ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI DAN KOMODITAS TERHADAP RETURN PASAR SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN DI INDONESIA PERIODE 2009-2013 Ayunda Caesariana, Imo Gandakusuma Program Studi Ekstensi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok, 16424, Indonesia Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok, 16424, Indonesia Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel makroekonomi dan komoditas terhadap return pasar saham sektor pertambangan di Indonesia periode 2009-2013. Adapun variabel yang digunakan adalah inflasi, BI Rate dan kurs untuk data makroekonomi serta harga emas dan harga minyak mentah sebagai data komoditas. Kelima variabel tersebut adalah variabel bebas. Untuk variabel terikat digunakan variabel indeks harga saham sektor pertambangan (JKMING). Metode penelitian ini menggunakan uji regresi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel BI Rate dan kurs memiliki pengaruh terhadap return pasar saham sektor pertambangan. Analyze the Influence of Macroeconomic and Commodities Variables on Stock Market Return of Mining Sector im Indonesia Period 2009-2013 Abstract This study aimed to analyze the influence of macroeconomic and commodities variables on the stock market return of mining sector in Indonesia period 2009-2013. The variables used are inflation, BI Rate, and exchange rates for macroeconomic data as well as the price of gold and crude oil prices as the data commodities. The fifth variables are independent variables. For the dependent variable used stock price index of mining sector (JKMING). This research method using regression test. The results of testing shows that variables BI Rate and exchange rate have influende on stock market return of mining sector. Keywords: macroeconomics, inflation, BI Rate, commodity, gold, crude oil, exchange rate, JKMING, regression test. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam melakukan investasi di pasar modal, seorang investor menanamkan modalnya dengan tujuan untuk mendapatkan imbal hasil (return). Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut (Samsul, 2006). Return saham adalah keuntungan yang dinikmati investor atas investasi saham yang dilakukannya. Semakin tinggi return yang akan didapatkan, maka akan semakin menarik 1 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 minat investor untuk menanamkan modalnya di pasar modal. Namun untuk mendapakan return yang tinggi, investor juga akan menghadapi risiko yang tinggi juga. Saham adalah salah satu instrumen dalam pasar modal yang diperjualbelikan oleh perusahaan publik kepada investornya, baik di pasar primer maupun sekunder. Perusahaan yang dapat menerbitkan sahamnya di pasar modal adalah perusahaan publik yang sudah melakukan Initial Public Offering (IPO) dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Dana yang didapatkan dari menerbitkan saham, dapat digunakan oleh perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha, modal untuk mengurangi beban hutang perusahaan, serta meningkatkan likuiditas perusahaan. Namun dengan kondisi perekonomian sekarang ini yang sedang bergejolak, sebelum melakukan investasi saham sebaiknya seorang investor harus mempertimbangkan variabelvariabel makroekonomi dan komoditas yang akan mempengaruhi return yang akan didapatkan. Menurut Blanchard (2006), banyak faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan indeks harga saham gabungan, antara lain perubahan tingkat suku bunga bank sentral, keadaan ekonomi global, tingkat harga energi dunia, kestabilan politik suatu negara, dan lainlain. Kenaikan harga komoditas seperti minyak mentah menjadi salah satu faktor utama dalam fluktuasi kondisi perekonomian. Kenaikan harga minyak dunia cenderung memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja sektor industri, dimana dengan meningkatnya harga minyak dunia akan membuat naiknya biaya produksi suatu perusahaan dan berdampak pada naiknya harga jual produk (Kuntjoro, 2008). Kenaikan tersebut akan berdampak penurunan kinerja dan profit perusahaan dan selanjutnya dapat berdampak pada turunnya harga saham perusahaan tersebut. Harga barang dan jasa yang mengalami peningkatan mengakibatkan daya beli menurun yang mengakibatkan inflasi. Selain itu tingkat inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar. Semakin tinggi tingkat harga, berarti semakin besar pula jumlah uang yang harus dimiliki seseorang untuk membeli barang dan jasa. Inflasi yang tinggi biasanya membuat laju pertumbuhan uang beredar sangat cepat (Dornbusch, Rudiger & Fischer, 2004). Tingginya jumlah uang yang beredar, akan membuat suku bunga BI mengalami kenaikan. Suku bunga BI yang tinggi akan mendorong investor untuk menanamkan dananya di bank, saat banyak investor menanamkan dananya di bank, maka jumlah uang beredar akan menurun 2 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 dan membuat konsumsi masyarakat menurun dan mengakibatkan harga barang juga mengalami penurunan, dengan demikian tingkat inflasi dapat dikendalikan menjadi lebih rendah dengan kebijakan tingkat suku bunga (Khalwaty, 2000). Tingkat suku bunga BI yang tinggi, pada akhirnya membawa dampak bagi Indeks Harga Saham Gabungan. Hubungan antara tingkat suku bunga BI dengan pergerakan harga saham adalah negatif. Apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga BI, maka pergerakan harga saham akan menurun, sebaliknya apabila terjadi penurunan tingkat suku bunga BI, maka harga saham akan naik (Bodie, Kane & Marcus, 2001). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2010) juga mendukung bahwa emas berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan karena investor melakukan diversifikasi aset investasi guna mengurangi risiko yang dihadapi dalam berinvestasi dan juga emas mudah diperdagangkan. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, lingkup permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah pengaruh ketidakpastian arus kas terhadap jumlah pembayaran dividen perusahaan. Berikut adalah permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini: 1. Bagaimana pengaruh variabel makroekonomi dan komoditas terhadap return pasar saham sektor pertambangan di Indonesia periode 2009-2013? 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana pengaruh variabel makroekonomi dan komoditas terhadap return pasar saham sektor pertambangan di Indonesia periode 2009-2013. Tinjauan Teoritis 1. Indeks Harga Saham Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat sedang aktif atau lesu. Di pasar modal, sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi, yaitu (Darmadji dan Fakhruddin, 2008) : 3 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 1. Sebagai indikator tren pasar. 2. Sebagai indikator tingkat keuntungan. 3. Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio. 4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif. 5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif. Di Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat enam jenis indeks harga saham, yaitu (Darmadji dan Fakhruddin, 2008) : 1. Indeks Individual Indeks ini menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI. 2. Indeks Harga Saham Sektoral Indeks ini menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di Bursa Efek Indonesia, indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: a. Pertanian b. Pertambangan c. Industri Dasar d. Aneka Industri e. Konsumsi f. Properti g. Infrastruktur h. Keuangan i. Perdagangan, jasa, dan manufaktur 3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks ini menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Sebagai contoh, jika dikatakan bahwa IHSG di BEI berada pada level 420, maka indeks tersebut menggambarkan atau mewakili pergerakan harga seluruh saham yang ada di BEI. 4 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 4. Indeks LQ-45 Indeks yang terdiri atas 45 saham pilihan dengan mengacu pada dua variabel, yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap enam bulan, terdapat saham-saham baru yang masuk ke dalam LQ-45 tersebut. 5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index) Indeks yang terdiri atas 30 saham, yang mengakomodasi syariah investasi dalam Islam atau indeks yang berdasarkan syariah Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah, seperti : a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan Indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI, yaitu kelompok papan utama dan papan pengembangan. 2. Tingkat Inflasi Inflasi, menurut Bodie dan Marcus (2001), merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan. Kenaikan harga ini juga bersifat terus menerus dan mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain (Nyoman, 2004). Tingginya tingkat inflasi akan menyebabkan jumlah uang beredar di masyarakat bertambah, harga barang juga akan mengalami kenaikan. Hal ini berdampak pada produktivitas perusahaan yang menyebabkan terjadi penurunan pada kemampuan perusahaan melakukan produksi, sehingga berakibat pada menurunnya tingkat keuntungan perusahaan yang 5 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 berdampak pada menurunnya harga saham perusahaan dan kemampuan perusahaan membagikan dividen pada investor (Nugroho, 2008). Teori Keynes mengemukakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. 3. Tingkat Bunga Bank Indonesia Tingginya jumlah uang beredar di masyarakat akan membuat Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga SBI untuk menekan jumlah uang beredar yang berada di masyarakat. Meningkatnya suku bunga SBI akan mendorong investor memindahkan investasi pada aset yang mampu memberikan keuntungan yang lebih besar yaitu investasi di perbankan dalam bentuk deposito (Madura, 2000). Terlebih deposito merupakan alternatif investasi yang memiliki risiko yang kecil. Semakin banyak investor yang menanamkan aset di deposito dapat mengakibatkan turunnya return saham yang berdampak negatif terhadap pergerakan saham (Sunariyah, 2006). Tingkat bunga dinyatakan sebagai presentase uang pokok per unit waktu (Sunariyah, 2006). Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Unit waktu biasanya dinyatakan dalam satuan tahun (satu tahun investasi) atau bisa lebih pendek dari satu tahun. Uang pokok berarti jumlah uang yang diterima dari kreditur kepada debitur. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. 6 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 4. Harga Emas Emas dipercaya sebagai salah satu komoditi yang dapat berguna sebagai investasi karena harganya yang terus naik sehingga dapat mendatangkan keuntungan yang didapatkan dari perbedaan antara harga beli dan harga jual atau hampir sama dengan capital gain dalam investasi saham. Selain itu, investasi dalam emas merupakan investasi yang sangat likuid karena di negara manapun emas dapat diterima. Harga emas di negara manapun mengikuti harga emas dunia yang ditentukan di London setiap hari. Harga emas ditentukan dari supply dan demand emas dari seluruh dunia, permintaan emas oleh investor sebagai alat untuk diversifikasi aset untuk mengurangi risiko investasi karena emas merupakan alternatif investasi selain saham yang memiliki return diatas tingkat inflasi, sehingga permintaan akan emas bertambah dan menyebabkan kenaikan harga emas. Hal ini dikarenakan emas merupakan salah satu alternatif investasi yang bebas risiko (Sunariyah, 2006). Selain didasari dari sifat emas yang nilainya relatif bebas dari tekanan inflasi dan nilainya meningkat setiap tahunnya (Witjaksono, 2010). 5. Harga Minyak Mentah Naik turunnya harga minyak dunia dipengaruhi oleh kemampuan negara-negara anggota OPEC memenuhi kuota (Mankiw, 2003). Ketika negara OPEC tidak mampu memenuhi kuota minimalnya maka akan terjadi kenaikan pada harga minyak. Kenaikan harga minyak dunia cenderung memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja sektor industri, dimana dengan meningkatnya harga minyak dunia akan membuat naiknya biaya produksi suatu perusahaan dan berdampak pada naiknya harga jual produk (Kuntjoro, 2008). Naiknya biaya produksi dan harga jual produk tentu akan berdampak pada kemampuan perusahaan melakukan produksi karena hal tersebut akan membuat kinerja dan profit perusahaan menurun yang berdampak pada turunnya harga saham perusahaan tersebut. Di sisi perusahaan, terjadinya peningkatan inflasi, dimana terjadi peningkatan biaya produksi dan peningkatannya tidak dapat dibebankan kepada konsumen, tetapi perusahaan juga tidak berani menaikkan harga jual produk sehingga keuntungan yang didapat oleh perusahaan menjadi lebih rendah dan berakibat pada berkurangnya dividen yang dibagikan pada investor, 7 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 hal ini dapat menurunkan harga saham perusahaan. Inflasi dapat menurunkan keuntungan suatu perusahaan sehingga sekuritas di pasar modal menjadi komoditi yang tidak menarik (Prihantini, 2009). Oleh karena itu kenaikan harga minyak dapat memicu terjadinya cost-push inflation. 6. Kurs Valuta Asing Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Metode Penelitian 1. Metode Pengolahan Data dan Sampel Penelitian Penelitian ini menggunakan uji regresi Ordinary Least Square dengan data time series yang diolah dengan menggunakan software Eviews 7. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling yang bertujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian adalah seluruh perusahaan – perusahaan dalam sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009 hingga tahun 2013. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian antara lain informasi indeks saham sektor pertambangan, harga minyak mentah, harga emas, tingkat bunga Bank Indonesia (BI Rate), tingkat inflasi, dan kurs IDR/US$ selama tahun 2009-2013. Gambar 1. Indeks Sektoral di BEI 8 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dari sembilan sektor yang ada di BEI, indeks sektor pertambangan terlihat menurun drastis dibandingkan sektor lainnya. Walaupun sempat meningkat dari tahun 2009 sampai 2010, namun setelah itu nilai indeks terus menurun sampai akhir tahun penelitian. Hal ini juga yang membuat penulis tertarik untuk menjadikan indeks sektor pertambangan ini menjadi variabel dependen yang akan diteliti pada penelitian ini. Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data bulanan dari variabel penelitian, selanjutntya menghitung nilai return variabel independen kecuali variabel inflasi dan BI Rate. 2. Melakukan pengujian stasioneritas variabel penelitian, antara lain : • Descriptive Statistic • Correlation • Plot Data • Unit Root Test 3. Melakukan uji regresi terhadap variabel independen dan dependen, yaitu : • Uji Regresi • Uji White • Correlogram Q-stat 2. Model Penelitian Dari jurnal (Mollick dan Assefe, 2012) yang menjadi acuan penulis untuk melakukan penelitian ini digunakanlah model sebagai berikut : Rt = β0 + β1ΔΠet + β2Δit + β3Δgoldt + β4Δoilt + β5Δet + β6ΔRt-1 + εt Keterangan : Rt : Return pasar saham sektor pertambangan ΔΠet : Perubahan tingkat inflasi Δit : Perubahan tingkat BI Rate Δgoldt : Perubahan persentase harga emas Δoilt : Perubahan persentase harga minyak mentah 9 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 Δet : Perubahan persentase kurs ΔRt-1 : lagged stock index return εt : the error term 3. Variabel Penelitian Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return pasar saham (Rt). Pada variabel ini penulis mengunakan indeks sektor pertambangan. Return pasar saham dapat dihitung dengan market value weighted average index. Berikut rumus yang digunakan : Indext = x Beginning Index Value Variabel independen yang gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Inflasi (ΔΠet) merupakan perubahan tingkat inflasi bulanan yang terjadi di Indonesia yang ditetapkan oleh Bank Indonesia antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 (dalam satuan %). 2. Suku bunga Bank Indonesia (Δit) merupakan perubahan tingkat suku bunga bulanan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 (dalam satuan %). 3. Harga emas (Δgoldt) merupakan perubahan persentase harga emas Indonesia bulanan yang terjadi antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 (dalam satuan IDR/ons). 4. Harga minyak (Δoilt) merupakan perubahan persentase harga minyak mentah Indonesia (ICP) bulanan yang terjadi antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 (dalam satuan IDR/barrels). 5. Kurs IDR/US$ (Δet) merupakan perubahan persentase nilai Indonesia Rupiah terhadap US Dollar bulanan yang terjadi antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 (dalam satuan IDR/US$). Hasil Penelitian Tabel 1. Hasil Uji Regresi Variable INFLASI Coefficient Std. Error 0,627111 0,698901 t-Statistic 0,897282 10 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 Prob. 0,3733 BI_RATE 5,86051 1,91304 3,06346 0,0033 RET_EMAS_RP -0,042204 0,226753 -0,186122 0,8530 RET_ICP_RP 0,224853 0,195215 1,151822 0,2542 RET_KURS -1,982057 0,413298 -4,79571 0,0000 Hasil dari output diatas menunjukkan bahwa probabilitas INFLASI sebesar 0,3733 berada diatas nilai kritis 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap return saham sektor pertambangan. Dan dari hasil koefisien sebesar 0,627111 mengatakan bahwa variabel inflasi dan return saham berkorelasi positif. Probabilitas BI_Rate sebesar 0,0033 berada dibawah nilai kritis 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel BI Rate memiliki pengaruh terhadap return saham sektor pertambangan. Dan dari hasil koefisien sebesar 5,86051 mengatakan bahwa variabel BI Rate dan return saham berkorelasi positif. Probabilitas RET_EMAS_RP sebesar 0,8530 berada diatas nilai kritis 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel harga emas tidak memiliki pengaruh terhadap return saham sektor pertambangan. Dan dari hasil koefisien sebesar -0,042 mengatakan bahwa variabel harga emas dan return saham berkorelasi negatif. Probabilitas RET_ICP_RP sebesar 0,2542 berada diatas nilai kritis 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel harga minyak mentah tidak memiliki pengaruh terhadap return saham sektor pertambangan. Dan dari hasil koefisien sebesar 0,225 mengatakan bahwa variabel harga minyak mentah dan return saham berkorelasi positif. Probabilitas RET_KURS sebesar 0,0000 berada dibawah nilai kritis 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel kurs memiliki pengaruh terhadap return saham sektor pertambangan. Dan dari hasil koefisien sebesar -1,982 mengatakan bahwa variabel kurs dan return saham berkorelasi negatif. Pembahasan Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan model regresi dapat disimpulkan rangkuman sebagai berikut. 11 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 Tabel 2. Rangkuman Hasil Penelitian Variabel Prob. Pengaruh terhadap JKMING INFLASI BI_RATE RET_EMAS_RP RET_ICP_RP RET_KURS 0.3733 0.0033 0.8530 0.2542 0.0000 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Korelasi Heteroskedastisitas Autokorelasi Coef. 0,627111 5,86051 -­‐0,042204 0,224853 -­‐1,982057 Positif Positif Negatif Positif Negatif Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh terhadap return saham sektor pertambangan adalah variabel BI Rate dan kurs dengan probabilitas masing-masing sebesar 0,0033 dan 0,0000. Untuk hasil korelasi, yang memiliki korelasi negatif adalah variabel harga emas dan kurs dengan nilai koefisien sebesar -0,042204 dan -1,982057. Hal ini berarti pada saat harga emas dan kurs meningkat, maka return saham sektor pertambangan menurun. Begitupun sebaliknya. Untuk data yang memiliki masalah heteroskedastisitas hanya variabel kurs. Dan untuk data yang memiliki efek autokorelasi hanya variabel harga emas. Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis Dugaan Awal Hasil Analisis Kesimpulan Terdapat pengaruh Tidak berpengaruh H1,0 diterima Tidak berpengaruh Terdapat pengaruh H2,0 ditolak Hipotesis Inflasi H1,0 : Tidak terdapat pengaruh inflasi terhadap return pasar saham sektor pertambangan. H1,1 : Terdapat pengaruh inflasi terhadap return pasar saham sektor pertambangan. BI Rate H2,0 : Tidak terdapat pengaruh BI Rate terhadap return pasar saham sektor pertambangan. 12 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 H2,1 : Terdapat pengaruh BI Rate terhadap return pasar saham sektor pertambangan. Harga Emas H3,0 : Tidak terdapat pengaruh harga emas terhadap return pasar saham sektor pertambangan. H3,1 : Terdapat pengaruh harga emas terhadap return pasar saham sektor pertambangan. Harga Minyak H4,0 : Tidak terdapat pengaruh harga minyak terhadap return pasar saham sektor pertambangan. H4,1 : Terdapat pengaruh harga minyak terhadap return pasar saham sektor pertambangan. Kurs H5,0 : Tidak terdapat pengaruh kurs terhadap return pasar saham sektor pertambangan. H5,1 : Terdapat pengaruh kurs terhadap return pasar saham sektor pertambangan. Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh H3,0 diterima Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh H4,0 diterima Terdapat pengaruh Terdapat pengaruh H5,0 ditolak Dari hasil tabel hipotesis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel yang menolak H0 adalah variabel BI Rate dan kurs. Hal ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh BI Rate dan kurs terhadap return pasar saham sektor pertambangan. Terdapatnya pengaruh BI Rate terhadap return pasar saham sektor pertambangan dapat dijelaskan bahwa pada saat Bank Indonesia meningkatkan BI Rate para investor cenderung memindahkan modalnya pada pasar modal menjadi menyimpan dananya di perbankan. Hal ini dikarenakan bank memiliki tingkat pengembalian yang lebih tinggi dan lebih menjamin. Biasanya investor akan menanamkan modalnya dalam bentuk deposito atau sertifikat deposito karena return yang didapatkan lebih besar dibandingkan produk lainnya seperti giro dan tabungan. Sedangkan untuk pengaruh kurs terhadap return pasar saham sektor pertambangan memiliki korelasi negatif yaitu pada saat nilai kurs akan meningkat maka return pasar saham menurun. Hal ini dapat dilihat khususnya pada perusahaan yang hanya mengandalkan bahan baku dari 13 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 luar negeri, dan hal tersebut juga akan dapat menimpa perusahan yang hanya mengandalkan pinjaman luar negeri dalam bentuk dollar US untuk membiayai operasi perusahaan. Sehingga pada saat rupiah terdepresiasi terhadap dollar, maka return pasar akan perlahan menurun karena kurs yang mengalami depresiasi. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pada hasil pengujian hipotesis dijabarkan hasil dari penelitian, dimana hasil tersebut menyatakan bahwa dari kelima variabel makroekonomi dan komoditas hanya dua variabel yang mempengaruhi return pasar saham sektor pertambangan yaitu BI Rate dan kurs. BI Rate memiliki korelasi positif dengan return, hal ini berarti pada saat BI Rate dinaikkan akan berpengaruh terhadap return yang akan didapatkan. Sedangkan kurs berpengaruh negatif terhadap return, hal ini berarti pada saat kurs meningkat maka return akan menurun, begitupun sebaliknya. Untuk ketiga variabel lainnya, walaupun tidak berpengaruh signifikan namun masing-masing tetap memiliki korelasi terhadap return. Inflasi berkorelasi positif terhadap return, sedangkan kedua variabel komoditas yaitu harga emas dan harga minyak mentah masing-masing berkorelasi negatif dan positif. Saran 1. Investor Saran penulis kepada pihak manajemen perusahaan untuk lebih sigap dalam menghadapi keadaan ekonomi yang sulit untuk diprediksi. Keadaan ekonomi yang penulis maksud disini adalah fluktuasi variabel makroekonomi dan komoditas. 2. Perusahaan Saran penulis untuk para investor yang memiliki keinginan untuk menanamkan modalnya pada saat kondisi keuangan sedang berfluktuasi, akan lebih baik jika investor membidik sektor industri barang konsumsi, properti dan manufaktur. Karena ketiga sektor ini nilainya yang cukup stabil dan cenderung meningkat selama tahun penelitian. 3. Penelitian Selanjutnya 14 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 Saran penulis untuk peneliti selanjutnya, diharapkan menambah periode penelitian diatas lima tahun sehingga diharapkan dapat melihat pengaruh variabel makroekonomi dan komoditas terhadap indeks sektor pertambangan atau indeks lainnya. Akan lebih baik jika terdapat periode terjadi krisis keuangan, jadi dapat dilihat pergerakan sebelum dan setelah krisis tersebut. Mungkin jika penulis selanjutnya menggunakan data harian atau mingguan, hasil yang didapatkan lebih signifikan. Daftar Referensi Akbar, Putra Perdana. 2008. Volatility Shock Persistence pada Single Index Model dari Sembilan Indeks Sektoral dan LQ45Periode 2002-2006. Depok : Universitas Indonesia. Bodie, Kane & Marcus. 2001. Essentials of Invesments (4th ed). New York : McGraw-Hill Companies. Darmadji, Tjiptono., Fakhruddin, Hendy M. 2008. Pasar Modal di Indonesia Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat. Dornbusch, Rudiger & Fischer. (2004). Macroeconomics (9th ed). New York : McGraw-Hill Companies. El-Sharif, I., Brown, D., Burton, B., Nixon, B., Russell, A., 2005. Evidence on the nature and extent of the relationship between oil prices and equity values in the UK. United Kingdom : Energy Econ. Fahmi, Irham. 2013. Pengantar Pasar Modal. Bandung : Alfabet. Juanda, Bambang M.S., Junaidi. 2012. Ekonometrika Deret Waktu. Bogor : Percetakan IPB. Kuntjoro, et.al. (2008). Volatilitas Harga Minyak Dunia dan Dampaknya Terhadap Kinerja Sektor Industri Pengolahan dan Makroekonomi Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi. Lawrence, Steven Sugiarto. 2013. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi dan Harga Komoditas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia. Surabaya : Universitas Kristen Petra. Madura, Jeff. 2000. International Finance, 6th edition. United States of America South : Western Publishing. Mankiw, G. 2003. Principles of Macroeconomics (5th Ed). Florida : TSI Graphics. 15 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014 Mollick, Andre Varella., Assefa, Tibebe Abebe. 2012. U.S Stock Returns and Oil Prices : The tale from daily data and the 2008-2009 financial crisis. United States of America : Elsevier. Nachrowi, D. Nachrowi., Usman, Hardius. 2006. Ekonometrika. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nandha, M., Faff, R., 2008. Does oil move equity prices? A global view. United States : Energy Econ. Nugroho, H. 2008. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Indeks LQ45. Semarang : Universitas Diponegoro. Reilly, Frank. K., Brown, Keith. C. 2012. Analysis of Investments and Management of Portfolios. United States : South Western Cengage Learning. Samsul, M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portfolio. Jakarta : Erlangga. Subramanyam, K.R., Wild, John. J. 2010. Financial Statement Analysis. New York : New York : McGraw-Hill Education. Sukirno, Sadono. 2013. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta :Rajawali Press. Sunariyah . 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal (5th ed). Yogyakarta : UPP-STIM YKPN. Witjaksono, A. A. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones Terhadap IHSG. Semarang : Karisma. 16 Analisis Pengaruh..., Ayunda Caesariana, FE UI, 2014