BAB II LANDASAN PUSTAKA II.1 Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB) Kegiatan ekonomi secara garis besarnya dapat digolongkan dalam kegiatan produksi dan konsumsi barang dan jasa. Sejumlah perusahaan memproduksi barang dan jasa yang menghasilkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh berbagai golongan dalam masyarakat, sehingga dari pendapatan ini masyarakat akan membeli barang dan jasa baik untuk keperluan konsumsi maupun investasi. Karena itu, nilai produk akhir dari barang dan jasa yang diproduksi suatu golongan akan sama dengan pendapatan yang diterima oleh golongan-golongan lain dalam masyarakat dan akan sama pula dengan jumlah pengeluaran oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Atas prinsip dasar di atas maka PDB yang didasarkan jumlah produksi, PDB berdasarkan jumlah pendapatan dan PDB berdasarkan jumlah pengeluaran sebenarnya sama. Hanya cara melihatnya saja yang berbeda : Kalau ditinjau dari segi produksi, PDB adalah merupakan jumlah nilai produk akhir atau nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi yang dimiliki oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Ditinjau dari segi pendapatan, PDB adalah merupakan jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh seluruh masyarakat di suatu negara dalam jangka waktu tertentu. PDB yang dihitung berdasarkan jumlah pengeluaran konsumsi keseluruhan masyarakat disuatu negara dinamakan PDB atas pengeluaran. Hubungan antara PDB di atas dapat dirumuskan dalam persamaan berikut, PDB atas produksi = PDB atas pendapatan = PDB atas pengeluaran. Dalam format laporannya, PDB disajikan 2 bentuk nilai tukar yaitu PDB atas harga konstan (GDP at constant prices) dan PDB atas harga berlaku (GDP at current prices). PDB atas harga konstan adalah PDB yang dihitung atas harga dasar pada tahun yang telah ditetapkan (standar internasional mempersyaratkan tahun dasar PDB 8 harus digit 0 atau 5, misal tahun dasar 2000 dan 2005). PDB atas harga berlaku ditetapkan berdasarkan harga tahun berjalan. Perbandingan antara PDB harga berlaku dan PDB harga konstan dapat dipakai sebagai indikator umtuk melihat tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi (deflator PDB). Penyajian PDB secara sektoral dapat memperlihatkan struktur ekonomi di wilayah itu. Bila angka PDB dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja, atau jumlah input yang digunakan, akan dapat menggambarkan tingkat produktifitas secara sektoral maupun menyeluruh. Sejak tahun 2004, BPS mempublikasikan pertumbuhan ekonomi dan nilai PDB atas dasar harga konstan 2000 (sebelumnya menggunakan harga konstan 1993) untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang lebih realistis dan memperlihatkan perubahan struktur ekonomi terkini. Nilai PDB atas harga konstan tahun 2000 lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi atas dasar harga konstan 1993. Sebagai contoh, nilai PDB pada tahun 2003 atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp. 444.453,5 milyar atau tumbuh sebesar 4,10 persen jika dibandingkan tahun 2002. Sementara nilai PDB pada tahun 2003 atas dasar harga konstan 2000 menjadi Rp. 1.579.558,9 milyar atau tumbuh sebesar 4,51 persen. Gambar 2.1 mengilustrasikan PDB atas harga konstan 1993 dan 2000. 3.000.000 2.500.000 PDB harga berlaku (Rp.billion) PDB 2000=100 (Rp.billion) 2.000.000 PDB 1993=100 (Rp.billion) 1.500.000 1.000.000 500.000 0 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Gambar 2.1 PDB harga konstan 1993 & 2000 dan PDB harga berlaku 9 PDB yang disajikan dalam bentuk neraca akan menggambarkan bagaimana barang dan jasa itu di produksi, di konsumsi, di investasikan maupun di ekspor, dan bagaimana sumber-sumber pembiayaan terhadap konsumsi, investasi maupun ekspor atau impor. Dengan demikian kita dapat memahami bahwa angka-angka yang disajikan oleh PDB dapat menggambarkan kondisi ekonomi yang terjadi, baik mengenai struktur ekonomi di masa lalu, keadaan yang sedang berjalan maupun kemungkinankemungkinan dimasa yang akan datang. Dengan demikian PDB berfungsi sebagai: Indikator pertumbuhan ekonomi; Indikator pertumbuhan pendapatan per kapita; Indikator inflasi dan deflasi; Indikator struktur perekonomian; Indikator hubungan antar sektor. Karena itu PDB menyajikan data-data yang sangat berguna jika kita ingin melakukan perencanaan ekonomi (jangka pendek atau jangka panjang) atau untuk menilai kebijakan ekonomi suatu negara. II.1.2 Beberapa Indikator Ekonomi Dalam memahami pertumbuhan ekonomi suatu negara dikembangkan-lah beberapa indikator ekonomi yang umumnya dapat kita temui dalam berbagai media massa atau laporan ekonomi: a. Inflasi Harga dari waktu ke waktu selalu berubah. Secara umum semakin stabil keadaan ekonomi suatu negara, makin rendah tingkat inflasinya. Ada dua jenis perubahan harga atau inflasi yang dikenal yaitu a) Indeks Harga Konsumer dan Deflator PDB. IHK (Indeks Harga Konsumen) merupakan perhitungan yang digunakan untuk menghitung perubahan harga atas komoditi yang telah ditetapkan jenisnya. Karena IHK sering dinamakan inflasi dengan komoditi tetap. Penetapan komoditi dalam perhitungan IHK didasarkan atas perhitungan barang dan jasa yang paling sering dikonsumsi oleh golongan masyarakat atau rumah tangga. Sedangkan 10 deflator PDB merupakan hasil bagi PDB harga berlaku dengan PDB harga konstan untuk tahun yang sama. Para ahli ekonomi sering bertanya-tanya ukuran inflasi yang manakah yang paling efektif dalam menggambarkan keadaan ekonomi suatu negara ?. Apakah inflasi dari IHK atau Deflator PDB lebih baik dari yang lain dalam menggambarkan perubahan harga ? Jawabannya ternyata tidak ada satu yang paling unggul diantara kedua cara perhitungan inflasi diatas (Mankiew, 2003). Ilustrasinya demikian. Jika suatu hari, terjadi kegagalan panen jeruk, maka IHK akan cenderung menghitung inflasi yang terlalu tinggi karena tidak menghitung kemungkinan subsitusi jeruk dengan apel. Disisi lain, deflator PDB dalam kasus yang sama mungkin tidak dapat menangkap penurunan daya beli masyarakat karena kenaikan harga jeruk. Untungnya dalam praktek perbedaan atas inflasi yang dihitung dari IHK dan deflator PDB mempunyai perbedaan yang tidak terlalu besar (Mankiew, 2003). Kedua ukuran inflasi biasanya dapat memberi cerita yang sama tentang seberapa harga naik. Grafik Deflator and IHK 1,80 1,60 1,40 Nilai 1,20 1,00 Deflator IHK 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Gambar 2.2 Perbandingan Deflator PDB dan IHK (tahun dasar 2000) 11 b. Pembiayaan Pemerintah Pembiayaan pemerintah merupakan unsur penting dalam perekonomian negara. Pembiayaan ini biasanya mencakup proyek pemerintah dan gaji para pegawai pemerintah. Biasanya pembiayaan pemerintah mencakup 20-30% dari PDB suatu negara. Dilihat dari tujuannya, pembiayaan pemerintah digolongkan atas a) government spending dan government transfer. Government spending boleh dikatakan merupakan pengeluaran pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat luas mencakup pengeluaran proyek pemerintah, administrasi pemerintahan dan gaji pegawai. Sedangkan government transfer, merupakan pengeluaran pemerintah yang ditujukan untuk meredistribusi ulang kekayaan masyarakat. Dimanapun kita berada, selalu ada kesenjangan dalam pendapatan ekonomi. Melalui subsidi dan bantuan langsung tunai kita dapat mengurangi ketimpangan pendapatan. Inilah tujuan dari goverment transfer. c. Investasi Pemerintah dan swasta, dalam sebuah perekonomian, membeli barang-barang investasi. Perusahaan membeli investasi untuk menambah persediaan modal dan mengganti modal yang sudah aus. Rumah tangga, disisi lain, membeli rumah baru yang juga merupakan bagian dari investasi. Jumlah barang modal yang diminta tergantung pada tingkat suku bunga, makin rendah suku bunga makin tinggi investasi yang diminta dan sebaliknya. d. Konsumsi Rumah tangga membelanjakan pendapatan yang didapatnya dengan membeli makanan, pakaian dan perlengkapan. Setelah membayar bermacam-macam pajak, rumah tangga membagi pendapatannya dalam konsumsi dan tabungan. e. Net Ekspor Net Ekspor merupakan selisih antara ekspor dan impor. Impor, karena bukan bagian dari produksi, akan dikurang dari ekspor (hasil produksi suatu negara) untuk menghasilkan tingkat net ekspor. 12 f. Pendapatan Permanen (Permanent Income) Definisi pendapatan permanen merupakan karya monetaris terkenal, Milton Friedman. Friedman beranggapan bahwa kenaikan pendapatan rumah tangga tidak berarti serentak akan meningkatkan pengeluaran rumah tangga, karena pendapatan rumah tangga mengandung 2 jenis pendapatan yaitu pendapatan transitoris dan pendapatan permanen. Dalam jangka panjang pendapatan permanen yang akan meningkatkan konsumsi dan pendapatan transitoris umumnya akan ditabung masyarakat. Contoh pendapatan permanen dan pendapatan transitoris. Pak Jopi yang mempunyai pendidikan lebih tinggi dibanding Pak Tofid, mempunyai pekerjaaan dengan penghasilan lebih tinggi, maka dapat dikatakan Pak Jopi mempunyai pendapatan permanen yang lebih tinggi dibanding Pak Tofid. Tapi dalam suatu ketika, Pak Tofid menang undian (kuis) maka hadiah uang yang diterima Pak Tofid tadi termasuk pendapatan transitoris (sementara). Dalam pandangan Friedman, hadiah uang yang diterima Pak Tofid, tidak otomatis akan meningkatkan konsumsi Pak Tofid ( karena merupakan pendapatan sementara/transitoris) tapi cenderung akan dikonsumsi sepanjang hidup atau ditabung. Disisi lain kenaikan penghasilan Pak Jopi dipandang sebagai pendapatan permanen yang akan meningkatkan konsumsi masyarakat secara umum (Mankiew, 2003). g. Pendapatan Disposable (Disposable Income) Pendapata per kapita seseorang tidak lantas dapat langsung dibelanjakan untuk keperluan sehari-hari. Karena ada pajak atau pengeluaran wajib yang harus bayar individu setiap kali menerima pendapatan atau gajinya. Ini menimbulkan istilah baru yang dinamakan pendapatan disposable. Pendapatan disposable merupakan pendapatan individu setelah dikurangi dengan pajak-pajak. Termasuk pajak disini ialah iuran pensiun, pajak penghasilan dan iuran ASKES. Pendapatan disposable dapat juga didefinisikan sebagai pendapatan yang siap dibelanjakan. II.2 Masalah Pengangguran Masalah pengangguran merupakan masalah yang selalu menghantui pengambil kebijakan ekonomi di hampir semua negara didunia ini. Disaat kita menekan 13 inflasi, pengangguran cenderung meningkat dan sebaliknya, disaat kita menurunkan tingkat pengangguran, inflasi cenderung meningkat. Inilah yang dinamakan trade off inflasi-pengangguran. Hubungan antara negatif antara inflasi dan pengangguran ini pertama kali dikemukakan oleh A.W Philip, dan kemudian istilah kurva Philip dikenal untuk merumuskan secara grafis hubungan diantara keduanya. Pada awalnya, kurva Philip hanya mengandung hubungan antara tingkat upah dan pengangguran. Namun dalam perkembangan selanjutnya kurva Philip mengandung hubungan antar tingkat inflasi dan pengangguran. Penambahan dalam kurva Philip modern juga mencakup inflasi yang diharapkan (Mankiew, 2003). Umumnya teori pertumbuhan dibangun dengan asumsi bahwa perekonomian selalu menyerap tenaga kerja atau dalam kondisi full employment (Mankiew, 2003). Kenyataan-nya tentu saja semua perekonomian mempunyai masalah pengangguran. Ada beberapa definisi pengangguran: a. Pengangguran friksional; Dalam kenyataan-nya, walau ada lowongan pekerjaan, tidak semua semua pekerjaan dapat segera penuhi. Para pekerja bisa saja mempunyai preferensi dan kemampuan yang berbeda dengan yang diharapkan oleh dunia kerja. Karena itu mencari pekerjaan membutuhkan waktu dan usaha. Pengangguran friksional adalah karakteristik pengangguran yang disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk mencari pekerjaan. b. Pengangguran struktural Alasan lain yang menyebabkan adanya pengangguran ialah kekakuan harga. Kadang-kadang upah tertahan diatas tingkat equilibriumnya, sehingga tingkat penawaran dan tingkat permintaan tenaga kerja tidak bersesuaian. Pengangguran struktural ialah pengangguran yang disebabkan kekakuan harga (atau karena adanya peraturan upah minimum). Pengangguran jenis ini timbul bukanlah karena pencari kerja tidak sesuai dengan kriteria dunia kerja, tapi karena pada tingkat upah tertentu penawaran kerja melebihi permintaanya. 14 Karena itu alasan-alasan yang diuraikan diatas, maka setiap perekonomian umumnya mempunyai tingkat pengangguran alamiah. Yaitu tingkat pengangguran yang ada dalam jangka panjang (Mankiew, 2003). II.3 Teori Pertumbuhan Solow Robert M. Solow mengasumsikan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara bergantung pada fungsi produksi yang mencakup faktor input kapital (sebagai modal) dan tenaga kerja. Dalam pandangan Solow, semakin tinggi input kapital (atau tenaga kerja), maka makin tinggi pertumbuhan ekonomi. Walau demikian faktor input kapital dan tenaga kerja bersifat diminishing returns. Artinya pertambahan output akan berkurang sejalan dengan pertambahan input. Karena mengandung sifat diminishing returns ini teori Solow sering juga digolongkan sebagai teori pertumbuhan neoklasik Lebih jelasnya, teori pertumbuhan Solow dapat di uraikan sebagai kombinasi dari tiga persamaan berikut ini (Bergman, 2005): 1. Fungsi Produksi Agregat: Y = F(K, L)= A*K*L , ………………………………………….. [2.1] dengan pemenuhan kondisi dibawah ini : a) jumlah Kapital (K) dan Tenaga Kerja (L) >0; Fk > 0, Fl > 0, dimana Fk=fungsi turunan pertama Y atas Kapital dan Fl =fungsi turunan Y atas Tenaga Kerja (L). Dimana Fk=Y/K dan Fl=Y/L; b) faktor kapital dan tenaga kerja bersifat penambahan output menurun sejalan dengan peningkatan faktor kapital dan tenaga kerja: Fkk < 0, Fll < 0; dimana Fkk=-Y/K2 dan Fll=-Y/L2; c) fungsi produksi di atas mempunyai sifat “skala pengembalian konstan” (constant returns to scale – artinya penambahan suatu faktor akan meningkatkan output sebesar jumlah yang sama dengan penambahan faktor tesebut): AF (λK, λN) = λAF (K, N) Dalam banyak kajian makroekonomi fungsi produksi yang sejalan dengan karakteristik di atas adalah fungsi produksi Cobb-Douglas : F = A K(t)α L(t)1- ………………………………………….. [2.2] Y/L=F/L=A (K/L)α …………………………………………. [2.3] 15 Pada awalnya teori pertumbuhan Solow mengasumsikan A sebagai technological change atau technological progress (tingkat penguasaan teknologi). Dimana peningkatan perekonomian selain dipicu penambahan kapital dan tenaga kerja, juga disebabkan meningkatnya penguasaan teknologi. Setelah mengaplikasikan teori Solow untuk menjelaskan pertumbuhan sejumlah negara, konstanta A kemudian didefinisikan sebagai faktor produktivitas total (TPF=total productivity factor) yang menginterprestasikan efisiensi pada sistem pasar atau produksi dan efisiensi penggunaan input produksi (mencakup instabilitas politik, proteksi industri dalam negeri). Jika r = tingkat hasil kapital (return of capital), w=tingkat upah, =bagian output yang dihasilkan kapital, =bagian output yang dihasilkan tenaga kerja dan Y=output (PDB) maka: =r*K/Y dan =w*L/Y, dimana +=1 ………………….……….. [2.4] Y=rK+wL atau Y=K+L ………..………………….……….. [2.5] Sedangkan tingkat kapital dan tenaga kerja yang diinginkan dapat dirumuskan sebagai berikut: Dk= * (AG/(1/t+i) dan Dl = * (AG/w), ………………..… [2.6] Dimana Dk= tingkat kapital yang diinginkan, Dl=tingkat kebutuhan tenaga kerja yang dinginkan, AG=Aggregate Demand, t=harapan hidup kapital dan i= tingkat suku bunga riil. Menurut Tasrif (1995), variabel dapat dirumuskan sebagai berikut: = (ln A+ln KOR)/(ln KLR), …………………………………… [2.7] = 1 - (ln A+ln KOR)/(ln KLR), ……………………………..… [2.8] dimana KOR = kapital output ratio = K/Y dan KLR = kapital labor ratio=K/(L*w). II.3.1 Potensial Output Dalam literatur makroekonomi seringkali fungsi produksi Cobb-Douglas diatas diberi nama lain yaitu “Potensial Output”. Fungsi produksi atau potensial output menunjukkan kemampuan penduduk dan kapital suatu negara dalam menghasilkan barang dan jasa. Semakin besar nilai fungsi produksi ini semakin 16 tinggi besar potensi suatu negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diidamkan. Misalkan A=1 (tetap), maka perubahan output_Y (PDB) sebanding dengan perubahan input K dan L. Tapi jika output_Y > Potensial Output, menandakan adanya pertumbuhan produktivitas dari tiap input. Pada awalnya Solow melabeli A sebagai technological change. Belakangan, para ahli melabeli A sebagai TPF (Total Producitivity Factor=Faktor Produktivitas Total) yang menyatakan A mencakup peningkatan output_Y (PDB) sebagai efisiensi yang lebih luas, yaitu mencakup peningkatan output_Y karena meningkatnya tingkat pendidikan, perluasan skala pasar ekspor (dari produk suatu negara/daerah) dan kebijakan pemerintah yang kondusif (Mankiew, 2003). Menurut Hornstein dan Krussel (1996), TPF tidak selalu mengandung perubahan teknologi, tapi juga dapat mencakup monetary shocks, military spending dan perubahan politik. Sebagai perbandingan A sebagai technological change dan A sebagai faktor produktivitas total, dibawah ini dilampirkan tabel di bawah ini: A sebagai technological change A sebagai Faktor Produktivitas Total Pertambahan output_Y [yang lebih Pertambahan output_Y [yang lebih besar dari tambahan input K atau L] besar dari tambahan input K atau L] diakibatkan oleh peningkatan diakibatkan oleh peningkatan penguasaan teknologi. Padahal dalam penguasaaan teknologi plus adanya prakteknya mungkin saja peningkatan peningkatan kondisi ekonomi secara teknologi terjadi, tapi peningkatan umum. teknologi tidak terlihat karena kondisi perekonomian negara tidak mendukung. Dengan melihat persamaan 2.3 diatas kita dapat melihat bahwa peningkatan output (produksi) per pekerja suatu negara akan dipengaruhi oleh jumlah kapital, tenaga kerja, besaran variabel dan nilai TPF. Dalam banyak literatur makroekonomi yang menggunakan pendekatan ekonometrika (dimana variabel diasumsikan konstan), peningkatan nilai TPF 17 akan meningkatkan output (fungsi produksi). Tapi jika kita memodelkan pertumbuhan output dengan system dynamics, maka meningkatnya nilai fungsi produksi (output) juga ditunjukkan dengan peningkatan nilai variabel . Meningkatnya variabel menunjukkan tingkat penggunaan teknologi (produktivitas parsial tenaga kerja atas output, yaitu peningkatan produktivitas tenaga kerja untuk memproduksi lebih besar). Seperti yang telah diuraikan TPF akan mencakup perluasan ekspor, eksternalitas positif (negatif) terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.Menurut Mankiew (2003) TPF mencakup semua yang merubah hubungan antara input dan output. Nilai TPF ini umumnya sering dihitung sebagai residu (residu Solow) sebagai berikut: Y A K L ; ……………………………. (2.5) Y A K L Dengan sedikit modifikasi kita dapat mencari nilai TPF sebagai berikut: Y=AKL, dimana Y=output (PDB); tetapkan A=1; dengan Yo output awal, Lo tenaga kerja awal dan Ko kapital awal, maka persamaan (2.5) dapat diturunkan sebagai berikut: Y Yo K Ko L Lo , selanjutnya, Yo Ko Lo Y K L 1 ( 1) ( 1) ; karena 1--=0, maka Yo Ko Lo Y Yo * ( K L )ˆ * ( ) ˆ , jika Potential Output (PTY) atau Fungsi Produksi Ko Lo PTY= Yo * ( K L )ˆ * ( ) ˆ , maka Ko Lo TPF=Y/PTY …………………………..….. (2.6) atau dengan kata lain TPF merupakan hasil pembagian antara output (PDB) dengan fungsi produksi atau potential output (PTY). 18 II.3.2 Pengertian Produktivitas Menurut Mali dalam Nugroho artikel “Total Produktivitas Faktor” (2005), produktivitas adalah pengukuran seberapa baik sumber daya yang digunakan bersama dalam suatu organisasi untuk menyelesaikan kumpulan hasil-hasil. Sedangkan Dewan Produktivitas Nasional (dalam artikel sama) menyatakan bahwa produktivitas adalah sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari ini dan hari ini adalah lebih baik dari hari ini. Sedangkan definisi yang cukup diantaranya, perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan merupakan ukuran produktivitas (ILO). Dalam prakteknya, produktivitas dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain: teknologi, pabrik dan peralatan, tenaga kerja dan metode kerja. Dilain pihak lain kebijakan pemerintah dan kondisi sosial ekonomi merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi produktivitas. Produktivitas sangat penting dalam suatu fungsi produksi, karena kenaikan produktivitas dapat meningkatkan output lebih besar daripada kenaikan input dengan kata lain, jika kenaikan output lebih besar dari kenaikan faktor input, maka telah terjadi peningkatan produktivitas. Produktivitas dapat membantu kita menghasilkan produk yang lebih yang lebih baik atau lebih banyak dengan jumlah jumlah input yang sama. Dalam skala negara, Produk Domestik Bruto merupakan output yang dihasilkan oleh seluruh input modal dan tenaga kerja yang dimiliki suatu negara. Perbandingan antara output dan jumlah inputlah yang dinamakan Faktor Produktivitas Total. Perlu diketahui juga bahwa perekonomian suatu negara tidak saja dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja dan kapital-nya, tapi juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan situasi politik, sosial dan ekonomi-nya. 19 II.4 System Dynamics 1 II.4.1 Sejarah dan Prospeknya di Masa Datang System Dynamics berhubungan dengan interaksi berbagai unsur-unsur dari suatu sistem pada waktunya dan menangkap aspek yang dinamis dengan konsep-konsep utama seperti stok dan flow, umpan balik dan delay, dan dengan demikian berusaha membangun satu pengertian yang mendalam dari perilaku dinamis sebuah sistem dari waktu ke waktu. Sebagai suatu ranah pengetahuan, SD dapat dimengerti sebagai suatu perluasan logis rancang-bangun sistem (System Engineering) dan analisis sistem (System Analysis). SD dengan tegas mempertimbangkan perilaku yang dinamis yang timbul akibat adanya delay dan feedback di dalam sistem. Salah satu definisi system dynamics yang dikenal luas ialah : System Dynamics adalah suatu perspektif dan sekumpulan perkakas konseptual (conceptual tools) yang membantu kita untuk memahami struktur dan dinamis dari sistem kompleks. System Dynamics juga merupakan metoda pemodelan yang padat dan memungkinkan kita membangun model komputer untuk mensimulasikan sistem kompleks serta menggunakan model tersebut untuk mendesain kebijakan dan organisasi yang lebih efektif (Sterman., 2001). System Dynamics sebagai suatu metoda telah sukses diterapkan di dalam lingkup persoalan bisnis dan ekonomi-sosial untuk memahami permasalahan dan membangun satu pengertian yang mendalam tentang perilaku unsur-unsur dalam sebuah sistem dengan melakukan berbagai intervensi-intervensi kebijakan. Beberapa aplikasi system dynamics yang paling sering dibicarakan para ahli ialah World Dynamics (1971) dan The Limits to Growth (1972). Walau model-model diatas mendapat kecaman dan kritik dari banyak pakar dari berbagai disiplin ilmu, mereka sukses di dalam menjawab tantangan-tantangan dan isu-isu sangat penting yang sedang dihadapi oleh umat manusia kini dan masa datang. 1 Sebagian besar dari deskripsi system dynamics ini merupakan kompilasi karya Victor Tang and Samudra Vijay ( System Dynamics Origins, development, and future prospects of a method ) dan tugas system dynamics penulis 20 II.4.2 Sejarah dan Asal-Muasal Jay W.Forrester, penemu system dynamics, adalah lulusan jurusan teknik elektro yang belakang hari bekerja pada Gordon S.S. sebagai asisten riset di dalam laboratorium mekanisme servo yang ditemukan pada tahun 1940. Selama Perang Dunia II, ia merancang dan mengembangkan mekanisme servo untuk kendali dari antena-antena radar, dan peralatan-peralatan militer lain. Selama periode ini, ia secara ekstensif menggunakan teori kontrol matematika (the mathematical theory of controls) dan konsep feedback dan stabilitas dalam aplikasi-aplikasi rekayasa. Sesudah itu ia memimpin desain dan pengembangan Whirlwind I, komputer cacahan yang pertama di Digital Computer Laboratory MIT. Ia juga sempat memimpin Division 6 Lincoln Laboratory, yang merancang komputer-komputer untuk SAGE (Ground Environment Semi-Automatic) sistem pertahanan udara untuk kawasan Amerika Utara. Forrester kemudian bergabung ke sekolah binis MIT (Sloan School of Business) tahun 1956, di mana ia mulai meletakkan pondasi bagi system dynamics, sebagai suatu metoda untuk memahami perilaku dinamis dari berbagai persoalan. Dalam suatu kesempatan, dia mencoba membantu GE (General Electric) memecahkan masalah fluktuasi permintaan alat elektrik rumah tangga. Forrester memecahkan masalah ini dengan menggunakan feedback loop untuk mensimulasikan persediaan perusahaan GE ( "sistem pengendalian persediaan pertama itu dengan simulasi pensil adalah permulaan system dynamics" Forrester, 1991). Professor Jay W Forrester kemudian memperluas penggunaan system dynamics dalam bidang manajemen bisnis dan secara formal mengartikulasikan metodologi system dynamics dalam bukunya yang berjudul Industrial Dynamics yang diterbitkan tahun 1961. Pertemuannya dengan walikota Boston memberi kesempatan untuk menerapkan aplikasi system dynamics untuk memecahkan perumahan di area Boston Metro. Hasil kajiannya atas masalah perumahan di Boston Metro dirangkum dalam bukunya yang berjudul Urban Dynamics, dimana kesimpulan dari masalah perumahan diatas "kebijakan membangun perumahan murah merupakan sumber permasalahan utama". Kesimpulan ini mendapat kecaman karena bernuansa politik, tapi Prof. Jay W Forrester berargumentasi bahwa kebijakan pembangunan 21 rumah telah berimplikasi pada mengurangnya ketersediaan lahan produktif untuk pengembangan bisnis dan kesempatan kerja sehingga menimbulkan masalah pengangguran yang akut dan kebutuhan perumahan murah yang lebih besar dimasa datang. Sejak itu, secara perlahan tapi mantap, system dynamics berkembang dan diaplikasikan pada banyak pemecahan masalah yang menghasilkan solusi yang lebih baik. Sekolah bisnis MIT kemudian memperluas aplikasi system dynamics untuk permasalahan bisnis seperti masalah inventori dan siklus bisnis. Dewasa ini, banyak sekolah manajemen di seluruh dunia menawarkan kursus system dynamics. II.4.3 Prinsip System Dynamics Prinsip-prinsip dari system dynamics berdasarkan pada 2 prinsip utama, 1) pertama ialah stock dan flows, dan delays menentukan perilaku sistem. Hal ini dapat kita amati di dalam kehidupan sehari-hari. Air mengalir lewat pipa dan terkumpul di reservoir-reservoir, bak mandi, dan wadah-wadah air lainnya. Air menghangat pelan-pelan setelah tombol air panas dihidupkan. Prinsip stock dan flows, dan delays merupakan sumber inspirasi untuk Forrester untuk mengkonseptualisasikan perilaku unsur-unsur sistem dan sistem sosial yang ada disekitar kita; 2) kedua rasionalitas yang terbatas (Simon 1957). Simon menggunakan kiasan dari sebuah gunting, di mana satu mata pisau nya adalah "pembatasan-pembatasan teori" (cognitive limitations) dan yang lainnya "struktur dari lingkungan." System Dynamics tidak menyatakan alamat semua variabel dari suatu masalah, tapi lebih berkonsentrasi pada beberapa variabel yang merupakan kunci masalah dan konteksnya, yaitu "lingkungan" seperti yang digambarkan oleh pemodel. System Dynamics tidak mengoptimalkan, tetapi cenderung pada pembentukan aturan-aturan yang seminimal mungkin yang mampu ditangkap oleh analis sistem sesuai pemahamannya tentang suatu masalah (Gigerenzer dan Selten 2000). 22 S y s t e m D y n a m ic s is a m e t h o d g o v e rn m e n ta l s y s te m s a ir d e fe n s e s y s te m s e c o n o m ic a n d s o c ia l s y s te m s p rin c ip le s e p a r a tio n o f p o w e rs s u p e r -s y s te m o f h e te ro g e n e o u s s y s te m s b o u n d e d ra tio n a l, g ro u n d e d th e o r y s to c k s , flo w s , d e la y s m e th o d p rim a ry e le c tio n s in te ro p e ra b ility o f s y s te m s o f s y s te m s n e tw o r k s o f n e tw o rk s to o ls v o tin g m a c h in e s c o m p u te rs , n e tw o r k s , o th e r a rtifa c ts s y s te m d y n a m ic s V e n s im DYNAMO S te lla © s lid e 1 1 Gambar 2.3 System Dynamics sebagai suatu metoda Prof. John D. Sterman dalam artikelnya berjudul “All Models are Wrong: Reflections on Becoming a System Scientist” mengemukakan karakteristikkarakteristik yang dimiliki system dynamics antara lain: 1) Mengandung dasar-dasar matematika yang padat dan elegan untuk membuat dan mengembangkan suatu model. 2) Mengandung pengertian System Thinking dan Modeling Complex World. Dengan kata lain system dynamics diawali dengan pemikiran bagaimana sebaiknya kerja sebuah sistem dan apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah sistem bersama keterkaitan antar unsurnya. Baru setelah itu kita dapat membuat pendekatan model dari dunia nyata untuk memecahkan masalah. 3) System Dynamics adalah alat (tool) untuk untuk membantu pengambil kebijakan untuk memecahkan masalah penting. 4) System Dynamics dapat digunakan banyak kalangan dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu. Baik yang berlatar belakang ilmu sosial maupun ilmu teknik. 5) System Dynamics mengajak kita untuk berpikir counterintuitive (tidak menerima begitu saja sebuah model sistem yang dibangun oleh orang lain/diri kita sendiri. Walaupun orang lain itu adalah seorang ahli). Berpikir 23 counterintuitive akan mengembangkan mental model sehingga kita mampu melihat permasalahan secara menyeluruh (holistik) dan tidak melihat permasalahan secara spasial (sepotong-potong). 6) Untuk meningkatkan kemampuan kita dalam membuat sebuah model (modeling a complex world), diperlukan pemahaman system thinking. Yaitu kemampuan melihat sebuah dunia sebagai sistem yang kompleks dan memahami bagaimana semua koneksitas unsur-unsur yang ada didalamnya. System thinking meliputi pemahaman tentang stock & flows (kapasitas dan aliran), time delays (waktu tunda), nonlinearitas, system boundary dan feedback. 7) Pemecahan masalah dalam system dynamics menggabungkan semua aspek ilmu pengetahuan termasuk diantaranya ilmu teknik, sosial, ekonomi dan ekologi. Penggabungan diperlukan karena real world merupakan interaksi dari semua ilmu yang dikenal oleh manusia. Professor John D. Sterman juga menyatakan “ Jika seorang sistem thinker/modeler mampu membuat sebuah sistem yang baik maka tidak akan terjadi policy resistance dan side effects. Yang ada hanyalah efek biasa (kejadian yang bisa kita perkirakan) ”. a. Dinamic Complexity, Feedback dan Policy Resistance Kemampuan mental kita untuk untuk melakukan pemodelan sistem nyata (modeling a complex world) sangat terbatas, inkonsisten dan tidak dapat diandalkan. Tindakan kita sehari-hari sering didasarkan atas perspektif yang sempit dan bersifat jangka pendek. Professor John D. Sterman juga menyatakan bahwa pemahaman yang dangkal akan sebuah sistem, sudut pandang/ perspektif yang sempit dan pemecahan masalah yang event oriented serta pemahaman yang rendah tentang feedback akan menyebabkan terjadinya policy resistance dan side effects (efek-efek samping) yang seringkali tidak atau terlambat untuk diantisipasi. Policy resistance didefinisikan sebagai kecendrungan suatu sistem untuk memberikan reaksi (baik seketika maupun tunda/delay) atas aksi yang diberikan kepada suatu sistem. Bahkan sebuah sistem juga dapat memberikan reaksi 24 melawan (mengalahkan) suatu aksi yang diberikan kepada sistem tersebut. Policy resistance dapat menimbulkan side effect yang tidak atau terlambat untuk diantisipasi. Contoh Policy resistance dan side effect: penyemprotan hama (serangga perusak tanaman) dengan pestisida dikemudian hari membuat serangga tersebut semakin resistan (baca:kebal) terhadap pestisida itu sendiri. Resistansi serangga terhadap pestisida tersebut dinamakan juga efek samping (side effects). Untuk membangun model system dynamics yang utuh dan handal, kita harus memahami karakterisitik yang dimiliki system dynamics. Karakteristik ini terkandung dalam kalimat kompleksitas dinamis (dynamic complexity). Kompleksitas sebuah system dynamics selalu berkembang disebabkan faktorfaktor sebagai berikut: System dynamics selalu berubah setiap waktu. Aktor-aktor yang ada dalam sistem saling berinteraksi dengan dinamis. Rentan terhadap feedback. Aksi yang kita lakukan pada satu aktor akan mempengaruhi tingkah laku aktor-aktor lain dalam sistem. Ini dikarenakan antar aktor terjadi interaksi yang dinamis dan kuat. Nonlinearitas. Reaksi yang diberikan sebuah sistem (atas suatu aksi) seringkali tidak bersifat proporsional. Counterintuitive. Hubungan sebab akibat sering tidak terjadi dalam waktu yang berdekatan. Kadang-kadang suatu aksi menimbulkan reaksi yang jarak waktunya sangat lama. Policy resistance. Diterangkan dalam bahasan pada halaman berikutnya. b. Event Oriented Policy resistance juga terjadi karena kita melihat bahwa suatu sistem bersifat event oriented. Event oriented ialah pemahaman bahwa suatu masalah disebabkan oleh suatu masalah dalam urutan sebab akibat. Ini dapat menyesatkan kita. Sistem tidak bereaksi sekuensial, sistem dapat bereaksi secara bersamaan (unsurunsur suatu sistem bereaksi bersamaan terhadap suatu aksi) sehingga metode 25 event oriented bukanlah metode yang cocok untuk memecahkan masalah dunia nyata yang kompleksitasnya tinggi dan bersifat tidak linear. c. Exogenous dan Time Delays Unsur yang berada dalam sebuah sistem dinamakan Endogenous dan sebaliknya dinamakan Exogenous. Karena terbatasnya pemahaman akan sebuah sistem, kita dapat saja menggolongkan sebuah (atau lebih) unsur sebagai exogenous (karena bisa saja suatu unsur yang pada saat kita membangun model tidak ada hubungan dengan model yang kita buat karena unsur-unsur tersebut mempunyai time delay). Time delays didefinisikan sebagai tenggang waktu antara suatu aksi dengan reaksi/efek dalam sebuah sistem. Dalam artian unsur tersebut mempunyai sifat menunda pengiriman feedback kepada sebuah sistem dalam jangka waktu tertentu. Padahal jika saatnya tiba, unsur yang semula exogenous berubah menjadi endogenous dan memberikan feedback yang powerful. Time delays juga mengaburkan pandangan kita akan sebuah sistem yang berujung adanya perbedaan antara hasil yang kita inginkan dengan hasil nyata (discrepancies between desired result and actual result). d. Stock and Flows Pemahaman tentang Stock and Flows sangat penting dalam kerangka kerja system dynamics. Dalam kenyataannya banyak mahasiswa pascarsarjana (termasuk sarjana teknik) gagal memberikan jawaban benar dalam kasus bathtub. Stock dan Flows berubah selalu berubah sejalan dengan waktu. Stock berarti tempat akumulasi materi dan/atau informasi dalam sebuah model sedangkan Flow menyatakan rata-rata aliran materi dan/atau informasi. e. System Boundary (Batas Sistem) System Boundary dalam dunia nyata dibuat untuk mengurangi kompleksitas masalah. System boundary juga diperlukan dan kadang tidak dapat dihindarkan. Namun dalam membangun suatu model ( dengan prinsip system dynamics ), kita harus memperluas system boundary tersebut dengan prinsip system dynamics. Dan hanya melakukan system boundary untuk memfokuskan penyelesaian masalah bukan untuk menyederhanakan masalah. 26 II.4.4 Aplikasi-aplikasi System Dynamics System Dynamics kini sudah diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan. Kita akan menggambarkan beberapa diantara contoh aplikasi System Dynamics yang mampu menjelaskan keampuhan system dynamics. o Simulasi Portofolio. Suatu model portofolio yang terkenal adalah 2x2 model BCG, yang menggambarkan pangsa pasar relatif di sumbu-x dan pertumbuhan pasar di sumbu-y. Model BCG adalah statis dan menghilangkan umpan balik dalam perumusan-perumusan kebijakannya. Model BCG dalam bentuk system dynamics dibuat oleh Mertern, Löffler, dan Wiedmann (1987) mampu mengidentifikasi kekurangan-kekurangan model BCG yang pertama. Mereka menunjukkan bagaimana dan mengapa kebijakan BCG gagal ketika pesaingpesaing mengadopsi tanggapan-tanggapan tidak lazim. System Dynamics mampu menunjukkan perilaku kompetitif dinamis dari perusahaan (bandingkan dengan hasil model BCG statis yang hanya menampilkan perilaku statis perusahaan). o Pengembangan Produk. Ada faktor-faktor penting yang menentukan mutu suatu produk dan kemampuan tim dalam memenuhi tenggat waktu produksi. Suatu isu yang kritis adalah menyelesaikan pekerjaan yang harus diselesaikan dan mengantsipasi permasalahan yang tidak terduga. Isu kritis lainnya adalah interaksi-interaksi antara proses dan struktur-struktur fisik seperti manufakturing produk di pabrik. Repenning dan Sterman (1997) dengan System Dynamics mampu menunjukkan bahwa ketidaksinkronan (asynchronicas) proses-proses ini menjurus kepada disfungsi performansi organisasi (dysfunctional organizational performance). o Jaringan Suplai (Suppy Chain). Volatilitas suatu jaringan suplai adalah masalah yang penting bagi suatu perusahaan. Masalah supply chain ini dapat menimpa setiap jenis bisnis baik yang kekurangan persediaan, atau mereka mempunyai persediaan produk melimpah di gudang. Dengan system dynamics, masalah supply chain dapat dipecahkan dengan hasil tingkat persediaan pada masing-masing langkah jaringan suplai dan perilakunya yang dinamis dapat ditirukan dengan ketepatan yang luar biasa (Sterman 2000). Selain aplikasi diatas, system dynamics juga digunakan untuk menelaah masalah makroekonomi seperti yang dilakukan John W. Hines dan Nathan Blair Forrester. 27 John W Hines berhasil memperkirakan perilaku suku bunga dengan memodelkan sistem makroekonomi Amerika Serikat dengan system dynamics. Sedangkan Nathan B Forrester (Forrester, 1993) membuat model untuk yang menggambarkan fluktuasi output Amerika Serikat dan juga menguji berbagai pengaruh kebijakan pemerintah (fiskal dan moneter) terhadap unjuk perekonomian Amerika Serikat. II.5 Visi Indonesia 2030 Negara Maju yang Unggul dalam Pengelolaan Kekayaan Alam Ditopang oleh empat pencapaian utama, yaitu: Masuk dalam 5 besar kekuatan ekonomi dunia, dengan pendapatan perkapita sebesar US$ 18 ribu per tahun; Pemanfaatan kekayaan alam yang berkelanjutan; Perwujudan kualitas hidup moderen yang merata (shared growth); Mengantarkan sedikitnya 30 perusahaan Indonesia dalam daftar Fortune500 Companies. Visi 2030: Negara Maju Yang Unggul Dalam Pengelolaan Kekayaan Alam Kata kunci visi tersebut ialah negara maju dan pengelolaan kekayaan alam. Keduanya dijelaskan di bawah ini. Negara Maju. Indonesia akan mencapai pendapatan per kapita sebesar US$ 18 ribu yang menempatkan Indonesia dalam lima besar perekonomian dunia, dan representasi kelompok usaha yang terkemuka di dunia. Saat ini Indonesia berada pada kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle income). Posisi ini akan terus bertahan hingga tahun 2015 dan setelah itu Indonesia masuk sebagai negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income). Proses industrialisasi akan menjadi katalisator akumulasi modal menuju negara maju dengan kontribusi terbesar dari sektor jasa. 28 Gambar 2.4 PDB Per Kapita Indonesia, 1990 - 2030 Sumber: Proyeksi YIF Dengan mengasumsikan pertumbuhan ekonomi riil rata-rata sebesar 7,62 persen per tahun, laju inflasi rata-rata sebesar 4,95 persen per tahun, dan pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1,12 persen per 4 tahun, maka pada tahun 2030 Indonesia akan mencapai PDB per kapita sebesar US$ 18.000 per tahun (lihat Gambar 2.4). Dengan jumlah penduduk sebesar 285 juta jiwa, PDB Indonesia mencapai US$ 5,1 trilyun, dan pada saat itu Indonesia masuk ke dalam lima besar perekonomian dunia (lihat Gambar 2.5). Gambar 2.5. GDP Harga Berlaku 5 Negara Terbesar, 2005 dan 2030 Sumber: Proyeksi YIF 29 Perekonomian nasional akan dimotori oleh sektor jasa. Walaupun awalnya sektor jasa tergantung kepada gerak sektor lainnya di perekonomian, namun pada akhirnya sektor jasa akan memperoleh momentum untuk tumbuh lebih cepat. Sektor jasa akan tumbuh lebih cepat dari sektor industri mulai tahun 2020, namun kontribusi sektor jasa dalam GDP akan mengungguli kontribusi sektor industri mulai tahun 2025. Kontribusi sektor pertanian terus menurun hingga tahun 2030 namun dibarengi oleh peningkatan kesejahteraan, produktifitas dan keterkaitannya dengan sektor lain. Produktifitas sektor pertanian akan meningkat seiring dengan kemajuan teknologi sehingga menghasilkan nilai tambah per pekerja yang lebih besar. Kontribusi sektor industri terhadap PDB relatif stabil namun terjadi pergeseran struktur industri ke arah sektor-sektor yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan peningkatan produktifitas SDM. Sumber peningkatan nilai tambah tersebut berasal dari inovasi teknologi, perbaikan kualitas input, dan perbaikan sistem distribusi dan pemasaran. Kedekatan dengan pasar input dan output menyebabkan perusahaan-perusahaan di Indonesia mendapatkan manfaat untuk mempunyai efisiensi produksi yang tinggi. Dengan keunggulan kompetitif tersebut, diharapkan pada tahun 2030 setidaknya 30 perusahaan Indonesia masuk dalam daftar 500 perusahaan terbaik dunia. Unggul dalam Pengelolaan Kekayaan Alam. Pengelolaan kekayaan alam Indonesia secara optimal dilakukan melalui interaksi sumber daya manusia dan teknologi dengan mengikuti prinsip keberlanjutan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang merata dalam rangka mewujudkan kualitas hidup modern. 30 Gambar 2.6 Misi untuk Mencapai Visi 2030