39 Pendahuluan Visi Indonesia Sehat 2015 melalui pembangunan

advertisement
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Tambahan Pada
Bayi Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Puskesmas Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu
Tahun 2013
Overview Of Mother’s Knowledge About Supplement Feeding To 0-6 Months Old Infants In
Karang Bintang Public Health Centre, Tanah Bumbu Sub Province, 2013
Mahpolah1*, Nina Rahmadiliyani2, Tri Astuti3
STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
2
STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
3
Alumni STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
*korespondensi :
1
Abstract
Background, achieve optimal growth and development, in the Global Strategy for Infant and
Young Child Feeding, WHO / UNICEF recommend four important things to do, those are,
first giving breast milk to the infant immediately within 30 minutes after the baby has born
and then exclusive breastfeeding from birth until 6 months old infant, the third is supplement
feeding (MP-ASI) since infants aged 6 months to 24 months besides breastfeeding, and
continue breastfeeding until 24 months or more. Fact, there are still many mothers who are
not breastfeed their babies exclusively, more than 50% infants in Indonesia have got extra
food prematurely. The purpose of this study is to describe the level of mother’s knowledge
about feeding in 0-6 months old infants. This is a descriptive study. Research sites in the
Karang Bintang Public Health Centre, the sample study were mothers with babies 0-6
months ie 55 people. With the sampling method is Accidental sampling. Results showed that
mother's knowledge of supplement feeding in infants aged 0-6 months in the Work Area of
Karang Bintang Public Health Center in 2013 is just a few mothers who have good
knowledge of infant feeding, which is 11 mothers (20.0%), while enough knowledge is 19
mothers (34.5%) and a less knowledge only 25 mothers (45.5%).
Keywords : knowledge , Food Supplement feeding
Pendahuluan
Visi Indonesia Sehat 2015 melalui
pembangunan
kesehatan
adalah
menginginkan masyarakat, bangsa dan
negara yang ditandai oleh penduduknya
hidup dalam lingkungan dan perilaku yang
sehat,
memiliki
kemampuan
untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya di seluruh wilayah Republik
Indonesia. Pengertian sehat meliputi
kesehatan jasmani, rohani serta sosial dan
bukan hanya keadaan bebas dari penyakit,
cacat
dan
kelemahan.
Masyarakat
Indonesia yang dicita-citakan adalah
masyarakat Indonesia yang mempunyai
kesadaran, kemauan dan kemampuan
untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai
salah satu unsur dari pembangunan
kesehatan sumber daya manusia Indonesia
seutuhnya (1).
Mencapai tumbuh kembang optimal,
di dalam Global Strategy for Infant and
Young Child Feeding, WHO / UNICEF
merekomendasikan empat hal penting yang
harus
dilakukan
yaitu
;
pertama
memberikan air susu ibu kepada bayi
segera dalam waktu 30 menit setelah bayi
lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu
(ASI) saja atau pemberian ASI secara
eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6
bulan,
ketiga
memberikan
makanan
pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak
bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan
keempat meneruskan pemberian ASI
sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Masalah
kesehatan
adalah
merupakan masalah yang sangat kompleks,
oleh karena itu perlu di upayakan secara
menyeluruh dan bersama-sama dengan
mayarakat untuk mengatasinya. Salah satu
sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010
adalah menurunkan angka kematian
maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran
hidup dan angka kematian neonatal
menjadi 16 per 1.000 kelahiran hidup.
Dalam rangka untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian, maka salah satu
upaya untuk memecahkan masalah adalah
dengan mewujudkan Misi Indonesia Sehat
39
Jurkessia, Vol. V, No. 3, Juli 2015
Mahpolah, dkk.
2010 yaitu menggerakkan pembangunan
nasional
berwawasan
kesehatan,
mendorong kemandirian masyarakat untuk
hidup sehat, memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan
terjangkau
serta
meningkatkan
kesehatan individu, keluarga, masyarakat
dan lingkungan (2).
Ibu sebagai pelindung, melindungi
bayi dari segala bahaya yang mengancam,
serta sebagai pengasuh, dan juga pendidik.
Bila ibu mempunyai pengetahuan dan
keterampilan
yang
baik
di
bidang
kesehatan, maka bayi yang diasuhnya bisa
lebih
terjamin
pertumbuhan
dan
perkembangannya sebaliknya bila ibu
kurang mempunyai pengetahuan dan
keterampilan di bidang kesehatan maka
perlakuan mereka kepada bayinya akan
jauh dari perilaku sehat, akibatnya bayi
dapat mengalami gangguan kesehatan.
Bayi sering menderita penyakit infeksi yang
menguras zat gizi akibatnya status gizi bayi
menjadi buruk, gizi yang buruk membuat
daya tahan tubuh lemah sehingga bayi
mudah terkena infeksi, oleh karena itu
pengetahuan kesehatan bagi ibu sangatlah
penting untuk memilih makanan yang sehat
bagi bayi (4). Menurut data Biro Pusat
Statistik (BPS) 2011, dari sekitar 5 juta anak
balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih
kurang 3,6 juta anak (19,2%) dalam tingkat
gizi kurang, dan 1,5 juta anak (8,3%) gizi
buruk.
Status gizi bayi merupakan hasil dari
keseimbangan antara asupan gizi dengan
kebutuhan gizi. Dilihat dari kebutuhan gizi,
kematangan fisiologis, dan keamanan
imunologis, pemberian makanan selain Air
Susu Ibu (ASI) sebelum bayi berusia 6
bulan adalah tidak perlu dan juga dapat
membahayakan. Kerugian dan resiko
apabila makanan pelengkap diberikan
terlalu dini dapat mengganggu perilaku
dalam
pemberian
makanan
bayi,
pengurangan produksi ASI, penurunan
absorpsi besi dari ASI, meningkatnya resiko
infeksi dan alergi pada bayi, dan meningkat
pula resiko terjadinya kehamilan baru. Di
samping itu juga dapat terjadi pula resiko
terhadap
defisit
air
yang
akan
menyebabkan
hiperosmolaritas
dan
hipernatremia, yang pada kasus-kasus
ekstrim dapat menyebabkan terjadinya
kejang-kejang, dan bahkan kerusakan yang
menetap pada otak (3).
Cara memasak, menyimpan, dan
memberikan makanan tambahan yang tidak
menghiraukan kebersihan lebih mudah
menyebabkan Gastroenteritis pada bayi
yang
berakibat
terhadap
gangguan
pertumbuhannya dan pemberian makanan
tambahan terlalu dini dengan sendirinya
mengurangi waktu untuk menyusui (4).
Menurut
Roesli
(2004),
mengungkapkan
bahwa
fenomena
pemberian makanan tambahan di sebabkan
oleh
beberapa
faktor,
diantaranya:
pengetahuan ibu yang kurang memadai
tentang pemberian makanan tambahan
sebelum waktunya, serta kebiasaan yang
sering ditemui bayi yang baru berusia 1
bulan sudah diberi pisang atau nasi yang
telah di kunyah terlebih dahulu oleh ibunya,
campuran beras merah dengan pisang
yang diuleg, madu, makanan tambahan
instan seperti SUN, dan sebagainya.
Pemberian susu formula, makanan padat
atau tambahan yang terlalu dini dapat
meningkatkan angka kesakitan pada bayi.
Selain itu tidak ditemukan bukti yang
menyongkong bahwa pemberian susu
formula, makanan padat atau tambahan
pada usia 4 atau 5 bulan lebih
menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini
akan mempunyai dampak yang negatif
terhadap kesehatan bayi dan tidak ada
dampak positif untuk perkembangan dan
pertumbuhannya (6).
Cakupan ASI Eksklusif yang harus di
capai Indonesia yaitu sebesar 80% masih
sangat jauh dari harapan. Wilayah Kerja
Puskesmas Karang Bintang termasuk salah
satu Puskesmas dengan cakupan ASI
Eksklusif rendah yaitu 0%. Pada tahun
2010 di Wilayah Puskesmas Karang
Bintang tercatat ada 832 bayi, tidak ada
satupun bayi yang diberi ASI Eksklusif
dengan presentasi 0%. Pada tahun 2011 di
Wilayah Puseksmas Karang Bintang
tercatat ada 756 bayi, tidak ada satupun
yang diberi ASI Eksklusif dengan presentasi
0%, dan pada tahun 2012 di Wilayah
Puskesmas Karang Bintang tercatat 793
bayi, juga tidak ada satupun yang diberi ASI
Eksklusif dengan presentasi 0%.
Berdasarkan laporan di Wilayah Kerja
Puskesmas Karang Bintang pada tahun
2013 dari bulan Januari – Februari tercatat
40
Jurkessia, Vol. V, No. 3, Juli 2015
Mahpolah, dkk.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada 55
ibu
mengenai
gambaran
tingkat
pengetahuan ibu tentang pemberian
makanan tambahan pada bayi usia 0-6
bulan di Wilayah Puskesmas Karang
Bintang Kabupaten Tanah Bumbu pada
bulan Maret - Juni tahun 2013 didapatkan
hasil
sebagian
kecil
ibu
yang
berpengetahuan baik sebanyak 11 ibu
(20,0%), berpengetahuan cukup sebanyak
19 ibu (34,5%), dan berpengetahuan
kurang sebanyak 25 ibu (45,5%). Hasil ini
sesuai dengan penelitian Putri Dwi, (7)
bahwa
sebagian
ada
ibu
yang
berpengetahuan kurang sebanyak 20 ibu
(39,3%). Penelitian ini juga didukung oleh
penelitian Bayiti Ona, (2012) sebagian lagi
ibu berpengetahuan kurang sebanyak 25
ibu (43,9%) dan ditambahkan pula dengan
hasil penelitian Sosilowati Jihan, (8) bahwa
tingkat pengetahuan ibu berpengaruh
terhadap pemberian MP-ASI Dini. Semakin
kurang pengetahuan ibu tentang makanan
tambahan maka semakin banyak ibu yang
memberikan makanan tambahan pada bayi
usia 0-6 bulan. Demikian juga sebaliknya,
semakin baik pengetahuan ibu maka
semakin sedikit ibu yang memberikan
makanan tambahan pada bayi usia 0-6
bulan karena seharusnya pemberian
makanan tambahan di berikan pada usia
diatas 6 bulan.
Makanan tambahan adalah makanan
yang diberikan pada anak usia 6–24 bulan.
Peranan makanan tambahan sama sekali
bukan untuk menggantikan ASI melainkan
untuk melengkapi ASI (9). Faktor-faktor
yang mempengaruhi pemberian makanan
tambahan
diantaranya
faktor
sosial
ekonomi, sangat berperan dimana sosial
ekonomi yang cukup atau baik akan
memudahkan
mencari
pelayanan
kesehatan yang lebih baik. Status
Pekerjaan, bekerja umumnya merupakan
kegiatan yang menyita waktu bagi ibu-ibu
yang mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga (12). Ibu yang sibuk
akan memiliki waktu yang sedikit untuk
memperoleh informasi, sehingga tingkat
pendidikan yang mereka peroleh juga
berkurang, sehingga tidak ada waktu untuk
memberikan ASI pada bayinya dan
cenderung
memberikan
makanan
tambahan pada bayi. Faktor sosial budaya
ada 121 ibu yang mempunyai bayi 0-6
bulan.
Berdasarkan data tersebut peneliti
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
mengenai “Gambaran tingkat pengetahuan
ibu tentang pemberian Makanan Tambahn
usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu
Tahun 2013.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif.
Populasi penelitian ini populasinya
adalah semua ibu yang mempunyai bayi
usia 0-6 bulan di Wilayah kerja Puskesmas
Karang Bintang, data tahun 2013 bulan
Januari sampai Februari berjumlah 121 ibu
yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan.
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian
dari populasi yaitu ibu yang mempunyai
bayi usia 0-6 bulan tahun 2013. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 55.
Teknik pengambilan sampel yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah
Accidental sampling. (11)
Hasil Penelitian
Dari penelitian didapatkan jumlah ibu
yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan
sebanyak 55 ibu. Hasil penelitian akan
disajikan
dengan menggunakan tabel
distribusi frekuensi menurut Gambaran
Tingkat
Pengetahuan ibu tentang
pemberian makanan tambahan usia 0-6
bulan di Wilayah Puskesmas Karang
Bintang Kabupaten Tanah Bumbu Tahun
2013. Dari penelitian yang telah dilakukan
dari bulan Maret – Juni dengan sampel 55
ibu di dapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1 Distribusi Frekuensi pengetahuan ibu di
wilayah Puskesmas Karang Bintang
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2013.
No Pengetahuan Frekuensi Persentase
1
Baik
11
20,0
2
Cukup
19
34,5
3
Kurang
25
45,5
Jumlah
55
100
Berdasarkan tabel 4.3 di atas
menunjukkan bahwa dari 55 ibu yang
mempunyai pengetahuan kurang adalah
25 orang (45,5 %).
41
Jurkessia, Vol. V, No. 3, Juli 2015
Mahpolah, dkk.
juga sangat berperan dalam proses
terjadinya masalah pemberian makanan
tambahan
di
berbagai
kalangan
masyarakat. Unsur-unsur budaya mampu
menciptakan suatu kebiasaan untuk
memberikan makanan tambahan pada bayi
dengan alasan bayi tidak akan kenyang
dengan diberikan ASI saja. (13). Seorang
ibu yang secara tidak sadar berpendapat
bahwa menyusui hanyalah merupakan
beban saja bagi kebebasan pribadinya atau
hanya memperburuk ukuran tubuhnya, tidak
akan dapat menyusui anaknya dengan baik
perasaan tersebut mempunyai pengaruh
negatif terhadap produksi susu (13).
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor
pendidikan,
pekerjaan,
dan
umur.
Pendidikan diperlukan untuk mencapai
informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas
hidup.
Pendidikan
dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk berperan
serta dalam pembangunan (10) pada
umumnya
makin
tinggi
pendidikan
seseorang
makin
mudah
menerima
informasi. Sedangkan bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga
terutama dalam pemberian ASI sehingga
ibu akan memberikan makanan tambahan
sebelum waktunya. Selain pendidikan dan
pekerjaan,
umur
juga
sangat
mempengaruhi pengetahuan. Semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja.
Dari hasil penelitian 55 ibu yang
berpengetahuan baik tentang pemberian
makanan tambahan usia 0-6 bulan
sebanyak 11 ibu (20,0%). Pengetahuan ibu
baik karena Ibu mengerti dan memahami
tentang pemberian makanan tambahan,
bahwa makanan tambahan yang berupa
makanan atau minuman hanya dapat
diberikan setelah bayi usia 6 bulan yang
bertujuan
untuk
melengkapi
atau
menambah zat-zat gizi yang diperlukan bayi
setelah usia 6 bulan karena ASI saja tidak
dapat memenuhi kebutuhan gizi secara
terus menerus. Jenis makanan tambahan
itu berupa jenis makanan tambahan lokal
(yang di olah sendiri) atau jenis makanan
olahan pabrik (instan) dan bentuk makan
tambahan seperti lumat, lembek, atau
berupa makanan keluarga yang semuanya
itu harus di berikan sesuai dengan umur
bayi, serta mengetahui resiko yang akan
terjadi pada bayi jika di berikan makanan
tambahan sebelum waktunya. Semua itu
sesuai dengan tingkat pendidikan ibu
sendiri.
Ibu yang berpengetahuan cukup
tentang pemberian makanan tambahan usia
0-6 bulan di Wilayah Puskesmas Karang
Bintang dari 55 ibu sebanyak 19 ibu
(34,5%) hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan ibu sehingga dapat berpengaruh
terhadap pengetahuan tentang pemberian
makanan tambahan, ibu mengetahui
tentang makanan tambahan tetapi kurang
mengetahui isi dalam makan tambahan itu
sendiri, seperti tujuan pemberian makanan
tambahan untuk menghindari terjadinya
kekurangan gizi setelah bayi berusia di atas
6 bulan tetapi ibu berasumsi bahwa tujuan
di berikan makanan tambahan agar anak
selalu ceria dan anak tidak rewel atau
menangis, manfaat pemberian makanan
tambahan
adalah
untuk
melengkapi
kebutuhan gizi setelah bayi berusia 6 bulan
tetapi ibu juga banyak yang berasumsi
bahwa
manfaat
diberikan
makanan
tambahan untuk melengkapi kebutuhan gizi
bayi sebelum usia 6 bulan dan agar anak
menjadi lebih sehat.
Ibu juga kurang
mengetahui tentang bentuk makanan
seperti makanan tambahan yang lumat,
lembek maupun makanan keluarga harus di
berikan pada saat bayi usia berapa, yaitu
pemberian bentuk makanan tambahan
sesuai umur bayi, dari uraian di atas dapat
di katakan bahwa ibu juga kurang
mengetahui resiko pemberian makanan
tambahan sebelum waktunya ataupun
keterlambatan dalam memberikan makanan
tambahan.
Selain itu ibu yang berpengetahuan
kurang
tentang
pemberian
makan
tambahan di Wilayah Puskesmas Karang
Bintang sebanyak 25 ibu (45,5%) hal ini
juga sangat di pengaruhi oleh pendidikan
sehingga
berpengaruh
terhadap
pengetahuan ibu, pada hal ini dari 15
pertanyaan yang telah di berikan kepada 55
ibu hampir sebagian ibu juga
tidak
mengetahui tentang manfaat, tujuan serta
resiko diberikannya makanan tambahan
42
Jurkessia, Vol. V, No. 3, Juli 2015
Mahpolah, dkk.
sebelum waktunya, asumsi ibu memberikan
makanan tambahan sebelum waktunya
hanya ingin agar bayinya tidak menangis
terus, selalu ceria, dan menjadi lebih sehat.
Di lihat dari banyaknya anggapan dan
kebiasan serta pengalaman ibu atau
keluarga yang sering di lakukan meski bayi
sudah di beri ASI tetapi bayi tidak merasa
kenyang (selalu lapar), di tandai dengan
bayi yang rewel serta terus menangis, dan
meski bayi tidak rewel atau menangis tetap
di berikan makanan tambahan agar bayi
mereka anteng (diam). Lingkungan sekitar
dan budaya yang kental juga sangat
mempengaruhi ibu-ibu dalam menerima
informasi atau pengetahuan.
Pengetahuan
ibu
akan
sangat
mempengaruhi
terhadap
pemberian
makanan
tambahan
secara
benar.
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor
pendidikan, pekerjan, dan umur serta faktor
lingkungan dan juga sosial budaya.
Pendidikan diperlukan untuk mencapai
informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas
hidup.
Pendidikan
dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk berperan
serta dalam pembangunan.
Menurut
Nursalam,
(10)
pada
umumnya
makin
tinggi
pendidikan
seseorang
makin
mudah
menerima
informasi. Selain pendidikan dan pekerjaan,
umur
juga
sangat
mempengaruhi
pengetahuan. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Sedangkan faktor lingkungan dan sosial
budaya menurut Ann.Mariner yang dikutip
dari Nursalam (10) lingkungan merupakan
seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia
dan
pengaruhnya
yang
dapat
mempengaruhi perkembangan orang atau
kelompok serta sistem sosial budaya yang
ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
dalam menerima informasi.
berpengetahuan kurang yang berjumlah 25
ibu (45,5%), sebagian lagi berpengetahuan
cukup yang berjumlah 19 ibu (34,5%) dan
sebagian kecil berpengetahuan baik
berjumlah 11 ibu (20,0%).
Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan RI, (2015) Visi
Indonesia Sehat. Jakarta: CV Dian
Rakyat.
2. Departemen Kesehatan RI, (2010)
Masalah Kesehatan di Indonesia.
Jakarta: Depkes RI.
3. Almatsier, S. (2001) Prinsip Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
4. Pudjiadi, (2002) Ilmu Gizi Klinis pada
Anak. Jakarta: Binarupa Aksara.
5. Roesli, U. (2004) Pemberian ASI
Eksklusif. Jakarta: Dunia Anak.
6. Manuaba, I. G. (1998) Ilmu Kebidanan
dan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berancana untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta: EGC.
7. Putri, D. (2012) Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemberian makanan
tambahan selain ASI pada bayi usia 06 bulan di Wilayah Pustu Panggung
Baru Kecamatan Pelaihari Kabupaten
Tanah Laut.
8. Susilowati,
J
(2007)
Hubungan
pengetahuan dan sikap pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI)
pada anak usia 0-6 bulan di
Puskesmas Jati Sari.
9. Yesrina,
R
(2000)
Makanan
Pendamping ASI pada Baxyi. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
10. Nursalam,
(2003)
Konsep
dan
Penerapan
Metodologi
Ilmu
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika.
11. Notoatmodjo, S. (2005) Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
12. Markum, (2003) Ilmu Kesehatan Anak,
Jakarta FKUI.
13. Kristina, N. (2007) Pemberian MP-ASI.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Kasimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada 55 ibu mengenai pemberian
makanan tambahan pada bayi usia 0-6
bulan di wilayah Puskesmas Karang
Bintang Kabupaten Tanah Bumbu Tahun
2013 didapat hasil sebagian besar
43
Download