Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan pembayaran yang diwajibkan kepada setiap warga
Negara kontraprestasinya tidak langsung. Penerimaan pajak bagi suatu pos
penerimaan yang penting. Pada banyak Negara berkembang, sering kali pajak
menjadi pos peerimaan terbesar, seperti halnya Indonesia. Menurut Rochmat
Soemitro (1988), pajak merupakan penerimaan Negara yang akan digunakan
untuk pembiayaan umum dari segala kegiatan pemerintahan, bahkan pajak juga
merupakan salah satu tolak ukur dari keberhasilan perekonomian suatu Negara.
Pemerintah
Indonesia
dalam
melaksanakan
kegiatannya
sangat
memerlukan dana yang jumlahnya semakin tahun semakin meningkat. Dana
yang dibutuhkan oleh pemerintah tersebut dapat diperoleh melalui penerimaan
Negara yang berasal dari dalam negeri. Menurut Mardiasmo (2003:1) “pajak
adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapatkan jasa timbale (kontra-prestasi) yang
langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.”
Upaya
untuk
meningkatkan
penerimaan
pajak
adalah
dengan
melaksanakan reformasi perpajakan. Sebagai salah satu bentuk reformasi
2
perpajakan adalah implementasi modernisasi perpajakan, Direktorat Jenderal
Pajak melakukan pembenahan organisasi, tugas, dan fungsi Kantor Pelayanan
Pajak menjadi system pelayanan yang lebih system pelayanan yang lebih intensif
kepada Wajib Pajak.
Dalam perpajakan nasional, cost of living atau perlambang biaya hidup
minimum selama satu tahun diwujudkan dalam bentuk Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP). Oleh karena itu, PTKP merupakan bagian tak terpisahkan dari
Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi. Semua wajib pajak wajib mengetahui
besaran PTKP agar tidak salah dalam menuaikan kewajiban perpajakan. Menurut
self assessment system,Wajib Pajak memiliki kewajiban dan tanggung jawab
untuk memperbaharui pemahaman tentang hak dan kewajiban secara mandiri.
Tidak semata-mata menggantungkan diri kepada pemerintah (Indrajaya
Burnama, 2012)
Besaran Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP) telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UdangUndang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Terkait dengan
pernyataan Presiden dan Menteri Keuangan memutuskan untuk menetapkan
Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor: 122/PMK.010/2015 Penyesuaian
Besarnya
Penghasilan
Tidak
Kena
Pajak
dengan
mempertimbangkan
perkembangan dibidang ekonomi dan moneter serta perkembangan harga
kebutuhan pokok yang semakin meningkat.
3
Sejarah perkembangan PTKP sendiri telah diatur sejak peraturan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1983 dan terus mengalami perubahan hingga saat ini.
Tentu ini menyesuaikan pula dengan keadaan ekonomi di Indonesia yang terus
berkembang.
Penghasilan tidak kena pajak atau PTKP adalah batas hidup minimum
yang wajib dipenuhi oleh seseorang untuk dapat hidup layak sehingga tidak dapat
diganggu gugat oleh seseorang untuk dapat hidup layak sehingga tidak dapat
diganggu gugat oleh siapa pun. Pajak penghasilan merupakan pajak subjektif
sehingga subjek pajak perlu diperhatikan. PTKP merupakan salah satu fasilitas
dalam pelaksanaan kewajiban pajak penghasilan ini. PTKP bersifat variatif
disesuaikan dengan kondisi wajib pajak yang bersangkutan. Wajib pajak yang
telah menikah dan belum menikah ataupun yang telah memiliki anak, memiliki
jumlah yang berbeda secara proposional.
Fenomena yang peneliti ambil yaitu dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi
dan meningkatnya harga kebutuhan pokok, pemerintah telah menaikkan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi
mulai tahun 2015. Dengan kenaikan ini, besarnya PTKP bagi WP orang pribadi
menjadi sebesar Rp 36 juta per tahun atau Rp 3 juta per bulan, naik Rp 11,7 juta
atau sebelumnya sebesar Rp 24,3 juta per tahun. Pemerintah berharap, kenaikan
PTKP ini dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Selain itu, hal ini juga
4
diharapkan dapat menjadi insentif bagi pertumbuhan ekonomi nasional, yang
didorong melalui peningkatan konsumsi masyarakat. (Liputan6.com).
Adapun langkah kebijakan penyesuain PTKP yang dilakukan pemerintah
yaitu memperhatikan perkembangan terkini perekonomian nasional yang sedang
dalam kondisi perlambatan terutama akibat ekonomi global yang sedang dalam
situasi ketidakpastian dan gejolak, Pemerintah, melalui instrumen kebijakan fiskal
telah berupaya keras untuk mendorong kinerja perekonomian. Dari sisi spending
(pengeluaran negara), berbagai program kesejahteraan sosial untuk mendukung
daya beli masyarakat, khususnya golongan bawah, sudah banyak digulirkan,
seperti Program Raskin, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Kartu
Keluarga Sejahtera, dan lain-lainnya. Selain itu, melalui sisi pengeluaran,
peningkatan belanja infrastruktur yang cukup besar juga diharapkan menjadi
pengungkit bagi bergeraknya perekonomian dan penciptaan lapangan kerja.
(www.kemenkeu.go.id: 2015).
Dari sisi penerimaan, melalui instrumen perpajakan Pemerintah juga telah
memberikan beberapa kebijakan insentif perpajakan (tax allowances, tax holiday,
BM DTP, dll) yang diharapkan dapat memberikan stimulus bagi dinamika
perekonomian nasional. Yang paling mutakhir, Pemerintah baru saja meluncurkan
kebijakan penyesuaian besaran Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) dari
sebelumnya sebesar Rp24,3 juta menjadi sebesar Rp36 juta untuk diri Wajib
Pajak orang pribadi. Ketentuan mengenai PTKP ini sendiri diatur dalam Pasal 7
5
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 (UU PPh) yang memungkinkan Pemerintah untuk melakukan penyesuaian
PTKP melalui Peraturan Menteri Keuangan setelah melakukan konsultasi dengan
DPR. Dengan demikian, sejak berlakunya Peraturan Menteri Keuangan terkait
penyesuaian PTKP ini, maka secara efektif besaran PTKP baru tersebut mulai
berlaku sebagai dasar perhitungan kewajiban pajak PPh OP untuk tahun Pajak
2015 atau per 1 Januari 2015. (www.kemenkeu.go.id: 2015)
Ada beberapa pertimbangan pokok penyesuaian besaran PTKP di tahun ini.
Pertama,untuk menjaga daya beli masyarakat. Sebagaimana diketahui dalam
beberapa tahun terakhir, terjadi pergerakan harga kebutuhan pokok yang cukup
signifikan, khususnya di tahun 2013 dan 2014 sebagai dampak dari kebijakan
penyesuaian harga BBM. Kedua, dalam beberapa tahun terakhir terjadi
penyesuaian
Upah
Minimum
Propinsi
(UMP)
dan
Upah
Minimum
Kabupaten/Kota (UMK) di hampir semua daerah. Ketiga, terkait kondisi
perekonomian terakhir yang menunjukkan tren perlambatan ekonomi, khususnya
terlihat pada Q1 2015 yang hanya tumbuh sebesar 4,7%, terutama akibat dampak
perlambatan ekonomi global, khususnya mitra dagang utama Indonesia.
Pemerintah sedang berupaya keras untuk mendorong naiknya kembali laju
pertumbuhan ekonomi di paruh kedua tahun ini melalui naiknya permintaan
domestik dengan tetap mendorong daya beli masyarakat. Pemerintah menyadari
6
bahwa saat ini kita tidak bisa mengandalkan sisi eksternal untuk mendorong
kinerja ekonomi, sehingga Pemerintah mencoba mendorong permintaan domestik
melalui investasi maupun konsumsi masyarakat. Kinerja investasi diharapkan
dapat terdorong melalui belanja infrastruktur yang meningkat besar, sementara itu
konsumsi masyarakat dapat terungkit melalui kebijakan penyesuaian PTKP dan
berbagai program bantuan sosial. Dengan demikian diharapakan keduanya dapat
menahan melemahnya kinerja sisi eksternal (perdagangan internasional).
Kenaikan PTKP ini tentu saja berdampak tidak saja pada penerimaan pajak itu
sendiri tetapi juga pada perekonomian secara luas. Dari sisi penerimaan pajak,
naiknya PTKP berarti akan menurunkan Penghasilan Kena Pajak (PKP) sehingga
konsekuensinya adalah berpotensi menurunkan penerimaan PPh orang pribadi
dibandingkan proyeksi penerimaan yang seharusnya dapat diperoleh apabila tidak
dilakukan penyesuaian.
Namun demikian, pemerintah memandang perlu untuk memberikan stimulus
ekonomi guna mendorong peningkatan permintaan agregat pada saat kondisi
ekonomi sedang dalam perlambatan, sekaligus mendorong membesarnya tax base
dari PPN sehingga pada gilirannya berdampak pada kenaikan penerimaan PPN.
Berdasarkan data historis, kenaikan besaran PTKP tidak mempengaruhi terjadinya
penurunan penerimaan secara nominal dibandingkan tahun sebelumnya. Namun
demikian, peningkatan PTKP tersebut mempengaruhi perlambatan pertumbuhan
7
penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi, yang bersifat
sementara.
Meskipun kenaikan PTKP mempunyai potensi memperlambat pertumbuhan
penerimaan pajak, akan tetapi dari sisi ekonomi makro diharapkan kenaikan
PTKP ini akan berdampak positif. Naiknya PTKP berdampak pada naiknya
pendapatan siap belanja (disposable income) sehingga pada gilirannya akan
mendorong permintaan agregat baik melalui konsumsi rumah tangga maupun
investasi. Oleh karena itu, kebijakan kenaikan PTKP ini diharapkan dapat
menjadi stimulus tambahan bagi perekonomian nasional di paruh kedua tahun
2015 dan tahun berikutnya.(www.kemenkeu.go.id).
Sebagaimana diketahui bahwa PTKP adalah unsure pengurang dalam
perhitungan pajak penghasilan orang pribadi. Dengan semakin besarnya
pengurang, maka pajak akan semakin kecil. Kenaikan PTKP ini sepertinya
diharapkan untuk menciptakan multiplier effect dibidang perpajakn. Semakin
banyak orang yang berbelanja akan membuat korporasi penghasilan produk,
berlomba-lomba menghasilkan produk barang dan jasa untuk dikonsumsi.
Sehingga omzetnya bertambah demikian juga dengan labanya yang kemudian
nantinya akan dipajaki (Andi Candra, 2012).
8
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian yang kemudian hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang
berjudul:
“PENGARUH KENAIKAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
TERHADAP PERUBAHAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN” (Studi
empiris pada KPP PRATAMA SUMEDANG)
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan ditinjau dari beberapa penelitian mengenai
pengaruh kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap Perubahan
Penerimaan Pajak Penghasilan maka penulis mengidentifikasi permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dapat
berpengaruh terhadap Perubahan Penerimaan Pajak Penghasilan.
2. Seberapa besar pengaruh Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap
Perubahan Penerimaan Pajak Penghasilan.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai
Pengaruh yang signifikan dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
terhadap Perubahan Penerimaan Pajak Penghasilan.
9
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan maksud dan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian
diatas memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1
Manfaat Teoritis
Pengembangan ilmu pengetahuan :
1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan
Informasi bagi para pembaca yang ingin lebih menambah wawasan
pengetahuan khusus di bidang Perpajakan
2. Sebagai sarana penelitian untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh penulis dari bangku kuliah dengan yang ada
di dunia kerja dan sebagai bahan referensi bagi yang melakukan penelitian
lebih lanjut berkenaan dengan ini.
3. Memberikan tambahan wawasan bagi penulis terutama mengenai
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap Perubahan Penerimaan
Pajak Penghasilan
1.4.2
Manfaat Praktis
Bagi lembaga yang terkait :
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan kepada
masyarakat untuk mengetahui sejauh mana Pengaruh Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) Terhadap Perubahan Penerimaan Pajak Penghasilan.
10
1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis akan melaksanakan penelitian pada KPP Pratama Sumedang Jalan
Ibrahim Adjie No. 372 (d/h Jalan Kiara Condong) Bandung 40275. Penelitian ini
dilakukan pada Desember 2015 sampai Januari 2016.
Download