BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERSALINAN Persalinan atau

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
PERSALINAN
Persalinan atau melahirkan bayi adalah suatu proses normal pada wanita usia
subur. Persalinan merupakan peristiwa penting yang sangat ditunggu oleh setiap
pasangan suami istri. Menyambut kelahiran sang buah hati merupakan saat yang
akan sangat membahagiakan setiap keluarga. Maka segala dukungan moral dan
material dicurahkan oleh suami, keluarga bahkan seluruh anggota masyarakat, demi
kesejahteraan ibu dan janinnya. (Maryunani, 2010).
1.
Definisi
Persalinan atau melahirkan adalah proses mendorong janin dan plasenta dari uterus
oleh kontraksi-kontraksi miometrium yang terkordinasi.(Llewellien, 2002)
2.
Teori-teori penunjang terjadinya persalinan :
a). Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan untuk meregang dalam batas tertentu
(striae), Setelah melewati batas tersebut akan terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.
b). Teori Penurunan Progesterone
Terjadinya proses penuaan plasenta pada usia kehamilan 28 minggu,
terjadinya penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan
dan
buntu.
Produksi
progesteron
mulai
mengalami
penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu
c). Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior (bagian
belakang hipofisis). Perubahan keseimbanganestrogen dan progesteron
dapat rnengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi
Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga
persalinan dapat dimulai.
d). Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu.
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga dapat mengeluarkan hasil konsepsi.
e). T'eori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus (tanpa batok
kepala), sehingga terjadi kelambatan dalam persalinan karena tidak
terbentuk hipotalamus Teori ini dikemukakan oleh Linggin 1973.
Pernberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin. Oleh
Malpar 1933  Percobaan dilakukan dengan menggunakan hewan yaitu
"otak kelinci" hasilnya kehamilan kelinci berlangsung lebih lama. Dari
hasil percobaan disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus pituitari
dengan mulainya persalinan. Clandula suprarenalis merupakan pemicu
terjadinya persalinan.
f). Teori iritasi Mekanik
Adanya tekanan dan pergeseran pada ganglion servikale dari fleksus
frankenhouser yang terletak dibelakang serviks oleh bagian terbawah
janin, sehingga dapat memicu persalinan.(Agustina, 2011)
3.
Tanda-tanda permulaan persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulannya atau harinya yang disebut kala pendahuluan. Ini memberikan
tanda-tanda sebagai berikut:
1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multigravida tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh karena adanya kontraksikontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah (bloody show). (Mochtar, 2005)
B.
INDUKSI PERSALINAN
1.
Pengertian induksi persalinan
Induksi persalinan adalah tindakan terhadap ibu hamil untuk merangsang
timbulnya kontraksi rahim agar terjadi persalinan. Indikasi dilakukan persalinan
induksi yang berasal dari janin yaitu postmaturitas, ketuban pecah dini, dan
inkompatibilitas rhesus. Sedangkan faktor dari ibu yaitu intra uterine fetal death
(IUFD) dan dari faktor ibu serta janin yaitu preeklamsia berat. (Mansjoer, 2007).
Indikasi
a. Koriomnionitis
b. Kematian janin
c. KPD
d. Kehamilan lewat bulan
e. Penyakit paru
f. Hipertensi kronis
g. Gawat janin
h. Preeklamsia
i. Eklamsia
Kontra indikasi
a. Letak janin melintang
b. Prolaps tali pusat
c. Persentasi bokong
Kondisi khusus
a. Seksio sesarea
b. Penyakit jantung pada ibu
c. Kehamilan kembar
d. Polihidramion
e. Bagian presentasi janin berada diatas pintu atas panggul
f. Hipertensi
g. DJJ abnormal tidak mengharuskan seksio sesarea
h. Skor Bishop ≤ 5 (Dutton, 2012)
Induksi persalinan kebanyakan diberikan pada wanita pascamatur, yang
definisinya adalah masa kehamilan 42 minggu atau lebih. Masa kehamilan
pascamatur tampaknya lebih umum terjadi pada primigravida dan wanita yang
sebelumnya belum pernah mengalami kehamilan pascamatur. Terdapat bukti yang
menunjukkan bahwa wanita dengan kehamilan lebih dari 42 minggu memiliki
tingkat angka kematian yang lebih tinggi. Walaupun tidak semua kehamilan
pascamatur bersifat patologis, sejauh ini tidak ada kesepakatan khusus, tentang
metode yang aman terhadap pengkajian kehamilan diatas 42 minggu. Penyapuan
membran, meliputi lepasnya membran dari segmen uterus bagian bawah selama
pemeriksaan vagina secara digital, menginduksi persalinan secara sukses pada
kehamilan yang memanjang. Prosedur ini mungkin saja tidak nyaman, tetapi
mungkin lebih baik dipertimbangkan daripada pemberian infus oksitosin atau
prostaglandin vaginal. Wanita perlu dipersiapkan secara adekuat untuk induksi
persalinan sehingga penjelasan yang sesuai harus diberikan sebelum individu
tersebut menyetujui pelaksanaan prosedur ini. Beberapa wanita mungkin melihat
tetapi mungkin tidak menyadari risiko yang menyertainya. Apabila bidan
mempunyai hubungan baik dengan ibu, ia dapat menjelaskan metode induksi
persalinan yang alami, seperti hubungan seks (prostaglandin, yang terdapat dalam
sejumlah besar cairan semen, efektif menimbulkan kematangan pada serviks. Asuhan
harus dilakukan jika persalinan diinduksi dengan prostaglandin atau oksitosin untuk
mencegah hiperstimulasi uterus. Persalinan yang diinduksi biasanya lebih lama dan
dan melibatkan alat-alat persalinan yang lebih banyak, risiko terjadinya PPH
meningkat dan kejadian nilai Apgar yang rendah menjadi lebih tinggi dibandingkan
dengan persalinan spontan. (Jones, 2005).
2.
Beberapa Alsan Mengapa Dilakukan Tindakan Induksi
1. Umur kehamilan si ibu melebihi batas waktu perkiraan lahir (HPL), misalnya
lebih dari 2 minggu. Induksi disarankan bila janin belum menunjukkan tandatanda persalinan melebihi hari perkiraan lahir. Sekarang ini banyak pendapat
yang mengatakan adalah hal yang aman jika kehamilan seseorang melebihi
42 minggu.
2. Karena alasan si ibu mengalami pre-eklamsia. Tekanan darah si ibu sangat
tinggi dan urin mengandung protein selama kehamilannya.
3. Pertumbuhan bayi terlihat measih terus bertambah sementara gerakan si bayi
mulai menurun.
4. Cairan ketuban sudah pecah. Tetapi kontraksi tidak kunjung datang.
Kontraksi dilakukan karena ada kemungkinan janin atau rahim si ibu bisa
mengalami infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang berasal dari vagina
(vaginal exam/VE, setelah cairan ketuban pecah hal itu dapat memicu
terjadinya infeksi, oleh karena itu peristiwa VE harus diminimalkan dengan
cara bayi segera dikeluarkan). (Perdanawati, 2010)
3
Keberhasilan induksi persalinan per vagina ditentukan oleh berapa
faktor :
a. Kedudukan bagian terendah. semakin rendah kedudukan bagian terendah janin
Kemungkinankeberhasilan induksi akan semakin besar, oleh karena dapat
menekan pleksus franken hauser.
b. Penempatan (Presentasi) Pada letak kepala lebih berhasil dibandingkan
dengan kedudukan bokong, kepala lebih membantu pembukaan di bandingkan
dengan bokong.
c. Kondisi Serviks
a. Serviks yang kaku, menjurus kebelakang sulit berhasil dengan induksi
persalinan
b. Serviks lunak, lurus atau kedepan lebih berhasil dalam induksi.
d. Paritas
Di bandingkan dengan primidravida, induksi pada multipara akan lebih
berhasil karena sudah terdapat pembukaan.
e. Umur Penderita Dan Umur Anak Terkecil
a. Ibu dengan umur yang relatif tua (diatas 30-35 tahun) dan umur
anak terakhir yang lebih dari 5 tahun kurang berhasil
b. Kekuatan
serviks
menghalangi
pembukaan
sehingga
lebih
banyak dikerjakan tindakan oprasi.
f. Umur Kehamilan
Pada kehamilan yang semakin aterm induksi persalinan per vagina akan
semakin berhasil. (Mansjoer, 2007).
C.
OKSITOSIN
1.
Definisi Oksitosin
Oksitosin adalah obat yang di gunakan untuk menstimulasi kontraksi uterus
mengaugmentasi persalinan, mempercepat kelahiran janin, dan pada kala tiga
mempercepat kelahiran plasenta dan menghentikan hemoragi pascapartum.
2.
farrmakodinamika
Bentuk sintetik hormon oksitosin. Obat ini memiliki efek stimulasi pada otot
polos uterus, terutama di akhir kehamilan, selama persalinan dan pasca
persalinan
serta
pada
puerperium
ketika
reseptor
di
miometrium
meningkat.Pada dosis rendah menyebabkan kontraksi berirama, tetapi pada
dosisi tinggi dapat menyebabkan kontraksi hipertonik yang kontiniu.
3.
Indikasi
a. Anteparfum
Oxytocin akan meningkatkan kontraksi uterus, agar proses persalinan dapat
berjalan lebih cepat untuk kepentingan ibu dan fetus. Dapat digunakan
untukinduksi persalinan, stimulasi atau memperkuat kontraksi persalinan,
terapi tambahan pada aborfus inkomplit, ataupun abortus yang terjadi pada
trimester II
b. postpartum
Oxfocin dapat membantu menghasilkan kontraksi uterus pada kala III
persalinan, sehingga dapat mengontrol perdarahan postpatum.(Susanti, 2011)
4.
Efek samping
Pada ibu dapat mengakibatkan reaksi anafilaktik, hemoragik postpartum,
aritmia,
afibrinogenemia,
nausea,
vomiting,
kontraksi
ventricular
prematur,hematoma pelvic, intoksikasi air, kontraksi tetanik dan rupture uteri
Pada janin dapat menyebabkan bradikardi, kontraksi ventrikel premature,
kerusakan permanent susunan saraf pusat, kematian fetus, perdarahan retina,
rendahnya nilai apgar score pada menit ke-5 dan dapat juga mengakibatkan
ikterik neonatorum.
5.
kontra indikasi
a. Disproporsisefalopelvic
b. Kelainan letak yang diperkirakan tidak dapat lahir spontan pervagina,
misalnya letak lintang
c. Pada kasus'kasus gawat, dimana lebih baik melakukan tindakan operasi
section cesaria
d. Gawat janin
e. Pemakaian terus-menerus pada inersia uteri atau toksemia yang berat
f. Kontraksihipertonus
g. Hipersensitif
h. lnduksi persalinan dimana persalinan secara spontan pervaginam
merupakan kontraindikasi, seperti ruptur tali pusat, plasenta previa
totalias,vasa previa.(fitrianingsih, 2010)
6.
Cara kerja oksitosin
Peningkatan sensitivitas terhadap oksitosin
Prostagladin (hindari aspirasi)
Kontraksi rahim
Mekanisme umpan
balik yang positif
Penekanan kepala bayi
pada serviks (refleks ferguson)
stimulasi hipofisis posterior
peningkatan sekresi oksitosin
Skema 1. peranan oksitosin dalam persalinan normal. ( Jordan, 2004)
Awitan persalinan yang normal bergantung pada mekanisme umpan balik
yang positif dan dengan mekanisme ini terjadi intensifikasi perubahan inisial hingga
proses persalinan berakhir. Singkat nya, penekanan kepala bayi pada servik
menyebabkan pelepasan oksitosin yang menstimulasi kontraksi rahim dan
selanjutnya kontraksi rahim akan meningkatkan penekanan pada servik yang
mengintensifkan pelepasan oksitosin. Lingkaran umpan balik ini terjadi secara
berulang sampai bayi dilahirkan.
Dalam meningkatkan kontraksi uterus,oksitosin di anggap bekerja pada membran sel
miometrium. Oksitosin meningkatkan daya pacu normal otot tersebut tanpa
menambah sifat-sifat baru. (Hakimi,2010)
7.
Dosis dan cara pemberian
Untuk induksi atau stimulasi persalinan : diberikan infuse intravena per drip
dengan dosis I ml (10 unit) dalam 1000 ml cairan steril. Dosis awal harus di
ukur berkisar 1- 4 MU/menit. dosis dapat dinaikan bertahap l- 2 MUimenit,
dalam interval minimal 20 menit, sampai pola kontraksi yang diinginkan
(mirip dengan kontraksi pada persalinan normal) tercapai. Hal yang harus
diperhatikan adalah kestabilan tetesan infuse dan monitoring yang kuat,
frekuensi dan durasi kontraksi serta detak jantung janin. Jika kontraksi
menjadi terlalu kuat, infuse dapat dihentikan secara mendadak sehingga
stimulasinya pada otot uterus akan berkurang.(Fitrianingsih, 2010)
Download