MODUL PERKULIAHAN Marketing Public Relations Product Concept: Branding and Packaging Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Tatap Muka 12 Kode MK Disusun Oleh MK 42020 Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom Abstract Kompetensi Pokok Bahasan dalam Modul Marketing Public Relations ini antara lain: Product Concept, meliputi: Branding dan Packaging Mahasiswa dapat memahami konsep Product Concept meliputi: Branding dan Packaging Introduction Produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar tentu harus memiliki daya tarik, akuisisi, kegunaan, dan dapat digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen secara memuaskan dan dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup lebih dari sekedar barang-barang yang berwujud (tangible), namun dapat diartikan secara luas meliputi objek-objek fisik, jasa, acara, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran entitas-entitas. Faktanya untuk memasarkan produk tidak semudah yang kita bayangkan. Produk yang kita tawarkan akan berhadapan atau bersaing dengan produk-produk serupa dari berbagai produsen di pasar. Oleh karena itu, MPR memiliki peranan penting dalam meningkatkan ketertarikan, kepercayaan, dan daya beli konsumen terhadap produk perusahaannya. Dari sekian banyak strategi dan aktivitas MPR, pada pertemuan ini kita akan membahas tentang branding dan packaging. Tak jarang ketika kita akan membeli atau menggunakan produk/jasa, kita terkadang memilihnya karna faktor brand (merek) atau mungkin karena kita tertarik pada packaging (kemasan) nya. Hal ini wajar, mengingat merek dan kemasan memiliki daya tarik psikologis terhadap konsumennya. Merek dianggap mewakili dari seluruh penilaian terhadap produk itu sendiri. Tidak jauh berbeda dengan merek, kemasan pun memiliki daya magis dalam pemasaran. Tak jarang para konsumen memilih produk karena mereka melihat kemasan yang menarik dan meyakinkan. Kemasan memiliki banyak tugas pemasaran, misalnya kemasan harus menarik perhatian, menjelaskan kemampuan produk, menciptakan keyakinan pada konsumen, dan menimbulkan kesan menyeluruh. Pada pembahasan kali ini kita akan membahas brand (merek) dan pengemasan (packaging). Melakukan branding (pemerekan) dan packaging (pengemasan) merupakan bagian dari aktivitas marketing dalam menciptakan ikatan emosional dengan konsumen dalam kehidupan sehari-hari. Melalui materi ini, diharapkan kita para praktisi public relations dapat memahami bahwa brand dan packaging merupakan salah satu aktivitas dari MPR dan sudah seharusnya diperhatikan secara serius, terlebih para MPR dapat memberikan masukan terkait penguatan brand dan packaging terhadap produk perusahaan. 12 2 Marketing Public Relations Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Product Manusia memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk dan jasa. Kotler mengartikan produk sebagai segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Produk juga memiliki arti sebagai segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, dicari, diminta, dibeli serta digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan dan keinginan pasar yang bersangkutan. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Contoh produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik (misalnya mobil, buku), jasa (misalnya cukur, konser), orang (misalnya Michael Jordan), tempat (misalnya Hawaii, Venesia), organisasi (yayasan jantung amerika), dan gagasan (misalnya keluarga berencana) (Kotler, 1998:52). Konsep Tingkatan Produk Kotler menyatakan bahwa dalam merencanakan penawaran suatu produk, pemasar perlu memahami lima tingkatan produk: 1. Produk utama (Core Benefit). Tingkat yang paling dasar memiliki manfaat inti yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pembeli dari setiap produknya. Seorang tamu hotel membeli “Istirahat dan tidur”, Pembeli alat bor, membeli “Lubang”. Intinya seorang pemasar harus memandang dirinya sendiri sebagai pemberi manfaat. 2. Produk generik (Generic Product) yaitu produk dasar yang memenuhi fungsi produk paling dasar atau rancangan produk minimal dapat berfungsi. Pada level kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti itu menjadi produk dasar (Basic Product), jadi sebuah kamar hotel mencakup tempat tidur, meja tulis, meja rias, dan lemari pakaian. 3. Produk harapan (expected product) yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal diharapkan dan disepakati untuk dibeli. Pada level ketiga, pemasar menyiapkan produk yang diharapkan oleh para pembeli, yaitu serangkaian atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan oleh para pembeli ketika mereka membeli produk itu, misalnya tamu hotel dapat mengharapkan tempat tidur yang 12 3 Marketing Public Relations Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bersih, handuk bersih, lampu baca, dan ketenangan, karena sebagian besar hotel dapat memenuhi harapan minuman. 4. Produk pelengkap (augmented product) yaitu berbagai atribut produk yang dilengkapi dan ditambahi berbagai manfaat dan layanan sehingga dapat menentukan tambahan kepuasan dan dapat dibedakan dengan produk asing. Pemasar menyiapkan produk yang ditingkatkan dan melampaui harapan pelanggan. Suatu hotel dapat meningkatkan produknya dengan menyertakan pesawat televise dengan alat pengendali jarak jauh, bunga segar, Chek-in yang cepat, Check-out segera, check-in yang cepat, checkout segera, makanan dan pelayanan kamar yang baik dan sebagainya. 5. Produk potensial (potential product) yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa datang. Jika produk yang ditingkatkan menggambarkan apa yang termasuk dalam produk tersebut saat ini, maka produk potensial menunjukan evolusi yang mungkin terjadi. Disinilah perusahaan- perusahaan secara agresif mencari berbagai cara baru untuk memuaskan pelanggan dan membedakan penawarannya (Kotler, 1998: 52-53) Klasifikasi Produk Secara umum produk dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Barang. Sebagai produk yang berwujud fisik sehingga dapat dilihat, disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dan perlakuan fisik lainnya. Ditinjau dari daya tahannya, barang dibagi menjadi dua kategori yaitu barang tahan lama (durable goods) dan barang tidak tahan lama (non durable goods). Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang bisa tahan lama dengan banyak pemakaian atau umur ekonomisnya untuk pemakaian normal satu tahun atau lebih seperti lemari es dan televisi. Barang tidak tahan lama merupakan barang berwujud yang habis dikonsumsi dalam satu kali pemakaian misalnya saja makanan. 2. Jasa. Setiap tindakan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain. Produk jasa merupakan produk yang tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun (Tjiptono, 1999:98) 12 4 Marketing Public Relations Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kotler juga mengklasifikan produk berdasarkan konsumennya dan untuk apa produk tersebut dikonsumsi. Berdasarkan kriteria ini, produk diklasifikasi menjadi dua jenis yaitu: 1. Produk konsumen (consumer’s good). Produk konsumen adalah produkproduk yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumsi akhir baik individu maupun rumah tangga dan bukan untuk kepentingan bisnis. Produk konsumen dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : a. Convenience goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian yang tinggi, dibutuhkan dalam waktu segera serta memerlukan usaha yang minimum dalam perbandingan dan pembeliannya. Contohnya: rokok, sabun mandi, pasta gigi, dan permen. b. Shooping Goods merupakan barang yang proses pemilihan dan pembeliannya, dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. Kriteria pembanding meliputi harga, kualitas, dan model masing-masing. Contohnya: alat rumah tangga, pakaian, dan kosmetik c. Speciality goods merupakan barang yang memiliki karakteristik atau identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Umumnya jenis barang ini terdiri atas barang-barang mewah, dengan merek dan model yang spesifik seperti mobil jaguar dan pakaian dari perancang terkenal. d. Unsought goods merupakan barang yang tidak diketahui oleh konsumen atau kalaupun sudah diketahui oleh konsumen, konsumen belum tentu tertarik untuk membelinya seperti batu nisan, ensiklopedi, dan tanah pekuburan. 2. Produk industrial (industrial’s goods). Produk industrial merupakan produkproduk yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara atau konsumen bisnis). Produk industri digunakan untuk diolah menjadi barang lain atau untuk dijual kembali. Produk industri dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : a. Material and part (bahan baku dan suku cadang) merupakan barang yang seluruhnya atau sepenuhnya masuk ke dalam produk jadi. Kelompok ini dibagi menjadi dua kelas yaitu bahan baku serta bahan jadi dan suku cadang. 12 5 Marketing Public Relations Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id b. Capital Items (barang modal) merupakan barang tahan lama (long Lasting) yang memberi kemudahan dalam mengembangkan atau mengelola produk jadi. Capital items dibagi menjadi dua kelompok yaitu instalasi meliputi bangunan dan peralatan kantor. c. Supplies and service (Perlengkapan dan jasa bisnis) merupakan barang yang tidak tahan lama serta jasa yang memberi kemudahan dalam mengembangkan atau mengelola keseluruhan produk jadi (Kotler, 1998:54-55) Branding Gobe menyatakan bahwa branding (penciptaan merek) bukan hanya mengenai ubikuitas (berada dimana-mana), visibilitas, dan fungsi, namun mengenai penciptaan ikatan emosional dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Hanya jika produk atau jasa dapat memicu sebuah dialog emosional dengan para konsumen, barulah produk atau jasa ini memenuhi kualifikasi sebagai merek (Kotler, 2003:xvi) Scott Bedburry penulis buku A New Brand World merumuskan bahwa “branding itu tentang membawa sesuatu yang biasa dan meningkatkannya dengan cara-cara yang membuatnya menjadi lebih berharga dan bernilai” (Kotler, 2006:3) Kotler mengartikan brand (merek) sebagai nama, istilah, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dengan pesaing-pesaing (Kotler, 1998:63). Lebih lanjut Kotler menjelaskan bahwa brand lebih dari sekedar produk, nama brand, logo, symbol, slogan, iklan, jingle, ini semua hanyalah komponen berwujud dari suatu brand. Lebih dari itu, brand adalah 1) janji, 2) brand sepenuhnya adalah persepsi yang anda lihat, dengar baca, ketahui, rasakan, pikirkan dan lain-lain tentang suatu produk, jasa atau bisnis, 3) brand memiliki posisi istimewa di benak customer berdasarkan pengalaman masa lalu, pergaulan dan ekspektasi masa depan, 4) brand adalah jalan pintas atribut, manfaat, keyakinan, menyederhanakan proses pengambilan keputusan (Kotler, 2006:5-6) 12 6 Marketing Public Relations Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan Merek sangatlah berbeda dengan produk. Produk adalah sesuatu yang diproduksi oleh pabrik, sedang merek adalah sesuatu yang dibeli oleh konsumen. Produk dapat dengan mudah untuk ditiru oleh pesaing, merek memiliki keunikan yang relatif sukar untuk ditiru (Tjiptono,1999:105) Fungsi dan Manfaat Brand ( Merek ) Fungsi terpenting dari brand dalam B2B adalah: 1) Meningkatkan efisiensi informasi, 2) Mengurangi risiko, 3) Menciptakan nilai tambah/manfaat citra (Kotler, 2006:14) Berikut ini merupakan contoh perusahaan yang memiliki brand yang terkemuka seperti Microsoft, IBM, Intel, SAP, Siemens, Boeing. Perusahanperusahaan tersebut memiliki brand yang kuat dan melekat di benak customer. Secara garis besar, merek memiliki tiga manfaat yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat ekonomis Merek merupakan sarana bagi perusahaan untuk saling bersaing memperebutkan pasar Konsumen memilih merek berdasarkan value for money yang ditawarkan berbagai macam merek Relasi antara merek dan konsumen dimulai dengan penjualan. Premium harga bisa menjadi asuransi risiko bagi perusahaan. Sebagian besar konsumen lebih memilih penyedia jasa yang lebih mahal, namun diyakininya akan memuaskannya ketimbang memilih penyedia jasa lebih murah yang tidak jelas kinerjanya 2. Manfaat fungsional Merek memberikan peluang bagi diferensiasi. Selain memperbaiki kualitas (diferensiasi vertikal), perusahaan-perusahaan juga memperluas mereknya dengan tipe-tipe produk baru (diferensiasi horizontal) Merek memberikan jaminan kualitas. Apabila konsumen memberi merek yang sama lagi, maka ada jaminan bahwa kinerja merek tersebut akan konsisten dengan sebelumnya 12 7 Marketing Public Relations Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Merek memfasilitasi ketersediaan produk secara luas Merek memudahkan iklan dan sponsorship 3. Manfaat psikologis Merek merupakan penyederhanaan atau simplifikasi dari semua informasi produk yang diketahui konsumen Pilihan merek tidak selalu didasarkan pada pertimbangan rasional. Dan banyak kasus, faktor emosional (seperti gengsi dan citra sosial) memainan peran dominan dalam keputusan pembelian Merek bisa memperkuat citra diri dan persepsi orang lain terhadap pemakai/pemiliknya Brand symbolism tidak hanya berpengaruh pada persepsi orang lain, namun juga pada identifikasi diri sendiri dengan objek tertentu Sedangkan Kotler memberi penjelasan terkait mengapa para penjual memberi merek pada produk mereka walaupun hal itu jelas membutuhkan biaya pengemasan, pelabelan, pengiklanan, perlindungan hukum, dan risiko jika produknya tidak memuaskan pemakai. Ternyata merek memberikan beberapa manfaat bagi penjual: 1. Merek memudahkan penjual, memproses pesanan dan menelusuri masasalah. Misalnya jika terjadi salah kirim, maka lebih mudah menelusurinya, serta menentukan mengapa misalnya barang rusak jika pelanggan mengeluh 2. Merek memberikan penjual kesempatan untuk menarik pelanggan yang setia dan menguntungkan. Kesetiaan merek memberi penjual perlindungan dari persaingan serta pengendalian yang lebih besar daam perencanaan program pemasaran 3. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar. Misalnya, daripada hanya menjual satu deterjen saja, P&G dapat menawarkan 12 8 Marketing Public Relations Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id delapan merek deterjen, masing-masing memiliki formulan yang berbeda dan ditujukan pada segmen pasar yang berbeda 4. Merek yang kuat membantu membangun citra perusahaan, memudahkan perusahaan meluncurkan merek-merek baru yang mudah diterima para distributor dan pelanggan (Kotler, 1998:67-67) Konsep dan Pengukuran Ekuitas Brand ( Merek ) Merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya di pasar. Sedikit pelanggan yang begitu setia pada merek. Aaker membedakan lima tingkat sikap pelanggan terhadap merek mereka, dari terendah hingga tertinggi: 1. Pelanggan akan mengganti merek, terutama untuk alasan harga. Tidak ada kesetiaan merek 2. Pelanggan puas. Tidak ada alasan untuk berganti merek 3. Pelanggan puas dan merasa rugi bila berganti merek 4. Pelanggan menghargai merek itu dan menganggapnya sebagai teman 5. Pelanggan terikat kepada merek (Kotler, 1998:64). Lebih jauh Aaker menjelaskan bahwa ekuitas merek (brand equity) sangat berkaitan dengan seberapa banyak pelanggan suatu merek berada dalam kelas 3,4,5. Ekuitas merek juga berkaitan dengan tingkat pengakuan merek, kualitas merek yang diyakini, asosiasi mental dan emosional yang kuat, serta aktiva lain seperti paten, merek dagang, dan hubungan saluran distribusi (Kotler, 1998:64) Ekuitas merek yang tinggi memberikan sejumlah keuntungan kompetitif yaitu sebagai berikut: 1. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena tingkat kesadaran dan kesetiaan merek konsumen yang tinggi 2. Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer karena palanggan mengharapkan mereka mempunyai merek tersebut 3. Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi dari pesaingnya karena merek tersebut memiliki kualitas yang diyakini lebih tinggi 12 9 Marketing Public Relations Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Perusahaan dapat lebih mudah meluncurkan perluasan merek karena merek tersebut memiliki kredibilitas tinggi 5. Merek itu memberikan pertahanan terhadap pesaing harga yang ganas (Kotler, 1998:65) Suatu merek perlu dikelola dengan cermat agar ekuitas merek tidak mengalami penyusutan. Ini membutuhkan pemeliharaan atau peningkatan kesadaran merek, kualitas dan fungsi yang diyakini dari merek itu. Asosiasi merek yang positif harus tetap dijaga dan bahkan ditingkatkan. Tugas ini memerlukan investasi terus-menerus dalam litbang, periklanan yang cerdik, pelayanan konsumen dan perdagangan yang memuaskan (Kotler, 1998: 65) Syarat dan Tujuan Branding ( Merek ) Syarat dari brand yaitu: 1) Merek harus khas atau antic, 2) Merek harus menggambarkan sesuatu mengenai manfaat produk dan pemakaiannya, 3) Merek harus menggambarkan kualitas produk, 4) Merek harus mudah untuk diucapkan, dikenali dan diingat, 5) Merek harus dapat menyesuaikan diri (adaptable) dengan produk-produk baru yang mungkin ditambahkan ke dalam lini produk. Tujuan dari membentuk brand sendiri yaitu 1) Identitas. Brand bermanfaat untuk membedakan produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya serta memudahkan konsumen mengenali produk saat belanja ataupun saat melakukan pembelian ulang, 2) Alat promosi. Brand bermanfaat sebagai alat daya tarik produk, 3) Membina citra. Yaitu dengan memberikan keyakinan jaminan kualitas serta prestise tertentu kepada konsumen, 4). Mengendalikan pasar Pemilihan Nama Brand Ciri-ciri yang diinginkan atas suatu nama merek adalah sebagai berikut: - Nama merek harus mencerminkan tentang manfaat dan kualitas produk yang ditawarkan - Nama merek harus mudah dieja, dikenali, dan diingat, mana singkatan akan membantu 12 Nama merek harus khas. Misalnya Kodak, Taurus, dll 10 Marketing Public Relations Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id - Nama merek harus mudah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa asing. - Nama merek harus bida didaftarkan dan mempunyai kekuatan hukum. Sebuah nama merek tidak dapat didaftarkan jika nama tersebut sudah menjadi hak milik merek lain (Kotler, 2003: 351) Packaging Pengemasan merupakan kegiatan mendesain dan memproduksi wadah atau pembungkus produk. Kemasan dapat berupa wadah utama produk (tube yang digunakan pada pasta gigi Colgate), kemasan sekunder yang dibuang pada saat produk digunakan (pembungkus karton yang menjadi tempat tube Colgate), kemasan yang dikhususkan untuk menyimpan, mengidentifikasi, dan mengirim produknya (kardus yang memuat enam lusin tube pasta gigi Colgate). Pelabelan, informasi yang dicetak pada atau di dalam kemasan juga termasuk bagian dari pengemasan (Kotler, 2003:359) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengemasan adalah proses yang berkaitan dengan perencanaan dan pembuatan wadah, pembungkus maupun pengangkut. Pengemasan yang baik akan memberikan dampak persuasive yang tinggi terhadap konsumen, sehingga ini akan berdampak terhadap peluang pembelian terhadap produk. Kemasan sebagai alat Marketing Belakangan ini pengemasan telah menjadi alat pemasaran yang potensial, oleh karena itu kemasan harus menarik perhatian, menjelaskan kemampuan produk, menciptakan keyakinan pada konsumen, dan menimbulkan kesan menyeluruh yang menyenangkan. Berbagai faktor berperan dalam meningkatkan penggunaan kemasan sebagai alat pemasaran diantaranya: 1. Swalayan: semakin banyak produk yang dijual di swalayan dan took-toko. Artinya kemasan dapat dijadikan alat pembeda, sekaligus dapat berperan efektif sebagai “iklan lima detik”. Kemasan harus melakukan banyak tugas penjualan. Maka kemasan harus menarik perhatian, menjelaskan kemampuan produk, menciptakan keyakinan pada konsumen, dan menimbulkan kesan menyeluruh 12 11 Marketing Public Relations Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Kemakmuran konsumen: konsumen bersedia membayar lebih mahal untuk kenyamanan, penampilan, keandalan, dan gengsi dari kemasan yang lebih baik 3. Citra perusahaan dan merek: perusahaan mengakui kekuatan kemasan yang terancang baik dalam menghasilkan pengakuan merek atau perusahaan secara seketika 4. Peluang inovasi: pengemasan yang inovatif dapat memberikan manfaat besar bagi konsumen dan laba bagi produsen. Misalnya banyak kemasan yang dibuat lebih praktis dan mudah digunakan oleh konsumen (Kotler, 1998:77) 12 12 Marketing Public Relations Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bibliography Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi. 1998 __________ . Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks. 2003 __________ . B2B Brand Management: Dengan Branding Membangun Keunggulan dan Memenangi kompetisi. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer. 2006 Tjiptono, Fandi. Strategi Pemasaran Edisi 1. Yogyakarta : Andy Offset. 1998 12 13 Marketing Public Relations Enjang Pera Irawan, S.Sos., M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id