13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Modal Masuk Asing (Capital Inflow) Aliran modal menurut Hossain dan Chowdhury (1998), merupakan keluarmasuknya modal pada suatu negara. Keluar-masuknya modal ini dicatat dalam neraca modal (capital account), yang nantinya akan mempengaruhi neraca pembayaran (balance of payment). Neraca modal mencatat aliran modal jangka pendek dan jangka panjang, serta pinjaman asing dan hibah. Yang termasuk dalam aliran modal jangka pendek ialah simpanan dan pinjaman bank, disebut investasi portofolio, sedangkan aliran modal jangka panjang meliputi penanaman modal asing langsung dan saham. Pergerakan Aliran modal dibagi menjadi dua yaitu aliran modal masuk dan aliran modal keluar. Aliran modal masuk asing (capital inflow) adalah dana asing yang mengendap ke suatu negara melalui pembelian aset di negara tersebut dalam waktu tertentu. Aliran modal masuk juga dapat berasal dari pemilik modal domestik yang membawa kembali uangnya yang ditanamkan di luar negeri. Ada beberapa cara dana asing masuk ke suatu negara, yaitu: (1) penanaman modal asing langsung, dan (2) penanaman modal asing tidak langsung. 2.1.1. Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment) Foreign Direct Investment (FDI) menurut Hady (2004) adalah investasi riil dalam bentuk pendirian perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian barang modal, tanah, bahan baku, dan persediaan oleh investor asing dimana investor tersebut terlibat langsung dalam manajemen perusahaan dan mengontrol 14 penanaman modal tersebut. FDI ini biasanya dimulai dengan pendirian subsidiary atau pembelian saham mayoritas dari suatu perusahaan dimana dalam konteks internasional, bentuk investasi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan multinasional dengan operasi di bidang manufaktur, industri pengolahan, ekstrasi pengolahan, ekstrasi sumber alam, industri jasa, dan sebagainya. FDI juga dapat berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal secara de facto dan de jure melakukan pengawasan terhadap aset yang ditanam di negara pengimpor modal. Dengan cara demikian, FDI dapat mengambil beberapa bentuk, diantaranya pembentukan suatu cabang perusahaan di negara pengimpor modal, pembentukan suatu perusahaan dimana perusahaan dari negara penanam modal memiliki mayoritas saham, pembentukan suatu perusahaan di negara pengimpor yang semata - mata dibiayai oleh perusahaan yang terletak di negara penanam modal, mendirikan suatu korporasi di negara penanam modal untuk secara khusus beroperasi di negara lain, atau menaruh aset (aktiva tetap) di negara lain oleh perusahaan nasional dari negara penanam modal (Jhingan, 2003). FDI sebagai salah satu aliran modal internasional memiliki berbagai motif baik bagi negara asal investasi diantaranya: (1) mendapatkan return yang lebih tinggi melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, perpajakan yang lebih menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik; (2) untuk melakukan diversifikasi resiko (risk diversification); (3) untuk tetap memiliki “competitive advantage” melalui “direct control”, dan (4) untuk menghindari tarif dan non tarif barrier yang dibebankan kepada impor dan sekaligus memanfaatkan berbagai insentif dalam bentuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah lokal untuk mendorong FDI (Hady, 2004). 15 FDI sebagai arus modal internasional dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif bagi perekonomian negara penerima FDI tersebut. Dampak positif yang diterima negara penerima (host country) seperti yang diungkapkan oleh Razin dan Sodka (1999), yaitu FDI memungkinkan transfer teknologi, khususnya dalam bentuk varietas baru modal input yang tidak dapat dicapai melalui investasi keuangan atau perdagangan barang dan jasa. FDI juga dapat mempromosikan kompetisi dalam output domestik pasar. Negara penerima FDI sering mendapatkan trainning karyawan dalam rangka operasi baru bisnis, yang memberikan kontribusi untuk pengembangan modal manusia di negara tuan rumah. Laba yang dihasilkan oleh FDI berkontribusi terhadap pendapatan pajak perusahaan di negara tuan rumah. Selain dampak positif yang telah dikatakan diatas, tentu saja dalam pelaksanaan kegiatan ekonominya, FDI juga mempunyai dampak negatif yang terjadi pada negara penerima. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh FDI yakni : (1) munculnya dominasi industrial; (2) ketergantungan teknologi; (3) dapat mengakibatkan perubahan budaya; (4) dapat mengakibatkan gangguan pada perencanaan ekonomi; dan (5) dapat terjadi intervensi oleh home government dari perusahaan multinasional (Hady, 2004). 2.1.2. Penanaman Modal Asing Tidak Langsung (Portofolio Foreign Investment) Portofolio foreign investment disebut juga penanaman modal jangka pendek merupakan arus modal internasional dalam bentuk investasi aset-aset finansial, seperti saham, obligasi, dan commercial papers lainnya. Arus investasi portofolio saat ini paling banyak dan cepat mengalir ke seluruh penjuru dunia melalui pasar 16 uang dan pasar modal di pusat-pusat keuangan internasional, seperti London, New York, Paris, Frankfurt, Tokyo, Singapura, dan Hongkong. Menurut Mishkin (2001) menyebutkan tentang teori pilihan portofolio yang menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi seseorang untuk membeli aset, yaitu : 1. Kekayaan (wealth). Semakin meningkat kekayaan seseorang, maka dia memiliki sumber yang lebih banyak untuk membeli aset. 2. Hasil yang diharapkan (expected return), merupakan hasil yang mungkin didapatkan dengan memegang aset tersebut. 3. Resiko (risk), merupakan derajat ketidakpastian yang dihubungkan dengan suatu aset relatif terhadap aset-aset lainnya. 4. Likuiditas (liquidity), yaitu seberapa cepat dan mudah suatu aset diubah dalam bentuk uang tunai. 2.2. Nilai Tukar 2.2.1. Pengertian Nilai Tukar Nilai tukar adalah harga dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya (Salvatore, 1997). Nilai tukar disamping dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran atas barang-barang yang diperdagangkan di antara berbagai negara, nilai tukar valuta asing dipengaruhi pula oleh aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Nilai tukar didefinisikan harga mata uang suatu negara yang dihitung dalam mata uang negara lain (Mishkin, 2001). Para ekonom membedakan antara tiga konsep nilai tukar yaitu nilai tukar nominal, nilai tukar riil, dan nilai tukar efektif. Nilai tukar nominal (e) adalah harga relatif dari mata uang. Nilai tukar nominal 17 merupakan sebuah nilai par (par value) dalam masing- masing mata uang yang dipakai negara-negara, biasanya disebut official rate. Moosa (2004) merumuskan nilai tukar nominal sebagai berikut: / .................... (2.1) dimana Pd adalah tingkat harga domestik dan Pf adalah tingkat harga luar negeri. Nilai tukar riil (q) didefinisikan sebagai harga relatif dari barang-barang kedua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain atau dapat disebut Terms of Trade. Menurut Batiz (1994), nilai tukar riil dapat dirumuskan sebagai berikut: / ...................... (2.2) dimana e adalah nilai tukar nominal (domestic currency/foreign currency), P* adalah tingkat harga luar negeri yang dalam hal ini adalah tingkat harga di Amerika (diukur dalam dollar), dan P adalah tingkat harga domestik yang dalam hal ini adalah tingkat harga di Indonesia (diukur dalam rupiah). Kurs riil di antara kedua negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah, dan barang-barang domestik relatif lebih mahal. Jika kurs riil rendah, barang-barang luar negeri relatif lebih mahal, dan barang-barang domestik relatif lebih murah. Sementara itu nilai tukar efektif adalah bobot kurs rata-rata antara mata uang domestik dengan valuta asing dari negara yang menjadi mitra dagang utamanya, sedangkan bobot penimbangnya adalah arti penting relatif hubungan dagang negara itu dengan setiap mitra dagangnya (Salvatore, 1997). Menurut 18 Moosa (2004) kurs efektif pada waktu t dihitung sebagai rata-rata tertimbang dari kurs relatif, dan dapat dirumuskan sebagai berikut : ∑ ∑ , , ...................... (2.3) .................... (2.4) ....................... (2.5) dimana Et adalah kurs efektif nominal pada waktu ke t, m adalah jumlah mata uang negara mitra dagang utama, wi adalah rata-rata perdagangan yang didenominasikan dalam mata uang negara i pada waktu t, Vit adalah kurs relatif dari mata uang negara i pada waktu t, Si adalah kurs pada spot market saat ini, S0 adalah kurs pada periode dasar, Xi adalah nilai ekspor domestik ke negara i dan Mi adalah nilai impor dari negara i. 2.2.2. Sistem Nilai Tukar Sistem nilai tukar mempunyai pengaruh dan peranan yang penting dalam meminimalisasi resiko dari fluktuasi nilai tukar yang akan mempunyai pengaruh terhadap perekonomian negara tersebut. Berikut ini beberapa sistem nilai tukar yang telah diterapkan di Indonesia, yaitu : 1) Sistem Nilai Tukar Tetap Pada sistem nilai tukar tetap, setiap individu bebas melakukan jual beli valuta asing yang diinginkan dan untuk mempertahankan nilai tukarnya maka bank sentral melakukan jual beli valuta asing. Oleh karena itu, bank sentral harus memegang sejumlah cadangan devisa untuk membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran sehingga nilai tukar dapat dipertahankan. Meskipun demikian, kebaikan dari sistem nilai tukar tetap ini adalah adanya kepastian akan nilai tukar 19 mata uang domestik dengan negara lain, sehingga para eksportir dan importir dapat memperhitungkan transaksi perdagangan dengan pihak luar negeri. 2) Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali Sistem nilai tukar mengambang terkendali, dimana pemerintah mempengaruhi tingkat nilai tukar melalui permintaan dan penawaran valuta asing. Biasanya sistem ini diterapkan untuk menjaga stabilitas moneter dan neraca pembayaran. Bank sentral melakukan intervensi di pasar valuta asing tetapi tidak ada komitmen untuk mempertahankan nilai tukar pada tingkat tertentu atau pada suatu batasan target (target zone) tertentu. Intervensi di pasar valuta asing merupakan sejenis batasan target yang tidak resmi (unannounced target zone). Perbedaan mendasar sistem ini dengan standart announced target zone adalah tidak ada komitmen pada tingkat nilai tukar tertentu. Dengan demikian, dalam sistem ini tidak ada usaha untuk mempengaruhi ekspektasi masyarakat terhadap pergerakan nilai tukar atau permasalahan kredibilitas. 3) Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas Sistem nilai tukar mengambang bebas adalah sistem yang membiarkan nilai tukar mata uang suatu negara ditentukan oleh kekuatan pasar, artinya permintaan dan penawaran terhadap mata uang tersebut dalam kaitannya dengan mata uang negara lain. Dengan kata lain, pemerintah tidak ikut campur dalam penentuan nilai tukar. Pada sistem ini nilai mata uang akan dapat berubah setiap saat tergantung dari permintaan dan penawaran mata uang domestik relatif terhadap mata uang asing dan perilaku spekulan. Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, bank sentral tidak menargetkan besarnya nilai tukar dan melakukan intervensi langsung ke pasar valuta asing. 20 Penerapan sistem nilai tukar ini dimaksudkan untuk mencapai penyesuaian yang lebih berkesinambungan pada posisi keseimbangan eksternal (external equilibrium position), tetapi kemudian timbul indikasi bahwa beberapa persoalan akibat dari kurs yang fluktuatif akan timbul, terutama karena karakteristik ekonomi dan struktur kelembagaan pada negara berkembang masih sederhana. Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas ini diperlukan sistem perekonomian yang sudah mapan. Pada dasarnya, ada tiga teori yang dapat menjelaskan terjadinya depresiasi ataukah apresiasi mata uang suatu negara, yaitu: pertama, pelarian modal internasional, dimana para investor mengalihkan dana mereka ke luar negeri, sehingga nilai tukar mata uang domestik lemah (depresiasi), kedua, tingginya defisit anggaran pemerintah, sehingga pemerintah mencari pinjaman dalam mata uang asing yang berakibat suku bunga meningkat. Hal ini dapat menarik masuknya modal asing yang menyebabkan mata uang domestik menguat atau terapresiasi, dan ketiga, meningkatnya investasi nyata yang bebas dalam bentuk bangunan dan peralatan baru, yang membantu menaikkan suku bunga dan menarik dana-dana asing menjadi mata uang domestik, sehingga mata uang domestik menguat (Nurul, Krisma dan Dwiva, 2010). 2.3. Hubungan Investasi Asing Bersih dan Nilai Tukar Mankiw (2000) mengatakan bahwa ada hubungan antara investasi asing bersih dan nilai tukar. Dalam perekonomian terbuka, dikemukakan bahwa kenaikan dalam permintaan investasi asing bersih menyebabkan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing mengalami apresiasi. Hal tersebut terjadi 21 karena adanya peningkatan dalam investasi yang masuk berarti terjadi peningkatan permintaan terhadap mata uang domestik. q (S-I)2 (S-I)1 q2 q1 (NX) (NX)2 (NX)1 (NX) Gambar 2.1. Pergeseran Kurva ( S-I ) dan ( NX ) S – I adalah arus modal keluar neto (net capital outflow), terkadang disebut juga investasi asing neto (net foreign investment). Arus modal keluar neto adalah jumlah dana yang dipinjamkan penduduk domestik ke luar negeri dikurangi jumlah dana yang dipinjamkan orang asing kepada kita. Jika arus modal keluar neto adalah positif, maka tabungan nasional kita melebihi investasi dan kita meminjamkannya kepada pihak asing. Sebaliknya jika arus modal keluar neto adalah negatif, perekonomian kita mengalami arus modal masuk: investasi melebihi tabungan, dan perekonomian membiayai investasi ekstra ini dengan meminjam dari luar negeri. Gambar 2.1. menunjukkan bahwa peningkatan investasi akan menyebabkan kurva (S-I) bergeser ke kiri karena investasi lebih besar dari tabungan yang berarti mengurangi penawaran mata uang domestik. Persediaan mata uang domestik yang lebih sedikit ini menyebabkan kurs riil ekuilibrium meningkat dari q1 ke q2 dan mata uang domestik menjadi lebih berharga atau apresiasi. Karena kenaikan dalam nilai mata uang domestik itu, barang domestik menjadi relatif lebih mahal 22 dibanding barang-barang impor, yang menyebabkan ekspor turun dan impor naik. Perubahan ekspor dan impor ini akan mengurangi ekspor neto. 2.4. Teori Permintaan dan Penawaran Uang Dalam pendekatan moneter (Monetary Approach), untuk melihat faktorfaktor yang mempengaruhi nilai tukar dilandasi oleh teori permintaan dan penawaran uang. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan uang dan fungsi penawaran uang. Permintaan terhadap uang adalah jumlah uang yang diminta masyarakat untuk keperluan transaksi, berjaga-jaga dan untuk spekulasi dalam sebuah perekonomian. Menurut John Maynard Keynes, jumlah permintaan terhadap uang dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut, yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi. a) Motif Transaksi Terkait dengan fungsi uang sebagai alat tukar. Motif transaksi menyatakan bahwa masyarakat membutuhkan uang untuk dapat melakukan transaksi seharihari. b) Motif Berjaga-jaga Motif berjaga-jaga timbul karena masyarakat membutuhkan uang untuk dipegang supaya dapat mengatasi hal-hal yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Dalam hal ini fungsi uang adalah sebagai penyimpan nilai kekayaan/aset. 23 c) Motif Spekulasi Spekulasi berarti melakukan tindakan atas dasar ramalan perubahan nilai harta di masa depan. Uang diperlukan tidak hanya untuk bertranskasi dan berjagajaga namun juga untuk motif spekulasi. Artinya, uang digunakan untuk meraih kesempatan mendapatkan bunga obligasi, atau bermain di bursa valuta asing. Sedangakan penawaran uang adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu perekonomian. Sebagaimana yang telah diketahui tentang kebijakan moneter, yaitu kebijakan yang bertujuan untuk mengatur penawaran uang / mengatur jumlah uang yang beredar. Jadi penawaran uang merupakan tugas pemerintah melalui bank sentral (Bank Indonesia). Kurva penawaran uang pada umumnya memiliki slope positif. Seperti halnya kurva permintaan uang, jumlah uang yang beredar juga dipengaruhi oleh tingkat bunga. 2.5. Identifikasi Variabel-Variabel Lain Penelitian 2.5.1. Inflasi Inflasi didefinisikan sebagai suatu kenaikan tingkat harga secara keseluruhan di dalam suatu perekonomian (Mankiw, 2003). Hal ini dapat mencerminkan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara. Terjadinya inflasi merupakan akibat dari kenaikan tingkat harga di atas rata-rata yang berlaku umum yang dapat diukur dengan indeks harga barang-barang konsumsi dari tahun ke tahun. Untuk mempelajari inflasi, para pakar ekonomi menggunakan dua konsep. Yang pertama adalah tingkat harga, yaitu tingkat rata-rata semua harga-harga 24 dalam sistem ekonomi. Yang kedua adalah laju inflasi, yaitu laju kenaikan tingkat harga secara umum. Untuk mengukur tingkat harga rata-rata, para ekonom menyusun sebuah indeks harga dengan cara merata-rata harga komoditi yang berbeda menurut seberapa penting komoditi yang bersangkutan. Indeks harga yang paling terkenal adalah Consumer Price Index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen (IHK) yang mengukur harga rata-rata barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. IHK menyatakan tingkat harga pada waktu kapan pun dalam hubungan dengan berapa harga kelompok tertentu yang dikonsumsi oleh rata-rata penduduk dalam periode dasar (Lipsey, dkk, 1995). Hubungan antara inflasi dan nilai tukar dapat dijelaskan dalam teori paritas daya beli (purchasing power parity) bahwa nilai tukar akan menyesuaikan diri dari waktu ke waktu untuk mencerminkan selisih inflasi antara dua negara. Inflasi dapat disebabkan dari dua sisi yaitu sisi pemintaan (Demand Pull Inflation), dan sisi penawaran (Cost-Push Inflation). Demand Pull Inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi excess demand, yang merupakan inflationary gap. Dan dalam kasus inflasi jenis ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti dengan peningkatan output (GNP riil) dengan asumsi bila perekonomian masih belum mencapai kondisi full-employment. Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply curve bergeser tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik 25 yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi, sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus cost push inflation, kenaikan harga sering kali diikuti oleh kelesuan usaha. 2.5.2. Pertumbuhan Ekonomi Salah satu indikator penting dalam menganalilis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Definisi Gross Domestic Product (GDP) sendiri adalah sejumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah pada periode tertentu (Sukirno, 2000: 56). Menurut Putong (2003) menjelaskan perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan perkembangan ekonomi adalah perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi adalah pendapatan nasional seperti Gross National Product (GNP) dan Gross Domestic Product (GDP). Dalam prakteknya GDP lebih lazim digunakan daripada GNP, mengingat batas wilayah perhitungan GDP terbatas pada negara yang bersangkutan. Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai GDP yang digunakan adalah nilai GDP riil. Hal ini dikarenakan bahwa dengan menggunakan harga konstan, pengaruh perubahan harga telah dihilangkan sehingga sekalipun 26 angka yang muncul adalah nilai uang dari total output barang dan jasa, perubahan nilai GDP sekaligus menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan selama periode pengamatan (Rahardja dan Manurung, 2001). Cara melakukan perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut : 100% … … … … …. 2.6 Pertumbuhan ekonomi yang dalam pembahasan ini diproksi dari besaran GDP riilnya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tukar. Besarnya GDP riil secara sistematik menggambarkan kondisi finansial dan pangsa pasar suatu negara. Tingkat GDP riil yang besar menunjukkan ukuran pasar, sehingga akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya. Hubungan GDP riil dengan nilai tukar dapat terlihat dari hipotesis Balassa-Samuelson, dimana pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka akan menyebabkan apresiasi nilai tukar. Ito, Isard dan Symansky (1999), menjelaskan asumsi dari hipotesis BalassaSamuelson dapat diuraikan dalam empat langkah: (1) Perbedaan tingkat pertumbuhan produktivitas antara sektor tradable dan nontradable menyebabkan perubahan harga relative, (2) Rasio harga barang nontradable dengan harga barang tradable lebih tinggi dalam ekonomi yang lebih cepat tumbuh, (3) Rasio harga barang tradable antar negara tetap konstan (atau dalam kasus khusus ketika harga tradable yang menyamakan kedudukan di seluruh negara), dan (4) Kombinasi dari asumsi 2 dan asumsi 3 menyebabkan apresiasi nilai tukar riil. 27 2.5.3. Suku Bunga Suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu (Lipsey, dkk, 1995). Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku saat itu. Apakah akan menerbitkan sekuritas ekuitas atau hutang. Karena penerbitan obligasi atau penambahan hutang hanya dibenarkan jika tingkat bunganya lebih rendah dari earning power dari penambahan modal tersebut (Riyanto,1990). Teori International Fisher Effect (IFE) juga dapat digunakan untuk menerangkan pengaruh suku bunga terhadap fluktuasi nilai tukar Rupiah yaitu tinggi rendahnya permintaan terhadap uang akan tercermin pada tinggi rendahnya suku bunga. Teori IFE yang dikemukakan oleh Irving Fisher menyatakan tingkat bunga nominal (i) di setiap negara akan sama dengan real of return (r) ditambah dengan tingkat inflasi (I) yang dirumuskan, i = r + I (Hady, 2004). Apabila suku bunga turun akan mengurangi minat investor untuk memegang Rupiah dan akan menurunkan minat investor untuk menanamkan modalnya karena insentif yang diterima menurun. Nilai tukar rupiah akan melemah (depresiasi) seiring dengan aksi pembelian valas oleh investor. Menurut Granger, fluktuasi pada nilai tukar akan dapat mengarah pada pergerakan harga saham, hal ini disebut juga pendekatan tradisional (traditional approach). Sebaliknya pergerakan bursa saham dapat menyebabkan aliran modal yang berakhir pada fluktuasi nilai tukar. Ini dikenal dengan pendekatan portofolio (portofolio approach). Disamping itu variabel suku bunga juga ikut mempengaruhi fluktuasi harga saham dan nilai tukar. Suku bunga deposito 28 menjadi salah satu tolak ukur masyarakat dalam menanamkan modalnya. Pemilik modal akan mengalokasikan kekayaannya pada aset berdasarkan tingkat return dan resiko yang ada pada suatu aset. Suku bunga deposito menjadi hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perekonomian khususnya sektor riil serta aliran modal di suatu negara. 2.5.4. Trade Openness Adam Smith (Appleyard, Field Jr dan Cobb, 2006) menjelaskan bahwa perdagangan terbuka antar negara akan membawa keuntungan bagi kedua negara tersebut jika salah satu negara tidak memaksakan untuk memperoleh surplus perdagangan yang dapat menciptakan defisit neraca perdagangan bagi mitra dagangnya. Adam Smith pada dasarnya menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat menguntungkan kedua belah pihak karena masing-masing negara akan lebih mengkonsentrasikan diri untuk memproduksi barang-barang yang mempunyai keunggulan mutlak (absolute advantage) kemudian mengekspor kelebihan barang yang diproduksinya kepada mitra dagangnya. Harga relatif barang dari suatu negara yang melakukan transaksi perdagangan dinamakan Terms of Trade (TOT), di mana perhitungannya diperoleh dari harga barang ekspor dibagi dengan harga barang impor. Sehingga apabila negara A mengekspor barang X dan mengimpor barang Y maka TOT nya adalah: ................................................... (2.7) Di mana, Px = harga barang X; Py = harga barang Y Motivasi utama untuk melakukan perdagangan internasional adalah mendapatkan gains from trade. Perdagangan internasional memberikan akses terhadap barang yang lebih murah bagi konsumen dan pemilik sumberdaya untuk 29 memperoleh peningkatan pendapatan karena menurunnya biaya produksi. Selanjutnya David Ricardo (Krugman dan Obstfeld, 2000) mengemukakan teori keunggulan komparatif (comparative advantage) yang menyatakan bahwa yang menentukan tingkat keuntungan dalam perdagangan internasional bukan berasal dari keuntungan mutlak melainkan dari keunggulan komparatif. Apabila salah satu negara kurang efisien dibandingkan dengan negara lainnya dalam memproduksi dua barang, kedua negara tersebut masih dimungkinkan untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam produksi komoditas yang absolute disadvantagenya lebih kecil dan mengimpor komoditas yang absolute disadvantagenya lebih besar. Selain faktor-faktor tersebut, keunggulan kompetitif nasional juga masih dipengaruhi oleh faktor kebetulan (penemuan baru, melonjaknya harga, perubahan kurs dan konflik keamanan antar negara). Dan ternyata negara berkembang yang menerapkan kebijakan promosi ekspor mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik seperti dibuktikan oleh negara-negara yang disebut sebagai East Asian Miracle. Menurut Mankiw (2002), trade openness memberikan kesempatan bagi semua perekonomian untuk mengkhususkan diri dalam hal yang paling dikuasainya, menjadikan warga negara di seluruh dunia lebih sejahtera. Pembatasan perdagangan merusak manfaat-manfaat yang diperoleh dari perdagangan ini, sehingga mengurangi kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan. Meskipun sebagian dari alasan-alasan ini dapat dipertanggungjawabkan, kaum ekonom yakin bahwa perdagangan bebas adalah kebijakan yang biasanya lebih baik. 30 2.6. Vector Auto Regression (VAR) Vector Auto Regression (VAR) pertama kali dikembangkan oleh Christoper Sims pada tahun 1980 yang berpendapat bahwa jika terdapat hubungan simultan antar variabel yang diamati, variabel-variabel tersebut perlu diperlakukan sama sehingga tidak ada lagi variabel eksogen dan endogen. VAR merupakan salah satu model yang mampu menganalisis hubungan saling ketergantungan variabel time series. VAR dapat juga digunakan untuk peramalan dan juga untuk analisis kebijakan. VAR dengan ordo p dan n buah variabel tak bebas pada waktu ke-t dapat dimodelkan sebagai berikut : ……… …………………… (2.8) Dimana Yt = vektor peubah tak bebas A0 = vektor intercept berukuran nx1 A1 = matirks parameter berukuran nxn εt = vektor sisaan Vector Auto Regression (VAR) menyediakan cara yang sistematis untuk menangkap perubahan yang dinamis dalam multiple time series, serta memiliki pendekatan yang kredibel dan mudah untuk dipahami bagi pendeskripsian data, forecasting (peramalan), inferensi struktural, serta analisis kebijakan. Alat analisa yang disediakan oleh VAR bagi deskripsi data, peramalan, inferensi struktural, dan analisis kebijakan melalui empat macam penggunaannya, yakni Forecasting, Impulse Response Function (IRF), Forecast Error Variance Decomposition (FEVD), dan Granger Causality Test. Forecasting merupakan ekstrapolasi nilai 31 saat ini dan masa depan seluruh variabel dengan memanfaatkan seluruh informasi masa lalu variabel. Impulse Response Function (IRF) sementara adalah melacak respon saat ini dan masa depan setiap variabel akibat perubahan atau shock suatu variabel tertentu. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) merupakan prediksi kontribusi presentase varians setiap variabel terhadap perubahan suatu variabel tertentu. Granger Causality Test bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antar variabel (Firdaus, 2011). Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis VAR adalah semua variabel tak bebas bersifat stasioner, semua sisaan bersifat white noise, yaitu memiliki rataan nol, ragam konstan, dan diantara variabel tak bebas tidak ada korelasi. Apabila data tidak stasioner pada level maka dapat dilakukan pendiferensialan agar didapatkan data yang stasioner. Akan tetapi kestasioneran data melalui pendiferensialan tidaklah cukup, yang berarti bahwa model VAR biasa tidak dapat digunakan secara langsung karena mempertimbangkan terdapat tidaknya informasi jangka pendek dan jangka panjang dalam model. Oleh karena itu ada dua pilihan yang dapat dilakukan untuk mengestimasi yaitu model VAR dengan pendiferensialan untuk data yang tidak terkointegrasi atau VECM untuk data yang terkointegrasi. Ada beberapa keunggulan metode VAR dibandingkan metode ekonometrika konvensional (Firdaus, 2011), yaitu: 1. Mengembangkan model secara bersamaan di dalam suatu sistem yang kompleks (multivariat) sehingga dapat menangkap hubungan keseluruhan variabel di dalam persamaan itu. 32 2. Uji VAR yang multivariat bisa menghindarkan parameter yang bias akibat tidak dimasukkannya variabel yang relevan. 3. Uji VAR dapat mendeteksi hubungan antarvariabel di dalam sistem persamaan, dengan menjadikan seluruh variabel sebagai endogen. 4. Karena bekerja berdasarkan data, metode VAR terbebas dari berbagai batasan teori ekonomi yang sering muncul, termasuk gejala perbedaan palsu (spurious variabel) di dalam model ekonometrika konvensional terutama pada persamaan simultan, sehingga menghindari penafsiran yang salah. Di lain pihak, kritik terhadap model VAR menyangkut permasalahan berikut : 1. Tidak seperti persamaan simultan, model VAR merupakan model yang atheoritic atau tidak berdasarkan teori. Sedangkan pada persamaan simultan, pemilihan variabel yang akan dimasukkan dalam persamaan memegang peran penting dalam mengidentifikasi model. Sehingga model VAR sering disebut model yang tidak struktural. 2. Penekanan model VAR adalah pada forecasting atau peramalan, model VAR ini kurang cocok digunakan dalam menganalisis kebijakan. 3. Tantangan atau permasalahan besar dalam model VAR adalah pemilihan lag length atau panjang lag yang tepat. Karena semakin panjang lag maka akan semakin menambah jumlah parameter yang akan bermasalah pada degrees of freedom. 4. Sejumlah variabel yang tergabung pada model VAR harus stasioner. Bila tidak satsioner perlu dilakukan transformasi bentuk data, misalkan melalui derajat integrasi (first differencing). 33 5. Sering ditemui kesulitan dalam menginterpretasi tiap koefisien pada estimasi model VAR, sehingga sebagian besar peneliti melakukan interpretasi pada estimasi fungsi impulse response. 2.7. Penelitian Terdahulu Morrissey, O, T. Lloyd, and M. Opoku-Afari, (2005), menganalisis pengaruh capital inflow dalam menentukan keseimbangan kurs riil di Ghana. Metode analisis yang digunakan adalah Vector Autoregression (VAR). Data yang digunakan adalah data tahunan selama periode 1966 – 2000. Hasil estimasi menunjukkan bahwa ada hubungan jangka panjang antara REER dengan semua variabel yang signifikan mempengaruhi seperti capital inflow, perubahan teknologi, trade (ekspor) dan terms of trade. Hanya capital inflow yang cenderung mengapresiasi nilai tukar riil dalam jangka panjang, sedangkan lainnya mendepresiasi nilai tukar riil. Variabel satu-satunya yang memiliki efek (depresiasi) yang signifikan terhadap nilai tukar riil dalam jangka pendek adalah perdagangan, yang menyiratkan bahwa perubahan dalam ekspor adalah penggerak utama dari misalignment nilai tukar. Saidah (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi capital inflow dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Pendugaan parameter model digunakan metode regresi berganda Two Stage Least Square (2SLS). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dalam bentuk deret waktu (time-series) kuartalan berupa data aliran modal yang masuk di Indonesia, Netto Domestic Asset (NDA), Current Account (neraca berjalan) dan Gross Domestic Produk (GDP) pada tahun 1992:4 sampai dengan 2005:3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap 34 Dollar, GDP dan lag variabel dependent berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah capital inflow, sedangkan dummy kebijakan tidak signifikan. Variabel lain seperti suku bunga riil, T-bill, jumlah defisit neraca berjalan (CA), jumlah Netto Asset Domestik (NDA) dan dummy krisis ekonomi berpengaruh negatif. Capital inflow di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Lumbanraja (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) terhadap nilai tukar rupiah. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aliran FDI di Indonesia dipengaruhi oleh variabel makroekonomi dan situasi politik dan keamanan. Nilai tukar rupiah berpengaruh positif yang signifikan, inflasi berpengaruh negatif yang signifikan dan dummy politik atau kerusuhan berpengaruh negatif yang signifikan. Gross Domestic Product (GDP) berpengaruh positif tetapi secara statistik tidak signifikan. FDI sebagai fokus penelitian memberikan pengaruh negatif (mengapresiasikan) terhadap nilai tukar rupiah dengan koefisien sebesar -0,039303, yang artinya adalah peningkatan sebesar satu persen FDI akan menyebabkan nilai tukar rupiah terapresiasi sebesar 0,039303. Andriani (2008) melakukan penilitian untuk mengetahui pengaruh neraca perdagangan dan capital inflow terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series bulanan dari Januari 1998 hingga September 2007 dan metode analisis yang dipakai adalah Vector Auto Regressioon (VAR) dilanjutkan dengan Vector Error Correction Model (VECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa neraca perdagangan riil pada jangka pendek 35 tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap GDP riil. Namun, Pada jangka panjang mempunyai pengaruh negatif yang signifikan secara statistik. Sedangkan capital inflow riil pada jangka pendek dan jangka panjang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap GDP riil. Berdasarkan hasil tes Impulse Response Function (IRF) diketahui bahwa pada periode awal hingga periode 4, perubahan neraca perdagangan riil akan berpengaruh positif terhadap GDP riil. Namun pada periode selanjutya berpengaruh negatif terhadap GDP riil. Sedangkan hasil estimasi respon GDP riil terhadap perubahan variabel capital inflow riil menunjukkan bahwa pada periode awal hingga periode 30, perubahan capital inflow riil berpengaruh negatif terhadap GDP riil. Perwitasari (2008) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh dari aliran modal portofolio yang bersifat jangka pendek terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Data yang digunakan adalah data triwulanan kuartal 3 tahun 1997 hingga 3 tahun 2007. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode Vector Auto Regressive (VAR). Dari hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa, 1) baik nilai tukar riil maupun nominal dipengaruhi oleh aliran modal portofolio secara dominan, 2) pergerakan aliran modal portofolio mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah, baik riil maupun nominal rupiah, 3) aliran modal portofolio masuk mendorong apresiasi nilai tukar rupiah, 4) dampak peningkatan aliran modal portofolio terhadap perubahan nilai tukar nominal berlangsung sementara karena kembali keseimbangan, namun respon nilai tukar riil tidak kembali kepada keseimbangan. Selain penelitian di atas, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengengaruhi nilai tukar rupiah telah banyak dilakukan peneliti lain, tetapi 36 variabel-variabel yang digunakan oleh peneliti yang satu dengan yang lainnya tidak selalu sama. Tergantung kepada masalah yang difokuskan oleh peneliti yang dianggap relevan untuk menjelaskan penelitian yang dilakukan. Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No 1. 2. 3. Nama Pengarang/ Tahun Atmadja (2002) Abdilah, et al (2004) Ardiansyah (2006) Tujuan Penelitian Menganalisis tentang hubungan berbagai variabel ekonomi dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (19982001) Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah (Januari 2000 - Desember 2004) Mengetahui berapa besar pengaruh jangka pendek dan jangka panjang neraca pembayaran terhadap nilai tukar rupiah (1990:1 2005:4) Metode Analisis Regresi (OLS) Hasil Penelitian Hanya variabel jumlah uang beredar yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Regresi (OLS) Jumlah uang beredar, inflasi dan suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah. VECM Dalam jangka pendek dan panjang variabel current account dan capital account satu triwulan yang lalu serta dummy krisis mempengaruhi secara signifikan nilai tukar rupiah. Sedangkan tingkat suku bunga dua triwulan yang lalu signifikan mempengaruhi nilai tukarhanya dalam jangka panjang. 37 Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu 4. 5. Lartey (2006) Depari (2009) Menguji apakah arus masuk modal, khususnya Penanaman Modal Asing (FDI), menyebabkan apresiasi nilai tukar (1980‐2000) Menganalisis keterbukaan ekonomi terhadap nilai tukar rupiah/US$ di Indonesia (1999:12008:3) Fixed effects (within) estimator FDI sebagai kategori arus masuk modal swasta menyebabkan apresiasi kurs riil ; peningkatan bantuan resmi menyebabkan apresiasi yang nyata, besarnya menjadi lebih besar dibandingkan dengan yang terkait dengan FDI Regresi (OLS) Indeks derajat keterbukaan ekonomi, suku bunga Bank Indonesia tenor 3 bulan serta inflasi pada 3 bulan sebelumnya sangat signifikan secara statistik mempengaruhi nilai tukar rupiah/US$ 2.8. Kerangka Pemikiran Suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka akan mengalami terjadinya integrasi ekonomi dengan negara lain. Semakin terintegrasi perekonomian telah mendorong terjadinya pergerakan aliran modal antar negara. Adanya aliran modal menyebabkan terjadinya perubahan permintaan dan penawaran terhadap mata uang asing dan domestik tersebut dalam mempengaruhi nilai tukar mata uang yang diperdagangkan. Skema alur berpikir pada Gambar 2.2 digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Dengan memperhatikan dampak dari capital inflow atau arus modal masuk asing ditambah pengaruh beberapa variabel makroekonomi lain seperti inflasi, GDP, suku bunga, dan trade openness ingin diketahui bagaimana pengaruhnya terhadap pergerakan nilai tukar rupiah per USD 38 pada periode penelitian. Capital inflow secara langsung dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah, dimana dengan terjadinya globalisasi ekonomi, membuat aliran modal bebas keluar masuk antar negara. Terjadinya arus keluar modal diduga menyebabkan nilai tukar rupiah mengalami deprsiasi pada saat krisis 1997. Serta peningkatan peringkat hutang Indonesia menyebabkan peningkatan arus modal yang masuk ke Indonesia dimana diduga akan mempengaruhi variabilitas nilai tukar rupiah. Apabila capital inflow di Indonesia signifikan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah maka disarankan beberapa rekomendasi kebijakan pengelolaan capital inflow agar kestabilan nilai tukar rupiah terjaga. Secara konseptual penelitian mengenai pengaruh capital inflow terhadap nilai tukar rupiah disajikan dalam bagan sebagai berikut : ‐ ‐ ‐ Globalisasi ekonomi, aliran modal semakin bebas melintas antar negara Terjadi defisit arus modal keluar akibat krisis moneter Peningkatan peringkat Investasi Aliran Modal Masuk (Capital inflow) Inflasi Suku Bunga Nilai Tukar GDP Trade Openness Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian Rekomendasi Kebijakan 39 2.9. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat disimpulkan beberapa hipotesis, antara lain : 1. Globalisasi ekonomi menyebabkan perekonomian antar negara semakin terintegrasi. Dimana dengan terintegrasinya perekonomian, akan terjadi pergerakan aliran modal asing yang masuk ke sebuah negara. 2. Capital inflow berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah, dalam artian meningkatnya capital inflow akan mengkibatkan bertambahnya penawaran terhadap mata uang asing dan meningkatkan permintaan terhadap rupiah di pasar uang sehingga nilai tukar rupiah mengalami apresiasi atau menguat. 3. Inflasi berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Kenaikan laju inflasi akan mengakibatkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD (depresiasi). 4. GDP berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Kenaikan GDP mengakibatkan menguatnya nilai tukar rupiah (apresiasi). 5. Suku bunga berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Kenaikan tingkat suku bunga (IR) menyebabkan nilai tukar rupiah semakin menguat atau mengalami apresiasi. 6. Trade openness memiliki pengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Kenaikan trade openness pada jangka panjang akan menyebabkan nilai tukar terdepresiasi.