8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh 1. Pengertian Proses pendidikan yang berlangsung lama dan berkesinambungan sehingga dapat mempengaruhi sikap, tingkah laku seseorang yang dilakukan oleh orang tua ( Nurbiyati, 2005 ). Pola asuh orang tua adalah suatu metode disiplin yang diterapkan orang tua terhadap anaknya, metode disiplin meliputi dua konsep yaitu: a. Konsep negatif disiplin, berarti pengendalian dengan kekuatan, ini merupakan suatu bentuk pengekangan melalui cara yang tidak disukai dengan cara yang tidak disukai dan menyakitkan. b. Konsep positif disiplin berarti pendidikan dan bimbingan yang lebih menekankan pada disiplin dan pengendalian diri ( Hurlock, 1999 ). 2. Fungsi Pola Asuh Fungsi pokok dari pola asuh orang tua adalah untuk menganjurkan anak menerima pengekangan-pengekangan yang diperlukan dan membantu mengarahkan emosi anak kedalam jalur yang berguna dan diterima secara sosial ( Hurlock , 1999 ). 3. Jenis Pola Asuh (Nurbiyati, 2005). a. Authoritarian ( otoriter ) Pola ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak, suatu peraturan yang dicanangkan orang tua dan harus dituruti oleh 8 9 anak. Pendekatan semacam ini biasanya kurang responsif pada hak dan keinginan anak. Komunikasi yang dilakukan lebih bersifat satu arah dan lebih sering berupa perintah, sang anak sebagai objek kurang didengar dan biasanya cenderung diam serta menutup diri. Hal ini membuat anak tidak memiliki pilihan dalam berperilaku, karena anak terlalu khawatir dengan apa yang diperintahkan orang tua dan biasanya takut membuat kesalahan. b. Permisif Pola pengasuhan ini menggunakan pendekatan yang sangat responsif (bersedia mendengarkan) tetapi cenderung terlalu longgar. Orang tua memiliki sikap yang relatif hangat dan menerima sang anak apa adanya, kadang cenderung pada memanjakan. Anak terlalu dijaga, dituruti keinginannya dan diberi kebebasan untuk melakukan apa saja yang dia inginkan. Tetapi tidak diikuti dengan tindakan mengontrol atau menuntut anak untuk menampilkan perilaku tertentu, sehingga kadang-kadang anak merasa cemas mereka melakukan sesuatu yang salah atau benar. c. Authoritatif ( demokratis ) Pola asuh ini menggunakan pendekatan rasional dan demokratis. Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan yang realistis. 9 10 Orang tua melakukan pengawasan, kebebasan dan tanggung jawab kepada anak dalam beraktifitas secara wajar dan rasional. Orang tua menghargai minat anak dan mendorong keputusan anak untuk mandiri, tetapi tetap tegas dan konsisten dalam menentukan standar, kalau perlu menggunakan hukuman yang rasional sebagai upaya memperlihatkan kepada anak konsekuensi suatu bentuk pelanggaran. Orang tua dan anak saling menghargai hak-hak mereka satu sama lain. Orang tua menawarkan berbagai kehangatan dan menerima tingkah laku asertif anak mengenai peraturan, norma dan nilai-nilai. B. Motivasi Belajar 4. Motivasi a. Pengertian Motivasi adalah sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut seseorang untuk memenuhi kebutuhan serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu (Chaplin, 2001). b. Teori-teori motivasi (Shaleh & Wahab, 2004). 1) Teori Hedonisme Suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Oleh karenanya, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan 10 11 yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan dan penderitaan. 2) Teori Psikoanalisa ( Naluri ) Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan, yang mempengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaan tepat. Seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbuatan yang akan dilakukan. 3) Teori Reaksi yang dipelajari Teori ini berdasarkan pola dan tingkah laku yang dipelajari dari lingkungan kebudayaan di tempat orang itu hidup, oleh karena itu disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, hendaknya mengetahui benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya. 4) Teori Pendorong (Drive Theory) Merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang di pelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada lawan jenis, semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada lawan 11 12 jenis. Namun, cara-cara yang digunakan berlainan bagi tiap individu, menurut latar belakang dan kebudayaan masing-masing. 5) Teori Kebutuhan Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Menurut Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan fisiologis yaitu : kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan kebutuhan seks. c. Macam-macam motivasi (Chaplin, 2001). 1) Motivasi intrinsik Ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar. Misalnya : Orang yang gemar membaca tanpa adanya dorongan dari orang lain. 2) Motivasi ekstrinsik Yaitu motivasi yang datang karena adanya rangsangan dari luar. Misalnya : Seseorang murid rajin belajar karena takut pada orang tua. 12 13 5. Belajar a. Pengertian Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Morgan, 1978 ). b. Teori-teori belajar 1) Teori classical conditioning (Pavlov, 1849 – 1936). Sebuah prosedur penciptaan reflek baru yaitu apabila stimulus yang diadakan selalu disertai dengan stimulus penguat, maka stimulus tadi cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan respon atau perubahan yang dikehendaki. Prinsip dan aplikasi classical conditioning : a) Acquisition/ reinforcement : penggunaan penguatan. b) Pemadaman dan pemulihan spontan. c) Generalisasi dan diskriminasi. d) Kondisi tanding (counter conditioning). Kelemahan teori classical conditioning : a) Proses belajar itu dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar, kecuali hanya sebagian gejalanya. b) Peristiwa belajar itu bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan seperti kegiatan mesin dan robot, padahal seseorang 13 14 yang belajar itu memiliki self direction dan self control untuk menolak atau merespon sesuatu bila tidak ia kehendaki. c) Proses belajar manusia yang dianalogikan dalam perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat ada perbedaan yang tajam antar keduanya. 2) Teori instrumental conditioning (Skinner, 1904). Tingkah laku adalah perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi tertentu dan dapat diubah karena terletak diantara dua pengaruh, yaitu pengaruh yang mendahuluinya (Antecendent) dan pengaruh yang mengikutinya (konsekuensi). Prinsip dan aplikasi instrumental conditioning : a) Penguatan/ reinforcement ( positif dan negatif). b) Pembentukan/ shaping. c) Pemadaman dan pemulihan spontan. d) Generalisasi dan diskriminasi. e) Hukuman/ punishment (positif dan negatif) Kelemahan Teori instrumental conditioning yaitu pada dasarnya teori ini adalah kelanjutan dari teori pertama, sehingga kelemahannya sama dengan teori pertama. 3) Teori cognitif learning (Mischel). 14 15 Perpaduan konsep-konsep dari kognitif dan psikologi sosial ke konsep tingkah laku didalam hubungannya dengan interaksi seseorang dengan situasi Secara khusus ada lima kategori variabel seseorang yang membatasi bagaimana seseorang menerima dan mempersatukan perangsang di dalam lingkungan untuk membantu menerangkan tingkah laku, kategori yang dimaksud adalah : a) Kemampuan penyusun, kecakapan menyusun (menghasilkan kognisi dan tingkah laku tertentu). b) Menyusun strategi dan membentuk pribadi, ini merupakan bagian untuk mengkategorisasikan kejadian-kejadian serta untuk pernyataan diri. c) Harapan hasil tingkah laku dan hasil stimulus dalam situasi tertentu. d) Nilai stimulus yang subjektif, motivasi dan timbulnya stimulus, intensif dan keengganan. e) Sistem pengaturan diri dan perencanaan, aturan-aturan dan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan penampilan dan organisasi urutan tingkah laku kompleks. 4) Teori belajar sosial (Bandura) Kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dari perilaku orang lain, mengambil keputusan mengenai perilaku mana 15 16 yang akan ditiru dan kemudian melakukan perilaku-perilaku yang dipilih. Asumsi dasar teori ini ada tiga macam, yaitu: a) Hakikat proses belajar. b) Hubungan antar individu dengan lingkungan. c) Hasil belajar. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 1) Faktor yang ada pada diri seseorang itu sendiri (faktor individual). Antara lain : faktor kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan latihan, motivasi dan faktor pribadi. 2) Faktor yang ada diluar individual (faktor sosial). Antara lain : faktor keluarga, guru, sekolah, lingkungan dan kesempatan yang tersedia. 6. Motivasi belajar Motivasi belajar adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan seseorang yang berupa kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongandorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan, mekanisme dan aktivitas lain yang memulai seseorang untuk lebih bersemangat agar tercapai tujuan-tujuan belajar yang lebih baik. Menurut M. Utsman Najati, motivasi memiliki tiga kekuatan/ komponen pokok, yaitu : 16 17 a. Menggerakkan Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. b. Mengarahkan Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku dengan menyediakan suatu orientasi tujuan. c. Menopang Artinya, motivasi digunakan untuk menopang dan menjaga tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan dan kekuatan individu. Menurut Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan yaitu : 1) Kebutuhan fisiologis dasar 2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) 3) Kebutuhan sosial, yang meliputi kebutuhan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui kelompok, rasa setia kawan dan kerja sama. 4) Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, status, pangkat. 5) Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti kebutuhan mempertinggi potensi yang dimiliki, mengembangkan diri secara maksimum, kreativitas dan ekspresi diri. Pada dasarnya, manusia memiliki 3 dorongan pokok/ naluri (Najati) : 17 18 1) Dorongan naluri mempertahankan diri Berfungsi melayani dorongan cinta keabadian, sebab dengan memenuhi kebutuhan fisiologis, tubuh sebenarnya telah mengusahakan kelangsungan hidup seseorang. 2) Dorongan naluri mengembangkan diri Dorongan ingin tahu dan mempelajari sesuatu yang belum diketahui, pada manusia inilah yang menjadikan budaya makin maju dan tinggi. 3) Dorongan naluri mempertahankan jenis Manusia secara sadar maupun tidak selalu menjaga agar jenis atau keturunannya tetap berkembang dan hidup.Dalam kasus anak didik misalnya, ketika seorang anak didik menjadi tekun dalam belajar, hampir dipastikan dia termotivasi dengan sesuatu, seperti ingin pintar atau ingin menjadi juara kelas dan mendapat hadiah. Anak didik yang memiliki motivasi yang kuat dan jelas, pasti akan tekun dan berhasil dalam belajarnya. C. Hubungan Pola Asuh dengan Motivasi Belajar Faktor-faktor motivasi belajar antara lain : 7. Faktor intern a. Sebab yang bersifat fisik 1) Karena sakit 18 ) ) 19 Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah, akibatnya rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak. 2) Karena kurang sehat Anak yang kurang sehat dalam mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capai, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat dan pikiran terganggu. 3) Karena cacat tubuh Cacat tubuh dibedakan atas cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, penglihatan dan gangguan psikomotor. Sedangkan cacat tubuh yang tetap seperti buta, tuli, bisu dan hilang tangan/ kaki. b. Sebab psikologis Intelegensi Anak yang IQ nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi, anak yang normal 90-110, anak yang cerdas 110140, 140 ke atas tergolong genius sedangkan mereka yang mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental, anak inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar dan digolongkan atas debil, embisil, idiot. Bakat 19 ) ) ) 20 Bakat adalah potensi/ kecakapan dasar yantg dibawa sejak lahir, setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Minat Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar, belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, kebutuhan, kecakapan, tipe-tipe khusus anak. Sehingga banyak menimbulkan problema pada dirinya Motivasi Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga makin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Kesehatan mental Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik, kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. 8. Faktor keluarga a. Faktor orang tua 20 21 Yang termasuk faktor ini adalah : 1) Pola asuh Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat pada anak. Hal ini akan berakibat anak tidak tenteram, tidak senang dirumah, pergi mencari teman sebaya hingga lupa belajar. Sedangkan orang tua yang lemah, suka memanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan sangat bergantung pada orang tua, sehingga malas belajar dan prestasinya turun. 2) Hubungan Orang Tua dan Anak Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan kepada anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Sedangkan kurangnya kasih sayang dan sikap keras/ acuh tak acuh akan menimbulkan emosional insecurity. 3) Contoh/ bimbingan dari orang tua Belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak. Orang tua yang sibuk bekerja/ berorganisasi, terlalu banyak anak, berarti anak tidak mendapatkan pengawasan/ bimbingan mengalami kesulitan belajar. b. Suasana rumah atau keluarga 21 sehingga anak akan ) 22 Keadaan yang berpengaruh seperti suasana rumah yang sangat ramai/ gaduh dan suasana rumah yang selalu tegang/ selalu banyak cekcok. Anak akan tidak tahan dirumah, akhirnya mengeluyur diluar bersama anak yang menghabiskan waktunya untuk hilir mudik kesana kemari, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar menurun. Untuk itu hendaknya suasana di rumah selalu dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah di rumah dan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak. c. Keadaan ekonomi keluarga Ekonomi yang kurang/ miskin: Keadaan ini akan menimbulkan: a) kurangnya alat-alat belajar. Keadaan peralatan seperti pensil, tinta, penggaris, buku tulis, buku pelajaran, jangka, dan lain-lain akan membantu kelancaran dalam belajar. Kurangnya alat-alat itu akan menghambat kemajuan belajar anak. b) Kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua. Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya-biaya lainnya. Maka keluarga yang miskin akan merasa berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam itu, karena keuangan dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan anak 22 ) 23 sehari-hari. Lebih-lebih keluarga itu dengan banyak anak, maka hal ini akan merasa lebih sulit lagi. c) Tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Keluarga yang miskin juga tidak dapat menyediakan tempat untuk belajar yang memadai, di mana tempat belajar itu merupakan salah satu sarana terlaksananya belajar secara efisien dan efektif. Ekonomi yang berlebihan (kaya). Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, di mana ekonomi keluarga berlimpah ruah. Mereka akan menjadi segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga ia dimanjakan oleh orang tuanya, orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah. Keadaan seperti ini akan dapat menghambat kemajuan belajar. 9. Faktor sekolah a. Guru Guru dapat menjadi sebab kesulitan belajar, apabila: 1) Guru pengambilan metode yang tidak kualified, baik dalam digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa saja terjadi, karena vak yang dipegangnya kurang sesuai, hingga kurang menguasai lebihlebih kalau kurang persiapan, sehingga cara menerangkan kurang jelas dan sukar di mengerti oleh murid-muridnya. 23 24 2) Hubungan guru dan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya, seperti: a. Kasar, suka marah, mengejek, tak pernah senyum, tak suka membantu anak, suka membentak. Tak pandai menerangkan, sinis, sombong. c. Menjengkelkan, tinggi hati, pelit dalam memberi angka, tak adil. 3) Guru menuntut standar pelajaran diatas kemampuan anak, hal ini biasa terjadi pada guru yang masih muda yang belum berpengalaman hingga belum dapat mengukur kemampuan murid, sehingga hanya sebagian kecil muridnya dapat berhasil dengan baik. 4) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak dan sebagainya. 5) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar, antara lain : a) Metode mengajar yang mendasarkan diri pada latihan mekanis tidak didasarkan pada pengertian. b) Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga yang memungkinkan semua alat inderanya berfungsi. c) Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga anak tidak ada aktifitas. 24 25 d) Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi atau tidak menguasai bahan. e) Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi. b. Alat pelajaran Kemajuan teknologi membawa perkembangan pada alat-alat pelajaran sebab dulu tidak ada sekarang menjadi ada misalnya : mikroskop, teleskop, gelas ukur, proyektor dan lain-lain. Timbulnya alat itu akan menentukan perubahan metode mengajar guru, segi dalamnya ilmu pengetahuan pada pikiran anak, memenuhi tuntutan dari bermacammacam tipe anak. c. Kondisi gedung Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan seperti : 1) Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan. 2) Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor. 3) Lantai tidak becek, licin atau kotor. 4) Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian (pasar, bengkel, pabrik dan lapangan) sehingga anak mudah konsentrasi dalam belajarnya. d. Kurikulum Kurikulum yang kurang baik misalnya bahannya terlalu tinggi, pembagian bahan yang tidak seimbang, adanya pendataan materi dan disiplin/ waktu sekolah yang kurang. 25 26 10. Faktor massa media dan lingkungan sosial a. Massa media Faktor massa media meliputi bioskop, TV, surat kabar, majalah dan buku-buku komik yang ada di sekeliling kita. b. Lingkungan sosial 1) Teman bergaul Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. 2) Lingkungan tetangga Corak kehidupan tetangga akan mempengaruhi anak yang bersekolah, minimal ada tidaknya motivasi bagi anak untuk belajar. 3) Aktivitas dalam masyarakat Terlalu banyak berorganisasi, kursus, akan menyebabkan belajar anak menjadi terbengkalai. B. Kerangka Teori Faktor-faktor motivasi belajar : Faktor internal Faktor eksternal Pola asuh Sosial Ekonomi Sekolah Media massa dan lingkungan Motivasi belajar 26 Hasil belajar : Baik Cukup Kurang 27 Sumber : Maslow, A. H., & Clelland, D.M. (1997). Psikologi Umum, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. D. Kerangka Konsep Variabel bebas Variabel terikat Pola asuh keluarga Motivasi belajar anak C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel dependen (tergantung) dan variabel independen (bebas). 1. Yang dimaksud dengan variabel dependen dalam penelitian ini adalah motivasi belajar anak usia sekolah. 2. Yang dimaksud dengan variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh keluarga. D. Hipotesa Ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan motivasi belajar anak usia sekolah. 27