4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi dibidang ilmu kedokteran gigi adalah pengambilan gambar menggunakan radiografi dengan sejumlah radiasi untuk membentuk bayangan yang dapat dikaji pada foto film ronsen. Radiografi memunyai peranan yang sangat penting. Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data dukungan pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil yang optimal.9 Radiografi kedokteran gigi merupakan bagian yang penting dalam perawatan gigi. Bersamaan dengan pemeriksaan klinis rongga mulut, radiografi kedokteran gigi memberikan gambaran yang lengkap. Radiografi sangat penting bagi praktisi kedokteran gigi untuk:10 a. Menegakkan diagnosis Dalam mendiagnosis penyakit atau kelainan pada gigi tidak selalu dapat terlihat langsung melalui pemeriksaan klinis. Penggunaan radiografi kedokteran gigi dapat membantu untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan, besarnya kerusakan atau keparahan, serta hubungannya dengan jaringan di sekitarnya. b. Rencana perawatan Setelah diagnosis penyakit ditegakkan, maka dapat segera ditentukan rencana perawatan yang akan dilakukan pada pasien. c. Evaluasi hasil perawatan Untuk melihat keberhasilan perawatan yang telah dilakukan, maka dilakukan radiografi, sebagai contoh untuk mengetahui apakah apeks gigi telah menutup setelah dilakukan perawatan apeksifikasi atau apakah ada terjadi karies sekunder pada pasien yang telah melakukan penambalan gigi. Universitas Sumatera Utara 5 2.2 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi 2.2.1 Radiografi Ekstraoral Pemeriksaan radiografi ekstra oral adalah seluruh proyeksi pemotretan regio orofasial dengan film yang diletakkan di luar mulut pasien. Proyeksi- proyeksi pemotretan ekstra oral digunakan untuk memeriksa daerah yang tidak tercakup dalam foto intra oral atau untuk melihat struktur fasial secara keseluruhan. Radiografi ekstra oral bukan merupakan pemeriksaan rutin yang harus dilakukan di rumah sakit atau poliklinik gigi yang besar. Dokter gigi harus melakukan pemeriksaan klinis yang cermat sebelum merujuk pasien. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan radiografis adalah operator kadangkadang harus melakukan pemotretan dengan modifikasi teknik standar, terutama pada pasien khusus yaitu:9,10,11 1. Anak kecil atau orang tua yang kurang kooperatif 2. Peka terhadap refleks muntah 3. Sukar membuka mulut (trismus) 4. Keadaan kurang kesadaran atau pingsan 5. Tidak bisa menggerakkan lengan 6. Berkebutuhan khusus 7. Hipersalivasi 8. Menggunakan kursi roda 9. Hiperaktif Pemeriksaan ekstra oral merupakan pemeriksaan yang sulit dan kompleks karena menyangkut banyak faktor yaitu teknik pemotretan, pengetahuan pesawat ronsen, serta penguasaan struktur anatomis rahang dan kepala. Indikasi Pemotretan Ekstra Oral 9,10 1. Kelainan yang mencakup daerah luas, lebih dari 4 gigi di rahang atas atau bawah misalnya osteomyelitis atau abses yang mengenai gigi. 2. Kelainan yang berhubungan dengan struktur anatomi sekitarnya, misalnya faktor maksila yang melibatkan tulang hidung atau kepala. Universitas Sumatera Utara 6 3. Periode gigi campuran, yang melakukan evaluasi gigi susu dan pertumbuhan gigi permanen secara keseluruhan. 4. Pasien khusus, misalnya pembukaan mulut terbatas, tingkat kesadaran kurang, kurang kooperatif, dan lain-lain. 5. Perawatan orthodonsi Radiografi ekstra oral terdiri atas beberapa tipe, yaitu:9,10 1. Radiografi Panoramik Istilah panoramik berarti gambaran suatu regio secara lengkap dari segala arah. Panoramik radiografi adalah istilah yang dipakai untuk teknik pemotretan yang memproyeksikan gigi geligi dan seluruh struktur jaringan penyangganya serta struktur anatomis rahang atas dan bawah sampai setinggi rongga orbita dan mencakup kondilus mandibula satu lembar film. Teknik foto ronsen ekstra oral dapat menghasilkan gambar yang menunjukkan semua gigi dan jaringan pendukung. Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan menjadi sangat populer di kedokteran gigi karena teknik yang sederhana, gambaran mencakup seluruh gigi dan rahang dengan dosis radiasi yang rendah diterima pasien untuk satu kali foto panoramik hampir sama dengan dosis empat kali foto intra oral. 2. Radiografi Lateral Jaw Radiografi lateral jaw adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan lateral tulang wajah, diagnosis fraktur dan keadan patologis tengkorak dan wajah. 3. Radiografi Sefalometri Foto sefalometri adalah radiografi yang distandardisasi dan reproducible, terutama dipergunakan di bidang ortodonsi dan orthognatic surgery. Sefalometri menggunakan sefalostat atau kraniostat untuk fiksasi kepala standar. Maksud standardisasi adalah untuk memperoleh foto dengan posisi yang selalu sama terutama untuk membandingkan foto sebelum, selama, dan sesudah perawatan ortodonsi. 4. Radiografi Postero-Anterior Radiografi postero-anterior adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan penyakit trauma, atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Universitas Sumatera Utara 7 Selain itu radiografi ini dapat digunakan untuk melihat stuktur wajah antara lain sinus frontalis, ethmoidalis, fossa nasalis dan orbita. 5. Radiografi Antero-Posterior Foto antero posterior (AP) merupakan teknik foto yang digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung. 6. Radiografi Proyeksi Water’s Proyeksi Water’s biasanya disebut juga proyeksi Occipito Mental. Semula proyeksi ini ditujukan untuk sinus maksilaris. Namun, bagian postero-anterior yang paling belakang akan tumpang tindih dengan prosesus alveolaris gigi posterior sehingga harus ditambahkan proyeksi lainnya. Water’s foto ini terutama untuk melihat sinus paranasal yaitu sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus ethmoidalis, dan sinus sphenoidalis. 7. Radiografi Proyeksi Reverse-Towne Radiografi reverse-towne adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan kondilus pada pasien yang mengalami pergeseran kodilus dan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila. 8. Radiografi Submentovertex Radiografi submentovertex adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan dasar tengkorak, posisi mandibula, dinding lateral sinus maksila dan arkus zigomatikus. 2.2.2 Radiografi Intraoral Radiografi intra oral merupakan teknik pemotretan radiografis gigi geligi dan jaringan sekitarnya, dengan film berada di dalam rongga mulut. Radiografi intraoral terdiri dari teknik periapikal, bitewing, dan oklusal.9,11,12 1. Radiografi Periapikal Radiografi periapikal menjelaskan teknik intraoral yang dirancang untuk menunjukkan gigi individu dan jaringan di sekitar apeks. Setiap film biasanya menunjukkan 2-4 gigi dan memberikan informasi rinci tentang gigi dan sekitar tulang Universitas Sumatera Utara 8 alveolar. Radiografi periapikal dibagi menjadi dua teknik yaitu paralel dan bisekting. Teknik radiografi periapikal paralel dan bisekting memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu teknik bisekting dianggap lebih mudah dan praktis dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan teknik paralel (kesejajaran). Dosis efektif untuk satu kali foto sebesar 0,01-0,08 mSi. Keuntungan teknik bisekting yaitu teknik ini dapat digunakan tanpa film holder. Kerugian teknik bisekting yaitu distorsi mudah terjadi dan masalah angulasi (banyak angulasi yang harus diperhatikan). Keuntungan teknik paralel yaitu tidak ada distorsi, gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi sesungguhnya, mudah dipelajari dan digunakan serta mempunyai validitas yang tinggi. Kerugian teknik paralel yaitu pemakaian film holder mengenai jaringan sekitar sehingga mengurangi kenyamanan serta kesulitanmeletakkan film holder didalam rongga mulut terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut yang kecil. 2. Radiografi Bitewing Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar di maksila dan mandibula daerah anterior maupun posterior dalam satu film khusus. Radiografi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui status jaringan periodontal dan juga untuk melihat kalkulus pada interproksimal. Radiografi bitewing tidak menggunakan pegangan film melainkan dengan cara pasien menggigit sayap film untuk stabilisasi film di dalam rongga mulut. Radiografi bitewing lebih akurat menunjukkan tingkat kerusakan tulang interproksimal daripada radiografi periapikal. Dosis efektif untuk satu kali pengambilan foto adalah 0,01-0,08 mSi Radiografi bitewing memiliki kelebihan yaitu dapat mendeteksi karies dini, puncak tulang alveolar terlihat jelas dan memudahkan pasien yang memiliki refleks muntah yang tinggi.Selain itu, radiografi bitewing juga memiliki kelemahan yaitu periapikal dan ujung akar tidak terlihat serta pasien sulit mengoklusikan maksila dan mandibula sehingga mulut tetap terbuka. Universitas Sumatera Utara 9 3. Radiografi Oklusal Radiografi oklusal adalah radiografi yang digunakan untuk melihat anatomi tulang maksila maupun mandibula dengan area yang luas dalam satu film. Radiografi oklusal dapat mendeteksi adanya fraktur, celah di palatum, dan kelainan lainnya yang terjadi pada area luas. Film yang digunakan adalah film khusus untuk oklusal. Dosis efektif untuk satu kali pengambilan foto adalah 0,08 mSi. Teknik yang digunakan untuk pengambilan radiografi, yaitu dengan cara menginstruksikan pasien untuk mengoklusikan atau menggigit bagian film. 2.2.2.1 Radiografi Teknik Buccal Object Rule (Tube Shift) Teknik lokasi yang digunakan untuk menetukan lokasi atau posisi dari gigi atau suatu objek di rahang adalah buccal object rule dan right angle technique. Radiografi kedokteran gigi akan memberikan gambaran dalam 2 dimensi. Sebuah radiografi dapat melukiskan objek secara supero-inferior dan antero-posterior, tetapi tidak dapat menggambarkan hubungan bukal dan lingual atau kedalaman dari objek tersebut.1,9,10 Teknik lokasi ini dapat digunakan untuk memroleh informasi tiga dimensi yang biasanya digunakan untuk melihat seperti yang tertera dibawah ini.9,13 a) benda asing (foreign body) b) gigi terpendam atau (impacted and imbeded teeth) c) gigi yang tidak tumbuh (unerupted teeth) d) posisi akar (root position) e) jarum patah (broken needles dan instruments) Teknik ini berorientasi pada dua radiografi dengan angulasi penyinaran yang berbeda. Satu film periapikal atau film bitewing yang disinari dengan teknik dan angulasi yang biasa dan untuk film yang kedua baik periapikal ataupun bitewing disinari dengan merubah arah sinar x secara vertikal atau horizontal dan kemudian dibandingkan hasil 2 radiografi tersebut.9,13 Sebelum cara ini ditemukan oleh Clark (1910), cara yang lazim dipakai adalah menyebutkan bahwa obyek yang lebih dekat dengan film akan menghasilkan gambar Universitas Sumatera Utara 10 yang lebih jelas. Akan tetapi cara ini banyak kelemahannya karena tergantung pada pemrosesannya, buccal object rule juga biasa disebut sebagai teknik pergeseran tabung (teknik tube shift). Dasar teknik adalah kaidah yang menyebutkan bahwa gigi yang terpendam atau benda asing yang bergerak searah dengan gerakan konus menunjukan bahwa obyek berada dibagian lingual, apabila obyek bergerak berlawanan dengan gerakan konus maka obyek berada di labial atau bukal.14 Gambar 1. Objek yang di bukal (bulatan garis) dan lingual (bulatan hitam) akan berimpit pada radiografi, jika arah sinar digeser ke mesial, bukal objek bergerak ke distal dan lingual objek bergerak, ke mesial9 Teknik Tube Shift / buccal object rule disebut metode dark rule's dapat dipergunakan untuk menentukan posisi impaksi molar ketiga rahang bawah. Diperlukan dua kali pembuatan radiografi, yang pertama proyeksi periapikal standar dan yang kedua mengubah arah sinar x dalam arah vertikal / horizontal.14 Universitas Sumatera Utara 11 Gambar 2. Terlihat pergeseran konus pada angulasi horizontal, menunjukan suatu obyek A dan B dengan pergeseran konus ke arah distal. Terlihat obyek A lebih dekat ke arah distal, sedangkan semua bayangan obyek ke arah mesial berlawanan dengan pergeseran konus7 a. Horisontal Angulation Pertama dilakukan pemotretan dengan sudut vertikal dan horizontal yang sesuai (cone lurus). Kemudian dilakukan pemotretan dengan mengubah sudut cone lebih mengarah ke distal. Apabila objek bergerak searah pergeseran cone maka objek berada di lingual, sebaliknya apabila objek bergerak berlawanan arah dengan pergeseran cone maka objek berada di bukal, dan bila ternyata objek tidak bergerak maka objek terletak pada bidang vertikal yang sama dengan objek referensi. b. Vertikal Angulation Pertama dilakukan pemotretan dengan sudut vertikal dan horizontal yang sama (cone lurus). Kemudian dilakukan pemotretan dengan mengubah sudut cone lebih mengarah ke atas. Di lihat dari posisinya George Winter mengklasifikasikan posisi impaksi meliputi posisi vertikal, posisi horizontal, posisi mesioangular, posisi distoangular, posisi inverted dan posisi unusual. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang menentukan posisi impaksi molar ketiga rahang bawah dengan Universitas Sumatera Utara 12 teknik foto periapikal teknik tube shift yang akan membantu dalam menentukan rencana perawatan. Gambar 3. (A) Foto ronsen intraoral periapikal menggunakan teknik tube shift dilakukan dengan mengarahkan indikasi posisi konus pada 0o dan (B) 20oangulasi vertikal1 2.2.2.2 Radiografi Right Angle Technique Right angle technique merupakan cara lain untuk melihat objek melalui dua radiografi, yaitu periapikal film (standar) yang memperlihatkan hubungan dari objek secara supero-inferior dan antero-posterior dengan oklusal film disinari langsung pada sudut penyinaran atau tegak lurus (90o) pada film. Film oklusal memperlihatkan objek pada hubungan bukal lingual atau antero-posterior, kedua film ini digunakan untuk lokasi objek di mandibula.9,13 Universitas Sumatera Utara 13 Gambar 4. (A) Radiografi periapikal memperlihatkan impaksi kaninus berada di apikal diantara akar insisivus lateral dan premolar pertama. (B) Vertex occlusal view memperlihatkan kaninus berada di palatal diantara akar inisisivus lateral dan premolar pertama9 2.3 Impaksi Gigi Molar Tiga Gigi ampaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitar, jaringan patologis dan gigi yang posisinya tidak sesuai dengan lengkung rahang.15,16 Gigi permanen manusia yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga bawah, lalu gigi molar ketiga atas selanjutnya gigi caninus atas. Archer menulis bahwa frekuensi impaksi gigi molar ketiga atas yang terbanyak dibandingkan dengan molar ketiga bawah. Kenyataannya di indonesia, impaksi gigi molar ketiga bawah frekuensinya lebih banyak daripada molar ketiga atas. Frekuensinya berturut-turut gigi molar ketiga bawah, gigi molar ketiga atas, gigi caninus atas, gigi premolar bawah, gigi caninus bawah, gigi premolar atas, gigi incisivus atas atau bawah.17,18 1. Etiologi Impaksi Menurut Berger dibagi menjadi:16,19 a. Penyebab lokal: 1) Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang. 2) Densitas (kepadatan) tulang di atas dan sekitarnya. Universitas Sumatera Utara 14 3) Keradangan yang menahun dan terus menerus sehingga dapat menyebabkan bertambahnya jaringan mukosa di sekitarnya. 4) Tanggalnya gigi sulung yang terlalu cepat, ini mengakibatkan hilang atau berkurangnya tempat untuk gigi permanen penggantinya. b. Penyebab sistemik: 1) Herediter Rahang kecil sedangkan gigi geliginya besar. 2) Miscegenation (percampuran ras) Misalnya, perkawinan campuran dari satu ras yang mempunyai gen dominan, gigi besar dan ras lainnya dominan pada rahang yang kecil atau sempit. 3) Penyebab postnatal Semua keadaan-keadaan yang dapat mengganggu pertumbuhan anak, misalnya penyakit: ricketsia, anemia, syphilis, TBC, gangguan kelenjar endokrin, malnutrisi. c. Keadaan yang jarang ditemukan: 1) Cleidoncranial disostosis Keadaan kongenital yang jarang ditemukan, dimana terlihat cacat ossifikasi dari tulang tengkorak, hilangnya sebagian atau seluruhnya tulang clavicula, terlambatnya exfoliasi gigi sulung, gigi permanen tidak erupsi dan terdapat rudimenter supernumerary teeth. 2) Oxycephali Suatu keadaan dimana terlihat kepala yang meruncing seperti kerucut. Pada keadaan ini terdapat gangguan pada tulang-tulang kepala. 3) Progeria Bentuk tubuh yang kekanak-kanakan ditandai dengan perawakan kecil, tidak adanya rambut pubis, kulit berkerut, rambut berwarna keabu-abuan tetapi wajah, sikap serta tingkah lakunya seperti orang tua. 4) Achondoplasia Herediter, terdapat gangguan kongenital dari skeleton sehingga menyebabkan dwarfism (kerdil). Universitas Sumatera Utara 15 5) Cleft palate Fisura pada langit-langit yang kongenital, disebabkan adanya defect atau cacat pada pertumbuhan waktu embrio. 2. Indikasi Pengeluaran Gigi Impaksi:16,19,20 a. Pertumbuhan rahang yang kurang sempurna atau ketidakseimbangan antara besarnya gigi dan besarnya rahang. Keadaan ini dapat menyebabkan maloklusi, sebab gigi molar ketiga adalah gigi terakhir bererupsi dan tidak mendapatkan ruangan yang cukup pada lengkung rahang. Pengeluaran gigi molar ketiga hampir selalu diindikasikan sebelum perawatan orthodonti untuk merawat maloklusi oleh karena letak gigi yang berdesakan. b. Erupsi sebagian atau impaksi Erupsi yang tertahan juga merupakan prophylactic gigi molar ketiga, utamanya bila operkulum di atas mahkota gigi selalu terkena trauma dan adanya hypertrophy gingival. 3. Klasifikasi Gigi Impaksi Molar Ketiga Rahang Bawah:16,21 Ada beberapa macam klassifikasi yang dibuat mengenai gigi impaksi a. Molar ketiga rahang bawah. Klassifikasi menurut Pell & Gregory. Berdasarkan hubungan letak gigi molar ketiga bawah terhadap ramus mandibula dan distal molar kedua bawah: 1) Klas I: Dimana terdapat ruangan yang cukup untuk ukuran mesiodistal mahkota gigi molar ketiga bawah antara ramus mandibula dan permukaan distal gigi molar kedua bawah. 2) Klas II: Ruangan antara permukaan distal gigi molar kedua bawah dan ramus mandibula lebih kecil dari ukuran mesiodistal mahkota gigi molar ketiga bawah. 3) Klas III: Semua gigi molar ketiga bawah terletak dalam ramus mandibula. b. Berdasarkan hubungan dengan dalamnya posisi gigi molar ketiga dalam tulang rahang. 1) Posisi A: Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di atas atau pada Universitas Sumatera Utara 16 batas garis oklusal gigi rahang bawah. 2) Posisi B: Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di bawah garis oklusal, tetapi masih di atas garis servikal dari gigi molar kedua. 3) Posisi C: Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di bawah garis servikal dari molar kedua. c. Klassifikasi menurut George Winter.22 Berdasarkan posisi dari axis memanjang gigi impaksi molar ketiga bawah dengan axis memanjang gigi molar kedua George Winter mengklasifikasikan: 1) Klas I: Posisi vertikal 2) Klas II : Posisi mesioangilar 3) Klas III: Posisi horizontal 4) Klas IV: Posisi distoangular 5) Klas V: Posisi buccoangular 6) Klas VI: Posisi linguoangular 7) Klas VII: Posisi inverse (terbalik) Ketujuh posisi impaksi molar ketiga bawah ini dapat terjadi bersamaan dengan buccal versi, lingual versi, torsi versi. d. Impaksi Vertikal: Posisi gigi molar ketiga bawah kurang lebih vertikal tetapi impaksinya di bawah bagian distal mahkota molar kedua, mahkota bagian distal molar ketiga biasanya berada di dalam ramus ascendens anteriormandibula. e. Impaksi mesioangular: Impaksi ini lebih sering terjadi. Gigi molar ketiga bawah membuat sudut dengan mahkota gigi molar kedua dimana inklinasinya ke anterior. f. Impaksi Horisontal: Pada gigi molar ketiga yang impaksi horizontal, garis axialnya mendatar hampir sejajar dengan permukaan oklusal. g. Impaksi distoangular: Permukaan oklusal gigi molar ketiga menjauhi ke posterior gigi molar kedua dimana akar molar ketiga mungkin berhubungan dengan akar gigi molar ketiga. Universitas Sumatera Utara 17 2.4 Kanalis Mandibularis Kanalis mandibularis merupakan saluran dalam mandibula yang mengandung pembuluh darah dan saraf yang melewati gigi-gigi rahang bawah yaitu inferioralveolar neurovascular bundle yang terdiri dari arteri dan vena alveolar inferior, serta saraf alveolar inferior. Kanal mandibula bermula dari foramen mandibula pada bagian medial ramus. Kanal ini berjalan dalam arah ke bawah dan ke depan dalam ramus dan kemudian secara horizontal dalam badan mandibula sampai foramen mentalis. Kanal mandibula mempunyai beberapa variasi diantaranya lokasi kanal mandibula dari apeks molar dan variasi bentuk anatomis.4,5 Gambar 5. Kanalis mandibularis4 Kanalis internal berjalan melintang melalui bagian tengah rahang bawah dari posterior ke anterior. Kanalis ini menuju ke bawah secara miring dalam ramus dan kemudian secara horisontal di dalam body mandibular. Lokasi kanal berada dibawah alveoli dan berhubungan melalui lubang kecil. Kanalis ini berjalan sejajar dengan foramen mandibularis dan foramen mentale. Foramen mandibularis merupakan tempat jalan masuk kanalis di bagian posterior ramus. Bagian anterior body of mandible merupakan jalan keluar untuk pembuluh darah dan saraf mentale dari kanalis. Pada saat kanalis mandibularis mencapai insisivus, maka akan berubah dan berhubungan dengan foramen mentale yang akan dilalui sebuah kanalis kecil yang disebut kanalis mandibularis insisivus. Kanal tersebut berjalan ke rongga yang Universitas Sumatera Utara 18 terdapat gigi insisivus. Nervus, pembuluh darah dan arteri ini berhubungan dengan dental alveoli melalui bagian-bagian kecil.23 Kanalis mandibularis dapat dilihat melalui pemeriksaan radiografi seperti radiografi panoramik, Computed Tomography (CT) Scan dan Conventional Tomography. Jenis radiografi panoramik digunakan secara meluas karena mempunyai kelebihan dalam menyediakan gambaran kedua rahang secara keseluruhan dan dosis radiasi yang diterima oleh individu rendah serta biaya yang harus dikeluarkan lebih rendah jika dibandingkan dengan Computed Tomography Scan dan Conventional Tomography.24 2.4.1 Variasi Penjalaran Kanalis Mandibularis Nortje dkk.25 mengatakan bahwa bifid mandibular canal terbentuk apabila terdapat penyimpangan di sepanjang kanalis mandibularis.Menurut Chavez dkk.26 saat perkembangan embrio, terdapat tiga nervus yaitu nervus alveolaris inferior, nervus lingualis dan nervus mylohyoideus yang mensuplai pada tiga kelompok gigi pada mandibula. Kanalis yang pertama terbentuk menuju ke daerah insisivus gigi sulung, diikuti dengan kanalis yang menuju daerah molar gigi sulung dan seterusnya ke daerah molar gigi permanen. Gambar 6. Bentuk segitiga hitam merupakan pulau tulang yang terbentuk dari batas kortikal bifid mandibular canal, menurut Sanchis dkk27 Pada waktu perkembangan prenatal yang cepat dan proses remodeling pada Universitas Sumatera Utara 19 bagian ramus, intramembranous ossification terjadi. Perpanjangan ossification ke arah posterior sepanjang batas lateral Meckel’s cartilage akan membentuk satu selokan di sekeliling nervus alveolaris inferior, di mana selokan ini dikenal sebagai mandibular canal. Apabila terjadi bifid mandibular canal, ketiga nervus pada waktu prenatal akan terpisah.Menurut Sanchis dkk.27bifid mandibular canal terjadi apabila batas kortikal di sekeliling kanalis bergabung dan membentuk pulau tulang segitiga di mana puncaknya adalah pada titik penyimpangan kanalis mandibularis. 2.4.2 Klasifikasi Bifid Mandibular Canal menurut Langlais dan Nortje.25,28 Terdapat dua klasifikasi bifid mandibular canal yang digunakan yaitu klasifikasi Langlais dan klasifikasi Nortje. Langlais dkk. menyatakan bifid kanalis mandibularis berdasarkan lokasi anatomis dan bentuk rupanya. Gambar 7. Klasifikasi bifid mandibular canal menurut Langlais28 a. Tipe I: Bifid kanalis secara unilateral atau bilateral memanjang sampai daerah molar tiga mandibula atau disekelilingnya; b. Tipe II: Bifid kanalis secara unilateral atau bilateral bergabung pada daerah ramus dan body mandibula; c. Tipe III: Kombinasi tipe I dan II; Universitas Sumatera Utara 20 d. Tipe IV: Dua kanalis yang berasal dari foramen mandibularis yang berbeda dan bergabung menjadi satu yang lebih besar. Nortje dkk. mengelompokkan bifid mandibular canal berdasarkan bentuk bifurkasinya. Berikut merupakan tipe-tipenya: a. Tipe I: Dua kanalis berasal dari satu foramen; b. Tipe II: Satu kanalis atas yang pendek memanjang ke daerah molar dua atau molar tiga; c. Tipe III: Dua kanalis mandibularis yang sama dimensi berasal dari foramen yang berbeda pada daerah ramus dan bergabung pada daerah molar; d. Tipe IV: Satu kanalis suplemen terbentuk pada daerah retromolar pad dan bergabung dengan kanalis utama pada daerah retromolar. Gambar 8. Klasifikasi tipe-tipe bifid mandibular canal menurut Nortje25 2.5 Radiografi Dalam Mengenali Kanalis Mandibularis Pemeriksaan radiologi sangat mendukung dalam mengenali sifat dari akar dan jauh dekatnya dengan struktur sekitarnya, misalnya sinus maksilaris, atau kanalis mandibularis. Gambaran radiografi kanalis mandibularis adalah radiolusen dengan Universitas Sumatera Utara 21 batas linier radiopak tipis, tepi superior dan inferior terdiri dari tulang lamella yang berhubungan langsung dengan kanalis. Kadang-kadang perbatasan terlihat hanya sebagian atau tidak sama sekali. Lebar kanalis mandibularis mempunyai beberapa variasi dari individu tetapi anterior biasanya agak konstan ke daerah molar ketiga. Penjalaran kanalis ini jelas kelihatan dari foramen mandibularis hingga foramen mentale. Jarang dapat dilihat gambaran kelanjutan kanalis mandibularis di anterior yang menuju ke garis tengah pada radiograf.4,5,29,30 Gambar 9. Contoh radiograf kanalis mandibularis4 Dalam gambaran radiografi, sering terjadi kesalahan dalam menginterpretasi kehadiran bifid mandibular canal. Beberapa kondisi merupakan penyebab terjadinya bifid mandibular canal palsu yaitu pada mandibula, terdapat garis kortikal tipis yang memberi gambaran palsuseperti bifid mandibular canal, ini disebabkan oleh jejak dari nervus myohyloid pada permukaan internal mandibular, di mana nervus tersebut bercabang dari nervus alveolaris inferior dan memanjang di dasar mulut. Selain itu, gambaran osteokondensasi disebabkan oleh penempatan otot myohyloid pada garis myohyloid dan berparalel dengan kanalis dental, kekeliruan kanalis mandibularis dengan kanalis vaskular lingual, Myohyloid groove dan juga pola trabekula seperti bentuk kanalis dan tidak mengandungi nervus atau vaskular.6 Universitas Sumatera Utara 22 A B Gambar 10. (A) Radiografi intraoral periapikal pada 0o,20o dengan metode vertical tube-shift dan hasil tracing memperlihatkan kanal mandibula bergerak ke atas pada posisi bukal terhadap apeks molar tiga. (B) Cone beam computed tomography pada pasien yang sama memperlihatkan kanal berada di bukal dari apeks molar tiga1 Universitas Sumatera Utara 23 Pada penelitian radiografi periapikal teknik tube shift terdahulu, Arora dkk (2015) menyatakan kanalis mandibularis dikatakan lebih ke bukal dari apikal molar tiga apabila kanal bergerak keatas dibandingkan foto standar periapikal. Lingual apabila kanal bergerak ke bawah dibandingkan foto periapikal standar, dan segaris apabila tidak terjadi perubahan.1 Kanalis bifid tersebut dilihat paling sering pada gambaran panoramik dan gambaran ConeBeam Computed Tomography (CBCT). Pasien dengan kanalis bifid, beresiko lebih besarterhadap anestesi yang tidak memadai, kesulitan dengan operasi rahang, termasuk implan, atau trauma.Gambaran radiografi kanalis mandibularis ini akan memudahkan dokter gigi untuk mengetahui lokasi kanalis mandibularis dan memberi informasi pada ahli bedah mulut dan maksilofasial untuk mencegah atau meminimalkan kerusakan nervus alveolaris inferior pada waktu pembedahan rahang ortognatik.3,24 Universitas Sumatera Utara 24 2.6 Kerangka Teori Impaksi Molar Tiga Kanalis Mandibularis Posisi Impaksi Posisi Kanal Terhadap Apeks Molar Tiga Radiografi Intraoral Periapikal Tekknik Tube Shift Universitas Sumatera Utara 25 2.7 Kerangka Konsep Mahasiswa FKG USU yang Mengalami Impaksi Molar Tiga Mandibula Teknik Tube Shift Analisa Radiografi Penentuan Posisi Kanalis Mandibularis Universitas Sumatera Utara