DAMPAK HUBUNGAN INDUSTRIAL TERHADAP PRODUKTIVITAS PEKERJA DI KABUPATEN/KOTA, PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009 - 2011 Een Nur Aeni1), Ferry Hadiyanto2), Pipit Pitriyan3) Universitas Padjajaran 1) Mahasiswa MET, 2) Ketua Pembimbing, 3) Anggota Pembimbing Banyaknya kasus ketenagakerjaan, khususnya di Jawa Barat, se cara langsung mempengaruhi ketenangan berusaha dan mempengaruhi kesejahteraan pekerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan. Hal ini menandakan bahwa hubungan industrial di Jawa Barat masih rendah, yang ditunjukkan dengan nilai Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) unsur hubungan industrial sebesar 0,79 dan produktivitas tenaga kerja sebesar 1,36. Selain itu, pelanggaran terhadap upah minimum Kabupen/Kota dan Jamsostek masih cukup besar dibandingkan dengan pelanggaran terhadap norma kerja yang lain. Data lain juga menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan pekerja di Jawa Barat adalah SD ke bawah (>50%). Masih adanya diskriminasi terhadap pekerja perempuan dan masih banyaknya pekerja wanita dengan status pekerjaan rentan juga menjada masalah pembangunan ketenagakerjaan di Jawa Barat yang dapat mempengaruhi produktivitas pekerja. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak hubungan industrial, upah minimum Kabupaten/Kota, jaminan sosial tenaga kerja, pendidikan dan tenaga kerja wanita terhadap produktivitas pekerja pada tingkat Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berdasarkan data panel. Analisis data menggunakan Stata12 dan diperoleh kesimpulan bahwa variabel yang secara signifikan berpengaruh terhadap produktivitas pekerja adalah unjuk rasa/mogok kerja (URMK), upah minimum kabupaten/kota (UMK) dan tenaga kerja wanita (TKW). Adapun enam variabel lain, yaitu peraturan perusahaan (PP), serikat pekerja/serikat buruh (SPSB), pemutusan hubungan kerja (PHK), perselisihan hubungan industrial yang terselesaikan (PHIS), jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK) dan rata-rata lama sekolah R ( LS) tidak berpengaruh terhadap produktivitas pekerja di Kab/Kota di Jawa Barat. Untuk itu, disarankan (1) perlunya peningkatan Lembaga Kerjasama Bipartit, (2) perlunya peningkatan peran Pemerintah Daerah, khususnya instansi ketenagakerjaan di Kabupaten Kota, baik melalui peningkatan anggaran untuk pembangunan ketenagakerjaan, peningkatan penegakan hukum, (3) peningkatan pendidikan, (4) peningkatan kerjasama dengan PT Jamsostek (persero), (5) peningkatan kerjasama dengan w s asta dalam perluasan kesempatan kerja yang membutuhkan keahlian bagi para pekerja wanita, serta (6) penghapusan diskriminasi, terutama yang berkaitan dengan pengupahan dan penyediaan lapangan kerja yang lebih baik untuk pekerja perempuan. Kata kunci : hubungan industrial, produktivitas pekerja