KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL Pusat Dokumentasi dan Jaringan Informasi Hukum Nasional Jl.May.Jen. Sutoyo -Cililitan- Jakarta Tjmur Sumber: Subjek : -···---.. ~-----.~---;·-"' • .·t" {)1"1;<1-4 ..f TeN IJ 6 ifj -- ------.-"~'···· ·-·~· VI/ je~C.-1S'A I - j'- ~0 - tfi-74JN~;fl0 .. -,._. .. .... ~---·...-.--_ -~--- _.,.,~~-~---· . Hlm/Kol :-72-r~ I Bidang: .. . .. II --.-..~---~·-···------··· "'' -·- -- -~ .... Orientasi Gerakan Buruh - Oleh SURYA TJANDRA rH· , - -·:ad Buruh Sedunia, i'M'~:-kernbali dirayakan di Indonesia. Daripada menerima undangan presiden, para ' pemimpin organisasi buruh memilih mengerahkan 100.000 anggotanya ke jalanan. Kalau ini terwujud, jadilah peringatan Hari Buruh Sedunia terbesar di negeri ini pascareformasi. 1 '1 Kondisi Indonesia Indonesia pernah memiliki serikat bu- ~ ruh yang berorientasi kelas, khususnya ; pada era Demokrasi Terpimpin melalui Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Ketika Orde Baru berkuasa, , serikat buruh berorientasi kelas ini dibasmi secara brutal, yang melahirkan trau- · rna sejarah panjang hingga sekarang. . Serikat buruh lalu digiring untuk me- · lulu berorientasi ekonomis, mulai dengan · penyatuan serikat buruh yang tersisa dari : ----· ·-- ...~-~--·------.---- .. ....-----~ Richard.Hyman (2001), yang menganahuru-hara 1965 ke dalam Federasi Buruh ' lisis perkembangan serikat buruh di EroSeluruh Indonesia (FBSI) dan kemudian pa, menyebutkan ada tiga tipe gerakan menjadi Serikat Peke~ja Seluruh Indoserikat buruh berdasarkan orientasinya: nesia (SPSI). pasar, kelas, dan sosial. Sepanjang Orde Baru, serikat buruh Serikat buruh yang berorientasi pasar . juga dilemahkan secara sosial maupun memosisikan buruh sebagai aktor ekono- ; politik, tetapi ada kompensasi berupa permi yang memperjuangkan capaian-capai- ~ lindungan hukum dan fasilitas yang luan ekonomis, seperti kesejahteraan ang- · mayan dari negara. Sistem perizinan untuk pemutusan hubungan kerja (PHK) dan gota. Ini yang umumnya dicapai, khususketentuan upah minimum regional yang nya melalui perundingan kolektif. Serikat buruh yang berorientasi kelas , efektif awal 1980-an adalah contohnya. Untuk operasional serikat, pemerintah melihat serikat buruh sebagai kendaraan · mengeluarkan ketentuan check ojJ system untuk memperjuangkan kelas dan peran dalam bentuk Keputusan Menteri Tenaga mereka. Mereka mempromosikan kepentingan-kepentingan terkait kedudukan Kerja, di mana iuran serikat bisa langsung buruh dan menginginkan suatu transfordipotong dari gaji oleh perusahaan ke rekening kantor dinas tenaga kerja, untuk masi dalam masyarakat secara cepat. Serikat buruh berorientasi sosial atau kemudian didistribusikan kepada serikat masyarakat melihat serikat buruh sebagai eli tingkat perusahaan. aktor sosial dan memperjuangkan peran Fasilitas kantor pun diberikan. Pada konstruktif buruh dalam masyarakat. Cabeberapa tempat, kantor SPSI adalah ranya adalah dengan menguatkan suara bangunan milik pemerintah yang dikaum buruh dalam masyarakat yang lebih pinjamkan tanpa batas waktu. Belaluas dan bertindak sebagai kekuatan inkangan d<ma buruh yang terkumpul di tegrasi sosial, moral, dan politik. PT Jamsostekjuga dimanfaatkan unSeperti dijelaskan Hyman, pada praktuk memberikan fasilitas kepada tiknya tiga tipe ideal ini sering tumpang pimpinan buruh maupun bantuan tindih dan tercampur meski menggabung~ operasionallainnya. kan ketiganya hampir tidak mungkin da-. Namun, fasilitas ini harus dilam satu serikat. Seperti dicatat Howard bayar dengan posisi SPSI yang Gospel (2008), tipologi Hyman ini lebih menjadi sekadar stempel kebijak[§ ditujukan unhtk memetakan arah gerakan an pemerintah Orde Baru. lnilah serikat buruh. yang menghasilkan deorganisasi -· ~ -- Sambungan Somber: Hariffgl: dan depolitisasi besar-besaran terhadap gerakan serikat buruh di Indonesia. Reformasi Reformasi menghasilkan peluang baru bagi berkembangnya gerakan serikat buruh di negeri inL UU Serikat Pekerja/Serikat Buruh memberi dasar hukum pembentukan serikat buruh yang relatif mudah, mendorong menjamurnya berbagai serikat buruh, baik di tingkat nasional maupun lokal. Masalahnya, pengakuan pemerintah ini tidak lantas membuat pengusahajuga mau mengakui keberadaan serikat buruh. Pengawasan yang lemah mendorong pe- langgaran hak berserikat terjadi tanpa hukuman. Serikat buruh praktis sulit melaksanakan perundingan kolektif ketika pengusahanya menolak. Mencermati itu, gerakan serikat buruh yang berkembang pascareformasi mulai bersiasat. Mereka makin sadar perjuangan untuk kesejahteraan anggotanya tidak bisa dilakukan hanya di tingkat pabrik, tetapi __ juga harus diperjuangkan dalam ranah publik. Maka, turun ke jalan menjadi salah satu pilihan. Penetapan upal1 mmmmm, misalnya, yang adalah mekanisme publik, bagi buruh merupakan pintu masuk perjuangan sesungguhnya untuk perundingan upah di perusahaan. Banyak pemsahaan multinasiona] yang, meski telah memiliki sistem remunerasi yang baik, tetap S<\ia mengacu pada upah minimum untuk menghttung kenaikan upah buruhnya. . Ini sebetulnya yang melatarbe!akang~ demonstrasi besar-besaran buruh BekasJ beberapa waktu lalu. Unjuk rasa itu telah memaksa Menko Perekonomian turu~ tangan untuk sebuah penetapan upah mJnimum tingkat kabupaten. . Pergeseran gerakan se'rikat buruh "dar! pabrik ke pub!ik" ini, mengutip_ kalimat seorang pemimpin buruh, kemudmn mendorong munculnya kesadaran baru aka~ peran bumh bagi masyarakat. Upa~. mJ-~~-~---~-- ---~~ ·· · salnya, tidak melulu soal buruh, tetapi juga soal daya beli masyarakat. ~ Jaminan sosial Pada konteks inilah lahir Komite Hlm/Kol: Aksi Jaminan Sosial (KAJS), sebuah aliansi non-struktural berbagai cirganisasi buruh dan masyarakat. Mereka I berjuang mendorong pelaksanaan sistem · ,_ jaminan sosial secara m_e!!Yeluruh, seperti · diamanatkan UU No 40/2004 tentang - Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN} -· Dengan tekanan aksi ribuan buruh yang didukung sebagian anggota parlemen, media massa, ataupun individu, akhirnya pemerintah pun terpaksa menerima pengesahan UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), tahun 2011. Ini yang menjadi dasar hukum lebih konkret pelaksanaan sistem jaminan sosial bagi se!uruh _ rakyat Indonesia. Kemenangan-kemenangan kecil ini, seperti UU BPJS, kenaikan upah minimum di beberapa daerah, terutama Bekasi, meningkatkan kepercayaan diri serikat buruh. Namun, yang Jebih penting lagi, semua itu mengindikasikan pergeseran orientasi gerakan serikat buruh dari melulu ekonomis menjadi juga sosial. Pergeseran ini menarik karena untuk pertama kalinya gerakan serikat buruh Indonesia menunjukkan orientasi sosial, sebagai alternatif dari orientasi pasar yang mendominasi orientasi gerakan serikat buruh di era Orde Baru hingga reformasi. Perhatian gerakan serikat buruh pada masyarakat ini juga penting karena secara Jangsung me!awan kecenderungan ekonomi pasar neoliberal yang mendominasi negeri ini, yang temtama ditandai oleh pengalihan risiko dari bisnis dan negara kepada individu anggota masyarakat sendirL Adopsi kebijakan neoliberal tanpa diimbangi gerakan menuju institusionaIisasi dan per!indungan sosial hanya akan m(mgancam kebaikan masyarakat dan individu di dalamnya. Be!ajar dari negara Eropa dan Asia Timur yang Jebih du!u maju daripada 1 1 Indonesia, gerakan serikat buruh punya potensi untuk menjadi kekuatan peng- imbang. Ini terutama den&an adanya orientasi sosial dan ekonomis. Dalam konteks ini, kita menyambut partisipasi gerakan serikat buruh yang lebih maju. Selamat Hari Buruh Sedunia! SURYA TJANDRA Dosen Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta