bab ii landasan pustaka - Perpustakaan Digital ITB

advertisement
BAB II
LANDASAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)
Kegiatan
ekonomi secara garis besarnya dapat digolongkan dalam kegiatan
produksi dan konsumsi barang dan jasa. Sejumlah perusahaan memproduksi
barang dan jasa yang menghasilkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang dimiliki oleh berbagai golongan dalam masyarakat, sehingga dari
pendapatan ini masyarakat akan membeli barang dan jasa baik untuk keperluan
konsumsi maupun investasi.
Karena itu, nilai produk akhir dari barang dan jasa yang diproduksi suatu
golongan akan sama dengan pendapatan yang diterima oleh golongan-golongan
lain dalam masyarakat dan akan sama pula dengan jumlah pengeluaran oleh
berbagai golongan dalam masyarakat.
Atas prinsip dasar di atas maka PDB yang didasarkan jumlah produksi, PDB
berdasarkan jumlah pendapatan dan PDB berdasarkan jumlah pengeluaran
sebenarnya sama. Hanya cara melihatnya saja yang berbeda :

Kalau ditinjau dari segi produksi, PDB adalah merupakan jumlah nilai
produk akhir atau nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi yang dimiliki oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu.

Ditinjau dari segi pendapatan, PDB adalah merupakan jumlah pendapatan
yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh seluruh masyarakat di
suatu negara dalam jangka waktu tertentu.

PDB yang dihitung berdasarkan jumlah pengeluaran konsumsi keseluruhan
masyarakat disuatu negara dinamakan PDB atas pengeluaran.
Hubungan antara PDB di atas dapat dirumuskan dalam persamaan berikut, PDB
atas produksi = PDB atas pendapatan = PDB atas pengeluaran. Dalam format
laporannya, PDB disajikan 2 bentuk nilai tukar yaitu PDB atas harga konstan
(GDP at constant prices) dan PDB atas harga berlaku (GDP at current prices).
PDB atas harga konstan adalah PDB yang dihitung atas harga dasar pada tahun
yang telah ditetapkan (standar internasional mempersyaratkan tahun dasar PDB
8
harus digit 0 atau 5, misal tahun dasar 2000 dan 2005). PDB atas harga berlaku
ditetapkan berdasarkan harga tahun berjalan.
Perbandingan antara PDB harga berlaku dan PDB harga konstan dapat dipakai
sebagai indikator umtuk melihat tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi (deflator
PDB). Penyajian PDB secara sektoral dapat memperlihatkan struktur ekonomi di
wilayah itu. Bila angka PDB dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja, atau
jumlah input yang digunakan, akan dapat menggambarkan tingkat produktifitas
secara sektoral maupun menyeluruh.
Sejak tahun 2004, BPS mempublikasikan pertumbuhan ekonomi dan nilai PDB
atas dasar harga konstan 2000 (sebelumnya menggunakan harga konstan 1993)
untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang lebih realistis dan memperlihatkan
perubahan struktur ekonomi terkini.
Nilai PDB atas harga konstan tahun 2000 lebih tinggi daripada pertumbuhan
ekonomi atas dasar harga konstan 1993. Sebagai contoh, nilai PDB pada tahun
2003 atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp. 444.453,5 milyar atau tumbuh
sebesar 4,10 persen jika dibandingkan tahun 2002. Sementara nilai PDB pada
tahun 2003 atas dasar harga konstan 2000 menjadi Rp. 1.579.558,9 milyar atau
tumbuh sebesar 4,51 persen. Gambar 2.1 mengilustrasikan PDB atas harga
konstan 1993 dan 2000.
3.000.000
2.500.000
PDB harga berlaku (Rp.billion)
PDB 2000=100 (Rp.billion)
2.000.000
PDB 1993=100 (Rp.billion)
1.500.000
1.000.000
500.000
0
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Gambar 2.1 PDB harga konstan 1993 & 2000 dan PDB harga berlaku
9
PDB yang disajikan dalam bentuk neraca akan menggambarkan bagaimana
barang dan jasa itu di produksi, di konsumsi, di investasikan maupun di ekspor,
dan bagaimana sumber-sumber pembiayaan terhadap konsumsi, investasi maupun
ekspor atau impor.
Dengan demikian kita dapat memahami bahwa angka-angka yang disajikan oleh
PDB dapat menggambarkan kondisi ekonomi yang terjadi, baik mengenai struktur
ekonomi di masa lalu, keadaan yang sedang berjalan maupun kemungkinankemungkinan dimasa yang akan datang. Dengan demikian PDB berfungsi
sebagai:

Indikator pertumbuhan ekonomi;

Indikator pertumbuhan pendapatan per kapita;

Indikator inflasi dan deflasi;

Indikator struktur perekonomian;

Indikator hubungan antar sektor.
Karena itu PDB menyajikan data-data yang sangat berguna jika kita ingin
melakukan perencanaan ekonomi (jangka pendek atau jangka panjang) atau untuk
menilai kebijakan ekonomi suatu negara.
II.1.2 Beberapa Indikator Ekonomi
Dalam memahami pertumbuhan ekonomi suatu negara dikembangkan-lah
beberapa indikator ekonomi yang umumnya dapat kita temui dalam berbagai
media massa atau laporan ekonomi:
a. Inflasi
Harga dari waktu ke waktu selalu berubah. Secara umum semakin stabil keadaan
ekonomi suatu negara, makin rendah tingkat inflasinya. Ada dua jenis perubahan
harga atau inflasi yang dikenal yaitu a) Indeks Harga Konsumer dan Deflator
PDB.
IHK (Indeks Harga Konsumen) merupakan perhitungan yang digunakan untuk
menghitung perubahan harga atas komoditi yang telah ditetapkan jenisnya.
Karena IHK sering dinamakan inflasi dengan komoditi tetap. Penetapan komoditi
dalam perhitungan IHK didasarkan atas perhitungan barang dan jasa yang paling
sering dikonsumsi oleh golongan masyarakat atau rumah tangga. Sedangkan
10
deflator PDB merupakan hasil bagi PDB harga berlaku dengan PDB harga
konstan untuk tahun yang sama.
Para ahli ekonomi sering bertanya-tanya ukuran inflasi yang manakah yang paling
efektif dalam menggambarkan keadaan ekonomi suatu negara ?. Apakah inflasi
dari IHK atau Deflator PDB lebih baik dari yang lain dalam menggambarkan
perubahan harga ? Jawabannya ternyata tidak ada satu yang paling unggul
diantara kedua cara perhitungan inflasi diatas (Mankiew, 2003).
Ilustrasinya demikian. Jika suatu hari, terjadi kegagalan panen jeruk, maka IHK
akan cenderung menghitung inflasi yang terlalu tinggi karena tidak menghitung
kemungkinan subsitusi jeruk dengan apel. Disisi lain, deflator PDB dalam kasus
yang sama mungkin tidak dapat menangkap penurunan daya beli masyarakat
karena kenaikan harga jeruk.
Untungnya dalam praktek perbedaan atas inflasi yang dihitung dari IHK dan
deflator PDB mempunyai perbedaan yang tidak terlalu besar (Mankiew, 2003).
Kedua ukuran inflasi biasanya dapat memberi cerita yang sama tentang seberapa
harga naik.
Grafik Deflator and IHK
1,80
1,60
1,40
Nilai
1,20
1,00
Deflator
IHK
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
Gambar 2.2 Perbandingan Deflator PDB dan IHK (tahun dasar 2000)
11
b. Pembiayaan Pemerintah
Pembiayaan pemerintah merupakan unsur penting dalam perekonomian negara.
Pembiayaan ini biasanya mencakup proyek pemerintah dan gaji para pegawai
pemerintah. Biasanya pembiayaan pemerintah mencakup 20-30% dari PDB suatu
negara.
Dilihat dari tujuannya, pembiayaan pemerintah digolongkan atas a) government
spending dan government transfer. Government spending boleh dikatakan
merupakan pengeluaran pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat luas
mencakup pengeluaran proyek pemerintah, administrasi pemerintahan dan gaji
pegawai. Sedangkan government transfer, merupakan pengeluaran pemerintah
yang ditujukan untuk meredistribusi ulang kekayaan masyarakat. Dimanapun kita
berada, selalu ada kesenjangan dalam pendapatan ekonomi. Melalui subsidi dan
bantuan langsung tunai kita dapat mengurangi ketimpangan pendapatan. Inilah
tujuan dari goverment transfer.
c. Investasi
Pemerintah dan swasta, dalam sebuah perekonomian, membeli barang-barang
investasi. Perusahaan membeli investasi untuk menambah persediaan modal dan
mengganti modal yang sudah aus. Rumah tangga, disisi lain, membeli rumah baru
yang juga merupakan bagian dari investasi. Jumlah barang modal yang diminta
tergantung pada tingkat suku bunga, makin rendah suku bunga makin tinggi
investasi yang diminta dan sebaliknya.
d. Konsumsi
Rumah tangga membelanjakan pendapatan yang didapatnya dengan membeli
makanan, pakaian dan perlengkapan. Setelah membayar bermacam-macam pajak,
rumah tangga membagi pendapatannya dalam konsumsi dan tabungan.
e. Net Ekspor
Net Ekspor merupakan selisih antara ekspor dan impor. Impor, karena bukan
bagian dari produksi, akan dikurang dari ekspor (hasil produksi suatu negara)
untuk menghasilkan tingkat net ekspor.
12
f. Pendapatan Permanen (Permanent Income)
Definisi pendapatan permanen merupakan karya monetaris terkenal, Milton
Friedman. Friedman beranggapan bahwa kenaikan pendapatan rumah tangga tidak
berarti serentak akan meningkatkan pengeluaran rumah tangga, karena pendapatan
rumah tangga mengandung 2 jenis pendapatan yaitu pendapatan transitoris dan
pendapatan permanen. Dalam jangka panjang pendapatan permanen yang akan
meningkatkan konsumsi dan pendapatan transitoris umumnya akan ditabung
masyarakat.
Contoh pendapatan permanen dan pendapatan transitoris. Pak Jopi yang
mempunyai pendidikan lebih tinggi dibanding Pak Tofid, mempunyai pekerjaaan
dengan penghasilan lebih tinggi, maka dapat dikatakan Pak Jopi mempunyai
pendapatan permanen yang lebih tinggi dibanding Pak Tofid. Tapi dalam suatu
ketika, Pak Tofid menang undian (kuis) maka hadiah uang yang diterima Pak
Tofid tadi termasuk pendapatan transitoris (sementara).
Dalam pandangan Friedman, hadiah uang yang diterima Pak Tofid, tidak otomatis
akan meningkatkan konsumsi Pak Tofid ( karena merupakan pendapatan
sementara/transitoris) tapi cenderung akan dikonsumsi sepanjang hidup atau
ditabung. Disisi lain kenaikan penghasilan Pak Jopi dipandang sebagai
pendapatan permanen yang akan meningkatkan konsumsi masyarakat secara
umum (Mankiew, 2003).
g. Pendapatan Disposable (Disposable Income)
Pendapata per kapita seseorang tidak lantas dapat langsung dibelanjakan untuk
keperluan sehari-hari. Karena ada pajak atau pengeluaran wajib yang harus bayar
individu setiap kali menerima pendapatan atau gajinya. Ini menimbulkan istilah
baru yang dinamakan pendapatan disposable. Pendapatan disposable merupakan
pendapatan individu setelah dikurangi dengan pajak-pajak. Termasuk pajak disini
ialah iuran pensiun, pajak penghasilan dan iuran ASKES. Pendapatan disposable
dapat juga didefinisikan sebagai pendapatan yang siap dibelanjakan.
II.2 Masalah Pengangguran
Masalah pengangguran merupakan masalah yang selalu menghantui pengambil
kebijakan ekonomi di hampir semua negara didunia ini. Disaat kita menekan
13
inflasi, pengangguran cenderung meningkat dan sebaliknya, disaat kita
menurunkan tingkat pengangguran, inflasi cenderung meningkat. Inilah yang
dinamakan trade off inflasi-pengangguran. Hubungan antara negatif antara inflasi
dan pengangguran ini pertama kali dikemukakan oleh A.W Philip, dan kemudian
istilah kurva Philip dikenal untuk merumuskan secara grafis hubungan diantara
keduanya.
Pada awalnya, kurva Philip hanya mengandung hubungan antara tingkat upah dan
pengangguran.
Namun
dalam
perkembangan
selanjutnya
kurva
Philip
mengandung hubungan antar tingkat inflasi dan pengangguran. Penambahan
dalam kurva Philip modern juga mencakup inflasi yang diharapkan (Mankiew,
2003).
Umumnya teori pertumbuhan dibangun dengan asumsi bahwa perekonomian
selalu menyerap tenaga kerja atau dalam kondisi full employment (Mankiew,
2003). Kenyataan-nya tentu saja semua perekonomian mempunyai masalah
pengangguran.
Ada beberapa definisi pengangguran:
a. Pengangguran friksional;
Dalam kenyataan-nya, walau ada lowongan pekerjaan, tidak semua semua
pekerjaan dapat segera penuhi. Para pekerja bisa saja mempunyai preferensi
dan kemampuan yang berbeda dengan yang diharapkan oleh dunia kerja.
Karena itu mencari pekerjaan membutuhkan waktu dan usaha. Pengangguran
friksional adalah karakteristik pengangguran yang disebabkan oleh waktu
yang dibutuhkan untuk mencari pekerjaan.
b. Pengangguran struktural
Alasan lain yang menyebabkan adanya pengangguran ialah kekakuan harga.
Kadang-kadang upah tertahan diatas tingkat equilibriumnya, sehingga tingkat
penawaran
dan
tingkat
permintaan tenaga
kerja
tidak
bersesuaian.
Pengangguran struktural ialah pengangguran yang disebabkan kekakuan harga
(atau karena adanya peraturan upah minimum). Pengangguran jenis ini timbul
bukanlah karena pencari kerja tidak sesuai dengan kriteria dunia kerja, tapi
karena pada tingkat upah tertentu penawaran kerja melebihi permintaanya.
14
Karena itu alasan-alasan yang diuraikan diatas, maka setiap perekonomian
umumnya mempunyai tingkat pengangguran alamiah. Yaitu tingkat pengangguran
yang ada dalam jangka panjang (Mankiew, 2003).
II.3 Teori Pertumbuhan Solow
Robert M. Solow mengasumsikan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara
bergantung pada fungsi produksi yang mencakup faktor input kapital (sebagai
modal) dan tenaga kerja. Dalam pandangan Solow, semakin tinggi input kapital
(atau tenaga kerja), maka makin tinggi pertumbuhan ekonomi. Walau demikian
faktor input kapital dan tenaga kerja bersifat diminishing returns. Artinya
pertambahan output akan berkurang sejalan dengan pertambahan input. Karena
mengandung sifat diminishing returns ini teori Solow sering juga digolongkan
sebagai teori pertumbuhan neoklasik
Lebih jelasnya, teori pertumbuhan Solow dapat di uraikan sebagai kombinasi dari
tiga persamaan berikut ini (Bergman, 2005):
1. Fungsi Produksi Agregat:
Y = F(K, L)= A*K*L ,
………………………………………….. [2.1]
dengan pemenuhan kondisi dibawah ini :
a) jumlah Kapital (K) dan Tenaga Kerja (L) >0;
Fk > 0, Fl > 0, dimana Fk=fungsi turunan pertama Y atas Kapital dan Fl =fungsi
turunan Y atas Tenaga Kerja (L). Dimana Fk=Y/K dan Fl=Y/L;
b) faktor kapital dan tenaga kerja bersifat penambahan output menurun sejalan
dengan peningkatan faktor kapital dan tenaga kerja:
Fkk < 0, Fll < 0; dimana Fkk=-Y/K2 dan Fll=-Y/L2;
c) fungsi produksi di atas mempunyai sifat “skala pengembalian konstan”
(constant returns to scale – artinya penambahan suatu faktor akan meningkatkan
output sebesar jumlah yang sama dengan penambahan faktor tesebut):
AF (λK, λN) = λAF (K, N)
Dalam banyak kajian makroekonomi fungsi produksi yang sejalan dengan
karakteristik di atas adalah fungsi produksi Cobb-Douglas :
F = A K(t)α L(t)1- ………………………………………….. [2.2]
Y/L=F/L=A (K/L)α …………………………………………. [2.3]
15
Pada awalnya teori pertumbuhan Solow mengasumsikan A sebagai technological
change atau technological progress (tingkat penguasaan teknologi). Dimana
peningkatan perekonomian selain dipicu penambahan kapital dan tenaga kerja,
juga disebabkan meningkatnya penguasaan teknologi.
Setelah mengaplikasikan teori Solow untuk menjelaskan pertumbuhan sejumlah
negara, konstanta A kemudian didefinisikan sebagai faktor produktivitas total
(TPF=total productivity factor) yang menginterprestasikan efisiensi pada sistem
pasar atau produksi dan efisiensi penggunaan input produksi (mencakup
instabilitas politik, proteksi industri dalam negeri).
Jika r = tingkat hasil kapital (return of capital), w=tingkat upah, =bagian output
yang dihasilkan kapital, =bagian output yang dihasilkan tenaga kerja dan
Y=output (PDB) maka:
=r*K/Y dan =w*L/Y, dimana +=1 ………………….……….. [2.4]
Y=rK+wL atau Y=K+L
………..………………….……….. [2.5]
Sedangkan tingkat kapital dan tenaga kerja yang diinginkan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Dk= * (AG/(1/t+i) dan Dl =  * (AG/w),
………………..… [2.6]
Dimana Dk= tingkat kapital yang diinginkan, Dl=tingkat kebutuhan tenaga kerja
yang dinginkan, AG=Aggregate Demand, t=harapan hidup kapital dan i= tingkat
suku bunga riil. Menurut Tasrif (1995), variabel  dapat dirumuskan sebagai
berikut:
 = (ln A+ln KOR)/(ln KLR), …………………………………… [2.7]
 = 1 - (ln A+ln KOR)/(ln KLR), ……………………………..… [2.8]
dimana KOR = kapital output ratio = K/Y dan KLR = kapital labor
ratio=K/(L*w).
II.3.1 Potensial Output
Dalam literatur makroekonomi seringkali fungsi produksi Cobb-Douglas diatas
diberi nama lain yaitu “Potensial Output”. Fungsi produksi atau potensial output
menunjukkan
kemampuan
penduduk
dan
kapital
suatu
negara
dalam
menghasilkan barang dan jasa. Semakin besar nilai fungsi produksi ini semakin
16
tinggi besar potensi suatu negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
diidamkan.
Misalkan A=1 (tetap), maka perubahan output_Y (PDB)
sebanding dengan
perubahan input K dan L. Tapi jika output_Y > Potensial Output, menandakan
adanya pertumbuhan produktivitas dari tiap input. Pada awalnya Solow melabeli
A sebagai technological change. Belakangan, para ahli melabeli A sebagai TPF
(Total Producitivity Factor=Faktor Produktivitas Total) yang menyatakan A
mencakup peningkatan output_Y (PDB) sebagai efisiensi yang lebih luas, yaitu
mencakup peningkatan output_Y karena meningkatnya tingkat pendidikan,
perluasan skala pasar ekspor (dari produk suatu negara/daerah) dan kebijakan
pemerintah yang kondusif (Mankiew, 2003).
Menurut Hornstein dan Krussel (1996), TPF tidak selalu mengandung perubahan
teknologi, tapi juga dapat mencakup monetary shocks, military spending dan
perubahan politik. Sebagai perbandingan A sebagai technological change dan A
sebagai faktor produktivitas total, dibawah ini dilampirkan tabel di bawah ini:
A sebagai technological change
A sebagai Faktor Produktivitas Total
Pertambahan output_Y [yang lebih Pertambahan output_Y [yang lebih
besar dari tambahan input K atau L] besar dari tambahan input K atau L]
diakibatkan
oleh
peningkatan diakibatkan
oleh
peningkatan
penguasaan teknologi. Padahal dalam penguasaaan teknologi plus adanya
prakteknya mungkin saja peningkatan peningkatan kondisi ekonomi secara
teknologi
terjadi,
tapi
peningkatan umum.
teknologi tidak terlihat karena kondisi
perekonomian
negara
tidak
mendukung.
Dengan melihat persamaan 2.3 diatas kita dapat melihat bahwa peningkatan
output (produksi) per pekerja suatu negara akan dipengaruhi oleh jumlah kapital,
tenaga kerja, besaran variabel  dan nilai TPF.
Dalam
banyak
literatur
makroekonomi
yang
menggunakan
pendekatan
ekonometrika (dimana variabel  diasumsikan konstan), peningkatan nilai TPF
17
akan meningkatkan output (fungsi produksi). Tapi jika kita memodelkan
pertumbuhan output dengan system dynamics, maka meningkatnya nilai fungsi
produksi (output) juga ditunjukkan dengan peningkatan nilai variabel .
Meningkatnya
variabel

menunjukkan
tingkat
penggunaan
teknologi
(produktivitas parsial tenaga kerja atas output, yaitu peningkatan produktivitas
tenaga kerja untuk memproduksi lebih besar). Seperti yang telah diuraikan TPF
akan mencakup perluasan ekspor, eksternalitas positif (negatif) terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara.Menurut Mankiew (2003) TPF mencakup
semua yang merubah hubungan antara input dan output.
Nilai TPF ini umumnya sering dihitung sebagai residu (residu Solow) sebagai
berikut:
Y A K
L

 ; ……………………………. (2.5)


Y
A
K
L
Dengan sedikit modifikasi kita dapat mencari nilai TPF sebagai berikut:
Y=AKL, dimana Y=output (PDB); tetapkan A=1; dengan Yo output awal, Lo
tenaga kerja awal dan Ko kapital awal, maka persamaan (2.5) dapat diturunkan
sebagai berikut:
Y  Yo K  Ko
L  Lo


 , selanjutnya,
Yo
Ko
Lo
Y
K
L
1 (
 1)  (
 1)  ; karena 1--=0, maka
Yo
Ko
Lo
Y  Yo * (
K
L
)ˆ * ( ) ˆ , jika Potential Output (PTY) atau Fungsi Produksi
Ko
Lo
PTY= Yo * (
K
L
)ˆ * ( ) ˆ , maka
Ko
Lo
TPF=Y/PTY
…………………………..….. (2.6)
atau dengan kata lain TPF merupakan hasil pembagian antara output (PDB)
dengan fungsi produksi atau potential output (PTY).
18
II.3.2 Pengertian Produktivitas
Menurut Mali dalam Nugroho artikel “Total Produktivitas Faktor” (2005),
produktivitas adalah pengukuran seberapa baik sumber daya yang digunakan
bersama dalam suatu organisasi untuk menyelesaikan kumpulan hasil-hasil.
Sedangkan Dewan Produktivitas Nasional (dalam artikel sama) menyatakan
bahwa produktivitas adalah sikap mental yang selalu mempunyai pandangan
bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari ini dan hari ini adalah
lebih baik dari hari ini. Sedangkan definisi yang cukup diantaranya, perbandingan
antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan merupakan ukuran
produktivitas (ILO).
Dalam prakteknya, produktivitas dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain: teknologi, pabrik dan peralatan,
tenaga kerja dan metode kerja. Dilain pihak lain kebijakan pemerintah dan kondisi
sosial ekonomi merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi produktivitas.
Produktivitas sangat penting dalam suatu fungsi produksi, karena kenaikan
produktivitas dapat meningkatkan output lebih besar daripada kenaikan input
dengan kata lain, jika kenaikan output lebih besar dari kenaikan faktor input,
maka telah terjadi peningkatan produktivitas. Produktivitas dapat membantu kita
menghasilkan produk yang lebih yang lebih baik atau lebih banyak dengan jumlah
jumlah input yang sama.
Dalam skala negara, Produk Domestik Bruto merupakan output yang dihasilkan
oleh seluruh input modal dan tenaga kerja yang dimiliki suatu negara.
Perbandingan antara output dan jumlah inputlah yang dinamakan Faktor
Produktivitas Total. Perlu diketahui juga bahwa perekonomian suatu negara tidak
saja dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja dan kapital-nya, tapi juga dipengaruhi
oleh kebijakan pemerintah dan situasi politik, sosial dan ekonomi-nya.
19
II.4 System Dynamics 1
II.4.1 Sejarah dan Prospeknya di Masa Datang
System Dynamics berhubungan dengan interaksi berbagai unsur-unsur dari suatu
sistem pada waktunya dan menangkap aspek yang dinamis dengan konsep-konsep
utama seperti stok dan flow, umpan balik dan delay, dan dengan demikian
berusaha membangun satu pengertian yang mendalam dari perilaku dinamis
sebuah sistem dari waktu ke waktu. Sebagai suatu ranah pengetahuan, SD dapat
dimengerti sebagai suatu perluasan logis rancang-bangun sistem (System
Engineering) dan analisis sistem (System Analysis). SD dengan tegas
mempertimbangkan perilaku yang dinamis yang timbul akibat adanya delay dan
feedback di dalam sistem.
Salah satu definisi system dynamics yang dikenal luas ialah :
System Dynamics adalah suatu perspektif dan sekumpulan perkakas konseptual
(conceptual tools) yang membantu kita untuk memahami struktur dan dinamis
dari sistem kompleks. System Dynamics juga merupakan metoda pemodelan yang
padat
dan
memungkinkan
kita
membangun
model
komputer
untuk
mensimulasikan sistem kompleks serta menggunakan model tersebut untuk
mendesain kebijakan dan organisasi yang lebih efektif (Sterman., 2001).
System Dynamics sebagai suatu metoda telah sukses diterapkan di dalam lingkup
persoalan bisnis dan ekonomi-sosial untuk memahami permasalahan dan
membangun satu pengertian yang mendalam tentang perilaku unsur-unsur dalam
sebuah sistem dengan melakukan berbagai intervensi-intervensi kebijakan.
Beberapa aplikasi system dynamics yang paling sering dibicarakan para ahli ialah
World Dynamics (1971) dan The Limits to Growth (1972). Walau model-model
diatas mendapat kecaman dan kritik dari banyak pakar dari berbagai disiplin ilmu,
mereka sukses di dalam menjawab tantangan-tantangan dan isu-isu sangat penting
yang sedang dihadapi oleh umat manusia kini dan masa datang.
1
Sebagian besar dari deskripsi system dynamics ini merupakan kompilasi karya Victor Tang and Samudra
Vijay ( System Dynamics Origins, development, and future prospects of a method ) dan tugas system
dynamics penulis
20
II.4.2 Sejarah dan Asal-Muasal
Jay W.Forrester, penemu system dynamics, adalah lulusan jurusan teknik elektro
yang belakang hari bekerja pada Gordon S.S. sebagai asisten riset di dalam
laboratorium mekanisme servo yang ditemukan pada tahun 1940. Selama Perang
Dunia II, ia merancang dan mengembangkan mekanisme servo untuk kendali dari
antena-antena radar, dan peralatan-peralatan militer lain. Selama periode ini, ia
secara ekstensif menggunakan teori kontrol matematika (the mathematical theory
of controls) dan konsep feedback dan stabilitas dalam aplikasi-aplikasi rekayasa.
Sesudah itu ia memimpin desain dan pengembangan Whirlwind I, komputer
cacahan yang pertama di Digital Computer Laboratory MIT. Ia juga sempat
memimpin Division 6 Lincoln Laboratory, yang merancang komputer-komputer
untuk SAGE (Ground Environment Semi-Automatic) sistem pertahanan udara
untuk kawasan Amerika Utara.
Forrester kemudian bergabung ke sekolah binis MIT (Sloan School of Business)
tahun 1956, di mana ia mulai meletakkan pondasi bagi system dynamics, sebagai
suatu metoda untuk memahami perilaku dinamis dari berbagai persoalan. Dalam
suatu kesempatan, dia mencoba membantu GE (General Electric) memecahkan
masalah fluktuasi permintaan alat elektrik rumah tangga. Forrester memecahkan
masalah ini dengan menggunakan feedback loop untuk mensimulasikan
persediaan perusahaan GE ( "sistem pengendalian persediaan pertama itu dengan
simulasi pensil adalah permulaan system dynamics" Forrester, 1991). Professor
Jay W Forrester kemudian memperluas penggunaan system dynamics dalam
bidang manajemen bisnis dan secara formal mengartikulasikan metodologi system
dynamics dalam bukunya yang berjudul Industrial Dynamics yang diterbitkan
tahun 1961.
Pertemuannya dengan walikota Boston memberi kesempatan untuk menerapkan
aplikasi system dynamics untuk memecahkan perumahan di area Boston Metro.
Hasil kajiannya atas masalah perumahan di Boston Metro dirangkum dalam
bukunya yang berjudul Urban Dynamics, dimana kesimpulan dari masalah
perumahan diatas "kebijakan membangun perumahan murah merupakan sumber
permasalahan utama". Kesimpulan ini mendapat kecaman karena bernuansa
politik, tapi Prof. Jay W Forrester berargumentasi bahwa kebijakan pembangunan
21
rumah telah berimplikasi pada mengurangnya ketersediaan lahan produktif untuk
pengembangan bisnis dan kesempatan kerja sehingga menimbulkan masalah
pengangguran yang akut dan kebutuhan perumahan murah yang lebih besar
dimasa datang.
Sejak itu, secara perlahan tapi mantap, system dynamics berkembang dan
diaplikasikan pada banyak pemecahan masalah yang menghasilkan solusi yang
lebih baik. Sekolah bisnis MIT kemudian memperluas aplikasi system dynamics
untuk permasalahan bisnis seperti masalah inventori dan siklus bisnis. Dewasa ini,
banyak sekolah manajemen di seluruh dunia menawarkan kursus system
dynamics.
II.4.3 Prinsip System Dynamics
Prinsip-prinsip dari system dynamics berdasarkan pada 2 prinsip utama,
1) pertama ialah stock dan flows, dan delays menentukan perilaku sistem. Hal ini
dapat kita amati di dalam kehidupan sehari-hari. Air mengalir lewat pipa dan
terkumpul di reservoir-reservoir, bak mandi, dan wadah-wadah air lainnya. Air
menghangat pelan-pelan setelah tombol air panas dihidupkan. Prinsip stock dan
flows, dan delays merupakan sumber inspirasi untuk Forrester untuk
mengkonseptualisasikan perilaku unsur-unsur sistem dan sistem sosial yang ada
disekitar kita; 2) kedua rasionalitas yang terbatas (Simon 1957). Simon
menggunakan kiasan dari sebuah gunting, di mana satu mata pisau nya adalah
"pembatasan-pembatasan teori" (cognitive limitations) dan yang lainnya "struktur
dari lingkungan." System Dynamics tidak menyatakan alamat semua variabel dari
suatu masalah, tapi lebih berkonsentrasi pada beberapa variabel yang merupakan
kunci masalah dan konteksnya, yaitu "lingkungan" seperti yang digambarkan oleh
pemodel. System Dynamics tidak mengoptimalkan, tetapi cenderung pada
pembentukan aturan-aturan yang seminimal mungkin yang mampu ditangkap oleh
analis sistem sesuai pemahamannya tentang suatu masalah (Gigerenzer dan Selten
2000).
22
S y s t e m D y n a m ic s is a m e t h o d
g o v e rn m e n ta l
s y s te m s
a ir d e fe n s e
s y s te m s
e c o n o m ic
a n d s o c ia l s y s te m s
p rin c ip le
s e p a r a tio n o f
p o w e rs
s u p e r -s y s te m
o f h e te ro g e n e o u s
s y s te m s
b o u n d e d ra tio n a l,
g ro u n d e d th e o r y
s to c k s , flo w s , d e la y s
m e th o d
p rim a ry
e le c tio n s
in te ro p e ra b ility o f
s y s te m s o f s y s te m s
n e tw o r k s o f n e tw o rk s
to o ls
v o tin g m a c h in e s
c o m p u te rs ,
n e tw o r k s , o th e r
a rtifa c ts
s y s te m
d y n a m ic s
V e n s im 
DYNAMO
S te lla 
©
s lid e 1 1
Gambar 2.3 System Dynamics sebagai suatu metoda
Prof. John D. Sterman dalam artikelnya berjudul “All Models are Wrong:
Reflections on Becoming a System Scientist” mengemukakan karakteristikkarakteristik yang dimiliki system dynamics antara lain:
1) Mengandung dasar-dasar matematika yang padat dan elegan untuk membuat
dan mengembangkan suatu model.
2) Mengandung pengertian System Thinking dan Modeling Complex World.
Dengan kata lain system dynamics diawali dengan pemikiran bagaimana
sebaiknya kerja sebuah sistem dan apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam
sebuah sistem bersama keterkaitan antar unsurnya. Baru setelah itu kita dapat
membuat pendekatan model dari dunia nyata untuk memecahkan masalah.
3) System Dynamics adalah alat (tool) untuk untuk membantu pengambil
kebijakan untuk memecahkan masalah penting.
4) System Dynamics dapat digunakan banyak kalangan dengan berbagai latar
belakang disiplin ilmu. Baik yang berlatar belakang ilmu sosial maupun ilmu
teknik.
5) System Dynamics mengajak kita untuk berpikir counterintuitive (tidak
menerima begitu saja sebuah model sistem yang dibangun oleh orang lain/diri
kita sendiri. Walaupun orang lain itu adalah seorang ahli). Berpikir
23
counterintuitive akan mengembangkan mental model sehingga kita mampu
melihat permasalahan secara menyeluruh (holistik) dan tidak melihat
permasalahan secara spasial (sepotong-potong).
6) Untuk meningkatkan kemampuan kita dalam membuat sebuah model
(modeling a complex world), diperlukan pemahaman system thinking. Yaitu
kemampuan melihat sebuah dunia sebagai sistem yang kompleks dan
memahami bagaimana semua koneksitas unsur-unsur yang ada didalamnya.
System thinking meliputi pemahaman tentang stock & flows (kapasitas dan
aliran), time delays (waktu tunda), nonlinearitas, system boundary dan
feedback.
7) Pemecahan masalah dalam system dynamics menggabungkan semua aspek
ilmu pengetahuan termasuk diantaranya ilmu teknik, sosial, ekonomi dan
ekologi. Penggabungan diperlukan karena real world merupakan interaksi dari
semua ilmu yang dikenal oleh manusia.
Professor John D. Sterman juga menyatakan
“ Jika seorang sistem
thinker/modeler mampu membuat sebuah sistem yang baik maka tidak akan
terjadi policy resistance dan side effects. Yang ada hanyalah efek biasa (kejadian
yang bisa kita perkirakan) ”.
a. Dinamic Complexity, Feedback dan Policy Resistance
Kemampuan mental kita untuk untuk melakukan pemodelan sistem nyata
(modeling a complex world) sangat terbatas, inkonsisten dan tidak dapat
diandalkan. Tindakan kita sehari-hari sering didasarkan atas perspektif yang
sempit dan bersifat jangka pendek.
Professor John D. Sterman juga menyatakan bahwa pemahaman yang dangkal
akan sebuah sistem, sudut pandang/ perspektif yang sempit dan pemecahan
masalah yang event oriented serta pemahaman yang rendah tentang feedback akan
menyebabkan terjadinya policy resistance dan side effects (efek-efek samping)
yang seringkali tidak atau terlambat untuk diantisipasi.
Policy resistance didefinisikan sebagai kecendrungan suatu sistem untuk
memberikan reaksi (baik seketika maupun tunda/delay) atas aksi yang diberikan
kepada suatu sistem. Bahkan sebuah sistem juga dapat memberikan reaksi
24
melawan (mengalahkan) suatu aksi yang diberikan kepada sistem tersebut. Policy
resistance dapat menimbulkan side effect yang tidak atau terlambat untuk
diantisipasi.
Contoh Policy resistance dan side effect:
penyemprotan hama (serangga perusak tanaman) dengan pestisida dikemudian
hari membuat serangga tersebut semakin resistan (baca:kebal) terhadap pestisida
itu sendiri. Resistansi serangga terhadap pestisida tersebut dinamakan juga efek
samping (side effects).
Untuk membangun model system dynamics yang utuh dan handal, kita harus
memahami karakterisitik yang dimiliki system dynamics. Karakteristik ini
terkandung
dalam
kalimat
kompleksitas
dinamis
(dynamic
complexity).
Kompleksitas sebuah system dynamics selalu berkembang disebabkan faktorfaktor sebagai berikut:

System dynamics selalu berubah setiap waktu.

Aktor-aktor yang ada dalam sistem saling berinteraksi dengan dinamis.

Rentan terhadap feedback. Aksi yang kita lakukan pada satu aktor akan
mempengaruhi tingkah laku aktor-aktor lain dalam sistem. Ini dikarenakan antar
aktor terjadi interaksi yang dinamis dan kuat.

Nonlinearitas. Reaksi yang diberikan sebuah sistem (atas suatu aksi) seringkali
tidak bersifat proporsional.

Counterintuitive. Hubungan sebab akibat sering tidak terjadi dalam waktu
yang berdekatan. Kadang-kadang suatu aksi menimbulkan reaksi yang jarak
waktunya sangat lama.

Policy resistance. Diterangkan dalam bahasan pada halaman berikutnya.
b. Event Oriented
Policy resistance juga terjadi karena kita melihat bahwa suatu sistem bersifat
event oriented. Event oriented ialah pemahaman bahwa suatu masalah disebabkan
oleh suatu masalah dalam urutan sebab akibat. Ini dapat menyesatkan kita.
Sistem tidak bereaksi sekuensial, sistem dapat bereaksi secara bersamaan (unsurunsur suatu sistem bereaksi bersamaan terhadap suatu aksi) sehingga metode
25
event oriented bukanlah metode yang cocok untuk memecahkan masalah dunia
nyata yang kompleksitasnya tinggi dan bersifat tidak linear.
c. Exogenous dan Time Delays
Unsur yang berada dalam sebuah sistem dinamakan Endogenous dan sebaliknya
dinamakan Exogenous.
Karena
terbatasnya
pemahaman
akan
sebuah
sistem,
kita
dapat
saja
menggolongkan sebuah (atau lebih) unsur sebagai exogenous (karena bisa saja
suatu unsur yang pada saat kita membangun model tidak ada hubungan dengan
model yang kita buat karena unsur-unsur tersebut mempunyai time delay).
Time delays didefinisikan sebagai tenggang waktu antara suatu aksi dengan
reaksi/efek dalam sebuah sistem. Dalam artian unsur tersebut mempunyai sifat
menunda pengiriman feedback kepada sebuah sistem dalam jangka waktu tertentu.
Padahal jika saatnya tiba, unsur yang semula exogenous berubah menjadi
endogenous dan memberikan feedback yang powerful.
Time delays juga mengaburkan pandangan kita akan sebuah sistem yang berujung
adanya perbedaan antara hasil yang kita inginkan dengan hasil nyata
(discrepancies between desired result and actual result).
d. Stock and Flows
Pemahaman tentang Stock and Flows sangat penting dalam kerangka kerja system
dynamics. Dalam kenyataannya banyak mahasiswa pascarsarjana (termasuk
sarjana teknik) gagal memberikan jawaban benar dalam kasus bathtub.
Stock dan Flows berubah selalu berubah sejalan dengan waktu. Stock berarti
tempat akumulasi materi dan/atau informasi dalam sebuah model sedangkan Flow
menyatakan rata-rata aliran materi dan/atau informasi.
e. System Boundary (Batas Sistem)
System Boundary dalam dunia nyata dibuat untuk mengurangi kompleksitas
masalah. System boundary juga diperlukan dan kadang tidak dapat dihindarkan.
Namun dalam membangun suatu model ( dengan prinsip system dynamics ), kita
harus memperluas system boundary tersebut dengan prinsip system dynamics. Dan
hanya melakukan system boundary untuk memfokuskan penyelesaian masalah
bukan untuk menyederhanakan masalah.
26
II.4.4 Aplikasi-aplikasi System Dynamics
System Dynamics kini sudah diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan. Kita
akan menggambarkan beberapa diantara contoh aplikasi System Dynamics yang
mampu menjelaskan keampuhan system dynamics.
o
Simulasi Portofolio. Suatu model portofolio yang terkenal adalah 2x2 model
BCG, yang menggambarkan pangsa pasar relatif di sumbu-x dan pertumbuhan
pasar di sumbu-y. Model BCG adalah statis dan menghilangkan umpan balik
dalam perumusan-perumusan kebijakannya. Model BCG dalam bentuk system
dynamics dibuat oleh Mertern, Löffler, dan Wiedmann (1987) mampu
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan model BCG yang pertama. Mereka
menunjukkan bagaimana dan mengapa kebijakan BCG gagal ketika pesaingpesaing mengadopsi tanggapan-tanggapan tidak lazim. System Dynamics mampu
menunjukkan perilaku kompetitif dinamis dari perusahaan (bandingkan dengan
hasil model BCG statis yang hanya menampilkan perilaku statis perusahaan).
o
Pengembangan Produk. Ada faktor-faktor penting yang menentukan mutu
suatu produk dan kemampuan tim dalam memenuhi tenggat waktu produksi.
Suatu isu yang kritis adalah menyelesaikan pekerjaan yang harus diselesaikan dan
mengantsipasi permasalahan yang tidak terduga. Isu kritis lainnya adalah
interaksi-interaksi antara proses dan struktur-struktur fisik seperti manufakturing
produk di pabrik. Repenning dan Sterman (1997) dengan System Dynamics
mampu menunjukkan bahwa ketidaksinkronan (asynchronicas) proses-proses ini
menjurus kepada disfungsi performansi organisasi (dysfunctional organizational
performance).
o
Jaringan Suplai (Suppy Chain). Volatilitas suatu jaringan suplai adalah
masalah yang penting bagi suatu perusahaan. Masalah supply chain ini dapat
menimpa setiap jenis bisnis baik yang kekurangan persediaan, atau mereka
mempunyai persediaan produk melimpah di gudang. Dengan system dynamics,
masalah supply chain dapat dipecahkan dengan hasil tingkat persediaan pada
masing-masing langkah jaringan suplai dan perilakunya yang dinamis dapat
ditirukan dengan ketepatan yang luar biasa (Sterman 2000).
Selain aplikasi diatas, system dynamics juga digunakan untuk menelaah masalah
makroekonomi seperti yang dilakukan John W. Hines dan Nathan Blair Forrester.
27
John W Hines berhasil memperkirakan perilaku suku bunga dengan memodelkan
sistem makroekonomi Amerika Serikat dengan system dynamics. Sedangkan
Nathan B Forrester (Forrester, 1993) membuat model untuk yang menggambarkan
fluktuasi output Amerika Serikat dan juga menguji berbagai pengaruh kebijakan
pemerintah (fiskal dan moneter) terhadap unjuk perekonomian Amerika Serikat.
II.5 Visi Indonesia 2030
Negara Maju yang Unggul dalam Pengelolaan Kekayaan Alam
Ditopang oleh empat pencapaian utama, yaitu:

Masuk dalam 5 besar kekuatan ekonomi dunia, dengan pendapatan perkapita
sebesar US$ 18 ribu per tahun;

Pemanfaatan kekayaan alam yang berkelanjutan;

Perwujudan kualitas hidup moderen yang merata (shared growth);

Mengantarkan sedikitnya 30 perusahaan Indonesia dalam daftar Fortune500
Companies.
Visi 2030:
Negara Maju Yang Unggul Dalam Pengelolaan Kekayaan Alam
Kata kunci visi tersebut ialah negara maju dan pengelolaan kekayaan alam.
Keduanya dijelaskan di bawah ini.
Negara Maju. Indonesia akan mencapai pendapatan per kapita sebesar US$ 18
ribu yang menempatkan Indonesia dalam lima besar perekonomian dunia, dan
representasi kelompok usaha yang terkemuka di dunia.
Saat ini Indonesia berada pada kelompok negara berpendapatan menengah ke
bawah (lower middle income). Posisi ini akan terus bertahan hingga tahun 2015
dan setelah itu Indonesia masuk sebagai negara berpendapatan menengah ke atas
(upper middle income). Proses industrialisasi akan menjadi katalisator akumulasi
modal menuju negara maju dengan kontribusi terbesar dari sektor jasa.
28
Gambar 2.4 PDB Per Kapita Indonesia, 1990 - 2030
Sumber: Proyeksi YIF
Dengan mengasumsikan pertumbuhan ekonomi riil rata-rata sebesar 7,62 persen
per tahun, laju inflasi rata-rata sebesar 4,95 persen per tahun, dan pertumbuhan
penduduk rata-rata sebesar 1,12 persen per 4 tahun, maka pada tahun 2030
Indonesia akan mencapai PDB per kapita sebesar US$ 18.000 per tahun (lihat
Gambar 2.4).
Dengan jumlah penduduk sebesar 285 juta jiwa, PDB Indonesia mencapai US$
5,1 trilyun, dan pada saat itu Indonesia masuk ke dalam lima besar perekonomian
dunia (lihat Gambar 2.5).
Gambar 2.5. GDP Harga Berlaku 5 Negara Terbesar, 2005 dan 2030
Sumber: Proyeksi YIF
29
Perekonomian nasional akan dimotori oleh sektor jasa. Walaupun awalnya sektor
jasa tergantung kepada gerak sektor lainnya di perekonomian, namun pada
akhirnya sektor jasa akan memperoleh momentum untuk tumbuh lebih cepat.
Sektor jasa akan tumbuh lebih cepat dari sektor industri mulai tahun 2020, namun
kontribusi sektor jasa dalam GDP akan mengungguli kontribusi sektor industri
mulai tahun 2025.
Kontribusi sektor pertanian terus menurun hingga tahun 2030 namun dibarengi
oleh peningkatan kesejahteraan, produktifitas dan keterkaitannya dengan sektor
lain. Produktifitas sektor pertanian akan meningkat seiring dengan kemajuan
teknologi sehingga menghasilkan nilai tambah per pekerja yang lebih besar.
Kontribusi sektor industri terhadap PDB relatif stabil namun terjadi pergeseran
struktur industri ke arah sektor-sektor yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi
dan peningkatan produktifitas SDM. Sumber peningkatan nilai tambah tersebut
berasal dari inovasi teknologi, perbaikan kualitas input, dan perbaikan sistem
distribusi dan pemasaran. Kedekatan dengan pasar input dan output menyebabkan
perusahaan-perusahaan di Indonesia mendapatkan manfaat untuk mempunyai
efisiensi produksi yang tinggi. Dengan keunggulan kompetitif tersebut,
diharapkan pada tahun 2030 setidaknya 30 perusahaan Indonesia masuk dalam
daftar 500 perusahaan terbaik dunia.
Unggul dalam Pengelolaan Kekayaan Alam. Pengelolaan kekayaan alam
Indonesia secara optimal dilakukan melalui interaksi sumber daya manusia dan
teknologi
dengan
mengikuti
prinsip
keberlanjutan
untuk
menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang merata dalam rangka mewujudkan kualitas hidup
modern.
30
Gambar 2.6 Misi untuk Mencapai Visi 2030
Download