BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kajian Teori 3.1.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu kerja merupakan langkah awal dalam membuat jadwal. Sebelum pengukuran kerja dilakukan maka perlu untuk diketahui pengertian dan cara melakukan pengukuran kerja seperti yang dijelaskan di bawah ini. Pengukuran waktu kerja (time study/ time measurement) merupakan suatu studi tentang pengukuran waktu. Pengukuran ini berguna untuk menentukan waktu baku (Standart Time) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dimana waktu baku sendiri sangat diperlukan untuk, Render (2001): a. Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja) b. Estimasi biaya-biaya untuk upah pekerja c. Penjadwalan dan penganggaran d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi pekerja yang berprestasi. e. Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja. Standar tenaga kerja yang tepat mewakili lamanya waktu yang dibutuhkan oleh rata-rata karyawan untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dalam kondisi kerja yang normal. Standar kerja bisa dilakukan dengan 4 cara, Render (2001): 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 a. Pengalaman masa lalu b. Studi waktu c. Standar waktu yang telah ditetapkan sebelum pekerjaan dilakukan d. Penetapan sampel kerja 3.1.2 Studi Waktu a. Pengukuran waktu kerja secara langsung Merupakan pengukuran waktu kerja yang dilaksanakan secara langsung yaitu di tempat dimana pekerjaan yang diukur dijalankan. Yang termasuk didalamnya adalah, Render (2001) : 1. Pengukuran kerja dengan metode jam henti (stop watch time study) 2. Sampel pekerjaan (work sampling) b. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung Merupakan pengukuran waktu kerja yang dilaksanakan secara tidak langsung yaitu bahwa si pengamat tidak harus berada di tempat pekerjaan yang diukur. Perhitungan waktu kerja dilakukan dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan. Render (2001) 3.1.3 Perbandingan Pengukuran Langsung dan Tidak Langsung a. Cara langsung 1. Digunakan dalam mass produksi atau pekerjaan berulang-ulang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 2. Estimasi tenaga kerja yang efisien dan praktis karena hanya mencatat waktu kerja dengan bantuan jam henti 3. Hasilnya akurat meskipun relatif lebih lama dari cara langsung 4. Harus pergi langsung ke stasiun kerja 5. Data waktu gerakan sesuai dengan kondisi fisik operator b. Cara tidak langsung 1. Digunakan dalam Pre – desain produk 2. Estimasi harga jual dalam quotation 3. Tidak perlu pergi ke stasiun kerja langsung 4. Waktu relatif singkat (Simulasi software 5. Menggunakan data waktu gerakan berupa tabel tetapi belum ada gerakan menyeluruh dan terperinci 6. Tabel gerakan yang digunakan dari orang Eropa bisa berbeda dengan orang Asia 7. Dibutuhkan ketelitian yang akurat dari pengamat karena akan mempengaruhi perhitungannya termasuk keakuratan melihat tabel gerakan dan kondisi kerja sebenarnya. 3.1.4 Stop Watch Time Study Diperkenalkan pertama kali oleh Frederick Winslow Taylor yang melakukan pengukuran waktu kerja terhadap karyawan untuk mengetahui output standart yang bisa dihasilkan oleh karyawannya. Stop watch time study termasuk dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 kategori metode pengukuran kerja secara langsung yang baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran dengan metode ini maka akan diperoleh waktu baku/ waktu standar untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan. Waktu baku ini dapat digunakan sebagai standart penyelesaian pekerjaan bagi pekerja yang melaksanakan pekerjaan sejenis. Pada pengukuran waktu kerja dengan stop watch time study berlaku asumsiasumsi dasar sebagai berikut, Render (2001) : a. Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu sebelum mengaplikasikan waktu baku ini untuk pekerjaan yang serupa. b. Operator harus memahami benar prosedur dan metode pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja. Operator-operator yang akan dibebani dengan waktu baku, diasumsikan memiliki tingkat ketrampilan dan kemampuan yang sama dan disesuaikan untuk pekerjaan tersebut. Untuk ini persyaratan mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisis waktu kerjanya benar-benar memiliki tingkat kemampuan yang rata-rata. c. Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak jauh berbeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan. d. Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk seluruh periode kerja yang ada. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Aktivitas pengukuran kerja dengan stop watch umumnya diaplikasikan pada industri manufakturing yang memiliki karakteristik kerja yang berulang-ulang, terspesifikasi jelas, dan menghasilkan output yang relatif sama. Namun aktivitas pengukuran dengan stop watch ini juga bisa diaplikasikan untuk pekerjaan non manufakturing seperti aktivitas perkantoran maupun jasa layanan dengan syarat dipenuhinya beberapa kriteria seperti, Render (2001) : a. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform. b. Isi/ macam pekerjaan harus homogen. c. Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung. d. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 3.1.5 Langkah – Langkah Pengukuran Kerja TETAPKAN PROSES yang akan diukur dan beritahu Leader / Operator TUJUAN pengukuran Bagi proses kerja ke dalam ELEMEN KERJA, amati catat waktu yang dibutuhkan operator PENGUJIAN DATA Keseragaman data Dari hasil pengamatan tetapkan RATING PERFORMANCE operator Agar diperoleh waktu normal Tetapkan ALLOWANCE /kelonggaran proses untuk memberikan toleransi untuk faktor kelelahan, pergerakan, /sifat manusiawi Hitung average cycle time dari pengamatan elemen Kerja dan Hitung STANDARD TIME/WAKTU BAKU Agar bekerja dengan wajar sesuai standart Handycam,stopwatch,lembar kombinasi proses, alat tulis,kalkulator Lembar pengujian data Membantu keyakinan Pengamatan (tergantung dari jenis penelitian) Lihat tabel penyesuaian (ada beberapa cara) Gunakan Rumus WN = C/T x P WB = WN : (1-allowance) Gambar 3.1. Bagan Langkah-Langkah Pengukuran Kerja Sumber: Data yang Diolah (2015) Keterangan : WN : Waktu normal C/T : Cicle time (waktu siklus) Alowance : Faktor-faktor kelonggaran WB : Waktu baku P : Performance rating (peringkat kinerja) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 3.1.6 Menetukan Performa Rating dan Allowance Faktor Tabel 3.1. Westing House Table SKILL + 0.15 A1 SUPER SKILL + 0.13 A2 + 0.11 B1 + 0.08 B2 + 0.06 C1 + 0.03 C2 0.00 D AVERAGE - 0.05 E1 FAIR - 0.10 E2 - 0.16 F1 - 0.22 + EFFORT + 0.13 A1 + 0.12 A2 + 0.10 B1 + 0.08 B2 + 0.05 C1 + 0.02 C2 0.00 D AVERAGE - 0.04 E1 FAIR - 0.08 E2 - 0.12 F1 F2 - 0.17 F2 0.06 CONDITION A IDEAL + 0.04 + 0.04 B EXCELENT + 0.03 B EXCELENT + 0.02 C GOOD + 0.01 C GOOD EXCELENT GOOD POOR SUPER SKILL EXCELENT GOOD POOR CONSISTENSY A IDEAL 0.00 D AVERAGE 0.00 D AVERAGE - 0.03 E FAIR - 0.02 E FAIR - 0.07 F POOR - 0.04 F POOR Sumber: Render (2001) Tabel 3.1 adalah rumusan rating performance berdasarkan sistem westing house yang memiliki 4 indikator yaitu skill, effort, kondisi serta konsistensi dalam melakukan proses pekerjaan. Rumus 3.1 adalah cara melakukan perhitungan rating performance berdasarkan sistem westing house pada Tabel 3.1. P = 1 (+) / (-) skill (+) / (-) effort (+) / (-) condition (+) / (-) consistensy P>1 bekerja sangat cepat P=1 bekerja wajar P<1 bekerja lambat http://digilib.mercubuana.ac.id/ (3.1) 30 Penilaian berdasarkan 4 faktor: a. Skill (Ketrampilan): kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. b. Effort (Usaha): kesungguhan yang ditunjukkan operator ketika bekerja. c.Condition (Kondisi kerja) d. Consistensy (Konsistensi): kenyataan bahwasetiap hasil pengukuran waktu menunjukkan hasil yang berbeda-beda. 3.1.7 Menentukan Allowance Faktor Dalam sebuah siklus kegiatan, faktor-faktor lain yang akan menyebabkan terhentinya pekerjaan merupakan hal yang sangat manusawi. Ini yang dinamakan alowance factor atau biasa disebut faktor kelonggaran waktu terhadap sebuah siklus kegiatan. Waktu khusus diluar kegiatan meliputi, personal needs, istirahat, melepas lelah, dan alasan lain diluar kontrol. Render (2001) a. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan personal Yang termasuk kebutuhan pribadi disini meliputi, minum, ke kamar kecil, bercakap-cakap masalah pekerjaan dan yang lainnya. Kelonggaran waktu untuk keperluan pribadi ini bisa ditetapkan sekitar 4-7%. Render (2001) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 b. Kelonggaran waktu untuk melepas lelah Kelelahan bisa meliputi kelelahan fisik maupun mental akibat pekerjaan yang dihadapi. Lama waktu periode istirahat dan frekuensi pengadaannya akan tergantung pada jenis pekerjaannya. Render (2001) c. Kelonggaran waktu karena keterlambatan Keterlambatan bisa diakibatkan oleh 2 faktor yaitu, keterlambatan yang dapat dihindari (avoidable delay) dan keterlambatan yang tidak dapat dihindari (unavoidable delay). Keterlambatan ini biasanya terjadi karena faktor dari mesin, operator, sistem kerja, dll. Render (2001) Untuk PT. PAP telah menetapkan alowance factor sebesar 10% pada setiap pekerjaan yang ada. 3.1.8 Metode Penjadwalan Proyek Salah satu metode yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah penjadwalan proyek dengan metode PERT. Di bawah ini akan dibahas mengenai penjadwalan proyek dengan metode tersebut. Penjadwalan adalah kegiatan menetapkan jangka waktu yang harus diselesaikan termasuk bahan baku dan tenaga kerja. Pendekatan yang lazim digunakan pada proyek besar ini adalah Gant chart, PERT (Project Evaluation and Review Technique), Render (2001) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 3.1.9 Pengertian Metode PERT PERT atau dikenal dengan PERT-type sistem adalah sebuah prosedur perencanaan, penjadwalan, dan pengorganisasian proyek-proyek berskala besar yang didasarkan atas penggunaan jaringan dan teknik-teknik jaringan. PERT merupakan singkatan dari Program Evaluation and Review Technique atau teknik menilai dan meninjau kembali program. (Kirkpatric 1977: 11) Teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan dan konflik produksi, mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan berbagai bagian sebagai suatu keseluruhan pekerjaan dan mempercepat selesainya proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur. PERT juga merupakan suatu fasilitas komunikasi dalam hal bahwa PERT dapat melaporkan kepada manajer perkembangan yang terjadi baik yang bersifat menguntungkan maupun tidak. PERT juga dapat menjaga para manajer mengetahui dan mendapat keterangan ini secara teratur. Lebih dari itu semua, PERT merupakan suatu pendekatan yang baik sekali untuk mencapai penyelesaian proyek tepat pada waktunya. (Kirkpatric 1977: 11) PERT-type sistem menggunakan network (jaringan kerja) untuk menggambarkan inter-relasi di antara elemen-elemen proyek. Setelah network suatu proyek dapat digambarkan, langkah berikutnya adalah mengestimasi waktu yang diperlukan untuk masing-masing aktivitas, dan menganalisis seluruh diagram jaringan untuk menentukan waktu terjadinya masing-masing kejadian (event). Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu ini, akan kita dapatkan satu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 atau beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada network tersebut yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini disebut lintasan kritis (critical path). Selain itu ada pula lintasan yang tidak kritis yang mempunyai waktu untuk bisa terlambat, yang dinamakan float. Setiap jaringan memiliki titik inisiasi sebagai awal dan titik terminasi sebagai tanda berakhirnya suatu jaringan proyek. (Kirkpatric 1977: 11) 3.1.10 Tujuan Metode PERT a. Menentukan total waktu untuk menyelesaikan suatu proyek apabila tidak ada delay yang terjadi. b. Menentukan kapan setiap aktifitas (node) paling lambat harus dimulai dan berakhir untuk memenuhi waktu proyek yang telah ditentukan (Latest Start dan Latest Finish). c. Menentukan kapan setiap aktifitas (node) paling cepat harus dimulai dan berakhir untuk memenuhi waktu proyek yang telah ditentukan (Latest Start dan Latest Finish). d. Menentukan mana aktifitas yang tidak mempunyai waktu delay (critical bottleneck). e. Berapa lama delay yang bisa ditoleransi dalam menyelesaikan suatu proyek. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 3.1.11 Manfaat Metode PERT a. Menyelesaikan proyek yang kompleks / rumit. b. Penjadwalan pekerjaan, sehingga memiliki urutan yang praktis dan efisien. c. Alokasi sumber daya tersedia secara optimal. d. Mengatasi hambatan dan keterlambatan. e. Menentukan kemungkinan pertukaran (trade-off) antara waktu dan biaya. f. Menentukan probabilitas/ kemungkinan penyelesaian suatu proyek tertentu. 3.1.12 Beberapa Pengertian Penting dalam PERT a. Kegiatan: merupakan bagian dari keseluruhan pekerjaan yang mengkonsumsi waktu dan sumber daya, serta ada waktu mulai dan ada waktu selesainya. Biasanya disimbolkan dengan anak panah. b. Peristiwa: sesuatu yang menandai dimulainya dan diakhirinya suatu kegiatan biasanya disimbolkan dengan tanda lingkaran. c. Jalur kritis: adalah jalur terpanjang dalam keseluruhan pekerjaan, dan waktunya menjadi waktu penyelesaian minimum yang diharapkan, sehingga: 1. Penundaan kegiatan pada jalur ini akan mengakibatkan keterlambatan proyek. 2. Penyelesaian proyek dapat dipercepat bila dapat memperpendek waktu penyelesaian kegiatan-kegiatan yang ada dijalur kritis ini, dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 memanfaatkan sumber daya yang longgar pada kegiatan-kegiatan yang tidak termasuk jalur kritis. d. Waktu kegiatan: waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan. Dalam PERT digunakan expected time, yang merupakan kombinasi dari ke tiga waktu sebagai berikut : 1. Waktu optimistik (a): adalah waktu kegiatan apabila semua berjalan dengan lancar tanpa hambatan atau penundaan-penundaan. 2. Waktu realistik (m): waktu kegiatan yang akan terjadi apabila suatu kegiatan berjalan dengan normal, dengan hambatan atau penundaan yang wajar dan dapat diterima. 3. Waktu pesimistik (b): waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan apabila terjadi hambatan atau penundaan yang melebihi semestinya. 4. Expected Time (ET) : waktu yang diharapkan untuk menyelesaikan aktifitas 5. V: selisih waktu penyelesaian aktifitas Dari kelima waktu diatas, waktu yang digunakan adalah waktu yang diharapkan/ expected time, yang diperoleh dari rumusan 2.1 dan 2.2. Expected Time (ET) = a + 4 (m) + b 6 V = ((b-a)/6)2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ (3.3) (3.2) 36 Berkaitan dengan dimulai dan diakhirinya suatu kegiatan, beberapa istilah penting adalah : a. Earliest Start Time (ES): adalah waktu tercepat suatu kegiatan dapat dimulai. b. Latest Start Time (LS): adalah waktu paling lambat untuk memulai suatu kegiatan tanpa penundaan keseluruhan pekerjaan. c. Earliest Finish Time (EF): adalah waktu tercepat suatu pekerjaan dapat diselesaikan (ES+ET). d. Latest Finish Time (LF): adalah waktu paling lambat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa penundaan pekerjaan secara keseluruhan (LS+ET). e. Slack (s): waktu slack/ waktu mundur aktifitas, yang sama dengan (LS-Es) atau (LF-Ef) Untuk semua aktifitas, jika kita bisa menghitung ES dan LS, kita bisa mengetahui tiga jumlah yang lain, sbb : EF = ES + t (3.4) LF = LS + t (3.5) S = LS-ES atau LF-ES (3.6) 3.1.13 Kelebihan dan Keterbatasan PERT Kelebihan yang dimiliki melalui penjadwalan dengan metode PERT antara lain : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 a. Sangat berguna terutama saat menjadwalkan dan mengendalikan proyek besar. b. Konsep yang lugas atau secara langsung (straight forward) dan tidak memerlukan perhitungan matematis yang rumit. c. Jaringan grafis membantu melihat hubungan antar kegiatan secara cepat. d. Analisis jalur kritis dan membantu menunjukkan kegiatan yang perlu diperhatikan lebih dekat. e. Dokumentasi proyek dan gambar menunjukkan siapa yang bertanggung jawab untuk kegiatan yang beragam. f. Dapat diterapkan untuk proyek yang bervariasi. g. Berguna dalam mengawasi jadwal dan biaya. Adapun kekurangan yang dimiliki metode penjadwalan PERT antara lain: a. Kegiatan proyek harus ditentukan secara jelas, dan hubungannya harus bebas dan stabil. b. Hubungan pendahulu harus dijelaskan dan dijaringkan bersama-sama. c. Perkiraan waktu cenderung subjektif dan bergantung pada kejujuran para manajer yang takut akan bahaya terlalu optimistis atau tidak cukup pesimistis. d. Ada bahaya terselubung dengan terlalu banyaknya penekanan pada jalur terpanjang atau kritis. Jalur yang nyaris kritis perlu diawasi dengan baik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 3.1.14 Bentuk Sederhana dari PERT a. 1 jalur kritis, 2 orang dalam 1 tim proyek b. 3 jalur kritis, 3 orang dalam 1 tim proyek c. 10 jalur kritis, 5 orang dalam 1 tim proyek 3.1.15 Langkah langkah dalam Melakukan Perencanaan dengan PERT a. Mengidentifikasi aktivitas (activity) dan titik tempuhnya (milestone). Sebuah aktivitas adalah pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Titik tempuh (milestone) adalah penanda kejadian pada awal dan akhir satu atau lebih aktivitas. Untuk mengidentifikasi aktivitas dan titik tempuh dapat menggunakan suatu tabel agar lebih mudah dalam memahami dan menambahkan informasi lain seperti urutan dan durasi. b. Menetapkan urutan pengerjaan dari aktivitas-aktivitas yang telah direncanakan. Langkah ini bisa dilakukan bersamaan dengan identifikasi aktivitas. Dalam menentukan urutan pengerjaan bisa diperlukan analisa yang lebih dalam untuk setiap pekerjaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 c. Membuat suatu diagram jaringan (network diagram). Setelah mendapatkan urutan pengerjaan suatu pekerjaan maka suatu diagram dapat dibuat. Diagram akan menunjukan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan berurutan (serial) atau secara bersamaan (pararell). Pada diagram PERT biasanya suatu pekerjaan dilambangkan dengan simbol lingkaran dan titik tempuh dilambangkan dengan simbol panah. d. Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas. Dalam menentukan waktu dapat menggunakan satuan unit waktu yang sesuai misal jam, hari, minggu, bulan, dan tahun. e. Menetapkan suatu jalur kritis (critical path). Suatu jalur kritis bisa didapatkan dengan menambah waktu suatu aktivitas pada tiap urutan pekerjaan dan menetapkan jalur terpanjang pada tiap proyek. Biasanya sebuah jalur kritis terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa ditunda waktu pengerjaannya. Dalam setiap urutan pekerjaan terdapat suatu penanda waktu yang dapat membantu dalam menetapkan jalur kritis, yaitu : 1. ES – Early Start 2. EF – Early Finish 3. LS – Latest Start 4. LF – Latest Finish Dengan menggunakan empat komponen penanda waktu tersebut bisa didapatkan suatu jalur kritis sesuai dengan diagram. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 f. Melakukan pembaharuan diagram PERT sesuai dengan kemajuan proyek. Sesuai dengan berjalannya proyek dalam waktu nyata. Waktu perencanaan sesuai dengan diagram PERT dapat diperbaiki sesuai dengan waktu nyata. Sebuah diagram PERT mungkin bisa digunakan untuk merefleksikan situasi baru yang belum pernah diketahui sebelumnya. 20 A.3 B.4 D.8 C.4 10 G.3 30 50 H.2 60 I.2 70 80 E.5 F.3 40 Gambar 3.2. Contoh Jaringan PERT Sumber: Prinsip Prinsip Manajemen Operasi, Barry Render, Jay Heizer (2001) 3.1.16 Karakteristik PERT Dari langkah-langkah penjelasan metode PERT maka bisa dilihat suatu karakteristik dasar PERT, yaitu sebuah jalur kritis. Dengan diketahuinya jalur kritis ini maka suatu proyek dalam jangka waktu penyelesaian yang lama dapat diminimalisasi. Ciri-ciri jalur kritis adalah: a. Jalur yang biasanya memakan waktu terpanjang dalam suatu proses. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 b. Jalur yang tidak memiliki tenggang waktu (slack) antara selesainya suatu tahap kegiatan dengan mulainya suatu tahap kegiatan berikutnya. c. Tidak adanya tenggang waktu tersebut yang merupakan sifat kritis dari jalur kritis. 3.1.17 RCA RCA (Root Cause Analysis) atau dikenal juga dengan RCFA (Root Cause Failur Analysis) adalah suatu bentuk metode yang berdasarkan dari analisa akar permasalahan untuk memecahkan masalah dari suatu sistem dengan cara mencari dari inti permasalahan atau akar permasalahan melalui beberapa faktor atau poin RCA. Dalam RCA ada terdapat 5 langkah yang berurutan yaitu Definisi, Pengumpulan data, Identifikasi penyebab masalah, Identifikasi akar permasalahan dan perbaikan. a. Definisi Tahap definisi merupakan tahapan awal dimana kita mendefinisikan obyek dan permasalahan yang ada. Ada tiga elemen penting dalam tahapan mendefinisikan, yaitu: 1. Membuat deskripsi proyek sehingga dapat terlihat arah yang jelas tentang apa yang harus dilakukan dalam proyek perbaikan. 2. Pemetaan prinsip-prinsip permasalahan yang terkait. 3. Pembuatan peta proses tingkat tinggi sehingga didapat deskripsi yang jelas tentang bagaimana jalannya proses yang akan diperbaiki. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 b. Pengumpulan data Pengumpulan data sebagai tahapan ke dua yang dilakukan terhadap sistem yang telah ada dan sedang berjalan saat ini. Pengumpulan data yang benar dan dapat dipercaya sangat diperlukan untuk dapat membantu melihat perkembangan yang terjadi. c. Identifikasi Penyebab Masalah Identifikasi penyebab masalah merupakan tahap ke tiga yang harus dilakukan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebab masalah. Pada tahap ini diperlukan analisa untuk menentukan penyebab-penyebab masalah. Gunakan data-data yang sudah dikumpulkan sebelumnya dan lakukan pengukuran bila perlu untuk membantu melakukan tahap tiga ini. d. Identifikasi Akar Masalah Identifikasi akar masalah merupakan tahap ke empat dimana dilakukan identifikasi terhadap akar masalah yang menyebabkan masalah itu terjadi. Datadata hasil identifikasi penyebab masalah dapat digunakan untuk menentukan akar penyebab masalah dengan cara menganalisa menggunakan beberapa metode yang dianggap relevan, misalnya seperti menggunakan diagram tulang ikan, why why analysis dan sebagainya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 e. Perbaikan Perbaikan merupakan tahap ke lima, dilakukan terhadap hasil yang diperoleh dari tahap identifikasi akar permasalahan dengan tujuan atau standar yang telah ditetapkan. Jika terdapat perbedaan atau variasi maka tersedia tiga alternatif yang dapat dipilih, yaitu: 1. Mengabaikannya karena variasi yang terjadi terlalu kecil. 2. Memperbaiki, jika variasi yang terjadi cukup besar. 3. Menetapkan tujuan atau target baru yang lebih tinggi. Perbaikan dilakukan terhadap sistem lama yang memiliki kekurangan dengan menemukan suatu cara baru untuk melakukan segalanya dengan lebih baik, lebih cepat dan lebih murah. Banyak alat bantu yang dapat digunakan untuk menerapkan cara baru tersebut. Solusi yang dipilih sebagai langkah perbaikan harus mampu menghilangkan, mengurangi atau mencegah akar permasalahan yang terjadi. 3.2 Penelitian Terdahulu Berbagai jurnal penelitian terdahulu telah dikumpulkan untuk mendukung penelitian ini dengan metode yang telah dipilih untuk menunjang keberhasilan dari penerapan metode tersebut. Berikut beberapa jurnal yang telah dikumpulkan: No 1 Tabel 3.2. Jurnal Penelitian Terdahulu Penulis / Tahun Susilo/ 2006 Pembahasan jurnal Jalur Kritis merupakan Jalur yang tidak terputus dari aktivitas pertama yang dilaksanakan pada proyek hingga berhentinya pada aktivitas terakhir proyek. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 Table 3.2 (Lanjutan) No Penulis/ Tahun Pembahasan Jurnal 2 Son / 2005 3 Prabhakar / 2009 4 Demeulemeester / 1992 5 Guerra\ 2004 6 Adegoke / 2011 7 William / 1996 8 Dannyani / 1993 9 Bandyopadhyay / 2002 Menggambarkan model alur kerja dengan satu set alur kerja kontrol konstruksi yang memberikan tenaga yang cukup untuk mengekspresikan model sebagian besar proses bisnis saat ini. Kemudian, metode sistematis mengidentifikasi jalur kritis untuk skema alur kerja yang diberikan. Metode, PERT dan CPM, menggunakan representasi grafis dari proyek yang disebut "Proyek Jaringan" atau "diagram CPM", dan digunakan untuk menggambarkan secara grafis timbal balik dari unsur-unsur proyek dan untuk menunjukkan urutan di mana kegiatan harus dilakukan Prosedur cabang dan terikat dijelaskan untuk penjadwalan kegiatan proyek PERT berbagai keterbatasan sumber daya didahulukan dimana tujuannya adalah untuk meminimalkan durasi proyek Dampak dari penerapan teknik dan alat tampak jelas pada kinerja proyek. Ada pengaruh positif dari penggunaan teknik dan alat-alat pada hasil. Ditemukan bahwa beberapa sektor tidak menggunakan metodologi yang cukup, teknik dan alat. Studi empiris membuktikan pentingnya menggunakan alat ini sebagai faktor keberhasilan dalam manajemen proyek dan kinerja. Sebagian besar organisasi di seluruh dunia telah menemukan bahwa strategi kepuasan pelanggan diterjemahkan dengan sangat cepat untuk keuntungan dan produktivitas yang lebih tinggi. Kami menunjukkan di sini bagaimana beberapa metode Riset Operasi sederhana dapat digunakan untuk mencapai kepuasan pelanggan yang lebih baik. Metode CPM dan PERT digunakan untuk menganalisis proses yang memberikan pelayanan kepada pelanggan dalam suatu organisasi Manajemen proyek adalah disiplin penting. itu pada dasarnya alat yang kuat untuk mengelola perubahan direncanakan atau dipaksakan. Perubahan sering dikelola sebagai sebuah proyek dan manajemen proyek menyediakan seperangkat alat yang diperlukan untuk memungkinkan manajer proyek untuk memberikan hasil yang sukses Metode PERT-CPM dapat digunakan untuk mengatur waktu penyelesaian proyek dengan lebih efisien dan efektif. Untuk dapat mengurangi dampak keterlambatan dan pembengkakan biaya proyek dapat diusulkan proses crashing dengan tiga alternatif pengendalian; (i) penambahan tenaga kerja, (ii) kerja lembur, dan (iii) subkontrak. Penggunaan CPM / PERT pendekatan untuk pendaftaran / pelaksanaan QS-9000 di Kota Metro Auto Parts telah sukses besar. Pendekatan ini telah memberikan jaringan yang efektif rencana, membantu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 Table 3.2 (Lanjutan) No Penulis/ Tahun 10 Wallace/ 2001 11 Sánchez / 2005 12 Algarra / 2005 13 Peng / 1993 14 Wong / 1986 15 Sarjono/ 2006 16 James / 1997 17 Michael / 2002 18 Rozenes / 2013 Pembahasan Jurnal mengidentifikasi dan mempercepat kegiatan kritis, merekrut personil kualitas kritis dan memperkirakan sumber daya berharga untuk setiap kegiatan tepat pada waktunya PERT / CPM bisa sangat berguna dalam mengajar perawat proses pengorganisasian lokakarya. Meskipun beberapa perubahan harus dilakukan untuk menerapkan model berhasil, penggunaannya dapat menyebabkan kinerja yang lebih baik. Dengan membuat kalender kegiatan yang dijadwalkan, keterlambatan dalam kegiatan dapat dihindari. Penundaan bisa memerlukan membatalkan sebuah lokakarya, yang akan memiliki dampak, baik di departemen dan mereka berencana untuk hadir Kekhususan prosedur PERT acak dalam aplikasi yang diusulkan memiliki manfaat tambahan, yaitu kemungkinan mengetahui seberapa besar kemungkinan itu adalah bahwa program ini akan akan selesai dalam jangka waktu tertentu. Akses ke Informasi ini jelas memiliki dampak yang sangat besar dalam hal evaluasi keuangan program intervensi dan, akibatnya, dalam menentukan efisiensi mereka. PERT dan CPM sebagai dasar alat untuk manajemen waktu yang efisien program sumber daya yang terbatas. Tujuan penjadwalan adalah untuk meminimalkan maksimum dinormalisasi dan kendala didahulukan di antara mereka yang dinyatakan dalam PERT / CPM dengan bentuk aktivitas Meskipun CPM bukan alat peramalan, tools ini menyediakan dasar bagi tindakan manajemen antisipatif. daerah kesulitan dapat diprediksi. tindakan remidial dapat diambil di waktu yang cukup untuk menghindari keterlambatan PT Fukuda Triguna dengan metode PERT didapatkan hasil bahwa pengerjaan proyek dapat dipercepat sebanyak 30 hari yang awalnya akan selesai selama 3 bulan dapat diselesaikan selama 2 bulan saja. Manajemen proyek adalah suatu keharusan dan bukan sebagai barang mewah. Strategy terhadap pendefinisian pekerjaandan penghematan waktu menjadi solusi dalam project management teknik ini menyediakan format yang berguna yang digunakan untuk menganalisa kegiatan untuk menentukan kondisi sumber daya, dan kemudian memberikan gambaran grafis untuk manajer proyek dalam memulai diskusi tentang bagaimana mereka harus ditangani Makalah ini melaporkan sebuah studi yang dilakukan untuk menyelidiki metodologi manajemen proyek http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 Table 3.2 (Lanjutan) No Penulis/ Tahun Pembahasan Jurnal versus pendekatan pengelolaan intuitif. Hasil menunjukkan bahwa pertunjukan proyek ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan sistematis. Sumber: Perpusnas Terdapat 18 jurnal yang penyusun telah atur dan pelajari. Dari 18 Jurnal tersebut, penulis akan fokus kepada topik analisa jalur kritis dengan metode PERT. 3.3 Kerangka Pemikiran Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dan berjalan sesuai rencana maka perlu digambarkan kerangka dalam penelitian yang dilakukan. Gambar 3.3 adalah kerangka pemikiran yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Gambar 3.3. Kerangka Pemikiran Tesis Sumber: Data yang Diolah (2015) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/