Prof Chandra Kusuma: Perubahan Pola Hidup Pacu Kasus Asma

advertisement
Prof Chandra Kusuma: Perubahan Pola Hidup Pacu
Kasus Asma Alergi
Dikirim oleh prasetya1 pada 19 Januari 2009 | Komentar : 0 | Dilihat : 5612
Prof. HMS Chandra Kusuma: Perubahan Pola Hidup Pacu Kasus Asma Alergi
19 Januari 2009
Asma adalah penyakit saluran nafas dengan kelainan berupa radang menahun karena keterlibatan bermacam sel,
terutama sel mast, eosinofil dan sel limfosit T dengan gejala mengi yang sering kambuh, sulit bernafas, sesak serta
batuk terutama pada malam dan pagi hari. Pada anak-anak, asma alergi menjadi penyakit kronis utama. Sebesar 90
persen dari seluruh kasus asma alergi pada anak, didiagnosis sejak usia enam tahun. Prof. HMS Chandra Kusuma
SpA mengutarakan ini dalam pidato pengukuhannya sebagai gurubesar dalam Rapat Terbuka Senat Universitas
Brawijaya, Senin (19/1).
Prof. HMS Chandra Kusuma
Dalam orasi berjudul "Penyakit Asma Alergi pada Anak serta Upaya Pencegahannya Dilihat dari Sisi Faktor
Keturunan dan Faktor Lingkungan" itu Chandra menyatakan, asma terbukti dapat diturunkan secara genetik.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh lingkungan seperti perubahan cuaca, suhu udara, kelembaban, asap
rokok, musim, pekerjaan, diet, bulu binatang, tepung sari ataupun emosi bahkan infeksi, juga berperan dalam
timbulnya asma. Di perkotaan, tingkat prevalensi asma alergi lebih tinggi dibandingkan pedesaan dan asma alergi
pada populasi kaya di perkotaan juga jauh lebih tinggi daripada populasi miskinnya. Upaya pencegahan terjadinya
asma alergi pada anak terbagi atas pencegahan terhadap timbulnya sentisasi atau peningkatan lgE (pencegahan
primer), pencegahan agar tidak terjadi atau tidak muncul gejala asma setelah terjadi sentisasi dengan telah
meningkatnya lgE tetapi belum terjadi gejala alergi atau asma (pencegahan sekunder) serta upaya pencegahan dan
pengobatan terhadap asma atau alergi agar tidak kambuh (pencegahan tersier).
Upaya pencegahan primer yang dapat dilakukan tergantung pada tiga hal: (1) bayi tanpa risiko alergi: beri ASI
eksklusif sedikitnya 6 bulan atau susu sapi formula, tidak ada pantangan makanan bagi ibu selama hamil dan
menyusui, jauhi makanan padat bagi bayi sampai usia 6 bulan dan hindari asap rokok sejak dalam kandungan
sampai dewasa; (2) bayi dengan risiko tinggi menjadi alergi: beri ASI eksklusif sedikitnya 6 bulan, apabila tidak
mungkin beri susu formula hipoalergenik sampai usia 4 bulan selanjutnya diberi seperti bayi tanpa risiko alergi,
tidak ada pantangan makanan bagi ibu selama hamil dan menyusui serta hindari makanan padat bagi bayi sampai
usia 6 bulan, (3) faktor lingkungan: hindari asap rokok, polusi udara, hindari alergen di luar dan di dalam rumah,
serta hindari paparan oleh tungau debu rumah, binatang piaraan dan kecoak sejak usia dini.
Upaya pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan menghindari asap rokok, hindari alergen yang diketahui
sebagai penyebab, mengatur agar kelembaban udara di bawah 50%, membungkus bantal, guling dan kasur dengan
bahan yang aman, mencuci seprai, sarung bantal dan guling dengan air panas lebih dari 55 derajat selsius serta
menjauhkan karpet dari kamar tidur. Sementara upaya pencegahan tersier yang dapat dilakukan adalah
menghindari pemakaian susu formula apabila sudah diketahui alergi terhadap protein susu sapi dan segera diganti
dengan formula hipoalergenik. Menghindari alergen di luar dan di dalam rumah untuk mencegah eksaserbasi asma
sehingga asma dapat terkontrol, menggunakan obat-obatan asma terutama bila terjadi serangan dan pemakaian obat
untuk pencegahan proses inflamasi, menghindari pemakaian aspirin, parasetamol dan obat non steroidal anti
inflammatory drugs pada pasien yang sensitif, dan segerakan pengobatan penyakit penyerta yang dapat memicu
serangan asma. [nun]
Download