RILIS PERS DPRD Berau Memberikan Dukungan Pembentukan

advertisement
Joint Secretariat
Berau Marine Program
Jl. Pulau Derawan 77, Tanjung Redeb
Berau 77311, East Kalimantan
T/F: +62 554 22009
RILIS PERS
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
•
Matheus Halim, Project Leader Derawan
+62 554 22009, [email protected], [email protected]
•
Handoko Adi Susanto, Sekber
+62 554 22009, [email protected]
DPRD Berau Memberikan Dukungan Pembentukan Kawasan
Perlindungan Laut di Kabupaten Berau
Tanjung Redeb, Berau (26/10) – DPRD Berau memberikan persetujuan atas
pembentukan Kawasan Perlindungan Laut (KPL) di Kabupaten Berau, dalam dengar
pendapat dengan Panitia Pengarah Pesisir dan Laut Berau, yang dilaksanakan pada
hari Kamis, 17 November 2005. Dengar pendapat dihadiri oleh 30 orang peserta yang
terdiri dari para anggota Dewan, anggota Panitia Pengarah, Pemerintah Daerah, Dinas
Perikanan dan Kelautan, BAPPEDA Berau, BKSDA, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,
Bapedalda dan sejumlah LSM.
“Masyarakat Berau memiliki tanggung-jawab untuk mengamankan masa
depannya dengan mengambil peran yang sangat penting dalam dunia perikanan dan
pariwisata, dan yang terpenting adalah menyediakan matapencaharian bagi masyarakat
kami” kata Muharram, Wakil Ketua DPRD Berau. Kepulauan Derawan merupakan
bagian dari Ekoregion Laut Sulu-Sulawesi yang melintasi Indonesia, Malaysia dan
Philipina. Ekoregion ini terletak di pusat Kawasan Segitiga Karang dunia yang memiliki
keanekaragaman hayati karang tertinggi di dunia, dan terumbu karang tersebut menjadi
tertekan akibat berbagai jenis matapencaharian di pesisir seperti terus berlanjutnya
cara-cara penangkapan ikan yang bersifat merusak dan tidak berkelanjutan. Kepulauan
ini juga merupakan daerah utama bagi penyu hijau untuk bertelur dan mencari makan di
kawasan Asia Tenggara.
Pemerintah Kabupaten Berau bekerjasama dengan Panitia Pengarah
Pengelolaan Pesisir Berau dan para pemangku kepentingan lainnya telah membuat draf
penentuan batas-batas luar kawasan perlindungan laut yang diusulkan dan akan segera
dijadikan Surat Keputusan Bupati Berau tentang KPL. Selama dengar pendapat, para
anggota Dewan menekankan pentingnya sosialisasi KPL yang diusulkan, kepada
seluruh masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan tersebut. Hal lain yang
menjadi perhatian adalah kehati-hatian dalam menentukan zonasi sehingga dapat
sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan pembagunan ekonomi, memastikan
dukungan terhadap perikanan tradisional yang berkelanjutan, pegamanan dan
penegakan hukum, guna menghentikan kegiatan-kegiatan penangkapan ikan yang
bersifat ilegal dan merusak, pengembangan matapencaharian alternatif, pendanaan
berkelanjutan bagi pengelolaan KPL, dan menciptakan dasar hukum yang kuat bagi
konservasi kelautan.
DPRD dan Pemerintah Daerah mengemukakan adanya kebutuhan untuk
melindungi dan mengelola sumberdaya kelautan di wilayah Berau, menjadikan
percontohan pengembangan sebuah KPL yang diinisiasi oleh masyarakat melalui
pendekatan partisipatif. Pendekatan seperti ini merupakan kebutuhan kunci pada era
desentraliasi seperti saat ini, dan keberhasilan konservasi di wilayah ini akan membawa
manfaat bagi banyak pihak dan ekosistem laut dalam jangka pendek dan panjang.
KPL Berau akan meliputi kepulauan Derawan dan rencana zonasi akan
dikembangkan bersama-sama dengan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.
Rencana zonasi meliputi pembagian wilayah untuk pemanfaatan tertentu dan kawasan
larang ambil, zona tradisional adalah zona di mana hanya kegiatan perikanan tradisional
skala kecil yang dapat memanfaatkan wilayah tersebut, sedangkan kawasan larang
ambil merupakan kawasan habitat penting di mana kegiatan ekstraktif tidak
diperbolehkan, biasanya merupakan daerah tempat pemijahan ikan dan bertelurnya
penyu. Wilayah pemanfaatan lainnya adalah di mana kegiatan perikanan secara legal,
wisata dan kegiatan lainnya dapat dilakukan.
Dalam pertemuan dengan anggota masyarakat di 25 kampung pesisir, Panitia
Pengarah mendapatkan informasi bahwa biaya operasional untuk menangkap ikan terus
meningkat, sedangkan hasil tangkapan terus menurun. Mereka merasakan adanya
kebutuhan pengelolaan agar sumberdaya laut dapat berkelanjutan dan menyambut baik
upaya membangun KPL. Mereka menekankan bahwa pentingnya untuk terus diberi
informasi dan diperbolehkan untuk memberikan masukan dalam penentuan lokasi dan
ukuran zonasi dan ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sumberdaya laut.
Pemantauan pemanfaatan sumberdaya yang telah dilaksanakan oleh program
kelautan bersama TNC-WWF-Mitra Pesisir menunjukan bahwa nelayan yang datang
dari luar menangkap ikan lebih banyak dengan pendapatan 20 kali lebih besar
dibandingkan dengan nelayan lokal. Hal ini disebabkan karena nelayan luar
menggunakan peralatan yang berbeda dan menghabiskan waktu lebih lama untuk
menangkap ikan. Dengan pembentukan KPL, kebijakan yang melindungi kepentingan
nelayan lokal dapat diperkuat, termasuk kebijakan terhadap penggunaan alat tangkap
dan pajak berdasarkan hasil tangkapan.**
2
Catatan untuk Redaksi:
•
Sulu-Sulawesi Marine Ecoregion termasuk dalam ekosistem laut yang paling beragam
dan paling produktif di dunia, dan terletak pada puncak Segitiga Terumbu Karang (Coral
Triangle). Kawasan ini memiliki variasi tipe habitat laut tropis yang tinggi, beragam dari
dinding terumbu karang yang mengelilingi ribuan pulau-pulaunya, sampai hutan bakau
terbesar dan terlebat di Asia Tenggara. Sejarah oceanografi dan tektonik yang rumit
telah menghasilkan fitur-fitur unik seperti danau ubur-ubur di Kakaban, Kepulauan
Derawan dan berbagai tipe habitat terumbu karang. Anekaragam ekosistem ini memberi
kekayaan keanekaragaman hayati, dengan 2000 species ikan tercatat diperairan dangkal
Filipina dan Indonesia, sedikitnya 400 species algae, 16 species rumput laut, 33 species
bakau, sedikitnya 400 species karang, lima dari enam jenis penyu dunia, dan sedikitnya
22 species mamalia laut termasuk didalamnya Dugong dugon dan Irrawady Dolphin.
Kawasan ini juga menjadi tempat tinggal jenis ikan purbakala coelacanth yang ditemukan
di Indonesia, dan populasi peteluran penyu hijau terbesar di Asia Tenggara.
•
Indonesia telah menandatangani Nota Kesepahaman IOSEA (Indian Ocean and South
East Asia) Conservation and Management of Marine Turtles dan habitatnya. Dalam MoU
itu, setiap negara berkomitmen untuk melindungi, melestarikan, mengembalikan dan
memulihkan penyu dan habitatnya, atas dasar bukti ilmiah yang terbaik, dan dengan
memperhatikan kondisi lingkungan, social-ekonomi dan karakteristik budaya negara
penandatangannya. Indonesia merupakan habitat enam dari tujuh jenis penyu: Penyu
Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Tempayan
(Caretta caretta), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) Penyu Lekang (Lepidochelys
olivacea) dan Penyu Pipih (Natator depressus). Kepulauan Derawan merupakan lokasi
peteluran dan pengembaraan penting, juga menjadi jalur lintasan migrasi dari Samudra
Pasifik ke Samudra Hindia.
•
WWF, TNC dan sebelum ini bergabung juga Proyek Pesisir, membantu upaya
mengurangi ancaman yang ditimbulkan akibat praktek perikanan yang merusak, dengan
cara mengembangkan kapasitas pemerintah dan masyarakat local untuk mengelola
secara lebih baik berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, dan melalui
peningkatan kesadartahuan mengenai pentingnya perlindungan wilayah dari praktekpraktek yang merusak dan tidak berkelanjutan, untuk memberi keuntungan jangka
panjang pada masyarakat lokal.
•
Panitia Pengarah Pengelolaan Pesisir Berau didirikan berdasarkan Surat Keputusan (SK)
Bupati Berau No. 225 tahun 2004. Panitia ini dimandatkan untuk memfasilitasi dan
mensosialisasikan kebijakan-kebijakan Kabupaten terkait pengelolaan wilayah pesisir
secara terpadu, memfasilitasi pembentukan panitia bersama pengelolaan kawasan
perlindungan laut, dan berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi, konsultasi dan
koordinasi dalam pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. Panitia pengarah terdiri
dari Bupati Berau, Wakil Bupati Berau, Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Perikanan dan
Kelautan Kab. Berau, Kepala Subdin Sumberdaya DPK Kab. Berau, BAPPEDA Kab,
Berau, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Berau, Bapelda Kab. Berau, BKSDA Kab.
Berau, Dinas Kehutanan Kab. Berau dan Sekretariat Bersama Kab. Berau LSM Bestari,
Kalbu, Mitra Pesisir, WWF, TNC dan Kehati.
3
Download