2 Penelitian ini menggunakan 10 jenis Shorea, yaitu: kemerah-merahan, isi kayu berwarna merah (Gambar 4). 1 Shorea Javanica Shorea Javanica termasuk ke dalam meranti putih. Tangkai daun panjang berukuran 1.4–2.4 cm, kadang-kadang lokos, pertulangan skunder 19-25. Daun lonjong, jorong atau bundar telur, 6.5-15 x 3.5-8 cm. Bila mengering, daun bagian atas berwarna lebih tua daripada permukaan daun bagian bawah. Permukaan daun bagian atas bila mengering berwarna coklat kelabu dan pada bagian bawah berwarna coklat kekuning-kuningan (Gambar 2). Gambar 4 Daun Shorea Macroptera. 4 Shorea Materialis Shorea Materialis merupakan jenis meranti balau. Jenis meranti ini menghasilkan kayu yang keras dan berat, cocok untuk konstruksi bangunan seperti jembatan, bantalan rel kereta api, dermaga, perahu dan konstruksi di daerah pertambangan (Gambar 5). Gambar 2 Daun Shorea Javanica. 2 Shorea Johorensis Shorea Johorensis merupakan jenis meranti merah. Pohon dan banirnya besar. Batang merekah atau bersisik dan pada umumnya berdamar. Kulit luar tebal, kulit dalam juga tebal, berurat-urat, warnanya merah atau kemerah-merahan dan, isi kayu berwarna merah. Tata letak daun berseling, komposisi daun tunggal, tangkai daun pendek. Ciri khas daun adalah berlubang-lubang di waktu kering atau berwarna coklat kekuningan dan apabila diremas akan hancur. Ujung daun meruncing, pangkal daun bulat, tulang daun menyirip, bentuk daun oblong dan tepi daun rata (Gambar 3). Gambar 5 Daun Shorea Materialis. 5 Shorea Lepida Shorea Lepida memiliki ciri-ciri utama pohon dewasa memiliki daun agak tipis, lonjong dan runcing. Permukaan atas daun bila mengering coklat agak lembayung, coklat kuning pada tulang daun, coklat pudar pada permukaan bawah daun (Gambar 6). Gambar 6 Daun Shorea Lepida. Gambar 3 Daun Shorea Johorensis. 3 Shorea Macroptera Shorea Macroptera merupakan jenis meranti merah. Pohon besar dan berbanir besar. Batang merekah atau bersisik, pada umumnya berdamar. Kulit luar tebal, kulit dalam juga tebal, berurat-urat, warnanya merah atau 6 Shorea Leprosula Shorea Leprosula termasuk dalam kelompok meranti merah. Perawakan pohon besar, dapat mencapai tinggi 60 m, bebas cabang 35 m, diameter 1 m. Kulit coklat keabuabuan. Daun lonjong sampai bulat telur, panjang 8-14 cm dan lebar 3.5-4.5 cm. Permukaan daun bagian bawah bersisik seperti 2 3 krim, urat daun tersier rapat seperti tangga (Gambar 7). sangat besar, batang tidak bercabang hingga tinggi sekali. Daun berukuran panjang 6.1-13.1 cm dan lebar 2.2-4 cm, ujung daun lancip, pangkal daun membundar. Permukaan atas daun bila mengering berwarna coklat, bila diraba licin. Pertulangan sekunder berjumlah 12-25 pasang (Gambar 10). Gambar 7 Daun Shorea Leprosula. 7 Shorea Palembanica Shorea Palembanica termasuk dalam meranti merah. Perawakan pohon kecil dan adakalanya sampai sangat besar mencapai 130 cm, batang sering berbonggol dan terpilin. Tajuk besar, rapat, hijau tua, dan permukaan pepagan coklat kelabu tua (Gambar 8). Gambar 10 Daun Shorea Platyclados. 10 Shorea Seminis Shorea Seminis termasuk dalam kelompok balau atau selangan batu. Tinggi pohon dapat mencapai 60 m. Daun berukuran panjang 9-18 cm dan lebar 2.5-8 cm, ujung daun berbentuk lancip panjang, pangkal daun berbentuk pasak atau membundar. Permukaan atas dan bawah daun bila mengering berwarna coklat kelabu atau coklat kuning. Pertulangan sekunder berjumlah 9-17 pasang (Gambar 11). Gambar 8 Daun Shorea Palembanica. 8 Shorea Pinanga Shorea Pinanga adalah famili Dipterocarpaceae, sub klas Dikotiledon dan kelas Angiospermae. Shorea Pinanga ini tumbuh alami di Kalimantan, pada ketinggian kurang dari 500 m di atas permukaan laut. Pohon Shorea Pinanga dapat mencapai tinggi sekitar 30 m dengan diameter sampai 100 cm. Tajuk terdiri atas cabang-cabang yang panjang, menggantung dan mempunyai daun muda yang berwarna kemerah-merahan. Daun berukuran 11-24 x 4 – 9 cm, bentuk tajuk melebar, tidak berbanir (Gambar 9). Gambar 9 Daun Shorea Pinanga. 9 Shorea Platyclados Shorea Platyclados termasuk dalam kelompok meranti merah. Perawakan pohon Gambar 11 Daun Shorea Seminis. Jaringan Saraf Tiruan (JST) Jaringan Saraf Tiruan (JST) adalah prosesor yang terdistribusi paralel, terbuat dari unit-unit yang sederhana, dan memiliki kemampuan untuk menyimpan pengetahuan yang diperoleh secara eksperimental dan siap pakai untuk berbagai tujuan. JST meniru otak manusia dari sudut pengetahuan yang diperoleh dari network dari lingkungan melalui suatu proses pembelajaran dan kekuatan koneksi antarunit yang disebut synaptic weights. Sypnaptic weights ini berfungsi untuk menyimpan pengetahuan yang telah diperoleh oleh jaringan tersebut. JST dikembangkan sebagai model matematika yang merupakan penyederhanaan untuk sistem saraf biologis manusia berdasarkan asumsi bahwa pengolahan informasi terjadi di berbagai elemen yang 3 4 K-Fold Cross Validation Cross validation merupakan metode membagi data menjadi k subset yang ukurannya hampir sama satu sama lain. Himpunan subset yang dihasilkan yaitu S1, S2,…,Sk yang digunakan sebagi data latih dan data uji. Dalam metode ini dilakukan perulangan sebanyak k kali dimana salah satu subset dijadikan data uji dan k-1 subset lainnya dijadikan data latih (Fu 1994). masuk ke Y * ( )+ paling besar dibandingkan peluang masuk ke kelas lainnya. Secara umum, arsitektur PNN dapat dilihat pada Gambar 12. Neuron A1 Vektor input sebanyak P dimensi dinamakan neuron, sinyal dilewatkan di antara neuron melalui connection link masing-masing connection link memiliki weight (bobot) yang akan mengalikan sinyal yang lewat, dan masing-masing neuron memiliki fungsi aktivasi yang akan menentukan nilai sinyal output (Fauset 1994). Neuron A2 X1 fA(X) Neuron An X2 Ambil yang maksimu m Neuron B1 Xp fB(X) Neuron B2 Neuron Bm Probabilistic Neural Network (PNN) Probabilistic Neural Network diperkenalkan pertama kali oleh Specht tahun 1990 yang digunakan untuk klasifikasi, mapping, dan associative memory. Keuntungan utama menggunakan arsitektur PNN adalah proses pembelajaran mudah atau sekali lewat dan sangat cepat. Struktur PNN terdiri atas 4 lapisan, yaitu lapisan masukan, lapisan pola, lapisan penjumlahan, dan lapisan keputusan/ keluaran (Specht 1990). Proses-proses yang terjadi pada setiap lapisan yaitu : 1 Lapisan masukan (input layer) Lapisan Masukan Lapisan Pola Lapisan Penjumlahan Lapisan Keluaran Gambar 12 Struktur PNN. Elips Luas dan keliling elips (Gambar 13) dapat dihitung dengan rumus di bawah ini. Luas elips : πr1r2 Keliling : π (r1 + r2) Lapisan masukan merupakan objek yang terdiri atas k nilai ciri yang akan diklasifikasikan pada n kelas. r2 r1 2 Lapisan pola (pattern layer) Lapisan pola merupakan data latih itu sendiri. Persamaan yang digunakan pada lapisan pola adalah ( ) ( ( ) ( ) Menerima masukan dari node lapisan pola yang terkait dari kelas yang ada. Persamaan yang digunakan pada lapisan ini adalah ∑ ( r1 = sumbu panjang dari titik pusat r2 = sumbu pendek dari titik pusat Confusion Matrix 3 Lapisan penjumlahan (summation layer) ( ) Gambar 13 Elips. ( ( ) ( ) ) ) Confusion Matrix merupakan sebuah tabel yang terdiri dari banyaknya baris data uji yang diprediksi benar dan tidak benar oleh model klasifikasi. Tabel ini diperlukan untuk menentukan kinerja suatu model klasifikasi (Tan et al. 2005). Contoh tabel confusion matrix dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Confusion Matrix 4 Lapisan keluaran / keputusan (output layer) Menentukan kelas dari input yang diberikan. Input x akan masuk kelas Y jika nilai peluang Data Aktual Kelas 1 Kelas 2 Prediksi Kelas 1 Kelas 2 a b c d 4