II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Modal Masuk

advertisement
13 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aliran Modal Masuk Asing (Capital Inflow)
Aliran modal menurut Hossain dan Chowdhury (1998), merupakan keluarmasuknya modal pada suatu negara. Keluar-masuknya modal ini dicatat dalam
neraca modal (capital account), yang nantinya akan mempengaruhi neraca
pembayaran (balance of payment). Neraca modal mencatat aliran modal jangka
pendek dan jangka panjang, serta pinjaman asing dan hibah. Yang termasuk dalam
aliran modal jangka pendek ialah simpanan dan pinjaman bank, disebut investasi
portofolio, sedangkan aliran modal jangka panjang meliputi penanaman modal
asing langsung dan saham. Pergerakan Aliran modal dibagi menjadi dua yaitu
aliran modal masuk dan aliran modal keluar.
Aliran modal masuk asing (capital inflow) adalah dana asing yang
mengendap ke suatu negara melalui pembelian aset di negara tersebut dalam
waktu tertentu. Aliran modal masuk juga dapat berasal dari pemilik modal
domestik yang membawa kembali uangnya yang ditanamkan di luar negeri. Ada
beberapa cara dana asing masuk ke suatu negara, yaitu: (1) penanaman modal
asing langsung, dan (2) penanaman modal asing tidak langsung.
2.1.1. Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment)
Foreign Direct Investment (FDI) menurut Hady (2004) adalah investasi riil
dalam bentuk pendirian perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian barang
modal, tanah, bahan baku, dan persediaan oleh investor asing dimana investor
tersebut terlibat langsung dalam manajemen perusahaan dan mengontrol
14 penanaman modal tersebut. FDI ini biasanya dimulai dengan pendirian subsidiary
atau pembelian saham mayoritas dari suatu perusahaan dimana dalam konteks
internasional, bentuk investasi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan
multinasional dengan operasi di bidang manufaktur, industri pengolahan, ekstrasi
pengolahan, ekstrasi sumber alam, industri jasa, dan sebagainya.
FDI juga dapat berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal secara
de facto dan de jure melakukan pengawasan terhadap aset yang ditanam di negara
pengimpor modal. Dengan cara demikian, FDI dapat mengambil beberapa bentuk,
diantaranya pembentukan suatu cabang perusahaan di negara pengimpor modal,
pembentukan suatu perusahaan dimana perusahaan dari negara penanam modal
memiliki mayoritas saham, pembentukan suatu perusahaan di negara pengimpor
yang semata - mata dibiayai oleh perusahaan yang terletak di negara penanam
modal, mendirikan suatu korporasi di negara penanam modal untuk secara khusus
beroperasi di negara lain, atau menaruh aset (aktiva tetap) di negara lain oleh
perusahaan nasional dari negara penanam modal (Jhingan, 2003).
FDI sebagai salah satu aliran modal internasional memiliki berbagai motif
baik bagi negara asal investasi diantaranya: (1) mendapatkan return yang lebih
tinggi melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, perpajakan yang
lebih menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik; (2) untuk melakukan
diversifikasi resiko (risk diversification); (3) untuk tetap memiliki “competitive
advantage” melalui “direct control”, dan (4) untuk menghindari tarif dan non
tarif barrier yang dibebankan kepada impor dan sekaligus memanfaatkan
berbagai insentif dalam bentuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah lokal
untuk mendorong FDI (Hady, 2004).
15 FDI sebagai arus modal internasional dapat memberikan dampak positif
maupun dampak negatif bagi perekonomian negara penerima FDI tersebut.
Dampak positif yang diterima negara penerima (host country) seperti yang
diungkapkan oleh Razin dan Sodka (1999), yaitu FDI memungkinkan transfer
teknologi, khususnya dalam bentuk varietas baru modal input yang tidak dapat
dicapai melalui investasi keuangan atau perdagangan barang dan jasa. FDI juga
dapat mempromosikan kompetisi dalam output domestik pasar. Negara penerima
FDI sering mendapatkan trainning karyawan dalam rangka operasi baru bisnis,
yang memberikan kontribusi untuk pengembangan modal manusia di negara tuan
rumah. Laba yang dihasilkan oleh FDI berkontribusi terhadap pendapatan pajak
perusahaan di negara tuan rumah.
Selain dampak positif yang telah dikatakan diatas, tentu saja dalam
pelaksanaan kegiatan ekonominya, FDI juga mempunyai dampak negatif yang
terjadi pada negara penerima. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh FDI yakni :
(1) munculnya dominasi industrial; (2) ketergantungan teknologi; (3) dapat
mengakibatkan perubahan budaya; (4) dapat mengakibatkan gangguan pada
perencanaan ekonomi; dan (5) dapat terjadi intervensi oleh home government dari
perusahaan multinasional (Hady, 2004).
2.1.2. Penanaman Modal Asing Tidak Langsung (Portofolio Foreign
Investment)
Portofolio foreign investment disebut juga penanaman modal jangka pendek
merupakan arus modal internasional dalam bentuk investasi aset-aset finansial,
seperti saham, obligasi, dan commercial papers lainnya. Arus investasi portofolio
saat ini paling banyak dan cepat mengalir ke seluruh penjuru dunia melalui pasar
16 uang dan pasar modal di pusat-pusat keuangan internasional, seperti London, New
York, Paris, Frankfurt, Tokyo, Singapura, dan Hongkong. Menurut Mishkin
(2001) menyebutkan tentang teori pilihan portofolio yang menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi seseorang untuk membeli aset, yaitu :
1.
Kekayaan (wealth). Semakin meningkat kekayaan seseorang, maka dia
memiliki sumber yang lebih banyak untuk membeli aset.
2.
Hasil yang diharapkan (expected return), merupakan hasil yang mungkin
didapatkan dengan memegang aset tersebut.
3. Resiko (risk), merupakan derajat ketidakpastian yang dihubungkan dengan
suatu aset relatif terhadap aset-aset lainnya.
4.
Likuiditas (liquidity), yaitu seberapa cepat dan mudah suatu aset diubah
dalam bentuk uang tunai.
2.2.
Nilai Tukar
2.2.1. Pengertian Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya
atau nilai dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya (Salvatore, 1997).
Nilai tukar disamping dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan
penawaran atas barang-barang yang diperdagangkan di antara berbagai negara,
nilai tukar valuta asing dipengaruhi pula oleh aliran modal jangka panjang dan
jangka pendek.
Nilai tukar didefinisikan harga mata uang suatu negara yang dihitung dalam
mata uang negara lain (Mishkin, 2001). Para ekonom membedakan antara tiga
konsep nilai tukar yaitu nilai tukar nominal, nilai tukar riil, dan nilai tukar efektif.
Nilai tukar nominal (e) adalah harga relatif dari mata uang. Nilai tukar nominal
17 merupakan sebuah nilai par (par value) dalam masing- masing mata uang yang
dipakai negara-negara, biasanya disebut official rate. Moosa (2004) merumuskan
nilai tukar nominal sebagai berikut:
/
....................
(2.1)
dimana Pd adalah tingkat harga domestik dan Pf adalah tingkat harga luar negeri.
Nilai tukar riil (q) didefinisikan sebagai harga relatif dari barang-barang kedua
negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan
barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain atau dapat
disebut Terms of Trade. Menurut Batiz (1994), nilai tukar riil dapat dirumuskan
sebagai berikut:
/
......................
(2.2)
dimana e adalah nilai tukar nominal (domestic currency/foreign currency), P*
adalah tingkat harga luar negeri yang dalam hal ini adalah tingkat harga di
Amerika (diukur dalam dollar), dan P adalah tingkat harga domestik yang dalam
hal ini adalah tingkat harga di Indonesia (diukur dalam rupiah). Kurs riil di antara
kedua negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika
kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah, dan barang-barang
domestik relatif lebih mahal. Jika kurs riil rendah, barang-barang luar negeri
relatif lebih mahal, dan barang-barang domestik relatif lebih murah.
Sementara itu nilai tukar efektif adalah bobot kurs rata-rata antara mata
uang domestik dengan valuta asing dari negara yang menjadi mitra dagang
utamanya, sedangkan bobot penimbangnya adalah arti penting relatif hubungan
dagang negara itu dengan setiap mitra dagangnya (Salvatore, 1997). Menurut
18 Moosa (2004) kurs efektif pada waktu t dihitung sebagai rata-rata tertimbang dari
kurs relatif, dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
∑
∑
,
,
......................
(2.3)
....................
(2.4)
.......................
(2.5)
dimana Et adalah kurs efektif nominal pada waktu ke t, m adalah jumlah mata
uang negara mitra dagang utama, wi adalah rata-rata perdagangan yang
didenominasikan dalam mata uang negara i pada waktu t, Vit adalah kurs relatif
dari mata uang negara i pada waktu t, Si adalah kurs pada spot market saat ini, S0
adalah kurs pada periode dasar, Xi adalah nilai ekspor domestik ke negara i dan Mi
adalah nilai impor dari negara i.
2.2.2. Sistem Nilai Tukar
Sistem nilai tukar mempunyai pengaruh dan peranan yang penting dalam
meminimalisasi resiko dari fluktuasi nilai tukar yang akan mempunyai pengaruh
terhadap perekonomian negara tersebut. Berikut ini beberapa sistem nilai tukar
yang telah diterapkan di Indonesia, yaitu :
1)
Sistem Nilai Tukar Tetap
Pada sistem nilai tukar tetap, setiap individu bebas melakukan jual beli
valuta asing yang diinginkan dan untuk mempertahankan nilai tukarnya maka
bank sentral melakukan jual beli valuta asing. Oleh karena itu, bank sentral harus
memegang sejumlah cadangan devisa untuk membiayai ketidakseimbangan
neraca pembayaran sehingga nilai tukar dapat dipertahankan. Meskipun demikian,
kebaikan dari sistem nilai tukar tetap ini adalah adanya kepastian akan nilai tukar
19 mata uang domestik dengan negara lain, sehingga para eksportir dan importir
dapat memperhitungkan transaksi perdagangan dengan pihak luar negeri.
2)
Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali
Sistem
nilai
tukar
mengambang
terkendali,
dimana
pemerintah
mempengaruhi tingkat nilai tukar melalui permintaan dan penawaran valuta asing.
Biasanya sistem ini diterapkan untuk menjaga stabilitas moneter dan neraca
pembayaran. Bank sentral melakukan intervensi di pasar valuta asing tetapi tidak
ada komitmen untuk mempertahankan nilai tukar pada tingkat tertentu atau pada
suatu batasan target (target zone) tertentu. Intervensi di pasar valuta asing
merupakan sejenis batasan target yang tidak resmi (unannounced target zone).
Perbedaan mendasar sistem ini dengan standart announced target zone adalah
tidak ada komitmen pada tingkat nilai tukar tertentu. Dengan demikian, dalam
sistem ini tidak ada usaha untuk mempengaruhi ekspektasi masyarakat terhadap
pergerakan nilai tukar atau permasalahan kredibilitas.
3)
Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas
Sistem nilai tukar mengambang bebas adalah sistem yang membiarkan nilai
tukar mata uang suatu negara ditentukan oleh kekuatan pasar, artinya permintaan
dan penawaran terhadap mata uang tersebut dalam kaitannya dengan mata uang
negara lain. Dengan kata lain, pemerintah tidak ikut campur dalam penentuan nilai
tukar. Pada sistem ini nilai mata uang akan dapat berubah setiap saat tergantung
dari permintaan dan penawaran mata uang domestik relatif terhadap mata uang
asing dan perilaku spekulan. Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, bank
sentral tidak menargetkan besarnya nilai tukar dan melakukan intervensi langsung
ke pasar valuta asing.
20 Penerapan sistem nilai tukar ini dimaksudkan untuk mencapai penyesuaian
yang lebih berkesinambungan pada posisi keseimbangan eksternal (external
equilibrium position), tetapi kemudian timbul indikasi bahwa beberapa persoalan
akibat dari kurs yang fluktuatif akan timbul, terutama karena karakteristik
ekonomi dan struktur kelembagaan pada negara berkembang masih sederhana.
Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas ini diperlukan sistem perekonomian
yang sudah mapan.
Pada dasarnya, ada tiga teori yang dapat menjelaskan terjadinya depresiasi
ataukah apresiasi mata uang suatu negara, yaitu: pertama, pelarian modal
internasional, dimana para investor mengalihkan dana mereka ke luar negeri,
sehingga nilai tukar mata uang domestik lemah (depresiasi), kedua, tingginya
defisit anggaran pemerintah, sehingga pemerintah mencari pinjaman dalam mata
uang asing yang berakibat suku bunga meningkat. Hal ini dapat menarik
masuknya modal asing yang menyebabkan mata uang domestik menguat atau
terapresiasi, dan ketiga, meningkatnya investasi nyata yang bebas dalam bentuk
bangunan dan peralatan baru, yang membantu menaikkan suku bunga dan
menarik dana-dana asing menjadi mata uang domestik, sehingga mata uang
domestik menguat (Nurul, Krisma dan Dwiva, 2010).
2.3.
Hubungan Investasi Asing Bersih dan Nilai Tukar
Mankiw (2000) mengatakan bahwa ada hubungan antara investasi asing
bersih dan nilai tukar. Dalam perekonomian terbuka, dikemukakan bahwa
kenaikan dalam permintaan investasi asing bersih menyebabkan nilai tukar mata
uang domestik terhadap mata uang asing mengalami apresiasi. Hal tersebut terjadi
21 karena adanya peningkatan dalam investasi yang masuk berarti terjadi
peningkatan permintaan terhadap mata uang domestik.
q
(S-I)2
(S-I)1
q2
q1
(NX)
(NX)2
(NX)1
(NX)
Gambar 2.1. Pergeseran Kurva ( S-I ) dan ( NX )
S – I adalah arus modal keluar neto (net capital outflow), terkadang disebut
juga investasi asing neto (net foreign investment). Arus modal keluar neto adalah
jumlah dana yang dipinjamkan penduduk domestik ke luar negeri dikurangi
jumlah dana yang dipinjamkan orang asing kepada kita. Jika arus modal keluar
neto adalah positif, maka tabungan nasional kita melebihi investasi dan kita
meminjamkannya kepada pihak asing. Sebaliknya jika arus modal keluar neto
adalah negatif, perekonomian kita mengalami arus modal masuk: investasi
melebihi tabungan, dan perekonomian membiayai investasi ekstra ini dengan
meminjam dari luar negeri.
Gambar 2.1. menunjukkan bahwa peningkatan investasi akan menyebabkan
kurva (S-I) bergeser ke kiri karena investasi lebih besar dari tabungan yang berarti
mengurangi penawaran mata uang domestik. Persediaan mata uang domestik yang
lebih sedikit ini menyebabkan kurs riil ekuilibrium meningkat dari q1 ke q2 dan
mata uang domestik menjadi lebih berharga atau apresiasi. Karena kenaikan
dalam nilai mata uang domestik itu, barang domestik menjadi relatif lebih mahal
22 dibanding barang-barang impor, yang menyebabkan ekspor turun dan impor naik.
Perubahan ekspor dan impor ini akan mengurangi ekspor neto.
2.4. Teori Permintaan dan Penawaran Uang
Dalam pendekatan moneter (Monetary Approach), untuk melihat faktorfaktor yang mempengaruhi nilai tukar dilandasi oleh teori permintaan dan
penawaran uang. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar
ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan uang dan
fungsi penawaran uang.
Permintaan terhadap uang adalah jumlah uang yang diminta masyarakat
untuk keperluan transaksi, berjaga-jaga dan untuk spekulasi dalam sebuah
perekonomian. Menurut John Maynard Keynes, jumlah permintaan terhadap uang
dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut, yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan
motif spekulasi.
a)
Motif Transaksi
Terkait dengan fungsi uang sebagai alat tukar. Motif transaksi menyatakan
bahwa masyarakat membutuhkan uang untuk dapat melakukan transaksi seharihari.
b)
Motif Berjaga-jaga
Motif berjaga-jaga timbul karena masyarakat membutuhkan uang untuk
dipegang supaya dapat mengatasi hal-hal yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya. Dalam hal ini fungsi uang adalah sebagai penyimpan nilai
kekayaan/aset.
23 c)
Motif Spekulasi
Spekulasi berarti melakukan tindakan atas dasar ramalan perubahan nilai
harta di masa depan. Uang diperlukan tidak hanya untuk bertranskasi dan berjagajaga namun juga untuk motif spekulasi. Artinya, uang digunakan untuk meraih
kesempatan mendapatkan bunga obligasi, atau bermain di bursa valuta asing.
Sedangakan penawaran uang adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu
perekonomian. Sebagaimana yang telah diketahui tentang kebijakan moneter,
yaitu kebijakan yang bertujuan untuk mengatur penawaran uang / mengatur
jumlah uang yang beredar. Jadi penawaran uang merupakan tugas pemerintah
melalui bank sentral (Bank Indonesia). Kurva penawaran uang pada umumnya
memiliki slope positif. Seperti halnya kurva permintaan uang, jumlah uang yang
beredar juga dipengaruhi oleh tingkat bunga.
2.5. Identifikasi Variabel-Variabel Lain Penelitian
2.5.1. Inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai suatu kenaikan tingkat harga secara
keseluruhan di dalam suatu perekonomian (Mankiw, 2003). Hal ini dapat
mencerminkan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin
merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara. Terjadinya inflasi
merupakan akibat dari kenaikan tingkat harga di atas rata-rata yang berlaku umum
yang dapat diukur dengan indeks harga barang-barang konsumsi dari tahun ke
tahun.
Untuk mempelajari inflasi, para pakar ekonomi menggunakan dua konsep.
Yang pertama adalah tingkat harga, yaitu tingkat rata-rata semua harga-harga
24 dalam sistem ekonomi. Yang kedua adalah laju inflasi, yaitu laju kenaikan tingkat
harga secara umum. Untuk mengukur tingkat harga rata-rata, para ekonom
menyusun sebuah indeks harga dengan cara merata-rata harga komoditi yang
berbeda menurut seberapa penting komoditi yang bersangkutan. Indeks harga
yang paling terkenal adalah Consumer Price Index (CPI) atau Indeks Harga
Konsumen (IHK) yang mengukur harga rata-rata barang dan jasa yang dibeli oleh
konsumen. IHK menyatakan tingkat harga pada waktu kapan pun dalam hubungan
dengan berapa harga kelompok tertentu yang dikonsumsi oleh rata-rata penduduk
dalam periode dasar (Lipsey, dkk, 1995). Hubungan antara inflasi dan nilai tukar
dapat dijelaskan dalam teori paritas daya beli (purchasing power parity) bahwa
nilai tukar akan menyesuaikan diri dari waktu ke waktu untuk mencerminkan
selisih inflasi antara dua negara.
Inflasi dapat disebabkan dari dua sisi yaitu sisi pemintaan (Demand Pull
Inflation), dan sisi penawaran (Cost-Push Inflation). Demand Pull Inflation yaitu
inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand
masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang.
Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan agregat ke arah kanan atas,
sehingga terjadi excess demand, yang merupakan inflationary gap. Dan dalam
kasus inflasi jenis ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti
dengan peningkatan output (GNP riil) dengan asumsi bila perekonomian masih
belum mencapai kondisi full-employment.
Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate
supply curve ke arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply
curve bergeser tersebut adalah meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik
25 yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi,
sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus
cost push inflation, kenaikan harga sering kali diikuti oleh kelesuan usaha.
2.5.2. Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu indikator penting dalam menganalilis pembangunan ekonomi
yang terjadi di suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi. Perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan apabila balas jasa riil terhadap penggunaan
faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya.
Definisi Gross Domestic Product (GDP) sendiri adalah sejumlah nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah pada periode tertentu
(Sukirno, 2000: 56).
Menurut Putong (2003) menjelaskan perbedaan antara pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output
(pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat
pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan perkembangan ekonomi
adalah perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang
senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya.
Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi
adalah pendapatan nasional seperti Gross National Product (GNP) dan Gross
Domestic Product (GDP). Dalam prakteknya GDP lebih lazim digunakan
daripada GNP, mengingat batas wilayah perhitungan GDP terbatas pada negara
yang bersangkutan. Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai GDP yang
digunakan adalah nilai GDP riil. Hal ini dikarenakan bahwa dengan menggunakan
harga konstan, pengaruh perubahan harga telah dihilangkan sehingga sekalipun
26 angka yang muncul adalah nilai uang dari total output barang dan jasa, perubahan
nilai GDP sekaligus menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa
yang dihasilkan selama periode pengamatan (Rahardja dan Manurung, 2001).
Cara melakukan perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah sebagai
berikut :
100% … … … … …. 2.6
Pertumbuhan ekonomi yang dalam pembahasan ini diproksi dari besaran
GDP riilnya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tukar. Besarnya
GDP riil secara sistematik menggambarkan kondisi finansial dan pangsa pasar
suatu negara. Tingkat GDP riil yang besar menunjukkan ukuran pasar, sehingga
akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya. Hubungan GDP
riil dengan nilai tukar dapat terlihat dari hipotesis Balassa-Samuelson, dimana
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka akan menyebabkan apresiasi nilai tukar.
Ito, Isard dan Symansky (1999), menjelaskan asumsi dari hipotesis BalassaSamuelson dapat diuraikan dalam empat langkah: (1) Perbedaan tingkat
pertumbuhan produktivitas antara sektor tradable dan nontradable menyebabkan
perubahan harga relative, (2) Rasio harga barang nontradable dengan harga
barang tradable lebih tinggi dalam ekonomi yang lebih cepat tumbuh, (3) Rasio
harga barang tradable antar negara tetap konstan (atau dalam kasus khusus ketika
harga tradable yang menyamakan kedudukan di seluruh negara), dan (4)
Kombinasi dari asumsi 2 dan asumsi 3 menyebabkan apresiasi nilai tukar riil.
27 2.5.3. Suku Bunga
Suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang
dipinjam pada periode waktu tertentu (Lipsey, dkk, 1995). Pada waktu perusahaan
merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat
bunga yang berlaku saat itu. Apakah akan menerbitkan sekuritas ekuitas atau
hutang. Karena penerbitan obligasi atau penambahan hutang hanya dibenarkan
jika tingkat bunganya lebih rendah dari earning power dari penambahan modal
tersebut (Riyanto,1990).
Teori International Fisher Effect (IFE) juga dapat digunakan untuk
menerangkan pengaruh suku bunga terhadap fluktuasi nilai tukar Rupiah yaitu
tinggi rendahnya permintaan terhadap uang akan tercermin pada tinggi rendahnya
suku bunga. Teori IFE yang dikemukakan oleh Irving Fisher menyatakan tingkat
bunga nominal (i) di setiap negara akan sama dengan real of return (r) ditambah
dengan tingkat inflasi (I) yang dirumuskan, i = r + I (Hady, 2004). Apabila suku
bunga turun akan mengurangi minat investor untuk memegang Rupiah dan akan
menurunkan minat investor untuk menanamkan modalnya karena insentif yang
diterima menurun. Nilai tukar rupiah akan melemah (depresiasi) seiring dengan
aksi pembelian valas oleh investor.
Menurut Granger, fluktuasi pada nilai tukar akan dapat mengarah pada
pergerakan harga saham, hal ini disebut juga pendekatan tradisional (traditional
approach). Sebaliknya pergerakan bursa saham dapat menyebabkan aliran modal
yang berakhir pada fluktuasi nilai tukar. Ini dikenal dengan pendekatan portofolio
(portofolio
approach).
Disamping itu
variabel
suku
bunga
juga
ikut
mempengaruhi fluktuasi harga saham dan nilai tukar. Suku bunga deposito
28 menjadi salah satu tolak ukur masyarakat dalam menanamkan modalnya. Pemilik
modal akan mengalokasikan kekayaannya pada aset berdasarkan tingkat return
dan resiko yang ada pada suatu aset. Suku bunga deposito menjadi hal yang
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perekonomian khususnya sektor
riil serta aliran modal di suatu negara.
2.5.4. Trade Openness
Adam Smith (Appleyard, Field Jr dan Cobb, 2006) menjelaskan bahwa
perdagangan terbuka antar negara akan membawa keuntungan bagi kedua negara
tersebut jika salah satu negara tidak memaksakan untuk memperoleh surplus
perdagangan yang dapat menciptakan defisit neraca perdagangan bagi mitra
dagangnya. Adam Smith pada dasarnya menjelaskan bahwa perdagangan
internasional dapat menguntungkan kedua belah pihak karena masing-masing
negara akan lebih mengkonsentrasikan diri untuk memproduksi barang-barang
yang mempunyai keunggulan mutlak (absolute advantage) kemudian mengekspor
kelebihan barang yang diproduksinya kepada mitra dagangnya. Harga relatif
barang dari suatu negara yang melakukan transaksi perdagangan dinamakan
Terms of Trade (TOT), di mana perhitungannya diperoleh dari harga barang
ekspor dibagi dengan harga barang impor. Sehingga apabila negara A mengekspor
barang X dan mengimpor barang Y maka TOT nya adalah:
................................................... (2.7)
Di mana, Px
= harga barang X; Py = harga barang Y
Motivasi utama untuk melakukan perdagangan internasional adalah
mendapatkan gains from trade. Perdagangan internasional memberikan akses
terhadap barang yang lebih murah bagi konsumen dan pemilik sumberdaya untuk
29 memperoleh peningkatan pendapatan karena menurunnya biaya produksi.
Selanjutnya David Ricardo (Krugman dan Obstfeld, 2000) mengemukakan teori
keunggulan komparatif (comparative advantage) yang menyatakan bahwa yang
menentukan tingkat keuntungan dalam perdagangan internasional bukan berasal
dari keuntungan mutlak melainkan dari keunggulan komparatif. Apabila salah
satu negara kurang efisien dibandingkan dengan negara lainnya dalam
memproduksi dua barang, kedua negara tersebut masih dimungkinkan untuk
melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama
harus melakukan spesialisasi dalam produksi komoditas yang absolute
disadvantagenya lebih
kecil dan mengimpor
komoditas
yang absolute
disadvantagenya lebih besar.
Selain faktor-faktor tersebut, keunggulan kompetitif nasional juga masih
dipengaruhi oleh faktor kebetulan (penemuan baru, melonjaknya harga, perubahan
kurs dan konflik keamanan antar negara). Dan ternyata negara berkembang yang
menerapkan kebijakan promosi ekspor mengalami pertumbuhan ekonomi yang
lebih baik seperti dibuktikan oleh negara-negara yang disebut sebagai East Asian
Miracle. Menurut Mankiw (2002), trade openness memberikan kesempatan bagi
semua perekonomian untuk mengkhususkan diri dalam hal yang paling
dikuasainya, menjadikan warga negara di seluruh dunia lebih sejahtera.
Pembatasan perdagangan merusak manfaat-manfaat yang diperoleh dari
perdagangan ini, sehingga mengurangi kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan.
Meskipun sebagian dari alasan-alasan ini dapat dipertanggungjawabkan, kaum
ekonom yakin bahwa perdagangan bebas adalah kebijakan yang biasanya lebih
baik.
30 2.6.
Vector Auto Regression (VAR)
Vector Auto Regression (VAR) pertama kali dikembangkan oleh Christoper
Sims pada tahun 1980 yang berpendapat bahwa jika terdapat hubungan simultan
antar variabel yang diamati, variabel-variabel tersebut perlu diperlakukan sama
sehingga tidak ada lagi variabel eksogen dan endogen. VAR merupakan salah satu
model yang mampu menganalisis hubungan saling ketergantungan variabel time
series. VAR dapat juga digunakan untuk peramalan dan juga untuk analisis
kebijakan.
VAR dengan ordo p dan n buah variabel tak bebas pada waktu ke-t dapat
dimodelkan sebagai berikut :
………
……………………
(2.8)
Dimana
Yt
= vektor peubah tak bebas
A0
= vektor intercept berukuran nx1
A1
= matirks parameter berukuran nxn
εt
= vektor sisaan
Vector Auto Regression (VAR) menyediakan cara yang sistematis untuk
menangkap perubahan yang dinamis dalam multiple time series, serta memiliki
pendekatan yang kredibel dan mudah untuk dipahami bagi pendeskripsian data,
forecasting (peramalan), inferensi struktural, serta analisis kebijakan. Alat analisa
yang disediakan oleh VAR bagi deskripsi data, peramalan, inferensi struktural,
dan analisis kebijakan melalui empat macam penggunaannya, yakni Forecasting,
Impulse Response Function (IRF), Forecast Error Variance Decomposition
(FEVD), dan Granger Causality Test. Forecasting merupakan ekstrapolasi nilai
31 saat ini dan masa depan seluruh variabel dengan memanfaatkan seluruh informasi
masa lalu variabel. Impulse Response Function (IRF) sementara adalah melacak
respon saat ini dan masa depan setiap variabel akibat perubahan atau shock suatu
variabel tertentu. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) merupakan
prediksi kontribusi presentase varians setiap variabel terhadap perubahan suatu
variabel tertentu. Granger Causality Test bertujuan untuk mengetahui hubungan
sebab-akibat antar variabel (Firdaus, 2011).
Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis VAR adalah semua variabel
tak bebas bersifat stasioner, semua sisaan bersifat white noise, yaitu memiliki
rataan nol, ragam konstan, dan diantara variabel tak bebas tidak ada korelasi.
Apabila data tidak stasioner pada level maka dapat dilakukan pendiferensialan
agar didapatkan data yang stasioner. Akan tetapi kestasioneran data melalui
pendiferensialan tidaklah cukup, yang berarti bahwa model VAR biasa tidak dapat
digunakan secara langsung karena mempertimbangkan terdapat tidaknya
informasi jangka pendek dan jangka panjang dalam model. Oleh karena itu ada
dua pilihan yang dapat dilakukan untuk mengestimasi yaitu model VAR dengan
pendiferensialan untuk data yang tidak terkointegrasi atau VECM untuk data yang
terkointegrasi.
Ada beberapa keunggulan metode VAR dibandingkan metode ekonometrika
konvensional (Firdaus, 2011), yaitu:
1. Mengembangkan model secara bersamaan di dalam suatu sistem yang
kompleks (multivariat) sehingga dapat menangkap hubungan keseluruhan
variabel di dalam persamaan itu.
32 2. Uji VAR yang multivariat bisa menghindarkan parameter yang bias akibat
tidak dimasukkannya variabel yang relevan.
3. Uji VAR dapat mendeteksi hubungan antarvariabel di dalam sistem
persamaan, dengan menjadikan seluruh variabel sebagai endogen.
4. Karena bekerja berdasarkan data, metode VAR terbebas dari berbagai batasan
teori ekonomi yang sering muncul, termasuk gejala perbedaan palsu (spurious
variabel) di dalam model ekonometrika konvensional terutama pada
persamaan simultan, sehingga menghindari penafsiran yang salah.
Di lain pihak, kritik terhadap model VAR menyangkut permasalahan
berikut :
1. Tidak seperti persamaan simultan, model VAR merupakan model yang
atheoritic atau tidak berdasarkan teori. Sedangkan pada persamaan simultan,
pemilihan variabel yang akan dimasukkan dalam persamaan memegang peran
penting dalam mengidentifikasi model. Sehingga model VAR sering disebut
model yang tidak struktural.
2. Penekanan model VAR adalah pada forecasting atau peramalan, model VAR
ini kurang cocok digunakan dalam menganalisis kebijakan.
3. Tantangan atau permasalahan besar dalam model VAR adalah pemilihan lag
length atau panjang lag yang tepat. Karena semakin panjang lag maka akan
semakin menambah jumlah parameter yang akan bermasalah pada degrees of
freedom.
4. Sejumlah variabel yang tergabung pada model VAR harus stasioner. Bila
tidak satsioner perlu dilakukan transformasi bentuk data, misalkan melalui
derajat integrasi (first differencing).
33 5. Sering ditemui kesulitan dalam menginterpretasi tiap koefisien pada estimasi
model VAR, sehingga sebagian besar peneliti melakukan interpretasi pada
estimasi fungsi impulse response.
2.7. Penelitian Terdahulu
Morrissey, O, T. Lloyd, and M. Opoku-Afari, (2005), menganalisis
pengaruh capital inflow dalam menentukan keseimbangan kurs riil di Ghana.
Metode analisis yang digunakan adalah Vector Autoregression (VAR). Data yang
digunakan adalah data tahunan selama periode 1966 – 2000. Hasil estimasi
menunjukkan bahwa ada hubungan jangka panjang antara REER dengan semua
variabel yang signifikan mempengaruhi seperti capital inflow, perubahan
teknologi, trade (ekspor) dan terms of trade. Hanya capital inflow yang cenderung
mengapresiasi nilai tukar riil dalam jangka panjang, sedangkan lainnya
mendepresiasi nilai tukar riil. Variabel satu-satunya yang memiliki efek
(depresiasi) yang signifikan terhadap nilai tukar riil dalam jangka pendek adalah
perdagangan, yang menyiratkan bahwa perubahan dalam ekspor adalah penggerak
utama dari misalignment nilai tukar.
Saidah
(2006)
melakukan
penelitian
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi capital inflow dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pendugaan parameter model digunakan metode regresi berganda Two Stage Least
Square (2SLS). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder dalam bentuk deret waktu (time-series) kuartalan berupa data aliran
modal yang masuk di Indonesia, Netto Domestic Asset (NDA), Current Account
(neraca berjalan) dan Gross Domestic Produk (GDP) pada tahun 1992:4 sampai
dengan 2005:3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap
34 Dollar, GDP dan lag variabel dependent berpengaruh positif dan signifikan
terhadap jumlah capital inflow, sedangkan dummy kebijakan tidak signifikan.
Variabel lain seperti suku bunga riil, T-bill, jumlah defisit neraca berjalan (CA),
jumlah Netto Asset Domestik (NDA) dan dummy krisis ekonomi berpengaruh
negatif. Capital inflow di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Lumbanraja (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh Foreign
Direct Investment (FDI) terhadap nilai tukar rupiah. Penelitian yang dilakukan
menggunakan metode Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aliran FDI di Indonesia dipengaruhi oleh variabel
makroekonomi dan situasi politik dan keamanan. Nilai tukar rupiah berpengaruh
positif yang signifikan, inflasi berpengaruh negatif yang signifikan dan dummy
politik atau kerusuhan berpengaruh negatif yang signifikan. Gross Domestic
Product (GDP) berpengaruh positif tetapi secara statistik tidak signifikan. FDI
sebagai fokus penelitian memberikan pengaruh negatif (mengapresiasikan)
terhadap nilai tukar rupiah dengan koefisien sebesar -0,039303, yang artinya
adalah peningkatan sebesar satu persen FDI akan menyebabkan nilai tukar rupiah
terapresiasi sebesar 0,039303.
Andriani (2008) melakukan penilitian untuk mengetahui pengaruh neraca
perdagangan dan capital inflow terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Data yang digunakan adalah data time series bulanan dari Januari 1998 hingga
September 2007 dan metode analisis yang dipakai adalah Vector Auto
Regressioon (VAR) dilanjutkan dengan Vector Error Correction Model (VECM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa neraca perdagangan riil pada jangka pendek
35 tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap GDP riil. Namun, Pada
jangka panjang mempunyai pengaruh negatif yang signifikan secara statistik.
Sedangkan capital inflow riil pada jangka pendek dan jangka panjang tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap GDP riil. Berdasarkan hasil tes
Impulse Response Function (IRF) diketahui bahwa pada periode awal hingga
periode 4, perubahan neraca perdagangan riil akan berpengaruh positif terhadap
GDP riil. Namun pada periode selanjutya berpengaruh negatif terhadap GDP riil.
Sedangkan hasil estimasi respon GDP riil terhadap perubahan variabel capital
inflow riil menunjukkan bahwa pada periode awal hingga periode 30, perubahan
capital inflow riil berpengaruh negatif terhadap GDP riil.
Perwitasari (2008) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh dari
aliran modal portofolio yang bersifat jangka pendek terhadap pergerakan nilai
tukar rupiah. Data yang digunakan adalah data triwulanan kuartal 3 tahun 1997
hingga 3 tahun 2007. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode
Vector Auto Regressive (VAR). Dari hasil penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa, 1) baik nilai tukar riil maupun nominal dipengaruhi oleh aliran modal
portofolio secara dominan, 2) pergerakan aliran modal portofolio mempengaruhi
fluktuasi nilai tukar rupiah, baik riil maupun nominal rupiah, 3) aliran modal
portofolio masuk mendorong apresiasi nilai tukar rupiah, 4) dampak peningkatan
aliran modal portofolio terhadap perubahan nilai tukar nominal berlangsung
sementara karena kembali keseimbangan, namun respon nilai tukar riil tidak
kembali kepada keseimbangan.
Selain penelitian di atas, penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengengaruhi nilai tukar rupiah telah banyak dilakukan peneliti lain, tetapi
36 variabel-variabel yang digunakan oleh peneliti yang satu dengan yang lainnya
tidak selalu sama. Tergantung kepada masalah yang difokuskan oleh peneliti yang
dianggap relevan untuk menjelaskan penelitian yang dilakukan.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No
1.
2.
3.
Nama
Pengarang/
Tahun
Atmadja
(2002)
Abdilah, et al
(2004)
Ardiansyah
(2006)
Tujuan Penelitian
Menganalisis
tentang hubungan
berbagai variabel
ekonomi dalam
mempengaruhi
pergerakan nilai
tukar rupiah
terhadap dolar
Amerika (19982001)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
fluktuasi nilai tukar
rupiah (Januari
2000 - Desember
2004)
Mengetahui berapa
besar pengaruh
jangka pendek dan
jangka panjang
neraca pembayaran
terhadap nilai tukar
rupiah (1990:1 2005:4) Metode
Analisis
Regresi
(OLS)
Hasil Penelitian
Hanya variabel jumlah
uang beredar yang
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap
pergerakan nilai tukar
rupiah terhadap dolar
Amerika
Regresi
(OLS)
Jumlah uang beredar,
inflasi dan suku bunga
mempunyai pengaruh
yang signifikan secara
statistik terhadap fluktuasi
nilai tukar rupiah.
VECM
Dalam jangka pendek dan
panjang variabel current
account dan capital
account satu triwulan yang
lalu serta dummy krisis
mempengaruhi secara
signifikan nilai tukar
rupiah. Sedangkan tingkat
suku bunga dua triwulan
yang lalu signifikan
mempengaruhi nilai
tukarhanya dalam jangka
panjang.
37 Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
4.
5.
Lartey (2006)
Depari (2009)
Menguji apakah
arus masuk modal,
khususnya
Penanaman Modal
Asing (FDI),
menyebabkan
apresiasi nilai tukar
(1980‐2000)
Menganalisis
keterbukaan
ekonomi terhadap
nilai tukar
rupiah/US$ di
Indonesia (1999:12008:3)
Fixed
effects
(within)
estimator
FDI sebagai kategori arus
masuk modal swasta
menyebabkan apresiasi
kurs riil ; peningkatan
bantuan resmi
menyebabkan apresiasi
yang nyata, besarnya
menjadi lebih besar
dibandingkan dengan yang
terkait dengan FDI
Regresi
(OLS)
Indeks derajat keterbukaan
ekonomi, suku bunga
Bank Indonesia tenor 3
bulan serta inflasi pada 3
bulan sebelumnya sangat
signifikan secara statistik
mempengaruhi nilai tukar
rupiah/US$
2.8. Kerangka Pemikiran
Suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka akan mengalami
terjadinya integrasi ekonomi dengan negara lain. Semakin terintegrasi
perekonomian telah mendorong terjadinya pergerakan aliran modal antar negara.
Adanya aliran modal menyebabkan terjadinya perubahan permintaan dan
penawaran terhadap mata uang asing dan domestik tersebut dalam mempengaruhi
nilai tukar mata uang yang diperdagangkan.
Skema alur berpikir pada Gambar 2.2 digunakan untuk menganalisis
permasalahan dalam penelitian ini. Dengan memperhatikan dampak dari capital
inflow atau arus modal masuk asing ditambah pengaruh beberapa variabel
makroekonomi lain seperti inflasi, GDP, suku bunga, dan trade openness ingin
diketahui bagaimana pengaruhnya terhadap pergerakan nilai tukar rupiah per USD
38 pada periode penelitian. Capital inflow secara langsung dapat mempengaruhi nilai
tukar rupiah, dimana dengan terjadinya globalisasi ekonomi, membuat aliran
modal bebas keluar masuk antar negara. Terjadinya arus keluar modal diduga
menyebabkan nilai tukar rupiah mengalami deprsiasi pada saat krisis 1997. Serta
peningkatan peringkat hutang Indonesia menyebabkan peningkatan arus modal
yang masuk ke Indonesia dimana diduga akan mempengaruhi variabilitas nilai
tukar rupiah. Apabila capital inflow di Indonesia signifikan berpengaruh terhadap
nilai tukar rupiah maka disarankan beberapa rekomendasi kebijakan pengelolaan
capital inflow agar kestabilan nilai tukar rupiah terjaga. Secara konseptual
penelitian mengenai pengaruh capital inflow terhadap nilai tukar rupiah disajikan
dalam bagan sebagai berikut :
‐
‐
‐
Globalisasi ekonomi, aliran modal
semakin bebas melintas antar negara
Terjadi defisit arus modal keluar
akibat krisis moneter
Peningkatan peringkat Investasi
Aliran Modal Masuk
(Capital inflow)
Inflasi
Suku Bunga
Nilai Tukar
GDP Trade Openness
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Rekomendasi
Kebijakan
39 2.9.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat disimpulkan beberapa
hipotesis, antara lain :
1. Globalisasi ekonomi menyebabkan perekonomian antar negara semakin
terintegrasi. Dimana dengan terintegrasinya perekonomian, akan terjadi
pergerakan aliran modal asing yang masuk ke sebuah negara.
2. Capital inflow berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah, dalam
artian meningkatnya capital inflow akan mengkibatkan bertambahnya
penawaran terhadap mata uang asing dan meningkatkan permintaan
terhadap rupiah di pasar uang sehingga nilai tukar rupiah mengalami
apresiasi atau menguat.
3. Inflasi berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Kenaikan laju
inflasi akan mengakibatkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD
(depresiasi).
4. GDP berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Kenaikan GDP
mengakibatkan menguatnya nilai tukar rupiah (apresiasi).
5. Suku bunga berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Kenaikan
tingkat suku bunga (IR) menyebabkan nilai tukar rupiah semakin menguat
atau mengalami apresiasi.
6. Trade openness memiliki pengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah.
Kenaikan trade openness pada jangka panjang akan menyebabkan nilai
tukar terdepresiasi.
Download