BAB II LANDASAN TEORI II.1 Komunikasi Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan sosial manusia. Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur kembali, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Komunikasi juga diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga menggunakan ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara, 2002:20). Secara etimologi istilah komunikasi dalam bahasa inggris yaitu communication, berasal dari kata lain communication, dan bersumber dari communis yang berarti sama. Sama yang dimaksud adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna atau pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy,2003;30). Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. Komunikasi menurut Carl I. Hovland adalah proses mengubah prilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals) (Effendy, 2005:10), akan tetapi, perubahan sikap, pendapat atau perilaku orang lain dapat terjadi apabila komunikasi tersebut dapat berlangsung secara komunikatif. Sedangkan menurut Wilbur Schramm secrang ahli linguistic, mengatakan communication berasal dari kata latin “communis” yang artinya common atau sama. Jadi menurut Schramm jika mengadakan komunikasi dengan suartu pihak, maka kita akan menyatakan gagasan kita untuk memperoleh commones dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu. 24 Universitas Sumatera Utara 25 Menurut Harold Laswell memberikan pengertian komunikasi melalui paradigm yang dikemukakannya dalam karyanya the structire abd Funcion of Communication in Society. Laswll mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “ Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajuan, yakni: 1) Who : Komunikator; orang yang menyampaikan pesan tersebut. 2) Says What : Pernyataan yang di dukung dengan menggunakan lambinglambang. 3) In Which Channel : Media; Sarana atau saluran yang mendukung pesan yang disampaikan. 4) To Whom : Komunikan; orang yang menerima pesan. 5) With What Effect : Efek sebagai dampak dari pengaruh pesan tersebut dan bisa juga dikatakan sebagai hasil dari proses sebuah komunikasi. Kesimpulan dari pengertian diatas yang mengartikan komunikasi adalah suatu proses penyampaian pernyataan oleh seseorang kepada orang lain dengan mengandung tujuan tertentu, memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku baik langsung, secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. II.2 Teori S-O-R Dimulai pada tahun 1990-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak dapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari StimulusOrganism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. (Effendy, 2007:254) Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R-Theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsi bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; Universitas Sumatera Utara 26 misalnya orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi yang negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat terhadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar memiliki kapasitas perangsang(S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula. (Effendy, 2007:256) Teori S-O-R sebagai singkatan dan Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari teori psikologi yang kemudian menjadi teori komunikasi. Dua disiplin ilmu ini memang mempunyai objek material yang sama yaitu manusia, yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, efeksi, dan konasi. Menurut Stimulus-Rensponse ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini yaitu: a. Stimulus (Pesan) b. Organism (Komunikan) c. Response (Efek) Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland, Janis dan Killey yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru terdapat tiga variabel penting (Effendy, 2007:254), yaitu a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Dalam hal ini jika dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan mengenai tayangan Mario Teguh Golden Ways di MetroTV dan konsep diri mahasiswa FISIP USU, menunjukkan bahwa: Universitas Sumatera Utara 27 1. Stimulus (Pesan), stimulus atau pesan yang dimaksud adalah motivasi atau masukan yang diberikan pak Mario terhadap mahasiswa. 2. Organism (Komunikan), yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Respondense (Efek), efek yang diharapkan dapat dicapai adalah adanya suatu kepercayaan atau kemauan mahasiswa dalam menerima masukan dan motivasi yang diberikan dalam acara Mario Teguh Golden Ways di MetroTV. II.3 Komunikasi Massa Defenisi komunikasi massa adalah salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi, dan kegiatan yang sebenarnya). Komunikasi massa adalah komunikasi yang diakukan oleh media massa modern, misalnya : televisi, radio, majalah, surat kabar, film. Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik). Organisasi-organisasi media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan mempengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat, lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas beragam. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat dimasyarakat. Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui media. Komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu. Dalam komunikasi massa, media menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi, memproduksi pesan dan menyampaikannya pada khalayak. Komunikasi massa – salah satu jendela komunikasi, selain komunikasi interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi. (http://idwikipedia.org/wiki/komunikasimassa) Universitas Sumatera Utara 28 II.3.1 Ciri-ciri Komunikasi Massa Komunikator dalam komunikasi massa bukan hanya satu orang saja, melainkan kumpulan dari beberapa orang. Artinya gabungan antar berbagai macam unsure dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana kita ketahui, sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan dan menuangkan ide, gagasan dan simbol, lambing menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Di dalam sebuah sistem ada interpedensi, artinya komponen komponen itu saling berkaitan dan berinteraksi secara keseluruhan. Tidak bekerjanya satu sama lain unsure akan mempengaruhi kinerja unsur-unsur lain. Eksistensi kesatuan (totalitas) itu dipengaruhi oleh komponen-komponennya. Sebaiknya eksistensi masing-masing komponen itu dipengaruhi oleh kesatuannya. Dengan demikian, dalam sistem sebagai sebuah lembaga dalam komunikasi massa itu ada beberapa unsur yang membuat sesuatu akhirnya disebut sebagai lembaga. Sedang antar unsur dalam lembaga itu ada kerja sama satu sama lain. Tidak bekerjanya satu unsur akan menyebabkan tidak bekerjanya unsur yang lain. Oleh karena itu, berbagai unsur itu saling melengkapi, bekerjasama satu sama lain sehingga sempurnalah sesuatu itu dikatakan sebagai sebuah lembaga. Dalam komunikasi massa, yang namanya komunikator itu adalah media massa itu sendiri. Artinya, komunikator bukan orang per orang misalnya seperti wartawan. Wartawan adalah salah satu bagian darin sebuah lembaga. Wartawan itu sendiri bukan seorang komunkator dalam komunikasi massa. Ia adalah seorang yang sudah dilembagakan (institusionalised person). Artinya berbagai sikap dan perilaku wartawan sudah diatur dan harus tunduk pada sistem yang sudah diciptakan dalam saluran komunikasi massa tersebut. II.3.2 Karakteristik Komunikasi Massa Karakteristik komunikasi massa (Ardiantor, 2007:7) : Universitas Sumatera Utara 29 1. Komunikator Terlembagakan Menurut Wright, komunikasi maassa yang melibatkan lembaga dan komunikator lainnya adalah lembaga media massa. Lembaga ini menyerupai sebuah sistem. Sistem merupakan sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan megolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambing menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan menjadi sumber informasi. 2. Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta peristiwa atau opini. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. 3. Komunikasinya Anonim dan Heterogen Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikn komunikasi massa adalah heterogen, Karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. 4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relatif banyak dan tidak terbatas. Lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Efendy mengartikan keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. 5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. 6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Kelemahan dari komunikasi massa yaitu memiliki komunikasi yang bersifat satu arah. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang berkomunikasi menggunakan media massa. Karena menggunakan media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikannya juga aktif menerima pesan yang disampaikan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog lebih mendalam. Maka pada komunikasi massa tidak terjadi pengendalian arus informasi. 7. Stimulasi Alat Indera “Terbatas” Alat indera yang terbatas juga merupakan kekurangan dari komunikasi massa. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa, pada surat kabar dan majalah pembaca hanya melihat. Pada radio Universitas Sumatera Utara 30 siaran, khalayak hanya mendengar dam pada media televisi, film dan internet khalayak meggunakan indera pengelihatan dan pendengaran. 8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) Komponen umpan balik (feedback) merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektifitas komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Tidak seperti komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, feedback dalam komunikasi massa dapat langsung diketahui. II.3.3 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa awalnya dicetuskan oleh Harold D Laswell pada tahun 1984. Tokoh ilmu komunikasi yang mendalami komunikasi politik ini menyebutkan fungsi komunikasi massa secara umum adalah untuk pengawasan lingkungan hidup, pertalian dan penyebaran warisan sosial (Effendy, 2005:28). Kemudian Sean MacBridge berpendapat bahwa fungsi komunikasi massa yaitu informasi, sosialis, motivasi perdebatan, pendidikan, memajukan kebudayaan, hiburan dan integrasi. Setelah itu Yoseph R Dominick (Effendy, 2005:29) mempertegas fungsi komunikasi massa bagi masyarakat yaitu : 1. Pengawasan (Surveillance) - Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan), yaitu fungsi yang terjadi ketika media massa menginformasikan tentang sesuatu yang berupa ancaman. - Instrumental surveillance (pengawasan instrumental), yaitu penyebaran / penyampaian informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. 2. Interpretasi (Interpretation) Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Tujuan penafsiran media ingin mengajak khalayak untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpersonal atau komunikasi kelompok. 3. Pertalian (Linkage) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage atau pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Maka kelompok-kelompok yang memiliki Universitas Sumatera Utara 31 kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis dipertalikan atau dihubungkan kembali oleh media. 4. Sosialisasi Fungsi sosialisasi mengacu pada acara dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran khalayak dan memperlihatkan bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. 5. Hiburan (entertainment) Sulit dibantah bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan bertujuan untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak agar dapat membuat pikiran khalayak segar kembali. II.3.4. Efek Komunikasi Massa Efek dalam komunikasi merupakan hasil yang di capai dari sebuah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Menurut Steven M. Chaffe (Ardianto, 2004:49) efek media massa dapat dilihat dari beberapa pendekatan. Pendekatan pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan yang kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan, perilaku atau dengan istilah lain dikenal dengan perubahan kognitif, afektif dan behavioral. a) Pendekatan yang pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau media massa itu sendiri, terdiri dari: 1. Efek Ekonomi Kehadiran media massa ditengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa. 2. Efek sosial Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur ataau interaksi sosial sebagai akibat dari kehidupan media massa. Sebagai contoh misalnya kehadiran televisi dapat meningkatkan status kepemiliknya. 3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum pergi ke kantor, masyarakat kota akan lebih dahulu melihat siaran berita di televisi. 4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman, misalnya menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 32 5. Efek Menumbuhkan Perasaan tertentu Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi juga menumbuhkan perasaan tertentu. Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut. b) Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada khalayak terdiri dari: 1. Efek kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sikapnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dengan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Menurut Mc. Luan (Ardianto, 2007:52), media massa adalah perpanjangan alat indera manusia. Dengan media massa khalayak memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah dikunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang diseleksi. 2. Efek Afektif Efek Afektif kadarnya lebih tinggi dari efek kognitif. Tujuan komunikasi massa nukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu.tetapi lebih dari khalayak harapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. Dengan kata lain efek afektif menekankan pada aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu. 3. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan efek yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan yang dapat diamati. Efek behavioral tidak sama pada setiap orang. Belajar dari media massa tidak tergantung hanya pada unsur stimulus yang ada pada media massa saja. Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang yang cendrung meniru perilaku yang diamatinya. Stimulus menjadi teladan untuk perilakunya. II.3.5 Model dan Riset Komunikasi Massa Menurut Wibur Schramm dalam artikel “How Communication Works” yang dipublikasikan pada tahun 1954, Schramm membuat 3 model yang dimulai dari komunikasi manusia yang sederhana, kemudian mengembaangkan dan kemudian memperhitungkan pengalaman dua individu hingga model komunikasi yang interaktif. Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini Universitas Sumatera Utara 33 dikarenakan komunikasi berasal dari kata lain communis yang artinya common (sama). Bagan 2 Model Komunikasi Wilbur Schramm Source Encoder Destination Sinyal Decoder Sumber : Ikhsan, Fauzar, FISIP USU (2011, 35) Menurut Schramm komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3 unsur : 1. Sumber bisa berupa seoramg individual berbicara, menulis, menggambar, dan bergerak atau sebuah organisasi komuniasi (koran, rumah produksi, televisi) 2. Pesan bisa berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian tangan, atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna. 3. Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan , melihat, membaca, anggota dari sebuah kelompok seperti diskusi kelompok mahasiswa dalam perkuliahan, khalayaak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi, dll. Bagan 3 Model Komunikasi Wilbur Schramm Field of Experience Source Encoder Field of Experience Sinyal Decoder Destination Sumber : Ikhsan, Fauzar, FISIP USU (2011, 36) Universitas Sumatera Utara 34 Schramm mengenalkan konsepfield of experience, yang menurut Schramm sangat berperan dalam menentukan apaah komunikasi diterima sebagaimana yang diinginkan oleh komunikan. Schramm menekankan bahwa tanpa adanya field of experience yang saam (bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, dll) hanya ada sedikit kesempatan bahwa suatu pesan akan diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini model Schramm diatas adalah pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk megatasi masalah noise. Menurut Schramm feedback dapat membantu kita mengetahui bagaimana pesan kita diinterpretasikan. Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Jika wilayah irisan semakin besar, maka komunikasi lebih mudah dilakukan dan efektif. Bagan 4 Model Komunikasi Wilbur Schramm Pesan Decoder Decoder Penerjemah Penerjemah decoder decoder Pesan Sumber : Ikhsan, Fauzar, FISIP USU (2011, 36) Pada model ini Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan umpan balik maka ia akan berada pada posisi komunikan (source). Setiap individu dilihat sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat sebagai suatu proses sirkular daripada suatu proses satu arah seperti pada dua model Universitas Sumatera Utara 35 Schramm sebelumnya. Model yang ketiga ini disebut juga model Osgood dan Schramm. Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s of Communication, (Rosady Ruslan, 2005:83-84) meliputi : a. Credibility yaitu komunikasi yang membangun kepercayaan antara komunikator dan komunikan. b. Context yaitu komunikasi dapat berlangsung jika situasi dan kondisi setempat tidak ada gangguan antara komunikator dengan komunikan serta sarana atau media komunikasi saloing berkaitan. c. Content yaitu komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan dalam hal ini komunikan dapat memahami maksud komunikator sehingga komunikator merasa puas. d. Clarity yaitu antara komunikator harus menyampaikan pesan atau berita secara jelas sehingga tujuan dapat tercapai. e. Continuity and consistency yaitu komunikasi berlangsung secara terus dan pesan atau berita tidak saling bertentangan (tidak berubah-ubah/tetap). f. Capability of audience yaitu komunikator harus memperhatikan kemampuan komunikan (pihak penerima) dalam menerima pesan, agar tidak terjadi kesalah fahaman. g. Channels of distribution yaitu komunikasi harus meggunakan media/alat komunikasi yang sudah biasa digunakan oleh umum misalnya media cetak (surat kabar, majalah), media elektronik (televisi, radio). II.4 Televisi Televisi merupakan media massa elektronik yang diciptakan manusia dengan menggunakan prinsip-prinsip radio karena televisi lahir sesudah radio. Istilah televisi terdiri dari dua kata yakni “tele” dan “visi”, tele berarti jauh dan visi berarti penglihatan. Segi jauhnya ditransmisikan dengan prinsip-prinsip radio, sedangkan penglihatan diwujudkan dengan kamera sehingga menjadi gambar baik dalam bentuk gambar hidup, bergerak maupun diam (still picture). Istilah televisi sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1900 di kota Paris, yang saat Universitas Sumatera Utara 36 dikota itu berlangsung pertemuan para ahli dibidang elektronika dari berbagai Negara. Televisi merupakan sebuah media telekomunikasi yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak dengan suara, baik itu yang monokrom (hitam putih) ataupun berwarna. Televisi juga merupakan media massa yang digunakan untuk menyebarkan informasi. Televisi merupakan gabungan dari media dan gambar. Gambar yang disajikan televisi juga merupakan gambar yang hidup yang dapat menimbulkan kesan tersendiri kepada khalayak yang menontonnya. Informasi yang disajikan melalui televisi juga banyak dinikmati oleh masyarakat karena bersifat lebih cepat, lugas, dan lengkap meliput sebuah berita atau peristiwa. Televisi menghadirkan berbagai bentuk program yang dikemas sangat berbeda dari yang lain. Sehingga dapat menarik perhatian penontonnya. Banyak acara televisi, diantaranya acara seperti berita, hiburan, infotaiment, talk show, kuis, maupun kuliner. Penonton juga berhak memilih acara mana yang layak untuk di tonton dan menjadikan wawasan bertamba luas juga menghibur. Televisi banyak memberikan nilai tambah dalam pola berfikir masyarakat. Daya tarik yang dimiiki oleh televisi melebihi rasio dari bioskop, karena tayangan yang ada pada televisi dapat dinikmati dirumah oleh masyarakat dengan aman dan nyaman (Effendy,2002:177) Kemajuan yang pesat dalam pertelevisian telah mencapai taraf yang begitu memuaskan bagi manusia seperti sekarang adalah berkat ditemukannya alat yang disebut inconoscope (‘icon” berarti gambar, “scopein” berarti melihat) oleh Dr.Vladimir K. Zwarklyn dari Rusia pada tahun 1920. Iconoscope merupakan alat semacam pistol listrik yang digunakan untuk melakukan peradapan terhadap gambar dari suatu objek yang diambil lensa kamera. Segaris demi segaris namun cepat sehingga bagi orang yang melihatnya bagaikan gambar yang berkesinambungan. Iconoscope yang berupa lampu terhadap didalam kamera elektronik yang fungsinya mengubah gambar menjadi getaran listrik, kemudian ditransmisikan setelah ditangkap oleh pesawat penerima. Dalam pesawat penerima proses perubahan getaran listrik menjadi gambar yang sama dengan yang diambil kamera Universitas Sumatera Utara 37 dengan alat yang dinamakan kenescipe. Dengan bantuan alat tersebut maka muncullah gambar-gambar dari objek yang diambil kamera II.4.1 Sejarah Televisi di Indonesia Televisi bukanlah dilihat sebagai barang mewah lagi di Indonesia seperti pertama kali ada. Saat ini televisi merupakan salah satu bahn kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Masyarakat menjadikan televisi sebagai sumber hiburan dan sumber informasi. Dalam kata lain, informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri. Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan televisi pertama di Indonesia yang mengudara pada tanggal 19 Agustus 1962 dengan studionya yang sederhana di kompleks Senayan Jakarta. Dibandingkan dengan Negara-negara yang maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jepang dan Negara-negara lain yang di Eropa, Indonesia termasuk Negara yang relatif baru dalam bidang televisi. tetapi bila dibandingkan dengan beberapa Negara Asia, seperti Malaysia dan Singarpura, Indonesia sudah terlebih dahulu (Effendy, 2005;190). Pada tanggal 18 Agustus 1988 hadir dalam pertelevisian di Indonesia stasiun televisi oleh pihak swasta pertama kalinya yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Dengan kehadirannya RCTI kemudian disusul dengan lahirnya Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV) pada tanggal 18 Agustus 1990. Pada awalnya siaran kedua televisi swasta ini belum dapat di terima oleh semua masyarakat di Indonesia dan hanya ditayangkan di Jakarta dan sekitarnya. Pada awal tahun 1991 disusul dengan hadirnya stasiun televisi lainnya dengan tema pendidikan yaitu Televisi Pendirikan Indonesia (TPI). Pada awal berdirinya stasiun televisi ini dapat mengudara secara nasional dan dapat diterima oleh semua masyarakat di seluruh wilayah Indonesia tetapi hanya berlangsung dari pagi hingga siang hari. Dengan kehadiran TVRI, RCTI, SCTV dan TPI, televisi banyak mengalami perbaikan dan kemajuan, baik dalam bidang mutu siaran maupun penayangan. Universitas Sumatera Utara 38 Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya dipertengahan tahun 1993, RCTI mengudara secara nasional dan membangun transmisi di beberapa kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Medan, Batam dan lainnya. Saat ini ada 11 stasiun televisi swasta yang dapat dinikmati oleh masyarakat Medan, Antara lain : ANTV, GlobalTV, Indosiar, MetroTV, MNCTV, RCTI, SCTV, Trans TV, Trans7, tvOne, NET. Ditambah dengan TVRI sebagai TV milik pemerintah dan ada DeliTV dan DAAI TV sebagai TV lokal. Pada televisi swasta saat ini berlomba-lomba menyajikan acara Televisi yang beragam dan menarik serta cepat dan fenomenal. Kesebelas televisi swasta ini menunjukkan bagaimana tingkat kemauan khalayak dalam memilih stasiun TV mana yang menyajikan programprogram yang berbeda dan yang tidak ada pada stasiun TV lainnya. Universitas Sumatera Utara