BAB II LANDASAN TEORI II.1 Komunikasi

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1
Komunikasi
Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan sosial manusia. Setiap
orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur kembali,
secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Komunikasi juga diartikan
sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh mempengaruhi satu
sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi
menggunakan bahasa verbal, tetapi juga menggunakan ekspresi muka, lukisan,
seni dan teknologi (Cangara, 2002:20). Secara etimologi istilah komunikasi dalam
bahasa inggris yaitu communication, berasal dari kata lain communication, dan
bersumber dari communis yang berarti sama. Sama yang dimaksud adalah sama
makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna
atau pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan
(Effendy,2003;30).
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman.
Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan,
gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan,
atau tak bertujuan. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau
sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya
akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh
penerima pesan tersebut.
Komunikasi menurut Carl I. Hovland adalah proses mengubah prilaku
orang lain (communication is the process to modify the behavior of other
individuals) (Effendy, 2005:10), akan tetapi, perubahan sikap, pendapat atau
perilaku orang lain dapat terjadi apabila komunikasi tersebut dapat berlangsung
secara komunikatif. Sedangkan menurut Wilbur Schramm secrang ahli linguistic,
mengatakan communication berasal dari kata latin “communis” yang artinya
common atau sama. Jadi menurut Schramm jika mengadakan komunikasi dengan
suartu pihak, maka kita akan menyatakan gagasan kita untuk memperoleh
commones dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu.
24
Universitas Sumatera Utara
25
Menurut Harold Laswell memberikan pengertian komunikasi melalui
paradigm yang dikemukakannya dalam karyanya the structire abd Funcion of
Communication in Society. Laswll mengatakan bahwa cara yang baik untuk
menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “ Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect?” Laswell menunjukkan bahwa komunikasi
meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajuan, yakni:
1) Who : Komunikator; orang yang menyampaikan pesan tersebut.
2) Says What : Pernyataan yang di dukung dengan menggunakan lambinglambang.
3) In Which Channel : Media; Sarana atau saluran yang mendukung pesan yang
disampaikan.
4) To Whom : Komunikan; orang yang menerima pesan.
5) With What Effect : Efek sebagai dampak dari pengaruh pesan tersebut dan
bisa juga dikatakan sebagai hasil dari proses sebuah komunikasi.
Kesimpulan dari pengertian diatas yang mengartikan komunikasi adalah
suatu proses penyampaian pernyataan oleh seseorang kepada orang lain dengan
mengandung tujuan tertentu, memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat
dan perilaku baik langsung, secara lisan, maupun tidak langsung melalui media.
II.2
Teori S-O-R
Dimulai pada tahun 1990-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang
banyak dapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari StimulusOrganism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi yaitu
manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku,
kognisi afeksi dan konasi. (Effendy, 2007:254)
Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek
yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory
atau S-R-Theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses
aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsi bahwa kata-kata verbal, isyarat non
verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon
dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif;
Universitas Sumatera Utara
26
misalnya orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif,
namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi
yang negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik
komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori
inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara
langsung dan cepat memiliki efek yang kuat terhadap komunikan. Artinya media
diibaratkan sebagai jarum suntik besar memiliki kapasitas perangsang(S) dan
menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula. (Effendy, 2007:256)
Teori S-O-R sebagai singkatan dan Stimulus-Organism-Response ini
semula berasal dari teori psikologi yang kemudian menjadi teori komunikasi. Dua
disiplin ilmu ini memang mempunyai objek material yang sama yaitu manusia,
yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, efeksi, dan
konasi. Menurut Stimulus-Rensponse ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur
dalam model ini yaitu:
a. Stimulus (Pesan)
b. Organism (Komunikan)
c. Response (Efek)
Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta
Pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland, Janis dan Killey yang menyatakan
bahwa dalam menelaah sikap yang baru terdapat tiga variabel penting (Effendy,
2007:254), yaitu
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerimaan
Dalam hal ini jika dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan mengenai
tayangan Mario Teguh Golden Ways di MetroTV dan konsep diri mahasiswa
FISIP USU, menunjukkan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
27
1. Stimulus (Pesan), stimulus atau pesan yang dimaksud adalah motivasi atau
masukan yang diberikan pak Mario terhadap mahasiswa.
2. Organism (Komunikan), yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
3. Respondense (Efek), efek yang diharapkan dapat dicapai adalah adanya suatu
kepercayaan atau kemauan mahasiswa dalam menerima masukan dan motivasi
yang diberikan dalam acara Mario Teguh Golden Ways di MetroTV.
II.3
Komunikasi Massa
Defenisi komunikasi massa adalah salah satu proses komunikasi yang
berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh
ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi, dan kegiatan yang
sebenarnya). Komunikasi massa adalah komunikasi yang diakukan oleh media
massa modern, misalnya : televisi, radio, majalah, surat kabar, film. Komunikasi
massa adalah proses dimana organisasi media membuat dan menyebarkan pesan
kepada khalayak banyak (publik). Organisasi-organisasi media ini akan
menyebarluaskan pesan-pesan yang akan mempengaruhi dan mencerminkan
kebudayaan suatu masyarakat, lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak
pada khalayak luas beragam. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah
satu institusi yang kuat dimasyarakat.
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan seseorang kepada
orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku
baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui media. Komunikasi massa
itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut
disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam
jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, atau bulanan. Proses
memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh
lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu.
Dalam komunikasi massa, media menjadi otoritas tunggal yang
menyeleksi, memproduksi pesan dan menyampaikannya pada khalayak.
Komunikasi massa – salah satu jendela komunikasi, selain komunikasi
interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi
organisasi. (http://idwikipedia.org/wiki/komunikasimassa)
Universitas Sumatera Utara
28
II.3.1
Ciri-ciri Komunikasi Massa
Komunikator dalam komunikasi massa bukan hanya satu orang saja,
melainkan kumpulan dari beberapa orang. Artinya gabungan antar berbagai
macam unsure dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang
dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana kita ketahui, sistem itu
adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan
mengolah, menyimpan dan menuangkan ide, gagasan dan simbol, lambing
menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan
saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber
informasi.
Di dalam sebuah sistem ada interpedensi, artinya komponen komponen
itu saling berkaitan dan berinteraksi secara keseluruhan. Tidak bekerjanya satu
sama lain unsure akan mempengaruhi kinerja unsur-unsur lain. Eksistensi
kesatuan (totalitas) itu dipengaruhi oleh komponen-komponennya. Sebaiknya
eksistensi masing-masing komponen itu dipengaruhi oleh kesatuannya. Dengan
demikian, dalam sistem sebagai sebuah lembaga dalam komunikasi massa itu ada
beberapa unsur yang membuat sesuatu akhirnya disebut sebagai lembaga. Sedang
antar unsur dalam lembaga itu ada kerja sama satu sama lain. Tidak bekerjanya
satu unsur akan menyebabkan tidak bekerjanya unsur yang lain. Oleh karena itu,
berbagai unsur itu saling melengkapi, bekerjasama satu sama lain sehingga
sempurnalah sesuatu itu dikatakan sebagai sebuah lembaga.
Dalam komunikasi massa, yang namanya komunikator itu adalah media
massa itu sendiri. Artinya, komunikator bukan orang per orang misalnya seperti
wartawan. Wartawan adalah salah satu bagian darin sebuah lembaga. Wartawan
itu sendiri bukan seorang komunkator dalam komunikasi massa. Ia adalah seorang
yang sudah dilembagakan (institusionalised person). Artinya berbagai sikap dan
perilaku wartawan sudah diatur dan harus tunduk pada sistem yang sudah
diciptakan dalam saluran komunikasi massa tersebut.
II.3.2
Karakteristik Komunikasi Massa
Karakteristik komunikasi massa (Ardiantor, 2007:7) :
Universitas Sumatera Utara
29
1. Komunikator Terlembagakan
Menurut Wright, komunikasi maassa yang melibatkan lembaga dan
komunikator lainnya adalah lembaga media massa. Lembaga ini menyerupai
sebuah sistem. Sistem merupakan sekelompok orang, pedoman dan media yang
melakukan suatu kegiatan megolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan,
simbol, lambing menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu
kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan menjadi
sumber informasi.
2. Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa
ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang
tertentu. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta peristiwa atau opini. Dengan
kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural.
3. Komunikasinya Anonim dan Heterogen
Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan
(anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka.
Disamping anonim, komunikn komunikasi massa adalah heterogen, Karena terdiri
dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda faktor : usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya
adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relatif banyak dan
tidak terbatas. Lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak
pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Efendy
mengartikan keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan
sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk
tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus.
Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan
sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan
digunakan.
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Kelemahan dari komunikasi massa yaitu memiliki komunikasi yang
bersifat satu arah. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang berkomunikasi
menggunakan media massa. Karena menggunakan media massa, maka
komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.
Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikannya juga aktif menerima
pesan yang disampaikan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog
lebih mendalam. Maka pada komunikasi massa tidak terjadi pengendalian arus
informasi.
7. Stimulasi Alat Indera “Terbatas”
Alat indera yang terbatas juga merupakan kekurangan dari komunikasi
massa. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis
media massa, pada surat kabar dan majalah pembaca hanya melihat. Pada radio
Universitas Sumatera Utara
30
siaran, khalayak hanya mendengar dam pada media televisi, film dan internet
khalayak meggunakan indera pengelihatan dan pendengaran.
8. Umpan Balik Tertunda (Delayed)
Komponen umpan balik (feedback) merupakan faktor penting dalam
bentuk komunikasi apapun. Efektifitas komunikasi sering kali dapat dilihat dari
feedback yang disampaikan oleh komunikan. Tidak seperti komunikasi
antarpribadi atau komunikasi kelompok, feedback dalam komunikasi massa dapat
langsung diketahui.
II.3.3
Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa awalnya dicetuskan oleh Harold D Laswell
pada tahun 1984. Tokoh ilmu komunikasi yang mendalami komunikasi politik ini
menyebutkan fungsi komunikasi massa secara umum adalah untuk pengawasan
lingkungan hidup, pertalian dan penyebaran warisan sosial (Effendy, 2005:28).
Kemudian Sean MacBridge berpendapat bahwa fungsi komunikasi massa yaitu
informasi, sosialis, motivasi perdebatan, pendidikan, memajukan kebudayaan,
hiburan dan integrasi. Setelah itu Yoseph R Dominick (Effendy, 2005:29)
mempertegas fungsi komunikasi massa bagi masyarakat yaitu :
1. Pengawasan (Surveillance)
-
Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan), yaitu fungsi
yang terjadi ketika media massa menginformasikan tentang sesuatu yang
berupa ancaman.
-
Instrumental surveillance (pengawasan instrumental), yaitu penyebaran /
penyampaian informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu
khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
2. Interpretasi (Interpretation)
Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan
penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Tujuan penafsiran media ingin
mengajak khalayak untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut
dalam komunikasi antarpersonal atau komunikasi kelompok.
3. Pertalian (Linkage)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,
sehingga membentuk linkage atau pertalian berdasarkan kepentingan dan minat
yang sama tentang sesuatu. Maka kelompok-kelompok yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
31
kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis dipertalikan atau
dihubungkan kembali oleh media.
4. Sosialisasi
Fungsi sosialisasi mengacu pada acara dimana individu mengadopsi
perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran khalayak dan
memperlihatkan bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan.
5. Hiburan (entertainment)
Sulit dibantah bahwa pada kenyataannya hampir semua media
menjalankan fungsi hiburan bertujuan untuk mengurangi ketegangan pikiran
khalayak agar dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.
II.3.4. Efek Komunikasi Massa
Efek dalam komunikasi merupakan hasil yang di capai dari sebuah proses
komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Menurut Steven M. Chaffe
(Ardianto, 2004:49) efek media massa dapat dilihat dari beberapa pendekatan.
Pendekatan pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau
media itu sendiri. Pendekatan yang kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan
yang terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan
sikap, perasaan, perilaku atau dengan istilah lain dikenal dengan perubahan
kognitif, afektif dan behavioral.
a) Pendekatan yang pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan
pesan atau media massa itu sendiri, terdiri dari:
1. Efek Ekonomi
Kehadiran media massa ditengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan
berbagai usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa.
2. Efek sosial
Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur ataau interaksi sosial
sebagai akibat dari kehidupan media massa. Sebagai contoh misalnya
kehadiran televisi dapat meningkatkan status kepemiliknya.
3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari
Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum pergi ke
kantor, masyarakat kota akan lebih dahulu melihat siaran berita di televisi.
4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman
Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan
psikologisnya dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman,
misalnya menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
32
5. Efek Menumbuhkan Perasaan tertentu
Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak
nyaman pada diri seseorang, tetapi juga menumbuhkan perasaan tertentu.
Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif
terhadap media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada
suatu media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu
bersama media massa tersebut.
b) Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada
khalayak terdiri dari:
1. Efek kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sikapnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif membahas tentang
bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari
informasi yang bermanfaat dengan mengembangkan keterampilan
kognitifnya. Menurut Mc. Luan (Ardianto, 2007:52), media massa adalah
perpanjangan alat indera manusia. Dengan media massa khalayak
memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum
pernah dikunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media
massa adalah realitas yang diseleksi.
2. Efek Afektif
Efek Afektif kadarnya lebih tinggi dari efek kognitif. Tujuan komunikasi
massa nukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu.tetapi lebih
dari khalayak harapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih,
gembira, marah dan sebagainya. Dengan kata lain efek afektif menekankan
pada aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu.
3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan efek yang timbul pada diri khalayak dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan yang dapat diamati. Efek
behavioral tidak sama pada setiap orang. Belajar dari media massa tidak
tergantung hanya pada unsur stimulus yang ada pada media massa saja.
Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang yang cendrung meniru
perilaku yang diamatinya. Stimulus menjadi teladan untuk perilakunya.
II.3.5 Model dan Riset Komunikasi Massa
Menurut Wibur Schramm dalam artikel “How Communication Works”
yang dipublikasikan pada tahun 1954, Schramm membuat 3 model yang dimulai
dari komunikasi manusia yang sederhana, kemudian mengembaangkan dan
kemudian memperhitungkan pengalaman dua individu hingga model komunikasi
yang interaktif.
Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk
menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
33
dikarenakan komunikasi berasal dari kata lain communis yang artinya common
(sama).
Bagan 2
Model Komunikasi Wilbur Schramm
Source
Encoder
Destination
Sinyal
Decoder
Sumber : Ikhsan, Fauzar, FISIP USU (2011, 35)
Menurut Schramm komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3 unsur :
1. Sumber bisa berupa seoramg individual berbicara, menulis, menggambar, dan
bergerak atau sebuah organisasi komuniasi (koran, rumah produksi, televisi)
2. Pesan bisa berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian
tangan, atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna.
3. Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan , melihat, membaca,
anggota dari sebuah kelompok seperti diskusi kelompok mahasiswa dalam
perkuliahan, khalayaak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi, dll.
Bagan 3
Model Komunikasi Wilbur Schramm
Field of Experience
Source
Encoder
Field of Experience
Sinyal
Decoder
Destination
Sumber : Ikhsan, Fauzar, FISIP USU (2011, 36)
Universitas Sumatera Utara
34
Schramm mengenalkan konsepfield of experience, yang menurut Schramm sangat
berperan dalam menentukan apaah komunikasi diterima sebagaimana yang
diinginkan oleh komunikan. Schramm menekankan bahwa tanpa adanya field of
experience yang saam (bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan
yang sama, dll) hanya ada sedikit kesempatan bahwa suatu pesan akan
diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini model Schramm diatas adalah
pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm mengatakan bahwa
pentingnya feedback adalah suatu cara untuk megatasi masalah noise. Menurut
Schramm feedback dapat membantu kita mengetahui bagaimana pesan kita
diinterpretasikan. Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik
pesan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Jika wilayah
irisan semakin besar, maka komunikasi lebih mudah dilakukan dan efektif.
Bagan 4
Model Komunikasi Wilbur Schramm
Pesan
Decoder
Decoder
Penerjemah
Penerjemah
decoder
decoder
Pesan
Sumber : Ikhsan, Fauzar, FISIP USU (2011, 36)
Pada model ini Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan
umpan balik maka ia akan berada pada posisi komunikan (source). Setiap individu
dilihat sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat sebagai
suatu proses sirkular daripada suatu proses satu arah seperti pada dua model
Universitas Sumatera Utara
35
Schramm sebelumnya. Model yang ketiga ini disebut juga model Osgood dan
Schramm.
Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s of
Communication, (Rosady Ruslan, 2005:83-84) meliputi :
a. Credibility yaitu komunikasi yang membangun kepercayaan antara
komunikator dan komunikan.
b. Context yaitu komunikasi dapat berlangsung jika situasi dan kondisi
setempat tidak ada gangguan antara komunikator dengan komunikan serta
sarana atau media komunikasi saloing berkaitan.
c. Content yaitu komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan
dalam hal ini komunikan dapat memahami maksud komunikator sehingga
komunikator merasa puas.
d. Clarity yaitu antara komunikator harus menyampaikan pesan atau berita
secara jelas sehingga tujuan dapat tercapai.
e. Continuity and consistency yaitu komunikasi berlangsung secara terus dan
pesan atau berita tidak saling bertentangan (tidak berubah-ubah/tetap).
f. Capability
of
audience
yaitu
komunikator
harus
memperhatikan
kemampuan komunikan (pihak penerima) dalam menerima pesan, agar
tidak terjadi kesalah fahaman.
g. Channels of distribution yaitu komunikasi harus meggunakan media/alat
komunikasi yang sudah biasa digunakan oleh umum misalnya media cetak
(surat kabar, majalah), media elektronik (televisi, radio).
II.4
Televisi
Televisi merupakan media massa elektronik yang diciptakan manusia
dengan menggunakan prinsip-prinsip radio karena televisi lahir sesudah radio.
Istilah televisi terdiri dari dua kata yakni “tele” dan “visi”, tele berarti jauh dan
visi berarti penglihatan. Segi jauhnya ditransmisikan dengan prinsip-prinsip radio,
sedangkan penglihatan diwujudkan dengan kamera sehingga menjadi gambar baik
dalam bentuk gambar hidup, bergerak maupun diam (still picture). Istilah televisi
sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1900 di kota Paris, yang saat
Universitas Sumatera Utara
36
dikota itu berlangsung pertemuan para ahli dibidang elektronika dari berbagai
Negara.
Televisi merupakan sebuah media telekomunikasi yang berfungsi sebagai
penerima siaran gambar bergerak dengan suara, baik itu yang monokrom (hitam
putih) ataupun berwarna. Televisi juga merupakan media massa yang digunakan
untuk menyebarkan informasi. Televisi merupakan gabungan dari media dan
gambar. Gambar yang disajikan televisi juga merupakan gambar yang hidup yang
dapat menimbulkan kesan tersendiri kepada khalayak yang menontonnya.
Informasi yang disajikan melalui televisi juga banyak dinikmati oleh masyarakat
karena bersifat lebih cepat, lugas, dan lengkap meliput sebuah berita atau
peristiwa.
Televisi menghadirkan berbagai bentuk program yang dikemas sangat
berbeda dari yang lain. Sehingga dapat menarik perhatian penontonnya. Banyak
acara televisi, diantaranya acara seperti berita, hiburan, infotaiment, talk show,
kuis, maupun kuliner. Penonton juga berhak memilih acara mana yang layak
untuk di tonton dan menjadikan wawasan bertamba luas juga menghibur. Televisi
banyak memberikan nilai tambah dalam pola berfikir masyarakat. Daya tarik yang
dimiiki oleh televisi melebihi rasio dari bioskop, karena tayangan yang ada pada
televisi dapat dinikmati dirumah oleh masyarakat dengan aman dan nyaman
(Effendy,2002:177)
Kemajuan yang pesat dalam pertelevisian telah mencapai taraf yang begitu
memuaskan bagi manusia seperti sekarang adalah berkat ditemukannya alat yang
disebut inconoscope (‘icon” berarti gambar, “scopein” berarti melihat) oleh
Dr.Vladimir K. Zwarklyn dari Rusia pada tahun 1920. Iconoscope merupakan alat
semacam pistol listrik yang digunakan untuk melakukan peradapan terhadap
gambar dari suatu objek yang diambil lensa kamera. Segaris demi segaris namun
cepat
sehingga
bagi
orang
yang
melihatnya
bagaikan
gambar
yang
berkesinambungan.
Iconoscope yang berupa lampu terhadap didalam kamera elektronik yang
fungsinya mengubah gambar menjadi getaran listrik, kemudian ditransmisikan
setelah ditangkap oleh pesawat penerima. Dalam pesawat penerima proses
perubahan getaran listrik menjadi gambar yang sama dengan yang diambil kamera
Universitas Sumatera Utara
37
dengan alat yang dinamakan kenescipe. Dengan bantuan alat tersebut maka
muncullah gambar-gambar dari objek yang diambil kamera
II.4.1 Sejarah Televisi di Indonesia
Televisi bukanlah dilihat sebagai barang mewah lagi di Indonesia seperti
pertama kali ada. Saat ini televisi merupakan salah satu bahn kebutuhan pokok
bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Masyarakat menjadikan televisi sebagai
sumber hiburan dan sumber informasi. Dalam kata lain, informasi sudah
merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri.
Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan televisi pertama di
Indonesia yang mengudara pada tanggal 19 Agustus 1962 dengan studionya yang
sederhana di kompleks Senayan Jakarta. Dibandingkan dengan Negara-negara
yang maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jepang dan Negara-negara
lain yang di Eropa, Indonesia termasuk Negara yang relatif baru dalam bidang
televisi. tetapi bila dibandingkan dengan beberapa Negara Asia, seperti Malaysia
dan Singarpura, Indonesia sudah terlebih dahulu (Effendy, 2005;190).
Pada tanggal 18 Agustus 1988 hadir dalam pertelevisian di Indonesia
stasiun televisi oleh pihak swasta pertama kalinya yaitu Rajawali Citra Televisi
Indonesia (RCTI). Dengan kehadirannya RCTI kemudian disusul dengan lahirnya
Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV) pada tanggal 18 Agustus 1990. Pada
awalnya siaran kedua televisi swasta ini belum dapat di terima oleh semua
masyarakat di Indonesia dan hanya ditayangkan di Jakarta dan sekitarnya.
Pada awal tahun 1991 disusul dengan hadirnya stasiun televisi lainnya
dengan tema pendidikan yaitu Televisi Pendirikan Indonesia (TPI). Pada awal
berdirinya stasiun televisi ini dapat mengudara secara nasional dan dapat diterima
oleh semua masyarakat di seluruh wilayah Indonesia tetapi hanya berlangsung
dari pagi hingga siang hari. Dengan kehadiran TVRI, RCTI, SCTV dan TPI,
televisi banyak mengalami perbaikan dan kemajuan, baik dalam bidang mutu
siaran maupun penayangan.
Universitas Sumatera Utara
38
Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya dipertengahan tahun 1993,
RCTI mengudara secara nasional dan membangun transmisi di beberapa kota
besar Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Medan, Batam dan lainnya. Saat ini ada
11 stasiun televisi swasta yang dapat dinikmati oleh masyarakat Medan, Antara
lain : ANTV, GlobalTV, Indosiar, MetroTV, MNCTV, RCTI, SCTV, Trans TV,
Trans7, tvOne, NET. Ditambah dengan TVRI sebagai TV milik pemerintah dan
ada DeliTV dan DAAI TV sebagai TV lokal. Pada televisi swasta saat ini
berlomba-lomba menyajikan acara Televisi yang beragam dan menarik serta cepat
dan fenomenal. Kesebelas televisi swasta ini menunjukkan bagaimana tingkat
kemauan khalayak dalam memilih stasiun TV mana yang menyajikan programprogram yang berbeda dan yang tidak ada pada stasiun TV lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Download