Fungsi dan Manfaat Brand ( Merek )

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Marketing Public
Relations
Product Concept: Branding and
Packaging
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Public Relations
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
MK 42020
Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom
Abstract
Kompetensi
Pokok Bahasan dalam Modul Marketing
Public Relations ini antara lain: Product
Concept,
meliputi:
Branding
dan
Packaging
Mahasiswa dapat memahami konsep
Product Concept meliputi: Branding dan
Packaging
Introduction
Produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar tentu
harus memiliki daya tarik, akuisisi, kegunaan, dan dapat digunakan atau dikonsumsi
oleh konsumen secara memuaskan dan dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan.
Produk mencakup lebih dari sekedar barang-barang yang berwujud (tangible),
namun dapat diartikan secara luas meliputi objek-objek fisik, jasa, acara, orang,
tempat, organisasi, ide, atau bauran entitas-entitas.
Faktanya untuk memasarkan produk tidak semudah yang kita bayangkan.
Produk yang kita tawarkan akan berhadapan atau bersaing dengan produk-produk
serupa dari berbagai produsen di pasar. Oleh karena itu, MPR memiliki peranan
penting dalam meningkatkan ketertarikan, kepercayaan, dan daya beli konsumen
terhadap produk perusahaannya. Dari sekian banyak strategi dan aktivitas MPR,
pada pertemuan ini kita akan membahas tentang branding dan packaging.
Tak jarang ketika kita akan membeli atau menggunakan produk/jasa, kita
terkadang memilihnya karna faktor brand (merek) atau mungkin karena kita tertarik
pada packaging (kemasan) nya. Hal ini wajar, mengingat merek dan kemasan
memiliki daya tarik psikologis terhadap konsumennya. Merek dianggap mewakili dari
seluruh penilaian terhadap produk itu sendiri. Tidak jauh berbeda dengan merek,
kemasan pun memiliki daya magis dalam pemasaran. Tak jarang para konsumen
memilih produk karena mereka melihat kemasan yang menarik dan meyakinkan.
Kemasan memiliki banyak tugas pemasaran, misalnya kemasan harus menarik
perhatian,
menjelaskan
kemampuan
produk,
menciptakan
keyakinan
pada
konsumen, dan menimbulkan kesan menyeluruh.
Pada pembahasan kali ini kita akan membahas brand (merek) dan
pengemasan (packaging). Melakukan branding (pemerekan) dan packaging
(pengemasan) merupakan bagian dari aktivitas marketing dalam menciptakan ikatan
emosional dengan konsumen dalam kehidupan sehari-hari. Melalui materi ini,
diharapkan kita para praktisi public relations dapat memahami bahwa brand dan
packaging merupakan salah satu aktivitas dari MPR dan sudah seharusnya
diperhatikan secara serius, terlebih para MPR dapat memberikan masukan terkait
penguatan brand dan packaging terhadap produk perusahaan.
12
2
Marketing Public Relations
Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Product
Manusia memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk dan
jasa. Kotler mengartikan produk sebagai segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Produk juga memiliki arti sebagai
segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, dicari, diminta, dibeli
serta digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pasar yang bersangkutan.
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk
memenuhi keinginan atau kebutuhan. Contoh produk-produk yang dipasarkan
meliputi barang fisik (misalnya mobil, buku), jasa (misalnya cukur, konser), orang
(misalnya Michael Jordan), tempat (misalnya Hawaii, Venesia), organisasi (yayasan
jantung amerika), dan gagasan (misalnya keluarga berencana) (Kotler, 1998:52).
Konsep Tingkatan Produk
Kotler menyatakan bahwa dalam merencanakan penawaran suatu produk,
pemasar perlu memahami lima tingkatan produk:
1. Produk utama (Core Benefit). Tingkat yang paling dasar memiliki manfaat
inti yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh
pembeli dari setiap produknya. Seorang tamu hotel membeli “Istirahat dan
tidur”, Pembeli alat bor, membeli “Lubang”. Intinya seorang pemasar harus
memandang dirinya sendiri sebagai pemberi manfaat.
2. Produk generik (Generic Product) yaitu produk dasar yang memenuhi
fungsi produk paling dasar atau rancangan produk minimal dapat
berfungsi. Pada level kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti itu
menjadi produk dasar (Basic Product), jadi sebuah kamar hotel mencakup
tempat tidur, meja tulis, meja rias, dan lemari pakaian.
3. Produk harapan (expected product) yaitu produk formal yang ditawarkan
dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal diharapkan dan
disepakati untuk dibeli. Pada level ketiga, pemasar menyiapkan produk
yang diharapkan oleh para pembeli, yaitu serangkaian atribut dan kondisi
yang biasanya diharapkan oleh para pembeli ketika mereka membeli
produk itu, misalnya tamu hotel dapat mengharapkan tempat tidur yang
12
3
Marketing Public Relations
Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bersih, handuk bersih, lampu baca, dan ketenangan, karena sebagian
besar hotel dapat memenuhi harapan minuman.
4. Produk pelengkap (augmented product) yaitu berbagai atribut produk yang
dilengkapi dan ditambahi berbagai manfaat dan layanan sehingga dapat
menentukan tambahan kepuasan dan dapat dibedakan dengan produk
asing. Pemasar menyiapkan produk yang ditingkatkan dan melampaui
harapan pelanggan. Suatu hotel dapat meningkatkan produknya dengan
menyertakan pesawat televise dengan alat pengendali jarak jauh, bunga
segar, Chek-in yang cepat, Check-out segera, check-in yang cepat, checkout segera, makanan dan pelayanan kamar yang baik dan sebagainya.
5. Produk potensial (potential product) yaitu segala macam tambahan dan
perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa
datang. Jika produk yang ditingkatkan menggambarkan apa yang
termasuk dalam produk tersebut saat ini, maka produk potensial
menunjukan
evolusi
yang
mungkin
terjadi.
Disinilah
perusahaan-
perusahaan secara agresif mencari berbagai cara baru untuk memuaskan
pelanggan dan membedakan penawarannya (Kotler, 1998: 52-53)
Klasifikasi Produk
Secara umum produk dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Barang. Sebagai produk yang berwujud fisik sehingga dapat dilihat, disentuh,
dirasa, dipegang, disimpan, dan perlakuan fisik lainnya. Ditinjau dari daya
tahannya, barang dibagi menjadi dua kategori yaitu barang tahan lama
(durable goods) dan barang tidak tahan lama (non durable goods). Barang
tahan lama merupakan barang berwujud yang bisa tahan lama dengan
banyak pemakaian atau umur ekonomisnya untuk pemakaian normal satu
tahun atau lebih seperti lemari es dan televisi. Barang tidak tahan lama
merupakan barang berwujud yang habis dikonsumsi dalam satu kali
pemakaian misalnya saja makanan.
2. Jasa. Setiap tindakan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak
lain. Produk jasa merupakan produk yang tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun (Tjiptono, 1999:98)
12
4
Marketing Public Relations
Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kotler juga mengklasifikan produk berdasarkan konsumennya dan untuk apa
produk tersebut dikonsumsi. Berdasarkan kriteria ini, produk diklasifikasi menjadi
dua jenis yaitu:
1. Produk konsumen (consumer’s good). Produk konsumen adalah produkproduk yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumsi akhir baik individu
maupun rumah tangga dan bukan untuk kepentingan bisnis. Produk
konsumen dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
a. Convenience goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki
frekuensi pembelian yang tinggi, dibutuhkan dalam waktu segera serta
memerlukan
usaha
yang
minimum
dalam
perbandingan
dan
pembeliannya. Contohnya: rokok, sabun mandi, pasta gigi, dan permen.
b. Shooping Goods merupakan barang yang proses pemilihan dan
pembeliannya, dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif
yang tersedia. Kriteria pembanding meliputi harga, kualitas, dan model
masing-masing. Contohnya: alat rumah tangga, pakaian, dan kosmetik
c. Speciality goods merupakan barang yang memiliki karakteristik atau
identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia
melakukan usaha khusus untuk membelinya. Umumnya jenis barang ini
terdiri atas barang-barang mewah, dengan merek dan model yang spesifik
seperti mobil jaguar dan pakaian dari perancang terkenal.
d. Unsought goods merupakan barang yang tidak diketahui oleh konsumen
atau kalaupun sudah diketahui oleh konsumen, konsumen belum tentu
tertarik untuk membelinya seperti batu nisan, ensiklopedi, dan tanah
pekuburan.
2. Produk industrial (industrial’s goods). Produk industrial merupakan produkproduk yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara atau konsumen
bisnis). Produk industri digunakan untuk diolah menjadi barang lain atau untuk
dijual kembali. Produk industri dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
a. Material and part (bahan baku dan suku cadang) merupakan barang yang
seluruhnya atau sepenuhnya masuk ke dalam produk jadi. Kelompok ini
dibagi menjadi dua kelas yaitu bahan baku serta bahan jadi dan suku
cadang.
12
5
Marketing Public Relations
Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Capital Items (barang modal) merupakan barang tahan lama (long Lasting)
yang memberi kemudahan dalam mengembangkan atau mengelola
produk jadi. Capital items dibagi menjadi dua kelompok yaitu instalasi
meliputi bangunan dan peralatan kantor.
c. Supplies and service (Perlengkapan dan jasa bisnis) merupakan barang
yang tidak tahan lama serta jasa yang memberi kemudahan dalam
mengembangkan atau mengelola keseluruhan produk jadi (Kotler,
1998:54-55)
Branding
Gobe menyatakan bahwa branding (penciptaan merek) bukan hanya
mengenai ubikuitas (berada dimana-mana), visibilitas, dan fungsi, namun mengenai
penciptaan ikatan emosional dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Hanya jika produk atau jasa dapat memicu sebuah dialog emosional dengan para
konsumen, barulah produk atau jasa ini memenuhi kualifikasi sebagai merek (Kotler,
2003:xvi)
Scott Bedburry penulis buku A New Brand World merumuskan bahwa
“branding itu tentang membawa sesuatu yang biasa dan meningkatkannya dengan
cara-cara yang membuatnya menjadi lebih berharga dan bernilai” (Kotler, 2006:3)
Kotler mengartikan brand (merek) sebagai nama, istilah, simbol, atau
rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan
untuk membedakannya dengan pesaing-pesaing (Kotler, 1998:63).
Lebih lanjut Kotler menjelaskan bahwa brand lebih dari sekedar produk, nama
brand, logo, symbol, slogan, iklan, jingle, ini semua hanyalah komponen berwujud
dari suatu brand. Lebih dari itu, brand adalah 1) janji, 2) brand sepenuhnya adalah
persepsi yang anda lihat, dengar baca, ketahui, rasakan, pikirkan dan lain-lain
tentang suatu produk, jasa atau bisnis, 3) brand memiliki posisi istimewa di benak
customer berdasarkan pengalaman masa lalu, pergaulan dan ekspektasi masa
depan,
4)
brand
adalah
jalan
pintas
atribut,
manfaat,
keyakinan,
menyederhanakan proses pengambilan keputusan (Kotler, 2006:5-6)
12
6
Marketing Public Relations
Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan
Merek sangatlah berbeda dengan produk. Produk adalah sesuatu yang
diproduksi oleh pabrik, sedang merek adalah sesuatu yang dibeli oleh konsumen.
Produk dapat dengan mudah untuk ditiru oleh pesaing, merek memiliki keunikan
yang relatif sukar untuk ditiru (Tjiptono,1999:105)
Fungsi dan Manfaat Brand ( Merek )
Fungsi terpenting dari brand dalam B2B adalah: 1) Meningkatkan efisiensi
informasi, 2) Mengurangi risiko, 3) Menciptakan nilai tambah/manfaat citra (Kotler,
2006:14)
Berikut ini merupakan contoh perusahaan yang memiliki brand yang
terkemuka seperti Microsoft, IBM, Intel, SAP, Siemens, Boeing. Perusahanperusahaan tersebut memiliki brand yang kuat dan melekat di benak customer.
Secara garis besar, merek memiliki tiga manfaat yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat
ekonomis
 Merek merupakan sarana bagi perusahaan untuk saling bersaing
memperebutkan pasar
 Konsumen memilih merek berdasarkan value for money yang
ditawarkan berbagai macam merek
 Relasi antara merek dan konsumen dimulai dengan penjualan.
Premium harga bisa menjadi asuransi risiko bagi perusahaan.
Sebagian besar konsumen lebih memilih penyedia jasa yang lebih
mahal, namun diyakininya akan memuaskannya ketimbang
memilih penyedia jasa lebih murah yang tidak jelas kinerjanya
2. Manfaat
fungsional
 Merek memberikan peluang bagi diferensiasi. Selain memperbaiki
kualitas
(diferensiasi
vertikal),
perusahaan-perusahaan
juga
memperluas mereknya dengan tipe-tipe produk baru (diferensiasi
horizontal)
 Merek memberikan jaminan kualitas. Apabila konsumen memberi
merek yang sama lagi, maka ada jaminan bahwa kinerja merek
tersebut akan konsisten dengan sebelumnya
12
7
Marketing Public Relations
Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Merek memfasilitasi ketersediaan produk secara luas
 Merek memudahkan iklan dan sponsorship
3. Manfaat
psikologis
 Merek merupakan penyederhanaan atau simplifikasi dari semua
informasi produk yang diketahui konsumen
 Pilihan merek tidak selalu didasarkan pada pertimbangan rasional.
Dan banyak kasus, faktor emosional (seperti gengsi dan citra
sosial) memainan peran dominan dalam keputusan pembelian
 Merek bisa memperkuat citra diri dan persepsi orang lain terhadap
pemakai/pemiliknya
 Brand symbolism tidak hanya berpengaruh pada persepsi orang
lain, namun juga pada identifikasi diri sendiri dengan objek tertentu
Sedangkan Kotler memberi penjelasan terkait mengapa para penjual memberi
merek pada produk mereka walaupun hal itu jelas membutuhkan biaya
pengemasan, pelabelan, pengiklanan, perlindungan hukum, dan risiko jika
produknya tidak memuaskan pemakai. Ternyata merek memberikan beberapa
manfaat bagi penjual:
1. Merek memudahkan penjual, memproses pesanan dan menelusuri
masasalah. Misalnya jika terjadi salah kirim, maka lebih mudah
menelusurinya, serta menentukan mengapa misalnya barang rusak jika
pelanggan mengeluh
2. Merek memberikan penjual kesempatan untuk menarik pelanggan yang
setia
dan
menguntungkan.
Kesetiaan
merek
memberi
penjual
perlindungan dari persaingan serta pengendalian yang lebih besar daam
perencanaan program pemasaran
3. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar. Misalnya,
daripada hanya menjual satu deterjen saja, P&G dapat menawarkan
12
8
Marketing Public Relations
Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
delapan merek deterjen, masing-masing memiliki formulan yang berbeda
dan ditujukan pada segmen pasar yang berbeda
4. Merek yang kuat membantu membangun citra perusahaan, memudahkan
perusahaan meluncurkan merek-merek baru yang mudah diterima para
distributor dan pelanggan (Kotler, 1998:67-67)
Konsep dan Pengukuran Ekuitas Brand ( Merek )
Merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya di pasar.
Sedikit pelanggan yang begitu setia pada merek. Aaker membedakan lima tingkat
sikap pelanggan terhadap merek mereka, dari terendah hingga tertinggi:
1. Pelanggan akan mengganti merek, terutama untuk alasan harga. Tidak ada
kesetiaan merek
2. Pelanggan puas. Tidak ada alasan untuk berganti merek
3. Pelanggan puas dan merasa rugi bila berganti merek
4. Pelanggan menghargai merek itu dan menganggapnya sebagai teman
5. Pelanggan terikat kepada merek (Kotler, 1998:64).
Lebih jauh Aaker menjelaskan bahwa ekuitas merek (brand equity) sangat
berkaitan dengan seberapa banyak pelanggan suatu merek berada dalam kelas
3,4,5. Ekuitas merek juga berkaitan dengan tingkat pengakuan merek, kualitas
merek yang diyakini, asosiasi mental dan emosional yang kuat, serta aktiva lain
seperti paten, merek dagang, dan hubungan saluran distribusi (Kotler, 1998:64)
Ekuitas merek yang tinggi memberikan sejumlah keuntungan kompetitif yaitu
sebagai berikut:
1. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena
tingkat kesadaran dan kesetiaan merek konsumen yang tinggi
2. Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi
dengan distributor dan pengecer karena palanggan mengharapkan
mereka mempunyai merek tersebut
3. Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi dari pesaingnya
karena merek tersebut memiliki kualitas yang diyakini lebih tinggi
12
9
Marketing Public Relations
Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Perusahaan dapat lebih mudah meluncurkan perluasan merek karena
merek tersebut memiliki kredibilitas tinggi
5. Merek itu memberikan pertahanan terhadap pesaing harga yang ganas
(Kotler, 1998:65)
Suatu merek perlu dikelola dengan cermat agar ekuitas merek tidak
mengalami
penyusutan.
Ini
membutuhkan
pemeliharaan
atau
peningkatan
kesadaran merek, kualitas dan fungsi yang diyakini dari merek itu. Asosiasi merek
yang positif harus tetap dijaga dan bahkan ditingkatkan. Tugas ini memerlukan
investasi terus-menerus dalam litbang, periklanan yang cerdik, pelayanan konsumen
dan perdagangan yang memuaskan (Kotler, 1998: 65)
Syarat dan Tujuan Branding ( Merek )
Syarat dari brand yaitu: 1) Merek harus khas atau antic, 2) Merek harus
menggambarkan sesuatu mengenai manfaat produk dan pemakaiannya, 3) Merek
harus menggambarkan kualitas produk, 4) Merek harus mudah untuk diucapkan,
dikenali dan diingat, 5) Merek harus dapat menyesuaikan diri (adaptable) dengan
produk-produk baru yang mungkin ditambahkan ke dalam lini produk.
Tujuan dari membentuk brand sendiri yaitu 1) Identitas. Brand bermanfaat
untuk membedakan produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya serta
memudahkan konsumen mengenali produk saat belanja ataupun saat melakukan
pembelian ulang, 2) Alat promosi. Brand bermanfaat sebagai alat daya tarik produk,
3) Membina citra. Yaitu dengan memberikan keyakinan jaminan kualitas serta
prestise tertentu kepada konsumen, 4). Mengendalikan pasar
Pemilihan Nama Brand
Ciri-ciri yang diinginkan atas suatu nama merek adalah sebagai berikut:
-
Nama merek harus mencerminkan tentang manfaat dan kualitas produk yang
ditawarkan
-
Nama merek harus mudah dieja, dikenali, dan diingat, mana singkatan akan
membantu
12
Nama merek harus khas. Misalnya Kodak, Taurus, dll
10
Marketing Public Relations
Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
-
Nama merek harus mudah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa asing.
-
Nama merek harus bida didaftarkan dan mempunyai kekuatan hukum.
Sebuah nama merek tidak dapat didaftarkan jika nama tersebut sudah
menjadi hak milik merek lain (Kotler, 2003: 351)
Packaging
Pengemasan merupakan kegiatan mendesain dan memproduksi wadah
atau pembungkus produk. Kemasan dapat berupa wadah utama produk (tube
yang digunakan pada pasta gigi Colgate), kemasan sekunder yang dibuang pada
saat produk digunakan (pembungkus karton yang menjadi tempat tube Colgate),
kemasan yang dikhususkan untuk menyimpan, mengidentifikasi, dan mengirim
produknya (kardus yang memuat enam lusin tube pasta gigi Colgate). Pelabelan,
informasi yang dicetak pada atau di dalam kemasan juga termasuk bagian dari
pengemasan (Kotler, 2003:359)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengemasan adalah proses yang
berkaitan dengan perencanaan dan pembuatan wadah, pembungkus maupun
pengangkut. Pengemasan yang baik akan memberikan dampak persuasive yang
tinggi terhadap konsumen, sehingga ini akan berdampak terhadap peluang
pembelian terhadap produk.
Kemasan sebagai alat Marketing
Belakangan ini pengemasan telah menjadi alat pemasaran yang potensial,
oleh karena itu kemasan harus menarik perhatian, menjelaskan kemampuan produk,
menciptakan keyakinan pada konsumen, dan menimbulkan kesan menyeluruh yang
menyenangkan. Berbagai faktor berperan dalam meningkatkan penggunaan
kemasan sebagai alat pemasaran diantaranya:
1. Swalayan: semakin banyak produk yang dijual di swalayan dan took-toko.
Artinya kemasan dapat dijadikan alat pembeda, sekaligus dapat berperan
efektif sebagai “iklan lima detik”. Kemasan harus melakukan banyak tugas
penjualan. Maka kemasan harus menarik perhatian, menjelaskan
kemampuan produk, menciptakan keyakinan pada konsumen, dan
menimbulkan kesan menyeluruh
12
11
Marketing Public Relations
Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Kemakmuran konsumen: konsumen bersedia membayar lebih mahal
untuk kenyamanan, penampilan, keandalan, dan gengsi dari kemasan
yang lebih baik
3. Citra perusahaan dan merek: perusahaan mengakui kekuatan kemasan
yang terancang baik dalam menghasilkan pengakuan merek atau
perusahaan secara seketika
4. Peluang inovasi: pengemasan yang inovatif dapat memberikan manfaat
besar bagi konsumen dan laba bagi produsen. Misalnya banyak kemasan
yang dibuat lebih praktis dan mudah digunakan oleh konsumen (Kotler,
1998:77)
12
12
Marketing Public Relations
Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bibliography
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Kontrol. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi. 1998
__________ . Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks. 2003
__________ . B2B Brand Management: Dengan Branding Membangun Keunggulan
dan Memenangi kompetisi. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer. 2006
Tjiptono, Fandi. Strategi Pemasaran Edisi 1. Yogyakarta : Andy Offset. 1998
12
13
Marketing Public Relations
Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download