1 analisis pengaruh variabel makroekonomi dan komoditas

advertisement
ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI DAN KOMODITAS
TERHADAP RETURN PASAR SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN DI
INDONESIA PERIODE 2009-2013
Ayunda Caesariana, Imo Gandakusuma
Program Studi Ekstensi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok,
16424, Indonesia
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok, 16424,
Indonesia
Email :
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel makroekonomi dan komoditas terhadap return
pasar saham sektor pertambangan di Indonesia periode 2009-2013. Adapun variabel yang digunakan adalah
inflasi, BI Rate dan kurs untuk data makroekonomi serta harga emas dan harga minyak mentah sebagai data
komoditas. Kelima variabel tersebut adalah variabel bebas. Untuk variabel terikat digunakan variabel indeks
harga saham sektor pertambangan (JKMING). Metode penelitian ini menggunakan uji regresi. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa variabel BI Rate dan kurs memiliki pengaruh terhadap return pasar saham sektor
pertambangan.
Analyze the Influence of Macroeconomic and Commodities Variables on Stock Market
Return of Mining Sector im Indonesia Period 2009-2013
Abstract
This study aimed to analyze the influence of macroeconomic and commodities variables on the stock market
return of mining sector in Indonesia period 2009-2013. The variables used are inflation, BI Rate, and exchange
rates for macroeconomic data as well as the price of gold and crude oil prices as the data commodities. The fifth
variables are independent variables. For the dependent variable used stock price index of mining sector
(JKMING). This research method using regression test. The results of testing shows that variables BI Rate and
exchange rate have influende on stock market return of mining sector.
Keywords: macroeconomics, inflation, BI Rate, commodity, gold, crude oil, exchange rate, JKMING, regression
test.
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam melakukan investasi di pasar modal, seorang investor menanamkan modalnya dengan
tujuan untuk mendapatkan imbal hasil (return). Investasi merupakan kegiatan menanamkan
modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik
modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut (Samsul,
2006). Return saham adalah keuntungan yang dinikmati investor atas investasi saham yang
dilakukannya. Semakin tinggi return yang akan didapatkan, maka akan semakin menarik
1
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
minat investor untuk menanamkan modalnya di pasar modal. Namun untuk mendapakan
return yang tinggi, investor juga akan menghadapi risiko yang tinggi juga.
Saham adalah salah satu instrumen dalam pasar modal yang diperjualbelikan oleh perusahaan
publik kepada investornya, baik di pasar primer maupun sekunder. Perusahaan yang dapat
menerbitkan sahamnya di pasar modal adalah perusahaan publik yang sudah melakukan
Initial Public Offering (IPO) dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Dana yang
didapatkan dari menerbitkan saham, dapat digunakan oleh perusahaan untuk melakukan
ekspansi usaha, modal untuk mengurangi beban hutang perusahaan, serta meningkatkan
likuiditas perusahaan.
Namun dengan kondisi perekonomian sekarang ini yang sedang bergejolak, sebelum
melakukan investasi saham sebaiknya seorang investor harus mempertimbangkan variabelvariabel makroekonomi dan komoditas yang akan mempengaruhi return yang akan
didapatkan. Menurut Blanchard (2006), banyak faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan
indeks harga saham gabungan, antara lain perubahan tingkat suku bunga bank sentral,
keadaan ekonomi global, tingkat harga energi dunia, kestabilan politik suatu negara, dan lainlain.
Kenaikan harga komoditas seperti minyak mentah menjadi salah satu faktor utama dalam
fluktuasi kondisi perekonomian. Kenaikan harga minyak dunia cenderung memberikan
dampak yang negatif terhadap kinerja sektor industri, dimana dengan meningkatnya harga
minyak dunia akan membuat naiknya biaya produksi suatu perusahaan dan berdampak pada
naiknya harga jual produk (Kuntjoro, 2008). Kenaikan tersebut akan berdampak penurunan
kinerja dan profit perusahaan dan selanjutnya dapat berdampak pada turunnya harga saham
perusahaan tersebut.
Harga barang dan jasa yang mengalami peningkatan mengakibatkan daya beli menurun yang
mengakibatkan inflasi. Selain itu tingkat inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di
pasar. Semakin tinggi tingkat harga, berarti semakin besar pula jumlah uang yang harus
dimiliki seseorang untuk membeli barang dan jasa. Inflasi yang tinggi biasanya membuat laju
pertumbuhan uang beredar sangat cepat (Dornbusch, Rudiger & Fischer, 2004).
Tingginya jumlah uang yang beredar, akan membuat suku bunga BI mengalami kenaikan.
Suku bunga BI yang tinggi akan mendorong investor untuk menanamkan dananya di bank,
saat banyak investor menanamkan dananya di bank, maka jumlah uang beredar akan menurun
2
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
dan membuat konsumsi masyarakat menurun dan mengakibatkan harga barang juga
mengalami penurunan, dengan demikian tingkat inflasi dapat dikendalikan menjadi lebih
rendah dengan kebijakan tingkat suku bunga (Khalwaty, 2000).
Tingkat suku bunga BI yang tinggi, pada akhirnya membawa dampak bagi Indeks Harga
Saham Gabungan. Hubungan antara tingkat suku bunga BI dengan pergerakan harga saham
adalah negatif. Apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga BI, maka pergerakan harga saham
akan menurun, sebaliknya apabila terjadi penurunan tingkat suku bunga BI, maka harga
saham akan naik (Bodie, Kane & Marcus, 2001).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2010) juga mendukung bahwa emas
berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan karena investor
melakukan diversifikasi aset investasi guna mengurangi risiko yang dihadapi dalam
berinvestasi dan juga emas mudah diperdagangkan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, lingkup permasalahan yang
akan diteliti pada penelitian ini adalah pengaruh ketidakpastian arus kas terhadap jumlah
pembayaran dividen perusahaan. Berikut adalah permasalahan yang ingin dijawab melalui
penelitian ini:
1. Bagaimana pengaruh variabel makroekonomi dan komoditas terhadap return pasar saham
sektor pertambangan di Indonesia periode 2009-2013?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana pengaruh variabel makroekonomi dan komoditas terhadap return
pasar saham sektor pertambangan di Indonesia periode 2009-2013.
Tinjauan Teoritis
1. Indeks Harga Saham
Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan
kondisi pasar pada saat sedang aktif atau lesu. Di pasar modal, sebuah indeks diharapkan
memiliki lima fungsi, yaitu (Darmadji dan Fakhruddin, 2008) :
3
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
1.
Sebagai indikator tren pasar.
2.
Sebagai indikator tingkat keuntungan.
3.
Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio.
4.
Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif.
5.
Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
Di Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat enam jenis indeks harga saham, yaitu (Darmadji dan
Fakhruddin, 2008) :
1. Indeks Individual
Indeks ini menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau
indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI.
2. Indeks Harga Saham Sektoral
Indeks ini menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya
sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di Bursa Efek Indonesia, indeks sektoral
terbagi atas sembilan sektor yaitu:
a. Pertanian
b. Pertambangan
c. Industri Dasar
d. Aneka Industri
e. Konsumsi
f. Properti
g. Infrastruktur
h. Keuangan
i. Perdagangan, jasa, dan manufaktur
3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks ini menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
Sebagai contoh, jika dikatakan bahwa IHSG di BEI berada pada level 420, maka indeks
tersebut menggambarkan atau mewakili pergerakan harga seluruh saham yang ada di BEI.
4
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
4. Indeks LQ-45
Indeks yang terdiri atas 45 saham pilihan dengan mengacu pada dua variabel, yaitu likuiditas
perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap enam bulan, terdapat saham-saham baru yang
masuk ke dalam LQ-45 tersebut.
5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index)
Indeks yang terdiri atas 30 saham, yang mengakomodasi syariah investasi dalam Islam atau
indeks yang berdasarkan syariah Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah
adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah, seperti :
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi
konvensional.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan
minuman yang tergolong haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan/atau menyediakan barang-barang
ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan
Indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di
BEI, yaitu kelompok papan utama dan papan pengembangan.
2.
Tingkat Inflasi
Inflasi, menurut Bodie dan Marcus (2001), merupakan suatu nilai dimana tingkat harga
barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan. Kenaikan harga ini juga bersifat terus
menerus dan mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Kenaikan harga dari satu
atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau
mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain (Nyoman, 2004).
Tingginya tingkat inflasi akan menyebabkan jumlah uang beredar di masyarakat bertambah,
harga barang juga akan mengalami kenaikan. Hal ini berdampak pada produktivitas
perusahaan yang menyebabkan terjadi penurunan pada kemampuan perusahaan melakukan
produksi, sehingga berakibat pada menurunnya tingkat keuntungan perusahaan yang
5
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
berdampak pada menurunnya harga saham perusahaan dan kemampuan perusahaan
membagikan dividen pada investor (Nugroho, 2008).
Teori Keynes mengemukakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar
batas kemampuan ekonominya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat
terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia
(penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan
barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak
dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama
seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk
menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.
3. Tingkat Bunga Bank Indonesia
Tingginya jumlah uang beredar di masyarakat akan membuat Bank Indonesia menaikkan
tingkat suku bunga SBI untuk menekan jumlah uang beredar yang berada di masyarakat.
Meningkatnya suku bunga SBI akan mendorong investor memindahkan investasi pada aset
yang mampu memberikan keuntungan yang lebih besar yaitu investasi di perbankan dalam
bentuk deposito (Madura, 2000). Terlebih deposito merupakan alternatif investasi yang
memiliki risiko yang kecil. Semakin banyak investor yang menanamkan aset di deposito
dapat mengakibatkan turunnya return saham yang berdampak negatif terhadap pergerakan
saham (Sunariyah, 2006).
Tingkat bunga dinyatakan sebagai presentase uang pokok per unit waktu (Sunariyah, 2006).
Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus
dibayarkan kepada kreditur. Unit waktu biasanya dinyatakan dalam satuan tahun (satu tahun
investasi) atau bisa lebih pendek dari satu tahun. Uang pokok berarti jumlah uang yang
diterima dari kreditur kepada debitur.
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan
dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui
pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran
operasional kebijakan moneter.
6
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
4. Harga Emas
Emas dipercaya sebagai salah satu komoditi yang dapat berguna sebagai investasi karena
harganya yang terus naik sehingga dapat mendatangkan keuntungan yang didapatkan dari
perbedaan antara harga beli dan harga jual atau hampir sama dengan capital gain dalam
investasi saham. Selain itu, investasi dalam emas merupakan investasi yang sangat likuid
karena di negara manapun emas dapat diterima.
Harga emas di negara manapun mengikuti harga emas dunia yang ditentukan di London
setiap hari. Harga emas ditentukan dari supply dan demand emas dari seluruh dunia,
permintaan emas oleh investor sebagai alat untuk diversifikasi aset untuk mengurangi risiko
investasi karena emas merupakan alternatif investasi selain saham yang memiliki return
diatas tingkat inflasi, sehingga permintaan akan emas bertambah dan menyebabkan kenaikan
harga emas. Hal ini dikarenakan emas merupakan salah satu alternatif investasi yang bebas
risiko (Sunariyah, 2006). Selain didasari dari sifat emas yang nilainya relatif bebas dari
tekanan inflasi dan nilainya meningkat setiap tahunnya (Witjaksono, 2010).
5. Harga Minyak Mentah
Naik turunnya harga minyak dunia dipengaruhi oleh kemampuan negara-negara anggota
OPEC memenuhi kuota (Mankiw, 2003). Ketika negara OPEC tidak mampu memenuhi kuota
minimalnya maka akan terjadi kenaikan pada harga minyak. Kenaikan harga minyak dunia
cenderung memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja sektor industri, dimana dengan
meningkatnya harga minyak dunia akan membuat naiknya biaya produksi suatu perusahaan
dan berdampak pada naiknya harga jual produk (Kuntjoro, 2008). Naiknya biaya produksi dan
harga jual produk tentu akan berdampak pada kemampuan perusahaan melakukan produksi
karena hal tersebut akan membuat kinerja dan profit perusahaan menurun yang berdampak
pada turunnya harga saham perusahaan tersebut.
Di sisi perusahaan, terjadinya peningkatan inflasi, dimana terjadi peningkatan biaya produksi
dan peningkatannya tidak dapat dibebankan kepada konsumen, tetapi perusahaan juga tidak
berani menaikkan harga jual produk sehingga keuntungan yang didapat oleh perusahaan
menjadi lebih rendah dan berakibat pada berkurangnya dividen yang dibagikan pada investor,
7
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
hal ini dapat menurunkan harga saham perusahaan. Inflasi dapat menurunkan keuntungan
suatu perusahaan sehingga sekuritas di pasar modal menjadi komoditi yang tidak menarik
(Prihantini, 2009). Oleh karena itu kenaikan harga minyak dapat memicu terjadinya cost-push
inflation.
6.
Kurs Valuta Asing
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang sesuatu
negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga
didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang
dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
Metode Penelitian
1. Metode Pengolahan Data dan Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan uji regresi Ordinary Least Square dengan data time series yang
diolah dengan menggunakan software Eviews 7. Penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel purposive sampling yang bertujuan untuk mendapatkan sampel yang
sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian adalah
seluruh perusahaan – perusahaan dalam sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode tahun 2009 hingga tahun 2013. Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian antara lain informasi indeks saham sektor pertambangan, harga minyak
mentah, harga emas, tingkat bunga Bank Indonesia (BI Rate), tingkat inflasi, dan kurs
IDR/US$ selama tahun 2009-2013.
Gambar 1. Indeks Sektoral di BEI
8
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dari sembilan sektor yang ada di BEI, indeks sektor
pertambangan terlihat menurun drastis dibandingkan sektor lainnya. Walaupun sempat
meningkat dari tahun 2009 sampai 2010, namun setelah itu nilai indeks terus menurun sampai
akhir tahun penelitian. Hal ini juga yang membuat penulis tertarik untuk menjadikan indeks
sektor pertambangan ini menjadi variabel dependen yang akan diteliti pada penelitian ini.
Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengumpulkan data bulanan dari variabel penelitian, selanjutntya menghitung nilai
return variabel independen kecuali variabel inflasi dan BI Rate.
2.
Melakukan pengujian stasioneritas variabel penelitian, antara lain :
• Descriptive Statistic
• Correlation
• Plot Data
• Unit Root Test
3.
Melakukan uji regresi terhadap variabel independen dan dependen, yaitu :
• Uji Regresi
• Uji White
• Correlogram Q-stat
2. Model Penelitian
Dari jurnal (Mollick dan Assefe, 2012) yang menjadi acuan penulis untuk melakukan
penelitian ini digunakanlah model sebagai berikut :
Rt = β0 + β1ΔΠet + β2Δit + β3Δgoldt + β4Δoilt + β5Δet + β6ΔRt-1 + εt
Keterangan :
Rt
: Return pasar saham sektor pertambangan
ΔΠet
: Perubahan tingkat inflasi
Δit
: Perubahan tingkat BI Rate
Δgoldt
: Perubahan persentase harga emas
Δoilt
: Perubahan persentase harga minyak mentah
9
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
Δet
: Perubahan persentase kurs
ΔRt-1
: lagged stock index return
εt
: the error term
3. Variabel Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return pasar saham (Rt). Pada variabel ini
penulis mengunakan indeks sektor pertambangan. Return pasar saham dapat dihitung dengan
market value weighted average index. Berikut rumus yang digunakan :
Indext =
x Beginning Index Value
Variabel independen yang gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Inflasi (ΔΠet) merupakan perubahan tingkat inflasi bulanan yang terjadi di Indonesia yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 (dalam
satuan %).
2.
Suku bunga Bank Indonesia (Δit) merupakan perubahan tingkat suku bunga
bulanan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia antara tahun 2009 sampai dengan tahun
2013 (dalam satuan %).
3.
Harga emas (Δgoldt) merupakan perubahan persentase harga emas Indonesia
bulanan yang terjadi antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 (dalam satuan
IDR/ons).
4.
Harga minyak (Δoilt) merupakan perubahan persentase harga minyak mentah
Indonesia (ICP) bulanan yang terjadi antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 (dalam
satuan IDR/barrels).
5.
Kurs IDR/US$ (Δet) merupakan perubahan persentase nilai Indonesia Rupiah
terhadap US Dollar bulanan yang terjadi antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2013
(dalam satuan IDR/US$).
Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil Uji Regresi
Variable
INFLASI
Coefficient
Std. Error
0,627111
0,698901
t-Statistic
0,897282
10
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
Prob.
0,3733
BI_RATE
5,86051
1,91304
3,06346
0,0033
RET_EMAS_RP
-0,042204
0,226753
-0,186122
0,8530
RET_ICP_RP
0,224853
0,195215
1,151822
0,2542
RET_KURS
-1,982057
0,413298
-4,79571
0,0000
Hasil dari output diatas menunjukkan bahwa probabilitas INFLASI sebesar 0,3733 berada
diatas nilai kritis 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel inflasi tidak memiliki
pengaruh terhadap return saham sektor pertambangan. Dan dari hasil koefisien sebesar
0,627111 mengatakan bahwa variabel inflasi dan return saham berkorelasi positif.
Probabilitas BI_Rate sebesar 0,0033 berada dibawah nilai kritis 5%, sehingga dapat dikatakan
bahwa variabel BI Rate memiliki pengaruh terhadap return saham sektor pertambangan. Dan
dari hasil koefisien sebesar 5,86051 mengatakan bahwa variabel BI Rate dan return saham
berkorelasi positif.
Probabilitas RET_EMAS_RP sebesar 0,8530 berada diatas nilai kritis 5%, sehingga dapat
dikatakan bahwa variabel harga emas tidak memiliki pengaruh terhadap return saham sektor
pertambangan. Dan dari hasil koefisien sebesar -0,042 mengatakan bahwa variabel harga
emas dan return saham berkorelasi negatif.
Probabilitas RET_ICP_RP sebesar 0,2542 berada diatas nilai kritis 5%, sehingga dapat
dikatakan bahwa variabel harga minyak mentah tidak memiliki pengaruh terhadap return
saham sektor pertambangan. Dan dari hasil koefisien sebesar 0,225 mengatakan bahwa
variabel harga minyak mentah dan return saham berkorelasi positif.
Probabilitas RET_KURS sebesar 0,0000 berada dibawah nilai kritis 5%, sehingga dapat
dikatakan bahwa variabel kurs memiliki pengaruh terhadap return saham sektor
pertambangan. Dan dari hasil koefisien sebesar -1,982 mengatakan bahwa variabel kurs dan
return saham berkorelasi negatif.
Pembahasan
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan model regresi dapat disimpulkan
rangkuman sebagai berikut.
11
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
Tabel 2. Rangkuman Hasil Penelitian
Variabel Prob. Pengaruh terhadap JKMING INFLASI BI_RATE RET_EMAS_RP RET_ICP_RP RET_KURS 0.3733 0.0033 0.8530 0.2542 0.0000 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Korelasi Heteroskedastisitas Autokorelasi Coef. 0,627111 5,86051 -­‐0,042204 0,224853 -­‐1,982057 Positif Positif Negatif Positif Negatif Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh terhadap return saham
sektor pertambangan adalah variabel BI Rate dan kurs dengan probabilitas masing-masing
sebesar 0,0033 dan 0,0000.
Untuk hasil korelasi, yang memiliki korelasi negatif adalah variabel harga emas dan kurs
dengan nilai koefisien sebesar -0,042204 dan -1,982057. Hal ini berarti pada saat harga emas
dan kurs meningkat, maka return saham sektor pertambangan menurun. Begitupun
sebaliknya.
Untuk data yang memiliki masalah heteroskedastisitas hanya variabel kurs. Dan untuk data
yang memiliki efek autokorelasi hanya variabel harga emas.
Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis
Dugaan
Awal
Hasil
Analisis
Kesimpulan
Terdapat
pengaruh
Tidak
berpengaruh
H1,0
diterima
Tidak
berpengaruh
Terdapat
pengaruh
H2,0
ditolak
Hipotesis
Inflasi
H1,0 : Tidak terdapat pengaruh
inflasi terhadap return pasar saham
sektor pertambangan.
H1,1 : Terdapat pengaruh inflasi
terhadap return pasar saham sektor
pertambangan.
BI Rate
H2,0 : Tidak terdapat pengaruh BI
Rate terhadap return pasar saham
sektor pertambangan.
12
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
H2,1 : Terdapat pengaruh BI Rate
terhadap return pasar saham sektor
pertambangan.
Harga Emas
H3,0 : Tidak terdapat pengaruh
harga emas terhadap return pasar
saham sektor pertambangan.
H3,1 : Terdapat pengaruh harga
emas terhadap return pasar saham
sektor pertambangan.
Harga Minyak
H4,0 : Tidak terdapat pengaruh
harga minyak terhadap return pasar
saham sektor pertambangan.
H4,1 : Terdapat pengaruh harga
minyak terhadap return pasar saham
sektor pertambangan.
Kurs
H5,0 : Tidak terdapat pengaruh kurs
terhadap return pasar saham sektor
pertambangan.
H5,1 : Terdapat pengaruh kurs
terhadap return pasar saham sektor
pertambangan.
Tidak
berpengaruh
Tidak
berpengaruh
H3,0
diterima
Tidak
berpengaruh
Tidak
berpengaruh
H4,0
diterima
Terdapat
pengaruh
Terdapat
pengaruh
H5,0
ditolak
Dari hasil tabel hipotesis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel yang menolak H0
adalah variabel BI Rate dan kurs. Hal ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh BI Rate dan
kurs terhadap return pasar saham sektor pertambangan.
Terdapatnya pengaruh BI Rate terhadap return pasar saham sektor pertambangan dapat
dijelaskan bahwa pada saat Bank Indonesia meningkatkan BI Rate para investor cenderung
memindahkan modalnya pada pasar modal menjadi menyimpan dananya di perbankan. Hal
ini dikarenakan bank memiliki tingkat pengembalian yang lebih tinggi dan lebih menjamin.
Biasanya investor akan menanamkan modalnya dalam bentuk deposito atau sertifikat deposito
karena return yang didapatkan lebih besar dibandingkan produk lainnya seperti giro dan
tabungan.
Sedangkan untuk pengaruh kurs terhadap return pasar saham sektor pertambangan memiliki
korelasi negatif yaitu pada saat nilai kurs akan meningkat maka return pasar saham menurun.
Hal ini dapat dilihat khususnya pada perusahaan yang hanya mengandalkan bahan baku dari
13
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
luar negeri, dan hal tersebut juga akan dapat menimpa perusahan yang hanya mengandalkan
pinjaman luar negeri dalam bentuk dollar US untuk membiayai operasi perusahaan. Sehingga
pada saat rupiah terdepresiasi terhadap dollar, maka return pasar akan perlahan menurun
karena kurs yang mengalami depresiasi.
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Pada hasil pengujian hipotesis dijabarkan hasil dari penelitian, dimana hasil
tersebut menyatakan bahwa dari kelima variabel makroekonomi dan komoditas hanya dua
variabel yang mempengaruhi return pasar saham sektor pertambangan yaitu BI Rate dan kurs.
BI Rate memiliki korelasi positif dengan return, hal ini berarti pada saat BI Rate dinaikkan
akan berpengaruh terhadap return yang akan didapatkan. Sedangkan kurs berpengaruh negatif
terhadap return, hal ini berarti pada saat kurs meningkat maka return akan menurun,
begitupun sebaliknya. Untuk ketiga variabel lainnya, walaupun tidak berpengaruh signifikan
namun masing-masing tetap memiliki korelasi terhadap return. Inflasi berkorelasi positif
terhadap return, sedangkan kedua variabel komoditas yaitu harga emas dan harga minyak
mentah masing-masing berkorelasi negatif dan positif.
Saran
1. Investor
Saran penulis kepada pihak manajemen perusahaan untuk lebih sigap dalam menghadapi
keadaan ekonomi yang sulit untuk diprediksi. Keadaan ekonomi yang penulis maksud disini
adalah fluktuasi variabel makroekonomi dan komoditas.
2. Perusahaan
Saran penulis untuk para investor yang memiliki keinginan untuk menanamkan modalnya
pada saat kondisi keuangan sedang berfluktuasi, akan lebih baik jika investor membidik
sektor industri barang konsumsi, properti dan manufaktur. Karena ketiga sektor ini nilainya
yang cukup stabil dan cenderung meningkat selama tahun penelitian.
3. Penelitian Selanjutnya
14
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
Saran penulis untuk peneliti selanjutnya, diharapkan menambah periode penelitian diatas lima
tahun sehingga diharapkan dapat melihat pengaruh variabel makroekonomi dan komoditas
terhadap indeks sektor pertambangan atau indeks lainnya. Akan lebih baik jika terdapat
periode terjadi krisis keuangan, jadi dapat dilihat pergerakan sebelum dan setelah krisis
tersebut. Mungkin jika penulis selanjutnya menggunakan data harian atau mingguan, hasil
yang didapatkan lebih signifikan.
Daftar Referensi
Akbar, Putra Perdana. 2008. Volatility Shock Persistence pada Single Index Model dari
Sembilan Indeks Sektoral dan LQ45Periode 2002-2006. Depok : Universitas
Indonesia.
Bodie, Kane & Marcus. 2001. Essentials of Invesments (4th ed). New York : McGraw-Hill
Companies.
Darmadji, Tjiptono., Fakhruddin, Hendy M. 2008. Pasar Modal di Indonesia Edisi 2. Jakarta :
Salemba Empat.
Dornbusch, Rudiger & Fischer. (2004). Macroeconomics (9th ed). New York : McGraw-Hill
Companies.
El-Sharif, I., Brown, D., Burton, B., Nixon, B., Russell, A., 2005. Evidence on the nature and
extent of the relationship between oil prices and equity values in the UK. United
Kingdom : Energy Econ.
Fahmi, Irham. 2013. Pengantar Pasar Modal. Bandung : Alfabet.
Juanda, Bambang M.S., Junaidi. 2012. Ekonometrika Deret Waktu. Bogor : Percetakan IPB.
Kuntjoro, et.al. (2008). Volatilitas Harga Minyak Dunia dan Dampaknya Terhadap Kinerja
Sektor Industri Pengolahan dan Makroekonomi Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi.
Lawrence, Steven Sugiarto. 2013. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi dan Harga Komoditas
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia. Surabaya : Universitas
Kristen Petra.
Madura, Jeff. 2000. International Finance, 6th edition. United States of America South :
Western Publishing.
Mankiw, G. 2003. Principles of Macroeconomics (5th Ed). Florida : TSI Graphics.
15
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
Mollick, Andre Varella., Assefa, Tibebe Abebe. 2012. U.S Stock Returns and Oil Prices : The
tale from daily data and the 2008-2009 financial crisis. United States of America :
Elsevier.
Nachrowi, D. Nachrowi., Usman, Hardius. 2006. Ekonometrika. Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Nandha, M., Faff, R., 2008. Does oil move equity prices? A global view. United States :
Energy Econ.
Nugroho, H. 2008. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Jumlah Uang Beredar
Terhadap Indeks LQ45. Semarang : Universitas Diponegoro.
Reilly, Frank. K., Brown, Keith. C. 2012. Analysis of Investments and Management of
Portfolios. United States : South Western Cengage Learning.
Samsul, M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portfolio. Jakarta : Erlangga.
Subramanyam, K.R., Wild, John. J. 2010. Financial Statement Analysis. New York : New
York : McGraw-Hill Education.
Sukirno, Sadono. 2013. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta :Rajawali Press.
Sunariyah . 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal (5th ed). Yogyakarta : UPP-STIM
YKPN.
Witjaksono, A. A. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia,
Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones Terhadap
IHSG. Semarang : Karisma.
16
Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014
Download