bentuk frekuensi
absolut yang menyatakan maksimum,
minimum, mean, dan standar deviasi. Dengan
nilai frekuensi itu dapat diperoleh kondisi
masing-masing entitas yang sedang diteliti.
Analisis Statistik deskriptif digunakan untuk
memberikan gambaran atau deskripsi empiris
atas data yang dikumpulkan dalam penelitian
(Augusty Ferdinand, 2006:289).
Uji Asumsi dan Analisis Regresi
Langkah awal dalam analisis regresi,
menurut Sofyan Yamin (2009:85) adalah
pemeriksaan terhadap asumsi: pengujian
normalitas residual, tidak adanya problem
heteroskedasisitas, dan autokorelasi pada
residual.
Uji Normalitas
Asumsi
dalam
penelitian
yang
menggunakan statistik parametrik yakni harus
dipenuhinya asumsi multivariate normality.
Asumsi normality merupakan asumsi yang
menyatakan bahwa setiap variabel penelitian
merupakan variabel yang memiliki distribusi
normal. Tujuan Uji normalitas untuk
memastikan apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan variabel independen
mempunyai distribusi normal atau tidak.
Suatu model regresi yang bisa digunakan
harus memiliki data yang berdistribusi
normal.
Pengujian normalitas data dideteksi
dengan
menggunakan
grafik
Normal
Probability Plot atau grafik P-Plot. Deteksi
normalitas dengan melihat penyebaran datadata atau titik-titik pada sumbu diagonal dari
grafik. Menurut Sofyan Yamin (2009:85)
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
5
Sochib, Pengaruh Capital Adequacy Ratio...
apabila setiap pencaran data residual berada di
sekitas garis lurus melintang, maka dikatakan
bahwa residual mengikuti fungsi distribusi
normal.
(2009:86) bilamana nilai Durbin-Waston
menunjuukkan nilai lebih besar dari nilai tabel
Durbin-Waston disimpulkan tidak ada
problem autokorelasi pada residual.
Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas mempunyai arti adanya
hubungan linier yang sempurna atau pasti
diantara beberapa atau semua variabel
independen dari model regresi. Teknik yang
dapat dipakai untuk multikolinieritas,
diantaranya dengan menggunakan Variance
Inflation Factor (VIF). Menurut Sofyan
Yamin (2009:91) bila nilai Varian Inflated
Factor (VIF)>10 dapat dikatakan terdapat
gejala multikolinieritas.
Pengujian multikolinearitas bertu-juan
untuk menguji model regresi apakah terjadi
adanya korelasi variabel independen dengan
variabel independen yang lainnya. Model
regresi yang bisa digunakan dalam penelitian,
harus tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen.
Model Analisis
Penelitian yang akan menguji variabel
dependen Kinerja Keuangan ini menggunakan
model analisis dengan pendekatan Cash Flow
Return on Assets (CFROA). Perhitungan
CFROA dihitung dari laba sebelum bunga dan
pajak (EBIT) ditambah Depresiasi dibagi
dengan Total Aset (Samani,2008)
Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas menunjukkan varian
dari residual yang tidak sama dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain dalam
suatu penelitian. Pengujian heterokedastisitas
dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot. Suatu model
regresi yang bisa digunakan dalam penelitian
harus Homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas.
Menurut Sofyan Yamin (2009:86)
bilamana data tidak membentuk suatu pola
tertentu berarti tidak adanya problem
heteroskedastisitas pada residual.
Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk
memastikan apakah dalam sebuah model
regresi linier terdapat korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1. Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Autokorelasi pada sebagian
besar kasus ditemukan pada regresi yang
datanya time series.
Pengujian
ada
tidaknya
problem
autokorelasi pada residual dapat dilihat dari
nilai statistik Durbin-Watson pada tabel
Model Summary. Menurut Sofyan Yamin
6
Dimana :
CFROA = Cash Flow Return on Assets
EBIT
= Laba Sebelum Bunga dan Pajak
Depr
= Depresiasi
Assets = Total Aktiva
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Variabel Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian, pertama
diperolah Deskripsi Statistik Variabel
Penelitian terhadap 13 Bank sebagai sampel
obyek penelitian dengan jumlah pengamatan
sebanyak 65 item data. Data-data Bank
Umum Swasta Nasional Go Public diambil
dari Laporan Tahunan perbankan yang tercatat
di BEI selama periode 2005-2009. Variabel
penelitiannya meliputi variabel dependen
(Cash Flow Return on Asset) dan variabel
independen (Capital Adequacy Ratio, Debt to
Ratio, Rasio Biaya Operasional Pendapatan
Operasional, Loan to Deposit).
Tabel 1. Deskripsi Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N
Minimum Maximum
,31
Mean
Std. Deviation
Cash Flow Return On
Assets
65
5,92
2,9818
1,27742
Capital Adequacy Ratio
65
7,15
Debt to Equity Ratio
65
353,48
34,65
19,2578
7,04731
1927,17 977,5932
354,02726
Rasio Biaya Operasional
Pendapatan Operasional
65
35,02
100,55
57,8694
12,08825
Loan to Deposit Ratio
65
1,59
119,28
71,0895
21,55034
Valid N (listwise)
65
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
Sochib, Pengaruh Capital Adequacy Ratio...
Capital Adequacy Ratio (CAR) terendah
menunjukkan angka sebesar 7,15 persen yang
ternyata Bank Artha Graha Internasional pada
tahun 2005 dan yang tertinggi menunjukkan
angka sebesar 34,65 persen ternyata Bank Pan
Indonesia pada tahun 2006, dengan tingkat
rata-rata sebesar 19,25 persen dan standar
deviasi
sebesar
7,04
persen
yakni
menunjukkan simpangan data yang relatif
kecil, karena nilainya yang lebih kecil
dibandingkan dengan nilai rata-ratanya
sebesar 19,25 peersen. Dengan standar
deviasi/simpangan data yang relatif kecil
seperti tersebut berarti data variabel penelitian
CAR dikatakan cukup baik.
Sedangakan Debt to Equity Rasiio (DER)
terendah menunjukkan angka sebesar 353,48
persen yang ternyata Bank Mayapada pada
tahun 2006 dan Debt to Equity Ratio yang
paling tinggi menunjukkan angka sebesar
1927,17 persen ternyata Bank Artha Graha
Internasional pada tahun 2005, dengan tingkat
rata-rata Debt to Equity Ratio sebesar 977,59
persen, dan standar deviasi sebesar 354,02
menunjukkan simpangan data yang relatif
kecil, karena nilainya yang lebih kecil
daripada nilai rata-ratanya. Dengan standar
deviasi/simpangan data yang relatif kecil
seperti tersebut berarti data variabel penelitian
Debt to Equity Ratio dikatakan cukup baik.
Data rasio Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) terendah
menunjukkan angka sebesar 35,02 persen
yang ternyata BCA pada tahun 2009 dan
yang tertinggi menujukkan angka sebesar
100,55 persen ternyata Bank CIMB Niaga
pada tahun 2005, dengan tingkat rata-rata
sebesar 57,86 persen, dan Standar Deviasi
sebesar 12,08 menunjukkan simpangan data
yang relatif kecil, karena nilainya yang lebih
kecil dibandingkan dengan nilai rata-ratanya
sebesar 57,86. Dengan standar deviasi/
simpangan data yang relatif kecil seperti itu
berarti data variabel pnelitian BOPO
dikatakan cukup baik.
Untuk Load to Deposit Ratio (LDR) yang
terendah menunjukkan angka sebesar 1,59
persen yang ternyata Bank Internasional
Indonesia tahun 2007 dan yang tertinggi
menunjukkana angka sebesar 119,28 persen
ternyata Bank Mayapada pada tahun 2006,
dengan tingkat rata-rata sebesar 71,08 persen,
dan Standar Deviasi sebesar 21,55
menunjukkan simpangan data yang relatif
kecil, karena nilainya yang lebih kecil
dibandingkan dengan nilai rata-ratanya
sebesar 71,08. Dengan standar deviasi/
simpangan data yang relatif kecil seperti itu
berarti data variabel penelitian LDR dikatakan
cukup baik.
Standar Deviasi Cash Flow Return on
Asset (CFROA) sebagai variabel dependen
sebesar 1,27742 sedangkan Standard Error of
Estimate variabel dependen sebesar 1,01530
lebih kecil. Dengan demikian model regresi
lebih baik dalam bertidak sebagai prediktor
CFROA.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Menurut Sofyan Yamin (2009:85)
pengujian normalitas residual daat dilihat dari
grafik normal P-P Plot. Apabila setiap
pancaraxx\n data residual berada di sekitar
garis lurus melintang, maka dikatakan bahwa
residual mengikuti fungsi distribusi normal.
Jika distribusi data residual normal, maka
garis yang
menggambarkan data akan
mengikuti garis diagonalnya.
Gambar .1 Normal PP Plot of Regression
Standardized Residual
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Grafik probabilitas pada gambar 2 diatas
terlihat normal karena distribusi data
residualnya
tampak
mendekati
garis
normalnya.
Sofyan Yamin (2009:85) mengemukakan selain metode grafik normal P-P Plot,
untuk memvalidasi bahwa residual mengikuti
distribusi normal, perlu dilakukan pengujian
normalitas dengan statistik uji KolmogorovSmirnov dimana hasil pengujian ini diperoleh
dari nilai p-value.
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
7
Sochib, Pengaruh Capital Adequacy Ratio...
VIF yang terdapat pada masing-masing
variabel seperti terlihat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 2. Uji Kolmogorov-Smirnov
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
Capital Adequacy Ratio
,312
3,205
Debt to Equity Ratio
,273
3,665
Rasio Biaya Operasional Pendapatan
Operasional
,844
1,184
Loan to Deposit Ratio
,760
Secara multivariat pengujian normalitas
data dilakukan terhadap nilai residualnya.
Samani (2008) yang mengutip dari Ghozali
(2005) mengemukakan data yang berdistribusi
normal ditunjukkan dengan nilai asymptotic
significance diatas 0,05. Hasil pengujian
normalitas data terlihat dalam Tabel 2.
Uji Autokorelasi
Menurut Sofyan Yamin (2009:86)
Pengujian ada tidaknya problem autokorelasi
ada residual dapat dilihat dari nilai statistik
Durbin-Watson. Aapabila nilai DurbinWatson menunjukkan nilai lebih besar dari
nilai tabel Durbin-Watson batas atas,
disimpulkan tidak ada problem autokorelasi
pada residual.
Mengetahui ada tidaknya autokorelasi
dapat dilihat dengan nilai uji D-W dengan
ketentuan sebagai berikut :
Tabel 3. Uji Durbin-Watson
b
Model Summary
1
,639
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
a
,408
,368
1,01530
Durbin-Watson
1,815
a. Predictors: (Constant), Loan to Deposit Ratio, Capital Adecuacy Ratio, Biaya Oprs
Pendapatan Oprs, Debt to Equity Ratio
b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas mempunyai tujuan
untuk mengetahui apakah model regresi yang
digunakan dalam penelitian ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen).
Samani (2008) mengutip Ghozali (2005) Jika
variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini berarti tidak orthogonal.
Variabel
orthogonal
adalah
variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol.
Dalam penelitian ini menggunakan
persamaan regresi CFROA = f (CAR, DER,
BOPO, LDR). Untuk mengetahui apakah
terjadi multikolinearitas dapat dilihat dari nilai
8
Collinearity Statistics
Model
1
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
R
Coefficientsa
1,316
a. Dependent Variable: Cash Flow Return on Assets
Model
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas
Tolerance
VIF
Capital Adequacy Ratio
,312
3,205
Debt to Equity Ratio
,273
3,665
Rasio Biaya Operasional Pendapatan
Operasional
,844
1,184
Loan to Deposit Ratio
,760
1,316
a. Dependent Variable: Cash Flow Return on Assets
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Suatu model regresi dinyatakan terbebas
dari
multikolinearitas
bilamana
nilai
Tolerance dibawah 1 dan nilai VIF dibawah
10. Pada tabel 4 tersebut diperoleh nilai
tolerance semua variabel bebas berada
dibawah 1 dan nilai VIF jauh di bawah angka
10. Dengan demikian model penelitian ini
tidak ada masalah multikolinieritas
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian
heteroskedastisitas
mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Bilamana varian dari
residual satu pengamatan kepengamatan yang
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
akan
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah
model
yang
tidak
terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
Sebagai
kriteria
penentuan
heteroskedastisitas dapat menggunakan grafik
scatterplot, dimana titik-titik yang terbentuk
harus menyebar secara acak, tersebar baik
diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu
Y. Bilamana kondisi ini terpenuhi maka tidak
terjadi heteroskedastisitas dan model regresi
layak
digunakan.
Hasil
pengujian
heteroskedastisitas dengan menggunakan
grafik scatterplot di tunjukan pada gambar 3
Scatterplot berikut ini:
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
Sochib, Pengaruh Capital Adequacy Ratio...
Gambar 3. Scatterplot
b
Model Summary
Model
1
R
,639
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
a
,408
,368
Durbin-Watson
1,01530
1,815
a. Predictors: (Constant), Loan to Deposit Ratio, Capital Adecuacy Ratio, Biaya Oprs
Pendapatan Oprs, Debt to Equity Ratio
b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Dari grafik scatterplot diatas terlihat
bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0
pada sumbu Y, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model regresi ini tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Hasil Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis
dengan metode analisis regresi berganda
(multiple regression) yang menghubungkan
beberapa variabel independen dengan satu
variabel dependen dalam suatu model
prediktif. Analisis yang digunakan dengan
menghitung besarnya pengaruh Capital
Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Rasio
Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional, Loan to Deposit Ratio yang
merupakan variabel independen terhadap
Cash Flow Return on Assets (CFROA) yang
merupakan variabel dependen.
Uji Koefesien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) menjelaskan
seberapa besar proporsi variabel dependen
yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen secara bersamaan. Nilai koefisien
determinasi yang diperoleh berkisar antara 0 ≤
R2 ≤ 1. Dengan kriteria bilamana nilai R2
semakin mendekati angka 1 maka variabel
independen yang ada semakin besar dapat
menjelaskan variabel dependen, tetapi
bilaimana nilai R2 mendekati nol maka
variabel independen semakin kecil dalam
menjelaskan variabel dependen.
Tabel 0. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Mengacu pada Sofyan Yamin (2009:87)
untuk memvalidasi model regresi perlu
dilakukan pemeriksaan hasil tabel ANOVA
dan nilai koefisien determinasi atau R Square
pada tabel Model Summary. Dari hasil
pengujian diperoleh nilai R Square sebesar
0,408, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa variabel independen bisa menjelaskan
sebesar 40,80 persen terhadap variabel dependen, sedangkan sisanya sebesar 59,20 persen
dijelaskan oleh faktor lain diluar model
persamaan regresi. Sedangkan Standar Error
of Estimate (SEE) sebesar 1,01530. Makin
kecil nilai SEE akan membuat model regresi
semakin tepat dalam memprediksi variabel
dependen.
Uji Pengaruh Simultan (F test)
Uji pengaruh simultan (Uji F) dilakukan
untuk mengetahui apakah variabel independen
secara
bersama-sama
atau
simultan
mempengaruhi variabel dependen. Hasil
pengujian pengaruh simultan dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel 6. Uji Simultan Variabel Independen
terhadap Variabel Dependen
ANOVAb
Sum of
Squares
Model
1
Regression
Residual
Total
Mean
Square
df
42,585
4
10,646
61,850
60
1,031
104,435
64
F
10,328
Sig.
,000a
a. Predictors: (Constant), Loan to Deposit Ratio, Capital Adecuacy Ratio, Biaya Oprs
Pendapatan Oprs, Struktur Finansial;
b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Hasil uji F menunjukkan nilai F hitung
sebesar 10,328 dengan tingkat signifikansi
0,000 yang jauh dibawah 0,05. Oleh karena
probabilitas (0,001) lebih kecil dari 0,05 maka
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi bahwa terdapat hubungan signifikan
antara variabel dependen (CFROA) dengan
semua variabel independen (
Capital
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
9
Sochib, Pengaruh Capital Adequacy Ratio...
Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Rasio
Biaa Operasional dan Pendapatan Operasional, Loan to Deposit Ratio ) secara
bersama-sama.
Uji Parameter Individual ( t test )
Uji t digunakan dalam penelitian untuk
mengukur pengaruh variabel independen
terhadap dependen, yang pengukurannya
dengan nilai p-value. Uji t digunakan untuk
menguji signifikansi koefisien regresi secara
parsial dari variabel independennya (Ghozali,
2005). Hubungan variabel independen dengan
variabel dependen menunjukkan adanya
hubungan yang bervariasi seperti tampak pada
tabel 7 Coefficient
Tabel 7. Hasil Pengujian Parameter Individual
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std.
Error
Beta
t
4,160 1,529
Sig.
2,721
,009
Capital Adequacy Ratio
,062
,032
,342 1,921
,060
Debt to Equity Ratio
,000
,001
-,044
-,232
,817
Rasio Biaya Operasional
Pendapatan Operasional
-,045
,011
-,424 -3,917
,000
Loan to Deposit Ratio
,005
,007
,089
,438
,781
a. Dependent Variable: Cash Flow Return on Assets
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Hasil perhitungan statistik tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel kinerja (CFROA)
dipengaruhi oleh Capital Adequacy Ratio,
Debt to Equity Ratio, Rasio Biaya
Operasional Pendapatan Operasional, Loan to
Deposit Ratio, dengan persamaan matematis
sebagai berikut :
Y = 4,160 + 0,62 X1 + 0 X2 - 0,45 X3
+ X 0,005 X4 + ε
Dmana :
X1 : Capital Adequacy Ratio (CAR)
X2 : Debt to Equity Ratio (DER)
X3 : Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO)
X4 : Loan to Deposit Ratio (LDR)
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pengaruh Capital
Adequacy Ratio (CAR) terhadap kinerja
keuangan bank umum swasta nasional yang
Go Public pada periode 2005-2009.
Hubungan Capital Adequacy Ratio (CAR)
10
dengan Kinerja Keuangan yang diproksi oleh
Cash Flow Return on Assets (CFROA),
dinyatakan dengan angka koefisien regresi
CAR sebesar 0,062 dengan nilai p-value
sebesar 0,060 jauh diatas 0,05 pada tingkat
signifikan 5%. Karena itu Ho diterima atau
sesungguhnya tidak ada hubungan yang nyata
(signifikan) antara Capital Adequacy Ratio
(CAR) dengan Kinerja Keuangan yang
diproksi oleh Cash Flow Return on Assets
(CFROA).
Artinya bahwa variabel CAR tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja keuangan bank umum swasta
nasional yang Go Public pada periode 20052009. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan
Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja keuangan
tidak dapat diterima atau ditolak.
Hasil pengujian hipotesis ini memberikan
bukti empiris bahwa variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR) atau penyediaan
kecukupan modal bank tidak mempengaruhi
kinerja keuangan yang diproksi Cash Flow
Return on Asset (CFROA) pada bank umum
swasta nasional Go Public di Bursa Efek
Indonesia periode 2005-2009. Penelitian
Capital Adequacy Ratio (CAR) ini
memberikan hasil yang sama seperti
penelitian yang dilakukan oleh Ester et al
(2011), Dwi Lestari (2014), Anggria Maya,
Mawar Rohmah (2013) yang menganalisis
pengaruh CAR, BOPO, dan NPL terhadap
kinerja keuangan perbankan di Indonesia.
Tetapi berbeda hasilnya dengan penelitian
yang dilakukan Pandu (2008), Ardiyansyah
(2013), Dwi Lestari (2014) yang meneliti
CAR, BOPO dan LDR terhadap kinerja
keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Temuan ini menunjukkan bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR) berapapun besarnya
yang telah dibentuk oleh bank umum tidak
semata mempengaruhi kinerja keuangan bank
umum tersebut. CAR memberikan indikasi
kesungguhan pengurus bank untuk bisa
memenuhi regulasi Bank Indonesia uang
berorientasi pada Bank for Indonesia
Settlement (BIS) untuk menyediakan sebagian
permodalan minimal 8% yang harus
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
Sochib, Pengaruh Capital Adequacy Ratio...
dipertaruhkan pengurus bank sebagai bagian
dari keuangan bank yang dikelolanya.
CAR
merupakan
rasio
yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva
bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank
lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri
bank, disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari
masyarakat, pinjaman, dan lain-lain. (Lukman
Dendawijaya, 2000:122).
Pengujian hipotersis pengaruh Debt to
Equity Ratio (DER) terhadap kinerja
keuangan bank umum swasta nasional yang
Go Public pada periode 2005-2009.
Hubungan Debt to Equity Ratio (DER)
dengan Kinerja Keuangan yang diproksi oleh
Cash Flow Return on Assets (CFROA),
dinyatakan dengan angka koefisien regresi
DER sebesar 0,000 dengan nilai p-value
sebesar 0,817 jauh diatas 0,05 pada tingkat
signifikan 5%. Karena itu Ho diterima atau
sesungguhnya tidak ada hubungan yang nyata
(signifikan) antara Debt to Equity Ratio
(DER) dengan Kinerja Keuangan yang
diproksi oleh Cash Flow Return on Assets
(CFROA).
Artinya bahwa variabel LDR secara tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja keuangan bank umum swasta
nasional yang Go Public pada periode 20052009. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan
Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja keuangan
tidak dapat diterima atau ditolak.
Hasil pengujian hipotesis in memberikan
bukti empiris bahwa variabel Debt to Equity
Ratio (DER) atau rasio leverage bagi bank
umum tidak mempengaruhi kinerja keuangan
yang diproksi Cash Flow Return on Asset
(CFROA) pada bank umum swasta nasional
Go Public di Bursa Efek Indonesia periode
2005-2009. Penelitian Debt to Equity Ratio
(DER) ini memberikan hasil yang sama
seperti penelitian yang dilakukan oleh Kartika
et al (2006) yang menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja bank umum di
Indonesia. Tetapi penelitian ini berbeda
hasilnya dengan penelitian yang dilakukan
Ardiyansyah (2013), Ni Kadek et al (2015)
menghasilkan bahwa DER berpengaruh
negatif signifikan terhadap ROA.
Temuan ini menunjukkan bahwa Debt to
Equity Ratio (DER) atau rasio leverage
berapapun yang telah dibentuk tidak
memberikan pengaruh terhadap kinerja
keuangan bank umum untuk meningkatkan
laba secara signifikan. Tetapi leverage ini
memberikan gambaran pada seluruh deposan
bank yang telah mendepositkan uangnya ke
bank, bahwa pengurus bank ikut serta
memberikan permodalan untuk operasional
bank, sehingga pengelolaan bank tidak hanya
tergantung pada Dana Pihak Ketiga seperti
Saving Deposit (tabungan), time deposit
(deposito), dan demand deposit (giro).
Leverage yang tinggi memberikan
potensi dan peluang bagi bank umum untuk
meningkatkan layanan perbankan, terutama
dalam ekspansi kredit. Dengan ekspansi kredit
yang diperoleh bank maka bank akan dapat
meningkatkan perolehan laba melalui hasil
bunga kredit yang telah dilakukan. Fungsi
bank secara umum yang harus dilakukan
menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentukan simpanan, dan menyalurkan kepada
masyarakan dalam bentuk pinjaman. Dengan
fungsi intermediasi ini yang dilakukan secara
terus menerus, bank
akan mendapatkan
keuntungan berupa hasil bunga maupun dari
fee base incomenya.
Pengujian hipotesis pengaruh Rasio
Biaya
Operasional
dan
Pendapatan
Operasional (BOPO) terhadap kinerja
keuangan bank umum swasta nasional yang
Go Public pada periode 2005-2009.
Hubungan
Rasio
Biaya
Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) dengan
Kinerja Keuangan yang diproksi oleh Cash
Flow Return on Assets (CFROA), dinyatakan
dengan angka koefisien regresi BOPO
sebesar -0,045 dengan nilai p-value sebesar
0,000 jauh dibawah 0,05 pada tingkat
signifikan 5%. Karena itu Ho ditolak atau
sesungguhnya ada hubungan yang nyata
(signifikan) antara Rasio Biaya Operasional
terhadap Biaya Operasional (BOPO) dengan
Kinerja Keuangan yang diproksi oleh Cash
Flow Return on Assets (CFROA).
Artinya bahwa variabel rasio BOPO
secara mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja keuangan bank umum swasta
nasional yang Go Public pada periode 20052009. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
11
Sochib, Pengaruh Capital Adequacy Ratio...
Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO) berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja dapat diterima.
Hasil pengujian hipotesis ini memberikan
bukti empiris bahwa variabel Rasio Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) mempengaruhi kinerja keuangan
yang diproksi Cash Flow Return on Asset
(CFROA) pada bank umum swasta nasional
Go Public di Bursa Efek Indonesia periode
2005-2009. Penelitian BOPO ini memberikan
hasil yang sama seperti penelitian yang
dilakukan oleh Kartika et al (2006), Pandu
(2008), Esther et al (2011), Anggria Maya,
Dwi Lestari (2014)
yang menganalisis
pengaruh rasio CAR, BOPO, LDR terhadap
kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di
BEI.
Temuan ini menunjukkan bahwa BOPO
atau rasio Biaya Operasional terhadap
Pendapatan
Operasional
memberikan
pengaruh terhadap kinerja keuangan bank
untuk meningkatkan laba secara signifikan.
Dalam entitas perbankan beban dan
pendapatan
secara
garis
besarnya
diklasifikasikan menjadi biaya operasional,
biaya
non
operasional,
pendapatan
operasional dan non operasional. Manajemen
bank dapat meminimalkan beban perusahaan
terutama
terhadap
biaya yang bisa
dikendalikan atau controlable expenses. Pada
bagian lainnya manajemen bank dapat
meningkatkan pendapatan operasionalnya
dengan memperbesar out standing pinjaman
yang diberikan dengan prinsip prudensial
banking.
Pengujian hipotesis pengaruh Loan to
Deposit Ratio (LDR) terhadap kinerja
keuangan bank umum swasta nasional yang
Go Public pada periode 2005-2009.
Hubungan Loan to Deposit Ratio (LDR)
dengan Kinerja Keuangan yang diproksi oleh
Cash Flow Return on Assets (CFROA),
dinyatakan dengan angka koefisien regresi
LDR sebesar 0,005 dengan nilai p-value
sebesar 0,438 jauh diatas 0,05 pada tingkat
signifikan 5%. Karena itu Ho diterima atau
sesungguhnya tidak ada hubungan yang nyata
(signifikan) antara Loan to Deposit Ratio
(LDR) dengan Kinerja Keuangan yang
diproksi oleh Cash Flow Return on Assets
(CFROA).
12
Artinya bahwa variabel LDR secara
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja keuangan bank umum swasta
nasional yang Go Public pada periode 20052009. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan
Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja tidak dapat
diterima atau ditolak.
Hasil pengujian hipotesis ini memberikan
bukti empiris bahwa variabel Loan to Deposit
Ratio (LDR) tidak mempengaruhi kinerja
keuangan yang diproksi Cash Flow Return on
Asset (CFROA) pada bank umum swasta
nasional Go Public di Bursa Efek Indonesia
periode 2005-2009. Penelitian Loan to
Deposit Ratio (LDR) ini memberikan hasil
yang sama seperti penelitian yang dilakukan
oleh Esther et al (2011), Mawar Rohmah
(2013) yang meneliti pengaruh CAR, NPL,
NIM, LDR terhadap kinerja keuangan
perbankan. Tetapi penelitian ini berbeda
hasilnya dengan penelitian yang dilakukan
Kartika et al (2006), Pandu (2008),
Ardiyansyah (2013), Ni Kadek et al (2015)
yang meneliti pengaruh LDR, LAR, DER, CR
terhadap ROA.
Temuan ini menunjukkan bahwa Loan to
Deposit Ratio (LDR) berapapun yang telah
dibentuk tidak memberikan pengaruh terhadap
kinerja keuangan bank untuk meningkatkan
laba secara signifikan. Pinjaman yang
diberikan bank dapat memperbesar posisi
LDR yang kemungkinan dapat mendorong
peningkatan perolehan laba, dan disisi lainnya
Non Performance Loan (NPL) harus
dikendalikan agar laba dapat meningkat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dengan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah diuraikan mengenai pengaruh
Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio,
Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional, Loan to Deposit Ratio terhadap
Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta
Nasional yang Go Public periode 2005-2009
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to
Equity Ratio (DER) dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) hubungannya tidak nyata atau
tidak ada pengaruh terhadap Kinerja
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
Sochib, Pengaruh Capital Adequacy Ratio...
Keuangan bank umum swasta nasional yang
Go Public periode 2005-2009. Sedangkan
Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan bank umum swasta nasional yang
Go Public periode 2005-2009.
Saran-Saran
Hasil penelitian ini merupakan jawaban
manfaat apa yang diperoleh atas penelitian itu
sendiri dan dapat pula sebagai bahan saransaran. Bagi entitas perbankan hasil temuan
penelitian ini dapat dipergunakan bagi
manajemen perusahaan sebagai referensi
untuk pengembangan konsep faktor-faktor apa
yang mempengaruhi Kinerja Keuangan
industri perbankan, agar ke depan industri
perbankan dapat meningkatkan kinerjanya.
Bagi regulator, Otoritas Jasa Keuangan
dapat memberikan gambaran banyaknya
faktor yang mempengaruhi entitas perbankan
dalam upaya memerlihara kinerjanya. Karena
dimasa mendatang tentu tidak dapat dihindari
bahwa wilayah operasional industri perbankan
memasuki pasar global yakni Masyarakat
Ekonomi Asean, dimana sudah ada persaing
dengan industri perbankan asing yang lebih
baik.
Namun demikian, dalam penelitian ini
masih terdapat keterbatasan-keterbatasan yang
bisa
mempengaruhi
hasil
penelitian.
Keterbatasan itu menjadi ruang tersendiri bagi
peneliti lain untuk melakukan penelitian,
antara lain keterbatasan mengenai : Sampel
pengamatan yang digunakan dalam penelitian
masih perlu ditambah dan diperluas dengan
peusahaan perbankan yang lainnya.
Oleh karenanya, penelitian terhadap
faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan
ini menghasilkan pengaruh yang relatif
berbeda-beda dalam setiap periodenya.
Diharapkan pada penelitian berikutnya perlu
memperhatikan objek penelitian dengan
mengikutsertakan entitas perbankan yang
lainnya dan variabel independennya diperluas
dengan variabel yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah,
2013,
Pengaruh
Capital
Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio,
Loan to Deposit Ratio, Non Performance
Loan, dan Good Corporate Governance
terhadap Kinerja Bank Pembangunan
Daerah di Indonesia, Tesis
Dendawijaya, Lukman, 2003, Manajemen
Perbankan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta
Esther et al, 2011, Analisa Rasio Keuangan
terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia,
Jurnal Volume 11, Nomor 1, tahun 2013
Ferdinand, Augusty, 2006, Metode Penelitian
Manajemen, Pedoman Penelitian untuk
Penulisan Skripsi,Tesis dan Disertasi Ilmu
Manajemen, edisi kedua, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS, Edisi
3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.
Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan,
Penerbit Raja Grafindo, Jakarta.
Lestari, Dwi, 2014, Analisis Pengaruh Rasio
Capital
Adequacy
Ratio,
Biaya
Operasional Pendapatan Operasional, Loan
to Deposit Ratio terhadap Kinerja
Keuangan Perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, Skripsi
Maya, Anggria et al, Pengaruh Capital
Adequacy Ratio, Biaya Operasional
Pendapatan Operasional, Non Performan
Loan terhadap kinerja keuangan Perbankan
di Indonesia, Jurnal
Peraturan
Bank
Indonesia
Nomor
3/21/PBI/2001
tentang
Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum
Peraturan
Bank
Indonesia
Nomor
15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan
Valuta Asing bagi Bank Umum konvensional
Rohmah, Mawar, 2013, Pengaruh Capital
Adequacy Ratio, Non Performance Loan,
Net Interest Margin, Loan to Deposit Ratio
terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
yang Go Public di Bursa Efek Indonesia,
Skripsi
Ni Kadek et al, 2015, Pengaruh LDR, LAR,
DER dan CR terhadap ROA, Jurnal
Volume 3 tahun 2015
Pandu, 2008, Analisis Pengaruh Rasio CAR,
BOPO, NPL, NIM dan LDR Terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan (Studi kasus
perusahaan perbankan yang tercatat di BEJ
periode 2002-2007)
Riyanto, Bambang, 1983, Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan, Yayasan Badan
Penerbit Gajah Mada, Jogakarta
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
13
Sochib, Pengaruh Capital Adequacy Ratio...
Samani, 2008, Pengaruh Good Corporate
Governance dan Leverage terhadap
Kinerja Keuangan pada Perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2004-2007, Tesis, Universitas Diponegoro.
Sugiyono,
2008,
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Cetakan
Keempat, Alfabeta, Bandung.
Sofyan Yamin, 2009, SPSS Complete, Teknik
Analisis Statistik Terlengkap dengan
Softwar SPSS, Penerbit Salemba Infotek,
Jakarta.
Suwardjono,
2005,
Teori
Akuntansi
Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi
ketiga, BPFE, Jogyakarta
14
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 1 - 14
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR
MODAL PADA PERUSAHAAN KATAGORI SAHAM BLUE CHIPS DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2011-2014
Oleh:
SUKMA
SUKMAIRDIANA
IRDIANA
STIEWIDYA
Widya Gama
STIE
GAMALumajang
LUMAJANG
Email
:
[email protected]
Email : [email protected]
ABSTRACT
The purpose of this research is to find and test influence between structure assets, the ratio
debt, profitability, liquidity, sales growth, and the size of the company to structure capital companies
blue chips listed on the indonesia stock exchange (IDX) a period of the year 2011-2014. This research
uses the method purposive sampling. Technique the analysis used is linear regression multiple. Test a
hypothesis that used is test f statistics and test t statistics, with a level α = 5 percent. This research
result indicates that simultaneously structure assets, the ratio debt, profitability, liquidity, sales
growth, and the size of the company is the a significant impact on capital structure. In partial
structure assets, the ratio debt, and liquidity is the a significant impact on capital structure. While
profitability, sales growth and the size of the company in partial there is no the effect on capital
structure. Value adjusted r square of 0,298. This means that 29,8 % dependent variable the capital
structure can be explained by six independent variable while the rest of 70,1 % capital structure
described by variable or other causes out model.
Keywords: capital structure, the structure of assets, the ratio liability, profitability, liquidity,
sales growth, and the size of the company.
PENDAHULUAN
Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang paling penting bagi perusahaan.
Setiap keputusan pendanaan mengharuskan
manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumbersumber dana yang akan dipilih karena masingmasing sumber dana mempunyai konsekuensi
finansial yang berbeda. Struktur modal dapat
didefinisikan sebagai campuran khusus antara
hutang dan ekuitas (modal sendiri) suatu perusahaan yang digunakan untuk mendanai
kegiatan operasinya. Struktur modal menunjukkan perimbangan jumlah utang pendek
yang bersifat tetap, utang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa.
Struktur modal perlu diperhatikan karena dapat memotivasi manajemen untuk mencari suatu struktur modal yang optimal untuk perusahaannya. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi komposisi struktur modal perusahaan diantaranya diungkapkan Riyanto
(1990) yang berpendapat bahwa yang
mempengaruhi struktur modal adalah tingkat
bunga, stabilitas dari earning, susunan dari
aktiva, kadar resiko dari aktiva, besarnya
jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar
modal, sifat manajemen, besarnya suatu perusahaan. Weston dan Brigham (1998) juga berpendapat bahwa variabel-variabel yang
mempengaruhi struktur modal adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi,
tingkat pertumbuhan,
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 15 - 26
15
Sukma Irdiana, Analisis Faktor-Faktor Yang ...
profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, kondisi
pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan. Brigham (1983) menyatakan
bahwa beberapa faktor penting dalam menentukan struktur modal (capital structure deccisions) meliputi beberapa faktor: (1) sales stability, (2) assets structure, (3) growth rate, (4)
profitability, dan (5) taxes. Menurut Brigham
dan Houston (2001) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi komposisi struktur modal perusahaan diantaranya stabilitas penjualan,
struktur aktiva, leverage operasi, risiko bisnis,
tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak,
pengendalian, sikap manajemen, ukuran perusahaan, dan fleksibilitas keuangan.
Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan
dari sumber modal sendiri berasal dari modal
saham, laba ditahan, dan cadangan. Dalam
pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus
mencari alternatif-alternatif pendanaan yang
efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi
bila perusahaan mempunyai struktur modal
yang optimal. Struktur modal yang optimal
dapat diartikan sebagai struktur modal yang
dapat meminimalkan biaya penggunaan modal
secara keseluruhan atau biaya modal rata-rata.
Dengan mengetahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia,
pihak manajemen perusahaan dapat menentukan pemenuhan kebutuhan dana untuk mencapai struktur modal yang optimal. Hal tersebut harus dilakukan oleh pihak manajemen
dan juga para investor di pasar modal pada
umumnya sehingga tujuan pihak manajemen
perusahaan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat tercapai.
Akibatnya pihak manajemen lebih berhati-hati
dalam membiayai investasi-investasi yang dilakukan perusahaan pada masa yang akan datang serta lebih memahami resiko yang akan
timbul sebagai akibat dari keputusan pembiayaan yang diambil dengan mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal perusahaan. Struktur modal dapat
diukur dari rasio perbandingan antara total
hutang terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui rasio debt to equity ratio (DER).
Dari latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah : (1).
Apakah struktur aktiva secara parsial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal ?.
(2). Apakah rasio hutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal ?.
16
(3). Apakah profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal ?.
(4). Apakah likuiditas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal ?.
(5). Apakah pertumbuhan penjualan secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal ?. (6). Apakah ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal ?. (7). Apakah struktur
aktiva, rasio hutang, profitabilitas, likuiditas,
pertumbuhan penjualan, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal ?.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui struktur aktiva, rasio hutang, profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan,
dan ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal
dan untuk mengetahui struktur aktiva, rasio
hutang, profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan
penjualan, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Struktur Modal
Setiap keputusan pendanaan mengharuskan manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber-sumber dana yang akan dipilih karena
masing-masing sumber dana mempunyai
konsekuensi finansial yang berbeda. Weston
dan Copeland (1996) mengungkapkan keputusan untuk memilih sumber pembiayaan
merupakan keputusan bidang keuangan yang
paling penting bagi perusahaan. Sumber pembiayaan atau sumber pedanaan suatu perusahaan dapat dilihat di sisi pasiva dari neraca
perusahaan sedangkan penggunaan dana dapat
di lihat pada sisi aktiva dari neraca perusahaan.
Aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan
menunjukkan penggunaan bersih dari dana
sedangkan hutang dan modal sendiri mencerminkan sumber dananya (Husnan, 2001).
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos
modal (modal saham), keuntungan atau laba
yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya
(Munawir, 2004). Modal pada dasarnya
terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif
(Debet) dan modal Pasif (Kredit). Modal
(pembelanjaan dari luar perusahaan) juga
dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yakni:
hutang dan ekuitas (modal sendiri).
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 15 - 26
Sukma Irdiana, Analisis Faktor-Faktor Yang ...
Menurut Munawir (2004) hutang adalah
semua kewajiban keuangan perusahaan kepada
pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditor.
Hutang mempunyai keunggulan berupa:
1) bunga mengurangi pajak sehingga biaya
hutang rendah, 2) kreditur memperoleh return
terbatas sehingga pemegang saham tidak perlu
berbagi keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju, 3) kreditur tidak memiliki hak
suara sehingga pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan penyertaan dana yang kecil. Meskipun demikian hutang juga
mempunyai kelemahan, yaitu: 1) hutang biasanya berjangka waktu tertentu untuk dilunasi
tepat waktu, 2) rasio hutang yang tinggi akan
meningkatkan risiko yang selanjutnya akan
meningkatkan biaya modal, dan 3) bila perusahaan dalam kondisi sulit dan labanya tidak
dapat memenuhi beban bunga maka tidak tertutup kemungkinan dilakukan tindakan likuidasi (Brigham dan Gapenski, 1996).
Teori Struktur Modal
Teori struktur modal yang dikembangkan oleh beberapa ahli yaitu antara lain
Pendekatan Tradisional, pendekatan Modigliani dan Miller, Pecking Order dan Balanced
Theory. Selain itu, Myers (1984) juga
mengklasifikasikan berbagai macam faktor
yang mempengaruhi struktur modal yaitu perusahaan yang mengikuti Balanced Theory dan
perusahaan yang mengikuti Pecking Order
Theory.
Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional berpendapat
bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan
tidak ada pajak, nilai perusahaan (atau biaya
modal perusahaan) dapat diubah dengan
merubah struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950-an
(Husnan, 2004). Husnan juga berpendapat
bahwa keadaan perusahaan menjadi lebih baik
setelah perusahaan menggunakan hutang karena nilai perusahaan meningkat (atau biaya
modal perusahaan menurun).
Pendekatan Modigliani dan Miller
Modligliani dan Miller membuktikan
dengan sekumpulan asumsi yang sangat membatasi bahwa nilai sebuah perusahaan tidak
terpengaruh oleh struktur modalnya. Atau
dengan kata lain hasil yang diperoleh MM
menunjukkan bahwa bagaimana cara sebuah
perusahaan akan mendanai operasinya tidak
akan berarti apa-apa sehingga struktur modal
adalah suatu hal yang tidak relevan. Dari
artikel Modigliani dan Miller (MM) (dikutip
oleh Husnan, 2008) menunjukkan bahwa pendekatan tradisional adalah tidak benar. Mereka
menunjukkan kemungkinan munculnya proses
arbitrase yang akan membuat harga saham
(atau
nilai
perusahaan)
yang
tidak
menggunakan
hutang
maupun
yang
menggunakan hutang akhirnya sama. Proses
arbitrase muncul karena investor selalu lebih
menyukai investasi yang memerlukan dana
yang lebih sedikit tetapi memberikan penghasilan bersih yang sama dengan resiko yang
sama pula.
Balanced Theory
Esensi balancing theories adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang
timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar hutang akan
ditambah. Tetapi apabila pengorbanan karena
menggunakan hutang sudah lebih besar maka
hutang tidak boleh lagi ditambah (Husnan,
2006). Sehingga berbagai faktor, seperti adanya Corporate Tax, biaya kebangkrutan, dan
Personal Tax telah dipertimbangkan untuk
menjelaskan mengapa suatu perusahaan
akhirnya memilih struktur modal tertentu.
Pecking Order Theory
Disamping balancing theories, Myers
and Majluf (1984) dan Myers (1984) merumuskan teori struktur modal yang disebut
pecking order theory. Disebut sebagai pecking
order theory karena teori ini menjelaskan
mengapa perusahaan akan menentukan hirarki
sumber dana yang paling disukai. Teori ini
mendasarkan diri atas informasi asimetrik
(asymmetric information), suatu istilah yang
menunjukkan bahwa manajemen mempunyai
informasi yang lebih banyak (tentang prospek,
risiko dan nilai perusahaan) daripada pemodal
publik. Manajemen mempunyai informasi
yang lebih banyak dari pemodal karena
merekalah yang mengambil keputusankeputusan keuangan yang menyusun berbagai
rencana perusahaan dan sebagainya. Kondisi
ini dapat dilihat dari reaksi harga saham pada
waktu manajemen mengumumkan sesuatu
(seperti peningkatan pembayaran deviden).
Hipotesis pecking order menggambarkan sebuah hierarki dalam pencarian dana
perusahaan dimana perusahaan lebih memilih
menggunakan internal equity untuk membayar
deviden dan mengimplementasikannya sebagai
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 15 - 26
17
Sukma Irdiana, Analisis Faktor-Faktor Yang ...
peluang pertumbuhan. Apabila perusahaan
membutuhkan dana eksternal maka perusahaan
akan lebih memilih hutang sebelum external
equity (myers 1984 dan Yuniningsih 2003).
Internal Equity diperoleh dari laba ditahan dan
depresiasi, Hutang diperoleh dari pinajaman
kreditur sedangkan external equity diperoleh
karena menerbitkan saham baru.
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Struktur Modal
Struktur Aktiva
Aset atau aktiva adalah segala sesuatu
yang dimiliki oleh perusahaan. Aktiva dapat
digolongkan menjadi aktiva tetap, aktiva tidak
berwujud, dan aktiva lain-lain. Penggolongan
ini yang kemudian disebut struktur aktiva.
Perusahaan yang memiliki aktiva dalam
jumlah besar dapat menggunakan hutang yang
lebih besar karena memiliki aktiva sebagai
penjaminnya (Weston dan Copeland, 2000).
Rasio Hutang
Menurut
Harahap
(2009:306),
rasio leverage merupakan
rasio
yang
mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai
oleh kewajiban atau pihak luar dengan
kemampuan perusahaan yang digambarkan
oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang oleh
perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio
dan pengembalian. Rasio ini dapat digunakan
untuk melihat seberapa resiko keuangan
perusahaan (Riyanto, 2010:333). Salah satu
rasio laverage adalah rasio hutang. Rasio
hutang adalah Rasio yang merupakan
perbandingan antara total kewajiban dengan
total aset. Rasio ini menunjukkan sejauh mana
kewajiban dapat ditutupi oleh aset. Menurut
Fahmi (2011:63), semakin rendah rasio ini
semakin baik karena aman bagi kreditor saat
likuidasi.
Profitabilitas
Profitabilitas menurut Saidi (2004)
adalah kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba. Para investor menanamkan
saham pada perusahaan adalah untuk
mendapatkan return, yang terdiri dari yield
dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan
memperoleh laba, maka semakin besar return
yang
diharapkan
investor.
Seringkali
pengamantan menujukkan bahwa perusahaan
dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas
investasi menggunakan hutang yang relatif
kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis
mengenai hal ini, namun penjelasan praktis
atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan
18
yang profitable tidak memerlukan banyak
pembiayaan
dengan
hutang.
Tingkat
pengembaliannya
yang
sangat
tinggi
memungkinkan perusahaan tersebut untuk
membiyai
sebagian
besar
kebutuhan
pendanaan mereka dengan dana yang
dihasilkan secara internal (Brigham dan
Houston, 2001).
Likuiditas
Likuiditas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan sumber
daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia
untuk memenuhi kewajiban tersebut (Van
Horne dan Wachowicz, 2001). Menurut
Weston dan Copeland (1997) Current Ratio
(rasio lancar) merupakan rasio antara aktiva
lancar terhadap kewajiban lancar. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan aktiva lancarnya.
Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat
berharga, piutang, dan persediaan. Sedangkan
kewajiban lancar terdiri dari hutang bank
jangka pendek atau hutang lainnya yang
mempunyai jangka waktu kurang dari satu
tahun.
Pertumbuhan Penjualan
Penjualan yang stabil pun dapat
memudahkan perusahaan dalam kegiatan
memproduksinya, baik dari segi persediaan,
tenaga
kerja,
peralatan-peralatannya,
kebutuhan dananya dan lain-lain. Dengan
adanya penjualan yang stabil maupun
meningkat maka proyeksi laba yang diperoleh
pun ikut stabil atau meningkat, hal ini akan
berpengaruh langsung terhadap besar kecilnya
modal sendiri. Modal sendiri yang terdiri dari
saham biasa dan laba ditahan akan semakin
besar seiring dengan bertambahnya laba
operasi perusahaan, dan akhirnya akan
berdampak kepada optimalitas struktur modal
perusahaan. Struktur modal perusahaan yang
mempunyai persentase modal sendiri yang
relatif besar akan meningkatkan kredibilitas
perusahaan.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran
atau besarnya asset yang dimiliki oleh
perusahaan (Saidi, 2004). Dalam penelitian ini,
pengukuran terhadap ukuran perusahaan
mengacu pada penelitian Saidi (2004), dan
Dyah Sih Rahayu (2005), dimana ukuran
perusahaaan di-proxy dengan nilai logaritma
natural dari total asset (natural logarithm of
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 15 - 26
Sukma Irdiana, Analisis Faktor-Faktor Yang ...
asset). Perusahaan yang lebih besar cenderung
memiliki sumber permodalan yang lebih
terdiversifikasi sehingga semakin kecil
kemungkinan untuk bangkrut dan lebih
mampu memenuhi kewajibannya, sehingga
perusahaan besar cenderung mempunyai
hutang yang lebih besar daripada perusahaan
kecil (Rajan dan Zingales, 1995 dalam R.
Agus Sartono dan Ragil Sriharto, 1999).
Logaritma dari total assets dijadikan indikator
dari ukuran perusahaan karena jika semakin
besar ukuran perusahaan maka asset tetap yang
dibutuhkan juga akan semakin besar.
Pengaruh Variabel Independen Terhadap
Variabel Dependen
Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap
Struktur Modal
Aset
menunjukkan
aktiva
yang
digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan. Semakin besar aset diharapkan
semakin besar hasil operasional yang
dihasilkan perusahaan. Peningkatan aset yang
diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin
menambah kepercayaan pihak luar terhadap
perusahaan.
Dengan
meningkatnya
kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap
perusahaan, maka
proporsi hutang akan
semakin lebih besar daripada modal sendiri.
Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditor
atas dana yang ditanamkan ke dalam
perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang
dimiliki perusahaan (Robert Ang, 1997).
Berdasarkan
teori
tersebut
dan
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya tersebut maka dirumuskan bahwa
struktur aktiva memiliki hubungan yang positif
terhadap pinjaman perusahaan.
Pengaruh Rasio Hutang Terhadap struktur
Modal
Menurut Weston dan Brigham (1994)
serta Husnan (1996), setiap perusahaan akan
menghadapi risiko sebagai akibat dari
dilakukannya kegiatan operasi perusahaan,
baik itu risiko bisnis maupun risiko hutang
yang harus digunakan oleh perusahaan. Risiko
bisnis berhubungan dengan jenis usaha yang
dipilih dari kondisi ekonomi yang dihadapi.
Sehingga terdapat hubungan negatif dan
signifikan antara risiko bisnis terhadap struktur
modal.
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur
Modal
Perusahaan yang dapat menghasilkan
laba yang besar dengan tingkat pertumbuhan
yang lambat akan mempunyai tingkat debt to
equity ratio yang rendah jika dibanding
dengan rata-rata industri yang ada. Di lain
pihak perusahaan yang cukup menguntungkan
dalam industri yang sama akan memiliki
tingkat debt to equity (DER) yang relatif tinggi
(Myers, 1984).
Meningkatnya net profit margin akan
meningkatkan daya tarik pihak eksternal
(investor dan kreditor), dan jika kreditor
semakin tertarik untuk menanamkan dananya
ke dalam perusahaan, sangat memungkinkan
debt to equity ratio juga semakin meningkat
(dengan asumsi peningkatan hutang relatif
lebih tinggi daripada peningkatan modal
sendiri). Dengan demikian, hubungan antara
NPM dan debt to equity ratio diharapkan
mempunyai hubungan positif.
Pengaruh Likuiditas Terhadap Struktur
Modal
Menurut Pecking Order Theory,
perusahaan yang mempunyai likuiditas yang
tinggi akan cenderung tidak mengguanakan
pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan
perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi
mempunyai dana internal yang besar, sehingga
perusahaan tersebut akan lebih mengguanakan
dana internalnya terlebih dahulu untuk
membiayai
investasinya
sebelum
mengguanakan pembiayaan eksternal melalui
hutang. Dalam penelitian Prowse (1990) dalam
Kusumawati
(2004),
likuiditas
asset
perusahaan
dapat
digunakan
untuk
menunjukan seberapa besar asset tersebut
dapat dimanipulasi oleh shareholders dengan
biaya
yang
ditanggung
boundholders.
Selanjutnya menurut Ozkan (2001) dalam
Kusumawati (2004), perusahaan dengan asset
likuid yang besar dapat mengguanakan asset
ini untuk berinvestasi (pecking order theory).
Selain itu, menurut Ratri (2011) likuiditas
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap struktur modal.
Pengaruh
Pertumbuhan
Penjualan
Terhadap Struktur Modal
Perusahaan dengan pertumbuhan yang
stabil dapat lebih aman, dapat lebih banyak
pinjaman, dan menanggung beban tetap yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan
umum, karena permintaan produk atau jasanya
stabil secara histories mampu menggunakan
lebih leverage keuangan daripada perusahaan
industri. Perusahaan yang tumbuh dengan
pesat harus lebih banyak mengandalkan modal
eksternal lebih jauh lagi, biaya pengembangan
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 15 - 26
19
Sukma Irdiana, Analisis Faktor-Faktor Yang ...
untuk penjualan saham biasa lebih besar
daripada biaya untuk penerbitan surat hutang
atau obligasi yang lebih banyak mengandalkan
hutang. Tetapi pada saat yang sama,
perusahaan yang tumbuh lebih pesat sering
menghadapi ketidakpastian yang lebih besar,
yang cenderung mengurangi keinginannya
untuk menggunakan hutang (Brigham dan
Houston, 2001).
Akan tetapi, pertumbuhan penjualan
yang tinggi selalu diikuti dengan peningkatan
dana yang digunakan untuk pembiayaan
ekspansi. Hal ini perusahaan cenderung
mengurangi keinginan perusahaan untuk
membagi laba pada para pemegang saham.
Berdasar
penjelasan
uraian
di
atas
pertumbuhan
penjualan
diprediksikan
mempunyai pengaruh positif terhadap struktur
modal perusahaan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap
Struktur Modal
Semakin besar ukuran perusahaan suatu
perusahaan, maka kecenderungan untuk
menggunakan dana eksternal juga akan
semakin besar (Rajan dan Zingales, 1995
dalam Agus Sartono dan Ragil Sriharto, 1999).
Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki
kebutuhan dana yang besar dan salah satu
alternatif pemenuhan dananya adalah dengan
menggunakan dana eksternal.
Menurut Bambang Riyanto (2001),
suatu perusahaan besar yang sahamnya
tersebar luas, dimana setiap perluasan modal
saham hanya akan mempunyai pengaruh yang
kecil terhadap kemungkinan hilangnya
pengendalian dari pihak yang lebih dominan
terhadap perusahaan yang bersangkutan, yaitu
pihak pemegang saham pengendali dimana
pemegang saham pengendali tersebut memiliki
keputusan
yang
lebih
besar
dalam
mengendalikan manajemen perusahaannya,
dibandingkan dengan pemegang saham
minoritas, sehingga keputusan yang diambil
sering mengabaikan keputusan kelompok
pemegang saham. Sebaliknya perusahaan kecil
dimana sahamnya tersebar hanya di
lingkungan kecil maka penambahan jumlah
saham akan mempunyai pengaruh besar
terhadap kemungkinan hilangnya kontrol dari
pihak pemegang saham pengendali terhadap
perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena
itu, perusahaan besar akan lebih berani untuk
mengeluarkan atau menerbitkan saham baru
dalam pemenuhan kebutuhan dananya jika
dibandingkan dengan perusahaan kecil.
20
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan
bahwa
variabel
ukuran
perusahaan
berpengaruh signifikan positif terhadap
struktur modal.
HIPOTESIS
Berdasarkan definisi variable penelitian
maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
Ha1: Pertumbuhan penjualan berpengaruh
secara positif terhadap struktur modal
Ha2: Struktur aktiva berpengaruh secara
positif terhadap struktur modal.
Ha3: Rasio hutang berpengaruh secara positif
dengan struktur modal
Ha4: Profitabilitas berpengaruh secara negatif
terhadap struktur modal.
Ha5: Ukuran perusahaan berpengaruh secara
positif terhadap struktur modal.
Ha6: Likuiditas berpengaruh secara negatif
terhadap struktur modal.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi adalah kumpulan seluruh
elemen sejenis, tetapi dapat dibedakan satu
sama lain (Supranto, 1994: 15). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang termasuk kedalam saham BLUE CHIPS
dan terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2011-2014. Pemilihan perusahaan
BLUE CHIPS ini karena saham blue chip
secara umum dianggap lebih valuable
dibanding saham biasa lainnya yang ada di
Bursa Efek Indonesia.
Pengambilan sampel dengan teknik non
random sampling yaitu cara pengambilan
sampel yang tidak semua anggota populasi
diberi kesempatan untuk dipilih menjadi
sampel. Salah satu teknik pengambilan
sampling yang termasuk dalam non random
sampling adalah purposive sampling.
Data yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan data sekunder. Data sekunder
yang berupa laporan keuangan tahunan dari
Indonesia Capital Market Directory dan
Indonesia Stock Exchange Statistics.
Data tersebut diolah lebih lanjut untuk
memperoleh suatu nilai yang menjadi variabel
yang digunakan dalam penelitian ini.
Data
yang
dikumpulkan
dalam
penelitian ini dengan menggunakan metode
studi pustaka dan metode dokumentasi.
Teknik Analisis Data
Teknik
analisis
data
dengan
menggunakan persamaan Multiple Regression
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 15 - 26
Sukma Irdiana, Analisis Faktor-Faktor Yang ...
(regresi linier berganda) untuk menganalisis
variabel independen terhadap variabel
dependen. Model ini dipilih karena penelitian
ini dirancang untuk menentukan variable
independen yang mempunyai pengaruh
terhadap variable dependen. Pada penelitian
ini, data diolah menggunakan software
komputer yaitu SPSS (Statistical Package for
Social Science) versi 16,0.
Dalam
penelitian
ini
variabel
independen yang digunakan adalah Struktur
Aktiva (X1), Rasio Hutang (X2), Profitbilitas
(X3), Likuiditas (X4), Pertumbuhan Penjualan
(X5), Ukuran Perusahaan(X6). Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Struktur Modal (Y).
Persamaan regresi linier berganda dalam
penelitian ini adalah sebagi berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +
β5X5 + β6X6 + e
Uji Asumsi Klasik.
Sebelum melakukan pengujian regresi
terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi
klasik. Pengujian asumsi klasik yang
digunakan
yaitu
:
uji
normalitas,
multikolineariitas, heteroskedastisitas dan
autokorelasi.
Pengujian Hipotesis.
Metode pengujian terhadap hipotesis
yang diajukan dilakukan pengujian secara
parsial (Uji t) dan pengujian secara simultan
(Uji F) serta analisis koefisien determinasi (R2)
(Ghozali,2005).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linear berganda
(multiple regression) dimaksudkan untuk
menguji sejauh apa dan bagaimana pengaruh
variabel independen terhadap variabel
dependen. Analisis regresi ini akan
menghasilkan koefisien regresi yang dilihat
dari nilai unstandardized coefficient dan
menunjukkan arah hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Hasil
analisis regresi berganda dapat dilihat pada
tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Coeffi- Standardized
cients
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-.592
.194
X1
.462
.143
X2
1.030
X3
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-3.055
.004
.651
3.238
.002
.295
3.393
.239
1.389
4.316
.000
.115
8.707
-.464
.256
-.368
-1.814
.075
.290
3.451
X4
.064
.025
.499
2.587
.012
.320
3.127
X5
-.064
.193
-.038
-.332
.741
.911
1.097
.201
1.758
.085
.909
1.100
X6
.024
.014
a. Dependent Variable: Y
Dari tabel 4.1, didapat persamaan regresi
linear berganda sebagai berikut :
STA = -0,592 + 0,426 Struktur Aktiva +
1,030 Rasio Hutang - 0,464
Profitabilitas + 0,064 Likuiditas –
0,064 Pertumbuhan Penjualan +
0,024 Ukuran Perusahaan
Berdasarkan
persamaan
regresi
diatas dapat dianalisis pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap struktur
modal, yaitu :
 Variabel struktur aktiva memiliki nilai
koefisien regresi dengan arah positif
sebesar 0,426 atau dapat dikatakan pada
variabel struktur aktiva terdapat hubungan
positif dengan Struktur modal. Jika
diasumsikan variabel independen lainnya
konstan, hal ini menunjukkan bahwa
setiap kenaikan sebesar satu persen dari
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 15 - 26
21
Sukma Irdiana, Analisis Faktor-Faktor Yang ...





variabel
struktur
aktiva
akan
menyebabkan variabel struktur modal
(STA) mengalami kenaikan sebesar nilai
koefisiennya, yaitu 42,6 persen.
Variabel rasio hutang memiliki nilai
koefisien regresi dengan arah positif
sebesar 1,030 atau dapat dikatakan pada
variabel rasio hutang terdapat hubungan
positif dengan Struktur modal. Jika
diasumsikan variabel independen lainnya
konstan, hal ini menunjukkan bahwa
setiap kenaikan sebesar satu persen dari
variabel rasio hutang akan menyebabkan
variabel struktur modal (STA) mengalami
kenaikan sebesar nilai koefisiennya, yaitu
103 persen.
Variabel profitabilitas memiliki nilai
koefisien regresi dengan arah negatif
sebesar 0,464 atau dapat dikatakan pada
variabel profitabilitas terdapat hubungan
negatif dengan Struktur modal. Jika
diasumsikan variabel independen lainnya
konstan, hal ini menunjukkan bahwa
setiap kenaikan sebesar satu persen dari
variabel profitabilitas akan menyebabkan
variabel struktur modal (STA) mengalami
penurunan sebesar nilai koefisiennya,
yaitu 46,4 persen.
Variabel likuiditas memiliki nilai
koefisien regresi dengan arah positif
sebesar 0,064 atau dapat dikatakan pada
variabel likuiditas terdapat hubungan
positif dengan Struktur modal. Jika
diasumsikan variabel independen lainnya
konstan, hal ini menunjukkan bahwa
setiap kenaikan sebesar satu persen dari
variabel likuiditas akan menyebabkan
variabel struktur modal (STA) mengalami
kenaikan sebesar nilai koefisiennya, yaitu
6,4 persen.
Variabel pertumbuhan penjualan memiliki
nilai koefisien regresi dengan arah negatif
sebesar 0,064 atau dapat dikatakan pada
variable pertumbuhan penjualan terdapat
hubungan negatif dengan Struktur modal.
Jika diasumsikan variabel independen
lainnya konstan, hal ini menunjukkan
bahwa setiap kenaikan sebesar satu persen
dari variabel pertumbuhan penjualan akan
menyebabkan penuruan struktur modal
(STA) yang diterima sebesar nilai
koefisiennya, yaitu 6,4 persen.
Variabel ukuran perusahaan memiliki
nilai koefisien regresi dengan arah positif
sebesar 0,024 atau dapat dikatakan pada
22
variabel ukuran perusahaan terdapat
hubungan positif dengan Struktur modal.
Jika diasumsikan variabel independen
lainnya konstan, hal ini menunjukkan
bahwa setiap kenaikan sebesar satu persen
dari variabel ukuran perusahaan akan
menyebabkan variabel struktur modal
(STA) mengalami kenaikan sebesar nilai
koefisiennya, yaitu 2,4 persen.
Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual
(Uji t / Parsial)
Uji statistik t adalah pengujian yang
digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen, yaitu profitabilitas, struktur asset,
dan growth opportunity secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen, yaitu strukur modal.
Pengambilan keputusan didasarkan pada
tingkat signifikansi 0,05 (5%). Untuk lebih
jelasnya, hasil uji secara parsial (uji t) dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Berdasarkan
tabel
diatas,
dapat
disimpulkan mengenai uji hipotesis secara
parsial
dari
masing-masing
variabel
independen terhadap variabel dependen, yaitu:
 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama
H1: Struktur Aktiva mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap Struktur Modal.
Pada hasil output regresi menunjukkan bahwa
variabel Struktur aktiva memiliki nilai
koefisien regresi positif sebesar 0,426 dan nilai
signifikansi sebesar 0,002 (0,002 < 0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa Stuktur
aktiva mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal dan dapat
disimpulkan H1 diterima karena didukung
oleh data dan sesuai dengan ekspektasi
penelitian.
 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
H2: Rasio Hutang mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap Struktur Modal.
Pada hasil output regresi menunjukkan bahwa
variabel rasio hutang memiliki nilai koefisien
regresi positif sebesar 1,030 dan nilai
signifikansi sebesar 0,000 (0,000 < 0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio
hutang mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal dan dapat
disimpulkan H2 diterima karena didukung
oleh data dan sesuai dengan ekspektasi
penelitian.
 Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 15 - 26
Sukma Irdiana, Analisis Faktor-Faktor Yang ...
0,064 dan nilai signifikansi sebesar 0,741 >
H3: Profitabilitas mempunyai pengaruh negatif
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
dan signifikan terhadap Struktur Modal.
pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan
negatif dan signifikan terhadap struktur modal
bahwa variabel Profitabilitas memiliki nilai
dan dapat disimpulkan H5 ditolak karena
koefisien regresi negatif sebesar –0,464 dan
didukung oleh data dan sesuai dengan
nilai signifikansi sebesar 0,075 > 0,05,
ekspektasi penelitian.
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
Profitabilitas mempunyai pengaruh negatif dan
 Hasil Pengujian Hipotesis Keenam
signifikan terhadap struktur modal dan dapat
H6: Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh
disimpulkan H3 ditolak karena didukung oleh
positif dan signifikan terhadap Struktur Modal.
data dan sesuai dengan ekspektasi penelitian.
Pada hasil penelitian, diketahui variabel
Ukuran perusahaan memiliki nilai koefisien
 Hasil Pengujian Hipotesis Keempat
regresi positif sebesar 0,024 dan nilai
H4: Likuiditas mempunyai pengaruh positif
signifikansi sebesar 0,085 (0,085 > 0,05),
dan signifikan terhadap Struktur Modal.
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ukuran
Pada hasil output regresi menunjukkan bahwa
perusahaan mempunyai pengaruh positif dan
variabel Likuiditas memiliki nilai koefisien
signifikan terhadap struktur modal dan dapat
regresi positif sebesar 0,064 dan nilai
disimpulkan H6 ditolak karena didukung oleh
signifikansi sebesar 0,012 (0,012 < 0,05),
data dan sesuai dengan ekspektasi penelitian.
sehingga dapat disimpulkan bahwa Likuiditas
mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap struktur modal dan dapat disimpulkan
H4 diterima karena didukung oleh data dan
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji statistik F (Uji Simultan) digunakan
sesuai dengan ekspektasi penelitian.
untuk
menunjukkan apakah semua variabel
 Hasil Pengujian Hipotesis Kelima
bebas atau variabel independen yang
H5: Pertumbuhan penjualan mempunyai
dimasukkan dalam model regresi mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap
pengaruh secara bersama-sama atau simultan
Struktur Modal.
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009).
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan
Untuk lebih jelasnya, hasil pengujian simultan
bahwa variabel Pertumbuhan penjualan
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar
Tabel 4.2
Hasil Uji F
ANOVAb
Model
1
Regression
Sum of Squares
df
Mean Square
.780
6
.130
Residual
1.331
53
.025
Total
2.111
59
F
5.176
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), X6, X1, X4, X5, X3, X2
b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel tersebut, dapat
disimpulkan mengenai uji hipotesis secara
simultan, yaitu sebagai berikut :
H7:
Struktur
aktiva,
Rasio
hutang,
Profitabilitas,
Likuiditas,
Pertumbuhan
penjualan dan Ukuran perusahaan secara
bersama
sama
(simultan)
mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap
Struktur Modal.
Dari hasil output regresi, diketahui F
hitung yang bernilai positif sebesar 5,176 dan
nilai signifikansi sebesar 0,000 (0,000 < 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
independen dalam penelitian ini, yaitu Struktur
aktiva, Rasio hutang, Profitabilitas, Likuiditas,
Pertumbuhan
penjualan
dan
Ukuran
perusahaan secara simultan mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap
Struktur Modal dan dapat disimpulkan H7
dalam penelitian ini diterima karena didukung
oleh data dan sesuai dengan ekspektasi
penelitian.
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada
dasarnya digunakan untuk mengukur atau
mengetahui besarnya pengaruh variabel
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 15 - 26
23
Sukma Irdiana, Analisis Faktor-Faktor Yang ...
(0<R<1). Semakin besar nilai koefisien
independen, yaitu Struktur aktiva, Rasio
determinasinya maka semakin besar variasi
hutang, Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan
variabel
independennya
mempengaruhi
penjualan dan Ukuran perusahaan terhadap
variabel dependennya (Ghozali, 2009). Hasil
struktur modal. Pengujian ini dilakukan
pengujiannya dapat ilihat pada tabel 4.3
dengan melihat nilai keofisien determinasinya
berikut ini :
(Adjusted R Square). Besarnya nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu
Tabel 4.3
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1
.608a
.369
.298
a. Predictors: (Constant), X6, X1, X4, X5, X3, X2
b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai
koefisien determinasi sebesar 0,298 = 29,8%.
Hal ini berarti bahwa kemampuan variabel
independen yaitu Struktur aktiva, Rasio
hutang, Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan
penjualan dan Ukuran perusahaan dalam
menjelaskan variabel dependen yaitu struktur
modal sebesar 29,8%. Sedangkan sisanya
sebesar 70,1% dijelaskan oleh variabel
independen lain yang tidak termasuk dalam
model regresi penelitian ini.
PEMBAHASAN
Variable struktur aktiva perusahaan
mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap struktur modal. Hubungan positif ini
menunjukkan bahwa jika variable struktur aktiva mengalami kenaikan maka menyebabkan
kenaikan terhadap variable hutang dan begitu
juga sebaliknya. Apabila perusahaan dihadapkan pada kondisi kebangkrutan dan kesulitan
keuangan untuk membiayai kegiatan usaha
perusahaan sehari-hari serta kesulitan membayar kembali hutang dan bunganya kepada
pihak eksternal, manajer perusahaan dapat
mengatasinya, salah satunya yaitu dengan cara
mempergunakan asset tetap yang dimilikinya
sebagai jaminan kepada pemberi pinjaman
untuk mendapatkan pinjaman dari pihak luar.
Tetapi hendaknya asset tetap yang dijadikan
jaminan masih memiliki masa manfaat/umur
ekonomis yang panjang sehingga dapat dijadikan jaminan dan perusahaan dapat menjual
asset tetap yang dijadikan jaminan untuk
membayar hutang kepada pihak
Variable rasio hutang mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa
jika variable rasio hutang mengalami kenaikan
24
.15848
2.434
maka menyebabkan kenaikan terhadap variable hutang dan begitu juga sebaliknya. Rasio
hutang berpengaruh signifikan dan searah
dengan struktur modal serta berpengaruh langsung terhadap struktur modal yang berarti semakin tinggi rasio hutang maka akan semakin
tinggi juga struktur modal karena struktur
modal merupakan perbandingan dari jumlah
hutang jangka panjang dengan modal sedangkan rasio hutang (debt to equity ratio)
merupakan perbandingan total hutang dengan
total harta.
Variable
profitabilitas
mempunyai
pengaruh negative dan signifikan terhadap
struktur modal. Hubungan negative ini menunjukkan bahwa jika variable profitbilitas mengalami
kenaikan
maka
menyebabkan
penurunan terhadap variable hutang dan begitu
pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan
penelitian Myers (1984) yang menyatakan
bahwa perusahaan lebih preper menggunakan
pendanaan internal yang bersumber dari laba
ditahan, kemudian menerbitkan hutang, dan
terakhir baru menerbitkan saham.
Variable
likuiditas
mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa
jika variable likuiditas mengalami kenaikan
maka menyebabkan kenaikan terhadap variable hutang begitu juga sebaliknya. Likuiditas
sering didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial
yang harus segera dipenuhi. Hasil pengujian
ini kembali menegaskan salah satu implikasi
teori Trade-off yang menyatakan bahwa Perusahaan yang dapat segera mengembalikan
hutang-hutangnya akan mendapat kepercayaan
yang tinggi juga dari pemilik modal atau
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 15 - 26
Sukma Irdiana, Analisis Faktor-Faktor Yang ...
kreditur. Para pemilik modal tidak akan segansegan untuk mengucurkan modalnya dengan
melihat tingkat likuiditas perusahaan, sebaliknya bagi perusahaan yang mendapat
kucuran dana akan memanfaatkan kesempatan
tersebut untuk mengembangkan perusahaan.
Dengan demikian akan ada hubungan saling
membutuhkan diantara keduanya. Walaupun
secara teoritis dikatakan bahwa struktur modal
perusahaan yang didominasi oleh sumber dana
hutang yang besar akan sangat mengkhawatirkan tingkat likuiditas dan solvabilitas. Namun
hal tersebut tidak akan menjadi masalah apabila ada kajian yang lebih mendalam berkaitan
dengan perkembangan perusahaan.
Variable
pertumbuhan
perusahaan
mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan
bahwa jika variable pertumbuhan mengalami
kenaikan maka menyebabkan kenaikan terhadap variable hutang dan begitu juga sebaliknya. Perusahaan yang sedang tumbuh
mendapatkan tekanan untuk membiayai kesempatan investasinya yang melebihi laba ditahan yang ada, sehingga sesuai dengan packing
order perusahaan lebih senang menggunakan
hutang dari pada ekuitas. Perusahaan yang
memiliki aliran kas melimpah dapat
menggunakan
dana
internalnya
untuk
melakukan pembelian asset tanpa harus
menggunakan hutang.
Variable ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa
jika variable ukuran perusahaan mengalami
kenaikan maka akan menyebabkan kenaikan
terhadap variable hutang begitu pula sebaliknya. Dalam mengidentifikasikan ukuran
perusahaan tidak mempengaruhi pemilihan
pendanaan perusahaan, dengan artian besar
kecilnya suatu perusahaantidak berpengaruh
terhadap pemilihan sumber pendanaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
analisis
data
penelitian dan pembahasan yang telah
diuraikan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1) Struktur aktiva secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal.
2) Rasio hutang secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal.
3) Profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal.
4)
Likuiditas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
5) Pertumbuhan penjualan secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal.
6) Ukuran perusahaan secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal.
7) Struktur aktiva, rasio hutang, profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan,
dan ukuran perusahaan secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal.
Saran
Adapun Saran-saran yang dapat
disampaikan peneliti berdasarkan hasil
penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Saran Bagi Perusahaan
Dalam penetapan kebijakan struktur
modal atau keputusan pendanaan yang
akan dilakukan perusahaan, terlebih
dahulu manajer perusahaan sebaiknya
memperhatikan variabel profitabilitasnya.
Jika perusahaan memperoleh tingkat
profitabilitas yang tinggi, sebaiknya
manajer perusahaan menggunakan dana
internalnya terlebih dahulu, daripada
menggunakan hutang untuk mendanai
kegiatan perusahaannya, sehingga tingkat
hutang yang digunakan oleh perusahaan
relatif rendah dan akan memperkecil
resiko timbulnya kebangkrutan dan
membayar biaya hutang yang tinggi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk
peneliti
selanjutnya
yang
melakukan penelitian ini kembali,
sebaiknya
menambahkan
variabel
independen lainnya selain dari variabel
yang digunakan dalam penelitian ini,
seperti
corporate
tax,
struktur
kepemilikan, dan lain-lain sehingga dapat
meningkatkan kualitas hasil penelitian.
3. Bagi Investor
Sebelum memberikan pinjaman dana
kepada perusahaan, terlebih dahulu
sebaiknya pihak investor memperhatikan
rasio struktur aktiva, rasio hutang, rasio
profitabilitas, rasio likuiditas, rasio
pertumbuhan penjualan dan rasio ukuran
perusahaan yang dapat dilihat dalam
laporan keuangan perusahaan. Hal ini
dimaksudkan agar pihak investor dapat
memperoleh
informasi
mengenai
bagaimana keadaan perusahaan, seperti
kondisi finansial perusahaan sehingga
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 15 - 26
25
Sukma Irdiana, Analisis Faktor-Faktor Yang ...
pihak
investor
dapat
mengambil
keputusan yang tepat untuk melakukan
investasinya serta meminjamkan dananya
ke perusahaan.
Keterbatasan Penelitian
1. Peneliti hanya menggunakan enam
variabel independen saja dalam penelitian
ini sehingga kekuatan pengaruh variabel
struktur
aktiva,
rasio
hutang,
profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan
penjualan, dan ukuran perusahaan
terhadap struktur modal perusahaan
manufaktur yang dilihat dari nilai
koefisien determinasinya hanya sebesar
29,8%.
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian
hanya berfokus pada perusahaanperusahaan saham Blue Chips saja
sehingga sampelnya kurang mewakili
seluruh perusahaan publik yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Keterbatasan
periode
pengamatan
penelitian, yaitu hanya empat tahun
sehingga dengan periode pengamatan
yang sempit kurang dapat menunjukkan
kondisi perusahaan dalam jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi, S. K., dan Wijaya, Chandra. (2006).
Metodologi
Penelitian
Keuangan:
Prosedur, Ide, dan Kontrol. Penerbit
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Awat, Napa. I, dan Muljadi, 1995, KeputusanKeputusan Keuangan Perusahaan:
Teori dan Hasil Pengujian Empirik,
Yogayakarta: Liberty.
Readings,
Third
ed,
Macmillan
publishing company, New York.
Husnan, Suad, 1990, Manajemen Keuangan:
Teori dan Penerapan. Yogyakarta:
BPFE.
Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi
Ketiga. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Husnan, Suad., dan Pudjiastuti, Enny. (2006).
Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Edisi Kelima, Penerbit UPP STIM
YKPN, Yogyakarta.
Kartadinata, Abas 1999, Pembelanjaan,
Jakarta: Rineka Cipta.
Riyanto, Bambang. (1995). Dasar-dasar
Pembelanjaan
Perusahaan.
Edisi
Keempat, Penerbit BFE, Yogyakarta.
Sartono, R. Agus, 1998, Manajemen
Keuangan:
Teori
dan
Aplikasi,
Yogyakarta: BPFE.
Suliyanto. (2006). Metode
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Riset
Bisnis.
Sumarsono, Sonny, 2003, Manajemen
Keuangan Pemerintahan, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Sutrisno. (2001). Manajemen
Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.
Keuangan.
Baridwan, Zaki, 1992, Akuntansi Intermediate,
Edisi Keenam, BPFE, Yogyakarta.
Umar, Husein, 2001, Metode Penelitian untuk
Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Bringham, dan Houston. (2006). Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh
, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Weston, J. Fred and Copeland, T. E. (1992).
Managerial Finance. Penerbit CBS
Colledge Publishing, New York.
Ferdinand,
Augusty,
2002,
Structural
Equation Modeling dalam penelitian
manajemen: Aplikasi model-model
rumit dalam penelitian untuk tesis dan
disertasi doktor, edisi 2, Semarang,
BPUNDIP.
Weston, J. Fred and Brigham, Eugene F.
(1990). Essensials of Management
Finance. Penerbit Dryden Press,
Orlando.
Hair Jr, Joseph F, Rolph E. Anderson, Ronald
L. Tatham and William C Black, 1992,
Multivariate Data Analysis With
26
Weston, J. Fred; Thomas E. Copeland, 1999,
Manajemen
Keuangan,
Edisi
Kesembilan, jilid 2, Jakarta: Binarupa
Aksara.
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 15 - 26
IDENTIFIKASI SUMBER STRES TENAGA PENGAJAR DAN
PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA DOSEN
DI STIE WIDYA GAMA LUMAJANG
Oleh:
Hesti Budiwati
BUDIWATI
Sekolah Tinggi IlmuHESTI
Ekonomi
Widya Gama Lumajang
STIE
WIDYA
GAMA
LUMAJANG
Email: [email protected]
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to identify the sources of stress that affect the performance faculty
lecturer at STIE Widya Gama Lumajang and to obtain empirical evidence on the effect
of the source of significant stress teaching staff partially and simultaneously on the
performance of STIE Widya Gama Lecturer in Lumajang. The results of this study are
expected to contribute to the management and Lecturers STIE Widya Gama Lumajang.
This study measured the stress source faculty comprised of tasks, roles, conflicts
between departments, remuneration and recognition, occupation or profession and
measure its effect on the performance of Lecturer. The study population was Lecturer in
STIE Widya Gama Lumajang, and taken a sample of 30 lecturers from the Department
of Management and Accounting. Data were analyzed using multiple linear regression
analysis. Hypothesis testing is done partially and simultaneously. The results showed
that in partial assignments, conflicts between departments, remuneration and
recognition, occupation or profession. While the role tidka variables affect the
performance of lecturers. Simultaneously source of stress lecturer significant effect on
performance. The coefficient of determination (R square) of 0.418 or 41.8% mean stress
variables faculty able to explain its influence to change the performance variables and
the remaining 58.2% is explained by other variables. Further research is expected to
contribute in the development of management science studies, especially human
resource management in a college environment, so it can be a reference for similar
research and advanced research.
Keywords : Lecturer Stress, Performance
1.
PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia di dunia pendidikan juga tidak luput dari tuntutan untuk
memberikan kinerja terbaiknya, salah
satunya adalah dunia pendidikan di jenjang
Perguruan
Tinggi
dimana
tenaga
pengajarnya yaitu Dosen selalu berinteraksi
dengan keadaan tugas kerjanya, baik dalam
tugas internal maupun eksternal seperti
masyarakat luas, pemerintah dan kegiatan
tugas lainnya. Semakin besar tugas yang
dihadapi oleh Dosen serta semakin cepatnya perubahan yang terjadi menuntut Dosen
untuk bisa menyesuaikan diri pada tugasnya. Dalam proses penyesuaian diri ini,
dirasa penting untuk mengetahui kondisi
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 27 - 35
27
Hesti Budiwati, Identifikasi Sumber Stres Tenaga ...
dari tugas seorang Dosen. Dosen juga
dituntut untuk melaksanakan Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang merupakan tugas
utamanya di bidang pendidikan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat. Tugas
yang tidak ringan ini tentu membutuhkan
komitmen yang kuat bagi Dosen, sementara
disisi lain Dosen mempunyai keterbatasan
antara lain mengalami stress dalam
pekejaannya.
Beratnya tuntutan tugas Dosen dapat
mengakibatkan stres apabila kurang mampu
beradaptasi keinginan dengan kenyataan
yang ada, baik kenyataan yang ada didalam
maupun kenyataan yang ada di luar dirinya.
Segala macam bentuk stres, pada dasarnya
disebabkan oleh kurang mengertinya manusia akan keterbatasannya sendiri. Ketidak
mampuan untuk melawan keterbatasan
inilah yang akan menimbulkan frustasi,
konflik, gelisah dan rasa bersalah. Stres
adalah suatu kondisi ketegangan yang
menciptakan adanya keseimbangan fisik,
yang mempengaruhi emosi, proses berfikir
dan kondisi seseorag karyawan. Stres yang
terlalu besar dapat mengacam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungan.
Sebagai hasilnya, pada diri karyawan
berkembang berbagai macam gejala stres
yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja
mereka.
Orang-orang yang mengalami stres bisa
menjadi nerves dan merasakan kekawatiran
kronis. Mereka sering menjadi mudah
marah dan agresif, tidak dapat rileks, atau
menunjukkan sikap yang tidak korparatif.
Veithzal Rivai (2011:1008). Stres adalah
suatu kondisi dinamik yang didalamnya
seorang individu dikonfrontasikan dalam
suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang
dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan hasilnya dipresepsikan
sebagai tidak pasti dan penting. Stres merupakan faktor fisik, kimiawi, dan emosional
yang dapat menyebabkan tekanan pada
tubuh atau mental dan dapat menjadi faktor
tumbuhnya penyakit. Istilah stres merupakan istilah yang netral, artinya stres tidak
selamanya bermakna negatif. Dalam arti
yang positif stres dapat menimbulkan motivasi untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat. Namun, apabila stres ini tidak
dikelola dengan baik dan tidak benar akan
menimbulkan akibat-akibat buruk yang
28
membahayakan. Akibatnya bukan hanya
pada tubuh, tetapi juga akan berakibat pada
mental terlebih berakibat buruk pada kejiwaan atau membahayakan individu karena
diakibatkan oleh pekerjaan yang dapat
mengancam keselamatan seseorang.
Dampak positif pada tingkat stres rendah sampai tingkat sedang berperan sebagai
pendorong untuk mendesak melakukan tugas yang lebih baik dan bersifat fungsional
untuk peningkatan kinerja seseorang menjadi lebih baik termasuk guru. Sedangkan
dampak negatif stres pada tingkat yang
tinggi akan menurunkan kinerja yang drastis. Hal ini aka berdampak pada meningkatnya absensi, meningkatnya keinginan
untuk keluar, dan menurunnya komitmen
terhadap institusi tempat kerja. Jadi hal ini
merupakan kejadian yang berbahaya bagi
institusi, karena dapat menyebabkan
pelaksanaan pekerjaan terganggu yang
akhirnya dapat menurunkannya kinerja institusi. Stres kerja yang dialami oleh guru
sebagai tenaga pendidik juga dapat
menurunkan kinerja institusi pendidikan
tempat guru tersebut mengajar.
Begitu besar dampak dari stres, oleh
para ahli perilaku organisasi telah dinyatakan sebagai agen penyebab dari berbagai
masalah fisik, mental, bahkan output organisasi. Berbagai alasan tersebut cukup relevan menjadi pendukung penelitian ini untuk
dilakukan. Kesuksesan dari kinerja
perguruan tinggi bisa dilihat dari kinerja
yang dicapai oleh Dosen yang mengajar di
lembaga tersebut. Oleh sebab itu Dosen
harus mampu menampilkan kinerja yang
optimal karena baik buruknya kinerja yang
dicapai oleh Dosen akan berpengaruh pada
kinerja dan keberhasilan perguruan tinggi
secara keseluruhan.
Beberapa penelitian terdahulu dengan
topik stres telah dilakukan diantaranya oleh
Syamsul Rizal (2013) denga judul stres kerja dan kinerja guru , hasil penelitian
menemukan bahwa stres kerja yang
didasarkan pada gejala fisiologis, gejala
psikologis dan gejala perilaku berpengaruh
negatif terhadap kinerja guru. Semakin
tinggi intensitas stres kerja seseorang guru
yang terlihat dari gejala fisiologis,
psikologis dan gejala perilaku, semakin
rendah kinerja guru tersebut. Hasil secara
simultan stres kerja gejala fisiologis, gejala
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 27 - 35
Hesti Budiwati, Identifikasi Sumber Stres Tenaga ...
psikologis dan stres kerja gejala perilaku
sebagai tolok ukur intensitas stres kerja,
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
guru. Merlin Kurniati dan Prastyo Widyo
Iswara (2013) dengan judul Pengaruh Stres
Kerja, Lingkungan Kerja dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Dosen. Stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja dosen. Rahmila Sari (2012)
Dengan judul Analisis Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, dan Stres Kerja terhadap
Kinerja Karyawan pada Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Makassar Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan, motivasi dan stress kerja secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan dengan determinasi sebesar 0,345 atau 34,5%. Kepemimpinan, motivasi dan stress kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Variabel yang dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah
variabel kepemimpinan.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya
Gama merupakan salah satu perguruan
tinggi swasta di Lumajang yang
mempunyai 2 (dua) program studi yaitu
program studi manajemen dan program
studi akuntansi. STIE Widya Gama harus
berani bersaing dalam mendapatkan
mahasiswa baru, oleh karena itu perlu
adanya kesiapan sumber daya, sarana dan
prasarana yang memadai di perguruan
tinggi ini. Sumber daya manusia yang
merupakan salah satu sumber daya utama
dalam mendukung operasional dan
kebijakan kampus yang terdiri dari Dosen
dan
Tenaga
Kependidikan,
perlu
mendapatkan perhatian yang lebih sehingga
mereka bisa bekerja dengan baik dan
nyaman untuk memberikan kinerja yang
terbaik bagi semua civitas akademik.
Seiring perkembangannya di STIE Widya
Gama Lumajang jumlah mahasiswa
semakin meningkat dan adanya tugas Tri
Dharma Perguruan Tinggi yang harus
dipenuhi oleh Dosen, kondisi ini tentu
merupakan beban kerja yang semakin tinggi
bagi Dosen yang dapat menimbulkan
tekanan pekerjaan berujung stre sehingga
menarik untuk diteliti sampai sejauh mana
stres
yang
dialami
Dosen
dapat
mempengaruhi kinerja mereka.
Berdasarkan penjelasan ini, maka
permasalahan yang akan dijawab melalui
pengujian hipotesis adalah :
a. Apa saja sumber stres tenaga pengajar
atau dosen di STIE Widya Gama
Lumajang?
b. Bagaimana pengaruh sumber stres
tenaga pengajar secara parsial terhadap
kinerja Dosen di STIE Widya Gama
Lumajang?
c. Bagaimana pengaruh sumber stres
tenaga pengajar secara simultan
terhadap kinerja Dosen di STIE Widya
Gama Lumajang?
Berdasarkan latar belakang dan
perumusan masalah maka tujuan penelitian
ini adalah:
a. Untuk mengidentifikasi sumber stres
tenaga pengajar yang mempengaruhi
kinerja Dosen di STIE Widya Gama
Lumajang.
b. Untuk mendapatkan bukti empiris atas
pengaruh sumber stres tenaga pengajar
yang signifikan secara parsial terhadap
kinerja Dosen di STIE Widya Gama
Lumajang.
c. Untuk mendapatkan bukti empiris atas
pengaruh sumber stres tenaga pengajar
yang signifikan secara simultan terhadap
kinerja Dosen di STIE Widya Gama
Lumajang.
2.
KAJIAN
LITERATUR
DAN
HIPOTESIS
Stres Tenaga Pengajar
Para ahli mengemukakan berbagai
pendapat tentang pengertian stres, di antaranya adalah Robbins (2008:793) menyatakan bahwa, stres adalah kondisi dinamik
yang didalamnya individu menghadapi
peluang, kendala, atau tuntutan yang terkait
dengan apa yang sangat diinginkannya dan
hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti
tetapi penting. Veithzal rivai (2011:1008),
stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan
yang menciptakan adanya keseimbangan
fisik dan spikis, yang mempengaruhi emosi,
proses berfikir dan kondisi seorang karyawan. Danang Sunyoto (2012:62), stres
merupakan sebuah kondisi dinamis dimana
seseorang dihadapkan pada konfrontasi antara kesempatan, hambatan atau permintaan
akan apa yang diinginkan dan hasilnya di-
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 27 - 35
29
Hesti Budiwati, Identifikasi Sumber Stres Tenaga ...
presepsikan tidak pasti dan penting.
Identifikasi sumber stre tenaga pengajar
(Danang Sunyoto, 2012:91) terdiri dari:
variabel tugas, peran, konflikantar bagian,
balas jasa dan pengakuan, jabatan atau
profesi.
Kinerja
Kinerja adalah prestasi kerja yang
merupakan hasil dari implementasi rencana
kerja yang dibuat oleh suatu institusi yang
dilaksanakan oleh pimpinan dan karyawan
(SDM) yang bekerja di institusi itu baik
pemerintah maupun perusahaan bisnis
untuk mencapai tujuan organisasi (Ma’ruf
Abdullah, 2014:4). Menurut Dermawan
Wibisono (2011:138) kepuasan pegawai
menjadi salah satu hal yang sangat penting
dan berbanding lurus dengan kontribusi
mereka terhadap perusahaan. Hal itu akan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan yang berimplikasi terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Kinerja pegawai berarti keterlibatan pegawai dalam hal
mencapai tujuan organisasi atau perusahaan
yang memenuhi unsur efektiv dan efisien
dengan didasari rasa puas dan loyalitasnya.
Menurut Ranupandojo dan Husnan (2000)
ukuran kinerja pegawai meliputi sejumlah
aspek sebagai berikut: (1) kualitas kerja, (2)
kuantitas kerja, (3) dapat diandalkan dan (4)
sikap.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
arti performance atau kinerja adalah sebagai
berikut: Performance adalah hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi,
sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing, dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum dan
sesuai dengan moral maupun etika.
Hipotesis
H1:
Sumber stres tenaga pengajar yang
terdiri dari variabel tugas, peran,
konflikantar bagian, balas jasa dan
pengakuan, jabatan atau profesi
mempunyai
pengaruh
yang
signifikan secara parsial terhadap
kinerja Dosen di STIE Widya
Gama Lumajang
30
H2:
Sumber stres tenaga pengajar yang
terdiri dari variabel tugas, peran,
konflikantar bagian, balas jasa dan
pengakuan, jabatan atau profesi
mempunyai
pengaruh
yang
signifikan secara simultan terhadap
kinerja Dosen di STIE Widya
Gama Lumajang.
3. METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini
termasuk jenis
penelitian survei (survey research) yaitu
penelitian yang tidak melakukan perubahan
atau tidak ada perlakuan khusus terhadap
variabel-variabel
yang diteliti
(non
experimental). Tujuan penelitian ini bersifat
eksplanatori (explanatory research) dan
prediksi dimana penelitian eksplanatori
merupakan
jenis
penelitian
yang
menjelaskan hubungan kausal antara satu
variabel dengan variabel lainnya melalui
pengujian hipotesis. Berdasarkan sifatnya,
penelitian ini bersifat eksploratif karena
pengujian lebih lanjut atas suatu penelitian
diperlukan maka penelitian tersebut bersifat
eksploratif.
Penelitian ini dilakukan terhadap
Dosen di STIE Widya Gama Lumajang.
Alasan dipilihnya obyek ini karena kinerja
Dosen merupakan salah satu penentu
keberhasilan pelaksanaan proses belajar
mengajar di STIE Widya Gama Lumajang.
Teknik Analisis Data
Pada tahap awal dilakukan pengujian
instrumen penelitian karena berupa
kuesioner, yaitu pengujian validitas dan
reliabilitas, tahap berikutnya dilakukan
pengujian asumsi dasar yaitu pengujian
normalitas data, multikolinearitas dan
heteroskedastisitas. Tahap selanjutnya
dilakukan pengujian hipotesis secara parsial
dan simultan serta melakukan analisis
regresi linier berganda untuk memberikan
fungsi persamaan regresi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Pengujian
instrumen
penelitian
memberikan hasil bahwa kuesioner valid
dan reliabel menjaring pendapat responden,
sedangkan
pengujian
asumsi
dasar
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 27 - 35
Hesti Budiwati, Identifikasi Sumber Stres Tenaga ...
memberikan hasil data berdistribusi normal,
bebas
multikolinearitas
dan
bebas
heteroskedastisitas.
Model persamaan regresi yang dapat
dituliskan dari hasil tersebut dalam bentuk
persamaan regresi Unstandardized coefficients adalah sebagai berikut :
Y = 33,802 - 0,679 X1 + 0,292 X2 – 0,559
X3 + 0,450 X4 + 0,779 X5
Hasil Pengujian Hipotesis
a. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama
H1 : Sumber stres tenaga pengajar
yang terdiri dari variabel tugas,
peran, konflik antar bagian, balas
jasa dan pengakuan, jabatan atau
profesi mempunyai pengaruh yang
signifikan secara parsial terhadap
kinerja Dosen di STIE Widya
Gama Lumajang.
Terlebih dulu ditentukan nilai t tabel,
dimana nilai t tabel dengan α = 5%, df (n-2)
diperoleh t tabel (α/2 ; 30-2) = ( 0,025 ; 28) =
± 2,040.
Kriteria pengujian :
Hipotesis diterima jika t hitung > t tabel atau t
hitung < -t tabel
Hipotesis ditolak jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
Pengujian hipotesis secara parsial atau
individu untuk masing-masing variabel
melalui pengujian model substruktur kedua
sebagai berikut:
1) Pengaruh tugas (X1) terhadap
kinerja (Y)
Diperoleh nilai t hitung sebesar
2,015 dengan tingkat signifikan 0,002
berarti t hitung (-2,015) < -t tabel (-2,040)
dan sig (0,002) < α (0,05) maka
hipotesis diterima dan disimpulkan
bahwa tugas (X1) berpengaruh
signifikan terhadap kinerja (Y)
2) Pengaruh peran (X2) terhadap
kinerja (Y)
Diperoleh nilai t hitung sebesar 0,677
dengan tingkat signifikan 0,505 berarti
t hitung (0,677) terletak antara -t tabel (2,040) ≤ t hitung ≤ t tabel (2,040) dan sig
(0,505) > α (0,05) maka hipotesis
ditolak dan disimpulkan bahwa peran
(X2) tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja (Y).
3)
4)
5)
Pengaruh konflik antar bagian (X3)
terhadap kinerja (Y)
Diperoleh nilai t hitung sebesar -2,088
dengan tingkat signifikan 0,007 berarti
t hitung (-2,088) < -t tabel (-2,040) dan sig
(0,007) < α (0,05) maka hipotesis
diterima dan disimpulkan bahwa
konflik antar bagian (X3) berpengaruh
signifikan terhadap kinerja (Y)
Pengaruh balas jasa dan pengakuan
(X4) terhadap kinerja (Y)
Diperoleh nilai t hitung sebesar 2,046
dengan tingkat signifikan 0,031 berarti
t hitung (2,046) > t tabel (2,040) dan sig
(0,031) < α (0,05) maka hipotesis
diterima dan disimpulkan bahwa balas
jasa dan pengakuan (X4) berpengaruh
signifikan terhadap kinerja (Y)
Pengaruh jabatan (X5) terhadap
kinerja (Y)
Diperoleh nilai t hitung sebesar 2,122
dengan tingkat signifikan 0,035 berarti
t hitung (2,122) > t tabel (2,040) dan sig
(0,035) < α (0,05) maka hipotesis
diterima dan disimpulkan bahwa
jabatan (X5) berpengaruh signifikan
terhadap kinerja (Y)
b. Hasil Pengujian Hipotesis 2
H2 : Sumber stres tenaga pengajar
yang terdiri dari variabel tugas,
peran, konflik antar bagian, balas
jasa dan pengakuan, jabatan atau
profesi mempunyai pengaruh yang
signifikan
secara
simultan
terhadap kinerja Dosen di STIE
Widya Gama Lumajang.
Terlebih dulu ditentukan nilai Ftabel,
dimana
nilai
Ftabel
dengan
(α);(df1);(df2) = (α 0,05); (df1=5);
(df2=120-5-1=114) diperoleh F tabel = 2,19.
Kriteria pengujian :
Hipotesis diterima jika Fhitung ≥ F tabel
Hipotesis ditolak jika Fhitung < F tabel
Dari hasil pengujian diperoleh nilai F hitung
sebesar 5,240 dengan tingkat signifikan
0,003 berarti F hitung (5,240) > F tabel (2,19)
dan sig (0,003) < α (0,05) maka hipotesis
diterima dan disimpulkan sumber stres
tenaga pengajar yang terdiri dari variabel
tugas, peran, konflik antar bagian, balas
jasa dan pengakuan, jabatan atau profesi
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 27 - 35
31
Hesti Budiwati, Identifikasi Sumber Stres Tenaga ...
mempunyai pengaruh yang signifikan
secara simultan terhadap kinerja Dosen di
STIE Widya Gama Lumajang.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R Square) yang
diperoleh sebesar 0,418. Hal ini berarti
41,8% kinerja Dosen dapat dijelaskan oleh
variabel independen yaitu tugas, peran,
konflik antar bagian), balas jasa dan
pengakuan, jabatan atau profesi, sedangkan
sisanya yaitu 58,2% kinerja Dosen
dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
c.
PEMBAHASAN
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
Pertama
Pembahasan ini berkaitan dengan
hasil pengujian terhadap hipotesis pertama
yang menyatakan bahwa Sumber stres
tenaga pengajar yang terdiri dari variabel
tugas, peran, konflik antar bagian, balas
jasa dan pengakuan, jabatan atau profesi
mempunyai pengaruh yang signifikan
secara parsial terhadap kinerja Dosen di
STIE Widya Gama Lumajang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa yang
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
Dosen adalah tugas, konflik antar bagian,
balas jasa dan pengakuan, jabatan atau
profesi. Sedangkan peran tidak berpengaruh
terhadap kinerja Dosen.
Hasil pengujian ini konsisten dengan
penelitian Syamsul Rizal (2013), Merlin
Kurniati dan Prastyo Widyo Iswara (2013),
Rahmila Sari (2012). Ketiga penelitian ini
menyimpulkan
bahwa
stres
kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
Berdasarkan uraian di atas, maka
pengujian hipotesis pertama dapat diterima
untuk 4 (empat) variabel yang berpengaruh
signifikan yaitu tugas, konflik antar bagian,
balas jasa dan pengakuan, jabatan atau
profesi, sedangkan variabel peran tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
a.
Pembahasan
Pengaruh
Tugas
Terhadap Kinerja Dosen
Tugas berpengaruh signifikan terhadap
kinerja dosen dengan nilai negatif yang
artinya berlawanan, semakin tinggi beban
tugas akan menurunkan kinerja Dosen dan
sebaliknya. Pengaruh tugas terhadap kinerja
32
Dosen ini seputar permasalahan, beban
kerja yang terlalu berat, kedisiplinan
kehadiran di kampus, tugas mengajar yang
berlebihan dan berebturan dengan waktu
pribadi, kegiatan rapat yang berlebihan,
tuntutan menyelesaikan tugas tepat waktu.
Secara keseluruhan responden memberikan
tanggapan sebesar 56,55% atas variabel
tugas ini dalam mempengaruhi kinerja
mereka.
Dosen juga manusia yang mempunyai
keterbatasan fisik maupun mental, oleh
karena itu beban kerja yang berlebihan
dapat mempengaruhi kinerja mereka. Atas
kondisi ini direkomendasikan kepada pihak
STIE Widya Gama Lumajang melalui
Ketua
Program
Studi
nya
untuk
memberikan tugas yang sesuai dengan
kemampuan dan kondisi Dosen sehingga
bisa lebih maksimal dalam menjalankan
tugasnya untuk mencerdaskan mahasiswa.
Dengan beban tugas yang sesuai
kemampuan Dosen dan tidak berlebihan
maka output yang dihasilkan pun juga lebih
optimal. Sebaliknya kekurangan beban
tugas juga dapat mengakibatkan demotivasi
pada diri Dosen karena dengan lebih
sedikitnya beban tugas yang diberikan
maka penghasilan mereka pun juga
berkurang sehingga memicu Dosen untuk
mencari pekerjaan atau penghasilan di luar
tugas
utamanya
sebagai
Dosen.
Keseimbangan tugas dan kondisi Dosen
inilah yang harus dapat dijaga oleh STIE
Widya Gama Lumajang agar kinerja
mereka bisa optimal dan meningkatkan
loyalitas mereka terhadap perguruan tinggi.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian
diatas maka dapat disimpulkan bahwa
semakin besar beban tugas seorang Dosen
dapat menurunkan kinerja mereka dan
sebaliknya beban tugas yang kecil juga
dapat menimbulkan demotivasi pada diri
Dosen atas minimnya penghasilan yang
mereka terima.
b.
Pembahasan Pengaruh Konflik
Antar Bagian Terhadap Kinerja
Dosen
Konflik antar bagian berpengaruh
signifikan terhadap kinerja dosen dengan
nilai negatif yang artinya berlawanan,
semakin besar konflik antar bagian akan
menurunkan kinerja Dosen dan sebaliknya.
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 27 - 35
Hesti Budiwati, Identifikasi Sumber Stres Tenaga ...
Pengaruh konflik antar bagian terhadap
kinerja Dosen ini seputar permasalahan,
keharusan tunduk pada peraturan, kesulitan
mendapatkan persetujuan dan dukungan
program, perbedaan pendapat dengan rekan
sejawat. Secara keseluruhan responden
memberikan tanggapan sebesar 62,88% atas
variabel konflik antar bagian ini dalam
mempengaruhi kinerja mereka.
Konflik dalam suatu organisasi dalam
kondisi tertentu memang sangat diperlukan
untuk menimbulkan jiwa bersaing yang
sehat dan meningkatkan kerjasama, tetapi
apabila konflik yang terjadi berjalan dengan
berlebihan tentu akan berakibat fatal yang
menurunkan kinerja Dosen. Kepada pihak
pengelola STIE Widya Gama Lumajang
direkomendasikan untuk tanggap terhadap
konflik yang terjadi di lingkungannya
sekecil appaun konflik tersebut. Konflik
antar bagian yang berkepanjangan dapat
membuat organisasi berjalan tidak sehat
dan menurunkan kinerja Dosen. Dosen
yang berkonflik menjadi tidak nyaman dan
tidak fokus dalam melaksanakan tugasnya
karena konflik yang selalu membebani diri
mereka.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian
diatas maka dapat disimpulkan bahwa
semakin besar konflik yang terjadi antar
bagian dapat menurunkan kinerja mereka
dan sebaliknya konflik juga diperlukan
namun semakin kecil konflik yang terjadi
ternyata dapat meningkatkan kinerja Dosen.
c.
Pembahasan Pengaruh Balas Jasa
dan Pengakuan Terhadap Kinerja
Dosen
Balas jasa dan pengakuan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja dosen dengan
nilai positif yang artinya searah, semakin
besar balas jasa dan pengakuan yang
diterima Dosen akan meningkatkan kinerja
Dosen dan sebaliknya. Pengaruh balas jasa
dan pengakuan terhadap kinerja Dosen ini
seputar permasalahan, gaji yang diterima,
balas jasa atau penghargaan, ketidaksamaan
sasaran antara program studi dan institusi.
Secara keseluruhan responden memberikan
tanggapan sebesar 60,22% atas variabel
balas jasa dan pengakuan ini dalam
mempengaruhi kinerja mereka.
Motivasi seorang Dosen dalam
menjalankan tugasnya tidak terlepas dari
balas jasa dan adanya pengakuan atas hasil
kerja mereka. Tidak semata-mata balas jasa
tetapi pengakuan atas keberadaan, hasil
kerja dan integritas seorang Dosen juga
perlu mendapatkan perhatian dari jajaran
pengelola STIE Widya Gama Lumajang.
Disarankan kepada pihak pengelola STIE
Widya Gama Lumajang untuk selalu
memperhatikan kesejahteraan Dosen dan
pengakuan atas prestasi mereka. Pengelola
harus mampu mempertahankan Dosen
mereka agar tetap tercatat dalam jajaran
Dosen STIE Widya Gama Lumajang. Saat
ini banyak perguruan tinggi yang
membutuhkan Dosen Tetap terkait dengan
ketentuan nisbah Dosen mahasiswa, oleh
karena itu jika STIE Widya Gama
Lumajang tidka mampu memberikan balas
jasa yang sesuai dan lebih menarik serta
tidka bisa memberikan pengakuan atas
prestasi Dosen maka tidka menutup
kemungkinan
Dosen
akan
terusik
loyalitasnya dan berpindah ke perguruan
tinggi lain yang dapat lebih mengakuinya.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian
diatas maka dapat disimpulkan bahwa
semakin besar balas jasa dan pengakuan
yang diberikan kepada Dosen akan dapat
meningkatkan
kinerja
mereka
dan
sebaliknya semakin kecil balas jasa dan
pengakuan yang diberikan kepada Dosen
dapat menurunkan kinerja Dosen
d. Pembahasan Pengaruh Jabatan dan
Profesi Terhadap Kinerja Dosen
Jabatan dan profesi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja dosen dengan
nilai positif yang artinya searah, semakin
tinggi jabatan dan profesi seorang Dosen
akan meningkatkan kinerja Dosen dan
sebaliknya. Pengaruh jabatan dan profesi
terhadap kinerja Dosen ini seputar
permasalahan, harapan yang terlalu tinggi
terhadap Dosen, dukungan penelitian,
keharusan meneliti yang memberatkan.
Secara keseluruhan responden memberikan
tanggapan sebesar 55,77% atas variabel
jabatan
dan
profesi
ini
dalam
mempengaruhi kinerja mereka.
Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu
pendidikan dan pengajaran, penelitian,
pengabdian kepada masyarakat, merupakan
tugas utama Dosen yang harus dijalankan
denganpenuh kesungguhan. Dosen harus
mempunyai motivasi dan kesadaran yang
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 27 - 35
33
Hesti Budiwati, Identifikasi Sumber Stres Tenaga ...
tinggi bahwa tugas mereka tidak hanya
pendidikan dan pengajaran saja, tetapi juga
harus melaksanakan kegiatan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. STIE
Widya Gama Lumajang dalam hal ini telah
memberikan dukungan sepenuhnya atas
terlaksananya tugas Tri Dharma Perguruan
Tinggi bagi Dosen ini. Oleh karena itu atas
besarnya
dukungan
ini
mampu
meningkatkan kinerja Dosen. Dukungan
yang diberikan berupa bea siswa
pendidikan bagi sebagian besar Dosen,
dukungan dana untuk melaksanakan
kegiatan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Belum lagi dukungan untuk
meraih dan melaksanakan hibah penelitian
dan
pengabdian
masyarakat
secara
eksternal. Semua ini sangat memotivasi
Dosen dalam meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian
diatas maka dapat disimpulkan bahwa
semakin besar dukungan terhadap jabatan
dan profesi Dosen kan dapat meningkatkan
kinerja mereka dan sebaliknya semakin
kecil dukungan terhadap jabatan dan profesi
Dosen dapat menurunkan kinerja Dosen.
e.
Pembahasan
Pengaruh
Peran
Terhadap Kinerja Dosen
Peran tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja dosen. Pengaruh peran
terhadap kinerja Dosen ini seputar
permasalahan,
perkembangan
karir,
tingginya tanggung jawab dan sedikit
wewenang,
perbedaan
solusi
atas
permasalahan.
Secara
keseluruhan
responden memberikan tanggapan sebesar
59,11% atas variabel peran ini dalam
mempengaruhi kinerja mereka.
Mengapa variabel peran ini tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
Dosen ? Hal ini dapat dijelaskan karena
pada kenyataannya STIE Widya Gama
Lumajang sudah memberikan peluang karir
kepada Dosennya namun semua memang
tergantung pada kinerja dna kemauan
Dosen itu sendiri, jadi meskipun telah
diberikan kesempatan tetapi jika Dosen
yang bersangkutan tidka mempunyai
kemauan yang tinggi maka juga tidak akan
berhasil menjalankan perannya. Perbedaan
solusi atas permasalahan yang terjadi
nampaknya bisa teratasi dengan baik
sehingga hal ini tidak membawa pengaruh
34
terhadap kinerja Dosen. Tugas, wewenang
dan tanggung jawab juga telah diberikan
dan didelegasikan dengan jelas.
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
Kedua
Pembahasan ini berkaitan dengan
hasil pengujian terhadap hipotesis kedua
yang menyatakan bahwa sumber stres
tenaga pengajar yang terdiri dari variabel
tugas, peran, konflik antar bagian, balas
jasa dan pengakuan, jabatan atau profesi
mempunyai pengaruh yang signifikan
secara simultan terhadap kinerja Dosen di
STIE Widya Gama Lumajang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tugas,
peran, konflik antar bagian, balas jasa dan
pengakuan, jabatan atau profesi mempunyai
pengaruh yang signifikan secara simultan
terhadap kinerja Dosen.
Hasil pengujian ini konsisten dengan
penelitian Syamsul Rizal (2013), Merlin
Kurniati dan Prastyo Widyo Iswara (2013),
Rahmila Sari (2012). Ketiga penelitian ini
menyimpulkan
bahwa
stres
kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
Secara bersama-sama sumber stres
tenaga pengajar atau Dosen di lingkungan
STIE Widya Gama Lumajang yang terdiri
tugas, peran, konflik antar bagian, balas
jasa dan pengakuan, jabatan atau profesi
berpengaruh sebesar 41,8% terhadap
kinerja Dosen sedangkan sisanya yaitu
58,2% kinerja Dosen dipengaruhi oleh
variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
5.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
a. Hasil pengujian terhadap hipotesis
pertama yang menyatakan bahwa
sumber stres tenaga pengajar yang
terdiri dari variabel tugas, peran,
konflik antar bagian, balas jasa dan
pengakuan, jabatan atau profesi
mempunyai pengaruh yang signifikan
secara parsial terhadap kinerja Dosen
di STIE Widya Gama Lumajang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa yang
berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja Dosen adalah tugas, konflik
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 27 - 35
Hesti Budiwati, Identifikasi Sumber Stres Tenaga ...
b.
c.
6.
antar bagian, balas jasa dan
pengakuan, jabatan atau profesi.
Sedangkan peran tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja Dosen.
Hasil pengujian terhadap hipotesis
kedua yang menyatakan bahwa sumber
stres tenaga pengajar yang terdiri dari
variabel tugas, peran, konflik antar
bagian, balas jasa dan pengakuan,
jabatan atau profesi mempunyai
pengaruh yang signifikan secara
simultan terhadap kinerja Dosen di
STIE Widya Gama Lumajang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua
sumber stres Dosen berpengaruh
signifikan terhadap kinerj Dosen.
Secara bersama-sama sumber stres
tenaga pengajar atau Dosen di
lingkungan STIE Widya Gama
Lumajang yang terdiri tugas, peran,
konflik antar bagian), balas jasa dan
pengakuan, jabatan atau profesi
berpengaruh sebesar 41,8% terhadap
kinerja Dosen sedangkan sisanya yaitu
58,2% kinerja Dosen dipengaruhi oleh
variabel-variabel lainnya yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
REFERENSI
Abdullah, Ma’ruf. 2014. Manajemen dan
Evaluasi
Kinerja
Karyawan.
Aswaja Pressindo.Yogyakarta.
tatif. Unit Penerbit dan Percetakan.(UPP) STIM YKPN. Yogyakarta.
Nugroho, Yohanes Anton. 2011. It’s Easy
Olah Data Dengan SPSS. Skripta
Media Creative. Yogyakarta
Santoso, Singgih. 2012. Panduan Lengkap
SPSS Versi 20. Penerbit PT Elex
Media Komputindo. Jakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis.
CV. Alfabeta. Bandung.
Sunyoto, Danang. 2015. Penelitian Sumber
Daya Manusia, Teori,Koesioner,
Alat Statistik dan Contoh Riset.
Cetakan Pertama. Center for Academic Publishing Servis. Yogyakarta.
Umar, Husein. 2008.Metode Penelitian Untuk
Skripsi
Dan
Tesis
Bisnis.Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Wibisono, Dermawan. 2011. Manajemen
Kinerja Korporasi dan Organisasi. Erlangga. Jakarta.
Wibowo. 2012. Manajemen Kinerja. Edisi
Ketiga. PT Raja Grafiindo Persada. Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Metode Kuanti-
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 27 - 35
35
PENGARUH STRES DAN KELELAHAN KERJA
TERHADAP KINERJA GURU SMPN 2 SUKODONO
DI KABUPATEN LUMAJANG
Oleh:
ZAINUL
HIDAYAT
Zainul Hidayat
STIE
WIDYA
GAMA
LUMAJANG
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya
Gama Lumajang
Email
:
[email protected]
Email : [email protected]
ABSTRACT
This research is a quantitative research looking associative relationships that are
causal or research that is asking a relationship between two or more variables and is
causal. The research aims to obtain evidence of the effect of stress and fatigue on the
performance of teachers at SMP Negeri 2 Sukodono in Lumajang either partially or
simultaneously. This study tested the hypothesis that there is a significant effect of stress
on teacher performance, there is a significant effect of fatigue on teacher performance,
and there is stress and fatigue pengarus significant work simultaneously on teacher
performance SMP Negeri 2 Sukodono in Lumajang. The study of 30 respondents using
multiple linear regression analysis is that there is a significant effect of work stress on
employee performance, there is a significant effect of fatigue on employee performance,
and there is stress and fatigue pengarus significant work simultaneously on teacher
performance in SMP Negeri 2 Sukodono Lumajang. Simple linear regression function
generated is Y = 47.395 to 2.183 X1 - X2 2.525. The coefficient of determination shows
that 17% of employee performance can be explained by the variable stress and work
fatigue, while the remaining 83% of teacher performance is influenced by other variables
not examined in this study. Limitations of this study were only examined work stress and
fatigue as a factor affecting the performance of the teacher, while the other variables that
can affect a teacher's performance is expected to be further investigated by researchers
indifferent periods and places.
Keywords: Stress, fatigue, teacher performance
PENDAHULUAN
Dunia pendidikan merupakan hal
yang terpenting bagi kehidupan kita, ini
berarti bahwa setiap manusia berhak
mendapatkan dan berharap untuk selalu
berkembang
dalam
pendidikan.
Pendidikan secara umum mempunyai
suatu
proses
kehidupan
dalam
mengembangkan diri tiap individu untuk
dapat hidup dan melangsungkan
kehidupan. Sehingga menjadi seseorang
36
yang terdidik itu sangat penting.
Terutama pada pendidikan formal yang
dilakukan
disekolah-sekolah
pada
umumnya yang mempunyai jenjang
pendidikan yang luas. Guru yang
mengajar pada institusi pendidikan
formal selalu berinteraksi dengan
keadaan tugas kerjanya, baik dalam
tugas internal maupun eksternal seperti
masyarakat luas, pemerintah dan
kegiatan tugas lainnya. semakin besar
tugas yang dihadapi oleh guru dalam
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 36 - 44
Zainul Hidayat, Pengaruh Stres Dan Kelelahan Kerja ...
kegiatan ini, serta semakin cepatnya
perubahan yang terjadi menuntut guru
untuk bisa menyesuaikan diri pada
tugasnya. Dalam proses penyesuaian diri
ini, dirasa penting untuk mengetahui
kondisi dari tugas seorang guru. Apalagi
melakukan segala tugas dapat berjalan
dengan baik. Sementara disisi lain guru
mempunyai keterbatasan antara lain
mengalami stres dan kelelahan.
Beratnya tuntutan tugas seorang
guru seperti mereka yang mengajar pada
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
misalnya,
menyebabkan
guru
mengalami rasa bosan, jenuh dan juga
mengakibatkan stres. Guru akan
cenderung mengalami stres apabila
kurang mampu beradaptasi keinginan
dengan kenyataan yang ada, baik
kenyataan yang ada didalam maupun
kenyataan yang ada di luar dirinya.
Segala macam bentuk stres, pada
dasarnya disebabkan oleh kurang
mengertinya
manusia
akan
keterbatasannya
sendiri.
Ketidak
mampuan untuk melawan keterbatasan
inilah yang akan menimbulkan frustasi,
konflik, gelisah dan rasa bersalah.
Stres
adalah
suatu
kondisi
ketegangan yang menciptakan adanya
keseimbangan
fisik,
yang
mempengaruhi emosi, proses berfikir
dan kondisi seseorag karyawan. Stres
yang terlalu besar dapat mengacam
kemampuan
seseorang
untuk
menghadapi
lingkungan.
Sebagai
hasilnya,
pada
diri
karyawan
berkembang berbagai macam gejala
stres
yang
dapat
mengganggu
pelaksanaan kerja mereka. Orang-orang
yang mengalami stres bisa menjadi
nerves dan merasakan kekawatiran
kronis. Mereka sering menjadi mudah
marah dan agresif, tidak dapat rileks,
atau menunjukkan sikap yang tidak
korparatif. Veithzal Rivai (2011:1008).
Stres adalah suatu kondisi dinamik yang
didalamnya
seorang
individu
dikonfrontasikan dalam suatu peluang,
kendala, atau tuntutan yang dikaitkan
dengan apa yang sangat diinginkannya
dan hasilnya dipresepsikan sebagai tidak
pasti dan penting. Stres merupakan
faktor fisik, kimiawi, dan emosional
yang dapat menyebabkan tekanan pada
tubuh atau mental dan dapat menjadi
faktor tumbuhnya penyakit. Istilah stres
merupakan istilah yang netral, artinya
stres tidak selamanya bermakna negatif.
Dalam arti yang positif stres dapat
menimbulkan motivasi untuk berbuat
sesuatu yang bermanfaat. Namun,
apabila stres ini tidak dikelola dengan
baik dan tidak benar akan menimbulkan
akibat-akibat
buruk
yang
membahayakan. Akibatnya bukan hanya
pada tubuh, tetapi juga akan berakibat
pada mental terlebih berakibat buruk
pada kejiwaan atau membahayakan
individu karena diakibatkan oleh
pekerjaan yang dapat mengancam
keselamatan seseorang.
Bahaya stres diakibatkan juga
karena kondisi kelelahan kerja yang
akan
menurunkan
kinerja
dan
menambah tingkat kesalahan kerja. pada
dasarnya kelelahan kerja juga akan
sangat mempengaruhi kinerja sebagai
guru pendidik dan akan berdampak
kepada siapa yang sedang di didik,
karena guru akan merasa konsentrasinya
hilang untuk mengajar. Sebagaimana
didefinisikan
bahwa
kelelahan
merupakan kejadian yang umum terjadi
jika seseorang bekerja. Kelelahan kerja
dapat menimbulkan masalah bagi
organisasi dan perusahaan karena
kelelahan kerja dapat muncul dalam
bentuk komitmen kinerja menurun,
hilangnya frustasi, dan penurunan
semangat kerja. Saat ini kelelahan
menjadi masalah krusial didunia kerja,
karena sering menghambat laju kinerja
karyawan yang akhirnya merugikan
perusahaan. Kelelahan kerja sering
muncul didunia kerja dikarenakan
rutinitas serta tekanan yang tinggi dalam
kesehariannya. Mengatasi kelelahan
kerja tidak dapat dilakukan pada tingkat
individu saja. Hal ini menuntut adanya
kerjasama yang baik antara pekerja,
perusahaan dan keluarga pekerja yang
bersangkutan.
Begitu besar dampak dari stres dan
kelelahan kerja, oleh para ahli perilaku
organisasi telah dinyatakan sebagai agen
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 36 - 44
37
Zainul Hidayat, Pengaruh Stres Dan Kelelahan Kerja ...
penyebab dari berbagai masalah fisik,
mental, bahkan output organisasi.
Berbagai alasan tersebut cukup relevan
menjadi pendukung penelitian ini untuk
dilakukan. Kesuksesan dari kinerja
lembaga pendidikan bisa diliat dari
kinerja yang dicapai oleh guru atau staf
pengajar yang mengajar di lembaga
tersebut. Oleh sebab itu lembaga
pendidikan menuntut agar para guru
mampu menampilkan kinerja yang
optimal karena baik buruknya kinerja
yang
dicapai
oleh
guru
akan
berpengaruh
pada
kinerja
dan
keberhasilan lembaga pendidikan secara
keseluruhan.
Kinerja sekolah menengah atas
SMPN 2 Sukodono tidak terlepas dari
kinerja guru sebagai tenaga pendidik
yang mengajar disekolah tersebut.
Apalagi layanan yang diberikan oleh
sekolahan tersebut terkait dengan
layanan jasa pendidikan, dan guru
merupakan sumber daya utama dalam
mendukung lancarnya proses belajar
mengajar. Dengan kata lain, kinerja
seorang guru dapat dilihat dari proses
belajar mengajar yang di tujukan oleh
siswa sebagai peserta didik.
Menurut Wibowo (2012:7)
kinerja
berasal
dari
pengertian
performance.
Ada
pula
yang
memberikan pengertian performance
sebagai hasil kerja atau prestasi kerja.
Namun, sebenarnya kinerja mempunyai
makna yang lebih luas, bukan hanya
hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana
proses pekerjaan berlangsung. Kinerja
yang baik dan tinggi yang dimiliki oleh
seorang guru di SMP Negeri 2
Sukodono misalnya, sangat dapat
membantu mengembangkan sekolah
dengan banyaknya prestasi siswa yang
terampil yang mampu bersaing di era
global seperti saat ini. Seperti halnya
dari tahun ke tahun perkembangan
sekolah sangat berkembang pesat. Jika
kinerja yang dimiliki oleh seorang guru
turun, dapat merugikan dan berdampak
kepada sekolahan itu sendiri. Oleh
karenanya, kinerja seorang guru perlu
mendapatkan perhatian yang baik dari
pihak manajemen dengan kajian
38
berkaitan dengan stres dan keletihan
kerja.
Berdasarkan latar belakang dan
pembatasan masalah diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah stres berpengaruh signifikan
terhadap kinerja guru SMP Negeri 2
Sukodono di Kabupaten Lumajang?
2. Apakah kelelahan kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja guru SMP
Negeri 2 Sukodono di Kabupaten
Lumajang?
3. Apakah stres dan kelelahan kerja
berpengaruh
signifikan
secara
simultan terhadap kinerja guru SMP
Negeri 2 Sukodono di Kabupaten
Lumajang?
. Adapun tujuan dalam penelitian ini
adalah :
1. Untuk mendapatkan bukti adanya
pengaruh stres yang signifikan
terhadap kinerja guru SMP Negeri 2
Sukodono di Kabupaten Lumajang.
2. Untuk mendapatkan bukti adanya
pengaruh kelelahan kerja yang
signifikan terhadap kinerja guru
SMP Negeri 2 Sukodono di
Kabupaten Lumajang
3. Untuk mendapatkan bukti adanya
pengaruh stres dan kelelahan kerja
yang signifikan secara simultan
terhadap kinerja guru SMP Negeri 2
Sukodono di Kabupaten Lumajang.
KAJIAN
LITERATUR
DAN
HIPOTESIS
Stress
Para
ahli
mengemukakan
berbagai pendapat tentang pengertian
stres, di antaranya adalah Robbins
(2008:793) menyatakan bahwa, “stres
adalah
kondisi
dinamik
yang
didalamnya
individu
menghadapi
peluang, kendala, atau tuntutan yang
terkait dengan apa yang sangat
diinginkannya
dan
hasilnya
dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi
penting.”
Danang Sunyoto (2012:62), “stres
merupakan sebuah kondisi dinamis
dimana seseorang dihadapkan pada
konfrontasi
antara
kesempatan,
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 36 - 44
Zainul Hidayat, Pengaruh Stres Dan Kelelahan Kerja ...
hambatan atau permintaan akan apa
yang
diinginkan
dan
hasilnya
dipresepsikan tidak pasti dan penting.”
Kelelahan Kerja
Menurut
Eko
Nurmianto
(2003) dalam Jhohana Kurnia Widyasari
(2010:5),
kelelahan
kerja
akan
menurunkan kinerja dan menambah
tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya
kesalahan kerja akan memberikan
peluang terjadinya kecelakaan kerja
dalam industri. Pembebanan otot secara
statis pun (static muscular loading) jika
dipertahankan dalam waktu yang cukup
lama
akan
mengakibatkan
RSI
(Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri
otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang
diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang
bersifat berulang (repetitive). Selain itu
karakteristik kelelahan akan meningkat
dengan semakin lamanya pekerjaan
yang dilakukan, sedangkan menurunnya
rasa lelah (recovery) adalah didapat
dengan memberikan istirahat yang
cukup.
Menurut Tarwaka, dkk (2004:93)
kelelahan merupakan suatu mekanisme
perlindungan agar terhindar dari
kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan
demikian terjadilah pemulihan setelah
istirahat. Kelelahan (fatigue) merupakan
suatu perasan yang subyektif. Kelelahan
kerja adalah suatu kondisi yang disertai
penurunan efisiensi dan kebutuhan
dalam bekerja (AM.Sugeng Budiono,
2003: 82). Jadi dapat disimpulkan
bahwa
kelelahan
kerja
bisa
menyebabkan penurunan kinerja yang
dapat berakibat pada peningkatan
kesalahan kerja dan kecelakaan kerja.
Kinerja
Menurut Malthis dan Jackson
(2006:79) menyatakan “kinerja pada
dasarnya adalah apa yang dilakukan
karyawan. kinerja karyawan adalah yang
mempengaruhi seberapa banyak mereka
memberikan
kontribusi
kepada
organisasi antara lain termasuk: (1)
kuantitas output, (2) kualitas output, (3)
Jangka waktu output, (4) kehadiran
ditempat kerja,dan (5) sikap koperatif.”
Menurut Wibowo (2012:7) kinerja
berasal dari pengertian performance.
Ada pula yang memberikan pengertian
performance sebagai hasil kerja atau
prestasi kerja. Namun, sebenarnya
kinerja mempunyai makna yang lebih
luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi
termasuk bagaimana proses pekerjaan
berlangsung. Kata kinerja merupakan
terjemahan dari bahasa inggris, yaitu
dari kata performance, kata performance
berasal dari kata to perform yang berarti
menampilkan
atau
melaksanakan.
Performance berarti prestasi kerja,
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja,
untuk kerja atau menampilkan kerja.
Kinerja guru dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan guru dalam
melaksanakan tugas pendidikan sesuai
dengan
tanggung
jawab
dan
wewenangnya berdasarkan standart
kinerja yang telah ditetapkan selama
periode tertentu dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Kinerja guru dapat
dilihat
dan
diukur
berdasarkan
spesifikasi kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap guru.
Berdasarkan
pendapat-pendapat
diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja
guru adalah bentuk produktifitas guru
dalam melaksanakan tugas mendidik
dan mengajar sesuai dengan standar
yang sudah di tentukan.
Berdasarkan perumusan masalah
dan tujuan dalam penelitian ini, maka
hipotesis dikemukakan sebagai berikut :
a.
Hipotesis Pertama
H0
Tidak terdapat pengaruh
stres
yang
signifikan
:
terhadap kinerja guru SMP
Negeri 2
Sukodono di
Kabupaten Lumajang
Ha
Terdapat pengaruh stres
:
yang signifikan terhadap
kinerja guru SMP Negeri 2
Sukodono di Kabupaten
Lumajang.
b.
Hipotesis Kedua
H0
Tidak terdapat pengaruh
kelelahan
kerja
yang
:
signifikan terhadap kinerja
guru SMP Negeri 2
Sukodono di Kabupaten
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 36 - 44
39
Zainul Hidayat, Pengaruh Stres Dan Kelelahan Kerja ...
Lumajang.
Terdapat
pengaruh
kelelahan
kerja
yang
:
signifikan terhadap kinerja
guru SMP Negeri 2
Sukodono di Kabupaten
Lumajang.
Hipotesis Ketiga
H0
Tidak terdapat pengaruh
stres dan kelelahan kerja
:
yang signifikan secara
simultan terhadap kinerja
guru SMP Negeri 2
Sukodono di Kabupaten
Lumajang.
Ha
Terdapat pengaruh stres
:
dan kelelahan kerja yang
signifikan secara simultan
terhadap kinerja guru SMP
Negeri 2 Sukodono di
Kabupaten Lumajang.
Ha
c.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan mencari hubungan
assosiatif
yang
bersifat
kausal.
Sugiyono (2008: 36) menyatakan bahwa
penelitian assosiatif adalah penelitian
yang bersifat menanyakan hubungan
antara dua variabel atau lebih.
Hubungan kausal adalah hubungan yang
bersifat sebab akibat. Jadi dalam
penelitian ini ada variabel independen
(variabel yang mempengaruhi) dan
dependen (dipengaruhi).
Untuk
menganalisis
variabel
independen (X) yang terdiri dari
variabel stres dan kelelahan kerja
terhadap variabel dependen yaitu kinerja
guru ( Y), maka dalam penelitian ini
digunakan teknik analisis regresi linier
berganda, dengan teknik tersebut akan
dapat diuji hipotesis yang menyatakan
ada pengaruh secara parsial dan
pengaruh secara simultan antara variabel
independen (X) yaitu stres (X1) dan
kelelahan kerja (X2) terhadap variabel
dependen (Y), yaitu kinerja guru.
Populasi
adalah
wilayah
generalisasi yang tediri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan
40
kemudian
ditarik
kesimpulannya
(Sugiyono, 2009: 115).
Dalam
penelitian
ini
populasinya adalah semua guru SMP
Negeri 2
Sukodono di Kabupaten
Lumajang. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Probability Sampling (Random
Sampling) yang merupakan teknik
pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. (Sugiyono,
2009:118).
Model Penelitian
Sesuai dengan hipotesis, tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian,
maka digunakan digunakan teknik
analisis regresi linier berganda, dengan
teknik tersebut akan dapat diuji hipotesis
yang menyatakan ada pengaruh secara
parsial dan pengaruh secara simultan
antara variabel independen (X) yaitu
stres (X1) dan kelelahan kerja (X2)
terhadap variabel dependen (Y), yaitu
kinerja guru.
Sebelum dilakukan analisis dan
uji pengaruh, maka terhadap kuesioner
perlu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas. Selanjutnya akan dilakukan
analisis dan uji pengaruh yang
menggunakan asumsi dasar regresi linier
berganda bahwa data harus berdistribusi
normal, terbebas dari Multikoliniearitas
(Multicolonearity)
dan
Heterokedastisitas.
Pengujian Hipotesis
Uji
t
digunakan
untuk
mengetahui
pengaruh
variabel
independen
terhadap
variabel
independen secara parsial yang diuji
dengan cara signifikansi. Uji F
digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan yang diuji
dengan cara signifikansi.
Koefisien Determinasi (R2)
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 36 - 44
Zainul Hidayat, Pengaruh Stres Dan Kelelahan Kerja ...
Koefisien determinasi (R2)
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
ketepatan yang paling baik dalam
analisa regresi, hal ini ditunjukkan oleh
besarnya koefisien
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Data
Uji validitas dilakukan untuk
mengetahui sampai sejauh mana suatu
kuesioner yang diajukan dapat menggali
data atau informasi yang diperlukan.
Untuk menguji validitas data yang
digunakan dalam
penelitian
ini,
digunakan pengolahan data melalui
SPSS (Statistical Product and Service
Solutions)
Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil Uji t
Hasil uji t pada variabel X1
yaitu Stres diperoleh nilai t hitung = 2,183 dengan signifikansi 0,047.
Dengan menggunakan batas signifikansi
5% atau 0,05 diperoleh t tabel sebesar ±
2,040. Ini berarti t hitung (-2,183) > t
tabel (-2,040), yang berarti Ho ditolak
dan Ha ditrima. Dengan tingkat
signifikansi 0,047 yang berada di bawah
batas signifikansi 0,05 maka dapat
disimpulkan terdapat pengaruh stres
yang signifikan terhadap kinerja guru
pada SMP Negeri 2 Sukodono di
Kabupaten Lumajang.
Hasil uji t pada variabel X2
yaitu kelelahan diperoleh nilai t hitung
= 2,525 dengan signifikansi 0,039.
Dengan menggunakan batas signifikansi
5% atau 0,05 diperoleh t tabel sebesar ±
2,040. Ini berarti t hitung (-2,525) > t
tabel (-2,040), yang berarti Ho ditolak
dan Ha diterima. Dengan tingkat
signifikansi 0,018 yang berada di bawah
batas signifikansi 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
kelelaha kerja terhadap kinerja guru
pada SMP Negeri 2 Sukodono di
Kabupaten Lumajang.
Hasil Uji F
Hasil uji F
pada variabel
penelitian diperoleh nilai F hitung =
8,763 dengan tingkat signifikansi 0,001.
Dengan menggunakan batas signifikansi
5% atau 0,05, diperoleh F tabel sebesar
3,35. Ini berarti F hitung > F tabel, yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan tingkat signifikansi 0,001 yang
jauh berada di bawah batas signifikansi
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh stres dan kelelahan
kerja secara simultan terhadap kinerja
guru pada SMK Negeri Senduro di
Kabupaten Lumajang.
Fungsi Regresi Linier Berganda
Model persamaan regresi yang
dapat dituliskan dari hasil tersebut
dalam bentuk persamaan regresi
Unstandardized coefficients adalah
sebagai berikut :
Y = 47,395 – 2,183 X1 − 2,525 X2
Koefisien Determinasi (R2)
Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan program SPSS dapat
diketahui bahwa koefisien determinasi
(R Square) yang diperoleh sebesar
0,170. Hal ini berarti 17% kinerja guru
dapat
dijelaskan
oleh
variabel
independen yaitu stres dan kelelahan
kerja, sedangkan sisanya yaitu 83%
kinerja pegawai dipengaruhi oleh
variabel-variabel lainnya yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
PEMBAHASAN
HASIL
PENELITIAN
Pembahasan Hasil Pengujian
Hipotesis Pertama
Hasil pengujian hipotesis atas
pengaruh stres terhadap kinerja guru
menunjukkan adanya pengaruh stres
yang negatif terhadap kinerja guru pada
SMP Negeri 2 Sukodono di Kabupaten
Lumajang. Hal ini berarti jika stres naik
maka kinerja guru akan menurun dan
sebaliknya jika stres turun maka kinerja
pegawai akan naik..
Hasil penelitian ini juga relevan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Syamsul Rizal (2013), bahwa stres
berpengaruh terhadap kinerja guru baik
secara parsial maupun simultan.
Pembahasan Hasil Pengujian
Hipotesis Kedua
Hasil pengujian hipotesis atas
pengaruh kelelahan kerja terhadap
kinerja kerja menunjukkan adanya
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 36 - 44
41
Zainul Hidayat, Pengaruh Stres Dan Kelelahan Kerja ...
pengaruh kelelahan kerja yang negatif
terhadap kinerja gurui pada SMK Negeri
Senduro di Kabupaten Lumajang. Hal
ini berarti jika kelelahan kerja
meningkat maka akan menurunkan
kinerja guru dan sebaliknya jika
kedisiplinan
menurun
akan
meningkatkan kinerja pegawai pada
SMP Negeri 2 Sukodono di Kabupaten
Lumajang.
Hasil penelitian ini juga relevan
dengan hasil penelitian yang dilakukan
Adila widayanti (2010) bahwa ada
hubungan antara kelelahan kerja dengan
stress kerja pada tenaga kerja di
pengolahan kayu lapis Wreksa Rahayu
Boyolali, dengan hasil adalah sangat
signifikan,dengan nilai p sebesar 0,001.
Pembahasan Hasil Pengujian
Hipotesis Ketiga
Hasil pengujian hipotesis atas pengaruh
Stres dan kelelahan kerja secara
simultan
terhadap
kinerja
guru,
menunjukkan bahwa signifikan secara
simultan stres dan kelelahan kerja
berpengaruh terhadap kinerja guru pada
SMP Negeri 2 Sukodono di Kabupaten
Lumajang.
KESIMPULAN
a. Hasil pengujian hipotesis pertama
yang menguji pengaruh stres kerja
terhadap kinerja guru menunjukkan
bahwa stres kerja berpengaruh
negatif terhadap kinerja guru SMK
Negeri Senduro di Kabupaten
Lumajang. Hal ini berati jika stres
kerja meningkat maka kinerja guru
akan menurun dan sebaliknya stres
kerja menurun maka kinerja guru
akan meningkat.
b. Hasil pengujian hipotesis kedua
yang menguji pengaruh kelelahan
kerja
terhadap
kinerja
guru
menunjukkan bahwa kelelahan kerja
berpengaruh negatif terhadap kinerja
guru SMK Negeri Senduro di
Kabupaten Lumajang. Hal ini berarti
jika kelelahan kerja meningkat maka
kinerja
guru
menurun
dan
sebaliknya jika kelelahan kerja
42
menurun maka kinerja guru akan
meningkat.
c. Hasil pengujian atas stres kerja dan
kelelahan kerja secara simultan
terhadap kinerja guru, menunjukkan
bahwa secara simultan atas stres
kerja
dan
kelelahan
kerja
berpengaruh signifikan terhadap
kinerja guru SMK Negeri Senduro
di Kabupaten Lumajang.
d. Penelitian ini juga memberikan hasil
bahwa variabel bebas yang dominan
pengaruhnya terhadap kinerja guru
adalah variabel Kelelahan kerja.
REFERENSI
Arikunto, 2003, Manajemen Penelitian,
Renika Cipta, Jakarta.
Barnawi dan Arifin Muhammad. 2012.
Instrumen
Pembinaan,
Peningkatan dan Penilaian
Kinerja Guru Profesional.
Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Fathurrohman, Pupuh dan Aa Suryana.
2012. Guru Profesional. PT
Revika Aditama. Bandung.
Handoko, T. Hani. 2006. Manajemen
Personalia dan Sumber Daya
Manusia.
Liberty,
Yogyakarta
Hasibuan, Malayu. 2013. Manajemen
Sumber Daya Manusia .
Penerbit PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Hastono, Sutanto Priyo, 2006, Analisis
Multivariate, Penerbit FKM UI, Jakarta.
Husein, Umar. 2008, Metode Penelitian
Untuk Skripsi Dan Tesis
Bisnis, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta
Kuncoro,
Mudrajad, 2007, Metode
Kuantitatif, Unit Penerbit dan
Percetakan (UPP) STIM
YKPN, Yogyakarta.
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 36 - 44
Zainul Hidayat, Pengaruh Stres Dan Kelelahan Kerja ...
Marwansyah.
2010.
Manajemen
Sumberdaya Manusia. Edisi
kedua. Alfabeta. Bandung.
Mitchell, T. R., & Larson, J. R., jr.,
1987.
People
in
organizations,
an
introduction
to
organizational behavior (3ʳᵈ
ed). Mc Graw Hill Book
Company. Singapure.
Malthis dan Jackson. 2006. Manajemen
Sumber Daya Manusia,
(Terjemahan: Jimmy Sadeli
dan Bayu Prawira), Edisi
Pertama, Salemba Empat,
Jakarta.
Nugroho, Anton, Yohanes, 2011, It’s
Easy Olah Data Dengan
SPSS,
Skripta
Media
Creative, Yogyakarta.
Robbins,
S.P.
2008.
Perilaku
Organisasi, Edisi Bahasa
Indonesia, Alih Bahasa,
Benyamin Molan, Edisi
Kesepuluh, Indeks, Jakarta.
Rivai, veitzal. 2011. Manajemen Sumber
Daya
Manusia.
Pt
Rajagrafindo
persada,
Jakarta.
Setia,
Lukas Atmaja, Ph.d., 2011,
Statistika untuk Bisnis dan
Ekonomi, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Rivai, veitzal dan Sagala Jauvani Ella.
2011. Manajemen Sumber
Daya
Manusia
Untuk
Perusahaan. Edisi kedua.
Rajawali Pers, Jakarta.
Santoso,
Singgih, 2012, Panduan
Lengkap SPSS Versi 20,
Penerbit PT Elex Media
Komputindo,
Jakarta.Sumarwan, U. 2002,
Perilaku Konsumen Teori
dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
PT.
Siagian P, Sondang,. 2008. Manajemen
Sumber Daya Manusia.
Bumi Aksara. Jakarta.
Sofyandi, Herman. 2008. Manajemen
Sumber Daya Manusia.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sugeng Budiono, Am. 2003. Bunga
Rampai Hiperkes dan Kk.
Universitas
Diponegoro.
Semarang.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
R&, Alfabeta, Bandung.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian
Bisnis, CV Alvabeta, Bandung.
Suma’mur. 2009. Keselamatan Kerja
dan
Pencegahan
Kecelakaan.
CV
Haji
Masagung. Jakarta.
Sunyoto,
Danang.
2012.
Teori
Koesioner dan Analisis Data
Sumberdaya
Manusia.
Cetakan Pertama. Center for
Academic Publishing Servis.
Yogyakarta.
Suwatno dan Doni Juni Priansa. 2011.
Manajemen
Sumberdaya
Manusia Dalam Organisasi
Publik dan Bisnis. Cetakan
Kedua.
CV.
Alfabeta.
Bandung.
Ubaidilah, B .2007. Manajemen Sumber
Daya Manusia dan Perilaku
Organisasi,
Erlangga,
Jakarta.
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 36 - 44
43
Zainul Hidayat, Pengaruh Stres Dan Kelelahan Kerja ...
Yamin, Martinis, & Maisah, 2010.
Standarisasi kinerja guru. GP Press.
Jakarta.
Yani. M. 2012. Manajmen Sumber Daya
Manusia. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Tarwaka, Bakhri. H.A.S, Sudioyeng.
2004.
Ergonomi
ntuk
Kesehatan
Kerja
Dan
Produktifitas. nika Pres.
Surakarta.
Widyasari,
44
Jhohana Kurnia. 2010.
hubungan Antara Kelelahan
Kerja Dengan Stress kerja
Pada Perawat di Rumah
Sakit Islam Yarsis Surakarta.
Other thesis, Universitas
Sebelas Maret.
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 36 - 44
PENGARUH TEKANAN WAKTU DAN INDEPENDENSI
TERHADAP KUALITAS AUDIT
(Studi Pada Kantor
Akuntan
Publik
di Wilayah
Malang)
PENGARUH
TEKANAN
WAKTU
DAN
INDEPENDENSI
TERHADAP
KUALITAS
AUDIT
Noviansyah
Oleh:Rizal
(Studi Pada Kantor
Akuntan
Publik
di Wilayah Malang)
[email protected]
NOVIANSYAH
RIZAL
Fetri SETYO
Setyo Liyundira
FETRI
LIYUNDIRA
STIE
Widya
Gama
Lumajang
Noviansyah
Rizal
STIE WIDYA GAMA
LUMAJANG
[email protected]
Email: [email protected]
Fetri ABSTRAK
Setyo Liyundira
This study aimed to determine
theWidya
effect ofGama
time pressure
on audit quality and independence
STIE
Lumajang
of a Public Accounting Firm (KAP) in Malang. The sample used by 40 respondents, that are
auditors that have been working in 8 KAP
of Malang. Meanwhile, to answer the research
ABSTRAK
This study
aimed
to determine
theanalysis
effect ofand
time
pressure
on audit
quality
and independence
hypotheses
using
multiple
regression
then
performed
classical
assumption.
the results
this study,
we can
concluded
that40the
independence
of a Based
Public on
Accounting
Firmof (KAP)
in Malang.
Thebesample
used by
respondents,
that has
are
influencedthat
of an
audit
quality.
So in
the8higher
theMalang.
attitude Meanwhile,
held by an independent
auditor
will
auditors
have
been
working
KAP of
to answer the
research
improve audit
quality.
While
the timeanalysis
pressureand
hasthen
not performed
influenced classical
of an audit
quality. It can be
hypotheses
using
multiple
regression
assumption.
concluded
of time
auditor
will lower that
the quality
of the audit and
Based that
on the
the pressure
results of
this made
study, bywethecan
be concluded
the independence
has
audit reporting.
influenced
of an audit quality. So the higher the attitude held by an independent auditor will
improve audit quality. While the time pressure has not influenced of an audit quality. It can be
Keywords: that
Auditthe
Quality,
Time
Pressure,
concluded
pressure
of time
madeIndependence
by the auditor will lower the quality of the audit and
audit reporting.
yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan
PENDAHULUAN
dan standar pelaporan. Standar umum mengatur
Keywords:
Audit Quality,
Pressure,
Independence
Profesi akuntan
publikTime
merupakan
profesi
kepercayaan masyarakat. Profesi ini sangat persyaratan pribadi auditor. Kelompok standar
ini mengatur
dan pelatihan
teknis
yang
standar keahlian
umum, standar
pekerjaan
lapangan
dibutuhkan dalam era globalisasi di Negara ini. yakni
PENDAHULUAN
harusstandar
dipenuhi
agar seseorang
syarat
pelaporan.
Standar memenuhi
umum mengatur
Dari Profesi
profesiakuntan
akuntan
masyarakat
publikpublik,
merupakan
profesi dan
untuk melakukan
auditing,Kelompok
sikap standar
mental
pribadi auditor.
mengharapkanmasyarakat.
penilaian yang
bebasini
dansangat
tidak persyaratan
kepercayaan
Profesi
independen
harus
dipertahankan
oleh
memihak terhadap
informasi
yang di
disajikan
mengatur yang
keahlian
dan pelatihan
teknis yang
dibutuhkan
dalam era
globalisasi
Negaraoleh
ini. ini
auditordipenuhi
dalam agar
segala
hal yang
bersangkutan
seseorang
memenuhi
syarat
manajemen
perusahaan
laporanmasyarakat
keuangan harus
Dari
profesi
akuntandalam
publik,
dengan pelaksanaan
dan keharusan
melakukan perikatannya,
auditing, sikap
mental
(Mulyadi, 2002:4).
Profesi
akuntandanpublik
mengharapkan
penilaian
yang bebas
tidak untuk
auditor menggunakan
kemahiran
profesionalnya
yang harus
dipertahankan
oleh
bertanggung
jawabinformasi
untuk menaikkan
tingkat
memihak
terhadap
yang disajikan
oleh independen
dengan cermat
seksama
2002:41)
keandalan perusahaan
laporan dalam
keuangan
perusahaan,
dalam dan
segala
hal (Mulyadi,
yang bersangkutan
manajemen
laporan
keuangan auditor
Angelo
(1981)perikatannya,
menyatakan dan
kualitas
audit
pelaksanaan
keharusan
sehingga masyarakat
memperoleh
(Mulyadi,
2002:4). Profesi
akuntaninformasi
publik dengan
merupakan
probabilitas
bahwa profesionalnya
auditor akan
menggunakan
kemahiran
keuangan yang
sebagai
dasar tingkat
untuk auditor
bertanggung
jawabbaik
untuk
menaikkan
menemukan
pelanggaran
pada
cermatdan
danmelaporkan
seksama (Mulyadi,
2002:41)
pengambilan laporan
keputusan.
Guna perusahaan,
menunjang dengan
keandalan
keuangan
akuntansi
Probabilitas
profesionalismenya
sebagai
akuntan publik
maka sistemAngelo
(1981) klien.
menyatakan
kualitas untuk
audit
sehingga
masyarakat
memperoleh
informasi
menemukan probabilitas
pelanggaranbahwa
tergantung
auditor dalam
auditor pada
akan
keuangan
yang melaksanakan
baik sebagaitugas
dasarauditnya
untuk merupakan
kemampuan dan
teknis
auditor, pelanggaran
dan probabilitas
melaporkan
pada
harus berpedoman
pada standar
yang menemukan
pengambilan
keputusan.
Guna audit
menunjang
melaporkan
pelanggaran
tergantung untuk
pada
akuntansi
klien. Probabilitas
ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan
Indonesia
profesionalismenya
sebagai
akuntan
publik (IAI),
maka sistem
auditor dalam melaksanakan tugas auditnya menemukan pelanggaran tergantung pada
harus berpedoman pada standar audit yang kemampuan teknis auditor, dan probabilitas
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), melaporkan pelanggaran tergantung pada
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 45 - 52
45
Noviansyah Rizal, Pengaruh Tekanan Waktu ...
independensi auditor dan ini berpengaruh negatif
terhadap kualitas audit.
Auditan bisa mempengaruhi proses
pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor, dan
menekan auditor untuk mengambil tindakan yang
melanggar standar pemeriksaan, sehingga auditor
sulit untuk bersikap independen. Kantor Akuntan
Publik (KAP) merupakan tempat penyediaan jasa
oleh profesi akuntan publik bagi masyarakat
(Mulyadi, 2002:52).
Auditor
seringkali
bekerja
dalam
keterbatasan waktu. Setiap KAP perlu untuk
mengestimasi waktu yang dibutuhkan (membuat
anggaran waktu) dalam kegiatan pengauditan.
Anggaran waktu ini dibutuhkan guna
menentukan kos audit dan mengukur efektifitas
kinerja auditor (Waggoner dan Cashell 1991).
Namun seringkali anggaran waktu tidak realistis
dengan pekerjaan yang harus dilakukan,
akibatnya
muncul
perilaku-perilaku
kontraproduktif yang menyebabkan kualitas
audit menjadi lebih rendah. Anggaran waktu
yang sangat terbatas ini salah satunya disebabkan
oleh tingkat persaingan yang semakin tinggi
antar kantor akuntan publik (KAP) (Irene,2007).
Alokasi waktu yang lama seringkali tidak
menguntungkan karena akan menyebabkan kos
audit yang semakin tinggi. Klien bisa jadi
berpindah ke KAP lain yang menawarkan fee
audit yang lebih kompetitif (Waggoner dan
Cashell 1991).
Situasi seperti ini merupakan tantangan
tersendiri
bagi
auditor,
karena
dalam
kompleksitas tugas yang semakin tinggi dan
anggaran waktu yang terbatas, mereka dituntut
untuk menghasilkan laporan audit yang
berkualitas. Studi Maynard (1997) dan Joiner
(2001) menunjukkan bahwa kualitas kinerja
seseorang akan sangat dipengaruhi oleh
tekanan/tuntutan tugas yang dihadapi.
Independensi auditor di KAP adalah suatu
hal yang menarik untuk diteliti karena
merupakan faktor utama dan paling penting yang
menjadi penentu kualitas dalam pelaksanaan
audit KAP tersebut untuk dapat mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan. Kepercayaan
masyarakat atas kualitas jasa profesional akan
semakin besar bila profesi mendorong standar
kinerja dan perilaku yang tinggi di pihak seluruh
praktisi (Arens,dkk, 2008:105).
Menurut Rapina, dkk (2010) dalam
penelitiannya
yang
berjudul
Pengaruh
independensi eksternal audit terhadap kualitas
audit studi kasus pada beberapa Kantor Akuntan
Publik di Bandung, menyatakan bahwa
46
independensi eksternal audit belum dilakukan
secara efektif. Hal ini dapat dilihat dari adanya
pengaruh yang rendah atau lemah antara variabel
X yaitu independensi eksternal audit dengan
variabel Y yaitu kualitas pelaksanaan audit.
Tjun (2012) yang melakukan penelitian
tentang pengaruh kompetensi dan independensi
auditor
terhadap
kualitas
audit
yang
menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas audit.
Setyorini
(2011)
menelitin
tentang
Pengaruh kompleksitas audit, tekanan anggaran
waktu, dan Pengalaman auditor terhadap kualitas
audit dengan variabel Moderating pemahaman
terhadap sistem informasi yang menunjukkan
bahwa tekanan waktu berpengaruh secara positif
terhadap kualitas audit.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas
yang berpendapat bahwa independensi masih
belum dibahas secara mendalam padahal
independensi menjadi suatu hal yang penting
dalam pelaksanaan audit karena kualitas audit
saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting
karena hasil audit digunakan oleh banyak pihak
dan digunakan untuk mengambil keputusan.
Dari hasil penelitian yang masih dalam
perdebatan maka dipandang perlu untuk
mengembangkan
penelitian
lebih
lanjut
mengenai
variabel
tekanan
audit
dan
independensi terhadap kualitas audit, maka
peneliti merencanakan mengadakan penelitian
yang berjudul: “Pengaruh Tekanan Waktu dan
Independensi terhadap Kualitas Audit (Studi
Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah
Malang)”
KERANGKA
PEMIKIRAN
DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
Penelitian ini berangkat dari adanya
aktivitas auditor dalam menjaga reputasinya pada
suatu Kantor Akuntan Publik dalam pelaksanaan
proses audit.
Dalam menjaga kualitas audit, seorang
auditor harus memperhatikan beberapa hal yang
terkait dengan proses pelaksanaan audit
diantaranya yang ada dalam penelitian ini yaitu
tekanan waktu dan independensi seorang auditor.
Tekanan waktu adalah suatu kondisi dimana
auditormendapatkan tekanan dari tempatnya
bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Tekanan waktu terdiri dari dua macam yaitu
tekanan anggaran waktu dan tekanan batasan
waktu.
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 45 - 52
Noviansyah Rizal, Pengaruh Tekanan Waktu ...
Independensi audit berarti mengambil sudut
pandang yang tidak bias dalam melakukan
pengujian audit, evaluasi atas hasil pengujian dan
penerbitan laporan audit. Auditor tidak hanya
diharuskan untuk menjaga sikap mental
independen dalam menjalankan tanggung
jawabnya, namun juga penting bagi para
pengguna laporan keuangan untuk memiliki
kepercayaan terhadap independensi auditor.
Kedua unsur independensi ini sering kali
diidentifikasikan sebagai independensi dalam
fakta atau independen dalam pikiran, dan
independen dalam penampilan. Independen
dalam fakta muncul ketika auditor secara nyata
menjaga sikap objektif selama melakukan audit.
Independen dalam penampilan merupakan
interprestasi orang lain terhadap independensi
auditor tersebut. (Elder, Randal. J 2011:74).
Dari teori diatas yang menjelaskan tentang
tekanan waktu dan independensi menjelaskan
bahwa kedua hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap kualitas audit. De Angelo (dalam Alim
dkk, 2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai
probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan
melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi
auditee.
Teori-teori
yang
mendukung
dalam
penelitian ini bersumber dari landasan teori audit
dari pakar dan ahli seperti : Mulyadi, Arens,
Tika, Sukrisno, Rahayu. Juga beberapa referensi
dan literatur yang berhubungan dengan standar
auditing.
Hasil penelitian yang mendukung penelitian
ini diperoleh dari : Rapina (2010), Saputra
(2012), Tjun (2012), Yuliana (2009) dan
Setyorini (2011). Secara keseluruhan kerangka
pemikiran dapat disajikan dalam gambar berikut
ini :
Gambar 1
1. Hipotesis I
Menurut penelitian Setyorini (2011),
menyatakan bahwa untuk penetapan waktu
perlu dilakukan dalam pelaksanaan audit
sehingga
ketidak
seimbangan
dapat
dihindari,
sehingga
tekanan
waktu
berpengaruh secara negatif terhadap kualitas
audit. Dengan demikian, dapat dikemukakan
hipotesis :
H1
: Tekanan waktu berpengaruh
terhadap kualitas audit.
1. Hipotesis II
Menurut penelitian Rapina (2010),
Peranan dari eksternal auditor tidak kecil,
dan menuntut para eksternal auditor untuk
bersikap profesional dalam menjalankan
tugasnya. Salah satu komponen penunjang
terciptanya profesionalitas eksternal auditor
adalah sikap independensi.
Besarnya pengaruh
independensi
eksternal auditor yang memiliki pengaruh
yang
signifikan terhadap
kualitas
pelaksanaan audit dapat dilihat dari hasil
perhitungan koefisien determinasi yang
menunjukkan nilai sebesar
14,8%
sedangkan sisanya yaitu sebesar 85,%
dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang
tidak diteliti.
Menurut Saputra (2012) bahwa
independensi
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas audit, independensi auditor
adalah sikap tidak memihak terhadap
kepentingan siapapun dalam melakukan
pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat
oleh pihak manajemen. Sehingga dapat
dikemukakan hipotesis yaitu :
H2
:
Independensi
Auditor
berpengaruh terhadap kualitas audit.
2. Hipotesis III
Menurut
Saputra
(2012)
yang
menyatakan
bahwa
independensi
berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit, sama halnya dengan
penelitian yang dilakukan Setyorini (2011)
bahwa tekanan waktu juga berpengaruh
negative terhadap kaulitas audit. Sehingga
dapat dikemukakan hipotesis sebagai
berikut :
H3
:
Tekanan
waktu
dan
Independensi Auditor berpengaruh secara
simultan terhadap kualitas audit
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 45 - 52
47
Noviansyah Rizal, Pengaruh Tekanan Waktu ...
Gambar 2
Alamat Jl. Tapak Doro No.15 Malang
65141.
3. KAP DRS. JIMMY ANDRIANUS
Berdiri pada tanggal 2 Februari 1999. Izin
Usaha Nomor : KEP-060/KM.17/1999.
Alamat Jl. Retawu No.26 Malang
4. KAP KRISNAWAN, BUSRONI, ACHSIN
& ALAMSYAH (CAB)
Berdiri pada tanggal 21 Januari 2011, Izin
Usaha Nomor : 33/KM.1/2011. Alamat
Ruko Soekarno Hatta Jl. Soekarno Hatta B3 Kav. B Malang 65141.
Keterangan :
= parsial
= simultan
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Langkah pertama yang harus dilakukan
dalam
membuat
rancangan
penelitian
menentukan jenis variabel. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah Kualitas Audit,
sedangkan variabel independen yaitu variabel
Tekanan Waktu dan Independensi.
Setelah dilakukan jenis variabel diatas,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis. Penelitian ini bermaksud untuk
menganalisis Pengaruh Tekanan Waktu dan
Independensi terhadap Kualitas Audit. Penelitian
ini melakukan pengujian pada Kantor Akuntan
Publik di wilayah Malang dengan menggunakan
data primer untuk mengetahui hasilnya.
Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Kantor Akuntan
Publik (KAP) di wilayah Malang. Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang ada di wilayah
Malang berjumlah 8 (delapan) yang terdiri dari :
1. KAP BENNY, TONY, FRANS & DANIEL
(CAB)
Berdiri pada tanggal 25 April 2011. Izin
Usaha Nomor : 246 / KM.1/2011. Alamat Jl.
Merbabu No.6 Malang 65121.
2. KAP DOLI, BAMBANG, SUDARMADJI
& DADANG (CAB)
Berdiri pada tanggal 12 Januari 2006. Izin
Usaha Nomor : KEP-008/KM.5/2006.
48
5. KAP MADE SUDARMA, THOMAS &
DEWI PUSAT)
Berdiri pada tanggal 16 Desember 2005,
Izin Usaha Nomor : KEP-435/KM.5/2005.
Alamat Jl. Dorowati No.8 Malang 65119.
6. KAP DRS. NASIKIN
Berdiri pada tanggal 29 April 2003, Izin
Usaha Nomor : KEP-149/KM.6/2003.
Alamat Jl. Semeru No.11 - 15 Lantai 2
Malang 65119.
7. KAP SUPRIHADI & REKAN
Berdiri pada tanggal 18 Agustus 1998. Izin
Usaha Nomor : KEP-602/KM.17/1998.
Alamat Perumahan Simpang Soekarno
Hatta
Jl. Bunga Andong Selatan Kav.26 Malang
65141
8. KAP THOUFAN NUR, CPA
Berdiri pada tanggal 8 desember 2011. Izin
Usaha Nomor : 1423/KM.1/2011. Jalan
Joyo Tambaksari No.32 Merjosari Malang
65144
Sumber dan Jenis Data
Sumber
data
dalam
penelitian
ini
menggunakan data internal yaitu didapat dengan
cara menggunkan angket atau kuisioner. Teknik
angket atau kuisioner merupakan suatu
pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan
kepada responden dengan harapan memberikan
respons atas daftar pertanyaan tersebut. Daftar
pertanyaan atau pernyataan dapat bersifat terbuka
jika jawaban tidak ditentukan sebelumnya
sedangkan bersifat tertutup jika alternatifalternatif jawaban telah disediakan. Instrumen
yang berupa lembar daftar pertanyaan tadi dapat
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 45 - 52
Noviansyah Rizal, Pengaruh Tekanan Waktu ...
berupa angket (kuisioner), checklist ataupun
skala (Umar, 2008:50).
Teknik yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data primer yaitu menggunakan
angket atau kuesioner. Karena angket dijawab
atau diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu
bertemu langsung dengan responden, maka
dalam menyusun angket perlu diperhatikan
beberapa hal.
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
keseluruhan auditor yang bekerja pada di Kantor
Akuntan Publik di wilayah Malang yang
berjumlah 8 (delapan). Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode
probabilitas dengan sistem pengambilan random
(acak), yaitu sampel diambil dengan mempunyai
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel
(Sekaran, 2011). Jumlah sampel yang diambil
yaitu sebanyak 50 (lima puluh) auditor yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik di wilayah
Malang.
Definisi Operasional Variabel dan Instrumen
Penelitian
Tekanan waktu (X1)
Tekanan waktu adalah suatu kondisi dimana
auditor mendapatkan tekanan dari tempatnya
bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Menurut Yuliana (2009) bahwa tekanan waktu
terdiri dari dua macam, yaitu tekanan anggaran
waktu (time budget pressure) dan tekanan
batasan waktu (deadline time pressure). Dimana
tekanan waktu yang tidak sewajarnya dalam
pencapaian anggaran waktu dan biaya banyak
terbukti sebagai potensial dari perilaku
penurunan kualitas audit.
Independensi (X2)
Independensi berarti sikap mental yang bebas
dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak
lain, tidak tergantung pada orang lain.
Independensi juga berarti adanya kejujuran
dalam diri auditor dalam mempertimbangkan
fakta dan adanya pertimbangan yang objektif
tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
system akuntansi klien dan melaporkannya
dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam
melaksanakan
tugasnya
tersebut
auditor
berpedoman pada standar auditing dan kode etik
akuntan publik yang relevan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah angket/ kuesioner. Kuesioner adalah
serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada
responden guna mengumpulkan informasi dari
responden mengenai objek yang sedang diteliti,
baik berupa pendapat, tanggapan, ataupun
dirinya sendiri. Sebagai suatu instrument
penelitian, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut
tidak boleh menyimpang dari arah yang akan
dicapai oleh usulan proyek penelitian, yang
tercermin dalam rumusan hipotesis. Dengan
demikian daftar pertanyaan yang harus diajukan
dengan taktis dan stategik sehingga mampu
menyaring informasi yang dibutuhkan oleh
responden.
Teknik Analisis Data
Berdasarkan tabel Descriptive Statistics
dapat dijelaskan bahwa kualitas audit memiliki
nilai rata-rata 45, 32 yang menjelaskan bahwa
dari 12 item pertanyaan tentang kualitas audit
diperoleh jawaban responden yang berjumlah 40
orang, lebih banyak menjawab dengan skor 3
(cukup baik) dan 4 (baik).
Untuk tekanan waktu memiliki nilai rata-rata
20,88 yang menjelaskan bahwa dari 6 item
petanyaan tentang tekanan waktu diperoleh
jawaban responden yang berjumlah 40 orang,
lebih banyak menjawab dengan skor 3 (cukup
baik) dan 4 (baik).
Selanjutnya untuk independensi memiliki
nilai rata-rata 26,20 yang menjelaskan bahwa
dari 7 item pertanyaan tentang independensi
diperoleh jawaban responden yang berjumlah 40
orang, lebih banyak menjawab dengan skor 3
(cukup baik) dan 4 (baik).
Berdasarkan hasil output SPSS untuk model
regresi variabel tekanan waktu, independensi dan
kualitas audit sebagai berikut :
Tabel 1
Kualitas Audit (Y)
Kualitas
audit
merupakan
segala
kemungkinan dimana auditor pada saat
mengaudit laporan keuangan klien dapat
menentukan pelanggaran yang terjadi dalam
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 45 - 52
49
Noviansyah Rizal, Pengaruh Tekanan Waktu ...
Y = 36,792 – 0,409 X1 + 0,651 X2
Dari persamaan regresi yang terbentuk
diatas dapat diinterprestasikan apabila tekanan
waktu dinaikkan sebesar 1 maka kualitas audit
akan mengalami penurunan sebesar 0,409.
Sedangkan independensi dinaikkan sebesar 1
maka kualitas audit akan mengalami kenaikan
sebesar 0,651. Berikut ini akan dijelaskan untuk
hasil uji hipotesis :
a. Hipotesis I
Pengajuan Hipotesis I menyatakan
bahwa tekanan waktu berpengaruh terhadap
kualitas audit. Berdasarkan tabel Coeficient
dapat dijelaskan bahwa untuk variabel
tekanan waktu menunjukkan nilai sig 0,119.
Nilai ini lebih besar dari nilai α = 0,05 yang
menunjukkan bahwa variabel tekanan waktu
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
sehingga dapat disimpulkan hasil pengujian
hipotesis I bahwa H0 diterima dan H1
ditolak.
b. Hipotesis II
Pengajuan Hipotesis II menyatakan
bahwa Independensi berpengaruh terhadap
kualitas audit. Berdasarkan tabel Coeficient
dapat dijelaskan bahwa untuk variabel
independensi menunjukkan nilai sig 0,008.
Nilai ini lebih kecil dari nilai α = 0,05 yang
menunjukkan bahwa variabel independensi
berpengaruh terhadap kualitas audit
sehingga dapat disimpulkan hasil pengujian
hipotesis II bahwa H0 ditolak dan H2
diterima.
c. Hipotesis III
Pengajuan Hipotesis III menyatakan
bahwa tekanan waktu dan independensi
berpengaruh secara simultan terhadap
kualitas audit. Berdasarkan tabel ANOVA
diperoleh nilai sig 0,025. Nilai ini kurang
dari α = 0,05 dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tekanan waktu dan
independensi berpengaruh terhadap kualitas
audit sehingga dapat disimpulkan hasil
pengujian hipotesis III bahwa H0 ditolak dan
H3 diterima.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
a. Pembahasan Hipotesis I
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
menunjukkan bahwa tekanan waktu tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit, ini
50
mengartikan
bahwa
auditor
dalam
melakukan
audit
meskipun
adanya
pengurangan waktu (penekanan waktu)
tidak ada pengaruhnya terhadap kualitas
audit.
Tidak berpengaruhnya tekanan waktu
terhadap kualitas audit menunjukkan bahwa
Kantor Akuntan Publik (KAP) sangat
menjaga reputasi atau nama perusahaan dan
juga menjaga akan adanya sanksi yang
tertera pada UU No.5 Tahun 2011 tentang
Akuntan Publik .
Hasil penelitian ini tidak mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Setyorini
(2011) yang menyatakan bahwa untuk
penetapan waktu perlu dilakukan dalam
pelaksanaan
audit
sehingga
ketidakseimbangan
dapat
dihindari,
sehingga tekanan waktu berpengaruh secara
negatif terhadap kualitas audit.
De Zoort dan Lord (1997) dalam Piter
(2008) menyebutkan, ketika menghadapi
tekanan anggaran waktu, auditor akan
memberikan respon dengan dua cara, yaitu
fungsional
dan
disfungsional.
Tipe
fungsional adalah perilaku auditor untuk
bekerja lebih baik dengan menggunakan
waktu sebaik-sebaiknya, hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rhode (1978) dalam Sujana (2006) yang
menjelaskan bahwa tekanan anggaran waktu
dengan perilaku disfungsional auditor
mempunyai hubungan yang positif, ini
mengartikan
bahwa
tekanan
waktu
berpotensi
menyebabkan
perilaku
penurunan kualitas audit.
b. Pembahasan Hipotesis II
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
menjelaskan bahwa adanya pengaruh
variabel independensi terhadap kualitas
audit, ini menunjukkan semakin tinggi sikap
independen yang dimiliki oleh auditor maka
semakin tinggi pula kualitas audit suatu
pelaporan keuangan.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa auditor
harus dapat mengumpulkan setiap informasi
yang dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan audit dimana hal tersebut harus
didukung dengan sikap independen, yang
menurut (Elder, 2011) bahwa sikap
independensi auditor ada 2 unsur yaitu
sebagai independensi dalam fakta atau
independen dalam pikiran, dan independen
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 45 - 52
Noviansyah Rizal, Pengaruh Tekanan Waktu ...
dalam penampilan. Independen dalam fakta
muncul ketika auditor secara nyata menjaga
objektif selama melakukan audit dan
Independen dalam penampilan merupakan
interprestasi
orang
lain
terhadap
independensi auditor tersebut.
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Saputra
(2012)
yang
menjelaskan
bahwa
independensi berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas audit. Penelitian ini
menjelaskan dengan independensi yang
dimiliki oleh auditor, maka akan sangat
kecil terpengaruh oleh klien sehingga proses
audit akan dilakukan dengan transparan,
sehingga dapat meningkatkan kualitas audit.
Namun demikian tidak sependapat
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rapina (2010) yang menyimpulkan bahwa
variabel independensi berpengaruh sangat
kecil terhadap kualitas audit karena ada
faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh
terhadap kualitas audit yang tidak diteliti.
c. Pembahasan Hipotesis III
Pengaruh secara simultan variabel
tekanan waktu dan independensi terhadap
kaulitas audit. Hal ini berarti bahwa kedua
variabel sama-sama berpengaruh terhadap
kualitas audit.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
teori (Randal, 2011) dan (Mulyadi, 2011)
yang menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
dapat
mempengaruhi
kualitas
audit
diantaranya adalah tekanan waktu dan
independensi.
Tekanan waktu yang diberikan kepada
auditor dalam melaksanakan audit tidak
lepas dari sikap independen yang harus
dijaganya bukan hanya sikap mentalnya saja
tetapi sebuah kepercayaan yang harus tetap
menjadi karakteristik untuk menjaga
reputasi yang baik sebuah Kantor Akuntan
Publik.
Penelitian ini didukung oleh penelitian
Saputra (2012) yang menyatakan bahwa
independensi berpengaruh secara siginifikan
terhadap kualitas audit, sama halnya dengan
penelitian yang dilakukan Setyorini (2011)
bahwa tekanan waktu juga berpengaruh
negatif terhadap kualitas audit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan
mengacu pada perumusan serta tujuan dari
penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulankesimpulan sebagai berikut :
1. Tekanan waktu dalam melaksanakan audit
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah
Malang, ini mengindikasikan bahwa auditor
dalam melakukan audit meskipun adanya
pengurangan waktu (penekanan waktu)
tidak ada pengaruhnya terhadap kualitas
audit.
2. Independensi dalam melaksanakan audit
berpengaruh terhadap kualitas audit pada
Kantor Akuntan Publik di Wilayah Malang,
sehingga semakin tinggi sikap independen
yang dimiliki oleh auditor maka akan
semakin baik kualitas audit yang
dilakukannya.
3. Tekanan waktu dan independensi dalam
melaksanakan audit secara simultan
berpengaruh terhadap kualitas audit pada
Kantor Akuntan Publik di Wilayah Malang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan maka diajukan saran, antara lain :
1. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa tekanan waktu tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit. Hasil tersebut juga
berimplikasi pada pola penugasan auditor,
dimana perlu membuat sebuah taksiran
kebutuhan waktu audit sebagai bagian dari
pertimbangan penjadwalan
sehingga
auditor dapat melaksanakan proses audit
dengan waktu yang telah ditetapkan agar
tidak
menyebabkan
perilaku
yang
menurunkan kualitas audit.
2. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
pengaruh antara independensi terhadap
kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa
seorang auditor tidak hanya diharuskan
untuk menjaga sikap mental independen
dalam menjalankan tanggung jawabnya,
namun juga penting bagi para pengguna
laporan keuangan untuk menghormati etika
ataupun sikap auditor.
3. Penelitian
mendatang,
sebaiknya
menggunakan metode wawancara langsung
untuk mengumpulkan data penelitian, agar
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 45 - 52
51
Noviansyah Rizal, Pengaruh Tekanan Waktu ...
dapat mengurangi kelemahan terkait
internal validity.
4. Peneliti ini juga menyarankan untuk
penelitian selanjutnya agar memperluas
objek penelitian pada Kantor Akuntan
Publik di beberapa wilayah sehingga
hasilnya dapat digeneralisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 1999. Pemeriksaan Akuntan
(Auditing). Jakarta : Salemba Empat
Arens, Loebbecke. 1996. Auditing Pendekatan
Terpadu. Jakarta : Salemba Empat
Boynton, Johnson, Kell. 2002. Modern Auditing,
Edisi Ke tujuh, Jilid I. Jakarta : Erlangga
Dan, M. Guy. 2002. Auditing Edisi Ke Lima.
Jakarta : Erlangga
Elder, Randal J., Beasley, Mark S., Arens, Alvin
A. 2011. Jasa Audit dan Assurance
Pendekatan
Terpadu
(Adaptasi
Indonesia)., Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat
Indriantoro, Bambang Supomo. 2009. Metode
Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen Edisi Pertama. Yogyakarta :
BPFE-Yogyakarta
Jusup,
Al.
Haryono.
2001.
Auditing
(Pengauditan). Yogyakarta : Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
Kuncoro, Mudrajat, 2009, Metode Riset dan
Bisnis untuk ekonomi Edisi 3. Jakarta :
Erlangga
Mulyadi. 2011. Auditing, Edisi 6. Jakarta :
Salemba Empat
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia No. 01 Tahun 2007.Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta:
Pustaka Pergaulan. Bendungan- Hilir
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Auditing : Konsep
Dasar dan Pedoman Pemeriksaan
Akuntan
Publik
Edisi
Pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu
52
Sanusi, Anwar, 2012, Metodologi Penelitian
Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Saputra, Anton Eka. 2012. Pengaruh Kompetensi
dan Idependensi terhadap Kualitas Audit
dengan Etika Auditor Sebagai Variabel
Moderasi, ( Studi Empiris pada Auditor di
Kantor Akuntan Publik se Jawa Tengah
dan D. I Yogyakarta). Juraksi. Vol I No. 2.
ISSN: 2301-9328
Sawyer’s, Dittenhofer, Scheiner. 2005. Sawyer’
Internal Auditing. Jakarta : Salemba
Empat
Sekaran, Umar. 2011. Research Methods for
Business Metode Penelitian untuk Bisnis.
Jakarta : Salemba Empat
Simanjuntak, Piter. 2008. Pengaruh Time Budget
Presurre dan Resiko Kesalahan terhadap
Penurunan Kualitasi Audit (Reduced Audit
Quality), ( Studi Empiris pada Auditor
KAP di Jakarta). Thesis.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif.
Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis Regresi
Menggunakan SPSS Contoh Kasus dan
Pemecahannya Edisi 1. Yogyakarta : Andi
Tika, Moh. Pabundu. 2006. Metodologi Riset
Bisnis. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Tjun, Lauw Tjun. 2012. Pengaruh Kompetensi
dan Independensi Auditor terhadap
Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi. Vol 4.
No. 1:33-56
Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian untuk
Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada,
Undang- Undang Republik Indonesia No. 5
Tahun 2011 tentang Akuntan Publik
Yuliana, Herawati, Arum. 2009. Pengaruh Time
Pressure dan Resiko Audit Terhadap
Penghentian Prematur Atas Prosedur
Audit. Journal Akuntansi.
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 45 - 52
PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER
COSTING) PRODUK “BRKT NUMBER PLATE K56”
PERHITUNGAN
HARGA POKOK
PESANAN
(JOB ORDER
PADA PT. RACHMAT
PERDANA
ADHIMETAL
COSTING) PRODUK “BRKT NUMBER PLATE K56”
:
PADA PT. RACHMATOleh
PERDANA
ADHIMETAL
Bambang Hermanto
[email protected]
Oleh:
Oleh
:
LP3I
Politeknik
Jakarta
BAMBANG
HERMANTO
Bambang Hermanto
LP3I
POLITEKNIK JAKARTA
[email protected]
Email:
[email protected]
Politeknik Jakarta
ABSTRAK
The purpose of this study was to obtain
information about the cost element production,
ABSTRAK
the methods used and to find out the problems that occur during the decisive calculation of the
cost of production
of products
"BRKT
K56" .Itsabout
produced
by PT.
Rachmat
Prime
The purpose
of this study
was Number
to obtainPlate
information
the cost
element
production,
Adhimetal.
The
method
used
is
a
literature
study
(Library
Research)
and
Field
Study
(Field
the methods used and to find out the problems that occur during the decisive calculation of the
Research).
The collection
of data
directly
to the
fieldK56"
by using
data collection
techniques
are
cost of production
of products
"BRKT
Number
Plate
.Its produced
by PT. Rachmat
Prime
Interview
(Observasion)
directly
to theand
PT.Field
Rachmat
Adhimetal.(Interview)
The methodand
usedObservation
is a literature
study (Library
Research)
Study Prime
(Field
Adhimetal
in
Jakarta
for
the
month
of
February
2016.
The
results
show
the
elements
of are
the
Research). The collection of data directly to the field by using data collection techniques
production
cost
of
Raw
Material
Costs
Direct
Costs
Direct
Labor,
and
Factory
Overhead
either
Interview (Interview) and Observation (Observasion) directly to the PT. Rachmat Prime
charged
or in
real.
The method
in of
theFebruary
calculation
of the
cost
of production
Adhimetal
Jakarta
for the used
month
2016.
The
results
show the "BRKT
elementsNumber
of the
Plate
K56"
at
PT.
Rachmat
Prime
using
full
costing
method
taking
into
account
all the either
costs
production cost of Raw Material Costs Direct Costs Direct Labor, and Factory Overhead
associated
with
production
activities
into
the
calculation
of
the
cost
of
production
as
well
as
the
charged or real. The method used in the calculation of the cost of production "BRKT Number
companies
of the
amount
generated
in each
process. all the costs
Plate K56"charge
at PT.Overhead
Rachmat Actual
Prime stroke
using full
costing
method
taking
into account
associated with production activities into the calculation of the cost of production as well as the
Kata
Kuncicharge
: Harga
Pokok
Pesanan,
Produksi,
Full Costing,
Job Order Costing
companies
Overhead
Actual
stroke Biaya
of the amount
generated
in each process.
Method
Kata Kunci : Harga Pokok Pesanan, Biaya Produksi, Full Costing, Job Order Costing
Method
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
PENDAHULUAN
2.
PT.
RACHMAT
PERDANA
Latar Belakang
Masalah
ADHIMETAL (RPA) sebuah perusahaan
UMKM PT.
yang telah
berdiri sejak PERDANA
tahun 1997
RACHMAT
beralamat
di
Komplek
PIK
(Perkampungan
ADHIMETAL (RPA) sebuah perusahaan
Industri
Barak
F.1 RT
006tahun
RW 1997
010,
UMKM Kecil)
yang telah
berdiri
sejak
Jakarta
Timur.
Merupakan
perusahaan
yang
beralamat di Komplek PIK (Perkampungan
bergerak
dibidang
Industri
Industri Kecil)
Barak F.1
RT 006 Otomotif
RW 010,
Khususnya
Roda
Dua,
saat
ini Customer
Jakarta Timur. Merupakan perusahaan
yang
Utamanya
PT Astra
Honda
Motor
bergerak adalah
dibidang
Industri
Otomotif
(AHM)
yangRoda
memproduksi
motor
Khususnya
Dua, saat sepeda
ini Customer
merk
HONDA.
Dalam
kegiatan
usaha
Utamanya adalah PT Astra Honda Motor
seperti
yang
dilakukan
oleh
RPA
secara
(AHM) yang memproduksi sepeda motor
umum
di katakan
merupakan
merk dapat
HONDA.
Dalam
kegiatanindustry
usaha
Metal
Stamping,
Dies,
Jig
&
Fixture
seperti yang dilakukan oleh
RPA :secara
Metal
Stamping
Part industry
yaitu :
umum1.dapat
di katakan
merupakan
pembuatan
komponen
otomotif
Metal Stamping, Dies, Jig & Fixture :
3.
2.
1.
Metal Stamping Part yaitu :
pembuatan komponen otomotif
3.
4.
4.
dan industri lainnya yang
berhubungan dengan besi, baja.
Dies
yaitu cetakan
dan industri
lainnya untuk
yang
pembuatan
komponen
(part).
berhubungan dengan besi,
baja.
Jig
bantu dalam
Dies yaitu
yaitualat cetakan
untuk
memastikan
bahwa komponen
pembuatan komponen
(part).
(part)
tersebut
telah sesuai
Jig yaitu
alat bantu
dalam
dengan
spesifikasi
yang
memastikan bahwa komponen
diterapkan.
(part) tersebut telah sesuai
Fixture
alat bantu dalam
dengan yaituspesifikasi
yang
melakukan
pengecekan
kualitas
diterapkan.
komponen-komponen
yang
Fixture yaitu alat bantu dalam
dibuat.
melakukan pengecekan kualitas
komponen-komponen
yang
RPA
menerima order dari AHM
dibuat.
secara langsung atau tangan kedua dari
supplier RPA
AHMmenerima
dan jenis order
produk
di
dariyang
AHM
Order
beragam
: BRKT
secara sangat
langsung
atau antara
tanganlain
kedua
dari
Number
Plate
K
56,
hingga
saat
ini
supplier AHM dan jenis produk yangcara
di
menghitung
Pokok
Produksi
Order sangatHarga
beragam
antara
lain : masih
BRKT
menggunakan
tradisional
yaitu iniHarga
Number Platecara
K 56,
hingga saat
cara
menghitung Harga Pokok Produksi masih
menggunakan
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016,
Hal 53 - 62cara tradisional yaitu Harga
53
Bambang Hermanto, Perhitungan Harga Pokok Pesanan...
Pokok Produksi ditentukan dari seluruh
beban yang dikeluarkan dalam periode
tersebut.
.
Mengingat jenis Part yang di
produksi sangat banyak macamnya maka
penapsiran perhitungan Harga Pokok
Produksi tiap-tiap jenis part sangat
diperlukan agar tidak mengakibatkan
kesalahan tapsir yang berakibat pada
kerugian perusahaan. Pihak marketing
dalam melakukan penjualan dengan sistem
pesanan dan memproduksi barang beraneka
ragam sangat mungkin terjadi kesalahan
dalam perhitungan Harga Pokok Produksi
jika
masih
menggunakan
metode
tradisional. Oleh karena itu penulis
melakukan penelitian jika perusahaan dapat
menggunakan Method Job Order Costing.
Berdasarkan
uraian
pada
permasalahan diatas, maka tujuan penelitian
ini adalah
1. Untuk mendapatkan Informasi
tentang perhitungan beberapa unsur
biaya Produk “BRKT Number
Plate K56” yang di produksi oleh
PT. Rachmat Perdana Adhimetal
2. Untuk mengetahui metode yang
digunakan untuk pencatatan dan
perhitungan harga pokok produksi
“BRKT Number Plate K56”.
3. Untuk mengetahui biaya produksi
pada PT. Rachmat Perdana
Adhimetal.
4. Untuk
mengetahui
masalahmasalah yang terjadi selama
menentukan perhitungan harga
pokok produksi “BRKT Number
Plate K56”.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Akuntansi Biaya
Menurut Ony Widilestariningtyas,
Sri Dewi Anggadini dan Dony Waluya
Firdaus (2012 : 1) mendefinisikan
akuntansi biaya sebagai berikut :
“Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan
, penggolongan, peringkasan dan penyajian
biaya pembuatan dan penjualan produk dan
jasa, dengan cara-cara tertentu, serta
penafsiran terhadapnya.“
54
Bastian Bustami dan Nurlela (2013 : 4)
mendefinisikan akuntansi biaya sebagai
berikut : “Akuntansi Biaya adalah bidang
ilmu
akuntansi
yang
mempelajari
bagaimana cara mencatat, mengukur, dan
pelaporan
informasi
biaya
yang
digunakan”.
Pengertian Biaya
Mulyadi (2012 : 5) mendefinisikan
biaya sebagai berikut :
Biaya
adalah
pengorbanan
sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang
yang telah terjadi atau yang kemungkinan
akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Sedangkan Imam Firmansyah (2015 : 1)
mendefinisikan biaya sebagai berikut Biaya
memiliki arti pengorbanan sumber ekonomi
untuk memperoleh aktiva, jumlah yang
dikorbankan tersebut secara tidak langsung
disebut harga pokok dan dicatat pada
neraca sebagai aktiva. Dalam akuntansi
istilah
biaya
dipertegas
dengan
membedakan pengertian biaya (Cost) dan
biaya sebagai beban (Expenses).
Biaya dalam Hubungannya dengan
Produk
Dikelompokkan menjadi biaya produksi
dan biaya non produksi.
a. Biaya produksi
Adalah biaya yang digunakan
dalam proses produksi yang terdiiri
dari bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung dan biaya overhead
pabrik.
b. Biaya non produksi
Adalah
biaya
yang
tidak
berhubungan langsung dengan
proses produksi. Biaya non
produksi ini disebut dengan biaya
komersial atau biaya operasional.
Biaya dalam Hubungan Dengan Volume
Produksi
Dapat dikelompokkan menjadi elemen :
a. Biaya variabel adalah biaya yang
berubah
sebanding
dengan
perubahan volume produksi dalam
rentang relevan tetapi secara perunit tetap.
b. Biaya tetap adalah biaya yang
secara totalitas bersifat tetap dalam
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 53 - 62
Bambang Hermanto, Perhitungan Harga Pokok Pesanan...
rentang relevan tertentu, tetapi
secara per- unit berubah.
c. Biaya
semi
adalah
biaya
didalamnya mengandung unsur
tetap dan mengandung unsur
variabel.
Biaya
semi
dikelompokkan
menjadi
dua
elemen biaya yaitu :
i.
Biaya semi variabel
ii.
Biaya semi tetap
Biaya dalam Hubungan dengan
Department Produksi
a. Biaya langsung departemen adalah
biaya yang dapat ditelusuri secara
langsung
ke
departemen
bersangkutan .
b. Biaya tidak langsung departemen
adalah biaya yang tidak dapat
ditelusuri secara langsung ke
departemen yang bersangkutan.
Biaya dalam Hubungan dengan Periode
Waktu
a. Biaya pengeluaran modal adalah
biaya yang dikeluarkan untuk
memberikan manfaat di masa
depan dalam jangka waktu yang
panjang dan dilaporkan sebagai
aktiva.
b. Biaya pengeluaran pendapatan
adalah biaya yang memberikan
manfaat untuk periode sekarang
dan dilaporkan sebagai beban.
Biaya dalam Hubungan dengan
Pengambilan Keputusan
a. Biaya Relevan adalah biaya dimasa
yang akan datang yang berbeda
dalam beberapa alternatif yang
berbeda terdiri dari :
1) Biaya diferensial
2) Biaya kesempatan
3) Biaya tersamar
4) Biaya nyata
5) Biaya yang dapat dilacak
b. Biaya tidak Relevan adalah biaya
yang dikeluarkan tetapi tidak
mempengaruhi keputusan apa pun,
dikelompokkan menjadi elemen :
1) Biaya masa lalu
2) Biaya terbenam
Pengertian Harga Pokok Produksi
Bastian Bustami dan Nurlela (2013
: 49) mendefinisikan Harga Pokok Produksi
adalah kumpulan biaya produksi yang
terdiri dari bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik
ditambah persediaan produk dalam proses
awal dan dikurang persediaan dalam proses
akhir. Harga pokok produksi terikat pada
periode waktu tertentu. Adapun Mulyadi
(2010:65) menjelaskan
bahwa
dalam
perusahaan pabrikan pada umumnya
informasi harga pokok produksi yang
dihitung untuk jangka waktu tertentu
bermanfaat bagi manajemen untuk :
1. Menentukan
harga
jual
produk.
2. Memantau realisasi biaya
produksi.
3. Menghitung laba atau rugi
periodik.
4. Menentukan harga pokok
persediaan produk jadi dan
produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.
Metode Penentuan Harga Pokok
Produksi
Mulyadi,
(2010:75)
Metode
penentuan harga pokok produksi adalah
cara untuk memperhitungkan unsur-unsur
biaya kedalam harga pokok produksi.
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya
ke dalam harga pokok produksi, terdapat
dua pendekatan yaitu full costing dan
variabel costing.
1. Full Costing
Full costing merupakan metode
penentuan
harga
pokok
produksi
yang
memperhitungkan semua unsur
biaya produksi ke dalam harga
pokok produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik baik
yang variabel maupun tetap.
2. Variabel costing
Variabel costing merupakan
metode penentuan harga pokok
produksi
yang
hanya
memperhitungkan
biaya
produksi yang berperilaku
variabel ke dalam harga pokok
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 53 - 62
55
Bambang Hermanto, Perhitungan Harga Pokok Pesanan...
produksi yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung biaya overhead pabrik
variabel.
Metode Pengumpulan Harga Pokok
Produksi
Pengumpulan
harga
pokok
produksi dapat dikelompokkan menjadi dua
metode sebagai berikut :
1. Metode Harga Pokok Pesanan
(Job Order Cost Method)
Metode
harga
pokok
pesanan
adalah
metode
pengumpulan harga pokok produk
dimana
biaya-biaya
produksi
dikumpulkan
untuk
pesanan
tertentu dan biaya produksi per
satuan produk yang dihasilkan
untuk memenuhi pesanan tersebut
dihitung dengan cara membagi total
biaya produksi untuk pesanan
tersebut dengan jumlah satuan
produk dalam pesanan yang
bersangkutan. Mulyadi (2010:75).
Pengolahan produk akan dimulai
setelah datangnya pesanan dari
pelanggan atau pembeli melalui
dokumen pesanan penjualan (sales
order), yang memuat jenis dan
jumlah produk yang dipesan,
spesifikasi
pesanan,
tanggal
pesanan diterima dan harus
diserahkan.
2. Metode Harga Pokok Proses
(Process Cost Method)
Metode harga pokok proses
adalah metode pengumpulan harga
pokok produk dimana biaya-biaya
produksi
dikumpulkan
untuk
periode tertentu, dan biaya produksi
per satuan produk yang dihasilkan
dalam periode tertentu dihitung
dengan cara membagi total biaya
produksi untuk periode tersebut
dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan dalam periode yang
bersangkutan. Mulyadi (2010: 75).
Perusahaan menghasilkan produk
yang homogen, bentuk produk
bersifat
standar,
dan
tidak
tergantung spesifikasi yang diminta
oleh pembeli. Kegiatan produksi
56
perusahaan ditentukan oleh budget
produksi atau skedul produksi
untuk satuan waktu tertentu yang
sekaligus dipakai dasar oleh bagian
produksi untuk melaksanakan
produksi.
Pengertian Harga Pokok Pesanan
Iman Firmansyah (2015 : 1)
mendefinisikan harga pokok pesanan
adalah cara perhitungan harga pokok
produksi untuk produk yang dibuat
berdasarkan pesanan.
Perhitungan Harga Pokok Pesanan
Menurut
Armanto Witjaksono
(2013:1) estimasi biaya produksi untuk
menentukan harga jual sebagai berikut :
Estimasi Biaya Tenaga Kerja
xxx
Estimasi Biaya Bahan Baku
xxx
Estimasi Biaya Overhead
xxx +
Total Estimasi Biaya Produksi xxx
Ditambah Marjin Laba yang diharapkan
xxx +
Harga Jual yang Dibebankan pada Pemesan xxx
Manfaat Informasi Harga Pokok
Pesanan
Menurut Bastian Bustami dan
Nurlela (2013 : 62) manfaat informasi
harga pokok pesanan yaitu untuk penetapan
harga jual dan pengendalian biaya
umumnya calon pelanggan selalu meminta
estimasi biaya terlebih dahulu sebelum
mereka memesan dan seringkali mereka
memesan
dan
memberi
pekerjaan,
membandingkan dengan pesaing. Oleh
sebab itu perusahaan harus dapat
mengestimasi biaya secara akurat agar
dapat bersaing dengan perusahaan lain dan
menghasilkan laba yang optimal. Menurut
Mulyadi (2012 : 5) manfaat informasi harga
pokok pesanan yaitu :
1. Menentukan harga jual yang akan
dibebankan kepada pemesan
2. Mempertimbangkan penerimaan atau
penolakan pesanan
3. Memantau realisasi biaya produksi
4. Menghitung laba atau rugi tiap
pesanan
5. Menentukan harga pokok persediaan
produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca.
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 53 - 62
Bambang Hermanto, Perhitungan Harga Pokok Pesanan...
METODE PENELITIAN
Dalam pembuatan penelitian ini
penulis membutuhkan data-data yang
berhubungan
dengan
kajian
yaitu
bersumber dari:
1. Studi
Kepustakaan
(Library
Research) : Penelitian ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data
maupun
informasi
yang
berhubungan dengan penelitian,
serta memperoleh orientasi yang
lebih luas tentang topik yang dipilih
dengan
memanfaatkan
data
sekunder,
yaitu:
dengan
mempelajari buku-buku, literatur,
maupun sumber lainnya yang ada
kaitannya dengan masalah yang
dibahas.
2. Studi
Lapangan
(Field
Research):Pengumpulan
data
secara langsung ke lapangan
dengan mempergunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara ( Interview )
Penulis menggunakan teknik
wawancara
yaitu
cara
pengumpulan
data
yang
dilakukan melalui percakapan
antara penulis dengan pihak
yang berhubungan langsung
dengan masalah yang akan
diteliti
yaitu
Manajer
Produksi, Manajer Finance,
Supervisor Enginering serta
Supervisor
PPIC
untuk
menanyakan mengenai proses
pembuatan part serta cara
perhitungan Harga Pokok
Produksi satuan, serta biaya
yang dibebankan dalam Harga
Pokok Produksi per satuan
tersebut.
b. Observasi ( Observasion )
Penulis
mengadakan
pengamatan dengan observasi
secara langsung pada PT.
Rachmat Perdana Adhimetal di
Jakarta untuk bulan Februari
2016.
PEMBAHASAN
Enginering menetapkan proses produksi,
pada Produk “BRKT Number Plat K56”
melalui beberapa Proses :
1. Shearing : Proses pemotongan bahan
baku yang berupa lembaran besar
menjadi ukuran-ukuran yang lebih
kecil, sehingga dapat masuk ke dies dan
mesin yang akan digunakan. Proses ini
menggunakan mesin khusus pemotong
baja.
2. Blank dan Drawing : Proses
pemotongan menjadi bentuk tertentu
sesuai dengan cetakan dan spesifikasi
tertentu, tetapi masih datar.
3. Piercing : Proses pembuatan lobang
pada plat yang telah diblank/dipotong.
4. Bending : Proses pembengkokan plat
dengan sudut atau kemiringan tertentu
sesuai dengan spesifikasi produk.
5. Notching : Proses pemotongan bagian
yang tidak diperlukan pada komponen
tersebut tetapi tidak menyeluruh,
biasanya berbentuk oval.
6. Spot Welding : Proses penyambungan
atau penggabungan dua komponen
menjadi satu, dengan mesin khusus
spot.
7. Barel : Proses penghalusan pada tepi
produk yang telah diproses dan masih
kasar, agar bagian tepi part tidak
bergerigi.
8. Platting : Proses pewarnaan logam
dengan cairan kimia tertentu. Proses ini
bertujuan agar produk yang terbuat dari
baja tidak cepat berkarat.
9. Packing : Proses pengemasan produk
yang telah siap kirim. Pengemasan
produk
jadi
sebagian
besar
menggunakan plastik bening berbagai
ukuran. Serangkaian proses produksi
diatas, semuanya dikerjakan oleh
bagian produksi, kecuali proses
platting,
yang dilakukan diluar
perusahaan, yaitu kepada menyedia
jasa platting atau disebut Subkon.
Unsur biaya produksi “BRKT Number
Plate K56” pd RPA
BRKT Number Plate K56” .
merupakan komponen yang digunakan
untuk pemasangan plat nomor bagian
depan pada jenis motor honda Sonic 150 cc,
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 53 - 62
57
Bambang Hermanto, Perhitungan Harga Pokok Pesanan...
di bulan Februari 2016 customer PT. Astra
Honda Motor. (AHM) melakukan pesanan
sebanyak 1.700 pcs dengan pengiriman
sebanyak 100 pcs perhari.
Berikut jenis dan penggolongan biaya
produksi
1. Biaya bahan baku Raw Material (Plat
Baja)
SAPH : 2,3 x 1219 x 2438
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung untuk
pekerjaan :
a. Shering
b. Blank + Piercing
c. Bending 1 + Bending 2
d. Spot Welding
3. Biaya Overhead Pabrik
a. Biaya Overhead Pabrik ( Dibebankan )
1) Biaya Proses
( Biaya Variabel
2) Biaya Subcon dan Platting ( Biaya
Variabel )
3) Packing
( Biaya Variabel )
4) Transport
( Biaya Variabel )
5) Administasi
( Biaya Variabel )
6) Ongkos Pembelian Part ( Biaya Variabel
)
7) Biaya penyusutan mesin ( Biaya Tetap )
b. Biaya Overhead Pabrik
(sesungguhnya)
1)
Biaya Bahan Bantu
(Biaya
Variabel )
2) Upah Tidak Langsung (Biaya
Variabel )
3) BPJS Ketenagakerjaan (Biaya
Variabel )
4) BPJS Kesehatan ( Biaya Variabel )
5) Bensin, tol, parking,repair ( Biaya
Variabel )
6) Biaya repair, maintenance
(Biaya Variabel )
7) Biaya Telp, Listrik dan air
(Biaya Variabel)
8) Biaya Asuransi (Biaya Tetap )
9) Penyusutan
Bangunan
Pabrik
(Biaya Tetap)
10) Penyusutan Mesin, Peralatan I
(Biaya Tetap)
11) Penyusutan Kendaraan Pabrik
(Biaya Tetap)
12) Penyusutan Kendaraan Roda II
(Biaya Tetap )
full costing. Karena Proses produksinya
berdasarkan pesanan (job order costing),
Berikut perhitungan harga pokok produksi
“BRKT Number Plate K56” yang berlaku
pada PT. Rachmat Perdana Adhimetal :
1. Biaya Bahan Baku Langsung
Bahan baku berupa plat baja yang
berbentuk lembaran, dengan size:
SAPH : 2,3 x 1219 x 2438. Setiap
lembar beratnya 53,6 Kg dan dapat
menghasilkan : 273 Pcs, sehingga
setiap pcs part beratnya mencapai 2
Ons atau 0,2 Kg.
Harga per 1 kg bahan baku Rp.
6.950,- , Jadi untuk membuat
1.700 pcs perlu: 1.700 Pcs x 0,2 kg
/ Pcs x Rp 6.950,- Kg = Rp
2.363.000,00
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung
dibebankan berdasarkan jam kerja
langsung. Tarif tenaga kerja
langsung telah ditetapkan sebesar
Rp 5,382 per detik. Dalam
pembuatan “BRKT Number Plate
K56” membutuhkan sembilan
proses pengerjaan yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
proses Shering (pemotongan
material / bahan baku),
Blank (Pencetakan),
Bending 1 (Penekukan)
bending 2 (Penekukan)
Piercing, (Pelubangan)
Spot Weld, ( Penyatuan Weld )
Spot Collar, ( enyatuan collar)
Spot Guide, ( enyatuan Guide)
Spot Patch. (Penyatuan patch)
Gambar 1
Metode Perhitungan Harga Pokok
Produksi Brkt Number Plate K56”
Dalam penentuan Harga Pokok
Produksi, perusahaan menggunakan metode
58
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 53 - 62
Bambang Hermanto, Perhitungan Harga Pokok Pesanan...
Pengerjaan
sembilan
proses
tersebut mempunyai jam kerja yang
berbeda-beda
sesuai
dengan
masing-masing prosesnya dengan
diberikan lost time waktu maksimal
sebesar 9% per proses produksi.
Berikut perincian perhitungan biaya
tenaga kerja langsung untuk 1.700 Pcs :
Tabel 1. Anggaran Biaya Tenaga Kerja
Langsung1.700 pcs
3. Biaya
Overhead
Pabrik
(dibebankan)
Dalam penentuan biaya
overhead pabrik BRKT Number
Plate K56, PT. Rachmat Perdana
Adhimetal berdasarkan pada hasil
negoisasi dengan PT. Astra Honda
Motor, Hasil perhitungan biaya
overhead pabrik yang dibebankan
untuk memproduksi sebayak 1.700
pcs adalah sebagai berikut :
4. Biaya
Overhead
Pabrik
(sesungguhnya)
Biaya Overhead Pabrik
yang dicatat oleh perusahaan yaitu
(Actual Cost). Biaya tersebut
merupakan biaya yang tidak
berhubungan langsung dengan
produk.
Biaya Overhead Pabrik
yang dibebankan kedalam biaya
produksi antara lain : Bahan Bantu,
Upah Tidak Langsung, Asuransi,
BPJS
Ketenagakerjaan,
BPJS
Kesehatan, Biaya Bensin, Tol,
Parking And Repair, Biaya Repair
And
Maintenance,
Biaya
Telp,Listrik,
Air,
Penyusutan
Bangunan Pabrik, Penyusutan
Mesin Dan Peralatan II, Penyusutan
Kendaraan Pabrik, Penyusutan
Kendaraan Roda II, Jasa Subkon.
Macam biaya overhead
pabrik yang tercantum di biaya
produksi tersebut diperhitungkan
berdasarkan jumlah stroke yang
dihasilkan selama bulan Februari
2016. Stroke adalah hentakan mesin
selama proses produksi yang dapat
menghasilkan
satu
proses
pembuatan part per sekali stroke.
Untuk BRKT Number Plate K56
dibuat melalui sembilan proses
tahapan atau bisa disebut dengan
sembilan kali stroke.
Proses
tersebut
ialah
Shering, Blank, Bending 1, Bending
2, Piercing, Spot Weld, Spot Collar,
Spot Guide, dan Spot Patch dan
untuk mengetahui harga per stroke
yang dibebankan kedalam proses
produksi “BRKT Number Plate
K56” ,kita terlebih dahulu harus
mengetahui rincian biaya overhead
pabrik di bulan februari 2016.
Biaya
overhead
pabrik
sesungguhnya bulan Februari 2016
:
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 53 - 62
59
Bambang Hermanto, Perhitungan Harga Pokok Pesanan...
Tabel 3 . Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya Bulan Februari 2016
Untuk
jasa
subkon
tidak
diperhitungkan
sesuai
dengan
jumlah stroke akan tetapi dihitung
berdasarkan harga yang telah
disepakati oleh pihak supplier
dengan PT. Rachmat Perdana
Adhimetal yaitu diperhitungakan
per pcs part yang di subkon. Jasa
subkon yang dipakai untuk part
“BRKT Number Plate K56” adalah
jasa platting yaitu dengan supplier
60
CV. Bertindo dengan harga subkon
per pcs sebesar Rp 650,-.
Diketahui pada bulan februari 2016
mesin
dapat
menghasilkan
sebanyak
3.854.158
stroke,
sehingga untuk menghitung biaya
per stroke dapat diperhitungkan
dengan rumus :
=
Biaya Overhead Pabrik
Jumlah
Stroke
yang
dihasilkan.
Berikut ini adalah perincian
perhitungan biaya overhead pabrik
untuk bulan Februari
2016
sebanyak 1.700 pcs
Dari data komponen biaya yang
disebutkan di atas maka dapat
diringkas perhitungan harga pokok
produksi per unitnya sebagai
berikut:
Perhitungan atas dasar biaya
overhead
pabrik
yang
dibebankan/direncanakan :
Biaya Bahan Baku
Rp 2.363.000,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 309.250,00
Biaya Overhead Pabrik Rp 5.468.518,00 +
Total Harga Pokok Produksi Rp 8.140.768,00
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 53 - 62
Bambang Hermanto, Perhitungan Harga Pokok Pesanan...
Maka harga pokok produksi per pcs
untuk part “BRKT Number Plate
K56” di rencanakan ialah sebagai
berikut :
Rp 8.140.768,00
1.700 pcs
= Rp 4.788,66 /Pcs
Laba per Pcs = Rp.5.064 – Rp.
4.788,66 = Rp. 275,34
Perhitungan atas dasar
overhead
pabrik
sesungguhnya :
biaya
yang
Biaya Bahan Baku
Rp 2.363.000,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 309.249,72
Biaya Overhead Pabrik dan Subkon
Rp 4.038.775,00 +
Total Harga Pokok Produksi
Rp 6.711.024,72
Maka harga pokok produksi per
unit untuk part “BRKT Number
Plate K56” ialah sebagai berikut :
Rp 6.711.024,00
= Rp 3.947,66 / Pcs.
1.700Pcs
Dari hasil Analisis Biaya Overhead
Pabrik yang dibebankan dan Biaya
Overhead Pabrik sesungguhnya
dengan kapasitas stroke yang
dihasilkan dibulan Februari 2016.
Terdapat selisih perhitungan BOP
maka dapat menyebabkan adanya
selisih varians sebesar :
BOP dibebankan :
5.468.135
BOP
Sesungguhnya:
(4.038.775)
Over Applied:
1.429.360
Over Applied yang disebabkan
karena
terjadinya
selisih
perhitungan BOP maka dapat
menyebabkan kenaikan laba yang
dihasilkan oleh pihak perusahaan
karena terjadi pengurangan biaya
overhead
pabrik
yang
sesungguhnya.
Berikut pembuktiannya :
Harga Jual
5.064 x 1.700 Pcs
= 8.608.800
Harga Pokok Produksi
8.140.749
Over Applied (1.429.724) =
6.711.025 (-)
Laba
= 1.897.775
Laba per pcs : 1.897.775 : 1.700
pcs = 1.116,34
Maka perusahaan akan mengalami
kenaikan laba perunit sebesar
= (1.116,34 – 275,34 = 841,00).
Persediaan
bahan
baku,
persediaan bahan pembantu dan hutang
dicatat dalam neraca, sedangkan biayabiaya yang ada dicatat dalam kartu harga
pokok produksi yang selanjutnya akan
dimasukkan dalam laporan laba-rugi
untuk menghitung laba selama satu
periode.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada PT. Rachmat Perdana
Adhimetal Jakarta dapat disimpulkan
bahwa :
1. Unsur-unsur biaya produksi yang
berlaku di PT. Rachmat Perdana
Adhimetal sesuai ketentuan yang
berlaku umum yaitu terdiri dari Biaya
Bahan Baku Langsung, Biaya Tenaga
Kerja Langsung serta Biaya Overhead
Pabrik baik yang dibebankan maupun
yang sesungguhnya.
2. Dengan menggunakan pencatatan Job
Order Costing, ternyata hasil Laba yang
diperoleh lebih baik jika dibandingkan
dengan pencatatan sebelumnya, dimana
harga
pokok
produksi
telah
diperhitungkan dengan biaya overhead
sesungguhnya atas dasar stroke yang
digunakan oleh masing2 part. Metode
Full Costing yang digunakan dalam
laporan
keuangan
telah
memperhitungkan
seluruh
proses
produksi atas dasar seluruh part yang
dihasilkan.
3. Pencatatan jurnal yang digunakan
dalam perhitungan harga pokok
produksi sama seperti umumnya
dimulai dari pembelian bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik sampai jurnal barang
jadi, karena menggunakan methode full
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 53 - 62
61
Bambang Hermanto, Perhitungan Harga Pokok Pesanan...
costing maka seluruh biaya yang
berhubungan dengan proses produksi
sudah di bebankan kedalam biaya
overhead pabrik sehingga masuk
kedalam jurnal.
Saran
1. Unsur-unsur biaya produksi yang
terdapat pada PT. Rachmat Perdana
Adhimetal dinilai sudah sesuai, akan
tetapi
harus
selalu
dilakukan
pengkajian terhadap unsur biaya baru
yang masuk kedalam perhitungan
biaya produksi agar biaya produksi
tidak terlalu menjadi terlalu besar.
2. Metode pencatatan dengan metode full
costing dinilai sudah baik, harus
diperhatikan dan selalu dimonitoring
kembali
dalam
pengkalsifikasian
biayanya agar biaya yang tidak
berhubungan dengan kegiatan produksi
tidak diperhitungkan kedalam biaya
produksi. Untuk perhitungan harga
pokok produksi dengan menggunakan
jumlah stroke pada mesin sudah benar,
karena industry stemping, jig proses
produksinya berada pada jumlah strok
mesin yang digunakan selain itu
operator harus bisa menjaga qualitas
proses produksinya agar terhindar dari
produk No Good - NG dan terus
melakukan improvement di semua
proses sehingga dapat memperoleh laba
yang
lebih
maksimal
dan
diperhitungkan kembali biaya overhead
pabrik per stroke antara yang
menggunakan mesin manual dan mesin
progresif karena kedua proses tersebut
menghasilakan jumlah stroke yang
berbeda setiap jamnya
3. Pencatatan jurnal sudah baik, lebih
diperhatikan lagi pada biaya-biaya yang
masuk kedalam biaya produksi
sehingga kegiatan produksi dapat
terkontrol dan tidak mengalami over
budget biaya produksi.
62
DAFTAR PUSTAKA
Badriyah, Hurriyah. Buku Pintar Akuntansi
Biaya Untuk Orang Awam. Jakarta:
Penerbit HB, 2015
Bustami, Bastian and Nurlela. Akuntansi
Biaya. Yogyakarta; Graha Ilmu,
2013
Firmansyah, Imam.. Akuntansi Biaya itu
Gampang. Jakarta : Dunia Cerdas,
2015
Mulyadi. Akuntansi Biaya. Yogyakarta :
Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, 2010
Mulyadi. Akuntansi Biaya. Yogyakarta :
Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, 2012
Widilestariningtyas, Ony., Sony W.F and
Sri Dewi Anggadini. Akuntansi
Biaya .Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012
Witjaksono, Armanto, Akuntansi Biaya,
Jakarta: Graha Ilmu, 2013
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 53 - 62
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Corporate Social Responsibility
Disclosure
(CSRD)
Oleh:
Sulis Rochayatun
SULIS
ROCHAYATUN
Universitas Negeri
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
Malang
Email:
[email protected]
[email protected]
Abstract
Abstr
act
Along with the modern civilization the existence of a company or the business world
continues to be in the spotlight. One important issue that continues to be the attention of the
business world today is a matter of corporate social responsibility (Corporate Social
Responsibility), hereinafter abbreviated CSR in this writing. As part of the configuration of the
relationship between business and society, the issue of corporate social responsibility undergo a
conceptual formulation that is constantly changing, in line with the growth experienced by the
business itself. The concept of triple bottom lines declared that corporations are not only
responsible for its financial condition (financial) alone, as in the single bottom line, but also pay
attention to social and environmental problems. Therefore it is important to know what factors
influence the disclosure of corporate social responsibility. This study aims to determine the
effect of variable environmental performance that the environmental performance of companies
are assessed based PROPER, environmental performance superior to encourage companies to
increase CSR, and variable corporate governance mechanism proxy for institutional ownership,
board of directors, independent board and audit committee, with the Good Corporate
Governance will encourage companies do CSR. corporate social responsibility disclosure
(CSRD) use indicators of the Global Reporting Intiative (GRI) .The design research is
associative causality. The population of 137 companies listed in Indonesia Stock Exchange
period 2011-2013, with the purpose of sampling the company acquired as many as 15 samples.
Multiple regression analysis used in this study.
The
results
showed
that
the
environmental audit committee performance and significant positive effect on CSRD. While the
corporate governance mechanism proxy for ownership institusionaldan independent board does
not affect the CSRD. This shows that the higher the ranking of environmental performance, it
will be followed by an increase CSRD and the better the mechanisms of supervision on the
management, good corporate governance will be created that will encourage to do CSRD.
Keyword :Environmental Performance, Mekanisme Corporate Governance, Corporate
Social Responsibility Disclosure (CSRD)
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
63
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada awalnya dan untuk waktu
yang sangat panjang, dunia usaha
barang kali tidak perlu atau tidak pernah
berfikir mengenai tanggung jawab sosial.
Hal ini karena proposi teori klasik,
sebagaimana dirumuskan oleh Adam
Smith tugas korporasi diletakkan sematamata mencari keuntungan, “the only duty
of the corporation is to make profit.
Motivasi utama setiap perusahaan atau
industri atau bisnis adalah meningkatkan
keuntungan.
Perusahaan
itu
sesungguhnya tidak hanya memiliki sisi
tangung jawab ekonomis kepada para
shareholders
seperti
bagaimana
memperoleh profit dan menaikkan harga
saham atau tanggung jawab legal kepada
pemerintah, seperti membayar pajak,
memenuhi
persyaratan
AMDAL
(Analisis
Mengenai
Dampak
Lingkungan),
dan ketentuan
lainnya.
Namun, jika perusahaan ingin eksis
dan ekseptabel, harus disertakan pula
tanggung jawab yang bersifat sosial.
Di Indonesia Kesadaran para
pelaku bisnis dalam menerapkan CSR
relatif baru, yaitu awal 1990. Adanya
anggapan para pelaku bisnis di Indonesia
bahwa tanggung jawab sosial dipandang
sebagai aktivitas yang bersifat buangbuang biaya. Padahal program CSR justru
memberikan
banyak keuntungan pada
perusahaan. Secara perlahan dalam dunia
usaha di Indonesia mulai muncul spektrum
baru berkaitan dengan pentingnya dunia
usaha mempertajam kesadaran mereka
tentang tanggung jawab sosial perusahaan.
Dewasa ini, dan kondisi sosial
semakin memburuk. Keprihatinan akan hal
tersebut, memperluas
agenda
global
dalam melaksanakan pembangunan yang
berkelanjutan di masing-masing negara.
CSR pertama kali muncul dalam diskursus
resmi-akademik sejak hadirnya tulisan
Howard Bowen, Social Responsibility of
the Businessmen tahun 1953 (Harper and
Row,
New
York).
CSR
yang
dimaksudkan Bowen mengacu kewajiban
64
pelaku bisnis untuk membuat dan
melaksanakan kebijakan, keputusan, dan
berbagai tindakan yang harus mengikuti
tujuan dan nilai- nilai dalam suatu
masyarakat. Singkatnya, konsep
CSR
mengandung makna, perusahaan atau
pelaku
bisnis
umumnya
memiliki
tanggung jawab yang meliputi tanggung
jawab legal, ekonomi, etis, dan lingkungan.
Lebih khusus lagi, CSR menekankan aspek
etis dan sosial dari perilaku korporasi,
seperti etika bisnis, kepatuhan pada hukum,
pencegahan penyalahgunaan kekuasaan dan
pencaplokan hak milik masyarakat, praktik
tenaga kerja yang manusiawi, hak asasi
manusia, keamanan dan kesehatan,
perlindungan
konsumen,
sumbangan
sosial, standar- standar pelimpahan kerja
dan barang, serta operasi antar negara.
Permasalahan
lingkungan
perusahaan semakin menjadi perhatian
yang serius bagi masyarakat, oleh karena
itu dampak lingkungan dan sosial yang di
sebabkan oleh aktivitas perusahaan harus
segera di atasi. Perusahaan harus
mempunyai environmental performance
(kinerja lingkungan ) yang baik guna
menjaga image positif di kalangan
stakeholder perusahaan.
Environmental
performance
merupakan kinerja perusahaan dalam
melestarikan lingkungan dan mewujudkan
keselarasan, keserasian dan keseimbangan
antara manusia dan lingkungan
hidup
serta terkendalinya pemanfaatan sumber
daya secara bijaksana. Pemerintah juga
telah
mengatur
kebijakan
tentang
pengelolaan lingkungan hidup yang
tertuang dalam Undang- undang Republik
Indonesia nomor 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 14
menyatakan bahwa, 1) untuk menjamin
pelestarian fungsi
lingkungan
hidup,
setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang
melanggar
mutu
dan kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup, 2) Ketentuan
mengenai baku mutu lingkungan hidup,
pencegahan
dan
penanggulangan
pencemaran
serta
pemulihan
daya
tampungnya diatur dengan Peraturan
Pemerintah, 3) Ketentuan mengenai kriteria
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
baku
kerusakan
lingkungan
hidup,
pencegahan dan penanggulangan kerusakan
serta pemulihan daya dukungnya diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Untuk
mengukur
kinerja
perusahaan, Kementrian Lingkungan Hidup
(KLH) menggunakan
peringkat
(environmental
performance
rating)
yang
dilakukan
dalam PROPER
(Program Penilaian Peringkat Pengelolaan
Lingkungan pada Perusahaan) yang
merupakan instrumen untuk mengukur
tingkat ketaatan perusahaan berdasarkan
peraturan yang berlaku (KLH, 2009).
Environmental Performance diukur dengan
pemeringkatan
berdasarkan
PROPER
dalam lima (5) warna, dimulai dari
peringkat tertinggi yakni emas, hijau, biru,
merah dan hitam.
Corporate governance merupakan
sistem
yang
mengarahkan
dan
mengendalikan
perusahaan
(FCGI,
2003).Mekanisme corporate governance
merupakan pengawasan (monitoring) yang
dilakukan terhadap kinerja manajemen dan
menjamin
akuntabilitas
menajemen
terhadap stakeholder dengan mendasarkan
pada
kerangka
peraturan.Lemahnya
mekanisme
corporate
governance
dalam sebuah perusahaan menimbulkan
peluang terjadinya praktik manipulasi
laporan keuangan.
Adanya perbedaan kepentingan
antara pihak manajemen (sebagai agen) dan
pemilik yaitu pemegang saham (sebagai
prinsipal) merupakan masalah yang dapat
menghambat
tujuan
utama
perusahaan.Pihak
manajemen
yang
berambisi
bertindak
sesuai
dengan
kepentingan pribadi (self interest) tanpa
memandang
kepentingan
prinsipal
menyebabkan
terjadinya
manipulasi
laporan keuangan.
Dampak negatif dari kegiatan
operasional perusahaan, sudah mulai
dirasakan stakeholder perusahaan.Oleh
karena itu, masyarakat sebagai salah satu
stakeholder
perusahaan
menuntut
perusahaan agar senantiasa memperhatikan
dampak sosial dan lingkungan yang
ditimbulkannya
dan
berupaya
mengatasinya. Atas tuntutan tersebut, maka
salah satu jalan yang harus dilakukan oleh
perusahaan agar tidak mengabaikan
kepentingan stakeholder dan segera
mengatasi masalah sosial dan lingkungan
yang terjadi di perusahaan, yaitu dengan
cara
mengungkapkan
bentuk
pertanggungjawabannya terhadap sosial
dan lingkungan dalam laporan Corporate
Social Responsibility (CSR).
Penelitian tentang kaitan kinerja
lingkungan dengan pengungkapan CSR
dilakukan oleh Rakhiemah dan Agustia
(2009), penelitian
tersebut
berhasil
menemukan
pengaruh
positif
environmental performance terhadap CSRDisclosure perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati(2009) juga
memperkuat hasil penelitian Rakhiemah
dan Agustia (2009), bahwa Environmental
Performance yang diproksikan dengan
PROPER berpengaruh positif secara
signifikan
terhadap
CSR
Disclosure.Sedangkan dalam penelitian
yang dilakukan Lindrianasari (2007) tidak
menemukan adanya hubungan yang
signifikan antara kinerja lingkungan jika
diproksikan dengan PROPER terhadap
kualitas pengungkapan lingkungan.
Mekanisme corporate governance
yang baik, akan mendorong pihak
manajemen
untuk
melakukan
pengungkapan yang lebih luas lagi dan
lebih transparan sehingga pihak manajemen
akan berusaha mengungkapkan corporate
social responsibility di dalam laporan
tahunannya. Dengan adanya corporate
social responsibility disclosure dalam
perusahaan, maka perusahaan bisa menarik
perhatian investor untuk percaya bahwa
modal yang ditanamkan tidak memiliki
resiko yang tinggi dan akan mendapatkan
return yang memuaskan.
Penelitian
Terzaghi
(2012),
menyebutkan bahwa hasil penelitian
yang dilakukan menunjukkan adanya
pengaruh
yang
signifikan
antara
mekanisme Corporate Governance dengan
pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nurkhin
(2009), yaitu terdapat pengaruh antara
Corporate
Governance
terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Sedangkan dalam penelitian
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
65
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
Badjuri
(2011), meneliti
hubungan
mekanisme
Corporate
Governance
terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure (CSRD), menemukan hasil
penelitian secara parsial yaitu tidak ada
pengaruh
antara
dewan
komisaris
terhadap CSRD, terdapat pengaruh
signifikan
antara
dewan
komisaris
independen dengan CSRD, kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial dan
komite audit tidak memiliki pengaruh
terhadap CSRD. Penelitian Utami dan
Rahmawati (2006), yang meneliti hubungan
ukuran dewan komisaris dengan CSRD,
menemukan pengaruh positif terhadap
corporate social responsibility disclosure
dan tidak terdapat pengaruh signifikan
antara kepemilikan institusional terhadap
CSRD.
Rumusan Masalah / Tujuan Penelitian
Hasil tidak konsisten oleh beberapa
peneliti menunjukkan fenomena yang
menarik dan perlu dilakukan pengujian
ulang.
Fenomena
lainnya
adalah
bahwa
ukuran pengungkapan CSR
berbeda di antara beberapa peneliti.
Rakhiemah
dan
Agustia
(2009)
menggunakan pendapat Hackston dan
Milne
(1996)
sementara
Nurkhin
(2009) menggunakan indikator dari GRI.
Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen,
baik secara parsial yaitu pengaruh
environmental
performance
terhadap
variabel corporate social responsibility
disclosure
(CSRD)
dan
pengaruh
mekanisme corporate governance terhadap
corporate social responsibility disclosure
(CSRD), maupun secara simultan yaitu
hubungan
antara
environmental
performance dan mekanisme corporate
governance
secara
bersama-sama
berpengaruh terhadap corporate social
responsibility disclosure (CSRD).
Manfaaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengungkapan
social
66
corporate responsibility dalam sebuah
perusahaan dan menjadi bahan referensi
bagi
penelitian
selanjutnya
terkait
dengan penelitian di bidang Akuntansi
Sosial khususnya pembahasan Corporate
Sosial Responsibility.
KAJIAN PUSTAKA
Teori Agensi (Agency Theory)
Dasar dari teori ini adalah
hubungan antara principal dengan agen.
Agency theory yang disebut principal
adalah pemegang saham dan agen
adalah
manajemen
yang mengelola
perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan bahwa hubungan
keagenan muncul ketika satu orang atau
lebih (principal)mempekerjakan orang lain
(agent)untuk
memberikan
jasa
dan
kemudian
mendelegasikan
wewenang
pengambilan keputusan kepada agen
tersebut. Pada saat pemegang saham
menunjuk manajer atau agent sebagai
pengelola dan pengambil keputusan bagi
perusahaan, maka pada saat itulah
hubungan keagenan muncul. Dalam
manajemen keuangan, hubungan keagenan
muncul antara pemegang saham dan
manajer serta antara manajer dan kreditor.
Menurut Scott (2004) hubungan
pemilik - manajer dalam teori agensi
merupakan sebuah proksi untuk sejumlah
besar investor dan manajer yang
menggambarkan pemisahan antara
kepemilikan dan pengendalian, sebagai
sebuah model untuk dua individu yang
rasional dengan kepentingan yang saling
bertentangan. Mardiyah (2004)
menyebutkan bahwa dalam teori keagenan
perusahaan merupakan titik temu
hubungan keagenan antara pemilik
perusahaan (principal)dengan manajemen
(agent), dengan masing-masing pihak
yang terlibat dalam hubungan keagenan
tersebut berusaha untuk memaksimalkan
utilitas. Biaya Keagenan (Agency Costs)
rangka
Mekanisme pengawasan
untuk
meyakinkan
dalam
bahwa
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
manajemen bekerja dengan
sungguhsungguh
untuk
kepentingannya,
pemegang saham harus mengeluarkan
biaya yang disebut agency cost. Menurut
Weston dan Copeland (2010:46), biaya
keagenan atau agency cost yaitu biaya yang
menentukan cara-cara pokok dan agen
membuat kontrak untuk mengorganisasikan
kepemilikan dari perusahaan bersangkutan
(misalnya,
campuran
hutang/ekuitas).
Menurut Sartono (2001:15), agency cost
tercermin dalam aktivitas berikut ini.
1) Pengeluaran
untuk
monitoring
seperti
biaya
pemeriksaan
akuntansi
dan
prosedur
pengendalian
internal.
Biaya
tersebut harus dikeluarkan untuk
meyakinkan
bahwa manajemen
bertindak atas dasar kepentingan
terbaik bagi pemilik perusahaan.
2) Pengeluaran
insentif
sebagai
kompensasi
manajemen
atas
prestasi
yang
konsisten untuk
memaksimumkan nilai perusahaan.
Bentuk insentif yang umum adalah
stock option yaitu pemberian hak
kepada manajemen untuk membeli
saham perusahaan di masa yang akan
datang dengan harga yang telah
ditentukan. Bentuk kedua adalah
performanceshare yaitu pemberian
saham kepada manajemen atas
tujuan pencapaian tingkat return
tertentu. Pemberian insentif sering
pula berupa pemberian cash bonus
yang dikaitkan dengan pencapaian
tujuan tertentu.
3) Fidelity bond, yaitu kontrak antara
perusahaan dengan pihak ketiga di
mana pihak ketiga bonding company
setuju untuk membayar perusahaan
jika manajemen berbuat tidak jujur
sehingga menimbulkan kerugian bagi
perusahaan.
Fidelity
bonding
mempunyai pengertian hampir sama
dengan asuransi kerugian atas
praktik yang tidak jujur.
4) Golden Parachutes dan Poison Pill,
dapat digunakan untuk mengurangi
konflik antara manajemen dan
pemegang
saham.
Golden
Parachutes adalah suatu kontrak
antara manajemen dan pemegang
saham yang menjamin bahwa
manajemen
akan
mendapat
kompensasi apabila perusahaan
dibeli oleh perusahaan lain atau
terjadi
perubahan pengendalian
perusahaan. Sedangkan Poison Pill
adalah usaha pemegang saham agar
perusahaan tidak diambil alih oleh
perusahaan lain. Usaha ini dapat
dilakukan dengan mengeluarkan hak
penjualan saham pada harga tertentu
atau mengeluarkan obligasi disertai
dengan hak penjualan obligasi
pada harga tertentu sehingga
apabila perusahaan dibeli oleh
perusahaan lain, pembeli perusahaan
wajib membeli saham dan obligasi
pada harga yang telah ditentukan
sebelumnya.
Setelah
mengetahui
konflik
keagenan dapat diperkecil, perlu dilakukan
pengawasan agar sesuai dengan skenario
dari pihak-pihak yang berkepentingan,
sehingga pekerjaan manajer dapat dipantau.
Pengawasan dapat dilakukan dengan cara
1) memberi insentif yang memadai, berupa
imbalan yang langsung diberikan dan
berupa fasilitas dari jajaran staf yang
mendukung, 2) mengawasi keputusankeputusan (Martin et., al. 1994 dalam
Irmawan,
2005).
Corporate Social Responsibility (CSR)
Pertanggungjawaban
Sosial
Perusahaan
atau
Corporate
Social
Resposibility (CSR) adalah mekanisme bagi
suatu
organisasi
untuk
secara
sukarelamengintegrasikan
perhatian
terhadap lingkungan dan sosial ke dalam
operasinya
daninteraksinya
dengan
stakeholders, yang melebihi tanggung
jawab organisasi dibidang hukum (Darwin,
2004:26).
Hackston dan Milne (2002:16)
menyatakan bahwa corporate social
responsibility
merupakan
proses
pengkomunikasian dampak sosial dan
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
67
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
lingkungandari
kegiatan
ekonomi
organisasi terhadap kelompok khusus yang
berkepentingandan terhadap masyarakat
secara keseluruhan. Menurut Crefige
(1997:39), lingkungansosial perusahaan
dapat diartikan: Secara pengertian luas,
lingkungan socialperusahaan
meliputi
seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
masyarakat,karyawan, lingkungan hidup,
pemerintah
dan
konsumen.
Secara
pengertian sempit, lingkungan sosial lebih
condong
ke
pengertian
karyawan
perusahaan, sehinggatanggungjawab sosial
perusahaan
lebih
terfokus
pada
kesejahteraan karyawannya.
Pengungkapan Sosial dalam Laporan
Tahunan
Faktor
yang
mempengaruhi
implementasi dan pengungkapan CSR
adalah diantaranya political economy
theory,
legitimacy
theory,
dan
stakeholder theory (Craven and Shrives
2002:35 ). Haigh dan Jones (2006:18)
mengungkapkan bahwa terdapat 6 faktor
yang mempengaruhi praktik CSR oleh
perusahaan. Keenam factor tersebut adalah
internal pressures
on
business
managers,
pressures
from
businesscompetitors,
investors
and
consumers, and regulatory pressures
coming fromgovernments and nongovernmental organizations.
Ikatan Akutan Indonesia (IAI)
dalam Pernyataan Standar Akutansi
Keuangan (PSAK) Nomor 1 (revisi 2010)
paragraf
sembilan
secara
implisit
menyarankan
untuk
mengungkapkan
tanggung jawab akan masalah sosial
sebagai berikut :
“Perusahaan
dapat
pula
menyajikan laporan tambahan
seperti
laporan
mengenai
lingkungan hidup dan laporan nilai
tambah (value added statement),
khususnya bagi industri dimana
faktor-faktor lingkungan hidup
memegang peran penting dan bagi
industri yang menganggap pegawai
sebagai
kelompok
pengguna
68
laporan yang memegang peranan
penting”
Guthrie dan Parker (1990) dalam
Sayekti
dan
Wondabio
(2007:11)
menyatakan bahwa dalam Pengungkapan
informasi CSR dalam laporan tahunan
merupakan salah satu cara perusahaan
untuk membangun, mempertahankan, dan
melegitimasi kontribusi perusahaan dari
sisi ekonomi dan politis. Penelitian
Basamalah. (2005:23) yang melakukan
review atas social and environmental
reporting and auditing dari dua perusahaan
di Indonesia, yaitu PT. Freeport Indonesia
dan PT. Inti Indorayon, mendukung
prediksi legitimacy theory tersebut.
Berbagai alasan perusahaan dalam
melakukan pengungkapan informasi CSR
secara sukarela telah diteliti dalam
penelitian
sebelumnya,
diantaranya
adalah karena untuk mentaati peraturan
yang ada, untuk memperoleh keunggulan
kompetitif melalui penerapan CSR, untuk
memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan
memenuhi ekspektasi masyarakat, untuk
melegitimasi tindakan perusahaan, dan
untuk menarik investasor (Basamalah,
2005:28).
METODE PENELITIAN Rancangan
Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan penelitian kuantitatif.
Penelitian
kuantitatif
adalah
penelitian yang pada dasarnya
menggunakan pendekatan deduktifinduktif, artinya pendekatan yang
berangkat dari suatu kerangka teori,
gagasan
para
ahli,
maupun
pemahaman peneliti berdasarkan
pengalamannya,
kemudian
dikembangkan
menjadi
permasalahan beserta pemecahan
yang diajukan untuk memperoleh
pembenaran
(verifikasi)
dalam
bentuk dukungan dan empiris
di lapangan. Pendekatan kuantitatif
bertujuan untuk menguji teori,
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
membangun
fakta, menunjukkan
hubungan
antar
variabel,
memberikan
deskripsi
statistik,
menaksir dan meramalkan hasilnya.
2. Jenis Penelitian
Penelitian dapat digolongkan ke
dalam beberapa jenis berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu. Berdasarkan
bidang yang diteliti, penelitian ini
termasuk dalam penelitian Sosial.
Penelitian sosial adalah penelitian
yang secara khusus meneliti bidang
sosial, seperti ekonomi, pendidikan,
hukum dan sebagainya. Dalam
penelitian ini peneliti secara khusus
meneliti bidang tanggung jawab
sosial perusahaan ( corporate sosial
responsibility ).
Berdasarkan
(tingkat
tingkat
eksplanasinya
penjelasan) penelitian ini termasuk
dalam penelitian asosiatif kausal.
Menurut Umar penelitian asosiatif
kausal adalah “penelitian yang
bertujuan
untuk
menganalisis
hubungan antara satu variabel dengan
variable lainya atau bagaimana suatu
variabel mempengaruhi variabel
lain”. Dengan kata lain desain kausal
berguna untuk mengukur hubunganhubungan antar variabel riset atau
berguna
untuk
menganalisis
bagaimana
suatu
variabel
mempengaruhi variabel yang lain.
Desain
penelitian
ini
adalah
penelitian
asosiatif
kausalitas.
Menurut
Sugiyono
(2008:3)
menjelaskan
bahwa
penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang
bertujuan
untuk
mengetahui
pengaruh antara dua variabel atau
lebih, hubungan kausal merupakan
hubungan yang bersifat sebab akibat.
Populasi dan Sampel
1) Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa
Inggris population, yang brarti
jumlah penduduk. Oleh karena itu,
apabila disebutkan kata populasi,
orang
kebanyakan
menghubungkannya
dengan
masalah-masalah
kependudukan.
Kemudian
pada
perkembangan
selanjutnya, kata populasi menjadi
amat populer, dan digunakan di
berbagai disiplin ilmu. Dalam
metode penelitian kata populasi
amat populer, digunakan untuk
menyebutkan
serumpun
atau
sekelompok objek yang menjadi
sasaran penelitian. Burhan Bungin
mendefinisikan pupulasi sebagai
berikut:
Populasi penelitian merupakan
keseluruhan (universum) dari objek
penelitian yang dapat berupa
manusia,
hewan,
tumbuhtumbuhan, udara, gejala, nilai,
peristiwa, sikap hidup, dan
sebagainya, sehingga objek-objek
ini dapat menjadi sumber data
penelitian.
Populasi
menurut
Turmudi dan Sri Harini, populasi
adalah himpunan seluruh individu
atau objek yang dikaji atau
dijadikan bahan pembicaraan oleh
peneliti.
Jadi
dapat
ditarik
kesimpulan, populasi merupakan
keseluruhan
objek
penelitian.
Penelitian ini menggunakan obyek
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) berturut-turut sejak periode
pengamatan
2009
2014.
Berdasarkan data yang diperoleh
dari website Bursa Efek Indonesia
(BEI), diketahui bahwa perusahaan
manufaktur yang tercatat berturutturut sejak periode 2009 - 2014
adalah sebanyak 154 perusahaan.
2) Sample
Teknik penarikan sampel atau teknik
sampling adalah suatu cara mengambil
sampel yang representatif dari
populasi. Pengambilan sampel ini
harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga diperoleh sampel yang
benar-benar dapat mewakili dan dapat
menggambarkan keadaan populasi
yang sebenarnya. Dalam penelitian
ini dari populasi yang ada kemudian
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
69
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
diseleksi melalui kriteria pemilihan
sampel dengan menggunakan metode
‘Purpose sampling’
Untuk memperoleh suatu cara agar
mendapat informasi tentang populasi,
dapat
dilakukan
dengan
cara
mengamati dari sebagian dari populasi
sehingga hasilnya dapat dipergunakan
untuk kesimpulan tentang populasi
yang diselidiki. Bagian dari populasi
yang
dipilih
peneliti
tersebut
dinamakan sampel. Dalam penelitian
ini dari 137 populasi perusahaan
manufaktur
tersebut,
didapatkan
sampel
penelitian
sebesar
15
perusahaan yang telah diseleksi
melalui kriteria pemilihan sampel
dengan
menggunakan
metode
purposive sampling
Instrumen Penelitian
Menurut Y. W. Best yang
disunting oleh Saparinah Faisal yang
disebut variabel penelitian adalah kondisikondisi atau serenteristik-serenteristik
yang oleh peneliti dimanipulasikan,
dikontrol atau diobservasi dalam suatu
penelitian. Variabel penelitian ditentukan
oleh
landasan
teoretisnya
dan
kejelasannya ditegaskan oleh hipotesis
penelitian. Oleh karena itu apabila
landasan teoretis suatu penelitian berbeda,
akan berbeda pula variabelnya.
Menurut Uma Sekaran ( 2006 )
terdapat
empat jenis variabel utama
dalam penelitian yaitu :
1. Variabel
terikat
(dependent
variablel disebut juga variabel
kriteria
criterion
variable).
merupakan variabel yang menjadi
perhatian utama peneliti. Tujuan
peneliti adalah memahami dan
membuat
variabel
terikat,
menjelaskan variabilitasnya, atau
memprediksinya. Dengan kata lain,
variabel terikat merupakan variabel
utama yang menjadi faktor yang
berlaku dalam investigasi. Melalui
analisis terhadap variabel
2. terikat (yaitu, menemukan variabel
yang memengaruhinya), adalah
70
Tabel 1
mungkin
untuk
menemukan
jawaban atau solusi atas masalah.
2. Variabel
bebas
(independent
variable, disebut juga variabel
predictor/
predictor
variable)
Variabel bebas adalah variabel yang
memengaruhi variabel terikat, entah
secara positif atau negatif. Yaitu,
jika terdapat variabel bebas,
variabel terikat juga
3. Variabel moderator (moderating
variable).Variabel moderator
(moderating variable) adalah variabel
yang mempunyai pengaruh
ketergantungan (contingent effect) yang
kuat dengan hubungan variable terikat
dan variabel bebas. Yaitu, kehadiran
variabel ketiga (variabel moderator)
mengubah hubungan awal antara variabel
bebas dan terikat.
4. Variabel antara (intervening variable).
Variabel
antara (intervening
variable) adalah variabel yang
mengemuka antara waktu variabel
bebas mulai bekerja memengaruhi
variabel terikat, dan waktu pengaruh
variabel bebas terasa pada variabel
terikat. Dengan demikian, terdapat
kualitas temporal atau dimensi
waktu
pada
variabel
antara.
Variabel antara. mengemuka sebagai
sebuah fungsi variabel bebas yang
berlaku dalam situasi apa pun, serta
membantu
mengonsepkan
dan
menjelaskan pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
Dalam penelitian ini ada dua
variabel yaitu variabel bebas ( independent
variabel ) dan variabel tergantung (
dependent variable ). Variabel independen
penelitian ini adalah environmental
performance yang di ukur berdasarkan
PROPER (Program Penilaian Peringkat
Pengelolaan Lingkungan pada Perusahaan)
dan mekanisme corporate governance yang
diproksikan
dengan
kepemilikan
institusional, dewan komisaris, dewan
komisaris independen dan komite audit.
Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah corporate social responsibility
disclosure (CSRD) berdasarkan GRI
(Global
Reporting
Initiative) untuk
mengukur indek pengungkapan CSR.
Indikator GRI ini dipilih karena merupakan
aturan internasional yang telah diakui oleh
perusahaan di dunia.
Hubungan
antara
variabel
environmental
performance
dan
mekanisme
corporate gover nance
terhadap corporate social responsibility
disclosure dapat digambarkan sebagai
berikut:
menyajikan deskripsi untuk masing-masing
variabel berdasarkan data yang diolah secara
deskriptif dengan tujuan untuk memberikan
gambaran dari masing-masing variabel yang
merupakan interpretasi terhadap hasil analisis
variabel tunggal berdasarkan nilai rata-rata
(mean), nilai minimum dan nilai maksimum.
C. Analisa Data
Penelitian ini menggunakan statistik
deskriptif. Menurut Uma Sekaran (
2006 ) Statistik deskriptif adalah metode
yang berkaitan dengan pengumpulan,
peringkasan, penyajian data sehingga
memberikan informasi. Dalam statistik
deskriptif skala data berupa skala
nominal, ordinal, interval dan rasio,
sedangkan penyajiannya berupa tabel,
grafik, ukuran rata-rata, diagram, kurva,
dll.
Pengukuran-pengukuran
penyebaran termasuk range, standar
deviasi, dan variance ( dimana
pengukuran untuk central tendency
adalah mean ) dan interquartile range (
dimana pengukuran dari
tendency adalah median.
central
HASIL PENELITIAN
1. Pengaruh Environmental Performance
terhadap CSRD
Hasil
pengujian
variabel
Environmental
Performance
yang
diproksi dengan PROPER menunjukkan
pengaruh positif signifikan terhadap
Corporate
Social
Responsibility
Disclosure (CSRD). Dilihat dari hasil
analisis yang dilakukan pada bab
sebelumnya, nilai signifikan dalam
penelitian adalah sebesar 0,038 sehingga
penelitian
ini
menerima
hipotesis
Environmental Performance berpengaruh
terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure (CSRD).
Environmental
Performance
merupakan kinerja lingkungan perusahaan
yang dinilai oleh Kementrian Lingkungan
Hidup (KLH) dan dilaporkan melalui
laporan PROPER yaitu Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup.Dalam
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
perusahaan manufaktur yang menjadi
sampel telah menjaga dan melestarikan
lingkungan hidup di sekitar sesuai dengan
kriteria dalam PROPER.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
semakin
tinggi
peringkat
environmental performance maka akan
diikuti oleh peningkatan pengungkapan
CSR, sebagai contoh PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk (berdasarkan
lampiran 2) pada tahun 2009 mendapatkan
peringkat sebesar 5, yaitu peringkat
tertinggi dalam PROPER dan diikuti
dengan corporate social responsibility
indeks (CSRDI) sebesar 0,28 dengan
jumlah pengungkapan sebesar 22 indikator,
tingkat CSRDI tertinggi adalah sebesar
0,33 dengan 26 pengungkapan. Hal ini
sejalan dengan teori Anugrah (2011:49)
yang menyatakan bahwa, semakin baik
kinerja
lingkungan perusahaan dan
memberikan kontribusi positif terhadap
lingkungannya maka semakin besar pula
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
71
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
pengungkapan CSR yang diungkapkan oleh
perusahaan.
Berdasarkan teori legitimasi, yang
menjelaskan hubungan masyarakat dengan
perusahaan
dimana
masyarakat
memberikan apresiasi terhadap tindakan
sosial yang dilakukan perusahaan. Dengan
adanya pengungkapan sosial perusahaan
yang merupakan bentuk tanggungjawab
perusahaan terhadap masyarakat, maka
akan menciptakan kepercayaan masyarakat
terhadap perusahaan. Hal ini dikarenakan
perusahaan
sudah mampu menjaga
kelestarian
lingkugan
dan
mampu
beroperasi dengan baik tanpa adanya pihakpihak yang dirugikan, sehingga sesuai
dengan teori legitimasi yang menyatakan
bahwa jika perusahaan melaksanakan
kegiatan operasinya dengan baik maka
masyarakat juga akan merespon positif
terhadap
keberlangsungan
hidup
perusahaan.
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional
terhadap CSRD
Hasil
pengujian
variabel
Mekanisme corporate governance yang
diproksi dengan kepemilikan institusional
tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure
(CSRD). Dilihat dari hasil analisis yang
dilakukan dimana nilai signifikan dalam
penelitian adalah sebesar 0,658, dengan
demikian dalam penelitian ini menolak
hipotesis
Mekanisme
Corporate
Governance
(KepemilikanInstitusional)
berpengaruh terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure (CSRD).
Kepemilikan institusional adalah
kepemilikan saham perusahaan oleh
institusi.tingkat kepemilikan institusional
yang tinggi akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak
investor institusional sehingga dapat
menghalangi
perilaku
opportunistic
manajer, dengan pengawasan yang baik
terhadap
pihak
manajemen
akan
mendorong
meningkatkan
luas
pengungkapan
corporate
social
responsibility (CSRD). Dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional tidak mampu mendorong
72
dalam melakukan pengungkapan corporate
sosial responsibility.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
teori stakeholder yang menyatakan bahwa
perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingannya sendiri
namun harus
memberikan
manfaat
bagi stakeholdernya. Dalam penelitian
ini
meskipunkepemilikan institusional
tidak mampu memberikan pengawasan
yang baik dan tidak mampu mendorong
pihak manajemen untuk mengungkapkan
laporan corporate social responsibility,
namun berdasarkan sampel yang diteliti
ternyata
semua
perusahaan
sampel
mengungkapkan CSR. Pengungkapan CSR
yang dilakukan perusahaan sampel masih
hanya sebatas kewajiban yang harus
dipenuhi oleh perusahaan agar terhindar
dari sanksi yang ada, hal ini bisa dilihat
dari data yang menunjukkan bahwa
pengungkapan CSR oleh perusahaan
sampel masih sangat relatif rendah
dibandingkan
dengan
pengungkapan
berdasarkan GRI. Sehingga hal ini
mendukung teori stakeholder , karena
perusahaan tetap
menerapkan CSR
meskipun hanya sebatas yang diwajibkan
saja.
3. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap
CSRD
Hasil
pengujian
variabel
Mekanisme corporate governance yang
diproksi
dengan
dewan
komisaris
menunjukkan pengaruh positif signifikan
terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure (CSRD). Dilihat dari hasil
analisis yang dilakukan pada bab
sebelumnya, nilai signifikan dalam
penelitian adalah sebesar 0,013 yang
lebih kecil dari nilai yaitu 0,050. Dengan
demikian dalam penelitian ini menerima
hipotesis
Mekanisme
Corporate
Governance
(Dewan
Komisaris)
berpengaruh terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure (CSRD).
Dewan
komisaris
merupakan
mekanisme pengendalian tertinggi yang
bertanggung jawab terhadap monitoring
aktivitas top management. Dengan proses
monitoring yang baik maka diharapkan
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
pengungkapan CSR bisa di ungkapkan
lebih luas lagi, karena dapat mengurangi
kemungkinan
manajer
dalam
menyembunyikan
informasi.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dewan
komisaris pada perusahaan yang menjadi
sampel penelitian mampu memonitoring
pihak manajemen dan menekan pihak
manajemen agar mengungkapkan informasi
yang lebih luas lagi yaitu corporate social
responsibility disclosure. Hal ini sejalan
dengan pemikiran Ratnasari (2011:70)
bahwa untuk mewujudkan akuntabilitas
perusahaan, dewan komisaris dapat
memberikan pengaruh yang cukup kuat
untuk
menekan
manajemen
dalam
mengungkapkan informasi sosial yang
lebih
luas, sehingga perusahaan yang
memiliki ukuran dewan komisaris yang
lebih
besar
akan
lebih
banyak
mengungkapkan informasi sosialnya. Hasil
penelitian ini juga konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Utami dan
Rahmawati (2006) menemukan bahwa
ukuran dewan komisaris menunjukkan
pengaruh terhadap corporate social
responsibility disclosure. Dalam hal ini
dewan
komisaris
mementingkan
stakeholder perusahaan, oleh sebab itu
dewan
komisaris
memaksa
pihak
manajemen untuk mengungkapkan CSR
agar perusahaan tidak terkena sanksi,
yang secara tidak langsung akan
berakibat terhadap stakeholder perusahaan.
4. Pengaruh Dewan Komisaris
Independen terhadap CSRD
Hasil
pengujian
variabel
Mekanisme corporate governance yang
diproksi
dengan
dewan
komisaris
independen tidak memiliki pengaruh
terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure (CSRD). Dilihat dari hasil
analisis yang dilakukan pada bab
sebelumnya, nilai signifikan dalam
penelitian adalah sebesar 0,213 yang
lebih besar dari nilai _ yaitu 0,050. Dengan
demikian dalam penelitian ini menolak
hipotesis
Mekanisme
Corporate
Governance
(Dewan
Komisaris
Independen)
berpengaruh
terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure
(CSRD).
Dewan
komisaris
independen
diperlukan
untuk
meningkatkan
independen, objektif dan menetapkan
keselarasan (fairness) sebagai prinsip
utama dalam memperhatikan kepentingan
pemegang
saham
dan
stakeholder
lainnya.Dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa perusahaan manufaktur yang
menjadi sampel tidak sesuai dengan tujuan
yang diharapkan dari pengawasan dewan
komisaris independen.Hasil ini konsisten
dengan penelitian Waryanto (2010), yang
menunjukkan bahwa independensi dewan
komisaris tidak dapat berpengaruh terhadap
luas pengungkapan CSR perusahaan. Hal
ini terjadi dimungkinkan karena pemilihan
dan pengangkatan dewan komisaris
independen yang kurang efektif (FCGI,
2002), disamping itu ada isu yang
mengatakan bahwa dewan komisaris
independen hanyalah atas nama saja,
jadi dewan komisaris independen tidak
ditunjuk secara nyata, hanya atas nama
saja. Hal ini dibuktikan dengan jumlah
kehadiran rapat internal yang dilakukan
oleh
dewan
komisaris,
yang
menunjukkan bahwa, tidak banyak dewan
komisaris independen yang benar-benar
menghadiri setiap kali rapat yang diadakan
oleh dewan komisaris.Oleh sebab itu maka,
proporsi dewan komisaris independen tidak
dapat mempengaruhi corporate social
responsibility disclosure.
Hal ini sesuai dengan teori
stakeholder yang menyatakan bahwa
perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingannya sendiri
namun harus memberikan manfaat bagi
stakeholdernya.Meskipun
perusahaan
tidak
mampu mempengaruhi pihak
manajemen untuk mengungkapkan CSR,
namun perusahaan dalam penelitian ini
tetap mengungkapkan CSR meskipun
hanya sebatas kewajiban yang harus
dipenuhi agar terhindar dari sanksi yang
telah ditentukan.
5. Pengaruh Komite Audit terhadap CSRD
Variabel Mekanisme corporate
governance yang diproksi dengan komite
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
73
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
audit menunjukkan pengaruh positif
signifikan terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure (CSRD). Dilihat
dari hasil analisis yang dilakukan pada bab
sebelumnya, nilai signifikan dalam
penelitian adalah sebesar 0,011 yang lebih
kecil dari nilai _ yaitu 0,050. Dengan
demikian dalam penelitian ini menerima
hipotesis
Mekanisme
Corporate
Governance (Komite Audit) berpengaruh
terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure
(CSRD).Komite
audit
merupakan
komite
yang
bertugas
membantu
dewan komisaris
dalam
melakukan
mekanisme
pengawasan
terhadap pihak manajemen. Menurut
Anugrah (2011), Jumlah komite audit
sangat penting bagi pengawasan dan
pengendalian perusahaan sehingga dengan
adanya komite audit pada suatu perusahaan
maka
akan
menambah
efektifitas
pengawasan
termasuk
praktik
danpengungkapan
Corporate Social
Responsibility. Dari hasil penelitian ini
menunjukkan pengaruh positif signifikan
pengaruh komite audit terhadap Corporate
Social Responsibility disclosure.
Hal ini dikarenakan komite audit
melakukan tugas pengawasannya terhadap
laporan keuangan dengan baik, sesuai
dengan aturan dan bersikap jujur. Meskipun
dapat dilihat dari data ukuran komite audit
(dalam lampiran 3) menunjukkan bahwa
jumlah komite audit yang dimiliki sebagian
besar perusahaan masih sebatas kewajiban
yang harus dipenuhi untuk mematuhi
peraturan
Bapepam
nomor
IX.I.5
tentang pembentukan dan pedoman
pelaksanaan kerja komite audit, tetapi
komite audit dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik dan efektif, sehingga dalam
penelitian ini ukuran komite audit bisa
melakukan pengawasan dengan baik dan
mampu mendorong pihak manajemen
untuk melaporkan kinerja lingkungan dan
sosialnya tidak hanya melaporkan kinerja
keuangannya saja.
6. Pengaruh Environmental Performance
dan Mekanisme Corporate Governance
(Kepemilikan
Institusional,
Dewan
Komisaris, Dewan Komisaris Independen,
74
dan Komite Audit) terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure (CSRD)
Hasil pengujian secara simultan dengan
menggunakan uji-F, variabel Environmental
Performance dan Mekanisme Corporate
Governance
yang
diproksi
dengan
kepemilikan institusional,
dewan
komisaris, dewan komisaris independen,
dan komite audit menunjukkan pengaruh
positif signifikan terhadap Corporate
Social Responsibility
Disclosure (CSRD). Dilihat dari hasil
.
analisis
yang dilakukan pada bab
sebelumnya, nilai signifikan dalam
a
penelitian adalah sebesar 0,000
Dengan demikian dalam penelitian ini
menerima
hipotesis
Environmental
Performance dan Mekanisme Corporate
Governance (kepemilikan
institusional,
dewan
komisaris,
dewan
komisaris
independen, dan komite audit) berpengaruh
terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure (CSRD).Hal ini dikarenakan jika
variabel Environmental Performance dan
Mekanisme Corporate Governance yang
diproksi dengan kepemilikan institusional,
dewan
komisaris,
dewan
komisaris
independen, dan komite audit, dari a nalisis
secara bersama-sama atau simultan akan
menghasilkan positif signifikan, karena
variabel yang tidak berpengaruh terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure
(CSRD)
tidak
mampu
mengalahkan
variabel lain yangberpengaruh terhadap
CSRD. Oleh sebab itu dalam penelitian ini
menghasilkan nilai yang positif signifikan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut:
1) Variabel
environmental
performance
mempunyai
pengaruh positif signifikan
terhadap
coporate
social
responsibillity
disclosure
(CSRD). Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi peringkat
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
2)
3)
4)
5)
environmental
performance,
maka
akan
diikuti
oleh
peningkatan
pengungkapan
CSR.
Variabel mekanisme corporate
governance
yang
diproksi
dengan
kepemilikan
institusional tidak mempunyai
pengaruh terhadap coporate
social responsibillity disclosure
(CSRD). Hal ini disebabkan
karena
dalam
mengambil
keputusan investasi, investor
institusi
belum
mempertimbangkan informasi
CSR sebagai salah satu kriteria
untuk
menilai
perusahaan,
sehingga
tidak
mampu
mendorong perusahaan untuk
mengungkapkan CSR dalam
laporan tahunan perusahaan.
Variabel
mekanisme
corporate governance yang
diproksi
dengan
dewan
komisaris mempunyai pengaruh
posistif signifikan terhadap
coporate social responsibillity
disclosure (CSRD). Hal ini
menunjukkan bahwa dewan
komisaris mampu memonitor
dan
menekan
pihak
manajemen
agar
mengungkapkan
informasi
corporate social responsibility.
Variabel
mekanisme
corporate governance yang
diproksi
dengan
dewan
komisaris independen tidak
mempunyai pengaruh terhadap
coporate social responsibillity
disclosure (CSRD). Hal ini
menunjukkan bahwa dewan
komisaris independen tidak
mampu
meningkatkan
independen,
objektif
dan
menetapkan
keselarasan
(fairness) dalam melakukan
pengawasan terhadap pihak
manajamen dan tidak mampu
mendorong untuk melakukan
pengungkapan CSR.
Variabel mekanisme corporate
governance
yang
diproksi
dengan
komite
audit
mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap coporate
social responsibillity disclosure
(CSRD). Hal ini menunjukkan
bahwa komite audit telah
melakukan pengawasan dan
pengendalian
perusahaan
dengan baik, sehingga dengan
adanya komite audit pada
perusahaan mampu menambah
efektifitas pengawasan dan
pengungkapan Corporate Social
Responsibility.
Variabel
environmental performance dan
mekanisme
corporate
governance
yang
diproksi
dengan
kepemilikan
institusional, dewan komisaris,
dewan komisaris independen,
dan komite audit mempunyai
pengaruh positif signifikan
terhadap
coporate
social
responsibillity
disclosure
(CSRD). Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar nilai
variabel
environmental
performance dan mekanisme
corporate governance mampu
mampengaruhi
peningkatan
pengungkapan CSR, sehingga
mempengaruhi
pihak
manajemen untuk melakukan
pengungkapan coporate social
responsibillity (CSR).
Keterbatasan penelitian
Penelitian
ini
memiliki
keterbatasan sebagai berikut:1) jumlah
sampel
penelitian yang diseleksi
berdasarkan kriteria penelitian hanya
diambil dari perusahaan manufaktur
sehingga hasil penelitian ini tidak
digeneralisasi untuk semua jenis industry,
2) periode pengamatan hanya 3 tahun
sehingga hasil penelitian ini kurang
memberikan gambaran yang jelas tentang
praktik pengungkapan CSR di lapangan, 3)
mekanisme corporate governance dalam
penelitian ini hanya terbatas pada
kepemilikan institusional, dewan komisaris,
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
75
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
dewan komisaris independen dan komite
audit dan 4) penilaian terhadap indeks CSR
antara tiap peneliti tidak sama, karena
penilaian tersebut bersifat subyektif, tidak
ada ketentuan baku dalam melakukan
penilaian terhadap indeks CSR.
Saran
Berdasarkan keterbatasan di atas, maka
saran yang dapat diajukan melalui
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Dalam penelitian selanjutnya
diharapkan menambah jumlah
sampel
perusahaan,
misalkan
dengan menambahkan perusahaan
yang bergerak dibidang Sumber
Daya Alam tidak hanya perusahaan
manufaktur saja.
2. Memperluas periode pengamatan,
sehingga mampu memberikan
gambaran
yang jelas tentang
praktik pengungkapan CSR di
lapangan.
3.
Menambah mekanisme corporate
governance, agar hasil penelitian
lebih maksimal dan menjelaskan
yang sebenarnya.
4. Menambah variabel penelitian yang
mampu
mempengaruhi
pengungkapan
CSR, misalkan
dengan
menambahkan
variabel
ukuran dewan direksi, dewan direksi
independen, ukuran perusahaan, rasio
likuiditas, rasio leverage atau earning
management, agar hasil penelitian
lebih akurat
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006.
Pengungkapan Informasi Sosial dan
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Informasi Sosial
dalam Laporan Keuangan Tahunan
(Studi Empiris pada PerusahaanPerusahaan yang terdaftar Bursa
Efek Jakarta). Padang: Simposium
Nasional Akuntansi IX
76
Anugrah, Ageng Widhy. 2011. Analisis
Pengaruh
Environmental
Performance, Struktur Corporate
Governance,
dan
Earning
Management
terhadap
Pengungkapan Corporate Social
Responsibility.
Semarang:
Universitas Diponegoro
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Badjuri, Achmad. 2011. Faktor-faktor
Fundamental, Mekanisme Corporate
Governance,
Pengungkapan
Corporate Social Responsibility
(CSR) Perusahaan manufaktur dan
Sumber Daya Alam di Indonesia.
Dinamika Keuangan dan Perbankan
Hal: 38-54 Vol. 3 No.1
Daniri, Mas Achmad.2005. Good
Corporate Governance.Jakarta: Ray
Indonesia Effendi, Muh.
Arief. 2009. The Power of Good
Corporate Governance Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat
Faisal. 2005. Analisis Agency Cost,
Struktur
Kepemilikan
dan
Mekanisme
Corporate Governance. Jurnal Riset
Akuntansi Vol. 8 (2), hal. 175-179
Carroll, Archie B. 1999. Corporate Social
Responsibility. Sage Publication Inc
Falichin, Muh. Zulfa Minachul. 2011.
Pengaruh
Corporate
Social
Responsibility Disclosure terhadap
Reaksi
Investor
dengan
Environmental Performance Rating
dan Corporate Governance sebagai
Variabel
Moderasi.
Semarang:
Universitas Diponegoro
Forum Corporate Governance Indonesia
(FCGI). 2002. Pedoman Dewan Komisaris
dan Komite
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
Audit dalam Pelaksanaan Tata Kelola
Perusahaan (Corporate Governance).
Jakarta: FCGI
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam dan A. Chariri. 2007.
Teori Akuntansi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas
Diponegoro
Gray, Rob, Muhammad Javad, David M.
Power & C. Donald Sinclair. 2001.
Social And Environmental Disclosure
and Corporare Characteristics : A
Research Note and
Extension. Journal of Business
Finance and Accounting. 327 – 356
Hadi, Nor. 2010. Corporate Social
Responsibility.Semarang: Graha Ilmu
Hartono, Jogiyanto. 2009.
Teori Portofolio dan Analisis
Investasi.Edisi keenam.Yogyakarta:
BPFE
Hendriksen, Eldon S & Michael F. Van
Breda. 2000. “Teori Akunting.” Edisi 5.
Batam: Interaksara
http://idx.co.id, (Online), diakses 13 Maret
2012 http://menlh.go.id/hasilpenilaian proper, (Online), diakses
13Maret 2012 http://icmd.com,
(Online), diakses 28 April 2012
Indrawati, Novita. 2009. Pengaruh
Environmental Performance dan
Politycal
Visibility
terhadap
Pengungkapan Corporate Social
Responsibility
(CSR)
dalam
Annual Report. Riau: Universitas
Riau
Indriantoro, Nur & Supomo,
Bambang. 2002. Metodologi
penelitian bisnis. Y ogyakarta:BPFE
ISO 26000 Gidance Standard on
Social Responsibility
Jensen, M. and Meckling, W. 1976.
„„Theory of the firm: managerial behavior,
agency costs and
ownership structure’’, Journal of
Financial Economics, Vol. 3, pp. 30560
Jurusan Akuntansi. 2007. Pedoman
Penulisan Skripsi Jurusan
Akuntansi (PPSJA). Malang:
Universitas Negeri Malang
Komite Nasional kebijakan Corporate
Governance (KNKCG). 2004. Pedoman
Good Corporate
Governance Perbankan Indonesia.
Jakarta: KNKCG
KS,
Angling Mahatma Pian. 2010.
Pengaruh Karakteristik Perusahaan
dan Regulasi Pemerintah terhadap
Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) pada Laporan
Tahunan di Indonesia. Semarang:
Universitas Diponegoro
Lindrianasari. 2007. Hubungan antara
Kinerja Lingkungan dan Kualitas
Pengungkapan Lingkungan dengan
Kinerja Ekonomi Perusahaan di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan
Auditing Indonesia Vol. 11 No.2
Nasir, Mohd N.A. & Abdullah, S.N. 2004.
Voluntary Disclosure and Corporate
Governance among Financially
Distressed Firms in Malaysia.
Financial Reporting, Regulatiaon
and Governance. Vol. 3 No. 1
Novita & Chaerul D. Djakman. 2008.
Pengaruh Struktur Kepemilikan
terhadap
Luas
Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial (CSR
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
77
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
Disclosure) pada Laporan Tahunan
Perusahaan Studi Empiris pada
Perusahaan Publik yang Tercatat di
Bursa Efek Indonesia tahun 2006.
Pontianak: Simposium Nasional
Akuntansi XI
Nurkhin, Ahmad. 2009. Corporate
Governance
dan
Profitabilitas;
Pengaruhnya
terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan (Studi Empiris
pada Perusahaan yang Tercatat di
Bursa Efek Indonesia. Semarang:
Universitas Diponegoro
Nurlela & Islahuddin. 2008. Pengaruh
Corporate Social Responsibility
terhadap Nilai Perusahaan dengan
Prosentase
Kepemilikan
Manajemen
sebagai
Variabel
Moderating (studi empiris pada
perusahaan yang terdaftar di bursa
efek Jakarta). Simposium Nasional
Akuntansi XI
Permanasari, Wien Ika. 2010. Pengaruh
Kepemilikan
Manajemen,
Kepemilikan
Institusional,
dan
Corporate Social Responsibility
terhadap
Nilai
Perusahaan.
Semarang: Universitas Diponegoro
Rakhiemah, Aldilla Noor & Dian Agustia.
2009. Pengaruh Kinerja Lingkungan
terhadap
Corporate
Social
Responsibility (CSR) Disclosure dan
Kinerja
Financial
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia.
Surabaya:
Universitas Airlangga
Ratnasari, Yunita. 2011. Pengaruh
Corporate Governance terhadap
Luas Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan di dalam
Sustainability Report. Semarang:
Universitas
Diponegoro
78
Sayekti, Yosefa dan Wondabio,
Ludovicus Sensi.2007. ”Pengaruh
CSR Disclosure Terhadap
Earning Response Coefficient”.
Makasar: Simposium Nasional
Akuntansi X
Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. Kinerja
Keuangan,
Political
Visibility,
Ketergantungan pada hutang dan
Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial
Perusahaan.
Surabaya:
Simposium Nasional Akuntansi VI
Sekaran, Uma & Roger Bougie. 2009.
Reseacrh Method for Bussiness – A
skill building Approach.
John Wiley & Son. Ltd
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suratno, Ignatius Bondan, dkk. 2006.
Pengaruh
Environmental
Performance
terhadap
Environmental
Disclosure
dan
Economic
Performance
(Studi
Empiris
Pada
Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta Periode 2001-2004).
Padang:
Simposium
Nasional
Akuntansi IX
Surya, Indra & Ivan Yustiavananda. 2006.
Penerapan Good Corporate
Governance. Jakarta: FHUI
Terzaghi, Muhammad Titan. 2012.
Pengaruh Earning Management
dan Mekanisme Corporate
Governance terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ekonomi dan Informasi
Akuntansi (Jenius) Vol. 2
No.1
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
Sulis Rochayatun, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...
Tika, Moh. Pabundu. 2006. Metodologi riset
bisnis. Jakarta: sinar grafika offset
Untari, Lisna. 2010. Effect on Company
Characteristics Corporate Social
Responsibility
Disclosures
in
Corporate Annual Report of
Consumption Listed in Indonesia
Stock Exchange. Jakarta: Universitas
Gunadarma
Utami, Indah Dewi & Rahmawati. 2006.
Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Ukuran
Dewan
Komisaris,
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan Asing, dan Umur
Perusahaan terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure
pada Perusahaan Property dan Real
Estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret
Veronica & Navissi S. Bachtiar. 2005.
Good Corporate Governance
Information Asymetry and
Earnings Management. Denpasar:
Simposium Nasional Akuntansi VII
Waryanto. 2010. Pengaruh Karakteristik
Good Corporate Governance (GCG)
terhadap
Luas
Pengungkapan
Corporate Social Responsibility
(CSR) di Indonesia. Semarang:
Universitas Diponegoro
World Business Council for Sustainabel
Development (WBCSD). 2000.
WBCSD’ s first report- Corporate
Social Responsibility. Geneva
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA Vol. 6 No. 1, Maret 2016, Hal 63 - 79
79
PANDUAN BAGI PENULIS
A. Tahapan Pengiriman Artikel
1. Penulis dapat mengirimkan (submit) artikel dengan mengirim kan artikelnya
melalui email: [email protected]
2. Penulis harus mengirim biodata diri dengan lengkap ke alamat Jurnal Penelitian
Ilmu Ekonomi WIGA
3. Mengirimkan surat pernyataan bahwa artikel ini belum pernah dimuat/
dipublish.
B. Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan Microsoft Word pada ukuran kertas A4 jarak 1
spasi, jenis huruf Times New Roman berukuran 11 point;
2. Angka dan huruf pada gambar, tabel, atau histogram menggunakan jenis huruf
Times New Roman berukuran 10 point; dan
3. Panjang naskah antara 15-30 halaman.
C. Urutan Penulisan Naskah
Sistematika penulisan naskah hasil penelitian terdiri atas:
Judul
Judul ditulis dengan menggunakan huruf Times New Roman 14, Bold, Capital
each Word, maksimum 12 kata (Bahasa Indonesia), maksimal 10 kata (Bahasa
Inggris).
Nama dan Alamat Penulis
Nama penulis ditulis lengkap tanpa gelar, disertai dengan nama instansi serta alamat
surel. Apabila penulis lebih dari satu orang, maka alamat e-mail yang dicantumkan
hanya penulis pertama saja.
Abstrak
Ditulis dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, masing-masing dengan
jumlah kata maksimum 100 kata dan hanya dalam dari 1 paragraf. Abstrak untuk
naskah hasil penelitian berisi: tujuan penelitian, metode yang digunakan, hasil/
temuan penelitian, dan kesimpulan.
Kata Kunci (Keywords)
Kata kunci ditulis dalam bahasa Inggris dengan jumlah 3-5 kata atau frase. Kata
kunci berisi kata atau frase yang sering dipergunakan dalam naskah dan dianggap
mewakili dan/atau terkait dengan topik yang dibahas.
Pendahuluan
Artikel yang bersifat konseptual berisi acuan/konteks permasalahan, hal-hal yang
menarik, dan rumusan singkat hal-hal pokok yang akan dibahas. Sedangkan untuk
artikel berbasis riset, bagian ini berisi permasalahan penelitian, wawasan, dan
rencana pemecahan masalah, tujuan penelitian serta harapan akan hasil penelitian.
Tujuan penelitian yang disampaikan selaras dengan hasil dan kesimpulan penelitian.
Bagian pendahuluan ini berkisar 10-15% panjang artikel, dan tanpa sub judul.
Kajian Teori
Teori-teori dan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian serta penelitian
terdahulu dipaparkan pada bagian ini. Bagian kajian teori ini berkisar 15-20%
panjang artikel, dan tanpa sub judul.
Metode Penelitian
Dikhususkan untuk artikel berbasis riset berisi rancangan atau desain penelitian,
sasaran penelitian (populasi, sampel, informan, atau subyek penelitian), teknik
pengembangan instrumen atau pengumpulan data, teknik analisis data, dan
bersifat naratif. Proporsi metode penelitian 15-20% dari total panjang artikel.
Hasil dan Pembahasan
Menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasil penelitian disajikan
secara jelas. Memuat diskusi hasil penelitian sendiri yang dikaitkan dengan tujuan
penelitian
Kesimpulan
Merupakan ringkasan atas temuan penelitian dan implikasinya.
D. Penulisan Tabel dan Grafik
1. Judul tabel, grafik, histogram, sketsa, dan gambar (foto) diberi nomor urut.
2. Judul singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai.
3. Judul ilustrasi ditulis dengan jenis huruf Times New Roman berukuran 10
point, masuk satu tab (5 ketukan) dari pinggir kiri, awal kata menggunakan
huruf kapital, dengan jarak 1 spasi
4. Keterangan tabel ditulis di sebelah kiri bawah menggunakan huruf Times New
Roman berukuran 10 point jarak satu spasi.
5. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan
dengan koma (,) dan untuk bahasa Inggris digunakan titik (.).
6. Gambar-grafik dibuat dalam Microsoft Excel.
7. Satuan pengukuran menggunakan Sistem Internasional (SI).
E. Daftar Rujukan
1. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis dalam
urutan alfabetis mengikuti APA Style (http://www.apastyle.org/). Susunannya
memuat: nama penulis, tahun publikasi, judul paper atau textbook, nama jurnal
atau penerbit, dan halaman.
2. Diharapkan dirujuk referensi maksimum 10 tahun terakhir dengan proporsi
pustaka primer (jurnal) minimal 80%.
3. Hendaknya diacu cara penulisan kepustakaan dengan APA style, seperti berikut
ini:
1. Buku:
 Satu Pengarang
Bernstein, T. M. (1965). The Careful Writer: A Modern Guide to English Usage
(2nd ed.). New York, NY: Atheneum.
 Dua Pengarang
Beck, C. A. J., & Sales, B. D. (2001). Family Mediation: Facts, Myths, and
Future Prospects. Washington, DC: American Psychological Association.
 Beberapa tulisan oleh satu pengarang
(Publikasi yang lebih awal, ditulis lebih dulu )
Postman, N. (1979). Teaching as a Conserving Activity. New York, NY:
Delacorte Press. Postman, N. (1985). Amusing Ourselves to Death: Public
Discourse in the Age of Show Business. New York, NY: Viking.
 Publikasi oleh penulis yang sama pada tahun yang sama
McLuhan, M. (1970a). Culture is Our Business. New York, NY: McGraw-Hill.
McLuhan, M. (1970b). From Cliché yo Archetype. New York, NY: Viking
Press.

Buku yang diterbitkan oleh asosiasi, korporasi,institusi pemerintahan dan
organisasi
American Psychological Association. (1972). Ethical Standards of
Psychologists. Washington, DC: American Psychological Association.
 Buku tanpa pengarang atau editor
Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary (10th ed.). (1993). Springfield, MA:
Merriam-Webster.
 Anthologies dan Ensiklopedia
Gibbs, J. T., & Huang, L. N. (Eds.). (1991). Children of Color: Psychological
Interventions with Minority Youth. San Francisco, CA: Jossey-Bass.
Bjork, R. A. (1989). Retrieval Inhibition as an Adaptive Mechanism in Human
Memory. In H. L.
Roediger III, & F. I. M. Craik (Eds.), Varieties of Memory & Consciousness
(pp. 309-330). Hillsdale, NJ: Erlbaum.
Guignon, C. B. (1998). Existentialism. In E. Craig (Ed.), Routledge Encyclopedia
of Philosophy (Vol. 3, pp. 493-502). London, England: Routledge.
2. Jurnal
 Jurnal online
Mellers, B. A. (2000). Choice and the Relative Pleasure of Consequences.
Psychological Bulletin,126, 910-924. http://dx.doi.org/10.1037/00332909.126.6.910.
Klimoski, R., & Palmer, S. (1993). The ADA and the Hiring Process in
Organizations. Consulting Psychology Journal: Practice and Research,
45(2), 10-36. http://dx.doi.org/10.1037/1061-4087.45.2.10.
 Lebih dari tujuh penulis
Gilbert, D. G., McClernon, J. F., Rabinovich, N. E., Sugai, C., Plath, L. C.,
Asgaard, G., ... Botros, N. (2004). Effects of Quitting Smoking on EEG
Activation and Attention Last for More Than 31 Days and are More Severe with
Stress, Dependence, DRD2 A 1 Allele, and Depressive Traits. Nicotine and
Tobacco Research, 6, 249-267. http://dx.doi.org/10. 1080/1462 220041000
1676305
3. Disertasi dan Tesis
 Disertasi dan tesis yang tidak dipublikasikan
Jordan, J. J. (2005). Psychosocial Effects of Gifted Programming (Unpublished
master’s thesis).
University of Saskatchewan, Saskatoon, Canada.
Berg, D. H. (2003). Prospective Leadership Development In Colleges and
Universities in Canada: Perceptions of Leaders, Educators and Students
(Unpublished doctoral dissertation). University of Saskatchewan, Saskatoon,
Canada.
 Disertasi dan tesis elektronik
Hiebert, R. W. (2006). The Education of Children from Poverty: a Descriptive
Case Study of a Public School and a Community School (Doctoral dissertation).
Available from ProQuest Dissertation & Theses: Full Text (NR18185).
Richet, E. (2007). The Citizenship Education System in Canada From
1945-2005: an Overview and Assessment (Master’s thesis, University of
Saskatchewan, Saskatoon, Canada). Retrieved from http://library2.usask.ca/
etd
4. Seminar dan Conference
 Proceedings dalam bentuk buku
McKay, G. (1999). Self-determination in Aboriginal education. In L. B.
Muller (Ed.), Changing the Climate: Proceedings of the 1998 Conference
for Graduate Students in the Social Sciences and Humanities (pp. 1-11).
Saskatoon, Canada: University of Saskatchewan.
 Proceedings dalam bentuk online
Herculano-Houzel, S., Collins, C. E., Wong, P., Kaas, J. H., & Lent, R.
(2008). The Basic Nonuniformity of the Cerebral Cortex. Proceedings of the
National Academy of Sciences, 105, 12593-12598. http://dx.doi.org/10.1073/
pnas.0805417105
F. Mekanisme Seleksi Naskah
1. Penulisan naskah harus mengikuti panduan penulisan yang telah ditetapkan.
2. Bila diperlukan, redaksi akan mengubah dan atau memperbaiki ejaan, tata tulis
dan tata bahasa naskah yang dimuat tanpa merubah substansi tulisan.
3. Naskah yang diterima redaksi akan diteruskan kepada mitra bestari (external
reviewer) untuk dilakukan proses blind review tentang rekomendasi kelayakan
terbit.
4. Naskah yang sudah diperiksa (ditelaah oleh mitra bestari) dikembalikan ke
Editorial Board dengan empat kemungkinan (dapat diterima tanpa revisi, dapat
diterima dengan revisi kecil (minor revision), dapat diterima dengan revisi
mayor (perlu direview lagi setelah revisi).
5. Editorial Board membuat keputusan diterima atau tidak seandainya terjadi
ketidaksesuaian di antara reviewer.
6. Keputusan penolakan Editorial Board dikirimkan kepada penulis.
7. Naskah yang mengalami perbaikan dikirim kembali ke penulis untuk diperbaiki.
8. Naskah yang sudah diperbaiki oleh penulis diserahkan kepada Editorial Board.
9. Contoh cetak naskah sebelum terbit dikirimkan ke penulis untuk mendapatkan
persetujuan.
10. Naskah cetak dan cetak lepas (off print) dikirim ke penulis.
Download