BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Berdasarkan data Badan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia yang di akses pada 8
November 2016, Indonesia memiliki luas wilayah teritori 1.910.931,32 km2 dan
populasi penduduk 237.641.326 juta jiwa, menunjukan bahwa negara indonesia
merupakan negara berkembang yang harus melaksanakan pembangnan nasional
guna kesejahteraan rakyat indonesia. Untuk melakukan pembangunan nasioanal
indonesia bergantung pada dana APBN yang bersumber dari sektor pajak dan non
pajak, namun pada faktanya sektor pajak berkontribusi paling dominan.
Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting selain
pendapatan sumber daya alam dan pendapatan non pajak lainya. Hal ini
merupakan hal yang wajar, karena pemerintah saat ini tidak bisa hanya
mengandalkan penerimaan dari sumber daya alam, dimana jumlahnya selalu
fluktuatif dan cenderung stagnan dari tahun ke tahun, hal ini berbanding terbalik
dengan penerimaan negara melalui pajak yang selalu meningkat tiap tahunnya
(Calvin Swingly, 2015).
Data Direktorat Jendral Pajak Kementrian Keuangan Indoneia, hingga
tahun 2015 wajib pajak yang terdaftar dalam sistem administrasi Direktorat
Jendral Pajak (DJP) mencapai 30.044.103 WP, yang terdiri atas 2.472.632 WP
badan, 5.239.385 WP orang pribadi (OP) non Karyawan, dan 22.332.086 WP OP
Karyawan, dari seluruh WP yang terdaftar hanya 18.159.840 WP yang
1
2
menyampaikan SPT tahunan PPh yang teridi dari 1.184.816 WP badan, 2.054.732
WP OP non Karyawan, 14.920.292 WP OP Karyawan, sayangnya dari jumlah
18.159.840 WP wajib SPT yang menyampaikan SPT tahunan atu hanya 60.27%
dari jumlah total WP wajib SPT.
Jumlah WP yang menyampaikan SPT tersebut terdiri atas 676.405 WP
Badan, 837.228 WP OP Non Karyawan, dan 9.431.934 WP OP Karyawan.
Artinya, tingkat atau rasio kepatuhan WP Badan baru mencapai 57,09%, WP OP
Non-Karyawan 40,75%, dan WP Karyawan 63,22%. Yang lebih memprihatinkan
lagi, dari jumlah tersebut hanya 1.172.018 WP Bayar, yang terdiri atas 375.569
WP Badan, 612.881 WP OP Non Karyawan, dan 181.537 WP OP Karyawan.
Salah satu penghindaran pajak yang dilakukan wajib pajak adalah tax
avoidance, yaitu upaya penghindaran pajak secara legal yang tidak melanggar
peratutan perpajakan yang dilakukan wajib pajak
dengan cara berusaha
mengurangi jumlah pajak terutangnya dengan mencari kelemahan peraturan
(loopholes) (Hutagoal,2007 dalam Kristina Dewi, 2004).menurut waluyo (2009),
Tax Avoidance adalah perencanaan pajak yang dilakukan secara legal dengan cara
mengecilkan objek pajak yang menjadi dasar pengenaan pajak yang masih sesuai
dengan peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku
Tindakan penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan melibatkan
pemimpin - pemimpin perusahaan itu sendiri sebagai pengambil kebijakan dan
pengambil keputusan. Pemimpin perusahaan biasanya memiliki
dua karakter
yaitu, risk taker dan risk aveserse. Pemimpin perusahaan yang memiliki risk taker
3
dan risk averse tercermin dari besar kecilnya resiko perusahaan yang ada
(Budiman, 2012 dalam I Gust Ayu, 2014). Pemimpin perusahaan yang bersifat
risk taker akan cenderung lebih berani dalam mengambil keputusan walaupun
keputusan tersebut beresiko tinggi. Selain itu pemilik karakter ini juga tidak ragu
dalam melakukan pembiayaan yang berasal dari hutang untuk pertumbuhan
perusahaan yang lebih cepat (Lawellen, 2003 dalam Kristina Dewi, 2014).
Contoh kasus yang dapat dijadikan acuan antara lain, kasus penghindaran
pajak yang dilakukan oleh (gijzeling) TUC yang merupakan direktur PT ESI yang
memiliki tunggakan pajak sebesar 1,66 miliar dengan mengalihkan usaha dan aset
keperusahaan lain dimana kegiatan usaha wajib pajak tetap berlangsung, namun
transaksi dialihkan ke pihak lain yaitu CV ES dan CV EJ.(diposkan Fiki Aryanti,
Liputan6 Jakarta pada 07/04/2016 di akses pada 08/11/2016, 17.00 WIB).
Selain karakteristik eksekutif, faktor lain yang mempengaruhi tindakan tak
avoidance adalah komite audit, menurut (Lisa, dkk, 2011 dalam Damayanti,
2015). Komite audit merupakan komite yang beranggotakan sekurang-kurangnya
tiga orang, tugas dan fungsi komite audit adalah mengawasi tata kelola
perusahaan dan audit eksternal atas laporan keuangan perusahaan. Komite audit
dibentuk oleh dewan komisaris sehingga komite audit bertaggung jawab kepada
dewan komisaris. Komite audit juga di gambarkan sebagai mekanisme monitoring
yang dapat meningkatkan fungsi audit untuk laporan eksternal perusahaan. para
dewan sering memberikan tanggung jawab kepada komite audit terhadap
kesalahan laporan keuangan agar laporan keuangan dapat dipercaya (relevant dan
realialible). Oleh karena itu komite audit dapat memonitoring mekanisme yang
4
dapat memperbaiki kualitas informasi bagi pemilik perusahaan dan menejemen
perusahaan, karena kedua belah pihak tersebut memiliki level informasi yang
bebeda.
Keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan berfungsi untuk
membantu dewan komisaris dalam mengawasi pihak menejemen dalam menyusun
laporan keuangan perusahaan (Guna dan Herawati, 2010). Komite audit sesuai
fungsinya membantu dewan komisaris dalam melakukan pengawasan serta
memberikan rekomendasi kepada menejemn dan dewan komisaris terhadap
pengendalian yang telah berjalan sehingga dapat mencegah asimetri informasi
(Putu Rista, 2016).
Faktor berikutnya yang mempengaruhi tax avoidance adalah ukuran
perusahaan, Suwito dan Herawati (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
merupakan suatu skala yang dapat mengelompokan perusahaan menjadi
peusahaan besar dan perusahaan kecil. perusahaan yang termasuk dalam
perusahaan besar cenderung memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan
perusahaan yang memiliki skala yang lebih kecil untuk melakukan pengelolaan
pajak. Sumber daya manusia yang ahli dalam perpajkan diperlukan agar dalam
pengelolaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dapat maksimal untuk
menekan beban pajak perusahaan (Hendy dan Sukarta, 2014).
Leverage merupakan penambahan jumlah hutang yang mengakibatkan
timbulnya pos biaya tambahan berupa bunga dan beban pajak penghasilan wajib
pajak badan (Kurniasih, 2013 dalam Ngadiman, 2014), kebijakan yang diambil
5
oleh perusahaan memliki peran yang sangat signifikan terhadap tingkat
penghindaran
pajak
perusahaan
seperti
dalam
menentukan
pembiayaan
perusahaan dalam bentuk hutang.
Faktor lain yang mempengruhi tindakan penghindaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan adalah Corporate Governance, banyaknya perusahaan
yang melakukan penghindaran pajak menjadi bukti perusahaan-perusahaan publik
di indonesia belum sepenuhnya melakukan Corporate Governance dengan baik.
Proksi dari corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kepemilikan insitusional, proporsi dewan komisaris independen, kualitas audit dan
komite audit (Gusti Ayu, 2014). Menurut Haruman, (2008) Corporate
Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara
berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan.
Penerapan corporate governance dalam menentukan kebjakan perpajkan
yang akan digunakan oleh perusahaan berkaitan dengan pembayaran pajak
penghasilan perusahaan. Pembayaran tentunya selalu menginginkan laba yang
besar diperoleh perusahaan. Perusahaan tentunya menginginkan laba yang besar,
namun laba besar akan dikenakan pajak yang besar pula. Beban pajak yang besar
menyebabkan perusahaan akan berusaha melakukan penghindaran pajak dengan
resiko yang kecil.
Selain faktor-faktor tersebut, pertumbuhan penjualan (sales growth) juga
dapat mempengaruhi perusahaan untuk melakukan tindakan tax avoidance.
(Budiman, 2012 dalam Calvin, 2015) menyatakn bahwa sales growth berpengaruh
6
signifikan pada CETR yang merupakan indikator dari adanya aktivitas tax
avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat terdapat perbedaan
hasil penelitian antara peneliti satu dengan lain tentang tax avoidance. Variabel
karakteristik eksekutif yang diteliti oleh beberapa peneliti yaitu kristiana dan jati
(2014) dan I Gusti Ayu dan Suardana, (2014), hasil penelitiannya menunjukan
bahwa variabel karakteristik eksekutif memiliki pengaruh terhadap tax Avoidance,
hasil ini di dukung oleh penellitian yang dilakukan oleh Calvin dan Sukartha,
(2015), dalam penelitianya menujukan bahwa variabel karakteristik eksekutif
memiliki pengaruh terhadap Tax Avoidance.
Variabel Komite audit yang diteliti oleh Calvin dan Sukartha, (2015)
menujukan hasil bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap tax
avoidance, hasil ini berbeda dengan hasil penitian yang dilakukan oleh Putu dan
Agung (2016), hasil penelitianya variabel komite audit tidak memiliki pengaruh
terhadap tax avoidance.
Variabel ukuran perusahaan pada penelitin Calvin dan Sukarta (2015),
Ngadiman dan christiyani (2014), Hendy dan Sukartha (2014) menunjukan bahwa
ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap tax avoidance. Hasil ini tidak di
dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Kristina dan Jati, (2014) yang
menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap tax
avoidance.
7
Variabel leverage pada penelitian yang dilakukan oleh Calvin dan
Sukartha (2015) menujukkan hasil bahwa leverage memiliki pengaruh terhadap
tax avoidance. Hasil ini tidak didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ngadiman dan Christiyani (2014) dan Hendy dan Sukartha (2014) bahwa
leverage tidak memiliki pengaruh terhadap tax avoidance.
Variabel corporate governance tidak memiliki pengaruh terhadap tax
avoidance pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Gusti Ayu dan Suardana
(2014), Sedangkan hasil berbeda ditunjukan oleh Hendy dan Sukarta (2014) yang
menyatakan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa corporate governance
memiliki pengaruh terhadap tax avoidance.
Variabel sales growth, penelitian terkait yang diakukan oleh calvin dan
sukartha (2015) menujukan bahwa sales growth tidak memiliki pengaruh terhadap
tax avoidance. Berikut ini perbedaan hasil penelitian yang dirangkum dalam batel
di bawah ini:
Tabel 1.1
Perbedaan Hasil Penelitian
Variabel Independen (X)
N
o
Nama
Penelit
i
Karakteri
stik
Eksekuif
1
Komite
Audit
Ukuran
Perusah
aan
Variab
el
Corpora
Lavearg
te
Sales
Depen
e
Governa
Growth
den
(Y)
ce
Calvin
Berpengar
Berpehar
Berpenga
Berpenga
(2015)
uh
uh
ruh
ruh
Tidak
Tax
Berpenga
Avoida
ruh
nce
8
Variab
N
o
Nama
el
Penelit
Variabel Independen (X)
Depen
i
den
(Y)
Ngadi
2
Berpenga
man
ruh
(2014)
Gusti
3
Ayu
(2014)
4
5
6
Berpenga
uh
ruh
(2015)
ruh
(2014)
Putu
(2016)
ruh
Tidak
Berpenga
ana
Berpenga
Berpengar
Hendy
Kristiy
Tidak
Tidak
Berpenga
ruh
Berpenga
ruh
Tidak
Berpengar
Berpehar
uh
uh
Tidak
Berpenga
ruh
Sumber: dari berbagai artikel
Penelitian ini mengacu pada penelitian Calvin dan Sukartha (2015),
berdasarkan penemuan fenomena gap pada penelitian tetang Tax avoidance yang
dilakukan oleh Calvin dan Sukartha, (2015) dimana dari hasil penelitian tersebut
hanya variabel karakter eksekutif yang menunjukan hasil konsisten dengan
peneliti yang lain. Penelitian mengenai penghindaran pajak (tax avoidance) sangat
menarik untuk diteliti karena terdapat ketidak konsistenan dalam hasil-hasil
penelian yang telah dilakukan sebelumnya dan juga masih maraknya tindakan
penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan khususnya di Indonesia, hal
inilah yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian ulang mengenai
9
penghindaran pajak (tax avoidance) yang mengacu pada penelitian calvin dengan
rentan waktu yang sama yaitu 5 tahun, pada penelitian ini peneliti menggunakan
tahun pengamatan dari tahun 2011 hingga tahun 2015 dan pada objek penelitian
yang sama yaitu pada peusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, namun pada
penelitian ini peneliti tidak menggunakan variabel karakter eksekutif karena
variabel tersebut pada penelitian calvin menunjukan hasil yang konsisten dengan
peneliti yang lain sehingga peneliti hanya menggunakan variabel komite audit,
leverage, ukuran perusahaan dan sales growth.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka judul pada penelitian ini adalah
“Pengaruh Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Sales Growth
Terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 – 2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Tax Avoidance merupakan suatu cara untuk meminimalkan pembayaran
pajak tanpa melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.
Berbagai hal mengenai dari segi internal maupun external perusahaan
menjadi hal yang sangat penting dalam menentukan tax avoidance. Maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah Komite Audit berpengaruh terhadap Tax Avoidance?
2.
Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance?
3.
Apakah Leverage berpengatuh terhdap Tax Avoidance?
4.
Apakah Sales Growth berpengaruh terhadap Tax Avoidance?
10
1.3 Tujuan Peneitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis dan menguji secara
empiris pengaruh Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Sales Growth
Terhadap Tax Avoidance.
1.4 Kegunaan Penelitian
Manfaat dari penelian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
manfaat berupa tambahan pengetahuan bagi penulis serta pembaca dan dijadikan
sebagai uji kemampuan dalam menerangkan teori- teori yang diperoleh
diperkuliahan mengenai pengaruh mekanisme Tax Avoidance pada perusahaan.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi
penelitian lain dalam bidang terkait.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Mahasiswa Akuntansi
Bagi mahasiswa akuntansi penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi dalam pembelajaran maupun penelitian selanjutnya mengenai
tax avoidance.
b. Bagi Penulis
Bagi penulis dapat menjadi sarana untuk menambah wawasan serta
menambah referensi mengenai leverage, kepemilikan institusional,
ukuran perusahaan, komite audit dan tax avoidance yang saat ini marak
dilakukan oleh perusahaan
11
c. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah diharapkan dapat memberi masukan dalam membuat
peraturan tentang perpajakan sehingga penerimaan negara dari sektor
pajak dapat dimaksimalkan
d. Bagi Investor
Penelitian ini juga sebagai acuan untuk mendalami strategi perpajakan
yang dilakukan perusahaan, terutama bagi para investor dengan adanya
penelitian ini akan memberikan informasi mengenai kebijakan manajemn
perusahaan dalam mengatur keuangan perusahaan guna mempermudah
bagi investor dalam mengambil keputusan yang tepat.
BAB III
MTODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.1.1 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai.
Teori mengekspresikan fenomena-fenomena secara sistematis melalui pernyataan
hubungan antar variabel. Construct adalah abstraksi dari fenomena-fenomena
kehidupan nyata yang diamati. Variabel dengan demikian, merupakan proksi
(proxy) atau representasi dari construct yang dapat diukur dengan berbagai
macam nilai. Variabel merupakan mediator antara construct yang abstrak dengan
fenomena yang nyata. Variabel memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai
fenomena-fenomena yang digeneralisasi dalam construct.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel:
a.
Variabel Endogen
Menurut (Mankiw, 2006) variabel endogen adalah variabel – variabel yang
akan dijelaskan sebuah model. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel
endogen adalah kinerja individu.
b.
Variabel Eksogen
Menurut (Mankiw, 2006) variabel eksogen adalah variabel – variabel yang
nilainnya ditentukan diluar model. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel
eksogen adalah efektivitas sistem informasi akuntansi, pengguna teknologi
44
45
akuntansi, partisipasi manajemen, kecanggihan teknologi akuntansi, kemampuan
teknis pemakai sistem informasi akuntansi.
3.1.2 Definisi Operasional
Definisi Operasioanl adalah seperangkat petunjuk atau informasi yang
lengkap tentang apa yang harus di amati dan bagaimana mengukur suatu variabel
yang akan di teliti.
Definisi oprasional adalah sutu definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat
diamati sehingga menjadi variabel yang dapat diukur (Azwar, 2015). Definisi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1.2.1 Komite Audit (X1)
Komite audit adalah komite yang bertanggung jawab mengawasi audit
eksternal dan merupakan kontak utama antara auditor dengan perusahaan. Jika
jumlah audit committee dalam suatu perusahaan tidak sesuai dengan peraturan
yang dikeluarkan oleh BEI yang mengharuskan minimla terdapat tiga orang, maka
akan berakibat menigkatnya tindakan menejemen dalam melakukan minimalisasi
laba untu kepentingan pajak (pohan dalam calvin 2015). Komite audit di ukur
dengan
3.1.2.2 Ukuran Perusahaan (X2)
Ukuran perusahaan menunjukan besar kecilnya perusahaan yang dilihat
dari jumlah aktiva yang dimiliki Indikator yang digunakan untuk mengukur
46
tingkat ukuran perusahaan adalah total aset karena ukuran perusahaan diproksi
dengan Ln total Aktiva. (Ngadiman dan Puspitasari, 2014)
3.1.2.3 Leverage (X3)
Leverage adalah penggunaan dana dari pihak eksternal berupa hutang
untuk membiayai investasi dan asset perusahaan. Pembiayaan melalui hutang
tertama hutang jangka panjang akan menimbulkan beban bunga yang akan
mengurangi beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan (Ngadiman dan
Puspitasari, 2014). Leverage diukur dengan total debt to equity ratio
3.1.2.4 Sales Growth (X5)
Sales Growth di hitung dengan penjualan akhir periode dikurangi
penjualan awal periode dan di bagi penjualan awal periode
3.1.2.5 Tax Avoidance (Y)
Tax Avoidance merupakan teknik penghindaran pajak dilakukakan secara
legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan
perpajakan. Menurut Dyreng et.al.(2010) dalam Verani et.al. (2014), proksi tax
avoidance adalah dengan membandingkan uang kas yang dikeluarkan untuk
membayar pajak dengan laba sebelum pajak, perbandingan ini disebut dengan
cash effective tax rate (CASH ETR). Semakin besar CASH ETR menunjukan
47
semakin rendah tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan (Swingly dan
Sukartha,2015).
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
No
Nama
Definisi Variabel
Indikator
Sumber
Variabel
1
Komite
Komite audit
Calvin dan
Audit
adalah komite
Sukartha
yang bertanggung
(2015)
jawab mengawasi
audit eksternal
dan merupakan
kontak utama
antara auditor
dengan
perusahaan
2
Ukuran
Size atau ukuran
Perusahaaan perusahaan
Ngadiman
dan
adalah suatu
Puspitasari
skala dimana
, (2014)
perusahaan dapat
diklasifikasikan
besar kecil
48
No
Nama
Definisi Variabel
Indikator
Sumber
Variabel
3
Leverage
Leverage adalah
Ngadiman
penggunaan dana
dan
dari pihak
puspitasari
eksternal berupa
, (20114)
hutang untuk
membiayai
investasi dan
asset perusahaan
5
Sales
Calvin dan
Growth
Sukartha
(2015)
6
Tax
Avoidance
Tax Avoidance
merupakan teknik
penghindaran
pajak dilakukan
secara legal dan
aman bagi wajib
pajak karena tidak
bertentangan
dengan dengan
ketentuan
perpajakan.
dan
Swingly
dan
Sukartha(2
015)
Sumber: Jurnal penelitian yang dipublikasikan
3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi dan Penentuan Sample
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tedaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 – 2015. Penggunaan perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia sebagai populasi karena perusahaan tersebut
wajib menyampaikan laporan keuangan dan laporan tahunan kepada pihak luar
49
perusahaan, sehingga memungkinkan data laporan keuangan tersebut di peroleh
dalam peneltian ini.
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur, penentuan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu
penentuan sampel dengan kriteria – kriteria tertentu. Kriteria perusahaan yang
digunakan dalam penelitian ini yakni:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011 - 2015.
2. Memiliki laporan keuangan dan tahunan lengkap.
3. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama tahun penelitian.
4. Persahaan yang tidak mengalami defisit ekuitas.
5. Memiliki data-data lengkap yang diperlukan terkait dengan variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data
sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
pihak atau media lain. Data ini berasal dari annual report dan laporan keuangan
tahunan perusahaan manufaktur yang listing di BEI pada periode pengamatan.
Data diperoleh
melalui situs website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id
website resmi perusahaan terkait penelitian.
50
3.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan studi
dokumentasi. Selain itu juga dilakukan perbandingan dan penelusuran dan
berbagai jurnal, karya ilmiah, artikel, dan berbagai buku referensi sebagai sumber
data dan acuan dalam penelitian ini. Data penunjang lain yang dibutuhkan dalam
peneletian ini diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pemilihan BEI sebagai sumber pengambilan data dengan alasan BEI merupakan
bursa efek terbesar dan representative di Indonesia.
3.5 Metode Analisis Data
PLS dapat juaga di aplikasikan untuk model regresi berganda dan analisi
jalur menggunakan variabel observed. Seperti yang di ketahui bahwa metode
estimasi
Ordinary least squers (OLS) mensyaratkan terpenuhinya asumsi
klasiklinier agar memberikan hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased
estimates). Jika sampel data yang kita miliki kecil , adanya missing value, dan
terdapat problem multukolinieritas, maka hasil estimasi OLS menjadi tidak stabil
dan menigkatkan standar error dari koefisien yang di estimasi.
Analisis linier berganda dan analisis jalur untuk variabel observed menggunakan
PLS dapat mengatasi masalah ini. Tujuan dari analisi ini adalah mengahasilkan
model ayng transformasi seperangkat variabel eksplanatori yang saling
berkorelasi menjadi seperangkat variabel baru yang tidak saling berkorelasi,
caranya dengan membuat satu indikator berbentuk formatif untuk variabel laten.
51
Analisis data merupakan bagian dari proses pengujian data yang hasilnya
digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan penelitian
(Indriantoro, 2002). Analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis
statistik dengan menggunakan progam PLS. Penelitian ini menggunakan model
evaluasi PLS dengan menilai inner model.
3.5.1 Inner Model
Inner model menunjukan hubungan atau kekuatan estimasi antar variabel
laten atau konstrak berdasarkan pada substantive theory. Persamaan Inner model
dapat ditulis sebagai berikut:
   0     
Keterangan η adalah vektor konstruk endogen
ξ adalah vektor konstruk eksogen
ζ adalah vektor variabel residual
karena pada dasarnya PLS didesain untuk model recursive (model yang
mempunyai satu arah kausalitas), maka hubungan antara variabel laten eksogen
terhadap setiap variabel laten endogen sering disebut dengan causal chain system.
Download